OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI...

31
Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907426X JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI KABUPATEN WONOSOBO (Studi Kasus di Desa Bumiroso Watumalang Wonosobo) Awaludin Ahmad ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan tenaga kerja dapat mengoptimalisasikan produksi, membuktikan bahan baku mengoptimalisasikan produksi, membuktikan mesin dapat mengoptimalisasikan produksi, dan untuk membuktikan modal dapat mengoptimalisasikan produksi. Dalam penelitian ini populasinya adalah pelaku usaha tempe di Desa Bumiroso yang berjumlah 73 UMKM. Metode pengambilan sampel dengan cara sensus sampling, yaitu pengambilan sampel dengan mengikutkan semua anggota populasi menjadi sampel. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 73 UMKM tempe. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda dalam bentuk logaritma dengan fungsi produksi cobb douglass. Hasil penelitian ini menunjukkan tenaga kerja yang digunakan belum dapat mengoptimalisasikan produksi, bahan baku yang digunakan belum dapat mengoptimalisasikanproduksi, jumlah mesin yang digunakan dapat mengoptimalisasikan produksi, dan modal belum dapat mengoptimalisasikan produksi. Kata kunci : Tenaga kerja, bahan baku, mesin, modal, produksi. A. Latar Belakang Masalah Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen yang penting dalam kegiatan agrobisnis setelah komponen produksi pertanian. Banyak pula dijumpai petani yang tidak melaksanakan pengolahan hasil yang disebabkan oleh berbagai sebab, padahal disadari bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting karena dianggap dapat meningkatkan nilai tambah (Soekartawi 1991). Pembuatan tempe kedelai merupakan salah satu usaha dalam peningkatan nilai tambah produk kedelai menjadi tempe kedelai. Tempe kedelai merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di Indonesia. Tempe dibuat dengan cara fermentasi atau peragian. Dalam proses fermentasi terlibat tiga faktor pendukung, yaitu bahan baku yang diurai (kedelai), mikroorganisme

Transcript of OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI...

Page 1: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE

DI KABUPATEN WONOSOBO

(Studi Kasus di Desa Bumiroso Watumalang Wonosobo)

Awaludin Ahmad

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan tenaga kerja dapat

mengoptimalisasikan produksi, membuktikan bahan baku mengoptimalisasikan

produksi, membuktikan mesin dapat mengoptimalisasikan produksi, dan untuk

membuktikan modal dapat mengoptimalisasikan produksi. Dalam penelitian ini

populasinya adalah pelaku usaha tempe di Desa Bumiroso yang berjumlah 73

UMKM. Metode pengambilan sampel dengan cara sensus sampling, yaitu

pengambilan sampel dengan mengikutkan semua anggota populasi menjadi

sampel. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 73 UMKM tempe.

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda

dalam bentuk logaritma dengan fungsi produksi cobb douglass. Hasil penelitian ini

menunjukkan tenaga kerja yang digunakan belum dapat mengoptimalisasikan

produksi, bahan baku yang digunakan belum dapat mengoptimalisasikanproduksi,

jumlah mesin yang digunakan dapat mengoptimalisasikan produksi, dan modal

belum dapat mengoptimalisasikan produksi.

Kata kunci : Tenaga kerja, bahan baku, mesin, modal, produksi.

A. Latar Belakang Masalah

Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen yang penting dalam

kegiatan agrobisnis setelah komponen produksi pertanian. Banyak pula

dijumpai petani yang tidak melaksanakan pengolahan hasil yang disebabkan

oleh berbagai sebab, padahal disadari bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap

penting karena dianggap dapat meningkatkan nilai tambah (Soekartawi 1991).

Pembuatan tempe kedelai merupakan salah satu usaha dalam peningkatan nilai

tambah produk kedelai menjadi tempe kedelai. Tempe kedelai merupakan

makanan tradisional yang telah lama dikenal di Indonesia. Tempe dibuat

dengan cara fermentasi atau peragian. Dalam proses fermentasi terlibat tiga

faktor pendukung, yaitu bahan baku yang diurai (kedelai), mikroorganisme

Page 2: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

(kapang tempe), dan lingkungan tumbuh (suhu, pH, kelembaban).

Pembuatannya merupakan industri rakyat sehingga hampir setiap

orang dapat dikatakan mampu membuat tempe sendiri ( Hermana 1998 ).

Bahan baku pembuatan tempe biasanya menggunakan kedelai. Kedelai

merupakan bahan makanan penting sebagai sumber protein nabati.

Penggunaan kedelai umumnya dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat dan

masukan dalam usaha tani tanaman kedelai. Kedelai yang dikonsumsi

masyarakat sebagian besar dalam bentuk olahan dan hanya sebagian kecil

yang dikonsumsi langsung (Kasryno et all 1998). Sejalan dengan pertambahan

jumlah penduduk maka permintaan akan kedelai semakin meningkat. Pada

tahun 1998 konsumsi kedelai per kapita baru 9 kg/tahun, kini naik menjadi 10

kg/th. Dengan konsumsi perkapita rata-rata 10 kg/tahun maka dengan jumlah

penduduk 250 juta dibutuhkan 2 juta ton lebih per tahun. Untuk itu diperlukan

program khusus peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Produksi kedelai

pernah mencapai 1,86 juta ton pada tahun 1992 (tertinggi) kemudian turun

terus hingga kini 2007, hanya 0,6 juta ton. Sedangkan produktivitas rata-rata

kedelai nasional masih rendah, tahun 2013 mencapai 13,07 kw/ha atau 1,3

ton/ha. (Departemen Pertanian 2014).

Tempe merupakan salah satu bahan pangan olahan kedelai yang sangat

populer di Wonosobo, masyarakat luas menjadikan tempe sebagai sumber

protein nabati. Selain itu harga jualnya juga murah, tahu dan tempe merupakan

produk fermentasi yang tidak bertahan lama. Setelah 2 atau 3 hari akan

mengalami pembusukan sehingga tidak dapat dikonsumsi oleh manusia,

sehingga teori lokasi juga mempengaruhi industri tersebut. Secara umum,

pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor

seperti: bahan baku lokal (local input), permintaan lokal (local demand),

bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input), dan permintaan luar

(outside demand).

Kabupaten Wonosobo sendiri sudah banyak industri tahu dan tempe,

tetapi masalah yang dihadapi selama ini pada industri tahu dan tempe yaitu

ketersediaan bahan baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi

masih susah atau sulit untuk dipenuhi oleh industri dalam negeri sehingga

masih tergantung dengan kedelai impor, walaupun indonesia terkenal dengan

hasil pertaniannya tetapi itu belum cukup memenuhi kapasitas industri yang

berbahan baku kedelai yang ada. (Hoover dan Giarratani 2007)

Page 3: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

Saat ini para pengusaha tempe di Kabupaten Wonosobo mengalami

penurunan produksi. Hal ini karena adanya peningkatan harga bahan baku

tempe yaitu kedelai. Naiknya harga kedelai secara otomatis akan

meningkatkan biaya produksi. Meningkatnya biaya produksi tempe di Desa

Bumiroso membuat pengusaha tempe untuk mengelola dan merencanakan

produksi tempe. Observasi awal menunjukkan bahwa selama ini pengusaha

tempe tidak mengkoordinir faktor-faktor produksinya seperti tenaga kerja,

bahan baku, modal dan mesin yang digunakan dalam produksi (Perindag Kab.

Wonosobo 2014).

Setiap perusahaan dalam melaksanakan produksi tidak dapat

mengandalkan pemanfaatan fasilitas dengan teknologi modern, karena

produksi membutuhkan jasa tenaga kerja untuk memperlancar proses produksi

yang akan bermanfaat bagi masyarakat, tenaga kerja merupakan salah satu

faktor terpenting untuk menghasilkan barang maupun jasa (Rosyidi 2005).

Hasil penelitian Sudarmi (2010) dan Setiawati (2013) yang memperoleh hasil

bahwa faktor tenaga kerja tidak mempengaruhi hasil produksi. Hasil penelitian

berbeda ditunjukkan oleh Duri (2013) menunjukkan bahwa variabel tenaga

kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi.

Bahan baku juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

produksi. Menurut Sriyadi (2000) bahan baku adalah bahan yang membentuk

bagian integral produk jadi. Bahan baku sangat mendukung dalam segala

aspek. Dalam industri baik itu industri kimia, industri tekstil, industri makanan

dan minuman dan sebagainya, bahan baku merupakan faktor penting dalam

proses produksinya. Bahan baku penting dalam artian mempertinggi efisiensi

pertumbuhan ekonomi.

Kabupaten Wonosobo merupakan kabupaten penghasil tempe, salah

satunya adalah Desa Bumiroso. Usaha pembuatan tempe kedelai Desa

Bumiroso merupakan industri skala rumah tangga yang pada awal

pendiriannya terdorong motivasi untuk berusaha sendiri . Sebagian besar

tenaga kerja dalam usaha ini berasal dari dalam keluarga. Walaupun skalanya

masih kecil, tetapi usaha pembuatan tempe dapat dijadikan sumber pendapatan

bagi masyarakat di Desa Bumiroso. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

unit usaha pembuatan tempe kedelai sebesar 73 unit usaha.

Sementara ini pemasaran tempe yang dilakukan oleh para pelaku usaha

tempe di Bumiroso adalah dengan menjual ke pasar-pasar tradisional yang ada

Page 4: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

di Kabupaten Wonosobo dan ada pula yang diambil langsung oleh para

pedagang untuk didistribusikan ke konsumen. Banyaknya unit usaha

pembuatan tempe kedelai di Desa Bumiroso menunjukkan bahwa usaha

pembuatan tempe kedelai skala rumah tangga yang sudah diusahakan selama

lebih dari lima puluh tahun dapat memberikan keuntungan karena mampu

menyerap tenaga kerja dan bertahan di tengah persaingan dengan industri

pengolahan tempe kedelai yang lebih besar serta gejolak kenaikan harga

kedelai.

Penelitian ini merupakan replikasi dari Sudarmi (2010) yang meneliti

tentang tingkat optimalisasi faktor produksi usaha tempe. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian Sudarmi (2010) adalah penelitian ini menambahkan

variabel modal dan mesin. Penambahan variabel modal dan mesin didasarkan

pada asumsi bahwa besarnya ketergantungan produksi terhadap modal dan

mesin. Penelitian ini juga mengkaji ulang pengaruh tenaga kerja terhadap

produksi seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Sudarmi (2010) dimana

hasil penelitian Sudarmi (2012) menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak

mempengaruhi produksi. Hal ini berseberangan dengan teori fungsi produksi

cobb douglas yang menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan faktor input

dalam produksi. Penelitian ini dilakukan di Desa Bumiroso Kecamatan

Watumalang Wonosobo karena berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas

Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo, banyak pengusaha tempe yang

menghentikan sementara produksinya karena adanya kendala mahalnya bahan

baku.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di

atas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah tenaga kerja dapat mengoptimalisasikan produksi?

2. Apakah bahan baku dapat mengoptimalisasikan produksi?

3. Apakah mesin dapat mengoptimalisasikan produksi?

4. Apakah modal dapat mengoptimalisasikan produksi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan tenaga kerja dapat mengoptimalisasikan produksi.

Page 5: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

2. Untuk membuktikan bahan baku dapat mengoptimalisasikan produksi.

3. Untuk membuktikan mesin dapat mengoptimalisasikan produksi.

4. Untuk membuktikan modal dapat mengoptimalisasikan produksi.

D. Landasan Teori

1. Optimalisasi Produksi

Nicholson (1992) menyatakan optimalisasi atau optimasi merupakan

alat yang penting untuk mengembangkan model-model yang mengasumsikan

bahwa para pelaku ekonomi secara rasional mengejar sasaran tertentu seperti

memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Memaksimumkan

keuntungan dilakukan dengan menggunakan atau mengalokasikan masukan

(biaya) tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.

Sedangkan meminimumkan biaya dilakukan dengan cara menggunakan

masukan (biaya) yang paling minimum untuk menghasilkan tingkat output

tertentu.

2. Teori dan Fungsi Produksi

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya)

menjadi satu atau lebih output (produk). Dalam kaitannya dengan

industri, produksi merupakan esensi dari suatu perekonomian. Untuk

berproduksi diperlukan sejumlah input yaitu adanya kapital, tenaga kerja

dan teknologi. Sehingga terdapat hubungan antara produksi dengan

input berupa output maksimal yang dihasilkan dengan input tertentu

atau disebut fungsi produksi (Pindyck dan Rubinfeld 1995).

Salvatore (1997) mendefinisikan produksi sebagai hasil akhir

dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa

masukan atau input atau dengan kata lain mengkombinasikan berbagai

input atau masukan untuk menghasilkan output. Sedangkan definisi fungsi

produksi yaitu menunjukkan jumlah maksimum komoditi yang dapat

diproduksi per unit waktu setiap kombinasi input alternatif, bila

menggunakan teknik produksi terbaik yang tersedia.

3. Faktor produksi

tenaga kerja

Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan otak dan fisik manusia

Page 6: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

(Daniel 2004). Dalam analisa ketenagakerjaan diperlukan standarisasi

satuan tenaga kerja. Analisa ketenagakerjaan juga sering dikaitkan

dengan tahapan pekerjaan dalam usaha pertanian (Soekartawi 1989).

Bahan baku

Bahan baku menurut Shousen (2001) adalah barang-barang yang

dibeli untuk digunakan dalam proses produksi. Untuk memproduksi tempe

di gunakan bahan baku pokok yaitu kedele. Jenis kedele terdiri atas 4

macam, kedele kuning, kedele hitam, kedele coklat dan kedele hijau. Para

pengrajin tempe biasanya memakai kedele kuning sebagai bahan baku

utama, akan tetapi juga menggunakan kedele jenis lain terutama kedele

hitam. Kedele berbiji besar bila bobot 100 bijinya lebih dari 13 gram,

kedele berbiji sedang bila bobot 100 bijinya antara 11 - 13 gram dan

kedele berbiji kecil bila bobot 100 bijinya antara 7 -11 gram. Biji kedele

yang dipakai oleh para pengrajin untuk membuat tempe harus di kupas

lebih dahulu dan biji kedele tahu digiling sesudah biji kedele di rendam

sekitar 7 jam lebih dahulu.

Modal

Modal adalah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam

melakukan proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan

menggunakan alat-alat atau mesin produksi yang efisien. Dalam proses

produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman,

yang masing-masing berperan langsung dalam proses produksi.

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan

ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar

produktivitas dan pendapatan. Riyanto (1997) Modal terbagi dua yaitu

modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menurut fungsi kerjanya dapat

dibedakan menjadi modal kerja dan modal tetap. Sedangkan modal pasif

dapat dibedakan antara modal sendiri dan modal asing atau modal badan

usaha dan modal kreditur/uang. Brigham dan Houston (2001) modal kerja

merupakan investasi perusahaan dalam jangka waktu pendek meliputi kas,

piutang, persediaan barang. Jumlah modal kerja dapat lebih mudah

diperbesar atau diperkecil, disesuaikan dengan kebutuhannya, juga elemen-

elemen modal kerja akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.

Mesin

Mesin merupakan alat bantu untuk melakukan proses

Page 7: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

transformasi atau proses pengolahan dari masukan (input) menjadi keluaran

(output) (Daryanto 1996). Mesin sangat memegang peranan penting

dalam proses pengolahan, karena tanpa adanya mesin proses produksi

tidak akan efisien, juga hasil yang didapat tidak optimal. Kapasitas mesin

terdiri dari kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai. Kapasitas terpasang

merupakan jumlah maksimum dari bahan baku yang dapat diolah oleh

mesin tersebut. Sedangkan kapasitas terpakai merupakan jumlah minimum

dari bahan baku yang dapat diolah oleh mesin.

4. Fungsi Produksi Cobb douglas

Fungsi produksi Cobb douglas diperkenalkan oleh Cobb, C.W dan

Douglas,P.H. melalui artikelnya yang berjudul A Theory of Production

Tahun 1928 (Soekartawi 1990). Nicholson (1999) menyatakan fungsi

produksi Cobb douglas sebagai fungsi produksi dimana elastisitas

substitusi sama dengan satu (d = 1). Bentuk ini merupakan bentuk

tengah antara dua kasus ekstrim (d = ~ dan d = 0). Kurva produksi Cobb

douglas berbentuk cekung yang normal. Penyelesaian fungsi produksi

Cobb douglas selalu dilogaritmakan dan diubah fungsinya menjadi

fungsi linier sehingga ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi

sebelum menggunakan fungsi tersebut (Soekartawi 1990), antara lain :

a. Tidak ada pengamatan variabel penjelas (X) yang sama dengan

nol, sebab logaritama dari nol adalah bilangan yang besarnya tidak

diketahui.

b. Dalam fungsi produksi diasumsikan tidak ada perbedaan teknologi

pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective

technologies).

c. Tiap variabel X adalah perfect competition

d. Perbedaan lokasi pada fungsi produksi sudah tercakup pada faktor

kesalahan, u.

Fungsi Produksi Cobb douglas adalah fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel yang satu disebut

variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut dengan

variabel independen, yang menjelaskan (X) (Soekartawi 2003). Secara

sistematik fungsi Cobb douglas dapat dituliskan sebagai berikut :

Page 8: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

3

3

Y adalah produk atau variabel yang dipengaruhi oleh X, dan X

adalah faktor produksi yang mempengaruhi Y. Fungsi produksi

menunjukkan berapa banyak jumlah maksimum output yang dapat

diproduksi apabila sejumlah input tertentu dipergunakan di dalam proses

produksi, bi adalah besaran parameter (elastisitas masing- masing faktor

produksi) dan b0 adalah Konstanta, intersep, besaran parameter. Fungsi

Cobb douglas merupakan fungsi non-linier, sehingga untuk membuat

fungsi tersebut menjadi linier maka fungsi Cobb douglas dapat

dinyatakan pada persamaan :

ac = b

a log b = c

a log b

n = c

n a log b = c

a log b.c =

a log b +

a log c

Maka :

Y = b0 X1b1

. X2b2

. X b3

. X4b4

log Y = log (b0X1 b1

X2 b2

X3 b3

X4 b4

)

logY = log b0 + logX1b1

+ log X2b2

+ log X b3

+ log X4b4

Ln Y = b0 + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4

Cara membuat Ln (logaritma normal) adalah dengan program SPSS

melalui transform kemudian memasukkan kedalam compute variabel

dan memilih Ln pada function and special variable. Setelah di transform

ke Ln kemudian di regresikan. Pada persamaan diatas nilai b1, b2,

b3,…bn adalah tetap walaupun variabel yang terlibat telah

dilogaritmakan. Hal ini karena b1, b2, b3,…bn pada fungsi Cobb

douglass menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan jumlah elastisitas

adalah merupakan return to scale. Terdapat beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi antara lain:

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari

nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

2. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan

teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the

respective technologies). Apabila fungsi Cobb douglas yang dipakai

Page 9: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis

yang memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model

tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis

(slope) model tersebut.

3. Tiap variabel X adalah perfect competition.

4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah

tercakup pada faktor kesalahan.

Fungsi Cobb douglas lebih banyak dipakai para peneliti

dikarenakan :

1. Fungsi tersebut relevan untuk sektor pertanian yang telah dibuktikan

secara empiris, khususnya untuk penelitian dengan menggunakan

data cross section.

2. Penyelesaian fungsi Cobb douglas relatif lebih mudah dibandingkan

dengan fungsi yang lain, hal ini dikarenakan fungsi dapat dengan

mudah ditransfer ke bentuk linier, yaitu dengan jalan

melogaritmakan variabel yang dibangun dalam model, baik dengan

logaritma biasa atau dengan logaritma natural.

3. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb douglas akan

menghasilkan koefisien regresi sekaligus menunjukkan besaran

elastisitas, dimana elastisitas dari produksi akan mengukur

kemampuan reaksi dari input terhadap output.

4. Data input dan data output siap digunakan, tanpa pengumpulan

(seperti fungsi di CES) untuk memperkirakan parameter dari model.

(Rita Yunus 2009).

Hipotesis dan Model Penelitian

1. Tenaga kerja Untuk Optimalisasi Produksi

Posisi faktor tenaga kerja sangat dominan jika dibandingkan dengan

faktor produksi lainnya dalam suatu proses produksi. Suprihanto (1988)

menyatakan bahwa tenaga kerja adalah sebagian dari keseluruhan

penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa. Dari

pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tenaga kerja

adalah sebagian penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa, bila ada

permintaan terhadap barang dan jasa. Faktor tenaga kerja sangat dibutuhkan

dalam proses kegiatan produksi. Kegiatan produksi akan berhenti jika tenaga

Page 10: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

kerja yang diperlukan mengalami gangguan, sehingga berdampak pada

penjualan yang akan diterima perusahaan. Dengan demikian faktor tenaga

kerja akan berpengaruh terhadap produksi/output.

Hasil penelitian Sudarmi (2010) dan Setiawati (2013) yang memperoleh

hasil bahwa faktor tenaga kerja tidak mempengaruhi hasil produksi. Hasil

penelitian berbeda ditunjukkan oleh Duri (2013) menunjukkan bahwa variabel

tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi. Berdasarkan uraian

diatas maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut :

H1 : Tenaga kerja mengoptimalisasi produksi .

2. Bahan Baku Untuk Optimalisasi Produksi .

Bahan baku merupakan indikator dasar dan utama dalam membuat

sebuah produk. Kualitas bahan baku sangat menentukan kualitas produk yang

dihasilkan. Kegiatan produksi akan berhenti jika bahan baku tidak tersedia

ataupun harga bahan baku mengalami kenaikan, sehingga berdampak pada

penjualan yang akan diterima perusahaan. Dengan demikian faktor input bahan

baku akan berpengaruh terhadap produksi tempe.

Hasil penelitian Sudarmi (2010) menunjukkan bahwa variabel bahan

baku berpengaruh signifikan terhadap produksi. Begitu juga dengan penelitian

yang dilakukan oleh Setiawati (2013) yang memperoleh hasil bahwa faktor

bahan baku mempengaruhi hasil produksi. Berdasarkan uraian diatas maka

dapat dihipotesiskan sebagai berikut :

H2 : Bahan baku mengoptimalisasi produksi .

3. Mesin Untuk optimalisasi produksi.

Mesin merupakan alat yang digunakan dalam proses produksi.

Perkembangan teknologi memungkinkan perusahaan untuk menggunakan

mesin yang tepat guna agar biaya yang dikeluarkan lebih efisien dan waktu

berproduksi lebih efektif. Kesalahan dalam pemilihan mesin akan berakibat

fatal pada hasil produksi, karena mesin yang akan memproses bahan baku

menjadi output. Sering terjadi, perusahaan harus mengeluarkan

investasi yang tinggi untuk membeli sebuah mesin. Perusahaan akan

berinvestasi untuk mendapatkan mesin yang baik agar diperoleh manfaat

jangka panjang yaitu hasil produksi yang lebih berkualitas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desky (2010) yang meneliti

tentang faktor yang mempengaruhi produksi menunjukkan bahwa mesin

Page 11: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi padi. Peneliti selanjutnya

yaitu Pasaribu (2011) yang menunjukkan bahwa mesin berpengaruh terhadap

produksi. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut :

H3 : Mesin mengoptimalisasi produksi

4. Modal Untuk optimalisasi produksi

Modal atau real capital goods meliputi semua jenis barang yang dibuat

untuk menunjang kegiatan produksi barang dan jasa. Misalnya mesin, pabrik,

jalan raya, gudang serta semua peralatannya. Pengertian modal

semacam itu sebenarnya hanyalah merupakan salah satu saja dari pengertian

modal seluruhnya, sebagaimana yang sering dipergunakan oleh para ahli

ekonomi. Sebab modal juga mencakup arti uang yang tersedia di dalam

perusahaan untuk membeli mesin-mesin atau faktor produksi lainnya..

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Duri (2013) menunjukkan bahwa

modal mempengaruhi hasil produksi. Hasil berbeda ditunjukkan oleh Setiawati

(2013) yang menunjukkan bahwa tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil

produksi pada industri tempe. Berdasarkan uraian diatas maka dapat

dihipotesiskan sebagai berikut :

H4 : Modal mengoptimalisasi produksi .

G. Model Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Data Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner

kepada pelaku usaha industri tempe di Desa Bumiroso Kecamatan

Watumalang Wonosobo dengan tujuan untuk memperoleh data

sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode

pengambilan sampel dengan cara sensus sampling adalah

pengambilan sampel dengan mengikutkan semua anggota populasi

menjadi sampel. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak

Page 12: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI

73 UMKM tempe. Adapun batas waktu penyebaran kuesioner

adalah 2 minggu dan kuesioner yang dibagikan berjumlah 73.

Tabel 4.1

Jumlah Sampel Dan Tingkat Pengembaliannya Kuesioner

Responden Disebar Kembali Gugur Dipakai

Pelaku Usaha

Industri Tempe 73 73 0 73

Jumlah 73 73 0 73

Sumber : Data Primer diolah, 2015

Dari seluruh kuesioner yang dibagikan kepada responden

sebanyak 73 orang. Sebanyak 73 kuesioner yang kembali (100%).

Dari 73 kuesioner yang kembali tidak ada yang cacat, sehingga yang

digunakan dalam penelitian ini sebesar 100%.

4.1.2. Karakteristik Responden

1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin disajikan

dalam Tabel 4.2 berikut ini :

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang

terbanyak adalah yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak

50 (70,3%) responden. Sedangkan responden yang berjenis

kelamin perempuan adalah sebanyak 23 (29,7%).

2. Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dibedakan

menjadi 5 kelompok yaitu <30 tahun, 30-35 tahun, 36-40 tahun,

41-45 tahun dan >45 tahun. Berdasarkan umur responden

Page 13: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

disajikan dalam Tabel 4.3 berikut ini :

Page 14: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

Valid <30 Tahun 2 5.5 5.5 5.5

30-35 Tahun 13 14.3 14.3 19.8

36-40 Tahun 18 19.8 19.8 39.6

41-45 Tahun 22 24.2 24.2 63.7

>45 Tahun 18 36.3 36.3 100.0

Total 73 100.0 100.0

Tabel 4.3

Umur Responden

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Sumber : Data Primer diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa responden

terbanyak adalah yang berumur 41-45 tahun sebanyak 22

(24,2%) responden, yang berumur >45 tahun sebanyak 18

(36,3%), yang berumur 36-40 tahun sebanyak 18 (19,8%), yang

berumur 30-35 tahun sebanyak 13 (14,3%) dan yang berumur

<30 tahun sebanyak 2 (5,5%) responden.

3. Responden Berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dibedakan

menjadi 5 kelompok yaitu SD, SMP, SMA, Diploma dan

Sarjana. Berdasarkan umur responden disajikan dalam Tabel 4.4

berikut ini :

Page 15: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden

yang terbanyak adalah SMA sebanyak 32 (54,9%) responden,

responden yang berpendidikan SMP sebanyak 25 (27,5%)

responden, responden yang berpendidikan Sarjana sebanyak 3

(8,8%) responden, responden yang berpendidikan SD sebanyak

10 (5,5%) dan responden yang berpendidikan diploma sebanyak

3 (3,3%) responden.

4.2. Analisis Data

4.2.1. Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usaha Tempe

Hasil produksi merupakan barang yang diperoleh dari suatu

proses produksi. Kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan

tergantung pada kualitas dan kuantitas faktor-faktor produksi serta

teknologi yang digunakan. Rata-rata penggunaan faktor-faktor

produksi pada Usaha tempe di Desa Bumiroso yang meliputi tenaga

kerja, bahan baku, jumlah mesin dan m odal dapat dilihat pada Tabel

4.5 berikut :

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan bahan

baku sebesar 161,58 kg, ini berarti bahwa sebagian besar pelaku

usaha tempe di Bumiroso menggunakan bahan baku sebesar 161,58

kg sehingga bisa dikategorikan sebagai usaha mikro.

Page 16: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

Jumlah Penggunaan tenaga kerja dalam satu periode produksi

adalah rata-rata sebesar 2 orang, sedangkan penggunaan modal

sebesar Rp. 1.252.975. produksi rata-rata tempe di Desa Bumiroso

dalam tiap periode produksi adalah 1129 unit.

f. Analisis Pendapatan Usaha Tempe

1. Biaya Usaha Tempe

Biaya produksi tempe yang dimaksudkan dalam penelitian

ini adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh pengusaha

yang meliputi biaya pemakaian tenaga kerja, bahan baku,

jumlah mesin, modal yang terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya

Page 17: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

bahan penolong, listrik dan air. Rata-rata biaya produksi tempe

yang dikeluarkan pengusaha sampel pada usaha tempe dapat

dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi

tempe yang dikeluarkan pengusaha sampel dalam

mengusahakan tempe sebesar Rp 775474,565 per kwintal. Biaya

produksi tempe ini terdiri dari tenaga kerja, bahan baku, jumlah

mesin, modal. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh pengusaha

tempe adalah biaya untuk bahan baku sebesar Rp 721059,771

per kwintal. Hal ini dikarenakan dalam usaha tempe dibutuhkan

bahan baku yang berkualitas. Bahan baku yang digunakan

adalah merupakan kedelai impor. Jarang sekali pengusaha tempe

menggunakan bahan baku lokal, karena bahan baku lokal

kualitasnya lebih rendah dari bahan baku impor. Pemakaian bahan

baku lokal prosentasenya sangat kecil sekali dan hanya sebagai

campuran saja. Biaya terendah yang dikeluarkan untuk produksi

tempe adalah biaya bahan penolong yaitu ragi, akan tetapi bahan

baku ragi masuk kategori bahan penolong utama.

Tanpa ragi, pembuatan tempe tidak akan jadi. Pengeluaran biaya

tenaga kerja masih tergolong tinggi. Walaupun biaya yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja tergolong tinggi namun mencari

tenaga kerja yang ahli sulit didapatkan.

2. Produksi dan Pendapatan Usaha Tempe

Produksi merupakan jumlah tempe dalam bentuk batang

atau lonjor yang dihasilkan selama produksi yang dinyatakan

dalam satuan unit. Penerimaan usaha tempe merupakan

Page 18: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

perkalian antara produksi tempe dengan harga jual dan

dinyatakan dalam rupiah. Produksi rata- rata pengusaha sampel

sebesar 1129 unit dengan harga Rp. 2000 rupiah/Kg sehingga

diperoleh penerimaan sebesar Rp. 2.258.000 rupiah setiap

kwintal. Pendapatan produksi tempe merupakan selisih dari

penerimaan tempe dan biaya usaha tempe dalam satu kali

produksi. Rata-rata pendapatan dari usaha tempe di Desa

Bumiroso pada produksi dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7

Rata-rata Pendapatan Usaha Tempe di Desa

Bumiroso

No Uraian Per kwintal

1 Penerimaan 2.258.0000

2 Biaya 775474,565

3 Pendapatan 1482525,435

4 R/C ratio 2,9117

Sumber Data : Analisis Data Primer

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan dari

Usaha tempe oleh pengusaha sampel adalah sebesar Rp.

Page 19: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

1.485.525,435 per kwintal. Apabila dilihat dari biaya yang

dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh, dapat diketahui

bahwa produksi tempe ini menguntungkan karena

penerimaaannya lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan

dengan nilai R/C ratio 2,91.

4.2.3. Analisis Regresi Fungsi Produksi Cobb -Douglass

Macam faktor-faktor produksi perlu diketahui oleh

pengusaha untuk menghasilkan suatu produk, maka dibutuhkan

pengetahuan hubungan antara faktor-faktor produksi dan hasil

produksi. Hubungan fisik antara penggunaan faktor-faktor produksi

dengan produksi ini sering disebut dengan fungsi produksi . Fungsi

produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi

Cobb-Douglass. Dalam perhitungan, fungsi produksi Cobb-Douglass

dapat diubah dalam bentuk regresi linier berganda dengan cara

ditransformasikan dalam bentuk logaritma. Analisis dengan program

SPSS 17.0 menunjukkan hasil sebagai berikut :

Y = 0,842 X1 0,043

X2 0,926

X3 0,050

X4 0,100

Ditransformasikan dalam bentuk logaritma menjadi :

Log Y = log 0,842 + 0,043 logX1 + 0,926 logX2 + 0,050 logX3 +

0,100logX4

Berdasarkan hasil estimasi fungsi produksi tempe di Desa

Bumiroso dengan pendekatan produksi cobb douglass awal yang

Page 20: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

digunakan telah ditransformasikan ke dalam bentuk log natural (Ln),

maka satuan yang dituliskan menjadi persen dan diketahui koefisien

elastisitas masing-masing input dalam produksi tempe adalah :

a. Koefisien elastisitas untuk input tenaga kerja adalah sebesar

0,043. Hal ini berarti bahwa jika ada penambahan tenaga kerja

sebanyak 1 tenaga kerja, maka akan diperoleh peningkatan

produksi sebesar 0,043 satuan.

b. Koefisien elastisitas untuk input bahan baku adalah sebesar 926.

Hal ini berarti bahwa jika ada kenaikan bahan baku sebesar 1

kg, maka akan diperoleh peningkatan sebesar 0,926 satuan.

c. Koefisien elastisitas untuk input jumlah mesin adalah sebesar

0,050. Hal ini berarti bahwa jika ada kenaikan jumlah mesin

sebesar 1 unit, maka akan diperoleh penurunan produksi sebesar

0,050 satuan.

d. Koefisien elastisitas untuk input modal adalah sebesar 0,100.

Hal ini berarti bahwa jika ada kenaikan penggunaan modal

sebesar 1 rupiah, maka akan diperoleh peningkatan sebesar

0,100 satuan.

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui

seberapa besar proporsi dari faktor-faktor produksi berpengaruh

terhadap hasil produksi. Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien

determinasi sebesar 0,976. Hal ini berarti bahwa ,97,6 % variasi hasil

produksi tempe dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang

Page 21: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

dimasukkan dalam model, sedangkan sisanya yang 2,6% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.

Kondisi skala usaha pada penelitian ini dapat diketahui dari

besaran elastisitasnya (b1,b2, ..., bn) yaitu lebih besar dari satu, lebih

kecil dari satu, sama dengan satu, atau lebih besar dari satu. Ada tiga

kemungkinan alternatifnya, yaitu:

a. Decreasing return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) < 1. Berarti

bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi

penambahan produksi.

b. Constant return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) = 1. Berarti

bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan proporsional

dengan penambahan produksi yang diperoleh.

c. Increasing return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) > 1. Berarti

bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan

tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

Hasil perhitungan elastisitas (koefisien regresi) dari masing-

masing faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9

Nilai Elastisitas Faktor-Faktor Produksi Usaha Tempe

Elastisitas /Koefisien

No Variabel Koefisien Regresi

1 Tenaga Kerja .043 2 Bahan Baku .926

3 Jumlah Mesin .050

4 Modal .100

Sumber : Analisis Data Primer

Hasil perhitungan pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa skala

usaha pada produksi tempe di Desa Bumiroso sebesar 1,119 (lebih

besar dari satu), ini berarti bahwa proporsi penambahan faktor

produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya

lebih besar atau sering disebut dengan ”Increasing return to scale” .

Hal ini berarti apabila semua faktor produksi ditambah satu persen

secara bersama-sama, menyebabkan kenaikan produksi tempe

Page 22: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

sebesar 1,119, dengan demikian pengusaha masih dapat

memperbesar pendapatannya dengan menambah semua faktor

produksi. yang digunakan.

4.2.4. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Efisiensi harga atau efisiensi alokatif adalah suatu keadaan

efisiensi bila nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor

produksi yang bersangkutan, atau suatu cara bagaimana pelaku usaha

mampu memaksimumkan keuntungannya. Dalam pembahasan

efisiensi harga (alokatif) ini akan menghasilkan tiga hasil

kemungkinan yaitu :

1. Jika nilai efisiensi lebih besar dari 1, hal ini berarti bahwa

efisiensi yang maksimal belum tercapai, sehingga penggunaan

faktor produksi perlu ditambah agar mencapai kondisi yang

efisien.

2. Jika nilai efisien lebih kecil dari 1, hal ini bahwa kegiatan

usaha yang dijalankan tidak efisien, sehingga untuk mencapai

tingkat efisien maka faktor produksi yang digunakan perlu

dikurangi.

3. Jika nilai efisiensi sama dengan 1, hal ini berarti bahwa

kegiatan usaha yang dijalankan sudah mencapai tingkat efisien

dan diperoleh keuntungan yang maksimum.

Dalam suatu usaha termasuk produksi tempe terdapat satu

hal penting yang harus mendapat perhatian dari pengusaha yaitu

masalah efisiensi. Penerapan efisiensi dalam penggunaan alokasi

input sangat penting guna menghasilkan output yang optimal. Dalam

penelitian ini untuk mengetahui efisiensi usaha tempe di Desa

Bumiroso digunakan pendekatan efisiensi harga. Produksi tempe

telah mencapai efisiensi ekonomi jika perbandingan antara nilai

p

r

o

Page 23: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

duk marginal (NPMxi) dan harga faktor produksi (Px) yang

bersangkutan sama dengan 1. Hasil perhitungan rasio NPMxi dan Px

dapat dilihat pada Tabel 4.10

Hasil perhitungan rasio NPMxi dan Px pada masing-masing faktor

produksi di Tabel 4.10 di atas tidak ada yang sama dengan satu,

hal ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada

Usaha tempe di Desa Bumiroso belum mencapai efisiensi.

1. Dari hasil penghitungan diatas diperoleh efisiensi harga untuk

tenaga kerja produksi tempe sebesar 0,87. Hasil penghitungan

tersebut menunjukkan bahwa dalam penggunaan faktor produksi

tenaga kerja tidak efisien. Sebab hasil penghitungan yang diperoleh

menunjukkan hasil kurang dari 1. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengurangan penggunaan faktor produksi agar tercapai efisiensi

secara harga. Akan tetapi, faktor produksi tenaga kerja itu sendiri

tidak mungkin dikurangi karena tenaga kerja merupakan faktor

produksi yang melakukan kegiatan operasional dalam proses

produksi. Dalam produksi tempe tenaga kerja manusia masih

sangat dibutuhkan karena dalam proses produksi tempe tidak

menggunakan otomatisasi mesin yang berarti bahwa

perlu dilakukan penambahan input agar tercapai efisiensi secara

harga. Penambahan input tenaga kerja tidak hanya dilakukan

dengan menambah tenaga kerja, tetapi dapat melalui penggunaan

tenaga kerja yang sesuai dengan kemampuannya dan

yang berpengetahuan lebih luas.

2. Dari hasil penghitungan diatas diperoleh efisiensi harga untuk

bahan baku produksi tempe sebesar 0,91. Hasil penghitungan

tersebut menunjukkan bahwa dalam penggunaan faktor produksi

bahan baku tidak efisien. Sebab hasil penghitungan yang diperoleh

menunjukkan hasil kurang dari 1. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengurangan penggunaan faktor produksi agar tercapai efisiensi

secara harga.

3. Dari hasil penghitungan diatas diperoleh efisiensi harga untuk

jumlah mesin produksi tempe sebesar 0,09. Hasil penghitungan

Page 24: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

tersebut menunjukkan bahwa dalam penggunaan faktor produksi

jumlah mesin tidak efisien. Sebab hasil penghitungan yang

diperoleh menunjukkan hasil kurang dari 1. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengurangan penggunaan faktor produksi mesin agar

tercapai efisiensi secara harga.

4. Dari hasil penghitungan diatas diperoleh efisiensi harga untuk

modal produksi tempe sebesar 0,05. Hasil penghitungan tersebut

menunjukkan bahwa dalam penggunaan faktor produksi modal

tidak efisien. Sebab hasil penghitungan yang diperoleh

menunjukkan hasil kurang dari 1. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengurangan penggunaan faktor produksi modal agar tercapai

efisiensi secara harga.

Setelah melakukan penghitungan NPM untuk masing-masing

faktor produksi, dimana efisiensi harga dihitung dari penambahan

NPM efisiensi harga untuk masing-masing faktor produksi. Maka

nilai dari efisiensi harganya adalah sebesar :

EH = 0,87+0,91+0,09+0,05

4

EH = 0,48

Page 25: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

Nilai optimum setiap faktor produksi dapat dihitung. Hasil

perhitungan nilai optimumnya dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut

ini :

Efisiensi dapat tercapai saat pengusaha menggunakan faktor

produksi yang meliputi tenaga kerja sebesar 3,12 HOK, bahan baku

sebesar 121,58 kg, jumlah mesin sebesar 2,26 unit, dan modal

sebesar Rp.1002,20.

4.2.5. Return To Scale

Return to scale merupakan suatu keadaan di mana output

meningkat sebagai respon adanya kenaikkan yang proposional dari

seluruh input (Nicholson, 2002). Seperti yang diketahui bahwa pada

fungsi Cobb-Douglas, koefisien tiap variabel independen merupakan

elastisitas terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.9, dapat

diketahui return to scale dari produksi tempe Desa Bumiroso melalui

penjumlahan setiap variabel independen.

Return to scale = ß1 + ß2 + ß3 + ß4

= 0,87+0,91+0,09+0,05 = 1,92

Nilai return to scale pada produksi tempe adalah 1,92. Return

to scale diperoleh dari penambahan koefisien elastisitas untuk

masing-masing variabel independen dalam penelitian. Hal ini

menunjukkan bahwa produksi tempe di Desa Bumiroso tersebut

berada pada Increasing return to scale karena nilai return to scale lebih

dari 1. Berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan

menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

Pembahasan

1. Optimalisasi Tenaga Kerja Terhadap Produksi Tempe

Jumlah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap

Page 26: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

produksi tempe. Tetapi hasil penelitian menunjukkan belum optimalnya

pemakaian tenaga kerja dalam produksi tempe karena pemakaian tenaga

kerja yang optimal adalah 3 orang, sedangkan rata-rata pemakaian tenaga

kerja adalah 2 orang. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian

Sudarmi (2010) dan Setiawati (2013) yang memperoleh hasil bahwa

tenaga kerja tidak mempengaruhi produksi. Hasil peneltian ini berbeda

dengan penelitian Duri (2013) menunjukan bahwa variabel tenaga kerja

berpengaruh signifikan terhadap produksi.

Keberadaan pengusaha kecil dalam kancah perekonomian nasional

peranannya cukup strategis, mengingat dari pengusaha golongan ini telah

banyak diserap tenaga kerja dan telah memberikan andil bagi pertumbuhan

ekonomi yang dicapai selama ini. (Maryono 1996). Posisi faktor tenaga

kerja sangat dominan jika dibandingkan dengan faktor produksi lainnya

dalam suatu proses produksi. Suprihanto (1988) menyatakan bahwa tenaga

kerja adalah sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial

dapat menghasilkan barang dan jasa. Dari pernyataan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa tenaga kerja adalah sebagian penduduk yang dapat

menghasilkan barang dan jasa, bila ada permintaan terhadap barang dan

jasa.

2. Optimalisasi Bahan Baku Terhadap Produksi Tempe

Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% dapat dilihat bahwa

bahan baku berpengaruh secara signifikan dan bertanda positif terhadap

produksi tempe. Tanda positif menunjukkan bahwa apabila bahan baku

tersedia sebesar 1 kg, maka produksi tempe pun meningkat sebesar 0,926

kg. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sudarmi (2010) menunjukan bahwa variabel bahan baku berpengaruh

signifikan terhadap produksi. Penelitian ini juga konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2013) yang memperoleh hasil

bahwa faktor bahan baku mempengaruhi produksi.

3. Optimalisasi Jumlah Mesin Terhadap Produksi Tempe

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa mesin mempengaruhi

tingkat produksi tempe. Pemakaian jumlah mesin sudah optimal, hal ini

ditunjukkan dengan rata-rata pemakaian mesin sebanyak 2 dan nilai

Page 27: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

optimum pemakaian mesin sebanyak 2 unit. Hasil penelitian ini tidak

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Desky (2010) yang

meneliti tentang faktor yang mempengaruhi produksi menunjukkan

bahwa mesin berpengaruh negatif terhadap produksi. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian Pasaribu (2011) yang menunjukkan bahwa

mesin berpengaruh terhadap produksi.

4. Optimalisasi Modal Terhadap Produksi Tempe

Berdasarkan hasil pengolahan data, bahwa pengaruh faktor

modal terhadap hasil produksi adalah signifikan dengan koefisien positif.

Yang artinya setiap pertambahan modal 1% akan meningkatkan poduksi

sebesar 0,10%. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Duri (2013) menunjukkan bahwa modal memepengaruhi

hasil produksi. Hasil berbeda ditunjukkan oleh Setiawati (2013) yang

menunjukkan bahwa modal tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil

produksi.Hal ini menunjukkan bahwa produksi tempe ditentukan oleh

besarnya modal.

K. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian tentang analisis pengaruh atribut

produk yang mempengaruhi daya saing adalah sebagai berikut :

1. Faktor produksi tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi

tempe. Artinya penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi

tempe.

2. Faktor produksi bahan baku berpengaruh positif terhadap produksi

tempe. Artinya penambahan bahan baku akan meningkatkan produksi

tempe.

3. Faktor produksi mesin berpengaruh positif terhadap produksi tempe.

Artinya penambahan mesin akan meningkatkan produksi tempe.

4. Faktor produksi modal berpengaruh positif terhadap produksi tempe.

Artinya penambahan modal akan meningkatkan produksi tempe.

5. Skala industri tempe di desa Bumiroso berada pada kondisi ”Increasing

Return to Scale” yang mengindikasikan bahwa proporsi penambahan

faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya

lebih besar. Hal ini berarti apabila semua faktor produksi ditambah satu

Page 28: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

persen secara bersama-sama, menyebabkan kenaikan produksi tempe

sebesar 1,119, dengan demikian pengusaha masih dapat memperbesar

pendapatannya dengan menambah semua faktor produksi. yang

digunakan.

6. Pengusaha tempe di desa Bumiroso dalam menggunakan faktor-faktor

produksi belum mencapai kombinasi yang memberikan efisiensi ekonomi

tertinggi. Optimasi penggunaan faktor produksi tenaga kerja sebesar 3,12

HOK, bahan baku sebesar 121,58 kg, mesin sebanyak 2,26 unit dan

modal sebesar Rp.1002,20 akan memberikan efisiensi ekonomis.

5.2. Saran

Ada beberapa saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu

antara lain:

1. Untuk meningkatkan produksi tempe produsen harus memperhatikan

banyaknya bahan baku yang dibuat dalam proses produksi.

2. Produsen tempe seharusnya memperhatikan bahan bakar yang digunakan

dalam proses pembuatan tempe.

3. Pemerintah harus mempertimbangkan dalam menaikkan harga bahan

bakar, karena selama ini sebagian besar produsen pembuatan tempe

menggunakan bahan bakar gas karena lebih praktis dan mudah

didapatkan daripada harus membeli kayu bakar dalam produksi tempe.

5.3. Agenda Penelitian Mendatang

Hasil-hasil dalam penelitian ini yang ditemukan agar dapat dijadikan

sumber ide dan masukan bagi pengembangan penelitian ini dimasa yang

akan datang, maka perluasan yang disarankan dari penelitian ini antara lain

adalah: memasukkan faktor lain yang mampu mengoptimalisasi hasil

produksi tempe.

Page 29: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, Mosher,A.T. 2004. Getting Agricultural Moving Frederick.A. Pracger, New

York.

Daryanto, Bangun. 1996. Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Refika Aditama. Departemen

Pertanian Republik Indonesia. 2014. Pengembangan Usaha Kedelai. Desky, E. Meiners.

2010. Teori Mikroekonomi Intermediate, Penerjemah Haris

Munandar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Duri, Anis Arifiya. 2013. Modal dan Tenaga Kerja Pengaruhnya Terhadap Hasil Produksi

Sepatu (Stui Kasus di Koperasi Produsen Sepatu Margosuryo Kota Mojokerto).

Surabaya: Jurnal Fakultas Ekonomi Unesa Kampus Ketintang Surabaya.

Ferdinand, Augusty. 2006. Stuctural Equation Modeling Dalam Penelitian

Manajemen. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

a. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

b. Ghozali, Imam. 2006. Ekonometrika, Teori, Konsep dan Aplikasi SPSS 17.

Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Godam. 2006. Faktor Pendukung dan Penghambat Industri Bisnis- Perkembangan dan

pembangunan Industri- Ilmu Sosial Ekonomi Pembangunan.

Hnadoko, T. Hani. 1999. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

Hermana, MT. 1998. Konsep Teori Dan Kebiijakan Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.

Hoover, Colby dan Giarratani. 2007. Environmental Managemen In Development: The

Evolution Of Paradims. World Bank Discussion Papper Number 80. The

International Bank For Recontruction and Development/ The World Bank.

Washington DC. U.S.A.

Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.

Indriantoro dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian. Edisi 1.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Kardiman. 2003. Ekonomi. Jakarta: Yudistira.

Kasryno, N.D. et. all. 1998. Economic Incentives And Comparative Advantage in Indonesian Food Crop Production. Recearch Report 93. Int. Food Polycy.

Resch. Inst. Washington. DC.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES. Minto

Purnomo. 2000. Ekonomi. Jakarta: Yudhistira.

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

a. Nicolson, Walter. 1992. Teori Ekonomi Mikro, Terjemahan Deliarnov, Edisi

pertama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

b. Nicolson, Walter. 1995. Teori Ekonomi Mikro, Terjemahan Deliarnov, Edisi kedua,

Page 30: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

c. Nicolson, Walter. 1999. Teori Ekonomi Mikro, Terjemahan Deliarnov, Edisi ketiga,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nopirin, 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Dan Makro, Edisi Pertama.

Yogyakarta: Balai Pustaka Fakultas Ekonomi.

Pasaribu. 2011. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Hasil Usaha Tani Padi

Swah Di Wilayah Perum Otorita Jatiluhur. Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol

3 (1), Juli.

Pindyck, Roberts dan Danil L. Rubinfield. 1995. Mikroeconomics, Prentice Hall

International, Inc.

Rita Yunus, dkk. 2009. Efisiensi Penggunaan Sarana Produksi Dalam Usaha Tani Sawah

Di Daerah Prduksi Utama Propinsi Jawa Tengah. Makalah Seminar,

Puslitbangtan.

a. Riyanto, Bambang. 1992. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi IV.

Yogyakarta: BPFE.

b. Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi VII.

Yogyakarta: BPFE.

Rosyidi H. 2005. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi

Mikro dan Makro, Edisi Baru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadono Sukirno. 2000. Mikro Ekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik

Sampai Keynisian Baru, Edisi I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Safitri. 2010. Total Productivity and Fromtier Production, Agro Ekonomi.

Yogyakarta: BPFE UGM

Salvatore, Dominick. 1997. Managerial Economics, dalam Perekonomian Global, Edisi

keempat, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Samuelson, Paul A. 2003. Ekonomi Mikro, Alih Bahasa Drs. Haris Munandar, Burhan

Wirasubrata,SE., Ir. Eko Widiyatmoko, Edisi 14. Jakarta: Erlangga.

Sarwono. 1994. Membuat Tempe Dan Oncom. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Shousen, Red. 2001. Akuntansi Keuangan, Jakarta. Salemba Empat.

Setiawati, Devia. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Tempe Pada Sentra Industri Tempe Dikecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. EDAJ 2

(1) Economics Development Analysis Journal.

a. Soekartawi, 1990. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb Douglass, Edisi Pertama. Jakarta: Rajawali.

b. Soekartawi, 1991. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb Douglass, Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali.

c. Soekartawi, 2002. Agro Bisnis, Teori Dan Aplikasinya, Cetakan keenam.

Jakarta: Grafindo Persada.

Page 31: OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHA TEMPE DI ...fe.unsiq.ac.id/portal/assets/uploads/OPTIMALISASI... · JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI OPTIMALISASI PENGGUNAAN

Volume 10 No. 1, Januari 2015 ISSN: 1907–426X

d. Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb Douglass, Edisi kedelapan. Jakarta: Rajawali.

Sriyadi. 2000. Pengantar Ilmu Perusahaan Modern. Jakarta: Dirjen Dikti.

Sucipto, Adi. 2014. Cara Belajar. Cirebon: Gramedia.

Sudarman, Ari. 2004. Industri Kecil Dan Kerajinan Rumah Tangga: Salah Stu Alternatif Perluasana Kesempatan Kerja Non Pertanian. Semarang: Geman Stikubank.

Sudarmi.2010. Tingkat Optimasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tempe di

Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Jurnal Fakultas Pertanian,

Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Sudjana. 1992. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Suprapti, L. 2003. Dasar-Dasar Teknologi Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Suprihanto. 1988. Fungsi Keuntungan Cobb Douglass Dalam Perdagangan

Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan 5 (2): 149-

161.

Wirodikromo, Sartono. 2004. Matematika Untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga.