NILAI-NILAI KEJUJURAN DAN OPTIMISME DALAM BUKU …digilib.uin-suka.ac.id/13643/1/BAB I, IV, DAFTAR...
Transcript of NILAI-NILAI KEJUJURAN DAN OPTIMISME DALAM BUKU …digilib.uin-suka.ac.id/13643/1/BAB I, IV, DAFTAR...
i
NILAI-NILAI KEJUJURAN DAN OPTIMISME
DALAM BUKU HABIBIE & AINUN SERTA RELEVANSINYA
TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh:
Yogi Pramesti Utomo
NIM: 10410068
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
v
MOTTO
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri”1 (Ar Ra’d Ayat 11)
1Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mekar Surabaya), 2002,
hal. 250.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini
Kupersembahkan untuk
Almamaterku Tercinta:
“Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”
vii
ABSTRAK
YOGI PRAMESTI UTOMO. Nilai-Nilai Kejujuran dan Optimisme dalam Buku Habibie & Ainun serta Relevansinya terhadap Kompetensi Kepribadian Guru PAI. Skripsi. Yogyakarta: jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2014. Latar belakang masalah penelitian ini adalah kondisi masyarakat yang mulai kehilangan kejujuran dan optimisme. Seharusnya pendidikan dapat memberikan solusi dari permasalahan ini. Namun dari pihak yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan malah menunjukan perilaku ketidakjujuran dan pesimisme. Kenyataan ini menunjukan guru tidak memiliki kompetensi kepribadian, dan kompetensi kepribadian mereka harus dibenahi dan ditingkatkan salah satu caranya dengan membaca literatur yang dapat ditauladani. Beberapa waktu ini muncul buku Habibie & Ainun yang dinilai banyak pihak banyak mengandung nilai kehidupan. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian tentang relevansi nilai-nilai kejujuran dan optimisme dalam buku Habibie & Ainun dengan kompetensi kepribadian guru PAI. Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah: seperti apa nilai kejujuran dan optimisme dalam buku Habibie & Ainun, dan bagaimana relevansinya terhadap kompetensi kepribadian guru PAI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai kejujuran dan optimisme dlam buku Habibie dan Ainun dan relevansi terhaap kompetensi kepribadian guru PAI.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian ini mengambil latar buku Habibie dan Ainun. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dari berbagai literatur dan rekaman video. Analisis ini dilakukan dengan memberikan makna terhadap data-data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna tersebut ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan: 1) Nilai-nilai kejujuran yang terkandung dalam buku ini adalah jujur dalam berbicara dan jujur dalam ber’azam, sedangkan nilai-nilai optimisme yang terdapat dalam buku ini meliputi pengharapan yang tinggi, tidak mudah putus asa, mampu memotivasi diri, percaya diri, dan tidak bersikap pasrah terhadap kondisi yang dialami. 2) Terdaptnya Relevansi nilai-nilai kejujuran dan optimisme dalam buku Habibie dan Ainun dengan kompetensi guru PAI. Ditunjukanya dengan tindakan-tindakan harus sesuai dengan norma agama, hukum, sosial maupun budaya Indonesia. Menampilakan diri sebagai pribadi yang jujur dan berakhlak mulia dan teladan bagi masyarakat. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, arif, stabil, dewasa, dan berwibawa. Menunjukan adanya rasa percaya diri memiliki etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. Menjunjung tinggi kode etik profesi. Adapun perilaku guru yang mencerminkan kejujuran seperti mengatakan apa adanya, keterbukaan, menwujudkan tekadnya membentuk akhlak mulia peserta didik, bersikap obyektif kepada siapapun. Sedangkan bentuk perilaku optimisme guru adalah bekerja keras untuk mencerdaskan peserta didiknya, percaya diri terhadap dirinya sendiri dan peserta didiknya, dan selalu berusaha untuk mengembangkan kompetensinya.
viii
KATA PENGANTAR
دمالْح لهل بر نيالَةُ الْعاَلَمالصو الَمالسلَى وع بِيمِ النالْكَرِي دمحم
بعد أَما. الدينِ يومِ إِلَى بِإِحسان تبِعه ومن وأَصحابِه آله وعلَىAlhamdulillah, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan terbaik. Semoga kita termasuk ke
dalam umatnya yang mendapatkan syafaatnya kelak.
Penulisan skripsi berjudul “Nilai-Nilai Kejujuran dan Optimisme dalam Buku
Habibie & Ainun serta Relevansinya terhadap Kompetensi Kepribadian Guru
PAI” merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penyusun banyak sekali mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk
itu dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
ix
2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. H. Suwadi, M.Ag, M.Pd selaku Pembimbing Skripsi dan Penasihat Akademik
yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta fikiran guna memberikan
bimbingan, saran, masukan, dan arahan yang sangat berarti dalam
penyusunan dan penyelesaian skripsi.
4. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah bersedia
melayani para mahasiswa dengan segenap hati.
5. Kedua orang tuaku Bapak & Ibu yang tidak pernah lelah memanjatkan do’a,
memberikan motivasi, dukungan moril maupun materiil dalam menjalani
setiap jejak langkahku dalam menggapai segala mimpi dan cita-cita. Aku ada
karena cinta dan kasih sayangmu.
6. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, yang tidak bisa di
sebutkan satu persatu, termakasih atas semuanya.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah
SWT. dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya, amin.
Yogyakarta, 4 April 2014
Penyusun,
Yogi Pramesti utomo
NIM. 10410068
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................... ii HA LAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah......................................................................... 11 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 11 D. Kajian Pustaka .............................................................................. 12 E. Landasan Teori ............................................................................... 15 F. Metode Penelitian ........................................................................... 34 G. Sistematika Pembahasan ................................................................. 36
BAB II : GAMBARAN BUKU “HABIBIE & AINUN .................................. 38 A. Latar Belakang Penulisan Buku Habibie & Ainun ........................... 38 B. Sinopsis Buku Habibie & Ainun ..................................................... 40 C. Profil Penulis .................................................................................. 43 D. Karya-Karya Penulis ....................................................................... 61
BAB III: RELEVANSI NILAI-NIALI KEJUJURAN DAN OPTIMISME TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI......... 64
A. Nilai Kejujuran dalam Buku Habibie & Ainun ................................ 64 B. Nilai Optimisme dalam Buku Habibie & Ainun .............................. 77 C. Relevansi Nilai-Nilai Kejujuran dan Optimisme dalam Buku Habibie
& Ainun dengan Kompetensi Kepribadian Guru PAI .................... 118
BAB IV: PENUTUP ...................................................................................... 134 A. Kesimpulan .................................................................................. 134 B. Kata Penutup ................................................................................ 135
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 136
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 139
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Bukti Seminar Proposal ................................................................ 139
Lampiran 2: Kartu Bimbingan Skripsi .............................................................. 140
Lampiran 3: Sertifikat PPL-I ............................................................................ 148
Lampiran 4: Sertifikat PPL-KKN ..................................................................... 149
Lampiran 5: Sertifikat TOFEL ......................................................................... 150
Lampiran 6: Sertifikat TOAFEL ...................................................................... 151
Lampiran 7: Sertifikat ICT ............................................................................... 152
Lampiran 9: Curiculum Vitae ........................................................................... 153
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nilai sangatlah bermakna dalam kehidupan manusia, dengan adanya
nilai akan menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang harmonis, maju, dan
berkembang. Maka nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat ini
perlu dijaga dan dilestarikan supaya nilai-nilai ini tetap lestari dan menjadi
pedoman bagi anggota masyarakat. Jika suatu masyarakat telah kehilangan
nilai-nilai luhur pastilah akan menciptakan kondisi masyarakat yang tidak
beradab dan kacau balau.
Melihat realitas yang ada dalam kehidupan masyarakat sekarang ini
menunjukan adanya masyarakat yang kehilangan nilai-nilai kejujuran dan
optimisme dalam kehidupanya. Praktik-praktik ketidakjujuran telah nampak
jelas dalam berbagai sendi atau bidang kehidupan masyarakat baik dilakukan
oleh pejabat negara sampai dengan masyarakat bawah. Negara telah
diperangkap oleh ketidakjujuran, hingga ketidakjujuran membuat bangsa ini,
tidak sejahtera dibandingkan dengan negara-negara tetangganya. Padahal,
hutannya luas tapi dirampok oleh pemegang ketidakjujuran, sumber daya alam
di perut buminya begitu kaya, akan tetapi dikuasai oleh pemegang ketidak
jujuran.
Ketidakjujuran itu merambah kemana-mana tidak saja di ruang
eksekutif, legeslatif, yudikatif akan tetapi juga masuk ke dalam lembaga-
lembaga lain dan elemen masyakat. Di perguruan tinggi misalnya, merayap
1
2
budaya ketidakjujuran seperti plagiasi, joki, membeli skripsi, tesis dan
disertasi atau sejenisnya. Selanjutnya, di jalan raya pun ketidakjujuran itu
dapat dengan mudah kita jumpai. Mudahnya pengguna jalan raya menyuap
polisi, melanggar rambu-rambu lalu lintas, serba menerobos, serba ingin me-
nang sendiri itulah salah satu buah dari ketidakjujuran. Setiap hari kita sudah
tersuguh dengan perilaku yang tidak jujur, sehingga perilaku tidak jujur itu
menjadi kebiasaan yang kita biarkan dan terlakukan.1
Menyadari adanya praktik-praktik ketidakjujuran yang semakin
mendarah daging, masyarakat pun juga merasa pesimis bahwasanya negara ini
mengalami perbaikan dimasa mendatang. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Andrian Sopa dari LSI (Lembaga Survei Indonesia) bahwasanya
Sebanyak 66,55 persen publik tidak yakin bahwa kondisi Indonesia setahun
kedepan akan semakin baik".2 Rasa pesimisme masyarakat pun semakin hari
semakin bertambah hal ini ditunjukan dengan adanya data WHO atau
Organisasi Kesehatan Dunia pada 2010 melaporkan angka bunuh diri di
Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa dan WHO
memperkirakan pada 2020 angka bunuh diri secara global menjadi 2,4 per
100.000 jiwa.3
1 Pramoedya Ananta Toer, Negara Terperangkap Dalam Ketidakjujuran, Selasa, 27 Maret
2012-02:04. Dalam www.harianhaluan.com. Diunduh pada 11 Desember 2013 pukul 14.00. 2 Abd Susila, Publik Pesimis Adanya Perbaikan Bangsa, Selasa, 29 Januari 2013-15:51
WIB. Dalam http://ramadan.sindonews.com. Diunduh pada 11 Desember 2013 pukul 14.05. 3 Caroline, Kasus Bunuh Diri di Indonesia Sangat Memperihatinkan, Minggu, 2 Juni
2013. Dalam http://www.citizenjurnalism.com. Diunduh pada 11 Desember 2013 pukul 14.10.
3
Realitas ini menunjukan masyarakat telah kehilangan nilai-nilai luhur
yang seharusnya dipegang teguh dalam menjalani kehidupan. Karena dengan
adanya kejujuran dalam diri setiap individu akan membawa dirinya merasa
lebih tenang dan akan bermuara pada pencapaian kesejahteraan baik dirinya
secara individual, keluarga di sekitarnya, dan negara. Begitu pula dengan
sikap optimis, nilai-nilai optimisme ini perlu ditanamkan dan diterapkan
dalam setiap individu, karena dengan sikap ini akan mendorong individu
untuk survive terhadap permasalahan yang dihadapi dan berujung pada
pencapaian akan kesejahteraan batin maupun finansial. Lebih penting dari
pada itu, dengan berperilaku jujur dan optimis kita dapat menerapkan ajaran
Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Nilai-nilai kejujuran dan optimisme yang semakin menghilang dalam
masyarakat tentu saja harus diperbaiki. Untuk memperbaiki dan menjaga nilai-
nilai tersebut diperlukanlah peran pendidikan, karena dengan adanya
pendidikan, nilai tersebut akan dapat ditanamkan dalam diri generasi penerus.
Yang akan melanjutkan kepemimpinan suatu masyarakat atau bangsa dimasa
yang akan datang. Pendidikan selalu diorganisasikan dengan baik supaya
dengan pendidikan ini dapat menanamkan nilai-nilai luhur kepada peserta
didik, yang juga selaku generasi penerus bangsa.
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang
dalam hal ini pendidik terhadap anak didik agar dapat tercapainya
4
perkembangan maksimal yang positif.4 Dalam hal ini, tidak hanya sebatas
pada perkembangan maksimal dalam bidang-bidang dunawi saja melainkan
juga aspek-aspek yang bersifat transendental kepada Allah.
Dengan adanya pendidikan tidak hanya akan mengembangkankan
potensi-potensi manusia yang berorientasi pada aspek intelektual melalui
proses transfer ilmu pengetahuan. Namun lebih penting dari pada itu dengan
adanya pendidikan yang berorientasi pada transfer nilai akan menghasilkan
individu-individu cerdas secara moral, beretika, serta memiliki tabiat yang
sejalan dengan nilai yang terkandung dalam pedoman manusia yaitu Al-
Qur’an dan As-sunnah. Kesemuanya ini akan memberikan sumbangsih yang
besar guna terciptanya suatu kondisi masyarakat yang beradab dan
bermartabat.
Sejalan dengan perkembangan zaman yang terus bergulir, kehidupan
manusia semakin maju dan sejahtera. Begitu pula dalam lingkup pendidikan
semakin hari semakin maju dan terus berkembang. Akan tetapi di sudut yang
lain arus gelombang globalisasi yang terus menerjang dalam kehidupan
manusia yang melewati batas-batas ruang dan waktu. Menciptakan suatu
keadaan baru yang membawa manusia kedalam kemerosotan moral, spiritual,
dan dehumanisasi. Hal ini membawa manusia semakin jauh dengan
penciptanya, dengan indikasi adanya hilangnya rasa kemanusiaan, kejujuran,
keadilan.
4 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 28.
5
Melihat keadaan yang demikian, perlu untuk menanamkan nilai-nilai
spiritual dan akhlak terpuji. Pendidikan Agama Islam memiliki peran besar
guna menanamkan nilai-nilai spiritual dan Akhlak terpuji kepada generasi
muda terlebih khusus lagi peserta didik yang merupakan para nahkoda yang
akan membawa bangsa ini dengan sikap penuh dengan kejujuran dan
optimisme untuk menyambung estafet kepemimpinan dimasa yang akan
datang. Melalui Pendidikan Agama Islam dapat mengantarkan peserta didik
memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan
spiritual, tentunya hal ini akan bermuara dalam terciptanya kondisi masyarakat
yang berkembang, maju, adil, dan bahagia.
Proses penanaman nilai-nilai spiritual dan akhlak terpuji terutama
melalui Pendidikan Agama Islam haruslah dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan guna dapat menacapai tujuan yang telah dirumuskan yaitu
terciptanya individu yang cerdas intelektual, spiritual, selalu bersikap jujur,
dan optimis dalam menghadapi permasalahan. Nilai-nilai kejujuran dan
optimisme ini sangat perlu ditanamkan dalam diri peserta didik, karena
memang bangsa ini sedang sakit karena penuh dengan kepalsuan, korupsi, dan
pesimisme.
Sebagai peserta didik tentunya harus menghadapi berbagai macam tes
ataupun ujian untuk mengevaluasi pemahaman mereka terhadap materi
pembelajaran. Untuk menghadapi berbagai macam ujian tentunya mereka
harus mau untuk bersikap optimis yang dapat ditunjukanya dengan belajar
giat, belajar kelompok, mengikuti bimbingan belajar, dan bersikap jujur dalam
6
mengerjakan soal-soal ujian untuk mendapatkan nilai yang memuasakan
ataupun dapat lulus dari ujian tersebut.
Sikap jujur dan optimis tidak datang dengan sendirinya kedalam diri
peserta didik. Akan tetapi sikap ini perlu dibangun dan dikembangakan
dengan menggunakan berbagai cara. Salah satunya dengan keteladanan yang
harus ditunjukan oleh seorang guru PAI. Guru PAI merupakan orang terdekat
dengan peserta didik dimana sikap dan perbuatanya selalu diperhatikan dan
dicontoh oleh peserta didiknya baik di kelas, sekolah, maupun dalam
pergaulan di masyarakat.
Seyogyanya seorang guru dapat menampilkan sikap dan perilaku yang
pantas untuk diteladani dan dicontoh oleh peserta didiknya. Diantaranya
seperti sikap jujur, peduli, sabar, kerja keras, pantang menyerah, dan sikap-
sikap yang termasuk dalam akhlak terpuji lain. Di sisi yang lain kepribadian
yang baik merupakan sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
guru PAI untuk dapat memenuhi ketentuan kompetensi yang telah ditetapkan
dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan
Peraturan Menteri Agama No. 16 Tahun 2010.
Namun dalam realitas memperlihatkan pribadi guru yang sering kali
melenceng dari ketentuan dalam Undang-Undang tersebut di atas. Dalam
pelaksanaan Ujian Nasional (UN) misalnya, banyak guru yang bermain curang
dengan memperlihatkan ketidakjujuran selama pelaksanaan ujian tersebut.
Seperti yang terjadi di salah satu SD di kota Surabaya diberitakan adanya
seorang siswa yang terpandai di kelasnya diminta oleh guru untuk
7
menyebarkan jawaban soal Ujian Nasional kepada teman-temanya dalam satu
ruang ujian. Hal ini diketahui oleh orang tua anak tersebut yakni ibu Siami dan
mencoba untuk meminta klarifikasi kepada pihak sekolah, akan tetapi pihak
sekolah memberikan keterangan yang berbelit-belit dan malah ibu siami ini
dibenci oleh orang tua murid yang lain. Setelah melakukan pengecekan,
akhirnya tiga orang guru di sekolah tersebut dijatuhi sanksi, terang Fasli Jalal
Wakil Menteri Pendidikan Nasional.5
Permasalahan tersebut diakui oleh berbagai pihak salah satunya yakni
Fasli Jalal selaku Wakil Menteri Pendidikan Nasional, tidak hanya terjadi di
Surabaya saja tetapi beliau meyakini hal seperti ini juga terjadi di berbagai
tempat. Tentunya hal ini sangat memperihantinkan, guru yang seharusnya
memberikan contoh dan teladan yang baik kepada peserta didiknya, dengan
langsung dan secara terang-terangan mendidik mereka untuk bersikap tidak
jujur, selain itu hal semacam ini menunjukan tidak adanya sikap optimis dari
kalangan guru, guru merasa tidak yakin bahwa peserta didiknya mendapatkan
hasil yang baik dan lulus dalam Ujian Nasional. Sebaliknya dengan cara
demikian ini akan menjadikan peserta didik tidak memiliki rasa percaya diri,
enggan untuk bekerja keras yang merupakan bagian dari aspek-aspek
optimisme.
Realitas semacam ini sangat perlu untuk dibenahi, karena dengan
adanya pendidikan seperti ini akan menciptakan koruptor-koruptor dimasa
yang akan datang. Guru terutama guru PAI yang seharusnya memberikan
5 BBC Indonesia, Kejujuran VS Kecurangan di Pendidikan, 15 Juni 2011 - 22:34 WIB,
dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia/forum/ 2011/06/110615forumexamcheat.shtml.
8
contoh dan teladan yang baik bagi peserta didiknya. Para Guru termasuk guru
PAI perlu memperbaiki diri agar dapat menjadi guru yang kompeten dengan
memilki kompetensi kepribadian yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan. Bagi seorang guru PAI, sangatlah perlu untuk terus
mengembangkan kompetensi kepribadian. Salah satu caranya yakni dengan
membaca, memahami berbagai macam literatur atau karya yang berisi tentang
nilai-nilai yang pantas untuk ditauladani dan menginspirasi bagi dirinya
kemudian dicontohkan serta diteladankan kepada peserta didiknya.
Beberapa waktu ini kita dapat menjumpai adanya sebuah buku dengan
judul “Habibie & Ainun” yang sangat laku dan menjadi best seller di pasaran
buku. Bahkan film yang mengangkat buku ini juga sangat diminati oleh
masyarakat, tak khayal jika dalam periode 14 hari saja setelah launching
sudah di nikmati oleh 2,1 juta pemirsa di bioskop. Belum terhitung juga
penonton yang menikmati melalui internet atau laptop. Buku ini ditulis oleh
B.J Habibie berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh Habibie dan Ainun
mulai dari peristiwa di Rangga Malela 11B sampai dengan Ainun meninggal
dunia.
Banyak nilai yang dapat diambil dari buku ini, Sebagaimana yang
diutarakan oleh beberapa tokoh nasional seperti Ahmad Syafi’I Ma’arif dan
Franz Magnis Suseno. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah nilai kejujuran
dan optimisme yang tergambar dalam Habibie seorang tokoh bangsa dan juga
seorang ilmuan. Selain itu tergambar pula dalam tokoh Ainun yang merupakan
seorang dokter dan pemimpin berbagai organisasi kemanusiaan di Indonesia.
9
Mereka sangat patut diteladani dan dicontoh bagi masyarakat Indonesia
terutama bagi para guru yang harus memberikan teladan dan panutan yang
baik kepada peserta didiknya.
Sikap jujur dan optimis yang ditunjukan oleh Habibie dan Ainun
sangat baik untuk dijadikan inspirasi dan motivasi tersendiri bagi penikmat
buku ini terutama bagi para pendidik untuk dapat ditularkan kepada peserta
didiknya. Selalu bersikap jujur dan optimis dalam menjani kehidupan yang
penuh dengan tantangan dan hambatan. Semangat kejujuran dan optimisme
dalam diri Habibie maupun Ainun menciptakan motivasi tersendiri bagi
mereka, meskipun dalam keadaan yang terbatas dan dengan penuh jerih payah
Habibie dan Ainun dapat mengatasinya dengan sikap optimis seperti
pengharapan tinggi, tidak mudah putus asa, mampu memotivasi diri, banyak
akal dalam mencapai tujuan, memiliki kepercayaan diri, tidak bersikap pasrah.
Sebagaimana yang telah diutarakan di atas, buku Habibie & Ainun ini
banyak mengandung nilai-nilai yang dapat diambil. Di antaranya adalah nilai
kejujuran yang dapat kita temukan dalam beberapa penggalan yang tercermin
dalam tokoh Habibie, dan berikut penggalanya:
…Pada hari ulang tahun Ainun yang ke-25 pada tanggal 11 Agustus 1962, saya hadiahkan mesin jahit merek Singer, yang dalam promosi produk baru sedang ditawarkan dengan harga khusus dan boleh dicicil dengan tanpa suku bunga. Mesin jahit itu saya serahkan kepada Ainun sambil berkata: “Maafkan kemampuan saya hanya ini saja.6
6 B.J. Habibie, Habibie & Ainun, (Jakarta: THC Mandiri, 2012), hal. 20.
10
Sementara itu nilai kejujuran juga tercermin dalam diri seorang Ainun
salah satunya yakni:
Gaji saya (Habibie) termasuk semua tunjangan DM 1300 (sekitar 680 Euro) bersih. Jauh lebih dari cukup hidup seorang diri tetapi sangat terbatas untuk sebuah rumah tangga baru”…”Sebenarnya saya hendak membicarakan persiapan lahirnya bayi kita. Banyak yang harus dibeli dan dana nya tidak mencukupi. Apakah tidak sebaiknya saya bekerja menjadi dokter? 7
Selain dari nilai-nilai kejujuran dalam buku ini juga terdapat nilai-nilai
optimisme yang dapat ditemukan dalam diri B.J Habibie maupun Ainun, di
antara nilai-nilai optimisme tersebut adalah: sikap Habibie yang tidak mudah
putus asa, bekerja keras, mampu memotivasi diri, dan tidak bersikap pasrah.
Sebagaimana yang terdapat dalam penggalan berikut ini:
Tahap demi tahap dengan bekerja keras, dorongan, kasih sayang Ainun bersama putra kami Ilham menjelang ulang tahunya yang pertama, hasil penelitian saya dinilai sudah memenuhi persyaratan Fakultas Bagian Mesin RWTH- Aachen, untuk diajukan sebagai karya S3 dalam waktu sesingkat-singkatnya8
Begitu pula dengan Ainun, beliau juga memiliki sikap optimisme
tinggi yang meliputi percaya diri, memiliki pengharapan tinggi, tidak mudah
putus asa, mampu memotivasi diri, dan tidak bersikap pasrah yang dapat
ditemukan dalam buku ini, salah satu penggalanya adalah sebagai berikut:
…Untuk menghemat, sejauh mungkin dikerjakan sendiri: Mulailah saya belajar sendiri jahit menjahit. Lama kelamaan jahitan saya tidak terlalu jelek: memperbaiki yang rusak, membuat pakaian bayi, merajut, dan membuat pakaian dalam persiapan musim dingin. Maka tidak kebetulan yang kami beli sebelum Ilham lahir adalah mesin jahit. 9
7 Ibid., hal. 21. 8 Ibid., hal. 38. 9 Ibid., hal.19.
11
Berawal dari hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji
tentang nilai kejujuran dan optimisme dalam buku “Habibie & Ainun” karya
B.J Habibie. Selanjutnya akan dibahas bagaimana relevansi nilai-nilai yang
terdapat dalam buku ini dengan kompetensi kepribadian guru PAI Dari
beberapa hal diatas penulis memberi judul “Nilai Kejujuran dan Optimisme
Dalam Buku Habibie & Ainun Serta Relevansinya Terhadap Kompetensi
Kepribadian Guru PAI”.
B. Rumusan Masalah
1. Nilai-nilai kejujuran dan optimisme apa yang terkandung dalam buku
“Habibie & Ainun” karya Baharudin Jusuf Habibie?
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai kejujuran dan optimisme dalam buku
“Habibie & Ainun” dengan kompetensi kepribadian guru PAI?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui nilai-nilai kejujuran dan optimisme yang terkandung
dalam buku “Habibie & Ainun” karya Baharudin Jusuf Habibie.
2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai kejujuran dan optimisme dalam
buku “Habibie & Ainun” dengan kompetensi kepribadian guru PAI.
Kegunaan penelitian ini yaitu:
1. Secara teoritis, memberikan sumbangan untuk menambah cakrawala,
pengetahuan, dan wawasan mengenai buku sebagai media pendidikan
yang memuat pesan-pasan pendidikan maupun spiritual. Lebih khususnya
tentang nilai kejujuran dan optimisme yang terkandung dalam buku
12
Habibie & Ainun, dalam hal ini dapat dijadikan sebagai media pendidikan
untuk memupuk rasa kejujuran optimisme bagi guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
2. Secara praktis, berguna bagi peneliti untuk mengetahui lebih dalam
mengenai nilai-nilai kejujuran dan optimisme yang terkandung dalam
buku Habibie & Ainun karya Bacharudin Jusuf Habibie. Bagi pihak yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dapat sebagai masukan
pertimbangan bahwasanya pendidikan memerlukan sentuhan melalui buku
inspiratif yang dapat menyampaikan pesan edukatif dan spiritual baik
kepada guru untuk memperbaiki kompetensi kepribadianya, serta untuk
menanamkan karakter bagi peserta didiknya.
D. Kajian Pustaka
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, skripsi ini menggali
tentang nilai optimisme yang terdapat dalam buku Habibie & Ainun.
Sementara itu terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan dan searah
dengan apa yang digali oleh penulis, diantaranya adalah:
Pertama, skripsi Zunita Fitria, mahasiswi jurusan Pendididkan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2010, tentang “Nilai Optimisme dalam Novel Sang
Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansinya terhadap Pendidikan Agama
Islam”. Skripsi ini membahas tentang nilai optimisme yang terdapat dalam
novel Sang Pemimpi dan mengetahui relevansinya dengan Pendidikan Agama
13
Islam. Nilai optimisme dalam novel Sang Pemimpi baik berupa ungkapan atau
dialog yang terdapat dalam novel tersebut.10
Nilai optimisme itu diantaranya yaitu memiliki pengharapan tinggi,
tidak mudah putus asa, mampu memotivasi diri, banyak akal dalam mencapai
tujuan, memiliki kepercayaan diri, tidak bersikap pasrah. Relevansinya dengan
Pendidikan Agama Islam, dalam penelitian ini menitikberatkan pada upaya
penanaman sikap optimisme dalam diri peserta didik. Penelitian ini termasuk
dalam penelitian pustaka dan dengan menggunakan pendekatan semiotik.
Obyek penelitian yaitu novel Sang Pemimpi dan pengumpulan datanya dengan
cara dokumentasi.
Kedua, skripsi Tri sunarni, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2011, tentang “Nilai Optimisme dalam Novel
Dwilogi Pandang Bulan dan Bulan dan Cinta di dalam Gelas Karya Andrea
Hirata (Tinjauan dari Perrspektif Pendidikan Agama Islam)”. Dalam skripsi
tersebut peneliti fokus terhadap nilai optimisme yang terkandung dalam novel
Pandang Bulan dan Bulan dan Cinta di dalam Gelas Karya Andrea Hirata
yang ditinjau dari perspektif Pendididkan Agama Islam. Dilihat dari jenis
penelitianya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan mengunakan
pendekatan sosiologi sastra dan hermeunetik sastra. Nilai optimisme dalam
10 Zunita Fitria, “ Nilai Optimisme dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan
Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2010, hal. 61.
14
novel Pandang Bulan dan Bulan dan Cinta di dalam Gelas dikaji baik melalui
ungkapan atau dialog yang terdapat dalam novel tersebut.11
Nilai optimisme yang digali dalam kedua penelitian tersebut meliputi
pengharapan yang tinggi, mampu memotivasi diri, merasa banyak akal dalam
mencapai tujuan yang diinginkan, memiliki percaya diri, dan tidak bersikap
pasrah. Ditinjau dari perspektif Pendidikan Agama Islam kedua penelitian ini
secara umum menekankan upaya PAI dalam menumbuhkan sikap optimisme
dengan mengkaji tujuan, materi, dan metode dalam Pendidikan Agama Islam.
Sehingga pembahasan dan analisa dari kedua penelitian ini sangat luas.
Kedua penelitian diatas memang sama-sama menggali nilai optimisme
yang terkandung dalam karya sastra novel, begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis sendiri. Namun terdapat perbedaan dengan kedua
skripsi tersebut yaitu dalam hal obyek penelitianya. Kedua penelitian diatas
membahas tentang nilai optimisme dalam karya sastra, dimana ceritanya
adalah fiksi. Berbeda dengan penelitian penulis, obyek penelitian ini adalah
buku yang menceritakan perjalanan hidup yang benar-benar dialami sendiri
oleh penulis. Dalam penelitian ini tidak hanya mengakaji tentang nilai-nilai
optimisme saja sebagaimana dalam penelitian sebelumnya, melainkan juga
nilai-nilai kejujuran.
Kedua penilitian tersebut menekankan pada relevansi terhadap
Pendidikan Agama Islam secara menyeluruh baik dari tujuan, kurikulum,
metode, dan peserta didiknya. Untuk melihat bagaimana PAI bisa
11 Tri Surani, “Nilai Optimisme dalam Novel Pandang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata (Tinjauan dari perspektif Pendidikan Agama Islam)”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2011, hal. 75.
15
menanamkan nilai optimisme kepada peserta didik. Sehingga penelitian ini
terlalu luas dan kurang spesifik pada salah satu komponen pendidikan Islam,
dalam analisisnya pun tidak menyingung tentang permasalahan guru saat ini
yang sering kali menunjukan sikap pesimis. Padahal guru sangat berperan
dalam upaya menamkan sikap optimisme ini kepada peserta didik. Dalam
penelitian ini memiliki posisi untuk melengkapi ataupun menambah dari apa
yang sudah diteliti sebelumnya dengan lebih menekankan pada pendidiknya,
yakni pada kompetensi kepribadian guru PAI.
E. Landasan Teori
1. Nilai
a. Pengertian Nilai
Nilai telah banyak diuraikan oleh para ahli, ada yang menguraikan
nilai sebagai hal yang bersifat material seperti nilai produk, kesejahteraan,
maupun harga. Namun di sisi lain menguraikan nilai sebagai suatu hal
yang bersifat abstrak seperti keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian,
dan lain-lain.12 Pada dasarnya nilai merupakan sesuatu yang dianggap
berharga dan menjadi tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan dalam
ensiklopedia Indonesia memaparkan bahwasanya nilai merupakan
kebutuhan manusia dan rasa yang menuntut pada pemenuhan dan
pemuasan dalam berbagai hal, sehingga hal ini menjadi bernilai bagi
manusia.13
12 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, ( Bandung: Alfabeta, 2011),
hal. 8. 13 Van Ho Eve, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1980), hal. 2390.
16
Konsep tentang nilai telah banyak dipaparkan oleh para ilmuan
yang kompeten dengan sudut pandang yang berbeda-beda sesuai dengan
penggunaanya, antara lain:
1) Menurut Gordon Alport
Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihanya.
2) Menurut Bartens
Nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita
cari, menyenangkan, disukai, dan diinginkan. Atau singkatnya nilai
adalah sesuatu yang baik.
3) Menurut Sinurat
Nilai dan perasaan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, keduanya
saling mengandaikan. Perasaan yang bernilai bagi seseorang adalah
jika menimbulkan perasaan positif.
4) Menurut Kuperman
Nilai merupakan patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam
menentukan pilihanya di antara cara-cara tindakan alternatif
5) Menurut Kluckhohn
Nilai adalah suatu konsepsi tersirat maupun tersurat yang diinginkan,
mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir
tindakan.14
14 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai…, hal.9-10.
17
Sehingga dari beberapa pendapat tentang nilai tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa nilai merupakan sebuah konsep dalam
kehidupan seorang individu atau masyarakat mengenai hal-hal yang
menyenangkan serta dianggap baik dan benar serta hal yang dianggap
buruk dan salah. Misalnya dalam nilai sosial di dalamnya terdapat nilai
tertinggi yakni kasih sayang antar manusia, kasih sayang merupakan
sebuah konsepsi mengenai hal yang menyenangkan dan dianggap baik dan
benar dalam kehidupan masyarakat.
Nilai yang sesungguhnya hanya dapat lahir jika diwujudkan dalam
praktik tindakan bukan hanya ungkapan verbal. Misalkan seseorang yang
berkata bahwa segala perikehidupan harus dilandasi oleh rasa keikhlasan,
padahal dalam tindakanya justru mencerminkan tindakan yang tidak ikhlas
seperti berorientasi pada materi, hal ini berarti terjadi disorientasi nilai
dalam dirinya. Apa yang dia katakan tidak sesuai dengan tindakanya.
Keadaan demikian sebenarnya mengukuhkan dugaan orang lain bahwa
nilai keikhlasan bukan milik dirinya. Sedangkan nilai yang benar-benar
miliknya tercermin dalam tindakanya. Nilai yang bersifat abstrak dapat
dilacak dari tiga realitas, yaitu: Pola perilaku, pola berpikir, dan sikap.15
b. Klasifikasi Nilai
Para ahli terminologi memberikan konsep tentang nilai dengan
menggunakan berbagai macam sudut pandang dan disesuaikan dengan
penggunaanya, hal ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
15Ibid, hal.14-23.
18
1) Dilihat dari kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham Maslow
dikelompokan menjadi: nilai biologis, nilai keamanan, cinta kasih, dan
harga diri.
2) Dilihat dari segi kemampuan manusia untuk menangkap dan
menggembangkan nilai dapat dibedakan menjadidua yaitu :
a) Nilai statis, yang meliputi kognisi, afeksi, dan psikomotorik.
b) Nilai dinamis, yang meliputi motivasi berprestasi, bervaliasi, dan
berkuasa.
3) Dilihat dari pendekatan proses budaya, nilai dapat dikelompokan
kedalam tujuh jenis. Diantaranya adalah ilmu pengetahuan, nilai
ekonomi, nilai estetika, nilai politik, nilai keagamaan, dan nilai
kejasmanian.
4) Berdasarkan atas sifatnya, nilai dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: nilai
subyektif, rasional, dan metafisik.
5) Dilihat dari sumbernya, nilai terdiri dari nilai ilahiyah (nilai yang
dititahkan Tuhan melalui para rasul seperti takwa, iman, adil, jujur,
dan lain sebagainya) serta nilai insaniyah (nilai yang tumbuh atas
kesepakatan manusia).
6) Jika ditinjau dari keberlakuannya nilai dibagi menjadi nilai total dan
nilai universal
7) Sedangkan dari hakikatnya dibagi menjadi nilai hakiki dan
instrumental.16
16 Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhklas, 2001), hal. 63-65.
19
8) Sumber lain menjelaskan, dalam klasifikasi nilai terdapat nilai intrinsik
dan ekstrinsik. Dikatakan nilai intrinsik jika hal tersebut dinilai untuk
kebaikanya sendiri. Sedangkan nilai ekstrinsik yakni apabila dapat
menjadi perantara untuk dapat mencapai nilai intrinsik. Contoh:
Keikhlasan dapat menjadi nilai intrinsik ketika diperjuangkan melalui
perilaku suka menolong, mengamalkan ilmu, sungguh-sungguh dalam
pekerjaan, dan tawakal merupakan nilai-nilai ekstrinsik, yakni nilai
yang dapat menjadi perantara tercapainya keikhlasan seseorang.17
b. Nilai Kejujuran
1) Pengertian Nilai Jujur
Jujur adalah mengungkapkan dan menyampaikan pesan sesuai
dengan faktanya, jujur merupakan lawan dari dusta yaitu
mengungkapkan dan menyampaikan pesan yang tidak sesuai dengan
faktanya.18 Sedangkan nilai-nilai kejujuran dalam kamus jiwa dan
pendidikan adalah sesuatu yang berharga dan mengandung manfaat
menurut tinjauan kejujuran, atau dengan kata lain sesuai dengan ajaran
agama.19
Berperilaku jujur atau benar banyak ragamnya. Diantaranya
benar atau jujur dalam berkata, benar atau jujur dalam niat dan
kehendak, jujur atau benar dalam berazam, jujur dan benar dalam
17 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai…, hal.9-10. 18 Abu Al-Hasan Ali Al-Bashri Al- Mawardi, Etika Jiwa Menuju Kejernihan Jiwa dalam
Sudut Pandang Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 63. 19 Mursal, Kamus Jiwa dan Pendidikan, (Bandung: Al-Ma’arif, 1976), hal. 22.
20
melakukan azam, dan jujur atau benar dalam perbuatan. Sebagaimana
yang telah dibahas oleh sebagai berikut:20
a) Benar atau jujur dalam berkata
Berkaitan dengan kabar dan cerita yang diterima hendaklah
disampaikan sebagaimana adanya tanpa ditambah maupun dikurangi.
b) Berlaku benar atau jujur dalam niat dan kehendak
Ketika seseorang melakukan sebuah amalan, namun amalan tersebut
dilakukannya dengan tidak ikhlas bisa disebut dengan pendusta.
c) Benar atau jujur dalam berazam
Hendaklah seseorang untuk melakukan sesuatu haruslah teguh dan
benar-benar dilakukan, jangan sampai dihinggapi rasa ragu-ragu dan
lemah
d) Benar atau jujur dalam pelaksanaan azam
Ketika melaksanakan azam haruslah dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh, bukan karena hal-hal berat yang menghalangi kemudian
lunturlah azam tersebut sehingga tidak sesuai dengan apa yang
diazamkan dan dilakukan
e) Benar atau jujur dalam perbuatan
Hendaklah umat manusia berusaha agar perbuatan lahiriyahnya
sesuai dengan apa yang tersimpan dalam lubuk hatinya.
Nilai tidak bisa lepas dengan tindakan. Nilai tidak hanya sebatas
untuk diucapkan, perlu adanya sebuah tindakan yang nyata untuk
20Sayyid Sabiq, Nilai-Nilai Islami, (Yogyakarta, Sumbangsih Offset, 1988), hal.93-97.
21
menunjukan bahwasanya nilai itu ada dalam diri.21 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai kejujuran merupakan nilai instrinsik
sedangkan untuk mencapainya diperlukan perantara. Perantara tersebut
adalah nilai-nilai ekstrinsik yang ditunjukan dengan berperilaku benar
atau jujur dalam berkata, benar atau jujur dalam niat dan kehendak,
jujur atau benar dalam berazam, jujur dan benar dalam melakukan
azam, dan jujur atau benar dalam perbuatan.
2) Keutamaan Jujur
Islam telah memerintahkan umatnya untuk selalu bersikap jujur,
sebagaiamana yang telah telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW dimana beliau selalu menampillkan sikap jujur kepada umatnya,
sehingga beliau disebut dengan As-Shiddiq. Dengan adanya sikap jujur
tentulah akan menjadikan diri kita sebagai seorang individu merasa
tenang, tidak merasa terancam. Lebih dari itu dengan sikap jujur ini
dapat membawa masyarakat kearah yang lebih sejahtera, makmur, dan
adil.
Al-Qur’an telah memerintahkan kita untuk berperilaku jujur,
karena dalam kejujuran mengandung keutamaan. Sebagaimana yang
terdapat dalam Q.S Al Maidah ayat 119:
21Rohmat Mulyana, Mengaktualisasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2011),
hal. 14.
22
Artinya:”Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar".22
c. Nilai Optimisme
1) Pengertian Nilai Optimisme
Optimis dalam pandanagan para ahli memiliki konsepsi yang
berbeda-beda. Namun secara umum optimis adalah selalu percaya diri
terhadap dirinya dan selalu berpandanagan atau berpengharapan dalam
segala hal.23 Optimis sebagai sebuah paham dapat berarti sebagai suatu
pandangan mengenai pendayagunaan diri, keyakinan bahwa orang
mempunyai penguasaan akan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya dan
dapat mengahadapi tantangan hidup sewaktu-waktu tantangan hidup
itu muncul.24
Dalam Islam disebut dengan raja’ yaitu selalu memautkan hati
kepada sesuatu yang diyakininya pada masa yang akan datang dan
harus didahului dengan usaha yang bersungguh-sungguh.25 Berikut
pandangan para ahli mengenai optimisme:
22 Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mekar Surabaya), 2002,
hal. 127. 23 Ahmad Maulana dkk., Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Yogyakarta: Absolut, 2008),
hal. 363. 24 Daniel Goleman, Emotional Intelegence, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1995), hal.
126. 25 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007), hal. 41.
23
a) Menurut Segerestrom, optimisme adalah cara berfikir yang positif
dan realistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif
adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk.
b) Menurut Lopez dan Synder, optimisme adalah suatu harapan yang
ada pada individu bahwa segala sesuatu akan berjalan kearah
kebaikan. Perasaaan optimisme membawa individu pada tujuan
yang diinginkan, yakni percaya pada diri dan kemampuan yang
dimiliki.
c) Menurut Goleman, Optimisme merupakan suatu usaha pertahanan
diri pada seseorang agar jangan sampai jatuh kedalam masa
kebodohan, putus asa, dan depresi apabila menghadapi kesulitan.26
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa optimisme adalah
suatu sikap untuk selalu berfikir positif terhadap permasalahan yang
sedang dihadapi, berusaha bersungguh-sungguh, bekerja keras, percaya
diri dengan apa yang dimilikinya untuk dapat mencapai apa yang
diinginkan atau dicita-citakan. Seseorang yang pesimistis akan
memandang bahwa kejadian buruk merupakan kesalahan diri sendiri
dan bersifat tetap, sebaliknya seseorang yang optimistik akan
melakukan interprestasi kejadian negatif sebagai akibat eksternal dan
bersifat sementara, serta memandang peristiwa positif secara internal,
global dan menetap.27
26 M.Nur Ghufron dan Rini Risnawati S, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), hal. 95-97. 27 Triantoro Safaria, Optimistic Quotient Menanamkan dan Menumbuhkan Sikap Optimis
pada Anak, (Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2007), hal. 60.
24
Sedangkan nilai optimisme sendiri tidak bisa dilepaskan dari
tindakan. Nilai dalam diri seseorang tidak hanya sebatas pada
pengucapan saja akan tetapi juga dibuktikan dalam bentuk perbuatan.
Bentuk tidakan yang mencerminkan nilai optimisme di dalamnya
meliputi berpengharapan tinggi, dapat memotivasi diri, banyak akal
untuk meraih tujuan, percaya diri, tidak bersikap pasrah, dapat
menemukan alternatif cara untuk mencapai tujuan.
2) Aspek-Aspek Optimisme
Saligman mendiskripsikan individu-individu yang memiliki
sikap optimis dapat terlihat dalam aspek-aspek tertentu, diantaranya:
a) Permanent adalah individu yang selalu menampilkan sikap hidup
kearah kematangan dam akan berubah sedikit sajadari biasanya dan
ini tidak bersifat lama.
b) Pervasive adalah gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi
ruang lingkup, yang dibedakan menjadi spesifik dan universal.
c) Personalization yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan
penyebab dan dibedakan menjadi internal dan eksternal.28
3) Ciri-Ciri Individu yang Optimis
Mc Ginnis menyatakan orang-orang yang optimis jarang
merasa terkejut oleh kesulitan. Mereka merasa yakin memiliki
kekuatan untuk menghilangkan pemikiran negatif, berusaha
meningkatkan kekuatan diri, menggunakan pemikiran yang inovatif
28 M.Nur Ghufron dan Rini Risnawati S, Teori-Teori Psikologi…, hal. 98.
25
untuk dapat menggapai kesuksesan dan berusaha bergembira meskipun
tidak dalam kondisi bahagia.
Scheiver dan Carter menyatakan bahwa individu yang optimis
akan berusaha mengapai pengharapan dengan pemikiran yang positif,
yakin akan kelebihan yang dimiliki. Individu optimisme biasa terus
bekerja mengahadapi tekanan dan tantangan sehari-hari secara efektif,
serta selalu bedoa.29
Sebuah nilai tidak akan terlepas dari tindakan, kepemilikan
nilai tentu harus dibuktikan dengan tindakan. Begitupula dengan nilai
optimisme yang juga merupakan nilai intrinsik, untuk mencapinya
memerlukan nilai-nilai ekstrinsik berupa perilaku yang juga
merupakan cerminan dari nilai optimisme. Perilaku tersebut adalah:
a) Memiliki pengharapan yang tinggi
b) Mampu memotivasi diri
c) Merasa cukup banyak akal untuk menentukan cara meraih tujuan
d) Memiliki kepercayaan diri yang tinggi
e) Tidak bersikap pasrah
f) Cukup luwes dalam menemukan alternatif cara agar tujuan tetap
tercapai30
4) Optimisme dalam Islam
Dalam sumber ajaran agama Islam yaitu Al-Qur’an banyak
ayat yang menerangkan tentang sikap optimis. Dan ini menunjukan
29 Ibid., hal. 99. 30 Daniel Goleman, Emotional Intelegence, (Jakarta:Gramedia Pustaka, 1996), hal.122.
26
bahwasanya Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mau bersikap
optimis dalam menjalani kehidupan. Adapun ayat Al-Qur’an yang
menerangkan tentang sikap optimis adalah:
SuratYusuf ayat 87:
Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".31
Serta dijelaskan pula dalam surat Az-Zumar ayat 53:
Artinya: “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”32 Dari beberapa ayat diatas penulis menyimpulkan bahwa Islam
sangat menganjurkan bagi umatnya untuk selalu bersikap optimis salah
satunya dengan menghadapi segala permasalahan tanpa berputus asa,
karena dengan modal sikap optimis inilah kita akan meraih kesuksesan
dan kebahagiaan di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.
31 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Jakarta: CV Atlas, 2000), hal. 246.
32Ibid, hal. 366.
27
5) Cara Memupuk Optimisme
Memupuk nilai optimisme dalam diri anak sangatlah
dibutuhkan peranan orang tua dengan cara memberikan penghargaan
dan penerimaan tanpa syarat, pemberian motivasi, dan dukungan pada
anak. Dalam proses komunikasi dengan anak orang tua harus dapat
membawa anak pada pola komunikasi dua arah yang bersifat terbuka
diantara keduanya, sehingga orang tua mau untuk mendengarkan
anak.33
d. Nilai dalam Tradisi Karya Sastra
Sastra diartikan sebagai karangan dengan bahasa yang indah dan isi
yang baik. Bahasa yang indah artinya dapat menimbulkan kesan dan
menghibur pembacanya. Sedangakan isi yang baik artinya berguna dan
mengandung nilai pendidikan. Indah dan baik ini menjadi fungsi sastra
yang terkenal dengan sebutan dulce et utilie. Berkaitan dengan kategori
sastra yang baik Romo YB Mangunwijaya menyatakan bahwa karya sastra
yang baik selalu bernilai religius. Artinya, sastra akan selalu mengajak
menuju kehidupan yang lebih baik dan benar. Sastra juga akan menyajikan
bahan perenungan bagi manusia untuk secara arif memilih dua jalan:
kebaikan dan keburukan, disertai dengan gambaran akibat-akibat yang
akan ditimbulkanya.34
33 Triantoro Safaria, Optimistic Qoutient…, hal. 135-144. 34 Roohinah M. Noor, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra Solusi Pendidikan Moral
Yang Efektif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 17-19.
28
Seorang pengarang karya sastra tidak terlepas dari nilai-nilai dan
norma yang bersumber dari ajaran agama. Pandangan ini erat kaitanya
dengan proses penciptaan karya sastra, bahwa ia tidak lahir dalam keadaan
kekosongan budaya, akan tetapi sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat
religius. Sastra yang bercorak nilai-nilai agama merupakan pengungkapan
jiwa dan merupakan sebuah sarana untuk melakukan ibadah kepada sang
Pencipta. Sebagaimana yang terdapat dalam sastra Islam yang multifungsi
bukan hanya sebatas pada pengungkapan jiwa semata akan tetapi juga
mengajarkan nilai-nilai transenden. Pada intinya karya sastra harus dapat
memberikan hikmah yang baik, hikmah itu berupa nilai-nilai dan kearifan.
Hikmah yang baik dalam karya sastra yang dapat membuat orang yang
membacanya tercerahkan. Dan karya sastra yang bagus bukanlah sekedar
kata-kata yang bagus, melainkan sesuatu yang mencerahkan.35
4. Kompetensi Guru PAI
a. Kompetensi Guru
Menurut UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan
bahwa Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Selain itu kompetensi juga dapat
diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan kekuasaan, kewenangan,
keterampilan, pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas
35 Ibid, hal. 41-42.
29
tertentu.36 Sehingga kompetensi dapat dimengerti sebagai seperangkat
pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan yang harus dimiliki oleh
seseorang untuk dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik serta dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yakni
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional,
dan kompetensi sosial. Standar kompetensi guru ini didasarkan pula dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 tentang standar
kualifikasi dan kompetensi guru.37 Penguasaan empat kompetensi tersebut
mutlak harus dimiliki oleh setiap guru untuk menjadi tenaga pendidik yang
profesional seperti yang disyaratkan dalam Undang-Undang Guru dan
Dosen. Kompetensi berkaitan erat dengan standar. Seseorang dianggap
kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan, keterampilan, sikap, dan hasil
kerjanya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh lembaga atau
pemerintah.38
b. Kompetensi Guru PAI
Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peranan yang penting
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. dapat membentuk sikap,
kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran
agama. Ataupun dalam kata lain membentuk peserta didik yang beriman,
bertakwa, dan memiliki akhlak yang mulia sebagaimana tujuan dari
36 Wahab, Kompetensi guru agama tersertifikasi, (Semarang: Robar Bersama, 2011), hal.
11-12. 37Ibid, hal. 63. 38 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 28.
30
pendidikan nasional. Untuk dapat mencapai tujuan ini diperlukanlah guru
PAI yang berkompeten, tidak hanya sebatas memiliki 4 kompetensi guru
yang terdapat dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Namun guru PAI juga harus menguasai kompetensi kepemimpinan atau
leadership sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Agama No 16
Tahun 2010. Ditambah lagi dengan kompetensi manajemen.
c. Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar tehadap keberhasilan
pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru sangat
berperan dalam membentuk kepribadian peserta didiknya. Hal ini
dikarenakan kesukaan manusia dalam mencontoh, termasuk mencontoh
pribadi gurunya. Oleh karena itu kompetensi kepribadian sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta
didik. Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat
penting dalam pembentukan kepribadian anak, guna menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia, mensejahterakan rakyat, serta
memajukan bangsa dan negara.39
Dilihat dari aspek psikologi, kompetensi guru menunjukan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian: (1) mantap dan
stabil, yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma,
hukum, sosial, dan etika yang berlaku. (2) dewasa yang berarti mempunyai
kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja
39 E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kepribadian Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 117.
31
sebagai guru, (3) Arif dan bijaksana, yaitu tampilnya manfaat bagi peserta
didik, sekolah, masyarakat dengan menunjukan keterbukaan dalam berpikir
dan bertindak, (4) berwibawa, yakni perilaku guru yang disegani dan
memberiikan pengaruh positif terhadap peserta didik, dan (5) memiliki
akhlak mulia dan perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik,
bertindak sesuai dengan norma religius, jujur, dan suka menolong.40
Kepribadian yang mantap dari seorang guru akan memberikan
teladan yang baik terhadap peserta didik maupun masyarakat, sehingga guru
dapat tampil sebagai sosok yang pantas untuk dicontoh sikap dan
perilakunya. Dengan kepribadian ini memiliki peran yang sangat besar
terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran.
Pribadi guru sangatlah berperan dalam membentuk kepribadian peserta
didik, karena dalam proses pembelajaran yang dilihat langsung oleh peserta
didik adalah gurunya. Semua ini menunjukan bahwa kompetensi
kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses
pembentukan pribadinya.41
Berdasar pada penjabaran dalam Peraturan Menteri Agama No.16
tahun 2010, kompetensi kepribadian meliputi beberapa indikator:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional indonesia.
40 Wahab, Kompetensi guru agama tersertifikasi, (Semarang: Robar Bersama, 2011), hal.
13. 41 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi… hal. 117.
32
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, serta
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa percaya
diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 kompetensi
kepribadian mencakup kepribadian yang:
a. Beriman dan bertakwa
b. Berakhlak mulia
c. Arif dan bijaksana
d. Demokratis
e. Mantap
f. Berwibawa
g. Stabil
h. Dewasa
i. Jujur
j. Sportif
k. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
l. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
33
d. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususanya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.42
Sedangkan menurut PP No 74 tahun 2008 tentang guru pada pasal
satu dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru adalah orang dewasa yang sadar bertanggung jawab dalam
mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut
guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program
pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik
dapat belajar dan akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai
tujuan akhir dari proses pendidikan.43 Menurut PMA no 16 Tahun 2010
Guru Pendidikan Agama adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, memberi teladan,
42 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, (Bandung: Citra Umbara,
2006), hal.61. 43 Hamzah B. Uno, profesi kependidikan; Problema solusi, Reformasi pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 15.
34
menilai dan mengevaluasi peserta didik. Sangat jelas di sini guru PAI juga
termasuk dalam cakupan peraturan tersebut.
Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Agama tersebut
guru PAI seharusnya dapat menjadi teladan dengan mencerminkan
kepribadian yang baik, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-
Undang No. 14 Tahun 2005. Guru PAI haruslah menunjukan kompetensi
kepribadianya dengan: (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. (2) menampilkan pribadi yang
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan msyarakat. (3)
menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewas, arif, dan
berwibawa. (4) menunjukan etos kerja dan tangggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. (4) Menjunjung tinggi kode
etik profesi guru.
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Dari segi jenis penelitian, penelitian ini termasuk dalam penelitian
pustaka (Library Research) yang mana dalam penelitian ini penulis
mengadakan observasi di perpustakaan untuk memeperoleh data dan
informasi tentang obyek penelitian melalui buku-buku, majalah, jurnal, dan
alat visual yang lain. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
kualitatif, yaitu proses penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif
yang berupa kata-kata tertulis dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
35
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan
content analysis (analisis isi), maksudnya dalam uraian skripsi ini,
khususnya pada bagian analisis penulis mencoba untuk menggali makna
yang terdapat dalam setiap penggalan buku Habibie & Ainun ini. Dalam hal
ini penulis lebih menfokuskan penelitian untuk menemukan nilai-nilai
kejujuran dan optimisme yang terdapat dalam buku Habibie & Ainun karya
B.J Habibie.
3. Sumber data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan penulis meliputi
sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun sumber data primer
dalam penelitian ini adalah buku Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf
Habibie. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
berbagai buku yang berkaitan dengan penelitian diantaranya seperti buku
Kecerdasan Emosional yang ditulis oleh Daniel Goleman, buku B.J Habibie
Kisah hidup dan Kariernya yang ditulis oleh A. Makmur Makka. Buku B.J
Habibie Guru Terbesar Adalah Otak Saya yang ditulis oleh Ade Ma’ruf, serta
buku-buku dan perundang-undangan yang berkaitan dengan kompetensi
kepribadian guru. Sumber sekunder yang lain adalah rekaman video
wawancara yang dilakukan oleh beberapa stasiun televisi dengan B.J
Habibie yang berkaitan dengan buku maupun film “Habibie & Ainun”.
36
4. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data
dokumentasi yaitu dengan mengadakan penelusuran bahan dokumentasi
yang terdapat dalam buku-buku, jurnal, majalah, artikel, koran, video
rekaman wawancara, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian
ini. Penelusuran dokumen ini bertujuan untuk menemukan data ataupun
teori yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian
ini, yaitu masalah nilai-nilai optimisme dan kejujuran yang terdapat dalam
buku Habibie & Ainun.
5. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini
adalah Content Analysis atau yang disebut juga sebagai analisis isi.
Content Analysis merupakan teknik yang digunakan dalam menarik
kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan yang dilakukan
secara obyektif dan sistematis.44 Analisis ini tentu saja untuk mengungkap
nilai-nilai kejujuran dan optimisme serta makna simbolik yang terkandung
dalam buku Habibie & Ainun.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memeberikan gambaran sistematis, maka penulisan skripsi
disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Penelitian diawali dengan Pendahuluan, dalam Pendahuluan di sini
merupakan Bagian pertama yang berisi tentang latar belakang masalah,
44 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda karya,
1991), hal. 163.
37
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan
teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bagian selanjutnya adalah gambaran umum yang berisi tentang
pembahasan buku Habibie & Ainun yang meliputi: latar belakang penulisan,
dan sinopsis tentang buku Habibie & Ainun. Serta profil dari penulis buku
yakni B.J Habibie yang meliputi latar belakang keluarga, pendidikan, dan
karya-karya beliau.
Pada penelitian ini membahas dan menganalisa tentang nilai kejujuran
dan optimisme yang terkandung dalam buku Habibie & Ainun serta relevansi
nilai-nilai kejujuran dan optimisme yang terdapat dalam buku Habibie &
Ainun dengan kompetensi kepribadian guru PAI. Analisisnya terdapat dalam
BAB III penelitian.
Terakhir adalah bagian penutup yang memuat kesimpulan, saran, dan
lampiran-lampiran dalam penelitian ini. Sedangkan bagian terakhir dalam
skripsi ini terdiri dari daftar pustaka.
134
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai kejujuran dalam buku Habibie & Ainun yang tercermin dari
ungkapan yang mencerminkan perilaku B.J Habibie serta Ainun Hasri
diantara keduanya memiliki perilaku jujur dalam berkata, yakni dengan
menyampaikan suatu keadaan dan kenyataan apa adanya tanpa menambah
ataupun menguranginya. Jujur dalam berazam, ketika seseorang memiliki
tekad, maka tekad tersebut haruslah dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh tanpa adanya keraguan. Nilai optimisme dalam buku Habibie &
Ainun diantaranya memilki pengharapan tinggi, salah satu bentuknya
yakni adanya berbagai macam cita-cita yang dimiliki oleh B.J Habibie
ataupun Ainun. Adanya sikap tidak mudah putus asa dalam menjalani
kehidupan susah ataupun dalam usahanya mewujudkan apa yang menjadi
harapan dan impian. Mampu memotivasi diri yakni dengan selalu
berfikiran positif, tidak hanya bersumber dari dirinya sendiri tetapi dengan
melihat lingkunganya beliau dapat juga menumbuhkan motivasi dalam
dirinya. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi dengan menghargai atas
kemampuan yang dimilki, meskipun mendapatkan ejekan dari berbagai
pihak beliau tetap percaya akan dapat mewujudkan impian. Tidak bersikap
134
135
pasrah terhadapi kondisi yang sedang dialaminya, menerima takdir yang
telah ditentukan Allah namun tetap berusaha dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai tujuan.
2. Keterkaitan nilai kejujuran dan optimisme dalam buku Habibie & Ainun
terhadap kompetensi kepribadian guru PAI dapat terlihat dalam PMA No.
16 Tahun 2010. Serta upayanya seorang guru untuk dapat menampilkan
pribadi yang berkhlak mulia dan menjadi teladan utamanya bagi peserta
didik, maupun bagi lingkungan sekitarnya. Hal ini sudah menjadi
kewajiban yang harus dipenuhi dan dimilki oleh guru apalagi guru PAI
yang memiliki tanggung jawab yang besar untuk menanamkan karakter
akhlak mulia terutama dalam bentuk sikap jujur dan optimis. Sikap
tersebut sangat perlu ditanamkan, karena semakin hari kehidupan semakin
keras dan perlu bagi setiap orang berpandangan optimis untuk
mengahadapinya. Dengan sikap jujur yang tertanam dalam pribadi penerus
bangsa akan membantu bangsa ini terbebas dari korupsi.
B. Kata Penutup
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
kuliah dalam bentuk skripsi ini.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan dalam upaya perbaikan ke arah yang lebih baik. Semoga hasil
penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangsih pemikiran
terhadap pembaca dan pihak-pihak dalam dunia pendidikan.
136
DAFTAR PUSTAKA
Al- Mawardi, Abu Al-Hasan Ali Al-Bashri, Etika Jiwa Menuju Kejernihan Jiwa dalam Sudut Pandang Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Al-Syaibany, Omar Muhammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, (Terj. Hasan Langgulung), Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Ardiansyah, M. Asrori, “Pengertian Nilai”, www.majalahpendidikan.com.2013.
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
B. Uno, Hamzah, profesi kependidikan; Problema solusi, Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Eve, Van Ho, Ensiklopedia Indonesia. Jakarta: Ikhtiar Baru, 1980.
Fitria, Zunita, “Nilai Optimisme dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga. 2010.
Furqan, Abraham, “Taukah Anda Siapa Habibie Itu?”, www.Kompasiana.com, 2010.
Ghufron, M.Nur & Rini Risnawati S, Teori-Teori Psikologi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Goleman, Daniel, Emotional Intelegence, Penerjemah: T. Hermaya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1995.
Habibie, Bacharudin Jusuf, Habibie & Ainun. Jakarta: THC Mandiri, 2010.
Ilyas, Yanuar, Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007.
Jalaludin & Abdullah, Filsafat pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007.
Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Khaddaf, Asnawi, “KBRI China Luncurkan Buku Habibie-Ainun Berbahasa Mandarin”, www.metrotvnews.com, 2013.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kutikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Ma’ruf, Ade, B.J Habibie Guru Terbesar Adalah Otak Saya, Ar-Ruzz Media: Yogyakarta, 2013.
137
Makka, A. Makmur, B.J Habibie Kisah Hidup & Kariernya, Gema Insani Press: Jakarta, 1998.
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1964.
Maulana, Ahmad dkk., Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Yogyakarta: Absolut, 1964.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda karya, 1991.
Muahaimin & Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993.
Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009.
Mursal, Kamus Jiwa dan Pendidikan, Bandung: Al-Ma’arif, 1976.
Nawawi , Hadari, Pendidikan Dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 2001.
Pangkalan Ide, Imunisasi Mental untuk Bangkitkan Optimisme, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2010.
Ranayulis & Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.
Sabiq, Sayyid, Nilai-Nilai Islami, Yogyakarta: Sumbangsih Offset, 1988.
Safaria, Triantoro, Optimistic Quotient Menanamkan dan Menumbuhkan Sikap Optimis pada Anak, Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2007.
Salam, Solichin, B.J Habibie Mutiara Dari Timur, PT. Intermasa: Jakarta, 1987. Siti & Azadah, Jujur, Amanah, dan Bijaksana dalam Pekerjaan, Brunei
Darussalam: Islamic Da’wah Center, 1999.
Surani, Tri, “Nilai Optimisme dalam Novel Pandang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata (Tinjauan dari perspektif Pendidikan Agama Islam”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2011.
Suwadi, dkk., Buku Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2012.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
138
Vincent Peale, Norman, Panduan untuk Sukses Hidup Percaya Diri, penerjemah: Nurlita Yusron, Yogyakarta: BACA!, 2006.
Wahab, Kompetensi guru agama tersertifikasi, Semarang: Robar Bersama, 2011.
Wajiran, “Film Habibie dan Ainun Sebuah Inspirasi Kehidupan”, www.uad.ac.id, 2014.
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi Offset, 2010.
Yogi, Ardhi, “Kini Terbit dalam Tiga Bahasa, Buku Kisah Cinta ‘Habibie & Ainun’”, www.republika.co.id, 2011.
Yusuf, Syamsu & Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Zein, Muhammad, Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Ak Group dan Indra Buana, 1995.
139
Lampiran 1
140
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-12/RO
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/ TUGAS AKHIR
Nama : Yogi Pramesti Utomo
NIM : 10410068
Pembimbing : H. Suwadi, M.Ag, M.Pd
Judul :Nilai-Nilai Kejujuran Dan Optimisme Dalam Buku
Habibie & Ainun Serta Relevansinya Terhadap Kompetensi
Kepribadian Guru PAI
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Agama Islam
No Tanggal Konsultasi
Ke Materi Bimbingan
Tanda Tangan
Pembimbing
1. 18
Desember
2013
I Konsultasi proposal setelah seminar
Yogyakarta, .............
Pembimbing
H. Suwadi, M.Ag, M.Pd
NIP.19710315 199803 1 004
Lampiran 2
141
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-12/RO
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/ TUGAS AKHIR
Nama : Yogi Pramesti Utomo
NIM : 10410068
Pembimbing : H. Suwadi, M.Ag, M.Pd
Judul :Nilai-Nilai Kejujuran Dan Optimisme Dalam Buku
Habibie & Ainun Serta Relevansinya Terhadap Kompetensi
Kepribadian Guru PAI
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Agama Islam
No Tanggal Konsultasi
Ke Materi Bimbingan
Tanda Tangan
Pembimbing
1. 19
Desember
2013
II Konsultasi kerangka teori
Yogyakarta, .............
Pembimbing
H. Suwadi, M.Ag, M.Pd
NIP.19710315 199803 1 004
142
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-12/RO
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/ TUGAS AKHIR
Nama : Yogi Pramesti Utomo
NIM : 10410068
Pembimbing : H. Suwadi, M.Ag, M.Pd
Judul :Nilai-Nilai Kejujuran Dan Optimisme Dalam Buku
Habibie & Ainun Serta Relevansinya Terhadap Kompetensi
Kepribadian Guru PAI
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Agama Islam
No Tanggal Konsultasi
Ke Materi Bimbingan
Tanda Tangan
Pembimbing
1. 8 Januari
2014
III Konsultasi kerangka teori
Yogyakarta, .............
Pembimbing
H. Suwadi, M.Ag, M.Pd
NIP.19710315 199803 1 004
143
144
145
146
147
148
Lampiran 3
149
Lampiran 4
150
Lampiran 5
151
Lampiran 6
152
Lampiran 7
153
Lampiran 8
CURICULUM VITAE
A. Identitas
1. Nama : Yogi Pramesti Utomo
2. TTL : Sukoharjo, 6 September 1992
3. Alamat : Gampingan, RT 1/RW 9, Ngasinan, Bulu, Sukoharjo
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Nama Ayah : Sutarto
7. Nama Ibu : Miyarti
8. Pendidikan Terakhir : Strata Satu (S1) Pendidikan Agama Islam
9. No. HP : 085726916950
10. e-mail : [email protected]
B. Pendidikan
1. TK : TK Dharma Wanita Ngasinan : 1997-1998
2. SD : SD Negeri Ngasinan 1 : 1998-2004
3. SMP : SMP Negeri1 Bulu : 2004-2007
4. SLTA : SMA Negeri 1 Tawangsari : 2007-2010
5. Perguruan Tinggi : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2010-2014
C. Pengalaman Organisasi
1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2012