OPTIMALISASI PENGAWASAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN SOSIAL (BANSOS) DI DAERAH GUNA MENGANTISIPASI...
-
Upload
andhika-wsers -
Category
Documents
-
view
240 -
download
2
Transcript of OPTIMALISASI PENGAWASAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN SOSIAL (BANSOS) DI DAERAH GUNA MENGANTISIPASI...
LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
OPTIMALISASI PENGAWASAN PENGGUNAAN DANA BANSOS DI DAERAH
GUNA MENGANTISIPASI TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI
DALAM RANGKA TERWUJUDNYA PEMBANGUNAN NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang digulirkan secara resmi pada
tanggal 1 Januari 2001 dengan berlandaskan pada UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang kemudian dalam perkembangannya dirubah dengan UU No. 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberikan keleluasaan bagi setiap daerah, baik
Provinsi, Kabupaten dan Kota, di seluruh Indonesia untuk mengelola sendiri proses
pembangunan daerahnya masing-masing1.
Namun, euforia otonomi daerah ternyata banyak memunculkan dampak negatif.
Menurut Khudori (2004) salah satu yang menonjol adalah munculnya "kejahatan
institusional". Baik eksekutif maupun legislatif seringkali membuat peraturan yang tidak
sesuai dengan logika kebijakan publik. Jika kejahatan institusional itu dipraktikkan secara
kolektif antara eksekutif dan legislatif. Legislatif yang mestinya mengawasi kinerja eksekutif
justru ikut bermain dan melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dengan cara
yang "legal". "Legal" karena dilegitimasi dengan keputusan.
Korupsi di Indonesia benar-benar sangat sistemik, bahkan korupsi yang terjadi sudah
berubah menjadi vampir state karena hampir semua infra dan supra struktur politik dan sistem
ketatanegaraan sudah terkena penyakit korupsi. Agenda pemberantasan korupsi sampai detik
ini hanyalah dijadikan komoditas politik bagi elit politik, lebih banyak pada penghancuran
karakter (character assasination) bagi elit yang terindikasikan korupsi dibanding pada proses
hukum yang fair dan adil. Law enforcement bagi koruptor juga menjadi angin lalu, padahal
1 Pratikno, Praktek Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007
1
tindakan korupsi yang dilakukan koruptor sangatlah merugikan rakyat Masduki (2002) dalam
Klitgaard, dkk (2002). Karakteristik negara kita yang merupakan birokrasi patrimonial dan
negara hegemonik tersebut menyebabkan lemahnya fungsi pengawasan, sehingga merebaklah
budaya korupsi itu.
Menurut Susanto (2001) korupsi pada level pemerintahan daerah adalah dari sisi
penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-barang publik
untuk kepentingan pribadi. Seperti Bantuan Sosial dan Hibah Pemkab Kerawang yang
dialokasikan tiap tahun anggaran bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat secara mandiri
dan bermartabat. Tapi dalam kenyataanya, pengalokasian dana bansos dan hibah Kukar
selama ini banyak kurang tepat sasaran. Akibat organisasi, kelompok band semakin menjamur
ketika musim penganggaran dana bansos.
Ketua DPRD Kerawang Tono menyebut, pengelolaan dana bantuan sosial dan hibah
Pemkab Kerawang selama ini sangatlah buruk. Mengingat pengelokasian dana untuk bansos
tidak selektif dan tidak didasarkan kreteris yang jelas dengan memperhatikan keadilan,
transparan dan memprioritaskan kepentingan masyarakat luas."Banyak alokasi bansos
maupun hibah yang penerimanya tidak mempunyai alamat jelas ataupun ada pihak yang
menerima bansos ganda. Hal ini memperlihatkan bahwa pengelolaan dana bansos sangatlah
buruk," beber Tono.
Usulan permohonan bantuan sosial melalui tiga pintu pilihan, yang pertama adalah
usulan bisa melalui Bagian Kesmas Setkab Kerawang, Bappeda serta melalui DPRD
Kerawang yang biasa disebut dengan aspirasi rakyat. Nilai lolos nya anggaran bansos cukup
variasi, namun bisa ditebak jika usulan anggaran melalui Kesmas atau Bappeda, anggaran
yang disetujui lebih rendah dibanding usulan dari DPRD Kerawang.
Kapolres sebagai pimpinan KOD dengan menerapkan kepemimpinan integratif
visioner dalam mengelola sumber daya kesatuan dan potensi lingkungan strategis akan sangat
menentukan pola tindak dan strategi dalam melakukan pengawasan penggunaaan dana bansos
di daerah guna mengantisipasi terjadinya tindak pidana korupsi secara optimal.
2. Permasalahan dan Persoalan.
a. Permasalahan.
2
Dari penjelasan tersebut diatas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas
adalah “Belum optimalnya pengawasan penggunaan dana bansos di daerah guna
mengantisipasi terjadinya tindak pidana dalam rangka terwujudnya pembangunan
nasional”.
b. Persoalan.
Pokok-pokok persoalan yang dapat diangkat sesuai dengan permasalahan yang
telah dikemukakan di atas, antara lain :
1) Bagaimana pengawasan terhadap penggunaan dana bansos di daerah guna
mengantisipasi terjadinya tindak pidan korupsi saat ini ?
2) Bagaimana Antisipasi Polri terhadap penggunaan dana bansos di daerah guna
mengantisipasi terjadinya tindak pidan korupsi saat ini ?
3. Ruang Lingkup.
Adapun ruang lingkup Naskah Karya Perorangan ini dibatasi pada pembahasan
optimalisasi pengawasan penggunaan dana bansos di daerah guna mengantisipasi terjadinya
tindak pidana korupsi dalam rangka terwujudnya pembangunan nasional.
4. SISTEMATIKA.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
3
BAB II
PEMBAHASAN
Hanjar MP Otonomi Daerah Dalam Rangka Pembangunan Nasional2 menegaskan bahwa
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang digulirkan secara resmi pada tanggal 1 Januari
2001 dengan berlandaskan pada UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang
kemudian dalam perkembangannya dirubah dengan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah memberikan keleluasaan bagi setiap daerah, baik Provinsi, Kabupaten dan Kota, di seluruh
Indonesia untuk mengelola sendiri proses pembangunan daerahnya masing-masing. Otonomi daerah
diterapkan di Indonesia untuk mencegah adanya keinginan dari beberapa daerah yang ingin
melepaskan diri dari ikatan NKRI sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah serta menghilangkan ketimpangan pembangunan antar daerah.
Dampak negatif pelaksanaan otonomi daerah yang selama ini dijalankan, antara lain, adalah
sebagai berikut:
a. Konflik Pemilu Kada. Kebijakan otonomi menimbulkan merebaknya konflik Pemilu Kada di
tengah masyarakat sehingga menganggu kamtibmas
b. Konflik Pemekaran Daerah. Kebijakan otonomi daerah telah memunculkan konflik
pemekaran wilayah di berbagai daerah sehingga mengancam kamtibmas
c. Konflik Pengelolaan Sumber Kekayaan Alam Daerah. Kebijakan otonomi daerah telah
memicu konflik pengelolaan sumber daya daerah sehingga terjadi ketegangan antar daerah
d. Menguatnya Isu Putra Daerah. Kebijakan otonomi daerah telah mendorong isu
primordialisme / kedaerahan berupa isu putra daerah yang mengarah pada ancaman
kamtibmas
e. Desentralisasi Korupsi. Kebijakan otonomi daerah telah menimbulkan merebaknya praktek
korupsi di daerah yang tentunya sangat melanggar hukum
Dampak Negatif Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pelaksanaan pembangunan daerah adalah :
a. Terganggunya Pembangunan Daerah
Dampak negatif tindak pidana korupsi yang terjadi di lingkungan Pemda adalah
dapat menghambat berjalannya pembangunan daerah yang selama ini dijalankan. Anggaran
yang terdapat dalam APBD yang seharusnya dialokasikan untuk kesejahteraan masyarakat
dan pembiayaan pembangunan daerah dikorupsi sehingga tidak sesuai dengan
peruntukannya.
b. Terancamnya Pemerintahan Yang Bersih (Clean Government)
2 Sespimmen Polri, MP. Otonomi Daerah Dalam Rangka Pembangunan Nasional, Bahan Ajar, Dikreg 51 TP. 2011
4
Dampak negatif tindak pidana korupsi yang terjadi di lingkungan Pemda dapat
menyebabkan terancamnya perwujudan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good and
clean government). Maraknya praktek korupsi yang dilakukan pejabat daerah tentunya
mencoren ketatalaksanaan pemerintahan daerah sehingga dapat menyebabkan budaya buruk
bagi jalannya birokrasi pemerintahan.
c. Menurunnya Kepercayaan Masyarakat
Dampak negatif tindak pidana korupsi yang terjadi di lingkungan Pemda dapat
menyebabkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sehingga dapat
menimbulkan aksi unjuk rasa maupun demonstrasi elemen masyarakat kepada Pemda yang
apabila tidak diantisipasi secara dini dapat mengancam terwujudnya kamtibmas yang
kondusif.
Menyakini hal tersebut di atas, penulis melakukan pengamatan di wilayah Karawang
terkait sistem desentralisasi khususnya mengenai penggunaan dana bansos daerah. Dalam
pengamatan tersebut penulis menemukan fakta-fakta secara umum sebagai berikut :
1. Ketua DPRD Keraawang Tono menyebut, pengelolaan dana bantuan sosial dan hibah
Pemkab Kerawang selama ini sangatlah buruk. Mengingat pengelokasian dana untuk
hibah maupun bansos tidak selektif dan tidak didasarkan kreteris yang jelas dengan
memperhatikan keadilan, transparan dan memprioritaskan kepentingan masyarakat
luas."Banyak alokasi bansos yang penerimanya tidak mempunyai alamat jelas ataupun
ada pihak yang menerima bansos ganda. Hal ini memperlihatkan bahwa pengelolaan
dana bansos dan hibah sangatlah buruk," beber Tono.
2. Seperti di ketahui, dana bantuan sosial pada APBD 2011 mengalami peningkatan yang
sangat signifikan, dari nilai Rp90 miliar menjadi Rp110 miliar. Kenaikan tersebut juga
ternyata tak mampu menekan angka kemiskinan di Kerawang yang mencapai jumlah 32
ribu jiwa. Sementara dana hibah yang nilai pengalokasiannya lebih Rp50 juta, pada
APBD 2011 ini mencapai angka Rp 200 miliar baik untuk hibah dana yayasan, dana
untuk KPUD Kerawang, KONI, maupun hibah untuk pengurus cabang olahraga
Kerawang.
3. Disisi lain, alokasi untuk dana pembangunan pertanian dalam arti luas masih terbilang
sangat minim, tak mencapai angka 12 persen. Padahal disektor pertanian dalam arti luas
mampu menyerap sekitar 60 persen tenaga kerja di Kerawang."Alokasi pembangunan
disektor pertanian lebih rendah ketimbang anggaran untuk Bansos Kerawang yang
tidak jelas keperuntukannya dan manfaatnya," beber Tono.
5
4. Sementara Polres Kerawang saat ini sedang melakukan proses penyidikan 4 (empat)
perkara tindak pidana Korupsi terkait penyimpangan dana bantuan untuk petani tambak
sebesar Rp.86,5 jt, penyimpangan dana bantuan ADD (alokasi dana desa) sebesar
Rp.57,4 jt, penyimpangan dana bantuan sumber APBD untuk Ponpes Ibnu Faridiyah
sebesar Rp.50 jt, dan penyimpangan dana bantuan APBD untuk pembangunan kantor
Desa Kertasari sebesar Rp.38 jt.
Adapun fakta-fakta yang ditemukan berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis
diantaranya terkait pengawasan penggunaan dana bansos di daerah diantaranya sebagai berikut :
1. Pengawasan terhadap penggunaan dana bansos di daerah saat ini belum optimal.
a. Fakta-fakta.
1) Pengawasan yang dilakukan instansi terkait (BPKP, Itwil, Irjen, Bawasda) kurang
efektif .
2) Sering kali para pengawas tersebut terlibat dalam praktik korupsi.
3) Pengawasan langsung oleh pimpinan masih sangat kurang dan lemah dimana pejabat
yang mendapat delegasi tidak mampu melaksanakan tugasnya.
4) Pengawasan ekternal yang dilakukan masyarakat dan media juga lemah.
5) Pengawasan dari pihak Legislatif DPRD tidak optimal justru cenderung sebagi aktor
intelektual dalam penyimpangan dana bansos.
6) Pengawasan dari pihak Crimal Justice System hanya bersifat penegakan hukum.
b. Analisa Fakta
1) Pengawasan yang dilakukan instansi terkait (BPKP, Itwil, Irjen, Bawasda) kurang
bisa efektif karena beberapa faktor :
(a) Adanya tumpang tindih pengawasan pada berbagai instansi.
(b) Kurangnya profesionalisme pengawas.
(c) Kurang adanya koordinasi antar pengawas.
(d) Kurangnya profesional dan kepatuhan terhadap etika hukum maupun
pemerintahan oleh pengawas sendiri.
2) Sering kali para pengawas tersebut terlibat dalam praktik korupsi karena beberapa
faktor :
(a) Rendahnya tingkat kesejahteraan pengawas.
(b) Kurangnya anggaran pengawasan.
(c) Pola kehidupan yang konsuptif.
6
3) Pengawasan langsung oleh pimpinan masih sangat kurang dan lemah dimana pejabat
yang mendapat delegasi tidak mampu karena beberapa faktor :
(a) Pimpinan tidak memahami arti penting pengawasan.
(b) Pejabat yang mendapat delegasi kewenangan pengawasan tidak memiliki
kemampuan dalam bidang pengawasan.
4) Pengawasan ekternal yang dilakukan masyarakat dan media juga lemah dengan
demikian menambah deretan citra buruk pengawasan APBD yang sarat dengan
korupsi.
5) Pengawasan dari pihak Legislatif DPRD tidak optimal justru cenderung sebagi aktor
intelektual dalam penyimpangan dana bansos karena beberap faktor :
(a) Kedudukan Anggota DPRD yang saat ini didapat melalui proses money politic.
(b) Arogansi anggota DPRD dengan kewengannya yang merasa mampu
mengintervensi kepada pihak eksekutif.
7) Pengawasan dari pihak Crimal Justice System hanya bersifat penegakan hukum krn
beberapa faktor :
(a) Para Pimpinan Criminal Justice System sebagai bagian dari Muspida tidak
pernah dilibatkan oleh Bupati dalam Pembahasan Regulasi dana Bansos.
(b) Penegakan hukum dinilai sebagai upaya dalam menghambat penyimpangan
penggunaan dana bansos.
c. Upaya pemecahan
1) Mengefetifkan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh instansi terkait (BPKP, Itwil,
Irjen, Bawasda dengan melakukan :
(a) Kegiatan supervisi dan wasrik sesuai jadwal yang sudah ditetapkan terhadap
penggunaan dana bansos sesuai tugas tanggung jawab dan kewenangannya.
(b) Penunjukan petugas pengawas dari masing-masing instansi yang memiliki
kompetensi dan profesional di bidang pengawasan dana bansos.
(c) Kegiatan koordinasi lintas instansi/sektoral para petugas pengawasan secara
konperensif dan terintegritas.
(d) Perubahan Main Set dan Cultur Set para petugas pengawasan dana bansos
pada setiap instansi dengan memberikan pelatihan dan sosialisasi.
2) Meminimalisasi keterlibatan pengawas yang terlibat dalam praktik korupsi dengan
melakukan :
(a) Peningkatan kesejahtraan para pentugas pengawas disetiap instasi.
7
(b) Peningkatan jumlah anggaran pengawasan pengguanaan dana bansos di
daerah.
(c) Pembudayaan hidup sederhana dan tidak konsuptif bagi para petugas
pengawas.
3) Memaksimalkan fungsi pengawasan melekat oleh pimpinan (Bupati) dengan
melakukan :
(a) Peningkatan kemampuan dan pengetahuan pimpinan (Bupati) tentang
penggunaan dana bansos di daerah.
(b) Penunjukan pejabat penerima delegasi pengawasan penggunaan dana bansos
yang berkompeten melalui penilaian kinerja secara teruji dan terukur.
4) Pengawasan eksternal oleh masyarakat dan media agar lebih di optimalkan dengan
melakukan :
a) Sosialisasi tentang dana Bansos dan kegunaannya kepada masyarakat dan
seluruh pihak secara terbuka dan bertanggung jawab.
b) Sosialisasi mekanisme permohonan dan penggunaan dana bansos kepada
masyarakat dan seluruh pihak secara terbuka dan bertanggung jawab.
c) Membuat kotak saran dan informasi tentang penggunaan dana bansos di
perkotaan sampai di pelosok wilayah.
5) DPRD sebagai lembaga legislatif dan wakil rakyat harus lebih aktif dalam
melakukan pengawasan penggunaan dana bansos guna tercapainya kesejahteraan
masyarakat dan tercapainya pembangunan daerah dengan melakukan :
a) Koordinasi dengan semua pihak dalam melakukan pengawasan penggunaan
dana bansos di daerah.
b) Mengiventarisir secara sekala prioritas sesuai tugas dan tanggung jawabnya
terhadap pengalokasian dana bansos secara tepat.
c) Pengawasan secara berkesinambungan dengan mendengar setiap informasi dari
masyarakat untuk ditindak lanjuti dilapangan secara bertanggung jawab.
6) Pengawasan dari pihak Crimal Justice System sebagai bagian dari pada unsur
Muspida dengan melakukan :
(a) Bupati selalu melibatkan pimpinan CJS selaku unsur Muspida dalam setiap
kegiatan rapat pembahasan regulasi dana bansos.
(b) Bupati menginformasikan kepada Pimpinan CJS selaku unsur Muspida, setiap
pendistribusian pengguanaan dana bansos di daerah.
8
(c) Bupati melibatkan CJS dalam fungsi pengawasan preventif terhadap
penggunaan dana bansos dilapangan secara terintegritas.
2. Antisipasi Polri terhadap penggunaan dana bansos di daerah saat ini.
a. Fakta-fakta.
1) Kemampuan Deteksi Dini.
a) Minimnya data dana bansos yang telah didistribusikan dan digunakan.
b) Kurangnya/minimnya laporan informasi yang masuk kepada pimpinan /
user dan Kasat Intelkam terkait permasalahan ipoleksosbudkam khususnya
masalah penyimpangan dana bansos.
c) Kurang koordinasi dengan instansi terkait seperti Pemda, DPRD, Bapeda,
Kesmas Pemkab, LSM dan ormas .
d) Kurang koordinasi antar fungsi yang ada di tingakat KOD.
2) Bidang Pre-emptif.
a) Kurangnya peran serta Polri dalam memberikan informasi kepada
masyarakat tentang dana bansos dan mekanisme penggunaannya.
b) Kurangnya peran Polri dalam memberikan penyuluhan dan sosialisasi
tentang dana bansos di daerah.
c) Kurangnya koordinasi antar Muspida untuk membahas regulasi tentang
penggunaan dana bansos.
3) Bidang Preventif.
a) Belum melakukan mendataan pihak-pihak yang mendapat bantuan dana
bansos.
b) Kurangnya koordinasi antara aparat penegak hukum (CJS) dan instansi
terkait (BPKP,Bapeda, Kesmas Pemkab, DPRD) dalam pengawasan
penggunaan dana bansos di daerah.
c) Belum optimalnya pelaksanaan koordinasi dengan masyarakat dan media
dalam pengawasan penggunaan dana bansos di daerah.
4) Penegakan hukum.
a) Penegakan hukum yang dilaksanakan terhadap penyalahgunaan dana bansos
saat ini berdasarkan temuan anggota Polri.
9
b) Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan dana bansos secara presentesi
sangat kecil dan masih dilaksanakan masing-masing pihak.
c) Belum dilaksanakan langkah koordinatif dengan para penegak hukum
terhadap penyalahgunaan dana bansos saat ini.
b. Analisa fakta.
1) Kemampuan Deteksi Dini.
a) Kurangnya pemahaman dan pengetahuan anggota tentang dana bansos
berdampak terhadap minimnya informasi dan data yang ada.
b) Ketidak tahuan dan kurangnya pemahaman anggota terkait dana bansos
telah berdampak minimnya informasi kepada user terkait penyimpangan
penggunaan dana bansos di daerah.
c) Kurangnya pemahaman dan pengetahuan anggota terkait dana bansos telah
melemahkan fungsi kordinasi dengan instansi terkait seperti Pemda, DPRD,
Bapeda, Kesmas Pemkab, LSM dan ormas karena tidak tahu apa yang
akan dikoordinasikan.
d) Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang dana bansos pada masing-
masing fungsi di tingkat KOD telah menumpulkan peran Polri dalam
mencegah terjadinya tindak pidana korupsi pengguanan dana bansos.
2) Bidang Pre-emptif.
a) Kurangnya informasi yang diberikan Polri kepada masyarakat telah
mengakibatkan sikap acuh dan apatis masyarakat terhadap dana bansos dan
kegunaannya.
b) Kurangnya penyuluhan dan sosialisasi Polri terhadap masyarakat
berdampak terhadap tidak produktinya fungsi dana bansos yang ada dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan di daerah.
c) Kurangnya Koordinasi antar Muspida telah menghabat fungsi kegunaan
dana bansos di daerah untuk mewujudkan pembangunan.
3) Bidang Preventif.
a) Kurangnya data yang ada telah melemahkan fungsi pengawasan
penggunaan dana bansos di daerah.
10
d) Kurangnya koordinasi antara instansi terkait (BPKP,Bapeda, Kesmas
Pemkab, DPRD) akan menyulitkan dalam pelaksanaan pengawasan
terhadap penggunaan dana bansos di daerah.
e) Kurangnya koordinasi dengan masyarakat dan media telah melemahkan
informasi tentang penggunaan dana bansos sehingga menghabat dalam
melakukan pengawasan.
4) Penegakan hukum.
a) Kurangnya informasi dari semua pihak tentang penyimpangan dana bansos
telah mengahabat proses penegakan hukum secar optimal.
b) Penegakan hukum yang masih sepihak oleh fungsi reskrim sangat kecil
presentasi pengungkapannya, maka perlu penegakan hukum secara
terintergritas dengan melibatkan semua fungsi yang ada.
c) Lemahnya koordinatif telah menghabat jalannya proses penegakan hukum
penyimpangan dan bansos di daerah.
c. Upaya pemecahan
Penyelenggaraan tugas, fungsi dan peran Polri dalam melakukan pengawasan
terhadap penggunaan dana bansos di daerah, secara serentak dan terintegritas di
satuan Kewilayahan dengan melakukan kerjasama antar fungsi maupun dengan
instansi terkait, memberikan laporan informasi kepada pimpinan secara lengkap
serta meningkatkan koordinasi antar fungsi diarahkan dalam rangka :
a) Meningkatkan pengetahuan tentang data jumlah dana bansos dan
penggunaannya dan yang belum di alokasikan penggunaannya.
b) Mengetahui apakah ada muatan-muatan kepentingan yang terkait penerimaan
dan penggunaan dana basos.
c) Mengetahui administrasi persyaratan kelompok,masyarakat dan lokasi yang
menerima dana bansos dan bagaimana penggunaanya apakah sudak sesuai
dengan ketentuan.
2) Bidang Pre-emptif.
a) Memberikan informasi dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk
peduli terhadap lingkungannya bila dirasakan ada penyimpangan yang
11
terjadi, khususnya terkait penggunaan dana bansos yang fiktif ataupun tidak
tepat guna.
b) Meningkatkan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi tentang penggunaan
dana bansos kepada masyarakat secara berkesinambungan sehingga
masyarakat paham dan berperan aktif dalam pembangunan.
c) Melakukan rapat Muspida secar rutin dengan agenda membahas tentang
pendayagunaan dana bansos yang ada diaderah dan bagaimana
pelaksanakannya sebagai evaluasi guna perbaikan.
3) Bidang Preventif.
a) Meningkatkan pengawasan dengan mengoptimalkan data penerima dan
penggunaan dana bansos di daerah sehingga dapat menjadwalkan giat
pengawasan secara efektif dan efesien.
b) Melaksanakan koordinatif dengan semua pihak khusus intansi terkait
dengan melaksanakan rapat bersama, bertukar pikiran, evaluasi , pertukaran
data yang dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan secara konperensif dan
bertanggung jawab
c) Meningkatkan koordinasi antar aparat penegak hukum dengan instansi
pemerintah terkait dalam rangka mengantisipasi terhadap setiap gejolak
sosial yang terjadi.
d) Meningkatkan dan memantapkan pola kemitraan dengan melibatkan semua
elemen masyarakat dan media untuk ikut berperan aktif dalam melakukan
pengawasan terhadap penggunaan dana bansos di daerah.
4) Penegakan hukum.
a) Penegakan hukum dilaksanakan sesuai kewenangan yang diamanatka oleh
undang-undang.
b) Penegakan hukum merupakan upaya metode terakhir, bilamana melalui
tugas-tugas pencegahan belum berhasil dilakukan.
c) Mewujudkan supremasi hukum, melalui : tindakan tegas dan terukur
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d) Memantapkan lapis-lapis kemampuan di bidang pemerintahan dan
penegakan hukum ditingkat Kecamatan dan Kabupaten.
12
e) Memantapkan koordinasi antar aparat penegak hukum agar pelaksanaan
tugas dapat berjalan secara efektif dan efisien.
f) Meningkatkan koordinasi dengan instasi terkait seperti BPKP, Kesmas
Pemkab,Bapeda dan DPRD dalam rangka penegakan hukum yang cepat dan
tepat.
BAB I
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pengawasan penggunaan dana bansos saat ini masih sangat lemah sehingga marak
praktek korupsi yang berimplikasi terhadap Merusak mental aparat/masyarakat (budaya
instan), Menurunkan/menghilangkan kepercayaan, citra dan martabat, Ekonomi biaya
tinggi, investasi rendah, laporan kerja/usaha rendah, Hasil pembangunan tidak dinikmati
sebagian besar masyarakat, sebaliknya lebih banyak untuk penguasa yg akhirnya akan
menimbulkan kesenjangan social, Kualitas prestasi kerja/kinerja aparat rendah, Output
tidak optimal/tidak dapat dimanfaatkan tepat waktu/tepat guna/tepat standar,
Peraturan/prosedur tidak dapat ditegakkan, Kekuasaan dan kewenangan berkuasa
melalui UANG maka diperlukan upaya sosialisasi dan koordinasi serta pengawasan
yang lebih optimal secara konperensif dan terintegritas dengan melibatkan semua pihak.
b. Antisipasi yang dilaksanakan Polri saat ini dalam mencegah terjadinya penyimpangan
penggunaan dana bansos masih sangat lemah dan hanya mengandalkan fungsi
refresif/penegakan hukum, dengan presentasi hasil yang sangat kecil dengan jumlah
kerugiaan yang tidak begitu besar dibandingkan dengan anggaran yang ada maka perlu
upaya guna mengatisipasi terjadinya tindak pidana korupsi dengan melakukan langkah-
lahkah diteksi dini, pre-emtif, preventif dan penegakan hukum yang terintegritas secar
efektif dan efesien.
2. RekomendasiDirekomendasikan kepada Pimpinan Pemerintah daerah setempat (Bupati) agar lebih
meningkatkan pengawasan baik secara Umum, Funsional maupun Melekat dengan
melibatkan semua pihak secara terbuka dan bertanggungjawab. Serta melibatkan semua unsur
13
Muspida dalam setiap penyusunan dan pembuatan Regulasi kebijakan pemerintah daerah
sebagai wujud otonomi daerah yang bersih dan bertanggung jawab.
14