Optimisme
-
Upload
tiaramarieta29 -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of Optimisme
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Perekonomian Indonesia sedang berada dalam keadaan yang tidak menentu,
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencapai Rp 14.050 per US$1
pada Agustus 2015 dan merupakan nilai terendah sejak 17 tahun terakhir.
Melemahnya nilai tukar rupiah ini dipengaruhi oleh menguatnya suku bunga di
Amerika Serikat dan devaluasi mata uang yuan (www.bbc.com). Nilai tukar mata
uang, menggambarkan keadaan ekonomi negara tersebut. Nilai tukar rupiah yang
melemah menyebabkan daya beli masyarakat dan kegiatan industri di Indonesia
ikut melemah pula. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah berdampak
pada sejumlah sektor industri nasional. Sektor yang terkena dampak atas
melemahnya nilai tukar rupiah ini adalah industri otomotif yang masih
mengandalkan komponen impor, elektronik dan juga industri tekstil dan garmen
(www.imq21.com). Industri tekstil dan garmen nasional mengalamai hambatan
seperti upah tenaga kerja dan biaya energi. Dikutip dari detikfinance, Sekjen
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy mengatakan PHK
perusahaan tekstil dan produk tekstil per Agustus 2015 sudah merumahkan 6.000
karyawan. Menurut laporan yang diterima tanggal 1 Oktober 2015 sekitar 30.000
karyawan yang sudah di PHK (eveline.co.id). Apabila krisis ini terus berlanjut,
tidak diragukan lagi industri tekstil akan bangkrut.
2
Industri tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu industri yang di
prioritaskan untuk dikembangkan karena memiliki peran yang strategis dalam
perekonomian nasional yaitu sebagai penyumbang devisa negara, menyerap
tenaga kerja dalam jumlah cukup besar, dan sebagai industri yang diandalkan
untuk memenuhi kebutuhan sandang nasional. Hal ini dapat ditunjukkan melalui
perolehan surplus ekspor terhadap impor selama satu dasawarsa terakhir, bahkan
saat krisis ekonomi melanda dunia, Importir Terdaftar Produk Tertentu (ITPT)
Nasional masih dapat mempertahankan surplus perdagangannya dengan nilai
tidak kurang dari US$ 5 Milyar, penyerapan tenaga kerja 1,34 juta jiwa, capaian
Tingat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 63% dan berkontribusi
memenuhi kebutuhan domestik sebesar 46% (www.kemenperin.go.id). Industri
tekstil dan produk tekstil memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi negara
Indonesia dan menopang kehidupan 1,34 juta jiwa keluarga di Indonesia, untuk
itu keberadaan dan eksistensi industri tekstil dan produk tekstil perlu ditingkatkan.
Fenomena krisis ekonomi global yang mengakibatkan beberapa perusahaan
tekstil dan garmen di Indonesia gulung tikar perlu diwaspadai oleh perusahaan-
perusahaan yang masih bertahan. Perusahaan perlu mempersiapkan diri dari
berbagai ancaman dengan memperbaiki strategi perusahaan, teknologi yang ada,
hingga sumber daya manusia. Menurut Simamora (2004), aset organisasi paling
penting yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh perusahaan adalah aset manusia
dari organisasi tersebut. Sumber daya manusia memberikan cetusan kreatif di
setiap organisasi. Orang-orang merancang dan menghasilkan barang dan jasa,
mengendalikan mutu, memasarkan produk-produk, mengalokasikan sumber daya
3
finansial, serta menetapkan keseluruhan strategi dan tujuan organisasi. Sumber
daya manusia membuat sumber-sumber daya organisasi lainnya berjalan
(Simamora, 2004).
Sumber daya manusia yang handal dan berbakat, penting dimiliki oleh
perusahaan, namun bakat dan dorongan saja tidak cukup. Tanpa keyakinan tak
tergoyahkan untuk sukses, memiliki bakat yang tinggi tidak akan menghasilkan
apa-apa (Seligman, 2006). Agar perusahaan mampu bersaing di kancah
internasional dan bertahan di tengah krisis ekonomi global, dibutuhkan karyawan
yang gigih dalam mengejar suatu tujuan meskipun dengan segala halangan dan
rintangan, atau yang disebut dengan optimisme (Goleman, 2002). Pekerjaan yang
membutuhkan ketekukan, inisiatif dan berurusan dengan frustrasi serta penolakan,
memerlukan optimisme (Kathryn, 2011).
Optimisme adalah harapan akan terjadinya peristiwa positif dan diinginkan di
masa depan (Luthans, Youssef, dan Avolio, 2007). Carver dan Scheier (dalam
Lopez, 2009) mendefinisikan optimisme sebagai harapan umum hasil yang
menguntungkan di masa depan, bersama dengan harapan tidak adanya hasil yang
tidak diinginkan. Baik organisasi besar maupun kecil mereka perlu optimisme,
mereka membutuhkan orang-orang yang berbakat, memiliki dorongan dan juga
optimisme (Seligman, 2006). Karyawan optimis dan pesimis bereaksi sangat
berbeda terhadap masa-masa bergolak. Optimis lebih cenderung untuk merangkul
perubahan, melihat peluang masa depan, dan fokus pada memanfaatkan
kesempatan-kesempatan (Luthans, Youssef, dan Avolio, 2007). Individu yang
optimis menghasilkan lebih, dibandingkan dengan individu yang pesimis terutama
4
ketika berada di bawah tekanan. Lebih dari lima puluh perusahaan sekarang
menggunakan kuesioner optimisme dalam prosedur seleksi mereka untuk
mengidentifikasi orang yang bukan hanya memiliki bakat dan dorongan tetapi
juga optimisme yang dibutuhkan untuk sukses. Kemampuan untuk seleksi
optimisme, telah terbukti sangat penting dalam pekerjaan yang memiliki biaya
perekrutan dan pelatihan yang tinggi serta tingkat turnover yang tinggi. Seleksi
untuk optimisme mengurangi limbah tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas
dan kepuasan kerja dari seluruh tim (Seligman, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Malik (2013), menemukan bahwa
ketika dihadapkan dengan peristiwa negatif atau merugikan, individu dan budaya
dengan optimisme biasanya sangat termotivasi, berorientasi pada tugas, sosial
interaktif, supportive, ulet, mampu bertahan, tahan terhadap stress dan depresi,
mempu membuat keputusan yang efektif, dan fokus pada solusi. Dengan ini,
pengaruh organisasi yang positif mengadopsi gaya optimisme dalam suatu
organisasi, akan cenderung menghasilkan hasil yang efisien dan efektif serta
angkatan kerja yang sukses. Hal senada diungkapkan oleh Youssef dan Luthans
(2007), dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
dan signifikan antara kontribusi yang unik dari hope, optimisme, dan resiliency
terhadap kepuasan kerja dan kebahagiaan bekerja. Masih dalam penelitian yang
sama, Youssef dan Luthans (2007), juga mengungkapkan bahwa optimisme
karyawan secara signifikan berhubungan positif dengan kinerja.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ziyae (2015), terhadap karyawan
cabang bank pertanian di Teheran mengenai efek modal psikologis (self-efficacy,
5
hope, optimisme, dan resiliency) pada inovasi dalam IT menemukan bahwa,
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dimensi modal psikologis (
self-efficacy, hope, optimisme, dan resiliency) dengan inovasi dalam IT. Pada
pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa optimisme memberikan peran yang
penting untuk keberhasilan suatu organisasi. Optimisme karyawan sangat
diperlukan bagi perusahaan dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi global
yang penuh dengan tekanan dan persaingan, sehingga dibutuhkan karyawan yang
mampu bertahan terhadap stress dan depresi, memiliki kepuasan dan kebahagiaan
bekerja agar mampu memberikan solusi yang efektif dan efisien serta mampu
berinovasi.
Meningkatkan optimisme karyawan penting dilakukan oleh suatu
perusahaan. Tinggi rendahnya optimisme yang dimiliki oleh karyawan,
dipengaruhi oleh kesehatan karyawan, pengalaman interaksi anak dengan orang
tua, serta lingkungan (Seligman, 2006). Lingkungan dan pengalaman hidup juga
berpengaruh terhadap optimisme seseorang. Salah satunya, adalah lingkungan
kerja. Sikap dan perilaku manusia muncul dikarenakan pengaruh iklim.
Lingkungan kerja seseorang, terutama iklim memainkan peran penting dalam
kesehatan kerja. Tuntutan pekerjaan yang dianggap terlalu besar, dapat
meningkatkan beban kerja sehingga meningkatkan stress dan berdampak pada
kesejahteraan karyawan (Desrumaux, 2015). Menciptakan ‘iklim sehat’ dalam
bekerja, atau yang dikenal dengan psychosocial safety climate (PSC) penting
dilakukan untuk menghasilkan kondisi emosi yang positif pada diri karyawan,
sehingga berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Idris & Dollard, 2011). PSC
6
secara positif dan signifikan berhubungan terhadap kesehatan dan produktivitas
karyawan (Dollard, dkk., 2012). Penelitian menunjukkan bahwa psychosocial
safety climate adalah indikator utama dari resiko psikososial dan kesehatan
psikologis di tempat kerja (Idris, dkk. 2012).
PSC merupakan komponen yang spesifik dari iklim organisasi, yaitu ‘climate
for psychosocial health and safety’. PSC mengacu pada perlindungan kesehatan
psikologis karyawan (Dollard & Bakker, 2010) yang sebagian besar tercermin
dari perlakuan organisasi mengenai kebijakan, praktik dan prosedur kerja (Zohar
& Luria, 2005). PSC didefinisikan sebagai kebijakan, praktik, dan prosedur untuk
perlindungan kesehatan psikologis dan keamanan kerja (Dollard & Bakker, 2010).
PSC mencerminkan komitmen manajemen senior, partisipasi, dan konsultasi
dalam kaitannya dengan pencegahan stres, dan posisi komunikasi dari
manajemen, tentang nilai kesehatan psikologis manusia dan keselamatan kerja
(Dollard & Bakker, 2010). PSC adalah atribut spesifik iklim organisasi, dalam hal
ini adalah lebih spesifik untuk kesehatan psikologis pekerja daripada konstruk
iklim organisasi yang lain (Dollard & Bakker, 2010).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
hubungan psychosocial safety climate dengan optimisme dalam bekerja pada
seting organisasi di Indonesia khususnya di PT. Pinnacel Apparels Semarang.
7
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara psychosocial safety climate dengan
optimisme dalam bekerja pada karyawan PT. Pinnacel Apparels Semarang?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara psychosocial
safety climate dengan optimisme dalam bekerja pada karyawan PT. Pinnacel
Apparels Semarang, dan mengetahui sumbangan efektif psychosocial safety
climate terhadap optimisme dalam bekerja pada karyawan PT. Pinnacel Apparels
Semarang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan mengenai
hubungan antara psychosocial safety climate dengan optimisme dalam
bekerja dalam literatur psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi.
2. Manfaat Praktis
a.) Bagi Perusahaan
Penelitian ini secara praktis membantu perusahaan agar dapat
menumbuhkan sikap optimis dalam bekerja. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai
8
hubungan antara psychosocial safety climate dengan optimisme dalam
bekerja pada karyawan PT. Pinnacel Apparels Semarang.
b.) Bagi Karyawan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
karyawan mengenai hubungan antara psychosocial safety climate dengan
optimisme dalam bekerja pada karyawan PT. Pinnacel Apparels
Semarang.
c.) Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan menambah referensi
bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis dengan subjek
yang berbeda.