OJan OPeb o Mar o OMei OJun O.ul Ags o Des Inilah Kaum...

3
Pikiran Rakyat o Senin 0 Selasa 1 234 5 17 18 19 20 OJan OPeb o Mar o Rabu 7 22 OMei . Kamis 0 Jumat 8 9 10 11 23 24 25 26 OJun O.ul . Ags o Sabtu 0 Minggu ~ 12 @ 14 15 16 27 28 29 30 ~1 o Sep OOkt ONov 0 Des - 6 21 o Arr Inilah Kaum Muda -__:="'''' .__ ., .~... , T<8~'r' . ~"".. .. _.. = ~ ___ "Job Creators"! -.-----. R ASANYA tak pemah basi mengangkat cerita tentang semangat anak muda beIWirausaha.Serunya menggagas ren- cana bisnis, berjuang'menghadapi masalah, daI) berusaha inovatif agar tetap bertahan, jadi seba- gian dari pengalaman mereka. Di tengah anca- man tipisnya lapangan pekerjaan, sejuinlah ma- hasiswa merintis usaha sendiri sejak dini. Alih-al- ih terpatok pada pola, setelah lulus lalu menjadi job seeker, mereka mencoba menjadi job creator. Berikut beberapa kawan Kampus membagi kisah perjalanan usahanya. Semoga bisa menjadi inspi- rasi bagi kawan-kawan Kampus lainnya. Adhi Prawirakoesoema Bisnis sering kali bermula dari hobi. Begitu juga dengan Adhi Prawirakoesoema, mahasiswa FE Unpar 2003 yang mendirikan toko buku 7Heav- en karena bermula dari hobinya pada buku. Tak hanya suka membaca, ia memang gemar berburu buku di pasar buku berbagai kota. "Senang kalau menemukan buku bagus, langka, dan klasik," kata Adhi kepada Kampus. Sejak 7 Juli 2007 (07/07/07), Adhi mendirikan toko buku mungilnya dengan modal sekitar Rp 20 juta yang berasaldari tabungan pribadinya, di Jin. Johar No. I, Bandung.Nama dan waktu launching toko tersebut memang terinspirasidari angka favorit Adhi, yaitu angka 7. Adhi mengonsep toko bukun- ya sebagaitempat penyedia buku-buku second berbahasa Inggris,meski ada juga buku-buku pop- uler berbahasa Indonesia berbagaigenre. "Bukunya hasil hunting di Bandung, Jakarta, Depok, Bali, Solo, Yogya,juga pemah ke Singapura, tapi ada jugabuku dati sistem konsinyasidengan penerbit." Tak cuma buku, 7Heaven pun bisa jadi sasaran bagi mereka yang mencari DVD dan majalah-ma- jalah impor. Soal itu, temyata merupakan strategi bisnis tersendiri. "Awalnya karena stuck, pen- jualan buku kurang bagus. Makanya ada ide cari sidebusiness, akhimya kami juga jual video dan majalah, bahkan pulsa," kata Adhi seraya tertawa. Adhi mengakui bahwa bisnis buku boleh jadi tidak se-profitable bisnis lainnya, mengingat masih rendahnya minat baca masyarakat. Namun demikian, menurut dia, semua jenis bisnis selalu ada risikonya. Oleh karena itu, menurut dia lagi, yang terpenting ialah kemampuan menghadapi dan mengelola risiko. Hingga kini, di tengah kenyataan sejumlah toko buku altematif di Ban- dung yang bertumbangan, 7Heaven melaju dalam usianya yang menginjak 2 tahun. Adhi bukannya tak pemah menghadapi masalah. "Waktu 3-4 bulan awal, keuntungan se- lalu minus. Dari mulai minus Rp 300.000,00 atau Rp 200.00,00, lalu impas plus-plos, terus lama- lama membaik, hingga dapat untung ratusan ribu ~ ",- - , ._, ''- .' --- rupiah, dan seterusnya. Memang pelan-pelan, tapi yang penting tetap ada idealisme," kata Adhi. Ki- ni, tutur Adhi, omzet 7Heaven yang mempeker- jakan empat pegawai itu berkisar Rp 5-7,5 juta per bulan. "Rencana ke depan ingin pindah ke tempat yang lebih besar," katanya. Mega Putri Caesaria Awalnya iseng, namun temyata hasilnya lumayan. Itu dirasakan Mega Putri Caesaria, yang berbisnis kaus, jaket, dan merchandise. Apa yang dijalankan Mega menjadi bukti bahwa beIWirausahatidak melulu harus sedia modal be- sar. Mega memulai usahanya tanpa modal materi berarti, karena ia sebatas memanfaatkan bisnis konfeksi yang dimiliki kerabatnya. "Gara-garanya suka lihat order-an clothing di konfeksi saudara, terus mikir kenapa saya enggak coba bikin juga," kata Mega, mahasiswa Institut Manajemen Telkom (IMT) 2007. Bermula bikin jaket kelas, kemudian ia yang ketika itu masih duduk di bangku kelas XI SMU juga membuat kaus angkatan sekolahnya, SMU 3 Bandung. Desain kausnya yang sederhana berlogo "I Love l1ga" kemudian menjadi trademark dan semacam seconduniform bagi pelajar SMU 3 Ban- dung. "Dulu kaus berlogo "I Love" gitu belum boomingkayak sekarang," kata Mega, yang masih terus memproduksi kaus tersebut sampai sekarang. Kreasinya tak surut. Mulai setahun lalu, ia memproduksi tas bermerek "Whatever Bags".Tas dengan berbagai macam pilihan wama itu dide- sain dengan perekat yang bisa ditempeli macam- macam huruf, angka, dan simbol. Tas seharga Rp 50.000,00 itu jadi tren baru di kalangan pelajar di Bandung. Uniknya, ia juga menerapkan sistem agen dengan menjadikan sejumlah pelajar di berbagai sekolah sebagai peIWakilanuntuk men- jual produknya. "Rasanya bingung campur bangga ketika melihat produknya dipakai banyak orang. Namanya pun semakin dikenal sebagai "juragan kaos" di antara teman-temannya. Orderan kaus hingga jaket angkatan terus berdatangan. IYTer_ akhir sih bikininjaket untuk FKG Unpad, ESP Unpad." Di balik semua itu, ada perjuangan yang tidak sedikit. Mega menjalankan usahanya secara single fighter.Ia tak segan mondar-mandir dengan mo- tomya untuk mengantar pesanan, hingga repot- nya menagih uang. Meski tanpa modal, akhimya Mega mereguk keuntungan lumayan, berkisar an- tara Rp 1-4 juta per bulan. "Lumayan, bisa beli kamera, gitar listrik, dan lain-lain," katanya seraya tersenyum. Obsesinya kini membuka toko yang berisi tas desain pribadinya. "Saya mulai usaha dari nol banget,yang penting ada kemauan dan berani mencoba," kata Mega. * Kllping Humos Un pod 2009 --

Transcript of OJan OPeb o Mar o OMei OJun O.ul Ags o Des Inilah Kaum...

Pikiran Rakyato Senin 0 Selasa

1 234 517 18 19 20

OJan OPeb o Mar

o Rabu7

22

OMei

. Kamis 0 Jumat8 9 10 1123 24 25 26

OJun O.ul . Ags

o Sabtu 0 Minggu

~12 @ 14 15 1627 28 29 30 ~1

o Sep OOkt ONov 0 Des-6

21

o Arr

Inilah Kaum Muda-__:="'''' .__ ., .~... , T<8~'r' . ~"".. .. _.. = ~ ___

"Job Creators"!

-.-----.

RASANYA tak pemah basi mengangkatcerita tentang semangat anak mudabeIWirausaha.Serunya menggagas ren-

cana bisnis, berjuang'menghadapi masalah, daI)berusaha inovatif agar tetap bertahan, jadi seba-gian dari pengalaman mereka. Di tengah anca-man tipisnya lapangan pekerjaan, sejuinlah ma-hasiswa merintis usaha sendiri sejak dini. Alih-al-ih terpatok pada pola, setelah lulus lalu menjadijob seeker,mereka mencoba menjadi job creator.Berikut beberapa kawan Kampus membagi kisahperjalanan usahanya. Semoga bisa menjadi inspi-rasi bagi kawan-kawan Kampus lainnya.

Adhi PrawirakoesoemaBisnis sering kali bermula dari hobi. Begitu juga

dengan Adhi Prawirakoesoema, mahasiswa FEUnpar 2003 yang mendirikan toko buku 7Heav-en karena bermula dari hobinya pada buku. Takhanya suka membaca, ia memang gemar berburubuku di pasar buku berbagai kota. "Senang kalaumenemukan buku bagus, langka, dan klasik," kataAdhi kepada Kampus.

Sejak 7 Juli 2007 (07/07/07), Adhi mendirikantoko buku mungilnya dengan modal sekitar Rp 20juta yang berasaldari tabungan pribadinya,di Jin.Johar No. I, Bandung.Nama dan waktu launchingtoko tersebut memang terinspirasidari angka favoritAdhi, yaitu angka 7. Adhi mengonsep toko bukun-ya sebagaitempat penyediabuku-buku secondberbahasa Inggris,meski ada juga buku-buku pop-uler berbahasa Indonesia berbagaigenre. "Bukunyahasil huntingdi Bandung,Jakarta, Depok, Bali,Solo,Yogya,juga pemah ke Singapura, tapi ada juga bukudati sistemkonsinyasidengan penerbit."

Tak cuma buku, 7Heaven pun bisa jadi sasaranbagi mereka yang mencari DVD dan majalah-ma-jalah impor. Soal itu, temyata merupakan strategibisnis tersendiri. "Awalnya karena stuck, pen-jualan buku kurang bagus. Makanya ada ide carisidebusiness,akhimya kami juga jual video danmajalah, bahkan pulsa," kata Adhi seraya tertawa.

Adhi mengakui bahwa bisnis buku boleh jaditidak se-profitablebisnis lainnya, mengingat masihrendahnya minat baca masyarakat. Namundemikian, menurut dia, semua jenis bisnis selaluada risikonya. Oleh karena itu, menurut dia lagi,yang terpenting ialah kemampuan menghadapidan mengelola risiko. Hingga kini, di tengahkenyataan sejumlah toko buku altematif di Ban-dung yang bertumbangan, 7Heaven melaju dalamusianya yang menginjak 2 tahun.

Adhi bukannya tak pemah menghadapimasalah. "Waktu 3-4 bulan awal, keuntungan se-lalu minus. Dari mulai minus Rp 300.000,00 atauRp 200.00,00, lalu impasplus-plos,terus lama-lama membaik, hingga dapat untung ratusan ribu

~ ",- - , ._, ''- .'

---

rupiah, dan seterusnya. Memang pelan-pelan, tapiyang penting tetap ada idealisme," kata Adhi. Ki-ni, tutur Adhi, omzet 7Heaven yang mempeker-jakan empat pegawai itu berkisar Rp 5-7,5 jutaper bulan. "Rencana ke depan ingin pindah ketempat yang lebih besar," katanya.

Mega Putri CaesariaAwalnya iseng, namun temyata hasilnya

lumayan. Itu dirasakan Mega Putri Caesaria, yangberbisnis kaus, jaket, dan merchandise.Apa yangdijalankan Mega menjadi bukti bahwabeIWirausahatidak melulu harus sedia modal be-sar. Mega memulai usahanya tanpa modal materiberarti, karena ia sebatas memanfaatkan bisniskonfeksi yang dimiliki kerabatnya. "Gara-garanyasuka lihat order-an clothingdi konfeksi saudara,terus mikir kenapa saya enggak coba bikin juga,"kata Mega, mahasiswa Institut ManajemenTelkom (IMT) 2007.

Bermula bikin jaket kelas, kemudian ia yangketika itu masih duduk di bangku kelas XI SMUjuga membuat kaus angkatan sekolahnya, SMU 3Bandung. Desain kausnya yang sederhana berlogo"I Love l1ga" kemudian menjadi trademarkdansemacam seconduniform bagi pelajar SMU 3 Ban-dung. "Dulu kaus berlogo "I Love" gitubelumboomingkayak sekarang," kata Mega, yang masihterus memproduksi kaus tersebut sampai sekarang.

Kreasinya tak surut. Mulai setahun lalu, iamemproduksi tas bermerek "Whatever Bags".Tasdengan berbagai macam pilihan wama itu dide-sain dengan perekat yang bisa ditempeli macam-macam huruf, angka, dan simbol. Tas seharga Rp50.000,00 itu jadi tren baru di kalangan pelajar diBandung. Uniknya, ia juga menerapkan sistemagen dengan menjadikan sejumlah pelajar diberbagai sekolah sebagai peIWakilanuntuk men-jual produknya. "Rasanya bingung campur banggaketika melihat produknya dipakai banyak orang.Namanya pun semakin dikenal sebagai "juragankaos" di antara teman-temannya. Orderan kaushingga jaket angkatan terus berdatangan. IYTer_akhir sih bikininjaket untuk FKG Unpad, ESPUnpad."

Di balik semua itu, ada perjuangan yang tidaksedikit. Mega menjalankan usahanya secara singlefighter.Ia tak segan mondar-mandir dengan mo-tomya untuk mengantar pesanan, hingga repot-nya menagih uang. Meski tanpa modal, akhimyaMega mereguk keuntungan lumayan, berkisar an-tara Rp 1-4juta per bulan. "Lumayan, bisa belikamera, gitar listrik, dan lain-lain," katanya serayatersenyum. Obsesinya kini membuka toko yangberisi tas desain pribadinya. "Saya mulai usahadari nol banget,yang penting ada kemauan danberani mencoba," kata Mega. *

Kllping Humos Un pod 2009

--

Ogi SefraldyBerbeda dengan kawan-kawan sebayanya yang

sebatas hobi membeli atau mengoleksi separu,Ogi Sefraldy,mahasiswa SBM ITB 2008, menco-ba lebih dari itu. Kegemarannya pada sepatumerek Macbeth, membawanya menjadi agen pen-jual sepatu yang dikeluarkan oleh band asalAmerika Blink 182 itu. "Awalnya waktu SMAmulai nge-tren separu Macbeth. Saya lihat banyakyang suka, tapi masih jarang yang jual," kata Ogi.

Suatu kali ia membaca majalah dan melihat ik-Ian sepatu Macbeth beserra contactpersondistrib-utomya yang bisa dihubungi. "Lalu saya coba tele-fon ajacontactperson iru. Tadinya cuma maunanya apa bisa mendapat sepatu dengan hargalebih murah, eh tapi malah ditawarinjadi agen,"kata Ogi. Negosiasi pun terjadi, hingga akhimyadengan membayar Rp 100 juta, ia pun menjadisalah saru agen resmi penjual sepatu Macbeth diIndonesia. "Wakru itu belum ada toko, separunyapun numpuk ditarodi rumah," katanya.

Ogi mengatakan, berhubung Macbeth bisa di-bilang belum seterkenal merek separu Nike atauAdidas, misalnya, ia pun bekerja keras melakukanpromosi. Mulai dari promosi ke teman-temansendiri, hingga menjadi sponsor berbagai acara.Lambat laun respons yang ia dapatkan positif,hingga akhimya Ogi memutuskan membuka tokosendiri, di kawasan Kemang Pratama, Bekasi, se-jak Maret 2008, bemama Buzzard.

Ogi tidak mau menjadikan tokonya seperritoko kelontong yang menjual apa saja. lamelakukan seleksi, yakni, produk-produk yang ke-banyakan impor dan berelasi dengan musik. Kinidi rokonya, ia menjual Macbeth (USA), Afends(Australia), Glamour Kills (USA), Rockett(USA), DropDead (UK), PeterSaysDenim (In-donesia). Hobi membaca majalah luar membuatOgi mendapatkan kontak dan berkorespondensidengan clothing-clothingimpor tersebut. "DropDead itu bisa dibilang salah saru merek palingWahdi antara anak-anak musik. Saya agak susahmendapatkannya karena mereka selektif dalammemilih siapa yang menjadi penjualnya. Sayaberkali-kali mengirim e-mailtidak dibalas-balas,tapi saya teror terus, akhimya dikasih juga," kataOgi diiringi tawa. .

Kejelian Ogi dalam memperhatikan konsep po-sitioning,kemudian membuat usahanya semakinberkembang. "Saya tennasuk yang paling baguspenjualannya di antara semua agen Macbeth yangada di Asia Tenggara," kata Ogi, yang dalam 4 bu-Ian terakhir meraih keunrungan sekitar Rp 40-anjuta per bulan.

Ogi menuturkan, pengelolaan bisnisnya di-lakukan dengan orang tuanya, tennasuk sumbermodal awal dan biaya sewa toko pun berasal dari- -

orang ruanya. Hal itu kemudian memotivasinyaagar tidak sekadar berpangku tangan. la kiniberencana memperluas usaha Buzzardmenjadipromotor musik, dan sedang berusaha men-datangkan band Blink 182 unruk konser di In-donesia.

Sushi BoonBerbeda dengan pembahasan sebelumnya, yang

satu ini usaha yang dijalankan secara bersama. De-lapan mahasiswa asal ITB dan Unpad, semuanyaangkatan 2006 dari berbagai jurusan, sepakatbergabung menjalankan bisnis makanan. Yangdi-jual ialah menu asal]epang, sushi. Mengapa sushi?'l,Kitaingin sushi jadi makanan harian dan tidakmahal namun tetap berkualitas," kata DanielHutabarat, mahasiswa Teknik Sipil ITB 2006,salah seorang pendiri Sushi Boon, kepada Kampus.

Sushi Boon baru berjalan sekitar enam bulan,namun gaungnya sudah mulai santer terdengar.Konsepnya cukup lucu dan kreatif. Saru mobilyang dimodifikasi menjadi dapur mini yangmangkal di udara terbuka di pelataran parkir rokoEdward Forrer kawasan Dago, siap menyajikanmenu sushi pada pembelinya yang bisa duduk-duduk dengan kursi plastik. "Iru mikirinkonsep-nya cukup lama. Persiapan hampir setahun, untuktes menu, bik'in logo, konsep mobil, dsb., pakaijasa konsultan juga," kata Daniel.

Daniel menuturkan, respons yang didapattemyata luar biasa. "Orang bela-belainmenunggusaru jam untuk cobainsushi. Apalagi, setelah adaBondan Winamo datang meliput, kami juga eng-gak menyangka," kata Daniel.

Modal awal Sushi Boon sendiri hasil patungan,sekitar Rp 87 juta. Omzet penjualan terakhirmeningkat hingga Rp 89 juta, dan keuntungansekitar Rp 28 juta. Keunrungan yang diraih dibagiberdasakan persentase saham. Pastinya keuntung-an itu lebih dari cukup untuk sekadar makan dannonton bioskop va?"Keuntungan sih enggaklangsung buat foya-foya,tapi diputar lagi untukmemperluas usaha."

Agar sukses, menurut Daniel, yang pentingharus inovatif. "Cobalah bikin sesuatu yang unik.Kalau bisnis makanan, kenapa enggak bikin miyamin bumbu rendang, misalnya, kan belumadatuh. ]adi, jangan takut bikin brandbaru!" kataDaniel bersemangat. Di luar itu, Daniel men-dukung para anak muda yang ingin menjadi pen-gusaha pemula. "Masukin 2-3 SKS mata kuliahentrepreneursebagai mata kuliah dasar umum(MKDU) juga bagus tuh agar anak muda tennoti-vasi bukan hanya jadi pencari kerja, tapi jugapencipta lapangan kerja," kata Daniel. ***

dewi inna

kampus-p~ahoo.com

.