Optimisme

13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perekonomian Indonesia sedang berada dalam keadaan yang tidak menentu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencapai Rp 14.050 per US$1 pada Agustus 2015 dan merupakan nilai terendah sejak 17 tahun terakhir. Melemahnya nilai tukar rupiah ini dipengaruhi oleh menguatnya suku bunga di Amerika Serikat dan devaluasi mata uang yuan ( www.bbc.com ) . Nilai tukar mata uang, menggambarkan keadaan ekonomi negara tersebut. Nilai tukar rupiah yang melemah menyebabkan daya beli masyarakat dan kegiatan industri di Indonesia ikut melemah pula. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah berdampak pada sejumlah sektor industri nasional. Sektor yang terkena dampak atas melemahnya nilai tukar rupiah ini adalah industri otomotif yang masih

description

Optimisme

Transcript of Optimisme

Page 1: Optimisme

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Perekonomian Indonesia sedang berada dalam keadaan yang tidak menentu,

nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencapai Rp 14.050 per US$1

pada Agustus 2015 dan merupakan nilai terendah sejak 17 tahun terakhir.

Melemahnya nilai tukar rupiah ini dipengaruhi oleh menguatnya suku bunga di

Amerika Serikat dan devaluasi mata uang yuan (www.bbc.com). Nilai tukar mata

uang, menggambarkan keadaan ekonomi negara tersebut. Nilai tukar rupiah yang

melemah menyebabkan daya beli masyarakat dan kegiatan industri di Indonesia

ikut melemah pula. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, nilai

tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah berdampak

pada sejumlah sektor industri nasional. Sektor yang terkena dampak atas

melemahnya nilai tukar rupiah ini adalah industri otomotif yang masih

mengandalkan komponen impor, elektronik dan juga industri tekstil dan garmen

(www.imq21.com). Industri tekstil dan garmen nasional mengalamai hambatan

seperti upah tenaga kerja dan biaya energi. Dikutip dari detikfinance, Sekjen

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy mengatakan PHK

perusahaan tekstil dan produk tekstil per Agustus 2015 sudah merumahkan 6.000

karyawan. Menurut laporan yang diterima tanggal 1 Oktober 2015 sekitar 30.000

karyawan yang sudah di PHK (eveline.co.id). Apabila krisis ini terus berlanjut,

tidak diragukan lagi industri tekstil akan bangkrut.

Page 2: Optimisme

2

Industri tekstil dan produk  tekstil merupakan salah satu industri yang di

prioritaskan  untuk dikembangkan karena memiliki peran yang strategis dalam

perekonomian nasional yaitu sebagai penyumbang devisa negara, menyerap

tenaga kerja dalam jumlah cukup besar, dan sebagai industri  yang diandalkan

untuk memenuhi  kebutuhan  sandang nasional. Hal ini dapat ditunjukkan melalui

perolehan surplus ekspor terhadap impor selama satu dasawarsa  terakhir, bahkan

saat krisis  ekonomi melanda dunia, Importir Terdaftar Produk Tertentu (ITPT)

Nasional masih dapat mempertahankan  surplus perdagangannya dengan nilai

tidak kurang dari US$ 5 Milyar, penyerapan tenaga kerja 1,34 juta jiwa, capaian

Tingat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 63% dan berkontribusi

memenuhi kebutuhan domestik sebesar 46% (www.kemenperin.go.id). Industri

tekstil dan produk tekstil memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi negara

Indonesia dan menopang kehidupan 1,34 juta jiwa keluarga di Indonesia, untuk

itu keberadaan dan eksistensi industri tekstil dan produk tekstil perlu ditingkatkan.

Fenomena krisis ekonomi global yang mengakibatkan beberapa perusahaan

tekstil dan garmen di Indonesia gulung tikar perlu diwaspadai oleh perusahaan-

perusahaan yang masih bertahan. Perusahaan perlu mempersiapkan diri dari

berbagai ancaman dengan memperbaiki strategi perusahaan, teknologi yang ada,

hingga sumber daya manusia. Menurut Simamora (2004), aset organisasi paling

penting yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh perusahaan adalah aset manusia

dari organisasi tersebut. Sumber daya manusia memberikan cetusan kreatif di

setiap organisasi. Orang-orang merancang dan menghasilkan barang dan jasa,

mengendalikan mutu, memasarkan produk-produk, mengalokasikan sumber daya

Page 3: Optimisme

3

finansial, serta menetapkan keseluruhan strategi dan tujuan organisasi. Sumber

daya manusia membuat sumber-sumber daya organisasi lainnya berjalan

(Simamora, 2004).

Sumber daya manusia yang handal dan berbakat, penting dimiliki oleh

perusahaan, namun bakat dan dorongan saja tidak cukup. Tanpa keyakinan tak

tergoyahkan untuk sukses, memiliki bakat yang tinggi tidak akan menghasilkan

apa-apa (Seligman, 2006). Agar perusahaan mampu bersaing di kancah

internasional dan bertahan di tengah krisis ekonomi global, dibutuhkan karyawan

yang gigih dalam mengejar suatu tujuan meskipun dengan segala halangan dan

rintangan, atau yang disebut dengan optimisme (Goleman, 2002). Pekerjaan yang

membutuhkan ketekukan, inisiatif dan berurusan dengan frustrasi serta penolakan,

memerlukan optimisme (Kathryn, 2011).

Optimisme adalah harapan akan terjadinya peristiwa positif dan diinginkan di

masa depan (Luthans, Youssef, dan Avolio, 2007). Carver dan Scheier (dalam

Lopez, 2009) mendefinisikan optimisme sebagai harapan umum hasil yang

menguntungkan di masa depan, bersama dengan harapan tidak adanya hasil yang

tidak diinginkan. Baik organisasi besar maupun kecil mereka perlu optimisme,

mereka membutuhkan orang-orang yang berbakat, memiliki dorongan dan juga

optimisme (Seligman, 2006). Karyawan optimis dan pesimis bereaksi sangat

berbeda terhadap masa-masa bergolak. Optimis lebih cenderung untuk merangkul

perubahan, melihat peluang masa depan, dan fokus pada memanfaatkan

kesempatan-kesempatan (Luthans, Youssef, dan Avolio, 2007). Individu yang

optimis menghasilkan lebih, dibandingkan dengan individu yang pesimis terutama

Page 4: Optimisme

4

ketika berada di bawah tekanan. Lebih dari lima puluh perusahaan sekarang

menggunakan kuesioner optimisme dalam prosedur seleksi mereka untuk

mengidentifikasi orang yang bukan hanya memiliki bakat dan dorongan tetapi

juga optimisme yang dibutuhkan untuk sukses. Kemampuan untuk seleksi

optimisme, telah terbukti sangat penting dalam pekerjaan yang memiliki biaya

perekrutan dan pelatihan yang tinggi serta tingkat turnover yang tinggi. Seleksi

untuk optimisme mengurangi limbah tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas

dan kepuasan kerja dari seluruh tim (Seligman, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Malik (2013), menemukan bahwa

ketika dihadapkan dengan peristiwa negatif atau merugikan, individu dan budaya

dengan optimisme biasanya sangat termotivasi, berorientasi pada tugas, sosial

interaktif, supportive, ulet, mampu bertahan, tahan terhadap stress dan depresi,

mempu membuat keputusan yang efektif, dan fokus pada solusi. Dengan ini,

pengaruh organisasi yang positif mengadopsi gaya optimisme dalam suatu

organisasi, akan cenderung menghasilkan hasil yang efisien dan efektif serta

angkatan kerja yang sukses. Hal senada diungkapkan oleh Youssef dan Luthans

(2007), dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

dan signifikan antara kontribusi yang unik dari hope, optimisme, dan resiliency

terhadap kepuasan kerja dan kebahagiaan bekerja. Masih dalam penelitian yang

sama, Youssef dan Luthans (2007), juga mengungkapkan bahwa optimisme

karyawan secara signifikan berhubungan positif dengan kinerja.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ziyae (2015), terhadap karyawan

cabang bank pertanian di Teheran mengenai efek modal psikologis (self-efficacy,

Page 5: Optimisme

5

hope, optimisme, dan resiliency) pada inovasi dalam IT menemukan bahwa,

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dimensi modal psikologis (

self-efficacy, hope, optimisme, dan resiliency) dengan inovasi dalam IT. Pada

pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa optimisme memberikan peran yang

penting untuk keberhasilan suatu organisasi. Optimisme karyawan sangat

diperlukan bagi perusahaan dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi global

yang penuh dengan tekanan dan persaingan, sehingga dibutuhkan karyawan yang

mampu bertahan terhadap stress dan depresi, memiliki kepuasan dan kebahagiaan

bekerja agar mampu memberikan solusi yang efektif dan efisien serta mampu

berinovasi.

Meningkatkan optimisme karyawan penting dilakukan oleh suatu

perusahaan. Tinggi rendahnya optimisme yang dimiliki oleh karyawan,

dipengaruhi oleh kesehatan karyawan, pengalaman interaksi anak dengan orang

tua, serta lingkungan (Seligman, 2006). Lingkungan dan pengalaman hidup juga

berpengaruh terhadap optimisme seseorang. Salah satunya, adalah lingkungan

kerja. Sikap dan perilaku manusia muncul dikarenakan pengaruh iklim.

Lingkungan kerja seseorang, terutama iklim memainkan peran penting dalam

kesehatan kerja. Tuntutan pekerjaan yang dianggap terlalu besar, dapat

meningkatkan beban kerja sehingga meningkatkan stress dan berdampak pada

kesejahteraan karyawan (Desrumaux, 2015). Menciptakan ‘iklim sehat’ dalam

bekerja, atau yang dikenal dengan psychosocial safety climate (PSC) penting

dilakukan untuk menghasilkan kondisi emosi yang positif pada diri karyawan,

sehingga berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Idris & Dollard, 2011). PSC

Page 6: Optimisme

6

secara positif dan signifikan berhubungan terhadap kesehatan dan produktivitas

karyawan (Dollard, dkk., 2012). Penelitian menunjukkan bahwa psychosocial

safety climate adalah indikator utama dari resiko psikososial dan kesehatan

psikologis di tempat kerja (Idris, dkk. 2012).

PSC merupakan komponen yang spesifik dari iklim organisasi, yaitu ‘climate

for psychosocial health and safety’. PSC mengacu pada perlindungan kesehatan

psikologis karyawan (Dollard & Bakker, 2010) yang sebagian besar tercermin

dari perlakuan organisasi mengenai kebijakan, praktik dan prosedur kerja (Zohar

& Luria, 2005). PSC didefinisikan sebagai kebijakan, praktik, dan prosedur untuk

perlindungan kesehatan psikologis dan keamanan kerja (Dollard & Bakker, 2010).

PSC mencerminkan komitmen manajemen senior, partisipasi, dan konsultasi

dalam kaitannya dengan pencegahan stres, dan posisi komunikasi dari

manajemen, tentang nilai kesehatan psikologis manusia dan keselamatan kerja

(Dollard & Bakker, 2010). PSC adalah atribut spesifik iklim organisasi, dalam hal

ini adalah lebih spesifik untuk kesehatan psikologis pekerja daripada konstruk

iklim organisasi yang lain (Dollard & Bakker, 2010).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

hubungan psychosocial safety climate dengan optimisme dalam bekerja pada

seting organisasi di Indonesia khususnya di PT. Pinnacel Apparels Semarang.

Page 7: Optimisme

7

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara psychosocial safety climate dengan

optimisme dalam bekerja pada karyawan PT. Pinnacel Apparels Semarang?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara psychosocial

safety climate dengan optimisme dalam bekerja pada karyawan PT. Pinnacel

Apparels Semarang, dan mengetahui sumbangan efektif psychosocial safety

climate terhadap optimisme dalam bekerja pada karyawan PT. Pinnacel Apparels

Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan mengenai

hubungan antara psychosocial safety climate dengan optimisme dalam

bekerja dalam literatur psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi.

2. Manfaat Praktis

a.) Bagi Perusahaan

Penelitian ini secara praktis membantu perusahaan agar dapat

menumbuhkan sikap optimis dalam bekerja. Selain itu, hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai

Page 8: Optimisme

8

hubungan antara psychosocial safety climate dengan optimisme dalam

bekerja pada karyawan PT. Pinnacel Apparels Semarang.

b.) Bagi Karyawan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

karyawan mengenai hubungan antara psychosocial safety climate dengan

optimisme dalam bekerja pada karyawan PT. Pinnacel Apparels

Semarang.

c.) Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan menambah referensi

bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis dengan subjek

yang berbeda.