OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak...

96
DAMPAK KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG TERHADAP STRUKTUR SUBSIDI APBN DAN EFISIENSI USAHA MIKRO DI KOTA BOGOR (PERIODE 2005-2010) OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak...

Page 1: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

DAMPAK KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG TERHADAPSTRUKTUR SUBSIDI APBN DAN EFISIENSI USAHA MIKRO DI

KOTA BOGOR(PERIODE 2005-2010)

OLEHSARI MAULIDYAWATI

H14070064

DEPARTEMEN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2011

Page 2: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

RINGKASAN

SARI MAULIDYAWATI. Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG TerhadapStruktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro Di Kota Bogor (Periode 2005-2010) (dibimbing oleh DIDIN S. DAMANHURI).

Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas Bumi merupakan kekayaan alamyang dikuasai oleh negara dan dipergunakan sepenuhnya untuk kemakmuran dankesejahteraan rakyat Indonesia. Pemerintah menjamin ketersediaan dankelancaran pendistribusian BBM yang merupakan komoditas vital bagi seluruhmasyarakat Indonesia.

Terjadinya kenaikan harga minyak mentah di dunia dari awal tahun 2005sampai dengan tahun 2009 ini ternyata berdampak terhadap harga minyak mentahdi Indonesia. Hal ini tentunya akan mempengaruhi besarnya beban subsidi BBMyang harus dikeluarkan oleh pemerintah. Sehingga salah satu upaya untukmengatasi permasalahan ini melalui kebijakan program konversi minyak tanahbersubsidi ke LPG 3 kg pada pertengahan tahun 2007 yang berakhir pada tahun2012.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisipenggunaan minyak tanah dan LPG di Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun2010, untuk melihat dampak program konversi minyak tanah ke LPG terhadapstruktur subsidi APBN (2007-2010) dan untuk melihat dampak program konversiminyak tanah ke LPG terhadap usaha mikro dalam hal ini pedagang bakso kakilima di Kota Bogor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan datasekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan kuesioner kepada usahamikro yaitu 30 pedagang bakso kaki lima yang mewakili enam Kecamatan diKota Bogor. Sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS, KementerianKeuangan, Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor, Ditjen Migas dan ESDM(Energi dan Sumberdaya Mineral), Pertamina. Analisis kondisi penggunaanminyak tanah dan LPG di Indonesia dilakukan dengan metode deskriptif. Metodedeskriptif juga digunakan untuk menganalisis dampak konversi minyak tanah keLPG terhadap struktur subsidi APBN (2007-2010) dan efisiensi usaha mikro yaitupedagang bakso kaki lima di Kota Bogor.

Hasil analisis deskriptif kondisi penggunaan minyak tanah dan LPG daritahun 2005 sampai dengan tahun 2010 di Indonesia mengalami perubahanterutama setelah adanya program konversi minyak tanah ke LPG 3 kg. Untukkonsumsi minyak tanah mengalami penurunan, sedangkan konsumsi untuk LPG 3Kg mengalami peningkatan. Hal ini menggambarkan sebagian besar masyarakattelah beralih menggunakan LPG dikarenakan jumlah pasokan minyak tanah yangsemakin berkurang/ langka dan harganya semakin mahal dikalangan masyarakat,serta penggunaan LPG yang dirasa lebih efisien. Dampak program konversiminyak tanah ke LPG terhadap struktur subsidi APBN (2007-2010), telahmemberikan penghematan subsidi negara sebesar 21,38 triliun rupiah.Penghematan subsidi energi ini menggambarkan program konversi telah berhasil

Page 3: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

menurunkan konsumsi BBM bersubsidi secara bertahap yang dilaksanakan olehpemerintah Indonesia guna menghemat anggaran subsidi BBM. Sedangkandengan adanya program konversi minyak tanah ke LPG terhadap usaha mikrokhususnya pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor, berdampak terhadap efisiensiusaha baik dari sisi biaya, waktu, dan tenaga. Pengeluaran untuk bahan bakarminyak tanah dirasa lebih besar dibandingkan LPG 3 kg, dan besarnyapenerimaan pedagang bakso mengalami peningkatan karena pedagang baksomenetapkan harga yang lebih tinggi setelah program konversi. Sebagian besarpedagang bakso kaki lima menyatakan sangat setuju dengan penggunaan LPG 3kg yang lebih menguntungkan dibandingkan minyak tanah dan setuju menerimaLPG 3 kg sebagai pengganti minyak tanah serta tidak ada unsur keterpaksaandalam menjalankan program konversi.

Rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan antara lain pemerintah pusatdan PT. Pertamina hendaknya terus melakukan evaluasi dan lebih memperbaikipelaksanaan program konversi minyak tanah ke LPG, seperti mengatasi distribusiLPG bagi masyarakat dan harus mengambil tindakan hukum yang tegas apabilaterjadi penyelewengan di jaringan distribusi tersebut, sehingga program konversidapat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia secara merata. Pemerintah KotaBogor hendaknya lebih memperhatikan para pelaku usaha seperti usaha mikro danPKL dengan adanya program konversi minyak tanah ke LPG, dengan terusmenggalakkan sosialisasi dan penyuluhan kepada pedagang bakso kaki limasehingga dapat mengefisienkan penggunaan bahan bakar LPG dan programkonversi diharapkan dapat berhasil.

Page 4: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

DAMPAK KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG TERHADAPSTRUKTUR SUBSIDI APBN DAN EFISIENSI USAHA MIKRO DI

KOTA BOGOR(PERIODE 2005-2010)

Oleh

SARI MAULIDYAWATIH14070064

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2011

Page 5: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

Judul Skripsi : Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG terhadap

Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro Di

Kota Bogor (Periode 2005-2010)

Nama : Sari Maulidyawati

NIM : H14070064

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A.NIP. 19520408 198403 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Kelulusan :

Page 6: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2011

Sari MaulidyawatiH14070064

Page 7: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sari Maulidyawati lahir pada tanggal 1 Juni 1989 di

Bogor. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Warsono

dan Nunung Yuliati, S.Pd. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri

Kotabatu 06 pada tahun 2001. Di tahun yang sama, penulis melanjutkan ke SLTP

Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian diterima di SMA

Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan

diterima masuk di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Saringan

Masuk IPB (USMI). Di tahun berikutnya, penulis mendapatkan Mayor di Ilmu

Ekonomi dan Minor Ekonomi Pertanian di Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif di beberapa organisasi seperti FOSMA

IPB, COAST Tari BEM FEM IPB, dan HIPOTESA. Penulis menjadi pengurus

divisi Training ESQ FOSMA IPB pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis

menjadi pengurus COAST Tari BEM FEM IPB. Dan pada tahun 2009 penulis

menjadi staf divisi INTEL (Information, Comunication, and External

relationship) di HIPOTESA. Selain itu penulis juga aktif dalam kepanitiaan

seperti ESPRESSO 2009, ECONOMIC CONTEST 2009 dan Hipotex-R 2009.

Page 8: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Tidak lupa penulis juga memanjatkan shalawat serta salam ke hadirat Nabi Besar

Muhammad SAW. Judul skripsi ini adalah “Dampak Konversi Minyak Tanah

ke LPG terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro Di

Kota Bogor (Periode 2005-2010)”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan

bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A., selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah memberikan saran, pengarahan, dan

bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril dalam proses

penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr., sebagai Dosen Penguji Utama dalam

sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat

berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Dr. Muhammad Findi Alexandi, M.E., selaku Dosen Penguji Komisi

Pendidikan yang memberikan banyak informasi mengenai tatacara

penulisan skripsi yang baik, juga memberikan perbaikan pada substansi

skripsi.

4. Seluruh jajaran staf Departemen Ilmu Ekonomi atas segala bantuan dan

kerjasamanya.

5. Kedua orang tua penulis, Ibunda Nunung Yuliati dan Ayahanda Warsono,

serta adik penulis Kharisma Muhamad Naufal atas doa, dorongan moral

dan materi, serta pandangan hidup atas kebahagiaan yang besar artinya

bagi pembentukan karakter dan pola pikir selama perjalanan hidup penulis.

Page 9: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

ii

6. Teman-teman tersayang d’rempongs Wahyu Putri Pamungkas, Dyah

Pramita Raharti, Resti Anditya, Ranty Purnamasari, Putri Nilam Kencana,

dan Hilman Kurniawan yang selalu memberikan semangat dan menemani

penulis selama masa perkuliahan di Institut Pertanian Bogor.

7. Dian Nurdiana sebagai teman bimbingan atas dukungan dan kerjasamanya

selama ini.

8. Teman-teman tercinta d’cabs Nhimas Anthyan, Novia Handayani, dan

Retno Khairunnisa yang selalu memberikan inspirasi dan menghibur

penulis selama perkuliahan di Ilmu Ekonomi.

9. Teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 44 Winda Aprianti, Lilih Suprianti,

Andi Inggryd Cheryana, Elvha Aditia Sidik dan semua teman-teman yang

tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan doa, semangat

dan dukungan selama penulis menyusun skripsi.

10. Teman-teman semasa di Tingkat Persiapan Bersama Indira Indraswari dan

Ganisa Kusumawardhani atas motivasi dan semangat yang telah diberikan

selama ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini

namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang

membutuhkan.

Bogor, Juli 2011

Sari MaulidyawatiH14070064

Page 10: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…….……………………………………………......... i

DAFTAR ISI………………………………………………………………..... iii

DAFTAR TABEL………………………………………………………......... v

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... vi

I. PENDAHULUAN………………………………………………………..

1.1. Latar Belakang…………………………………………………….....

1.2. Perumusan Masalah………………………………………………….

1.3. Tujuan Penelitian...…………………………………………………..

1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………...

1.5. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………

1

1

6

8

9

9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...................

2.1. Bahan Bakar Minyak dan Gas.............................................................

2.1.1 Minyak Tanah.............................................................................

2.1.2 LPG (Liquefied Petroleum Gas).................................................

2.2. Dampak................................................................................................

2.3. Konversi Energi Minyak Tanah ke LPG.............................................

2.4. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).............

2.4.1 Struktur Subsidi APBN..............................................................

2.5. Usaha Mikro.........................................................................................

2.5.1 Pedagang Mikro.........................................................................

2.5.2 Pedagang Kaki Lima (PKL).......................................................

2.6. Teori Efisiensi......................................................................................

2.6.1 Efisiensi dalam Ekonomi............................................................

2.6.1.1 Efisiensi dalam Produksi................................................

2.6.2 Asas-asas Efisiensi.....................................................................

2.7. Penelitian Terdahulu............................................................................

2.8. Kerangka Pemikiran.............................................................................

11

11

12

12

13

14

15

17

18

19

20

21

21

24

25

28

33

Page 11: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

iv

2.9. Hipotesis Penelitian............................................................................. 36

III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………..

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………...

3.2. Jenis dan Sumber Data…………………………………………….....

3.3. Kerangka Sampel………………………………………………….....

3.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data................................................

3.4.1 Analisis Kondisi Penggunaan Minyak Tanah dan LPG.............

3.4.2 Analisis Dampak Konversi terhadap Struktur Subsidi APBN...

3.4.3 Analisis Dampak Konversi terhadap Efisiensi Usaha Mikro....

37

37

37

38

39

40

40

41

IV. GAMBARAN UMUM SUBSIDI BBM………………………………….

4.1. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)…….....

4.2. Kondisi Geografis dan Demografi Kota Bogor……………………...

4.2.1 Perkembangan Usaha Mikro di Kota Bogor………………......

4.2.2 Perkembangan Pedagang Kaki Lima (PKL) Kota Bogor..........

43

43

47

48

50

V. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….

5.1. Kondisi Penggunaan Minyak Tanah dan LPG di Indonesia daritahun 2005 sampai dengan tahun 2010……………………………...

5.2. Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG terhadap Struktur SubsidiAPBN (2007-2010)…………………………………….....................

5.3. Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG terhadap Efisiensi UsahaMikro (Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor)……………..….5.3.1 Karakteristik Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor.........

5.3.2 Efisiensi (Hemat) Pedagang Bakso Kaki Lima Kota Bogor......

5.3.3 Pengeluaran Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor..........

5.3.4 Penerimaan Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor..........

5.3.5 Persepsi Pedagang Bakso Kaki Lima Mengenai ProgramKonversi.....................................................................................

53

53

57

6363

64

73

74

75

VI. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………..…

6.1 Kesimpulan…………………………………………….......................

6.2 Saran……………………………………………………………….....

78

78

79

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...… 81

Page 12: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

v

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan Menurut Skala Usaha Di KotaBogor………………………………………………………………….... 6

1.2. Pengurangan Subsidi Melalui Konversi Minyak Tanah ke LPG…..…... 7

4.1. Ringkasan APBN Tahun 2010 (Triliun Rupiah)..................................... 44

4.2. Perkembangan Jumlah UKM dan Tenaga Kerja Di Kota Bogor …..….. 49

4.3. Jumlah PKL Kota Bogor Hasil Pemetaan 2010....................................... 51

5.1. Produksi Minyak Tanah dan LPG tahun 2005-2009............................... 53

5.2. Penggunaan Minyak Tanah dan LPG 3 kg Tahun 2005-2010................. 54

5.3. Neraca Penggunaan LPG di Indonesia Tahun 2007-2009 (dalam ributon)........................................................................................................... 56

5.4. Subsidi, 2005-2010 (Miliar Rupiah)........................................................ 58

5.5. Besarnya Subsidi Untuk Minyak Tanah dan LPG 3 Kg……………..… 59

5.6. Karakteristik Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor....................... 64

5.7. Harga Terjangkau (%) Pedagang Bakso Kaki Lima................................ 65

5.8. Harga Sebelum Program Konversi (%) Pedagang Bakso Kaki Lima...... 66

5.9. Harga Setelah Program Konversi (%) Pedagang Bakso Kaki Lima........ 66

5.10. Harga Perlengkapan Kompor (%) Pedagang Bakso Kaki Lima.............. 67

5.11. Biaya Pemeliharaan Kompor (%) Pedagang Bakso Kaki Lima.............. 68

5.12. Lama Waktu Memasak (%) Pedagang Bakso Kaki Lima....................... 69

5.13. Memerlukan Bantuaan saat Mengangkat dan Proses Penggantian (%)Pedagang Bakso Kaki Lima..................................................................... 70

5.14. Memerlukan Bantuaan dalam Pemeliharaan Kompor (%) PedagangBakso Kaki Lima..................................................................................... 71

5.15. Penggunaan Bahan Bakar (%) Pedagang Bakso Kaki Lima................... 71

5.16. Jarak Pembelian Bahan Bakar (%) Pedagang Bakso Kaki Lima............. 72

5.17. Pengeluaran (%) Pedagang Bakso Kaki Lima……………………..…... 74

5.18. Penerimaan (%) Pedagang Bakso Kaki Lima.......................................... 74

5.19.Sebaran Responden Berdasarkan Persepsi Mengenai Program Konversi(%)............................................................................................................ 76

Page 13: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1. Perkembangan Permintaan, Penawaran dan Harga Minyak Dunia,

2005-2009…………………………………………………………........ 1

1.2. Distribusi Penyebaran Perusahaan Menurut Skala Usaha……………... 5

2.1. Efisiensi Produksi dan Alokasi………………………………………… 22

2.2. Diagram Kotak Edgeworth untuk Efisiensi dalam Produksi…………... 25

2.3. Efisiensi dari Segi Usaha……………………………………………..... 26

2.4. Efisiensi dari Segi Hasil………………………………………………... 27

2.5. Kerangka Pemikiran…………………………………………………..... 35

Page 14: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas Bumi merupakan kekayaan alam

yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sepenuhnya untuk kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat Indonesia. Pemerintah menjamin ketersediaan dan

kelancaran pendistribusian BBM yang merupakan komoditas vital dan menguasai

hajat hidup orang banyak di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, hal ini tercantum dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2001 Pasal 8.

Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi ini secara langsung diimplementasikan

melalui penyediaan BBM murah dengan adanya subsidi BBM yang merupakan

pengeluaran rutin Negara.1

Gambar 1.1. Perkembangan Permintaan, Penawaran dan Harga MinyakDunia, 2005-2009

1 Undang-undang No. 22 tahun 2001 Pasal 8. www.esdm.go.id/.../uu/doc.../500-undang-undang-n022-tahun-2001.html [ 28 Oktober 2010 ]

Page 15: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

2

Harga minyak dunia dari awal tahun 2005 sampai dengan pertengahan

tahun 2008 mengalami peningkatan yang sangat signifikan (Gambar 1.1). Rata-

rata harga minyak dunia (West Texas Intermediate Spot Average) tahun 2005

sebesar USD 53,4 per barel meningkat menjadi USD 64,3 per barel pada tahun

2006 dan USD 72,3 per barel pada tahun 2007. Pada awal tahun 2008, terjadi

peningkatan yang cukup drastis yaitu pada bulan Juni yang mencapai USD 97,0

per barel. Namun, memasuki semester kedua tahun 2008, harga minyak dunia

mengalami penurunan. Sementara itu, pemulihan ekonomi dunia yang utamanya

didorong oleh pemulihan ekonomi dua raksasa, yaitu China dan India, telah

memberikan dampak pada naiknya permintaan minyak dunia pada tahun 2009.

Permintaan minyak dunia yang berfluktuasi kecenderungan meningkat,

diikuti pula dengan peningkatan harga minyak dunia (WTI). Seiring dengan

perubahan pergerakan minyak dunia (WTI), harga minyak mentah Indonesia

(Indonesian Crude-Oil Price/ ICP) juga mengalami peningkatan. Dalam semester

I pada tahun 2009 harga minyak ICP mencapai rata-rata sebesar USD 51,6 per

barel, kemudian pada semester II mengalami peningkatan menjadi USD 71,6 per

barel, sehingga selama tahun 2009 harga rata-rata minyak ICP mencapai USD

61,6 per barel.2

Terjadinya persoalan kenaikan harga minyak dunia yang dihadapi oleh

bangsa Indonesia ini, memaksa pemerintah untuk mengambil keputusan yang

amat berat dengan menaikkan harga BBM selama dua kali pada tahun 2005.

2 Kementerian Keuangan. 2010. Bab II Perkembangan Ekonomi Dan Pokok-Pokok KebijakanFiskal RAPBN 2011 dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2010. Hal. 18.www.anggaran.depkeu.go.id/.../10-0824%20NK%20dan%20RUU%20APBN%202011_BabII_rev1.pdf [ 28 Oktober 2010 ]

Page 16: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

3

Selain itu, adanya kenaikan harga minyak mentah Internasional memberikan

dampak terhadap meningkatnya beban subsidi BBM dalam APBN.

Beban subsidi BBM yang terus meningkat ini akan mengganggu

keberlanjutan (sustainability) anggaran pemerintah, yang nantinya dapat

mengancam stabilitas perekonomian dan mengurangi kepercayaan terhadap

ekonomi Indonesia. Selain itu, peningkatan beban subsidi BBM akan membawa

akibat kepada pengurangan anggaran pemerintah untuk berbagai program penting

bagi kesejahteraan rakyat, seperti alokasi untuk kemiskinan dan infrastruktur.

Oleh karena itu, stabilitas makro harus tetap dijaga.

Untuk mengendalikan beban subsidi BBM ini, pemerintah mengambil

salah satu kebijakan untuk mengurangi besarnya pengeluaran negara dalam

mensubsidi bahan bakar minyak tanah bagi masyarakat melalui langkah-langkah

penghematan subsidi, salah satunya dengan melaksanakan program konversi

minyak tanah bersubsidi ke LPG (Liquid Petroleum Gas) 3 kg pada tahun 2007.

Jika subsidi minyak terus dipertahankan, hal ini dinilai akan membebani anggaran

pemerintah. Isu inilah yang digunakan oleh pemerintah untuk mencapai targetnya

dalam mengurangi subsidi bahkan hingga tercapainya target akhir yaitu

menghapus subsidi.

Dasar persiapan pemasaran LPG 3 kg untuk penggantian minyak tanah

terdapat dalam surat dari Menteri ESDM No.32429/26/MEM/2006 tanggal 31

Agustus 2006 tentang P.T. Pertamina untuk melakukan pengalihan minyak tanah

ke LPG bagi konsumen rumah tangga serta surat Wakil Presiden RI

Page 17: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

4

No.20/WP/9/2006 tanggal 1 September 2006 Perihal : Konversi Pemakaian Mitan

ke Elpiji .

Melalui program konversi minyak tanah ke LPG 3 kg ini, diharapkan dapat

memangkas subsidi minyak tanah dari 35 trilyun rupiah menjadi 17,5 trilyun

rupiah atau setara dengan 50 persen pada tahun 2008. Regulasi pemerintah

mencanangkan konversi penggunaan sekitar 5,2 kilo liter minyak tanah kepada

pengguna 3,5 juta ton LPG hingga tahun 2010 yang dimulai dengan 1 juta kilo

liter minyak tanah pada tahun 2007.3

Program konversi minyak tanah ke LPG dipandang sebagai bahan bakar

pengganti yang lebih murah, yang lebih ditujukkan bagi masyarakat miskin

pengguna minyak tanah yang kemudian beralih ke bahan bakar gas melalui

pembagian kompor gas dan tabung gas 3 kg pada tiap kepala keluarga (KK).

Selain ditujukan bagi masyarakat miskin, program konversi BBM ini tentunya

akan berpengaruh juga kepada para pelaku usaha, dalam hal ini usaha mikro

khususnya pedagang mikro yang menggunakan minyak tanah untuk bahan bakar

memasak dalam usahanya, yang kini harus beralih ke bahan bakar gas guna

menghemat pengeluaran.

Menurut laporan hasil penelitian oleh World Bank (2006), menunjukkan

99 persen perusahaan negara berkembang di seluruh dunia, dengan pekerja kurang

dari 50 orang adalah usaha mikro, kecil dan menengah. Kategori usaha di sektor

3 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral 2007 dalam Simanjuntak, M., R.A.B. Kusumo,dan M. Nasarullah. 2009. “Pola Pengeluaran, Persepsi, dan Kepuasan Keluarga TerhadapPerubahan Penggunaan Energi dari Minyak Tanah ke LPG”. Jurnal Ilmu Keluarga danKonsumen, Volume 2 Nomor 2 ISSN: 1907-6037. Fakultas Ekologi Manusia IPB. Bogor. Hal.165

Page 18: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

5

ini juga merupakan kesempatan kerja yang paling realistis bagi masyarakat

miskin. Gambaran distribusi penyebaran perusahaan menurut skala usaha ini

berdasarkan Sensus Ekonomi 2006 (BPS, 2006) terlihat sebagai berikut:

Sumber: BPS, 2006.Gambar 1.2. Distribusi Penyebaran Perusahaan Menurut Skala Usaha

Dari grafik pie-chart diatas (Gambar 1.2.) memberikan gambaran dan

penjelasan lebih detail mengenai penyebaran usaha di Indonesia. Terlihat bahwa

skala usaha mikro mendominasi yaitu sebesar 83,27 persen atau sebanyak 18,933

juta dibandingkan 15,81 persen usaha kecil dan 0,67 persen usaha menengah. Hal

ini jelas memberi gambaran bahwa UKM di Indonesia sangat penting, dan

kebijakan yang menyentuh kepadanya harus sistematis dan jelas.

Begitu pula di Kota Bogor, adanya perkembangan dari tahun 2007 hingga

tahun 2009 pada perusahaan menurut skala usaha seperti terlihat pada Tabel 1.1.

Dapat dilihat bahwa usaha mikro juga mendominasi di Kota Bogor, serta adanya

peningkatan dari tahun 2007 sebanyak 23.873 menjadi 25.804 pada tahun 2009,

jika dibandingkan dengan usaha kecil yaitu sebanyak 6.366 pada tahun 2007

menjadi 4.838 pada tahun 2009.

Page 19: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

6

Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan Menurut Skala Usaha Di KotaBogor

No. Jenis Usaha 2007 2008 20091. Usaha Mikro 23.873 25.718 25.8042. Usaha Menengah 1.598 1.607 1.6143. Usaha Kecil 6.366 4.822 4.838

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor, 2009.

Pada usaha mikro ini, didalamnya terdapat pedagang mikro yang terkena

dampak dari adanya program konversi minyak tanah ke LPG terhadap kegiatan

usaha mereka.

Oleh karena itu, judul Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG

Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro di Kota Bogor

(Periode 2005-2010) dipilih untuk dikaji lebih lanjut, dengan menganalisis

struktur subsidi energi dalam APBN yaitu subsidi BBM serta dampaknya terhadap

efisiensi pada usaha mikro.

1.2 Perumusan Masalah

Apabila subsidi BBM dilanjutkan, hal ini dapat mengakibatkan tingginya

subsidi dalam penyediaan energi khususnya BBM dan potensi pemborosan yang

semakin besar dalam APBN. BBM dalam hal ini minyak tanah, digunakan

sebagian besar oleh rumah tangga Indonesia dan disubsidi secara besar-besaran

oleh pemerintah (volume 9,9 juta KL – Rp 37 T/ tahun menurut data tahun 2007).

Sedangkan LPG hanya digunakan 10 persen rumah tangga dan harga per tabung

jauh lebih mahal dari harga subsidi eceran minyak tanah.

Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi tingginya beban subsidi

BBM yaitu melalui program konversi minyak tanah ke LPG. LPG dipilih sebagai

Page 20: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

7

bahan bakar alternatif karena nilai kalor efektif LPG lebih tinggi dibandingkan

minyak tanah, selain karena aspek kelestarian lingkungan, LPG lebih ramah

lingkungan karena gas buangnya bersih. Oleh karena itu, diversifikasi dari minyak

tanah ke LPG merupakan bagian dari kebijakan energi nasional.

Dalam konversi minyak tanah ke LPG ini, dapat dilihat bahwa pemerintah

mendapatkan keuntungan berupa pengurangan subsidi yang harus dikeluarkan

seperti terlihat dalam Tabel 1.2. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh

Direktorat Riset Energi dan Manajemen Indonesia tahun 2007 dengan asumsi

seluruh minyak tanah telah dikonversi ke LPG 3 kg. Dari Tabel 1.2. dapat dilihat

bahwa pemerintah Indonesia dapat menghemat subsidi sebesar 20 triliun rupiah

per tahun. Program konversi seluruh minyak tanah bersubsidi ke LPG 3 kg akan

selesai dalam jangka waktu 5 tahun (dimulai tahun 2007 dan selesai tahun 2012).

Tabel 1.2. Pengurangan Subsidi Melalui Konversi Minyak Tanah ke LPG.Perbandingan Minyak Tanah LPG

Kesetaraan 1 liter 0,57 kgHarga Jual keMasyarakat

Rp 2.500/ltr Rp 4.250/kg

Pengalihan VolumeMinyak Tanah Subsidi

10.000.000 kilo liter 5.746.095 MT/Tahun

Asumsi HargaKeekonomian

Rp 5.665/ltr Rp 7.127/kg

Harga Jual Rp 2.000/ltr Rp 4.250/kgBesaran Subsidi Rp 3.665/ltr Rp 2.877/kgTotal Subsidi Rp 36,65 Triliun/Tahun Rp 16,53 Triliun/TahunSelisih Rp 20,12 Triliun/Tahun

Sumber: Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, 2007.

Kota Bogor dijadikan daerah studi kasus karena memiliki usaha mikro

sebanyak 25.804 dan mendominasi diantara usaha menengah yaitu sebanyak

1.614 dan usaha kecil sebanyak 4.838 pada tahun 2009. Menurut Kepala Bidang

Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindakop)

Page 21: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

8

Kota Bogor, pada 3.600 usaha mikro kecil menengah (UMKM) diantaranya

memproduksi tekstil, sandal, sepatu, tas, dan makanan. Selain itu, usaha mikro

yang meliputi pedagang mikro didalamnya, dengan adanya program konversi

minyak tanah ke LPG ini tentunya akan memengaruhi efisiensi biaya, waktu dan

tenaga usaha mikro.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana kondisi penggunaan minyak tanah dan LPG di Indonesia dari

tahun 2005 sampai dengan tahun 2010?

2. Bagaimana dampak setelah diterapkannya program konversi minyak tanah ke

LPG terhadap struktur subsidi APBN tahun 2007 sampai dengan tahun 2010?

3. Bagaimana efisiensi usaha mikro di Kota Bogor khususnya pedagang bakso

kaki lima setelah diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan kondisi penggunaan minyak tanah dan LPG di Indonesia dari

kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2010.

2. Menganalisa struktur subsidi APBN dari tahun 2007 sampai dengan tahun

2010 setelah diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG.

3. Menganalisa efisiensi usaha mikro di Kota Bogor, dalam hal ini efisiensi

biaya, waktu, serta tenaga bagi pedagang bakso kaki lima serta pengeluaran,

Page 22: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

9

penerimaan dan persepsinya setelah diterapkannya program konversi minyak

tanah ke LPG.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis maupun

pihak-pihak lain yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan tersebut antara

lain adalah :

1. Bagi pemerintah atau instansi pengambil keputusan terkait diharapkan dapat

memberikan masukan dan bahan pertimbangan baik dalam perencanaan

maupun dalam pengambilan keputusan terkait dengan kelanjutan program

konversi minyak tanah ke LPG.

2. Bagi pembaca diharapakan dapat menjadi sumber informasi dan masukan

dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Bagi penulis diharapkan dapat menjadi tempat untuk pengaplikasian ilmu

pengetahuan sekaligus menambah pengalaman selama menuntut ilmu di

Institut Pertanian Bogor.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian untuk menganalisa dampak konversi minyak tanah ke LPG

terhadap struktur subsidi APBN sebelum adanya program konversi dibatasi pada

periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 dan setelah adanya program

konversi minyak tanah ke LPG yaitu periode tahun 2007 sampai dengan tahun

2010.

Page 23: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

10

Untuk usaha mikro, studi kasus pada penelitian ini adalah Kota Bogor

pada periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 dimana tahun 2007 dijadikan

baseline karena dianggap sebagai titik dimulainya program konversi minyak tanah

ke LPG dan untuk responden dapat dipastikan masih memiliki ingatan yang baik

pada tahun tersebut.

Adapun usaha mikro disini dibatasi dengan pedagang mikro yaitu

pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor yang awalnya menggunakan bahan

bakar minyak tanah kemudian beralih ke LPG 3 kg.

Page 24: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa pustaka yang dijadikan

dasar teori dalam penelitian ini. Adapun pustaka tersebut adalah bahan bakar

minyak dan gas, dampak, konversi energi dalam hal ini minyak tanah ke LPG,

struktur subsidi APBN dan usaha mikro. Selain itu dalam bab ini juga akan

dijelaskan mengenai konsep efisiensi, dan beberapa penelitian terdahulu yang

menjadi referensi dalam penyusunan penelitian. Kemudian, di bagian terakhir

dalam bab ini akan dibahas tentang kerangka pemikiran penulis yang mendasari

dimulainya penelitian ini.

2.1. Bahan Bakar Minyak dan Gas

BBM (bahan bakar minyak) adalah jenis bahan bakar (fuel) yang

dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Merupakan

minyak mentah dari perut bumi diolah dalam pengilangan (refinery) terlebih

dahulu untuk menghasilkan produk-produk minyak (oil products), yang termasuk

di dalamnya adalah BBM. Selain menghasilkan BBM, pengilangan minyak

mentah menghasilkan berbagai produk lain terdiri dari gas, hingga ke produk-

produk seperti naphta, light sulfur wax residue (LSWR) dan aspal.4

4 Hanan Nugroho dalam Perencanaan Pembangunan Edisi 02, Tahun X, 2005. ApakahPersoalannya Pada Subsidi BBM? Tinjauan Terhadap Masalah Subsidi BBM, Ketergantunganpada Minyak Bumi, Manajemem Energi Nasional, dan Pembangunan Infrastruktur Energi[jurnal]. Perencanaan Bidang Energi BAPPENAS. Hal. 2.

Page 25: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

12

2.1.1 Minyak Tanah

Minyak tanah adalah bahan bakar minyak jenis distilat tidak berwarna

yang jernih. Pengguna minyak tanah pada umumnya untuk keperluan bahan bakar

di rumahtangga, tetapi pada beberapa industri juga memerlukan minyak tanah

untuk beberapa peralatan pembakarannya. Pertamina, sesudah kebijakan

pemerintah telah membatasi pemakaian minyak tanah untuk keperluan industri

(harga dengan izin khusus). Minyak tanah disebut juga kerosene.5

Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari minyak mentah yang

memiliki titik didih antara 150 °C dan 300 °C serta tidak berwarna. Minyak tanah

digunakan selama bertahun-tahun sebagai alat bantu penerangan, memasak, water

heating, dan lain-lain yang umumnya merupakan pemakaian domestik

(rumahan).6

2.1.2 LPG (Liquefied Petroleum Gas)

LPG (Liquefied Petroleum Gas), merupakan nonbahan bakar minyak yang

merupakan gas minyak cair. Merupakan gas hidrokarbon yang dicairkan dengan

tekanan untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan, dan penanganannya.

Gas minyak cair yang dipasarkan dengan nama elpiji ini, di Indonesia pada

dasarnya terdiri atas propana, butana atau campuran keduanya.7

5 Mayawati, Tuti dan Tri Hidayatno. 2008. Statistika Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2003-2007. BPS, Jakarta. Hal. 62.

6PERTAMINA. http://www.pertamina.com/index.php/detail/read/fuel-minyak-tanah.[ 01 Maret 2011 ]

7 Mayawati, Tuti dan Tri Hidayatno. 2008. Statistika Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2003-2007. BPS, Jakarta. Hal. 65-66.

Page 26: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

13

LPG adalah produk gas yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi

atau juga produk gas yang dihasilkan dari kondensasi gas bumi di unit pengolahan

pabrik. LPG digunakan sebagai bahan bakar untuk rumahtangga dan industri.

LPG ini banyak digunakan terutama oleh masyarakat tingkat menengah yang

kebutuhannya semakin meningkat dari tahun ke tahun dan selain itu LPG juga

merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Aplikasinya pada kawasan

industri, produk LPG digunakan sebagai pengganti Freon, Aerosol, Refrigerant/

Cooling Agent, kosmetik dan juga digunakan sebagi bahan baku produk khusus.

Adapun spesifikasinya, yaitu berdasarkan penggunaannya LPG dibedakan sebagai

berikut :8

a. LPG Mix, adalah campuran Propana dan Butana dengan komposisi antara 50

persen dan 50 persen dari volume serta ditambah bau (Mercaptant) dan

umumnya digunakan untuk bahan bakar di rumah tangga.

b. LPG Propane dan LPG Butan, adalah LPG yang mengandung 95 persen

Propane dan Butan 97,5 persen dari volume masing-masing dan ditambah bau

(Mercaptant), umumnya digunakan untuk industri.

2.2. Dampak

Dampak dapat diartikan sebagai benturan, pengaruh kuat yang

mendatangkan akibat, baik akibat yang negatif maupun akibat yang positif.

Dampak negatif merupakan pengaruh kuat yg mendatangkan akibat yang negatif,

8 PERTAMINA. http://www.pertamina.com/index.php/detail/read/fuel-minyak-tanah.[ 01 Maret 2011 ]

Page 27: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

14

sedangkan dampak positif merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan akibat

yang positif. Dampak ekonomis merupakan pengaruh suatu penyelenggaraan

kegiatan terhadap perekonomian.9

Sedangkan pengertian dampak secara umum, dalam hal ini adalah segala

sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya sesuatu. Dampak itu sendiri juga bisa

berarti, konsekuensi sebelum dan sesudah adanya sesuatu.10

Dampak disini, penulis ingin menjelaskan mengenai dampak adanya

konversi minyak tanah ke LPG terhadap struktur subsidi APBN dari tahun 2007

sampai tahun 2010 dan efisiensi usaha mikro.

2.3. Konversi Minyak Tanah ke LPG

Konversi energi adalah perubahan bentuk energi dari yang satu menjadi

bentuk energi lain. Dalam textbook buku fisika tentang hukum konversi energi

mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan (dibuat) ataupun dimusnahkan

akan tetapi dapat berubah bentuk dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya.11

Dalam hal konversi minyak tanah ke LPG menurut electroniclab, dapat

dijelaskan sebagai bentuk pengalihan pemakaian bahan bakar minyak tanah ke

LPG yang dilakukan oleh Pemerintah, dalam upaya mengurangi kelangkaan

9 Anonim. 2011. Definisi Dampak. http://www.artikata.com/arti-324325-dampak.htm.[ 5 Mei 2011 ]

10_______. 2008. Pengertian Dampak. http://mediabelajarkoe.worspress.com/2008/11/24/dampak-implementasi-it-di-organisasi/ [ 5 Mei 2011 ]

11_______. 2009. “Konversi Energi”. http://www.electroniclab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=5:konversi-energi&catid=1:archive-alias&Itemid=3.[ 27 Oktober 2010 ]

Page 28: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

15

minyak tanah yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia yang diakibatkan

karena semakin melambungnya harga minyak dunia yang berdampak terhadap

harga minyak Indonesia. Hal ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan

terhadap minyak tanah.

Program konversi minyak tanah ke gas (LPG) ini, dicanangkan melalui

regulasi pemerintah dengan melakukan konversi penggunaan sekitar 5,2 kilo liter

minyak tanah kepada pengguna 3,5 juta ton LPG hingga tahun 2010 yang dimulai

dengan 1 juta kilo liter minyak tanah pada tahun 2007. 12

Berdasarkan surat Menteri ESDM Nomor 3249/26/MEM/2006 tentang

hasil rapat koordinasi terbatas yang dipimpin oleh Wakil Presiden mengenai

program konversi mitan ke elpiji yang menunjuk Pertamina sebagai pelaksana

program bagi konsumen rumah tangga (31 Agustus 2006).

2.4. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

didasarkan pada ketentuan pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang

telah diubah menjadi pasal 23 ayat (1), (2) dan (3) Amendemen UUD 1945 yang

berbunyi:

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud daripengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undangdan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnyakemakmuran rakyat. (2) Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan danBelanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan

12_________. 2009. “Konversi Energi”. http://www.electroniclab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=5:konversi-energi&catid=1:archive-alias&Itemid=3.[ 27 Oktober 2010 ]

Page 29: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

16

Perwakilan Rakyat dengan memerhatikan pertimbangan Dewan PerwakilanDaerah. (3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui RancanganAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden,Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yanglalu.13

APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan ditetapkan dengan undang-undang

(menurut UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 1 ayat 7).

APBN juga merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap

tahun dengan undang-undang. Semua penerimaan yang menjadi hak dan

pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam 1 tahun anggaran (1 Januari –

31 Desember) harus dimasukkan dalam APBN.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam APBN 2010,

merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam

rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan,

sekaligus sebagai penentu arah dan prioritas kebijakan pembangunan nasional.

Jadi, APBN berfungsi sebagai otoritas, perencanaan, pengawasan, alokasi,

distribusi, dan stabilisasi. Oleh karena itu, semua penerimaan yang menjadi hak

dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam satu tahun anggaran harus

dimasukkan dalam APBN.14

13Ismawanto. 2009. Ekonomi 2: Untuk SMA dan MA Kelas XI, Jakarta: Pusat PerbukuanDepartemen Pendidikan Nasional. Hal. 27-29.

14 Kementerian Komunikasi dan Informatika, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)Tahun 2010. (Jakarta, 2010), Hal. iii.

Page 30: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

17

2.4.1 Struktur Subsidi APBN

Dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia (DPR RI) dan Presiden Republik Indonesia, memutuskan dan

menetapkan Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun Anggaran (APBN) 2010 Pasal 1 ayat 16 dan 17 dalam Undang-undang ini,

yang dimaksud dengan subsidi:

(16) Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang danjasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga hargajualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. (17) Subsidi energi adalah alokasianggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembaga yang memproduksidan/ atau menjual bahan bakar minyak (BBM), bahan bakar nabati (BBN),Liquefied Petroleum Gas (LPG), dan tenaga listrik sehingga harga jualnyaterjangkau oleh masyarakat yang membutuhkan.15

Dalam hal dampak konversi minyak tanah ke LPG terhadap struktur

subsidi APBN tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, dapat dilihat dari besarnya

subsidi BBM dalam anggaran belanja negara. Adanya kenaikan harga minyak

dunia yang berdampak terhadap harga minyak Indonesia menyebabkan terjadinya

kelangkaan minyak, sehingga pemerintah harus mengurangi subsidi BBM. Dalam

hal ini melalui bentuk konversi minyak tanah ke LPG terutama untuk LPG 3 kg

bagi seluruh masyarakat, baik bagi rumah tangga maupun pelaku usaha dalam hal

ini usaha mikro. Hal ini dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi besarnya

subsidi terhadap minyak dalam anggaran belanja negara.

15 Ibid, Hal. 11

Page 31: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

18

2.5. Usaha Mikro

Kriteria kelompok usaha mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan

tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).16

Usaha Mikro yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga

Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00

(seratus juta rupiah) per tahun, dan dapat mengajukan kredit kepada bank paling

banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).17

Adapun ciri-ciri usaha mikro:

1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat

berganti;

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;

3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan

tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha

yang memadai;

5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

16 Bank Indonesia. 2003. Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan menteriKeuangan No. 40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003. www.bi.go.id/biweb/utama/peraturan/pib-5-18-03.pdf. [27 Oktober 2010]

17 Kementerian Koperasi. 2008. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang UMKM. htpp://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129 [28 Januari 2011]

Page 32: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

19

6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka

sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP.

Adapun contoh usaha mikro adalah sebagai berikut:

1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan

pembudidaya;

2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan

rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat;

3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dan lain-lain;

4. Peternak ayam, itik dan perikanan;

5. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit

(konveksi).

Usaha mikro dalam hal ini merupakan studi kasus usaha mikro di Kota

Bogor, yaitu usaha pedagang bakso yang merupakan pedagang kaki lima di Kota

Bogor. Pedagang bakso kaki lima ini termasuk usaha mikro yang terkena dampak

dari adanya kebijakan pemerintah melalui konversi minyak tanah ke LPG, dimana

mereka harus menyesuaikan dalam penggunaan minyak tanah sebagai bahan

bakar kemudian beralih ke LPG.

2.5.1 Pedagang Mikro

Pedagang Mikro adalah suatu bentuk kegiatan ekonomi yang berskala

kecil yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat lapisan bawah dengan

sektor informal atau perekonomian subsisten, dengan ciri-ciri tidak memperoleh

Page 33: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

20

pendidikan formal yang tinggi, keterampilan rendah, pelanggannya banyak

berasal dari kelas bawah, sebagian pekerja adalah keluarga dan dikerjakan secara

padat karya serta penjualan eceran, dengan modal pinjaman dari bank formal

kurang dari dua puluh lima juta rupiah guna modal usahanya.18

2.5.2 Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima yang dapat disingkat PKL adalah penjual barang dan

atau jasa yang secara perorangan dan atau kelompok berusaha dalam kegiatan

ekonomi yang tergolong dalam skala usaha mikro atau kecil yang menggunakan

fasilitas umum dan bersifat sementara/tidak menetap dengan menggunakan

peralatan bergerak maupun tidak bergerak dan atau menggunakan sarana

berdagang yang mudah dipindahkan dan dibongkar pasang.19

PKL adalah termasuk usaha kecil yang berorientasi pada laba (profit)

layaknya sebuah kewirausahaan (entrepreneurship). PKL mempunyai cara

tersendiri dalam mengelola usahanya agar mendapatkan keuntungan dan menjadi

manajer tunggal yang menangani usahanya mulai dari perencanaan usaha,

menggerakkan usaha sekaligus mengontrol atau mengendalikan usahanya,

padahal fungsi-fungsi manajemen tersebut jarang atau tidak pernah mereka

dapatkan dari pendidikan formal. Manajemen usahanya berdasarkan pada

pengalaman dan alur pikir mereka yang otomatis terbentuk sendiri berdasarkan

18 Deperindag dan Abdullah et. all: 1996 dalam Moh. Ridwan. 2006. Determinan Dari KreditRentenir Untuk Pedagang (Studi Kasus Pada Pedagang Mikro di Pasar TradisionalGunungkidul, Yogyakarta) [skripsi]. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta.

19 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 tahun 2005 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima.Pasal 1.

Page 34: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

21

arahan ilmu manajemen pengelolaan usaha, hal inilah yang disebut “learning by

experience” (belajar dari pengalaman). Kemampuan manajerial memang sangat

diperlukan PKL guna meningkatkan kinerja usaha mereka, selain itu motivasi juga

sangat diperlukan guna memacu keinginan para PKL untuk mengembangkan

usahanya.20

2.6. Teori Efisiensi

2.6.1 Efisiensi dalam Ekonomi

Efisiensi ekonomi mempersyaratkan penghindaran pemborosan sumber

daya, hal ini guna memastikan pemanfaatan sepenuhnya semua sumber daya.

Sumber ketidakefisienan mengisyaratkan kondisi penting yang harus dipenuhi

agar efisiensi ekonomi tercapai. Kondisi ini dikelompokkan menjadi efisiensi

produksi dan efisiensi alokasi. Efisiensi produksi mempersyaratkan bahwa tiap-

tiap perusahaan memproduksi keluarannya dengan mengkombinasikan faktor-

faktor produksi sedemikian hingga rasio hasil marjinal dari setiap pasang faktor

dibuat sama dengan rasio harga mereka. Sedangkan efisiensi alokasi dimana

alokasi sumber daya ekonomi dikatakan efisien bila, untuk setiap barang yang

diproduksi, biaya marginal produksinya sama dengan harganya. Hal ini telah

ditelaah oleh ahli pakar ekonomi Italia Vilfredo Pareto (1848-1923). Karenanya,

20 Mulyanto (2007) dalam Santoso, S. 2008. “Konsep Sektor Informal: Pedagang Kaki Lima”.http://www.santoso.blogspot.com/2008/07/konsep-sektor-informal-pedagang-kaki_28.html [ 28Januari 2011]

Page 35: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

22

efisiensi dalam penggunaan sumber daya sering kali dinamai optimalisasi pareto

atau efisiensi pareto untuk menghormatinya.21

Gambar 2.1. Efisiensi Produksi dan Alokasi.

Kurva pada Gambar 2.1. ini memperlihatkan semua kombinasi dua barang

X dan Y yang dapat diproduksi bilamana sumber daya ekonomi dimanfaatkan

sepenuhnya dan digunakan dengan efisiensi produksi. Sembarang titik pada kurva

kemungkinan produksi adalah efisien dari segi produksi, tidak semua titik pada

kurva ini efisien dari segi alokasi.

Sembarang titik dalam kurva, seperti a, tidak efisien dari segi produksi.

Jika ketidak-efisienan terjadi dalam industri x, produksi dapat direalokasikan

diantara perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut sedemikian hingga

menaikkan produksi X dari X1 ke X2. Ini akan memindahkan ekonommi dari titik

a ke titik c, meningkatkan produksi X tanpa mengurangi produksi Y. Demikian

pula, jika ketidak-efisienan terjadi di industri Y, produksi Y dapat ditingkatkan

21 Lipsey et all, 1997. Pengantar Mikroekonomi Edisi Kesepuluh Jilid Dua. Binarupa Aksara.Jakarta. Bab 15 Kebijakan Publik Terhadap Monopoli dan Persaingan Sub Bab EfisiensiEkonomi, hal. 96-99.

b

d

ca

X1 X2

Y2

Y1

Barang x

Barang y

Page 36: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

23

dari Y1 ke Y2, yang akan memindahkan ekonomi dari titik a ke titik b. Jika kedua

industri tidak efisien dari segi alokasi, produksi dapat ditingkatkan untuk

membawa ekonomi ke titik tertentu pada kurva diantara b dan c, dan dengan

demikian meningkatkan produksi kedua komoditas tersebut.

Efisiensi alokasi menyangkut penetapan titik paling efisien pada kurva

kemungkinan produksi. Menetapkan efisiensi alokasi berarti menilai berbagai titik

pada kurva, seperti b, c, dan d. Biasanya hanya satu titik seperti itu yang efisien

dari segi alokasi, sedangkan titik-titik lainnya akan tidak efisien.

Ada beberapa cara untuk mengukur dan atau membandingkan tingkat

efisiensi antar kelompok perusahaan dalam suatu proses produksi (Saragih, 1980),

yaitu :22

1. Efisiensi teknis; dua perusahaan mempunyai efisiensi teknis yang berbeda jika

pada tingkat penggunaan input yang sama tingkat output yang dihasiilkan

berbeda.

2. Efisiensi harga; dua perusahaan mempunyai efisiensi harga berbeda bila

masing-masing perusahaan mempunyai kesanggupan yang berbeda dalam hal

menyamakan nilai produksi marginal suatu input tidak tetap dengan harga

input tidak tetap bersangkutan.

3. Efisiensi ekonomi; dua perusahaan mempunyai efisiensi ekonomi yang

berbeda walupun keduanya beroperasi pada kondisi pasar input maupun pasar

22 Saragih (1980) dalam Warsana (2007). Analisis Efisiensi dan Keuntungan Usaha Tani Jagung(Studi di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora) [tesis]. Program Studi Magister IlmuEkonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 37: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

24

output yang sama tetapi mungkin masing-masing mendapat perlakuan harga

yang berbeda, atau dapat dikatakan bahwa efisiensi ekonomi merupakan

gabungan antara efisiensi teknis dan efisiensi harga.

Alokasi yang Efisien Pareto (Pareto Efficient Alocation) menurut

Nicholson (1999), alokasi sumber daya bersifat efisien pareto jika tidak mungkin

lagi (melalui alokasi ulang) bagi seseorang untuk berada dalam kondisi yang lebih

baik tanpa membuat seseorang lainnya menjadi lebih buruk. Kondisi ini

dikelompokkan menjadi efisiensi dalam produksi dan efisiensi dalam pertukaran.

Namun dalam hal ini saya hanya akan menjelaskan efisiensi dalam produksi.

2.6.1.1 Efisiensi dalam Produksi

Alokasi sumber daya adalah efisien dalam produksi (atau efisiensi teknis)

jika tidak ada lagi alokasi ulang lebih lanjut yang akan memungkinkan

peningkatan produksi salah satu barang tanpa menurunkan produksi barang

lainnya.23

Pada diagram di bawah ini, menggambarkan kurva produksi sama untuk X

dan Y (Gambar 2.2.) Jadi diagram ini memperlihatkan cara-cara yang efisien

secara teknis untuk mengalokasikan jumlah K dan L yang tetap di antara produksi

dua keluaran. Garis yang menghubungkan Ox dan Oy adalah tempat kedudukan

titik-titik yang efisien ini. Di sepanjang garis ini, RTS (dari L terhadap K) dalam

produksi barang X adalah sama terhadap RTS dalam produksi Y.

23 Nicholson, 1991. Teori Mikroekonomi Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta.

Page 38: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

25

Qy

Q

Total K

Qx Total L

Gambar 2.2. Diagram Kotak Edgeworth untuk Efisiensi dalam Produksi

Perimbangan di antara keluaran diperlukan berdasarkan pergerakan di

sepanjang batas kemungkinan produksi yang mencerminkan sifat efisien secara

teknis dari semua alokasi di batas kemungkinan produksi itu. Efisiensi teknis

adalah prasyarat yang jelas untuk efisiensi Pareto secara keseluruhan. Peningkatan

keluaran ini dapat diberikan kepada seseorang membuatnya berada dalam posisi

yang lebih baik (dan tidak seorang pun menjadi lebih buruk). Jadi, inefisiensi

dalam produksi juga inefisiensi pareto. Tetapi, seperti yang akan kita lihat dalam

bagian berikutnya, efisiensi teknis tidak menjamin efisiensi pareto. Sebuah

perekonomian dapat efisiensi dalam memproduksi barang yang salah.

2.6.2 Asas-asas Efisiensi

Penataan terhadap tatausaha dan pelaksanaan bidang kerja harus selalu

berkiblat pada efisiensi. Efisiensi ini sendiri perlu sekali dijadikan satu-satunya

dasar pemikiran, ukuran baku, dan tujuan pokok bagi semua pelaksanaan kerja

ketatausahaan. Efisiensi adalah suatu asas dasar tentang perbandingan terbaik

Y1

Y2 P4

Y3 P3 X3 X4

P2

Y4 P1

X1 A

X2

Page 39: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

26

antara suatu usaha dengan hasilnya. Perbandingan ini dapat dilihat dari 2 segi

yaitu :24

1. Segi Usaha: suatu kegiatan dapat dikatakan efisien jika sesuatu hasil tertentu

tercapai dengan usaha yang sekecil-kecilnya. Pengertian usaha

dapat dikembalikan pada 5 unsur yang dapat juga disebut sumber-

sumber kerja, yakni:

a. Pikiran (untuk mencapai cara yang termudah)

b. Tenaga (untuk mencapai cara yang teringan)

c. Waktu (untuk mencapai cara yang tercepat)

d. Ruang (untuk mencapai cara yang terdekat)

e. Benda, termasuk uang (untuk mencapai cara yang termurah).

Gambar 2.3. Efisiensi dari Segi Usaha

24 The Liang Gie, PhD. 1995. Administrasi Perkantoran Modern Edisi Keempat (dengantambahan). Liberty Yogyakarta. Bab 10 Efisiensi Perkantoran, hlm. 171-172.

A

B

c

Hasil tertentu

Usaha terkecil

Usaha lebih kecil

Usaha biasa

Page 40: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

27

Dari Gambar 2.3. diatas, dapat dilihat bahwa usaha huruf C adalah efisien

karena memberikan perbandingan yang terbaik dilihat dari sudut usaha, yaitu

paling sedikit mengeluarkan lima sumber kerja untuk mencapai hasil tertentu yang

diharapkan.

2. Segi Hasil: suatu kegiatan dapat disebut efisien jika dengan sesuatu usaha

tertentu memberikan hasil yang sebanyak-banyaknya, baik yang

mengenai mutunya ataupun jumlah satuan hasil itu.

Gambar 2.4. Efisiensi dari Segi Hasil

Dari Gambar 2.4. diatas, dapat dilihat bahwa hasil huruf C adalah yang

efisien karena menunjukkan perbandingan yang terbaik ditinjau dari sudut hasil,

yaitu memberikan hasil yang paling besar mengenai jumlah atau mutunya.

Efisiensi pada usaha mikro dalam hal ini pedagang bakso kaki lima, erat

kaitannya dengan penggunaan input produksi seperti bahan bakar untuk

menghasilkan suatu output tertentu yaitu bakso. Efisiensi disini lebih kepada

efisiensi teknis, dimana dampak adanya konversi minyak tanah ke LPG, yaitu

C

B

A

Usaha tertentu

Hasil biasa

Hasil lebih besar

Hasil terbesar

Page 41: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

28

input bahan bakar minyak tanah dialokasikan kepada input bahan bakar LPG.

Selain itu, efisiensi disini juga meliputi efisiensi dari segi usaha yang berupa

pengematan terhadap benda termasuk uang (untuk mencapai cara yang termurah),

tenaga (untuk mencapai cara yang teringan), waktu (untuk mencapai cara yang

tercepat) dan pikiran (untuk mencapai cara yang termudah). Hal ini tentunya akan

berdampak pada produksi pedagang bakso kaki lima, juga akan berdampak

tehadap pengeluarannya untuk membeli bahan bakar tersebut serta penerimaan

pedagang bakso kaki lima.

2.7. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian terdahulu terdapat beberapa penelitian yang dapat

dikategorikan berdasarkan metode yang digunakan, serta berdasarkan penelitian

yang sejenis. Penelitian terdahulu tersebut adalah penelitian mengenai perubahan

penggunaan energi dari minyak tanah ke gas, kenaikkan dan subsidi BBM serta

pola efisiensi industri kecil. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya, bahwa pada penelitian yang berjudul dampak konversi

minyak tanah ke LPG terhadap struktur subsidi APBN (2007-2010) dan efisiensi

usaha mikro (studi kasus Kota Bogor) dengan menggunakan analisis deskriptif,

belum pernah dilakukan. Penelitian ini akan menjelaskan adanya konversi minyak

tanah ke LPG dampaknya terhadap struktur subsidi dalam APBN dan dampaknya

terhadap efisiensi usaha mikro dimana studi kasus yang diambil adalah pedagang

bakso kaki lima di Kota Bogor.

Page 42: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

29

a. Penelitian terdahulu tentang Perubahan Penggunaan Energi dari MinyakTanah ke LPG.

Penelitian tentang perubahan penggunaan energi dari minyak tanah ke

LPG, mengenai “Pola Pengeluaran, Persepsi, dan Kepuasan Keluarga terhadap

Perubahan Penggunaan Energi dari Minyak Tanah ke LPG”. Penelitian ini

dilakukan di dua Desa yaitu Desa Cikarang Kabupaten Bogor dan Desa Setu

Gede Kotamadya Bogor pada Oktober 2008. Metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah metode survei, dengan mengambil total contoh penelitian

yaitu sebanyak 30 rumah tangga, dengan masing-masing contoh penelitian setiap

desa adalah 15 rumah tangga.

Hasil penelitiannya menunjukkan, rata-rata pengeluaran rumah tangga per

bulan untuk pembelian bahan bakar setelah program konversi BBM dilaksanakan

mengalami penurunan. Sebelum program konversi dilaksanakan rata-rata

pengeluaran untuk membeli bahan bakar dari Rp 96.500,00 per bulan, dan setelah

program konversi menjadi Rp 58.800,00 per bulan atau terjadi penghematan

pengeluaran rumah tangga sebesar Rp 37.700,00 per bulan. Sebagian besar

responden menyetujui program konversi yang dapat membantu mengurangi

pengeluaran rumah tangga, penggunaan LPG lebih menguntungkan dibandingkan

minyak tanah, menerima LPG sebagai pengganti minyak tanah, dan tidak ada

unsur keterpaksaan dalam menjalankan program konversi ini. Dilihat dari tingkat

kepuasan, responden lebih merasa puas dengan keamanan menggunakan minyak

tanah dan kebutuhan biaya untuk membeli bahan bakar. Meskipun, masih terdapat

responden yang merasa kurang puas dengan harga LPG, namun di sisi lain,

Page 43: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

30

penggunaan LPG juga dirasakan lebih efisien dari segi waktu, lebih bersih, dan

lebih praktis dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah.25

b. Penelitian terdahulu tentang Dampak Kenaikan BBM.

Studi mengenai “Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan

Pengeluaran Rumah Tangga di Kota Bogor (Studi Kasus Rumah Tangga Pengojek

Pengguna Kredit Motor)”. Penelitian ini menganalisis pengaruh kenaikan harga

BBM terhadap pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojek,

serta pengaruhnya terhadap daya bayar cicilan kredit motor. Penelitian tersebut

menggunakan data primer, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan uraian.

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan dijabarkan dalam pendeskripsian.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa adanya kenaikan harga BBM berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap pendapatan rumah tangga pengojek motor.

Sementara itu, kenaikan harga BBM berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojek.26

c. Penelitian Terdahulu tentang Subsidi BBM

Studi mengenai “Apakah persoalannya pada subsidi BBM? Tinjauan

terhadap masalah subsidi BBM, ketergantungan pada minyak bumi, manajemen

energi nasional, dan pembangunan infrastruktur energi”, menguraikan tentang

25 Simanjuntaki, M., R.A.B. Kusumo, dan M. Nasarullah. 2009. “Pola Pengeluaran, Persepsi, dankepuasan Keluarga Terhadap Perubahan Penggunaan Energi dari Minyak tanah ke LPG”. JurnalIlmu keluarga dan Konsumen, Volume 2 Nomor 2 ISSN : 1907 – 6037. Fakultas EkologiManusia IPB. Bogor. [28 Oktober 2010]

26Rahmadini, Anadia. 2007. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan danPengeluaran Rumah tangga di Kota Bogor (Studi kasus Rumah tangga Pengojek PenggunaKredit Motor) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 44: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

31

pengertian dasar, praktek, dan kritik mengenai subsidi BBM yang diterapkan di

Tanah Air. Dikemukakan perkembangan perdagangan minyak bumi yang

dilakukan Indonesia. Lebih jauh, melihat bahwa masalah subsidi BBM sangat erat

kaitannya dengan ketergantungan Indonesia yang sangat besar terhadap BBM

dalam konsumsi energi nasionalnya, suatu hal yang tidak sehat karena negeri ini

memiliki berbagai macam sumber energi yang lain. Dikemukakan langkah keluar

dari perangkap subsidi BBM, bahwa sebagian masalah subsidi BBM dapat diatasi

melalui pengembangan manajemen energi nasional, yang menekankan efisiensi

konsumsi BBM dan pengembangan diversifikasi sumber energi. Upaya

diversifikasi energi dipertegas melalui rencana pembangunan infrastruktur

energi.27

Kemudian studi mengenai “Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Iklim

Usaha (Studi Kasus Pemotongan Subsidi BBM)”, menguraikan tentang kenaikan

harga BBM sebesar 28,7 persen diprediksikan akan berdampak pada peningkatan

nilai produksi usaha mikro 8,4 persen, usaha kecil 7,1 persen dan usaha menengah

15 persen. Tetapi kenaikan harga BBM tersebut berakibat pada kenaikan biaya

produksi UMKM, biaya produksi usaha mikro 34 persen, usaha kecil 24,6 persen

dan usaha menengah 129,6 persen. Akibatnya usaha mikro menderita kerugian

20,56 persen, usaha kecil 21,8 persen dan usaha menengah 12,2 persen. Kenaikan

harga BBM juga telah menyebabkan menurunnya penyerapan tenaga kerja oleh

27 Nugroho, Hanan. 2005. “Apakah Persoalannya pada Subsidi BBM? Tinjauan terhadap MasalahSubsidi BBM, Ketergantungan pada Minyak Bumi, Manajemen Energi Nasional, danPengembangan Infrastruktur Energi”. Jurnal Perencanaan Pembangunan, Edisi 02, Tahun X.Perencanaan Bidang Energi BAPPENAS. [01 Maret 2011]

Page 45: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

32

usaha mikro sebesar 1,5 persen, usaha kecil 3,2 persen dan usaha menengah 2,5

persen. Untuk mengantisipasi menurunnya kualitas dan kuantitas keberhasilan

program pemberdayaan UKM, idealnya memang perlu dipikirkan solusi

penggunaan dana hasil pemotongan subsidi BBM, untuk mendukung program-

program perkuatan UMKM dan Koperasi. Beberapa langkah kebijakan

pemerintah seperti BLT, Raskin dan Askeskin tidak akan berperan dalam

mengatasi masalah yang dihadapi UMKM sedangkan efektifitas Program KUR,

dan PNPM-Mandiri masih perlu dikaji lebih lanjut. Oleh karena sekarang ini

belum ada program-program yang dapat menjamin peningkatan upaya

pemberdayaan khususnya untuk dapat mengatasi dampak kenaikan harga BBM

maka diperlukan adanya solusi dalam bentuk konsep kebijakan pemerintah. Salah

satu solusi tersebut dengan mengembangkan program perkuatan UMKM dalam

banyak hal dapat mengindikasikan kemampuannya untuk meningkatkan

keberhasilan usaha dan pendapatan UMKM.28

d. Penelitian Terdahulu tentang Efisiensi

Studi mengenai efisiensi industri kecil, data yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan data sekunder baik dari media cetak maupun media

elektronik. Hasil penelitian diperoleh bahwa untuk tetap bertahan, industri kecil

pengolahan pangan melakukan efisiensi meliputi penyesuaian terhadap input,

proses produksi, output dan manajemen. Efisiensi dari sisi input, industri kecil

28 Siahaan, Rapma. 2008. “Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Iklim Usaha UMKM (Studi KasusPemotongan Subsidi BBM)”. Jurnal INFOKOP, Volume 16.

Page 46: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

33

melakukan perluasan lokasi sumber bahan baku dan pembelian bahan baku secara

kelompok, dari sisi proses produksi industri kecil pangan melakukan perubahan

pada proses sehingga meningkatkan keawetan pangan maupun rasa yang lebih

menarik konsumen, dari sisi output industri kecil melakukan difersifikasi produk

secara kelompok, memilih bahan kemasan yang lebih menarik, dan dari sisi

manajemen industri melakukan sistem pengupahan berdasarkan prestasi kerja,

penataan tata letak atau lay-out side plan, dan pengelolaan mutu secara

keseluruhan.29

2.8. Kerangka Pemikiran

Alur pemikiran konseptual dalam penelitian ini berawal dari kenaikan

harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 1 Oktober 2005 yang disebabkan oleh

tingginya harga minyak dunia (West Texas Intermediate Spot Average) yaitu rata-

rata sebesar USD 53,4 per barel yang kemudian meningkat menjadi USD 64,3 per

barel dan USD 72,3 per barel pada tahun 2006 dan 2007.

Kenaikan harga minyak dunia yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia ini,

memaksa Pemerintah untuk mengambil keputusan yang amat berat dengan

menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) selama dua kali pada tahun 2005.

Hal ini menyebabkan semakin mahalnya biaya yang ditanggung masyarakat untuk

membeli BBM. Selain itu, kenaikkan harga minyak mentah Internasional ini

29Siahaan, UB. H. dan Sunaridjan. 1999. “Pola Efisiensi Industri Kecil”. Pusat AnalisaPerkembangan IPTEK-LIPI. Voleme 10 Nomor 22. http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/80 [ 29 Oktober 2010]

Page 47: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

34

memberikan dampak semakin besarnya beban subsidi yang harus ditanggung oleh

pemerintah. Sehingga terjadinya defisit anggaran pemerintah untuk mensubsidi

BBM. Meningkatnya beban subsidi BBM akan membawa akibat terhadap

pengurangan anggaran belanja pemerintah terhadap struktur subsidi dalam APBN.

Untuk mengurangi beban anggaran subsidi BBM dalam APBN,

pemerintah melakukan salah satu upaya melalui program konversi minyak tanah

ke LPG, yang dimulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012. Melalui

program konversi minyak tanah ke LPG khususnya LPG 3 kg, akan dilihat

bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi penggunaan minyak tanah dan LPG 3

kg (2005-2010) serta pengaruhnya terhadap struktur subsidi APBN (2007-2010)

dan pengaruhnya terhadap efisiensi usaha bagi usaha mikro khususnya pedagang

bakso kaki lima di Kota Bogor. Hal ini akan dijelaskan dengan menggunakan

analisis deskriptif. Dampaknya pada efisiensi usaha mikro dilihat dari sisi efisiensi

produksi atau efisiensi teknis dan efisiensi atau hemat dari sisi biaya, waktu serta

tenaga pada pedagang bakso kaki lima, yang kemudian berpengaruh terhadap

pengeluaran serta penerimaannya, dan persepsi dari pedagang bakso atas program

konversi tersebut. Sehingga nantinya diharapkan dapat memberikan saran serta

rekomendasi agar program konversi ini dapat memberikan dampak positif bagi

para pelaku usaha khususnya usaha mikro dan bagi pemerintah untuk mengambil

kebijakan. Kerangka pemikiran aliran dampak konversi minyak tanah ke LPG

terhadap struktur subsidi APBN (2007-2010) dan efisiensi usaha mikro (studi

kasus Kota Bogor), dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Page 48: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

35

Gamabar 2.5. Kerangka Pemikiran

Harga minyak dunia semakintinggi.

Harga minyak Indonesia tinggi.

Program konversiminyak tanah ke LPG

(2007-2012)

Efisiensi usaha mikro(pedagang bakso kakilima di Kota Bogor)

Struktur subsidiAPBN (2007-2010)

Defisit Anggaran

Pengurangan subsidiBBM

Analisis deskriptif

Saran dan rekomendasi

Analisis efisiensi teknis,efisiensi (hemat) biaya,

waktu dan tenaga pedagangbakso kaki lima

Perubahan pengeluaran danpenerimaan pedagang bakso

Persepsi pedagang bakso

Kondisi penggunaanminyak tanah danLPG (2005-2010)

Page 49: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

36

2.9. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini berupa dugaan mengenai

dampak konversi minyak tanah ke LPG terhadap struktur subsidi APBN (2007-

2010) dan pola efisiensi usaha mikro (studi kasus Kota Bogor) adalah sebagai

berikut:

1. Melalui program konversi minyak tanah ke LPG ini diharapkan dapat

mengurangi defisit anggaran APBN.

2. Melalui program konversi minyak tanah ke LPG ini diharapkan dapat

mengurangi besarnya subsidi BBM dalam APBN.

3. Para pelaku usaha mikro diharapkan dapat memperoleh keuntungan dengan

adanya program konversi minyak tanah ke LPG.

4. Usaha mikro khususnya pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor, diharapkan

melalui program konversi minyak tanah ke LPG ini dapat melakukan efisiensi

produksinya terutama dalam hal penggunaan bahan bakar untuk memasak.

Page 50: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

III. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang

digunakan dalam menganalisa dampak konversi minyak tanah ke LPG terhadap

struktur subsidi APBN tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 dan efisiensi usaha

mikro di Kota Bogor. Bab ini diawali dengan pembahasan mengenai lokasi dan

waktu penelitian, jenis dan sumber data, kerangka sampel, kemudian diikuti

dengan penjelasan mengenai metode analisis dan pengolahan data yang

digunakan.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian untuk usaha mikro khususnya pedagang mikro yaitu pedagang

bakso kaki lima dilaksanakan di Kota Bogor. Kegiatan penelitian dilaksanakan

selama bulan Maret sampai dengan bulan April 2011. Waktu tersebut digunakan

untuk pengambilan informasi dan data dari pedagang bakso kaki lima di Kota

Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (Purposive) dengan

mempertimbangkan bahwa pedagang bakso kaki lima banyak berjualan di lokasi

tersebut dan awalnya mereka menggunakan bahan bakar minyak tanah kemudian

beralih ke gas (LPG 3 kg).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara secara

Page 51: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

38

langsung menggunakan kuesioner dengan pelaku usaha mikro khususnya

pedagang mikro di Kota Bogor yaitu pedagang bakso kaki lima. Dimana

pedagang bakso disini awalnya menggunakan bahan bakar minyak tanah

kemudian beralih ke LPG 3 kg.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak-pihak yang terkait antara

lain: berasal dari BPS, Kementerian Keuangan, Dinas Koperasi dan UMKM Kota

Bogor, Ditjen Migas dan ESDM (Energi dan Sumberdaya Mineral),

PERTAMINA, dan data-data penunjang laporan hasil penelitian terkait, jurnal,

buletin, internet, serta sumber-sumber lainnya yang relevan.

3.3 Kerangka Sampel

Penelitian untuk dampak konversi minyak tanah ke LPG terhadap usaha

mikro, dengan melakukan pengambilan sampel pada usaha mikro di Kota Bogor

dengan ruang lingkup pedagang mikro yaitu pedagang bakso kaki lima yang

berlokasi di enam Kecamatan di Kota Bogor. Pedagang kaki lima (PKL) ini yang

berlokasi:

Kecamatan Bogor Tengah : diwakili oleh Jl. Dewi Sartika, Jl. Kapten Muslihat

dan Jl. Merdeka.

Kecamatan Bogor Selatan : diwakili oleh Jl. Surya Kencana dan Jl. Cikaret.

Kecamatan Bogor Barat : diwakili oleh Jl. Semeru dan Jl. Sawojajar.

Kecamatan Bogor Timur : diwakili oleh Jl. Siliwangi, Jl. Malabar dan Jl.

Pajajaran (Sekitar Terminal, Cidangiang, Hero).

Page 52: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

39

Kecamatan Bogor Utara : diwakili oleh Jl. Raya Kedung Halang dan Jl. Villa

Bogor Indah.

Kecamatan Tanah Sareal : diwakili oleh Kebon Pedes dan Jl. Cimanggu

Permai.

Lokasi tersebut dipilih sebagai PKL sampel untuk usaha mikro karena

sebagian besar PKL yang berlokasi di jalan tersebut terdapat PKL dalam jumlah

yang banyak. Penarikan sampel dilakukan kepada 30 pedagang bakso kaki lima

pada beberapa lokasi yang mewakili keenam kecamatan di Kota Bogor tersebut

untuk memenuhi syarat sebaran normal.

Pemilihan sampel pedagang bakso kaki lima dilakukan dengan metode

Purposive Sampling atau yang disebut juga judgemented sampling, yaitu

penarikan sampel berdasarkan pertimbangan objektif dan kriteria tertentu dari

penelitian.30 Sampel pedagang bakso kaki lima yang dipilih dengan kriteria adalah

pedagang-pedagang yang minimal berdagang sejak tahun 2006 dan sebelumnya

menggunakan bahan bakar minyak tanah kemudian beralih ke bahan bakar LPG 3

kg. Hal ini dilakukan mengingat tujuan penelitian adalah untuk menganalisis

dampak konversi minyak tanah ke LPG terhadap efisiensi usaha mikro.

3.4 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Analisis data dilakukan setelah data berhasil dikumpulkan dari kegiatan

penelitian. Data tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan uraian.

30 Juanda, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Edisi Kedua. Bogor: IPBPress. Hal 113-114

Page 53: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

40

Sebagian data didapat melalui kuesioner dan wawancara terstruktur dengan

pedagang sampel, pengamatan langsung di wilayah sampel dan pendukung

lainnya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif. Data kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft

Excel 2007.

3.4.1 Analisis Kondisi Penggunaan Minyak Tanah dan LPG di Indonesiadari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2010

Analisis diawali dengan menjelaskan kondisi produksi minyak tanah dan

LPG serta kondisi masyarakat Indonesia dalam penggunaan minyak tanah yang

kemudian beralih ke LPG. Dimana dibatasi oleh peneliti, produksi dan

penggunaan minyak tanah serta LPG pada masyarakat yaitu dimulai dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2010 yaitu sebelum dan sesudah program konversi

minyak tanah ke LPG berlangsung. Untuk melihat adanya perubahan pada

produksi dan konsumsi atau penggunaan minyak tanah serta LPG ini akan

dijelaskan dengan tabel dan dijabarkan dalam pendeskripsian.

3.4.2 Analisis Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG terhadap StrukturSubsidi APBN

Dampak konversi minyak tanah ke LPG terhadap struktur subsidi APBN

akan dijelaskan melalui tabel Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

yang berasal dari Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dalam hal ini subsidi energi

yaitu subsidi BBM/ LPG dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan struktur subsidi

APBN sebelum dan sesudah adanya program konversi minyak tanah ke LPG.

Sebelum adanya program konversi ini, dibatasi dari tahun 2005 sampai dengan

Page 54: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

41

tahun 2006 dan setelah adanya program konversi dari tahun 2007 sampai dengan

tahun 2010. Dimana akan dianalisis ada atau tidaknya perubahan dari besarnya

anggaran belanja pemerintah pusat yaitu subsidi BBM/ LPG melalui tabel dan

penjabaran secara pendeskripsian.

3.4.3 Analisis Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG terhadap EfisiensiUsaha Mikro

Dampak konversi minyak tanah ke LPG terhadap efisiensi usaha mikro,

juga menggunakan analisis deskriptif. Dimana akan dianalisis efisiensi teknis

yaitu efisiensi (hemat) biaya, waktu, dan tenaga pada pedagang mikro yaitu

pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor. Kemudian dianalisis juga pengaruhnya

terhadap pengeluaran, pendapatan serta persepsi dari pedagang bakso tersebut.

Lebih lanjut akan dianalisis perilaku pedagang bakso terhadap penggunaan

bahan bakar minyak tanah dan LPG dengan menggunakan metode kuisioner dan

wawancara. Kemudian akan ditelaah melalui pendapat pedagang bakso dalam

memasak bakso mengenani efisiensi meliputi penyesuaian terhadap proses

memasak dengan bahan bakar tersebut. Efisiensi (hemat) dapat dilihat dari sisi

biaya, dimana pedagang bakso untuk mencapai cara yang termurah, dari sisi

waktu dimana pedagang bakso untuk mencapai cara yang tercepat, dari sisi tenaga

dimana pedagang bakso untuk mencapai cara yang teringan dan termudah dengan

adanya konversi penggunaan bahan bakar dari minyak tanah ke LPG tersebut.

Selain itu memberikan gambaran mengenai pengeluaran dan penerimaan, serta

persepsi pedagang bakso kaki lima sebelum dan setelah adanyah konversi minyak

tanah ke LPG juga akan dideskripsikan.

Page 55: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

42

Untuk analisis dampak konversi minyak tanah ke LPG terhadap efisiensi

usaha mikro (pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor), teknik analisis yang

digunakan adalah menggali persepsi responden pedagang bakso kaki lima

terhadap pengeluaran dan penerimaan usaha setelah dilakukannya program

konversi bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas/LPG 3 kg.

Page 56: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

IV. GAMBARAN UMUM SUBSIDI BBM

4.1 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

APBN yang merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara, merupakan instrumen utama yang digunakan pemerintahan

Negara kita untuk menjalankan roda pemerintahannya.31 Pada siklus dan

mekanisme dalam APBN ini meliputi: (a) tahap penyusunan RAPBN oleh

Pemerintah; (b) tahap pembahasan dan penetapan RAPBN menjadi APBN oleh

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat; (c) tahap pelaksanaan APBN; (d)

tahap pengawasan pelaksanaan APBN oleh instansi yang berwenang, antara lain

Badan Pemeriksa Keuangan; dan (e) tahap pertanggungjawaban pelaksanaan

APBN. Siklus APBN akan berakhir pada saat Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat (LKPP) disahkan oleh DPR.32

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) didalamnya meliputi:

(a) Pendapatan negara (meliputi penerimaan dalam negeri yang berupa

penerimaan perpajakan dan negara bukan pajak) dan hibah; (b) Belanja negara

(meliputi belanja pemerintah pusat, transfer ke daerah dan Suspen); (c)

Keseimbangan primer; (d) Surplus/ Defisit anggaran (A-B); dan (e) Pembiayaan

(baik dalam maupun luar negeri).33 Hal ini akan digambarkan secara ringkas

melalui tabel struktur APBN tahun 2010 (Tabel 4.1).

31Kementerian Keuangan .2008. Mari Kenali APBN. Jakarta: Biro Humas, Setjen KementerianKeuangan RI. Hal 5.

32 Ibid, Hal 39.

33 Ibid, Hal 15-18.

Page 57: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

44

Tabel 4.1. Ringkasan APBN Tahun 2010(Triliun Rupiah)

Uraian APBNA. Pendapatan Negara dan Hibah 949,6

I. Penerimaan Dalam Negeri 948,11. Penerimaan Perpajakan 742,72. Penerimaan Negara Bukan Pajak 205,4

II. Hibah 1,5B. Belanja Negara 1.047,7

I. Belanja Pemerintah Pusat 725,21. Belanja Pegawai 160,42. Belanja Barang 107 ,13. Belanja Modal 82,24. Pembayaran Bunga Utang 1 15,65. Subsidi 157 ,8

a. Subsidi Energi 105,1- Subsidi BBM 68,7- Subsidi Listrik 37,8

b. Subsidi Non Energi 52,76. Belanja Hibah 7 ,27. Bantuan Sosial 64,38. Belanja Lain-lain 30,7

II. Transfer ke Daerah 322,4C. Surplus/ (Defisit Anggaran) (98,0)D. Pembiayaan 98,0

I. Pembiayaan Dalam Negeri 107,9II. Pembiayaan Luar Negeri (9,9)

Sumber: Kementerian Keuangan (Nota Keuangan dan RAPBN 2011), 2010.

Pada ringkasan APBN tahun 2010 disusun berdasarkan perkembangan

pendapatan dan belanja Negara, serta pokok-pokok kebijakan fiskal yang sudah

ditetapkan oleh pemerintah. Pada struktur pendapatan negara dan hibah,

penerimaan dalam negeri berupa penerimaan perpajakan dalam APBN tahun 2010

memberikan pemasukan bagi Negara yang paling besar, yaitu sebesar 742,7 triliun

rupiah. Hal ini dikarenakan pemerintah tetap berupaya mengoptimalisasikan

penerimaan perpajakan salah satunya dengan pembinaan pada wajib pajak, dan

Page 58: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

45

mengambil kebijakan dibidang kepabeaan cukai. Sedangkan kebijakan di bidang

PNBP, dengan optimalisasi penerimaan SDA terutama migas, peningkatan kinerja

BUMN dan optimalisasi PNBP dari K/L.

a. Belanja Pemerintah Pusat

Belanja negara pada APBN meliputi belanja pemerintah pusat, transfer ke

daerah dan suspen. Untuk belanja pemerintah pusat menurut jenisnya meliputi: (a)

Belanja pegawai (gaji dan tunjangan, honorarium dan vakasi, kontribusi sosial);

(b) Belanja barang (belanja barang, belanja jasa, belanja pemeliharaan, belanja

perjalanan, BLU dan PNBP); (c) Belanja modal; (d) Pembayaran bunga utang,

subsidi (utang dalam negeri dan utang luar negeri); (e) Subsidi (Energi dan Non

energi); (f) Belanja hibah; (g) Bantuan sosial ( penanggulangan bencana dan

bantuan yang diberikan oleh K/L); dan (h) Belanja lain-lain (policy measures dan

belanja lainnya).

Dari sisi Belanja Negara dalam APBN tahun 2010 (Tabel 4.1.), adanya

peningkatan pada belanja negara terutama berasal dari kenaikan belanja

pemerintah pusat yang mencapai 725,2 triliun rupiah, dibandingkan realisasi tahun

2009 sebesar 628,8 triliun rupiah. Kenaikan tersebut salah satunya dikarenakan

kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa, yaitu

dengan mempertahankan harga BBM, penyesuaian yang lebih rendah terhadap

rencana kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk dan tarif daya listrik.

b. Subsidi BBM

Besarnya subsidi energi khususnya subsidi BBM dalam APBN tahun 2010

(Tabel 4.1.), adalah sebesar 68,7 triliun rupiah yang mengalami kenaikan 23,7

Page 59: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

46

triliun rupiah pada realisasi tahun 2009. Kenaikan ini salah satunya dipicu oleh

perubahan harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika Serikat, dan perubahan parameter yang digunakan dalam

perhitungan subsidi. Sehingga dari tahun ke tahun pemberian subsidi khususnya

BBM mengalami perubahan. Subsidi BBM diberikan dengan maksud untuk

mengendalikan harga jual BBM, sebagai salah satu kebutuhan dasar masyarakat di

dalam negeri, sehingga dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat, terutama

masyarakat berpenghasilan rendah. BBM bersubsidi hanya diberikan pada

beberapa jenis BBM tertentu, yaitu minyak tanah (kerosene), minyak solar (gas

oil), premium kecuali untuk industri, dan LPG tabung 3 kilogram.

Sementara itu, dalam APBN tahun 2010 (Tabel 4.1.), transfer ke daerah

mencapai 322,4 triliun rupiah mengalami peningkatan dari realisasi tahun 2009

sebesar 308,6 triliun rupiah. Peningkatan disebabkan terutama oleh kenaikan dana

bagi hasil (DBH) ke daerah dalam rangka mendukung penguatan desentralisasi

fiskal dan percepatan pembangunan daerah. Berdasarkan pendapatan dan belanja

negara tersebut, defisit anggaran mencapai 98,0 triliun rupiah. Tingginya defisit

tersebut disebabkan oleh ekspansi fiskal pemerintah dalam rangka mendorong

pertumbuhan ekonomi. Guna menutupi defisit APBN tersebut, pemerintah

memprioritaskan pembiayaan yang bersumber dari dalam negeri sebesar 107,9

triliun rupiah.

Page 60: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

47

4.2 Kondisi Geografis dan Demografi Kota Bogor

Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS,

kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor

serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang

strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan

nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi dan pariwisata.

Luas wilayah Kota Bogor sekitar 111,73 kilometer persegi atau sebesar

11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Utara,

Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Barat dan Tanah Sareal, yang meliputi 68

Kelurahan. Kemudian secara administratif, Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah

kecamatan, 31 Kelurahan dan 37 Desa (lima diantaranya termasuk desa tertinggal

yaitu desa Pamoyanan, Genteng, Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa),

210 dusun, 623 RW, 2.712 RT dan dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor

dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan

Caringin , Kabupaten Bogor.

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan

Ciawi, Kabupaten Bogor.

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan

Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan

Ciomas, Kabupaten Bogor.

Page 61: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

48

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk

Kota Bogor sementara adalah 949.066 orang, yang terdiri atas 484.648 laki-laki

dan 464.418 perempuan. Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Tanah Sareal, dan

Kecamatan Bogor Selatan adalah 3 Kecamatan dengan urutan teratas yang

memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 210.450

orang, 190.776 orang, dan 180.745 orang. Sedangkan Kecamatan Bogor Timur

merupakan Kecamatan yang berjumlah penduduk paling kecil yakni sebanyak

94.572 orang.

Dengan luas wilayah Kota Bogor sekitar 111,73 kilometer persegi yang

didiami oleh 949.066 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota

Bogor adalah sebanyak 8.494 orang per kilo meter persegi. Kecamatan yang

paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Bogor Tengah

yakni sebanyak 12.791 orang per kilometer persegi sedangkan yang paling rendah

adalah Kecamatan Bogor Selatan yakni sebanyak 5.880 orang per kilo meter

persegi.

4.2.1 Perkembangan Usaha Mikro di Kota Bogor

Sebagai kota penopang Jakarta, dari tahun ke tahun Kota Bogor terus

tumbuh dan berkembang, menopang berkembangnya Jakarta sebagai pusat

pemerintahan dan perdagangan. Berdasarkan data BPS tahun 2009, laju

pertumbuhan ekonomi kota hujan ini terpacu mencapai 6,02 persen. Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2009 mencapai 12,2 triliun rupiah, atau

naik 2 triliun rupiah dari tahun sebelumnya.

Page 62: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

49

Tumbuhnya perekonomian beriringan dengan tumbuhnya jumlah

penduduk. Pada kuartal pertama tahun 2010, penduduk Kota Bogor sudah

menembus angka 1,055 juta jiwa. Begitu banyaknya penduduk dengan berbagai

kebutuhan dan mobilitasnya, memicu munculnya berbagai jenis usaha seperti

usaha mikro, kecil dan menegah (UMKM) yang merupakan kesempatan kerja

yang paling realistis bagi masyarakat menengah ke bawah saat ini untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tabel 4.2. Perkembangan Jumlah UKM dan Tenaga Kerja Di Kota BogorNo Uraian 2007 2008 20091. Jumlah UKM 31.831 32.147 32.2562. Jumlah UKM

yang terbinaoleh DinasPerindakop

1.949(6%)

1.984(6%)

2.019(6%)

3. JumlahTenaga Kerja

51.798 54.388 57.107

4. Usaha Mikro 23.873(75%)

25.718(80%)

25.804(80%)

5. UsahaMenengah

1.598(5%)

1.607(5%)

1.614(5%)

6. Usaha Kecil 6.366(20%)

4.822(15%)

4.838(5%)

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor, 2009.

Pada Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa adanya perkembangan yang

cenderung meningkat pada jumlah tenaga kerja dan sektor usaha mikro, kecil dan

menengah (UKM) di Kota Bogor dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Jumlah

UKM meningkat dari tahun 2007 sebanyak 31.831 menjadi 32.147 pada tahun

2008 dan 32.256 pada tahun 2009. Sedangkan jumlah UKM yang terbina oleh

Dinas Perindakop Kota Bogor dari tahun 2007 sampai dengan 2009 tidak

mengalami perubahan yang cukup besar yaitu hanya terserap 6 persen dari total

jumlah UKM yang ada di Kota Bogor. Dimana tenaga kerja pada tahun 2007

Page 63: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

50

sebanyak 51.798 orang, meningkat menjadi 54.388 orang pada tahun 2008 dan

57.107 orang pada tahun 2009.

Hal ini juga diikuti dengan meningkatnya jumlah usaha mikro, kecil dan

menengah (UKM) di Kota Bogor, dimana usaha mikro lebih mendominasi

daripada usaha kecil dan menengah. Usaha mikro pada tahun 2007 sebesar 75

persen atau berjumlah 23.873, kemudian meningkat menjadi 80 persen pada tahun

2008 dan 2009 yaitu berjumlah 25.718 dan 25.804 dibandingkan usaha kecil dan

usaha menengah. Ini jelas memberi gambaran bahwa UKM di Kota Bogor sangat

penting, dan kebijakan yang menyentuh kepadanya harus sistematis dan jelas.

4.2.2 Perkembangan Pedagang Kaki Lima (PKL) Kota Bogor

Usaha mikro pada penelitian ini, dibatasi dengan pedagang mikro yaitu

pedagang kaki lima di Kota Bogor. Pedagang kaki lima di Kota Bogor dari tahun

ke tahun semakin bertambah dan kerap menimbulkan masalah, namun pedagang

kaki lima ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat.

Menurut informasi dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor, pada

tahun 2010 jumlah PKL di Kota Bogor berdasarkan hasil pemetaan sudah

mencapai 9710 PKL, dimana terdapat PKL dalam jumlah terbesar yang berlokasi

di Jl. Dewi Sartika (depan Sartika Plaza) yaitu berjumlah 749 PKL dan yang

terbesar kedua yang berlokasi di Jl. MA. Salmun berjumlah 731 PKL berdasarkan

Tabel 4.3.

Page 64: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

51

Tabel 4.3. Jumlah PKL Kota BogorHasil Pemetaan 2010

No. Lokasi Jumlah1. Jl. Veteran (depan perkantoran) 282. Jl. Veteran Kebawah (dari pertigaan veteran ke arah jembatan) 83. Jembatan merah (sebelah kiri dan kanan) 1004. Jl. Kapten Muslihat 3685. Jl. Merdeka (depan Presiden Teater-Jembatan Merah) 2966. Jl. Sancang 247. Jl. MA. Salmun 7318. Jl. Nyi Raja Permas 1969. Jl. Sawojajar 4410. Jl. Pengadilan 8811. Jl. Jendral Sudirman 4012. Jl. Jambu Dua (Jl. Pajajaran ujung Utara) 54813. Jl. Jambu Dua (pasar) 55614. Jl. Surya Kencana 67215. Jl. Mayor Oking 6816. Depan Kesehatan 7617. Jl. Otista 4018. Jl. Pajajaran (Sekitar Terminal, Cidangiang, Hero) 28419. Terminal Bubulak 24020. Jl. Batutulis (Sekitar Istana Presiden) 17221. Jl. Semeru 8822. Jl. Baru Kemang 23623. Jl. Ir. H. Juanda 6024. Villa Bogor Indah 4025. Jl. Siliwangi 12426. Jl. Raya Bogor (simpang Jl. Baru-Ciluar) 28027. Sindang Barang 12428. Taman Kencana 2429. Sekitar kampus Unpak 25230. Jl. Raya Ciawi arah Sukabumi 18031. Jl. Dewi Sartika (dari depan BRI) 33232. Gg. Selot 9633. Jl. Sukasai I 12834. Jl. Dewi Sartika (depan Sartika Plaza) 74935. Depan Bogor Permai dan Apotik Sudirman 21236. Lampu Merah Pangrango-Lodaya 4437. Jl. Bangbarung 20038. Jl. Gedong Sawah 2439. Jl. Polisi 3040. Jl. Pedati 17641. Putaran Air Mancur 5042. Jl. Mawar 4843. KH. Abdullah Bin Nuh 20444. Depan Makam Pahlawan 5045. Jl. Malabar 11646. Jl. Paledang 047. Jl. Lawang Saketeng 58848. Cumpok 20449. Empang 30450. Bale Kembang 4851. Jl. Bina Marga 120

Total Jumlah 9710Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor, 2010.

Page 65: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

52

Permasalahan PKL memang menjadi masalah dilematis kota-kota besar,

begitu juga di Kota Bogor. Di satu sisi, PKL sebagai sektor informal harus diberi

hak yang sama dengan pelaku ekonomi lainnya. Di sisi lain, PKL perlu ditata

untuk tidak menimbulkan gangguan ketertiban umum. Itulah semangat yang

terkandung di dalam Perda Kota Bogor No. 13 Tahun 2005 tentang penataan

PKL.

Semakin meningkatnya jumlah PKL di Kota Bogor, Pemerintah Kota

Bogor pada tahun 2011 akan segera merelokasikan sebanyak 9.710 pedagang kaki

lima (PKL) yang tersebar di sejumlah lokasi di Kota Bogor. Pada kesempatan

yang sama, Dirut PD Pasar Pakuan Jaya khusus untuk PKL di daerah Pasar Anyar,

akan diusulkan untuk dipindah ke gedung eks President Theater. Selain itu,

Satpol PP juga telah mengalokasikan anggaran sebesar 498,1 juta rupiah untuk

program pembinaan PKL dan asongan pada tahun 2011.

Page 66: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan yang

merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam Bab. I. Hasil dan pembahasan

yang akan dijelaskan ini meliputi; kondisi penggunaan minyak tanah dan LPG di

Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, kemudian dampak adanya

konversi minyak tanah ke LPG terhadap struktur subsidi APBN (2007-2010), dan

menjelaskan dampak adanya konversi minyak tanah ke LPG terhadap efisiensi

usaha mikro di Kota Bogor, khususnya pedagang bakso kaki lima.

5.1 Kondisi Penggunaan Minyak Tanah dan LPG di Indonesia dariTahun 2005 sampai dengan Tahun 2010

Untuk memahami kondisi penggunaan dari minyak tanah dan LPG,

sebelumnya akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai produksi minyak tanah

dan LPG dari kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2009 (Tabel 5.1).

Tabel 5.1. Produksi Minyak Tanah dan LPG Tahun 2005-2010

TahunMinyak Tanah LPG

Kiloliter Trend ribu M. Ton Trend2005 8.541.573 0 1.818.900 02006 8.545.566 3.993 1.428.590 -390.3102007 8.257.493 -288.073 1.409.430 -19.1602008 7.636.917 -620.576 1.690.571 281.1412009 4.585.535 -3.051.382 2.201.903 511.332

Sumber: Buku Tahunan 2009 Ketahanan Energi Melalui Efisiensi dan KonservasiEnergi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Tahun 2010, hal 73.

Dari Tabel 5.1. ini dapat dilihat bahwa produksi untuk minyak tanah dari

tahun 2005 hingga 2009 cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan

dampak perkembangan harga minyak mentah Indonesia, sehingga terjadi

Page 67: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

54

penyesuaian terhadap harga BBM dan berpengaruh terhadap beban subsidi BBM.

Adanya program konversi minyak tanah ke LPG yang merupakan salah satu

upaya penghematan subsidi pada pertengahan tahun 2007, menyebabkan

penurunan produksi menjadi 8.257.493 kiloliter yang berpengaruh pada

penurunan jumlah produksi minyak tanah tahun berikutnya yaitu tahun 2008

menjadi 7.636.917 kiloliter. Sedangkan pada produksi LPG, mengalami

peningkatan dari tahun 2005 hingga 2009. Pada tahun 2007, produksi LPG

sebesar 1.409.430 ribu metrik ton yang merupakan awal dari program konversi

minyak tanah ke LPG tentunya akan meningkatkan jumlah produksi LPG pada

tahun berikutnya yaitu tahun 2008 menjadi 1.690.571 ribu metrik ton dan tahun

2009 sebesar 2.201.903 ribu metrik ton.

Adanya peningkatan pada produksi LPG serta penurunan pada produksi

minyak tanah yang dikarenakan adanya program konversi minyak tanah ke LPG

yang dilakukan oleh pemerintah, tentunya akan menyebabkan perubahan pada

tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap minyak tanah dan LPG. Hal ini

dapat dijelaskan pada Tabel 5.2. dan Tabel 5.3.

Tabel 5.2. Penggunaan Minyak Tanah dan LPG 3 Kg Tahun 2005-2010

TahunMinyak Tanah LPG 3 kg

Juta Kiloliter Trend ribu M. Ton Trend2005 11,355 0 - -2006 9,959 -1,396 - -2007 9,850 -109 21,5 02008 7,855 -1,995 506,4 484,92009 4,596 -3,259 1.753,9 1.247,52010 3,800 -796 2.973,3 1.219,4

Sumber: Kementerian Keuangan (Anggaran Belanja Pemerintah Pusat), 2011.

Page 68: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

55

Pada Tabel 5.2. menjelaskan mengenai kondisi penggunaan minyak tanah

dan LPG 3 kg dari kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2010. Besarnya

penggunaan minyak tanah dan LPG 3 kg ini diperoleh berdasarkan besarnya

subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam APBN. Adanya program

konversi minyak tanah ke LPG tentunya menyebabkan konsumsi minyak tanah

mengalami penurunan, sedangkan konsumsi untuk LPG 3 Kg mengalami

peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2007, penggunaan minyak tanah

sebesar 9.850.000 kiloliter yang merupakan awal dari dijalankannya program

konversi, berpengaruh pada tahun berikutnya yaitu tahun 2008 dimana

penggunaan minyak tanah mengalami penurunan menjadi 7.855.000 kiloliter

yang kemudian penurunan diikuti oleh tahun-tahun selanjutnya yaitu tahun 2009

menjadi 4.569.000 kiloliter dan tahun 2010 menjadi 3.800.000 kiloliter.

Sedangkan untuk penggunaan LPG sendiri, tentunya mengalami

peningkatan. Pada tahun 2007, penggunaan untuk LPG 3 kg sebesar 21.500

metrik ton meningkat drastis menjadi 506.400 metrik ton pada tahun 2008.

Tentunya peningkatan ini diikuti oleh tahun berikutnya yaitu sebesar 1.753.900

metrik ton pada tahun 2009 dan 2.973.300 metrik ton pada tahun 2010. Adanya

peningkatan penggunaan pada LPG 3 kg ini dikarenakan produksi untuk minyak

tanah sendiri mengalami penurunan akibat adanya program konversi ini. Selain

itu, harga jual dari minyak tanah pun semakin mahal serta sulit ditemukan oleh

masyarakat.

Page 69: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

56

Pada Tabel 5.3. akan dijelaskan tentang penggunaan LPG di Indonesia

oleh rumah tangga, komersial dan industri. Untuk penggunaan LPG rumah

tangga, memiliki proporsi yang paling besar dibandingkan komersial dan industri.

Tabel 5.3. Neraca Penggunaan LPG di Indonesia Tahun 2007-2009

Penggunaan2007 2008 2009

ribu ton % ribu ton % ribu ton %Rumahtangga 773 70 1.100 75 1.900 83Komersial 143 13 157 11 173 8Industri 187 17 205 14 226 10Total 1.103 100 1.462 100 2.299 100

Sumber: Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), 2010.

Pada rumah tangga, penggunaan LPG tahun 2007 sebesar 773 ribu ton

atau hanya 70 persen, sedangkan tahun berikutnya meningkat menjadi 1.100 ribu

ton atau 75 persen dan tahun 2009 menjadi 1.900 ribu ton atau 83 persen. Adanya

peningkatan penggunaan pada LPG ini dikarenakan adanya program konversi

minyak tanah ke LPG 3 kg. Berbeda dengan penggunaan LPG pada komersial

dan industri dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 yang mengalami sedikit

peningkatan. Hal ini dikarenakan subsidi BBM yaitu program konversi minyak

tanah ke LPG 3 kg sendiri lebih diperuntukkan bagi rumah tangga dengan

maksud untuk mengendalikan harga jual BBM, sebagai salah satu kebutuhan

dasar masyarakat di dalam negeri, sehingga dapat terjangkau oleh daya beli

masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah agar dapat menghemat

penggunaan minyak tanah yang semakin mahal dan langka.

Page 70: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

57

5.2 Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG terhadap Struktur SubsidiAPBN (2007-2010)

Subsidi dalam Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN),

merupakan bagian dari belanja negara yaitu belanja pemerintah pusat. Adanya

konversi minyak tanah ke LPG ini, merupakan bagian dari subsidi energi yaitu

subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.

Subsidi BBM dilakukan oleh pemerintah disebabkan harga jual BBM dalam

negeri sangat dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor eksternal seperti

harga minyak mentah di pasar dunia, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika Serikat. Harga minyak dunia yang semakin mahal tentunya berdampak

terhadap harga minyak mentah Indonesia yang dihadapkan dengan permintaan

yang semakin tinggi akan BBM. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan bagi

pemerintah untuk mengalihkan bahan bakar minyak tanah menjadi bahan bakar

gas/ LPG bagi konsumsi masyarakat Indonesia agar beban subsidi yang

ditanggung oleh pemerintah semakin berkurang dan daya beli masyarakat

khususnya yang berpenghasilan rendah dapat terjangkau.

Pada Tabel 5.4. dapat dilihat dalam rentang waktu tahun 2005–2010,

dimana tahun 2005-2009 berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

(LKPP) dan tahun 2010 berdasarkan APBN, realisasi anggaran subsidi BBM

secara nominal mengalami penurunan sebesar 6,7 triliun rupiah, atau menurun

rata-rata 1,4 persen per tahun, dari sebesar 95,6 triliun rupiah (3,5 persen terhadap

PDB) pada tahun 2005 dan mencapai 88,9 triliun rupiah (1,4 persen terhadap

PDB) pada tahun 2010. Penurunan realisasi anggaran belanja subsidi dalam kurun

waktu tersebut, antara lain berkaitan dengan parameter volume konsumsi BBM

Page 71: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

58

bersubsidi. Dapat dilihat juga, bahwa subsidi untuk energi lebih besar

dibandingkan subsidi non energi, terutama untuk subsidi bahan bakar minyak

(BBM) daripada subsidi listrik. Hal ini dikarenakan BBM merupakan kebutuhan

pokok yang mendasar dan fital/penting bagi seluruh masyarakat untuk memenuhi

kebutuhannya, seperti memasak, mengendarai kendaraan, kegiatan usaha dan

lain-lain.

Tabel 5.4. Subsidi, 2005-2010 (Miliar Rupiah)Jenis

Subsidi2005

LKPP2006

LKPP2007

LKPP2008

LKPP2009

LKPP2010

APBNA.Energi 104449.2 94.605,4 116.865,9 223.013,2 103.568,6 143.997,1

SubsidiBBM 95.598,5 64.212,1 83.792,3 139.106,7 45.039,4 88.890,8

SubsidiListrik

8.850,6 30.393,3 33.073,5 83.906,5 49.546,5 55.106,3

B. NonEnergi

16.316,1 12.826,5 33.348,6 52.278,3 43.496,3 57.265,9

Subsidipangan

6.356,9 5.320,2 6.584,3 12.095,9 12.987,0 13.925,1

Subsidipupuk

2 .527,3 3.165,7 6.260,5 15.181,5 18.329,0 18.411,5

Subsidibenih

1 47,7 131,1 479,0 985,2 1.597,2 2.263,5

PSO 934,6 1.795,0 1 .025,0 1.729,1 1.339,4 1.375,0Subsidibungakreditprogram

149,0 286,2 347,5 939,3 1.070,0 2.856,4

Subsidiminyakgoreng

- - 24,6 225,7 - -

Subsidipajak

6.200,6 1.863,8 17.113,6 21.018,2 8.173,6 18.434,4

Subsidikedele

- - - 103,3 - -

Subsidiobatgenerik

- - - - - -

Subsidilainnya

- 264,4 1.514,0 - - -

Total 120.765,3 107.431,8 150.214,4 275.291,5 138.082,2 201.263,0Sumber: Kementerian Keuangan ( Data Pokok APBN 2005-2010), 2011.

Page 72: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

59

Dalam rentang waktu tahun 2005 sampai tahun 2010, realisasi anggaran

belanja subsidi secara nominal mengalami peningkatan sebesar 80,5 triliun

rupiah, atau tumbuh rata-rata 10,8 persen per tahun, dari sebesar 120,8 triliun

rupiah (4,4 persen terhadap PDB) pada tahun 2005, menjadi 138,1 triliun rupiah

(2,5 persen terhadap PDB) pada tahun 2009, dan mencapai 201,3 triliun rupiah

(3,2 persen terhadap PDB) pada tahun 2010.

Pada Tabel 5.5. menjelaskan tentang perkembangan besarnya subsidi

BBM jenis tertentu yaitu minyak tanah, premium dan solar serta LPG tabung 3

kilogram periode tahun 2005 hingga tahun 2010. Untuk besarnya volume dari

minyak tanah dan LPG 3 kg diperoleh dari laporan perkembangan subsidi (2005-

2010) dalam APBN. Sedangkan untuk besarnya subsidi dalam rupiah, penulis

mengasumsikan besaran subsidi untuk minyak tanah dan LPG 3 kg berdasarkan

perhitungan yang dilakukan oleh Direktorat Riset Energi dan Manajemen

Indonesia tahun 2007 (Tabel 1.2.).

Tabel 5.5. Besarnya Subsidi Untuk Minyak Tanah dan LPG 3 Kg

Tahun

SubsidiJenis

tertentudan LPG 3

kg %Terhadap

PDB

VolumeSubsidi (Triliun

Rupiah)

SelisihBesarnyaSubsidi

TriliunRupiah

MinyakTanah(ribukiloliter)

LPG 3kg(ribuM.Ton)

MinyakTanah

LPG 3kg

TriliunRupiah

2005 95,6 3,5 11,355 - 41, 6175 - -

2006 64,2 1,9 9,959 - 36,4997 - -

2007 83,8 2,1 9,850 21,5 36,1003 0,06185 36,0384

2008 139,1 2,8 7,855 506,4 28,7886 1,45691 27,3317

2009 45,0 0,8 4,596 1.753,9 16,7454 5,04597 11,6994

2010 88,9 1,1 3,800 2.973,3 13,9270 8,55418 5,37282Sumber: Kementerian Keuangan diolah , 2011.

Page 73: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

60

Secara keseluruhan, besarnya subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah

untuk mensubsidi jenis tertentu dalam hal ini minyak tanah, premium dan solar

serta LPG 3 kg pada tahun 2005 sebesar 95,6 triliun rupiah dan pada tahun 2010

mengalami penurunan menjadi 88,9 triliun rupiah. Untuk mengendalikan

anggaran subsidi BBM, Pemerintah bersama DPR-RI sepakat untuk melakukan

efisiensi, dengan menurunkan konsumsi BBM bersubsidi secara bertahap.

Apabila pada tahun 2005 konsumsi BBM bersubsidi khususnya minyak tanah

mencapai 11.355,4 ribu kiloliter, maka pada tahun 2010 konsumsi minyak tanah

bersubsidi mengalami penurunan menjadi 3.800 ribu kiloliter dengan adanya

program konversi minyak tanah ke LPG pada Tabel 5.5.

Dari Tabel 5.5. untuk jumlah subsidi kerosen (minyak tanah) mengalami

penurunan dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Pada tahun 2005 subsidi minyak

tanah sebesar 11.355,4 ribu kiloliter atau biaya yang dikeluarkan sama dengan

41,6175 triliun rupiah, kemudian menurun pada tahun 2006 menjadi 9.959 ribu

kiloliter atau sama dengan 36,4997 triliun rupiah, pada tahun 2007 menjadi 9.850

ribu kiloliter atau sama dengan 28,7886 triliun rupiah, dan tahun 2008 turun

drastis menjadi 7.855 ribu kiloliter atau sama dengan 16,7454 triliun rupiah, yang

diikuti penurunan kembali pada tahun 2009 dan 2010 yaitu menjadi 4.569 ribu

kiloliter atau sama dengan 16,7454 triliun rupiah dan 3.800 ribu kiloliter atau

sama dengan 13,9270 triliun rupiah. Pada tahun 2008, penurun drastis terhadap

subsidi minyak tanah ini dikarenakan pada tahun 2007 pemerintah melakukan

program pengalihan minyak tanah ke LPG 3 kg, yang kemudian berpengaruh

Page 74: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

61

pada terjadinya penurunan besarnya subsidi minyak tanah pada tahun 2008

hingga tahun 2010.

Sedangkan subsidi untuk LPG 3 kg ini, baru dilakukan pada tahun 2007

yang merupakan awal diadakannya program konversi minyak tanah ke LPG,

tepatnya pada bulan Mei 2007 di Jakarta. Subsidi untuk LPG 3 kg pada tahun

2007 sebesar 21.500 metrik ton atau biaya yang dikeluarkan sebesar 61,8555

miliar rupiah, kemudian meningkat drastis pada tahun 2008 menjadi 506.400

metrik ton atau sama dengan 1,45691 triliun rupiah dan tahun 2009 serta tahun

2010 yaitu menjadi 1.753.900 metrik ton atau sama dengan 5,04597 triliun rupiah

dan 2.973.300 metrik ton atau sama dengan 8,55418 triliun rupiah. Dengan

adanya program konversi minyak tanah ke LPG 3 kg yang dilaksanakan oleh

pemerintah, jelas terlihat adanya pengurangan besarnya subsidi yang dikeluarkan

oleh pemerintah. Selain itu, terdapat selisih yang cukup besar antara besarnya

subsidi minyak tanah dengan LPG 3 kg. Besarnya selisih pada tahun 2007 untuk

subsidi minyak tanah dan LPG 3 kg yaitu 36,0384 triliun rupiah, pada tahun 2008

sebesar 27,3317 triliun rupiah, pada tahun 2009 sebesar 11,6994 triliun rupiah,

dan tahun 2010 sebesar 5,37282 triliun rupiah.

Menurut PT Pertamina (Persero), program konversi minyak tanah ke

elpiji 3 kg telah memberikan penghematan subsidi negara sebesar 21,38 triliun

rupiah. Dirut Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, nilai penghematan

tersebut merupakan akumulasi sejak awal program pada tahun 2007 hingga

Agustus 2010. Total penghematan program konversi adalah 32,07 triliun rupiah,

setelah dikurangi biaya paket perdana konversi 10,69 triliun rupiah, didapat

Page 75: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

62

penghematan bersih 21,38 triliun rupiah. Pada awal konversi tahun 2007, program

masih memerlukan tambahan subsidi 200 miliar rupiah. Selanjutnya pada 2008,

sudah menghemat 5,53 triliun rupiah, 2009 menghemat 6,92 triliun rupiah, dan

2010 menghemat lagi 9,13 triliun rupiah dari target 13,63 triliun rupiah. Dengan

demikian, akumulasi penghematan bersih mencapai 21,38 triliun rupiah.34

Adapun dari penghematan tersebut, sebesar 21,38 triliun rupiah

diserahkan kembali ke Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk

program subsidi lainnya, seperti dapat digunakan untuk membangun infrastruktur

jalan dan jembatan, sekolah, rumah sakit, perumahan untuk rakyat jelata yang

amat membutuhkannya dari ujung Sumatera hingga Papua.

Selain itu adanya penghematan subsidi dari program konversi, Pemerintah

diminta untuk merelakan/menghibahkan dana sebesar 4 triliun rupiah ke P.T.

Pertamina. Juru bicara Pertamina Mochamad Harun mengatakan, dana hibah itu

nantinya akan digunakan untuk menutup kerugian yang dialami perseroan, akibat

tidak diizinkannya Pertamina menaikkan elpiji nonsubsidi, yakni kemasan 12 kg,

50 kg, dan bulk.35

34Erlangga Djumena . 2010. “Konversi Elpiji Hemat Subsidi Rp 21,38 T”. [Kompas Online]. http://www1.kompas.com/read/xml/2010/09/03/14001394/konversi. elpiji.hemat.subsidi.rp.2138.t[ 3 September 2010]

35Anonim. 2011. “Pemerintah Diminta Hibahkan Dana Rp 4 Triliun ke Pertamina”. http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2011/07/25/pemerintah-diminta-hibahkan-dana-rp-4-triliun-ke-pertamina/ [25 Juli 2011]

Page 76: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

63

5.3 Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG terhadap Efisiensi UsahaMikro (Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor)

Di dalam sub bab ini, penulis akan membahas lebih terperinci berdasarkan

kuesioner yang disebarkan serta wawancara kepada 30 pedagang bakso kaki lima

di Kota Bogor di enam Kecamatan yaitu Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor

Barat, Bogor Timur, Bogor Tengah dan Tanah Sareal.

5.3.1 Karakteristik Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor

Karakteristik pedagang bakso kaki lima responden digambarkan oleh jenis

kelamin, umur, tingkat pendidikan akhir, lama berdagang dan jumlah tenaga

kerja. Umumnya jenis kelamin dari pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor rata-

rata berjenis kelamin laki-laki sebesar 80,00 persen responden dan sisanya

perempuan 20,00 persen responden. Banyaknya responden yang berjenis kelamin

laki-laki disebabkan mereka bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga

yang bertugas untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Untuk rata-rata umur

pedagang bakso kaki lima adalah 45 tahun dan yang terbanyak berada pada

kisaran umur 41 tahun keatas sebesar 60,00 persen responden. Untuk tingkat

pendidikan akhir, pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor rata-rata hanya

tamatan SD sebesar 46,67 persen responden.

Lama berdagang para pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor, rata-rata

sudah berdagang selama 15 sampai 20 tahun dan yang terlama berdagang berada

pada kisaran lebih dari 12 tahun sebesar 46,67 persen responden. Sedangkan

untuk lama berdagang pedagang bakso ini membuktikan mereka sebelumnya

telah menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya, kemudian sekarang

beralih ke LPG 3 kg. Dan rata-rata para pedagang bakso kaki lima di kota Bogor

Page 77: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

64

ini bertenaga kerja 1 orang yaitu berjualan sendiri dengan dengan mengandalkan

dirinya sendiri sebesar 70,00 persen responden (Tabel 5.6.).

Tabel 5.6. Karakteristik Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor

Peubah Kategori%Pedagang Bakso Kaki Lima

n=30

Jenis KelaminLaki-laki 80,00Perempuan 20,00

Umur

20-25 tahun 26,6726-30 tahun 3,3331-35 tahun 10,0036-40 tahun 041 tahun keatas 60,00

Tingkat PendidikanAkhir

SD 46,67SMP 40,00SMA 13,33Diploma/S1 0

Lama Berdagang

6-7 tahun 36,668-9 tahun 6,6710-11 tahun 10,00lebih dari 12tahun 46,67

Jumlah Tenaga Kerja1 orang 70,002 orang 26,67>2 orang 3,33

Sumber: Data Primer, diolah.

5.3.2 Efisiensi Pedagang Bakso Kaki Lima Kota Bogor

Untuk melihat efisiensi pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor, maka

dibedakan menjadi saat berdagang dengan menggunakan bahan bakar minyak

tanah dan saat menggunakkan gas/LPG 3 kg. Selain itu juga dibagi kembali

menjadi efisiensi dari sisi biaya, efisiensi dari sisi waktu, dan efisiensi dari sisi

tenaga.

Page 78: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

65

a. Efisiensi Biaya Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor

Untuk efisiensi biaya, sebagian besar pedagang bakso kaki lima di Kota

Bogor mengatakan bahwa penggunaan LPG dirasa lebih menguntungkan dan

efisien dibandingkan dengan penggunaan minyak tanah.

Tabel 5.7. Harga Terjangkau (%) Pedagang Bakso Kaki Lima

Pernyataan JawabanMinyakTanah LPG 3 kg

Harga terjangkau setelahprogram konversi

Sangat terjangkau 0 26,67Terjangkau 36,67 70,00Tidak terjangkau 63,33 3,33

Sumber: Data Primer, diolah.

Tabel 5.7. menjelaskan mengenai efisiensi biaya pada pedagang bakso

kaki lima di Kota Bogor. Dari tabel dapat diketahui bahwa 63,33 persen

responden mengatakan tidak terjangkau, 36,67 persen responden mengatakan

terjangkau dan tidak ada seorang pun yang mengatakan sangat terjangkau untuk

harga minyak tanah saat pedagang bakso mempergunakannya yaitu setelah

program konversi berlangsung. Sedangkan 70,00 persen responden mengatakan

terjangkau, 26,67 persen mengatakan sangat terjangkau, dan 3,33 persen

mengatakan tidak terjangkau untuk harga LPG 3 kg saat pedagang bakso

mempergunakannya yaitu setelah adanya program konversi.

Adanya 63,33 persen responden yang mengatakan tidak terjangkau untuk

harga minyak tanah saat mereka mempergunakannya yaitu setelah program

konversi berlangsung, harga minyak tanah yang awalnya sebesar Rp 2.500,00 per

liternya meningkat menjadi Rp 7.500,00 per liter. Sedangkan 70,00 persen

responden mengatakan terjangkau untuk harga LPG 3 kg saat mereka

mempergunakannya yaitu setelah program konversi, dikarenakan harga LPG 3 kg

Page 79: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

66

lebih murah jika dibandingkan dengan harga minyak tanah saat ini, yaitu untuk

harga satu tabung LPG 3 kg sebesar Rp 14.500,00 sedangkan untuk harga satu

liter minyak tanah sebesar Rp 7.500,00.

Tabel 5.8. Harga Sebelum Program Konversi (%) Pedagang Bakso KakiLima

Sumber: Data Primer, diolah

Tabel 5.8. dapat diketahui bahwa 83,33 persen responden mengatakan

sangat murah, 16,67 persen responden mengatakan murah, dan tidak ada seorang

pun yang mengatakan tidak murah/mahal untuk harga minyak tanah sebelum

adanya program konversi. Sedangkan 100,00 persen responden mengatakan tidak

murah/ mahal dan tidak ada seorang pun yang mengatakan sangat murah dan

murah untuk harga LPG 3 kg sebelum adanya program konversi.

Adanya 83,00 persen responden yang mengatakan sangat murah untuk

harga minyak tanah sebelum adanya program konversi karena saat itu harga

minyak tanah sebesar Rp 2.500,00 per liternya. Sehingga mereka lebih baik

menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak bakso tersebut.

Tabel 5.9. Harga Setelah Program Konversi (%) Pedagang Bakso Kaki Lima

Sumber: Data Primer, diolah

Tabel 5.9. dapat diketahui bahwa 100,00 persen responden mengatakan

tidak murah/mahal dan tidak ada seorang pun yang mengatakan sangat murah dan

Pernyataan Jawaban MinyakTanah

LPG 3 kg

Harga sebelum programkonversi

Sangat murah 83,33 0Murah 16,67 0Tidak murah/ mahal 0 100,00

Pernyataan Jawaban MinyakTanah

LPG 3 kg

Harga setelah programkonversi

Sangat murah 0 10,00Murah 0 90,00Tidak murah/ mahal 100,00 0

Page 80: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

67

murah untuk harga minyak tanah setelah adanya program konversi. Sedangkan

90,00 persen responden mengatakan murah, 10,00 persen responden mengatakan

sangat murah dan tidak ada seorang pun yang mengatakan tidak murah/mahal

untuk harga LPG 3 kg setelah adanya program konversi.

Adanya 100,00 persen responden yang mengatakan tidak murah/mahal

untuk harga minyak tanah setelah adanya program konversi dikarenakan harga

minyak tanah melambung dari Rp 2.500,00 per liternya menjadi Rp 7.500,00 per

liternya. Dan adanya 90,00 persen responden yang mengatakan murah untuk

harga LPG 3 kg dikarenakan harga LPG 3 kg sebesar Rp 14.500,00 untuk setiap

tabungnya dianggap lebih murah dibandingkan dengan harga minyak tanah per

liternya, dan LPG 3 kg ini mudah untuk ditemukan.

Tabel 5.10. Harga Perlengkapan Kompor (%) Pedagang Bakso Kaki Lima

Sumber: Data Primer, diolah

Tabel 5.10. dapat diketahui bahwa 63,33 persen responden mengatakan

sangat murah, 36,67 persen responden mengatakan murah dan tidak ada seorang

pun yang mengatakan tidak murah/mahal untuk membeli alat-alat perlengkapan

kompor dengan menggunakan minyak tanah. Sedangkan 90,00 persen responden

mengatakan tidak murah/mahal, 6,67 persen responden mengatakan sangat murah

dan 3,33 persen responden mengatakan murah untuk membeli alat-alat

perlengkapan kompor dengan menggunakan LPG 3 kg.

Pernyataan JawabanMinyakTanah LPG 3 kg

Biaya membeli alat-alatperlengkapan kompor

Sangat murah 63,33 6,67Murah 36,67 3,33Tidak murah/ mahal 0 90,00

Page 81: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

68

Adanya 63,33 persen responden mengatakan sangat murah untuk membeli

alat-alat perlengkapan kompor dengan menggunakan minyak tanah seperti sumbu

kompor, kompor dan dirigen minyak. Dibandingkan dengan menggunakan LPG 3

kg, 90,00 persen responden mengatakan tidak murah/mahal untuk membeli alat-

alat perlengkapan seperti kompor, tabung dan selang gas serta karburator.

Tabel 5.11. Biaya Pemeliharaan Kompor (%) Pedagang Bakso Kaki Lima

Sumber: Data Primer, diolah

Dari Tabel 5.11. juga dapat diketahui bahwa 76,67 persen responden

mengatakan murah, 20,00 persen responden mengatakan sangat murah dan 3,33

persen responden mengatakan tidak murah/mahal untuk biaya pemeliharan

kompor dengan menggunakan minyak tanah. Sedangkan 80,00 persen responden

mengatakan tidak murah/ mahal, 20,00 persen responden mengatakan murah dan

tidak ada seorang pun yang mengatakan sangat murah untuk biaya pemeliharaan

kompor dengan menggunakan LPG 3 kg.

Begitu pula dengan pemeliharaan kompor, untuk kompor minyak sebesar

76,67 persen responden mengatakan murah. Jika dibandingkan dengan kompor

gas sebesar 80,00 persen responden mengatakan tidak murah/ mahal. Hal ini

dikarenakan untuk pemeliharaan kompor gas seperti mengganti selang dan

karburator jika rusak membutuhkan biaya yang lebih mahal daripada kompor

minyak yang hanya mengganti sumbu kompor jika sudah tidak layak pakai lagi.

Pernyataan JawabanMinyakTanah LPG 3 kg

Biaya pemeliharaankompor

Sangat murah 20,00 0Murah 76,67 20,00Tidak murah/ mahal 3,33 80,00

Page 82: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

69

b. Efisiensi Waktu Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor

Untuk efisiensi waktu, seluruh pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor

menyatakan waktu untuk memasak lebih cepat dengan menggunakan LPG 3 kg

daripada minyak tanah. Sehingga penggunaan LPG 3 kg lebih efisien dari sisi

waktu dan bakso lebih cepat matang serta tetap hangat. Hal ini dapat dijelaskan

pada (Tabel 5.12.).

Tabel 5.12. Lama Waktu Memasak (%) Pedagang Bakso Kaki Lima

Sumber: Data Primer, diolah.

Tabel 5.12. menjelaskan mengenai efisiensi waktu pada pedagang bakso

kaki lima di kota Bogor. Dari tabel dapat diketahui bahwa 73,33 persen

responden mengatakan lama, 16,67 persen responden mengatakan sangat lama,

dan 10,00 persen responden mengatakan tidak lama/cepat waktu memasak

dengan menggunakan minyak tanah. Sedangkan 100,00 persen responden

mengatakan tidak lama/ cepat, dan tidak ada yang mengatakan lama dan sangat

lama waktu memasak dengan menggunakan LPG 3 kg.

Adanya 73,33 persen responden yang mengatakan lama untuk waktu

memasak dengan menggunakan minyak tanah dan 100,00 persen responden

mengatakan tidak lama/ cepat untuk waktu memasak dengan menggunakan LPG

3 kg. Di lapangan didapat informasi bahwa dengan menggunakan gas/LPG 3 kg

memasak lebih cepat 15 menit daripada menggunakan minyak tanah dan

penggunaan minyak tanah dirasa boros/cepat habis.

Pernyataan Jawaban Minyak Tanah LPG 3 kg

Lama waktu memasakTidak lama/ cepat 10,00 100,00Lama 73,33 0Sangat lama 16,67 0

Page 83: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

70

c. Efisiensi Tenaga Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor

Untuk efisiensi tenaga, para pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor

menyatakan lebih efisien menggunakan gas/LPG 3 kg, karena dapat menghemat

tenaga serta lebih praktis dalam penggunaannya.

Tabel 5.13. Memerlukan Bantuaan saat Mengangkat dan ProsesPenggantian (%) Pedagang Bakso Kaki Lima

Sumber: Data Primer, diolah.

Tabel 5.13. menjelaskan efisiensi tenaga pada pedagang bakso kaki lima

di Kota Bogor. Dari tabel dapat diketahui bahwa 83,33 persen responden

mengatakan tidak pernah, 16,67 persen responden mengatakan kadang-kadang

dan tidak ada seorang pun yang mengatakan selalu memerlukan bantuan orang

lain untuk mengangkat dan proses penggantian jika minyak tanah habis.

Sedangkan 70,00 persen responden mengatakan tidak pernah, 30,00 persen

responden mengatakan kadang-kadang, dan tidak ada seorang pun yang

mengatakan selalu memerlukan bantuan orang lain untuk mengangkat dan proses

penggantian jika LPG 3 kg habis.

Adanya 16,67 persen responden yang menyatakan kadang-kadang

memerlukan bantuan orang lain saat mengangkat dan proses pengisian minyak

tanah jika sudah habis lebih kecil jika dibandingkan dengan LPG 3 kg yaitu

sebesar 30,00 persen responden, dikarenakan untuk mengganti tabung gas yang

sudah habis dengan tabung yang baru pedagang bakso masih merasa takut salah

Pernyataan Jawaban MinyakTanah

LPG 3 kg

Memerlukan bantuaan saatmengangkat dan prosespenggantian jika habis

Selalu 0 0Kadang-kadang 16,67 30,00Tidak pernah 83,33 70,00

Page 84: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

71

dalam pemasangannya yang nantinya dapat menimbulkan kecelakaan seperti

tabung gas meledak.

Tabel 5.14. Memerlukan Bantuaan dalam Pemeliharaan Kompor (%)Pedagang Bakso Kaki Lima

Pernyataan JawabanMinyakTanah LPG 3 kg

Memerlukan bantuan dalampemeliharaan kompor

Selalu 6,67 6,67Kadang-kadang 6,67 16,67Tidak pernah 86,66 76,66

Sumber: Data Primer, diolah.

Tabel 5.14. dapat diketahui bahwa 86,66 persen responden mengatakan

tidak pernah, 6,67 persen responden mengatakan kadang-kadang dan 6,67 persen

responden mengatakan selalu memerlukan bantuan orang lain dalam

pemeliharaan kompor dengan minyak tanah. Sedangkan 76,66 persen responden

mengatakan tidak pernah, 16,67 persen responden mengatakan kadang-kadang,

dan 6,67 persen responden mengatakan selalu memerlukan bantuan orang lain

dalam pemeliharaan kompor dengan LPG 3 kg.

Sama dengan pedagang bakso yang memerlukan bantuan orang lain dalam

mengangkat dan proses penggantian, mereka juga kadang-kadang memerlukan

bantuan orang lain dalam pemeliharaan kompor karena takut melakukan

kesalahan yang dapat menyebabkan tabung gas meledak. Sehingga sebesar 16,67

persen responden pengguna LPG 3 kg kadang-kadang masih memerlukan bantuan

orang lain dalam pemeliharaan kompor.

Tabel 5.15. Penggunaan Bahan Bakar (%) Pedagang Bakso Kaki Lima

Pernyataan JawabanMinyakTanah LPG 3 kg

PenggunaanyaSangat mudah 0 56,66Mudah 40,00 26,67Tidak mudah/ sulit 60,00 16,67

Sumber: Data Primer, diolah.

Page 85: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

72

Dari Tabel 5.15. dapat diketahui bahwa 60,00 persen responden

mengatakan tidak mudah/sulit, 40,00 persen responden mengatakan mudah dan

tidak ada seorang pun yang mengatakan sangat mudah untuk penggunaan minyak

tanah sebagai bahan bakar untuk memasak. Sedangkan 56,66 persen responden

mengatakan sangat mudah, 26,67 persen responden mengatakan mudah dan 16,67

persen mengatakan tidak mudah/sulit untuk penggunaan LPG 3 kg sebagai bahan

bakar untuk memasak.

Dalam hal penggunaannya, sebesar 60,00 persen responden menyatakan

tidak mudah/sulit menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar dibandingkan

dengan menggunakan gas/LPG 3 kg yaitu sebesar 56,66 persen responden

menyatakan sangat mudah. Hal ini dikarenakan penggunaan gas/LPG 3 kg dirasa

lebih praktis daripada minyak tanah yang harus memasukkan sumbu ke kompor,

menuangkan minyak tanah dari dirigen minyak ke kompor sedangkan dengan

menggunakan gas/LPG 3 kg mereka hanya perlu mengganti tabung yang kosong

dengan tabung yang baru dan memasangkan selang ke tabung.

Tabel 5.16. Jarak Pembelian Bahan Bakar (%) Pedagang Bakso Kaki Lima

Pernyataan Jawaban MinyakTanah

LPG 3 kg

Jarak pembelianSangat dekat 46,67 50,00Dekat 50,00 36,67Tidak dekat/ jauh 3,33 13,33

Sumber: Data Primer, diolah.

Dari Tabel 5.16. dapat diketahui bahwa 50,00 persen responden

mengatakan dekat, 46,67 persen responden mengatakan sangat dekat dan 3,33

persen responden mengatakan tidak dekat/jauh untuk jarak pembelian minyak

tanah dengan tempat berjualan. Sedangkan 50,00 persen responden mengatakan

Page 86: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

73

sangat dekat, 36,67 persen responden mengatakan dekat dan 13,33 responden

menyatakan tidak dekat/jauh untuk jarak pembelian LPG 3 kg dengan tempat

berjualan.

Baik untuk jarak pembelian minyak tanah dan gas/LPG 3 kg, para

pedagang bakso menyatakan sangat dekat jaraknya dengan tempat mereka

berjualan. Terutama untuk wilayah Kecamatan Bogor Tengah di sekitar Jl. Dewi

Sartika, para pedagang mengaku mereka membeli minyak tanah maupun LPG 3

kg dari pedagang keliling, sehingga mereka tidak sulit mencarinya. Dan untuk

pedagang bakso yang tidak tetap/berkeliling, mereka membeli di warung sekitar

mereka berjualan.

5.3.3 Pengeluaran Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor

Untuk pengeluaran bahan bakar pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor,

dari lapangan diperoleh bahwa rata-rata mereka menggunakan minyak tanah dua

liter setiap harinya. Dimana sebelum konversi, harga minyak tanah hanya Rp

2.500,00 per liter sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 5000,00 per hari.

Akan tetapi setelah adanya konversi, pengeluaran mereka untuk minyak tanah

menjadi Rp 15.000,00 per hari meningkat tiga kali lipat karena harga minyak

tanah menjadi Rp 7.500,00 per liternya.

Tabel 5.17. menjelaskan pengeluaran bahan bakar pedagang bakso kaki

lima di Kota Bogor sesudah program konversi. Dari tabel dapat diketahui bahwa

60,00 persen responden menyatakan sangat setuju, 30,00 persen responden

mengatakan setuju dan 10,00 persen responden mengatakan tidak setuju bahwa

setelah program konversi pengeluaran untuk bahan bakar makin kecil.

Page 87: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

74

Tabel 5.17. Pengeluaran (% Responden) Pedagang Bakso Kaki Lima

Pernyataan JawabanSangat setuju Setuju Tidak setuju

Setelah program konversipengeluaran bahan bakar makin

kecil60,00 30,00 10,00

Sumber: Data Primer, diolah

Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pedagang bakso untuk membeli

bahan bakar setipa harinya, sebesar 60,00 persen responden mengatakan sangat

setuju dan 30,00 persen responden mengatakan setuju bahwa setelah program

konversi pengeluaran pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor makin kecil.

Sehingga upaya pemerintah dengan mengkonversi minyak tanah ke LPG dirasa

tepat, hal ini dikarenakan satu tabung LPG 3 kg seharga Rp 14.500,00 lebih

murah dari minyak tanah setelah adanya konversi dan penggunaan satu tabung

LPG 3 kg ini dapat digunakan untuk 2-3 hari.

5.3.4 Penerimaan Pedagang Bakso Kaki Lima di Kota Bogor

Untuk besarnya penerimaan usaha yang diterima oleh pedagang bakso

kaki lima di Kota Bogor setelah adanya program konversi dirasa makin besar. Hal

ini ditunjukan di lapangan, bahwa sebelum adanya konversi mereka memperoleh

omset rata-rata sebesar Rp 226.500,00 setiap harinya dan setelah adanya konversi

menjadi Rp 434.166,00 setiap harinya.

Tabel 5.18. Penerimaan (% Responden) Pedagang Bakso Kaki Lima

PernyataanJawaban

Sangat setuju Setuju Tidak setuju

Setelah program konversipenerimaan usaha makin besar

20,00 76,67 3,33

Sumber: Data Primer, diolah.

Page 88: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

75

Tabel 5.18. menjelaskan penerimaan pedagang bakso kaki lima di Kota

Bogor setelah adanya program konversi. Dari tabel dapat diketahui bahwa sebesar

20,00 persen responden mengatakan sangat setuju, 76,67 persen responden

mengatakan setuju dan 3,33 persen responden mengatakan tidak setuju bahwa

setelah program konversi, penerimaan usaha pedagang bakso kaki lima di Kota

Bogor makin besar.

Penerimaan pedagang bakso kaki lima setelah program konversi yaitu

20,00 persen responden mengatakan sangat setuju dan 76,67 persen responden

mengatakan setuju bahwa setelah program konversi penerimaan usaha pedagang

bakso kaki lima di Kota Bogor makin besar. Hal ini dikarenakan tentunya harga

bahan bakar LPG 3 kg lebih murah dibandingan harga minyak tanah dan mereka

ikut menaikkan harga setiap mangkok bakso mereka seiring dengan adanya

program konversi ini. Selain itu, para pedagang bakso merasa cukup untuk omset

pendapatan yang diterima dari berjualan bakso dalam mencukupi biaya rumah

tangganya sehari-hari dikarenakan mereka beranggapan dari penghasilannya

tersebut, yang penting kebutuhan akan makan sehari-hari saja dapat terpenuhi.

5.3.5 Persepsi Pedagang Bakso Kaki Lima Mengenai Program Konversi

Untuk persepsi dari pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor mengenai

program konversi akan dijelaskan melalui Tabel 5.19. Dapat dilihat bahwa

sebagian besar responden dengan 66,66 persen menyatakan setuju bahwa terdapat

perbedaan harga yang cukup besar pada minyak tanah dan LPG 3 kg saat ini,

kemudian 26,67 persen menyatakan setuju dan 6,67 persen menyatakan tidak

setuju. Dimana dari lapangan dapat diketahui bahwa untuk 1 liter minyak tanah

Page 89: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

76

pedagang bakso harus membayar dengan Rp 7.500,00 per liter untuk penggunaan

satu hari, sedangkan dengan LPG 3 kg dengan harga Rp. 14.500,00 per tabungnya

dapat digunakan 2-3 hari. Hal ini sejalan dengan harga minyak tanah menjadi

mahal setelah adanya program konversi, dimana responden menyatakan 43,33

persen sangat setuju, 36,67 persen responden menyatakan setuju dan sisanya

20,00 persen responden menyatakan tidak setuju.

Tabel 5.19. Sebaran Responden Berdasarkan Persepsi Mengenai ProgramKonversi (%)

PernyataanJawaban

Sangatsetuju Setuju

Tidaksetuju

Terdapat perbedaan harga yang cukup besarpada minyak tanah dan gas/ LPG 3 kg

26,67 66,66 6,67

Setelah program konversi, harga minyaktanah menjadi mahal

43,33 36,67 20,00

Penggunaan gas/ LPG 3 kg lebihmenguntungkan dibanding minyak tanah

60,00 30,00 10,00

Program konversi dapat membantumengurangi pengeluaran

20,00 60,00 20,00

Sudah bisa menerima gas/ LPG 3 kgsebagai pengganti minyak tanah

30,00 70,00 0

Ada unsur keterpaksaan dalam menjalankanprogram konversi

16,67 30,00 53,33

Pernah mengalami kecelakaan akibatpenggunaan gas/ LPG 3 kg

6,67 13,33 80,00

Sumber: Data Primer, diolah.

Mahalnya harga minyak tanah setelah program konversi ini memang

terlihat dilapangan, bahwa harga minyak tanah yang awalnya sebelum program

konversi hanya Rp 2.500,00 setelah program konversi melonjak menjadi Rp

7.500,00 per liternya. Kemudian sebesar 60,00 persen responden mengatakan

sangat setuju bahwa penggunaan LPG 3 kg lebih menguntungkan dibandingkan

minyak tanah, 30,00 persen responden mengatakan setuju dan sisanya 10,00

persen responden mengatakan tidak setuju. Hal ini dikarenakan pemakaian gas

Page 90: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

77

dari segi biaya lebih ekonomis dibandingkan minyak tanah dan pemakaian gas

pun dirasa lebih praktis dibandingkan minyak tanah. Selain itu proses memasak

pun menjadi lebih cepat. Oleh karena itu, sebesar 60,00 persen responden

menyatakan setuju bahwa program konversi dapat membantu mengurangi

pengeluaran mereka terhadap bahan bakar, lalu 20,00 persen responden sangat

setuju sedangkan sisanya 20,00 persen responden menyatakan tidak setuju.

Sebagian besar responden yaitu 70,00 persen menyatakan setuju dan 30,00 persen

menyatakan sangat setuju untuk menerima gas sebagai pengganti minyak tanah

karena responden merasakan manfaat dengan menggunakan bahan bakar gas.

Begitu pula sebesar 53,33 persen responden menyatakan tidak setuju,

30,00 persen responden menyatakan setuju dan sisanya 16,67 persen responden

menyatakan sangat setuju bahwa ada unsur keterpaksaan dalam menjalankan

program konversi. Adanya responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju

ini dikarenakan masih ada beberapa pedagang bakso yang belum bisa menerima

gas sebagai pengganti minyak tanah. Hal ini dikarenakan responden telah

bertahun-tahun menggunakan minyak tanah dan telah nyaman menggunakannya.

Dan sebesar 80,00 persen responden menyatakan tidak setuju bahwa mereka

pernah mengalami kecelakaan akibat penggunaan gas/ LPG 3 kg, sedangkan

sisanya sebesar 13,33 persen responden dan 6,67 persen responden menyatakan

setuju dan sangat setuju. Hal ini dikarenakan mereka yang setuju dan sangat

setuju mengakui kurang berhati-hati dalam penggunaan gas/ LPG 3 kg dan

kurangnya informasi mengenai tata cara penggunaan gas/ LPG 3 kg tersebut.

Page 91: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dampak konversi minyak tanah ke LPG terhadap

struktur subsidi APBN (2007-2010) dan efisiensi usaha mikro (studi kasus Kota

Bogor) maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kondisi penggunaan minyak tanah oleh masyarakat Indonesia mengalami

perubahan setelah adanya program konversi minyak tanah ke LPG yang

dilaksanakan oleh pemerintah pada pertengahan tahun 2007. Sebagian besar

masyarakat beralih menggunakan LPG. Hal ini dikarenakan jumlah pasokan

minyak tanah yang semakin berkurang/ langka dan harganya semakin mahal

dikalangan masyarakat, serta penggunaan LPG yang dirasa lebih efisien.

2. Dampak program konversi minyak tanah ke LPG terhadap struktur subsidi

APBN (2007-2010), telah memberikan penghematan subsidi negara sebesar

21,38 triliun rupiah. Penghematan subsidi ini diserahkan kembali ke Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk program subsidi lainnya, selain itu

dihibahkan sebesar 4 triliun rupiah ke P.T. Pertamina untuk menutup kerugian

yang dialami perseroan akibat tidak diizinkannya Pertamina menaikkan elpiji

nonsubsidi.

3. Dampak program konversi minyak tanah ke LPG terhadap usaha mikro

khususnya pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor, telah memberikan

efisiensi usaha baik dari sisi biaya, waktu, dan tenaga. Setelah adanya program

konversi pengeluaran pedagang bakso kaki lima di Kota Bogor untuk bahan

Page 92: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

79

bakar makin kecil, sedangkan penerimaan pedagang bakso semakin besar.

Sebagian besar pedagang bakso kaki lima menyatakan sangat setuju dengan

penggunaan LPG 3 kg yang lebih menguntungkan dibandingkan minyak tanah

dan setuju menerima LPG 3 kg sebagai pengganti minyak tanah serta tidak

ada unsur keterpaksaan dalam menjalankan program konversi.

6.2 Saran

1. Pemerintah pusat dan P.T. Pertamina hendaknya terus melakukan evaluasi dan

lebih memperbaiki pelaksanaan program konversi minyak tanah ke LPG,

seperti mengatasi distribusi LPG bagi masyarakat dan harus mengambil

tindakan hukum yang tegas apabila terjadi penyelewengan seperti

pengoplosan dan penyuntikan gas yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu

di jaringan distribusi tersebut, serta mempertajam sasaran penerima subsidi

melalui sistem seleksi yang ketat dan basis data yang transparan, dan menata

ulang sistem penyaluran subsidi yang lebih akuntabel, predictable, serta makin

tepat sasaran sehingga program konversi dapat berjalan secara merata di

Indonesia.

2. Adanya penghematan subsidi yang berasal dari program konversi, pemerintah

pusat hendaknya lebih transparan dalam menyalurkan penghematan subsidi

untuk mensubsidi kegiatan lain seperti subsidi untuk pendidikan, kesehatan

serta untuk pembangunan dan infrastruktur Negara Republik Indonesia.

3. P.T. Pertamina hendaknya melakukan perbaikan kualitas tabung gas 3 kg yang

berstandar SNI untuk memerhatikan keamanan bagi para konsumen.

Page 93: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

80

4. Pemerintah Kota Bogor hendaknya lebih memerhatikan para pelaku usaha

seperti usaha mikro dan PKL dengan adanya program konversi minyak tanah

ke LPG, dengan terus menggalakkan sosialisasi dan penyuluhan kepada

pedagang bakso kaki lima sehingga dapat mengefisienkan penggunaan bahan

bakar LPG dan program konversi diharapkan dapat berhasil.

Page 94: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Pengertian Dampak. http://mediabelajarkoe.worspress.com/2008/11/24/dampak-implementasi-it-di-organisasi/ [ 5 Mei 2011 ]

_______. 2009. “Konversi Energi”. http://www.electroniclab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=5:konversienergi&catid=1:archive-alias&Itemid=3 [ 27 Oktober 2010]

_______. 2011. Definisi Dampak. http://www.artikata.com/arti-324325-dampak.htm. [ 5 Mei 2011 ]

_______. 2011. “Pemerintah Diminta Hibahkan Dana Rp 4 Triliun ke Pertamina”.http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2011/07/25/pemerintah-diminta-hibahkan-dana-rp-4-triliun-ke-pertamina/ [25 Juli 2011]

Badan Pusat Statistik. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2005-2009. Bogor: BPS.

Bank Indonesia. 2003. Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut KeputusanMenteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003.www.bi.go.id/biweb/utama/peraturan/pbi-5-18-03.pdf[ 27 Oktober 2010]

Deperindag dan Abdullah et all: 1996 dalam Moh. Ridwan. 2006. DeterminanDari Kredit Rentenir Untuk Pedagang Mikro (Studi Kasus pada PedagangMikro di pasar Tradisional Gunungkidul, Yogyakarta) [skripsi]. FakultasEkonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. [ 28 Oktober 2010]

Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor. 2007-2010. Usaha Mikro dan PKL di KotaBogor. Bogor.

Erlangga Djumena . 2010. “Konversi Elpiji Hemat Subsidi Rp 21,38 T”. [Kompas Online].http://www1.kompas.com/read/xml/2010/09/03/14001394/konversi.elpiji.hemat.subsidi.rp.2138.t [ 3 September 2010]

Ismawanto. 2009. Ekonomi 2: Untuk SMA dan MA Kelas XI. Pusat PerbukuanDepartemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis edisi Kedua. IPBPress. Bogor.

Kementerian Keuangan. 2008. Mari Kenali APBN. Jakarta: Biro Humas, SetjenDepartemen Keuangan RI.

Page 95: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

82

Kementerian Keuangan. 2009. Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara Tahun Anggaran 2009. www.fiskal.depkeu.go.id/ webbkf/.../NKAPBN2009complete.pdf [ 28 Oktober 2010]

Kementerian Keuangan. 2010. Perkembangan Ekonomi dan Pokok-PokokKebijakan Fiskal RAPBN 2011. www.anggaran.depkeu.go.id/.../10-08-24,%20NK%20dan%20RUU%20APBN%202011_BabII_rev1.pdf[ 28 Oktober 2010]

Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2010. Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (APBN) tahun 2010. Jakarta.

Kementerian Koperasi. 2008. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengahmenurut Undang-Undang No. 2 tahun 2008 Tentang UMKM.http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129 [ 28 Januari2011]

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RepublikIndonesia. 2010. Usaha Kecil di Bogor.http://www.mediacenterkopukm.com/detail-berita.php?bID=6737 [ 28 Januari 2011]

Lie, A. 2009. Program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji: Potret kebijakanpemerintah dalam Sektor Pengelolaan Energi Nasional. Dalam: KuliahUmum ; Semarang, 10 Januari 2009. eprints.undip.ac.id/990/1/Kulum_Alvin_Lie_2009.pdf [ 29 Oktober 2010]

Lipsey et all. 1997. Efisiensi Ekonomi. Pengantar Mikroekonomi edisi Kesepuluhjilid dua. Binarupa aksara. Jakarta

Mayawati, T. dan Tri Hidayatno. 2008. Statistik Pertambangan Minyak dan GasBumi 2003-2007. BPS. Jakarta.

Mulyanto. 2007. “Konsep sektor Informal: Pedagang Kaki Lima”.http://ssantoso.blogspot.com/2008/07/konsep-sektor-informal-pedagang-kaki_28.html[28 Januari 2011]

Nicholson. 1991. Teori Mikroekonomi jilid 1 Edisi Kelima. Binarupa aksara,Jakarta

Nicholson. 1999. Teori Mikroekonomi jilid 2 . Binarupa aksara, Jakarta

Nugroho, H. 2005. “Apakah Persoalannya pada Subsidi BBM? Tinjauan terhadapMasalah Subsidi BBM, Ketergantungan pada Minyak Bumi, ManajemenEnergi Nasional, dan Pengembangan Infrastruktur Energi”. Jurnal

Page 96: OLEH SARI MAULIDYAWATI H14070064 - repository.ipb.ac.id fileRINGKASAN SARI MAULIDYAWATI . Dampak Konversi Minyak Tanah ke LPG Terhadap Struktur Subsidi APBN dan Efisiensi Usaha Mikro

83

Perencanaan Pembangunan, Edisi 02, Tahun X. Perencanaan BidangEnergi BAPPENAS. [01 Maret 2011]

Pertamina. 2011. http://www.pertamina.com/index.php/detail/read/fuel-minyak-tanah [01 Maret 2011]

Rahmadini, A. 2007. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan danPengeluaran Rumah tangga di Kota Bogor (Studi kasus Rumah tanggaPengojek Pengguna Kredit Motor) [skripsi]. Fakultas Ekonomi danManajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saragih (1980) dalam Warsana (2007). Analisis Efisiensi dan Keuntungan Usahatani jagung (Studi di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora) [Tesis]Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan,Universitas Diponegoro. Semarang

Siahaan, UB. H. dan Sunaridjan. 1999. “Pola Efisiensi Industri Kecil”. PusatAnalisa Perkembangan IPTEK-LIPI. Voleme 10 Nomor 22.http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/80[ 29 Oktober 2010]

Siahaan, R. 2008. “Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Iklim Usaha UMKM(Studi Kasus Pemotongan Subsidi BBM)”. Jurnal INFOKOP, Volume 16.

Simanjuntaki, M., R.A.B. Kusumo, dan M. Nasarullah. 2009. “Pola Pengeluaran,Persepsi, dan kepuasan Keluarga Terhadap Perubahan Penggunaan Energidari Minyak tanah ke LPG”. Jurnal Ilmu keluarga dan Konsumen, Volume2 Nomor 2 ISSN : 1907 – 6037. Fakultas Ekologi Manusia IPB. Bogor.[28 Oktober 2010]

The Liang Gie. 1995. Administrasi Perkantoran Modern Edisi Keempat (dengantambahan). Liberty Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 8 No. 22 Tahun 2001. www.esdm.go.id/.../uu/doc.../500-undang-undang-n022-tahun-2001.html.[28 Oktober 2010]

.