OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING...

189
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BADAN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENYULUHAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI Konsultan : Dr. Marjuki, M.Sc OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di Empat Kota di Indonesia

Transcript of OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING...

Page 1: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIALBADAN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENYULUHAN SOSIAL

KEMENTERIAN SOSIAL RI

Konsultan :Dr. Marjuki, M.Sc

OPTIMALISASI PERAN DANFUNGSI PENDAMPING SOSIAL:

Studi di Empat Kota di Indonesia

Page 2: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

Badrun Susantyo , dkk.

OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di Empat Kota di Indonesia,- Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI, vi + 182 halaman 14,5 x 21 cm

Konsultan :Dr. Marjuki, M.Sc

Penulis :Badrun Susantyo, Irmayani, Habibullah, B.Mujiyadi,

Suradi, Sugiyanto, Anwar Sitepu, Togiaratua Nainggolan

Perwajahan :Tim Peneliti

ISBN : 978-602-51581-7-9

Diterbitkan oleh:Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial,

Kementerian Sosial RI - JakartaJl. Dewi Sartika No.200 Cawang II Jakarta Timur,

Telp. 021-8017146, Fax.021-8017126

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidanakan dengan penjara masing-masing

paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000,00 (lima juta

rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum

suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana di maksud

pada ayat (1) dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 3: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan karunia-Nya, buku hasil penelitian yang berjudul “Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial; Studi di empat Kota di Indonesia” ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Penelitian ini menemukan beberapa simpul-simpul yang bisa diurai dalam kerangka optimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial. Terkait dengan simpul-simpul itu, dalam buku ini ditawarkan beberapa butir rekomendasi yang sangat mungkin diterapkan dalam upaya optimaliasi tersebut. Beberapa rekomendasi tersebut terbagi dalam beberapa dimensi; yaitu secara 1). Kelembagaan, 2). Pengembangan kapasitas, 3). Insentif, dan sarana kerja.

Semoga buku ini dapat bermanfaat baik bagi praktisi maupun akademisi yang mengkaji Pendamping Sosial. Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami berharap masukan yang bersifat konstruktif dari pembaca guna perbaikan selanjutnya. Kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian hingga terwujudnya buku ini, kami menyampaikan terima kasih

Jakarta, April 2018Kapuslitbangkesos,

Mulia Jonie

Page 4: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR DIAGRAM vi

Bab I PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1

B. PERMASALAHAN 4

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 5

D. METODE PENELITIAN 5

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 6

G. TAHAPAN PENELITIAN 7

H. JADWAL PENELITIAN 8

I. ORGANISASI PENELITIAN 8

Bab II KAJIAN PUSTAKA 9

Peran dan Fungsi Pendamping Sosial 11

Pengembangan Kapasitas 19

Bab III HASIL PENELITIAN 24

I. KOTA TARAKAN, KALIMANTAN UTARA 24

II. KOTA SERANG, PROVINSI BANTEN 53

III. KOTA MAKASSAR, SULAWESI SELATAN 91

IV. KOTA BATAM, KEPULAUAN RIAU 110

Bab IV ANALISA PENELITIAN 146

A. Profil Pendamping Sosial 146

B. Peran dan Fungsi Pendamping Sosial 152

Bab V PENUTUP 167

A. KESIMPULAN 167

B. REKOMENDASI 168

DAFTAR PUSTAKA 171

SEKILAS PENULIS 174

Page 5: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rencana persebaran Responden dan Informan 6

Tabel 2. Fungsi, Peran dan Strategi Pekerja Sosial Dalam Pendampingan Sosial 13

Tabel 3. Jenis PMKS di Kota Tarakan 28

Tabel 4. Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Di Kota Serang Tahun 2014 54

Tabel 5. Persebaran Jumlah Informan 60

Tabel 4. Umur Informan 60

Tabel 6. Jumlah Pendamping Sosial di Kota Makassar Tahun 2018 93

Tabel 7. Pendamping Sosial di Kota Batam Menurut Jenis Kelamin 112

Tabel 8. Pendamping Sosial di Kota Batam Menurut Jenis Program dan

Pendidikan 113

Tabel 9. Latar belakang Informan Pendamping Sosial 114

Tabel 10. Banyaknya Pendamping PKH di Kota Batam Menurut Kecamatan 115

Tabel 11. Banyaknya Pendamping Sosial Menurut Tahun Pengangkatan 116

Tabel 12. Mitra Kerja Pendamping 129

Tabel 13. Beban Kerja Pendamping 131

Page 6: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di
Page 7: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

1Pendahuluan

PENDAHULUANBab

IA. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, mengamanatkan bahwa dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial mensyaratkan adanya sumber daya manusia kesejahteraan sosial. SDM Kesejahteraan sosial ini terdiri atas 1) Tenaga Kesejahteraan Sosial, 2) Pekerja Sosial Profesional, 3) Penyuluh Sosial dan 4) Relawan Sosial. Turut memperkuat Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tersebut, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskinpun mensyaratkan SDM Kesejahteraan Sosial ditambah adanya Tenaga Pendamping dalam penyelenggaraannya.

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial, menyebutkan bahwa SDM Kesejahteraan sosial adalah sumber daya manusia yang melakukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; baik langsung maupun tidak langsung yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan/atau perlindungan sosial (Pasal 69 dan Pasal 72). Tujuan penyelenggaraan kesejahteraan sosial tersebut seiring dengan

Page 8: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

2 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

amanat Sustainable Development Goals (SDGs)1, di mana Indonesia adalah salah-satu negara yang meratifikasi tujuan pembangunan dimaksud.

SDM Kesos adalah orang yang memiliki kompetensi secara; pendidikan, pengetahuan, keahlian, dan pengalaman dengan nilai-nilai pekerjaan sosial yang melandasinya melakukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. SDM kesos tersebut diharapkan sebagai penggerak dalam rangka perubahan, penguatan, dan memfungsikan kembali individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar dapat berperan dalam upayanya memenuhi kebutuhan dasar, berelasi sosial, serta mengambil peran-peran sosial yang diharapkan oleh lingkungan sosial mereka.

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dalam perkembangan termutakhirnya dipandang perlu untuk menciptakan SDM Kesejahteraan yang handal terkait program yang digulirkan. Oleh karenanya tidak mengherankan jika pada akhirnya setiap penyelenggaraan program kesejahteraan sosial akan melahirkan SDM Kesejahteraan Sosial terkait program tersebut. Keberagaman SDM Kesejehateraan Sosial ini tentunya memerlukan standart kompetensi yang memadai terkait dengan penyelenggaran program kesejahteraan sosialnya. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2017 tentang Standar Nasional Sumberdaya Manusia Penyelenggara Kesejahteraan Sosial sudah mewadahi hal tersebut.

1 Secara garis besar SDGs berkomitmen dalam (1) Penanggulangan kemiskinan; (2) Menghilangkan kelaparan; (3) Kesehatan dan Kesejahteraan yang baik; (4) Pendidikan yang berkualitas; (5) Kesetaraan gender; (6) Air bersih dan sanitasi;(7) Energi bersih dan terjangkau; (8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Mengurangi Kesenjangan; (11) Keberlanjutan kota dan komunitas; (12) Konsumsi dan Produksi yang bertanggungjawab; (13) Beraksi untuk Iklim; (14) Kehidupan bawah laut; (15) Kehidupan di darat; (16) Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian; dan (17) Kemitraan untuk pengembangan yang lestari.

Page 9: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

3Pendahuluan

Sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, maka Kementerian Sosial RI mengeluarkan peraturan yang khusus mengatur tentang SDM yaitu Permensos Nomor 16 Tahun 2017 tentang standar nasional sumber daya manusia penyelenggara kesejahteraan sosial. Permensos ini telah merinci tugas dan fungsi SDM Kesejahteraan Sosial. Bahkan secara khusus, telah membagi SDM Kesejahteraan Sosial dari unsur masyarakat secara lebih rinci. Hal demikian untuk menjawab permasalahan sosial kontemporer yang berkembang demikian cepat. Secara garis besar, bidang tugas SDM Kesejahteraan Sosial ini meliputi bidang layanan; rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemerdayaan sosial, perlindungan sosial dan penanganan fakir miskin.

SDM Kesejahteraan Sosial sesuai Permensos Nomor 16 Tahun 2017 selain bersumber dari SDM Aparatur Sipil Negara (ASN), baik dari unsur Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K), juga SDM Kesos dari unsur masyarakat. SDM Kesos dari unsur masyarakat ini dalam Permensos Nomor 16 Tahun 2017 selanjutnya disebut dengan Pendamping Sosial (Pasal 6).

Pendamping sosial dalam permensos ini terbagi dalam 14 (empat belas) nomenklatur, yaitu ;

a. pendamping sosial KUBE,

b. pendamping sosial PKH,

c. pendamping sosial Aslut,

d. pendamping sosial Anak,

e. pendamping sosial orang dengan AIDs,

f. pendamping sosial Perdagangan orang

g. pendamping sosial Disabilitas berat,

h. pendamping sosial Napza,

Page 10: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

4 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

i. pendamping sosial KAT

j. pendamping sosial KAT Profesional,

k. pendamping sosial Eks Napi,

l. pendamping sosial Eks WTS,

m. pendamping sosial Sarprasling Rutilahu, dan

n. pendamping sosial UEP

Ke-empat belas nomenklatur pendamping sosial ini merupakan upaya penyederhanaan nomenklatur yang ada sebelumnya. Penelitian Irmayani (2016), menyebutkan setidaknya terdapat 42 nomenklatur SDM Penyelenggara Kesejahteraan Sosial. Penelitian Irmayani (2016) ini turut memperkuat temuan penelitian sebelumnya terkait dengan SDM Penyelenggara Kesejahteraan Sosial, seperti halnya Habibullah (2012), Hermawati (2012), Nainggolan (2012; 2016).

Penampilan peran dan fungsi Pendamping Sosial dalam tugas-tugas penyelenggaraan kesejahteraan sosial turut menentukan keberhasilan pelaksanaan program yang diembannya. Optimalisai Pendamping Sosial menjadi hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi sebagai salah satu strategi dalam akselerasi penyelenggaran kesejahteraan sosial.

Mengingat strategisnya peran dan fungsi pendamping sosial sebagai lini terdepan penyelenggaraan kesejahteraan sosial, maka dipandang perlu melaksanakan penelitian ”Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial”.

B. PERMASALAHAN

Beberapa permasalahan terkait dengan penelitian tentang optimalisasi peran dan fungsi Pendamping Sosial ini, adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan peran pendamping sesuai bidang tugasnya?

Page 11: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

5Pendahuluan

2. Bagaimana pelaksanaan fungsi pendamping sesuai bidang tugasnya?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi pelaksanaan peran dan fungsi pendamping sosial sesuai bidang tugasnya. Selanjutnya, temuan dan rekomendasi penelitian ini dapat dijadikan bahan-bahan masukan dalam penyusunan Perencanaan SDM Kesejahteraan Sosial, khususnya Tenaga Kesejahteraan Sosial dari unsur masyarakat, selanjutnya disebut Pendamping Sosial. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan peran pendamping sosial sesuai bidang tugasnya

2. Untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan fungsi pendamping sosial sesuai bidang tugasnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

3. Bagai unit teknis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk penyempurnaaan kebijakan dalam rangka optimalisi peran dan fungsi pendamping sosial sesuai bidang tugasnya.

4. Bagi unit kediklatan, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam peningkatan kemampuan (capacity buildimg) pendamping sosial.

D. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif. Penentuan lokasi ditentukan secara purposive berdasarkan jenis (nomenklatur) pendamping dan kelompok sasarannya (sesuai Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 34 ayat (1) Permensos No. 16/2017). Oleh karena itu lokasi penelitian

Page 12: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

6 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

terpilih meliputi wilayah yaitu: 1). Kepulauan Riau, 2) Kalimantan Utara, 4) Provinsi Banten, dan 4) Sulawesi Selatan. Responden/informan ditentukan secara purposive, dengan persebaran sebagai berikut.

Tabel 1.Rencana persebaran Responden dan Informan

No ProvinsiInforman

TotalPendamping Sosial

PenggunaPenerima Manfaat

1 Kepulauan Riau 10 5 5 202 Kalimantan Utara 10 5 5 203 Banten 10 5 5 204 Sulawesi Selatan 10 5 5 20

 Total 40 20 20 80

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Pedoman wawancara yaitu metode pengumpulan data penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang ditujukan kepada informan yaitu pendamping sosial, atasan pendamping sosial dan penerima manfaat program

2. Diskusi Kelompok Terarah yang diikuti 15 orang, dilakukan untuk mengumpulkan informasi dan pendalaman data yang diperoleh melalui hasil wawancara terkait peran dan fungsi pendamping sosial.

3. Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang diarahkan untuk mendapatkan data

Page 13: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

7Pendahuluan

G. TAHAPAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap; yaitu Tahap Persiapan, Tahap Pengumpulan Data serta Tahap Analisis Data dan Pelaporan.

1. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian diawali dengan penyusunan rancangan penelitian, ditambah dengan melakukan diskusi-diskusi terhadap ide dasar penelitian dan dituangkan dalam kerangka penelitian.

2. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di 4 provinsi yaitu Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Banten dan Sulawesi Selatan. Pertimbangan pemilihan lokasi dengan purposive di keempat provinsi ini mempertimbangkan variasi jenis Pendamping Sosial dan beserta kelompok sasarannya sesuai Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 34 ayat (1) Permensos No. 16/2017).

3. Tahap Analisis Data dan Pelaporan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mencakup; 1) pengecekan kembali data dan informasi yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara, Diskusi Kelompok Terarah (FGD), serta data sekunder. 2) triangulasi data 3) Penyusunan laporan.

Page 14: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

8 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

H. JADWAL PENELITIAN

No TahapanMinggu

1 2 3 4 5 61 Persiapan

• Penentuan topik• Penyusunan rancangan• Penyusunan instrumen• Pembahasan rancangan dan

instrument• Perbaikan rancangan dan

instrument hasil pembahasan

2h

3h

4h1h

2h

2 Pelaksanaan (pengumpulan data lapangan) 8h

3 Pengolahan dan penyusunan laporan• Pengolahan data dan analisis• Penyusunan laporan• Pembahasan• Finalisasi hasil penelitian

5h

2h1h

2h

I. ORGANISASI PENELITIAN

Pengarah : Kepala Badan Pendidikan, Penelitian dan

Penyuluhan Sosial

Penanggung Jawab : Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kesejahteraan Sosial

Konsultan : Dr.Marjuki, M.Sc.

Ketua Tim : Badrun Susantyo

Anggota Tim : 1. B. Mujiyadi

2. Habibullah

3. Irmayani

Suradi

Sugiyanto

Anwar Sitepu

Togiaratua Nainggolan

Page 15: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

9Kajian Pustaka

KAJIAN PUSTAKABab

IIPendampingan sosial sangat menentukan keberhasilan

program, tidak terkecuali program kesejahteraan sosial. Mengacu pada Ife (1995), peran pendamping umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi klien yang didampinginya.

Bagi para pendamping sosial di lapangan, kegiatan pendampingan sosial merupakan tugas utama dalam upaya membantu memecahkan masalah klien. Terdapat lima kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pendampingan sosial:

1. Motivasi. Klien dapat memahami nilai kebersamaan, interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Klien perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau kelurahannya. Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri. 

Page 16: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

10 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

2. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan. Peningkatan kesadaran masyarakt dapat dicapai melalui pendidikan dasar, pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Sedangkan keterampilan-keterampilan vokasional bisa dikembangkan melalui cara-cara partsipatif. Pengetahuan lokal yang biasanya diperoleh melalui pengalaman dapat dikombinasikan dengan pengetahuan dari luar. Pelatihan semacam ini dapat membantu Klien untuk menciptakan matapencaharian sendiri atau membantu meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya.

3. Manajemen diri. Kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka sendiri dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan, melakukan pencatatan dan pelaporan, mengoperasikan tabungan dan kredit, resolusi konflik dan manajemen kepemilikan masyarakat. Pada tahap awal, pendamping dari luar dapat membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem. Kelompok kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.

4. Mobilisasi sumber. Merupakan sebuah metode untuk menghimpun sumber-sumber individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang memiliki sumbernya sendiri yang, jika dihimpun, dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara substansial. Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.

Pembangunan dan pengembangan jaringan. Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di

Page 17: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

11Kajian Pustaka

sekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin (Ife, dalam Suharto, 2002).

Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Hasil penelusuran secara historis, istilah peran berasal dari dunia teater yang berkembang pesat pada masa Yunani kuno ataupun Romawi. Dalam konteks teater ini, peran merujuk pada karakter yang disandang untuk dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas drama yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kelompok masyarakat.  Dengan demikian, peran memiliki makna suatu bagian yang kita mainkan pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri kita dengan keadaan. (Wolfman, 1992). Dalam perkembangannya, pemaknaan peran selalu dikaitkan dengan status yang disandang oleh seseorang ataupun kelompok terkait dengan statusnya dalam situasi kehidupan yang berbeda-beda. Statuspun dalam kenyataannya selalu terkait erat dan bahkan tidak bisa dipisahkan dengan istilah fungsi. Oleh karenanya, dalam setiap situasi sosial tertentu senantiasa dipasangkan antara peran dan fungsi sebagai suatu kesatuan normatif yang ideal.

Peran dan fungsi dalam konteks Pekerjaan Sosial selalu dimainkan dalam berbagai ranah dan konteks kehidupan sosial, sehingga seseorang atau sekelompok bisa dikatakan sebagai unit yang bisa menjalankan fungsi sosialnya dengan baik, jika telah menjalankan peran sesuai fungsinya. Demikian pula peristilah peran dan fungsi pendampingan sosial, akan merujuk kepada konteks pekerjaan sosial, mengingat, pendampingan sosial merupakan core bussines Pekerjaan Sosial. Banyak pendapat terkait penampilan peran sesuai fungsi yang tersemat pada masing status

Page 18: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

12 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

individu/kelompok. Hal demikian merupakan sebuah kewajaran, mengingat angle yang merupakan titik lihat masing-masing ahli yang berbeda.

Marjuki (2017)1 menyebutkan bahwa peran Pendamping dalam intervensi Pekerjaan Sosial meliputi peran sebagai: a). resource linker, b). motivator, edukator, dan peran sebagai e). fasilitator. Beberapa peran tersebut bisa ditampilkan manakala pendamping sosial menjalankan beberapa fungsi, seperti: a). fungsi preventif, b). fungsi kuratif, c). fungsi rehabilitative, serta fungsi pengembangan. Ke-empat fungsin tersebut merujuk pada konstelasi sosial tertentu. Untuk menampilkan peran pendamping sosial sesuai level fungsinya, Marjuki (2017) menyebutkan pentingnya kompetensi bagi pendamping sosial. Beberapa kompetensi tersebut meliputi’ a). intellectual skill, b). managerial skill, c). Social skill, serta d). intervention skill.

Dalam konteks pendampingan sosial, Suharto (2002) mendiskripsikan dan menjelaskan fungsi dan peran yang bisa dilakukan oleh Pekerja Sosial2. Beberapa fungsi dan peran yang diendoores oleh Suharto (2002) meliputi; a). fungsi konsultasi pemecahan masalah, 2.). Fungsi manajemen sumber dan c). fungsi pendidikan masyarakat. Pembagian ini sejalan dengan paradigma generalis yang ditawarkan oleh DuBois dan Miley (1992). Dalam paparannya, Suharto (2002) selain membagi fungsi pekerja sosial dalam tugas-tugas pendampingan, juga meletakkan dasar penempatan peran serta strategi yang dipilih dalam menjalankan pendampingan sosial.

1 Optimalisasi Peran Sumberdaya Manusia Kesejahteraan Sosial Dalam Pemanfaatan Sistem Sumber Kesejahteraan Sosial. Disampaikan pada saat diskusi penyusunan policy memo Staf Ahli Menteri Sosial Bidang Aksesibilitas Sosial, 30 Januari 2018 Di Salemba Raya No. 28, Jakarta.

2 Dalam makalah disajikan pada Pelatihan Pengembangan Masyarakat Bagi Pengurus Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Tingkat Propinsi se Indonesia, Pusdiklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat Depsos RI, Jl. Dewi Sartika No. 200, Jakarta, Rabu 28 Agustus 2002. 

Page 19: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

13Kajian Pustaka

Tabel 2.Fungsi, Peran dan Strategi Pekerja Sosial

Dalam Pendampingan Sosial

Fungsi Peran Strategi

Konsultasi Pemecahan Masalah

FasilitatorPembela

Pelindung

Penelitian dan Perencanaan

Manajemen Sumber FasilitatorBroker

Mediator

Aksi sosial

Pendidikan FasilitatorMediator

Pendidikan masyarakat

Sumber : Suharto (2002).

Penjelasan selanjutnya dari Tabel 2 diatas, dalam konteks pendampingan sosial, dapat dipahami sebagaimana narasi berikut ini3.

1). Konsultasi Pemecahan Masalah

Dalam konteks pendampingan sosial, konsultasi pemecahan masalah dapat diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai pilihan-pilihan dan mengidentifikasi prosedur-prosedur bagi tindakan-tindakan yang diperlukan. Konsultasi dilakukan sebagai bagian dari kerjasama yang saling melengkapi antara sistem klien dan pekerja sosial (pendamping sosial) dalam proses pemecahan masalah. Pekerja sosial membagi secara formal pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, sedangkan klien membagi pengalaman personal, organisasi atau kemasyarakatan yang pernah diperoleh semasa hidupnya. Dalam proses pemecahan masalah, pendampingan

3 Penjelasan ini diambil dari artikel Edi Suharto, Ph.D. yang disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Masyarakat Bagi Pengurus Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Tingkat Propinsi se Indonesia, 28 Agustus 2002 di Jakarta. 

Page 20: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

14 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

sosial dapat dilakukan melalui serangkaian tahapan yang biasa dilakukan dalam praktek pekerjaan sosial pada umumnya, yaitu: pemahaman kebutuhan, perencanaan dan penyeleksian program, penerapan program, evaluasi dan pengakhiran. 

2). Manajemen Sumber 

Pengertian manajemen di sini mencakup pengkoordinasian, pensistematisasian, dan pengintegrasian – bukan pengawasan (controlling) dan penunjukkan (directing). Pengertian manajemen juga meliputi pembimbingan, kepemimpinan, dan kolaborasi dengan pengguna atau penerima manfaat. Dengan demikian, tugas utama pekerja sosial dalam manajemen sumber adalah menghubungkan klien dengan sumber-sumber sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri klien maupun kapasitas pemecahan masalahnya. 

3). Pendidikan

Dalam pendampingan sosial, pendidikan beranjak dari kapasitas orang yang belajar (peserta didik). Pendidikan adalah bentuk kerjasama antara pekerja sosial (sebagai pendamping) dengan klien (sebagai murid dan peserta didik). Pengalaman adalah inti “pelajaran pemberdayaan”. Peserta didik adalah partner yang memiliki potensi dan sumber yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses saling ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Pekerja sosial dan klien pada hakikatnya dapat menjadi pendidik dan peserta didik sekaligus.

Mengacu pada Parsons, Jorgensen dan Hernandez (1994), ada beberapa peran pekerjaan sosial dalam pendampingan sosial. Lima peran di bawah ini sangat relevan diketahui oleh para pekerja sosial yang akan melakukan pendampingan sosial.

Page 21: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

15Kajian Pustaka

a). Sebagai fasilitator 

Dalam literatur pekerjaan sosial, peranan “fasilitator” sering disebut sebagai “pemungkin” (enabler). Keduanya bahkan sering dipertukarkan satu-sama lain. Barker (1987) memberi definisi pemungkin atau fasilitator sebagai tanggungjawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional. 

Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan asset-asset sosial, pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya (Barker, 1987).

Pengertian ini didasari oleh visi pekerjaan sosial bahwa “setiap perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh adanya usaha-usaha klien sendiri, dan peranan pekerja sosial adalah memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama (Parsons, Jorgensen dan Hernandez, 1994).

b). Sebagai Broker

Dalam pengertian umum, seorang broker membeli dan menjual saham dan surat berharga lainnya di pasar modal. Seorang beroker berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dari transaksi tersebut sehingga klien dapat memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Pada saat klien menyewa seorang broker, klien meyakini bahwa broker tersebut memiliki pengetahuan mengenai pasar

Page 22: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

16 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

modal, pengetahuan yang diperoleh terutama berdasarkan pengalamannya sehari-hari.

Dalam konteks pendampingan sosial, peran pekerja sosial sebagai broker tidak jauh berbeda dengan peran broker di pasar modal. Namun demikian, pekerja sosial melakukan transaksi dalam pasar lain, yakni jaringan pelayanan sosial. Pemahaman pekerja sosial yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan sosial di sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh “keuntungan” maksimal. Dalam proses pendampingan sosial, ada tiga prinsip utama dalam melakukan peranan sebagai broker:  

1. Mampu mengidentifikasi dan melokalisir sumber-sumber kemasyarakatan yang tepat.

2. Mampu menghubungkan konsumen atau klien dengan sumber secara konsisten.

3. Mampu mengevaluasi efektifitas sumber dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan klien. 

Peranan sebagai broker mencakup “menghubungkan klien dengan barang-barang dan jasa dan mengontrol kualitas barang dan jasa tersebut. Dengan demikian ada tiga kata kunci dalam pelaksanaan peran sebagai broker, yaitu: menghubungkan (linking), barang-barang dan jasa (goods and services) dan pengontrolan kualitas (quality control). Parsons, Jorgensen dan Hernandez (1994) menerangkan ketiga konsep di atas satu per satu:

• Linking adalah proses menghubungkan orang dengan lembaga-lembaga atau pihak-pihak lainnya yang memiliki sumber-sumber yang diperlukan. Linking juga tidak sebatas hanya memberi petunjuk kepada orang mengenai sumber-sumber yang ada. Lebih

Page 23: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

17Kajian Pustaka

dari itu, ia juga meliputi memperkenalkan klien dan sumber referal, tindak lanjut, pendistribusian sumber, dan meenjamin bahwa barang-barang dan jasa dapat diterima oleh klien.

• Goods meliputi yang nyata, seperti makanan, uang, pakaian, perumahan, obat-obatan. Sedangkan services mencakup keluaran pelayanan lembaga yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan hidup klien, semisal perawatan kesehatan, pendidikan, pelatihan, konseling, pengasuhan anak.

• Quality Control adalah proses pengawasan yang dapat menjamin bahwa produk-produk yang dihasilkan lembaga memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. Proses ini memerlukan monitoring yang terus menerus terhadap lembaga dan semua jaringan pelayanan untuk menjamin bahwa pelayanan memiliki mutu yang dapat dipertanggungjawabkan setiap saat.

c). Sebagai Mediator 

Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Lee dan Swenson (1986) memberikan contoh bahwa pekerja sosial dapat memerankan sebagai “fungsi kekuatan ketiga” untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya. 

  Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam melakukan peran mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam resolusi konflik. Dalam mediasi, upaya-upaya yang dilakukan pada hakekatnya diarahkan untuk mencapai “solusi menang-menang” (win-win solution). Hal ini berbeda dengan peran sebagai pembela dimana bantuan

Page 24: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

18 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

pekerja sosial diarahkan untuk memenangkan kasus klien atau membantu klien memenangkan dirinya sendiri. 

d). Sebagai Pembela 

Dalam pendampingan sosial, seringkali pekerja sosial harus berhadapan sistem politik dalam rangka menjamin kebutuhan dan sumber yang diperlukan oleh klien atau dalam melaksanakan tujuan-tujuan pendampingan sosial. Manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit dijangkau oleh klien, pekeja sosial harus memainkan peranan sebagai pembela (advokat). Peran pembelaan atau advokasi merupakan salah satu praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik (Susantyo, 2007).

 Peran pembelaan dapat dibagi dua: advokasi kasus (case advocacy) dan advokasi kausal (cause advocacy) (DuBois dan Miley, 1992; Parsons, Jorgensen dan Hernandez, 1994). Apabila pekerja sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual, maka ia berperan sebagai pembela kasus. Pembelaan kausal terjadi manakala klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat.  Rothblatt (1978) memberikan beberapa model yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan peran pembela dalam pendampingan sosial: 

• Keterbukaan – membiarkan berbagai pandangan untuk didengar.

• Perwakilan luas – mewakili semua pelaku yang memiliki kepentingan dalam pembuatan keputusan.

• Keadilan – memiliki sesuah sistem kesetaraan atau kesamaan sehingga posisi-posisi yang berbeda dapat diketahui sebagai bahan perbandingan.

• Pengurangan permusuhan – mengembangkan sebuah

Page 25: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

19Kajian Pustaka

keputusan yang mampu mengurangi permusuhan dan keterasingan.

• Informasi – menyajikan masing-masing pandangan secara bersama dengan dukungan dokumen dan analisis.

• Pendukungan – mendukung patisipasi secara luas.

• Kepekaan – mendorong para pembuat keputusan untuk benar-benar mendengar, mempertimbangkan dan peka terhadap minat-minat dan posisi-posisi orang lain.

e). Sebagai Pelindung 

Tanggungjawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh hukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk menjadi pelindung (protector) terhadap orang-orang yang lemah dan rentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindung (guardian role), pekerja sosial bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan populasi yang berisiko lainnya. Peranan sebagai pelindung mencakup penerapan berbagai kemampuan yang menyangkut: (a) kekuasaan, (b) pengaruh, (c) otoritas, dan (d) pengawasan sosial (Susantyo, 2007).

Pengembangan Kapasitas

Keseluruhan peran pendamping dalam menjalankan tugas pendampingan akan terjalankan dengan baik jika memiliki kompetensi yang memadai. Oleh karena pengembangan kompetensi pendamping sosial ini idealnya senantiasa terus menerus dilakukan updating bahkan upgrading. Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan salah satunya melalui pengembangan kapasitas (capacity building), sebagai contoh melalui pelatihan. Pengembangan kompetensi jenis ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian Pendamping Sosial.

Page 26: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

20 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Pengembangan kapasitas (capacity building) dapat dilakukan melalui beragam cara, seperti halnya melalui kegiatan diklat, bimbingan teknis, workshop dan semacamnya. Namun demikian, acapkali niatan pengembangan kapasitas ini menjadi kurang optimal, karena ada indikasi bahwa penempatan sumber daya manusia kurang memerhatikan kompetensi dan kualitas tenaga dimaksud. Idealnya tenaga yang ditempatkan pada posisi tertentu telah memiliki kapasitas dan kompetensi sesuai dengan jabatannya.

Istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata “training” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah akar kata “training” adalah “train”, yang berarti: (1) memberi pelajaran dan praktik (give teaching and practice), (2) menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause to grow in a required direction), (3) persiapan (preparation), dan praktik (practice) (Mustofa Kamil. 2010: 3). Sedangkan Roger Buckley and Jim Caple (2004) menjelaskan bahwa:“Training is a planned and systematic effort to modify or develop knowledge/skill/attitude through learning experience, to achieve effective performance in an activity or range of activities. Its purpose, in the work situation, is to enable an individual to acquire abilities in order that he or she can perform adequately a given task or job”.

Namun demikian, pelatihan bisa juga dilihat sebagai elemen khusus atau keluaran dari suatu proses pendidikan yang lebih umum. Peter mengemukakan; “Konsep pelatihan bisa diterapkan ketika (1) ada sejumlah jenis keterampilan yang harus dikuasai, (2) latihan diperlukan untuk menguasai keterampilan tersebut, (3) hanya diperlukan sedikit penekanan pada teori”. Moekijat dalam Mustofa Kamil (2010: 11) mengatakan bahwa tujuan umum pelatihan adalah untuk:

1. Mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.

Page 27: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

21Kajian Pustaka

2. Mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.

3. Mengembangkan sikap, sehingga dapat menimbulkan kemauan untuk bekerjasama.

Sedangkan menurut Marzuki dalam Mustofa Kamil (2010: 11) mengatakan ada tiga tujuan pokok yang harus dicapai dengan pelatihan, yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan organisasi.

2. Memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan dan dalam keadaan yang normal serta aman.

3. Membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugasnya.

Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan dilakukan melalui jalur pelatihan klasikal dan nonklasikal. Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan klasikal melalui proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas, paling kurang melalui pelatihan, seminar, kursus, dan penataran. Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan nonklasikal dilakukan paling kurang melalui e-learning, bimbingan di tempat kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antara Pendamping Sosial.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diterjemahkan bahwa, pelatihan adalah upaya terencana dan sistematis untuk mengubah atau mengembangkan pengetahuan/ keterampilan / sikap melalui pengalaman belajar, untuk mencapai kinerja yang efektif dalam suatu kegiatan atau berbagai kegiatan. Tujuannya, dalam situasi kerja, adalah untuk memungkinkan seorang individu untuk memperoleh kemampuan agar ia dapat melakukan cukup tugas yang diberikan atau pekerjaan. Pelatihan biasanya diasosiasikan pada mempersiapkan seseorang dalam melaksanakan suatu peran atau tugas, biasanya dalam dunia kerja. Berdasarkan

Page 28: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

22 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

beberapa pengertian pendidikan dari para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa, pelatihan merupakan usaha sadar dan terencana dalam mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui proses pembelajaran untuk menunjang tugas dan peran pekerjaannya.

Dari beberapa tujuan yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pelatihan bertujuan untuk mengembangkan keahlian, pengetahuan, sikap, dan dapat memenuhi dan membantu kebutuhan organisasi. Sedangkan pengertian pendidikan dan pelatihan atau disingkat diklat adalah proses penyelenggaraan belajar dan mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketrampilan SDM kesejahteraan sosial.

Beberapa pelatihan (diklat) bagi para Pendamping Sosial sudah tersedia di Unit pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kementerian Sosial RI. Beberapa jenis diklat tersebut meliputi:

1. Diklat Konselor Adiksi

2. Diklat Manajemen Kessos bagi Pengelola LKSA

3. Diklat PEKSOS Pendamping NAPZA

4. Diklat Peksos Pendamping Perempuan Korban Tindak Kekerasan

5. Diklat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

6. Diklat Penanganan DAYCARE dan HOMECARE LANSIA

7. Diklat Pendamping Anak Berhadapan Dengan Hukum

8. Diklat Pendamping KUBE PKH

9. Diklat Pendamping Sosial bagi TKSM

10. Diklat Perlindungan Anak

11. Diklat FDS PKH.

Proses pembelajaran diklat memerlukan adanya komponen komponen yang mempunyai tujuan agar pembelajaran itu berjalan

Page 29: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

23Kajian Pustaka

efektif dengan output yang aplikatif terhadap permasalahan sosial di masyarakat. Komponen-komponen tersebut antara lain:

1. Sumber Daya Manusia (SDM), meliputi : Penyelenggara Diklat, Tenaga pengajar/fasilitator/widyaswara dan Peserta Diklat

2. Kurikulum, Kurikulum diklat disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan diklat yaitu setelah diketahui jenis dan jenjang diklat yang dibutuhkan. Kurikulum berisi tentang mata ajar yang diberikan, alokasi waktu, bobot/alokasi waktu untuk setiap mata ajar atau kegiatan serta penentuan terhadap mata ajar yang termasuk mata ajar pokok, penunjang dan tambahan.

3. Metode Pembelajaran

4. Adapun metode-metode yang bisa digunakan, diantaranya: Ceramah dan tanya jawab, Curah pendapat (brainstorming), Diskusi kelompok, pleno dan presentasi, Studi kasus, Penugasan/uji coba, Role Playing dan Game.

5. Waktu Pelaksanaan, Jumlah jam latihan setiap hari yang ideal paling banyak 10 jam latihan (jamlat) dengan alokasi waktu setiap jamlat 45 menit. Dengan waktu pembelajaran yang efektif adalah antara 08.00-17.00 WIB.

6. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)/Orientasi Lapangan (OL)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen penyelenggaraan diklat adalah SDM, kurikulum, metode, waktu dan pelaksanaan PKL. Komponen-komponen tersebut saling berkesinambungan antara komponen satu dengan komponen lainnya.

Page 30: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

24 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

HASIL PENELITIANBab

IIII. KOTA TARAKAN, KALIMANTAN UTARA

A. GAMBARAN UMUM

1. Geografis

Kota Tarakan adalah salah satu dari 5 (lima) kabupaten/kota di Provinsi Kalimatan Utara, yaitu Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan,Kota Tarakan dan Kabupaten Tana Tidung. Kota Tarakan  adalah kota terbesar di Kalimantan Utara, sekaligus kota terkaya ke-17 di Indonesia. Terdiri dari 2 (dua) pulau, yaitu Pulau Tarakan dan Pulau Sadau dengan luas wilayah mencapai 657,33 km².

Kota Tarakan terbagi atas 4 Kecamatan dan 20 kelurahan, yaitu Kecamatan  Tarakan Barat, Kecamatan  Tarakan Tengah, Kecamatan  Tarakan Timur dan Kecamatan  Tarakan Utara. Adapun batass-batas wilayahnya sebagai berikut : sebelah utara dengan Pulau Bunyu, Kabupaten  Bulungan, sebelah selatan dengan Kecamatan Sesayap dan Sekatak, Kabupaten Bulungan, sebelah barat dengan Kecamatan  Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan, dan sebelah timur dengan Laut Sulawesi.

Kota Tarakan atau juga dikenal sebagai  Bumi Paguntaka, berada pada sebuah pulau kecil. Semboyan dari  kota

Page 31: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

25Hasil Penelitian

Tarakan  adalah Tarakan Kota  «BAIS»  (Bersih, Aman, Indah, Sehat dan Sejahtera). Tarakan menurut cerita rakyat berasal dari bahasa tidung “Tarak” (bertemu) dan “Ngakan” (makan) yang secara harfiah dapat diartikan “Tempat para nelayan untuk istirahat makan, bertemu serta melakukan barter hasil tangkapan dengan nelayan lain. Selain itu Tarakan juga merupakan tempat pertemuan arus muara Sungai Kayan, Sesayap dan Malinau.

Kota Tarakan menempati urutan ke-17 dengan nilai DBH SDA  sebesar Rp  454,55 miliar. Tarakan tetap menempati posisi ke-17 sebagai yang terkaya dari DBH SDA 2014, dengan jatah Rp 722,77 miliar. Penyumbang dominan SDA ini berhasal dari hasil perikanan dan gas bumi. Dengan hasil kekayaan alam ini, tentu dapat memberikan predikat kepada Kota Tarakan untuk masuk ke dalam daftar 20 kabupaten/kota terkaya di Indonesia.

(BPS Kota Tarakan, 2016; Irfan, 2017, 2015; PROKAL.CO, 2017, 2016, 2015).

2. Demografis

Berdasarkan data yang ada pada hasil  Sensus Penduduk  2010, jumlah penduduk  Kota Tarakan  mencapai 193.069 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 101.464 jiwa dan perempuan berjumlah 91.605 jiwa.

Kota Tarakan, didiami oleh suku asli Tidung. Dalam perkembangannya, dihuni pula oleh suku-suku lain seperti, Suku Dayak, Banjar, Jawa, Bugis, Batak, Toraja, Tionghoa, dan lain-lain. Pemeluk agama terbesar adalah Islam disamping Kristen Protestan, Budha, Katolik dan Hindu. Berbagai suku dan agama yang ada di Kota Tarakan tersebut memberikan kontribusi terhadapkekayaan budaya masyarakat, baik dalambentuk aktivitas, barang maupun jasa (Irfan, 2017, 2015; PROKAL.CO, 2017, 2016, 2015).

Page 32: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

26 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

3. Sosiogafis

Tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Tarakan mulai membaik dibanding pada 2014 lalu. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tarakan, jumlah penduduk miskin pada 2014 lalu sebanyak 7 persen dari total jumlah penduduk. Namun demikian, sebagai barometer kemajuan pembangunan di Kalimantna Utara, angka kemiskinan dan pengangguran di Kota Tarakan tergolong masih tinggi.

Dinamika kemiskinan dapat dilihat, pada 2015, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan mencapai 2 persen, yakni menjadi 5,11 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tarakan, jumlah warga miskin pada Maret 2014 sebanyak 17.660 atau 6,9 persen dari penduduk Tarakan 2015, mengalami penurunan 2,57 persen, menjadi 11.910 jiwa. Sementara angka pengangguran pada Maret 2014 mencapai 6.736 jiwa atau 6,9 persen. Di bulan yang sama tahun 2015, berkurang menjadi 5.841 jiwa.

Pada tahun 2016 kembali naik menjadi 5,17 persen. Kabupaten Nunukan, Tana Tidung dan Kota Tarakan juga mengalami kenaikan masing-masing menjadi 9,51 persen, 10, 21 persen dan 7,90 persen dari tahun sebelumnya.  Sedangan di Kabupaten Malinau dan Kabupaten Bulungan, jika tahun 2013 presentase angka kemiskinan di daerah yang cukup terkenal dengan program Gardema tersebut sebesar 11,68 persen, tahun 2014 malah turun menjadi 10,48 persen. Sampai dengan Mei 2017, data penduduk miskin di Tarakan berjumlah 17.660 dari total jumlah penduduk sekitar 247.663 jiwa.

Selain kemiskinan, permasalahan sosial, atau permasalahan yang berdampak sosial di Kota Tarakan, adalah penggurang yang cukup tinggi, rumah tidak huni yang indikasinya belum teraliri listrik, dan kerusakan lingkungan. Akibat kerusakan

Page 33: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

27Hasil Penelitian

hutan dan lingkungan, Kota Tarakan kini dihadapkan pada persoalan serius, yakni krisis air bersih. Jika tidak ada hujan selamadua pekan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat langsung mengalami kesulitan mendapat bahan baku air dari Sungai Kampung Bugis. Bahkan, warga setempat terpaksa antre untuk membeli air dari pengecer dengan harga Rp 5.000-Rp 10.000 per kubik.

Makin sempitnya alur Sungai Kampung Bugis akibat padatnya permukiman di sepanjang bantaran sungai tersebut, juga membuat ketersedian airnya menjadi berkurang. Banjir menjadi masalah yang hingga saat ini masih harus mendapat perhatian dari pemerintah kota Tarakan. Selain karena curah hujan tinggi,  banjir juga disebabkan air pasang. Drainase yang sempit akan semakin memperparah banjir.  Dari pengamatan di lapangan saat ini beberapa jalan baru dibangun saluran air. Pembangunan yang bertepatan dengan musim hujan ini tentunya memperlambat proses pembangunan, dan memfungsingkan drainase.

Tantangan dan persoalan lingkungan hidup di awal otonomi daerah, pertama adalah rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kedua, bencana alam, banjir dan tanah longsor akibat degradasi lahan. Ketiga, masalah dalam pengelolaan sampah, buruknya sanitasi, kebersihan, dan keindahan. Keempat, kerusakan lingkungan pesisir, rusaknya ekosistem mangrove dan abrasi (PROKAL.CO, 2017, 2016, 2015).

Di Kota Tarakan terdapat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), sebagaimana tampak pada tabel berikut :

Page 34: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

28 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Tabel 3.Jenis PMKS di Kota Tarakan

NO PMKS Jumlah

1 Anak Dengan Kecacatan (ADK) 126

2 Lanjut usia telantar 403

3 Orang Dengan Kecacatan (ODK) 345

4 Tuna Sosial 115

5 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 788

6 Fakir Miskin 5.587

7 Anak Telantar 26

8 Eks Napi 23

Sumber : Dinsos dan PM, 2018.

Berdasarkan data tersebut, PMKS di Kota Tarakan cukup banyak, terutama fakir miskin dan perempuan rawan sosial ekonomi. Situasi tersebut tentu akan menjadi beban Pemerintah Daerah Kota Tarakan. Terlebih berdasarkan cacatan Dinsos dan PM Kota Tarakan, ABPD II pada tahun 2018 untuk bidang sosial masih sangat terbatas.

4. Kebijakan Sosial Daerah

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)  Kalimantan Utara  telah meletakkan dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) yang menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 

Ketika masuk Renstra, praktis sudah ada penganggaran oleh tiap SKPD. Kebutuhan rumah layak huni bagi masyarakat miskin Dinas PUPR Perkim. Rumah tangga miskin yang belum memiliki alat penerangan bersumber dari listrik, itu sudah diprogramkan melalui ESDM.

Page 35: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

29Hasil Penelitian

Per tahun penambahan penduduk di Kota Tarakan 10 hingga 12 ribu, sejauh ini tercatat 253 ribu penduduk. Dalam hal ini harus diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Strategi penanggulangan pengagguran dilakukan dengan menggelar job fair, dalam upaya memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.     Setahun dilaksanakan 6 kali job fair supaya orang itu punya pendapatan, jangan jadi orang miskin.

Program pengentasan kemiskinan ada sekitar 10 program antara lain keluarga harapan, KUBE (kelompok usaha bersama) dan rutilahu (rumah tinggal layak huni), baik diinisiasi oleh Pusat maupun inisiatif daerah. Program-program tersebut yang langsung menyentuh ke masyarakat.

Kemudian, program berbasis website buatan Pemerintah Kota Tarakan, yakni, Sistem Informasi Manajemen Penanggulangan Kemiskinan (SIMANIS). Program ini dalam upaya memverifikasi dan validasi pendataan masyarakat miskin, sehingga diperoleh data kemiskinan yang valid (Irfan, 2017, 2015; PROKAL.CO, 2017, 2016, 2015; Antara.news, 2016).

B. Peran Dan Fungsi Pendamping Sosial

1. Identitas Responden/Informan

Responden dalam penelitian ini adalah pendamping sosial berjumlah 10 orang. Kemudian sebagai informan adalah Petugas Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tarakan berjumlah 3 (tiga) orang, Lembaga Kesejahteran Sosial Anak (LKSA) berjumlah satu orang dan Kelompok Penerima Manfaat (KPM berjumkah 6 (enam) orang.

a. Pendamping Sosial

1) Umur

Semua pendamping sosial masuk dalam kelompok usia produktif. Sembilan orang pada usia 27- 35

Page 36: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

30 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

tahun dan satu orang pada usia 46 tahun. Data ini menggambarkan, bahwa pada umumnya pendamping sosial memiliki kondisi fisik (kesehatan) yang baik; memiliki sikap mental yang tinggi (motivasi, semangat kerja, cita-cita, idealisme), yang akan memberikan penagruh pada peran dan fungsinya dalam memberikan pendampingan sosial. Berdasar kondisi ini, maka mereka mampu memberikan informasi yang bernar obyektif.

2) Jenis kelamin

Dari sisi jenis kelamin, 4 (empat) orang laki-laki dan 6 (enam) orang perempuan. Data ini menggambarkan, bahwa ada keterwakilan pada dua jenis kelamin dengan proporsi lebih besar perempuan. Keterwakilan jenis kelamin responden tersebut menggambarkan, bahwa informasi yang diperoleh dalam penelitian ini tidak bias gender.

3) Status

Dari sisi status, sebagian besar (8 orang) berstatus sudah menikah, dan 2 (dua) orang belum menikah. Status tersebut akan memengaruhi pelaksanaan peran. Apabila mampu mengelola dengan baik tanggung jawanya sebagai pendamping sosial sekaligus tanggung jawabnya sebagai suami/isteri, maka mereka dapaat melaksanakan pendamping dengan baik.

4) Pendidikan

Dari sisi pendidikan, sebagian besar (8 orang) berpendidikan sarjana,dan 2 (dua) orang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Mereka yang pendidikan sarjana dari berbagai jurusan, yaitu 3 (tiga) orang jurusan ekonomi, dan masing-masing satu orang

Page 37: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

31Hasil Penelitian

jurusan psikologi, agama islam, apoteker, pendidikan dan bahasa inggris. Data ini menggambarkan, bahwa pendidikan pendamping sosial dapat dikatakan tinggi, sehingga informasi secara obyektif.

5) Kesesuaian pendidikan dengan tugas

Dari sisi kesesuaian pendidikan dengan tugas, maka menurut 9 (sembilan) orang pendamping sosial, tidak kesesuaian antara pendidikan dngen bidang tugasnya. Sebagaimana diuraikan pada aspek pendidikan, mereka yang berpendidikan sarjana, hanya satu orang dari jurusan ilmu sosial (psikologi). Kemudian mereka yang berpendidikan SMA, dua-duanya dari SMA IPA. Meskipun demikian, mereka telah mengikuti pelatihan tentang pendamping sosial, dan berpengalaman dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Hal ini menjadikan mereka mampu memberikan informasi yang benar terkait dengan pendamping sosial.

6) Daerah asal

Dari sisi asal daerah, 6 (enam) orang berasaldari Tarakan, dan 4 (empat) orang berasal dari luar Kota Tarakan (Jawa Timur 2 orang, Sulsel 1 orang dan Jawa Tengah 1 orang). Bagi pendamping yang berasal dari luar Kota Tarakan, mereka sudah lebih dua tahun tinggal di Kota Tarakan, sehingga sudah beradaptasi dengan kultur dan situasi masyarakat di Kota Tarakan. Selain itu, selama di Kota Tarakan mereka lebih dua tahun terlibat dalam kegiatan pendamping sosial.

7) Mulai menjadi pendamping

Dari sisi lama menjadi pendamping sosial, sebanyak 3 (tiga) orang menjadi pendamping sosial kurang dari 2 (dua) tahun, dan 7 (tujuh) orang lebih dari

Page 38: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

32 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

3 (tiga) tahun. Pengalaman kerja ini tentu sudah banyak memberikan pengetahuan bagi pendamping sosial; sehingga mereka dapat menjelaskan pengalamannya dengan baik.

8) Insentif

Dari sisi insentif, sebanyak 7 (tujuh) orang memperoleh insentif dengan jenis honor, dan 3 (tiga) orang dengan jenis tali asih. Besarnya honor lebih dari Rp 2 juta rupiah, dan besarnya tali asih antara 250 ribu sampai satu juta rupiah. Meskipun ada perbedaan yang signifikan dari sisi insentif yang diterima, namun mereka tetap melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai pendamping sosial.

9) Honorarium dari tugas lain

Dari sisi honorarium dari sumber lain, sebanyak 7 (tujuh) orang menerima honor dari kegiatan lain, tetapi tidak diterima per kegiatan/ bukan per bulan sebesar 500 ribu rupiah. Sedangkan 3 (tiga) orang yang lain tidak menerima honor/insentif dari sumber lain. Sebagaimana dikemukakan di atas, mereka tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendamping sosial, tanpa melihat besarnya insentif.

10) Peralatan kerja

Dari sisi peralatan kerja, sebanyak 6 (enam) orang memperoleh sarana kerja. Dua orang dalam bentuk alat tulis kantor/buku catatan, satu orang dalam bentuk sepeda motor dan dua orang dalam bentuk laptop. Sebagaimana dikemukakan di atas, mereka tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendamping sosial, tanpa melihat sarana kerja yang diterimanya.

Page 39: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

33Hasil Penelitian

11) Pengalaman bekerja/aktivitas

Pendamping sosial telah memiliki pengalaman bekerja/aktivitas di bidang kesejahteraan dengan Kementerian Sosial, Dinas Sosial provinsi dan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tarakan lebih dari dua kali. Selain bekerja bersama instansi tersebut, proses bekerja sambil belajar antar mereka, telah memberikan pengaruh positif terhadap pelaksanaan tugas pendamping sosial.

12) Diklat/bintek yang pernah diikuti

Dari sisi diklat/bintek/bintap yang pernah diikuti, sebanyak 5 (lima) orang pernah mengikuti satu kali, 4 (empat) orang mengikuti dua kali dan satu orang mengikuti tiga kali. Proses bekerja sambil belajar antar mereka, dan bimbingan secara informl dari instansi sosial provisi maupun kota, telah memberikan pengaruh positif terhadap pelaksanaan tugas pendamping sosial.

b) Instansi Sosial

Informan pada Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, yaitu Seksi Rehabilitasi Sosial, Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial, serta Seksi Penanggulangan Fakir Miskin.

c) Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)

Informan dari Lembaga Kesejahteraan Sosial, yaitu satu orang dari Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Putri Melati di bawah Aisyah-Kota Tarakan.

d) Kelompok Penerima Manfaat (KPM)

Informan Kelompok Penerima Manfaat (KPM), sebanyak 5 (lima) orang dari Program KUBE dan PKH. Seluruh informan adalah perempuan

Page 40: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

34 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

2) Pelaksanaan Pendampingan

a) Peran Pendamping

Ada empat peran pendamping sosial dalam melakukan pendampingan sosial kepada KPM, yaitu penjalin sumber, motivator, pendidik dan fasilitator.

1) Penjalin sumber

Peran ini dilaksanakan melalui kegiatan : (1) memberi informasi kepada KPM yang berhubungan dengan kebijakan dan program PKH, (2) Konsultasi dan menerima saran KPM, (3) menjalinkan sumber dari pemerintah/Kementerian Sosial kepada KPM, (4) menjalinkan KPM dengan lingkungan sosial/tetangga, dan (5) menjalin kerjasama dengan pihak terkait untuk tindaklanjut pelayanan bagi KPM. Dari 10 orang responden, kegiatan sebanyak (6 orang) responden memberikan jawaban nomor (1).

2) Motivator

Peran ini dilaksanakan melalui kegiatan: (1) memotivasi KPM agar memenuhi kewajiban dan komitmen terkait dengan pendidikan dan kesehatan bagi anak-anaknya, (2) memberi semangat agar KPM semangat mengelola usahanya, (3) memberikan edukasi dan memantau KPM, dan (4) memotivasi klien aktif mengikuti kegiatan agama/spiritual. Dari 10 orang responden 7 (tujuh) orang memberikan jawaban nomor (1).

3) Pendidik

Peran ini dilaksanakan melalui kegiatan: (1) memberikan bimbingan spirtualitas kepada KPM, (2) FDS merupakan wadah pengembangan pengetahuan peserta PKH di bidang ekonomi, kesehatan dan

Page 41: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

35Hasil Penelitian

pendidikan, (3) memberikan bimbingan pengelolaan pendapatan, pembagian hasil usaha dan pembukuan, dan (4) mengarahkan KPM berpikir positif, terarah dan lebih baik, dan megutamakan kepentingan anak. Dari 10 orang responden 5 (lima) orang memberikan jawaban nomor (2).

4) Fasilitator

Peran ini dilaksanakan melalui kegiatan: (1) melakukan mediasi, edukasi, advokasi dan fasilitasi kepada KPM untuk mendapatkan bantuan, (2) memfasilitasi layanan bagi KPM, dan (3) melalukan pendekatan ke instansi terkait berhubungan dengan pemasaran produk. Dari 10 orang responden 5 (lima) orang memberikan jawaban nomor (1).

Berdasarkan jawaban yang disampaikan oleh pendamping sosial terkait dengan empat peran, menunjukkan bahwa pendamping sosial telah melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Meskipun demikian, terdapat jawaban atau informasi yang tempatnya belum tepat/sesuai dengan informasi yang diharapkan.

Pengetahuan (teoretis) terkait dengan peran pendamping sosial ini penting, sebagai dasar dalam melakukan intervensi sosial. Oleh karena itu, terkait dengan peran pendamping sosial ini, diperlukan pemahaman yang tepat. Apabila pendamping sosial memiliki pemahaman yang tepat, sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan peran ketika mendampingi KPM.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dinsos dan PM) Kota Tarakan, bahwa pendamping sosial telah melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Ditegaskan, bahwa eksistensi

Page 42: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

36 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

pendamping sosial sebagai ujung tombak Dinsos dan PM dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Namun demikian Dinsos dan PM mengakui, bahwa masih ada permasalahan yang berhubungan dengan pemahaman pelaksanaan pendampingan sosial. Sehubungan dengan itu, Dinsos dan PM Kota Tarakan secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanan tugas pendamping sosial. Hasil dari monitoring dan evaluasi dimanfaatkan untuk perbaikan kegiatan pendampingan sosial di masa akan datang.

Eksistensi pendamping sosial juga diakui dan diterima oleh LKS setempat. Menurut pengelola salah satu LKS di Kota Tarakan, keberadaan pendamping sosial sangat membantu pelaksanaan tugas LKS. Permasalahan yang dihadapi oleh LKS, terkait dengan pemenuhan kebutuhan KPM (anak) dapat diatasi dengan fasilitasi dari pendamping sosial. Selain terkait dengan pemenuhan kebutuhan, pendamping sosial juga mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan persoalan hukum (pada anak yang berhadapan dengan hukum) yang ada di LKS.

Kemudian, menurut KPM bahwa pendamping sosial sudah dikenal dengan baik. Para KPM sering bertemu dengan pendamping, dan keberadaan pendamping sosial tersebut telah memberikan manfaat bagi mereka. Pendamping sosial memberikan informasi dan bimbingan, serta memfasilitasi dan mambantu mengatasi masalah yang dihadapi KPM terkait dengan pendidikan anak, kesehatan, ekonomi dan sosial. Bagi para KPM, keberadaan pendamping sosial sebagai sumber infomasi dan tempat mengadukan permasalahan yang dihadapi. Ditegaskan oleh seorang KPM, bahwa pendamping sosial telah memberikan

Page 43: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

37Hasil Penelitian

waktu dan tenaganya, serta membagi ilmunya dengan sabar kepada PKM.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pendamping sosial telah melaksanakan peran dengan baik. Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seorang pendamping sosial sesuai dengan kedudukannya. Peran menentukan apa yang harus diperbuat pedamping sosial bagi KPM, serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan KPM kepadanya. Pada penelitian ini, ada 4 (empat) peran pendamping sosial, yaitu penjalin sumber, motivator, pendidik dan fasilitator. Ketika peran dan fungsi yang melekat pada diri seorang pendamping sosial dapat diimplementasikan dengan baik, maka program dan kegiatan yang menjadi arena praktik pendamping sosial akan mencapai tujuan secara optimal (Rahmawati, 2017; Rohman, 2017; Dirgantari, 2016; Zufri, 2014).

b) Kegiatan

Kegiatan pendampingan sosial dikelompokkan menjadi kegiatan berikut:

1) Preventif

Kegiatan yang bersifat preventif, yaitu (1) penyuluhan sosial kepada masyarakat, (2) melaporkan kepada dinas sosial apabila ada calon KPM, (3) dan memberikan edukasi, sosialisasi dan motivasi kepada KPM. Dari 10 orang responden 7 (tujuh) orang memberikan jawaban nomor (3).

2) Kuratif/Rehabilitaif

Kegiatan yang bersifat kuratif/rehabilitatif, yaitu (1) mengatasi anak putus sekolah, (2) membantu KPM memperoleh pelayanan kesehatan, (3) memfasilitasi anak KPM yang berhadapan dengan hukum, (4)

Page 44: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

38 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

memberikan teguran keras kepada KPM yang melanggar komitmen, (5) memberkan motivasi kepada KPM, dan (6) memberikan konseling (mengatasi tekanan psikologis) kepada KPM. Dari 10 orang responden 5 (lima) orang memberikan jawaban nomor (1).

3) Pengembangan

Kegiatan yang bersifat pengembangan, yaitu (1) mendampingi KPM dalam mengelola usaha ekonomi, (2) memberikan penyuluhan dan motivasi KPM, dan (3) sosialiasi program pengembangan melalui FDS. Dari 10 orang responden 5 (lima) orang memberikan jawaban nomor (1).

Berdasarkan jawaban yang disampaikan pendamping sosial terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan, menunjukkan bahwa sebagian besar pendamping sosial sudah memberikan jawaban yang tepat terkait dengan kegiatan preventif, kuratif/rehabilitatif dan pengembangan. Informasi yang disampaikan pendamping sosal tersebut menggambarkan, bahwa pengetahuan teoretis maupun praktis pendamping sosial terkait pendampingan sosial sudah cukup memadai.

Selain menggambarkan pengetahuan (knowledge or intelectual skill) pendamping sosial, kegiatan pendamping sosial pada ranah preventif, kuratif/rehabilitasif dan pengembangan, juga menggambarkan keterampilan yang dikuasai oleh pendamping sosial, baik keterampilan manajerial (managerial skill) maupun keterampilan teknis (technical or intervention skill).

Pada setiap arena intervensi sosial memerlukan metode, pendekatan, strategi dan teknik-teknik yang

Page 45: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

39Hasil Penelitian

berbeda-beda, terlebih pada sasaran (KPM) yang berbeda-beda. Selain keterampilan manajerialdan keterampilan teknis, pada setiap arena pendampingan sosial tersebut memerlukan sikap dan nilai yang berbeda-beda pula. Berkenaan dengan itu, maka pendamping sosial memerlukan hubungan yang baik (social skill). dengan berbagai pihak atau sistem sumber. Berdasarkan data yang berhubungan dengan jenis-jenis kegiatan, maka pendamping sosial sudah menyiapkan diri menguasai kompetensi atau kapasitas yang diharapkan.

Kompetensi yang memadai akan memengaruhi produktivitas atau hasil kerja seseorang. Seseorang yang memiliki kompetensi yang baik, maka produktivitas dan hasil kerjanya akan tinggi, atau sebaliknya. Pada kerangka ini, maka kompetensi atau kapasitas pendamping sosial merupakan faktor penting dan menentukan implementasi dan hasil atau produktivitas program dan kegiatan. Pendamping sosial dapat melaksanakan perannya dengan baik pada setiap kegiatan (preventif, kuratif/rehabilitatif dan pengembangan), karena pendamping sosial tersebut memiliki kompetensi yang baik (Marjuki, 2017; Bagia dan Susila, 2016; Budianto, 2013; Pratama; Mulyadi, 2010).

c) Keberfungsi sosial

Keberfungsian sosial dilihat dari kemampuan KPM dalam memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, mengoptimalkan potensi dan menjalankan peran. Menurut pendamping sosial, setelah menerima program terjadi perubahan pada KPM sebagai berikut :

Page 46: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

40 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

1) Mampu memenuhi kebutuhan pokok

Pada program PKH, KPM dapat memenuhi kebutuhan pokok (makan), pendidikan dan kesehatan setelah menerima program dari pemerintah.Pada program ASLUT dan ASODKB dapat memenuhi kebutuhan mak. Pada PKSA anak-anak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan; dan pada KUBE,KPM dapat memenuhi kebutuhan pokok dan pendidikan anak.

2) Mampu memecahkan masalah

Pada program PKH, KPM dalam mengatasi masalah kesehatan, anak putus sekolah dan beban pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Pada program ASLUT dan ASODKB, KPM dapat mengatasi beban pengeluaran; dan pada pogram KUBE, KPM dapat mengatasi masalah kekurangan modal usaha.

3) Mampu mengoptimalkan potensi

Pada program PKH dan KUBE, KPM dapat mengembangkan potensinya, antara lain membuat kue-kue, dan mengelola usaha ekonomi. Sedangan pada program ASLUT dan ASODKB, tidak memungkinkan untuk mengoptimalkan potensi KPM.

4) Mampu melaksanakan peran

Pada prorgam KUBE PKH dan KUBE FM, KPM melakukan kegiatan usaha ekonomi sebagai sumber nafkah keluarga. Selain itu, pada program PKH, KPM melaksanakan peran memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya; dan memeriksakan kesehatan ibu dan anak ke fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit).

Page 47: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

41Hasil Penelitian

Keberfungsian sosial merupakan konsep yang seringkali digunakan menjadi tujuan akhir dari praktik pekerjaan sosial atau indikator dari penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Di dalam keberfungsi sosial, ada empat kriteria atau komponen, yaitu (1) kemampuan KPM memenuhi kebutuhan pokok, (2) kemampuan KPM memecahkan masalah, (3) kemampuan KPM mengoptimalkan potensi dan (4) kemampuan KPM melaksanakan peran (Marjuki, 2017).

Ketika keberfungsi sosial dengan 4 (empat) komponen tersebut ditempatkan menjadi tujuan akhir atau indikator penyelenggaraan kesejahteraan sosial, maka setiap kegiatan termasuk pendampingan sosial – diarahkan untuk merealisasikan keberfungsian sosial tersebut. Oleh karena itu, bagi setiap pendamping sosial perlu memiliki pemahaman yang tepat mengenai konsep keberfungsian sosial ini, dan mampu menterjemahkan ke dalam dunia empiris. Berdasarkan pemahaman itu, maka pendamping sosial akan menyusun agenda kerja, sehingga setiap kreteria pada konsep keberfungsian sosial dapat dicapai secara rasional.

Dikemukakan oleh para pendamping sosial, bahwa mereka telah memiliki informasi mengenai perubahan-perubahan yang terjadai pada KPM. Perubahan-perubahan pada KPM, baik secara sosial ekonomi tersebut memang tidak diklaim sebagai keberhasilan pendamping sosial. Namun, kehadiran pendamping sosial di antara KPM ikut memberikan pengaruh positif terhadap kondisi kehidupan KPM. Hal ini juga dapat menjadi indikator, bahwa pendamping sosial telah melaksanan perannya dengan baik. Pendampingan sosial yang baik, akan memberikan hasil dalam bentuk perubahan pada kondisi kehidupan KPM.

Page 48: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

42 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

d) Kelanjutan pendampingan

Setelah masa pendampingan selesai, sebagian besar (9 orang) pendamping sosial melakukan pendampingan mandiri. Aktivitas yang dilakukan dalam bentuk monitoring terhadap aktivitas KPM. Seorang pendamping sosial merasa akan kehilangan kegiatan dan insentif, apabila masa pendampingan sosial berakhir.

Hal ini menunjukkan, bahwa para pendamping sosial telah bekerja atau melakukan pendampingan sosial dengan hati. Mereka memiliki misi yang luhur, yaitu membantu orang-orang yang kurang beruntung, tanpa melihat berapa imbalan yang diterimanya.

Sikap mulia yang diperlihatkan oleh para pendamping sosial tersebut perlu menjadi masukan bagi Kementerian Sosial ketika akan melakukan rekruitmen untuk pendamping sosial yang baru. Mereka perlu diberikan kesempatan lagi untuk menjadi pendamping sosial ketika telah hasis masa kontraknya. Karena tidak mudah mendapatkan pendamping sosial yang memiliki komitmen dalam bidang kemanusiaan, loyak dan memiliki integritas yang baik terhadap bidang tugasnya.

3) Jejaring Kerja/Kemitraan

a. Siapa sebagai mitrakerja

Pada pelaksanaan pendampingan, pendamping sosial bekerjasama dengan berbagai pihak. Pada program PKH kerjasama yang dibangun pendamping sosial dengan, (1) kecamatan, kelurahan, UPT kesehatan, UPT pendidikan dan RT, (2) BNI dan Bulog, (3) service provider, pilar-pilar kesos (TKSK, PSM,

Page 49: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

43Hasil Penelitian

Pekerja Sosial), dan (4) institusi sosial kabupaten. Sedangkan pada program KUBE, PKSA, ASLUAT dan ASODK, pendamping sosial bekerja sama dengan institusi sosial kabupaten kecamatan, kelurahan, RT dan dasa wisma (khusus KUBE).

b. Bentuk kerjasama/dukungan

Berbagai bentuk kerjasama atau dukungan yang diberikan masyarakat dalam proses pendampingan, seperti (1) partisipasi dalam memantau KPM, (2) memfasilitasi kegiatan pendampingan, dan (3) layanan yang baik kepada KPM. Berbagi bentuk dukungan tersebut sangat membantu pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pendamping sosial.

c. Permasalahan

Pendamping sosial menghadapi berbagai permasalahan di lapangan, seperti (1) data tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, (2) penggantian KPM yang meninggal belum terealisasi, dan (3) sarana kerja terbatas. Pendamping sosial telah menempuh langkah mengkomunikasikan permasalahan tersebut institusi sosial kabupaten dan Kementerian Sosial.

d. Koordinasi

Koordinasi dilakukan sesuai dengan program, yaitu dengan (1) TKSK, penyelia dan supervisor, (2) PSM dan aparat kelurahan, (3) Dinas Sosial Kota dan Provinsi Kaltara, (4) RT, kelurahan, kecamatan dan BNI. Hal ini menggambarkan, bahwa pendamping sosial telah menjalin koordinasi dalam melaksanakan tugasnya dengan berbagai pihak sesuai dengan program yang dilaksanakan.

Page 50: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

44 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Pada setiap program dan kegiatan, termasuk pendampingan sosial - kemitraan merupakan faktor penting dan menentukan keberhasilan. Hal ini didasarkan pada fenomena empirik, bahwa permasalahan sosial di tataran praksis bersifat multidimensi, yang memerlukan pemahaman multiperspektif dan multipendekatan. Meskipun kemitraan bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan atau kinerja dari sebuah program atau kegiatan, tetapi menjadi keniscayaan untuk mencapai hasil yang optimal tanpa menjalin kemitraan (lihat Harisman, 2017; Utami, Dinar dan Sumantri, 2016; Sofyan, 2006)..

4). Beban Kerja

a. Jumlah klien

Pada program PKH,seorang pendamping mendampingi 159 – 299 orang KPM. Pada program KUBE mendampingi 90 orang (9 KUBE), pada program ASLUT mendamping 10 orang, pada program ASODKB mendamping 7 (tujuh) orang dan pada program PKSA mendampingi 37 orang.

b. Jenis masalah

Jenis masalah terkait dengan jumlah klien dirasakan pada program PKH. Menurut mereka, idealnya seorang pendamping mendampingi KPM 150-200 orang. Sementara itu untuk program yang lain masih dipandang rasional. Masalah berikutnya adalah data yang tidak valid, kecemburuan sosial antara KPM dengan masyarakat di sekitarnya, KPM yang sudah usia lanjut sehingga terjadi miskomunikasi, dan tugas tambahan di luar tugas pokok dari instansi sosial. Kemudian, bagi pendamping sosial program PKH,perluasan sasaran program PKH padapogra,

Page 51: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

45Hasil Penelitian

ASLUTdan ASODKB dirasakan menambah beban kerja, karena mereka dituntut mendapingi lanjut usia dan orang dengan kecacatan berat di mana mereka tidak memiliki keterampilan yang memadai.

c. Alokasi Waktu

Pada program PKH, pendamping sosial melaksanakan pendampingan purna waktu. Sedangkan pada program yang lain dilaksanakan paruh waktu. Artinya, pendamping sosial masih bisa melaksanakan aktivitas lain di luar tugasnya sebagai pendamping sosial.

d. Uraian Tugas

Pendamping sosial melaksanakan tugas, baik yang bersiaft administratif maupun teknis di lapangan. Mereka membuat surat menyurat dan laporan tertulis sesuai kebutuhan. Kemudian, melaksanakan kegiatan teknis, seperti penyuluhan, koordinasi, validasi dan verifikasi data, penyaluran bantuan, kujungan ke KPM, pertemuan kelompok, melakukan FDS, konseling dan memfasilitasi KPM pada sistem sumber. Tugas-tugas tersebut cukup menguras waktu dan tenaga pendamping sosial, sehingga dirasakan menjadi beban kerja.

Beban kerja akan memengaruhi kinerja seseorang. Tugas-tugas yang melampaui kemampuan dan kekuasaan seseorang, akan memengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang, dan mengakibatkan seseorang tidak dapat mencapai kinerja yang baik atau sesuai tujuan yang diharapkan. Meskipun bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi kinerja seseorang, memberikan pekerjaan atau tugas yang melebihi kapasitas seseorang, bukan langkah

Page 52: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

46 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

yang tepat. Beban kerja berpengaruh pada terhadap kinerja dan produktivitas sesorang (lihat Adityawarman, Sanim dan Sinaga, 2015; Fajriani dan Septiari, 2016; Budianto, 2013).

5). Pelaporan

a. Jenis laporan

Pendamping sosial membuat laporan yang berisi pelaksanaan (proses) dan hasil (ouput dan outcome) kegiatan pendampingan sosial. Laporan dibuat secara tertulis yang memerlukan waktu yang cukupa, sehingga sampai melampaui waktu yang telah ditentukan.

b. Cara penyampaian laporan

Laporan yang dibuat oleh pendamping sosial disampaikan secara langsung, dan secara tidak langsung melalui email.

c. Kepada siapa laporan dikirim

Pada program PKH, laporan disampaikan kepada (1) koordinator Kota Tarakan, (2) Korwil Provinsi Klatara, (3) Instansi Sosial Kota Tarakan, (4) Dinas Sosial Provinsi Kaltara. Sedangkan pada program yang,laporan disampaikan kepada Instansi Sosial Kota Tarakan, Dinas Sosial Provinsi Kaltara dan pihak terkait.

d. Frekuensi pelaporan

Pada program PKH, laporan dibuat setiap bulan untuk mengetahui perkembangan KPM. Sedangkan pada program yang lain dibuat sesuai kebutuhan.

e. Umpan balik laporan

Umpan balik dari laporan yang dibuat oleh pendamping sosial adalah honor atau taliasih yang diterima oleh pendamping. Artinya, pendamping sosial menerima honor atau tali sih seelah mengirimkan

Page 53: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

47Hasil Penelitian

laporannya. Sedangkan umpan balik untuk kebijakan belujm ada.

f. Sanksi bila tidak membuat laporan

Apabila pendamping sosial tidak membuat laporan atau laporan terlambat,maka sanksinya mereka tidak menerima honor atau taliasih. Atau penyaluran honor dan taliasih mereka terlambat diterima.

Pada manajemen modern, pelaporan merupakan salah komponen penting dari pengendalian; komponen lain adalah supervisi, monitoring dan evaluasi. Sehubungan dengan itu, maka pelaporan di dalam penyelenggaraan program dan kegiatan apapun tidak dapat diabaikan. Laporan memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai bahan untuk pertanggungjawaban, alat untuk menyampaikan informasi, alat pengawasan, bahan penilaiandan bahan pengambilan keputusan (Bobsusanto, 2016).

Banyak orang yang masih menganggap, bahwa laporan hasil pelaksanaan prorgam dan kegiatan itu tidak penting. Padahal, sebuah laporan memiliki berbagai manfaat bagi sebuah organisasi, yaitu bahan penyusunan kebijakan dan arahan pimpinan, bahan penyusunan rencana berikutnya, mengetahui perkembangan dan peningkatan kegiatan, serta data sejarah perkembanga sebuah organisasi (Gunadi, 2013).

Laporan yang baik tidak dilihat dari ketebalan atau jumlah halamannya. Laporan yang tebal tidak menjamin kelengkapan isi dan mudah dipahami oleh pihakpengguna. Laporan yang baik, menurut Bobsusanto (2016), memiliki ciri: ringkas, lengkap, logis dan sistematis.

Berdasarkan temuan lapangan, pendamping sosial telah menyusun laporan setiap bulan. Namun demikian,

Page 54: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

48 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

laporan yang dibuat pendamping tersebut masih sebatas bentuk pertanggungjawaban atas tugas yang dilakanakan. Selain itu, masih terkesan laporan yang dibuat sebai persyaratan untuk pencairan honor atau taliasih. Hal ini dapat dicermati dari tidak adanya umpan balik atas laporan yang dibuat oleh pendamping sosial. Jika demikian makalaporan pendamping sosial masih terbatas pada manfaat administratif program.

6). Faktor Pendukung dan Penghambat

a. Faktor pendukung

Pada program PKH, faktor pendukung pelaksanaan tugas berasal dari (1) kecamatan, kelurahan, UPT kesehatan, UPT pendidikan dan RT, (2) BNI dan Bulog, (3) service provider, pilar-pilar kesos (TKSK, PSM, Pekerja Sosial), dan (4) institusi sosial Kota Tarakan. Sedangkan pada program lain dukungan diproleh dari kecamatan, keluarahan, RT, pilar-pilar kesos dan tokoh masyarakat.

b. Faktor Penghambat

Pada program PKH, faktor penghambat adalah (1) tugas tambahan di luar tugas pokok dari Dinas Sosial, (2) data yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan (3) rasio pendamping dengan KPM (pada PKH), dan (4) terbatasnya sarana kerja. Sedangkan pada program yang lain, adalah kurangnya pengetahuan dalam melaksanakan pendampingan (terbatasnya diklat/bintek untuk pendamping).

Pihak Dinas Sosial Tarakan mengakui bahwa anggaran dari APBD Kota Tarakan untuk bidang sosial masih sangat terbatas, sehingga belum dapat mendukung sepenuhnya pelaksanaan tugas

Page 55: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

49Hasil Penelitian

pendamping, terutama dalam memberikan sarana kerja. Selain terbatasnya sarana kerja, pendamping sosial masih kurang memiliki pemahaman tentang bidang tugasnya, dan sistem pelaporan yang memerlukan waktu cukup lama (lewat dari waktu yang ditentukan).

Untuk mengatasi faktor penghambat tersebut, Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tarakan memfasilitasi diklat khusus untuk pendamping sosial. Selain itu memberikan bimbingan secara informal dan tetap menjalin koordinasi dengan baik. Sedangkan untuk pemberian insentif, belum dapat diberikan yang disebabkan terbatasnya anggaran (APBD II) untuk bidang sosial.

7). Saran-Saran

a. Pengembangan kapasitas

Pendamping menyarankan agar dilakukan diklat/bintek yang berkaitan dengan FDS(PKH), dan materi yang berkaitan dengan kebijakan dan program serta teknik-teknik pendampingan (semua program). Selain pendamping, Dinsos dan PM dan LKS juga memberikans aran yang sama, yatiu dilaksanakan diklat terkait dengan kapasitas pendamping sosial.

b. Sarana kerja

Untuk mendukung kelancara dalam melaksanakan pendamping, perlu dukungan sarana keja (laptop, pakaian seragam, ATK) dan sarana transportasi (sepedamotor).

c. Insentif

Insentif (taliasih) untuk program ASLUT dan ASODKB perlu dinaikkan, sehingga tidak terlalu beda

Page 56: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

50 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

jauh dengan insentif yang terima oleh pendamping sosial pada program yang lain.

d. Dilaksanakan Jambore pendamping PKH tingkat nasional.

e. Dibentuk Forum Pendamping Sosial tingkat kabupaten.

C. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pendamping sosial telah melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari pelaksanaan kegiatan pendamping sosial ketika (1) melaksanakan keempat peran (penjalin sumber, motivator, pendidik dan fasilitator), (2) melaksanakan kegiatan yang bersifat preventif, kuratif/rehabilitatif dan pengembangan, dan (3) keberfungsian sosial pada KPM.

Eksistensi pendamping sosial diakui oleh Dinsos dan PM, LKS dan KPM; dan dirasakan manfaatnya oleh masing-masing user tersebut. Dinsos dan PM merasa bahwa eksistensi pendampoing sosial sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.Begitupun LKS dan KPM, eksistensi pendamping sosial sebagai penolong bagi aktivitas mereka.

Pendamping sosial telah membangun kemitraan dengan berbagai sistem sumber untuk mendukung pelaksanaan pendampingan sosial. Hal ini menggambarkan, bahwa pendamping sosial memiliki pengetahuan yang cukup dalam memahami permasalahan, sistem sumber dan metode pendampingan sosial.

Pendamping sosial dalam melaksanakan perannya memperoleh dukungan dari KPM, RT dan tokoh masyarakat,

Page 57: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

51Hasil Penelitian

kelurahan, kecamatan dan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tarakan. Berbagai pihak memberikan dukungan dan kemudahan, sehingga kegiatan pendampingan dapat dilaksanakan secara maksimal.

Pendamping sosial dalam melaksanakan perannya menghadapi hambatan, yaitu data KPM tidak valid, sarana kerja terbatas, beban kerja, pengetahuan dan keterampilan kurang memadai (seiring dinamika di masyarakat). Berbagai kendala tersebut memengaruhi pelaksanaan pendamping sosial, dan apabila terus berlanjut dapat menyebabkan pendampingan sosial tidak optimal.

2. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian, dan tujuan penelitian yang telah ditentukan, yaitu “Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial”, maka direkomendsikan:

a. Kepada Kementerian Sosial

1) Data calon KPM terus di-update dengan melibatkan instansi sosial provinsi maupun kabupaten/kota dan pendamping sosial. Persoalan data yang tidak valid saat ini, telah memengaruhi pelaksanaan peran dan fungsi pendamping sosial ketika berhadapan dengan tokoh masyarakat, dan masyarakat luas. Varifikasi dan validasi data calon KPM perlu milabatkan instansi sosial dan pendamping sosial.

2) Rekruitmen pendamping sosial memperhatikan populasi kelompok sasaran (calon KPM), sehingga diperoleh rasio antara pendamping dan KPM yang rasional.

3) Pendamping sosial belum cukup dengan pelatihan yang diikuti pada ketika di awal tugasnya. Persoalan di lapangan ternyata lebih dinamis, yang menuntut

Page 58: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

52 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

kemampuan dan keterampilan yang lebih besar. Sehubungan dengan itu, diperlukan pelatihan atau bimbingan teknis lanjutan bagi pendamping sosial. Selain itu, pendamping sosial memerlukan pelatihan/bimbingan teknis mengenai advokasi sosial.

4) Pendamping sosial berhadapan langsung dengan masyarakat, sehingga memerlukan pengakuan dari masyarakat. Sehubungan dengan itu, diperlukan atribut (pakaian kerja) sebagai bukti legalitasnya di tengah masyarakat.

5) Besarnya insentif (honor, taliasih) bagi para pendamping perlu diperhitungkan kembali, sehingga kesenjangan insentif antara pendamping sosial pada prorgam program berbeda, tidak terlalu jauh.

6) Mamasukkan kewenangan instansi sosial kabupaten/kota dan provinsi di dalam panduan pelaksanaan program, terkait dengan pengembangan kompetensi dan pelaksanaan tugas pendamping sosial.

7) Melakukan monitoring dan evaluasi, untuk mengetahui pelaksanaan peran dan fungsi pendamping sosial, sekurang-kurangnya setahun sekali.

b. Kepada Instansi Sosial Provinsi Kalimantan Timur

Mengalokasi anggaran dari APBD I :

1) Melakukan koordinasi validasi dan verifikasi data calon KPM.

3) Untuk pengadaan sarana kerja dan insentif.

4) Melakukan bimbingan teknis kepada pendamping sosial.

5) Melakukan montitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan peran dan fungsi pendamping sosial, sekurang-kurangnya setahun sekali.

Page 59: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

53Hasil Penelitian

c. Kepada Instansi Sosial Kota Tarakan

Mengalokasi anggaran dari APBD II :

1) Melakukan koordinasi validasi dan verifikasi data calon KPM.

2) Untuk pengadaan sarana kerja dan insentif.

3) Melakukan bimbingan teknis kepada pendamping sosial.

4) Melakukan montitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan peran dan fungsi pendamping sosial, sekurang-kurangnya setahun sekali.

II. KOTA SERANG, PROVINSI BANTEN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI

1). Geografis

Kota Serang merupakan wilayah baru hasil pemekaran Kabupaten Serang Provinsi Banten berdasarkan Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten. Kota Serang memiliki wilayah seluas 266,74 Km² yang terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan Walantaka dan Kecamatan Taktakan. Jika diperbandingkan, luas wilayah Kota Serang tersebut hanya sekitar 3,08% dari luas wilayah Provinsi Banten.

Pada awal pembentukannya Kota Serang terdiri dari 6 kecamatan, 46 desa dan 20 kelurahan. Pada tahun 2011 telah terjadi perubahan dari desa menjadi kelurahan melalui Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang pembentukan dan perubahan status Desa Menjadi Kelurahan, sehingga berubah menjadi 30 desa dan 36 kelurahan. Pada tahun 2012 dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012 tentang

Page 60: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

54 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Pembentukan dan Perubahan Status 15 (Lima Belas) Desa menjadi Kelurahan, telah berubah lagi menjadi 15 desa dan 51 kelurahan, berikutnya melalui Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Status 15 Desa menjadi Kelurahan di 4 Kecamatan. Dan terakhir melalui pemekaran kelurahan di tahun 2016 bertambah 1. Maka seluruh desa telah menjadi kelurahan. Saat ini jumlah kelurahan menjadi 67 Kelurahan.

Tabel 4.Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi

Di Kota Serang Tahun 2014

No. Kecamatan Luas Km2 % IbukotaBanyaknya Kelurahan

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Curug 49.60 18.59 Curug 10

2. Walantaka 48.48 18.18 Pipitan 14

3. Cipocok Jaya 31.54 11.82 Cipocok Jaya 8

4. Serang 25.88 9.70 Kaligandu 12

5. Taktakan 47.88 17.95 Taktakan 12

6. Kasemen 63.36 23.75 Kasemen 10

Kota Serang 266.74 100.00 66

2). Demografis

Kondisi Demografi Kota Serang ditunjukkan dari jumlah penduduk Kota Serang yang setiap tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPS Kota Serang, pada tahun 2015 terjadi kenaikan jumlah penduduk Kota Serang berjumlah 643.205 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata sebesar 2.411 jiwa/ km2. Jumlah penduduk tersebut mengalami peningkatan sebanyak 12.104 jiwa dari tahun 2013 yang berjumlah 631.101 jiwa atau meningkat sekitar 2%.

Page 61: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

55Hasil Penelitian

Jenis Kelamin dilihat dari komposisinya, proporsi penduduk Kota Serang lebih banyak berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Komposisi jenis kelamin penduduk Kota Serang dari tahun 2011 - 2014 dapat dilihat sebagai berikut :

• Tahun 2013 Laki-laki berjumlah 317.501 Perempuan 301.301 Jumlah 617.802.

• Tahun 2014 Laki-laki berjumlah 323.701 Perempuan 307.400 Jumlah 631.101.

• Tahun 2015 Laki-laki berjumlah 313.399 Perempuan 313.399 Jumlah 643.205.

Jika kita melihat masyarakat Banten, khususnya Kota Serang, akan tampaklah struktur masyarakatnya yang terdiri dari tiga komponen, yakni ulama, santri dan jawara.

3). Sosiografis

Masyarakat Banten sejak dulu dikenal sebagai masyarakat yang sangat religius, sebagai representasi dari kaum santri dan para ulama. Pula dikenal sebagai komunitas jawara, sebagai representasi dari para pendekar-pendekar Banten, di mana mereka awalnya adalah para santri yang belajar pencak silat atau bela diri. Kebiasaan masyarakat Serang, Banten, khususnya kaum muda, mereka senantiasa mengaji al-Quran bersama-sama di rumah salah seorang ulama di suatu tempat (Ali Sodikin, 2014). Ulama mempunyai peran yang sangat penting, ia dianggap sebagai pemimpin moral bagi masyarakatnya, sedangkan jawara mempunyai peran strategis sebagai eksekutor di lapangan. Sinergitas yang dibangun tentu membawa dampak positif bagi eksistensi masyarakat Banten untuk memukul mundur siapa saja yang akan menggangu dan membuat kerusuhan serta perpecahan di wilayah Banten.

Page 62: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

56 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Ketika Banten memisahkan diri dari Jawa Barat, Banten mengalami perubahan dalam berbagai aspek secara signifikan. Sejatinya, dengan munculnya reformasi dan demokrasi terbuka maka kesejahteraan rakyat pun seyogyanya berubah dan mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.

Undang-undang Otonomi Daerah No. 23 Tahun 2004 seharusnya membawa angin segar perubahan bagi ekonomi rakyat Banten, karena kewenangan daerah dalam mengurus wilayahnya lebih nyata, efektif, dan dinamis. Dengan undang-undang tersebut seharusnya tingkat kesejahteraan rakyat Banten meningkat. Tingkat kesejahteraan tersebut mestinya berbanding lurus dengan kehidupan demokrasi yang mencita-citakan kesejahteraan dan keadilan masyarakat setempat.

Saat ini masih ada sebagian warga negara yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri dan hidup dalam kondisi kemiskinan. Akibatnya mereka mengalami kesulitan dan keterbatasan kemampuan dalam mengakses berbagai sumber pelayanan sosial dasar serta tidak dapat menikmati kehidupan yang layak. Bagi PMKS, persoalan yang mendasar adalah tidak terpenuhinya pelayanan sosial dasar seperti kesehatan, pendidikan, sandang, pangan, papan, dan kebutuhan dasar lainnya. Selain itu, belum ada sistem perlindungan dan jaminan sosial yang terintegrasi untuk melindungi dan memberikan jaminan sosial bagi seluruh penduduk terutama penduduk yang miskin dan rentan.

Angka kemiskinan di Kota Serang tahun 2014 meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Serang, angka kemiskinan naik dari 5,7 persen atau 36,18 ribu penduduk menjadi 6,28 persen atau 40,19 ribu penduduk. Meningkatnya angka kemiskinan dikarenakan kondisi perekonomian yang

Page 63: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

57Hasil Penelitian

lesu. Ditambah lagi kenaikan harga bahan bakar minyak dan listrik sehingga inflasi di periode tersebut juga tinggi.

4). Kebijakan Sosial Daerah

Arah Kebijakan Dinas Sosial Kota Serang adalah :

a. Melaksanaan KIE konseling dan kampanye sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

b. Menangani masalah-masalah strategis yang menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar biasa.

c. Meningkatkan pembinaan Anak Terlantar

d. Melaksanakan Pembinaan dan Pelatihan bagi penyandang cacat dan eks trauma

e. Meningkatkan kemampuan (Capacity Building) petugas dan pendamping sosial pemberdayaan fakir miskin, KAT dan PMKS lainnya

Program kesejahteraan sosial untuk mengurangi angka kemiskinan, misalnya dengan digelontorkannya program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu), kegiatan pembinaan keterampilan bagi PMKS, dan bantuan-bantuan lainnya. Dinas Sosial sebagai Penyelenggara Kesejahteraan Sosial mendorong terwujudnya kesejahteraan sosial masyarakat telah menyandarkan pada empat pilar yaitu Pemberdayaan Sosial, Rehabilitasi Sosial, Jaminan Sosial, dan Perlindungan Sosial. Pihak Dinas Sosial (Dinsos) Kota Serang membantu mengatasi masalah kemiskinan masyarakat di Kota Serang melalui Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT). Sistem tersebut dibangun untuk membantu masyarakat yang memiliki persoalan baik kesehatan, kemiskinan, pendidikan, dan lainnya.

Sistem tersebut dikembangkan di Kota Serang dari Bapenas dan Kementerian Sosial RI. Dalam implementasinya, sistem tersebut difasilitasi para fasilitator yang ada di setiap kelurahan

Page 64: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

58 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

di Kota Serang. Saat ini, para fasilitator sebanyak 67 orang dari perwakilan tiap kelurahan. Ketika ada persoalan masyarakat, seperti masalah BPJS masih banyak warga yang tinggal di desa tidak tahu ke mana harus mengadu, maka yang bertindak tersebut, adalah fasilitatornya untuk memfasilitasi ke mana harus dirujuk. Selain itu, pihak Dinsos Kota Serang memiliki Puskesos di 2 kelurahan, yaitu Margaluyu dan Kaligandu. Penyelenggaraan SLRT diharapkan mampu memperkuat hubungan jejaring kerja antara pusat dan daerah melalui potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS) atau unit-unit pelayanan sosial yang ada, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan.

Ketika ada warga miskin yang tak tercover dalam data rastra (beras sejahtera), tetapi tidak kebagian, dia menjelaskan, masyarakat dapat mengadukannya lewat sistem tersebut melalui fasilitator. Jumlah fasilitator tersebut dari APBN 50 dan Kota Serang 17, jadi totalnya 67. Sementara, yang akan ditempatkan di setiap kelurahan ada satu.  Penyelenggaraan dan perbaikan serangkaian program perlindungan sosial skala nasional yang mencakup 40 persen masyarakat termiskin di Indonesia, diantaranya program-program rastra, bantuan siswa miskin (BSM) atau kartu Indonesia pintar (KIP), program keluarga harapan (PKH), jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), dan kartu Indonesia sehat (KIS) sebagai bagian dari jaminan kesehatan nasional (JKN).

Peran PSKS seperti Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Karang Taruna, tenaga pendamping Jamsosratu, tenaga PKH, mempunyai kontribusi besar dalam pelaksanaan program kesejahteraan sosial, baik program pemerintah pusat maupun program daerah seperti Jamsosratu. Pembinaan PSKS juga bagian dari tanggungjawab dinas sosial kabupaten/

Page 65: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

59Hasil Penelitian

kota dengan terus melakukan koordinasi dan sinergi dengan Dinas Sosial Provinsi. Agar kualitas sumberdaya manusia (SDM) PSKS teruji, perlu dilakukan beberapa langkah strategis seperti kontinyuitas pelaksanaan rakor di tingkat kecamatan dan melaksanakan forum discusion group untuk memberikan masukan dan dukungan terhadap pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.

Pemprov Banten sudah menganggarkan untuk TKSK sebesar Rp 1 juta per bulan serta dana operasional sebesar 1 juta rupiah per tahun. Untuk pendamping Jamsosratu dialokasikan anggaran sebesar Rp1,5 juta per bulan dan biaya operasional sebesar 2 juta rupiah per tahun. Sementara untuk pendamping PKH, selain mendapatkan operasional dari kementerian sosial sebesar Rp 1,5 juta per tahun, Pemerintah Provinsi Banten juga mengalokasikan bantuan anggaran operasional sebesar Rp 2 juta per tahun.

Untuk program Asistensi Lanjut Usia (Aslut) dan family support selain dana dari Kementerian Sosial, juga memberikan bantuan sosial berupa uang tunai (APBD Provinsi) dan sembako (APBD Kota Serang). Pembinaan terhadap pendamping dengan mengadakan pertemuan rutin setahun 4 kali di Dinas Sosial Provinsi. Pada saat pertemuan para pendamping membawa hasil pendampingan berupa pendataan, pencairan dan penggunaan dana bantuan sosial.

B. PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL

1. Identitas Informan

Informan dalam penelitian ini adalah pendamping sosial, pejabat di lingkungan Dinas Sosial Kota Serang, Lembaga Kesejahteraan Sosial (IPWL) dan Keluarga Penerima Manfaat bantuan sosial PKH.

Page 66: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

60 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Tabel 5.Persebaran Jumlah Informan

No. Informan Jumlah/orang

1. Pendamping Sosial Aslut 2

2. Pendamping Sosial ASPDB 2

3. Pendamping Sosial Anak 1

4. Pendamping Sosial PKH 1

5. Pendamping Sosial Napza 1

6. Pendamping Sosial KUBE 2

7. Konselor Napza 1

8. TKS Napza 1

9. Pejabat Dinas Sosial Kota Serang 4

10. Ketua LKS (IPWL) 1

11. Keluarga Penerima Manfaat PKH 4

Jumlah 20

a. Pendamping Sosial

1) Umur

Pendamping sosial yang menjadi informan berkisar antara umur 27 sampai dengan 50 tahun dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.Umur Informan

No. Informan Umur/Tahun

1. Pendamping Sosial Aslut 45,50

2. Pendamping Sosial ASPDB 34,44

3. Pendamping Sosial Anak 29

4. Pendamping Sosial PKH 27

5. Pendamping Sosial Napza 27,33

6. Pendamping Sosial KUBE 31,31

7. Konselor Napza 42

8. TKS Napza 42

Page 67: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

61Hasil Penelitian

Data ini menggambarkan, bahwa pada pendamping sosial yang berumur 27-40 tahun adalah pendamping sosial anak, PKH, napza, KUBE yang telah melalui proses rekruitmen sedangkan pendamping sosial aslut, ASPDB, konselor dan TKS napza berumur diatas 40 tahun bahkan ada yang berumur 50 tahun. Perbedaan yang dapat dilihat adalah pendamping sosial belum lama direkrut masih berusia dibawah 30 tahun yaitu pendamping sosial anak, PKH dan napza, sedangkan pendamping sosial program yang telah lama ada berumur diatas 30 tahun bahkan pendamping sosial aslut dan ASPDB yang berawal dari kepedulian sosial dan menjadi relawan untuk menjadi pendamping para lansia dan penyandang disabilitas berat, mereka telah menjadi pendamping lebih dari 10 tahun.

2) Jenis kelamin

Dari sisi jenis kelamin, 4 (empat) orang perempuan yaitu pendamping sosial anak, PKH, ASPDB dan TKS napza dan 8 (delapan) orang laki-laki sebagai pendamping aslut, ASPDB, KUBE, napza, konselor napza. Data ini menggambarkan, bahwa keterwakilan jenis kelamin pendamping sosial dalam penelitian ini cukup memadai.

3) Status

Dari sisi status, sebagian besar (10 orang) berstatus sudah menikah, dan 2 (dua) orang belum menikah. Status tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan peran sebagai pendamping sosial. Apabila mampu mengelola dengan baik tanggung jawabnya sebagai pendamping sosial sekaligus tanggung jawabnya sebagai suami/isteri, maka mereka dapat melaksanakan pendampingan dengan baik.

Page 68: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

62 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

4) Pendidikan

Dari sisi pendidikan, sebagian besar 9 (sembilan) orang berpendidikan sarjana, dan 3 (tiga) orang berpendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau STM. Mereka yang pendidikan sarjana dari berbagai jurusan, yaitu kebidanan, kesejahteraan sosial, pendidikan agama Islam, ilmu hukum, dan ekonomi manajemen. Mereka yang berpendidikan SMA dan STM sebagai pendamping aslut dan konselor napza di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) bagi korban napza. Data ini menggambarkan, bahwa pendidikan pendamping sosial dapat dikatakan cukup tinggi, sehingga informasi secara obyektif sedangkan yang berpendidikan setingkat SMA adalah mereka yang berawal dari relawan sosial (PSM) menjadi pendampng aslut dan mantan pengguna yang dilatih sebagai konselor napza.

5) Pendidikan

Dari sisi pendidikan hanya 3 pendamping sosial yang berlatar belakang pendidikan setingkat SLTA, selebihnya D4 atau S1 dari berbagai jurusan. Jurusan sosial atau kesejahteraan sosial hanya ada 3 pendamping sosial selebihnya berasal dari jurusan kebidanan, ilmu hukum, ekonomi, pendidikan SD dan pendidikan agama Islam. Meskipun demikian, mereka telah mengikuti pelatihan atau bimbingan teknis tentang pendampingan program sosial yang ditugaskan. Selain itu pada dasarnya mereka telah lama berkecimpung di kegiatan sosial kemasyarakatan sehingga mempermudah melakukan pendampingan kepada PMKS yang menjadi dampingan mereka.

Page 69: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

63Hasil Penelitian

6) Daerah asal

Dari sisi asal daerah, hanya ada 1 pendamping sosial berasal dari luar Kota Serang, yaitu Kabupaten Pandeglang. Sebagian besar informan bertempat tinggal di Kota Serang sehingga memudahkan dalam melakukan pendampingan. Beberapa pendamping bertempat tinggal di wilayah kecamatan yang berbeda dengan wilayah dampingannya tetapi masih dapat terjangkau dengan kendaraan bermotor.

7) Mulai menjadi pendamping

Dari sisi lama menjadi pendamping sosial, pendamping aslut dan ASPDB yang paling lama sejak adanya program ini di tahun 2006 dan 2009. Pengalaman kerja ini tentu sudah banyak memberikan pengetahuan bagi pendamping sosial; sehingga mereka dapat menjelaskan pengalamannya dengan baik. Bagi pendamping yang baru menjalani tugasnya 2-3 tahun sudah dapat menggambarkan pengalaman kerja serta hambatan yang dihadapi. Bagi pendamping KUBE yang sudah berakhir, tetap menjalankan perans ebagai pendamping BNPT yang sekaligus juga berperan sebagai TKSK sehingga tidak menemui kesulitan dalam menjalankan tugasnya.

8) Insentif

Dari sisi insentif, hanya pendamping aslut, ASPDB dan KUBE yang mendapatkan insentif sekitar 500 ribu per bulan. Pendamping yang telah menerima honor diatas 2 juta rupiah adalah pendamping anak, PKH dan napza. Pendamping KUBE bahkan pernah setahun tidak mendapatkan honor karena berakhirnya program, ada yang dibayar dan ada pula yang tidak

Page 70: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

64 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

dibayarkan. Meskipun ada perbedaan yang signifikan dari sisi insentif yang diterima, namun mereka tetap melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai pendamping sosial.

9) Honorarium dari tugas lain

Dari sisi honorarium dari sumber lain, sebanyak 7 (tujuh) orang menerima honor dari kegiatan lain, tetapi tidak diterima per kegiatan/ bukan per bulan antara 500 ribu rupiah sampai dengan 1.500.000 per bulan. Sedangkan 4 (empat) orang yang lain tidak menerima honor/insentif dari sumber lain. Sebagaimana dikemukakan di atas, mereka tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendamping sosial, tanpa melihat besarnya insentif karena merasa menjadi panggilan jiwa sosial tetap melaksanakan peran pendampingan.

10) Peralatan kerja

Dari sisi peralatan kerja, tidak semua pendamping memperoleh sarana kerja. Sebagian besar hanya mendapatkan peralatan dalam bentuk alat tulis kantor/buku catatan, seragam dan topi. Untuk kegiatan sehari-hari menggunakan kendaraan motor pribadi tetapi mereka tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendamping sosial, tanpa melihat sarana kerja yang diterimanya.

11) Pengalaman bekerja/aktivitas

Pendamping sosial telah memiliki pengalaman bekerja/aktivitas di bidang kesejahteraan dengan Kementerian Sosial, Dinas Sosial provinsi dan Dinas Sosial. Selain bekerja bersama instansi tersebut, proses bekerja sambil belajar antar mereka, telah memberikan pengaruh positif terhadap pelaksanaan

Page 71: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

65Hasil Penelitian

tugas pendamping sosial. Hanya pendamping PKH yang sebelumnya tidak pernah bekerja di lingkungan Kementerian Sosial namun dapat cepat menyesuaikan diri karena tela mengikuti pelatihan dan bimbingan teknis. Demikian juga konselor dan TKS napza yang sebelumnya sudah lama berkecimpung dalam pelayanan terhadap korban napza di LKS yang bersangkutan.

12) Diklat/bimtek yang pernah diikuti

Dari sisi diklat/bimtek/bimtap yang pernah diikuti, seluruh informan menyatakan pernah mengikuti pelatihan/bimbingan teknis dari direktorat terkait di Kementerian Sosial beberapa kali terkait dengan beban tugas yang diberikan. Proses berbagi pengalaman antar mereka dan bimbingan secara informal dari instansi sosial provinsi maupun kota, telah memberikan pengaruh positif terhadap pelaksanaan tugas pendamping sosial.

b) Instansi Sosial

Informan pada Dinas Sosial Kota Serang, yaitu Kepala Bidang Pemberdayaan Fakir Miskin, Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial dan Kepala Seksi Anak dan Lansia di Bidang Rehabilitasi Sosial.

c) Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)

Informan dari Lembaga Kesejahteraan Sosial, yaitu Lembaga Kesejahteraan Sosial Yayasan Nurrurohman sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) bagi korban penggunaan napza di Kota Serang.

d) Kelompok Penerima Manfaat (KPM)

Informan Keluarga Penerima Manfaat (KPM), sebanyak

Page 72: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

66 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

4 (empat) orang dari Program PKH. Seluruh informan adalah perempuan

2. Pelaksanaan Pendampingan

a) Peran Pendamping Sosial

Ada empat peran pendamping sosial dalam melakukan pendampingan sosial kepada KPM, yaitu penjalin sumber, motivator, pendidik dan fasilitator.

5). Penjalin sumber

Peran ini dilaksanakan melalui kegiatan : (1) memberi informasi kepada KPM yang berhubungan dengan kebijakan dan program, (2) Konsultasi dan menerima saran KPM, (3) menjalinkan sumber dari pemerintah/Kementerian Sosial kepada KPM, (4) menjalinkan KPM dengan lingkungan sosial/tetangga, dan (5) menjalin kerjasama dengan pihak terkait untuk tindaklanjut pelayanan bagi KPM.

a) Semua pendamping sosial memberikan informasi tentang kebijakan dan program yang terkait seperti PKH, KUBE, Aslut ASPDB, KUBE kepada keluarga penerima manfaat atau kelompok penerima manfaat. Informasi berupa layanan sumber bagi KPM seperti layanan kesehatan (pos yandu, puskesmas), pendidikan (SD, SMP, SMA), pemasaran produk KUBE.

b) Khusus pendamping sosial anak dan napza memberikan informasi kepada LKS yang bersangkutan. Pendamping sosial anak merujuk ke LKSA apabila menemui kasus-kasus anak terlantar atau mitra kerja lainya yang terkait ABH, demikian juga pendamping sosial napza akan merujuk ke IPWL apabila menemui kasus korban penyalahgunaan napza yang akan rehabilitasi.

Page 73: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

67Hasil Penelitian

6). Motivator

Peran ini dilaksanakan melalui kegiatan: (1) memotivasi KPM agar memenuhi kewajiban dan komitmen terkait dengan pendidikan dan kesehatan bagi anak-anaknya, (2) memberi semangat agar KPM semangat mengelola usahanya, (3) memberikan edukasi dan memantau KPM, dan (4) memotivasi klien aktif mengikuti kegiatan agama/spiritual.

a) Pendamping sosial PKH memberikan jawaban melalui pertemuan kelompok memotivasi dan memantau kewajiban KPM untuk menyekolahkan anak-anaknya dan ibu hamil memeriksakan kesehatan ke puskesmas

b) Pendamping sosial Aslut dan ASPDB memberikan semangat, memantau dan mendengarkan keluh kesah atau

“Pendamping Anak/Sakti Peksos (Chintia 29 tahun): jadi sakti peksos sejak tahun 2013 setelah lulus STKS...di kota Serang hanya sendiri sakti peksosnya melakukan pemantauan ke 25 LKSA, jadi dibuat jadwal keliling mantau…kalau ada kasus seperti anak terlantar atau kasus ABH baru diduluin respon kasus..kerjasama dengan Dinsos dan Kepolisian…baru dirujuk ke LKSA yang ditunjuk…sakti peksos mendampingi dari sejak awal ditugaskan menangani respon kasus sampai pendampingan ke LKSA dan ke keluarganya juga…kemana-mana keliling pake motor pribadi.buat laporan juga pake laptop pribadi trus diprint buat ke dinsos..kalo ke pusat dikirm pake email ….jadi dicukup-cukupin honor yang diterima. Se Kota Serang...sakti peksos cuma saya sendiri…emang sih masih kejangkau daripada temen2 yang ditempatkan di kabupaten yang wilayahnya luas kayak Kabupaten Tangerang dan Lebak…Cuma tetap aja kerepotan kalo ada respon kasus dan pemantauan ke LKSA apalagi dalam persiapan akreditasi LKS…saya juga harus nyiapin ikut sertifikasi peksos…kebanyakan temen2 sakti banyak yang pindah ke pendamping PKH …soalnya honor lebih gede dibanding sakti peksos…kalo saya sih emang lebih suka ke anak aja…”

Page 74: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

68 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

sekedar menjadi teman ngobrol para lansia atau keluarga penyandang disabilitas berat.

c) Pendamping sosial KUBE memberikan semangat dalam mengelola usaha dan pengelolaan keuangan kelompok

d) Pendamping sosial napza dan anak memotivasi dan memantau klien agar dapat mengikuti kegiatan-kegiatan di LKSA dan IPWL.

7). Pendidik

Peran ini dilaksanakan melalui kegiatan: (1) memberikan bimbingan spiritual kepada KPM, (2) pertemuan kelompok sebagai wadah pengetahuan KPM di bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan, (3) memberikan bimbingan pengelolaan pendapatan, pembagian hasil usaha dan pembukuan, dan (4)

“Pendamping Aslut (Fachruroji 45 tahun) : kami sudah jadi pendamping ASPDB sejak tahun 2006 waktu mulai program PJSLU..awalnya dulu PSM….saya jadi pendamping aslut dikasih tugas ke 15 lansia di 1 kelurahan ada 5 orang lansia laki-laki dan 10 orang lansia perempuan.. tiap minggu keliling gantian mengunjungi para lansia..melihat kondidinya..sehat apa sakit..kadang para lansia atau keluarga menghubungi kami lewat HP..kalo pas datang kami menyapa..nemenin ngobrol…kadang juga mandiin..gantiin bajunya…sampai …mengantar anggota keluarga ambil bantuan sosial di kantor pos, kami yang kawal..

Kami mau kasih masukan..kalo bisa program ini dibarengi dengan program kesehatan seperti JKN..soal aslut digabung ke PKH gak setuju karena gak semua lansia ada di data PKH..kami mendampingi dengan hati..bukan cuma mendampingi ambil bantuan..satu lagi…kami gak mau dijadiin “asisten pendamping”..kami juga pendidikan sarjana…masa jadi asisiten pendamping PKH yang masih muda2..kita bingung nasib kedepan gimana..karena program aslut bakal digabung ke PKH trus selanjutnya belum pasti apa yang mau dikerjakan…”

Page 75: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

69Hasil Penelitian

mengarahkan KPM berpikir positif, terarah dan lebih baik, dan mengutamakan kepentingan KPM/klien anak/napza.

a). Pendamping sosial PKH melalui FDS (Family Development Session) memberikan bimbingan tentang pengetahuan terkait pendidkan dan pengasuhan dan perlindungan anak pada pertemuan kelompok bulanan.

b). Pendamping sosial Aslut dan ASPDB memberikan bimbingan spiritual dan pengetahuan berupa cara merawat lansia dan PDB, pengelolaan bantuan sosial.

c). Pendamping sosial KUBE memberikan pengetahuan berupa pengelolaan modal usaha, pembukuan sampai hasil usaha.

d). Pendamping sosial napza dan anak memberikan pengetahuan kepada LKS berupa tahapan memberikan layanan rehabilitasi dan pengasuhan kepada klien dan pengelolaan bantuan sosial.

“Pendamping Napza (Toharudin 33 tahun) di LKS Nururrohman : jadi pendamping napza sejak tahun 2015..dapat honor perbulan Rp 2.450.000..pernah 4 kali ikut pelatihan dari Kemsos semua…tugas yang dilakukan untuk klien napza menghubungkan dengan LKS..kalau klien yang rawat inap semua laki2…penguatan atau penyuluhan ke keluarga klien…berusaha menghilangkan stigma (labelling) si klien..kalo klien sudah sembuh bisa mendapatkan UEP pengembangan usaha agar mampu mencari nafkah sendiri…

Masalah yang ditemui…transport home visit ke keluarga klien terbatas..kalo klien dari luar ada 1-2 anak susah dihubungi ..biasanya orang tua rishi dikunjungi. Di LKS masih dianggap “orang luar grup” ..karena pendatang yang didrop dari Kemsos…paling diminta bantuan juga membuat proposal …

Masukan untuk pengembangan kapasitas seperti bimtek rehabilitasi napza berbasis religi..selama ini hanya berbasis medis…perlu jaminan kesehatan karena berhubungan dengan pengguna napza…honor paling gak sesuai UMP…sertifikat supaya tidak dipersulit…”

Page 76: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

70 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

8). Fasilitator

Peran ini dilaksanakan melalui kegiatan: (1) melakukan mediasi, edukasi, advokasi dan fasilitasi kepada KPM untuk mendapatkan bantuan, (2) memfasilitasi layanan bagi KPM, dan (3) melalukan pendekatan ke instansi terkait berhubungan dengan pemasaran produk.

a). Seluruh informan pendamping sosial menyatakan ikut memfasilitasi agar KPM mendapatkan bantuan dan membantu pengambilan dan peyaluran pada saat pencairan bantuan sosial.

b). Pendamping sosial PKH, Aslut, ASPDB memfasilitasi layanan kesehatan bagi KPM ke Posyandu atau Puskesmas.

“Pendamping PKH (Diah Ayu Murdianingsih 27 tahun) : jadi pendamping PKH sejak tahun 2016..latar belakang pendidikan D4 kebidanan..tadinya dari Purwokerto ikut suami pindah ke Serang…biar latar belakang pendidikan kebidanan tapi gak ada masalah kan berhubungan dengan ibu-ibu juga bisa sekalian penyuluhan …saya mendampingi 172 KPM dijadwal per kampung seminggu sekali ke masing2 kelompok ..keliling pake motor pribadi loh..honor dipake kebanyakan buat keliling ke kelompok-kelompok… waktu pertemuan kelompok ….gak semua KPM bisa datang ke pertemuan karena ada yang kerja jadi pembantu rumah tangga..baru bisa pulang sore..saya samperin pas udah pulang ke rumah… kadang yang bukan anggota PKH suka ikut2an datangke pertemuan kelompok minta dimasukin ke PKH tapi saya jelasin..harus masuk di data dulu…bukan pendamping yang menentukan. Waktu pendampingan..kadang KPM curhat atau nanya2..kapan bantuan cair..bantuan yang dikasih gak cukup sampe SMP..jadi ada yang gak lanjut..katanya cuma cukup buat transport ke sekolah..

Harapan saya sih..validasi, pendataan ada masyarakat miskin yang belum masuk bisa masuk ke data PKH…kondisi di lapangan ada yang miskin tapi belum masuk. Bantuan PKH juga dibarengi dengan program lain seperti manajemen ekonomi ke kPM..mungkin nanti lewat FDS tapi belum sampe ke KPM…”

Page 77: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

71Hasil Penelitian

c). Khusus pendamping sosial KUBE membantu melakukan pendekatan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pemasaran produk KUBE seperti memberi rujukan ke pasar induk untuk produk pertanian. Pendamping juga menyarankan agar kelompok membentuk sumbangan sosial bagi anggota yang kecelakaan atau musibah.

Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kendala terkait pendampingan seperti:

1). Bagi pendamping sosial PKH harus mengunjungi kelompok-kelompok berkeliling setiap minggu menggunakan kendaraan motor pribadi. Pendamping juga kesulitan apabila ada warga yang ikut pertemuan kelompok padahal tidak masuk PKH dan mengharapkan bisa dimasukkan dalam PKH. KPM tidak bisa ikut rutin pertemuan kelompok karena bekerja sebagai asisten

“Pendamping ASPDB (Mamah 44 tahun) : saya mulai jadi pendamping ASPDB sejak tahun 2009..honor yang didapat 500 ribu per bulan ..selain pendamping disabilitas sebanyak 16 orang..juga pendamping lansia 20 orang..family support 23 keluarga…ikut di LK3 ..menurut data 2009-2017 ada 159 kasus di LK3. tugasnya antara lain menghubungkan klien dengan alat bantu, ….

Pendamping juga menjenguk keluarga para disabilitas tuna grahita, ada korban sodomi dirujuk ke rumah sakit dan LPA, pembuangan bayi (terlantar) ke calon orang tua…masalah yang ditemui..dengan LSM lokal..menjelaskan kriteria disabilitas yang dapat bantuan…lokasi terpencar…pake motor pribadi waktu kunjungan.

Harapan bimtek sesuai target atau sasaran disabilitas, fasilitas laporan ada dananya, tali asih dtambah…penambahan kuota penerima manfaat disabilitas..banyak keluarga disabilitas yang tidak masuk dalam BDT 2015, sementara PKH mensyaratkan calon penerima manfaat adalah terdata di BDT..”

Page 78: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

72 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

rumah tangga sehingga harus menunggu sampai pulang di rumah.

2). Pendamping sosial Aslut dan ASPDB mengalami kegalauan karena adanya isu akan dihapuskan terkait kebijakan pusat bahwa lansia dan penyandang disabilitas berat akan dialihkan ke PKH. Para pendamping ini resah karena bingung akan nasib mereka selanjutnya.

3). Pendamping sosial KUBE saat ini tidak melakukan pendampingan lagi karena program sudah berakhir

“Pendamping KUBE juga TKSK (Hasanudin 31tahun) : saya pernah menjadi pendamping KUBE FM sejak tahun 2013 sampai tahun 2016…sekarang programnya sudah berakhir. Waktu itu melakukan pendampingan ke kelompok odong2, sembako warung, jasa cuci steam, peternakan dan pertanian. Kami mengadakan rapat bulanan di tiap kelompok bergiliran..memberikan cara pengelolaan manajemen, rujukan ke pasar induk buat kelompok pertanian..pengembangan usaha..tiap kelompok punya kas untuk dana gotong royong kalo ada anggota yang mengalami musibah.tapi lama-lama banyak masalah jadi KUBE tidak berlanjut..yang kelompok odong2 ada 2 kelompok..awalnya cukup untung tapi kelamaan kendala kendaraan rusak gak ada biaya perbaikan..kelompok sembako warungnya 1 kelompok..kebanjiran modal habis..kelompok jasa cuci steam..kadang musiman sempat berkembang dan nambah mesin tapi mesin dicuri hilang…kelompok pertanian ada 3 (palawija campur sayuran) karena cuaca gak bagus hasilnya juga jelek….akhirnya modal dibagi2 anggota kelompok. Begitu juga dengan kelompok peternakan…musim kemarau susah cari rumput.

Kami sudah berusaha tapi banyak kendala di kelompok.. anggota kembali kerja serabutan atau buruh harian lepas seperti bangunan atau kenek. Sebenernya potensi Serang bagus untuk pertanian karena potensi alamnya (pertanian, peternakan atau jasa)..masukan kami..persyaratan KUBE jangan melalui KKS/PKH..masih banyak yang tidak masuk data..perlu pelatihan tentang pertanian, peternakan dan pembukuan kelompok.

Masalah lain..personal pendamping…saya tidak dibayar honor tahun 2015..ditunggu sampe tahun 2016. Kami tidak ada SK..menurut pusat kami tidak buat laporan..padahal buat dikirim ke pusat direktorat Misdes..mungkin gak sampe..ada 2 dibayar..2 lagi tidak dibayar. Sebelumnya kami dibayar 5 juta – 6 juta pertahun..pernah gak dibayar tahun 2015 aja… sekarang saya pendamping BPNT..KUBE gak ada lagi..”

Page 79: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

73Hasil Penelitian

tahun 2016 dan usaha dari kelompok mengalami musibah seperti kelompok pertanian terkena banjir, kelompok kendaraan odong-odong rusak perawatan mahal. Pendampingan yang berakhir masa program menjadikan kelompok terputus pembinaannya oleh pendamping sehingga berjalan sendiri-sendiri, pendamping beralih tugas menjadi pendamping program BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai).

Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa Kepala Bidang di lingkungan Dinas Sosial Kota Serang menyatakan bahwa :

1). Pertemuan secara rutin 3 bulan sekali yang membahas pelaksanaan program dan penyerahan laporan dari tiap pendamping sosial.

2). Untuk pendamping sosial program Aslut, ASPDB dan KUBE ada insentif yang besarnya bervariasi diberikan pada waktu pertemuan rutin.

3). Perekrutan pendamping sosial tidak saja secara online tetapi dibarengi juga dengan surat secara formal agar diketahui Dinsos.

4). Penempatan pendamping sosial kadang tidak sesuai dengan tempat tinggal atau kecocokan antara pendamping dan LKS sehingga harus dipindahkan.

5). Adanya kecemburuan diantara pendamping karena perbedaan insentif yang diterima pendamping sosial dari pengelola program di Kementerian Sosial.

6). Khusus mengenai PKH, sebaiknya sekretariat PKH menjadi satu dengan Dinsos agar lebih mudah dalam hal pemantauan kerja para pendamping.

Eksistensi pendamping sosial juga diakui dan diterima oleh LKS setempat. Menurut pengelola salah satu LKS di Kota Serang yaitu IPWL Nururrohman menyatakan

Page 80: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

74 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

bahwa, keberadaan pendamping sosial sangat membantu pelaksanaan tugas LKS. Permasalahan yang dihadapi oleh LKS, terkait dengan pembuatan proposal bantuan sosial, memberikan penguatan kepada keluarga klien, menjalin kerjasama dengan instansi terkait seperti Badan Narkotika Daerah.

KPM bahwa pendamping sosial sudah dikenal dengan baik. Para KPM sering bertemu dengan pendamping, dan keberadaan pendamping sosial tersebut telah memberikan manfaat bagi mereka. Pendamping secara rutin mengunjungi KPM dan mendengarkan segala keluh kesah KPM terkait pencairan bantuan sosial atau ada warga lain yang ikut masuk program tetapi belum bisa masuk. Ditegaskan oleh seorang KPM, bahwa pendamping sosial telah memberikan waktu dan tenaganya, serta membagi ilmunya dengan sabar kepada KPM.

Hendri Sudiarmi (Kasie Anak dan Lansia Dinsos Kota Serang) : saat ini ada 40 orang pendamping (10 orang lansia dan 30 orang pendamping family support yang dari Bekasi. Tiap tahun ada 4 kali pertemuan para pendamping di Dinsos Kota Serang sharing budget dengan provinsi. Pendamping di SK kan per tahun. Ada nilai keaktfan pendamping, kalo laporan telat ditegur, setahun 3 kali laporan yaitu pendataan, pencairan dan penggunaan bantuan. Laporan dibawa pas pertemuan tiap 4 bulan. Pendamping aslut dan penyandang disabilitas biasanya berasal dari kader pos yandu, PSM atau Karang Taruna.sekarang pendamping aslut dan ASPDB resah dan galau ..soalnya program dihapus dan dialihkan ke PKH…sampe sekarang belum jelas kedepannya seperti apa dan apa yang akan dilakukan pendamping yang sudah lama direkrut dinsos..padahal mereka sangat membantu dalam pendampingan dan perlu ketrampilan khusus mendampingi lansia dan penyandang disabilitas..yang gak dimiliki pendamping PKH…

Page 81: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

75Hasil Penelitian

f. Kegiatan Pendamping Sosial

Kegiatan pendampingan sosial dikelompokkan menjadi kegiatan berikut:

1). Preventif

Kegiatan yang bersifat preventif, yaitu (1) penyuluhan sosial kepada masyarakat, (2) melaporkan kepada dinas sosial apabila ada calon KPM, (3) dan memberikan edukasi, sosialisasi dan motivasi kepada KPM, (4) melakukan pendataan, verifikasi dan validasi data. Semua pendmaping menyatakan melaporkan apabila ada calon KPM yang belum masuk data penerima bantuan.

2). Kuratif dan Rehabilitatif

Kegiatan yang bersifat kuratif/rehabilitatif, yaitu (1) memberi rujukan ke LKSA bagi anak terlantar, (2) membantu KPM memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan, (3) memfasilitasi anak KPM yang berhadapan dengan hukum, (4) memberikan teguran keras kepada KPM yang melanggar komitmen, (5) memberikan motivasi kepada KPM, dan (6) memberikan konseling kepada klien napza.

3). Pengembangan

Kegiatan yang bersifat pengembangan, yaitu (1) mendampingi KPM dalam mengelola usaha ekonomi dan pembukuan, (2) memberikan penyuluhan dan motivasi kepada KPM, dan (3) sosialiasi program pengembangan.

Berdasarkan jawaban yang disampaikan oleh pendamping sosial terkait program yang dijalankan menunjukkan bahwa sebagian besar pendamping sosial sudah memberikan

Page 82: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

76 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

jawaban yang tepat terkait dengan kegiatan preventif, kuratif/rehabilitatif dan pengembangan. Informasi yang disampaikan pendamping sosial cukup memadai yang didapat dari pelatihan atau bimbingan teknis dan bimbingan pemantapan yang pernah diterima yang kebanyakan diselenggarakan oleh direktorat terkait di Kementerian Sosial. Namun untuk pengembangan perlu pelatihan lanjutan yang lebih teknis.

Selain menggambarkan pengetahuan (knowledge or intelectual skill) pendamping sosial, kegiatan pendamping sosial pada ranah preventif, kuratif/rehabilitasif dan pengembangan, juga menggambarkan keterampilan yang dikuasai oleh pendamping sosial, baik keterampilan manajerial (managerial skill), ketrampilan sosial (social skill) maupun keterampilan teknis (technical or intervention skill).

1). Ketrampilan pengetahuan (knowledge or intelectual skill)

Pendamping sosial yang melalui perekrutan secara online beberapa tahun terakhir seperti PKH, Anak, Napza mensyaratkan pendidikan minimal S1 untuk menjadi pendamping sosial sehingga telah memiliki bekal pengetahuan. Bagi pendamping sosial yang bukan berlatarbelakang ilmu sosial dilatih melalui pelatihan dan bimtek/bimtap sehingga memiliki ketrampilan dalam pendampingan ke KPM atau klien. Sedangkan pendamping sosial Aslut, ASPDB atau KUBE yang telah lama menjadi pendamping ada yang berlatar belakang pendidikan SLTA tetapi karena telah lama berkecimpung dengan masyarakat tidak menjadi masalah karena mendapatkan pelatihan atau bimtek yang sesuai dengan yang dibutuhkan di lapangan.

2). Ketrampilan manajerial (managerial skill)

Pendamping sosial mempunyai dampingan berbeda-beda:

Page 83: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

77Hasil Penelitian

a). Individu (lansia, disabilitas berat, anak atau pengguna napza) memberikan bimbingan, konseling, membantu mengkoordinasikan pencairan bantuan sosial, memberi rujukan kepada LKSA, IPWL atau layanan kesehatan.

b). Keluarga atau kelompok (KPM PKH dan KUBE) mengkoodinasikan, membimbing, memimpin dan mengkolaborasi dengan penerima manfaat pada saat pengelolaan bantuan sosial dan keuangan.

3). Ketrampilan sosial (social skill)

Ketrampilan berhubungan sosial seorang pendamping sosial yaitu menjalin kemitraan dengan berbagai pihak untuk kepentingan KPM atua kliennya. Masing-masing pendamping mempunyai mitra kerja berbeda-beda sesuai dengan tugasnya:

a). Pendamping Sosial PKH yang mempunyai jumlah 200an KPM berkomunikasi dengan mereka pada saat pertemuan rutin, mendengarkan keluh kesah dan permasalahan rumah tangga ibu-ibu, pencairan bantuan yang kadang telat dan bantuan yang diterima tidak cukup untuk keperluan anak sekolah.

b). Pendamping Sosial Anak menjalin kerjasama dengan 25 LKSA se Kota Serang, kepolisian, Dinsos apabila menemui masalah anak terlantar, anak berhadapan dengan hukum berkoordinasi dengan instansi dan lembaga diatas. Selain itu memantau bantuan sosial yang diberikan kepada 25 LKSA tersebut.

c). Pendamping Sosial Aslut yang mendampingi 15 lansia tiap pendamping, mengobrol dengan lansia, mendengarkan keluh kesahnya bahkan merawat lansia, menemani mengambil bantuan sosial, memberi rujukan ke layanan kesehatan.

Page 84: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

78 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

d). Pendamping Sosial ASPDB, hampir sama dengan lansia, berkomuniaksi dengan keluarga PDB, mendengarkan keluah kesah keluarga dalam merawat PDB, memberi rujukan ke layanan kesehatan.

e). Pendamping Sosial KUBE menjalin komunikasi dengan anggota kelompok dalam menjalankan usaha kelompok dan menjalin kemitraan dengan pasar atau pihak terkait dalam pemasaran produk kelompok. Pada saat kelompok bubar karena usaha bangkrut atau program selesai, pendamping berusaha mencarikan jalan keluar atau mengalihkan ke program lain.

f). Pendamping Sosial Napza menjalin komunikasi dengan klien dan keluarganya, membantu LKS/IPWL dalam menjalankan rehabilitasi klien, membantu membuat proposal untuk mendapatkan bantuan sosial lembaga.

4). Ketrampilan teknis (technical or intervention skill)

Seluruh pendamping sosial diberikan ketrampilan teknis pada waktu pelatihan, bimtek atau bitmap, namun di

Sugiyanto (Ketua Yayasan Nururrohman) sebuah Institusi Penerima Wajib Lapor bagi pengguna narkoba yang terletak di Kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen Kota Serang. Saat ini ada 3 orang konselor, 2 tenaga kesejahteraan sosial dan 1 pekerja sosial tapi yayasan hanya memberi insentif tambahan bagi 3 orang saja..semua yang pernah ikut pelatihan di Lembang tahun 2015. Klien saat ini ada 30..pembinaan secara mandiri dengan menggunakan Ruqyah. Selain pengguna napza..yayasan juga menerima penderita psikotik dan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) obat-obatan dari puskesmas. Kewenangan yayasan terhadap pendamping bisa memindahkan dan memberhentikan..pernah terjadi karena ketidaksesuaian antara pendamping yang didrop dari pusat..jarang datang..lalu minta diganti.teknik yang dipake di yayasan ini menggunakan pendekatan religi jadi pendamping juga harus dibekali ketrampilan beragam agar meningkatkan profesionalisme..perlu juga pelatihan rutin yang berhubungan dengan pendampingan kepada klien..

Page 85: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

79Hasil Penelitian

lapangan pendamping sosial menyesuaikan dengan kondisi KPM atau kliennya. Pengalaman dalam kegiatan sosial kemasyarakatan menjadi tambahan ketrampilan teknis berkomunikasi dengan masyarakat, instansi di daerah dan khususnya para KPM atau klien yang didampingi.

g). Keberfungsian sosial

Keberfungsian sosial dilihat dari kemampuan KPM dalam memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, mengoptimalkan potensi dan menjalankan peran. Menurut pendamping sosial, setelah menerima program terjadi perubahan pada KPM sebagai berikut :

1). Mampu memenuhi kebutuhan pokok

Pada program PKH, bantuan sosial yang diterima dapat meringankan sedikit untuk biaya makan sehari-hari dan biaya pendidikan anak. Pada program ASLUT dan ASPDB dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari lansia dan PDB. Pada PKSA anak-anak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan di LKSA yang ditunjuk dan pada KUBE, KPM dapat menjalankan usaha secara berkelompok dan mendapatkan keuntungan walau tidak besar.

2). Mampu memecahkan masalah

Pada program PKH, KPM dapat mengatasi masalah kesehatan dengan mengontrol kesehatan ke posyandu atau puskesmas, anak putus sekolah dapat bersekolah kembali dan mengurangi beban pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Pada program ASLUT dan ASPDB, KPM dapat mengatasi beban pengeluaran makanan; dan pada pogram KUBE, KPM dapat mengatasi masalah kekurangan modal usaha.

Page 86: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

80 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

3). Mampu mengoptimalkan potensi

Pada program PKH, KPM dapat mengoptimalkan masalah kesehatan dan pendidikan, pada KUBE, KPM dapat mengembangkan potensinya, antara lain bertani, usaha jasa steem motor, dan mengelola usaha ekonomi. Sedangan pada program ASLUT dan ASPDB, para lansia merasa senang dikunjungi pendamping dan keluarga PDB mendapat perhatian dalam merawat keluarga yang PDB.

4). Mampu melaksanakan peran

Pada prorgam PKH, KPM melakukan dapat menjalankan kegiatan mengurus rumah tangga dengan mendapat tambahan bantuan sosial untuk kesehatan dan pendidikan. Selain itu KPM juga dapat melaksanakan peran memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya; dan memeriksakan kesehatan ibu dan anak ke fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit).Pada program KUBE, KPM dapat menjalankan usaha ekonomi sebagai sumber nafkah keluarga. Pada program Aslut dan ASPDB, keluarga merasa senang karena dapat pengetahuan tambahan dalam merawat lansia dan PDB.

h). Kelanjutan pendampingan

Setelah masa pendampingan selesai, beberapa pendamping sosial melakukan pendampingan mandiri khususnya pendamping KUBE, Aslut dan PDB. Program KUBE perkotaan telah berakhir tahun 2016, sedangkan program Aslut dan ASPDB isunya akan dialihkan ke PKH sehingga menimbulkan keresahan di kalangan pendamping Aslut dan ASPDB. Mereka bingung apa yang akan dikerjakan setelah tidak menjadi pendamping lansia dan PDB padahal

Page 87: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

81Hasil Penelitian

mereka sudah merasa dekat kenal lama dengan KPM. Walau tidak nanti tidak lagi menjadi pendamping lansia dan PDB, mereka tetap berkomitmen akan menjalin komunikasi dan berkunjung kepada lansia dan PDB yang mejadi dampingan selama ini. Pendamping ini yang awalnya adalah PSM atau Karang Taruna telah memiliki jiwa dan relawan sosial yang tinggi sehingga tetap bertanggung jawab terhadap nasib para lansia dan PDB yang selama ini didampingi.

Pendamping sosial PKH, anak dan napza yang mempunyai masa kontrak pada waktu tertentu dan bisa diperpanjang juga mengalami kegalauan apabila tidak diperpanjang lagi kontraknya padahal mereka merasa sudah menikmati pekerjaan sebagai pendamping sosial. Pendamping sosial merasa bertanggung jawab terhadap kelangsungan bantuan sosial yang diberikan dan kelanjutan program.

Hal ini menunjukkan, bahwa para pendamping sosial telah bekerja atau melakukan pendampingan sosial dengan hati. Mereka memiliki misi yang luhur, yaitu membantu orang-orang yang kurang beruntung, tanpa melihat berapa imbalan yang diterimanya. Sikap mulia yang diperlihatkan oleh para pendamping sosial tersebut perlu menjadi masukan bagi Kementerian Sosial ketika akan melakukan rekruitmen untuk pendamping sosial yang baru. Mereka perlu diberikan kesempatan lagi untuk menjadi pendamping sosial ketika telah habis masa kontraknya. Karena tidak mudah mendapatkan pendamping sosial yang memiliki komitmen dalam bidang kemanusiaan, loyal dan memiliki integritas yang baik terhadap bidang tugasnya.

Page 88: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

82 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

3). Jejaring Kerja/Kemitraan

a. Mitrakerja

Pada pelaksanaan pendampingan, pendamping sosial bekerjasama dengan berbagai pihak. Pada program PKH kerjasama yang dibangun pendamping sosial dengan, (1) kecamatan, kelurahan, UPT kesehatan, UPT pendidikan dan RT, (2) BNI dan Bulog, (3) service provider, pilar-pilar kesos (TKSK, PSM, Pekerja Sosial), dan (4) institusi sosial kabupaten. Sedangkan pada program KUBE, PKSA, Napza, ASLUT dan ASPDB, pendamping sosial bekerja sama dengan institusi sosial kabupaten, kecamatan, kelurahan, RT, dasa wisma (khusus KUBE) LKSA, IPWL, kepolisian, puskesmas.

b. Bentuk kerjasama dan dukungan

Berbagai bentuk kerjasama yang dilakukan pendamping sosial adalah (1) sering bertemu, berkoordinasi dengan berbagai instansi dan lembaga terkait (2) memfasilitasi dan memberikan layanan dalam melakukan pendampingan, (3) memantau kegiatan KPM pada saat pencairan bantuan dan pemanfaatan bantuan. Dukungan dari berbagai instansi dan lembaga serta KPM itu sendiri mempermudah pelaksanaan pendampingan dan pemberian layanan kepada KPM.

c. Permasalahan

Pendamping sosial menghadapi berbagai permasalahan di lapangan, seperti (1) data tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, (2) penggantian KPM yang meninggal atau pindah belum terealisasi, dan (3) sarana kerja terbatas (4) adanya permintaan warga untuk ikut program padahal tidak ada dalam data.

Page 89: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

83Hasil Penelitian

(5) ketidakjelasan penghapusan program Aslut dan ASPDB. Pendamping sosial telah menempuh langkah mengkomunikasikan permasalahan tersebut dengan instansi sosial provinsi dan Kementerian Sosial.

d. Koordinasi

Koordinasi dilakukan sesuai dengan program, yaitu dengan (1) TKSK, penyelia dan supervisor, (2) PSM, Karang Taruna dan aparat kelurahan, (3) Dinas Sosial Kota dan Provinsi, (4) RT, kelurahan, kecamatan dan Bank yang ditunjuk untuk pencairan bantuan (5) Fasilitas kesehatan dan pendidikan (6) Badan Narkotika Daerah (program napza) dan kepolisian. Hal ini menggambarkan, bahwa pendamping sosial telah menjalin koordinasi dalam melaksanakan tugasnya dengan berbagai pihak sesuai dengan program yang dilaksanakan.

4). Beban Kerja

a. Jumlah klien

Di Kota Serang, pendamping PKH yang menjadi informan mendampingi 172 KPM di 2 kelurahan Kota Serang. Pendamping KUBE mendampingi 100 orang (10 KUBE) di 2 kelurahan, pada program ASLUT mendamping 15 lansia, pada program ASPDB mendampingi 10 (sepuluh) orang dan pada program PKSA mendampingi 15 anak dan 25 LKSA, sedangkan pendamping napza mendampingi 30 klien di IPWL.

b. Jenis masalah

Jenis masalah pada setiap pendamping berbeda-beda tergantung program yang ditugaskan. Masalah yang paling mendasar dan sama adalah (1) data yang tidak valid, (2) kecemburuan sosial antara KPM dengan

Page 90: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

84 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

masyarakat di sekitarnya yang tidak mendapat bantuan, (3) KPM yang sudah usia lanjut dan PDB ada keluarga yang sulit diajak bekerjasama dalam merawat mereka dan banyak mengandalkan pendamping saja, dan (4) tugas tambahan di luar tugas pokok dari instansi sosial seperti kegiatan-kegiatan di Dinsos Kota dan Provinsi (5) program PKH, perluasan sasaran program PKH pada lansia dan PDB dirasakan menambah beban kerja, karena mereka dituntut mendampingi lanjut usia dan orang dengan kecacatan berat di mana mereka tidak memiliki ketrampilan yang memadai.

c. Alokasi Waktu

Pada program PKH, anak dan napza dituntut untuk melaksanakan pendampingan purna waktu sesuai kontrak kerja. Sedangkan pada program yang lain dilaksanakan paruh waktu. Artinya, pendamping sosial masih bisa melaksanakan aktivitas lain di luar tugasnya sebagai pendamping sosial.

d. Uraian Tugas

Pendamping sosial melaksanakan tugas, baik yang bersifat administratif maupun teknis di lapangan. Mereka membuat surat menyurat dan laporan tertulis sesuai kebutuhan. Kemudian, melaksanakan kegiatan teknis, seperti penyuluhan, koordinasi, validasi dan verifikasi data, penyaluran bantuan, kunjungan ke KPM, pertemuan kelompok, melakukan FDS, konseling dan memfasilitasi KPM pada sistem sumber.

5). Pelaporan

a. Jenis laporan

Pendamping sosial membuat laporan yang berisi pelaksanaan (proses) dan hasil (ouput dan outcome)

Page 91: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

85Hasil Penelitian

kegiatan pendampingan sosial. Laporan dibuat secara tertulis dengan format yang sudah ditentukan oleh Kementerian Sosial atau Dinas Sosial.

b. Cara penyampaian laporan

Laporan yang dibuat oleh pendamping sosial disampaikan secara langsung (hard copy) kepada Dinas Sosial Kota dan Provinsi, dan secara tidak langsung melalui email ke direktorat terkait di Kementerian Sosial.

c. Kepada siapa laporan dikirim

Pada program PKH, laporan disampaikan kepada (1) koordinator Kota, (2) Korwil Provinsi, (3) Dinas Sosial Kota, (4) Dinas Sosial Provinsi. Sedangkan pada program lain, laporan disampaikan kepada Dinsos Kota dan Provinsi, serta direktorat terkait di kementerian Sosial.

d. Frekuensi pelaporan

Pada program PKH, laporan dibuat setiap bulan untuk mengetahui perkembangan KPM. Sedangkan pada program yang lain dibuat sesuai kebutuhan, biasanya 3 bulan sekali pada saat pertemuan pendamping sosial di Dinsos Kota dan Provinsi.

e. Umpan balik laporan

Umpan balik dari laporan yang dibuat oleh pendamping sosial adalah honor atau taliasih yang diterima oleh pendamping. Artinya, pendamping sosial menerima honor atau tali asih setelah mengirimkan laporannya.

f. Sanksi bila tidak membuat laporan

Apabila pendamping sosial tidak membuat laporan atau laporan terlambat, maka sanksinya mereka tidak menerima honor atau taliasih atau mendapat teguran

Page 92: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

86 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

dari Dinsos Kota sehingga penyaluran honor dan taliasih terlambat diterima.

Berdasarkan temuan lapangan, pendamping sosial telah menyusun laporan setiap bulan atau 3 bulan sekali sesuai permintaan program. Namun demikian, laporan yang dibuat pendamping tersebut masih sebatas bentuk pertanggungjawaban atas tugas yang dilaksanakan. Selain itu, masih terkesan laporan yang dibuat sebagai persyaratan untuk pencairan honor atau taliasih. Permasalahan yang ditemui di lapangan adalah kadang honor atau tali asih yang diterima kadang terlambat padahal sudah membuat laporan secara rutin bahkan pada program KUBE berakhir ada pendamping yang tidak terima honor selama setahun. Berdasarkan wawancara dengan Dinsos, ada beberapa pendamping sosial yang malas membuat laporan atau kadang terlambat atau jarang bertemu dengan pemangku program di Dinsos.

6). Faktor Pendukung dan Penghambat

a. Faktor pendukung

Faktor pendukung pelaksanaan tugas para pendamping sosial adalah (1) koordinasi dan kerjasama yang baik antar berbagai lembaga dan instansi (2) adanya kepentingan dan kepedulian terhadap PMKS yang didampingi (3) jiwa sosial yang tinggi dari para pendamping untuk membantu permasalahan para KPM dan klien yang didampingi.

b. Faktor Penghambat

Faktor penghambat adalah (1) tugas tambahan di luar tugas pokok (2) data yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan (3) rasio pendamping dengan KPM (pada PKH), (4) terbatasnya sarana kerja (5) kurangnya

Page 93: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

87Hasil Penelitian

pengetahuan dalam melaksanakan pendampingan (terbatasnya diklat/bimtek untuk pendamping), (5) terbatasnya dana APBD untuk penambahan honor/taliasih, sarana kerja untuk pendamping

7). Saran-Saran

a. Pengembangan kapasitas

Pendamping menyarankan agar dilakukan diklat/bimtek yang berkaitan dengan FDS (PKH), teknik konseling, teknik komunikasi dengan klien yang bermasalah dan materi yang berkaitan dengan kebijakan dan program. Pada awal menjadi pendamping, ada yang pernah mengikuti pelatihan tetapi ada juga yang hanya bimtek atau bimtap saja.

b. Sarana kerja

Untuk mendukung kelancaran dalam melaksanakan pendamping, perlu dukungan sarana keja (laptop, pakaian seragam, ATK) dan sarana transportasi (sepeda motor). Selama ini pendamping sosial menggunakan peralatan pribadi untuk membuat laporan dan kunjungan ke KPM.

c. Insentif

Insentif untuk program ASLUT, ASPDB dan KUBE hanya sebesar Rp 500 ribu per bulan, berbeda jauh dengan insentif yang terima oleh pendamping sosial pada program yang lain. Untuk pendamping anak sebesar Rp 2.500.000 perbulan, pendamping PKH Rp 2.700.000 per bulan, sedangkan pendamping napza sebesar Rp 2.450.000 per bulan. Perbedaan insentif ini terlihat bahwa ketiga pendamping (PKH, anak dan napza) direkrut secara online dan dituntut memenuhi tingkat pendidikan minimal Sarjana dan mempunyai

Page 94: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

88 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

beban tugas dan target yang lebih jelas dalam kontrak kerja dan tidak boleh rangkap pekerjaan, sedangkan ketiga pendamping lai (Aslut, ASPDB dan KUBE) tidak melalui perekrutan secara online tetapi melalui usulan Dinsos ke Kementerian Sosial, tidak mensyaratkan pendidikan tingkat sarjana, mereka sebelumnya berangkat dari relawan sosial seperti PSM, Karang Taruna atau TKSK yang juga mempunyai pekerjaan lain.

d. Dibentuk Forum Pendamping Sosial tingkat kota atau provinsi agar saling mengenal dan berbagi pengalaman di lapangan juga untuk mengurangi kecemburuan antar pendamping.

C. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KOTA SERANG

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pendamping sosial telah melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari pelaksanaan kegiatan pendamping sosial ketika (1) melaksanakan keempat peran (penjalin sumber, motivator, pendidik dan fasilitator), (2) melaksanakan kegiatan yang bersifat preventif, kuratif/rehabilitatif dan pengembangan, dan (3) keberfungsian sosial pada KPM. Melalui pelatihan, bimtek/bitmap serta pengalaman di lapangan, pendamping sosial telah menunjukkan kemampuan intelektual, manajerial, sosial dan intenvensi yang memadai.

Eksistensi pendamping sosial juga diakui oleh Dinsos Kota/Provinsi atau Kementerian Sosial, LKS dan KPM; dan dirasakan manfaatnya oleh masing-masing pengguna tersebut. Eksistensi pendamping sosial sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan membantu permasalahan yang dihadapi PMKS. Begitupun LKS dan KPM,

Page 95: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

89Hasil Penelitian

eksistensi pendamping sosial sebagai penolong bagi aktivitas dan kebutuhan mereka.

Pendamping sosial telah membangun kemitraan dengan berbagai sistem sumber untuk mendukung pelaksanaan pendampingan sosial. Hal ini menggambarkan, bahwa pendamping sosial memiliki pengetahuan yang cukup dalam memahami permasalahan, sistem sumber dan metode pendampingan sosial.

Pendamping sosial dalam melaksanakan perannya memperoleh dukungan dari KPM, RT dan tokoh masyarakat, kelurahan, kecamatan, kepolisian, layanan kesehatan (puskesmas dan posyandu), pendidikan (SD dan SMP) dan Dinas Sosial. Berbagai pihak memberikan dukungan dan kemudahan, sehingga kegiatan pendampingan dapat dilaksanakan secara maksimal.

Pendamping sosial dalam melaksanakan perannya menghadapi hambatan, yaitu (1) data KPM tidak valid, (2) sarana kerja terbatas, (3) beban kerja yang tinggi, (4) pengetahuan dan ketrampilan kurang memadai (seiring dinamika di masyarakat), (5) latar belakang pendidikan, pengalaman dalam kegiatan sosial kemasyarakatan turut mempengaruhi kinerja para pendamping sosial di lapangan, (6) belum siapnya Dinsos dan pendamping sosial lama terhadap perubahan system perekrutan pendamping secara online dan terbuka dimana Dinsos tidak mengetahui latar belakang calon pendamping (7) kadang menimbulkan gesekan dan kecemburuan terutama perbedaan honor antar program, (8) keresahan lain adalah akan dihapuskannya program Aslut dan ASPDB yang akan beralih ke PKH membuat para pendamping dan Dinsos kebingungan akan kelanjutan program dan keberadaan pendampingnya.

Page 96: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

90 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

2. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian, dan tujuan penelitian maka direkomendsikan:

a). Data calon KPM terus di-update dengan melibatkan instansi sosial provinsi maupun kabupaten/kota dan pendamping sosial. Persoalan data yang tidak valid saat ini, telah mempengaruhi pelaksanaan peran dan fungsi pendamping sosial ketika berhadapan dengan tokoh masyarakat, dan masyarakat luas. Verifikasi dan validasi data calon KPM perlu melibatkan dinas sosial, aparat setempat, TKSK dan pendamping sosial.

b). Rekruitmen pendamping sosial memperhatikan populasi kelompok sasaran (calon KPM), sehingga diperoleh rasio antara pendamping dan KPM yang rasional. Rekruitmen tidak hanya memperhatikan latar pendidikan tetapi juga pengalaman dalam kegiatan sosial kemasyarakatan karena yang didampingi adalah masyarakat yang membutuhkan bantuan dan komunikasi yang baik.

c). Pendamping sosial belum cukup dengan pelatihan yang diikuti ketika di awal tugasnya. Persoalan di lapangan ternyata lebih dinamis, yang menuntut kemampuan dan keterampilan yang lebih besar. Sehubungan dengan itu, diperlukan pelatihan atau bimbingan teknis lanjutan bagi pendamping sosial seperti advokasi sosial, komunikasi, teknik konseling, manajemen keuangan, pengasuhan.

d). Pendamping sosial berhadapan langsung dengan masyarakat, sehingga memerlukan pengakuan dari masyarakat. Sehubungan dengan itu, diperlukan atribut (pakaian kerja) sebagai bukti legalitasnya di tengah masyarakat.

e). Besarnya insentif (honor, taliasih) bagi para pendamping perlu standarkan sehingga kesenjangan insentif antara

Page 97: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

91Hasil Penelitian

pendamping sosial tidak terlalu jauh yang disesuaikan dengan beban kerjanya.

f). Memasukkan kewenangan dinas sosial kota dan provinsi di dalam panduan pelaksanaan program, terkait dengan pengembangan kompetensi dan pelaksanaan tugas pendamping sosial.

g). Melakukan monitoring dan evaluasi, untuk mengetahui pelaksanaan peran dan fungsi pendamping sosial, sekurang-kurangnya setahun sekali.

III. KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATANA. Gambaran Umum Lokasi

Kota Makassar pada tanggal 1 September 1971 berubah namanya menjadi Kota Ujung Pandang setelah diadakan perluasan kota dari 21 km² menjadi 175,77 km². Namun kemudian, pada tanggal 13 Oktober 1999 berubah kembali namanya menjadi Kota Makassar. Dengan luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi. Kota Makassar merupakan kota internasional serta terbesar di Kawasan Indonesia Timur dan pada masa lalu pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia Timur Provinsi Sulawesi. Secara Administratif, Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan, yaitu: Kecamatan Mariso, Mamajang, Tamalate, Rappocini, Makassar, Ujung Pandang, Wajo, Bontoala, ujung Tanah, Tallo, Panakukkang, Manggala, Biringkanaya dan Tamalanrea, dan 143 kelurahan.

Penduduk Kota Makassar berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 1.449.401 jiwa yang terdiri atas 717.047 jiwa penduduk laki-laki dan 732.354 jiwa penduduk perempuan. Dengan kepadatan penduduk di Kota Makassar tahun 2015 mencapai 8.246 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga empat orang. Secara absolut selama periode

Page 98: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

92 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

September 2016 September 2017, penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan 15,90 ribu jiwa, sedangkan di daerah perdesaan mengalami peningkatan sebesar 13,27 ribu jiwa. Persentase penduduk miskin di perkotaan meningkat tipis sebesar 0,29 poin persen, sedangkan di perdesaan meningkat sebesar 0,35 poin persen periode September 2016 September 2017 (BPS, 2017).

Gambar 1. Peta Kota Makassar

Sumber : BPS Kota Makassar, 2017.

Keberadaan orang miskin di kota Makassar lebih cenderung dapat meningkatkan Permasalahan Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang ada di wilayah tersebut. Baik terkait dengan anak, lansia, cacat, dan NAPZA. Untuk itu, dalam penanganannya diperlukan adanya petugas pendamping sosial. Berdasarkan Permensos No. 16 Tahun 2017 Tentang Standar Nasional Sumber daya Manusia Penyelenggara Kesejahteraan Sosial. Pada Pasal 6 ayat 2, menyebutkan 14 Pendamping Sosial dalam penyelenggaraan Kesejahteraan sosial, yaitu : Pendamping Sosial KUBE, Pendamping Sosial PKH, Pendamping Sosial Aslut,

Page 99: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

93Hasil Penelitian

Pendamping Sosial Anak, Pendamping Sosial orang dengan AIDs, Pendamping Sosial Perdangan Orang, Pendamping Sosial Disabiltas Berat, Pendamping Sosial NAPZA, Pendamping Sosial KAT, Pendamping Sosial KAT Profesional, Pendamping Sosial Eks Napi, Pendamping Sosial Eks WTS, Pendamping Sosial Sarprasling Rutilahu, dan Pendamping Sosial UEP. Adapan jenis pendamping sosial yang sudah tersedia di wilayah Kota Makassar, adalah sebagai berikut :

Tabel 6.Jumlah Pendamping Sosial di Kota Makassar Tahun 2018

No. JENIS PENDAMPING JUMLAH KETERANGAN

1. Pendamping Sosial KUBE 5 orang

2. Pendamping Sosial PKH 74 orang

3. Pendamping Sosial ASLUT 13 orang

4. Pendamping Sosial Anak 8 orang

5. Pendamping Sosial Disabilitas Berat 13 orang

6. Pendamping Sosial NAPZA 11 orang IPWL YKP2N dan IPWL Dahulus

7. Pendamping BPNT 14 orang TKS

Sumber : Hasil Penelitian 2018.

Untuk melihat optimalisasi peran dan fungsi penyelenggara kesejahteraan sosial tersebut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial (Puslitbangkesos), Badan Pendidikan, Penelitian, dan Penyuluhan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia, sesuai dengan tugas dan fungsinya menyelenggarakan pada tahun 2018 melakukan penelitian Quick Research “Optimalisasi Peran Dan Fungsi Pendamping Sosial” di empat provinsi. Salah satu yang di jadi sampel lokasi penelitian ini adalah Provinsi Sulawesi Selatan khususnya di Kota Makassar.

Page 100: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

94 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

B. PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING

1. Jumlah Responden/Informan

Responden dalam penelitian ini adalah pendamping sosial berjumlah 10 orang terdiri dari 2 orang Sakti Peksos, 2 orang Pendamping PKH, 2 orang Pendamping Aslut, 1 orang Pendamping ASPDB, 1 orang Pendamping BPNT, 1 orang Pendamping eWarong KUBE PKH dan 1 orang Pendamping Napza (Peksos Adiksi). Kemudian sebagai informan adalah Petugas Dinas Sosial Kota Makassar berjumlah 3 orang, Lembaga Kesejahteran Sosial Anak (LKSA) berjumlah satu orang, Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) dan Keluarga Penerima Manfaat (KPM berjumkah 5 orang terdiri 2 KPM PKH, 2 KPM e-warong KUBE PKH dan Keluarga ASPDB.

2. Pendamping Sosial

Jenis pendamping sosial yang ada di wilayah Kota Makassar sebanyak 7 jenis pendamping sosial sebagai berikut: pendamping sosial KUBE, pendamping sosial PKH, pendamping sosial anak, pendamping sosial disabilitas berat, pendamping sosial NAPZA, dan pendamping sosial BPNT. Namun dari 7 jenis pendamping sosial yang ada baru 3 jenis pendamping yang sudah jelas baik, dilihat dari perekrutanya maupun insentif yang diberikan. Ketiga pendamping sosial tersebut antara lain : pendamping sosial PKH, pendamping sosial anak (Sakti Peksos), pendamping sosial NAPZA (Peksos Adiksi).

Sedang pendamping sosial yang dijadikan responden dalam penelitian berjumlah 10 orang, dengan kriteria 2 orang Sakti Peksos, 2 orang Pendamping PKH, 2 orang Pendamping Aslut, 1 orang Pendamping ASPDB, 1 orang Pendamping BPNT, 1 orang Pendamping eWarong KUBE PKH dan 1 orang Pendamping Napza (Peksos Adiksi). Adapun indentitas

Page 101: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

95Hasil Penelitian

responden pendamping sosial tersebut sebagai berikut :

a. Umur

Semua pendamping sosial yang menjadi responden, masuk dalam kelompok usia produktif meskipun kebanyakan usia diatas 36 tahun keatas sampai 51 tahun. Hanya 1 orang yang berusia 25 tahun yaitu Peksos Adiksi. Data ini menggambarkan, bahwa pada umumnya pendamping sosial memiliki kondisi fisik (kesehatan) yang baik; memiliki sikap mental yang tinggi (motivasi, semangat kerja, cita-cita, idealisme), yang akan memberikan pengaruh pada peran dan fungsinya dalam memberikan pendampingan sosial serta berpengalaman dalam melaksanakan pendampingan sosial untuk berbagai kegiatan.

b. Jenis kelamin

Dari sisi jenis kelamin, 2 (dua) orang laki-laki dan 8 (delapan) orang perempuan. Data ini menggambarkan, bahwa ada keterwakilan pada dua jenis kelamin dengan proporsi lebih besar perempuan.

c. Status

Dari sisi status, sebagian besar (6 orang) berstatus belum menikah, dan 4 (empat) orang status menikah. Status tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan peran. Apabila mampu mengelola dengan baik tanggung jawabnya sebagai pendamping sosial sekaligus tanggung jawabnya sebagai suami/isteri, maka mereka dapaat melaksanakan pendamping dengan baik.

d. Pendidikan

Dari sisi pendidikan, sebagian besar (8 orang) berpendidikan sarjana, (satu) orang berpendidikan Diploma 3 dan (satu) orang berpendidikan Sekolah

Page 102: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

96 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Menengah Atas (SMA). Pendamping PKH berpendidikan S1 Pendidikan matematika dan S1 Hukum Islam, Sakti Peksos berpendidikan S1 Kesejahteraan Sosial, Peksos Adiksi berpendidikan D-IV Peksos, Pendamping Aslut berpendidikan S1 Kesos dan SMA fisika, Pendamping ASPDB berpendidikan D3 Informatika, Pendamping BPNT berpendidikan S1 Sosial Ekonomi Pertanian dan Pendamping E-Warong PKH berpendidikan S1 Akuntasi.

e. Kesesuaian pendidikan dengan tugas

Dari sisi kesesuaian pendidikan dengan tugas, maka menurut 9 (sembilan) orang pendamping sosial, menyatakan bahwa pendidikannya sesuai dengan bidang tugasnya. Sebagaimana diuraikan pada aspek pendidikan, khususnya untuk Sakti Peksos dan Peksos Adiksi sudah sesuai dengan persyaratan utama yaitu berpendidikan S1/DIV Kesos dan hanya 1 pendamping Aslut yang berpendidikan SMA Fisika namun mereka telah mengikuti pelatihan tentang pendamping sosial, dan berpengalaman dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Hal ini menjadikan mereka mampu memberikan informasi yang benar terkait dengan pendamping sosial.

f. Daerah asal

Dari sisi asal daerah, 7 (tujuh) orang berasal dari Kota Makassar, dan 3 (tiga) orang berasal dari luar Kota Makassar. Namun 3 orang berasal dari luar kota Makassar 2 orang memang sudah menetap lama di Kota Makassar (mempunyai KTP Kota Makassar) dan 1 orang belum menetap (belum mempunyai KTP di kota Makassar. Hal tersebut menyebabkan pendamping sosial tidak mengalami permasalahan dengan adaptasi dengan lingkungan sekitar.

Page 103: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

97Hasil Penelitian

g. Mulai menjadi pendamping

Dari sisi lama menjadi pendamping sosial, sebanyak 2 (dua) orang menjadi pendamping sosial kurang dari 2 (dua) tahun, dan 8 (delapan) orang lebih dari 3 (tiga) tahun bahkan hampir sudah menjadi pendamping sosial hampir 10 tahun. Dengan demikian pendamping sosial di Kota Makassar sudah relatif lama menjadi pendamping sosial dan berpengalaman.

h. Insentif

Dari sisi insentif, Pendamping PKH mendapat gaji sebesar Rp. 3.000.000/bulan dan tambahan honorarium dari APBD sebesar Rp. 100.000/bulan serta dana dekonsentrasi sebesar Rp. 1.250.000/semester. Sakti Peksos mendapat gaji sebesar Rp. 2.500.000/bulan dan tambahan jika mengikuti kegiatan Dinas Sosial Kota Makassar sebesar Rp. 350.000/kegiatan. Peksos Adiksi mendapat gaji sebesar Rp. 2.450.000/bulan dan tambahan dari lembaga sebesar Rp. 500.000/bulan. Pendamping KUBE EWarong mendapat gaji sebesar Rp. 940.000/bulan dan tidak mendapat tambahan penghasilan. Pendamping ASPDB dan Pendamping BPNT mendapat honor sebanyak Rp. 500.000/bulan. Pendamping Aslut mendapat honor sebesar Rp. 200.000/bulan. Dengan demikian Pendamping PKH, Sakti Peksos dan Peksos Adiksi mendapat insentif lebih tinggi dibandinga dengan pendamping sosial lainnya.

i. Peralatan kerja

Pendamping PKH, Pendamping BPNT, Sakti Peksos dan Peksos Adiksi mendapat peralatan kerja berupa seragam, alat tulis kantor, kartu nama dan rompi sedangkan pendamping sosial lainnya tidak mendapat peralatan kerja.

Page 104: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

98 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

j. Pengalaman bekerja/aktivitas

Pendamping sosial telah memiliki pengalaman bekerja/aktivitas di bidang sosial baik dari Kementerian Sosial, Dinas Sosial provinsi dan Dinas Sosial Kota Makassar ataupun dari instansi lain. Pendamping PKH berpengalaman sebagai guru madrasah, program PNPM dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Kelurahan. Sakti peksos berpengalaman pada program pendampingan anak jalanan, sedangkan yang lainnya berpengalaman sebagai karang taruna, PSM dan Tagana sedangkan Peksos Adiksi belum mempunyai pengalaman lain dan merupakan fresh graduate dari STKS Bandung.

k. Diklat/bimtek yang pernah diikuti

Seluruh pendamping sosial pernah mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas baik berupa diklat yang diselenggarakan oleh Babes Diklat Regional V Sulawesi maupun Pusdiklatkesos. Selain diklat, pendamping sosial mendapat bekal untuk melalukan pendampingan sosial dari unit terkait melalui kegiatan Bimbingan Teknis dari unit teknis terkait. Pendamping PKH telah mengikuti Diklat PKH, Diklat FDS dan Bimtek resertifikasi dan validasi. Sakti Peksos telah mengikuti Diklat Sakti Peksos, Diklat perlindungan anak, Diklat Peksos pendamping anak, diklat layanan dukungan psikososial bagi anak yang bermasalah psikososial. Sedangkan Peksos Adiksi telah mengikuti Diklat Peksos Adiksi, Pelatihan UTC kurikulum 1, 2 dan 6. Sedangkan pendamping sosial lainnya hanya mendapatkan Bimtek dari unit teknis terkait.

Dari uraian tersebut diatas, Ada empat peran pendamping sosial dalam melakukan pendampingan

Page 105: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

99Hasil Penelitian

sosial kepada KPM ataupun klien, yaitu penjalin sumber, motivator, pendidik dan fasilitator.

1. Penjalin sumberPada peran pendamping sebagai penjalin sumber

hanya Pendamping PKH yang melaksanakan penjalin sumber dengan memfasilitasi KPM PKH yang memiliki usaha untuk dibantu modal usaha lewat program UEP dari Dinas Sosial Kota Makasar, menjalin kerja sama dengan BPJS mengenai KPM PKH yang belum mendapatkan Kartu Indonesia Sehat.

2. MotivatorSemua pendamping sosial melaksanakan peran sebagai

motivator:

a. Pendamping PKH (1) memotivasi KPM PKH untuk merubah pola pikir agar KPM PKH dapat meningkatkan kualitas hidup keluarganya.(2) memberi motivasi KPM untuk memberikan pendidikan anaknya pada usia sekolah dan Posyandu.

b. Pendamping BPNT memberikan semangat kepada dampingan untuk tetap tetap semangat dalam hidup sehingga motivasi yang ada dalam dirinya kembali bangkit.

c. Pendamping Aslut memberikan motivasi dan semangat hidup keluarga dan lanjut usia.

d. Pendamping ASPDB memberikan motivasi dan semangat hidup keluarga dan penyandang disabilitas berat.

e. Peksos Adiksi memberikan motivasi klien baik secara individu dan kelompok

3. Pendidik

a. Sakti peksos memberikan informasi yang baik dan

Page 106: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

100 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

benar kepada klien dalam menghadapi masalah untuk menjadi pribadi baik

b. Pendamping Aslut: memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti dan bersedia mengajarkan suatu ilmu jika klien membutuhkan, misalnya mengajarkan membaca bagi klien yang buta aksara.

c. Pendamping ASPDB memberikan penyuluhan dan bimbingan pembinaan kepada keluarga/wali ASPDB dalam penanganan penyandang disabilitas berat.

d. Pendamping PKH memotivasi KPM agar rajin kesekolah, melakukan verifikasi dan koordinasi ke sekolah

4. Fasilitator

a. Pendamping PKH melakukan fasilitasi KPM untuk dibantu baik dari dinas sosial, pendidikan maupun dinas kesehatan jika KPM tersebut mempunyai masalah, memfasilitasi KPM Ke rumah sakit jika belum mendapatkan KIS agar diberikan perawatan, memfasilitasi KPM untuk mendapatkan bantuan melalui Bank HIMBARA.

b. Pendamping ASPDB bersama masyarakat menggali potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat dan lingkungan sekitar, menggali harapan keluarga dan masyarakat, memberikan alternatif pemecahan masalah dan bersama-sama memecahkan masalahnya.

c. Pendamping BPNT memfasilitasi antara dampingan dengan potensi sumber kesejahteraan sosial yang ada.

d. Pendamping Aslut menjadi penghubung untuk memberikan fasilitasi terkait masalah yang dihadapi oleh lansia.

e. Sakti Peksos memberikan kesempatan dan fasilitas yang diperlukan klien dalam mengatasi masalah memenuhi

Page 107: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

101Hasil Penelitian

kebutuhan klien dan mengembangkan potensi yang dimilikinya memberikan dukungan emosional yang diperlukan klien agar klien merasa diperhatikan dan terpenuhi kebutuhan emosionalnya serta membantyu klien mengatasi masalah yang dihadapi.

5. Kegiatan

Kegiatan pendampingan sosial dikelompokkan menjadi kegiatan berikut:

a. Preventif

Sakti Peksos melakukan kegiatan goes to school terkait kekerasan terhadap anak, melakukan penguatan keluarga dan anak di LKSA serta klien di luar LKSA. Pendamping BPNT & ewarong KUBE PKH: menginformasikan program BPNT dan ewarong KUBE PKH kepada masyarakat. Pendamping ASLUT senantiasa melakukan penyuluhan sosial secara rutin di wilayah kerja. Pendamping ASPDB mendorong wali/keluarga untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang dapat membantu mengatasi masalah

b. Kuratif/Rehabilitif

Pendamping PKH memfasilitasi KPM PKH untuk mendapatkan KIS untuk bisa dipakai berobat. Pendamping ASPDB mengarahkan wali/keluarga untuk mengujungi ahli fisioterapi agar dapat mengurangi kecacatan dengan terapi. Pendamping Aslut senantiasa melakukan pendekatan yang bersifat kekeluargaan agar permasalahan yang dirasakan klien tidak terlalu berat, program pengobatan lansia tiap bulan. Peksos Adiksi melaksanakan terapi kelompok, psikososial. Sakti peksos melaksanakan layanan dukungan psiko sosial, family support, konseling

Page 108: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

102 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

c. Pengembangan

Sakti Peksos mengembangkan sistem konseling, menghubungkan klien dengan sistem sumber, membantu klien berfungsi secara sosial. Pendamping ewarong KUBE PKH memberi manfaat dalam kontribusi dengan adanya sistem non tunai pada program bansos sehingga perlu dikembangkan sebagai sarana informasi dan tempat penampungan atas permasalahan terutama yang nol bantuan. Peksos Adiksi melaksanakan modifikasi berbagai jenis terapi sesuai dengan budaya dan karekter daerah. Pendamping PKH memfasilitasi KPM yang mempunyai usaha untuk mendapatkan modal usaha ekonomi produktif dan memfasilitasi sekelompok KPM untuk mendapatkan bantuan ewarong KUBE PKH.

3. Keberfungsian sosial

Keberfungsian sosial dilihat dari kemampuan KPM dan klien dalam memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, mengoptimalkan potensi dan menjalankan peran. Menurut pendamping sosial, setelah menerima program terjadi perubahan pada KPM sebagai berikut :

a. Mampu memenuhi kebutuhan pokok

Pendamping PKH: membantu KPM untuk mendapatkan pekerjaaan dengan cara menginformasikan kepada keluarga, teman tentang keterampilan KPM.KPM PKH diberi kemampuan untuk mengembangkan potensi diri untuk bagaimana memenuhi kebutuhan pokok. Pendamping ASPDB ; terpenuhi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Pendamping ewarong KUBE PKH; dampingan perlu pemahaman dan tindak nyata dalam kehidupan sehari-hari dan bisa mandiri tidak tergantung

Page 109: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

103Hasil Penelitian

dengan orang lain. Pendamping Aslut: berusaha membantu klien agar mendapatkan lapangan kerja yang memadai sehingga kebutuhan pokok dapat terpenuhi. Peksos Adiksi: ada beberapa klien bisa bekerja lagi

b. Mampu memecahkan masalah

Pendamping BPNT; rasa kebersamaan yang tinggi sesama penerima BPNT sehingga apabila ada KPM saldo nol, rusak dan tertelan terbantu dengan dengan adanya kerelaan mengumpulkan dari anggota yang menerima sedikit dan disumbangkan yang saldo nol. Sakti Peksos mencari solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pendamping Aslut: memberikan solusi sebatas masalah keluarga bukan solusi masalah ekonomi. Pendamping ASPDB mengarahkan dan memotivasi wali/keluarga ASPDB dalam pemberian dan pemenuhan kebutuhan dasar pokok klien. Pendamping PKH mendampingi KPM PKH dalam memecahkan masalah mulai dari pendidikan,kesehatan, pencairan dana bantuan PKH, BPNT yang saldo nol dan atm hilang terblokir dan nol.

c. Mampu mengoptimalkan potensi

Pendamping PKH,KPM PKH mampu mengoptimalkan potensi diri/keterampilan yang dimiliki oleh KPM seperti pembuatan kue agar bisa menamba ekonomi keluarga. Pendamping Ewarong KUBE PKH; memotivasi KPM memiliki keahlian untuk memberikan pencerahan ke teman-temannya agar bisa mengembangkan dirinya untuk menambah pendapatan agar kehidupan lebih baik dan bermanfaat. Sakti Peksos mendorong klien agar mengembangkan potensi diri.

d. Mampu melaksanakan peran

Sakti Peksos: Klien mempunyai rasa empati, timbul rasa percaya diri dalam keluarga dan masyarakat, mampu

Page 110: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

104 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

menyampaikan pendapat. Peksos adiksi: klien mampu hidup normal di keluarga dan masyarakat. Pendamping BPNT,KPM PKH mempunyai kepercayaan diri yang besar agar bisa bersosialisasi dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Pendamping PKH, KPM PKH berperan aktif dalam masyarakat seperti ikut kerja bhakti dan berperan sebagai orang tua yang baik memperhatikan anak terutama pendidikan dan kesehatan.

4. Kelanjutan pendampingan

Pendamping Aslut;klien diberikan rujukan kepada instansi terkait jika dibutuhkan klien dan selalu berkomunikasi dengan klien. Pendamping BPNT: tetap dalam pemantauan agar dampingan tetap punya semangat hidup yang tinggi. Peksos Adiksi melakukan home visit, kunjungan ke komunitas dan kelompok. Sakti peksos: tetap melaksanakan bimbingan lanjutan, tetap melakukan monitoring terkait perkembangan klien, tetap melakukan koordinasi dengan pihak terkait RT,RW tokoh masyarakat dan tokoh agama

C. JEJARING KERJA/KEMITRAAN

Pada pelaksanaan pendampingan, pendamping sosial bekerjasama dengan berbagai pihak. Sakti peksos mempunyai mitra kerja dari kepolisian, kejaksaaan, pengadilan, Bapas, Dinsos, Dukcapil, Dinkes, Diknas, P2TP2A, Rumah sakit, LKSA, Psikolog dan LPA. Pendamping ewarong KUBE PKH mempunyai mitra kerja yaitu pendamping PKH, Korkot PKH, Kepala Unit BRI, penyalur dan penyedia barang. Peksos Adiksi bermitra dengan Dinas sosial, dinas pendidikan, perguruan tinggi, komunitas pengajar litera negeri dan TRC Dinsos Kota Makassar. Pendamping Aslut bermitra dengan Lurah, Ketua RT/RW, Kader setempat dan Dinas Sosial Kota Makassar.

Page 111: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

105Hasil Penelitian

Pendamping PKH bermitra kerja dengan operator, Dinsos, Dinkes, Disdik, BPJS, Himbara (BRI), TKSK dan camat, lurah, RT, RW. Pendamping ASPDB bermitra dengan Dinsos Provinsi, Dinsos Kota Makassar, Kelurahan, RT/RW Pendamping BPNT bermitra dengan Dinsos Provinsi, Dinsos Kota Makassar, Kelurahan, RT/RW, LK3 , lembaga sosial lainnya, Bulog dan BRI. Bentuk kerjasama/dukungan terjalin baik dan saling membantu dalam penyelesaian tugas masing-masing. Pendamping sosial menghadapi berbagai permasalahan di lapangan, seperti (1) data tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, komunikasi belum menyambung, bahasa yang digunakan dan situasi lapanngan. Pada peksos adiksi terjadi resistensi keluarga, klien tidak tahu asalnya, Sakti peksos kurangnya kerjasama yang baik dibeberapa instansi.

D. KOORDINASI

Koordinasi dilakukan pendamping sosial baik secara horizontal dengan berbagai pihak di tingkat kota maupun koordinasi secara vertikal dengan Kemensos

E. BEBAN KERJA

Pendamping BPNT jumlah kliennya sebanyak 1.020 orang. Sakti Peksos mendampingi 24 klien dan 2 LKSA. Pendamping ewarong KUBE PKH mendampingi 3 ewarong KUBE PKH di 2 kecamatan.Peksos adiksi mendampingi 5 klien. Pendamping Aslut mendampingi 15 klien. Pendamping PKH mendampingi 485 KPM PKH.

Pendamping PKH mengalami masalah saldo KPM PKH nol, atm hilamg/tertelan/terblokir, tidak buku tabungan dan buku tabungan. Pendamping Aslut sulit mengajak komunikasi klien. Pendamping ewarong Kube PKH belum ada bimtek khusus untuk pendamping ewarong KUBE PKH. Sakti peksos

Page 112: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

106 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

jenis masalah yang dihadapi adalah masalah kliennya yaitu anak berhadapan dengan hukum, pencurian, pencabulan, persetubuan, perjudian, penganiayaan, senjata tajam, penelantaran, perebutan hak asuh anak, adopsi anak dan nafza.

Pendamping BPNT dan ewarong KUBE PKH minimal sekali seminggu memantau keadaan pendamping. Pada program PKH, pendamping sosial melaksanakan pendampingan purna waktu. Sakti peksos setiap bulan minimal menangani sebanyak 2 kasus anak berhadapan dengan hukum.

Sakti peksos mempunyai tugas mengawal program PKSA, pendampingan LKSA, respon kasus dan tugas khusus. Pendamping BPNT melaksanakan pencatatan, pendataan, verifikasi dan monev. Pendamping ASPDB melaksanakan sosialisasi, pendataan, penyaluran dan pelaporan. Pendamping ewarong Kube PKH menjadi fasilitator, membuat laporan bulanan. Pendamping Aslut melaksanakan penjangkauan, assesment, penetapan klien. Pendamping PKH melaksanakan validasi, pertemuan awal, pemutakhiran data, verifikasi, pendampingan pencairan, pelaporan

F. PELAPORAN

Pendamping PKH, pendamping ewarong KUBE, Pendamping ASPDB membuat laporan bulanan dan laporan realisasi pencairan. Pendamping Aslut membuat laporan pemanfaatan bansos yang diterima. Peksos adiksi laporan kasus dan laporan rutin tiap bulan. Sedangkan sakti peksos ada laporan sosial ke penyidik, jaksa, hakim dan kemensos. Laporan yang dibuat oleh pendamping sosial disampaikan secara langsung, dan secara tidak langsung melalui email/grup WA.

Sakti peksos laporan sosial dikirim ke penyidik, jaksa, hakim dan kemensos sedangkan laporan bulanan dikirim

Page 113: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

107Hasil Penelitian

ke supervisor untuk diteruskan ke kemensos. Pendamping ewarong KUBE PKH belum ada, pendamping Aslut, ASPDB laporan disampaikan ke dinas sosial Kota Makassar. Sedangkan pendamping PKH selain ke Dinas Sosial Kota Makassar laporan juga disampaikan melalui Korkot. Pada program PKH Peksos Adiksi dan Sakti Peksos, laporan dibuat setiap bulan untuk mengetahui perkembangan KPM. Sedangkan pada program yang lain dibuat sesuai kebutuhan. Umpan balik dari laporan yang dibuat oleh pendamping sosial adalah honor atau taliasih yang diterima oleh pendamping. Artinya, pendamping sosial menerima honor atau tali sih seelah mengirimkan laporannya. Sedangkan umpan balik untuk kebijakan belum ada. Sanksi bila tidak membuat laporan. Apabila pendamping sosial tidak membuat laporan atau laporan terlambat,maka sanksinya mereka tidak menerima honor atau taliasih. Atau penyaluran honor dan taliasih mereka terlambat diterima.

G. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBATa. Faktor pendukung

Lembaga mitra yang mendukung, penerimaan masyarakat, kerjasama yang baik dari pemerintah setempat

b. Faktor Penghambat

Masih ada ego sektoral (sakti peksos), keterbukaan pembukuan ewarong, infomasi yang terlambat diteriman pendamping BPNT, komunikasi bahasa daerah, lokasi sulit dijangkau, peksos adiksi karakter klien yang berbeda-beda, penerimaan keluarga, sarana transportasi karena lokasi jauh.

H. SARAN-SARANa. Pengembangan kapasitas

Peksos adiksi; WI kurang menguasai secara utuh penanganan nafza, bimtek aturan baru PKH, diklat khusus

Page 114: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

108 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

pendamping kube pkh, diklat pengangkatan anak untuk sakti peksos

b. Sarana kerja

Untuk mendukung kelancaran dalam melaksanakan pendamping, perlu dukungan sarana keja (laptop, pakaian seragam, ATK) dan sarana transportasi (sepedamotor).

c. Insentif

Sakti peksos menginginkan kenaikan insentif karena sudah 3 tahun tidak naik, tupoksi bertambah. Pendamping BPNT perlu ditambah insentif. Peksos adiksi perlu BPJS Ketenagakerjaan. Disediakan jaminan

I. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, ada tujuh jenis pendamping sosial yang sudah ada di wilayah Kota Makassar, yaitu pendamping sosial KUBE, pendamping sosial PKH, pendamping sosial anak, pendamping sosial disabilitas berat, pendamping sosial NAPZA, dan pendamping sosial BPNT. Pendamping sosial tersebut sudah melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik, sebagai penjalin sumber, motivator, pendidikan, dan fasilitator.

Dalam melaksanakan perannya pendamping sosial menghadapi hambatan, yaitu masih ada ego sektoral (sakti peksos), keterbukaan pembukuan e-warong, infomasi yang terlambat diteriman pendamping BPNT, komunikasi bahasa daerah, lokasi sulit dijangkau, peksos adiksi karakter klien yang berbeda-beda, penerimaan keluarga, sarana transportasi karena lokasi jauh.

Page 115: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

109Hasil Penelitian

2. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang perlu dipertimbangkan dalam upaya “Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial”, sebagai berikut:

a. Kepada Kementerian Sosial

1. Rekruitmen pendamping sosial memperhatikan populasi kelompok sasaran (calon KPM), sehingga diperoleh rasio antara pendamping dan KPM yang rasional.

2. Pendamping sosial belum cukup dengan pelatihan yang diikuti ketika di awal tugasnya. Sehubungan dengan itu, diperlukan pelatihan atau bimbingan teknis lanjutan bagi pendamping sosial.

3. Besarnya insentif (honor, taliasih) bagi para pendamping perlu diperhitungkan kembali, sehingga tidak terjadi kesenjangan insentif antara pendamping sosial pada prorgam program berbeda.

4. Agar Asistensi Usia Lanjut di tahun mendatang lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam rangka mewujudkan Kepedulian Sosial, disarankan berikut: (1) Program ASLUT Tetap Dipertahankan di Kota Makassar, (2) Mengingat Lanjut Usia Terlantar Di Kota Makassar Masih Banyak, perlu ditambah jumlah sasaran penerima ASLUT Kemensos.

b. Kepada Instansi Sosial Provinsi Sulawesi Selatan

Mengalokasi anggaran dari APBD I :

1. Ada dana sharing untuk pengadaan sarana kerja dan insentif.

2. Melakukan bimbingan teknis kepada pendamping sosial.

3. Melakukan montitoring dan evaluasi terhadap

Page 116: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

110 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

pelaksanaan peran dan fungsi pendamping sosial, sekurang-kurangnya setahun sekali.

c. Kepada Instansi Sosial Kota Makassar

Mengalokasi anggaran dari APBD II :

1. Dana Sharing untuk pengadaan sarana kerja dan insentif.

2. Melakukan bimbingan teknis kepada pendamping sosial.

3. Melakukan montitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan peran dan fungsi pendamping sosial, sekurang-kurangnya setahun sekali.

IV. KOTA BATAM, KEPULAUAN RIAU

A. GAMBARAN UMUM

Kota Batam merupakan salah satu kota otonom dari 6 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Wilayahnya memiliki posisi sangat strategis, berada di Selat Malaka, salah satu jalur pelayaran internasional paling ramai di dunia. Kota Batam menjadi lebih strategis karena berbatasan langsung dengan Negara Singapura, sebuah negara pulau yang maju dan berperan penting sebagai pusat perdagangan internasional.

Luas wilayah Kota Batam meliputi 1.647,83 km2, yang terdiri dari lautan seluas 1.035,30 km2 dan daratan 612,53 km2. Kota Batam berada di sebelah selatan Kota Singapura, dengan jarak 12,5 mil laut (20 km). Wilayah daratan Kota Batam merupakan pulau-pulau, yang meliputi 186 buah pulau. Sebanyak 106 pulau diantaranya belum berpenghuni. Pulau yang utama yang relatif besar adalah Pulau Batam (415 km2), Pulau Bulan, Pulau

Page 117: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

111Hasil Penelitian

Kepa, Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Belakang Padang.

Kota Batam dibentuk sebagai sebuah Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1983. Sebelumnya Kota Batam hanya berupa sebuah kecamatan dalam Kabupaten Kepulauan Riau. Sejarah perkembangan Kota Batam bermula dari ditetapkannya wilayah ini menjadi sebuah kawasan khusus perdagangan dan industri yang dikelola oleh sebuah lembaga yang disebut Badan Pengelolaan Otorita Batam.

Kini Kota Batam terdiri dari 12 Kecamatan dengan 64 kelurahan. Jumlah penduduk Berdasarkan Sensus Tahun 2010, penduduk Kota Batam mencapai 954.450 jiwa. Berdasarkan proyeksi yang dibuat BPS (2017) jumlah penduduk Kota Batam pada tahun 2016 telah mencapai sebanyak 1.236.399 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 631.338 jiwa dan perempuan sebanyak 605.061 jiwa. Pada priode 2000 hingga 2010 laju pertumbuhan penduduk kota ini relatif sangat tinggi yaitu rata-rata sebesar 8,1 persen per tahun. Hal ini kiranya tidak terlepas dari status Kota Batam sebagai kawasan pengembangan khusus, sehingga mengundang banyak pendatang dari daerah lain di Indonesia.

Persebaran penduduk per kecamatan relatif kurang merata. Tiga kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Lubuk Baja dengan penduduk sebanyak 243.479 jiwa, kemudian Kecamatan Nongsa sebanyak 242.355 jiwa dan Kecamatan Batam Kota sebanyak 173.479 jiwa. Sedangkan kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Bulang sebanyak 9.924 jiwa, Kecamatan Galang dengan sebanyak 15.723 jiwa dan Kecamatan Belakang Padang sebanyak 19.229 jiwa.

Page 118: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

112 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

a. Pendamping Sosial

1. Kualifikasi

Di Kota Batam terdapat 4 jenis pendamping, yaitu: (a) Pendamping PKH; (b) Pendamping anak (Sakti Peksos); dan (c) Pendamping Lanjut Usia, dan (d) Pendamping Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas Berat (ASPDB). Populasi seluruh pendamping mencapai 109 orang. Sebagian terbesar adalah Pendamping PKH yaitu sebanyak 104 orang. Sisanya pendamping anak (Sakti Peksos) sebanyak 2 orang, pendamping lanjut usia sebanyak 2 orang dan pendamping ASPDB hanya 1 orang. Menurut jenis kelamin terdiri dari laki-laki sebanyak 48 orang dan perempuan sebanyak 651orang. Gambaran lebih lanjut tentang hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 7.Pendamping Sosial di Kota Batam Menurut Jenis Klamin

No Jenis PendampingJenis Kelamin

JumlahLaki-laki Perempuan

1 PKH 44 60 104

2 Anak/Sakti Peksos 1 1 2

3 ASLUT 2 - 2

4 ASPDB 1 - 1

Jumlah 48 61 109

Sumber: Diolah dari berbagai sumber di Dinas Sosial Kota Batam (2017).

Tabel di atas menunjukkan bahwa 95% pendamping di Kota Batam merupakan pendamping PKH, dan 56% pendamping Kota Batam adalah perempuan. Sedangkan gambaran pendamping Sosial berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut.

Page 119: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

113Hasil Penelitian

Tabel 8.Pendamping Sosial di Kota Batam

Menurut Jenis Program dan Pendidikan

No. Jenis PendampingTingkat Pendidikan

JumlahSLTA D3 S1 S2

1 PKH - 11 92 1 104

2 Anak/Sakti Peksos - - 2 - 2

3 ASLUT 1 1 - - 2

4 ASPDB - - 1 - -

Jumlah 1 12 95 1 109

Sumber: Diolah dari berbagai sumber di Dinas Sosial Kota Batam (2017).

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa untuk Pendamping PKH mempunyai pendidikan minimal Diploma Tiga, bahkan ada Magister 1 orang. Namun memasuki Pebruari tahun 2018 (saat penelitian ini dilakukan), peneliti menemukan informan pendamping PKH dengan tingkat pendidikan SLTA dan belum mengikuti diklat apapun.

Persoalan lain adalah jika idealnya pendamping sosial mempunyai latar belakang pendidikan kesejahteraan sosial, maka hal ini gagal dipenuhi karena dalam temuan di lapangan banyak yang mempunyai latar belakang di luar kesejahteraan sosial.

Walau data lengkapnya tidak ada, namun pengakuan tentang hal itu dikemukakan oleh sejumlah informan dan diakui pula dalam FGD. “Ia idealnya memang begitu, tapi mau cari dimana pak, sekarang walaupun begitu bolehlah tapi diklat kesejahteraan sosial mestsinya tetap dilakukan. Tapi ini nampaknya tidak terlaksana sepenuhnya”, demikian pengakuan Kepala Bidang Linjamsos Dinas Sosial setempat. Gambaran singkat tentang hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.

Page 120: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

114 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Tabel 9.Latar belakang Informan Pendamping Sosial

No. Aspek PKH Sakti Peksos Aslut ASPDB

1 Usia (Tahun) 24 27 45 50 31 28 31 56 46 28

2 Pendidikan S1 S1 D3 D3 D3 S1 S1 SLTA D3 S1

3 Jurusan Pemerin-tahan

Komuni-kasi

Sastra Mana-jemen

Kebi-danan

Keseha-tan

Masya-rakat

Ilmu Kesejah-

teraan Sosial

IPA Mana-jemen

Hukum

4 Kesesuaian pddkn ybs Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai

5 Mulai penugasan 2015 2016 2010 2010 2016 2015 2012 2012 2011 2012

Data di atas menunjukkan usia pendamping bergersak dari 24 hingga 56 tahun. Pendidikan SLTA dan Sarjana. Dari 10 informan ini, hanya 1 orang yang mempunyai latar belakang kesekahteraan social, yaitu Sakti Peksos. Anehnya semua mereka sesuai sebagai pendamping ssosial walau berasal dari luar ilmu kesejahteraan sosial.

Dilihat dari penugasan, dimulai dari tahun 2010. Kaitan dengan insentif yang diperoleh Pendamping PKH memperoleh Rp3 juta. Sementara Sakti Peksos hanya Rp 2.500.000, Pendamping Aslut hanya Rp. 300.000, dan Pendamping ASPDM sebesar 500.000.

Dilihat dari latar belakang kemasyarakatan umumnya mereka adalah aktivitas dalam kegiatan social kemasyarakatan dan memang sudah relatif dikenal masyarakat sebagai aktivis dalam berbagai organisasi. Pengalaman ini sangat mendukung sebagai modal menjadi pendamping social. Pengalaman ini semakin kaya ketika mereka memperoleh diklat atau sejenisnya pasca bertugas menjadi pendamping.

Page 121: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

115Hasil Penelitian

Beban kerja masing-masing pendamping dapat dijelaskan sekurangnya dari 3 aspek, yaitu: banyaknya klien, luas wilayah kerja, dan kompleksitas tugas dan fungsi. Wilayah kerja masings-masing jenis pendamping sosial berbeda. Wilayah kerja Pendamping PKH memiliki wilayah yang relatif lebih sempit, umumnya satu kelurahan. Sementara wilayah kerja pendamping anak, lanjut usia dan disabilitas berat meliputi keseluruhan Kota Batam.

Dilihat dari banyaknya klien yang menjadi binaan, Pendamping PKH memiliki lebih banyak klien dibanding pendamping sosial lainnya. Setiap pendamping PKH rata-rata memiliki klien sebanyak 200-300 KPM, bahkan ada yang hingga 500 KPM. Sedangkan pendamping anak tidak memiliki jumlah pasti. Banyaknya klien pendamping anak tergantung kasus yang ditemukan di lapangan atau dirujuk pihak lain. Pendamping Lanjut Usia rata-rata mendampingi sebanyak 6 orang lanjut usia.

Menurut wilayah atau lokasi tugas, Pendamping PKH tersebar di seluruh kecamatan yang ada. Jumlah pendamping PKH terbanyak terdapat di Kecamatan Sagulung, yaitu sebanyak 17 orang. Persebaran selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 10.Banyaknya Pendamping PKH di Kota Batam

Menurut Kecamatan

No. Kecamatan Jumlah

1 Sekupang 8

2 Belakang Padang 9

3 Batu Aji 6

4 Sagulung 17

5 Batam Kota 12

Page 122: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

116 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

6 Batu Ampar 7

7 Bengkong 7

8 Lubuk Baja 7

9 Nongsa 6

10 Bulang 7

11 Galang 10

12 Sei Beduk 8

Jumlah 104

Sumber: Diolah dari berbagai sumber di Dinas Sosial Kota Batam (2017).

Gambaran pendamping sosial berdasarkan tahun pengangkatan dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 11.Banyaknya Pendamping Sosial Menurut Tahun Pengangkatan

No.Jenis

PendampingTahun

Jlh2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 PKH 18 2 3 2 - 1 26 52 104

2 Anak/Sakti Peksos

- - 1 - - 1 - - 2

3 Lanjut Usia - 2 - - - - - - 2

4 Disabilitas - - 1 - - - - - 1

Jumlah 18 4 5 2 0 2 26 52 109

Sumber: Diolah dari berbagai sumber di Dinas Sosial Kota Batam (2017).

Berdasarkan data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa masa kerja pendamping PKH paling lama adalah 8 tahun untuk angkatan tahun 2010 dan pendamping Lanjut Usia 7 tahun

2. Peran dan Fungsi

Secara umum pengetahuan pendamping akan konsep peran pendampingan sangat minim. Namun demikian bukan berarti mereka tidak melaksanakan peran itu. Walau dalam konteks misi amal-kemanusiaan, mereka menjalani

Page 123: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

117Hasil Penelitian

perannya dalam wujud yang variatif sesuai dengan pemahaman masings-masing tanpa dikaitkan dengan konsep “peran pendamping yang ideal“. Pelaksanaan peran dan fungsi ini diakui langsung oleh klien atau penerima manfaat yang menjadi informan dengan menegaskan betapa hidup mereka menjadi lebih baik berkat bantuan pendamping sosial.

a. Peran

1). Penjalin sumber (resource linker)

Informan pendamping ASPDB menjelaskan bahwa ia sering menyambungkan kepentingan atau kebutuhan klien (penerima manfaat) yang menjadi dampingannya dengan berbagai pihak terkait. Lebih jauh tentang hal ini ia mengataskan :

“ ia... namanya juga penyandang disabilitas berat. Banyak kebutuhannya pak. Saya harus turun tangan membantu keluarganya ke beberapa lembaga pak. Ya ke BPJS, KIS, dokter praktek. Cuma saya nggak tahu itu namanya penjalin sumber pak. Maklum saya hanya tamat SMA. Apalagi nggak pernah diklat lagi pak“.

Pendamping ASLUT melakukan hal ini dengan mencari berbagai informasi yang relevan dengan kebutuhan kliennya. Pada tahap awal ia mencari informasi awal kepada teman sesama pendamping dan Dinas Sosial. Kalau informasinya sudah ada, ia mendalami dan mengunjungi lembaga dimaksud, lalu mendisksusikan permasalahan dan kebutuhan kliennya. Jika terjadi kesepakatan dengan lembaga dimaksud, selanjutnya akan dibuat kesepakatan tentang jawal pertemuan dengan lanjut usia yang membutuhkan pelayanan.

Page 124: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

118 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

“ Biasanya itu terjadi untuk penyakit yang susah diobati di Puskesmas pak. Maklum lanjut usia pak banyak penyakitnya, jadi untuk berobat di luar kita harus cari dokter yang mau membantu dari segi biaya pak. Ada beberapa orang yang seperti itu pak, soalnya keluarganya juga kurang mampu“, demikian ungkapan pendamping.

Bagi pendamping Anak (Sakti Peksos), pekerjaan ini lebih kompleks lagi. Terkait hal ini pendamping mengatakan:

“Kami harus mejalin kerjasama dengan berbagai susmber untuk pekerjaan kami pak, dan harus bekerja tanpa mengenal waktu. Terutama ketika harus berhadapan dengan kasus pidana anak. Beberapa sistim sumber yang kami akses selama ini adalah kepolisian, rumah sakit, psikolog, sekolah, Dinas Sosial, LKS, BPJS dan lain-lain“

Sedangkan pendamping PKH melakukan peran ini dalam upaya mempercepat pengentasan kemisksinan bagi KPM. “Proses ini kami lakukan dengan menghubungkan KPM agar dapat memperoleh berbagai bantuan yang sifatnya komplementaritas. Jadi siapa yang harus dihubungi, bagaimana caranya, apa persyaratannya dan seterusnya pak“, demikian pengakuan pendamping PKH.

Selain program komplementaritas, pendamping PKH juga berupaya menghubungkan anggota keluarga penerima manfaat dengan pekerjaan yang mungkin diakses atau kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendidik atau pengembangan ketrampilan bagi ibu atau anak-anak mereka. Program ini biasanya datang dari perusahaan atau kegiatan

Page 125: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

119Hasil Penelitian

organisasi tertentu yang dikaitkan dengan momen tertentu. Salah satu contoh dijelaskan “kami pernah merekomendasiskan ibu-ibu dan anaknya yang perempuan untuk mengikuti pelatihan memasak/kuliner. Saat itu mereka dilatih sekaligus diberi peralatan memasak walaupun terbatas. Pelatihan ini tanpa biaya pak“.

2) Motivator

Peran ini melekat dalam diri pendamping sehingga muncul dalam setiap respon pendamping ketika melihat dampingannya. Pendamping PKH mengakui bahwa memotivasi anggota KPM dilakukan setiap saat ketemu terutama ketika melihat ada sesuatu yang kurang berkenan menurut pendamping.

“Kalau ketemu anak, anaknya kita motivasi pak. Kalau ibu, ya ibunya kita motivassi. Begitu juga dengan bapaknya. Yang paling susah ya bapaknyalah. Merokoknya pak gak berubah. Terus maunya kita, mereka ngumpul semua dalam kegiatan FDS, tapi nggak pernah ngumpul pak. Hampir 100% kalau FDS ibu-ibu aja“

Peran motivator ini tanpa disadari kadang muncul dalam perilaku keseharian ketika bertemu dengan siapapun walau mereka bukan klien atau dampingan mereka. “Mungkin karena terbiasa pak, orang lain juga kadang jadi kita motivasis. Kadang kalau sudah tersadar, kami jadi ketawa sendiri pak, malu sendiri“. Tantangan yang paling besar dirasakan adalah memotivasi keluarga agar lebih mandiri dan tidak terlalu tergantung dengan bantuan PKH. “Kalau hal ini disinggung, kadang

Page 126: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

120 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

mereka diam aja pak. Tidak ada jawaban. Kita sulit menyimpulkan antara marah atau gimana gitu“.

Bagi Sakti peksos, tantangan terbesar adalah memotivasi anak yang berhadapan dengan kasus hukum sebagai korban. Masalah yang dihadapi pendamping adalah kurangnya dukungan dari keluarga anak yang menjadi korban karena dikaitkan dengan aib atau nama baik keluarga. Bahkan tidak jarang keluarga menekan anak agar tidak mengungkap kasus yang dihadapi.

“Tantangannya bagaimana meyakinkan keluarga dan korban ini pak. Mereka harus dibangkitkan dari keterpurukannya. Susahnya kadang pelaku melakukan intrik bahkan mengancam untuk tidak melapor ke polisi pak. Kita juga bisa terancam pak karena dianggap mencampuri masalahnya“

Dalam situasi ini Sakti Peksos yang mempunyai berlatar belakang sarjana kesejahteraan sosial terlihat lebih matang dalam penguasaan pendekatan pekerjaan sosial dalam mengadakan asesmen situasi sosial sehingga menempatkan diri dengan tepat. Mereka melakukan advokasi secara cermat dengan mengambil posisi sebagai “agen perubahan“. Terkait hal ini mereka mengatakan “kami memanfaatkan setiap kasus yang kami tangani sebagai momen untuk menyadarkan masyarakat sekitar pak“.

Hal yang berbeda dilakukan oleh pendamping ASLUT. Mereka memotivasi lanjut usia yang menjadi dampingannya yang terkadang pasrah dengan hidup bahkan terkesan putus asa hingga berdoa berharap agar segera dipanggil Yang Maha Kuasa. Pengakuan ini diungkapkan sendiri oleh informan

Page 127: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

121Hasil Penelitian

lanjut usia kepada peneliti dengan mengatakan “saya sebenarnya sudah ingin dipanggil yang maha kuasa nak. Daripada menyusahkan. Untung aja ada anak ini (maksudnya pendamping ASLUT) sehingga saya tetap semangat. Makanya dia sudah saya anggap anak saya“.

Pengakuan ini mencerminkan kuatnya peran motivator dan betapa dekatnya pendamping dengan lanjut usia yang didampingi. Pendamping ASLUT tidak saja sekedar menyukseskan target program, akan tetapi masuk lebih jauh ke kehidupan lanjut usia. “Masalah yang dihadapi lanjut usia adalah kurangnya peran keluarga pengasuh, sehingga mau tidak mau selaku pendamping mengambil alih peran“.

Hal yang tidak jauh berbeda terjadi dengan pendamping ASPDB. Melihat kondisi klien yang sepenuhnya tergantung pada bantuan orang lain, pendamping sering melihat pahitnya kehidupan penyandang cacat berat. Di sisi lain keluarga pengasuh tidak dapat berbuat banyak sehubungan dengan kondisi ekonominya yang umumnya lemah.

“Selaku pendamping, saya prihatin melihatnya pak. Jadi saya juga harus memotivasi keluarganya agar tegar mengasuhnya. Cuma ada saja anggota keluarga yang cuek. Pada hal kadang-kadang saya juga hanyut dalam kesedihan melihat anak yang cacat ini pak, Cuma tidak saya nampakkan di hadapan mereka“.

Lebih jauh pendamping mengemukakan bahwa pendampingan ini lebih banyak dilakukan dengan memberi motivasi agar klien dan keluarga

Page 128: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

122 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

lebih bertahan dalam semangat hidup. “Bagi saya ini sekaligus ibadah pak“.

3). Pendidik

Peran sebagai pendidik senantiasa dijalankan di setiap kesempatan bertemu dengan klien. Bagi pendamping ASPDB dan pendamping ASLUT, hal itu lebih diprioritaskan bagi keluarga pengasuh sehingga keluarga pengasuh diharapkan lebih memahami kondisi pssikologis penyandang disabilitas berat dan lanjut usia. Sejalan dengan hal ini, dua jenis pendamping ini mengalami masalah karena kekurangan pengatahuan aspek psikologis penyandang disabitas berat dan lanjut usia.

“Dulu memang kami dapat pengathuan itu ketika diklat pas awal mau bertugas menjadi pendamping. Tapi sedikit saja, ya.. dasar-dasar aja. Setelah itu nggak ada lagi diklatnya. Paling kami baca sendiri di internet pak, selebihnya yang kami lakukan adalah menjelaskan perawatan dalam kaitan dengan kesehatan dan hubungas dalam keluarga sebastas yang kami tahu pak“, demikian ungkapan pendamping ASPDB yang dibenarkan pendamping ASLUT.

Hal yang sedikit berbeda dikemukakan oleh pendamping PKH dan Sakti Peksos. Pendamping PKH dengan jumlah dampingan yang banyak menjelaskan bahwa :

“Peran mendidik sangat mewarnai peran kami pak, soalnya program kami mempersyaratkan hal itu bagi anak yang sekolah, ditambah dengan FDS yang lebih menyerupai sekolah bagi keluarga penerima manfaat. Peran itu lebih nyata lagi ketika kami menyampaikan materi FDS. Bahkan ada

Page 129: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

123Hasil Penelitian

juga pendamping memberikan les (maksudnya bimbingan belajar) gratis ke anak KPM Pak“.

Bagi Sakti Peksos, peran ini lebih banyak dijalankan ketika mengadovokasi anak yang berhadapan dengan hukum. Terkait hal ini informan pendamping Sakti Peksos menjelaskan :

“Kami melakukannya sebagai upaya untuk menyadarkan anak dan keluarganya akan hak-haknya sehingga mau bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk menegakkan keadilan atas perlakuan yang diterima si anak. Biasanya proses ini akan berlangsung agak susah, pelan-pelan hingga lama-lama mau bekerjasama“.

4). Fasilitator

Upaya fasilistasi oleh pendamping dilakukan sebagai upaya memenuhi kebutuhan klien (penerima manfaat), baik kebutuhan yang terkait langsung dengan program, maupun yang tidak terkait langsung dengan program. Prioritas utama adalah yang terkait langsung dengan program.

Bagi pendamping PKH, fasilitasi diutamakan untuk memenuhi persyaratan program, terutama dikaitkan dengan perubahan saluran bantuan PKH dari PT Pos ke Bank. Banyak kasus ditemui KPM belum bisa memperoleh rekening dan atau ATM sehubungan dengan ketidakcocokan pengetikan identitas KPM sehingga membutuhkan bantuan akses berbagai layanan publik seperti perbaikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan sejenisnya.

“ Yang begini pak, kami harus memfasilitasi dengan pihak kelurahan sehingga apa yang dibutuhkan oleh KPM dapat dipenuhi. Yang lebih parah, masih

Page 130: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

124 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

ada yang enggan ke Bank sementara urusan ke Bank tidak boleh diwakili, ya harus kita fasilitasi, termasuk pencairan uang dari ATM. Begitu juga dengan upaya untuk memperoleh bantuan lain yang sifatnya bagian dari komplementaritas “.

Untuk yang tidak terkait langsung dengan program, walau tidak banyak ada beberrapa pendamping PKH yang menjajagi kemungkinan mendirikan koperasi dengan menghimpun KPM PKH sebagai anggotanya. Saat penelitian berlangsung pendamping PKH dimaksud berdiskusi dengan peneliti tentang berbagai hal yang dibutuhkan. Menurut pengakuan pendamping tersebut, ternyata upaya sejenis juga dilakukan oleh pendamping yang lain.

Pengakuan yang berbeda dikemukakan oleh Sakti Peksos walau tetap dikaitkan dengan upaya pemenuhan kebutuhan klien. Beberapa hal yang dilakukan adalah memfasilitasi anak agar sekolah anak dapat berlanjut walau itu hanya dengan Paket B atau Paket C bagi anak putus sekolah, memfasilitasi keterbatasan orang lain agar keberfungsian sosialnya lebih optimal. Misalnya dengan mencari sumbangan tongkat.

Pendamping ASPDB dan ASLUT melaksanakan peran fasilitasi dengan menjembatani pihak-pihak yang mau memberi pertolongan atau sumbangan sehingga keberfungsian sosial dan kebutuhan klien lebih terpenuhi seperti kursi roda, kasur angin, makanan dan lain-lain.

Page 131: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

125Hasil Penelitian

b. Fungsi

Sama halnya dengan konsep peran, konsep fungsi pendampingan masih banyak yang belum mengenalnya walau sesungguhnya mereka sudah melaksanakannya. Hal ini terjadi karena latar belakang pendidikan mereka dan belum mengikuti diklat sejenis, kecuali untuk Sakti Peksos.

1). Preventif (Penyuluhan)

Pendamping ASLUT melakukan hal ini khusus kepada lanjut usia yang menjadi dampingannya. Sedangkan kepada lanjut usia lain hanya dilakukan saat tertentu ketika ada kegiatan yang sifatnya mendukung, misalnya kalau pas acara kumpul-kumpul lanjut usia.

“Tapi harus hati-hati pak, soalnya mereka biasanya langsung tanya kapan bisa dapat bantuan?. Ujung-ujungnya ke situ pak. Jadi jangan sampai salah ngomong. Masalah lain, kalau penyuluhan, kami hanya bicara biasa-biasa saja pak. Kalau ditanya hal-hal khusus, saya nggak tahu pak. Kalau bawa orang lain untuk penyuluhan berat. Jadi ya orang itu agak bosan juga pak“.

Hal yang sama terjadi dalam pelaksanaan fungsi kuratif, rehabilitatif dan pengembangan. “Kalau kuratif paling saya memfasilitasi ke dokter atau rumah sakit aja pak. Itu saja pak. Untuk lanjut usia susah pak“, demikian pengakuan pendamping lanjut usia.

Pendamping ASPDB mengalami masalah yang relatif sama dengan pendamping ASLUT karena kurang memahami konsep fungsi pendamping. Ketika dijelaskan lebih jauh tentang fungsi pendampingan, ia mengaku melakukan penyuluhan pada momen tertentu yang sifatnya resmi dengan bergabung pada acar kegiatan kantor dari Seksi Lanjut Usia. Penyembuhan

Page 132: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

126 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

dan pengembangan dilakukan bekerja sama dengan keluarga pengasuh. Pengembangan yang dilakukan adalah mencarikan sumbangan lain bagi keluarga pengasuh dengan harapan agar klien penyandang disabilitas berat ikut menikmati hasilnya, misalnya UEP. Untuk rehabilitatif dilakukan dengan berusaha memperbaiki pemahaman masyarakat sekitar atas stigma negatif kepada penyandang disabilitas dan keluarganya. “Biasasnya hal itu saya lakukan secara informal sambil ngobrol pak. Jadi santai aja tapi masuk sedikit sedikit“

Bagi Sakti Peksos, penyuluhan dilakukan dengan pendekatan yang lebih profesisonal berupa “peksos go to scshool maupun ke lembaga kesejahteraan sosial anak dsalam kegiatan TEPAK (Temu Penguatan Anak dan Keluarga) dengan materi yang variatif. Untuk penyembuhan mereka mengakui melakukan penyembuhan psikologis. “Kami akan mendengar keluhannya dengan seksama, memeluk klien agar bebannya, menepuk untuk memberi penguatan dan sebagainya“. Sedangkan fungssi rehabilitatif dilakukan untuk menetralisir stigma negatif PMKS terutama bagi anak korban kasus hukum dan narkoba. Pengembangan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan asesmen mendalam atas bakat, minat dan potensi klien untuk disambungkan dengan sistem sumber yang tersedia.

Pendamping PKH melakukan penyuluhan bersamaan dengan pertemuan kelompok dari satu kelompok ke kelompok yang lain dalam wilayah dampingan. Materi penyuluhan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan KPM dikaitkan dengan modul-modul FDS. Penyembuhan biasanya dikaitkan dengan

Page 133: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

127Hasil Penelitian

fungsi rehabilitatif untuk memperbaiki sikap dan perilaku anggota KPM yang kurang mendukung target PKH, seperti kehadiran di sekolah yang rendah dan perilaku yang malas berobat ke puskesmas. Sedangkan pengembangan dilakukan dengan mengarahkan KPM uuntuk lebih memberdayakan keluarganya dalam usaha-usaha tertentu.

“Misalnya beternak tapi ayamnya cuma 2 atau 3 ekor pak. Ini kita arahkan agar ternak ayamnya ditambah, sehingga usaha ternaknya lebih serius. Atau ada kerjaan sambilan dari pabrik, tapi tidak maksimal pengerjaannnya karena yg mengerjakan hanya si ibu, kita arahkan agar semua anggota keluarga terlibat, dan seterussnya“

Keberfungsian sosial klien

Terkait dengan keberfungsian sosial klien, keempat jenis pendamping sosial yang menjadi informan sepakat bahwa kemampuan memecahkan masalah dan mengoptimalkan potensi diri klien (penerima manfaat) umumnya sangat rendah. Dalam banyak kasus pembagian kerja atau peran antara suami dan isteri membatasi kinerja keluarga. Dalam forum diskusi, Pendamping PKH mengakui hal ini sebagai hambatan dalam membangun keberfungsian keluarga dalam memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Ketika terjadi masalah, keluarga cenderung menyerah, apalagi kalau pendamping tidak membantu. Hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan yang relatif tinggi bagi pendamping.

Pendamping PKH secara perlahan mencoba memberi pencerahan dalam penyuluhan di dalam pertemuan kelompok KPM atau melalui FDS. “Hanya

Page 134: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

128 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

saja masalahnya, kami pendamping belum seluruhnya dapat pelatihan FDS, kami melaksanakannya semampu kami berdasarkan pemahaman kami terhadap buku pedoman“.

Sakti Peksos menjelaskan banyaknya kasus yang tidak tertangani sehubungan dengan rendahnya keberfungsian sosial klien. Hal ini terjadi karena rendahnya pengetahuan masyarakat akan hak dan kewajibannya sementara pada saat yang bersamaan mereka mengalami tekanan psikologis untuk menjaga nama baik atas kasus yang dianggap membawa aib bagi keluarga. “Jadi yang kami tangani hanya yang ketahuan saja pak, itu pun tidak semua pak. Masih banyak yang tidak tercover. Apalagi di Batam ini, kasus perdagangan orang lumayan besar pak“. Dalam konteks inilah pendamping agak sulit mengharapkan adanya keberlangsusngan pendampingan.

Hal yang lebih menyedihkan terjadi pada klien pendamping ASPDB dan klien pendamping ASLUT. Sehubungan dengan rencana penggabungan ke PKH, mereka cemas atas kemungkinan tidak tertampungnya klien mereka secara penuh di PKH. Dalam hal ini keberlangsungan pendampingan akan terancam terputus. “Kami selaku pendamping, akan tetap memberikan pendampingan sekalipun kami tidak ditampung sebagai pendamping dalam PKH. Tentu saja sebatas kemampuan kami pak“.

3. Jejaring Kerja

Secara umum jejaring kerja masih terbatas pada kelembagaan atau instansi pemerintah, yang dikaitkan dengan pentingnya pelayanan publik bagi penerima

Page 135: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

129Hasil Penelitian

manfaat sebagai warga negara. Gambaran tentang hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 12.Mitra Kerja Pendamping

No. Pendamping PKHPendamping

ASLUTPendamping

ASPDBSakti

Pekssos

1 Dinas Sosial Dinas Sosial Dinas Sosial Dinas Sosial

2 Dinas kesehatan dan Puskesmas atau sejenis

Dinas kesehatan dan Puskesmas atau sejenis

Dinas kesehatan dan Puskesmas atau sejenis

Dinas kesehatan dan Puskesmas atau sejenis

3 Dinas Pendidikan dan Sekolah atau sejenis

Kecamatan, kelurahan dan RT/RW

Organisasi Penyandang Disabilitas

Komisi Pengawasan dan perlindungan Anak Daerah (KPPAD)

4 BPJS BPJS BPJS Kepolisian

5 BRI dan layanan sejenis

Tokoh masyarakat Forum Komunikasi Organisasi Kedisabilitasan

Pengadilan Negeri dan Kejaksaan

6 Kecamatan, kelurahan dan RT/RW

Ulama atau rohaniawan

Petugas daerah untuk Pendataan kedisabilitas

Badan Pemasyarakatan (Bapas

7 Rumah Pangan Kita (RPK)

Organisasi lanjut usia

Kecamatan, kelurahan dan RT/RW

Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA)

Untuk pelaksanaan pendampingan, mitra kerja sebagaimana terlihat dalam tabel di atas merupakan mitra kerja secara vertikal, baik pada tingkat Kota Batam maupun pada tingkat Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan pada tingkat horizontal mita kerja pendamping adalah sesama pendamping dan tokoh masyarakat dan kelompok profesional seperti psikolog dan konselor.

Sebagai mitra kerja, kerjasama dibangun dengan mengikuti prosedur pelayanan publik di lembaga

Page 136: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

130 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

pemerintahan. Sementara untuk sesama pendamping dilakukan kerjasama langsung di bawah koordinasi Dinas Sosial. Persoalan muncul ketika lembaga tertentu kurang respsonsif, terutama pada saat datangnya pejabat baru di suatu instansi sehingga membutuhkan waktu untuk mempelajari program masing-masing pendamping.

Sedangkan untuk sesama pendamping muncul masalah sehubungan dengan proses teknis komplementaritas program. Misalnya antara pendamping PKH dengan TKSK kaitannya dengan raskin atau rastra. Dalam proses pendampingan terkesan terjadi rebutan klien. Kasus yang sama dikhawatirkan akan terjadi pada saatnya antara pendamping PKH dengan pendamping ASLUT dan pendamping ASPDB.

Lebih jauh terlihat kesan ego sektoral sesama pendamping sosial. Untuk itu pihak penyelengggara program, baik di tingkat pusat atau tingkat daerah perlu mengambil inisiatif membangun sinergi sesama pendamping, termasuk untuk pengembangan ketrampilan pendampingan. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan Sakti Peksos yang mempunyai latar belakang pendidikan kesejahteraan sosial sebagai narasumber bagi pendamping lainnya yang mempuntai latar belakang dari luar pendidikan kesejahteraan sosial.

4. Beban Kerja

Gambaran tentang beban kerja pendamping dapat dilihat dalam tabel berikut.

Page 137: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

131Hasil Penelitian

Tabel 13.Beban Kerja Pendamping

No. AspekPendamping

PKHPendamping

ASLUTPendamping

ASPDBSakti

Pekssos

1 Jumlah dampingan

Rata-rata 200-300 KPM

Rata-rata 12 orang lanjut ussia

Rata-rata 10 orang penyandang

Rata-rata 40 kasus (tahun 2017)

2 Orang yang didampingi

pasti karena sudah ditetapkan oleh penyelenggra program

pasti karena sudah ditetapkan oleh penyelenggra program

pasti karena sudah ditetapkan oleh penyelenggra program

tidak pasti, tergantung kasus yang terjadi di masyarakat

3 Jenis masalah yang didampingi

keluarga miskin lanjut usia terlantar

penyandang disabilitas berat

anak terlantar, anak jalanan, ABH, AMPK, Balita terlantar

4 Alokasi waktu pendampingan

bisa diatur sendiri

bisa diatur sendiri

bisa diatur sendiri

tidak bisa diatur sendiri, tergantung kasus yg terjadi

Tabel di atas smenunjukkan bahwa secara kuantitatif beban kerja terbesar ada pada pendaping PKH dan terendah ada pada pendamping ASLUT dan ASPDB. Namun secara kualitatif beban kerja pendamping ASLUT dan ASPDB tidak kalah berat mengingat mereka harus bekerja untuk seluruh wilayah Kota Batam. Sementara untuk Sakti Peksos tidak bisa bekerja dengan mengatur waktunya secara leluasa mengingat kasus yang didampingi bisa saja terjadi malam hari dan atau hari libur. Terkait hal ini mereka menjelaskan :

“Kami harus bekerja 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu pak. Tidak jarang malam hari kami harus bekerja karena dihubungi mitra dari Kepolisian sehubungan dengan kasus yang terjadi, dan kami harus segera ke lapangan pak.suka nggak suka ya memang begitu pak“.

Page 138: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

132 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

5. Pelaporan

Sistim pelaporan relatif sama sesama pendamping. Pelaporan dilakukan secara tertulis berupa laporan bulanan yang disampaikan kepada Dinas Sosial Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau dan Kementerian Sosial setiap bulan dalam bentuk soft copy atau hard copy dengan materi kegiatan bulanan dan laporan kasus.

Persoalan utama yang dirasakan oleh pendamping dalam sistem pelaporan adalah rendahnya respon pengelola program atas substansi atau materi laporan. Terkait hal ini, Sakti Peksos menyebut bahwa “kalaupun ditemukan respon hanyalah apabila ada laporan, maka ada realisasi honor“. Sementara sanksi atas kalau tidak menjalankan tugas adalah diberi peringatan. Khusus untuk pendamping PKH, ada surat peringatan 1, 2, dan 3 hingga pemberhentian jika terjadi pelanggaran berat.

6. Faktor Pendukung dan Penghambat

a. Faktor Pendukung

1. Dari diri pendamping

a) Semangat kerja, rasa tanggung jawab dan kerjasama tim sesama pendamping.

Sebagai orang yang berhadapan dengan orang yang harus dibantu keluar dari permasalahan, pendamping tidak hanya tergerak berdasarkan kontrak kerja pendampingan. Pendamping bekerja juga dilandasi oleh motivasi kemanusiaan dan tanggung jawab sebagai pekerja sosial yang harus menolong sesama manusia. “Sedikit banyak kami merasa terbebani oleh rasa bersalah pak. Kalau gara-gara kami misalnya bantuan kepada KPM terlambat atau dikurangi. Maka kami berusaha agar hal itu

Page 139: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

133Hasil Penelitian

tidak terjadi, ya... kami berusaha bekerja dengan baik, kasihan mereka pak“. Demikian pengakuan seorang pendamping PKH.

Walau pernyataan ini tidak sepenuhnya menggambarkan semangat kerja keseluruhan pendamping, namun pengakuan ini menunjukkan keseriusan pendamping dalam bekerja menunaikan tanggungjawabnya sebagai pekerja sosial untuk tidak berbuat kesalahan hingga membawa akibat yang merugikan bagi penerima manfaat yang didampingi.

Ketika hal ini dikonfirmasi ke pendamping program lain, pengakuan yang sama ditunjukkan oleh Pendamping ASLUT. Bahkan seorang kakek yang menjadi penerima ASLUT secara tegas mengakui hal itu dengan mengatakan “... bagi saya, dia bukan lagi sekedar pendamping. Ia sudah menjadi anak saya. Semua urusan saya dia bantu“. Hal yang sama juga diakui oleh Pendamping ASPDB.

Hal yang lebih berat ditunjukkan oleh satuan bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos). Ketika mereka mendapat laporan bahwa seorang anak yang diperlakukan salah, mereka harus bekerja mendampingi korban sekalipun itu tengah malam. “Kadang kami bekerja tidak mengenal jam kerja pak, apalagi kalau terkait ABH“.

Semangat kerja dan tanggungjawab ini didukung oleh kerjasama tim sesama pendamping dalam setiap kategori pendamping untuk saling mendukung dibawah komando koordinator masing-masing pendamping. “Wajib kerjasama pak, apalagi kalau harus turun tengah malam menangani kasus

Page 140: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

134 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

ke lapangan biasanya kami turun bersama pak. Itu juga demi keamanan kita pak, demikian ungkapan Sakti Peksos. Hanya saja kerjasama antar kategori pendamping belum terlihat optimal. Masing-masisng terkesan jalan sendiri-sendiri. “Kalau itu memang terasa pak. Bahkan banyak juga tidsak saling kenal“ demikian ungkapan yang muncul dalam sesi FGD.

b. Sikap altruis pendamping

Intensitas interaksi sosial antara pendamping dengan masyarakat yang didampingi ternyata mempengaruhi sikap dan perilaku pendamping itu sendiri. Interaksi yang dibangun dalam konteks perilaku menolong masyarakat menyebabkan “jiwa sosial menolong antar sesama“ (altruis) dalam diri pendamping semakin menguat. Sikap dan perilaku menolong menjadi hal yang biasa bagi mereka, sehingga masyarakat yang sesungguhnya bukan dampingannya pun tetap dilayani jika hal itu memungkinkan untuk ditolong sesuai kemampuan yang dimiliki. Menguatnya sikap ini menyebabkan sensitivitas pendamping dalam bekerja semakin terasah. “Kebiasaan ini sedikit banyak membuat kami tidak tega menolak pak, jika ada orang minta tolong jika hal iitu mungkin kita tolong“ demikian pengalaman seorang pendamping PKH yang diamini oleh teman-temannya dalam sebuah pertemuan pendamping PKH.

2) Dari luar diri pendamping

a) Pembinaan dari Dinas Sosial

Sebagai mitra kerja Kementerian Sosial di tingkat daerah otonom, Dinas Sosial senantiasa

Page 141: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

135Hasil Penelitian

menunjukkan tanggung jawabnya menyukseskan program Kementerian Sosial di wilayahnya, termasuk dalam melaksanakan pendampingan. Tanggung jawab ini terlihat dengan adanya pertemuan rutin antara bidang-bidang terkait dengan pendamping untuk menindaklanjuti, monitoring atau mengevaluasi program masing-masing sesuai dengan penugasan dari Kementerian Sosial.

Untuk Kota Batam, pembinaan itu dioptimalkan dengan adanya tambahan penghasilan bagi pendamping yang bersumber dari APBD Kota Batam sebesar Rp 500.000,-/bulan (potong pajak), walau hanya diperoleh 10 bulan dalam setahun.

Di satu sisi, pendamping sangat menghargai perhatian pemerintah daerah atas insentif tambahan ini. Namun di sisi lain muncul tekanan psiksologis. Walau tidak diungkapkan secara eksplisit, namun dasng-kadang muncul kesan mereka seakan diperlakukan menjadi karyawan atau pegawai Dinas Sosial. Hal ini terutama disebabkkan besarnya tuntutan yang dirasakan pendamping. “Dalam forum pembinaan, kami sering diarahkan harus begini dan begitu pak, tapi kami harus bekerja dalam keterbatasan. Dan yang paling utama, tidak jelas status skepegawaian kami. Kontrak diperpanjang tiap tahun“.

b) Rasa persaudaraan dengan KPM

Frekwensi pertemuan melalui interaksi sosial dengan KPM menambah kualitas interaksi sosial hingga memasuki level “saling memahami“ antara KPM dengan pendamping. Secara perlahan namun pasti, situasi ini menciptakan persaudaraan tersendiri antara KPM

Page 142: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

136 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

dengan pendamping. Relasi yang awalnya dipahami dalam konteks saling membutuhkan berkembang menjadi persaudaraan yang saling mendukung demi kepentingan bersama. “Karena dekat dengan KPM inilah pak, kita-kita ini semakin semangat. Kita datang, mereka sambut dengan senang. Ada masalah, kita dicari, ditelpon. Tapi setelah bantuan lewat bank, kita kayak dicuekin pak. Kita dihubungi kalau transferannya gak datang-datang. Tapi nggak semua sih“.

b. Faktor Penghambat

1) Dari diri pendamping

a) Kejelasan Status Ketenagakerjaan

Ketika FGD, semua pendamping sepakat bahwa kejelasan status ketenagakerjaan (kepegawaian) pendamping menjadi kendala tersendiri bagi mereka, terutama jika dikaitkan dengan masa depan mereka. Sebagai pendamping, mereka hanya digaji dalam konteks tenaga kontrak yang senantiasa diperpanjang tanpa hak lainnya sebagai tenaga kerja seperti jaminan sosial ketenagakerjaan pada umumnya.Terkait hal ini, pendamping menegaskan :

“ yah... kami ini juga butuh masa depan yang lebih baik pak. Kalau kontrak tahunan begini, kami degdegan juga pak. Maunya sih diangkat aja jadi PNS. Belum lagi kalau diperhitungkan gajinya pak. Pada hal kondisi geografis di wilayah Batam ini berat pak. Setidaknya ada perbaikanlah dalam status kami sehingga kami pun bisa bekerja dalam kepastian“.

b) Kompetensi Pendampingan

Secara eksplisit, petugas pendamping sosial mengaku terus terang mempunyai kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya. “Lho,

Page 143: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

137Hasil Penelitian

koq tanya itu pak?, kalau tidak kompeten kan tidak mungkin diterima jadi pendamping pak. Buktinya kami sudah lama bekerja sebagai pendamping. Tapi bagaimana pengembangan kapasitasnya?, Ah... itu yang kami butuhkan pak. Dan itu menurutku urusan Kementerian Sosial Pak“. Demikian komentar salah seorang pendamping PKH sambil bercanda.

Menanggapi hal itu, temannya yang lain nyeletuk dengan mengatakan “ kami sadari bahwa kemampuan kami masih jauh dari yang seharusnya pak. Kata orang kami harusnya punya ketrampilan asesmen dan melakukan terapi sehingga kami bisa bekerja lebih profesional. Tapi hingga kini kami belum dilatih untuk itu pak. Apalagi kami kuliahnya bukan dari ilmu itu pak, kesejehteraan sosial. Jadinya kami tetap bekerja sesuai dengan yang kami pahami pak“.

Hal yang sama dikeluhkan oleh Pendamping ASLUT dengan mengatakan, “dibandingkan kami, pendamping PKH jauh lebih maju pak. Banyak kegiatan pembinaaanya pak. Kalau kami parah pak. Apalagi sekarang kami dengar ASLUT akan digabung ke PKH. Nasib kami bagaimana pak?“. Mendengar hal ini pendamping ASPDB menimpalinya dengan mengatakan “ saya hanya diklat pada saat awal menjadi pendamping pak, setelah itu nggak ada lagi pak. Pada hal melihat penyandang disabilitas berat, banyak masalah yang harus diatasi. Saya hanya bisa menghubungkan dengan instansi terkait. Tapi tindak lanjutnya nggak ada. Hanya dicatat pak“.

c) Kejelasan “job description“

Tingkat kejelasan tugas sebagai pendamping sangat

Page 144: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

138 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

bervariasi. Khusus untuk pendamping PKH, variasi ini sedikit lebih kecil kecuali bagi petugas pendamping yang baru bertugas tahun ini. Bahkan pada saat penelitian ini berlangsung, tim peneliti menemukan sejumlah pendamping PKH yang baru bertugas,s mengambil inisiatif menemui sesama rekan pendamping di Dinas Sosial Kota Batam untuk berdiskusi tentang berbagai hal. Dengan jujur mereka mengakui dengan mengatakan “kami pendamping PKH yang baru pak. Maaf kami, belum ikut diklat. Jadi kami minta tolong sama teman-teman se-kecamatan ketemu di sini untuk diskusi“. Ketika peneliti menanyakan latar belakang pendidikannya, mereka, ternyata tidak satu pun yang berasal dari pendidikan pekerjaan sosial.

Sementara pendamping PKH yang lama mengeluh dengan perubahan penyaluran bantuan dari PT Pos ke Bank. Pendamping merasa otoritasnya mengontrol perubahan perilaku KPM berkurang. “Soalnya dengan atau tanpa pendamping, nampaknya uang PKH tetap aja cair pak. Mereka cari pendamping kalau uangnya belum atau tidak ditransfer. Beda dengan sebelumnya. Apalagi sanksi pengurangan bantuan tidak ada lagi pak. Yang ada hanya penundaan, tapi ujung-ujungnya tetap aja dikasih pak“.

Pengakuan yang berbeda datang dari pendamping Aslut dan Disabilitas Berat. Bagi mereka gambaran tugas yang dikerjakan cukup jelas. Hanya saja nasib mereka belum jelas sehubungan dengan rencana penggabungan program yang mereka dampingi ke PKH. Menanggapi hal ini, mereka menyatakan “ kalau itu memang demi kebaikan lanjut usia dan penyandang

Page 145: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

139Hasil Penelitian

disabilitas berat, gak masalah. Digabung saja. Kami akan tetap melakukan pendampingan semampu kami“.

Kasus lain yang mengganggu adalah terjadinya ketidakjelasan dalam hal pelaksanaan instruksi tertentu dari pusat. Ketidakjelasan ini bisa terjadi karena perintah yang tidak dikomukasikan secara tertulis. “Kadang informasinya lewat WA dan langsung ke Koordinator Pak. Ketika kita koordinasikan dengan Dinas, Kabid bilang jangan karena belum ada suratnya. Hal yang sama terjadi dalam urusan Bank dalam pencairan bantuan pak“

d) Ratio pendampingan

Ratio pendampingan terbesar di Batam dialami oleh pendamping PKH. Seorang pendamping PKH menangani ratusan KPM. Sementara pendamping ratio-nya mencapai satu berbanding puluhan. Besarnya ratio pendampingan ini menyebabkan pendamping PKH terlalu fokus ke target administratif prosedural, sementara tugas fungsional dinomorduakan. “Berat pak, udah KPM-nya banyak, ke pulau-pulau lagi. Kalau mau sewa kapal bot berat pak, terpaksa disiasati pak. Pas ada kunjungan pejabat ke sana, kita numpang pak“, demikian penjelasan pendamping PKH.

e) Insentif yang diperoleh

Terkait hal ini, pendamping mengakui bahwa “pekerjan ini menarik sekaligus menantang. Tapi ya itu tuntutan kebutuhan hidup memaksa kami-kami untuk mencari kegiatan sampingan. Ya... untuk tambahan penghasilan pak. Maaf pak honor pendampingan yang kami terima masih sangat terbatas“.

Page 146: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

140 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Menanggapi hal ini pendamping yang lain menjelaskan bahwa pengasilan sebagai pendamping masih jauh dari Upah Minimum Regional (UMR). Sejalan dengan situasi ini, beberapa pendamping mengakui yang bekerja sebagai tenaga pendamping untuk program lain. Hal ini diakui oleh salah satu Kepala Bidang dengan mengatakan bahwa hal ini adalah sesuatu yang wajar.

Selanjutnya salah satu pendamping mengemukakan agar honor pendampingan jangan disamaratakan dalam satu komponen. “Kalau bisa pak, dibedakanlah honor dan biaya operasional. Honor bolehlah sama untuk seluruh Indonesia, tapi biaya operasional beda-beda. Kondisi geografis wilayah kan beda-beda, apalagi di Batam ini“

2) Dari luar diri pendamping

a) Kurangnya dukungan dari instansi terkait

Hal ini banyak terjadi pada lembaga yang menjadi mitra kerja PKH. Sesungguhnya hal ini lebih banyak disebabkan oleh kekurangpahaman pejabat yang baru menduduki posisinya, khususnya kepala sekolah dan atau Puskesmas. Hal senada terjadi dari lembaga lain ketika pendamping mengakses layanan tertentu bagi penerima manfaat. “Yang begini pak, kadang membuat kami-kami jadi kurang semangat“.

b) Terbatasnya fasilitas pendampingan

Fasilitas pendampingan yang dimaksud adalah sarana transportasi dan peralatan pendukung untuk menjalankan FDS seperti OHP, Laptop, dan lain-lain. “Kalo bisa mutar film ketika FDG kan lebih bagus pak. Kalau semua pendamping dibekali dengan OHP

Page 147: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

141Hasil Penelitian

memamg berat pak. Tapi paling tidak satu aja pak. Nanti kami pakai bergantian. Sementara untuk transportasi antar pulau, paling tidak dibantulah biayanya. Nanti kami bisa atur pintar-pintar kami pak“. Demikian usul pendamping.

c) Faktor geografis

Sebagaimana diketahui Batam merupakan daerah kepulauan. Kondisi ini menyebabkan frekwensi kunjungan ke penerima manfaat rendah. Sementara tempat tinggal tenaga pendamping berada di pulau yang berbeda dengan tempat tinggal penerima manfaat. “Biaya kapal sangat mahal Pak, bisa mencapai Rp.700.000 pak. Jadi kami menunggu kunjungan pejabat aja ke daerah itu pak. Nanti kami numpang“, demikian penjelasan pendamping. Ketika hal ini dikonfirmasi ke Dinas Sosial, terungkap bahwa hal ini terjadi karena ketiadaan tenaga pendamping yang melamar dari wilayah tertentu sehingga terpaksa diambil dari pulau yang berbeda. Akhirnya pendamping harus bekerja di luar wilayah tempat tinggalnya yang berbeda pulau.

d) Kurangnya otoritas pendamping

Sejauh ini pendamping masih merasa otoritasnya sebagai pendamping kurang. Untuk pendamping PKH, mereka justru merasa otoritasnya berkurang sehingga kontrol mereka atas perilaku KPM kurang efektif. Hal ini terjadi karena perubahan yang terjadi dalam disain program PKH dimana sanksi atas perilaku yang dipersyaratkan mengalami perubahan dari pemotongan menjadi penundaan. Bersamaan dengan perubahan ini, terjadi pula perubahan saluran bantuan dari PT Pos ke Bank. Di satu sisi hal ini membuat

Page 148: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

142 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

KPM lebih mandiri dalam pencairan bantuan, namun di sisi lain menyebabkan KPM sulit dikontrol oleh pendamping.

Hal yang sama dikemukakan oleh pendamping lain dengan mengatakan “kalau terjadi masalah, kita sulit bertindak pak. Paling-paling menghimbau. Misalnya, kami sulit menegur walau penggunaan bantuan dirasa kurang pas“, demikian pengakuan pendamping ASPDB.

B. Kesimpulan. 1. Peran dan fungsi pendampingan sosial di Kota Batam belum

optimal karena berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal yang bersumsber dari diri pendamping sosial sendiri maupun faktor eksternal dari luar diri pendamping sosial.

2. Secara internal, kurang optimalnya peran dan fungsi pendamping sosial ini terkait dengan kualifikasi pendamping sosial yang belum memenuhi standar minimal sebagai pekerja sosial, terutama dari latar belakang pendidikannya yang seharusnya sarjana kesejahteraan sosial atu non kesejahteraan sosial yang mengikuti diklat kesejahteraan sosial pada level yang memadai. Sementara secara eksternal dipengaruhi oleh kurangnya dukungan dari instansi terkait, terbatasnsya fasilitas pendukung, faktor geografis, dan kurangnya otoritas pendamping.

C. Rekomendasi.1. Pengembangan kapasitas

Hal ini sangat mendesak untuk dilakukan mengingat banyaknya pendamping sosial yang berasal dari luar penndidikan kesejahteraan sosial. Bahkan banyak juga yang masih berpendidikan SLTA sederajat. Pengembangan kapasitas ini dapat ditempuh dengan berbagai cara.

Page 149: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

143Hasil Penelitian

Cara yang lazim ditempuh adalah menyertakan pendamping dalam diklat dalam berbagai kategori. Namun mengingat berbagai keterbatasan perlu disiasati dengan mengembangkan “efek getok tular“. Dalam hal ini mereka yang disertakan dalam diklat dari perwakilan daerah harus diposisikan sebagai calon narasusmber bagi daerahnya, untuk selanjutnya diserahi tanggungjawab meneruskan materi diklat ke teman-temannya sesama pendamping di wilayahnya. Sistem perwakilan ini dapat diambil mulai dari peserta tingkat provinsi untuk diteruskan ke tingkat Kabupaten-Kota, dan dari tingkat Kabupaten-Kota diteruskan ke pendamping tingkat Kecamatan.

Jika hal ini dilakukan maka akselerasi menuju standarisasi kompetensi pendampingan dapat dipacu. Hal ini akan lebih efektif jika penyelenggaran diklat di daerah difasilitasi oleh penyelenggara program, sementara operasisonalnya tetap dimonitoring oleh Pusdiklat atau Balai Diklat regional setempat.

Cara lain yang harus dipertimbangkan adalah memfungsikan Sakti Peksos yang mempunyai latar belakang Sarjana Kesejahteraan Sosial menstransformasikan ilmunya ke teman-temannya sesama pendamping di wilayahnya dengan difasilitasi oleh Pemerintah daerah atau Kementerian Sosial dalam forum tertentu yang dibentuk oleh sesama pendamping dengan dibantu oleh Dinas Sosial setempat. Untuk jangka pendek cara ini dapat ditempuh mulai dari internal sesama pendamping pada tingkat kecamatan atau kelompok yang lebih kecil.

2. Sarana kerja

Untuk semua kategori pendamping Kota Batam, sarana yang paling mendesak adalah sarana transportasi antar pulau berupa kapal kecil. Hal ini penting mengingat tidak

Page 150: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

144 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

semua pendamping berasal dari pulau yang sama dengan tempat tinggal KPM. Hal ini terjadi karena ketiadaan pelamar pendamping dari wilayah yang sama dengan KPM ketika proses rekrutmen. Ketiadaan ini terpaksa mengambil tenaga pendamping dari pulau yang lain.

Sarana kerja berikutnya adalah OHP atau In Fokus untuk penyelenggaraan FDS. Pengadaan peralatan ini terbatas, diharapkan dapat dipakai secara bergiliran, sehingga efektivitas pendampingan dapat ditingkatkan.

3. Insentif

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, persoalan yang utama bagi pendamping adalah status ketenagakerjaan (kepegawaiannya). Status ini berpengaruh pada insentif yang diperoleh. Sementara tuntutan kebutuhan meningkat terus terutama bagi mereka yang sudah menikah. Bagi Pendamping PKH dan Sakti Peksos, insentif yang diperoleh relatif memadai bila dibandingkan dengan pendamping lain yang hanya memperoleh ratusan ribu setiap bulan seperti Pendamping ASLUT dan Pendamping ASPDB.

Persoalan ketimpangan ini perlu distandarkan sehingga pendamping merasakan perbaikan kesejahteraan sosial yang relatif memadai. Kalaupun tidak memungkinkan untuk diangkat menjadi PNS, sistim kontrak perlu diperbaiki dengan insentif yang memadai dengan menjamin hak-hak mereka sebagai pekerja dengan tunjangan yang memadai. Dalam hal ini perlu dirumuskan komponen honor dasar, tunjangan, dan biaya operasional. Honor dasar dan tunjangan dimungkinkan sama untuk seluruh tenaga pendamping. Sementara komponen biaya operasisonal harus mempertimbangkan karakteristsik daerah dan indeks kemahalan daerah.

Page 151: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

145Hasil Penelitian

Hal yang sama hendaknya dilakukan di tingkat daerah dengan mengutamakan asas kebersamaan dan keadilan. Dinas sosial hendaknya memperlakukan sesama pendamping secara setara terutama dalam hal tambahan insentif. Pendamping PKH dan Sakti Peksos memperoleh tambahan insentif dari Pemerintah Daerah sementara Pendamping ASPDB tidak diberi insentif tambahan.

4. Aspek Kelembagaan

Sebagaimana diketahui pendamping sosial dibentuk oleh Kementerian Sosial melalui beberapa Direktorat. Dalam perkembanganya penugasan pendamping sosial mengalami persoalan di lapangan sehubungan dengan terjadinya ketersinssggungan sesuai dengan perkembangan program. Komplementaritas program PKH menuntut perserta PKH menjadi penerima raskin yang saat ini menjadi rastra. Sejak dikelola Kementerian Sosial, pelaksanaan raskin didampingi oleh TKSK. Sehubungan dengan tuntutan komplementaritas PKH ini, terkesan terjadi rebutan lahan pendampingan antara pendsamping PKH dengan TKSK. Hal yang sama dikhawatirkasn akan terjadi dengan pendamping ASLUT dan ASPDB jika kedua program ini digabung dengan PKH.

Sejalan dengan hal ini, Kementerian Sosial perlu mempertimbangkan lebih jauh segala aspek teknis lapangan sebagai konsekwensi dari komplentaritas program dan atau penggabungan program.

Page 152: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

146 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

ANALISA PENELITIANBab

IV

A. Profil Pendamping Sosial

1. Usia

Usia Pendamping Sosial bervariasi, mulai dari 24 tahun sampai dengan 56 Tahun. Pendamping sosial dengan usia termuda ditemukan pada Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Sementara Usia paling ”senior” ditemukan pada pendamping sosial ODK dan ASLUT. Jika melihat dari segi usia, para Pendamping Sosial ini masih dalam usia produktif. Pendamping Sosial termuda dan usia “paling tua” dtemukan di Kota Batam.

2. Pendidikan

Variasi pendidikan Pendamping sosial antara SLA hingga Perguruan Tinggi. Pendamping Sosial dengan tingkat pendidikan SLA (setara SMA) ditemukan pada Pendamping Sosial untuk Program ODKB dan ASLUT. Sedangkan Tingkat Pendidikan tertinggi (S2-Magister) ditemukan pada Pendamping Sosial Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA-Sakti Peksos). Beberepa kasus ditemukan, informan Pendampoing Sosiak dengan pendidikan SLA berasal dari

Page 153: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

147Analisa Penelitian

Sekolah Menegah Atas (SMA) dari Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Untuk tingkat Pendidikan Strata1 dan Diploma 3 yang di luar Program Studi ilmu sosial, banyak ditemukan Pendamping Sosial dengan latar pendidikan dari Program studi (jurusan) Ekonomi.

3. Kesesuaian Pendidikan

Kesesuaian antara latar belakang pendidikan terakhir dengan pekerjaan sebagai Pendamping Sosial, menyatakan mayoritas merasa sesuai (subyektif ). Walaupun pada secara akademis program pendidikan yang diambil pada pendidikan terakhir kurang sesuai, namun dalam wawancara mendalam, informan menyatakan sesuai dengan tugas yang sekarang diembannya. Terlebih pada saat informan menyatakan bahwa pada saat pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata ataupun Praktek Kerja Lapangan menyatakan banyak berhubungan dengan penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), khususnya Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan lain-lain.

4. Lama menjadi pendamping

Pada saat penelitian dilakukan, informasi yang diperoleh. Pendamping Sosial yang memiliki masa kerja paling lama adalah Pendamping Sosial KUBE, ASLUT, ODK. Ketiga Pendamping Sosial dari program-program tersebut mengawali tugas sebagai pendamping Sosial semenjak dari Pekerja Sosial Masyarakat. Hal demikian mengindikasikan bahwa para pendamping sosial ini sebenarnya terjun dalam kegiatan pendampingan sosial (Kementerian Sosial RI) relative cukup lama.

5. Insentif

Insentif yang diterima oleh masing-masing Pendamping Sosial sangat bervariasi, sesuai program dampingan yang

Page 154: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

148 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

diampu. Saat ini, insentif bagi pendamping sosial terbagi dalam: a). Tali Asih, dan b). Gaji. Untuk insentif dari jenis Tali ASIH, BESARANNYA ANATARA Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) per bulan (tali asih tidak diberikan selama selama dua belas bulan dalam tahun program berjalan). Sedangkan untuk jenis honorarium, besarannya sudah mendekatai (bahkan ada yang melebihi) Upah Minimu Regional/Provinsi (UMR/UMP). Insentif dalam bentuk gaji diterima oleh Pendamping Sosial, untuk kategori Program Unggulan (PKH, PKSA/Sakti Peksos/IPWL/Konselor Adiksi). Kisaran gaji yang diterima oleh para pendamping sosial ini adalah Rp. 2.500.000 – Rp. 2.700.000,-.

Bagi Pendamping Sosial yang dilibatkan dalam kegiatan lain selain kegiatan yang dalam program yang diampu, biasanya mereka mendaptkan insentif lain (honorarium tambahan). Honorarium tambahan ini biasanya diterima dari Instansi Sosial (Dinas Sosial) atau instansi terkait dimana mereka dilibatkan.Brsasaran honorarium tambahan bervariasi, antara Rp. 150.000,- sampai dengan Rp. 500.000,- .

Insentif lain juga datang dari Pemerintah Daerah setempat, terkait dengan program-program sosial yang juga dielenggarakan oleh Pemerintah daerah (instansi sosial) setempat. Bentuk insentifnya berupa honorarium per bulan, bantuan biaya operasional dan lain-lain.

6. Pengalaman sebelum menjadi Pendamping Sosial

Sebelum bertugas sebagai Pendamping Sosial, mayoritas informan menyatakan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang terkait dengan sosial kemasyarakatan, khususnya kegiatan-kegiatan sosial bersama instansi sosial daerah, baik Tingkat Kota maupun Provinsi.

Page 155: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

149Analisa Penelitian

7. Diklat dan bimtek

Seluruh informan pernah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) maupun Bimbingan Teknis yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat (Kementerian Sosial, Kementerian Hukum dan HAM) maupun pemerintah Daerah. Untuk Pendamping Sosial yang berasal dari Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 10 tahun dalam program-program sosial, bahkan sudah begitu “familiar” dengan jenis diklat dan bimtek yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial, baik melalui unit kediklatan (Pusdiklat/Balai Diklat) maupun Unit Teknis (direktorat).

8. Pelaporan.

Pelaporan merupakan startegi koordinasi, baik yang sifatnya verrtikal maupun horizontal. Pelaporan, sejatinya memiliki tujuan untuk pengawasan dalam setiap pelaksanaan peran dan fungsi dalam Pendampingan Sosial. Hal demikian bisa dicapai manakala “pihak yang menerima mandat” untuk menerima ataupun “memproses” laporan melaksnakan tugas dan fungsinya secara ideal. Dari pelaporan juga akan diketahui kondisi riil situasi calon maupun penerima manfaat program.

Semua pendamping telah melakukan pelaporan yang sifatnya formal maupun informal. Laporan informal biasanya dilakuakan untuk kasus-kasus yang memerlukan “update progress” segera, seperti respons kasus. Setelah itu, laporan formal dalam bentuk tertulis dilakukan oleh para pendamping sosial.

Laporan yang disusun oleh Pendamping Sosial, sebagiannya merupakan laporan admistritatif yang menunjukkan kinerja Pendamping Sosial, khususnya terkait dengan “pencairan” honorarium. Sedangkan Laporan “fungsional” merupakan laporan terkait dengan “pelaksanaan tugas yang diamanatkan

Page 156: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

150 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

kepada Pendamping Sosial (perintah dari Dinas/Instansi Terkait). Contoh laporan fungsional ini seperti halnya; Laporan Sosial yang disusun oleh Pendamping Sosial Anak (Sakti Peksos) dalam proses Penanganan ABH. Laporan Sosial ini merupakan laporan yang merupakan salah satu dasar pertimbangan bagi penegak hukum (polisi, jaksa maupun hakim) untuk memberikan keputusan diversi kepada ABH. Jugaa laporan “respon kasus” untuk kasus Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Lanjut Usia Terlantar, Anak Terlantar, dan lain-lain. Laporan kasus ini diperlukan untuk menjadikan pertimbangan pihak terkait dalam memberikan pelayanan lanjutan, seperti rujukan ke Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS).

Laporan jenis fungsional ini biasanya diikuti dengan respon terhadap laporan yang disampaikan, sebagai contoh, rujukan penerima manfaat ke LKS tertentu merupakan respon dari laporan dari respon kasus yang dilakukan oleh para pendamping sosial. Untuk laporan yang sifatnya administrative (seperti laporan Bulanan, Triwulanan, Semester atau bahkan Tahunan) seringkali tidak mendapatkan respon dari pihak yang dituju. Namun demikian, jika laporan adminstratif tidak disusun oleh Pendamping Sosial, teguran akan disampaikan.

Pada manajemen modern, pelaporan merupakan salah komponen penting dari pengendalian; komponen lain adalah supervisi, monitoring dan evaluasi. Sehubungan dengan itu, maka pelaporan di dalam penyelenggaraan program dan kegiatan apapun tidak dapat diabaikan. Laporan memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai bahan untuk pertanggungjawaban, alat untuk menyampaikan informasi, alat pengawasan, bahan penilaiandan bahan pengambilan keputusan (Bobsusanto, 2016).

Page 157: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

151Analisa Penelitian

Banyak orang yang masih menganggap, bahwa laporan hasil pelaksanaan prorgam dan kegiatan itu tidak penting. Padahal, sebuah laporan memiliki berbagai manfaat bagi sebuah organisasi, yaitu bahan penyusunan kebijakan dan arahan pimpinan, bahan penyusunan rencana berikutnya, mengetahui perkembangan dan peningkatan kegiatan, serta data sejarah perkembanga sebuah organisasi (Gunadi, 2013).

Laporan yang baik tidak dilihat dari ketebalan atau jumlah halamannya. Laporan yang tebal tidak menjamin kelengkapan isi dan mudah dipahami oleh pihakpengguna. Laporan yang baik, menurut Bobsusanto (2016), memiliki ciri: ringkas, lengkap, logis dan sistematis.

Berdasarkan temuan lapangan, pendamping sosial telah menyusun laporan setiap bulan. Namun demikian, laporan yang dibuat pendamping tersebut masih sebatas bentuk pertanggungjawaban atas tugas yang dilakanakan. Selain itu, masih terkesan laporan yang dibuat sebai persyaratan untuk pencairan honor atau taliasih. Hal ini dapat dicermati dari tidak adanya umpan balik atas laporan yang dibuat oleh pendamping sosial. Jika demikian makalaporan pendamping sosial masih terbatas pada manfaat administratif program.

9. Jenis Pendamping Sosial

Dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 tahun 2017 yang menyebutkan adanya empat belas jenis Pendamping Sosial, dalam penelitian ini ditemukan paling banyak adalah 7 (tujuh) jenis pendamping sosial. Mereka ini adalah Pendamping Sosial; KUBE, PKSA (sakti Peksos), ASLUT, ASPDB, NAPZA, Konselor Adiksi, BPNT. Ketujuh Jenis Pendamping Sosial ini diketemukan di Kota Serang dan Makassar. Kota Batam hanya ada empat Jenis Pendamping Dosial yaitu, Pendamping Sosial PKH, ASLUT, ASPDB dan Pendamping Sosial Anak/Sakti

Page 158: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

152 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

Peksos (PKSA). Sementara untuk Kota Tarakan ditemukan lima jenis Pendamping Sosial, yaitu Pendamping Sosial PKH, ASLUT, KUBE, Anak/PKSA dan Pendamping Sosial ASPDB. Pendamping Sosial PKH merupakan Pendamping Sosial dengan populasi terbanyak. Hal demikian menunjukkan adanya pengarusutamaan Program Nasional dalam penyelenggaraan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Selanjutnya, ketiadaan jenis pendamping sosial lain sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2017 bukan berarti program-program lain tidak dilaksankan di wilayah dimana penelitian dilakukan. Sebagai contoh, Di Kota Batam, Kota Serang, Kota Tarakan, masing-masing dinas masih melaksanakan program yang terkait dengan Penanganan Pekerja Migran Bermasalah atau Program yang terkait dengan Penanganan Keluarga yang bermasalah sosial psikologis, atau bahkan penanganan Orang Dengan HIV/AIDS sehingga tidak tersedia Pendamping Sosial Perdagangan Orang atau Pendamping Sosial HIV/AIDs. Program yang bersangkutan tetap dilaksnakan oleh Dinas Sosial setempat, namun pendampingan dilaksankan oleh Pendamping Sosial lainnya, sesuai penugasan dari Kepala Dinas. Hal demikian menimbulkan campuraduknya pelaksanaan peran dan fungsi pendampingan sosial.

B. Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

1. Peran Pendamping Sosial

Secara umum, Pendamping Sosial telah menjalankan peran-peran yang ditugaskan sebagai Pendamping Sosial, baik sebagai Penjalin Sumber, Motivator, Fasilitator, Pendidikan Masyarakat. Hanya saja, porsi “penampilan peran” masing-masing pendamping bervariasi sesuai jenis pendampingan maupun tugas tambahan yang diberikan. Ada peran-peran

Page 159: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

153Analisa Penelitian

tertentu yang lebih menonjol ditampilan oleh para pendamping sosial, sesuai peran dalam pendampingan sosialnya. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan, Pendamping Sosial dari program tertentu juga “terpaksa” menampilkan peran lain di luar “penampilan peran” yang “ditugaskan” dalam program dampingannya. Hal demikian biasanya ditemukan pada Pendamping Sosial yang turut serta membantu Instansi Sosial setempat. Sebagai contoh; Pendamping Sosial Kesejahteraan Anak (PKSA/Sakti Peksos) juga membantu dalam penjangkauan Lansia terlantar ataupun Orang Dengan Gangguan Jiwa (Pasung). Atau Pendamping Sosial Lanjut Usia (ASLUT) diminta untuk merespon kasus Anak Yang Berhadapan dengan Hukum untuk kasus berat seperti Penacbulan (sodomi, sebagaimana kasus di Kota Serang). Hal demikian mengingat terbatasnya jumlah Saktin Peksos di Kota Serang (1 orang sakti Peksos).

Hasil wawancara mendalam dengan pendamping sosial terkait dengan empat peran, menunjukkan adanya persepsi atau informasi belum tepat/sesuai dengan informasi yang diharapkan. Hal ini terkait dengan pengetahuan yang dipahami oleh para Pendamping Sosial. Pengetahuan (teoretis kognitif ) terkait dengan peran pendamping sosial ini penting, sebagai dasar dalam melakukan intervensi sosial. Oleh karena itu, terkait dengan peran pendamping sosial ini, diperlukan pemahaman yang tepat. Apabila pendamping sosial memiliki pemahaman yang tepat, sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan peran ketika mendampingi KPM.

Hasil evaluasi yang dilakukan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (Dinsos dan PM) Kota Tarakan misalnya menunjukkan bahwa pada dasarnya pendamping sosial telah melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Dan juga pengakuan akan eksistensi pendamping sosial

Page 160: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

154 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

sebagai ujung tombak Dinsos dan PM dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Namun demikian Dinsos dan PM mengakui, bahwa masih ada permasalahan yang berhubungan dengan pemahaman pelaksanaan pendampingan sosial.

Eksistensi pendamping sosial juga diakui dan diterima oleh LKS setempat, di semua lokasi penelitian. Menurut pengelola salah satu LKS di Kota Tarakan, keberadaan pendamping sosial sangat membantu pelaksanaan tugas LKS. Permasalahan yang dihadapi oleh LKS, terkait dengan pemenuhan kebutuhan Penerima manfaat dapat diatasi dengan fasilitasi dari pendamping sosial. Selain terkait dengan pemenuhan kebutuhan, pendamping sosial juga mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan persoalan lain (misalnya persoalan hukum pada pada anak yang berhadapan dengan hukum - ABH) yang ada di LKS, seperti contoh kasus di Kota Tarakan.

Keberadaan pendamping sosial juga sudah dikenal dengan baik oleh para Penerima Manfaat. Para Penerima Manfaat bahkan bisa secara bertemu dengan pendamping, dan keberadaan pendamping sosial tersebut telah memberikan manfaat bagi mereka. Pendamping sosial memberikan informasi dan bimbingan, serta memfasilitasi dan mambantu mengatasi masalah yang dihadapi penerima manfaat terkait dengan pendidikan anak, kesehatan, ekonomi dan sosial. Hal demikian bisa dijumpai pada penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH). Bagi para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam PKH, keberadaan pendamping sosial sebagai sumber infomasi dan tempat mengadukan permasalahan yang dihadapi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pendamping sosial telah melaksanakan peran dengan baik.

Page 161: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

155Analisa Penelitian

Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seorang pendamping sosial sesuai dengan kedudukannya. Peran menentukan apa yang harus diperbuat pendamping sosial bagi Penerima Manfaat. Pada penelitian ini, ada 4 (empat) peran pendamping sosial, yaitu penjalin sumber, motivator, pendidik dan fasilitator. Ketika peran dan fungsi yang melekat pada diri seorang pendamping sosial dapat diimplementasikan dengan baik, maka program dan kegiatan yang menjadi arena praktik pendamping sosial akan mencapai tujuan secara optimal (Rahmawati, 2017; Rohman, 2017; Dirgantari, 2016; Zufri, 2014).

2. Fungsi Pendamping Sosial

Fungsi Pendamping Sosial yang digali dalam penelitian ini berkutat pada tiga fungsi Pendamping Sosial, yaitu;

a. Fungsi Preventif

Pada fungsi ini, kegiatan yang dilakukan oleh para Pendamping Sosial seperti halnya (1) penyuluhan sosial kepada masyarakat, (2) melaporkan kepada dinas sosial apabila ada calon penerima manfaat, (3) dan memberikan edukasi, sosialisasi dan motivasi kepada masyarakat mapun calon dan para penerima manfaat..

b. Fungsi Kuratif/Rehabilitaif

Pada fungsi kuratif rehabilitative ini, beberapa aktifitas yang ditampilkan oleh Pendamping Sosial dalam temuan penelitian ini bisa dalam bentuk (1) mengatasi anak putus sekolah, (2) membantu penerima manfaat/keluarga penerima manfaat memperoleh pelayanan kesehatan, (3) memfasilitasi masyarakat atau bahkan anak/keluatga penerima manfaat yang berhadapan dengan hukum (untuk kasus ABH dalam PKSA), (4) memberikan teguran keras kepada penerima manfaat/keluarga penerima manfaat yang melanggar komitmen, (5) memberkan motivasi

Page 162: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

156 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

kepada penerima manfaat/keluarga penerima manfaat, dan (6) memberikan konseling (mengatasi tekanan psikologis) kepada penerima manfaat/keluarga penerima manfaat.

c. Fungsi Pengembangan

Pada Fungsi Pengembangan, beberapa aktifitas pendamping sosial yang ditemukan seperti halnya (1) mendampingi KPM dalam mengelola usaha ekonomi, (2) memberikan penyuluhan dan motivasi KPM, dan (3) sosialiasi program pengembangan melalui FDS dalam Program Keluarga Harapan (PKH).

Selain menggambarkan pengetahuan (knowledge or intelectual skill) pendamping sosial, kegiatan pendamping sosial pada ranah preventif, kuratif/rehabilitasif dan pengembangan, juga menggambarkan keterampilan yang dikuasai oleh pendamping sosial, baik keterampilan manajerial (managerial skill) maupun keterampilan teknis (technical or intervention skill).

Pada setiap arena intervensi sosial memerlukan metode, pendekatan, strategi dan teknik-teknik yang berbeda-beda, terlebih pada sasaran (KPM) yang berbeda-beda. Selain keterampilan manajerialdan keterampilan teknis, pada setiap arena pendampingan sosial tersebut memerlukan sikap dan nilai yang berbeda-beda pula. Berkenaan dengan itu, maka pendamping sosial memerlukan hubungan yang baik (social skill). dengan berbagai pihak atau sistem sumber. Berdasarkan data yang berhubungan dengan jenis-jenis kegiatan, maka pendamping sosial sudah menyiapkan diri menguasai kompetensi atau kapasitas yang diharapkan.

Penampilan fungsi yang ditampilkan oleh para pendamping sosial, sebagian terbesarnya masih pada fungsi kuratif dan rehabilitatif. Fungsi ini menekankan pada

Page 163: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

157Analisa Penelitian

“pemberian layanan dilakukan jika ada kasus”. Sebagai contoh; pada kasus pada anak, lansia terlantar, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Sebagiannya sudah melaksanakan fungsi pencegahan, seperti misalnya ikut terlibat dalam penyuluhan-penyuluhan sosial. Untuk pelaksanaan fungsi pengembangan, sebagai inovasi pelayanan sosial, masih perlu ditingkatkan. Beberapa pendamping sosial sebenarnya sudah menjalankan fungsi pengembangan, sebagai contoh pengembangan jaringan/kemitraan dengan dunia usaha untuk membantu kegiatan remaja/anak muda, membantu pemasaran produk KUBE kepada “komunitas lain” melalui kegiatan tertentu. Optimalisasi penampilan fungsi pengembangan pada diri pendamping sosial terkait erat dengan kompetensi yang dimiliki pendamping.

Kompetensi yang memadai akan memengaruhi produktivitas atau hasil kerja seseorang. Seseorang yang memiliki kompetensi yang baik, maka produktivitas dan hasil kerjanya akan tinggi, atau sebaliknya. Pada kerangka ini, maka kompetensi atau kapasitas pendamping sosial merupakan faktor penting dan menentukan implementasi dan hasil atau produktivitas program dan kegiatan. Pendamping sosial dapat melaksanakan perannya dengan baik pada setiap kegiatan (preventif, kuratif/rehabilitatif dan pengembangan), karena pendamping sosial tersebut memiliki kompetensi yang baik (Marjuki, 2017; Bagia dan Susila, 2016; Budianto, 2013; Pratama; Mulyadi, 2010).

3. Keberfungsian sosial (social functioning)

Keberfungsian sosial merupakan konsep yang seringkali digunakan menjadi tujuan akhir dari praktik pekerjaan sosial atau indikator dari penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Di dalam keberfungsi sosial, ada empat kriteria atau komponen,

Page 164: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

158 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

yaitu: 1) kemampuan penerima manfaat memenuhi kebutuhan pokok; 2) kemampuan penerima manfaat memecahkan masalah; 3) kemampuan penerima manfaat mengoptimalkan potensi; dan 4) kemampuan penerima manfaat melaksanakan peran (Marjuki, 2017).

Ketika keberfungsi sosial dengan 4 (empat) komponen tersebut ditempatkan menjadi tujuan akhir atau indikator penyelenggaraan kesejahteraan sosial, maka setiap kegiatan termasuk pendampingan sosial – diarahkan untuk merealisasikan keberfungsian sosial tersebut. Oleh karena itu, bagi setiap pendamping sosial perlu memiliki pemahaman yang tepat mengenai konsep keberfungsian sosial ini, dan mampu menterjemahkan ke dalam dunia empiris. Berdasarkan pemahaman itu, maka pendamping sosial akan menyusun agenda kerja, sehingga setiap kreteria pada konsep keberfungsian sosial dapat dicapai secara rasional.

Dalam melihat pencapaian keberfungsian sosial penerima manfaat, dalam penelitian ini juga menggunakan parameter sebagaimana disebutkan diatas. Keberfungsian sosial dalam penelitian ini juga dilihat dari kemampuan penerima dalam memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, mengoptimalkan potensi dan menjalankan peran.

Menurut pendamping sosial, setelah menerima program terjadi perubahan pada penerima manfaat sebagai berikut :

a. Mampu memenuhi kebutuhan pokok

Pada program PKH, KPM dapat memenuhi kebutuhan pokok (makan), pendidikan dan kesehatan setelah menerima program dari pemerintah. Pada program ASLUT dan ASODKB dapat memenuhi kebutuhan makan. Pada PKSA anak-anak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan;

Page 165: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

159Analisa Penelitian

dan pada KUBE, KPM dapat memenuhi kebutuhan pokok dan pendidikan anak.

b. Mampu memecahkan masalah

Pada program PKH, KPM dalam mengatasi masalah kesehatan, anak putus sekolah dan beban pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Pada program ASLUT dan ASODKB, KPM dapat mengatasi beban pengeluaran; dan pada pogram KUBE, KPM dapat mengatasi masalah kekurangan modal usaha.

c. Mampu mengoptimalkan potensi

Pada program PKH dan KUBE, KPM dapat mengembangkan potensinya, antara lain membuat kue-kue, dan mengelola usaha ekonomi. Sedangan pada program ASLUT dan ASODKB, tidak memungkinkan untuk mengoptimalkan potensi KPM.

d. Mampu melaksanakan peran

Pada prorgam KUBE PKH dan KUBE FM, KPM melakukan kegiatan usaha ekonomi sebagai sumber nafkah keluarga. Selain itu, pada program PKH, KPM melaksanakan peran memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya; dan memeriksakan kesehatan ibu dan anak ke fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit).

4. Kelanjutan pendampingan

Temuan menarik dalam penelitian ini adalah, setelah masa pendampingan usai, sebagian pendamping sosial melakukan pendampingan mandiri. Kegiatan yang dilakukan setidaknya adalah dalam bentuk monitoring kepada penerima manfaat. Walaupun ada juga ditemukan, pendamping sosial yang merasa kehilangan kegiatan dan insentif, apabila masa pendampingan sosial berakhir. Hal demikain menunjukkan,

Page 166: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

160 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

bahwa para pendamping sosial telah bekerja atau melakukan pendampingan sosial dengan komitmen tinggi yang bertumou pada tujuan pendampingan sosial, yaitu keberfungsian sosial penerima manfaat, bukan pada insentif semata.

Sikap mulia yang diperlihatkan oleh para pendamping sosial tersebut perlu mendapatkan apresiasi bahkan “layak untuk menjadi bahan pertimbangan” bagi Kementerian Sosial ketika akan melakukan rekruitmen untuk pendamping sosial yang baru. Mereka perlu diberikan kesempatan lagi untuk menjadi pendamping sosial ketika telah hasis masa kontraknya. Karena tidak mudah mendapatkan pendamping sosial yang memiliki komitmen dalam bidang kemanusiaan, loyak dan memiliki integritas yang baik terhadap bidang tugasnya.

5. Jejaring Kerja/Kemitraan

Jejaring kerja yang dibangun oleh para Pendamping Sosial secara normative terkait dengan pelaksanaan tugas mereka. Beberapa mitra dan jejaring kerja yang dibangun diantaranya adalah Dinas Sosial (sebagai pemberi kerja), mitra/jejaring kerja selanjutnya terkait dengan program yang diampu. Untuk Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), Para Pendamping Sosial lebih sering berkoordinasi dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), Intansi penegakan hukum, seperti: kepolisian, kejaksaan dan kehakiman (Pengadilan). Untuk Program Keluarga Harapan (PKH) para Pendamping Sosial banyak berhubungan dengan Dinas Kesehatan (terkait dengan pemanfaatan Kartu Indonesia Sehat), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (untuk pemanfaatan Kartu Indomesia Pintar), Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (untuk data kependudukan Keluarga Penerima Manfaat), Bank Penyalur Bantuan PKH. Untuk Program Pencegahan dan Penanggulangan NAPZA, para Pendamping Sosial banyak

Page 167: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

161Analisa Penelitian

terhubung dengan Dinas Kesehatan, Badan Narkotika Provinsi dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota.

Pada pelaksanaan pendampingan, pendamping sosial bekerjasama dengan berbagai pihak. Pada program PKH kerjasama yang dibangun pendamping sosial dengan, (1) kecamatan, kelurahan, UPT kesehatan, UPT pendidikan dan RT, (2) BNI dan Bulog, (3) service provider, pilar-pilar kesos (TKSK, PSM, Pekerja Sosial), dan (4) institusi sosial kabupaten. Sedangkan pada program KUBE, PKSA, ASLUAT dan ASODK, pendamping sosial bekerja sama dengan institusi kabupaten kecamatan, kelurahan, RT dan dasa wisma (khusus KUBE). Institusi penegakan hukum, seperti Polri, Kejaksaan dan Kehakiman merupakan mitra kerja pendamping sosial anak (PKSA), disamping Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di Daerah. Untuk pendamping Sosial NAPZA, Polri, Kesehatan, Badan Narkotika Kota/Kabupaten (BNK ) dan juga LKS Rehabilitasi NAPZA dan organisasi massa (LSM) merupakan mitra kerja utama dalam pendampingan sosial.

Pada setiap program dan kegiatan, termasuk pendampingan sosial - kemitraan merupakan faktor penting dan menentukan keberhasilan. Hal ini didasarkan pada fenomena empirik, bahwa permasalahan sosial di tataran praksis bersifat multidimensi, yang memerlukan pemahaman multiperspektif dan multipendekatan. Meskipun kemitraan bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan atau kinerja dari sebuah program atau kegiatan, tetapi menjadi keniscayaan untuk mencapai hasil yang optimal tanpa menjalin kemitraan, sebagaimana diungkapkan oleh Harisman (2017); Utami, Dinar & Sumantri (2016) dan Sofyan (2006).

Page 168: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

162 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

6. Beban kerja

Dari sisi jumlah Penerima Manfaat, para Pendamping Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) memiliki tanggung jawab terhadap 200 – 300 Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Pendamping Sosial PKH melaksanakan pendampingan secara kelompok, hal demikian berbeda dengan yang dilakukan oleh Sakti Peksos yang melaksanakan pendampingan lebih secara personal (case work), walaupun terkadang mereka melakukannya juga melalui keluarga/kelompok sesuai kebutuhan dampingan.

Secara keseluruhan, beban kerja Pendamping Sosial memili kekhasannya masing-masing. Program dengan basis sasaran penerima manfaat kelompok, keluarga atau organisasi (lembaga) akan berbeda dengan program dengan basis penerima manfaat secara individu. Program dengan basis sasaran kelompok seperti halnya KUBE, E-Waromg. Program dengan baisis manfaat keluarga seperti PKH, BPNT. Program dengan basis manfaat individu dan organisasi, seperti halnya PKSA. Program dengan basis manfaat individu seperti ASLUT, ASPDB. Sebagai catatan, walaupun program dengan bais manfaat secara individu/perorangan, dalam rantaian intervensi sosialnya tidak mungkin terlepas dari lingkungan sosial terdekat yang menaunginya, yaitu keluarga.

Beban kerja akan memengaruhi kinerja seseorang. Tugas-tugas yang melampaui kemampuan dan kekuasaan seseorang, akan memengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang, dan mengakibatkan seseorang tidak dapat mencapai kinerja yang baik atau sesuai tujuan yang diharapkan. Meskipun bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi kinerja seseorang, memberikan pekerjaan atau tugas yang melebihi kapasitas seseorang, bukan langkah yang tepat. Beban kerja

Page 169: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

163Analisa Penelitian

berpengaruh pada terhadap kinerja dan produktivitas sesorang (Adityawarman, Sanim & Sinaga, 2015; Fajriani & Septiari, 2016; Budianto, 2013).

7. Faktor Pendukung dan Penghambat:

a. Amanah Undang Undang yang menyatakan bahwa “urusan sosial merupakan salah satu urusan wajib” dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan pendorong untuk semakin memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui pendampingan sosial.

b. Pilar-pilar Sumberdaya Manusia Kesejahteraan Sosial, khsususnya dari unsur masyarakat masih sangat potensial untuk dikembangkan sebagai Potensi Sosial Kesejahteraan Sosial (PSKS), salah satunya sebagai Pendamping sosial.

c. Secara kelembagaan semakin banyak Pemerintah Daerah yang melakukan transformasi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang khusus menangani urusan sosial kedalam Dinas Sosial Kota/Kabupaten.

d. Semakin meluasnya pemahaman Aparatur di daerah tentang pentingnya Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial sebagai amanat undang-unadang.

e. Dukungan sarana dan prasara bagi penyelenggaraan kesejahteran sosial di daerah yang semakin meningkat.

f. Pada program PKH, faktor pendukung pelaksanaan tugas berasal dari (1) kecamatan, kelurahan, UPT kesehatan, UPT pendidikan dan RT, (2) BNI dan Bulog, (3) service provider, pilar-pilar kesos (TKSK, PSM, Pekerja Sosial), dan (4) institusi sosial Kota Tarakan. Sedangkan pada program lain dukungan diproleh dari kecamatan, keluarahan, RT, pilar-pilar kesos dan tokoh masyarakat.

8. Kendala

Beberapa kendala (penghambat) yang dirasakan oleh

Page 170: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

164 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

para Pendamping Sosial dalam menjalankan peran dan fungsi meliputi :

a. Keterbatasan fasilitasi penjangkauan (salah satu contohnya adalah biaya transportasi), mengingat dalam pelaksanaan peran dan fungsi pendamping sosial, seringkali memerlukan intensitas pertemuan dengan banyak pihak.

b. Stimulan bantuan sosial. Para pendamping sosial ini seringkali menemukan kendala terkait stimulan. Menurut pendamping, banyak ditemukan kasus dalam proses pendampingan, PMKS sebenarnya memerlukan insentif yang secara nominal tidak terlalu besar dan sifatnya emergency, namun para pendamping tidak bisa memenuhi.

c. Insentif dan Peralatan kerja. Insentif dan Peralatan kerja yang diterima para pendamping sosial sangat bervariasi antara beberapa jenis program dampingan. Hal demikian menimbulkan “pertanyaan besar” diantara pendamping. Terlebih pendamping sosial yang memiliki “masa juang” lebih lama dan variasi PMKS yang ditangani.

d. Pengembangan kapasitas. Mayoritas pendamping “sangat berkeinginan” adanya kegiatan “update maupun up grade” terkait skill dan pengetahuan mereka, baik melalui pelatihan (diklat) maupun bimbingan teknis/bimbingan pemantapan. Pengembangan kapasitas pendamping sosial sangat tergantung dengan alokasi dari Kementerian Sosial.

e. Pada program PKH, beberapa kendala, selain sebagaimana disebutkan diatas, ditambah beberapa hal yaitu (1) tugas tambahan di luar tugas pokok dari Dinas Sosial, (2) data yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan (3) rasio pendamping dengan KPM (pada PKH).

9. Hal lain

a. Beberapa Instansi Sosial (Dinas Sosial) sudah mengambil langkah untuk mengkoordinasikan para pendamping Sosial

Page 171: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

165Analisa Penelitian

ini, dengan salah satu upayanya adalah menempatkan Staf Dinas Sosial sebagai Pembina para Pendamping Sosial1. Hal demikian memungkinkan untuk dilakukan juga di tingkat Kementerian Sosial dengan menugaskan “Unit Khusus” (Satker) yang terkait para Pendamping Sosial Kementerian Sosial ini.

b. Dinas Sosial berharap, jika Kementerian Sosial akan melakukan recruitment maupun penempatan (pengiriman) Pendamping Sosial terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi Sosial yang bersangkutan. Akan lebih baik lagi jika rekruitmen maupun penempatan para Pendamping Sosial ini (termasuk Penamping Sosial NAPZA dan Konselor Adiksi) juga memperhatikan masukan dari Intansi/Dinas Sosial setempat.

c. Terkait Pendamping Sosial ASLUT dan ASPDB, masing-masingmenjalankan peran dan fungsinya sebagai Pendamping Sosial, walaupun sudah “mendengar” informasi terkait dengan penyatuan bantuan sosial kedalam Program Keluarga Harapan (PKH). Menurut mereka, Lanjut usia dan Penyandang disabilitas yang ditangani oleh PKH adalah berbeda. Masih banyak masyarakat (lanjut usia dan Penyandang Disabilitas) yang memerlukan bantuan sosial, namun tidak terwadahi dalam PKH. Untuk kasus di Kota Serang, Para Pendamping Sosial ASLUT dan ASPDB merasa “enggan” jika mereka ditempatkan sebagai “asisten Pendamping Program Keluarga Harapan”. Hal demikian mengingat, 1). Secara pendidikan mereka sama, sama-sama berpendidikan Strata 1, 2). Secara “senioritas, Pendamping Sosial ASLUT dan ASPDB merasa lebih “senior” dibanding Pendamping Sosial PKH.

1 Pendamping Sosial yang ditempatkan langsung ke LKS tidak termasuk dalam koordinasi ini. Seperti Konselor Adiksi, Pendamping Sosial NAPZA.

Page 172: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

166 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

d. Pendamping Sosial yang ditempatkan di LKS2

(Pendamping Sosial NAPZA), memerlukan updating dan upgrade terkait skill dalam pendampingan NAPZA. Terlebih Pendamping Sosial NAPZA yang ditempatkan di LKS yang memberikan rehabilitasi Penyalahgunaan NAPZA melalui teknik religi.

2 LKS ini mendapatkan bantuan (dropping) dari Kementerian Sosial berupa biaya operaisonal dan pendamping sosial. LKS INi menangani Penyalahguna NPAZA dan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Dari 6 (enam) orang pendamping yang ditempatkan oleh Kementerian Sosial di LKS ini, 4 (empat) orangv merupakan usulan dari LKSyang bersangkutan, dan 2 (dua) orang merupakan penempatan langsung oleh Kementerian Sosial. Dua orang pendamping Sosial yang ditempatkan oleh Kementerian Sosial langsung ke LKS ini yang 1 (satu) orang sudah pindah tugas ke LKS lain, dan 1 (satu) pendamping Sosial “masih bertahan”.

Page 173: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

167Penutup

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian optimalisasi peran dan fungsi pendaming sosial sebagai berikut:

1. Secara usia, para pendamping sosial berada pada rentang usia yang tergolong produktif, yaitu 27 – 50 tahun. Pendidikan para pendamping sosial sebagian terbesar adalah Sarjana (Strata 1), dengan latar belakang pendidikan yang bervariasi, namun secara subyektif memiliki kesesuaian (lebih tepatnya keterkaitan) dengan pelaksanan peran dan fungsi pendamping saat ini. Sebelum bertugas sebagai Pendamping sosial, mayoritas pendamping sosial sudah terlebih dahulu mengenal dan terlibat dalam kegiatan sosial (penyelenggaraan kesejahteraan sosial) yang biasanya dilaksanakan oleh Dinas/Instansi sosial setempat.

2. Insentif yang bervariasi, jalur koordinasi dan komunikasi antar pendamping sosial yang “belum terbangun”, sistem pembinaan di daerah yang terbatas, jenjang karier yang belum terskema dengan jelas, beban tugas yang sangat berbeda antar jenis pendamping, ketidak seimbangan pemanfaatan peran pendamping sosial oleh instansi/

PENUTUPBab

V

Page 174: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

168 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

dinas sosial terkait, peran masing-masing merupakan salah kendala dalam optimalisasi peran dan fungsi pendamping.

3. Dalam penampilan perannya, pendamping sosial yang “ditempatkan di instansi/dinas sosial, disamping menjalankan peran yang diembankan (sebagaimana dalam pedoman pendampingan sosial sesuai program dampingan), juga melaksanakan tugas yang “diperintahkan’ oleh Instansi/Dinas Sosial setempat. Hal demikian sangat berbeda dengan Pendamping Sosial PKH dan NAPZA, dimana dalam penugasan yang bersangkutan ditempatkan dalam “unit/lembaga” terpisah dengan Instansi/Dinas Sosial setempat. Sehingga dengan peristilahan lain, Pendamping Sosial yang ditempatkan terpisahkan dengan instansi/dinas sosial (secara fisik), lebih fokus dalam menjalankan peran pendampingan sosialnya. Hal demikian berbeda dengan Pendampingan Sosial yang ditempatkan “bersama” dengan instansi/Dinas Sosial setempat. Disamping mereka menjalan peran sesuai yang tertera dalam Buku Pedoman, mereka juga dituntut untuk menjalankan peran dan tugas lain yang diberikan oleh instansi/dinas sosial setempat, walaupun penugasan itu diluar lingkup peran yang smestinya. Sebagai contoh: menangani laporan adminsitrasi Tata Usaha, Barang Inventaris dan lain-lain.

B. REKOMENDASI

Terkait dengan temuan dalam penelitian ini, beberapa rekomendasi diajukan sebagai upaya untuk optimalisasi peran dan fungsi Pendamping Sosial, sebagai ujung tombak, front terdepan dalam penyelenggaran pembangunan kesejahteraan sosial, yaitu:

1. Kelembagaan

a) Dengan semakin bertambahnya jumlah pendamping

Page 175: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

169Penutup

sosial, sesuai dengan berkembangnya program yang semakin masif, sudah waktunya Kementerian Sosial mempertimbangkan untuk memberikan penugasan atau membentuk Satuan Kerja yang mengurusi dan menangani para Pendamping Sosial ini. Satuan Kerja ini nantinya akan mempunyai tugas: (1). Menyusun grand desain pendamping sosial, termasuk kebutuhan dan dan pemataannya (2). Merancang dan mempersiapkan kurikulum bagi pengembangan kapasitas pendamping sosial, (3). Jenjang karier Pendamping Sosial, bahkan (4) Sistem insentif, (5). Sertifikasi.

b) Di daerah, perlunya adanya “semacam forum” untuk mewadahi para pendamping sosial. Forum ini berfungsi sebagai media dalam komunikasi, edukasi bahkan informasi bagi para pendamping sosial. Dengan demikian diharapkan ada kesaamaan persepsi tentang peran dan fungsi pendamping dalam penyelenggaran kesejahteraan sosial. Disamping itu, melalui forum ini juga bisa dibangun dan dikembangkan kohesivitas sosial diantara pendamping sebagai kekuatan besar dalam gerak pembangunan kesejahteraan sosial di masing-masing wilayah.

2. Pengembangan Kapasitas

Pengembangan kapasitas pendamping sosial dalam hal ini setidaknya bisa menjawab kebutuhan akan pengembangan kompetensi pendamping. Dengan pengembangan kompetensi pendamping dihatapkan akan dicapai optimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial. Dua kebutuhan dasar dalam pengembangan kapasitas pendamping ini utamanya berkaitan dengan amanat pembangunanj kesejahteraan sosial yang diemban Kementerian Sosial. Kedua kebutuhan ini meliputi;

a) Pengembangan kapasitas bagi pendamping sosial

Page 176: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

170 Optimalisasi Peran dan Fungsi Pendamping Sosial

dengan tugas pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (empowerment).

b) Pengembangan kapasitas pendamping bagi pendamping sosial dengan tugas-tugas klinis dan penyembuhan (clinical).

Dalam pengembangan kapasitas pendamping sosial ini, semua jenis oendamping sosial memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kesempatan dalam pengembangan kapasitas, sesuai tugas pendampingan sosial yang diembannya.

3. Insentif

Terkait dengan insentif pendamping sosial ini, perlu formulasi yang bisa mempersempit variasi besarnya insentif diantara masing-masing (jenis) Pendamping Sosial. Khususnya pendamping sosial dengan sistem insentif “tali asih”. Insentif ini bagi pendamping ini bisa diklasifikan kedalam “levelling” (tingkatan) Pendamping Sosial. Skema insentif yang tekah diadopsi dalam skema insentif (gaji/honorarium) bagi Pendamping Sosial Keluarga Harapan bisa dijadikan dasar acuan untuk menyusun formulasi insentif bagi pendamping sosial yang lain. Juga perlu dipertimbangkan indeks kemahalan daerah dalam formulasi insentif bagi pendamping sosial ini.

4. Sarana Kerja

Perlunya standarisasi sarana kerja bagi para pendamping sosial, sesuai dengan levelling pendamping sosial.

Page 177: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

171

DAFTAR PUSTAKA

Almasdi, S. Y. (1996). Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

B2P3KS Yogyakarta. (2013). Standar Kompetensi Pendamping Sosial Berbasis Sistem Pekerjaan Sosial. Yogyakarta.

Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. (2004). Standarisasi Panti Sosial. Jakarta: Badiklitkesos, Kemensos RI.

Bappenas. (2013). Kajian tentang Pendampingan dan Pekerja Sosial dalam program kesejahteraan masyarakat,. Jakarta.

Bogdan, R, dan Taylor, SJ, (1975), Introduction to Qualitative Research Method, New York ; John Wilcy

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta : Kencana

DuBois, Brenda dan Karla Krogsrud Miley (1992), Social Work: An Empowering Profession, Boston: Allyn and Baconi

Habibullah dan Ivo Noviana (2013). Studi Kebijakan Pendamping PKH. Jakarta:P3KS Press 

Hasibuan, M. S. (2002). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Ife, Jim (1995), Community Development: Creating Community Alternatives,Vision, Analysis and Practice, Longman, Australia, 

Irmayani, dkk (2017). Pemetaan SDM Kesejahteraan Sosial.Jakarta: Puslitbangkesos

Page 178: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

172

Kurniasari,dkk (2016). Survey Kesejahteraan Sosial Dasar tahun 2015. Jakarta: Puslitbangkesos

Kieffer, C. H., Citizen Empowerment: A Developmental Perspective, Prevention in Human Service, Vol. 3, USA, 1984

Nainggolan, T. d. (2012). Tinjauan Tentang Pelaksanaan PKH di Indonesia (Studi Tentang Dampak PKH pada RTSM di 7 Provinsi). Jakarta: P3KS Press.

Naim, J. (2017, April 17). Menpan wajibkan ASN ikut pelatihan 20 jam. Diambil kembali dari Antara News.com : http://www.antaranews.com/berita/624524/menpan-wajibkan-asn-ikut-pelatihan-20-jam

Parsons, Ruth J., James D. Jorgensen, Santos H. Hernandez, The Integration of Social Work Practice. Wadsworth, Inc., California, 1994

Rappaport, J., Studies in Empowerment: Introduction to the Issue, Prevention In Human Issue, USA, 1984

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2017 tentang Standar Nasional Sumber Daya Manusia Penyelenggara Kesejahteraan Sosial.

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Sosial Nomor 27 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Sosial tahun 2015-2019

Page 179: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

173

Rubiyanto, H. Sitepu, A., Widodo, N., Amalia, A.D. (2017). Dampak Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Dalam Penanganan Kemiskinan. Puslitbangkesos.

Sedarmayanti. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia (Reformasi Birokrasi dan Manajemen PNS). Bandung: Refika Aditama.

Suharto, E. (2006). Akuntabilitas Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial. Dipetik April 24, 2017, dari policy.hu: http://policy.hu/suharto

Suharto, E. (2002). Makalah disajikan pada Pelatihan Pengembangan Masyarakat Bagi Pengurus Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Tingkat Propinsi se Indonesia, Pusdiklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat Depsos RI, Jakarta, Rabu 28 Agustus 2002

Suharto, E. (1997). Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan-STKS.

Suharto, E. (2004). Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia. Bandung: STKSPress.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Susantyo, B. (2007). Smmunity Development dalam Praktek Pekerjaan Sosial. Bandung: STKSPress.

Tohari, A. (2002). Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju.

Page 180: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

174

SEKILAS PENULIS

BADRUN SUSANTYO, lahir pada 20 Agustus 1967, di Sragen, Jawa Tengah, adalah Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI. Saat ini menekuni area penelitian bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial. Menyelesaikan pendidikan Sarjana (Drs.) untuk bidang Ilmu Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan Sosial dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Pendidikan Magister diperoleh dari Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN Institut Pertanian Bogor (IPB). Menyelesaikan pendidikan doktor (Ph.D) pada bidang keilmuan Sosial Development/Sosial Work pada School of Sosial Science Universiti Sains Malaysia (USM) Penang, Malaysia. Sebelum menekuni dunia “riset” sebagai seorang peneliti, penulis juga empat menjadi Staf Pengajar di STKS Bandung dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD). Penulis juga aktif sebagai editor pada Jurnal Ilmiah Sosio Konsepsia, disamping juga sebagai penulis di beberapa jurnal ilmiah. Beberapa buku, atau bagian dari buku, pernah ditulis; diantaranya; 1). Community Development dalam Praktik Pekerjaan Sosial (STKS Press, 2007 – mandiri), 2). Perencanaan Sosial dalam Praktik Pekerjaan Sosial (STKS Press, 2007 – mandiri), 3). Rapid Assessment Daerah Aliran Sungai Ciliwung Di Kelurahan Manggarai dan Kelurahan Ciliwung (P3KS Press 2012, Penulis Bersama), 4). Memperkasakan Orang Asli ke Arah Masyarakat Madani (Dalam Bunga Rampai: Pembangunan Komuniti di Malaysia dan Indonesia, Penerbit Universiti Utara

Page 181: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

175

Malaysia, 2014), 5). Model Belajar Berasaskan Komuniti: Suatu Alternatif Pembelajaran dalam Komuniti (Dalam Bunga Rampai: Pembangunan Komuniti di Malaysia dan Indonesia, Penerbit Universiti Utara Malaysia, 2014), 6). Fenomena dan Kondisi Kekerasan Terhadap Anak di Indonesia Berdasarkan Survei Kekerasan Terhadap Anak Tahun 2013 (Puslitbangkesos, 2014 – Penulis Bersama), 7). Kesiapan Kementerian Sosial Dalam Implementasi Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.(Puslitbang Kesos, 2015, Penulis Pertama), 8). Perlindungan Sosial bagi Anak Korban Tindak Kekerasan (Puslitbangkesos 2015, Penulis Bersama), 9). Survei Kesejahteraan Sosial Dasar 2015 (Puslitbangkesos 2016, Penulis Bersama), 10). Kekerasan Terhadap Anak di Indonesia: Suatu Perkiraan Awal (Penerbit IdeaPress, Yogyakarta, 2016- Penulis Bersama). 11). Upaya Percepatan Penanggulangan Kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan. Studi di empat di Indonesia (Puslitbangkesos, 2017 – Penulis Bersama), 12). Fenomena Geng Motor di Jawa Barat (Puslitbangkesos, 2017 – Penulis Bersama), 13). Pemanfaatan Bantuan PKH oleh Keluarga Penerima Manfaat (Puslitbangkesos, 2017 – Penulis Bersama).

IRMAYANI, lahir di Jakarta tanggal 20 Februari 1968, menamatkan program S1 dari Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta tahun 1992 dan Magister Psikologi Sosial dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2002. Saat ini menjabat Peneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia. Penelitian yang pernah dilakukan

Page 182: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

176

meliputi topik-topik yang berkaitan dengan Ketahanan Sosial Masyarakat, Desa Berketahanan Sosial, Pranata Sosial dalam menangani masalah narkoba, Ketahanan Sosial Keluarga, Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial, Program Keluarga Harapan, Survey Anak Jalanan, Penelitian Prevalensi Penyalahgunana Obat/Napza pada remaja di kota besar, Survey Kekerasan terhadap Anak, Survey Kesejahteraan Sosial Dasar, Perlindungan Sosial terhadap anak korban kekerasan, Sistem Peradilan Pidana Anak, Anak Berkonflik dengan Hukum di Lapas/Rutan Dewasa, Pemetaan SDM Kesos. Pernah menulis di buku dan jurnal kesos dengan topik-topik: Aspek Psikologis pada Indikator Ketahanan Sosial Keluarga, Kekerasan Seksual terhadap Anak (Dampak Psikologis dan Pemulihan melalui Konseling dan Terapi), Perilaku Coping terhadap Anggota PKH menjelang exit program, Tinjauan Psikologi Sosial dan Behaviorisme dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin.

HABIBULLAH. Peneliti Madya Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian  Sosial RI, dengan kepakaran Kebijakan Sosial. Lahir pada tanggal 16 Juni 1979 di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Lulusan dari   Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dulu dikenal dengan Ilmu Sosiatri Fisipol Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2003 dan Program Magister Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Peminatan Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan FISIP Universitas Indonesia tahun 2011. Beberapa penelitian yang dilaksanakan antara lain 1) Pendampingan Sosial Bagi Calon Pekerja Migran dan Keluarganya di Daerah

Page 183: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

177

Asal (2008) 2) Evaluasi Program Jaminan Kesejahteraan Sosial: Asuransi Kesejahteraan Sosial (2009), 3) Kreteria Fakir Miskin (2011), 4) Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial Pemerintah Daerah di Era Otonomi Daerah (2012), 5) Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial (2012), 6) Pencapaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Sosial (2013,2014), 7) Studi Kebijakan Pendamping Program Keluarga Harapan, 8) Survey Kesejahteraan Sosial Dasar 2015, 9) Pemetaan SDM Kesejahteraan Sosial. Sejak tahun 2014 terlibat aktif pada kegiatan Analisis kebijakan yang diselenggarakan Biro Perencanaan Kementerian Sosial. Berbagai karya tulis ilmiahnya telah dimuat di Jurnal Sosio Konsepsia dan Sosio Informa.

B. MUJIYADI, menamatkan program S1 dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Jogyakarta, dan Master of Sosial Work dari La Trobe Universty, Melbourne, Australia. Saat ini menjabat Peneliti Madya pada Puslitbang Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan dan Penelitian Kementerian Sosial. Selain itu juga sebagai anggota Pembina Ilmiah pada lembaga yang sama. Penelitian yang pernah dilakukan meliputi topik-topik yang berkaitan dengan Gelandangan dan Pengemis, Anak Jalanan, Lanjut Usia, Penanganan Masalah Sosial Melalui Panti, Penyusunan Indikator Kesejahteraan Sosial, Perlindungan Tenaga Kerja Wanita di Sektor Industri, Tanggung Jawab Dunia Usaha bagi Masyarakat di sekitarnya, Model Pemberdayaan Keluarga dalam Pencegahan Tindak Tuna Sosial Remaja di Perkotaan, Subsidi BBM bagi Panti Sosial, Sosial Work With Migrant Worker, Pelayanan Sosial Bagi Korban Tindak Kekerasan, Implementasi Program Pemberdayaan

Page 184: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

178

Fakir Miskin, Penelitian Pola Multi Layanan pada Panti Sosial Penyandang Cacat, Sikap Masyarakat terhadap Trafficking Anak di Daerah Pengirim, Profil Pendamping dalam Perlindungan Anak Berkonflik dengan Hukum, Studi tentang Penanganan Pekerja Migran Domestik Bermasalah dan Keluarganya, Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan, Pemberdayaan Fakir Miskin Daerah Pantai, Penelitian Pemetaan Desa Sejahtera Mandiri, dan Pemetaan Sumber Daya Manusia Bidang Kesejahteraan Sosial. Selain itu pernah mengikuti berbagai kursus dan seminar di dalam dan luar negeri yang meliputi topik Sosial Development, Sosial Work With Migrant and Refugee, Community Based Rehabilitation for Disabled Persons, Micro Planning for Poverty Reduction and Sustainable Development, Senior Sosial Welfare Administrators, dan lain-lain. Demikian juga pernah menjadi anggota Pokja MPMK, Pokja JPS, Penyusunan Repelita VII bidang Kesejahteraan Sosial, penyusunan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2000-2004, dan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2004-2009, dan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2009-2014. Pengalaman lainnya adalah bekerja sama dengan ADB, Safe the Children UK, UN DSA, JICA dan beberapa lembaga lain dalam berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan sosial.

SURADI, Lahir di Pacitan, 9 Juni 1962. Merupakan Peneliti Utama Kementerian Sosial RI. Gelar sarjana diperoleh dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung (1992), dan gelar magister sain diperoleh dari Universitas Indonesia program studi sosiologi - kekhususan kesejahteraan sosial

Page 185: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

179

(1999). Jabatan : (1) peneliti bidang kebijakan sosial, (2) anggota Tim Penilai Peneliti Instansi, (3) anggota tim penyusunan pedoman dan instrumen pada Direktorat Pemberdayaan KAT, Direktroat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial, Direktorat Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan, Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan, Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Napza, dan (4) Ketua Tim Penelitian (2003-2005, 2007-2010 dan tahun 2012). Buku yang diterbitkan secara kelompok sebanyak 14 buku (hasil penelitian), dan berikut buku yang ditulis dan diterbitkan secara mandir: Perubahan Sosial Budaya: Implikasinya terhadap Pelayanan Sosial bagi Anak, Keluarga dan Pengembangan Masyarakat, 2002. Toto Gelap (TOGEL): Dampak terhadap Kesejahteraan Keluarga dan Kehidupan Sosial di Kota Makassar, 2003. Anak Jalanan di Perkotaan: Permasalahan dan Penangannya melalui Rumah Singgah, 2004. Permasalahan Keluarga di Perkotaan: Studi Pelaksanaan Fungsi Keluarga dan Impliaksinya terhadap Kehidupan Sosial Remaja di Kota Bandung, 2004. Kapital Sosial dan Ketahanan Sosial Masyarakat: Studi Kasus di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara, 2005. · Perlindungan Anak di Kalimantan Barat, 2006 · Suku Sim- im di Sumatera Utara, 2006. Orang Rimba: Komunitas Adat Terpencil di Jambi, 2007. Kemiskinan dan Politik Pembangunan Sosial, 2006. Kesejahteraan Sosial Komunitas Perbatasan Antar Negara: Studi Kasus Miangas, 2008. Masalah Sosial dan Kesejahteraan Sosial jilid 1, 2009. Masalah Sosial dan Kesejahteaan Sosial Jilid 2, 2011. Permasalahan dan Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis, 2010. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil: Filosofi, Konsep dan Strategi, 2009. · Permasalahan dan Kebijakan

Page 186: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

180

Perlindungan Sosial Anak Jalanan di Kota Mataram, 2010. Intervensi Individual: Kebahagiaan, Stress dan Potensi Diri, 2011. Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif: Suatu Pengantar.

SUGIYANTO, lahir di Tawangharjo 8 Januari 1961.  Magister Sains Program Studi Ilmu Administrasi  Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Publik, Kekhususan Pengembangan Masyarakat (S2), diperoleh  dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (2005) dan S1 (Sarjana Pendidikan Moral Pancasila dan Kewargaan  Negara) diperoleh dari Sekolah Tinggi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (STPIPS) YAPSI Jayapura (1994).  Jabatan peneliti: Peneliti Madya Bidang Kesejahteraan Sosial di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan  Sosial, Badiklitpensos, Kementerian Sosial RI. Aktif mengikuti kegiatan penelitian bidang kesejahteraan sosial, dan berbagai  seminar permasalahan sosial di Indonesia. Beberapa hasil  penelitiannya telah diterbitkan, baik secara mandiri maupun  kelompok, dan tulisanya pernah diterbitkan di Jurnal maupun Informasi.

ANWAR SITEPU, lahir di Sumatera Utara, 4 September 1958, menjadi peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial sejak 1999. Saat ini menjabat Peneliti Madya. Memperoleh gelar sarjana kesejahteraan sosial dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri di Jakarta tahun 1986 dan Magister Profesional Pengembangan Masyarakat dari Sekolah Pasca Sarjana

Page 187: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

181

Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2004. Pernah bekerja sebagai pekerja sosial untuk Yayasan Sosial Pelita Kasih di Tanjung Priok, Jakarta Utara, 1982 sampai 1986. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah: Studi Kebijakan Program Keluarga Harapan: Pengembangan Pusat Layanan Sosial (2009); Evaluasi Model Pemberdayaan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (2009); Penelantaran, Pengucilan dan Kerentanan Anak di Jakarta Barat (2010); Evaluasi Pelayanan Sosial Melalui Panti Sosial Bina Remaja (2010); Dampak PKH pada Rumah Tangga Miskin; Studi Pendahuluan Kriteria Fakir Miskin (2011); Pengembangan Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk Penanggulangan Kemiskinan (2010, 2011, 2012); Survey Kekerasan terhadap Anak (2013); Survey Kesejahteraan Sosial Dasar (2014); Evaluasi Implementasi Kebijakan Raskin (2014); Pengembangan Desa Sejahtera Mandiri (2015); Dampak Kelompok Usaha Bersama pada Penanganan Kemiskinan (2016).

TOGIARATUA NAINGGOLAN, lahir di Samosir, 3 Maret 1966, merupakan alumnus IKIP Padang (S1) dan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta (S2). Saat ini bekerja sebagai peneliti di Puslitbang Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI. Pernah mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI Jakarta Tahun 2002-2014) dan Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jaya Jakarta (Tahun 2007-2015). Saat ini juga bekerja sebagai anggota dewan redaksi majalah ilmiah/jurnal Sosio Informa yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI.

Page 188: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

182

INDEX

AAdvokat 18AIDs 3, 93, 152Aslut 3, 59, 60, 66, 67, 68, 69, 70, 72, 73, 76, 77, 80, 83, 88, 89, 92, 94, 96, 97,

99, 100, 101, 103, 104, 105, 106, 107, 114, 138

BBroker 13, 15

DDisabilitas Berat 3

EEdukator 12Eks Napi 4, 28, 93Eks WTS 4, 93

FFasilitator 9, 12, 15, 23, 34, 37, 50, 57, 58, 66, 88, 99, 106, 108, 155

IInfrastruktur 2Inovasi 2

KKAT 4, 57, 93, 179KAT Profesional 4, 93Kesenjangan 2KUBE 3, 22, 29, 33, 40, 43, 44, 60, 61, 63, 66, 68, 69, 71, 72, 73, 76, 77, 78, 79,

80, 82, 83, 86, 87, 88, 92, 93, 94, 97, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 147, 151, 152, 157, 159, 161, 162, 173

MMediator 13, 17

Page 189: OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING …puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/da8817805121b7a3...Badrun Susantyo , dkk. OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI PENDAMPING SOSIAL: Studi di

183

Motivator 12, 34, 37, 50, 66, 88, 99, 108, 119, 121, 155

NNapi 4, 28, 93Napza 3, 60, 69, 76, 78, 82, 94, 176, 179

PPelindung 13, 19Pembela 13, 18Penanggulangan Kemiskinan 2Pendamping Sosial a, b, 59Pendidik 9, 14, 34, 37, 50, 66, 88, 99, 122, 155Peran iii, 2, 4, 5, 6, 9, 11, 12, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 30, 34, 35, 37, 39, 40, 41,

50, 51, 52, 53, 55, 61, 64, 66, 79, 80, 88, 90, 91, 93, 95, 98, 99, 102, 103, 108, 110, 116, 117, 118, 121, 122, 123, 124, 125, 127, 142, 149, 152, 153, 154, 155, 158, 159, 164, 165, 167, 168, 169

Perwakilan Masyarakat 9PKH v, 3, 22, 33, 34, 40, 42, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 58, 59, 60, 61, 63, 65, 66, 67,

68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 76, 77, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 89, 92, 93, 94, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 112, 113, 114, 115, 116, 118, 119, 122, 123, 124, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 137, 138, 139, 140, 141, 144, 145, 148, 151, 152, 154, 156, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 168, 171, 172, 175, 176, 181

PMKS v, 27, 28, 56, 57, 62, 86, 88, 92, 126, 147, 164

SSanitasi 2, 10, 27Sarprasling Rutilahu 4, 93SDM Kesos 2, 3, 176

UUEP 4, 69, 93, 99, 126

WWTS 4, 93