Opini

2
 Di sepanjang bul an Mei 2015, ber tepatan dengan bulan Raj ab 1436 H, Hiz but Tah rir Ind nesia !en"elenggara#an Rapat dan $a%ai &#bar 'R$&( di 36 #ta di seluruh Indnesia) $un*a#n"a pada 30 Mei di +tadin ta!a -elra .ung /arn '-./(, "ang dilanjut#an dengan pa%ai di sepanjang alan +edir!an, a#arta) &dapun ttal peserta "ang hadir dala! Rapat dan $a%ai &#bar di +tadin ta!a -elra .ung /arn adalah se#itar 120 ribu #au! !usli! dari dari abdetabe#, $ur%a#arta dan .anten, serta dari berbagai #alangan, seperti ula!a, !ubalighah, dsen, guru, !ahasis%a, pelajar, pengusaha, d#ter, ibuibu !ajlis tali!, dan lainlain) Rapat dan $a%ai &#bar 'R$&( 1436 H "ang diselenggara#an leh Hizbut Tahrir Indnesia di +tadin ta !a -el ra .ung /ar n +ena"an a# art a, +abtu '30 52015(, !er upa #an a*a ra pun *a# dari  pen"elenggaraan R$& ) +ebelu!n"a, R$& sendiri telah diselenggara#an sela!a bulan Mei di 35 #ta lainn"a di Indnesia seperti g"a#arta, .andung, +uraba"a, Medan, $adang, a!pung, .anjar!asin, +a!arinda, $ale!bang, .ata!, .anda &*eh, Ma#asar, /endari, dan lainlain) Den gan taju#  Bersama Umat Te gakkan Khilafah. Selamatkan Indonesia dari Neoliberalis me dan  Neoimperiali sme, R$& diselenggara#an sebagai !ediu! untu# !eng#h#an 7isi dan !isi perjuangan u!at untu# tega#n"a #e!bali #ehidupan Isla!) 8isi dan !isi ini penting untu# terus ditegas#an dan di# # h#a n, apa lag i di ten gah aru s bes ar "an g ten gah !engan *a! #es ela !atan negeri ini, "a# ni neliberalis!e dan nei!perialis!e) Dala! serang#aian a*ara Rapat dan $a%ai &#bar di 36 #ta di seluruh Ind ne si a, pes erta "an g had ir se# ura ng #ur ang n"a 350 ribu ra ng, de!i#i an seperti "an g disa!pai#an leh /etua $anitia R$& $usat, Dede Tisna #epada alwaie, !eruju# #egiatan #lsl "ang  berlangsung pada tan ggal 9, 10, 14, 16, 1:, 23, 24 dan 3 0 Mei 2015) Neoliberalisme adalah paha! "ang !enghenda#i pengurangan peran negara dala! bidang e#n!i) Dala! pandangan neliberalis!e, negara dianggap sebagai pengha!bat uta!a penguasaan e#n!i leh indi7idu#rprat) $engurangan peran negara dila#u#an dengan pri7atisasi se#tr publi#, seperti !igas, listri#, jalan tl dan lainn"a; pen*abutan subsidi #!ditas strategis seperti !igas, listri#, pupu# dan lainn"a; penghilangan ha#ha# isti!e%a .M< !elalui berbagai #etentuan dan perundangundangan "ang !en"etara#an .M< dengan usaha s%asta) adi, neliberalis!e sesungguhn"a !erupa#an upa"a pelumpuhan negara, selang#ah !enuju corporate state '#r prat #ras i() /eti #a itu , negar a di#e ndali #an leh pers e#utu an jahat anta ra pli ti#u s dan  pengusaha) +ehingga #eputusan#eput usan pliti# tida# dibuat untu# #epentingan ra#"at, tapi untu# #epentingan #rprat bai# d!esti# !aupun asing) +elain itu, di lapangan legislati=, inter7ensi asing terjadi dengan sangat n"atan"a) &da lebih dari :6 "ang dra=tn"a diberi#an dari piha# asing, seperti Migas, $M, /elistri#an, +D&, $erban#an dan sejenisn"a "ang jelasjelas telah !eliberalisasi se#trse#tr 7ital di Indnesia) Dari =a#ta =a#ta inilah #ita !en"ebut bah%a negeri ini juga sedang dala! an*a!an neoimperialisme) Neoimperialisme dapat di#ata#an sebagai> penjajahan *ara baru "ang dite!puh leh negara #apitalis untu# tetap !enguasai dan !enghisap negara lain) Dulu di#enal dengan se!angat  gold  '#epentingan  penguasaan su!ber da"a e#n!i(,  glory '#ep entin gan #e#u asaan pli ti#( dan  gospel  '#epentingan !isinaris /ristiani() Mes#i !ung#in #epentingan "ang #etiga ' gospel ( #ini tida# begitu !ennjl, tapi #epentingan perta!a dan #edua '  gold dan glory( n"ata se#ali !asih berjalan) Dari se#itar 120 ribuan peserta "ang hadir di -./ untu# !enghadiri R$& 1436 H ini, setengahn"a adalah #au! pere!puan) Hal ini !enunju##an bu#ti bah%a #au! pere!puan Indnesia peduli dengan nasib  bangsa ini serta serius dala! perjuangan penega##an +"ariah dan /hila=ah) Ta # ter#e*uali, para

description

tulisan lepas

Transcript of Opini

Di sepanjang bulan Mei 2015, bertepatan dengan bulan Rajab 1436 H, Hizbut Tahrir Indonesia menyelenggarakan Rapat dan Pawai Akbar (RPA) di 36 kota di seluruh Indonesia. Puncaknya pada 30 Mei di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), yang dilanjutkan dengan pawai di sepanjang Jalan Soedirman, Jakarta. Adapun total peserta yang hadir dalam Rapat dan Pawai Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah sekitar 120 ribu kaum muslim dari dari Jabodetabek, Purwakarta dan Banten, serta dari berbagai kalangan, seperti ulama, mubalighah, dosen, guru, mahasiswa, pelajar, pengusaha, dokter, ibu-ibu majlis talim, dan lain-lain.Rapat dan Pawai Akbar (RPA) 1436 H yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, Sabtu (30/5/2015), merupakan acara puncak dari penyelenggaraan RPA. Sebelumnya, RPA sendiri telah diselenggarakan selama bulan Mei di 35 kota lainnya di Indonesia seperti Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Padang, Lampung, Banjarmasin, Samarinda, Palembang, Batam, Banda Aceh, Makasar, Kendari, dan lain-lain.Dengan tajuk Bersama Umat Tegakkan Khilafah. Selamatkan Indonesia dari Neoliberalisme dan Neoimperialisme, RPA diselenggarakan sebagai medium untuk mengokohkan visi dan misi perjuangan umat untuk tegaknya kembali kehidupan Islam. Visi dan misi ini penting untuk terus ditegaskan dan dikokohkan, apalagi di tengah arus besar yang tengah mengancam keselamatan negeri ini, yakni neoliberalisme dan neoimperialisme. Dalam serangkaian acara Rapat dan Pawai Akbar di 36 kota di seluruh Indonesia, peserta yang hadir sekurang-kurangnya 350 ribu orang, demikian seperti yang disampaikan oleh Ketua Panitia RPA Pusat, Dede Tisna kepadaalwaie,merujuk kegiatan kolosol yang berlangsung pada tanggal 9, 10, 14, 16, 17, 23, 24 dan 30 Mei 2015.Neoliberalismeadalah paham yang menghendaki pengurangan peran negara dalam bidang ekonomi. Dalam pandangan neoliberalisme, negara dianggap sebagai penghambat utama penguasaan ekonomi oleh individu/korporat. Pengurangan peran negara dilakukan dengan privatisasi sektor publik, seperti migas, listrik, jalan tol dan lainnya; pencabutan subsidi komoditas strategis seperti migas, listrik, pupuk dan lainnya; penghilangan hak-hak istimewa BUMN melalui berbagai ketentuan dan perundang-undangan yang menyetarakan BUMN dengan usaha swasta.Jadi, neoliberalisme sesungguhnya merupakan upayapelumpuhan negara, selangkah menujucorporate state(korporatokrasi). Ketika itu, negara dikendalikan oleh persekutuan jahat antara politikus dan pengusaha. Sehingga keputusan-keputusan politik tidak dibuat untuk kepentingan rakyat, tapi untuk kepentingan korporat baik domestik maupun asing.Selain itu, di lapangan legislatif, intervensi asing terjadi dengan sangat nyatanya. Ada lebih dari 76 UU yang draft-nya diberikan dari pihak asing, seperti UU Migas, UU PM, UU Kelistrikan, UU SDA, UU Perbankan dan sejenisnya yang jelas-jelas telah meliberalisasi sektor-sektor vital di Indonesia. Dari fakta-fakta inilah kita menyebut bahwa negeri ini juga sedang dalam ancaman neoimperialisme.Neoimperialismedapat dikatakan sebagai: penjajahan cara baru yang ditempuh oleh negara kapitalis untuk tetap menguasai dan menghisap negara lain. Dulu dikenal dengan semangatgold(kepentingan penguasaan sumber daya ekonomi),glory(kepentingan kekuasaan politik) dangospel(kepentingan misionaris Kristiani). Meski mungkin kepentingan yang ketiga (gospel) kini tidak begitu menonjol, tapi kepentingan pertama dan kedua (gold dan glory) nyata sekali masih berjalan.Dari sekitar 120 ribuan peserta yang hadir di GBK untuk menghadiri RPA 1436 H ini, setengahnya adalah kaum perempuan. Hal ini menunjukkan bukti bahwa kaum perempuan Indonesia peduli dengan nasib bangsa ini serta serius dalam perjuangan penegakkan Syariah dan Khilafah. Tak terkecuali, para mahasiswi Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Kehadiran mereka semata adalah panggilan keimanan. Di tengah arus liberalisasi pendidikan dan budaya, kalangan intelektual yang kini masih memiliki keselarasan antara iptek dan imtaq jelas menjadi sesuatu yang luar biasa. Wa bil khusus, mereka yang mengkaji Islam ideologis. Tentu mereka adalah golongan yang tak mudah terbeli oleh demokrasi. Bukan pula golongan pembebek hanya akan diam saja melihat kerusakan yang terjadi di negeri Indonesia yang amat dicintai ini.Ustadzah Iffah Ainur Rochmah, Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, menyampaikan tentang kondisi perempuan Indonesia yang hidup dalam keterpurukan akibat neoliberalisme dan neoimperialisme. Lihatlah, kemiskinan terjadi pada puluhan juta perempuan. Belum lagi dengan mereka yang terpaksa menjadi TKW, dengan resiko kehilangan nyawa. Ditambah lagi dengan kehilangan layanan kesehatan akibat program BPJS. Semua tak lain adalah buah busuk neoliberalisme dan neoimperialisme.Paham Neoliberalisme telah menghilangkan peran Negara dalam mengatur perekonomian, sebab dalam paham ini meyakini bahwa pasar memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri. Hal ini akhirnya melahirkan banyak permasalahan, contohnya dalam keluarga. Kaum perempuan akhirnya banyak yang kehilangan perannya sebagai ibu dan mendidik anak-anaknya, kemudian memilih dan beralih untuk bekerja demi memenuhi dan membantu perekonomian keluarga. Tentulah hal ini tidak menempatkan posisi kaum perempuan pada tempatnya, yakni sebagai ibu yang memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya. Untuk itu, satu-satunya jawaban sebagai solusi dari beragam permasalahan yang menimpa negeri ini hanyalah satu yakni dengan kembalinya kita kepada aturan Islam dengan menegakkan kembali institusi pemerintahan Islam, yakni Khilafah. Karena hanya dengan sistem Islam, kedudukan kaum perempuan benar-benar akan dimuliakan.Hj. Irena Handono, Ketua Irena Center, yang merupakan seorang mubalighah dan mantan biarawati, menyatakan bahwa RPA sangatlah penting untuk dilaksanakan. Umat Islam harus paham arti penting sejarahnya sendiri, bahwa di masa lalu umat Islam pernah berjaya dengan Khilafah. Sejarah Islam telah membuktikan dalam peradaban emasnya mampu mensejahterakan rakyatnya selama 13 abad lamanya. Semua ini seharusnya menjadikan kita untuk semakin menyadari bahwa hanya dibawah institusi pemerintahan Islam sajalah kemuliaan perempuan serta kesejahteraan umat Islam akan dapat kita rasakan.Kita yakin, bila runtuhnya Khilafah dulu menjadi pangkal hancurnya dunia Islam dan timbulnya berbagai malapetaka yang menimpa Dunia Islam, maka bangkitnya kembali Dunia Islam dari keterpurukannya pun hanya mungkin melalui tegaknya kembali Khilafah itu. Khilafahlah yang akan menyatukan kaum Muslim di seluruh dunia, menerapkan syariah secarakaffahdan menghadapi segala bentuk ancaman, khususnya neoliberalisme dan neoimperialisme. Dengan itu negeri-negeri Muslim, termasuk Indonesia, akan benar-benar menjadibaldah thayyibah wa rabbun ghafur.Alhasil, Save Indonesia with Sharia and Khilafah (Selamatkan Indonesia dengan Syariah dan Khilafah)!