open skies

6
Latar Belakang “Open Skies Tanggal 4 September 1992, Amerika Serikat dan Belanda menandatangani Memorandum of Consultation (MoC) yang pada dasarnya menyepakati “Open Skies” Agreement yang berlaku bagi kedua negara. Kesepakatan ini pada intinya menciptakan pasar terbuka di antara kedua negara untuk memberikan peluang yang lebih besar bagi perusahaan penerbangan masing-masing negara dalam menawarkan dan mengoperasikan layanan penerbangan kepada publik. Kebijakan ini merupakan keinginan Pemerintah untuk tidak lagi ikut campur tangan dalam bisnis penerbangan dan mengurangi regulasi di bidang tersebut, kecuali yang berkaitan dengan safety dan security. Open Skies Agreement Hal-hal yang diperjanjikan: Persaingan pasar bebas Tidak ada pembatasan dalam menentukan: rute, jumlah perusahaan penerbangan yang ditunjuk, frekuensi dan tipe pesawat. Kesempatan yang sama untuk melakukan usaha Seluruh penerbangan yang ditunjuk, dapat mendirikan kantor penjualan di negara lain, dapat menentukan sendiri penyedia ‘ground handling service’. Perusahaan Penerbangan yang ditunjuk dapat melakukan ‘code sharing’ atau ‘leasing’ dengan perusahaan penerbangan negara lain. Open Skies Agreement (Cont)

description

regulation of open skies between country

Transcript of open skies

Page 1: open skies

Latar Belakang “Open Skies

• Tanggal 4 September 1992, Amerika Serikat dan Belanda menandatangani Memorandum of Consultation (MoC) yang pada dasarnya menyepakati “Open Skies” Agreement yang berlaku bagi kedua negara.

• Kesepakatan ini pada intinya menciptakan pasar terbuka di antara kedua negara untuk memberikan peluang yang lebih besar bagi perusahaan penerbangan masing-masing negara dalam menawarkan dan mengoperasikan layanan penerbangan kepada publik.

• Kebijakan ini merupakan keinginan Pemerintah untuk tidak lagi ikut campur tangan dalam bisnis penerbangan dan mengurangi regulasi di bidang tersebut, kecuali yang berkaitan dengan safety dan security.

Open Skies Agreement

Hal-hal yang diperjanjikan:

• Persaingan pasar bebas

– Tidak ada pembatasan dalam menentukan: rute, jumlah perusahaan penerbangan yang ditunjuk, frekuensi dan tipe pesawat.

• Kesempatan yang sama untuk melakukan usaha

– Seluruh penerbangan yang ditunjuk, dapat mendirikan kantor penjualan di negara lain, dapat menentukan sendiri penyedia ‘ground handling service’.

– Perusahaan Penerbangan yang ditunjuk dapat melakukan ‘code sharing’ atau ‘leasing’ dengan perusahaan penerbangan negara lain.

Open Skies Agreement (Cont)

• Harga ditentukan oleh kekuatan pasar

• Penerapan Intermoda Services

• Pemilihan lembaga untuk menangani perselisihan & konsultasi

• Kebebasan untuk mengatur penerbangan charter

• Keselamatan dan keamanan

Page 2: open skies

Pro-Kontra Kebijakan “Open Skies”

Beberapa alasan pro-kontra terhadap kebijakan “open skies”:

1. “Open Skies” ditujukan untuk meluaskan pasar penerbangan internasional suatu negara.

2. Mempermudah masuknya investasi dalam transportasi udara

3. Memperluas cakupan pasar bagi negara kecil yang telah terjadi stagnasi pada pasar domestik negara atau bahkan negara tersebut tidak memiliki pasar penerbangan domestik.

4. Adanya keinginan pemerintah suatu negara untuk tetap memproteksi bisnis penerbangan negaranya.

5. Airline sering kali masih menjadi agen pemerintah untuk fungsi politik dan keamanan.

Pro-Kontra Kebijakan “Open Skies” (Cont.)

Dalam aplikasi terjadi pro-kontra, sebagai contoh negara-negara yang pro “open skies”:

• Singapore dan Hongkong yang tidak memiliki pasar domestik sangat mendukung “open skies” untuk memperluas pasarnya.

• Amerika dengan stagnasi pasar domestiknya sangat mendukung “open skies” untuk membuat pasar lebih menarik, di samping kebijakan standarisasi “open skies” agreement, tercatat sampai th. 2004 sudah lebih dari 60 negara yang telah menandatangani bilateral “open skies” dengan Amerika.

Pro-Kontra Kebijakan “Open Skies” (Cont)

Indonesia sendiri masih menerapkan “limited open skies”, walaupun secara prinsip tidak menolak “open skies” dengan selected countries, yang memenuhi kriteria tertentu dilihat dari letak geografis yang strategis, dan potensial dalam menciptakan peluang bisnis serta mempertimbangkan kondisi bilateral Air Service Agreement dengan negara bersangkutan.

Pro-Kontra Kebijakan “Open Skies” (Cont)

Negara-negara yang kontra “open skies”

• Jepang sebagai negara yang protektif belum berkeinginan untuk menerapkan “open skies” walaupun pasarnya cukup besar.

• Negara-negara yang tergabung dalam Europe United Transport Council belum mencapai kata sepakat terhadap Transatlantic Air Transport Agreement yang diusulkan Amerika

Page 3: open skies

Dampak “Open Skies” pada PenerbanganDomestik

• Membuka peluang bagi perusahaan penerbangan Domestik untuk mengembangkan bisnisnya ke jaringan Internasional.

• Memberikan keleluasaan bagi perusahaan penerbangan untuk melaksanakan operasi penerbangannya (rute).

• Mendorong pertumbuhan pasar antar kedua negara, sehingga dapat meningkatkan arus wisatawan yang pada akhirnya akan meningkatkan industri pariwisata dan menambah devisa negara.

• Memudahkan penerbangan internasional masuk ke domestik yang berdampak pada arus wisatawan.

• Mendorong arus barang langsung ke Gate sehingga dapat meningkatkan perdagangan.

• Mendorong pengembangan fasilitas bandara untuk mengakomodir lonjakan trafik.

• Merangsang investasi luar negeri di sektor lain yang dapat meningkatkan lapangan pekerjaan.

• Dengan tidak membuka peluang “cabotage”, penerbangan domestik masih tetap terproteksi.

Penerapan “Open Skies”

Penerapan Open Skies bukan berarti bebas terbang tanpa aturan.

Terdapat 3 poin penting dalam penerapan “Open Skies” :

• Penerapan kebijakan “open skies” merupakan kesiapan bersama antara pemerintah (regulator) dengan perusahaan penerbangan (operator).

• “Open skies” akan berdampak positif jika arah kebijakan dan regulasi dipersiapkan dengan baik khususnya aturan persaingan

• “Open skies” perlu dilakukan dengan “ selected countries”, yang memenuhi kriteria tertentu dilihat dari letak geografis yang strategis, dan potensial dalam menciptakan peluang bisnis serta mempertimbangkan kondisi bilateral Air Service Agreement dengan negara bersangkutan.

Page 4: open skies

1. Jelaskan bagaimana pesawat terbang fixed wing dapat terbang ke udara

2. Jelaskan diagram range vs payload

3. Jelaskan Karakteristik Bisnis Jasa Perush Penerbangan

4. Jelaskan keterkaitan bisnis jasa airlines dengan sektor atau bisnis lainnya

5. Jelaskan pengelompokan jenis services/pelayanan airlines dan sebutkan services/pelayanan apa saja yang disediakan

6. Mengapa UU no 1/2009 mensyaratkan jumlah minimal pesawat terbang yang dimiliki dan disewa untuk pendirian suatu airlines

7. Mengapa kualitas dan profesionalisme SDM bidang jasa angkutan udara harus bertaraf internasional?

8. Jelaskan “the main features of airline product”

9. Mengapa bisa terjadi, 2 pesawat terbang yang payload-nya (jumlah seat) yang sama, tapi berbeda biayanya (cost per trip dan/atau cost per seat-km)?

10. Mengapa “commonality” menjadi bahan pertimbangan yang serius dalam melakukan pemilihan pesawat terbang maupun alat pendukung operasional pesawat (misal ground handling)?

11. Jelaskan: (a) beberapa fungsi produk jasa angkutan udara; (b) faktor-faktor beserta indikatornya, yang dapat dijadikan ukuran bahwa fungsi-fungsi tersebut dapat/tidaknya memenuhi kualitas pelayanan.

12. Jelaskan fungsi-fungsi dan prinsip-prinsip dari Manajemen Perusahaan Penerbangan (airlines).

13. Dari apa saja airlines mendapat Revenue

14. Sebutkan pengelompokan biaya pada airlines

15. Jelaskan kegunaan analisa Route Profitability