OPeb Mar Mudik, HAM, dan Negara - Universitas...

1
Pikiran Rakyat OSenin 23 17 18 19 o Se/asa Rabu 0 Kamis o Jumat o Sabtu 0 Minggu 4S 678 9 10 11 20 21 22 23 24 2S 26 12 13 14 1S 27 28 @ 30 31 OJan OPeb o Mar OApr OMei OJun OJul .Ags OSep OOkt ONov ODes Mudik, HAM, dan N egara S EORANG sahabat penulis bertanya, menga- pa kita tidak meng- adakan renungan atau gugatan budaya atas tewasnya hampir seribu orang hanya dalam wak- tu dua minggu mudik? Dalam sepuluh tahun terakhir ini adakah perang yang memakan korban sebesar itu? Pertanyaan tersebut sangat menggelitik untuk dijawab de- ngan pertanyaan pula di mana negara berada ketika warga ne- garanya sedang melakukan kegiatan budaya yang bernama mudik, Hal ini tentu saja berpu- lang pada kita, apakah mudik di Indonesia dirasakan sebagai kegiatan budaya, yang juga di- lakukan oleh bangsa-bangsa lain di dunia, misal bangsa Cina mudik saat Imlek, bangs a Amerika mudik saat Thank's Giving Day. Budaya mudik di dalam DUHAM (Deklarasi Uni- versal Hak Asasi Manusia) ter- masuk ke dalam hak untuk memelihara dan menikmati ke- budayaan, di samping juga hak untuk memilih pekerjaan, hak untuk mendapatkan pen- didikan, pemeliharaan kese- hatan, dan hak memiliki kehidu- pan yang layak. Kesemua hak masyarakat tersebut merupakan bagian dari HAM ekosob (ekonomi sosial budaya) yang telah diratifikasi oleh negara In- donesia. Untuk itu, seyogianyadisadari bahwa kedudukan negara untuk berperan aktif sangatlah penting bagi terselenggaranya budaya mudik. Terutama hak untuk menjarnin keamanan dan kese- lamatan warga negara selama pergi dan pulang. Hal ini meru- pakan implementasi dari Pasal 32 ayat 1 DUD 1945 . Namun, pola penanganan kegiatan mudik telah melahirkan kondisi diskrimi- natif Apakah kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas hanya boleh dinikmati menjelang dan selama Lebaran? Padahal, kita membayar pajak bukan hanya ketika Lebaran dan yang mern- bayar pajak bukan hanya warga negara yang berlebaran. Oleh karena itu, negara harus melin- dungi warganya tidak terbatas pada saat mudik. Jangan menja- di serba tiba-tiba, Jika dilakukan dengan tiba-tiba, mudik tidak menjadi proses mobilisasi sosial yang wajar. Hal ini untuk men- jawab pertanyaan mengapa keti- ka mudik banyak terjadi kece- lakaan, jawabannya adalah kare- na infrastruktur transportasi tidak pernah didesain untuk menampung peningkatan akti- vitas yang drastis dan terjadi pa- da waktu yang sama sekaligus. Sebenarnya pemerintah memiliki cukup waktu, tetapi mengapa selalu dikerjakan di pengujung waktu hari H dengan berbagai alasan di antaranya anggaran yang "belurn turun". Pembenahan infrastruktur pun hams meliputi aksesibilitas masyarakat terhadap angkutan mudik tersebut. Mudahnya kredit kepemilikan motor dan rancang bangun kendaraan umum yang dibiarkan saja tan- pa perhatian terhadap kesela- matan pengguna fasilitas kendaraan umum atau sopir yang ugal-ugalan, juga men- dorong para pemudik lebih memilih menggunakan kendaraan roda dua. Faktor kelelahan karena macet, jarak tempuh yang panjang serta per- syaratan kendaraan dan jumlah penumpang yang tidak sesuai juga merupakan penyebab meningkatnya kecelakaan lalu lintas khususnya pengendara motor. Dalam kaitannya dengan bu- daya mudik di waktu Lebaran melalui media sering kita dapati imbauan pemerintah (Jakarta) untuk membatasi pendatang. Berbagai cara dalam pena- nganan pendatang ini dianalisis dan diungkapkan, tetapi ada yang luput dari perhatian, yaitu masalah hak asasi. Upaya pe- merintah mengimbau orang un- tuk tidak berurbanisasi dalam arti pulang kampung dan mem- bawa orang kembali ke kota bertentangan dengan Pasal 27 ayat 1, VUNo. 39/1999 tentang HakAsasi Manusia. Urbanisasi sebenarnya adalah persoalan yang sederhana yang dise- babkan oleh ketidakmampuan daerah untuk menciptakan la- pangan pekerjaan yang mampu memberikan kelayakan hidup. Kemhali pada persoalan awal tentang banyaknya korban yang Kllplnl Humas Unpad 2012 jatuh ketika mudik, sebenarnya tidak hanya disebabkan oleh ku- rangnya peran negara, tetapi ju- ga disebabkan oleh kurangnya kesadaranmasyarakat dalam berlalu lintas. Peran pengendara dalam terjadinya kecelakaan disebabkan oleh kecenderungan pengendara mengabaikan aturan dan imbauan yang telah disampaikan oleh polisi. Hal ini terkait dengan pola pengajaran berlalu lintas yang terlambat disosialisasikan dan cara men- dapatkan surat izin mengemudi (SIM) secara tidak benar. . Peristiwa budaya mudik yang mengakibatkan kasus kece- lakaan meningkat tajam, dalam penanggulangannya perlu meli- batkan para budayawan di samping para peneliti yang menganalisis data kasus kece- lakaan secara statistik. Tindak lanjut penanganan yang menyangkut regulasi perubahan perilaku mudik sebaiknya di- lakukan melalui pendekatan sosialbudaya, selain pendekatan sisi hukum dengan tetap mem- pertimbangkan kebinekaan kul- tur budaya dan agama. Pentingnya sosialisasi menge- nai manfaat dan cara pengajuan klaim asuransi jasa raharja ataupun asuransi kesehatan per- lu ditingkatkan. Pola pengajaran berlalu lintas secara baik dan be- nar perlu dimulai sejak dini. Penanganan dengan pola kom- prehensif antara ekonomi sosial budaya dan hukum tidak ter- lepas dari rencana anggaran dan realisasi turunnya anggaran yang selama ini selalu menjadi kambing hitam lambatnya penyelesaian suatu projek pe- merintah. Oknum eksekutif dan legislatif yang bermain dalam ur anggaran untuk men- dapatkan keuntungan sangat merugikan ke entingan dan prestise bangs eperti pada ka- sus pembangunan GOR dan penanganan infrastruktur trans- portasi. Secara eksternal, masyarakat dapat melihat kebijakan dalam penyiapan infrastruktur trans- portasi ~udah diturunkan, tetapi secara mternal adanya pengo- tak-kotakan wilayah menye- babkan kebijakan ini tidak dapat segera dilaksanakan. Dibu- tuhkan semangat koordinasi an- tarwilayah yang berbasis pen- dekatan budaya yaitu kesadaran yang sungguh-sungguh pada se- tiap insan yang terlibat dalam pengelolaan rnanajemen mudik sebagai peristiwa budaya. Tidak perlu dibuat lembaga baru yaitu departemen atau "dirjen mudik". ***

Transcript of OPeb Mar Mudik, HAM, dan Negara - Universitas...

Page 1: OPeb Mar Mudik, HAM, dan Negara - Universitas Padjadjaranpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/08/...2012/08/29  · berlalu lintas yang terlambat disosialisasikan dan cara men-dapatkan

Pikiran RakyatOSenin2 3

17 18 19

o Se/asa • Rabu 0 Kamis o Jumat o Sabtu 0 Minggu4 S 6 7 8 9 10 1120 21 22 23 24 2S 26

12 13 14 1S27 28 @ 30 31

OJan OPeb oMar OApr OMei OJun OJul .Ags OSep OOkt ONov ODes

Mudik, HAM, dan NegaraS EORANG sahabat

penulis bertanya, menga-pa kita tidak meng-

adakan renungan atau gugatanbudaya atas tewasnya hampirseribu orang hanya dalam wak-tu dua minggu mudik? Dalamsepuluh tahun terakhir iniadakah perang yang memakankorban sebesar itu?Pertanyaan tersebut sangat

menggelitik untuk dijawab de-ngan pertanyaan pula di mananegara berada ketika warga ne-garanya sedang melakukankegiatan budaya yang bernamamudik, Hal ini tentu saja berpu-lang pada kita, apakah mudik diIndonesia dirasakan sebagaikegiatan budaya, yang juga di-lakukan oleh bangsa-bangsa laindi dunia, misal bangsa Cinamudik saat Imlek, bangs aAmerika mudik saat Thank'sGiving Day. Budaya mudik didalam DUHAM (Deklarasi Uni-versal Hak Asasi Manusia) ter-masuk ke dalam hak untukmemelihara dan menikmati ke-budayaan, di samping juga hakuntuk memilih pekerjaan, hakuntuk mendapatkan pen-didikan, pemeliharaan kese-hatan, dan hak memiliki kehidu-pan yang layak. Kesemua hakmasyarakat tersebut merupakanbagian dari HAM ekosob(ekonomi sosial budaya) yangtelah diratifikasi oleh negara In-donesia.Untuk itu, seyogianyadisadari

bahwa kedudukan negara untukberperan aktif sangatlah pentingbagi terselenggaranya budayamudik. Terutama hak untukmenjarnin keamanan dan kese-lamatan warga negara selamapergi dan pulang. Hal ini meru-pakan implementasi dari Pasal

32 ayat 1DUD 1945 .Namun, pola penanganan

kegiatan mudik telahmelahirkan kondisi diskrimi-natif Apakah kenyamanan dankeselamatan berlalu lintas hanyaboleh dinikmati menjelang danselama Lebaran? Padahal, kitamembayar pajak bukan hanyaketika Lebaran dan yang mern-bayar pajak bukan hanya warganegara yang berlebaran. Olehkarena itu, negara harus melin-dungi warganya tidak terbataspada saat mudik. Jangan menja-di serba tiba-tiba, Jika dilakukandengan tiba-tiba, mudik tidakmenjadi proses mobilisasi sosialyang wajar. Hal ini untuk men-jawab pertanyaan mengapa keti-ka mudik banyak terjadi kece-lakaan, jawabannya adalah kare-na infrastruktur transportasitidak pernah didesain untukmenampung peningkatan akti-vitas yang drastis dan terjadi pa-da waktu yang sama sekaligus.Sebenarnya pemerintah

memiliki cukup waktu, tetapimengapa selalu dikerjakan dipengujung waktu hari H denganberbagai alasan di antaranyaanggaran yang "belurn turun".Pembenahan infrastruktur punhams meliputi aksesibilitasmasyarakat terhadap angkutanmudik tersebut. Mudahnyakredit kepemilikan motor danrancang bangun kendaraanumum yang dibiarkan saja tan-

pa perhatian terhadap kesela-matan pengguna fasilitaskendaraan umum atau sopiryang ugal-ugalan, juga men-dorong para pemudik lebihmemilih menggunakankendaraan roda dua. Faktorkelelahan karena macet, jaraktempuh yang panjang serta per-syaratan kendaraan dan jumlahpenumpang yang tidak sesuaijuga merupakan penyebabmeningkatnya kecelakaan lalulintas khususnya pengendaramotor.Dalam kaitannya dengan bu-

daya mudik di waktu Lebaranmelalui media sering kita dapatiimbauan pemerintah (Jakarta)untuk membatasi pendatang.Berbagai cara dalam pena-nganan pendatang ini dianalisisdan diungkapkan, tetapi adayang luput dari perhatian, yaitumasalah hak asasi. Upaya pe-merintah mengimbau orang un-tuk tidak berurbanisasi dalamarti pulang kampung dan mem-bawa orang kembali ke kotabertentangan dengan Pasal 27ayat 1,VUNo. 39/1999 tentangHakAsasi Manusia. Urbanisasisebenarnya adalah persoalanyang sederhana yang dise-babkan oleh ketidakmampuandaerah untuk menciptakan la-pangan pekerjaan yang mampumemberikan kelayakan hidup.Kemhali pada persoalan awal

tentang banyaknya korban yang

Kllplnl Humas Unpad 2012

jatuh ketika mudik, sebenarnyatidak hanya disebabkan oleh ku-rangnya peran negara, tetapi ju-ga disebabkan oleh kurangnyakesadaranmasyarakat dalamberlalu lintas. Peran pengendaradalam terjadinya kecelakaandisebabkan oleh kecenderunganpengendara mengabaikanaturan dan imbauan yang telahdisampaikan oleh polisi. Hal initerkait dengan pola pengajaranberlalu lintas yang terlambatdisosialisasikan dan cara men-dapatkan surat izin mengemudi(SIM) secara tidak benar. .Peristiwa budaya mudik yang

mengakibatkan kasus kece-lakaan meningkat tajam, dalampenanggulangannya perlu meli-batkan para budayawan disamping para peneliti yangmenganalisis data kasus kece-lakaan secara statistik. Tindaklanjut penanganan yangmenyangkut regulasi perubahanperilaku mudik sebaiknya di-lakukan melalui pendekatansosial budaya, selain pendekatansisi hukum dengan tetap mem-pertimbangkan kebinekaan kul-tur budaya dan agama.Pentingnya sosialisasi menge-

nai manfaat dan cara pengajuanklaim asuransi jasa raharjaataupun asuransi kesehatan per-lu ditingkatkan. Pola pengajaranberlalu lintas secara baik dan be-nar perlu dimulai sejak dini.Penanganan dengan pola kom-prehensif antara ekonomi sosialbudaya dan hukum tidak ter-lepas dari rencana anggaran danrealisasi turunnya anggaranyang selama ini selalu menjadikambing hitam lambatnyapenyelesaian suatu projek pe-merintah. Oknum eksekutif danlegislatif yang bermain dalam

ur anggaran untuk men-dapatkan keuntungan sangatmerugikan ke entingan danprestise bangs eperti pada ka-sus pembangunan GOR danpenanganan infrastruktur trans-portasi.Secara eksternal, masyarakat

dapat melihat kebijakan dalampenyiapan infrastruktur trans-portasi ~udah diturunkan, tetapisecara mternal adanya pengo-tak-kotakan wilayah menye-babkan kebijakan ini tidak dapatsegera dilaksanakan. Dibu-tuhkan semangat koordinasi an-tarwilayah yang berbasis pen-dekatan budaya yaitu kesadaranyang sungguh-sungguh pada se-tiap insan yang terlibat dalampengelolaan rnanajemen mudiksebagai peristiwa budaya. Tidakperlu dibuat lembaga baru yaitudepartemen atau "dirjenmudik". ***