OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya...

68
OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA BTM 11 SEBAGAI INHIBITOR RNA HELIKASE VIRUS HEPATITIS C AKSAR CHAIR LAGES DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya...

Page 1: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI

MIKROALGA BTM 11 SEBAGAI INHIBITOR RNA

HELIKASE VIRUS HEPATITIS C

AKSAR CHAIR LAGES

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

RINGKASAN

AKSAR CHAIR LAGES. C34080078. Optimasi Pemurnian Polisakarida dari

Mikroalga BTM 11 sebagai Inhibitor RNA Helikase Virus Hepatitis C. Dibimbing

oleh IRIANI SETYANINGSIH dan APON ZAENAL MUSTOPA.

Infeksi virus Hepatitis C (HCV) merupakan penyebab utama penyakit hati

kronis di seluruh dunia. Pengobatan yang dilakukan terhadap penderita hepatitis C

selama ini adalah melalui terapi dengan pemberian interferon yang

dikombinasikan dengan ribavirin. Pengobatan ini masih belum optimal,

memerlukan biaya yang mahal dan dapat memberikan efek samping.Usaha dalam

menemukan obat HCV terus dilakukan dengan mencari unsur antiviral yang

melawan virus dengan cara menghambat enzim yang berperan dalam proses

replikasi virus HCV, yaitu RNA helikase. Inhibitor enzim RNA helikase dapat

diperoleh dari hasil metabolit mikroalga, salah satunya adalah polisakarida.

Mikroalga BTM 11 yang diekstraksi menggunakan metanol 80% memiliki

aktivitas penghambatan terhadap RNA helikase HCV sebesar 80% (dilusi 5x).

Namun, diperlukan teknik pemurnian polisakarida yang terbaik dalam

menghasilkan aktivitas inhibisi yang maksimal. Oleh karena itu, perlu adanya

optimasi dalam pemurnian polisakarida mikroalga BTM 11.

Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui teknik pemurnian terbaik dari

polisakarida mikroalga BTM 11 sebagai inhibitor RNA helikase virus hepatitis C,

(2) mengetahui kandungan gula dari polisakarida inhibitor termurnikan, dan (3)

mengetahui profil senyawa polisakarida inhibitor yang paling aktif. Tahap satu

yaitu preparasi RNA helikase HCV yang meliputi (1) ekspresi RNA helikase

dengan cara menumbuhkan bakteri E.coli BL21 (DE3) pLysS yang membawa gen

NS3 RNA helikase HCV dalam plasmid pET 21b, (2) pemurnian RNA helikase

yang telah terekspresi pada sel bakteri menggunakan kromatografi afinitas. Tahap

dua meliputi (1) kultivasi mikroalga BTM 11 dalam media IMK-Sea Water pada

suhu ruang dengan pencahayaan 4800 lux, (2) ekstraksi polisakarida dari

biomassa mikroalga BTM 11. Penelitian tahap tiga meliputi (1) pemurnian ekstrak

polisakarida menggunakan teknik kromatografi gel filtrasi dan kromatografi ion-

exchange, (2) penentuan profil senyawa polisakarida inhibitor yang paling aktif

menggunakan kromatografi lapis tipis dan kromatografi cair kinerja tinggi.

Hasil analisis enzim dengan SDS-PAGE menunjukkan pita tunggal yang

tebal berukuran 54 kDa, sehingga dapat dikatakan RNA helikase telah

terpurifikasi, dan dapat digunakan dalam pengujian aktivitas ATPase secara in

vitro. Sebanyak 25 fraksi yang dikoleksi dari kromatografi gel filtrasi,

menghasilkan fraksi aktif pada fraksi ke-13 dengan nilai penghambatan terhadap

RNA helikase sebesar 78,76% dengan kandungan gula sebesar 2,97 mg/mL.

Fraksinasi menggunakan kromatografi ion-exchange menghasilkan 30 fraksi

dengan aktivitas tertinggi sebesar 74,6% terdapat pada fraksi ke-10, dan

kandungan gula sebesar 3,21 mg/mL. Hasil KLT menunjukkan satu spot senyawa

aktif pada fraksi ke-13 kromatografi gel filtrasi. Hasil KCKT menunjukkan 3

puncak terdeteksi pada fraksi polisakarida dengan retention time (RT) 4,072;

4,706 dan 5,530.

Page 3: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI

MIKROALGA BTM 11 SEBAGAI INHIBITOR RNA

HELIKASE VIRUS HEPATITIS C

AKSAR CHAIR LAGES

C34080078

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 4: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Judul : Optimasi Pemurnian Polisakarida dari Mikroalga BTM

11 Sebagai Inhibitor RNA Helikase Virus Hepatitis C

Nama : Aksar Chair Lages

NRP : C34080078

Departemen : Teknologi Hasil Perairan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Iriani Setyaningsih, MS A. Zaenal Mustopa, M.Si

NIP.19600925 198601 2 001 NIP. 19770412 200502 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan

Dr. Ir. RuddySuwandi, MS, MPhil.

NIP. 19580511 198503 1 002

Tanggal Lulus:

Page 5: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Optimasi

Pemurnian Polisakarida dari Mikroalga BTM 11 Sebagai Inhibitor RNA

Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor , September 2012

Aksar Chair Lages

C34080078

Page 6: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27April

1989. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara pasangan Abdul Chair Husain dan Linda Riau

Rita.

Penulis memulai jenjang pendidikan formal di SD

Hang Tuah 5 Jakarta Utara (1995-2001), selanjutnya

meneruskan pendidikan di SMP Negeri 1 Ternate

(2001-2004). Pendidikan menengah atas ditempuh penulis di SMA Negeri 6

Bekasi (2004-2007). Tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor,

pada Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, Departemen Teknologi Hasil Perairan

melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Dewan

Perwakilan Mahasiswa (DPM) FPIK sebagai staf Komisi Internal periode

2009-2010, dan staf Komisi Advokasiperiode 2010-2011, staf Badan Pekerja

Bidang Konstitusi Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa

Institut Pertanian Bogor (MPM KM IPB) periode 2010-2011. Penulis juga aktif

menjadi panitia dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan di Institut Pertanian

Bogor. Prestasi yang pernah diraih penulis diantaranya adalah menjadi delegasi

dalam Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) XXIV (2011) di Makassar dalam

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Penelitian.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian dan

penyusunan skripsi dengan judul “Optimasi Pemurnian Polisakarida dari

Mikroalga BTM 11 Sebagai Inhibitor RNA Helikase Virus Hepatitis C”

dibawah bimbingan Dr. Ir. Iriani Setyaningsih, MS dan A. Zaenal Mustopa, M.Si.

Page 7: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, atas karunia-

Nya yang berlimpah, yang membuat penulis sanggup menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Optimasi Pemurnian Polisakarida dari Mikroalga BTM 11 Sebagai

Inhibitor RNA Helikase Virus Hepatitis C”. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1 Dr. Ir. IrianiSetyaningsih, MS dan Apon Zaenal Mustopa, M.Si. selaku

komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan saran

sehingga penelitian dan penulisan skripsi dapat berjalan dengan baik.

2 Dr. Tati Nurhayati, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji atas segala saran, kritik,

arahan, perbaikan dan motivasinya, serta ilmu yang telah diberikan.

3 Keluarga besar Laboratorium Bakteriologi dan Virologi Molekuler (mas

Ridwan, S.Farm, mba Linda, M.Eng, mba Rifqiyah, MS, bang Adyos, S.Si,

Meita, S.Pt, Anggun, S.Si, Neng, Bia, Krisna dan Haryono) yang telah

banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.

4 Kedua orang tua tercinta, untuk dukungan yang diberikan baik dukungan

moral maupun materil yang telah diberikan pada penulis tanpa batas.

5 Teman-teman THP’45 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan moril dalam

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan

kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor , September 2012

Aksar Chair Lages

C34080078

Page 8: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii

1 PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................ 3

2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4

2.1 Mikroalga .......................................................................................... 4

2.2 Pemanfaatan Mikroalga di Bidang Kesehatan .................................. 6

2.3 Hepatitis C ......................................................................................... 6

2.4 Virus Hepatitis C ............................................................................... 8

2.5 Ribonucleid Acid (RNA) Helikase .................................................... 9

2.6 Polisakarida ....................................................................................... 10

2.7 Kromatografi ..................................................................................... 12

2.7.1 Kromatografi gel filtrasi ........................................................... 12

2.7.2 Kromatografi ion-exchange ...................................................... 13

2.7.3 Kromatografi lapis tipis ........................................................... 14

2.7.3 Kromatografi cair kinerja tinggi ............................................... 15

2.8 Uji KolorimetriATPase ..................................................................... 17

3 METODE ................................................................................................ 18

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 18

3.2 Bahan dan Alat .................................................................................. 18

3.3 Metode Penelitian .............................................................................. 19

3.3.1 Ekspresi dan purifikasi RNA helikase HCV ........................... 19

3.3.2 Kultivasi dan pemanenan mikroalga BTM 11 .......................... 22

3.3.3 Ekstraksi polisakarida BTM 11 ............................................... 22

3.3.4 Pemurnian polisakarida dari mikroalga BTM 11 ..................... 23

3.3.5 Profil kemurnian fraksi aktif polisakarida inhibitor RNA

helikase .................................................................................... 23

3.4 Prosedur Analisis ............................................................................... 24

3.4.1 Analisis enzim RNA helikase dengan SDS-PAGE ................. 24

3.4.2 Uji aktivitas ATPase RNA helikase HCV ............................... 25

3.4.3 Analisis kandungan gula fraksi polsakarida BTM 11 .............. 26

Page 9: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

v

Halaman

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 28

4.1 RNA Helikase Virus Hepatitis C ....................................................... 28

4.2 Kultivasi Mikroalga BTM 11 ............................................................ 32

4.3 Ekstrak Polisakarida Mikroalga BTM 11 .......................................... 34

4.4 Pemurnian Polisakarida Inhibitor RNA Helikase .............................. 36

4.5 Analisis Kandungan Gula .................................................................. 38

4.6 Analisis Kemurnian Fraksi Aktif Polisakarida Inhibitor ................... 39

5 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 43

5.1 Simpulan ............................................................................................ 43

5.2 Saran .................................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 44

LAMPIRAN ................................................................................................ 50

Page 10: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Morfologi mikroalga ...................................................................... 4

2 Tahap perkembangan kerusakan hati pada penderita hepatitis C ... 7

3 Struktur virus hepatitis C (HCV) .................................................... 8

4 Peta genomik HCV ......................................................................... 9

5 Mekanisme kerja RNA helikase HCV ............................................ 10

6 Polisakarida Porphyridium cruentum ............................................. 11

7 Kromatografi gel filtrasi .................................................................. 12

8 Kromatografi ion-exchange ............................................................ 14

9 Kromatografi lapis tipis................................................................... 15

10 Skematik komponen HPLC............................................................. 16

11 Diagram alir prosedur kerja penelitian ............................................ 20

12 Pengikatan resin TALON (A) dengan 6xHis-tag (B) ..................... 30

13 Analisis SDS-PAGE pemurnian RNA helikase HCV .................... 31

14 Kondisi kultivasi mikroalga BTM 11 ............................................ 32

15 Mikroalga BTM 11 dengan perbesaran 1000x................................ 33

16 Kurva pertumbuhan mikroalga BTM 11 ......................................... 33

17 Inhibisi polisakarida fraksi gel filtrasi terhadap aktivitas ATPase

RNA helikase HCV ......................................................................... 37

18 Inhibisi polisakarida fraksi ion-exchange terhadap aktivitas

ATPase RNA helikase HCV ........................................................... 38

19 Kromatogram KLT dengan deteksi sinar UV 254 nm .................... 40

20 Kromatogram KCKT fraksi 13 ....................................................... 41

Page 11: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Komposisi kimia protein, karbohidrat, lipid dan asam nukleat

dalam % dari bobot kering mikroalga ............................................ 5

2 Sistem reaksi enzim untuk satu sampel dengan volume total

175 µL ............................................................................................ 26

3 Aktivitas inhibisi dari ekstrak polisakarida .................................... 35

4 Analisis kandungan gula ................................................................ 38

5 Nilai Rf senyawa aktif polisakarida ................................................ 40

Page 12: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

11 16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Komposisi media IMK-SW............................................................ 51

2 Komposisi larutan yang digunakan dalam SDS-PAGE ................. 52

3 Kurva standar fosfat (Uji ATPase) ................................................. 53

4 Tabulasi data hasil fraksinasi kromatografi gel filtrasi .................. 54

5 Tabulasi data hasil fraksinasi kromatografi ion-exchange ............. 55

6 Kurva standard glukosa (Uji kandungan gula)............................... 56

Page 13: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

11 16

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi virus hepatitis C (HCV) merupakan penyebab utama penyakit hati

kronis di seluruh dunia. Dampak yang ditimbulkannya sangat bervariasi, mulai

dari hepatitis kronis, fibrosis, sirosis hingga kanker hati (hepatocellular

carcinoma). Jumlah penderita kronis di seluruh dunia hampir mencapai 200 juta

jiwa (EASL 2011).Data yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan menyebutkan

bahwa pada tahun 2010 jumlah penderita hepatitis C di Indonesia mencapai7 juta

jiwa (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010).

Pengobatan yang dilakukan terhadap penderita hepatitis C selama ini adalah

terapi dengan pemberian interferon yang dikombinasikan dengan ribavirin. Akan

tetapi terapi ini memiliki tingkat efektivitas yang tidak lebih dari 50% terhadap

infeksi HCV genotip 1 dan 4, dan tidak lebih dari 80% terhadap genotip 2 dan 3.

Terapi ini juga dapat menimbulkan efek samping berupa flu, depresi dan anemia

(Clercq 2004), oleh karena itu diperlukan suatu obat baru yang dapat mengatasi

infeksi virus hepatitis C.

Upaya dalam menemukan obat HCV terus dilakukan dengan mencari unsur

antiviral yang melawan virus dengan cara menghambat enzim yang penting bagi

HCV, salah satunya adalah ribonucleid acid (RNA) helikase. Borowski et al.

(2008) menjelaskan bahwa enzim RNA helikase berperan dalam proses replikasi

virus HCV, yaitu membuka ikatan dupleks RNA virus agar dapat

direplikasikan.Utama et al. (2000) menjelaskan bahwa apabila proses pembukaan

ikatan dupleks RNA virus sebagai induk (template) genetik tidak dapat dilakukan,

maka proses translasi informasi genetik tidak dapat berjalan sehingga siklus hidup

HCV terhenti.

Borowski et al. (2002) menjelaskan bahwa selain membuka ikatan dupleks,

RNA helikase juga memiliki aktivitas ATPase, yaitu aktivitas yang menguraikan

ATP (adenosine triphosphate) menjadi ADP (adenosine diphosphate) dan Pi

(fosfat anorganik). Proses penguraian ini menghasilkan energi yang digunakan

untuk menguraikan pasangan DNA atau RNA. Hal ini menjelaskan bahwa

Page 14: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

2

penghambatan terhadap aktivitas enzim RNA helikase dianggap lebih potensial

sebagai target obat hepatitis C.

Inhibitor enzim RNA helikase dapat diperoleh dari senyawa metabolit,

misalnya metabolit dari mikroalga. Ye et al. (2008) menjelaskan bahwa mikroalga

memiliki banyak komponen bioaktif yang sangat berpotensi sebagai obat anti-

inflamasi, antitumor, antimikroba dan antivirus. Sanchez et al. (2007)

menjelaskan bahwa biomassa mikroalga mengandung beberapa komposisi kimia

yang potensial, misalnya protein, karbohidrat, pigmen (klorofil dan karotenoid),

asam amino, lipid dan hidrokarbon. Karbohidrat yang dihasilkan dapat ditemukan

dalam bentuk pati, glukosa, gula dan polisakarida lainnya. Umumnya objek yang

dijadikan target penemuan obat adalah senyawa kimia. Sebaliknya, jarang yang

memfokuskan pada polisakarida sebagai antivirus hepatitis C.

Hasil-hasil penelitian sebelumnya juga telah menjelaskan potensi

polisakarida dari mikroalga dalam aktivitasnya sebagai antivirus. Salah satunya

adalah Huleihel et al. (2001) yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa

polisakarida mikroalga yang diketahui memiliki aktivitas antivirus dalam

melawan berbagai jenis virus pada hewan. Polisakarida ini tidak berpengaruh

terhadap penetrasi atau infeksi virus ke dalam sel inang, akan tetapi menghambat

sintesis protein virus di dalam sel.

Laboratorium Bakteriologi dan Virologi Molekuler, Pusat Penelitian

Bioteknologi, LIPI Cibinong telah melakukan penapisan terhadap 30 isolat

mikroalga dengan pelarut metanol. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak kasar

mikroalga BTM 11 memiliki aktivitas penghambatan tertinggi terhadap RNA

helikase HCV dan bersifat stabil dibandingkan isolat lainnya, namun dalam

pengembangan polisakarida dari mikroalga BTM 11 sebagai inhibitor RNA

helikase HCV dibutuhkan informasi awal mengenai teknik pemurnian yang

terbaik dalam menghasilkan aktivitas inhibisi yang optimum. Oleh karena itu

perlu adanya optimalisasi dalam pemurnian polisakarida dari mikroalga BTM 11

sehingga dapat diaplikasikan sebagai inhibitor RNA helikase HCV.

Page 15: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

3

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mempelajari teknik pemurnian terbaik dari polisakarida mikroalga BTM 11

sebagai inhibitor RNA helikase virus hepatitis C;

2) Mengukur kandungan gula dari polisakarida inhibitor termurnikan;

3) Mempelajari profil senyawa polisakarida inhibitor yang paling aktif.

Page 16: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

11 16

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroalga

Mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintetik yang dapat ditemukan di

perairan tawar dan laut. Mekanisme fotosintesis mikroalga mirip dengan

tumbuhan darat, dikarenakan kesamaan pada struktur selulosa yang

dimilikinya.Bila dibandingkan dengan organisme fotosintetik lainnya, mikroalga

paling efisien dalam menangkap dan memanfaatkan energi matahari dan CO2

untuk keperluan fotosintesis karena organisme ini mengandung klorofil serta

pigmen-pigmen lain untuk mengkonversi fotosintesis menjadi biomassa dan

akumulasi pati. Mikroalga hidup secara planktonik di perairan, namun juga dapat

hidup secara epifit dan bentik di dasar perairan yang memiliki intensitas cahaya

yang cukup (Rodjaroen et al. 2007; Gouveia 2011; Barsanti & Gualtieri 2005).

Mikroalga juga memiliki bentuk yang bervariasi seperti filamen, spiral dan bulat.

Berbagai macam morfologi mikroalga dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Morfologi mikroalga A: Pterosperma, B: Nephroselmis, C:Tetraselmis

D: Chlorella, E: Oocytis, F: Haematococcus, G: Pediastrum, H: Bulbochaete, I: Chaetophora dan J: Ulothrix (Leliaert et al. 2012).

Mikroalga dapat dibagi ke dalam empat kelompok utama (NREL 2003):

1) Diatom (Bacillariophyceae).

Mikroalga dalam kelompok ini mendominasi mikroalga di laut, namun

beberapa jenis diketahui hidup di air tawar. Sebanyak 100.000 jenis mikroalga

yang termasuk dalam kelompok ini. Diatom mengandung silika yang

Page 17: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

5

terpolimerisasi dalam dinding sel. Karbon disimpan dalam bentuk minyak nabati

maupun polimer karbohidrat yang disebut chrysolaminarin.

2) Alga hijau (Chlorophyceae).

Mikroalga yang memiliki kelimpahan tinggi terutama di perairan tawar dan

hidup dalam bentuk soliter maupun koloni. Karbon disimpan dalam bentuk pati.

3) Alga hijau biru (Cyanophyceae).

Mikroalga kelompok ini memiliki struktur yang lebih menyerupai bakteri

dan berperan dalam fiksasi nitrogen. Sekitar 2000 jenis mikroalga yang termasuk

dalam kelompok ini tersebar dalam berbagai habitat.

4) Ganggang emas (Chrysophyceae).

Kelompok alga ini menyerupai diatom, namun memiliki pigmen yang lebih

rumit, dan nampak berwarna kuning, jingga atau cokelat.

Mikroalga telah sejak lama dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan,

terutama sebagai sumber vitamin, antioksidan, pewarna atau bahan aditif yang

aman, serta digunakan pula dalam industri farmakologi dalam skala besar. Hal ini

tidak lepas dari komposisi kimia yang terkandung dalam mikroalga, dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi kimia protein, karbohidrat, lipid dan asam nukleat dalam %

dari bobot kering mikroalga.

Mikroalga Protein Karbohidrat Lipid As. Nukleat

Scenedesmus obliquus

Scenedesmus quandricauda

Scenedesmus dimorphus

Chlamydomonas rheinhardii

Chlorella vulgaris

Chlorella pyrenoidosa

Spirogyra sp.

Dunaliella salina

Euglena gracilis

Prymnesium parvum

Tetraselmis maculata

Porphyridium cruentum

Spirulina platensis

Spirulina maxima

Synechoccus sp. Anabaena cylindrica

50-56

47

48-18

48

51-58

57

56-20

57

39-61

28-45

52

28-39

46-63

60-71

63 43-56

10-17

10-

21-52

17

12-17

26

33-64

32

14-18

25-33

15

40-57

48-14

13-16

15 25-30

12-14

11,9

16-40

21

14-22

12

11-21

16

14-20

22-38

23

29-14

24-9

26-7

11 14-7

3-6

3-

3-

3-

4-5

4-

4-

4-

4-

1-2

1-

1-

2-5

3-4,5

5 5-

Sumber: Becker (1994)

Page 18: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

6

2.2 Pemanfaatan Mikroalga di Bidang Kesehatan

Mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi dan

kosmetika, karena adanya kandungan berbagai senyawa kimia yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk pengobatan dan pencegahan berbagai

macam penyakit. Yuan dan Walsh (2006) menjelaskan bahwa konsumsi alga laut

berkorelasi dengan rendahnya tingkat penderita kanker payudara di Asia Timur.

Sebagai contoh, prevalensi kasus penderita kanker payudara dalam 1 tahun per

100.000 penduduk di Jepang dan Cina masing-masing adalah 42,2 dan 13,1,

dibandingkan dengan kasus di Amerika Utara dan Eropa yang masing-masing

sebesar 125,9 dan 106,2. Teas et al. (2004) juga menjelaskan bahwa sebagian

besar kelompok masyarakat di Chad mengkonsumsi Spirulina rata-rata sebanyak

1-2 sendok makan (3-13 g) per harinya, hal ini diyakini dapat mencegah infeksi

virus HIV.

Hasil-hasil riset menjelaskan bahwa terdapat komponen aktif mikroalga

yang menunjukkan aktivitas biologis sebagai antivirus. Talyshinsky et al. (2002)

menjelaskan bahwa dekstran sulfat dan polisakarida yang dihasilkan mikroalga

berpotensi menghambat HIV tipe 1 dan 2 dengan cara menghambat induksi

sitopatogenetik dan ekspresi antigen dari virus HIV. Sulfat polisakarida yang

dihasilkan juga dapat menghambat aktivitas reversetranscriptase dan RNAse pada

proses replikasi retrovirus. Hasil riset Shih et al. (2003) menjelaskan bahwa

allophycocyanin yang dihasilkan oleh Spirulina platensis dapat menetralisir efek

sitopatik dari enterovirus pada sel manusia secara in vitro.

2.3 Hepatitis C

Hepatitis merupakan penyakit yang menyebabkan pembekakan pada hati.

Penyakit hepatitis terdiri atas beberapa jenis, yaitu hepatitis A, B, C, D, E, F dan

G. Ketujuh hepatitis ini disebabkan oleh virus yang berbeda (WHO 2002).

Penderita hepatitis C seringkali tidak menunjukkan gejala khusus walaupun telah

bertahun-tahun terinfeksi. Gejala yang ditunjukkan sangat umum seperti lelah,

hilangnya selera makan, mual, sakit perut, urin menjadi gelap dan kulit atau mata

berwarna kuning (Solga et al. 2007). Penderita baru menyadari bahwa telah

Page 19: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

7

terinfeksi virus hepatitis C (HCV) ketika berada pada tahap yang lebih kritis.

Kerusakan organ hati penderita hepatitis C dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Tahap perkembangan kerusakan hati pada penderita hepatitis C

(Solga et al. 2007).

Kerusakan hati dapat ditandai dengan adanya konsentrasi enzim alanin

aminotransferase (ALT) yang lebih tinggi dari normal. Pada penyakit hepatitis C,

setelah terjadinya infeksi (tahap infeksi akut), 15-40% penderita akan sembuh

dengan sendirinya dalam waktu 6 bulan dan tidak beresiko menderita penyakit

hati melalui hepatitis C serta tidak menularkan kepada yang lainnya. Pada tahap

ini, hati dapat melawan patogen dan mengembalikan fungsinya yang terganggu

dengan membentuk fibrosis (luka kecil atau parut). Namun, sekitar 60-80%

penderita hepatitis C akut ini tidak dapat sembuh dan berkembang menjadi

hepatitis kronis. Pada tahap ini, penderita akan rentan terhadap sirosis hati,

kegagalan fungsi hati, dan kanker hati (hepatocellular carcinoma), tetapi

untungnya, perkembangan ini terjadi sangat lambat. Hanya 10 hingga 15%

penderita kronis yang mengalami sirosis hati dalam jangka waktu 20 tahun

(Shiffman 2006).

Terapi hepatitis C pada umumnya dengan pemberian interferon seminggu

sekali yang dimasukkan ke tubuh melalui injeksi. Pemberian interferon tersebut

dikombinasikan dengan ribavirin. Mekanisme terapi untuk hepatitis C dari kedua

bahan tersebut masih belum banyak diketahui. Selain itu, terapi tersebut kurang

efektif karena menimbulkan efek samping, seperti mual, anemia, depresi, dan

harganya relatif mahal. Manfaat terapi kedua bahan tersebut berbeda hasilnya di

tiap individu, tergantung pada genotip dari virus hepatitis C

(Jawaid & Kuwaja 2008)

Page 20: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

8

2.4 Virus Hepatitis C

Virus Hepatitis C (HCV) merupakan anggota dari famili Flaviviridae

dengan genus Hepacivirus. Virus ini merupakan virus RNA positif. Virus

berbentuk bulat dengan diameter partikelnya 55-65 nm, dan memiliki selubung

glikoprotein. Selain itu, terdapat inti (core) dan di dalamnya terdapat viral RNA.

Virus hepatitis C dibagi menjadi enam genotipe yang disandikan dengan angka,

yaitu genotipe satu sampai enam (Worman & Lin 2000). Bentuk dari virus

hepatitis C dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Struktur virus hepatitis C (HCV) (Moradpour et al. 2007).

Genom HCV berukuran 9,6 kilobasa yang mengkodekan sekitar 3011 asam

amino. Poliproteinnya dipotong setelah proses translasi dan dibagi menjadi

protein struktural dan nonstruktural. Protein struktural terdiri dari sebuah

nukleokapsid inti, protein p7, dan dua glikoprotein selubung virusnya (E1 dan

E2). Dua daerah pada E2 merupakan daerah hipervariabel 1 dan 2. Daerah

tersebut menunjukkan hipermutasi dari selubung sehingga sangat spesifik

terhadap antibodi. Daerah E2 juga terdapat sisi pengikatan terhadap cluster of

differentiation 81 (CD81), reseptor virus pada hepatosit dan sel limfosit B

(Tellinghuisen et al. 2007).

Protein nonstruktural pada HCV terbagi menjadi empat macam, yaitu NS1,

NS2, NS3, NS4 (NS4A dan NS4B), dan NS5 (NS5A dan NS5B). Protein

nonstruktural tersebut berfungsi dalam reaksi enzimatis yang berperan dalam

replikasi virus. NS1 berinteraksi dengan NS4A dibutuhkan untuk replikasi RNA.

NS2A bersifat hidrofobik yang berfungsi dalam perakitan virion (virus baru) dan

Page 21: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

9

pelepasan partikel virus. NS2B membentuk kompleks dengan NS3 berperan

sebagai kofaktor bagi serin protease dari NS3. Protein NS3 mengkodekan RNA

helikase yang berperan dalam replikasi virus. NS5A merupakan daerah yang

sensitif terhadap interferon, sedangkan NS5B berperan di dalam RNA-dependent

RNA polimerase (RdRp) (Tellinghuisen et al. 2007). Peta genomik dari HCV

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Peta genomik HCV (Anzola dan Burgos 2003).

2.5 Ribonucleid Acid (RNA) Helikase

Helikase berasal dari kata “helix” yang berarti struktur pasangan DNA

“double helix” dan “ase” yang berarti enzim, sehingga helikase berarti enzim yang

memisahkan pasangan rantai DNA (DNA helikase) atau RNA (RNA helikase).

Helikase pertama kali ditemukan dalam proses replikasi DNA bakteri

Eschericia coli. RNA helikase ditemukan pada bakteri, khamir, dan virus. Pada

virus hepatitis C, enzim ini dikodekan oleh protein NS3 RNA helikase

(Kadare & Haenni 1997).

Mekanisme kerja RNA helikase HCV secara umum adalah pertama-tama

helikase akan berikatan pada ujung 3’ RNA utas ganda. Tahap kedua, ATP akan

berikatan pada sisi aktif RNA helikase dan dihidrolisis pada gugus fosfat terluar

menghasilkan ADP dan fosfat anorganik (Pi). Pada proses hidrolisis ATP ini

mengeluarkan energi yang cukup besar dan digunakan untuk memisahkan RNA

utas ganda menjadi utas tunggal. Pemisahan RNA utas ganda dilakukan dengan

pemutusan ikatan hidrogen yang mengikat kedua utas tersebut

Page 22: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

10

(Utama et al. 2005). Mekanisme kerja RNA helikase HCV dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 5 Mekanisme kerja RNA helikase HCV (Hairany 2010).

Berdasarkan mekanisme kerja tersebut, selain memiliki aktivitas untuk

memisahkan utas ganda RNA, RNA helikase juga memiliki aktivitas untuk

menghidrolisis ATP (ATPase) dan aktivitas pengikatan RNA (RNA-binding).

Ketiga aktivitas ini saling berpengaruh satu dengan lainnya. Oleh karena itu,

helikase menjadi target yang potensial untuk penemuan obat antivirus. Obat

antivirus ini dapat dikembangkan dengan suatu senyawa yang dapat menghambat

(inhibitor) aktivitas helikase.

2.6 Polisakarida

Polisakarida, atau bisa disebut “glikan”, terdiri dari monosakarida dan

turunannya. Polisakarida terbagi menjadi homopolisakarida dan

heteropolisakarida. Homopolisakarida atau homoglikan merupakan polisakarida

yang penyusunnya hanya terdiri dari satu jenis monosakarida, sedangkan

penyusun heteropolisakarida lebih dari satu jenis monosakarida. Komponen

umum polisakarida adalah glukosa, fruktosa, galaktosa, mannosa, arabinosa dan

xylosa. Beberapa turunan monosakarida yang terdapat pada polisakarida adalah

gula amino (glukosamin dan galaktosamin) dan asam gula sederhana (glukuronat

dan asam iduronat). Penyebutan homopolisakarida dapat berdasarkan unit gula

Page 23: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

11

penyusunnya, sehingga glukosa homopolisakarida dapat disebut “glukan”, sama

halnya dengan mannosa homopolisakarida yang dapat disebut “mannan”

(d’Ayala et al. 2008).

Polisakarida telah digunakan sebagai pengental, flokulan dan minyak

pelumas. Beberapa polisakarida dari mikroalga berpotensi sebagai antivirus

(Huleihel et al. 2001). Salah satu jenis mikroalga merah, Porphyridium cruentum

merupakan salah satu penghasil polisakarida ekstraseluler dalam jumlah besar.

Sel-sel mikroalga dibungkus oleh polisakarida sulfat dalam bentuk gel. Selama

pertumbuhan dalam media cair, viskositas medium meningkat karena pengeluaran

polisakarida dari permukaan sel ke dalam media (polisakarida larut air). Kapsul

polisakarida paling tipis selama fase pertumbuhan dan tebal selama fase stasioner

(Arad & Richmond 2004). Menurut Laurienzo (2010) bahwa mikroalga diketahui

memanfaatkan polisakarida yang disintesisnya untuk bertahan hidup pada kondisi

lingkungan yang ekstrim. Letak polisakarida pada sel mikroalga dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6 Polisakarida Porphyridium cruentum (Arad & Richmond 2004).

Prosedur isolasi polisakarida dari mikroorganisme tergantung pada letak

polisakarida terikat pada dinding sel atau diekskresikan oleh sel sebagai pelindung

atau pengotor. Isolasi dapat dilakukan dengan ekstraksi dari biomassa sel. Namun,

pada masa ini isolasi polisakarida dilakukan dengan sentrifugasi maupun filtrasi

untuk memisahkan produk dari sel (Giavasis & Bilianderis 2006).

Page 24: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

12

2.7 Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu proses migrasi diferensial, komponen-

komponen senyawa yang dibawa oleh fasa gerak, dan ditahan secara selektif oleh

fasa diam. Peristiwa tersebut terjadi di dalam kolom kromatografi. Adanya

peristiwa yang komplek pada metode kromatografi, menjadikan kromatografi

dapat digunakan untuk menganalisis senyawa sampai sedetail mungkin. Prinsip

kromatografi adalah penggunaan dua fase yang berbeda yaitu fasa tetap dan fasa

bergerak. Proses pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut

(Al Baarri 2003). Penelitian ini menggunakan 4 teknik kromatografi, yaitu

kromatografi gel filtrasi, kromatografi penukar ion (ion-exchange), kromatografi

lapis tipis dan kromatografi cair kinerja tinggi.

2.7.1 Kromatografi gel filtrasi

Kromatografi gel filtrasiatau sering disebut filtrasi gel merupakan salah satu

metode yang digunakan untuk memisahkan senyawa menurut ukuran dan bentuk.

Sampel kemudian dimasukan pada ujung atas kolom dan elusi dilakukan dengan

memberikan larutan bufer melalui kolom. Larutan bufer ini memiliki prinsip tidak

boleh lebih polar dibandingkan dengan fase diam atau yang disebut juga kolom.

Besar molekul akan terbagi menjadi 3 bagian yang ditunjukkan oleh berbagai

warna pada Gambar 7.

Gambar 7 Kromatografi gel filtrasi (Koolman 2005).

Molekul yang berukuran besar tidak mampu menembus matriks dari kolom

sehingga akan melewati kolom lebih dahulu. Bobot molekul menengah dan bobot

Page 25: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

13

molekul kecil akan tertahan oleh kolom lebih lama (Koolman 2005). Batas

pemisahan dari sebuah ukuran merupakan indikasi bobot molekul untuk tipe

polimer (Hagel 1998).

Keuntungan dari metode ini adalah dapat memisahkan dengan baik molekul

besar dari molekul kecil serta dapat menggunakan berbagai pelarut tanpa harus

mengganggu proses pemisahan. Penggunaan kromatografi gel filtrasi ini akan

didapatkan pemisahan yang baik, sensitifitas yang baik, dan waktu yang

diperlukan untuk pemisahan cepat. Selain itu tidak ada sampel yang tertinggal

karena pelarut tidak berinteraksi dengan fase diam (Skoog 2006). Namun

Kehilangan molekul dapat terjadi selama proses pemurnian dengan menggunakan

teknik kromatografi gel filtrasi karena autolisis (Scopes 1987).

Prinsip dasar kromatografi gel filtrasi adalah partikel dengan ukuran yang

berbeda akan dielusi melalui fase stasioner pada tingkat yang berbeda. Hal ini

menyebabkan pemisahan partikel berdasarkan ukuran. Setiap kolom memiliki

jangkauan berat molekul yang dapat dipisahkan. Molekul besar tidak dapat

terjebak dalam matriks fase diam sehingga akan terlebih dahulu terlewati kolom.

Bobot molekul menengah dan kecil terjebak dalam matriks sehingga akan lebih

lama untuk terlewati fase diam (Skoog 2006).

2.7.2 Kromatografi ion-exchange

Kromatografi penukaran ion (ion-exchange chromatography) biasa

digunakan untuk pemurnian materi biologis. Purwadaria (1999) menjelaskan

bahwa pada sistem kromatografi ini, molekul senyawa dipisahkan berdasarkan

perbedaan afinitas terhadap penukar ion. Afinitas molekul dengan penukar ion

dapat dilepaskan dengan mengubah kadar garam atau pH larutan eluen. Selain itu

sistem pengaturan perubahan kadar garam atau pH eluen baik dengan gradasi

linier ataupun gradasi bertingkat dapat pula mempengaruhi jumlah molekul yang

terpisah.

Metode ini dapat dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun

ruang datar (planar). Terdapat dua tipe penukaran ion, yaitu penukaran kation

(cation exchange) dan penukaran anion (anion exchange). Pada penukaran kation,

fase stasioner bermuatan negatif sedangkan pada penukaran anion, fase stasioner

bermuatan positif, dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 26: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

14

Gambar 8 Kromatografi ion-exchange (Harper 2005).

Muatan-muatan molekul akan memiliki sifat ketika muatan molekul yang

sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan terelusi, namun muatan pada

molekul tidak sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan membentuk

ikatan ionik dengan kolom (Carrier 1997). Prinsip dasar yang digunakan adalah

molekul dengan muatan positif bersih pada pH tertentu akan berikatan dengan

gugus fungsional bermuatan negatif seperti carboxylates atau sulfat (penukar

kation). Demikian pula, molekul bermuatan negatif bersih berikatan dengan

molekul bermuatan positif pada gugus fungsional, biasanya tersier atau kuaterner

amina (penukar anion).

2.7.3 Kromatografi lapis tipis

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan

Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain

kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang

mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis

tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan

bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik

(Gandjar & Rohman 2007). Teknik ini biasa digunakan untuk memisahkan

komponen dari suatu campuran senyawa organik alam, sintetis, dan campuran

kompleks anorganik. Fase gerak yang digunakan tergantung dari senyawa yang

ingin dipisahkan (Harjadi 1976).

Pemisahan komponen melalui berbagai tahap. Pertama dilakukan pemisahan

sampel dengan penotolan pada plat silika yang telah didesain. Plat silika pada

bagian bawah diberi sebuah garis untuk menandakan posisi awal penotolan.

Page 27: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

15

Selanjutnya dibuat pula sebuah garis akhir menggunakan pensil. Jarak antara garis

awal dengan garis akhir biasanya 5 cm. Plat yang telah ditotol dengan sampel

dimasukkan ke dalam bejana pengembang yang telah terdapat eluen hasil proses

penjenuhan yang dilakukan selama 20 menit. Penjenuhan berfungsi agar eluen

lebih efektif dalam memisahkan komponen tersebut. Eluen akan memisahkan

komponen hingga garis akhir yang telah didesain. Semakin dekat kepolaran antara

sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut

(Wilson & Walker 1994). Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Kromatografi lapis tipis (Tissue 1996).

Tahapan selanjutnya adalah visualisasi atau deteksi. Deteksi atau visualisasi

sampel yang tidak berwarna dapat menggunakan dua cara, yaitu penyinaran

dengan sinar UV (254 nm dan 356 nm) dan pereaksi kimia (ninhidrin, FeSO4,

Dragendroff, dan anilin). Pada saat disinari dengan sinar UV, komponen yang

terpisahkan akan terlihat seperti spot atau bidang kecil yang berwarna gelap.

Deteksi komponen juga dapat dilakukan dengan menempatkan kromatogram pada

bejana tertutup yang telah dijenuhkan dengan kristal iod. Uap kristal iod bereaksi

dengan komponen yang terpisahkan dan terlihat seperti bercak-bercak kecoklatan.

Aplikasi dari teknik ini dapat digunakan untuk analisis kuantitatif

(membandingkan retardation factor (Rf) senyawa murni dengan komponen, pola

sidik jari, dan menentukan jumlah komponen) dan preparatif (untuk memperoleh

senyawa murni). Nilai Rf yang akan dihasilkan dari suatu senyawa bernilai sama

meskipun jarak plat yang digunakan berbeda (Wilson & Walker 1994).

2.7.4 Kromatografi cair kinerja tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi atau High Performance Liquid

Chromatography (HPLC) merupakan suatu metode yang sensitif dan akurat untuk

penentuan kuantitatif serta baik untuk pemisahan senyawa yang tidak mudah

Page 28: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

16

menguap. Pemisahan dengan HPLC mempunyai beberapa keuntungan

dibandingkan dengan metode konvensional seperti waktu analisis yang cepat,

biaya yang rendah dan kemungkinan untuk menganalisis sampel yang tidak stabil

(Nurhamidah 2005). Komponen penyusun HPLC secara skematik dapat dilihat

pada Gambar 9.

Gambar 10 Skematik komponen HPLC (LC Resources Inc. 2001)

Mardiana dan Ramdani (2008) menjelaskan komponen HPLC yang terdiri

dari :

1) Tandon (Reservoir)

Reservoir terbuat dari gelas atau stainless stell. Jumlahnya bisa satu, dua

atau lebih. Reservoir yang baik disertai degassing system yang berfungsi untuk

menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam solven. Gas terlarut tersebut antara

lain adalah oksigen. Degassing dilakukan dengan mengalirkan gas inert dengan

kelarutan yang sangat kecil.

2) Pompa

Fungsi pompa adalah untuk memompa fase gerak (solvent) ke dalam kolom

dengan aliran yang konstan dan reproducible.

3) Katup injektor

Bagian ini merupakan tempat dimana sampel diinjeksikan untuk selanjutnya

dibawa oleh fase gerak ke dalam kolom.

4) Kolom

Kolom merupakan jantung kromatografi. Berhasil atau tidaknya suatu

analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai.

Page 29: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

17

Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kolom analitik dan kolom

preparatif.

5) Detektor

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di

dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadarnya (analisis kuantitatif).

6) Recorder

Hasil pembacaan detektor kemudian diolah oleh suatu processor kemudian

dikirim ke recorder. Recorder akan membuat suatu tampilan kromatogram. Untuk

HPLC dilengkapi seperangkat software yang dapat menghitung luas kromatogram

dan bahkan sekaligus menghitung kadarnya.

2.8 Uji Kolorimetri ATPase

Penentuan aktivitas penghambatan RNA helikase HCV menggunakan uji

kolorimetri ATPase (Utama et al. 2000). Pengujian ini mengukur besar

penghambatan terhadap RNA helikase pada salah satu aktivitas enzimatiknya,

yaitu ATPase (RNA-stimulated ATPase). Penghambatan terhadap aktivitas

ATPase, secara tidak langsung juga menghambat aktivitas RNA helikase secara

keseluruhan, karena helikase membutuhkan energi yang dihasilkan dari hidrolisis

ATP untuk memisahkan untai ganda RNA (Hairany 2010).

Prinsip ujinya adalah pengukuran fosfat bebas/anorganik (Pi) yang

terbentuk dari hidrolisis ATP oleh RNA helikase. Fosfat bebas akan membentuk

kompleks warna dengan amonium molibdat membentuk fosfomolibdat.

Fosfomolibdat akan bereaksi dengan enzim RNA helikase sehingga protein akan

mengendap dan menimbulkan kekeruhan. Polivinil alkohol akan melarutkan

kembali protein yang mengendap sehingga tidak terjadi kekeruhan. Warna yang

terbentuk sebanding dengan konsentrasi fosfat bebas yang dihasilkan dari

hidrolisis ATP. Penghentian reaksi warna dengan penambahan Na-sitrat yang

dapat mencegah pembentukan warna yang berlebih (Chan et al. 1986).

Page 30: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

11 16

3 METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2012, dan

bertempat di Laboratorium Bakteriologi dan Virologi Molekuler, Laboratorium

Biorekayasa Lingkungan, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong, Bogor

dan Laboratorium Analisis Kimia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,

PUSPIPTEK Serpong, Tangerang.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan untuk ekspresi dan pemurnian enzim RNA

helikase meliputi bakteri Escherichia coli BL21 (DE3) pLysS yang membawa gen

NS3 RNA helikase virus hepatitis C dalam plasmid pET 21b (koleksi Andi

Utama, Puslit Bioteknologi LIPI), media Luria Bertani (LB), akuades, ampisilin,

isopropil β-D-thiogalaktopiranosidase (IPTG) 0,3 M; bufer B (Tris HCl 10 mM

pH 8,5; NaCl 100 mM, dan Tween 20 0,25%), resin TALON, dan bufer elusi

(400 mM imidazola dalam bufer B).

Bahan-bahan yang digunakan untuk menganalisis bobot molekul protein

RNA helikase meliputi akuabides; Tris-HCl 1,5 M pH 8,8; akrilamid 30%,

sodium dedosil sulfat (SDS) 10%, TEMED, amonium persulfat (APS) 10%,

comassie blue, dan loading dye.

Bahan-bahan yang digunakan untuk ekstraksi dan pemurnian polisakarida

dari mikroalga BTM 11 adalah isolat BTM 11 (koleksi Dwi Susilaningsih,

Laboratorium Biorekayasa Lingkungan, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI),

trichloroacetic acid (TCA), etanol, metanol, tris HCl 10 mM pH 8, glukosa

1 mg/mL, fenol, asam sulfat, sepharose 4B, media IMK-Seawater; adenosin

trifosfat (ATP) 0,1 mM; 4-asam morfolinopropana sulfonat (MOPS) 0,1 mM;

MgCl2 1 mM, larutan hijau malakit, polivinil alkohol 2,3%; amonium molibdat,

natrium sitrat, dan akuades.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ultrasentrifus Sorvall

RC-26 plus, sonikator, waterbath, tabung sentrifus, erlenmeyer, inkubator, rotator,

microtiter plate, microplate reader (Multiscan EX Thermo), pipet mikro, oven,

Page 31: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

19

kolom kromatografi, SDS-PAGE, tabung vial, hot plate magnetic stirer, dan

timbangan digital.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap satu yaitu preparasi

RNA helikase HCV yang meliputi (1) ekspresi RNA helikase dengan cara

menumbuhkan bakteri E. coli BL21 (DE3) pLysS yang membawa gen NS3 RNA

helikase HCV dalam plasmid pET 21b (Utama et al. 2000), (2) pemurnian RNA

helikase yang telah terekspresi pada sel bakteri menggunakan kromatografi

afinitas (Utama et al. 2000). Tahap dua meliputi (1) kultivasi mikroalga BTM 11

dalam media IMK-Sea Water pada suhu ruang dengan pencahayaan 4800 lux, (2)

ekstraksi polisakarida dari biomassa mikroalga BTM 11 (Wang et al. 2004).

Tahap tiga meliputi (1) pemurnian ekstrak polisakarida menggunakan teknik

kromatografi gel filtrasi dan kromatografi ion-exchange, (2) penentuan profil

senyawa polisakarida inhibitor yang paling aktif menggunakan kromatografi lapis

tipis dan kromatografi cair kinerja tinggi. Diagram alir prosedur kerja penelitian

dapat dilihat pada Gambar 11.

3.3.1 Ekspresi dan purifikasi RNA helikase HCV (Utama et al. 2000)

Ekspresi RNA helikase protein NS3 HCV dilakukan berdasarkan metode

Utama et al. (2000). Ekspresi dilakukan pada skala 400 mL. Sebanyak 10 µL stok

gliserol bakteri E. coli BL21 (DE3) pLysS yang membawa vektor ekspresi pET-

21b/HCV NS3 helikase diinokulasi ke dalam 10 mL medium LB cair yang

mengandung 1 µg/mL ampisilin, kemudian dikultur selama satu malam dalam

inkubator goyang (shaker incubator) pada suhu 37 °C dengan kecepatan 150 rpm.

Hasil kultur diinokulasikan ke dalam 400 mL medium LB yang

mengandung ampisilin, selanjutnya dikultur dalam inkubator berpenggoyang pada

suhu 37 °C dengan kecepatan 150 rpm, selama 30 menit sampai dengan 1 jam

hingga OD600 mencapai ±0,3. Apabila OD600 telah mencapai ±0,3 maka

ditambahkan 0,3 M isopropil β-D-thiogalaktopiranosidase (IPTG). Kultur E. coli

BL21 (DE3) pLysS kemudian diinkubasi selama 3 jam dalam inkubator goyang

pada suhu 37 °C dengan kecepatan 150 rpm selama 3 jam atau hingga OD600

mencapai ±1.

Page 32: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

20

Gambar 11 Diagram alir prosedur kerja penelitian.

Mikroalga BTM 11

Kultivasi mikroalga BTM 11

Biomassa

Mikroalga BTM 11

Ekstraksi polisakarida

Ekstrak

polisakarida

Pemurnian polisakarida

(kromatografi gel filtrasi)

Pemurnian polisakarida

(kromatografi ion-exchange)

Uji ATPase Analisis total

gula

Analisis total

gula Uji ATPase

Fraksi paling aktif

polisakarida terpurifikasi

Analisis kemurnian

(kromatografi lapis tipis)

Analisis kemurnian

(kromatografi cair kinerja tinggi)

Uji ATPase

E.coli BL 21(DE3) pLysS pembawa gen

helikase

Ekspresi dan purifikasi

enzim helikase

RNA helikase

terpurifikasi

SDS

PAGE

Uji

ATPase

Page 33: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

21

Hasil kultur disentrifugasi pada suhu 4 °C dengan kecepatan 4000 rpm

selama 10 menit. Pelet diresuspensi dengan sisa medium LB cair, kemudian

disentrifugasi kembali. Pelet yang diperoleh disimpan pada suhu -20 °C.

Pelet E. coli BL21 (DE3) pLysS dipecah dengan metode freeze & thaw

sebanyak 3 kali ulangan yaitu dengan membekukan pelet pada suhu -20 °C selama

30 menit, lalu dicairkan pada suhu ruang selama 30 menit. Pelet kemudiian

diresuspensi dengan 20 mL larutan bufer B (Tris HCl 10 mM pH 8,5;

NaCl 100 mM, Tween 20 0,25%). Tahap kedua pemecahan sel dilakukan dengan

metode sonikasi (Amplitudo 40; siklus 0,5; waktu 3x15 detik; interval waktu

1 menit). Suspensi sel disentrifugasi pada suhu 4 °C dengan kecepatan 10.000 rpm

selama 20 menit. Supernatan diambil untuk tahapan selanjutnya, sedangkan pelet

disimpan untuk analisis SDS-PAGE.

Enzim RNA helikase yang diduga berada dalam supernatan dipurifikasi

menggunakan metode kromatografi afinitas. Supernatan ditambahkan dengan 300

µL resin TALON, kemudian dilakukan tahap pengikatan (binding) menggunakan

rotator selama 3 jam dalam ruang pendingin (4 °C). Sampel selanjutnya

disentrifugasi pada suhu 4 °C dengan kecepatan 3.500 rpm selama 7 menit.

Supernatan (inner volume) disimpan pada suhu 4 °C untuk analisis SDS-PAGE.

Pelet (resin binding) diresuspensi dengan 10 mL larutan bufer B dan

disentrifugasi pada suhu 4 °C dengan kecepatan 3.500 rpm selama 5 menit.

Tahapan ini dilakukan sebanyak 2 kali sehingga diperoleh 2 larutan supernatan

(washing 1 & washing 2) yang disimpan pada suhu 4 °C dan digunakan untuk

analisis SDS-PAGE.

Resin binding dari hasil washing 2 kemudian dielusi untuk melepaskan

enzim yang terikat pada resin. Elusi dilakukan dengan menambahkan 150 µL

larutan bufer elusi (imidazol 400 mM dalam bufer B), kemudian diinkubasi

menggunakan rotator dalam ruangan pendingin (4 °C) selama satu malam. Sampel

disentrifugasi pada suhu 4 °C dengan kecepatan 3.000 rpm selama 1 menit.

Supernatan yang mengandung enzim dipindahkan dalam eppendorf yang baru

(E1), sedangkan pelet ditambahkan 75 µL larutan bufer elusi, kemudian

diinkubasi dengan menggunakan rotator selama 1 jam. Sampel kembali

Page 34: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

22

disentrifugasi sehingga diperoleh supernatan (E2). Supernatan (E1 dan E2)

disimpan pada suhu 4 °C dan digunakan untuk analisis ATPase dan SDS-PAGE.

3.3.2 Kultivasi dan pemanenan mikroalga BTM 11

Kultivasi BTM 11 dilakukan dengan media IMK-SW. Namun sebelum

dikultivasi, inokulum disegarkan terlebih dahulu dengan media IMK. Media

IMK-SW digunakan untuk membuat suatu kondisi yang sama dengan media awal

pertumbuhan mikroalga tersebut. Penyegaran stok mikroalga dilakukan dalam

keadaan aseptik pada erlenmeyer 500 mL dengan penyinaran lampu 4800 lux, dan

diberi aerasi. Mikroalga dikultur selama 14 hari sebelum dipindahkan ke kultur

dengan skala yang lebih besar. Komposisi media IMK-SW dapat dilihat pada

Lampiran 1. Pemanenan dilakukan dengan teknik filtrasi, yaitu hasil kultur

disaring menggunakan kain filtrasi sehingga didapatkan biomassa basah.

Biomassa basah tersebut dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60 °C selama

2 hari. Biomassa kering yang didapatkan kemudian dilakukan pengecilan ukuran

menjadi bentuk serbuk dengan menggunakan mortar.

3.3.3 Ekstraksi polisakarida BTM 11 (modifikasi Wang et al.2004)

Serbuk mikroalga BTM 11 sebanyak 5 g dilarutkan dalam 100 mL etanol

absolut. Sampel dimaserasi selama 6 jam, kemudian disaring untuk didapatkan

peletnya. Pelet tersebut dilarutkan dalam 100 mL aseton dan dimaserasi kembali

selama 6 jam. Hasil maserasi tersebut disaring dan diambil peletnya untuk

kemudian dilarutkan dalam NaCl 0,9%. Maserasi sampel dilakukan selama satu

malam, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 4.500 rpm selama 15 menit.

Supernatan hasil sentrifugasi diambil 15 µL untuk analisis ATPase. Supernatan

yang telah didapatkan kemudian dilakukan presipitasi dengan trichloroacetic acid

(TCA) 10%. Hasil pengendapan disentrifugasi selama 15 menit pada kecepatan

7.500 rpm. Supernatan hasil sentrifugasi diambil 15 µL untuk analisis ATPase.

Supernatan dipekatkan dengan freeze dryer untuk mendapatkan ekstrak kasar

polisakarida. Ekstrak kasar polisakarida diresuspensi dengan Tris HCl dan diambil

15 µL untuk analisis ATPase.

Page 35: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

23

3.3.4 Pemurnian polisakarida dari mikroalga BTM 11

1) Kromatografi gel filtrasi (Amersham 1999)

Matriks gel Sepharose 4B dimasukkan secara perlahan ke dalam kolom

kromatografi. Ekstrak kasar polisakarida BTM 11 dilarukan dalam buffer

(Tris HCl 10mM pH 8) dan sebanyak 5% dari volume kolom dimasukkan ke

kolom gel filtrasi. Sampel dielusi dengan eluen etanol 30%, dengan laju alir 1

mL/menit tiap fraksi. Masing-masing fraksi hasil pemurnian diuji aktivitas

penghambatannya terhadap RNA helikase virus hepatitis C dengan uji ATPase.

2) Kromatografi ion-exchange(modifikasi Baumgartner dan Chrispeels 1976)

Kolom kromatografi dibilas dengan menggunakan kation-anion exchange.

Setelah itu, sebanyak 1 mL sampel polisakarida inhibitor diinjeksikan ke dalam

kolom kromatografi. Eluen yang digunakan adalah NaCl 0,1-1 M. Hasil elusi

ditampung dalam tabung vial dengan volume masing-masing 1 mL. Masing-

masing fraksi diuji aktivitas inhibisinya dengan uji ATPase.

3.3.5 Profil kemurnian fraksi aktif polisakarida inhibitor RNA helikase

Fraksi yang memiliki aktivitas paling tinggi dari masing-masing teknik

pemurnian dibandingkan dan dipilih fraksi paling aktif untuk dilihat profil

kemurniannya menggunakan kromatografi lapis tipis, dan diperjelas kembali

menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi.

1) Kromatografi lapis tipis (modifikasi Putri 2011)

Plat silika F254 disiapkan dan diatur jarak antara garis penotolan dengan

garis akhir. Bejana (chamber) KLT diisi dengan eluen asetonitril : etanol dengan

perbandingan 3:7 dan diinkubasi selama beberapa menit hingga jenuh. Plat yang

telah ditotol dengan sampel hasil pemurnian yang memiliki aktivitas inhibisi

tertinggi dikembangkan dalam bejana sampai eluen mencapai garis akhir. Hasil

KLT kemudian divisualisasi menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang

254 nm, setelah itu disemprot dengan penampak bercak serium sulfat dan

dipanaskan hingga terlihat spot hasil kromatografi.

2) Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) / HPLC

Sampel atau fraksi paling aktif diambil sebanyak 20 µL untuk diinjeksikan

ke dalam HPLC. Kondisi HPLC yang digunakan adalah sebagai berikut :

Page 36: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

24

a. Fase Gerak : H2SO4 0,008 N

b. Kolom : Aminex® HPX-87H, 300 mm x 7.8 mm

c. Detektor : Refractive Index

d. Flow rate : 1 mL/min

e. Suhu kolom : 35 ºC

f. Back Pressure : 1553 psi

3.4 Prosedur Analisis

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi (1) penentuan bobot

molekul RNA helikase murni menggunakan SDS-PAGE, (2) uji aktivitas

penghambatan RNA helikase HCV terhadap ekstrak polisakarida dan fraksi

polisakarida termurnikan, (3) penentuan kandungan gula pada fraksi polisakarida

murni yang memiliki aktivitas penghambatan yang tinggi terhadap RNA helikase

HCV.

3.4.1 Analisis enzim RNA helikase dengan SDS-PAGE (Speicher 1997)

Analisis menggunakan alat SDS-PAGE. Glass plate sandwich (short plate

& spacer plate) dibersihkan dengan etanol. Short plate ditempatkan di depan kaca

spacer plate. Kedua kaca kemudian dimasukkan ke dalam casting frame dengan

posisi bagian bawah kedua kaca sama rata lalu dikunci dengan menekan cams.

Casting frame dipasang pada casting stand. Setelah peralatan siap, larutan gel

separating dibuat sesuai dengan prosedur (Lampiran 2a). Larutan tersebut

dimasukkan di antara celah short plate & spacer plate sampai duapertiga bagian

lalu ditambah akuades sampai dengan batas atas kaca, ditunggu ±20 menit sampai

terbentuk gel. Selama menunggu 20 menit, larutan gel stacking dibuat sesuai

dengan prosedur (Lampiran 2b). Sebelum larutan gel stacking dimasukkan, air

yang ada pada gel separating dibuang. Larutan gel stacking dituang sampai batas

atas kaca, comb dimasukan, ditunggu ±20 menit sampai gel terbentuk.

Gel dipindahkan dari casting frame dengan cara menekan cams pada

casting frame.Gel cassette sandwich ditempatkan pada electrode assembly dengan

posisi short plate menghadap dalam, lalu ditempatkan ke dalam clamping frame,

kemudian ditutup kedua camp levers pada clamping frame. Lower inner chamber

Page 37: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

25

dimasukan ke dalam tank elektroforesis lalu diisi dengan working solution (Buffer

Elektroforesis SDS 1X pH 8,3).

Masing-masing sampel diambil 4 µL lalu dicampur dengan 2 µL loading

dye (Lampiran 2c). Campuran didenaturasi pada suhu 95 °C selama 15 menit.

Marker protein (BIORAD®) sebanyak 4 µL/gel dimasukkan ke dalam well.

Masing-masing sampel yang sudah dicampur dengan loading dye, dimasukkan ke

dalam well sebanyak 5 µL/well.Gel dielektroforesis selama 90 menit dengan arus

40 mA. Gel diangkat lalu direndam dalam Commasie Blue G-250 staining

solution (Lampiran 2d) selama 1 jam sambil digoyang-goyang di atas rocker. Gel

dibilas dengan Commasie Blue G-250 destaining solution (Lampiran 2e) ±20

menit, dilakukan dua kali. Gel dibilas dengan H2O sampai bau asamnya hilang

dan disimpan pada suhu 4 °C.

Gel menunjukkan elektroforegram dari RNA helikase HCV berupa pita

protein dengan bobot molekul 54 kDa. Perhitungan bobot molekul (BM)

dilakukan terlebih dahulu dengan menghitung retardation factor (Rf) dari masing-

masing pita protein marker dan pita protein target menggunakan rumus :

Nilai Rf pada pita-pita protein marker digunakan untuk memperoleh kurva

standar terhadap log standar BM dari marker. Bobot molekul dihitung melalui

persamaan regresi linier kurva standar yang diperoleh, yaitu y = ax + b. Nilai “x”

yang dimasukkan merupakan nilai Rf dari pita protein target, sedangkan nilai “y”

merupakan nilai log BM dari pita protein target. Nilai bobot molekul diperoleh

dari antilog BM pita protein target.

3.4.2 Uji aktivitas ATPase RNA helikase HCV (Utama et al. 2000)

Pengujian aktivitas inhibisi enzim helikase virus hepatitis C dengan sampel

hasil pemurnian polisakarida BTM 11 menggunakan uji ATPase kolorimetri

(Utama et al. 2000), yaitu dengan mengukur jumlah fosfat yang dilepaskan dari

hidrolisis senyawa ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik (Pi). Konsentrasi

akhir reaksi adalah sebesar 175 µL/sumur.Sistem reaksi enzim selengkapnya

untuk satu sampel dengan volume total 175 µL dapat dilihat pada Tabel 2.

Rf =Jarak dari titik awal elektroforesis ke pita protein

Jarak dari titik awal ke titik akhir elektroforesis

Page 38: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

26

Tabel 2 Sistem reaksi enzim untuk satu sampel dengan volume total 175 µL

Blanko (µL) Enzim (µL) Kontrol (-) (µL) Sampel (µL)

Sampel

Pelarut

H2O

Buffer (MOPS)

Kofaktor (MgCl2)

Substrat (ATP)

RNA helikase

-

-

43,5

5

0,5

1

-

-

-

38,5

5

0,5

1

5

-

5

33,5

5

0,5

1

5

5

-

33,5

5

0,5

1

5

Inkubasi pada suhu ruang selama 45 menit

Dye solution* 100 100 100 100

Inkubasi pada suhu ruang selama 5 menit

Na-sitrat 25 25 25 25

Pembacaan pada λ 620 nm dengan referensi 405 nm (Abs. 620 nm – 405 nm)

*H2O : hijau malakit : polivinil alkohol : amonium molibdat (2 : 2 : 1 : 1)

Persentase aktivitas penghambatan senyawa inhibitor terhadap RNA

helikase ditentukan dengan rumus:

Keterangan :

A = Absorbansi RNA helikase tanpa senyawa inhibitor

I = Absorbansi RNA helikase dengan adanya senyawa inhibitor

3.4.3 Analisis kandungan gula fraksi polisakarida BTM 11 (Dubois et al.

1956)

Analisis ini bertujuan untuk memastikan bahwa fraksi aktif dari

kromatografi gel filtrasi dan ion-exchange terdapat kandungan polisakarida

dengan cara mendeteksi komponen gula penyusunnya menggunakan metode

fenol-asam sulfat. Langkah awal yaitu membuat kurva standar dengan glukosa

(1 mg/mL) sebagai standar dari konsentrasi tertinggi hingga terendah. Sebanyak

0; 0,1; 0,3; 0,5; 0,8; dan 1 mg/mL glukosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dan ditambahkan akuades hingga mencapai volume 100 µL. Sebanyak 0,5 mL

larutan fenol 5%; 2,5 mL H2SO4 pekat dicampurkan ke dalam tabung tersebut dan

dicampur rata. Standar glukosa diganti dengan akuades untuk blanko, sedangkan

untuk analisis sampel, standar diganti dengan (polisakarida 1%). Setelah itu

campuran diinkubasi selama 15 menit di ruang asam. Lalu tabung berisi campuran

diinkubasi dalam waterbath (40 °C) selama 15-30 menit, dan diamati perubahan

warna yang terjadi. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 490 nm.

Kandungan gula dihitung melalui persamaan regresi linier kurva standar yang

% Inhibisi = A − I

A× 100 %

Page 39: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

27

diperoleh, yaitu y = ax + b. Nilai “y” yang dimasukkan merupakan absorbansi

yang terbaca dari sampel, sedangkan nilai “x” merupakan kandungan gula dalam

sampel.

Page 40: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

11 16

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekspresi dan Pemurnian RNA Helikase Virus Hepatitis C

Ekspresi dan pemurnian RNA helikase HCV dilakukan untuk memperoleh

RNA helikase HCV murni yang dapat digunakan dalam pengujian aktivitas

polisakarida inhibitor terhadap aktivitas ATPase. Ekspresi RNA helikase HCV

dilakukan pada bakteri Escherichia coli BL21 (DE3) pLysS dalam plasmid pET

21b. Sambrook & Russell (2001) menjelaskan bahwa E. coli BL21 (DE3) pLysS

merupakan sel kompeten yang bersifat resisten terhadap antibiotik kloramfenikol

dan berperan sebagai sel inang pada ekspresi gen, sedangkan pET 21b pada

ekspresi gen berperan sebagai vektor ekspresiyang memiliki sifat resisten

terhadap antibiotik ampisilin.

Ekspresi RNA helikase diawali dengan penumbuhan bakteri E. coli BL21

(DE3) pLysS yang membawa gen NS3 RNA helikase virus hepatitis C dalam

plasmid pET 21b ke dalam 10 mL media Luria-Bertani (LB) yang sudah

ditambahkan ampisilin. Penggunaan media ini dipilih karena media LB

merupakan media yang cocok bagi pertumbuhan bakteri, termasuk E.coli

dikarenakan pertumbuhan yang relatif cepat dan rendemen yang lebih baik

(Sezonov et al. 2007). Penambahan ampisilin bertujuan sebagai penanda seleksi

untuk membedakan E. coli rekombinan yang membawa gen NS3 helikase HCV

dengan bakteri lain yang tidak membawa gen NS3 helikase HCV. Tahap ini

merupakan pembuatan prekultur yang bertujuan untuk menyegarkan kembali stok

biakan bakteri ke dalam media baru sehingga dapat tumbuh dengan optimal ketika

dikultur ke skala yang lebih besar. Prekultur diinkubasi selama satu malam di

inkubator berpenggoyang dengan suhu 37 °C pada kecepatan 150 rpm. Warna

kultur yang berubah menjadi kuning keruh menunjukkan bahwa bakteri E.coli

BL21 (DE3) pLysS berhasil ditumbuhkan.

Prekultur yang telah siap, dipindahkan ke dalam LB yang sudah

ditambahkan ampisilin dengan volume yang lebih besar. Kultur diinkubasi pada

inkubator berpenggoyang dengan suhu 37 °C dan kecepatan 150 rpm hingga

optical density (OD600) mencapai 0,3. Pada nilai tersebut diperkirakan kultur

sudah memasuki fase awal logaritmik. Sezonov et al. (2007) menjelaskan bahwa

Page 41: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

29

bakteri E. coli yang ditumbuhkan pada media LB memasuki fase pertumbuhan

eksponensial pada saat nilai OD600 sebesar 0,2 atau 0,3; dan mengakhiri fase

tersebut ketika nilai OD600 sebesar 0,6 hingga 1.

Pembelahan sel E. coli yang mengekspresikan RNA helikase pada fase

logaritmik terjadi sangat cepat, sehingga diperlukan penambahan isopropil β-D-

thiogalaktopiranosidase (IPTG) yang akan menginduksi gen NS3 RNA helikase

HCV agar terjadi ekspresi berlebih. Utama et al. (2000) menjelaskan bahwa

ekspresi berlebih pada gen NS3 menyebabkan pembentukan enzim RNA helikase

dalam jumlah yang lebih banyak dari fase logaritmik hingga fase awal stasioner.

Koleksi sel E. coli menggunakan sentrifugasi dilakukan setelah nilai OD600

mencapai ±1 (±3 jam), yang menunjukkan bahwa kultur sudah memasuki fase

awal stasioner. Sentrifugasi dilakukan pada suhu rendah untuk menghindari

protein mengalami denaturasi. Sentrifugasi akan memisahkan E. coli dengan

media LB. Bakteri E. coli akan mengendap sebagai pelet, dan disimpan pada suhu

-20 °C untuk menjaga stabilitas sel bakteri.

Enzim RNA helikase HCV terekspresi secara intraseluler pada sel E.coli

BL21 (DE3) pLysS, sehingga untuk memurnikannya harus dilakukan pemecahan

dinding sel agar komponen intraseluler termasuk RNA helikase HCV dapat keluar

dari dalam sel E. coli. Pemecahan sel dilakukan dengan metode freeze-thaw dan

sonikasi. Proses freeze-thaw dilakukan dengan mengkondisikan sel E. coli selama

±30 menit secara bergantian di suhu ruang dan suhu beku (-20 °C) sebanyak tiga

kali ulangan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembentukan kristal es pada

sel E. coli, sehingga sel akan lebih mudah untuk dipecah. Pemecahan sel

selanjutnya adalah dengan sonikasi. Pada tahap sonikasi, sel E. coli dilarutkan

dalam bufer B, dengan komponen penyusunnya yaitu Tween 20, NaCl dan

Tris HCl.

Tween 20 merupakan detergen non-ionik yang dapat menghancurkan lipid

bipolar pada membran sel. Rusaknya lipid bipolar akan menyebabkan disosiasi

membran sel dengan bagian hidrofobik dari RNA helikase yang sebelumnya

menempel pada lipid bipolar tersebut (SIGMA-ALDRICH 2008). NaCl berperan

sebagai penghilang kontaminan dan asam nukleat yang berikatan tidak spesifik

Page 42: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

30

dengan RNA helikase (Vanz et al. 2008), sedangkan Tris HCl berfungsi sebagai

larutan penyangga.

Hasil pemecahan sel bakteri (cell lysate) diduga telah mengandung enzim

RNA helikase HCV, sehingga harus dimurnikan menggunakan kromatografi

afinitas. Metode ini didasarkan pada pengikatan spesifik logam Ni2+

atau Co2+

yang dimiliki resin TALON dengan label 6xHis-tag (tag protein dengan enam

histidin) yang terdapat pada ujung RNA helikase. Petty (1996) menjelaskan

bahwa histidin akan berikatan secara selektif ke logam Co2+

resin TALON

meskipun dalam resin tersebut terdapat ion metal bebas lainnya. BD Bioscience

Clontech (2003) menjelaskan bahwa resin TALON menggunakan tetradentate

metal chelator untuk purifikasi protein rekombinan polyhistidine-tagged.

Chelator tersebut mengikat kuat logam elektropositif pada kantung elektronegatif

yang ideal untuk pengikatan ion logam seperti kobalt. Kantung pengikatan

tersebut adalah sebuah struktur oktahedral yaitu 4 dari 6 situs logam kobalt

berikatan dengan ligan resin TALON, sedangkan dua situs yang bebas akan

berikatan dengan 6xHis-tag. Tetradendate metal berarti tidak ada logam yang

tidak berikatan selama purifikasi protein dalam berbagai kondisi. Pengikatan resin

TALON dengan 6xHis-tag dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Pengikatan resin TALON (A) dengan 6xHis-tag (B) (BD Bioscience

Clontech 2003).

Resin yang telah mengikat dengan protein target, dimurnikan kembali

dengan pencucian dalam bufer B. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan

protein non target. Pemisahan protein target dari ikatan resin dilakukan dengan

penambahan imidazol yang terdapat dalam bufer elusi. BD Bioscience Clontech

(2003) menjelaskan bahwa konsentrasi imidazol hingga lebih dari 200 mM

menyebabkan protein yang memiliki residu His-tag terdisosiasi karena tidak

mampu lagi bersaing untuk berikatan dengan resin.

Page 43: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

31

Analisis kemurnian protein target menggunakan pengukuran bobot molekul

dengan SDS-PAGE. Hasil pelisisan sel, pencucian dari hasil pengikatan dengan

resin TALON dan hasil elusi dengan imidazol dilihat kemurniannya berdasarkan

ada atau tidaknya protein target pada masing-masing tahapan tersebut.

Elektroforesis dilakukan menggunakan gel akrilamid dengan konsentrasi 8%. Hal

ini dikarenakan protein target (enzim) memiliki bobot molekul yang besar,

sehingga dibutuhkan gel akrilamid dengan konsentrasi rendah agar terjadi

pemisahan pita protein yang optimal. Elektroforegram SDS-PAGE dapat dilihat

pada Gambar 13.

Gambar 13 Analisis SDS-PAGE pemurnian RNA helikase HCV. P: pelet sel,

S: supernatan hasil lisis, IV: inner volume (supernatan binding),

W1: pencucian pertama, W2: pencucian kedua, E1&E2: RNA

helikase HCV, M: marker protein.

Hasil SDS-PAGE menunjukkan pita protein tunggal dengan bobot 54 kDa

pada hasil elusi dengan imidazol, sehingga dapat dikatakan bahwa RNA helikase

HCV telah berhasil dipurifikasi. Hal ini sesuai dengan hasil yang telah dilaporkan

Utama et al.(2000) yang menyatakan bahwa bobot molekul RNA helikase yang

dimiliki oleh virus hepatitis C adalah sebesar 54 kDa. Hasil pencucian binding

resin TALON (W1 dan W2) tidak menunjukkan terdapatnya pita protein, hal ini

dikarenakan yang terdapat pada tahap itu hanya buffer B. Jalur hasil pelisisan sel

menunjukkan pita protein target yang dalam hal ini diduga adalah RNA helikase,

sehingga dapat dikatakan bahwa sebelumnya RNA helikase telah terekspresi pada

sel bakteri.

Page 44: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

32

4.2 Kultivasi Mikroalga BTM 11

Mikroalga BTM 11 merupakan salah satu ganggang atau fitoplankton yang

diisolasi dari perairan laut Batam, dengan lokasi spesifik yaitu pada titik/stasiun

ke-11 di area pengamatan. Kultur mikroalga BTM 11 dilakukan dengan media

IMK-SW. Penggunaan media ini disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi mikroalga

BTM 11 yang mengacu kepada habitat asal isolat mikroalga tersebut. Kultur

tersebut berwarna hijau pekat. Warna ini berhubungan dengan pigmen yang

dimiliki oleh BTM 11. Warna kultur semakin pekat seiring dengan lamanya waktu

kultur. Kepekatan warna yang terjadi menunjukkan kepadatan biomasa pada

kultur tersebut. Kondisi kultur mikroalga BTM 11 dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Kondisi kultivasi mikroalga BTM 11.(A: prekultur pada galon, B:

Scale-up kultur, C: Hasil panen).

Pertumbuhan BTM 11 diketahui dengan mengukur kepadatan sel

menggunakan spektrofotometer. Hal ini dikarenakan morfologi sel dari BTM 11

yang berbentuk filamen, sehingga tidak memungkinkan untuk dihitung secara

manual menggunakan hemasitometer. Kepadatan sel diukur pada serapan panjang

gelombang 630 nm dikarenakan mikroalga BTM 11 memiliki serapan optimum

pada panjang gelombang tersebut. Andersen (2005) menjelaskan bahwa besarnya

serapan gelombang cahaya monokromatik pada pengukuran kepadatan sel kultur

mikroalga didasari oleh warna yang dihasilkan oleh mikroalga tersebut.

Kultivasi dilakukan pada suhu ruang dengan intensitas pencahayaan sebesar

4800 lux, sehingga mikroalga BTM 11 berhasil tumbuh dengan baik. Kultur yang

ditumbuhkan di bawah cahaya secara kontinyu akan tumbuh dengan cepat. Arad

& Richmond (2004) menjelaskan bahwa faktor lingkungan yang penting untuk

kultur mikroalga adalah cahaya, yang merupakan faktor utama pada fotosintesis.

Morfologi sel mikroalga BTM 11 dapat dilihat pada Gambar 15.

Page 45: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

33

Gambar 15 Mikroalga BTM 11 dengan perbesaran 1000x. (Dokumentasi

Laboratorium Biorekayasa Lingkungan 2010).

Biomassa hasil panen mikroalga BTM 11 diperoleh dari Laboratorium

Biorekayasa Lingkungan, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dengan umur panen

14 hari. Kultur mikroalga BTM 11 sebanyak 30 liter menghasilkan biomassa

basah hasil panen sebesar 338 g (kering 38 g). Kurva pertumbuhan mikroalga

BTM 11 dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Kurva pertumbuhan mikroalga BTM 11.

Mikroalga BTM 11 dipanen sebelum mencapai fase stasioner

(fase pertumbuhan) (Gambar 16). Hal ini berdasarkan pada waktu pembentukan

makromolekul polisakarida dalam sel mikroalga. Arad et al. (1985) menjelaskan

bahwa aktivitas optimum pembentukan polisakarida terjadi pada fase stasioner.

Namun pada fase stasioner, pembentukan optimal polisakarida bersamaan dengan

sekresi polisakarida tersebut oleh mikroalga ke media tumbuh yang dapat dilihat

dari peningkatan viskositas media tumbuh mikroalga. Hasil penelitian Putri

(2011) menunjukkan bahwa biomassa mikroalga BTM 11 yang dipanen pada

akhir fase pertumbuhan eksponensial (umur 50 hari pada media yang berbeda)

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

1 2 4 6 8 10 12 14

Ab

sorb

an

si

Hari ke-

Fase lag

Fase log

Page 46: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

34

memiliki aktivitas penghambatan yang optimum terhadap RNA helikase HCV,

yaitu sebesar 81,2%.

4.3 Ekstrak Polisakarida Mikroalga BTM 11

Teknik ekstraksi polisakarida yang digunakan mengacu kepada metode

Wang et al. (2004). Ekstraksi bertujuan untuk memisahkan satu atau lebih

senyawa yang diinginkan dalam suatu larutan atau padatan yang mengandung

campuran senyawa-senyawa tersebut. Ekstraksi dilakukan terhadap BTM 11 yang

sudah dalam bentuk serbuk, dengan tujuan untuk mempermudah kontak antara

sampel dengan pelarut. Ekstraksi polisakarida dilakukan dengan cara maserasi

pada suhu ruang, sehingga dapat dihindari terjadinya penguraian zat aktif yang

terkandung dalam sampel oleh pemanasan. Maserasi dilakukan secara bertingkat

dengan menggunakan pelarut yang berbeda tingkat kepolaran secara bergantian

(polar dan semi polar). Pelarut yang digunakan secara berurutan adalah etanol,

aseton dan air garam.

Penggunaan etanol dapat melarutkan senyawa-senyawa selain polisakarida

yang memiliki tingkat kepolaran sama dengan etanol. Polisakarida cenderung

tidak larut terhadap etanol, dikarenakan terjadinya interaksi secara kovalen antar

monomer penyusunnya yang menyebabkan terbentuknya konformasi ikatan yang

lebih rigid dan kompleks sehingga pada beberapa kasus, polisakarida akan

mengendap sebagai presipitat (Varki et al. 1999; Shi et al. 2007). Penggunaan

aseton pada tingkat ekstraksi selanjutnya akan melarutkan senyawa selain

polisakarida yang pada proses sebelumnya tidak larut terhadap etanol dikarenakan

tingkat kepolaran yang berbeda. Rianudo (2006) menjelaskan bahwa penggunaan

larutan garam (0,9% NaCl) akan melarutkan polisakarida dikarenakan

penambahan garam tidak jenuh dengan konsentrasi rendah menyebabkan molekul

polisakarida menjadi bermuatan sehingga terjadi interaksi ionik antara molekul

polisakarida dengan garam.

Hasil metabolit yang telah larut dibersihkan dari protein dengan

menggunakan TCA. Ekstrak kasar polisakarida diperoleh dengan cara pemekatan

konsentrasi sampel menggunakan freeze dryer. Pemekatan konsentrasi dengan

freeze dryer dapat mengurangi perubahan kimiawi dari senyawa target

Page 47: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

35

dikarenakan proses berlangsung pada suhu rendah. Hasil ekstraksi dari 2 g

biomassa kering menghasilkan 50 mg ekstrak polisakarida. Ekstrak kasar

polisakarida inhibitor kemudian diuji aktivitas penghambatannya menggunakan

uji ATPase. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak kasar polisakarida BTM 11

dapat menghambat aktivitas ATPase dari RNA helikase HCV sebesar 64,65%.

Nilai ini menunjukkan bahwa inhibitor menghambat sebesar 64,65% aktivitas

enzim per 1 molekul RNA helikase dalam menghidrolisis ATP menjadi ADP dan

fosfat anorganik. Aktivitas inhibisi dari ekstrak kasar polisakarida BTM 11 dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3Aktivitas inhibisi dari ekstrak polisakarida

No. Tahapan Aktivitas inhibisi (%)

1

2

3

Maserasi akhir

Deproteinasi TCA

Pemekatan menggunakan freeze dryer

103,4

35,1

64,6

Aktivitas inhibisi (Tabel 2) fluktuatif selama proses ekstraksi polisakarida.

Hasil maserasi tahap akhir oleh NaCl 0,9% memiliki aktivitas penghambatan

terhadap RNA helikase lebih besar dari 100%, hal ini dikarenakan masih

terdapatnya banyak senyawa yang dalam aktivitasnya secara in vitro dapat

menghambat aktivitas RNA helikase. Pada tahap selanjutnya, yaitu deproteinasi

menggunakan TCA 10% menunjukkan aktivitas penghambatan yang lebih rendah

dari sebelumnya, hal ini dapat terjadi karena sebagian senyawa terendapkan oleh

TCA sehingga filtrat hasil presipitasi tersebut memiliki aktivitas yang rendah.

Ye et al. (2008) menjelaskan bahwa penambahan TCA dapat menghilangkan

protein yang terkandung dalam sampel.

Ekstrak kasar polisakarida memiliki aktivitas yang lebih tinggi

dibandingkan hasil deproteinasi. Hal ini dikarenakan pemekatan oleh freeze dry

dari hasil deproteinasi yang menyebabkan konsentrasi ekstrak meningkat sehingga

aktivitas penghambatan terhadap RNA helikase pun ikut meningkat karena

minimnya pengaruh dari pelarut. Zhang et al. (2012) menjelaskan bahwa pelarut

dapat mempengaruhi nilai aktivitas antivirus, sehingga pelarut harus dihilangkan

agar dapat diketahui besarnya aktivitas penghambatan yang murni dimiliki oleh

inhibitor.

Page 48: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

36

Ekstrak kasar polisakarida yang dihasilkan memiliki aktivitas inhibisi yang

lebih rendah dari penelitian sebelumnya. Mustopa et al. (2010) menjelaskan

bahwa ekstrak kasar mikroalga BTM 11 memiliki aktivitas penghambatan

terhadap RNA helikase sebesar 80% (dilusi 5x). Perbedaan ini karena penggunaan

metode ekstraksi bertingkat pada penelitian ini menyebabkan banyak senyawa

yang dapat berperan sebagai inhibitor ikut hilang selama proses ekstraksi. Namun

ekstrak kasar polisakarida yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki aktivitas

inhibisi yang lebih tinggi dari mikroalga jenis lain. Mustopa et al. (2010) juga

menjelaskan bahwa beberapa jenis mikroalga yang diisolasi dari perairan Ciater

(Jawa Barat) memiliki aktivitas penghambatan terhadap RNA helikase HCV

kurang dari 50%.

4.4 Pemurnian Polisakarida Inhibitor RNA Helikase

1) Kromatografi gel filtrasi

Pemurnian polisakarida BTM 11 dilakukan dengan menggunakan kolom

Sepharose 4B. Pemurnian dilakukan dengan memadatkan terlebih dahulu fase

diam berupa matriks gel pada kolom di dalam cold room, kemudian kolom dibilas

secara simultan dengan air hingga tidak ada senyawa yang masih terdapat di

dalam matriks gel tersebut. Sampel dimasukkan sebanyak 1 mL kemudian

digunakan fase gerak berupa campuran etanol:air (3:7). Berbagai macam eluen ini

dipilih berdasarkan tingkat kepolarannya. Soczewinski & Wawrzynowics (2003)

menjelaskan senyawa yang bersifat polar akan keluar paling akhir, senyawa

tersebut akan berikatan lebih kuat dengan fase diam sehingga terelusi paling akhir.

Matriks gel Sepharose 4B dengan menggunakan fase gerak etanol:air (3:7)

menghasilkan penghambatan tertinggi terhadap RNA helikase HCV sebesar

78,76% pada fraksi ke-13 dengan konsentrasi penghambatan sebesar 0,7615 mM.

Nilai ini sudah merupakan nilai murni penghambatan karena sudah dikurangi

dengan kontrol negatif. Kontrol negatif digunakan untuk mengetahui pengaruh

dari pelarut yang digunakan. Kontrol positif tidak digunakan karena belum

ditemukannya obat atau vaksin yang sesuai untuk infeksi virus hepatitis C. Contoh

perhitungan dan tabulasi data dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Profil aktivitas

Page 49: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

37

penghambatan RNA helikase HCV oleh hasil fraksinasi kromatografi gel filtrasi

dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Inhibisi polisakarida fraksi gel filtrasi terhadap aktivitas ATPase RNA

helikase HCV.

Hasil fraksinasi dengan aktivitas penghambatan tertinggi yang diperoleh

tergolong cukup efektif, dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil

penelitian sebelumnya. Mori et al. (2012) melaporkan bahwa polisakarida yang

diisolasi darimakroalga Cladosiphon okamuranus memiliki aktivitas

penghambatan terhadap replikasi HCV sebesar 60%. Perbedaan ini karena

penggunaan metode ekstraksi dan pemurnian yang digunakan berbeda, sehingga

kandungan polisakarida yang aktif menghambat virus hepatitis C juga berbeda.

Beberapa bahan aktif dari produk alam jenis lain juga diketahui dapat

menghambat aktivitas RNA helikase HCV. Hasil pemurnian ekstrak buah

tanaman mangrove (Avicennia marina) dapat menghambat aktivitas ATPase

enzim RNA helikase HCV sebesar 76,7% (Kusumawati 2011). Selain itu terdapat

pula hasil pemurnian ekstrak rimpang temulawak (Curcuma zanthorrhiza) yang

dapat aktivitas ATPase dari enzim RNA helikase HCV sebesar 73,6%

(Setianingsih 2011).

2) Kromatografi ion-exchange

Pemurnian ini menggunakan sistem elusi gradien, senyawa dihilangkan dari

kolom dengan mengubah kondisi elusi yang tidak cocok untuk ikatan ion molekul

terlarut. Perubahan kondisi elusi dilakukan dengan cara meningkatkan gradien

konsentrasi garam. Eluen yang dipakai adalah NaCl dengan konsentrasi dimulai

dari 0,1-1 M. Profil aktivitas penghambatan RNA helikase HCV oleh hasil

fraksinasi kromatografi ion-exchange dapat dilihat pada Gambar 18.

43,95 55,88

71,23

78,76%

65,77

41,07

-20

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

% P

engh

am

bata

n

Fraksi ke-

Page 50: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

38

Gambar 18 Inhibisi polisakarida fraksi ion-exchange terhadap aktivitas ATPase

RNA helikase HCV.

Aktivitas penghambatan tertinggi adalah sebesar 74,6% dengan konsentrasi

0,7205 mM pada fraksi ke-10. Nilai ini merupakan nilai murni aktivitas

penghambatan karena sudah dikurangi dengan kontrol negatif yaitu NaCl 0,25 M.

Aktivitas penghambatan ini lebih rendah dari hasil kromatografi gel filtrasi. Hal

ini diduga karena interaksi yang lebih kuat antara eluen dengan polisakarida

inhibitor pada kromatografi gel filtrasi, sehingga zat aktif akan lebih mudah

terelusi oleh fase gerak. Rinaudo (2006) menjelaskan polisakarida berikatan kuat

dengan molekul polar dengan cara membentuk ikatan hidrogen dari gugus –OH

yang dimilikinya. Tabulasi data aktivitas penghambatan dari hasil fraksinasi

kromatografi ion-exchange dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.5 Analisis Kandungan Gula

Fraksi aktif dalam penghambatan terhadap RNA helikase HCV pada tiap

teknik kromatografi dianalisis untuk menentukan konsentrasi gula penyusun

polisakarida pada sampel. Gula penyusun polisakarida yang dianalisis dalam

penelitian ini adalah glukosa. Penentuan konsentrasi gula mengacu pada kurva

standar glukosa (Lampiran 6). Hasil analisis gula dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Analisis kandungan gula

Sampel Aktivitas inhibisi (%) Kandungan gula (mg/mL)

Kromatografi

gel filtrasi

Fraksi 12 71,23 3,51

Fraksi 13 78,76 2,97

Fraksi 14 65,77 0,45

Kromatografi

ion-exchange

Fraksi 10 74,57 3,21

Fraksi 11 72,94 3,50

Fraksi 12 70,42 3,77

74,6%72,92

62,72

71,66

49,89

24,84

-20

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

%P

engh

am

bata

n

Fraksi ke-

Page 51: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

39

Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa fraksi 13 kromatografi gel filtrasi

dengan nilai aktivitas penghambatan tertinggi terhadap RNA helikase HCV

memiliki konsentrasi gula sebesar 2,97 mg/mL, sedangkan fraksi 10 kromatografi

ion-exchange memiliki konsentrasi gula sebesar 3,21 mg/mL. Hal ini

menunjukkan bahwa kandungan gula tidak selalu berkorelasi dengan aktivitas

penghambatan dari polisakarida inhibitor, dikarenakan analisis hanya dilakukan

terhadap glukosa yang merupakan salah satu penyusun polisakarida. Sehingga

dalam aktivitas menghambat RNA helikase HCV, tidak tertutup kemungkinan

bahwa glukosa berikatan dengan senyawa lain.

Penelitian ini menggunakan metode fenol-asam sulfat. Dubois et al. (1956)

menjelaskan bahwa prinsip metode fenol-asam sulfat adalah gula sederhana,

oligosakarida, polisakarida dan turunannya, termasuk metil eter akan membentuk

warna kuning ketika direaksikan dengan fenol yang terkonsentrasi pada asam

sulfat. Metode ini mengukur besarnya kandungan gula di dalam sampel, baik yang

dalam kondisi berikatan maupun senyawa bebas.

Bennet dan Steitz (1978) menjelaskan bahwa senyawa glukosa dalam

keadaan terikat/terkonjugasi dapat menghambat aktivitas ATPase dengan cara

mengubah konformasi bentuk enzim heksokinase. Hal ini menunjukkan bahwa

senyawa glukosa juga dapat menghambat aktivitas ATPase dari enzim RNA

helikase. Utama et al. (2000) menjelaskan bahwa enzim RNA helikase

memperoleh energi untuk membuka ikatan dupleks RNA virus hepatitis C dari

aktivitasnya sebagai ATPase dalam menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat

anorganik (Pi). Mukherjee et al. (2012) menyebutkan bahwa terdapat beberapa

senyawa lain yang berperan sebagai inhibitor RNA helikase HCV yaitu

triphenylmethane, acridone, amidinoanthracycline, tropolone, symmetrical

benzimidazole, dan turunan senyawa primuline.

4.6 Analisis Kemurnian Fraksi Aktif Polisakarida Inhibitor

1) Kromatografi lapis tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis dilakukan untuk melihat profil kimiawi dari fraksi

13 kromatografi gel filtrasi yang memiliki aktivitas penghambatan paling besar

terhadap RNA helikase. Hasil fraksi tersebut akan menunjukkan spot pemisahan

Page 52: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

40

senyawa aktif pada plat KLT. Eluen (fase gerak) yang digunakan adalah

asetonitril:metanol (6:4),sedangkan adsorben atau fase diam yang digunakan

adalah silika gel. Menurut Bintang (2010), silika gel umumnya digunakan pada

KLT untuk memisahkan senyawa asam amino, alkaloid, gula, asam lemak, lipid,

minyak esensial, anion dan kation anorganik, steroid dan terpenoid. Tiap spot

yang terdeteksi merupakan gambaran suatu senyawa. Hasil kromatogram dan

retardation factor (Rf) yang dihasilkan dapat dilihat padaGambar 19dan Tabel 5.

Gambar 19 Kromatogram KLT dengan deteksi sinar UV 254 nm.(kiri: fraksi 13

kromatografi gel filtrasi, kanan: standar glukosa 1 mg/mL).

Tabel 5 Nilai Rfsenyawa aktif polisakarida

Sampel Rf

Fraksi 13 kromatografi gel filtrasi

Standar glukosa

0,832

0,834

Hasil KLT menunjukkan bahwa fraksi 13 mempunyai 1 spot dengan nilai Rf

sebesar 0,832. Nilai ini mendekati spot yang ditunjukkan oleh standar glukosa

yang digunakan dengan nilai Rf sebesar 0,834 sehingga diduga bahwa komponen

aktif yang terdeteksi merupakan senyawa glukosa. Hasil penelitian lain yang

dilaporkan Biringanine et al. (2012) menunjukkan bahwa polisakarida inhibitor

HCV dari tumbuhan Plantago palmata memiliki kandungan monosakarida jenis

ramnosa, arabinosa dan glukosa dengan nilai Rf pada KLT sebesar 0,3; 0,5 dan

0,65. Perbedaan nilai Rf dapat dipengaruhi oleh fase gerak yang digunakan.

Soczewinski & Wawrzynowics (2003) menjelaskan bahwa senyawa yang

Page 53: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

41

berikatan lebih kuat dengan fase diam akan terpisah paling akhir dikarenakan daya

serap adsorben dengan komponen-komponen senyawa tidak sama sehingga

senyawa tersebut akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan

tingkat kepolarannya.

2) Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT/HPLC)

Fraksi dengan aktivitas tertinggi (fraksi 13) dari hasil fraksinasi gel filtrasi

dianalisis kemurniannya menggunakan teknik kromatografi cair kinerja tinggi

(KCKT/HPLC). Tingkat kemurnian akan terlihat dari banyaknya peak atau

puncak yang terdeteksi yang menunjukkan banyaknya senyawa yang terdeteksi

dalam sampel. Tingkat kemurnian paling tinggi diperoleh jika hanya terdapat satu

peak yang terdeteksi. Kromatogram yang ditunjukkan oleh fraksi 13 dan hasil

analisisnya dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20Kromatogram KCKT fraksi 13.

Fraksi 13 memiliki tiga peak (Gambar 19), satu peak tajam yang

menunjukkan retention time (Rt) sebesar 4,072, dan dua peak lainnya yang

terdeteksi dengan Rt 4,706 dan 5,530. Hal ini menunjukkan bahwa hasil fraksi

aktif yang didapat tersebut belum murni karena masih terdapat senyawa lain.

Senyawa-senyawa yang terdeteksi diduga berperan dalam penghambatan aktivitas

RNA helikase virus hepatitis C, namun belum diketahui aktivitas inhibisi dari

masing-masing senyawa tersebut. Mekanisme inhibitor RNA helikase meliputi (1)

inhibitor menempel pada RNA helikase tidak pada sisi aktifnya, namun terjadi

perubahan konformasi bentuk enzim yang mengakibatkan berkurangnya interaksi

enzim dengan substrat (Borowski et al. 2008), (2) inhibitor berikatan pada sisi

aktif enzim (RNA binding-site) sehingga ATP tidak dapat berikatan dengan enzim,

Page 54: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

42

menyebabkan enzim tidak memiliki cukup energi untuk membuka untai ganda

RNA (Yamashita et al. 2012).

Page 55: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

11 16

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Enzim RNA helikase berhasil dipurifikasi dengan bobot molekul sebesar 54

kDa. Kultur mikroalga BTM 11 dapat tumbuh pada media IMK-Sea Water

dengan menghasilkan biomassa basah sebesar 338 g pada umur panen 14 hari.

Polisakarida yang memiliki aktivitas inhibisi tertinggi terhadap RNA helikase

HCV diperoleh melalui pemurnian menggunakan kromatografi gel filtrasi, dengan

aktivitas sebesar 78,76% dan kandungan gula sebesar 2,97 mg/mL. Hasil

pemurnian lanjutan menggunakan kromatografi lapis tipis menghasilkan satu spot

senyawa aktif dengan nilai Rf sebesar 0,832. Hasil analisis fraksi aktif dengan

menggunakan KCKT diperoleh 3 puncak senyawa yang menandakan bahwa hasil

fraksi polisakarida belum murni.

5.2 Saran

Saran untuk penelitian lanjutan adalah uji toksisitas, identifikasi dan analisis

bobot molekul dari polisakarida inhibitor yang memiliki aktivitas tertinggi.

Karakterisasi polisakarida inhibitor perlu dilakukan untuk mengetahui kestabilan

aktivitas inhibitor pada berbagai kondisi. Selain itu, diperlukan pula pengujian

secara in vitro menggunakan sel virus aktif dan secara in vivo menggunakan

hewan model untuk mengetahui secara pasti efektifitas, mekanisme

penghambatan dan efek samping dari polisakarida mikroalga BTM 11 terhadap

virus hepatitis C.

Page 56: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

11 16

DAFTAR PUSTAKA

Al Baarri AN. 2003. Analisis perbedaan kolom pada determinasi karbohidrat susu

fermentasi dengan metode HPLC. Journal of The Indonesian Tropical

Animal Agriculture. 28(1): 27-32.

Amersham PB. 1999. Protein Purification Handbook. USA: Amersham

Pharmacia Biotech Inc. 98 hlm.

Andersen RA. 2005. Algal Culturing Techniques. New York: Elsevier Academic

Press. 588 hlm.

Anzola M, Burgos JJ. 2003. Hepatitis C virus (HCV): model structure and

genome organisation. [terhubung berkala]. http://www.expertreview.org

[1 Juni 2012].

Arad SM, Adda M, Cohen E. 1985. The potential of production of sulfated

polysaccharides from Porphyridium. Plan and Soil 89: 117-127.

Arad SM, Richmond A. 2004. Industrial Production of Microalgal Cell-mass and

Secondary Products-Species of High Potential Porphyridium sp. Dalam

Richmond A, editor. Handbook of Microalgal Culture: Biotechnology and

Applied Phycology. United Kingdom: Blackwell Publishing Company.

Barsanti L, Gualtieri P. 2005. Algae: Anatomy, Biochemistry and Biotechnology.

New York: CRC Press. 320 hlm.

Baumgartner B, Chrispeels. 1976. Partial characterization of a protease inhibitor

which inhibits the major endopeptidase present in the cotyledons of mung

beans. Plant Physiology 58: 1-6.

BD Bioscience Clontech. 2003. BD TALONTM

Metal Affinity Resins User Manual.

Becton: Dickinson & Company. 47 hlm.

Becker EW. 1994. Microalgae: Biotechnology and Microbiology. New York:

Cambridge University Press. 305 hlm.

Bennet WS, Steitz TA. 1978. Glucose-induced conformational change in yeast

hexokinase. Proceedings of The National Academy of Sciences 75(10):

4848-4852.

Beress A, Wassermann O, Tahhan S, Bruhn T, Beress L, Kraiselburd EN,

Gonzalez LV, de Motta GE, Chavez PI. 1993. A new procedure for

isolation of anti-HIV compounds (polysaccharides and polyphenols) from

the marine alga Fucus vesiculosus. Journal of Natural Products 56:

478-488.

Biringanine G, Ouedraogo M, Vray B, Samuelsen AB, Duez P. 2012. Partial

chemical characterization of immunomodulatory polysaccharides from

Plantago palmata. International Journal of Carbohydrate Chemistry: 1-7.

Borowski P, Niebuhr A, Schmitz H, Hosmane RS, Bretner M, Siwecka MA,

Kulikowski T. 2002. NTPase/helicase of Flaviviridae: inhibitors and

inhibition of the enzyme. Acta Biochimica Polonica 49: 597-614.

Page 57: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

45

Borowski P, Heising MV, Miranda IB, Liao CL, Choe J, Baier A. 2008. Viral

NS3 helicase activity is inhibited by peptides reproducing the Arg-rich

concerved motif of the enzyme (motif VI). Biochemical Pharmacology 76:

28-38.

Chan KM, Delfert D, Junger KD. 1986. A direct colorimetric assay for Ca2+

stimulated ATPase activity. Analytical Biochemistry157: 375-380.

Clercq ED. 2004. Antivirals and antiviral strategies. Nature Review:

Microbiology2: 704-720.

d’Ayala GG, Malinconico M, Laurienzo P. 2008. Marine derived polysaccharide

for biomedical applications: chemical modification approaches. Molecules

13: 2069-2106.

[EASL] European Association for the Study of the Liver. 2011. EASL Clinical

Practice Guidelines: Management of hepatitis C virus infection. Journal of

Hepatology 55: 245-264.

Dubois M, Gilles KA, Hamilton JK, Rebers PA, Smith F. 1956. Colorimetric

method of determination of sugars and related substances. Analytical

Chemistry 28(3): 350-356.

Gandjar IG, Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 486 hlm.

Ghosh T, Chattopadhyay K, Marschall M, Karmakar P, Mandal P, Ray B. 2009.

Focus on antivirally active sulfated polysaccharides: From structure-

activity analysis to clinical evaluation. Glycobiology 19(1): 2-15.

Giavasis I, Bilianderis CG. 2006. Microbial Polysaccharides. Dalam Bilianderis

CG dan Izydorczyk, editor. Functional Food Carbohydrates. New York:

CRC Press. 570 hlm.

Gouveia L. 2011. Microalgae as a Feedstock for Biofuels. London: Springer

Heodelberg Dordrecht. 76 hlm.

Hagel L. 1998. Gel filtration chromatography. Dalam Coligan JE, Dunn BM,

Ploegh HL, Speicher DW, dan Wingfiled PT, editor. Current Protocols In

Protein Science. Wahington: John Wiley & Sons Inc. 610 hlm.

Hairany A. 2010. Pemurnian dan karakterisasi protein inhibitor RNA helikase

virus hepatitis C dari Streptomyces chartreusis 5-095 [tesis]. Bogor:

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Harjadi W. 1976. Ilmu Kimia Analitik. Bogor: IPB Press. 290 hlm.

Huang S, Ning Z. 2010. Extraction of polysaccharide from Ganoderma lucidum

and its immune enhancement activity. International Journal of Biological

Macromolecules, in press.

Huleihel M, Ishanu V, Tal J, Arad SM. 2001. Antiviral effect of red microalgal

polysaccharide on Herpes simplex and Varicella zoster viruses. Journal of

Applied Phycology 13: 127-134.

Jawaid A, Khuwaja AK. 2008. Treatment and vaccination for hepatitis C: present

and future. Journal Medical College Abbottabad 20: 129-133.

Page 58: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

46

Kadare G, Haenni A. 1997. Virus encoded RNA helicases. Journalof Virology 71:

2583-2590.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Menkes meluncurkan program

pendataan penyakit hepatitis C tahap II. [terhubung berkala]

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release [1 Juni 2012].

Koolman J, Rohm K. 2005. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Wanandi,

penerjemah; Jakarta: Terjemahan dari: Hipokrates. 435 hlm.

Kusumawati IS. 2011. Isolasi dan identifikasi pendahuluan bahan bioaktif sebagai

inhibitor RNA helikase virus hepatitis C dari ekstrak metanol buah

tanaman mangrove Avicennia marina [skripsi]. Jakarta: Fakultas Farmasi,

Universitas Pancasila.

Laurienzo P. 2010. Marine polysaccharides in Pharmaceutical applications: an

overview. Marine Drugs 8: 2435-2465.

LC Resources Inc. 2001. Getting started in HPLC. [terhubung berkala]

http://www.lcresources.com/resources/getstart/1c01.htm [12 Juni 2012].

Leliaert F, Smith DR, Moreau H, Herron MD, Verbruggen H, Delwiche CF, Clerk

OD. 2012. Phylogeny and molecular evolution of the green algae. Critical

Reviews in Plant Sciences 31: 1-46.

Mardiana U, Ramdani D. 2008. Analisis kadar akrilamida menggunakan HPLC

(High Performance Liquid Chromatography) pada ubi (Ipomea batatas L.)

cilembu sebelum dan setelah pemanggangan. Jurnal Kesehatan BTH 1(1):

21-31.

Mori N, Nakasone K, Tomimori K, Ishikawa C. 2012. Beneficial effects of

fucoidan in patient with chronic hepatitis C virus infection. World Journal

of Gastroenterology 18(18): 2225-2230.

Mukherjee S, Hanson AM, Shadrick WR, Ndjomou J, Sweeney NL, Hernandez

JJ, Bartczak D, Li K, Frankowski KJ, Heck JA, Arnold LA, Schoenen FJ,

Frick DN. 2012. Identification and analysis of hepatitis C virus NS3

helicase inhibitors using nucleic acid binding assays. Nucleic Acids

Research : 1-15.

Mustopa AZ, Susilaningsih D, Hasim, Ridwan M, Rahman DY, Farida H. 2010.

Purification of polysaccharide as spesific RNA helicase inhibitor from

microalgae BTM 11. ITSF, unpublished.

[NREL] National Renewable Energy Laboratory. 2003. A Look Back at The U.S.

Department of Energy’s Aquatic Species Program: Biodiesel from algae.

Colorado: National Renewable Energy Laboratory. 328 hlm.

Nurhamidah. 2005. Penentuan kondisi optimum HPLC untuk pemisahan residu

pestisida imidakloprid, profenofos dan deltametrin pada cabai

(Capsicum annum). Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 7(2): 87-93.

Petty KJ. 1996. Metal-chelate affinity chromatography. Dalam Coligan JE, Dunn

BM, Ploegh HL, Speicher DW, dan Wingfiled PT, editor. Current

Protocols In Protein Science. Wahington: John Wiley & Sons Inc.

610 hlm.

Page 59: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

47

Poendjiadi A, Supriyanti T. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Depok: UI Press.

476 hlm.

Purwadaria MBT. 1999. Penggunaan kromatografi tukar ion DEAE-Sepharose

CL-6B dalam purifikasi komponen selulase Cellulomonas CS1-17. Jurnal

Mikrobiologi Indonesia 4(1): 30-33.

Putri PH. 2011. Isolasi dan pemurnian bahan aktif dari mikroalga BTM 11 sebagai

inhibitor RNA helikase virus hepatitis C [skripsi]. Bogor: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Rinaudo M. 2006. Non-covalent interaction in polysaccharide systems.

Macromoleculer Bioscience6: 590-610.

Rodjaroen S, Juntawong N, Mahakhant A, Miyamoto K. 2007. High biomass

production and starch accumulation in native green algal strain and

cyanobacterial strains of Thailand. Kasetsart Journal (Natural Sciences)

41: 570-575.

Sambrook J, Russell DW. 2001. Molecular Cloning: a laboratory manual. New

York. Cold Spring Harbor Laboratory Press. 2344 hlm.

Sanchez-Moyano JE, Garcia-Asencio IM, Garcia-Gomez JC. 2007. Effect of

temporalvariation of the seaweed Caulerpa prolifera cover on the

associated crustacean community. Marine Ecology 28: 324-337.

Scopes RK. 1987. Protein Purification, Principles, and Practices. Ed ke-2. New

York: Springer Verlag. 380 hlm.

Setianingsih D. 2011. Isolasi dan identifikasi awal senyawa aktif dari ekstrak

rimpang temulawak (Curcuma zanthorrizha) sebagai inhibitor RNA

helikase virus hepatitis C (HCV) [skripsi]. Jakarta: Fakultas Farmasi,

Universitas Pancasila.

Sezonov G, Petit DJ, D’Ari R. 2007. Escherichia coli physiology in luria-bertani

broth. Journal of Bacteriology 189(23): 8746-8749.

Shih SR, Tsai KN, Li YS, Chueh CC, Chan EC. 2003. Inhibition of enterovirus

71-induced apoptosis by allophycocyanin isolated from a blue-green alga

Spirulina platensis. Journal of Medical Virology 70: 119-125.

SIGMA-ALDRICH. 2008. Detergents and solubilization reagents. Biofiles 3(3):

1-36.

Skoog DA. 2006. Principles of Instrumental Analysis 6th ed. Belmont: Thompson

Brooks/Cole. 1107 hlm.

Soczewinski E, Wawryznowicz T. 2003. Gel filtration chromatography. Di dalam

Jack Cazes, editor: Encyclopedia of Chromatography. New York: Marcel

Dekker. 1679 hlm.

Solga S, Pooedad FF, Rai R, Norwitz L, Kalloo AN. 2007. Viral hepatitis C. The

Johns Hopkins University. [terhubung berkala]. http://www.hopkins-

gi.nts.jhu.edu [8 Juni 2012].

Page 60: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

48

SpeicherDW. 1997. Electrophoresis. Dalam Coligan JE, Dunn BM, Ploegh HL,

Speicher DW, Wingfield PT, editor. Current Protocol In Protein Science.

USA: John Wiley & Sons Inc. 610 hlm.

Talyshinsky M, Souprun Y, Huleihel M. 2002. Anti-viral activity of red

microalgal polysaccharide againts retroviruses. Cancer Cell International

2(8): 1-7.

Teas J, Hebert JR, Fitton JH, Zimba PV. 2004. Algae – a poor man’s HAART?.

Medical Hypotheses 62(4): 507-510.

Tellinghuisen TL, Evans MJ, Hahn T, You S, Rice CM. 2007. Studying hepatitis

C virus: making the best of a bad virus. Journal of Virology 81(17): 8853-

8867.

Tissue BM. 1996. Thin-Layer Chromatography (TLC). [terhubung berkala]

http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem-ed/sep/tlc/tlc.htm [12 Juni 2012].

Utama A, Shimizu H, Morikawa S, Hasebe F, Morita K, Igarashi A, Hatsu M,

Takamizawa K, Miyamura T. 2000. Identification and characterization of

the RNA helicase activity of japanese enchepalitis virus NS3 protein.

FEBS Letter 456:74-78.

Vanz ALS, Renard G, Palma MS, Chies JM, Dalmora SL, Basso LA, Santos DS.

2008. Human granulocyte colony stimulating factor (Hg-CSF): cloning,

overexpression, purification and characterization. Microbial Cell Factories

7: 13-15.

Varki A, Cummings R, Esko J, Freeze H, Hart G, Marth J. 1999. Essentials of

Glycobiology. New York: Cold Spring Harbour Laboratory Press. 671

hlm.

Wang Y, Zhang M, Ruan D, Shashkov AS, Kilcoyne M, Savage AV, Zhang L.

2004. Chemical component and molecular mass of six polysaccharides

isolated from the sclerotium of Poria cocos. Carbohydrate Research 339:

327-334.

[WHO] World Health Organization. 2002. Guidelines for Drinking-water Quality:

addendum microbiological agents in drinking water. Geneva: World

Health Organization. 140 hlm.

Wilson K, Walker JM. 1994. Principles and Techniques of Practical

Biochemistry. Ed 4. Cambridge: Cambridge University Pr. 808 hlm.

Worman HJ, Lin F. 2000. Molecular biology of liver disorders: the hepatitis C

virus and molecular targets for drug development. World Journal of

Gastroentestinal 6: 465-469.

Yamashita A, Salam KA, Furuta A, Matsuda Y, Fujita O, Tani H, Fujita Y,

Fujimoto Y, Ikeda M, Kato N, Sakamoto N, Maekawa S, Enomoto N,

Nakakoshi M, Tsubuki M, Sekiguchi Y, Tsuneda S, Akimitsu N, Noda N,

Tanaka J, Moriishi K. 2012. Inhibition of hepatitis C virus replication and

viral helicase by ethyl acetate extract of the marine feather star

Alloeocomatella polycladia. Marine Drugs 10: 744-761.

Page 61: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

49

Ye H, Wang K, Zhou C, Liu J, Zeng X. 2008. Purification, antitumor and

antioxidant activities in vitro of polysaccharide from the brown seaweed

Sargassum pallidum. Food Chemistry 111: 428-432.

Yuan YV, Walsh NA. 2006. Antioxidant and antiproliferative activities of

extracts from a variety of edible seaweeds. Food and Chemical Toxicology

44: 1144-1150.

Zhang T, Wu Z, Du J, Hu Y, Liu L, Yang F, Jin Q. 2012. Anti-Japanese-

Encephalitis-Viral effects of kaempferol and daidzin and their RNA-

binding characteristics. PLOS One 7(1): 1-16.

Page 62: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

11 16

LAMPIRAN

Page 63: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

51

Lampiran 1 Komposisi media IMK-SW

IMK – SW, dengan komposisi per liter :

- NaNO3 = 0,2 gram

- Na2HPO4 = 0,0014 gram

- K2HPO4 = 0,005 gram

- NH4Cl = 0,00268 gram

- Fe-EDTA = 0,0052 gram

- Na-EDTA = 0,0372 gram

- ZnSO4.7H2O = 0,0000023 gram

- CoSO4.7H2O = 0,000014 gram

- Na2MoO4.H2O = 0,00000073 gram

- CuSO4.5H2O = 0,0000025 gram

- MnCl2.4H2O = 0,000018 gram

- Biotin = 0,0000015 gram

- Thiamin HCl = 0,0002 gram

- Vitamin B12 = 0,0000015 gram

Page 64: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

52

Lampiran 2 Komposisi larutan yang digunakan dalam SDS-PAGE

Medium dan larutan-larutan Bahan-bahan

a Larutan separating 8% H2O 7,25 ml

1,5 M Tris-Cl pH 8,8 containing 0.4% SDS 3,75 ml

30% Akrilamid 4 ml

10% Amonium Persulfat 0,05 ml

TEMED 0,015 ml

b Larutan stacking 3,9% H2O 3,05 ml

0,5 M Tris-Cl pH 6,8 containing 0.4% SDS 1,25 ml

30% Akrilamid 0,65 ml

10% Amonium Persulfat 0,025 ml

TEMED 0,005 ml

c Dapar sampel SDS 2X (Loading

Dye) 4x Tris Cl/SDS pH 6,8 25 ml

Gliserol 20 ml

SDS 4 g

β- mercaptoethanol (2-ME) 2 ml

Bromphenol blue 1 mg

H2O 53 ml

d Commasie Blue G-250 Staining

Solution (500 ml) 45% H2O 225 ml

45% Metanol 225 ml

10% Asam asetat glacial 50 ml

0,05%Commasie brilliant blue 250 mg

e Commasie Blue G-250

Destaining Solution (1000 ml) 50% H2O 500 ml

10% Asam asetat glacial 100 ml

40% Metanol 400 ml

Page 65: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

53

Lampiran 3 Kurva standard fosfat (Uji ATPase)

Data :

Konsentrasi K2HPO4

(mM)

Absorbasi 620 nm

dengan referensi 405 nm

0,0

0,1

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

0,000

0,102

0,239

0,417

0,622

0,834

1,022

Grafik :

Perhitungan konsentrasi enzim:

y = 1,0207x + 0,0103

1,203666 = 1,0207x + 0,0103

x = 1,203666−0,0103

1,0207

x = 1,1692 mM (konsentrasi enzim tanpa inhibitor)

Konsentrasi enzim yang telah dihambat oleh inhibitor mikroalga BTM 11

Contoh perhitungan pada Fraksi ke-13

y = 1,0207x + 0,0103

0,787593 = 1,0207x + 0,0103

x = 0,787593−0,0103

1,0207

x = 0,7615 mM (besar konsentrasi enzim yang berhasil dihambat)

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

Ab

s 620/4

05 n

m

[K2HPO4] (mM)

y = 1,0207x + 0,0103

R2 = 0,9989

Page 66: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

54

Lampiran 4 Tabulasi data hasil fraksinasi kromatografi gel filtrasi

Rata-rata Selisih λ620-λ405 Abs Blanko Abs Enzim (Abs enzim-Abs Sampel)/ Abs enzim0,442 0,147666667 blanko

2,002 1,351333333 1,203666333 enzim 17x

1,812333333 1,227666667 1,079999667 0,123666333 0,102741403 10,27414028 etanol : air (3:7)

1,811333333 1,237333333 1,089666333 0,113999667 0,094710382 9,471038201 -0,803101799 Fraksi 1

1,815 1,234333333 1,086666333 0,116999667 0,097202768 9,720276777 -0,553863223 Fraksi 2

1,836666667 1,249666667 1,101999667 0,101666333 0,084463907 8,446390721 -1,827749279 Fraksi 3

1,851666667 1,258333333 1,110666333 0,092999667 0,077263682 7,726368167 -2,547771833 Fraksi 4

1,777 1,218666667 1,070999667 0,132666333 0,11021856 11,02185601 0,747716008 Fraksi 5

1,874333333 1,276 1,128333 0,075333 0,062586299 6,258629886 -4,015510114 Fraksi 6

1,312 0,858666667 0,710999667 0,492666333 0,409304851 40,93048515 30,65634515 Fraksi 7

1,284333333 0,798 0,650333 0,553333 0,45970643 45,97064302 35,69650302 Fraksi 8

1,129 0,698666667 0,550999667 0,652666333 0,542232092 54,22320921 43,94906921 Fraksi 9

1,177 0,73 0,582333 0,621333 0,516200507 51,62005074 41,34591074 Fraksi 10

0,965 0,555 0,407333 0,796333 0,661589677 66,15896769 55,88482769 Fraksi 11

0,735333333 0,370333333 0,222666333 0,980999667 0,815009867 81,50098671 71,22684671 Fraksi 12

0,619333333 0,279666667 0,131999667 1,071666333 0,890335303 89,03353034 78,75939034 Fraksi 13

0,810666667 0,436 0,288333 0,915333 0,760454312 76,04543121 65,77129121 Fraksi 14

1,188 0,733333333 0,585666333 0,617999667 0,51343119 51,34311899 41,06897899 Fraksi 15

2,092 1,337 1,189333 0,014333 0,011907788 1,190778837 -9,083361163 Fraksi 16

2,045333333 1,319 1,171333 0,032333 0,026862103 2,686210294 -7,587929706 Fraksi 17

2,070666667 1,322 1,174333 0,029333 0,024369717 2,436971718 -7,837168282 Fraksi 18

2,089333333 1,347 1,199333 0,004333 0,003599836 0,359983583 -9,914156417 Fraksi 19

1,741666667 1,185 1,037333 0,166333 0,138188667 13,8188667 3,544726696 Fraksi 20

1,730666667 1,184666667 1,036999667 0,166666333 0,138465599 13,84655987 3,572419871 Fraksi 21

1,760333333 1,185666667 1,037999667 0,165666333 0,137634803 13,76348035 3,489340345 Fraksi 22

1,722 1,179666667 1,031999667 0,171666333 0,142619575 14,2619575 3,987817498 Fraksi 23

1,715333333 1,192 1,044333 0,159333 0,1323731 13,23731002 2,963170018 Fraksi 24

1,698333333 1,149 1,001333 0,202333 0,168097296 16,80972961 6,535589609 Fraksi 25

Persentase

Page 67: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

55

Lampiran 5 Tabulasi data hasil fraksinasi kromatografi ion-exchange

Rata - Rata Selisih λ620-λ405 Abs Blanko Abs Enzim (Abs enzim-Abs Sampel)/ Abs enzim Nama sampel

0,7583 0,3893 blanko

2,0220 1,2657 0,8763 enzim 26x

1,2617 0,7633 0,7467 0,0657 0,0808 8,0837 NaCl 0,25 M

1,3127 0,7990 0,7823 0,0300 0,0369 3,6931 NaCl 0,5 M

1,2710 0,7640 0,7473 0,0650 0,0800 8,0017 NaCl 0,75 M

1,8357 1,2320 0,8427 0,0337 0,0384 3,8418 3,8418 fraksi 1

1,8793 1,2467 0,8573 0,0190 0,0217 2,1682 2,1682 fraksi 2

1,9003 1,2607 0,8713 0,0050 0,0057 0,5706 0,5706 fraksi 3

1,9360 1,2723 0,8830 -0,0067 -0,0076 -0,7607 -0,7607 fraksi 4

1,9653 1,2847 0,8953 -0,0190 -0,0217 -2,1681 -2,1681 fraksi 5

1,9673 1,2640 0,8747 0,0017 0,0019 0,1902 0,1902 fraksi 6

1,9490 1,2380 0,8487 0,0277 0,0316 3,1571 -4,9266 fraksi 7

2,0140 1,2483 0,8590 0,0173 0,0198 1,9780 -6,1058 fraksi 8

1,8893 1,2443 0,8550 0,0213 0,0243 2,4344 -5,6493 fraksi 9

0,9453 0,5413 0,1520 0,7243 0,8265 82,6550 74,5712 fraksi 10

0,9677 0,5557 0,1663 0,7100 0,8102 81,0194 72,9356 fraksi 11

0,9930 0,5777 0,1883 0,6880 0,7851 78,5089 70,4252 fraksi 12

1,0117 0,5943 0,2050 0,6713 0,7661 76,6071 72,9140 fraksi 13

1,0653 0,6377 0,2483 0,6280 0,7166 71,6622 67,9691 fraksi 14

1,1193 0,6837 0,2943 0,5820 0,6641 66,4131 62,7200 fraksi 15

1,0960 0,6657 0,2763 0,6000 0,6847 68,4671 64,7740 fraksi 16

1,0193 0,6053 0,2160 0,6603 0,7535 75,3518 71,6587 fraksi 17

1,0440 0,6233 0,2340 0,6423 0,7330 73,2978 69,6047 fraksi 18

1,1977 0,7583 0,3690 0,5073 0,5789 57,8927 49,8911 fraksi 19

1,9197 1,2220 0,8327 0,0437 0,0498 4,9829 -3,0188 fraksi 20

2,0147 1,1567 0,7673 0,1090 0,1244 12,4382 4,4365 fraksi 21

2,0180 1,0930 0,7037 0,1727 0,1970 19,7033 11,7017 fraksi 22

1,9543 1,0480 0,6587 0,2177 0,2484 24,8384 16,8367 fraksi 23

1,9060 1,1000 0,7107 0,1657 0,1890 18,9046 10,9029 fraksi 24

1,9390 1,0667 0,6773 0,1990 0,2271 22,7083 22,7083 fraksi 25

1,9383 1,0687 0,6793 0,1970 0,2248 22,4801 22,4801 fraksi 26

1,9447 1,1293 0,7400 0,1363 0,1556 15,5573 15,5573 fraksi 27

1,9183 1,1377 0,7483 0,1280 0,1461 14,6063 14,6063 fraksi 28

1,9400 1,1607 0,7713 0,1050 0,1198 11,9818 11,9818 fraksi 29

1,9580 1,1657 0,7763 0,1000 0,1141 11,4112 11,4112 fraksi 30

Persentase

Page 68: OPTIMASI PEMURNIAN POLISAKARIDA DARI MIKROALGA … · Helikase Virus Hepatitis C” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

56

Lampiran 6 Kurva standard glukosa (Uji kandungan gula)

Data :

Konsentrasi Glukosa

(mg/mL) Absorbasi 490 nm

0,0

0,1

0,3

0,5

0,8

1,0

0,000

0,022

0,137

0,273

0,395

0,399

Grafik :

Perhitungan kandungan gula (glukosa) pada fraksi ke-10 ion-exchange:

y = 0,4427x + 0,0051 0,151 = 0,4427x + 0,0051

x = 0,151−0,0051

0,4427

x = 0,3212 x 10 (dilusi sampel 10x)

x = 3,212 mg/mL

y = 0,4427x + 0,0051

R² = 0,9583

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

0,4

0,45

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

Ab

sorb

an

si

490n

m

konsentrasi (mg/mL)