Oma

24
TINJAUAN PUSTAKA OTITIS MEDIA AKUT Pembimbing : Dr. Dian Nurul Al-Amini. Sp.THT Disusun Oleh : Sakina J.H.Saleh (2010730160) SMF THT RS ISLAM PONDOK KOPI JAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN & KESEHATAN

description

otitis media akut

Transcript of Oma

TINJAUAN PUSTAKA

OTITIS MEDIA AKUT

Pembimbing :

Dr. Dian Nurul Al-Amini. Sp.THT

Disusun Oleh :

Sakina J.H.Saleh (2010730160)

SMF THT RS ISLAM PONDOK KOPI JAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN & KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tinjauan pustaka dengan judul ”Otitis

Media Akut” sesuai pada waktu yang telah ditentukan.

Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para

pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan ini kami buat sebagai dasar kewajiban dari suatu

proses kegiatan yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktik

kehidupan sehari-hari.

Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pembimbing yang telah membantu kami

dalam kelancaran pembuatan laporan ini, Dr. Dian Nurul Al-Amini. Sp.THT. Semoga laporan

referat ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah kesempurnaan

laporan kami.

Jakarta, Februari 2015

Penyusun

ANATOMI

Telinga tengah berbentuk kubus dengan:

- Batas luar : membran timpani

- Batas depan : tuba Eustachius

- Batas bawah : vena jugularis

- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

- Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

- Batas dalam : kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong,

tingkap bundar dan promontorium (Efiaty, dkk, 2007)

Membran timpani berbentuk bundar cekung bila dilihat dari arah liang telinga tengah dan

terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dipisahkan menjadi bagian atas

pars flaksid (membran Shrapnell) dan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida

hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam di

lapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu

lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serta kolagen dan sedikit serat elastin yang

berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. (Efiaty, dkk, 2007)

1

(A. R. Møller,2006)

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada memban timpani disebut sebagai umbo.

Dari umbo bermula suatu reflek cahaya ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran

timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Membran timpani dibagi menjadi 4

kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus

pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan

serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Di dalam telinga

tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes. Stapes terletak pada

tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran

merupakan persendian. (Efiaty, dkk, 2007)

2

(A. R. Møller,2006)

Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya OMA.

Tuba eustachius memiliki panjang tuba orang dewasa 3.5-3.9 cm dan Pada anak, tuba lebih

pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dari tuba orang dewasa. Tuba eustachius meluas dari

sisi anterior rongga timpani ke sisi posterior nasofaring dan berfungsi untuk ventilasi,

membersihkan dan melindungi telinga tengah. Lapisan mukosa tuba dipenuhi oleh sel

mukosiliar, penting untuk fungsi pembersihannya. Bagian dua pertiga antromedial dari tuba

Eustachius berisi fibrokartilaginosa sedangkan sisanya adalah tulang. Dalam keadaan istirahat,

tuba tertutup. Pembukaan tuba dilakukan oleh otot tensor veli palatini, dipersarafi oleh saraf

trigeminal. (A. R. Møller,2006)

3

4

OTITIS MEDIA AKUT

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dari klasifikasi

otitis media. Seacra mudah otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non

supuratif ( = otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media

efusi /OME). Pembagian tersebut dapat terlihat pada gambar berikut : (Efiaty, dkk, 2007)

Otitis media akut adalah infeksi dari telinga tengah yang ditandai dengan dilatasi vascular

dan proliferasi, emeda mucosal, eksudasi, infiltrasi leukosit dan oembentukan pus. (Snow &

Ballenger,2007).

Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media

supuratif akut (otitis media akut (OMA) dan otiti media supuratif kronik (OMSK/OMP). Begitu

pula otitis media serosa terbagi atas otitis media seroa akut (barotrauma-aerotitis) dan otitis

media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media

tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesive.

5

Otitis media akut (OMA) merupakan salah satu penyakit menular yang paling umum

terlihat pada anak-anak, dengan kejadian puncaknya pada 2 tahun pertama kehidupan. Sebagian

besar penduduk akan menderita setidaknya satu episode OMA. Hal ini dapat terjadi dalam

bentuk supuratif, non supuratif, dan berulang. Dalam bentuk OMA non supuratif, radang mukosa

telinga tengah terjadi baik tanpa pembentukan efusi atau dengan efusi steril.

Etiologi

Paparan asap rokok telah terlibat dalam etiologi OMA. Merokok menyebabkan

peradangan pada mukosa telinga tengah serta gangguan pembersihan mukosiliar, yang

menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi.

Ada variasi musiman dalam kejadian OMA yaitu lebih sering terjadi pada musim dingin,

yang mencerminkan kejadian infeksi saluran pernapasan atas.

Genetika memainkan peran penting dalam etiologi OMA. Laki-laki memiliki insiden

yang lebih tinggi dari OMA daripada perempuan. Saudara, ibu, dan ayah dengan riwayat OMA

6

meningkatkan risiko anak terkena OMA. Meskipun OMA sebagian besar sama, namun kondisi

ini lebih umum ditemukan pada penduduk asli Amerika, Alaska dan Kanada Eskimo, dan

Aborigin Australia. Variasi genetik ini mungkin berhubungan dengan variasi anatomi dan

fisiologis dalam tabung eustachius.

Otitis media terlihat hampir secara universal pada anak-anak dengan bibir sumbing.

Karena otot tensor veli palatini tidak memiliki penyisipan normal ke palatum mole, yang tidak

dapat membuka tuba eustachius benar saat menelan. Sejumlah kecil pasien yang menderita OMA

memiliki gangguan system imun tubuh karena berbagai kondisi seperti defisiensi

imunoglobulin, neoplasma ganas, terapi imunosupresif, dan AIDS.

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring.

Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah

oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibody.

Otitis media akut akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu.

Sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab otitis media. Karena fungsi tuba eustachius

terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.

Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas. Pada

anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya

OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendke, lebar dan

letaknya agak horizontal. (Lalwani.,2007)

Patologi

Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus

hemotolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga

7

Haemofilus influenza, Escherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris dan

Pseudomonas aurugenosa.

Skema pathogenesis terjadi OMA-OME-OMSK (Efiaty, dkk, 2007)

Stadium OMA

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi 5 stadium :

- Stadium oklusi tuba Eustachius

- Stadium hiperemis

- Stadium supurasi

- Stadium perforasi

8

Fungsi tuba terganggu

Fungsi tuba terganggu

Infeksi (-)Infeksi (-)

Sembuh / normalSembuh / normal

OMAOMA

OMSKOMSKOMEOMESembuhSembuh

Tuba tetap terganggu + infeksi (+)

Tuba tetap terganggu + infeksi (+)Etiologi :

Perubahan tekanan udara tiba-tiba

AlergiInfeksiSumbataan (sekret,

tampon, tumor)

Etiologi :Perubahan tekanan

udara tiba-tibaAlergiInfeksiSumbataan (sekret,

tampon, tumor)

Gangguan Tuba

Gangguan Tuba Efusi Efusi Tekanan negatif

telinga tengahTekanan negatif telinga tengah

OMEOME

- Stadium resolusi

Stadium oklusi tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani akibat

terjadinya tekana negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kdang-kadang

membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna putih pucat. Efusi

mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Staidum ini sukar dibedakan dengan otitis

media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

Stadium Hiperemis (Stadium pre-supurasi)

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani

atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentukm

mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

Stadium Supuratif

Edema yang hebat pada mukosa telinga dan hancurnya sel epitel superfisial, serta

terbentuknya eksudat yang purulent di kavum timpani, menyebabkan membrane timpani

menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi

dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. (Efiaty, dkk, 2007)

9

(Snow & Ballenger, 2003)

Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat

tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis

mukosa dan submucosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang lebih

lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi rupture.

Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka

kemungkinan besar membrane timpani akan rupture dan nanah akan keluar ke liang telinga luar.

Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi

rupture, maka lubang tempat rupture (perforasi) tidak mudah menutup kembali.

Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlabatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman

yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga

tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekrang menjadi tenang, suhu badan

turun dan anak dapat tidur dengan nyenyak. Keadaan ini disebut otitit media akut stadium

perforasi.

10

Stadium resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan

normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan akhirnya kering.

Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dpat terjadi walaupun

tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang

keluar erus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa

otitis media serosa bila secret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

Gejala Klinik OMA

Gejala klinik OMA tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang

sudah berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan dismaping suhu tubuh

yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.

Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyer terdapat pula

gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak

kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC (pada stadium supurasi),

anak gelisa dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga

yang sakit. Bila terjadi rupture membrane timpani, maka secret mengalir ke liang telinga, suhu

tubuh turun dan anak tidur tenang. (Efiaty, dkk, 2007)

Terapi

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada sadium oklusi oengobatan

teruatam bertujuan untuk membuka kembali tuba esutachius, sehingga tekanan negatif di telinga

tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik

11

(anak <12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologim untuk yang berumur diatas 12

tahun dan pada orang dewasa.

Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit

adalah kuman, bukan virus atau alergi.

Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.

Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan

penisilin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak

terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan

kekambuhan. Pemberian antibiotic dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap

penisilin, maka diberikan eritromisin. (Efiaty, dkk, 2007)

(Snow & Ballenger, 2003)

Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4

dosis, atau amoksisilin 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40

mg/kgBB/hari.

12

Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan

miringotomi, bila membrane timpani masih utuh.Dengan miringotomi gejal klinis lebih cepat

hilang dan rupture dapat dihindari.

Pada stadium perforasi sering terlihat secret yang banyak keluar dan kadang terlihat

secret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga

H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan

perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normal kembali, secret tidak

ada lagi dan perforasi membrane timpani menutup.

Bila tidak terjad resolusi biasanya akan tampak secret mengalir di liang telinga luar

melalui perforasi di membrane timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya

edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3

minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih tetap banyak, kemungkinan telah

mastoiditis.

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu,

maka keadaan ini disebut dengan otitis media supuratif subakut.

Bila perforasi menetap dan secret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua

bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK)

Pada pengobatan OMA terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kegagalan

terapi.

13

Komplikasi

Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses sub-

periosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Sekarang setelah ada

antibiotic, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.

(Snow & Ballenger, 2003)

14

DAFTAR PUSTAKA

A. R. Møller. Hearing: Anatomy, Physiology, and Disorders of The Auditory System.

Second Edition. 2006. USA. 2000 : Elsevier; p.8-9

Efiaty Arsyad, Nurbiati, Jenny, Ratna Restuti. 2007. Komplikasi Otitis Media Supuratif.

Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher.

Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 65 – 69.

Lalwani. Anil K. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery.

Secont Edition. 2007. New York : Lange ; chapter 49.

Snow. James B. & Ballenger. John Jacob. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and

Neck Surgery. Sixteenth Edition. 2003. Spain : Decker Inc ; p. 295

15