OPTIMAPREP CBT - Pembahasan TO 4.pdf

673
PEMBAHASAN TO 4 Optimaprep Batch II UKDI 2014 Office Address: Jakarta : JlPadang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan (Belakang Pasar Raya Manggarai) Phone Numbers: 021 8317064 Pin BB 2A8E2925 WA 081380385694 Medan : JlSetiabudi no 65G, Medan Phone numbers : 061 82292290 pin BB : 24BF7CD2 www.optimaprep.com dr. Widya, dr. Alvin, dr. Yolina dr. Cahyo, dr. Ayu, dr. Gregorius

Transcript of OPTIMAPREP CBT - Pembahasan TO 4.pdf

  • PEMBAHASAN TO 4Optimaprep

    Batch II UKDI 2014Office Address:Jakarta :JlPadang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan(Belakang Pasar Raya Manggarai)Phone Numbers:021 8317064Pin BB 2A8E2925WA 081380385694Medan :JlSetiabudi no 65G, Medan Phone numbers : 061 82292290 pin BB : 24BF7CD2www.optimaprep.com

    dr. Widya, dr. Alvin, dr. Yolinadr. Cahyo, dr. Ayu, dr. Gregorius

  • ILMU PENYAKIT DALAM

  • 1. Mekanisme Diare

    , 20 tahun

    BAB 5x, demam, nyeri ketika BAB, lendir (+), darah +)

    Lab : leukosit 15000, tropozoid (-)

    Definisi diare: Defekasi yang lebih sering, pengeluaran feses yang lembek atau berair

    (Harrisons Principle of Internal Medicine) Feses kehilangan konsistensi normal, biasanya berhubungan dengan

    peningkatan berat feses (pada pria > 235; pada wanita > 175 g/d) dan peningkatan frekuensi (> 2/ day) (Color Atlas of Pathophysiology)

    Causes of diarrhea: Osmotic Malabsorption Secretory Resection of the ileum

  • Pathophysiology of Different Causes of Diarrhea

  • Mekanisme Diare

    Terdapat beberapa macam diare berdasarkan mekanisme terjadinya. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi:

    Sekretorik, contoh: Vibrio Cholera. Toksind ari vibrio cholera memicu sekresi Na. Pasien akan mengeluhkan diare yang profuse.

    Osmotik, contoh: Penggunaan laksative. Konsumsi makanan tertentu dapat meningkatkan tekanan intraluminal dan menyebabkan diare.

    Inflamatorik, contoh IBD, infeksi. Terjadi kerusakan mukosa usus. Pasien dapat mengeluhkan diare yang disertai darah.

  • 2. Osteoporosis Primer

    Osteoporosis primer dibagi lagi lebih lanjut menjadi: Tipe I (pasca menopause)

    Ini terjadi pada wanita pasca menopause. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa osteoporosis terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita) yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.

    Tipe II (Senile)Terjadi pada pria dan wanita usia. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut. Diakibatkan oleh kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang baru. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering menyerang wanita.

  • Vitamin D berperan penting dalam absorbsi kalsium yang akhirnya berhubungan dengan metabolisme kalsium tulang.

    Pada kondisi kekurangan aktivasi vitamin D seperti pada orang tua dan penyakit ginjal kronik, maka akan terjadi pengeroposan tulang sebagai akibat dari resorbsi tulang untuk mengkompensasi kadar kalsium tulang.

  • 7-dehydrocholesterol merupakan prekursorvitamin D3 pada lapisan epidermis kulit.Setelah mengalami reaksi elektrocyclic akibatpaparan terhadap UVB akan membentukcholecalciferol.

    Cholecalciferol akan dihodroksilasi di hatiuntuk membentuk calcifediol langkahterakhir adalah hidroksilasi oleh ginjal menjadicalcitriol (bentuk aktif dari vitamin D3)

  • Soal 3 Vena esofageal

  • 4-5. Malaria

  • Profilaksis malaria

    Profilaksis MekanisTindakan yang dapat dilakukanuntuk mencegah transmisimalaria di daerah yang endemisadalah dengan tidurmenggunakan kelambu yang telah dicelup pestisida, menggunakan obat pembunuhnyamuk (mosquito repellants), menggunakan proteksi saatkeluar dari rumah (baju lenganpanjang, kaus/stocking), danmemproteksi kamar atau ruanganmenggunakan kawat anti nyamuk.

    KemoprofilaksisJenis Khemoprofilaksis malaria klorokuin (P. vivax) 300 mg

    basa/minggu doksisiklin (P. falciparum) 100

    mg/hari meflokuin (P. falciparum, P. vivax

    & P. malariae)250 mg/ minggu

    Pemberian khemoprofilaksis: Kelompok non-imun yang

    bepergian ke daerah endemis(pelancong, pegawai negri, TNI, transmigran dll)

    Wanita hamil di daerah endemi

  • 6. DIC

    Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah sebuah aktivasi kaskade koagulasi sebagai akibat dari berbagai akibat. DIC dapat berujung pada pembentukan bekuan darah didalam pembuluh darah pada tubuh.

    Trauma/infeksi-endotoksin tissue factorkaskade koagulasi trombus iskemi jaringanF

    Plasmin fibrinolisis pemecahan bekuan darahFDP (D dimer)

  • Diagnosis

    Gejala: Pasien dapat masuk ke dalam keadaan shok, perdarahan, mudah luka (bruising)

    Pada pemeriksaan lab dijumpai adanya penurunan kadar trombosit, pemanjanagan APTT dan PT dan peningkatan D dimer.

    Penanganan Penanganan penyebab (infeksi), dapat diberikan transfusi platelet, FFP untuk memperbaiki parameter pembekuan darah.

  • 6.DIC

  • 7. Koma Miksedema

    Koma miksedema merupakan keadaan dekompensasi dari hipotiroid.

    Gejala koma miksedema meliputi: penurunan kesadaran, hypothermia,hipotensi, bradikardia.

    Miksedema adalah deposit jaringan konektif (glycosaminoglycan, asam hyaluronic) pada kulit. Tidak harus dijumpai pada keadaan koma hypothyroid namun merupakan sebuah fenomena yang dapat ditemui.

    Terapi: salah satu terapi berupa pemberian levothyroxine IV.

  • 8. Gangguan Asam Basa

  • Disorder Problem Etiology Physical findings

    Metabolic acidosis

    Gain of H+ or loss of HCO3-

    Diarrhea, RTA, KAD, lactic acidosis

    Kussmaul respiratory, dry mucous membrane, specific physical finding to its cause

    Metabolic alkalosis

    Gain of HCO3-

    or loss of H+Loss of gastric secretion (vomiting), thiazide/loopdiuretics

    Tetany, Chvostek sign, specific physical findingto its cause

    Respiratoryacidosis

    Hypoventilation(CO2 retention)

    COPD, asthma, CNS disease, OSA

    Dyspnea, anxiety, cyanosis, specific physical finding to its cause

    Respiratory alkalosis

    Hiperventilation (CO2 loss), high altitude

    Hypoxia tachypnea pneumonia, pulm. Edema, PE, restrictive lung disease

    Hyperventilation, cardiac rhythm disturbance

  • 9.Endokarditis Bakterialis

    Endokarditis merupakan infeksi mikroorganismepada permukaan endotel jantung atau endokardium, paling banyak mengenai katupjantung.

    Endokarditis dapat pula terjadi pada lokasi defek septal, korda tendinea, atau endokardium mural. Lesi endokarditis yang khas berupa vegetasi, yaitumassa yang terdiri dari platelet, fibrin, mikroorganisme, dan sel-sel inflamasi denganukuran yang bervariasi.

  • Organisme yang dapat menyebabkan endokarditis

    Stafilokokus S. aureus Koagulase negatif Streptokokus S. viridans Enterokokus S. bovis Streptokokus lainnya Organisme lain (jamur, gram negatif) Polimikrobial

  • MANIFESTASI KLINIS

    Tampilan klinis endokarditis terdiri dari: Demam Murmur jantung Pembesaran limpa Gejala muskuloskeletal: artralgia dan mialgia Kejang Ensefalopati Glomerulonefritis Artritis

  • Tampilan Klinis Endokarditis

  • Kriteria mayor Kriteria minor

    Kultur darah positif:

    a. Konsisten ditemukan mikoorganisme tipikal penyebab

    endokarditis infektif dari 2 kultur darah terpisah: (i)

    Streptococcus viridans, Streptococcus bovis, atau grup

    HACEK; atau (ii) Staphylococcus aureus atau

    enterokokus komunitas; atau

    b. Konsisten ditemukan mikoorganisme endokarditis

    infektif dari kultur darah yang tetap positif: (i) > 2

    sampel kultur darah positif yang diambil dengan jarak

    >12 jam; (ii) ketiganya atau mayoritas > 4 kultur darah

    terpisah (sampel pertama dan terakhir diambil dalam

    jarak > 1 jam)

    1. Predisposisi: pengguna narkoba suntik atau kondisi

    jantung sebelumnya

    2. Demam: suhu >380C

    3. Fenomena vaskular: emboli arterial mayor, infark

    pulmoner septik, aneurisma mikotik, perdarahan

    intrakranial, perdarahan konjungtiva, dan lesi

    Janeway

    4. Fenomena imunologis: glomerulonefritis, nodus Osler,

    bercak Roth, dan faktor reumatoid

    5. Bukti mikrobiologis: kultur darah positif namun tidak

    memenuhi kriteria mayor atau bukti serologis

    mengenai adanya infeksi aktif dengan organisme

    penyebab endokarditis infektif

    6. Temuan ekokardiografi: konsisten dengan endokarditis

    infektif namun tidak memenuhi kriteria mayor

    Bukti keterlibatan endokardial:

    a. Ekokardiogram positif endokarditis infektif: (i) massa

    intrakardiak osilasi pada katup atau struktur penunjang,

    pola regurgitant jets, atau materi yang tampak tertanam

    tanpa alternatif penjelasan anatomis lainnya, atau (ii)

    abses, atau (iii) dehisensi parsial baru katup prostetik,

    atau

    a. Regurgitasi katup baru (perburukan atau perubahan

    murmur yang sebelumnya sudah ada tidak cukup

    dijadikan bukti)

    Kriteria Diagnosis

  • Diagnosis Kriteria patologis Kriteria klinis

    Pasti (definite)

    endokarditis infektif

    Mikroorganisme ditemukan

    dalam kultur atau

    histologi vegetasi/ emboli

    vegetasi/ abses

    intrakardiak

    Atau

    Lesi patologis: tampak

    vegetasi atau abses

    intrakardiak (konfirmasi

    histologis terdapat

    endokarditis aktif

    2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor + 3

    kriteria minor atau 5 kriteria minor

    Kemungkinan (possible)

    endokarditis infektif

    Temuan konsisten endokarditis infektif namun tidak memenuhi kriteria pasti

    (definite) tetapi tidak rejected

    Bukan (rejected)

    endokarditis infektif

    Ditemukan diagnosis lain untuk manifestasi endokarditis infektif yang ada,

    atau

    Resolusi manifestasi endokarditis infektif dengan terapi antibiotik selama < 4

    hari, atau

    Tidak ada bukti patologis endokarditis infektif pada operasi atau otopsi setelah

    pemberian terapi < 4 hari

  • Tatalaksana

    Tata laksana endokarditis terdiri dari terapi antimikroba dan bedah (jika terdapat indikasi).

    Terapi antimikroba dilakukan secara empiris atau tanpa data kultur. Endokarditis akut pada pengguna narkoba suntik biasanya disebabkan oleh S. aureus resisten metisilin dan bakteri gram negatif, sehingga dapat diberikan terapi vankomisin dan gentamisin. Endokarditis katup asli subakut dapat diberikan seftriakson dan gentamisin, sementara pada katup prostetik dapat diberikan dua antibiotik tersebut ditambah vankomisin.

  • Diagnosis Banding Keluhan

    Penyakit jantung reumatik (PJR) biasanya didahului infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A (biasanya berupa faringitis). Kriteria mayor diagnosis PJR meliputi poliartritis berpindah-pindah, tanda karditis (takikardia, murmur, gallop, kardiomegali), nodul subkutan, eritema marginatum, dan korea Sydenham. Kriteria minor PJR ialah demam bersuhu tinggi, artralgia, riwayat demam reumatik atau PJR, dan hasil laboratorium menunjukkan reaksi akut.

    Miokarditis umumnya disebabkan oleh virus, dansecara objektif ditemukan peningkatanenzim jantung. Dapat pula ditemukanpeningkatan CRP dan LED.

    Perikarditis Nyeri dada tiba-tiba, tajam, pleuritik, retrosternal atau prekordial kiri, memberat pada inspirasi.

    Stenosis katup mitral murni umumnya tidak disertai gejalademam, batuk, dan nyeri dada sepertipada soal

  • 10. Pseudomembran Kolitis

  • 10. Pseudomembranous Colitis

    Clostridium difficile infection(CDI) Penyakit kolon yang

    dihubungkan dengan penggunaan antrimikrobial dan gangguan flora normal kolon.

    AB yang terkait dengan CDI Clindamycin, ampicillin, &

    cephalosporins The 2nd & 3rd cephalosporins,

    (cefotaxime, ceftriaxone, cefuroxime, and ceftazidime)

    ciprofloxacin, levofloxacin, and moxifloxacin (hospital outbreak)

    Normal ileum

    Harrisons principles of internal medicine. 18th ed. McGraw-Hill; 2011.

  • Pseudomembranous Colitis

    Penelanan spora

    bervegetasi

    melepaskan toksin

    diare & pseudomembranous

    colitis

    Harrisons principles of internal medicine. 18th ed. McGraw-Hill; 2011.

  • Pseudomembranous Colitis Kriteria diagnosis CDI:

    Diare (3 feses cair per 24 jam selama 2 hari) with no other recognized cause plus

    toxin A atau B dideteksi pada feses, C. difficile yang dapat mendeteksi toksin terdeteksi pada feses dengan PCR atau kultur, atau pseudomembran terlihat dari pemerikksaan kolon.

    Harrisons principles of internal medicine. 18th ed. McGraw-Hill; 2011.

  • Pseudomembranous Colitis

    Ketika memungkinkan, penghentian antimikrobial yang sedang digunakan merupakan langkah awal dalam penanganan Clostridium difficile infection (CDI).

    Walaupun demikian, dengan perburukan keadaam pada sebagian pasien, pemberian antibiotik segera direkomendasikan.

    Pengobatan umum dari kolitis ini adalah dengan hidrasi dan hindari pemberian antiperistaltik dan opiate, yang dapat menutup gejala dan dapat memperburuk keadaan.

    Pengobatan untuk CDI adalah pemberian vancomicin dan metronidazole untuk CDI ringan-sedang.

    Harrisons principles of internal medicine. 18th ed. McGraw-Hill; 2011.

  • 11. Differential Diagnosis Ikterus Obstruksi

    Obstruksi dalam lumen saluran empedu

    batu, askaris

    Kelainan dinding saluran empedu

    atresia kongenital, striktur traumatik,

    tumor saluran empedu

    Tekanan saluran empedu dari luar

    tumor kaput pancreas, tumor ampula vater,

    pancreatitis, metastase di lig hepatoduodenale

  • Berbagai macam kelainan penyebab ikterus

    Sirosis hepatisAbses

    heparCarsinoma

    Striktur

    Ca CaputBatu

    Ascaris

  • Ikterus

    Cek Urobilin & Bilirubin

    Urobilin Bilirubin urin+ +Bilirubin Direct >

    Urobilin +Bilirubin urin + Bilirubin Direct +Bilirubin Indirect +

    Urobilin ++Bilirubin urin -Bilirubin Direct NBilirubin Indirect >

    Obstruksi:- Intra hepatic- Extra hepatic

    Parenkim- Hepatitis-Cirrhosis -Hepatoma

    Hemolitik

    USG:Bile duct dilatation

    Intra hepatal : hepatitis Extra hepatal

    CT scanPTCERCP MRI

    TumorBatu

    Flow chart pasien dengan ikterus

  • 12. Pericardial Disease

    Pericardial effusion may be caused by: Acute pericarditis Noninflammatory serous effusions:

    Increased capillary permeability (e.g., severe hypothyroidism);

    Increased capillary hydrostatic pressure (e.g., congestive heart failure); or

    Decreased plasma oncotic pressure (e.g., cirrhosis or thenephrotic syndrome).

    Chylous effusions may occur in the presence of lymphatic obstruction of pericardial drainage, most commonly caused by neoplasms & tuberculosis.

  • 12. Pericardial Disease

    Three factors determine whether a pericardial effusion remains clinically silent or whether symptoms of cardiac compression ensue: the volume of fluid,

    the rate at which the fluid accumulates,

    the compliance characteristics of the pericardium.

    If the pericardial effusion accumulates slowly, over weeks to months, the pericardium gradually stretches accommodate larger volumes without marked elevation of intrapericardial pressure.

  • 12. Pericardial Disease

    Clinical manifestations: Range from asymptomatic to tamponade (hypotension without

    pulmonary edema).

    Physical examination: Distant heart sound. Heart border extended to both side. Dullness over left posterior lung field due to compressive

    atelectasis.

    Diagnostic studies: ECG: pericarditis (diffuse ST elevation), effusion low voltage. CXR: large effusion (250 mL): cardiomegaly with waterbottle

    heart & epicardial halo.

  • 12. Pericardial Disease

    Treatment If the cause of the effusion is known, therapy is

    directed toward the underlying disorder (e.g., intensive dialysis for uremic effusion).

    If the cause is not evident, the clinical state of the patient determines whether pericardiocentesis(removal of pericardial fluid) should be undertaken. An asymptomatic effusion observation

    A precipitous rise in pericardial volume or if there is a hemodynamic compression pericardiocentesis + analysisof the fluid.

  • 13. Arthritis

    Ringkasan pasien:

    Wanita, 55 tahun

    Nyeri pada kedua lutut sejak 2 tahun lalu

    Kaku selama 20 menit pada pagi hari saat bangun tidur dan 5 menit pada saat bangun dari duduk

    Krepitasi positif

    IMT : 31,2 kg/m2 Obesitas

    Radiologi: terdapat kista subkondral

  • 13. Osteoarthritis Cartilage serves as a cushion between the bones of joints,

    allowing the bones to glide over one another & absorb the shock from physical movements.

    Osteoarthritis: degenerated joint lost the cushioning function of the cartilage the bones tend to grind against one another.

  • 13. Osteoarthritis The two major

    macromolecules in cartilage:

    type 2 collagen: provides tensile strength,

    Aggrecan: gives compressive stiffness.

    Stimulated chondrocytes in OA synthesize enzymes & new matrix molecules gradual depletion of aggrecan & loss of type 2 collagen increasing vulnerability of cartilagelost compressive stiffness.

  • Osteoarthritis progresses in stages:

    joint space begins to narrowand osteophytes form

    joint space disappears as cartilage wears away and bone rubs on bone in the joint

    subchondral cysts appear(fluid-filled sac that extrudes from the joint, consisting of mostly hyaluronic acid)

    bone tries to repair itself and there is bone remodeling

    13. Osteoarthritis

  • 14. Typhoid Fever

    , 22 th

    Demam, pusing, tidak ada nafsu makan, perut kembung, belum BAB selama 3 hari

    PF : suhu 39 C, nadi 80x/menit, lidah kotor, tepi hiperemis, tremor, hipoperistaltik

  • Patofisiologi

    S. Typhi masuk sampai usus halus menembus sel epitel ke lamina propria difagosit makrofag berkembang biak dalam makrofag ke Plak Peyeri KGB mesenterika duktus torasikus bakterimia ke hepar& lien bakterimia dan diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen usus

  • Gejala dan Tanda Klinis

    demam persisten

    nyeri kepala

    gejala abdomen (biasanya berupa nyeri epigastrium, diare atau konstipasi), mual, muntah

    bradikardi relatif,

    lidah yang tremor dan berselaput

    meteorismus.

    hepatomegali, splenomegali

    51

  • Sensitivity of Typhoid Cultures

    Blood cultures: often (+) in the 1st week.Stools cultures: yield (+) from the 2nd or 3rd week on.Urine cultures: may be (+) after the 2nd week.(+) culture of duodenal drainage: presence of Salmonella in carriers.

  • Pilihan Antimikroba

    Kloramfenikol 4x500 mg PO atau IV diberikan sampai 7 hari bebas demam

    Kotrimoksazol 2x2 tabley (1 tablet : Sulfametoksazol 400mg dan Trimetoprim 80 mg) diberikan selama 2 minggu.

    Ampisilin dan Amoksisilin 50-150mg/KgBB selama 2 minggu

    Sefalosporin generasi ketiga IV 4 gr dalam dekstrosa 100cc diberikan selama jam sekali sehari selama 3-5 hari.

    53

  • Golongan Fluorokionolon:

    - Norfloksasin 2x400mg/hari selama 14 hari

    - Siprofloksasin 2x500mg selama 6 hari

    - Ofloksasin 2x400 mg/hari selama 7 hari

    - Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari

    - Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari

    54

  • 15. Peptic Ulcer

    Keywords

    , 41 thn

    Nyeri ulu hati, mual muntah sejak 1 hr yll

    Riwayat mengonsumsi obat bebas penghilang nyeri

    Functional gastroduodenal disorders. N J Talleya,et al. International Journal of Gastroenterology and Hepatology.Pathophysiology of duodenal and gastric ulcer and gastric cancer. John Calam. British Medical Journal.

  • NSAID Mechanism

  • Longterm or high dose consumption of NSAID effect

    Inhibitory effect on cyclooxygenase

    Blocking prostaglandin synthesis (from arachidonic acid) systemically, also in gastric and duodenal epithelial

    Decreases HCO3 secretion (weakened mucosal protection)

    Damage the mucosa locally by nonionic diffusion into the mucosal cells (pH of gastric juice

  • 16. CHF Sesak nafas

    JVP (5+4)cm, sesak, BP 170/90 mmHg

  • Linear Pattern

    A linear pattern is seen when there is thickening of the interlobular septa, producing Kerley lines.

    Kerley B lines

    Kerley A lines

    The interlobular septa contain pulmonary veins and lymphatics.

    The most common cause of interlobular septal thickening, producing Kerley A and B lines, is pulmonary edema, as a result of pulmonary venous hypertension and distension of the lymphatics.

    Kerley B lines

    Kerley A lines

    http://wwwappskc.lonestar.edu%2Fprograms%2Frespcare%2Frev_xray.ppt

  • 17. Perdarahan Jantung

    , 50 th

    Nyeri dada kiri menjalar ke lengan kiri sampai punggung kiri.

    PF : sumbatan plaque di A. Koronaria dan Infark di dinding anterior jantung

  • Left coronary artery mensuplai area: Anterior LV The bulk of the

    interventricular septum (anterior two thirds)

    The apex Lateral and posterior LV

    walls

    Right coronary artery mensuplai area: Right ventricle (RV) The posterior third of the

    interventricular septum The inferior wall

    (diaphragmatic surface) of the left ventricle (LV)

    A portion of the posterior wall of the LV (by means of the posterior descending branch)

  • 18. Asma

    Pasien asma sejak kecil

    Saat ini sesak napas

    PF : TD = 110/80 mmHg, FN = 100 kali/menit, RR = 26kali/menit

    EKG menunjukkan P pulmonal. Spirometri FEV1 70%.

  • Effect of Pulmonary Hypertension

  • 19. Hypothyroidism

    Hypothyroid merupakan kekurangan sekresi hormon tiroid akibat kegagalan tiroid (hypothyroidisme primer), atau dalam keadaan lebih jarang disebabkan oleh kelainan pituitary atau hipothalamik (hypothyroidism sekunder).

    Umumnya temuan laboratorium yang ditemukan adalah peningkatan akdar TSH dengan kadar free T4 mengalami penurunan atau normal

  • Gejala klinis

    Gejala klinis hypothyroid:

    Lethargy

    Rambut kering dan rontok

    Intoleransi dingin

    Sulit berkonsentrasi

    Memori yang buruk

    Konstipasi

    Nafsu makan yang buruk

  • 19 HipotiroidismeSusp. Tiroiditis Hashimoto

  • Hashimoto thyroiditis

    Merupakan salah satu penyebab hypothyroid primer dimana kelenjar thyroid diserang oleh respon imun seluler atau antibodi-mediated (penyakit autoimun thyroid)

    Faktor risiko: genetik (anggota keluarga dengan riwayat

    kelainan thyroid)

    hormon (wanita lebih sering terkena)

    Paparan radiasi

  • Hashimoto thyroiditis

    Temuan klinis: gejala hypothyroid (peningkatan berat badan, fatigue,

    depresi, konstipasi) Kelenjar thyroid dapat membesar dan berlobul atau dapat

    juga tidak terpalpasi pembesaran

    Diagnosis dapat dibuat dengan mendeteksi kadar anti-thyroid peroxidase antibodies, TSH, fT3, fT4, anti thyroglobulin antibodies

    Penanganan: pemberian Thyroid replacement therapy ( levothyroxin), pembedahan (pada kasus tertentu seperti pembesaran thyroid dengan gejala obstruksi, nodul malignan, thyroid lymphoma)

  • 20. Obstruksi ileum dengan pneumoperitoneum

    Ileus Obstruktif Ileus Paralitik

    Etiologi Massa, volvulus, invaginasi abN elektrolit (K+, Mg2+)Obat: opioid

    Nyeri Kolik Tidak prominen

    Distensi abdomen

    Letak tinggi: >>Letak rendah: > darm contour, darm steifung

    Tidak prominen

    Bising usus (metallic sound) s.d. (-)

    Radiologi Dilatasi single bubble, double bubble, multiple bubbleAir-fluid levelHerring bone appearance

    Udara colon (-) (+)

  • Pneumoperitoneum

    Crescent sign: freeair beneath diaphragm

    Riglers sign: visualization of both sides of the bowel wall

    "Football sign" = large pneumoperitoneumoutlining entire abdominal cavity

  • 21. Acute Limb Ischemia ec Emboli dari Jantung

    Penurunan perfusi ekstremitas secara mendadak yang dapat mengancam viabilitas jaringan

    Onset

  • Chronic Limb Ischemia

    Insufisiensi arteri perifer >2 minggu

    Klaudikasiointermitten Dipicu aktivitas

    & elevasi tungkai Metabolisme

    anaerob asam laktat muscle cramping

    Nyeri atau burning padaplantar pedis

    Dx: ABI

  • 22. Takayasus Arteritis

    Vaskulitis granulomatosa sistemik aorta dan percabangannya

    Arteri besar & sedang A. Subklavia & a. brachiocephalica

    Kriteria dx (3 dari 6, Se 90.5%, Sp 97.8% Usia 40 tahun

    Klaudikasio ekstremitas

    pulsasi a. Brakhialis

    Perbedaan TD >10 mmHg antara kedua lengan

    Bruit a. subklavia atau aorta

    Abnormalitas angiogram

    American College of Rheumatology 1990 criteria for the diagnosis of Takayasus arteritis. Arth Rheum 1990;330:1129

  • Aneurisma aorta Dilatasi aorta true & pseudoRoot, thoraksik, thorako-abdominal, abdominalAsimptomatik nyeri dada/punggungAorta thoraksik: ro thoraksAorta abdomen: pulsasi (+)

    Tromboangitis obliterans Rx inflamasi non-ateromatosa (vasospasme) pada arteri & vena kecil ulkus atau gangren digiti Laki-laki muda, perokok

    Giant cell arteritis Vaskulitis pada percabangan kranial arkus aorta, terutama a. Temporalis (temporal arteritis) + demam, fatigue, BB turun, anoreksiaArteri-arteri wajah klaudikasio mandibula

    Chronic limb ischemia Terutama arteri ekstremitas bawah setelah keluar dari percabangan aortoiliaka (a. Iliaka, a. Femoralis, a. Tibialis, a. Dorsalis pedis)Dx: ABI

  • 23. Myoglobinuria

    Etiologi: Trauma & kompresi (crush injury) Exercise atlet lebih rentan

    (myoglobin >>) Viral myositis kausa

    rhabdomyolisis tersering pada anak influenza virus

    Gangguan elektrolit: hipokalemia Toksin, bisa ular Obat zidovudine, statins Alkohol, kokain, amfetamin. Infeksi, sepsis: gas gangrene,

    tetanus, shigellosis, Coxsackie Metabolik: KAD Hipertermia malignan, demam

    tinggi Herediter: McArdle syndrome,

    muscular dystrophy

    Trias klasik rhabdomyolisis: myalgia, kelemahan otot, urin berwarna gelap

    Faktor predisposisi: hipokalemia

    Pemeriksaan lab: Myoglobin dalam 24 jam

    CKMB >1000 U/L peak di hari-3A

    Enzim otot lain: aldolase, LDH, SGOT

    Myoglobinuria vs hematuria: Myoglobinuria: coklat, RBC

    dipstisk (-)

    Hematuria: sedimen RBC (+), red/brown coloration in serum

  • 24. ISK

    Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian dari saluran kemih.

    Jika mengenai urethra uretritis, jika mengenai kandung kencing sistitis, dan ketika mengenai saluran kemih atas (ginjal) dinamai pielonefritis

  • Penyebab dan gejala

    E. Coli adalah penyebab dari 8085% infeksi saluran kemih, dan Staphylococcus saprophyticus menjadi penyebab pada 510%.

    Gejala: rasa terbakar ketika buang air kecil

    sering buang air kecil (atau desakan untuk buang air kecil)

    Nyeri di atas tulang kemaluan atau punggung bawah juga mungkin muncul.

    Pielonefritis nyeri panggul, dan demam

  • 24. Pengobatan

    AAFP. Urinary Tract Infections in Adults. 1999

  • 25. Multiple myeloma

    Malignansi sel B Ab monoklonal IgM Gejala:

    Proliferasi sel plasma di sumsum tulang anemia Lesi litik tulang nyeri tulang, fraktur kompresi,

    hiperCa2+

    Infeksi berulang ec hipogammaglobulinemia Ginjal protein light chain toksik thd ginjal

    gagal ginjal, sindroma nefrotik

    Elektroforesis Hb: Bence-Jones protein (light chain)

    Hapus darah tepi: rouleaux Biopsi sumsum tulang: plasmasitosis >10%

  • Multiple punch-out lesions Osteopenia Fraktur kompresi

  • 26. HIV

  • 26. Perjalanan Penyakit HIV

  • Pembagian Stadium Klinis HIV berdasarkan WHO

    WHO Case Definitions of HIV for Surveillance and Revised Clinical Staging and Immunological Classification of HIV-Related Disease in Adults and Children 2007

  • ILMU BEDAH, ANASTESIOLOGI DAN RADIOLOGI

  • 27 Hernia Ventral

    Hernia merupakan protusi atau penonjolan isisuatu rongga melalui defek atau bagian lemahdari dinding rongga bersangkutan.

    Hernia ventralis adalah nama umum untuksemua hernia di dinding perut bagiananterolatetal seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupunlama

  • #28 AnatomiApendiks

    Suatu organ limfoid

    Penonjolan bagian terminal

    sekum

    Terletak pada kuadran kanan

    bawah abdomen

    Rata-rata appendiks memiliki

    panjang 9-10 cm dan diameter

    0.5-1.0 cm.

    Pasokan darah appendiks

    arteri appendiceal, merupakan

    cabang terminal arteri ileocolic

  • Epidemiologi

    Kelompok berusia dekade ke-2 hingga dekade ke-4.

    Rasio wanita banding pria 1,3:1

    Prevalensi appendisitis akut dan appendektomi pada populasi umum ialah sekitar 12% (pada pria) sampai 25% (pada wanita)

    Patofisiologi Mekanisme utama Obstruksi lumen

    appendiks

    Awal appendisitis nyeri ringan akibatstimulasi dari nosiseptor visceral dan slow-transmitting C-fibers dalam nervus autonom.

    Pada permukaan luar abdomen, appendiksyang inflamasi menyebabkan nyeri pada titikMcBurney (pada sepertiga garis yang menghubungkan spina iliaca superior anterior ke umbilicus)

    Obstruksi lumen terisi oleh mucus dandistensi tekanan luminan dan intramural meningkat thrombosis dan oklusipembuluh darah kecil, dan statis aliranlimfatik appendiks menjadi iskeminekrotik.

  • Lanjutan Patfis Pada pasien muda hiperplasi

    follicular lymphoid yang diinisiasi/dipicuinfeksi virus atau bakteri

    Overgrowth bakteri (Escherichia coli, Peptostreptococcus, Bacteroidesfragilis, and Pseudomonas species)

    Pada pasien yang lebih tua obstruksilumen yang disebabkan oleh fibrosis, fecalith, atau neoplasia (carcinoid, adenocarcinoma, atau mococele)

    Tahap appendisitis Tahap awal apendisitis :

    Obstruksi lumen appendiks Appendisitis suppuratif invasi

    bakteri dan cairan inflamasipada dinding appendiks.

    Appendicitis gangrenous Trombus pada arteri dan vena intramural

    Appendisitis perforata iskemijaringan yang persisten

    Appendisitis phlegmonousatau abses

  • Appendisitis infiltrat

    proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa (appendiceal mass)

    Umumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum

    etiologi Obstruksi lumen penyebab

    utama apendisitis. Hipertrofi jaringan limfoid Sisa barium dari pemeriksaan

    roentgen Diet rendah serat Cacing usus termasuk ascaris Trauma tumpul atau trauma

    karena colonoscopy Erosi mukosa apendiks

    karena parasit seperti E. Histolytica

  • gejala Berdasarkan lokasi dari appendiks Inflamasi appendiks yang terletak

    anterior / pelvic kuadran kananbawah

    Appendiks yang terletak restrocecaltidak menimbulkan tanda lokalperitonitis dengan derajat yang sama

    Gangguan pencernaan, flatus, terkadang hanya rasa tidak nyamanpada abdomen, diikuti oleh nyeri padabagian epigastrium , dan tidakterlokalisir, mual dan muntah.

    Demam dan leukositosis umumnyaterjadi pada tahap akhir dari nyeri ( pada Perforasi appendiks mencapaisuhu >39.4 Celcius)

    Pemeriksaan fisik Tanda klasik pada kuadran kanan bawah

    biasanya ditemukan bila appendiksterletak pada posisi anterior.

    Nyeri tekan sering maksimal pada ataudekat titik McBurney (Direct rebound tenderness) iritasi peritoneal terlokalisasi

    Tanda Rovsing-nyerilokasi iritasiperitoneum

    Hiperestesia kulit pada area yang dipersarafi oleh saraf spinal kanan padaT10, T11, dan T12

    Tanda Psoas ( nyeri pada kuadran kananbawah saat ekstensi pinggul kanan)

    Tanda Obturator (nyeri pada rotasiinternal panggul)

  • Pemeriksaan lab

    Leukositosis ringan, antara10,000 sampai 18,000/mm

    Urinalisis digunakan untukmenyingkirkan infeksi salurankencing

    Kultur pelvic dapat dilakukanpada wanita yang aktif sexual dan menstruasi.

    Beta-HCG wajib dilakukanuntuk menyingkirkankemungkinan kehamilanektopik

    Pemeriksaan radiologi Foto polos abdomen Pada pasien dengan nyeri perut,

    ultrasonography (USG) memilikisensitifitas 85% dan spesifisitaslebih dari 90% untuk diagnosis appendisitis.

    Computed tomography (CT) umum digunakan pada pasiendewasa dengan kecurigaanappendicitis akutmemilikisensitivitas 90% dan spesifisitas80%-90% untuk diagnosis appendicitis akut pada pasiendengan nyeri abdomen

  • Diagnosis banding

  • Diagnosis

    ditegakkan berdasarkan temuan klinis sedangkan pemeriksaan

    penunjang, terutama CT scan bersifat menunjang diagnosis.

    Skala Alvarado:

    Skor 9-10 hampir pasti menderita appendisitis.

    Skor 7-8 kemungkinan besar menderita appendisitis.

    Skor 5-6 diperlukan pemeriksaan lain terutama CT scan.

    Skor 0-4 kemungkinan kecil terjadi appendisitis

  • Skor AlvaradoManifestations Value

    Symptoms Migration of pain 1

    Signs Anorexia 1

    Laboratory values Nausea/vomiting 1

    RLQ tenderness 2

    Rebound 1

    Elevated temperature 1

    Leukocytosis 2

    Total 10

  • Blumberg Sign

  • Algoritma tatalaksana

  • Tatalaksana(2)

    Periapendikular infiltrat tidak dilakukan insisi abdomen, tindakan bedah apabila dilakukan akan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.

    Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau pun tanpa peritonitis umum

    Terapi sementara untuk 8-12 minggu konservatif saja

    Pada anak kecil, wanita hamil, dan penderita usia lanjut, jika secara konservatif tidak membaik atau berkembang menjadi abses,dianjurkan operasi secepatnya.

    Terapi konservatif pada periapendikular infiltrat :

    1. Total bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di cavum douglassi 2. Diet lunak bubur saring3. Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerobsetelah keadaan membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian, dilakukan apendiktomi.Jika terjadi abses drainase

  • Penderita periapendikular infiltratdiobservasi selama 6 minggu:

    1. LED2. Jumlah leukosit

    MassaPeriapendikular infiltrat dianggap tenangapabila :1. Anamesa : penderita sudah tidak

    mengeluh sakit atau nyeri abdomen2. Pemeriksaan fisik :

    o Keadaan umum penderita baik, tidak terdapat kenaikan suhu tubuh

    o Tanda-tanda apendisitis sudah tidakterdapat

    o Massa sudah mengecil ataumenghilang, atau massa tetap ada tetapi lebihkecil

    o Laboratorium : LED kurang dari 20, Leukosit normal

    Kebijakan untuk operasiperiapendikular infiltrat :

    Bila LED telah menurun kurang dari402

    Tidak didapatkan leukositosis Tidak didapatkan massa atau pada

    pemeriksaan berulang massa sudahtidak mengecil lagi

    Bila dalam 8-12 minggu masihterdapat tanda-tanda infiltrat atautidak ada perbaikan, operasi tetapdilakukan.

    Bila ada massa periapendikular yang fixed, ini berarti sudah terjadi absesdan terapi adalah drainase

  • komplikasi

    Paling sering ditemukanperforasi, baik berupa perforasi bebasmaupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindinganberupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekukusus halus

    Tanda-tanda terjadinya suatu perforasi adalah :1. Nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen

    menyeluruh2. Suhu tubuh naik tinggi sekali3. Nadi semakin cepat4. Defance Muskular yang menyeluruh5. Bising usus berkurang6. Perut distensi

  • 29. Tumor Medulla Spinalis

    Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atauisinya dan biasanya menimbulkan gejalaakibat terlibatnya medula spinalis atau radix saraf.

    Lesi massa atau tumor yang mengganggumedula spinalis dikelompokkan menjadi :

    (1) Tumor intrameduler (yang berasal daridalam medula spinalis).

    (2) Tumor intradural-ekstrameduler, dan

    (3) Tumor ekstradural (yang tumbuh dari luardura, dan kebanyakan melibatkan kolumvertebrata).

    Tumor Spinal Cord Ekstrameduler Tumor sarung saraf 40% Meningioma 40% Ependimoma filum 15% Lain-lain 5% Intrameduler Ependimoma 45% Astrositoma 40% Hemangioblastoma 5% Lain-lain 10%

  • Tumor Intrameduler

    Ependimoma Ependimoma merupakan tumor

    intrameduler yang paling banyak dijumpai. Pada umumnya dijumpai pada daerah

    servikal dan serviko-torakal, namun seringkali ia juga mempunyai tempat predileksikhusus yakni di konus medularis dan filumterminalis (56%).

    Gejala awalnya adalah nyeri; gangguansensorik dan kelemahan motorik (dapatmulai timbul 2-3 tahun sebelum diagnosa ditegakkan).

    Usia kasusnya adalah kelompok 30-40 tahundan kasus-kasus daerah kauda ekuinadidominasi oleh jenis kelamin laki-laki.

    Jenis ganas dari ependimoma ini sangatjarang dijumpai, dan istilah bagi tumor iniadalah ependimoblastoma.

    Astrositoma Astrositoma adalah tumor kedua

    terbanyak di jumpai sebagai tumorintrameduler, yang kemudiandiikuti oleh astrositoma malignadan glioblastoma multiforme.

    Mirip dengan ependimoma,astrositoma kebanyakan timbul didaerah servikal dan servikotorakal,sedangkan jarang tumbuh didaerahtorakolumbar.

    Demikian pula gejala klinisnya,mirip dengan ependimoma,termasuk segala tampilan karenagangguan traktus kortiko-spinal danspino-talamikus, paresis, dan nyeridisestetik.

  • Hemangioblastoma

    merupakan jenis tumorintrameduler yang jarang,sangat vaskuler dan angkainsidens terbanyak adalahpada kelompok usia dekadeempat serta rasio jeniskelamin yang seimbang antaralaki-laki dengan wanita.

    Lokasi preferensinya adalahdidaerah servikal dan serviko-torakal.

    Oligodendroglioma merupakan tumor

    intrameduler yang sangatjarang.

    Ia sering kali mengandungkalsifikasi dan bercampurdengan elemen glia sertakistik.

    Kadang-kadang suatuoligodendroglioma intrakranialdikaitkan sebagai asal daritumor intraspinal ini melaluiproses metastasis lewatrongga subarakhnoid spinal.

  • Lipoma, Dermoid, Epidermoid, dan Teratoma

    Lipoma spinal pada usia dewasa umumnya terjadi di daerah servikal dan toraks,sedangkan pada anak-anak biasanya didaerah lumbo-sakral. Keberadaannyamempunyai kaitan yang erat dengan abnormalitas kutaneus seperti nevi, dimpel,hiperpigmentasi kulit, hipertrikosis, angima kapiler, dan lipoma subkutan.

    Tumor dermoid kebanyakan disertai dengan adanya suatu traktus fistula sinus dandisgrafisme spinal okulta, dan juga kelainan hiperpigmentasi kulit atau hipertrikosissebagian besar tumor jenis ini berlokasi di daerah lumbo-sakral, dan dapatmenampilkan gejala-gejala meningitis bila kista dermoid tersebut pecah danmasuk ke dalam rongga subarakhnoid.

    Tumor epidermoid juga sering menyertai kasus spina bifida okulta, terutamadijumpai di daerah torako-lumbal. Tumor epidermid mengandung empat lapisankulit normal. Tumor ini dapat timbul akibat tindakan punksi lumbal yang berkurangatau sebagai sisa dari reparasi meningomielokel.

    Teratoma merupakan jenis tumor kongenital yang jarang dan ia mempunyaipredileksi daerah konus medularis. Tumor ini mengandung jaringan kulit danelemen dermal seperti rambut dan tulang rawan (komponen mesodermal danendodermal). Tumor jenis ini mempunyai kecenderungan mengalami degenerasikeganasan dengan metastasis sistemik.

  • Tumor Ekstrameduler

    Meningioma Tumor spinal intradural yang paling

    sering dijumpai, 60-70% pada daerahtoraks dan 10-20% di daerah servikal.

    Gejala klinis klasik adalah gangguantraktus saraf panjang, antara lainseperti paraparesis dan tetraparesis;untuk tumor yang berada di sebelahlateral dapat menampilkan sindromaBrown Seguard. Keluhan gejala lainadalah nyeri radikuler, terutamamenghebat pada malam atau waktuistirahat.

    Tumor ini berada intradural-ekstrameduler (khas), dimanaseparuhnya berlokasi dilateral dansisanya didorsal atau diventral.

    Neurinoma, Neurofibroma Neurinoma (schwannoma) dan

    neurofibroma merupakan tumor intradural-ekstrameduler keduaterbanyak.

    Sebanyak 80% kasus menampilkan keluhan nyeri radikuler dan disestesia. Gangguan motorik dan disfungsi kandung kemih tampil pada kurang dari 50% kasus.

    Sebanyak 2,5% tumor sarung saraf spinal intradural adalah ganas dan sedikitnya separuh dari kasus-kasus ini dijumpai pada penderita neurofibromatosis.

  • Sarkoidosis Sarkoidosis adalah salah satu

    manifestasi dari penyakit sistemikyang dicirikan sebagai proses infiltrasi granulomatosanonkaseosa.

    Presentasi klinis yang khas adalahparaparesis progresif yang tidakmenimbulkan keluhan sakit. Lokasi yang paling sering terlibatadalah daerah toraks. Terapipembedahan pada kasussarkoidosis adalah laminektomi, biopsi dan bila perlu dekompresigranuloma serta pemberiansteroid topikal.

    Tumor Ekstradural

    Tumor Metastasis Keganasan Ekstradural

    Lipomatosis

    Angiolipoma, Angiomiolipoma

    Myelitis Transversalis

    a neurological disorder caused by an inflammatory process of the spinal cord, and can cause axonal demyelination. Transverse implies that the inflammation is across the thickness of the spinal cord. Arises idiopathically following infections or vaccination,or due to multiple sclerosis. the onset is sudden and progresses rapidly in hours and days. The lesions can be present anywhere in the spinal cord. Symptoms include weakness and numbness of the limbs as well as motor, sensory, and sphincter deficits. The symptoms and signs depend upon the level of the spinal cord involved and the extent of the involvement of the various long tracts.

    Trauma Medulla Spinalis

    Disebabkan oleh berbagai proses patologis termasuk trauma seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh, olahraga (misalnya menyelam), kecelakaan industri, luka tembak dan luka bacok, ledakan bom. Efektrauma dapat berupa fraktur-dislokasi, dislokasi, fraktur. Kerusakan yang terjadi dapat melaluiproses:kompresi, regangan jaringan, edema medula spinalis, gangguan sirkulasi darah.

    Abses Medulla Spinalis

    a collection of pus (neutrophils) that has accumulated within a tissue because of an inflammatory process in response to either an infectious process (usually caused by bacteria or parasites) or other foreign materials (e.g., splinters, bullet wounds, or injecting needles).

    Tumor Metastase Merupakan penyebaran dari suatu keganasan di tempat lain. Gejala tergantung dari daerah lesi, dapat menyebabkan disfungsi gerak, kelumpuhan, dan hilang sensasi.

    Spondilitis TB Peradangan granulomatosa yang bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium tuberculosis. Dikenal pula dengan nama Potts disease of the spine atau tuberculousvertebral osteomyelitis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebraT8 L3dan paling jarang pada vertebraC1- 2. Biasanya merupakan infeksi sekunder dari infeksi TBC di tempat lain dalam tubuh

  • Mielitis Istilah mielitis menunjukkan peradangan pada medullaspinalis, trasversa menunjukkan posisi dari peradangansepanjang medulla spinalis.Myelitis Transversa :kelainan neurologi yang disebabkanoleh peradangan sepanjang medulla spinalis baikmelibatkan satu tingkat atau segmen dari medullaspinalis.4 gejala klasik myelitis transversa:kelemahan otot atauparalisis kedua lengan atau kaki, kehilangan rasa pada kakidan jari jari kaki, Nyeri, Disfungsi kandung kemih danbuang air besar

    Trauma medulaspinalis

    Trauma medula spinalis dapat disebabkan oleh berbagaiproses patologis termasuk trauma. Fokus pemeriksaanyaitu pada gambaran klinis secara umum keterlibatan darisusunan medula spinalis

    Guailan barre syndrome

    GBS merupakan penyakit yang timbul ketika sistem imuntubuh menyerang sistem saraf perifer. Gejala pertama ygtimbul bervariasi dari kelamahan ekstremitas inferior ataurasa kesemutan, bersifat simetris kemudian menyebar kelengan dan bagian tubuh atas. Gejala bertambah hinggaotot-otot tubuh sulit digerakan bahkan paralisis.

  • Gejala Nyeri lutus Nyeri pada sendi

    panggul bag. belakang

    Sulit menggerakkan ekstremitas bawah

    Kaki terlihat memendek dan dalam posisi fleksi, endorotasi dan adduksi

    Risk Factor Kecelakaan Improper seating

    adjustment sudden break in

    the car

    30. Posterior Hip Dislocation

    netterimages.com

    soundnet.cs.princeton.edu

  • Anterior Hip Dislocation

    netterimages.com

    soundnet.cs.princeton.edu

    Gejala

    Nyeri pada sendi panggul

    Tidak dapat berjalan atau melakukan

    adduksi dari kaki.

    The leg is externally rotated, abducted,

    and extended at the

    hip

  • Dislokasi Panggul

    ANTERIOR POSTERIOR

    JARANG TERJADI (10%) PALING SERING TERJADI AKIBAT TRAUMA DASHBOARD SAAT MENGEREM (90%)

    DISLOKASI ANTERIOR ACETABULUM DISLOKASI POSTERIOR ACETABULUM

    EKSTENSI PANGGUL, ABDUKSI, EKSTERNAL ROTASI

    FLEKSI PANGGUL, INTERNAL ROTASI, ADDUKSI, EKSTREMITAS TERLIHAT MEMENDEK

  • Tatalaksana Dislokasi Sendi Panggul:Reposisi

    Bila pasien tidak memiliki komplikasi lain: Berikan Anestetic atau sedative dan manipulasi

    tulang sehingga kembali pada posisi yang seharusnya reduction/reposisi

    Pada beberapa kasus, reduksi harus dilakukan di OK dan diperlukan pembedahan

    Setelah tindakan, harus dilakukan pemeriksaan radiologis ulang atau CT-scan untuk mengetahui posisi dari sendi.

  • 31. Spondilitis Tuberkulosis(Spondilitis TB)

    Spondilitis Tuberkulosis (SpondilitisTB) adalah penyakit infeksi padatulang belakang yang disebabkanoleh bakteri Mycobacterium tuberculosis

    ETIOLOGI

    Mycobacterium tuberculosis yang berasal dari lesi primer di jaringanlain, lewat melalui darah dan masukke tulang.

    TANDA dan GEJALA

    Gambaran klinik hanya berupa nyeripinggang atau punggung. Nyeri initerjadi akibat reaksi inflamasi di vertebra dan sukar dibedakan dengannyeri akibat penyakit lain.

    Anamnesis

    Biasanya pasien memperlihatkan gejala-gejalasakit kronik dan mudah lelah, demam yang subfebris terutama pada malam hari, anoreksia, berat badan menurun, keringat pada malamhari, takikardia dan anemia.

    Nyeri dan kekakuan punggung merupakankeluhan yang pertama kali muncul.

    Nyeri dapat dirasakan terlokalisir di sekitar lesiatau nyeri menjalar sesuai saraf yang terangsang.

    Spasme otot punggung terjadi akibatmekanisme pertahanan menghindaripergeseran dari vertebra.

    Saat pasien tidur spasme otot akan hilang danmemungkinkan terjadinya pergerakan tetapimuncul kembali nyeri tersebut sehinggamembangunkan pasien.

    Pada anak-anak ini disebut sebagai night cry.

  • Spondilitis TB

    Potts disease atau Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi tuberkulosis ekstrapulmonal yang mengenai satu atau lebih tulang belakang.

    Spondilitis tuberkulosa merupakan bentuk paling berbahaya dari tuberkulosis muskuloskeletal karena dapat menyebabkan destruksi tulang, deformitas dan paraplegia.

    Umumnya melibatkan vertebra thorakal dan lumbosakral. Vertebra thorakal bawahmerupakan daerah paling banyak terlibat (40-50%), vertebra lumbal (35-45%), vertebra servikal (10%).

    Infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang selalu merupakan infeksi sekunder tergantung pada keganasan kuman dan ketahanan tubuh

    Reaksi tubuh setelah terserang kuman tuberkulosis dibagi menjadi lima stadium : 1. Stadium I (Implantasi): Stadium ini terjadi awal, bila keganasan kuman lebih kuat dari daya tahan tubuh. Pada

    umumnya terjadi pada daerah torakal atau torakolumbal soliter atau beberapa level.

    2. Stadium II (Destruksi awal): Terjadi 3 6 minggu setelah implantasi. Mengenai diskus intervertebralis.

    3. Stadium III (Destruksi lanjut dan Kolaps) :Terjadi setelah 8-12 minggu dari stadium II. Bila stadium ini tidak diterapimaka akan terjadi destruksi yang hebat dan kolaps dengan pembentukan bahan-bahan pengejuan dan pus (cold abscess).

    4. Stadium IV (Gangguan Neurologis) :Terjadinya komplikasi neurologis, dapat berupa gangguan motoris, sensoris danotonom.

    5. Stadium V (Deformitas dan Akibat) :Biasanya terjadi 3-5 tahun setelah stadium I. Kiposis atau gibus tetap ada, bahkan setelah terapi.

    http://desy.tandiyo.staff.uns.ac.id/files/2010/07/potts-disease.pdf; www.emedicine.com

  • Spondilitis TBDIAGNOSIS

    1. Riwayat penyakit dan gambaran klinis : Onset penyakit biasanya beberapa bulan

    tahun berupa kelemahan umum, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat malam hari, suhu tubuh meningkat sedikit pada sore dan malam hari.

    Nyeri pada punggung merupakan gejala awal dan sering ditemukan.

    Gibus.

    Cold abscess.

    Abnormalitas neurologis terjadi pada 50% kasus dan meliputi kompresi spinal cord berupa gangguan motoris, sensoris maupun autonom sesuai dengan beratnya destruksi tulang belakang, kifosis dan abses yang terbentuk.

    2. Pemeriksaan penunjang Tuberkulin skin test : positif

    Laju endap darah : meningkat

    Mikrobiologi (dari jaringan tulang atau abses) : basil tahan asam (+)

    X-ray, CT scan, MRI

    Tatalaksana:

    1.Terapi konservatif :

    Medikamentosa : Rifampisin 10-20 mg/kgBB, maksimum 600 mg/hari

    Etambutol 15 mg/kgBB, maksimum 1200 mg/hari

    Piridoksin 25 mg/kgBB

    INH 5-10 mg/kgBB, maksimum 300 mg/hari

    (Etambutol diberikan dalam 3 bulan, sedangkan yang lain diberikan dalam 1 tahun. Semua obat diberikansekali dalam sehari.)

    Imobilisasi

    Pencegahan komplikasi imobilisasi lama

    2. Operasi

    Indikasi operasi : adanya abses paravertebra

    deformitas yang progresif

    gejala penekanan pada sumsum tulang belakang

    gangguan fungsi paru yang progresif

    kegagalan terapi konservatif dalam 3 bulan

    terjadi paraplegia dan spastisitas hebat yang tidak dapatdikontrol

  • ABCESS

    GIBBUS

  • #32 Manajemen Trauma ATLS

    Initial Assesment

    Prinsip ABCDE

    Triase

    Primary Survey dan Resusitasi Simultan

    Secondary Survey

    Manajemen Definitif

    Systemic Assesment (tidak dibahas)

    Apleys System of Orthopaedicsand Fractures, 9th edition

  • Prinsip ABCDE

    A Airway (patensi jalan napas) berikut c-spine protection/ control (melindungi vertebra servikal).

    B Breathing (memastikan adekuatnya pernapasan)

    C Circulation (memastikan fungsi sirkulasi dan menghentikan perdarahan)

    D Disability (terutama status neurologis)

    E Exposure and Environment (memastikan lingkungan sekitar aman bagi penolong maupun pasien, misal menghangatkan, mengeringkan, dsb)

  • Primary Survey

    Circulation (and Hemorrhage Control) penilaian fungsisirkulasi dilakukan dengan menilai adanya perdarahan luaryang nampak dan tanda-tanda syok seperti pucat, akraldingin, waktu pengisian kapiler yang memanjang (lebih dari 2 detik), dan juga penurunan kesadaran.

    Apabila terdapat tanda syok, segera lakukan kontrolperdarahan dengan penekanan langsung, dan segeramemasang 2 jalur intravena dengan ukuran kanula intravenapaling besar yang ditemukan (disarankan ukuran 14 G). Lakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan awaldan cross-match golongan darah kemudian segera berikancairan infus kristaloid untuk mempertahankan cardiac output, sebesar 2 liter (atau 20 ml/ kgBB pada anak-anak).

  • Pembidaian

    Bila mengkuti langkah ABC maka yang dilakukan adalah pemberian infus karena fraktur terbuka femur banyak mengeluarkan darah sambil kita melakukan balut tekan pada daerah perdarahan.

    Tujuan dari pembidaian adalah :1. Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan fragmen tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.2. Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula spinalis,syaraf perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung fragmen tulang.3.Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur tertutup jadi terbuka).4.Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen tulang pada pembuluh darah.5.Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.

  • 33. Wilms tumor

    Wilms tumor

    Tumor ganas ginjal yang terjadipada anak, yang terdiri dari selspindel dan jaringan lain. Disebutjugaadenomyosarcoma , embryoma of kidney , nephroblastoma ,renal carcinosarcoma .

    The American Heritage Stedman's Medical DictionaryCopyright 2002, 2001, 1995 by Houghton Mifflin Company. Published by Houghton Mifflin Company.

    Merupakan tumor solid pada renal terbanyak pada masa kanak-kanak, 5% dari jumlah kankerpada anak. (smith urology)

    Puncak usia adalah pada usia 3 tahunLebih sering unilateral ginjalEtiologi Non familial: 2 postzygotic

    mutation pada single cell Familial : 1 preygotic mutation

    dan subsequent post zygotic event

    Mutasi ini terjadi pada lenganpendek kromosom 11 (11p13)

  • Patogenesis & Pathology

    Prekurson wilms tumor (nephrogenicrest-NR)

    Perilobar NR dan intralobarNR

    NR dormant untuk beberapa tahun

    Renal mengalami involusi dansclerosis

    Wilms tumorHistopatology : Blastemal, epithelial,

    dan stromal element, tanpaanaplasia

    Wilms tumor :large, multi lobular, gray or tan in color, focal area of hemorrhage and necrosis, biasanya terdapatfibrous pseudocapsule

    Penyebarannya : 1. Direct extension renal capsule2. hematogenously renal vein atau vena cava3. lymphatic

    Metastasis : 85-95% ke paru, 10-15% ke liver, 25% ke limf node regional

    Karakteristik tumor

  • Staging tumor

    Menurut NWTS (National Wilms Tumor Study)

    Stage I : Tumor terbataspada ginjal. Tidak adapenetrasi ke kapsulrenalis atau keterlibatanrenal sinus vessel. Tumor tidak rupture pada saatpengangkatan, tidak adaresidual tumor di bataspengangkatan tumor.

    Stage II : Tumor sudahmeluas dari ginjal tapimasih dapat diangkatsempurna. Terdapatpenetrasi permukaan luarrenal kapsul, invasi renal vessel sinus. Tidak adaresidual tumor, tidak adasisa pada bataspengangkatan, tidak adaketerlibatan kelenjargetah bening regional

  • Stage III : Residual nonhematogenoustumor ke abdomen. Terdapat keterlibatankelenjar getah bening, kontaminasi peritoneal, implan pada permukaanperitoneal, tumor meluar melebihi daerahpengangkatan, terdapattrombus tumor

    Stage IV : Terdapatmetastasis hematogenous ke paru, liver, tulang, dan otak

    Stage V: Keterlibatanbilateral renal

  • Gejala Klinis

    Massa dan rasa sakit padaabdominal

    Macroscopic haematuria

    Hypertension

    Anorexia, nausea, vomit

    Pemeriksaan penunjang

    Lab : Urinalisis : hematuria, anemia, subcapsularhemorrhage. Jika sudahmetastasis ke liver terdapatpeningkatan creatinin

    CT abdominal lihatekstensi tumor

    Chest xray lihatmetastasis ke paru

    Biopsi

  • CT scan in a patient with a right-sided Wilms tumor with favorable histology.

    Gross nephrectomyspecimen shows a Wilms tumor pushing the normal renal parenchyma to the side.

  • Manajemen

    Surgical :

    - Keterlibatan kidney unilateral

    - Tumor tidak melibatkan organ visceral

    Chemotherapy

    Radiasi

  • disease Sign & symptoms

    Renal cell carcinoma

    In contrast to adults, renal cell carcinoma is rare in childhood. However,

    there appears to be a subset of affected adolescent males with a unique

    chromosomal translocation at Xp11.2

    The classic triad of RCC (flank pain, hematuria, and a palpable abdominal

    renal mass)

    neuroblastoma NB is the third most common pediatric cancer, accounting for about 8% of

    childhood malignancies

    The signs and symptoms of NB reflect the tumor site and extent of disease.

    Most cases of NB arise in the abdomen, either in the adrenal gland or in

    retroperitoneal sympathetic ganglia. Usually a firm, nodular mass that is

    palpable in the flank or midline is causing abdominal discomfort

    Wilms tumor Wilms tumor is the most common renal malignancy in children and the fourth most common childhood cancer

    Most children with Wilms tumor present with an abdominal mass or

    swelling, without other signs or symptoms. Other symptoms can include

    abdominal pain (30 %), hematuria (12 to 25 %), and hypertension (25 %)

    PF reveals a firm, nontender, smooth mass that rarely crosses the midline

    and generally does not move with respiration. In contrast, neuroblastoma

    and splenomegaly often will extend across the midline and move with

    respiration

  • disease Sign & symptoms

    Burkit limfoma Patients with BL present with rapidly growing tumor masses and often have evidence of tumor lysis with a very high serum lactate dehydrogenase (LDH)

    concentration and elevated uric acid levels

    The endemic (African) form usually presents as a jaw or facial bone tumor that

    spreads to extranodal sites including the mesentery, ovary, testis, kidney, breast,

    and especially to the bone marrow and meninges

    The nonendemic (sporadic) form usually has an abdominal presentation

    Immunodeficiency-related cases more often involve lymph nodes

    BL tumor cells are monomorphic, medium-sized cells with round nuclei, multiple

    nucleoli, and basophilic cytoplasm

    A "starry-sky" pattern is usually present, imparted by numerous benign

    macrophages that have ingested apoptotic tumor cells

    hodgkin

    limfoma

    commonly present with painless, non-tender, firm, rubbery, cervical or

    supraclavicular lymphadenopathy.

    Most patients present with some degree of mediastinal involvement. patients may

    present with symptoms and signs of airway obstruction (dyspnea, hypoxia, cough),

    pleural or pericardial effusion, hepatocellular dysfunction, or bone marrow

    infiltration (anemia, neutropenia, or thrombocytopenia).

    Diagnostic Reed-Stemberg cells are large cells that have bilobed, double, or

    multiple nuclei and prominent, eosinophilic, inclusion-like nucleoli in at least two

    nuclei or nuclear lobes

  • 34

    ANOMALI VASKULER

    Definisi: semacam tanda lahiryang disebabkan oleh gangguanpembuluh darah, meskipun tidakselalu hadir pada saat lahir. Sebuah anomali vaskulermerupakan defek pada pembuluhdarah dan dapat mempengaruhipembuluh apapun seperti kapiler, arteri, vena, limfatik, ataukombinasi.

    Mullicken dan Glowacki (1982) menetapkan untuk pertama kali dua tipe dari anomali vaskuler: tumor vaskuler dan dan vaskulermalformasi.

    TUMOR VASKULER Berikut adalah kelompok anomaly yang masuk

    dalam kelompok tumor vaskuler berdasarkanISSVA (international Society for the Study of Vascular Anomalies):

    Infantile hemangioma Kongenital hemangiomas: RICH(rapidly involuting congenital hemangioma) NICH (nonivoluting congenital hemangioma) Kaposiform Hemangiendothelioma Tufted angiomas (dengan atau tanpa sindrom

    Kasabach-Merritt) Spindle cell hemangioendothelioma Epithelioid hemangioendotheliomas Lainnya (jarang): hemangioendotheliomas (mis.:

    composite, retiform) Angisarcoma Dermatologic acquired vascular tumors

    (mis.:pyogenic granuloma)

  • Infantile hemangioma 4-10% terjadi pada infant Banyak ditemui pada bayi keturunan kaukasian yang memiliki berat badan pada saat lahir di bawah normal, dan

    dari ibu yang multipara Factor resiko ibu: usia lebih tua, pre-eklampsia, abnormal plasenta Terjadi antara 2 minggu-2 bulan pembentukan embryo Biopsi: GLUT1(+), dan menunjukkan peningkatan perubahan endothelial. Perkembangannya: Tahap proliferasi: masa embryo-1 tahun Tahap involusi: 1-7 tahun Tahap involuted: usia 8 tahun keatas Lokasi : kepala dan leher (60%), badan (25%), ekstremitas (15%) Multiple infantile hemangioma=hemangiomatosis=mencakup 3 atau lebih organ system

    Congenital hemangiomas (RICH dan NICH) Terbentuk ketika sudah lahir GLUT1 (-) Perkembangannya: NICH: muncul saat lahir, hemangioma berkembang secara proporsional tanpa regresi RICH: muncul saat lahir, regress secara komplit dalam 2 tahun Penyebaran di tubuh: soliter, di area kepala, tangan dan kaki sekitar sendi

  • Tufted angioma (TA) dan Kaposiform hemangioendothelioma (KH) Muncul sesaat setelah kelahiran Dapat melibatkan komponen pembuluh darah dan kelenjar getah bening (berupa inflitrasi nodule

    dan kompresi saluran KGB). TA: immunostaining ditemukan positif D2-40 antibody, KH(-) Penyebaran lesi: dapat timbul di setiap bagian tubuh. Tidak spesifik. Metastasi jauh jarang terjadiHemangiendothelioma (spindle, epithelioid, composite, retiform) Spindle hemngioendothelioma: benign vasoproliferasi, terjadi pada umur kapanpun,

    Immunohistochemistry: CD31, factor VIII antigen (+), CD34 (-) Epithelioid hemangioendothelioma: jarang, lambat, dapat terjadi di bagian manapun di tubuh,

    tidak terpatok pada pembuluh darah saja, banyak ditemukan di tulang.

    Angisarcoma Jarang, dan agresif Prognosis buruk Banyak terjadi pada bayi perempuan dengan onset usia 3.7 tahun Imaging: progresif, heterogenous mass, dengan konsentrasi kontras, dan disertai metastasis ke

    liver

  • Strategi therapi pada tumor vaskuler

    Medika mentosa dengan: glukokortikosteroid, alpha interferon 2a, atau2b, vincristine, cyclophosphamide, bleomycine, dll

    Surgical reseksi/eksisi,

    Laser (FPDL=flashlamp pulsed dye laser, Nd.YAG, Diode, dll)

    Arterial superselective embolisasi

  • 35. Ewings Sarcoma

    A distinctive small round cell sarcoma typically found in patients from 5-25 years of age second most common bone tumor in children

    Location ~50% are found in the diaphysis of long bones

    The most common locations pelvis, distal femur, proximal tibia, femoral diaphysis,

    and proximal humerus

    uncommon in African Americans and Chinese

  • Presentation pain often accompanied by fever often mimics an infection

    Physical exam swelling and local tenderness

    Radiographs large destructive lesion in the diaphysis or metaphysis with a moth-eaten appearance

    lesion may be purely lytic or have variable amounts of reactive new bone formation

    periosteal reaction may give "onion skin" or "sunburst" appearance

  • pelvis

    The Canadian Journal of Diagnosis / May 2001

  • Diagnosis Banding

    Osteoartritis Joint Space Narrowing Bone spur (arrow) Subchondral Sclerosis

    Increased bone density or thickening in the subchondral layer

    Osteoblastoma: Subchondral Cysts

    Fluid-filled sacs in subchondralbone

  • Osteomyelitis

    abscesses radiolucency Involucrum Bone destruction sequestrum (arrow)

    Chondroblastoma radiolucent lesion with sclerotic margins

    (white arrowheads) in epiphysis of distal femur and with probable extension into metaphysis (black arrowhead).

  • D. Triage Priorities

    1. Red- highest priority patients

    need immediate care (usually circulatory or respiratory)

    2. Yellow- second highest priority

    able to wait longer before transport (45 minutes)

    3. Green- walking

    able to wait several hours for transport

    4. Black- dead

    will die during emergency care (have lethal injuries)

    *** mark triage priorities (tape, tag)

    36. Triage

  • Triage Category: Red

    Red (Highest) Priority: Patients who need immediate care and transport as soon as possible

    Airway and breathing difficulties

    Uncontrolled or severe bleeding

    Decreased level of consciousness

    Severe medical problems

    Shock (hypoperfusion)

    Severe burns

  • Yellow

    Yellow (Second) Priority: Patients whose treatment and transportation can be temporarily delayed

    Burns without airway problems

    Major or multiple bone or joint injuries

    Back injuries with or without spinal cord damage

    Minor fractures

    Minor soft-tissue injuries

    Green (Low) Priority: Patients whose treatment and transportation can be delayed until last

    Green

  • 37

  • 38. Infeksi saluran kemih (ISK)

    DEFINISI

    Infeksi saluran kemih (ISK)adalah istilah umum yangmenunjukkan keberadaanmikroorganisme dalam urin,mulai dari yang tanpa gejala(asimptomatik) sampaimengarah ke infeksi berat.Episode bakteriuriasignifikan (yaitu infeksidengan jumlah koloni>100.000 mikroorganismetunggal per ml)

    Insidensi ISK menurut Wisswelldan Roscelli, lebih banyak padapria yang belum disirkumsisidibandingkan dengan yangsudah disirkumsisi 1.12%banding 0.11% pada enambulan kehidupan setelah lahir.

  • ETIOLOGI Penyebab terjadinya ISK

    disebabkan oleh mikroorganismetunggal seperti:

    bakteri E. Coli sekitar 80% dari ISKyang asimptomatik sampai yangberesiko tinggi sepertipyelonephritis.

    Mikroorganisme lainnya proteusspp, klebsiella spp, danstafilokokus dengan koagulasenegative.

    Infeksi juga bisa disebabkan olehPseudomonas spp, walau jarangbiasanya disebabkan paskapenggunaan kateter

    PATOGENESIS Proses ISK dari bakteriuria

    asimptomatik/ tanpa gejalamenjadi bakteriuri simptomatikpresentasi klinis tergantung daripatogenisitas bakteri dan kondisipasien. Saluran kemih dan urine normalnya bebas darimikroorganisme

  • Patogenesis Lanjutan

    Peranan bakteri infeksi ascending penularan melalui jalur hematogen penularan melalui jalur limfogen penularan langsung dari organ sekitarnya yang telah terinfeksi

    Peranan faktor tuan rumah (host) Kemampuan dari tuan rumah untuk menahan mikroorganisme masuk ke saluran kemih

    dipengaruhi: 1) pertahanan local, peranan dari sistem imun baik humoral maupun imunitas seluler.

    Beberapa faktor pertahanan local dari tubuh terhadap suatu infeksi Mekanisme pengosongan urine yang teratur dari vesika urinaria Derajat keasamaan (ph) urin yang rendah Adanya ureum dalam urine Panjang uretra pada pria Osmolalitas urine yang cukup tinggi Estrogen pada wanita usia produktif Adanmya zat antibakteria pada kelenjar prostat

  • PATOFISIOLOGI

    Pada pria dan wanita yang normal, kondisi urin selalu sterilkarena dipertahankan jumlah danfrekuensi kencing. Hamper semuaISK disebabkan invasimikroorganisme asending dariuretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentudapat mencapai ginjal, proses iniakan dipermudah refluksvesikoureter (lihat padakomplikasi). Proses invasimikroorganisme hematogensangat jarang ditemukan diklinik, mungkin akibat lanjut daribakteriemia.

    TANDA dan GEJALA

    ISK bagian atas (pielonefritis)

    Demam (akut 39.5 40 C), menggigil

    Nyeri pinggang

    Malaise

    Anoreksia

    Nyeri tekan pada sudut kostovertebra danabdomen

    ISK bagian bawah (Sistitis)

    Disuria

    Polakisuria

    Nokturia

    Frekuensi dan urgensi

    Nyeri suprapubik

    Hematuria

    Nyeri pada skrotum (epididimo-orkitis)

  • Acute Pyelonephritis

    rapid onset (hours to a day) lethargic and unwell,

    fever, tachycardia, shaking, chills, nausea and vomiting, myalgias

    marked CVA or flank tenderness; possible abdominal pain on deep palpation

    symptoms of lower UTI may be absent (urgency, frequency, dysuria)

  • DIAGNOSIS

    Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Gram dan kultur pada specimen urin clean-catch sebelum

    pemberian antibiotic. Organisme yang paling sering ditemukan adalah E.coli,Enterobacter,Klebsiella, Proteus.

    ISK bagian ataso Pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL)

    o Tes fungsi ginjal : ureum, serum kreatinino Elektrolit

    o Ultrasonografi (USG) ginjal : pembengkakan pada pielonefritis, batu, obstruksi/ hifdronefrosis,abses sekunder.

    o BNO IVP: batu, kelainan structural, obstruksi sistem pengumpul.o CT Scan: abses/tumor

    ISK bagian bawaho Pemeriksaan darah perifer lengkapo Sistokopi hanya jika terdapat hematuria, keganasan atau batu yang menjadi penyebab dasar.

    o Jika terdapat obstruksi, scan ultrasonografi, BNO-IVP, dan sistokopi mungkin diperlukan.

  • DIAGNOSIS BANDINGPenyakit Pembeda

    Appendisitis Terdapat peningkatan ALVARADO

    SKOR

    Nyeri yang bermigrasi, anoreksia,

    mual/muntah, nyeri perut kanan

    bawah, nyeri lepas, demam,

    leukositosis

    Benign Prostate Hiperplasia Teraba pembesaran prostat pada

    pemeriksaan anus

  • TATALAKSANAa. UMUM

    - Prinsip tatalaksana: asupan cairan yang banyak, antibiotika yangadekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin

    - Bila infeksi cukup parah perlu dibawa ke rumah sakit untuk tirahbaring

    - Terapi ditujukan untuk menecegah kerusakan organ saluran kemihlebih parah dan memperbaiki kondisi pasien

    - Pencegahan terutama ditujukan pada pasien dengan resiko tinggi,

    perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan paska

    transplantasi ginjal perempuan dan laki laki, dan kateterisasi laki laki dan perempuan.

  • KHUSUS

    - Pielonefritis akut : golongan obat obatan antibiotic yang dianjurkan:

    aminoglikosida yang dikombinasikan dengan ampisilin/amoksisilin,amoksisilin dengan asam klavulanat, sefalosporin, florokuinolon

    - Sistitis akut : antibiotic dosis tunggal atau jangka pendek golongan

    cotrimoksazole, ampisilin, kadang diperlukan obat obatan golonganantikolinergik (propantheline bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas

    vesika urinaria dan fenazopiridin hidroklorida sebagai antiseptic padasaluran kemih.

    - Konsultasi pada dr Spesialis Urologi diperlukan bila :o Dicurigai penyebab ISK adalah gangguan anatomi

    o Semua bentuk prostatitis

    - Diperlukan konsul pada dokter ahli anak/ penyakit dalam/ urologi, bilaterjadi resistensi antibiotik

  • 39. Abses mamae

    Breast abcess Ketika saluran lactiferous mengalami

    epidermalisasi, produksi keratin mungkinmenyumbat saluran, menjadi produksiabses

    presentasi: Edema mamae lokal, eritema, hangat,

    nyeri Riwayat abses sebelumnya Demam, muntah, keluar cairan dari

    massa atau nipple Boleh menyusui

    Treatment: Jadi terapi abses mamae insisi,

    pemberian antibiotic, dan lanjutkanpemberian ASI

    Needle aspiration may be considered for abscesses less than 3 cm in size

  • The BreastTumors Onset Feature

    Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Pagets disease (Ca Insitu),Peau dorange , hard, Painful, not clear border, infiltrative, discharge/blood, Retraction of the nipple,Axillary mass

    Fibroadenomamammae

    < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in the breast when pushed upon and are usually painless.

    Fibrocystic mammae

    20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionallyhave nipple discharge

    Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be lactating and may have recently missed feedings.fever.

    PhilloidesTumors

    30-55 years intralobular stroma . leaf-likeconfiguration.Firm, smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the tumor may become reddish and warm to the touch. Grow fast.

    Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous orbloody nipple discharge

  • Mastitis

    Terjadi pada masa laktasi ataupuerperium (terbanyak) atautidak ada hubungannya denganmasa puerperium.

    Patofisiologi Biasanya disebabkan oleh kuman

    Staphilococccus aureus denganstrain tahan penisilin yang ditransmisi melalui isapan bayi. Pada jenis non puerpueralis port dentry adalah sistemik ataulewat kerusakan epitel sekitarnipel-areola complex.

  • Gejala Klinis Payudara (terutama pada saat

    menyusui) terasa nyeri spontan dannyeri tekan.

    Kadang disertai panas badan ataumalaise.

    Usia produktif-muda.Pemeriksaan dan Diagnosis Pada pemeriksaan fisik, terdapat

    massa dengan batas tak tegas, kemerahan disertai rasa nyerispontan dan nyeri tekan. Kadang-kadang sudah didapatkan massa yang fluktuatif.

    Tidak didapatkan pembesaran KGB aksila ipsilateral, atau bila adapembesaran juga waktu diraba terasanyeri.

    Pencitraan Pada USG atau mammografi akan

    tampak massa yang sedikithiperdense dengan batasyang undefined, tidak jarang didiagnosis banding dengan proseskeganasan.

    Diagnosis Diagnosis biasanya dengan mudah,

    yaitu nyeri pada payudara yang sedang menyusui. Benjolan dipayudara yang tak terlalu padatdisertai nyeri tekan, kadang-kadangdapat dirasakan adanya fluktuasi, adakemerahan. Bila belum jelas dapatdilakukan pemeriksaan sitologidengan FNA.

  • Penatalaksanaan Terapi

    Bila belum jelas adanya fluktuasi (abses), diberi antibiotik golongan amoxycilline 5-7 hari, analgetik dan antipiretik.

    Bila telah terbentuk abses, maka dilakukan insisi, yang jika sering terjadi kekambuhan maka tindakan yang dikerjakan adalah eksisi.

  • The BreastTumors Onset Feature

    Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Pagets disease (Ca Insitu),Peau dorange , hard, Painful, not clear border, infiltrative, discharge/blood, Retraction of the nipple,Axillary mass

    Fibroadenomamammae

    < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in the breast when pushed upon and are usually painless.

    Fibrocystic mammae

    20 to 40 years lumps in both breasts that. increase in size and tenderness just prior to menstrual bleeding. occasionally have nipple discharge

    Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be lactating and may have recently missed feedings.fever.

    PhilloidesTumors

    30-55 years intralobular stroma . leaf-likeconfiguration.Firm, smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the tumor may become reddish and warm to the touch. Grow fast.

    Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous orbloody nipple discharge , mass ussually small, not always palpable

  • 40. Thyroid Cancer

  • History

    Symptoms

    The most common presentation of a thyroid nodule, benign or malignant, is a painless mass in the region of the thyroid gland (Goldman, 1996).

    Symptoms consistent with malignancy Pain

    dysphagia

    Stridor

    hemoptysis

    rapid enlargement

    hoarseness

    optimized by optima

  • Risk factors

    Thyroid exposure to irradiation

    Age and Sex

    Benign nodules occur most frequently in women 20-40 years (Campbell, 1989)

    5%-10% of these are malignant (Campbell, 1989)

    Men have a higher risk of a nodule being malignant

    Family History

    History of family member with medullary thyroid carcinoma

    History of family member with other endocrine abnormalities (parathyroid, adrenals)

    History of familial polyposis (Gardners syndrome)

    optimized by optima

  • Evaluation of the thyroid Nodule(Physical Exam)

    Examination of the thyroid nodule:

    consistency - hard vs. soft

    size - < 4.0 cm

    Multinodular vs. solitary nodule

    multi nodular - 3% chance of malignancy (Goldman, 1996)

    solitary nodule - 5%-12% chance of malignancy (Goldman, 1996)

    Mobility with swallowing

    Mobility with respect to surrounding tissues

    Well circumscribed vs. ill defined borders

    Examine for ectopic thyroid tissue

    Indirect or fiberopticlaryngoscopy

    vocal cord mobility

    evaluate airway

    Systematic palpation of the neck

    Metastatic adenopathycommonly found:

    in the central compartment (level VI)

    along middle and lower portion of the jugular vein (regions III and IV) and

    optimized by optima

  • Evaluation of the Thyroid Nodule

    Blood Tests Thyroid function tests

    thyroxine (T4) triiodothyronin (T3) thyroid stimulating hormone (TSH)

    Serum Calcium Thyroglobulin (TG) Calcitonin

    USG : 90% accuracy in categorizing

    nodules as solid, cystic, or mixed (Rojeski, 1985)

    Best method of determining the volume of a nodule (Rojeski, 1985)

    Can detect the presence of lymph node enlargement and calcifications

    Radioactive iodine is trapped and organified can determine functionality of a

    thyroid nodule 17% of cold nodules, 13% of warm

    or cool nodules, and 4% of hot nodules to be malignant

    FNAB : Currently considered to be the best first-line diagnostic procedure in the evaluation of the thyroid nodule

    optimized by optima

  • Classification of Malignant Thyroid Neoplasms

    Papillary carcinoma Follicular variant

    Tall cell

    Diffuse sclerosing

    Encapsulated

    Follicular carcinoma Overtly invasive

    Minimally invasive

    Hurthle cell carcinoma Anaplastic carcinoma

    Giant cell

    Small cell

    Medullary Carcinoma Miscellaneous

    Sarcoma

    Lymphoma

    Squamous cell carcinoma

    Mucoepidermoidcarcinoma

    Clear cell tumors

    Pasma cell tumors

    Metastatic

    Direct extention

    Kidney

    Colon

    Melanomaoptimized by optima

  • Well-Differentiated Thyroid Carcinomas (WDTC) -Papillary, Follicular, and Hurthle cell

    Pathogenesis - unknown

    Papillary has been associated with the RET proto-oncogene but no definitive link has been proven (Geopfert, 1998)

    Certain clinical factors increase the likelihood of developing thyroid cancer

    Irradiation - papillary carcinoma

    Prolonged elevation of TSH (iodine deficiency) - follicular carcinoma (Goldman, 1996)

    relationship not seen with papillary carcinoma

    mechanism is not known

    optimized by optima

  • WDTC - Papillary Carcinoma

    60%-80% of all thyroid cancers (Geopfert, 1998, Merino, 1991)

    Histologic subtypes

    Follicular variant

    Tall cell

    Columnar cell

    Diffuse sclerosing

    Encapsulated

    Prognosis is 80% survival at 10 years (Goldman, 1996)

    Females > Males

    Mean age of 35 years (Mazzaferri, 1994)

    Lymph node involvement is common

    Major route of metastasis is lymphatic

    Clinically undetectable lymph node involvement does not worsen prognosis (Harwood, 1978)

    optimized by optima

  • WDTC - Follicular Carcinoma

    20% of all thyroid malignancies

    Women > Men (2:1 - 4:1) (Davis, 1992, De Souza, 1993)

    Mean age of 39 years (Mazzaferri, 1994)

    Prognosis - 60% survive to 10 years (Geopfert, 1994)

    Metastasis

    angioinvasion and hematogenous spread

    15% present with distant metastases to bone and lung

    Lymphatic involvement is seen in 13% (Goldman, 1996)

    optimized by optima

  • Medullary Thyroid Carcinoma

    10% of all thyroid malignancies

    1000 new cases in the U.S. each year

    Arises from the parafollicular cell or C-cells of the thyroid gland

    derivatives of neural crest cells of the branchial arches

    secrete calcitonin which plays a role in calcium metabolism

    optimized by optima

  • Medullary Thyroid Carcinoma

    Diagnosis Labs: 1) basal and pentagastrin stimulated serum

    calcitonin levels (>300 pg/ml)

    2) serum calcium

    3) 24 hour urinary catecholamines(metanephrines, VMA, nor-metanephrines)

    4) carcinoembryonic antigen (CEA)

    Fine-needle aspiration

    Genetic testing of all first degree relatives

    optimized by optima

  • Anaplastic Carcinoma of the Thyroid

    Highly lethal form of thyroid cancer

    Median survival 70 years) (Sou, 1996)

    Mean age of 60 years (Junor, 1992)

    53% have previous benign thyroid disease (Demeter, 1991)

    47% have previous history of WDTC (Demeter, 1991)

    optimized by optima

  • Management

    Surgery is the definitive management of thyroid cancer, excluding most cases of ATC and lymphoma

    Types of operations:

    lobectomy with isthmusectomy

    minimal operation required for a potentially malignant thyroid nodule

    total thyroidectomy

    removal of all thyroid tissue

    preservation of the contralateral parathyroid glands

    subtotal thyroidectomy

    anything less than a total thyroidectomy

    optimized by optima

  • 41. Causes injuries to the

    abdomen, pelvis and genitalia are generally caused by accidents involving high kinetic energy and acceleration or deceleration forces

  • Open vs. Closed Injuries

    abdominal injuries can be either open or closed

    open injuries are caused by sharp or high velocity objects that create an opening between the peritoneal cavity and the outside of the body

    closed injuries are caused by compression trauma associated with deceleration forces and include:

    contusions

    ruptures

    lacerations

    shear injuries

  • The type of injury will depend on whether the organ injured is solid or hollow.

    Hollow and Solid Organs

    hollow organs include:

    stomach

    intestines

    gallbladder

    bladder

    solid organs include:

    liver

    spleen

    kidneys

  • Abdominal Injuries

    Hollow Organ Injuries Solid Organ Injuries

    when hollow organs rupture, their highly irritating and infectious contents spill into the peritoneal cavity, producing a painful inflammatory reaction called peritonitis

    damage to solid organs such as the liver can cause severe internal bleeding

    blood in the peritoneal cavity causes peritonitis

    when patients injure solid organs, the symptoms of shock may overshadow those from peritonitis

  • Abdominal Injuries

    abdominal injuries can be obvious, such as an open wound, or subtle, such as a blow to the flank that initially causes little pain, but damages the liver or spleen

    suspect abdominal internal injury in any patient who has a penetrating abdominal wound or has suffered compression trauma to the abdomen

  • Liver

    Largest organ in abdominal cavity

    Right upper quadrant

    Injured from trauma to:

    Eighth through twelfth ribs on right side of body

    Upper central part of abdomen

    Suspect liver injury when:

    Steering wheel injury

    Lap belt injury

    Epigastric trauma

    After injury, blood and bile leak into peritoneal cavity

    Shock

    Peritoneal irritation

    Management:

    Resuscitation

    Laparotomy and repair or resection.

    Avulsion of pedicle is fatal

  • Spleen

    Upper left quadrant Rich blood supply Slightly protected by organs

    surrounding it and by lower rib cage Most commonly injured organ

    from blunt trauma Associated intraabdominal

    injuries common Suspect splenic injury in:

    Motor vehicle crashes Falls or sports injuries

    involving was an impact to the lower left chest, flank, or upper left abdomen

    Kehrs sign

    Left upper quadrant pain radiates to left shoulder

    Common complaint with splenic injury

    Management :

    Resuscitation.

    Laparotomy (repair, partial excision or splenectomy)

    Observation in hospital for patients with sub-capsular haematoma

  • Stomach/duodenum

    Not commonly injured by blunt trauma

    Protected location in abdomen

    Penetrating trauma may cause gastric transection or laceration Signs of peritonitis from leakage of gastric contents

    Diagnosis confirmed during surgery Unless nasogastric drainage returns blood

  • Stomach/duodenum

    Perforation Bleeding

    Presentation : abdominal pain

    rigidity

    peritonism, shock

    Air under diaphragm on X-ray

    Treatment Antibiotics

    resuscitate

    repair

    Presentation : Haematemesis +/-

    Melaena

    Severity

    Increased PR>90

    Fall BP

  • Colon and Small Intestine

    Usually injured by penetrating trauma

    May be injured by compression forces:

    High-speed motor vehicle crashes

    Deceleration injuries associated with wearing personal restraints

    Bacterial contamination common

  • 42

    Scoliosis: Penyakit terpuntir Kelengkungan vertebra ke arah lateral yang abnormal Sering pada akhir masa kanak-kanak, terutama perempuan. Terjadi karena struktur vertebra abnormal, panjang ekstremitas bawah tidak sama, atau

    kelemahan otot Kasus yang berat harus diterapi dengan brace atau pembedahan sebelum pertumbuhan anak

    selesai untuk mencegah deformitas yang permanen dan kesulitan bernapas

    Kyphosis bungkuk Kelengkungan vertebra torakal yang berlebihan Sering pada usia tua karena osteoporosis Mungkin juga karena tuberculosis spinal, rickets, atau osteomalacia Lordosis mengayun ke belakang Kelengkungan vertebra lumbal yang berlebihan Dapat disebabkan TB spinal atau rickets Dapat bersifat sementara: beer guts pada laki-laki, kehamilan pada wanita

  • 43

    Klasifikasi trauma uretra Colapinto & McCallum 1977 :Tipe I : uretra teregang (stretched) akibat ruptur ligamentumpuboprostatikum dan hematom periuretra. Uretramasih intack.Tipe II: uretrra pars membranacea ruptur diatas diafragmaurogenital yg masih intack. Ekstravasasi kontras keekstraperitoneal pelvic space.Tipe III : Uretra pars membranacea ruptur . Diafragmaurogenital ruptur. Trauma uretra bulbosa proksimal. Ekstravassasi kontras ke peritoneum.

    Trauma Uretra :a. Traume uretra Posterior :

    KLL 90 % fr. Pelvis Manipulasi kateterisasi, endoskopi

    b. Trauma uretra Anterior : Manipulasi Kateter, endoskopi Straddle injury, KLL Intercourse/ bite Self manipultion

    Diagnosis :1. Ax/ : riwayat trauma , mekanisme trauma hematome2. PD/ :Trias ruptur uretra anterior- Bloddy discharge- Retensio urine- Hematome/jejas peritoneal/ urine infiltrat

    Trias ruptur uretra posteriior- Bloody discharge- Retensio urine- Floating prostat3. Lab. : urinalisis eritrositpositip4. Radiologis : uretrografi, AP pelvic fotoTerapi :a. Initial : segera sistostomitranspubik bila ada fr. Pelvis tidakboleh trokarb. Rekonstruksi : uretrotomiainterna/ sachse

    Anastomosis uretra

  • 44. KLASIFIKASI

    BERDASARKAN PATOFISIOLOGI

    1. Komosio serebri : tidak adajaringan otak yang rusak tphanya kehilangan fungsi otaksesaat (pingsan < 10 mnt) atau amnesia pasca cederakepala.

    2. Kontusio serebri : kerusakanjar. Otak + pingsan > 10 mntatau terdapat lesi neurologikyg jelas.

    3. Laserasi serebri : kerusakanotak yg luas + robekanduramater + fraktur tl. Tengkorak terbuka.

    BERDASARKAN GCS:

    1. GCS 13-15 : Cedera kepalaringan CT scan dilakukanbl ada lucid interval/ riw. kesdran menurun. evaluasi kesadaran, pupil, gejala fokal serebral + tanda-tanda vital.

    2. GCS 9-12 : Cedera kepalasedang prks dan atasigangg. Nafas, pernafasandan sirkulasi, pem. Ksdran, pupil, td. Fokal serebral, leher, cedera orga lain, CT scan kepala, obsevasi.

    3. GCS 3-8 : Cedera kepalaberat : Cedera multipel. + perdarahan intrakranial dg GCS ringan /sedang.

  • 45. Osteomielitis

    Peradangan pada tulang dan sumsum tulang(bone marrow) disebabkan oleh kuman.

    Walaupun tulang normalnya tahan terhadap kolonisasi bakteri, trauma, operasi, adanya benda asing atau prostese dapat menyebabkan rusaknya integritas tulang sehingga akan menyebabkan infeksi pada tulang

  • PathogenesisWaldvogel, 1971

    1. Hematogenous

    2. Contiguous focus of infection

    3. Direct inoculation

    Nonspecific symptoms

    Demam

    Menggigil

    Malaise

    Letargi

    Iritabilitas

    The classic signs of inflammation, including local pain, swelling, or redness, may also occur and normally disappear within 5-7 days

    Symptoms

    http://emedicine.medscape.com/article/1348767-overview#a0112

  • S aureus