Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM:...

89
PENGANGKATAN WARGA NEGARA ASING SEBAGAI PEJABAT NEGARA (Analisis Kasus Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JA KARTA 1439H/2017

Transcript of Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM:...

Page 1: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

PENGANGKATAN WARGA NEGARA ASING SEBAGAI PEJABAT NEGARA

(Analisis Kasus Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi danSumber Daya Mineral Republik Indonesia)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Muhammad Nasrulloh

NIM: 1113048000040

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1439H/2017

Page 2: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

皿 NG4NGKATAN WARGA NEGARA ASING SEBAGAIPEJALヽ T NECARA

〔ヽ n3■St Kasus Pengallglratan Archandra Tahar Sebagal Mellteri Ellergl

dan Sunrber Deya Mineral Republik Indoresia)

Skripsi

Diajukatl Kepada Fakultas Syariah dall llukuni Untutri Memenuhi Salah Satlr

Persvaratan Untuk Metnpcroleh Gelar Sa{ana Hukurn (S.lI)

01ch:

Mllhanl■ lad NasrulloL

ll13048000040

Pembimbing II

KONSENTRASI HUKU KELELIIBACAAN NEG轟

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTASSYARIAH DAN HUKU■ lI

mttRSITパ ISLAM NEGERI

SYAttF HIIpAYATlllLLAH

JAKARTA

1439H/2017

6111001 0416201101

Page 3: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

l. I(etua

2 Sckcllaris

3 Pe〕 lnbil■ lbilig I

4 Pcmbill〕 billg II

5 1)cilgЧ li l

6 Pc]lgtJi II

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

St■psi bclJudul PENCANGKATAN WARCA NEGARA ASINC SEBAGAI

PEJABAT NECARA(Analisis Kasus Pcngangkatall Archalldra Tahar Sebagai

Mentcri Energi dan Sumber Daya Mheral Republik lndOnesi→ tclall tilllian

d』 alll sldang nlllllaqasytt p7ada ScptcnJoc1 2017 Skl■ psi ini tdall ditcl■ lna scbagal

salall sattl syalat mmpcrolcll Cclal Sttalla Huk血 (SH)pada PrOgram Sttldi■ l■u

HuL■m

PANITIA UJIAN

NIP 19691121 199403 1 001

Drs Abu Tam● nSH¨ M HumNIP 19650809 1119503 1 001

Pro'DF A Sdl■ an Maggulatunq S H M HヽIP 19540303 197611 1 001

Nur Rohl■ Yunus LLMNIP 19790416 201101 1(,o4

さヾIP 19680812 219993 1 014

Dl Mcsraini SII M AgNIP 19760213 200312 2 001

29 Scptcllnbcr 2017

196911l6I99603

Page 4: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

2

3

1

LEMBAR PEI{NYATA.4.N

Skripsi ini merupakan hasil kar)a asli sala yang diaiukan Luruk rrcn)eiuhi s iu

s)aral mernperolch gelar Sarjana Strata I (Sl) cli Univcrsitas Islam Ncgcri (LllN)

Syalif Hiday atullah Jakalta.

Semua sumbcr vang sa)a glnakan dalam penLrlisan ini telali saya cantulnkau s.'su.li

denSan kctcntlLan lang bcrlaku di llnivcrsitas Islam Ncgei (UIN) S)aLil

Hidayalullah Jakarta.

Jiku cli kemucLian hali terbukti hasil karya saya ini bukan hasil karla asli sala arau

nrerupakan hasil.jiplakan dari kar)a orang lain. tnaka sa\a belscdia menelima satksi

)'ang bellaku di Uni\ersitas Islam Negeri (lllN) SyariI IIida-varu11i1h Jakarta.

iakalta. 29 Septc,rber 2017

Page 5: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

iv

ABSTRAK

Muhammad Nasrulloh, NIM 1113048000040, “PENGANGKATAN WARGANEGARA ASING SEBAGAI PEJABAT NEGARA (Analisis KasusPengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber DayaMineral Republik Indonesia)”, Strata Satu (S1), Konsentrasi Hukum KelembagaanNegara, Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 1439 H/ 2017 M, ix+73 halaman+6 halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui a) mekanisme pengangkatan menterinegara ditinjau dari aspek peraturan perundang-undangan, b) legalitas pengangkatanArchandra Tahar sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Minera Republik Indonesiahukum dan c) dampak pengangkatan Archandra Tahar sebagai Menteri Energi danSumber Daya Mineral Republik Indoensia. Latar Belakang penelitian ini didasari statuskewarganegaraan Archandra Tahar sebelum diangkat menjadi Menteri ESDM RI yangmerupakan warga negara Amerika Serikat.

Penelitian ini bersifat library research, mengkaji perundang­undangan,buku­buku, dan kitab­kitab fikih yang berkaitan dengan judul skripsi ini danmengkaitkan kasus yang terjadi. Metode analisis yang digunakan adalah yuridisnormatif dengan menggunakan pendekatan pendekatan konseptual (conceptualapproach), perundang-undangan (statute approach) serta pendekatan kasus (caseapproach).

Hasil penelitian menunjukan bahwa a) mekanisme pengangkatan menteri harussesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara,b) pengangkatan Archandra Tahar sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineralmelanggar beberapa ketentuan di antaranya adalah asas pemerintahan yang baik, syaratkewarganegaraan dalam pengangkatan menteri oleh presiden dan kewenanganpresiden dalam mengangkat dan memberhentikan menteri, c) pengangkatan ArchandraSebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral berdampak pada statuskewarganegaraan Archandra Tahar, berdampak pada proses pewarganegaraan diIndonesia, dan berdampak pada legalitas kebijakan menteri Energi dan Sumber DayaMineral.

Kata Kunci : Kewarganegaraan Ganda, Pejabat Negara, Archandra Tahar, KementerianNegara, Hak Prerogatif Presiden

Pembimbing : Prof. Dr. A. Salman Maggalatung, S.H., M.H.Nur Rohim Yunus, LLM.

Sumber Rujukan dari 1983 sampai 2017

Page 6: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

v

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمان الرحیم

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada

hambanya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad

SAW. Dengan mengucap Alhamdullilahi Robbil ‘alamin penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “PENGANGKATAN WARGA NEGARA ASING

SEBAGAI PEJABAT NEGARA (Analisisi Kasus Pengangkatan ArchandraTahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia)”.

Dalam penyelesaian skrpsi ini tidak terlepas peran orang-orang yang telah

membantu peneliti, selain itu tidak lupa pula terimakasih atas bimbingan, bantuan,

nasehat, doa, dukungannya. Kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta beserta para Wakil Dekan Fakultas Syariadh dan Hukum.

2. Drs. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan arahan serta masukan atas

penyusunan skripsi.

3. Prof. Dr. A. Salman Maggalatung, S.H., M.H. dan Nur Rohim Yunus, LLM Selaku

dosen Pembimbing I dan II yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga dan

pikirannya untuk memberikan saran dan masukan terhadap proses penyusunan

skripsi ini

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan bimbingan selama ini.

5. Kedua Orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi, Bapak Purn. Iptu Endang

Saefulloh dan Ibu Enong Hasanah, S.Pd. serta saudara peneliti, Wildan Hanafiah

Page 7: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

vi

yang telah medoakan, mendukung, dan menjadi motivasi untuk menyelesaikan

skripsi ini, tanpa kalian saya tidak akan bisa sampai ke tahap ini.

6. Sahabat-sahabat perjuangan di Rumah Juang yang sekaligus menjadi keluarga,

Khaidir Musa, Rhomi Prayoga, Ahmad Kandiaz, Muhammad Eddy Kurniawan,

yang telah yang telah membantu dalam pengetahuan, memberikan semangat dan

dukungan kepada Penulis sehingga penelitian ini terselesaikan

7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam menyelsaikan

skripsi ini.

Akhir kata, atas jasa dan bantuan semua pihak yang telah membantu &

memberikan masukan, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat. Peneliti

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis, masyarakat

serta para pembaca kalangan umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 29 September 2017

Muhammad Nasrulloh

Page 8: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................................iLEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN...............................................................................................iiiABSTRAK..........................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................................vDAFTAR ISI ......................................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .......................................4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................5

D. Tinjauan Kajian Terdahulu.............................................................................6

E. Metode Penelitian...........................................................................................7

F. Sistematika Penulisan.....................................................................................10

BAB II KEWARGANEGARAAN DAN KONSEP DASAR PEMERINTAHAN.....12A. Teori dan Konsep Kewarganegaraan .............................................................12

1. Pengertian Warga Negara ..........................................................................12

2. Prinsip Dasar Kewarganegaraan................................................................14

3. Bipatride dan Apatride ..............................................................................18

4. Konsep Kewarganegaraan Menurut Islam ................................................20

B. Konsep Dasar Pemerintahan ..........................................................................23

1. Asas-Asas Pemerintahan yang Baik ..........................................................23

2. Hak Berpartisipasi di dalam Pemerintahan ...............................................25

3. Status Warga Negara dan Kaitannya dengan Hak di dalam

Pemerintahan .............................................................................................28

Page 9: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

viii

BAB III PENGATURAN KEWARGANEGARAAN INDONESIA DANPENGANGKATAN MENTERI DITINJAU DARI PRESPEKTIF

PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN..................................................................30A. Pengaturan Kewarganegaraan Republik Indonesia ........................................30

1. Dasar Pengaturan Kewarganegaraan Republik Indonesia.........................30

2. Cara Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia .........39

B. Pengangkatan Menteri Negara di Indonesia...................................................41

1. Mekanisme Pengangkatan Menteri Negara...............................................41

2. Status Kewarganegaraan dalam Pengangkatan Menteri Negara ...............47

BAB VI ANALISIS KASUS PENGANGKATAN ARCHANDRA TAHARSEBAGAI MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA.................................................................................................50A. Legalitas Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral Republik Indonesia ....................................................50

1. Asas Pemerintahan yang Baik ...................................................................50

2. Kewenangan Presiden dalam Mengangkat dan Memberhentian Menteri .52

3. Syarat Kewarganegaraan dalam Pengangkatan Menteri ...........................55

B. Dampak Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral Republik Indonesia yang Statusnya Sebagai Warga

Negara Asing..................................................................................................56

1. Dampak Terhadap Status Kewarganegaraan Archandra Tahar dan Proses

Pengangkatannya Sebagai Menteri ESDM RI...........................................57

2. Dampak Terhadap Proses Pewarganegaraan di Indonesia ........................60

3. Dampak Legalitas Kebijakan Hukum Menteri ESDM RI.........................62

BAB V PENUTUP .........................................................................................................63A. Kesimpulan.....................................................................................................63

B. Saran...............................................................................................................66

Page 10: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

ix

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................68LAMPIRAN .......................................................................................................................74

Kepres No. 83/P Tahun 2016..............................................................................74

Keptusan MenkumHam No. AHU-1 AH.10.01 Tahun 2016 .............................79

Page 11: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahKewarganegaraan merupakan hal yang mendasar dalam kehidupan bernegara,

karena dengan diakui oleh negara sebagai warga negaranya maka seseorang akan

mendapatkan hak-haknya di negara tersebut. Sejarah negara Indonesia sendiri sebelum

merdeka masyarakat berjuang demi kemerdekaan, dengan merdeka maka masyarakat

akan mendapatkan haknya sebagai manusia khususnya sebagai warga negara dan bebas

dalam menjalankan kehidupan bernegara. Dan dengan diakuinya masyarakat sebagai

warga negara tertentu maka negara wajib melindungi warga negaranya dalam setiap

aspek kehidupannya, dari segi keamanan, ekonomi, dan lain sebagainya.

Warga negara pula menjadi salah satu unsur dalam sebuah negara atau sering

disebut dengan rakyat. Kedudukan rakyat sebagai warga negara menciptakan

hubungan berupa peranan, hak, dan kewajiban terhadap suatu negara.1 Menurut

Undang-undang Kewarganegaraan Indonesia (UUKI) 2006, yang dimaksud dengan

warga negara adalah warga negara suatau negara yang ditetapkan berdasarkan

peraturan perundang-undangan.2 Lebih jelasnya siapa saja dikatakan sebagai warga

negara Indonesia yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Indonesia.

Banyak orang yang akan menentukan nasib Indonesia, terutama pejabat-pejabat

negara Indonesia. Pejabat negara harus berkualitas serta memiliki rasa tanggung jawab

yang tinggi agar mampu melaksanakan amanah yang diberikan kepadanya dengan baik

dan jujur, jika memang diperlukan tenaga ahli dari negara lain bisa mengisi posisi

1 Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan : Panduan Kuliah di PerguruanTinggi (Jakarta: PT Bumi Akasara, 2009, cet. Ke-6), h. 47

2 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[negara]an (Civic Education): Demokrasi,Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Ciputat: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015,cet. Ke-12), h. 128.

Page 12: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

2

penting di dalam pemerintahan demi memajukan negara Indonesia. Oleh sebab itu

negara Indonesia menetapkan aturan yang ketat untuk menjadi pejabat negara tersebut.

Salah satu aturan yang diberlakukan adalah kewarganegaraan seseorang yang akan

menjadi pejabat negara, dimana untuk menduduki jabatan pemerintahan di Indonesia

adalah Warga Negara Indonesia.

Pejabat negara seperti apakah yang salah satu syarat wajibnya adalah Warga

Negara Indonesia? Bagir Manan, dalam bukunya Teori Politik dan Konstitusi,

menjelaskan bahwa untuk mengetahui arti dari pejabat negara terdapat 3 kategori

lembaga negara berdasarkan fungsinya, yaitu:3 (1) Lembaga Negara yang menjalankan

fungsi Negara secara langsung, (2) Lembaga negara yang menjalankan fungsi

administrasi Negara, dan (3) Lembaga Negara Penunjang. Berdasarkan kategorisasi

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pejabat negara adalah yang menjalankan

fungsinya sesuai ketiga kategori tersebut, adapun pejabat pemerintahan yang

lingkupnya lebih sempit dibanding dengan pejabat negara, dalam arti lain bahwa

pejabat pemerintahan hanya menjalankan fungsi adminitratif seperti menteri-menteri

yang membantu tugas Presiden.

Seorang pejabat negara harus mengabdi kepada negara dan memiliki jiwa

nasionalisme. Jiwa nasionalisme dapat diukur melalui ketundukannya menjadi warga

negara di Indonesia. Kaitannya dengan status kewarganegaraan, bagaimanakah

peraturan perundang-undangan mengatur tentang kewarganegaraan yang harus

dimiliki seseorang untuk menjadi pejabat negara? Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 Angka 3 menyatakan bahwa “Pegawai

Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang

memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat

pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil

3 Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintahan, Klinik Hukumonline, diakses dihttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52f38f89a7720/pejabat-negara-dan-pejabat pemerintahan,pada 12 Desember 2016

Page 13: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

3

(PNS) sendiri tidak termasuk ke dalam kategori yang dijelaskan Bagir Manan ataupun

termasuk ke dalam Lembaga Negara baik bagian dari pejabat negara ataupun pejabat

pemerintahan.

Sebagai negara berkembang, Indonesia harus banyak melakukan pembangunan

dan inovasi khususnya di dalam pemerintahan. Kurangnya sumber daya manusia yang

berkualitas menyebabkan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam belum mampu

menjadi bagian dari negara maju. Apakah alasan di atas memberikan peluang bagi

warga negara asing dapat menjadi bagian di dalam pemerintahan? Jika memang sangat

diperlukan bahwa warga negara asing menjadi pejabat negara lalu bagaiamanakah

mekanisme untuk menjadi pejabat negara atau pejabat pemerintahan jika memang

seseorang tersebut warga negara asing. Kasus Archandra Tahar merupakan salah satu

contoh pengangkatan warga negara asing sebagai pejabat negara yang terjadi di

Indonesia, walaupun saat ini kasus tersebut sudah selesai akan tetapi masih

menimbulkan banyak pertanyaan mengenai ketentuan-ketentuan yang digunakan oleh

pemerintah dan mekanisme yang digunakan sehingga warga negara asing bisa diangkat

menjadi pejabat negara.

Kasus Archandra Tahar merupakan suatu polemik pengaturan status

kewarganegaraan di Indonesia khususnya dalam pengangkatan pejabat negara, yang

kemudian timbul pertanyaan bagaimana sebenarnya mekanisme pengangkatan

Archandra Tahar sehingga dapat diangkat sebagai Menteri. Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2008 tentang Kementerian Negara Pasal 22 menyatakan “Untuk dapat diangkat

menjadi menteri, seseorang harus memenuhi persyaratan warga negara Indonesia

(WNI)”. Sedangkan Archandra Tahar adalah seorang warga negara asing tetapi

diangkat menjadi pejabat negara.

Mekanisme pengangkatan pejabat negara khususnya menteri harus sesuai dengan

undang-undang, jika ada tahapan yang tidak sesuai dengan undang-undang maka hal

tersebut menjadi pelanggaran hukum dan pejabat yang diangkat dapat diberhentikan

Page 14: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

4

kembali. Seperti yang terjadi pada kasus Archandra Tahar, karena dianggap adanya

pelanggaran hukum terhadap peraturan tentang pengangkatan pejabat negara maka

Archandra Tahar sempat diberhentikan untuk melakukan proses mempereoleh kembali

kewarganegaraan Indonesia terlebih dahulu. Proses itupun menjadi permasalahan

dimana setiap warga negara asing yang mengikuti proses naturalisasi atau

pengembalian kewarganegaan harus melalui proses yang panjang, karena di dalam

Pasal 19 Undang-Undang 12 Tahun 2006 menyatakan bahwa seorang warga negara

asing harus bertempat tinggal di Indonesia selama lima tahun berturut-turut atau 10

tahun tidak berturut-turut untuk bisa mengajukan permohonan sebagai WNI,

sedangkan Archandra Tahar tidak memenuhi syarat tersebut namun tetap bisa diangkat

menjadi WNI. Status kewarganegaraan adalah salah satu syarat untuk menjadi pejabat

negara itu sendiri sangat berkaitan. Kasus yang terjadi menjadi sebuah permasalahan

yang perlu untuk dibahas agar kasus serupa tidak terulang lagi di kemudian hari. Maka

pada penelitian ini akan di jelaskan keterkaitan antara status kewarganegaraan dengan

pengangkatan pejabat negara.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

hukum dengan judul PENGANGKATAN WARGA NEGARA ASING SEBAGAI

PEJABAT NEGARA (Analisis Kasus Pengangkatan Archandra Tahar SebagaiMenteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia)

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah1. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang disampaikan di atas, terdapat beberapa

persoalan yang berkaitan dengan pengangkatan pejabat warga negara asing sebagai

pejabat negaraterdapat yaitu:

a. Pengaturan dan Penentuan kewarganegaraan di Indonesia

b. Syarat pengangkatan pejabat negara Indonesia ditinjau dari aspek status

kewarganegaraanya

Page 15: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

5

c. Keterkaitan antara pengangkatan pejabat negara di Indonesia dengan status

kewarganegaraan seseorang

d. Mekanisme memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesia

2. Pembatasan MasalahAgar masalah yang akan dibahas peneliti terarah dan sistematis sehingga

menjadi lebih fokus dalam pembahasan masalah, maka peneliti membatasi

masalah penelitian kepada Pengangkatan Warga Negara Asing Sebagai Pejabat

Negara dengan Analisis Kasus Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

3. Perumusan MasalahAgar penelitian ini berjalan dengan baik, maka perlu dibuat perumusan

masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana mekanisme pengangkatan pejabat negara di Indonesia ditinjau dari

aspek peraturan perundang-undangan?

b. Bagaimana legalitas pengangkatan Archandra Tahar sebagai Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia?

c. Bagaimana dampak pengangkatan Archandra Tahar sebagai Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap hal berikut:

a. Untuk mengetahui mekanisme pengangkatan pejabat negara di Indonesia ditinjau

dari aspek peraturan perundang-undangan

b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan Presiden dalam pengangkatan Archandra

Tahar sebagai menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

Page 16: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

6

c. Untuk mengetahui legalitas pengangkatan Archandra Tahar sebagai Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia yang statusnya sebagai

warga negara asing.

2. Manfaat Penelitiana. Manfaat akademis

Secara akademis, penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti lain serta

perkembangan ilmu hukum kedepannya khususnya dalam hukum kelembagaan

Negara dan hukum kewarganegaraan Indonesia

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi peneliti lain serta

bagi pemerintah dalam memberikan kebijakan khususnya dalam proses

pengangkatan pejabat negara. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan

dalam penyelsaian kasus yang serupa dimasa yang akan datang.

D. Tinjauan Kajian TerdahuluBanyak teori dan penelitian mengenai mekanisme pengangkatan pejabat negara

dan kewarganegaraan. Penelitian skripsi ini juga merujuk kepada beberapa buku

dengan membedakan apa yang menjadi fokus masalah yang terdapat dalam rujukan

dengan masalah yang penulis teliti, diantaranya Titik Triwulan Tuti (Kontruksi Negara

Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945).

Selain itu ada pula sarjana-sarjana yang menulis skripsi tentang pengangkatan pejabat

negara ataupun tentang kewarganegaraan yaitu seperti Andi Anisa Agung, Analisis

Yuridis Mekanisme Pengisian Jabatan Struktural Secara Terbuka di Lingkungan

Intansi Pemerintahan (Universitas Hasanuddin Makassar, 2014), Desi Setiawati,

Penegakan Hukum Terhadap Warga Negara Asing (WNA) yang Tinggal di Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, Studi Kasus di Kota Semarang

(Universitas Negeri Semarang, 2015) dan Nadia Septifanny, Kedudukan Status

Page 17: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

7

Kewarganegaraan dalam Jabatan Publik (Studi Kasus Archandra Tahar) (Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016)

Peneliti beranggapan bahwa skripsi ini berbeda dengan yang lain, karena peneliti

menitikberatkan kepada aspek kewarganegaraan sebagai salah satu syarat utama

pengangkatan pejabat negara. Penulis juga memasukan analisis undang-undang yang

berkaitan dengan tema penlitian agar skripsi ini bertumpu pada undang-undang

tersebut.

E. Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Tipe PenelitianPada penelitian ini peneliti menggunakan studi penelitian normatif. Peneliti

mengacu pada peraturan perundang-undangan dan keputusan pengadilan4,

penelitian hukum normatif mencakup asas-asas hukum, penelitian terhadap

sistematika hukum dan sinkronisasi hukum serta penelitian terhadap sejarah dan

perbandingan hukum,5 yang mengatur tentang kewarganegaraan, terdapat

permasalahan tentang status kewarganegaraan di dalamnya atau dampak hukum

yang terjadi dari kasus-kasus yang terjadi.

2. Teknik PendekatanSehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan adalah studi penelitian

normatif, maka dalam hal ini peneliti melakukan beberapa pendekatan yang

berkaitan dengan penelitian skripsi ini, yaitu pendekatan konseptual (conceptual

approach), pendekatan perundang-undangan (statute approach), dan pendekatan

kasus (case approach).6 Pendekatan konseptual (conceptual approach), yaitu

pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

4 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2011) h. 1425 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1983), h. 516 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 93

Page 18: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

8

berkembang di dalam ilmu hukum, pendekatan perundang-undangan (statute

approach), dalam hal ini peraturan perundang-undangan yang akan digunakan

adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia, Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Undang-Undang Nomor

39 Tahun 2008 tentang Kementrian Negara dan pendekatan kasus (case approach),

yaitu dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu

yang dihadapi.

3. Jenis Data dan Bahan HukumData yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder dalam penelitian hukum merupakan data yang diperoleh dari hasil

penelaahan pustaka atau bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan atau

materi penelitian yang disebut dengan bahan hukum.7

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

yang artinya memiliki otoritas. Bahan-bahan hukum primer meliputi perundang-

undangan, catataan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-

undangan atau putusan-putusan hukum.8

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum utama. Bahan hukum yang

digunakan dalam tulisan ini adalah: Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara.

7 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif danEmpiris ( Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 156

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 141

Page 19: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

9

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang berupa rancangan peraturan

perundang-undangan, hasil penelitian, buku, buku teks, jurnal, media cetak dan

media elektronik.9

c. Bahan Non Hukum

Bahan Non Hukum yaitu berupa literatur yang berasal dari non hukum

yang pempunyai relevansi dengan topik penelitian berupa kamus besar bahasa

Indonesia (KBBI), kamus hukum, majalah, koran, internet, dan lainya10.

4. Metode Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penulisan penelitian hukum normatif dilakukan

dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum maupun non hukum yang

berkaitan dengan topik penelitian. Dilakukan dengan membaca, melihat,

mendengarkan maupun penelusuran lebih lanjut sehingga mampu memberikan

penjelasan terhadap masalah yang terdapat dalam penelitian ini yang nantinya dapat

menyimpulkan uraian dari bahan-bahan hukum tersebut.11

5. Teknik Pengolahan DataTeknik pengolahan data yang digunakan penulis adalah dengan mengelola

data sedemikian rupa sehingga data dan bahan hukum tersebut tersusun secara

runtut, sistematis sehingga akan memudahkan penulis dalam melakukan analisis.12

Pertama, data tersebut diklasifikasikan sesuai pembahasan yang menjadi fokus

penelitian. Kedua, diuraikan dan dijelaskan fokus penelitian tersebut berdasarkan

teori-teori yang sesuai dengan fokus penelitian yang kemudian dihubungkan dengan

9 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum, h. 15710 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 14311 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum, h. 16012 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum, h. 180

Page 20: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

10

kasus yang terjadi. Ketiga, penjelasan tersebut dievaluasi atau dinilai berdasarkan

ketentuan hukum yang berlaku.

6. Teknik PenulisanTeknik penulisan dan pedoman yang digunakan penulis dalam skripsi ini

berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang terdapat dalam “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2017”

F. Sistematika PenulisanUntuk menjelaskan isi skripsi secara menyeluruh ke dalam penulisan yang

sistematis dan terstruktur maka skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan yang

terdiri dari lima bab sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini dijelasakan latar belakang masalah,

perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan, manfaat penulisan, tinjauan (review) kajian terdahulu,

kerangka konseptual, metode penelitian, sistematika penulisan, dan daftar

pustaka sementara.

BAB II : Kewarganegaraan dan Konsep Dasar Pemerintahan. Dalam bab ini,

dijelaskan teori-teori tentang kewarganegaraan dan dasar-dasar dalam

pemerintahan

BAB III : Pengaturan Kewarganegaraan di Indonesia dan Pengangkatan Menteri

Ditinjau dari Prespektif Peraturan Perundang-Undangan. Dalam bab ini,

akan dijelaskan tentang pengaturan dan penentuan mengenai syarat,

ketentuan, dan mekanisme memperoleh kewarganegaraan di Indonesia.

BAB IV : Analisis Kasus Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Bab ini akan membahas

mengenai mekanisme pengangkatan pejabat negara yang ditinjau dari

aspek kewarganegaraan kemudian analisa peneliti terhadap kasus

Page 21: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

11

pengangkatan Archandra Tahar sebagai Menteri ESDM RI, dan

pertimbangan Presiden dalam mengangkat pejabat nagara.

BAB V : Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dimana akan disimpulkan dari

pembahasan bab-bab sebelumnya dan juga berisi saran.

Page 22: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

12

BAB IIKEWARGANEGARAAN DAN KONSEP DASAR PEMERINTAHAN

A. Teori dan Konsep Kewarganegaraan1. Pengertian Warga Negara

Salah satu unsur dalam sebuah negara adalah adanya penduduk

(integezetenen) atau rakyat. Penduduk atau penghuni suatu negara merupakan

semua orang yang pada suatu waktu mendiami wilayah negara.1 Warga negara

diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi

unsur negara. Istilah ini dahulu biasa disebut dengan hamba atau kawula negara.

Tetapi kenyataannya istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya

sebagai orang yang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula

negara, karena warga negara mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu

negara, yaitu peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan

bersama, atas dasar tanggung jawab bersama dan untuk kepentingan bersama.2

Adanya warga negara sebagai salah satu unsur negara, maka suatu negara baru dapat

dibentuk. Suatu negara bukanlah tanggung jawab salah satu warga negaranya saja

akan tetapi menjadi tanggung jawab seluruh warga negaranya. Tanggung jawab

tersebut lah yang akan menciptakan hak dan kewajiban bagi warga negara terhadap

negaranya begitupun sebaliknya. Istilah warga negara berasal dari bahasa Inggris,

yakni citizen. Citizen memiliki arti sebagai “a native or naturalized member of a

state or nation who owes allegiance to its government and is entitled to its protection

(distinguished from alien),” dan “an inhabitant of a city or town, especially one

entitled to its privilege or franchises.”3Berdasarkan dari penjelasan tersebut, definisi

1 Samidjo, Ilmu Negara, (Jakarta:Armico, 1986), cet. Ke-1, h. 352 Tim ICCE, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta:ICCE UIN Syarif

Hidayatullah, 2003), h. 733 Anonim, “Citizen,” http://www.dictionary.com/, Lihat Skripsi Nadia Septifanny, Kedudukan

Status Kewarganegaraan dalam Jabatan Publik (Studi Kasus Archandra Tahar), (Yogyakarta: FakultasSyariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), h. 22.26

Page 23: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

13

warga negara secara singkat adalah anggota dari suatu negara yang mengikatkan diri

pada negaranya dan berhak memperoleh perlindungan dari negara tersebut. Semua

warga negara memiliki kedudukan yang sama dalam negara, serta memiliki hak dan

kewajiban terhadap negara. Sebaliknya, negara memiliki hak dan kewajiban

terhadap warga negaranya.

AS Hikam, mendefinisikan warga negara sebagai terjemahan dari citizenship,

yaitu anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.4

Sedangkan Koerniatmanto S.,5 mendifinisikan warga negara sebagai anggota

negara. Sebagai anggota negara seseorang warga negara mempunyai kedudukan

yang khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang

bersifat timbal balik terhadap negaranya. Menurut Pasal 1 UU No. 12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan RI, bahwa Warga Negara Indonesia adalah orang-orang

bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan oleh undang-

undang sebagai warga negara Indonesia. Hal yang perlu diingat adalah warga negara

suatu negara tidak selalu menjadi penduduk negara itu. Misalnya, warga negara

Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri, dan penduduk suatu negara yang

tidak selalu merupakan warga negara di mana ia tinggal. Misalnya, orang asing yang

tinggal di Indonesia.6

Siapapun bisa dikatakan warga negara Indonesia apabila yang bersangkutan

menjalankan proses pewarganegaraan dan melakukan kewajibannya sebagai warga

negara Indonesia. Indonesia sendiri merupakan negara yang dikenal dengan

Bhineka Tunggal Ika, sehingga apapun ras, suku, agama, dapat menjadi warga

4 A.S. Muhammad Hikam, Kewarganegaraan dan Agenda Demokratisasi, dalam Titik TriwulanTutik, Kontruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, (Jakarta: Kencana,2011), cet. Ke-11, h. 303

5 Titik Triwulan Tutik, Kontruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945,h. 303

6 Titik Triwulan Tutik, Kontruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945,h. 304

Page 24: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

14

negara Indonesia. Penerimaan keberagaman tersebutlah yang nantinya akan

mebangun Indonesia menjadi lebih maju.

Keberadaan warga negara merupakan salah satu hal yang fundamen bagi

bangunan sebuah negara, sehingga kepastian dan jaminan hukum sudah selayaknya

diberikan negara kepada mereka. Seorang warga negara harus mendapat jaminan

perlindungan dan kepastian hukum atas hak-hak yang dimiliki, sekaligus kewajiban-

kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya sebagai warga negara dari suatu

negara. Menurut Bagir Manan, warga negara atau kewarganegaraan merupakan

salah satu unsur konstitutif keberadaan (eksistensi) suatu negara warga negara yang

merupakan salah satu hal yang bersifat prinsipal dalam kehidupan bernegara. Tidak

mungkin ada negara tanpa warga negara begitu juga sebaliknya tidak mungkin ada

warga negara tanpa negara.7 Tak heran bila kemudian adanya warga negara menjadi

hal yang fundamental sebagai unsur pokok berdirinya suatu negara. Negara dinilai

kedaulatannya dari cerminan sikap warga negaranya, artinya kedaulatan nehara di

mata negara lain akan tampak bila warga negaranya mampu membawa kemuliaan

dan keharuman negaranya.8

2. Prinsip Dasar KewarganegaraanTerdapat tiga prinsip yang terdapat di dalam kewarganegaraan yaitu,

citizenship as a political principle of democracy, as a juridical status of legal

personhood, as a form of membership and political identity.9 Pertama,

kewarganegaraan sebagai prinsip politik berdemokrasi. Yaitu adalah

kewarganegaraan dikonstruksi sebagai tindakan seseorang untuk dapat terlibat

7 Bagir Manan, Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun2006, (Yogyakarta: FH UII Press 2009), h. 1

8 Lihat: Nur Rohim Yunus, Teori Dasar Penelitian Hukum Tata Negara, (Jakarta: Poskolegnas,2017), h. 111-120

9 Jean L. Cohen, “Changing Paradigms of Citizenship and Exclusiveness of the Demos,”International Sociology, No. 3, Vol. 14, (September 1999).

Page 25: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

15

dalam proses diperintah dan memerintah secara setara, dan lebih menekankan pada

kesetaraan politik dan partisipasi sebagai pusat dan karakter dasar kewarganegaraan.

Kedua, kewarganegaraan sebagai status yuridis bagi seorang individu yang

merupakan subyek hukum yang tentunya akan selalu diikuti dengan berbagai hak-

hak serta kewajiban di dalamnya.

Konsep tersebut diturunkan secara konseptual dari tradisi hukum Romawi

yang mendefinisikan warga sebagai homo legalis. Dalam konsepsi ini, warga

dipandang bukan sebagai aktor politik tetapi lebih dilihat sebagai subyek hukum

dengan kebebasan yang diberikan oleh hukum dan dilindungi oleh hukum. Ketiga,

kewarganegaraan sebagai keberanggotaan seseorang dalam suatu komunitas

memberikan dimensi eksklusif bagi konsep mengenai warga negara. Artinya,

kewarganegaraan dalam hal ini membentuk identitas dan ikatan khusus yang

bersifat lebih tertutup. Berdasarkan ketiga konsep tersebut, dapat diambil simpulan

bahwa jika berbicara mengenai kewarganegaraan berarti berbicara pula mengenai

tiga basis konseptual di atas secara integral sebagai satu kesatuan, yakni modus

tindakan berpartisipasi dalam politik; hukum dan hak; serta modus keberanggotaan

individu dalam suatu komunitas tertentu dalam hal ini adalah negara.10

Mengenai pewarganegaraan, terdapat tiga sistem (kriteria umum) yang

digunakan untuk menentukan siapa yang menjadi warga negara suatu negara, yaitu

kriteria yang berdasarkan atas kelahiran, perkawinan, dan naturalisasi. Kriteria

kelahiran dibagi dalam dua asas yaitu ius sanguinis (asas keturunan) dan ius soli

(asas tempat kelahiran). Hal inilah yang menjadi asas kewarganegaraan. Dalam

praktiknya mungkin salah satu asas digunakan atau mungkin kombinasi asas

keturunan maupun asas tempat kelahiran.11 Adanya asas-asas tersebut merupakan

10 Robertus Robet dan Hendrik Boli Tobi, Pengantar Sosiologi Kewarganegaraan dari Marxsampai Agamben, (Tangerang Selatan: CV. Marjin Kiri, 2014), h. 5

11 Titik Triwulan Tutik, Kontruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945,h. 306

Page 26: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

16

hal dasar untuk menentukan kewarganegaraan seseorang. Sehingga bisa jelas

apabila seseorang yang bukan warga negara Indonesia ataupun warga negara

Indonesia itu sendiri megajukan permohonan pewarganegaraan.

Penentuan kewarganegaraan dengan menggunakan asas ius sanguinis, pada

prinsipnya merupakan cara penentuan kewarganegaraan berdasarkan pertalian

darah atau keturunan. Dengan penentuan seperti ini yang menjadi pokok sorotannya

adalah kewarganegaraan orangtuanya, tanpa mengindahkan di mana ia sendiri dan

orangtuanya berada. Sementara untuk penggunaan ius soli tolak ukurnya terletak

pada daerah atau tempat seorang dilahirkan. Asas ius soli ini biasanya digunakan

oleh negara-negara yang sebagian besar penduduknya adalah imigran, seperti

Amerika Serikat, Kanada, Australia.12 Sehubungan dengan kedua asas tersebut,

setiap negara bebas memilih asas apa yang hendak dipakai dalam rangka pengaturan

kewarganegaraan negara tersebut untuk menentukan siapa saja yang diterima

sebagai warga negara dan siapa yang bukan warga negara.

Selain asas-asas yang dijelaskan sebelumnya, ada unsur lain yang mendasari

kewarganegaraan seseorang, yaitu unsur pewarganegaraan (naturalisasi). Unsur ini

tidak harus memenuhi prinsip ius sanguinis atau ius soli, seseorang juga dapat

memperoleh kewarganegaraannya dengan jalan pewarganegaraan atau naturalisasi.

Pewarganegaraan ini terbagi menjadi dua, ada yang aktif dan ada yang pasif. Dalam

pewarganegaraan aktif, seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau

mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara. Sedangkan dalam

pewarganegaraan pasif, seseorang yang tidak mau dijadikan warga negara suatu

negara, maka yang bersangkutan dapat menggunakan hak untuk menolak pemberian

kewarganegaraan tersebut.13 Pewarganegaraan tersebut juga dikenal dengan dua

12 Muhammad Erwin, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia, (Bandung: PT RafikaUtama, 2013), cet. Ke-3, h. 80

13 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Demokrasi,HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: PUSLIT IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 61

Page 27: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

17

bentuk stelsel kewarganegaraan, Yakni stelsel aktif dan stelsel pasif.14Stelsel aktif

mengharuskan seseorang yang ingin menjadi warga negara dalam suatu negara,

harus melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu secara aktif. Sebaliknya,

menurut stelsel pasif, seseorang yang berada dalam suatu negara sudah dengan

sendirinya dianggap sebagai warga negara tanpa harus melakukan tindakan hukum

tertentu, hal tersebut berlaku juga dalam hal kehilangan kewarganegaraan. Adanya

penerapan dua asas umum kewarganegaraan dan stelsel kewarganegaraan, sangat

mungkin untuk timbulnya permasalahan tertentu seperti keadaan seseorang yang

menyandang status bipatride ataupun apatride, sehingga untuk mengatasi adanya

permasalahan yang timbul sebagai akibat dari penerapan asas dan stelsel tersebut,

dikenal adanya hak opsi dan hak repudiasi.15

Hak opsi merupakan hak yang diberikan kepada seseorang untuk memilih

sendiri kewarganegaraannya. Hak opsi dapat digunakan dalam stelsel aktif.

Kemudian hak repudiasi merupakan hak untuk menolak suatu status

kewarganegaraan. Hak repudiasi berlaku ketika dalam stelsel pasif seseorang

dengan sendirinya memperoleh suatu status kewarganegaraan, maka ia berhak untuk

menolak status kewarganegaraan yang diperoleh tersebut jika tidak

menghendakinya.56 Berkaitan dengan asas-asas umum, stelsel dan hak yang telah

dijelaskan tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Dijelaskan dalam Undang-Undang

Kewarganegaraan mengenai beberapa asas yang dianut di Indonesia,

Setiap negara pasti mempunyai kepentingan masing-masing berdasarkan latar

belakang sejarah negara tersebut, sehingga tidak semua negara menganggap asas

yang satu lebih baik dari asas yang lain. Bahkan dalam perkembangannya, timbul

14 Harsono, Hukum Tata Negara: Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan, (Yogyakarta:Liberty, 1992), h. 1

15 Zainul Ittihad Amin, Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan, (Tangerang Selatan:Universitas Terbuka, 2014), Cet. ke-18, hlm. 115.

Page 28: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

18

pula kebutuhan baru berdasarkan pengalaman di berbagai negara bahwa kedua asas

tersebut harus diubah dengan asas lain atau harus diterapkan secara bersamaan untuk

mencegah kemungkinan terjadinya keadaan dwi-kewarganegaraan (bipatrite) atau

sebaliknya sama sekali tanpa status kewarganegaraan (apatrite).16 Penerapan asas-

asas tersebut didasari kebutuhan dan keadaan negaranya tersebut, sehingga nantinya

akan mempermudah memberikan kepastian status warga negara pada warganya,

karena apabila suatu negara tidak dapat memberikan kepastian status warga negara

pada seseorang maka hal tersebut termasuk pelanggaran hak asasi manusia.

3. Bipatride (Dwi-Kewarganegaraan) dan Apatride (Tanpa Kewarganegaraan)Persoalan kewarganegaraan adalah suatu persoalan pokok yang mendasar

tentang bagaimana seseorang hidup pada suatu wilayah negara dimana pada masing-

masing negara itu memiliki aturan hukum masing-masing, inilah persoalan

terpenting bagaimana kepastian tentang status kewarganegaraan seseorang, dimana

seseorang harus mengikuti aturan hukum negara mana dan tergolong warga negara

mana. Terhadap warga negara yang status warga negaranya tidak jelas maka susah

juga bagi negara untuk menentukan aturan hukum bagi seseorang tersebut,

sebaliknya juga akan menjadi permasalahan bagi seseorang apabila dia memiliki

status kewarganegaraan yang tidak pasti atau stateless.

Di era globalisasi dan keterbukaan seperti sekarang ini, banyak sekali

penduduk suatu negara yang berpergian keluar negeri, baik karena direncanakan

dengan sengaja ataupun tidak, dapat saja melahirkan anak-anak di luar negeri.

Bahkan dapat pula terjadi, karena alasan pelayanan medis yang lebih baik, orang

sengaja melahirkan anak di rumah sakit di luar negeri yang dapat lebih menjamin

kesehatan dalam proses persalinan. Dalam hal negara tempat asal sesorang dengan

negara tempat ia melahirkan atau dilahirkan menganut sistem kewarganegaraan yang

16 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.387-388

Page 29: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

19

sama, tentu tidak akan menimbulkan persoalan. Akan tetapi, apabila kedua

negara yang bersangkutan memiliki sistem yang berbeda, maka dapat terjadi

keadaan yang menyebabkan seseorang menyandang status dwi- kewarganegaraan

(double citizenship) atau sebaliknya malah menjadi tidak berkewarganegaraan sama

sekali (stateless).17

Pada umumnya, baik bipatride maupun apatride adalah keadaan yang tidak

disukai baik oleh negara di mana orang tersebut berdomisili, maupun oleh yang

bersangkuatn sendiri. Keadaan bipatride membawa ketidakpastian dalam status

seseorang, sehingga dapat saja merugikan negara tertentu ataupun bagi yang

bersangkutan itu sendiri. Misalnya, yang bersangkutan sama-sama dibebani

kewajiban untuk membayar pajak kepada kedua negara yang menganggapnya

sebagai warga negara itu. Ada juga negara yang tidak menganggap hal ini sebagai

persoalan sehingga menyerahkan saja kebutuhan memilih kewarganegaraan itu

kepada orang yang bersangkutan.

Dikalangan negara-negara makmur, dan rakyatnya sudah rata-rata

berpenghasilan tinggi, tidak dirasakan adanya kerugian apapun bagi negara yang

mengakui status dwi-kewarganegaraan itu. Sebaliknya bagi negara berkembang,

yang penduduknya masih terbelakang, keadaan bipatride sering dianggap lebih

banyak merugikan.18 Kenyataan bahwa bipatride terjadi apabila seseorang penduduk

pada suatu negara yang berasal dari kewarganegaraan lain kemudian diberi

pewarganegaraan oleh negara yang ditempatinya sekarang, tanpa menyatakan

melepaskan kewarganegaraan sebelumnya.19 Sebaliknya keadaan apatrite atau tanpa

17 Rendra Marliyanto, Analisis Yuridis Staus Kewarganegaraan Terhadap Orang yang TidakMemiliki Kewarganegaraan (Stateless) berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, (Jurnal Universitas Jember, Vol. 1 No. 1, Januari2013), h. 2

18 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 38919 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Demokrasi,

HAM, dan Masyarakat Madani, h. 63

Page 30: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

20

kewarganegaraan juga membawa akibat bahwa orang tersebut tidak akan mendapat

perlindungan dari negara manapun juga. Faktor utama yang menyebabkan apatride

adalah konflik di dalam suatu negara sehingga warga negaranya harus mengungsi

ke negara lain demi keselamatannya.

Baik bipatride maupun apatride tersebut tentu harus dihindarkan dengan cara

menutup dua kemungkinan terjadinya kedua keadaan itu dengan undang-undang

kewarganegaraan. Umpamanya untuk mencegah bipatride Undang-Undang No. 62

Tahun 1958 Pasal 7 menentukan bahwa seorang perempuan asing yang kawin

dengan laki-laki warga negara Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan

Indonesia dengan peryataan dan dengan syarat harus meninggalkan

kewarganegaraan asalnya. Demikian pula untuk mencegah apatride.

Undang-undang tersebut dalam pasal 1 huruf f menentukan, bahwa anak yang

lahir di wilayah Republik Indonesia selama kedua orang tuanya tidak diketahui,

adalah warga negara Indonesia. 20 Penolakan kewarganegaraan seseorang pada suatu

negara dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia, akan tetapi fenomena

penolakan kewarganegaraan seseorang kerap terjadi dan itupun dianggap sebagai

wujud kedaulalatan negara.

4. Konsep Kewarganegaraan Menurut IslamDalam konteks negara Islam, warga negara mengandung pengertian

penduduk sebuah negara Islam yang memeluk agama Islam. Penduduk yang

bertempat tinggal di wilayah negara Islam namun belum memeluk agama Islam

atau dengan kata lain bahwa masyarakat atau individu non muslim yang bertempat

tinggal diwilayah negara Islam, akan diberi status penduduk permanen, tetapi tidak

dianggap sebagai warga negara dari negara Islam kecuali jika mereka memeluk

20 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 390

Page 31: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

21

Islam atas kemauan mereka sendiri.21 Meskipun demikian, ternyata kenyataan

diatas bukanlah sebuah statemen yang bersifat final, hal ini terlihat dari adanya

pemikir Islam yang memandang mereka sebagai warga negara Islam.

Terdapat perbedaam pandangan dalam hal asas kewarganegaraan negara

Islam. Abdulrahman Abdul Kadir Kurdi misalnya, menyatakan bahwa asas

kewarganegaraan dalam negara Islam didasarkan atas olehnya seorang warga dalam

menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan mereka.22 Dengan demikian umat

manusia secara keseluruhan akan dipandang sebagai muslim atau non muslim dalam

sisi kehidupan mereka dalam menjalankan Islam. Pengelompokam ini semata-mata

hanya dimaksudkan hanya untuk membedakan antara orang-orang Islam dengan

lainnya berkaitan dengan tanggungjawab dan persyaratan mereka dalam sistem

Islam.

Pandangan lain menyatakan bahwa sebagai negara ideologi, Islam tetap

membatasi kewarganegaraan bagi mereka yang menetap di wilayahnya saja baik

itu muslim ataupun non muslim dan orang-orang yang telah berimigrasi ke

dalamnya.23 Adapun dasar dari statemen ini adalah firman Allah dalam surat Al

Anfal ayat 72, yang berbunyi :

نصروا أ إن الذین آمنوا وھاجروا وجاھدوا بأموالھم وأنف والذین آووا و ولئك سھم في سبیل

ن شيء حتى یھاجروا ل ھاجروا ما بعضھم أولیاء بعض والذین آمنوا ولم ی ن والیتھم م كم م

ین فعلیكم النصر إال على ق بما تعم وإن استنصروكم في الد یثاق و لون وم بینكم وبینھم م

﴾٧٢بصیر ﴿

21 Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi, Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Qur'an danSunah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), h. 115

22 Abdul Rahman Abdul Kadir Kurdi, Tatanan Sosisal Islam Studi Berdasarkan Al-Qur'an danSunah, h. 112

23 Syekh Syaukat Hussain, Hak Asasi Manusia dalam Islam, ( Jakarta:Gema Insani Press,1996), h. 21

Page 32: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

22

Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta

berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang- orang yang

memberikan tempat kediaman dan pertolongan mereka itu satu sama lain

saling melindungi dan terhadap orang-orang yang beriman tetapi mereka

belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi

mereka." (QS. Al Anfal : 72).

Siapakah yang tercakup warga negara dalam Islam dan bagaimana kedudukan

mereka. Menurut An-Na‟im tidak ada satupun negara yang secara logis diharapkan

memberikan hak-hak sipil, sosial, ekonomi, dan politik secara penuh terhadap

orang-orang yang kebetulan lahir di dalam wilayah negaranya. Tidak ada satu

negarapun yang secara logis berhak memaksakan kewajiban yang diperintahkan

dengan menuntut kesetiaan dari siapa saja yang kebetulan berada di dalam

wilayahnya. Karena itu, sistem konstitusional dan perundang-undangan biasanya

akan membedakan di antara mereka yang berhak, mereka yang terhalangi untuk

melakukan kewajiban setia kepada negara, dan mereka yang tidak demikian.24

Kewarganegaraan selalu berkaitan dengan keseimbangan antara hak dan

kewajiban warga negara di hadapan negara. Untuk mengurai masalah ini barangkali

bisa ditelusuri dengan melihat unsur-unsur dasar apa yang dijadikan basis

pembentukan suatu negara. Ada beberapa unsur yang dapat dijadikan modal

sebagai unsur formatif suatu negara, seperti agama, ras, bahasa, wilayah dan nasib

yang sama. Namun demikian, seberapa jauh keabsahan suatu negara yang hanya

mendasarkan pada unsur-unsur tertentu, agama misalnya. Sehingga pada saatnya,

negara itu akan membedakan hak dan kewajiban warga negaranya atas dasar agama.

Menurut An-Na‟im menolak kewarganegaraan penuh bagi seseorang yang

dilahirkan dan menetap sebagai penduduk dalam suatu wilayah suatu negara, tidak

24 Abdullah An-Naim Ahmad, Dekontruksi Syariah, Wacana Kebebasan Sipil, Hak AsasiManusia, dan Hubungan Internasional dalam Islam, Terjemahan Ahmad Suaedi dan Amiruddin Arrani,(Yogyakarta : LKIS, 1994), h. 163-164

Page 33: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

23

dapat diterima secara moral dan politik, kecuali jika orang itu memilih dan

memperoleh kewarganegaraan negara lain.25 Jika dalam islam telah menentukan hak

dan kewajiban bagi seseorang, maka sudah seharusnya negara menjalankan

kewajibannya untuk memenuhi hak warga negaranya, begitupun sebaliknya, warga

negara harus menjalankan kewajibannya pada negara untuk mendapatkan haknya.

Dengan begitu hubungan antara negara dan warganya berjalan dengan semestinya

dan tidak menimbulkan pelanggaran hak asasi.

B. Konsep Dasar Pemerintahan1. Asas-Asas Pemerintahan yang Baik

Dasar pengangkatan menteri negara sudah seharusnya selalu menerapkan

prinsip-prinsip good governance yang terjabarkan dalam asas-asas umum

pemerintahan yang baik. Beberapa asas-asas umum pemerintahan yang baik yang

dianut di Indonesia, antara lain:

a. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap

kebijakan penyelenggaraan negara.

b. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan

keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara

negara.

c. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

d. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara dengan tetap memerhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi, golongan, dam rahasia negara.

25 Abdullah An-Naim Ahmad, Dekontruksi Syariah, Wacana Kebebasan Sipil, Hak AsasiManusia, dan Hubungan Internasional dalam Islam, h. 164

Page 34: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

24

e. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak

dan kewajiban penyelenggara negara.

f. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan

kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ada beberapa konsep lain dari asas-asas umum pemerintahan yang baik, salah

satu dari konsep tersebut rumuskan oleh Koentjoro Purbopranoto dan SF. Marbun

yang dikutip oleh Ridwan HR dalam bukunya yang berjudul Hukum Administrasi

Negara, asas-asas tersebut terdiri dari:26

a. Asas kepastian hukum (principle of legal security);

b. Asas keseimbangan (principle of proportionality);

c. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of equality);

d. Asas bertindak cermat (principle of carefulness);

e. Asas motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation);

f. Asas tidak mencampuradukkan kewenangan (principle of non misuse of

competence);

g. Asas permainan yang layak (principle of fair play);

h. Asas keadilan dan kewajaran (principle of reasonable or prohibition of

arbitrariness);

i. Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar (principle of

meeting raised expectation);

j. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the

concequences of an annulled decision);

26 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014, cet. ke-10), h. 244-245

Page 35: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

25

k. Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi (principle of

protecting the personal may of life);

l. Asas kebijaksanaan (sapientia);

m.Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service).

2. Hak Berpartisipasi di dalam PemerintahanUndang-Undang Dasar sebagai constitusional right menyatakan bahwa

Indonesia adalah negara hukum yang salah satu elemen dasarnya adalah pemenuhan,

pengakuan dan penjaminan akan hak-hak dasar warga negara. Dari berbagai

literatur hukum tata negara maupun ilmu politik kajian tentang ruang lingkup paham

konstitusi (konstitusionalisme) terdiri dari: (a) anatomi kekuasaan (kekusaan

politik) tunduk pada hukum, (b) jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia,

(c) peradilan yang bebas dan mandiri, dan (d) pertanggungjawaban kepada rakyat

(akuntabilitas publik) sebagai sendi utama dari asas kedaulatan rakyat.27

Hak politik pada hakekatnya mempunyai sifat melindungi individu dari

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak penguasa. Karena itu, dalam mendukung

pelaksanaannya peranan pemerintah perlu diatur melalui perundang-undangan,

agar campur tangannya dalam kehidupan warga masyarakat melampaui batas-

batas tertentu. Hak-hak politik biasanya ditetapkan dan diakui sepenuhnya oleh

konstitusi berdasarkan keanggotaan sebagai warga negara. Artinya, hak-hak ini

tidak berlaku kecuali bagi warga negara setempat, bukan warga asing.

Penegasan konstitusi hak politik warga negara, tertuang dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (1)

dinyatakan bahwa, “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam

hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya”. Pasal ini menjelaskan bahwa setiap warga negara,

27 Dahlan Thaib dkk, Teori dan Hukum Konstitusi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001), h.2

Page 36: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

26

yaitu orang Indonesia asli maupun bangsa lain yang disahkan Undang-Undang

sebagai warga negara, mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum dan

pemerintahan. Setiap warga negara juga berhak untuk memperoleh kesempatan

yang sama dalam pemerintahan (Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (3)).28

Warga negara memiliki hak untuk ikut dalam membuat keputusan-keputusan

politik dalam kehidupan bernegara mengenai apa yang harus diambil atau dihasilkan

sebagai kesepakatan, misalnya kesepakatan legislatif. Hal tersebut didasari oleh

suara yang diberikan oleh warga negara saat pemilu, sehingga setiap keputusan dan

kebijakan yang akan diambil oleh wakil rakyat di parlemen sudah seharusnya

mengutamakan kepentingan warga negara.29

Sri Soemantri menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai Konstitusi

tertulis merupakan sebuah dokumen formal yang berisi:30 (1) Hasil perjuangan

politik bangsa di waktu yang lampau; (2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan

ketatanegaraan bangsa; (3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak

mewujudkan, baik untuk waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datang,

dan (4) Suatu keinginan, dengan nama perkembangan kehidupan ketatanegaraan

bangsa hendak dipimpin.

Menurut Ramdlon Naning, HAM dapat dibedakan dalam: (1) hak-hak asasi

pribadi (personal right); (2) hak-hak asasi ekonomi (property rights); (3) hak-

hak asasi politik (political rights); (4) hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan

yang sama dalam hukum dan pemerintahan (right of legal equality); (5) hak-hak

asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights); dan (6) hak asasi untuk

mendapatkan perlakuan yang sama di muka hukum dalam tata cara peradilan dan

28 Dahlan Thaib dkk, Teori dan Hukum Konstitusi, h. 4229 Soetandyo Wignjosiebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, (Jakarta:

ESLAM), h. 50230 Dahlan Thaib dkk, Teori dan Hukum Konstitusi, h. 57

Page 37: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

27

perlindungan (procedural rights).31 Penjelasan mengenai hak politik warga negara

terdapat di dalam Undang Undang tentang HAM khusus Pasal 43:

a. Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum

berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum,

bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

b. Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung

atau dengan perantaraan wakil yang dipilihnya dengan bebas, menurut cara

yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

c. Setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap jabatan pemerintahan.

Penegasan konstitusi hak politik warga negara, tertuang dalam kovenan hak

sipil dan politik ditegaskan Pasal 25 “Setiap warga negara harus mempunyai

hak dan kesempatan, tanpa pembedaan apapun” sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 2 dan tanpa pembatasan yang tidak layak, untuk:32

a. Ikut serta dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, baik secara langsung

ataupun melalui wakil-wakil yang dipilih secara bebas;

b. Memilih dan dipilih pada pemilihan umum berkala yang murni, dan dengan hak

pilih yang universal dan sama, serta dilakukan melalui pemungutan suara secara

rahasia untuk menjamin kebebasan menyatakan keinginan dari para pemilih;

c. Memperoleh akses pada pelayanan umum di negaranya atas dasar persamaan

dalam arti umum.

31 H.Rosjidi Ranggawidjaja, Pembatasan Konstitusional Hak Warga Negara untuk Memilihdan Dipilih dalam Jabatan Publik, Jurnal Konstitusi PSKN-FH Universitas Padjajaran, Volume IINomor 2, November 2010, Jakarta, FH Unpad dengan Mahkamah Konstitusi h. 38

32 Efrial Rusliandi, Skripsi Hak Politik Warga Moro-Moro Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung,(Lampung: Unila, 2012), h. 44

Page 38: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

28

3. Status Warga Negara dan Kaitannya dengan Hak Berpastisipasi dalamPemerintahan

Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai keanggotaan seseorang dalam

kontrol satuan politik tertentu (negara) yang dengannya akan membawa hak untuk

berpartisipasi dalam kegiatan politik. Adanya status kewarganegaraan yang

dimiliki seseorang yang disebut dengan warga negara, maka akan memiliki

implikasi hak dan kewajiban kepada orang tersebut. Hal tersebut sesuai dengan apa

yang dijelaskan oleh Sudargo Gautama bahwa pengertian pokok dari

kewarganegaraan adalah ikatan antara individu dengan negara, individu tersebut

merupakan anggota penuh secara politik dalam negara dan berkewajiban untuk

tetap setia kepada negara, sebaliknya negara juga berkewajiban melindungi

individu tersebut dimana pun individu tersebut berada.33

Jellineck mengemukakan bahwa ada empat macam status warga negara34,

yaitu:

1. Status Aktif; yaitu warga negara diberi hak untuk menuntut tindakan positif dari

negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga, milik, kemeerdekaan dan

sebagainya.

2. Status Negatif; adanya status negatif maka negara menjamin bahwa hak asasi

warga negaranya tidak akan diintervensi oleh negara.

3. Status Aktif; yaitu memberikan hak kepada setiap warga negara untuk ikut serta

dalam pemerintahan.

4. Status Pasif; yaitu kewajiban bagi setiap warga negara untuk mentaati dan

tunduk kepada negaranya.

33 Sudargo Gautama, Warga Negara dan Orang Asing: Berikut Contoh-contoh, (Bandung:Alumni, 1987), hlm. 21, Lihat Nadia Septifanny, Kedudukan Status Kewarganegaraan dalam JabatanPublik (Studi Kasus Archandra Tahar), h. 26

34 Salman Maggalatung dan Nur Rohim Yunus, Pokok-Pokok Teori Ilmu Negara: AktualisasiDalam Teori Negara Indonesia, (Bandung: Fajar Media), h. 98

Page 39: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

29

Pasal 2 Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia menyatakan, bahwa

yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli

dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga

negara. Dalam penjelasan Pasal 2 dinyatakan, bahwa “yang dimaksud orang-orang

bangsa Indonesia asli adalah orang Indonesia yang menjadi WNI sejak

kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendaknya

sendiri”. Apabila merujuk pada Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945,

menurut Philipus M. Hadjon,35 bahwa pasal tersebut pada dasarnya sudah

menggantikan makna orang-orang bangsa Indonesia asli dengan rumusan “WNI

sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena

kehendaknya sendiri”.

Berdasarkan rancangan penjelasan pelengkap Pasal 6 Ayat (1) Undang-

Undang Dasar 1945 pra-amandemen, MPR (S) pernah memberikan ukuran yuridis

sebagai berikut: (1) yang dimaksud orang Indonesia asli, ia warga negara yang

dahulunya digolongkan kepada golongan Bumiputera; (2) orang yang menjadi

warga negara karena naturalisai dapat dianggap orang Indonesia asli, apabila turun-

temurun bertempat tinggal di Indonesia, bersikap dan beripikir secara Indonesia,

sungguh-sungguh setia kepada negara Republik Indonesia dan falsafah Pancasila.36

Padmo Wahjono, berpendapat dengan menggunakan ukuran politis dalam

menafsirkan Pasal 6 Ayat (1) sebagau berikut: “Dengan memahami suasana

dibuatnya teks itu perkataan asli di sini tidak harus diartikan sebagai orang yang

menghayati perjuangan kemerdekaan, atau dengan bahasa yang kita pakai sekarang

kata asli haruslah kita artikan: yang menghayati dan mampu mengamalkan gagasan

bernegara kita sebagai yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945”.

35 Titik Triwulan Tutik, Kontrtuksi Hukum Tata Negara Indonesia, h. 32036 Titik Triwulan Tutik, Kontrtuksi Hukum Tata Negara Indonesia, h. 321

Page 40: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

30

BAB IIIPENGATURAN KEWARGANEGARAAN INDONESIA DAN

PENGANGKATAN MENTERI DITINJAU DARI PRESPEKTIFPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Pengaturan Kewarganegaraan Republik Indonesia

1. Dasar Pengaturan Kewarganegaraan Republik IndonesiaPada saat ini pengaturan kewarganegaraan Indonesia menganut prinsip

berkewarganegaraan tunggal (single nasionality). Prinsip ini telah dianut sejak

Proklamasi 17 Agustus Tahun 1945 dengan menerbitkan UU No.3 Tahun 1946

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang kemudian diganti dengan UU

No.62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dan terakhir di

perbaharui dengan UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia dan PP No.2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan,

Pembatalan, dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Hukum kewarganegaraan adalah seperangkat aturan yang berkenaan dengan segala

hal yang berhubungan dengan warga negara (staatsburgers). Di dalam UU No.12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia pada dasarnya prinsip

kewarganegaraan tunggal tetap dipertahankan. 1

UUD NRI 1945 Pasal 26 menyatakan bahwa: (1) Yang menjadi warga negara

ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang

disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. (2) Penduduk ialah warga

negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. (3) Hal-hal

mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang. Kemudian

diatur lebih lanjut dalam UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia terdapat suatu eksepsi mengenai prinsip kewarganegaraan

1 Eka Martiana Wulansari, Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual Nasionality)Dalam Sistem Kewarganegaraan Di Indonesia, Jurnal Rechtvinding Online, h. 2

Page 41: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

31

tunggal (single nasionality) yaitu adanya prinsip Kewarganegaraan ganda terbatas

yang diberikan kepada anak-anak hasil perkawinan campuran orang tuanya dimana

salah satunya berkewarganegaraan asing. Yang dimaksud dengan terbatas disini

adalah bahwa terhadap anak-anak hasil kawin campur diberikan batas waktu

terakhir sampai berusia 21 tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan yang

dimiliki yaitu memilih antara berkewarganegaraan Indonesia atau

berkewarganegaraan asing dan hal ini harus dinyatakan.2

Prinsip kewarganegaraan tunggal ini bahkan tercermin dalam beberapa

ketentuan mengenai alasan-alasan untuk hilangnya status warga negara Indonesia

apabila ternyata bahwa seseorang warga negara Indonesia (i) secara sukarela masuk

dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di Indonesia sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh Warga

Negara Inndonesia; atau (ii) tidak diwajibkan tetapi turut dalam pemilihan sesuatu

yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing. Kendati Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006 dapat dikatakan mulai mengakomodasikan kemungkinan

kewarganegaraan ganda itu untuk anak-anak sampai berumur 18 tahun atau sudah

kawin, namun sikap umum pembentuk undang-undang masih terlihat sangat apriori

dengan orang asing.3

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya yang menjelaskan bahwa

status kewargenagaraan merupakan hal penting bagi setiap orang agar

kedudukannya sebagai subjek hukum yang berhak menyandang hak dan kewajiban

hukum tersebut dapat dijamin secara legal dan aktual. Lebih-lebih dalam lalu lintas

hukum Internasional, status kewarganegaraan itu dapat menjadi jembatan bagi

setiap warga negara untuk menikmati keuntungan dari keberadaan hukum

2 Eka Martiana Wulansari, Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual Nasionality)Dalam Sistem Kewarganegaraan Di Indonesia, Jurnal Rechtvinding Online, h. 2

3 May Lim Charity, Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia,dalam Jurnal Konstitusi, Vol. XIII, No. 4, Desember 2016, h. 822

Page 42: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

32

Internasional. A.W. Bradley dan K.D. Ewing menyebut bahwa nasionalitas dan

status kewarganegaraan menghubungkan seseorang dengan orang lain dalam

pergaulan Internasional. Bahkan MacIver menyebut bahwa masalah

kewarganegaraan (citizenship) merupakan masalah yang nyata bagi seseorang

dalam suatu negara, karena hak dan kewajiban bayi baru lahir itu terkait dengan

status kewarganegaraan.4 Bahkan status kewarganegaraan seseorang juga

menetukan penundukan dirinya terhadap jurisdiksi hukum pada suatu negara.

Terlebih lagi, dengan perkembangan dalam system perhubungan dan

telekomunikasi, perpindahanan manusia antar negara menunjukkan intensitas

yang semakin tinggi. Hal ini membentuk interaksi diantara manusia yang berbeda

kewarganegaraan semakin mudah. Daya tarik sumber daya alam di negara-negara

berkembang menjadi salah satu penyebab kedatangan orang asing untuk

berinvestasi. Hal ini memacu dan memicu pertumbuhan ekonomi dengan masuknya

sejumlah peruhsahaan asing yang membawa serta pekerja dan professional dari

negara yang bersangkutan.5

Hal ini berdampak langsung dan nyata terhadap interaksi antara warganegara

Indonesia dengan warga asing sebagai warga pendatang yang bekerja di

Indonesia. Interaksi ini bukan sekedar dalam hal professional sebatas hubungan

pekerjaan, akan tetapi memunculkan hubungan emosional yang bermuara pada

lembaga perkawinan. Disinilah masalah kemudian muncul terhadap

kewarganegaraa dari anak-anak yang terlahir dari perkawinan campur, terutama

yang memiliki Ibu berwarganegara Indonesia dengan Ayah berwarganegara asing.

Hal yang perlu diingat “Warga Negara suatu Negara tidak selalu menjadi

penduduk Negara itu”. Misalnya, warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal

4 May Lim Charity, Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi Diaspora Indonesia,dalam Jurnal Konstitusi, Vol. XIII, No. 4, Desember 2016, h. 813

5 Amey Yunita Luntungan, Naturalisasi Warga Negara Asing Menjadi Warga Negara IndonesiaMenurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan, Jurnal Lex Et Societatis,Vol I No. 5, September 2013, h. 51-52

Page 43: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

33

di luar negeri. Penduduk suatu Negara tidak selalu merupakan warga negara dimana

ia tinggal, misalnya, orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI

mengatur tentang tata cara memperoleh kewarganegaraan RI. Berbagai cara orang

asing menjadi Warga Negara Indonesia antara lain melalui pewarganegaraan,

pemberian oleh negara kepada orang asing yang dianggap berjasa atau karena

alasan kepentingan negara. Setiap orang berhak atas suatu kewarganegaraan dan

tidak seorangpun dengan semena-mena dapat dicabut kewarganegaraannya atau

ditolak hanya untuk mengganti kewarganegaraannya (Pasal 15 Deklarasi Umum

Hak Asasi Manusia). Himbauan PBB tersebut ditindaklanjuti Pemerintah Negara

RI dengan memberi kesempatan bagi orang asing untuk menjadi WNI.6

Adapun pewarganegaraan sering disebut dengan istilah Naturalisasi.7 Setiap

negara memiliki ketentuan yang berbeda tentang bagaimana seseorang dapat

menjadi warga negara di negara tersebut. Negara Indonesia juga memiliki ketentuan

mengenai cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia sebagaiamana diatur dalam

Undang-Undang No. 12 Tahun 20016 Tentang Kewarganegaraan Indonesia.

Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 menjelaskan tatacara memperoleh

kewarganegaraan Indonesia, antara lain:8

a. Melalui permohonan,

b. Melalui pernyataan,

6 Rendra Marliyanto, Analisis Yuridis Staus Kewarganegaraan Terhadap Orang yang TidakMemiliki Kewarganegaraan (Stateless) berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, h. 5

7 Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah Di PerguruanTinggi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 45

8 Winarno, Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosisologis Menuju Yuridis, (Bandung: Alfabeta,2009), h. 104

Page 44: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

34

c. Melalui pemberian kewarganegaraan,

d. Melalui pernyataan untuk memilih kewarganegaraan.

Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh

Kewarganegaraan RI melalui permohonan. Pasal 9 Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 menentukan bahwa permohonan pewarganegaraan dapat diajukan

oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin;

b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara

RI paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak

berturut- turut;

c. Sehat jasmani dan rohani;

d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD

1945;

e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam

dengan pidana penjara 1 tahun atau lebih;

f. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan RI tidak menjadi

berkewarganegaraan ganda;

g. Mempunyai pekerjaan dan/ atau berpenghasilan tetap dan membayar uang

pewarganegaraan ke Kas Negara.

Persyaratan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

Tentang Kewarganegaraan Indonesia menjadi dasar penentuan kewarganegaraan

seseorang. Setelah memenuhi persyaratan yang terdapat di dalam pasal 9 di atas,

prosedur selanjutnya yang harus ditempuh oleh seseorang yang ingin menjadi warga

Page 45: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

35

negara Indonesia melalui permohonan adalah antara lain diatur dalam Pasal 10

sampai dengan Pasal 18 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006.9

Tata cara permohonan kewarganegaraan diatur dalam Pasal 10 Ayat (1) dan

(2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 sebagai berikut:

a. Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara

tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada Presiden

melalui Menteri.

b. Berkas permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada Pejabat.

Setelah diajukannya permohonan kemudian Menteri meneruskan permohonan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 disertai dengan pertimbangan kepada

Presiden dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal

permohonan diterima. Setiap permohonan kewarganegaraan yang diajukan

dikenakan biaya sebagaimana diatur dalam Pasal 12 Ayat (1) dan (2) Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006.

Kewenangan Presiden untuk mengabulkan atau menolak permohonan

kewarganegaraan yang diajukan serta tahapan setelah permohonan diajukan kepada

presiden diatur dalam Pasal 13 Ayat (1) sampai dengan Ayat (4) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006. Keputusan Presiden untuk menerima atau menolak

permohonan ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah permohonan diterima

oleh menteri dan diberitahukan kepada pemohon paling lambat 14 (empat belas)

hari terhitung setelah keputusan Presiden ditetapkan. Penolakan permohonan

kewarganegaraan harus disertai alasan dan diberitahukan oleh menteri kepada

pemohon paling lambat 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima oleh menteri.

9 Saudin, Permohonan, Pernyataan Dan Pemberian Kewarganegaraan KarenaPewarganegaraan Berdasarkan Undang-Undang Tahun 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan,Jurnal Disiplin. Vol. 21 No. 8, Desember 2015, h. 50

Page 46: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

36

Ketentuan terhadap keputusan presiden diatur dalam Pasal 14 Ayat (1) sampai

dengan Ayat (4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 yang menjelaskan bahwa

keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan pewarganegaraan

berlaku efektif terhitung sejak tanggal pemohon mengucapkan sumpah atau

menyatakan janji setia. Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak Keputusan

Presiden dikirim kepada pemohon, Pejabat memanggil pemohon untuk

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. Dalam hal setelah dipanggil

secara tertulis oleh Pejabat untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia

pada waktu yang telah ditentukan ternyata pemohon tidak hadir tanpa alasan yang

sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi hukum. Dalam hal pemohon tidak dapat

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan

sebagai akibat kelalaian Pejabat, pemohon dapat mengucapkan sumpah atau

menyatakan janji setia di hadapan Pejabat lain yang ditunjuk Menteri.

Proses selanjutnya yang dilakukan adalah Adapun pengucapan sumpah atau

pernyataan janji setia yang diatur dalam Pasal 15 Ayat (1) sampai dengan Ayat (3)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006. Adapun pengucapan sumpah atau

pernyataan janji setia dilakukan di hadapan Pejabat. Pejabat sebagaimana dimaksud

adalah yang membuat berita acara pelaksanaan pengucapan sumpah atau pernyataan

janji setia. Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal pengucapan

sumpah atau pernyataan janji setia, kemudian pejabat tersebut menyampaikan berita

acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia kepada Menteri.

Lafal sumpah atau janji setia yang diucapkan adalah sebagai berikut:

Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah melepaskan seluruhkesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia kepadaNegara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara kepada sayasebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas.

Yang menyatakan janji setia, lafal janji setianya sebagai berikut:

Page 47: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

37

Saya berjanji melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing,mengakui, tunduk, dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia,Pancasila, dan Undang-Undang Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan sungguh-sungguh serta akanmenjalankan kewajiban yang dibebankan negara kepada saya sebagai WargaNegara Indonesia dengan tulus dan ikhlas.

Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia, pemohon wajib

menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya kepada kantor

imigrasi dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak

tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia. Salinan Keputusan Presiden

tentang pewarganegaraan dan berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji

setia dari Pejabat menjadi bukti sah Kewarganegaraan Republik Indonesia

seseorang yang memperoleh kewarganegaraan. Kemudian Menteri mengumumkan

nama orang yang telah memperoleh kewarganegaraan dalam Berita Negara

Republik Indonesia. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan

membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang

dibebankan negara kepada saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan

ikhlas.

Selain dengan cara permohonan seperti yang dijelaskan di atas, cara lain untuk

mendapatkan kewarganegaraan Indonesia ditempuh melalui pernyataan dan

pemberian, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006.

Ketentuan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui pernyataan

diatur dalam pasal 19 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006, disebutkan bahwa warga

negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia dapat

memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan

pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat berwenang. Pernyataan

sebagaimana dimaksud dilakukan apabila yang bersangkutan sudah bertempat

tinggal di wilayah Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut

Page 48: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

38

atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut, dengan catatan bahwa

perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.10

Secara khusus isi dari Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 yang

menjelaskan tentang tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

yang ditempuh oleh orang asing melalui pernyataan, sebabagi berikut:

a. Warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia

dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan

pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat.

b. Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila yang

bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia

paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun

tidak berturut-turut, kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut

mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.

c. Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), yang bersangkutan dapat diberi izin tinggal tetap sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan untuk

menjadi Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Adapun persyaratan memperoleh kewarganegaraan melalui pernyataan adalah

sudah berumur 18 tahun atau telah kawin atau seorang anak yang sebagaimana

disebutkan dalam pasal 21 Undang-undang No. 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaran Republik Indonesia sebagai berikut:

10 Titik Triwulan Tutik, Kontruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945,h. 312

Page 49: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

39

a. Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin, berada dan

bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang

memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya

berkewarganegaraan Republik Indonesia.

b. Anak warga negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara

sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh Warga Negara Indonesia

memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia.

c. Apabila anak tersebut memperoleh kewarganegaraan ganda, anak tersebut harus

menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.

Cara yang ketiga untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia

adalah melalui pemberian kewarganegaraan, yaitu orang asing yang telah berjasa

kepada negara Republik Indonesia dapat diberikan kewargenegaraan Indonesia oleh

Presiden setelah mendapatkan pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat

sehingga orang asing tersebut mendapatkan Kewarganegaraan Indonesia. Dalam

Pasal 20 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 menyatakan bahwa orang asing yang

telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan

negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah

memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, kecali

dengan pemberian kewarganegaraan tersebut dapat mengakibatkan yang

bersangkutan berkewarganegaraan ganda. Pada ketentuan di atas Presiden tidak

dapat memberikan kewarganegaraan kepada seseorang yang telah memiliki

kewarganegaraan karena dapat menimbulkan kewarganegaraan ganda.

Dalam penjelasan dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “orang asing

yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia” adalah orang asing yang

karena prestasinya yang luar biasa dibidang kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan

teknologi, kebudayaan, lingkungan hidup, serta keolahragaan telah memberikan

kemajuan dan keharuman nama bangsa Indonesia. Serta orang asing yang dinilai

Page 50: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

40

oleh negara telah dan dapat memberikan sumbangan yang luar biasa untuk

kepentingan memantapkan kedaulatan negara dan untuk meningkatkan kemajuan

khususnya dibidang perekonomian Indonesia,11 dengan ketentuan orang asing

tersebut tidak memiliki kewarganegaraan di negara lain atau telah melepaskan

kewarganegaraan di negara lain.

2. Cara Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik IndonesiaBagi warga negara Indonesia yang telah melakukan sumpah atau janji setia

menjadi warga negara di negara lain secara sukarela, maka saat itu pula telah

kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia karena Indonesia tidak menganut

sistem kewarganegaraan ganda. Apabila seseorang tersebut ingin kembali menjadi

warga negara Indonesia tidak semerta-merta diterima langsung menjadi warga

negara Indonesia, tetapi harus melakukan proses sebagaimana warga negara asing

lain ingin menjadi warga negara Indonesia, meskipun ia adalah orang Indonesia

asli. Secara hukum seseorang yang bukan lagi WNI harus diperlakukan seperti

orang asing. Namun demikian, peraturan hukum di Indonesia masih memberikan

peluang untuk memperoleh kembali status WNI dengan persyaratan dan prosedur

tertentu.

Persyaratan untuk memperoleh kembali status WNI yang telah hilang sama

saja dengan persyaratan bagi WNA lainnya yang akan menjadi WNI, sebagaimana

diatur dalam Pasal 9 UU 12/2006, yakni:12

a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin meskipun belum 18 tahun.

b. Pada saat mengajukan permohonan, telah tinggal di Indonesia selama 5 tahun

berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut.

c. Sehat jasmani dan rohani.

11 Winarno, Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosiologis Menuju Yuridis, h. 13112Memperoleh Kembali Kewarganegaraan RI, Kedutaan Besar RI di Timor Leste, diakses di

http://www.kemlu.go.id/dili/id/layanan_WNI_BHI/Pages/memperoleh_kembali_kewarganegaraan.aspx pada 11 Maret 2017 Pukul 23:17

Page 51: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

41

d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD

1945.

e. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana / penjara karena terbukti melakukan tidak

pidana / kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara 1 tahun atau lebih.

f. Dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia tidak menyebabkan statusnya

menjadi berkewarganegaraan ganda, sebab hal itu tidak diakui dalam sistem

hukum di Indonesia. Dengan kata lain, status kewarganegaraan dari negara lain

harus dilepaskan.

g. Mempunyai pekerjaan atau memiliki penghasilan tetap.

h. Membayar uang / biaya pewarganegaraan ke Kas Negara.

Di samping 8 syarat tersebut di atas, secara logis seseorang yang akan

mengajukan permohonan untuk mendapatkan kembali status WNI tidak boleh

berada dalam kondisi yang tidak diperkenankan oleh UU 12/2006, seperti sedang

dalam ikatan dinas militer atau pegawai negeri di negara lain. Prosedur yang

dilakukan untuk memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia yang

telah hilang juga sama dengan prosedur bagi warga negara asing lainnya yang akan

menjadi warga negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 10-18 Undang-

Undang No. 12 Tahun 2006.

B. Pengangkatan Menteri NegaraJabatan publik dan pejabat negara merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, jabatan publik merupakan obyek sedangkan pejabat negara adalah

subyeknya. Dalam sistem presidensial yang dianut oleh Indonesia, Presiden selaku

kepala negara dan kepala pemerintahan dalam menjalankan fungsi-fungsi kenegaraan

dibantu oleh organ-organ negara yang terkait dalam fungsi-fungsi kekuasaan eksekutif.

Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa ketidakmungkinan Presiden untuk terlibat

langsung atau terlibat secara mendetail dalam urusan-urusan operasional pemerintahan

sehari-hari. Oleh karena itu dibutuhkan jabatan-jabatan menteri selaku pelaksana teknis

Page 52: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

42

pemerintahan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 17 ayat (1), (2), (3), dan (4) UUD

1945 yang menyatakan bahwa Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara, menteri-

menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, Setiap menteri membidangi

urusan tertentu dalam pemerintahan, dan Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran

Kementerian Negara diatur dalam Undang-Undang.

1. Pengaturan dan Mekanisme Pengangkatan Menteri NegaraMenurut Hans Kelsen ada tiga syarat seorang dikatakan sebagai pejabat

negara yakni adanya jabatan, adanya fungsi pembentukan norma hukum negara

yang melekat pada jabatan tersebut, dan juga melekatnya fungsi pelaksanaan norma

hukum negara pada jabatan tersebut.13 Sedangkan dalam Pasal 1 Ayat 2 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara menjelaskan

bahwa yang disebut dengan pejabat negara adalah “Badan atau Pejabat yang

melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.” Badan yang dimaksudkan di sini adalah institusi atau organ,

sementara pejabat adalah orang perorangan yang menduduki jabatan tertentu.

Kementerian Negara sendiri merupakan suatu jabatan publik dan menteri yang

ada di dalamnya merupakan pejabat negara. Kementerian Negara merupakan

lembaga eksekutif di bawah Presiden, dalam Bab V Pasal 17 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 menyebutkan bahwa “Presiden dibantu oleh

menteri-menteri negara”. Selain itu pasal tersebut juga menjelaskan bahwa presiden

merupakan pemegang kekuasaan pemerintahan, yang berarti presiden berhak untuk

mengangkat dan memberhentikan pejabat negara dalam hal ini menteri-menteri.

Menteri-menteri negara bertanggung jawab kepada presiden, bukan kepada

parlemen.14 Hal tersebut dapat menjadi contoh realisasi dari sistem pemerintahan

13 Hans Kelsen, General Theory of Law and State Translated by Anders Wedberg, (Cambridge :Harvard University Press, 1945), h. 133. Lihat Nadia Septifanny, Kedudukan Status Kewarganegaraandalam Jabatan Publik (Studi Kasus Archandra Tahar, h. 63-64

14 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tata Negara Indonesia Kompilasi Aktual Masalah Konstitusi,Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet. ke-1, h. 160

Page 53: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

43

presidensiil yang dianut Indonesia. Pengangkatan dan pemberhentian menteri-

menteri yang menjadi kuasa presiden diserahkan sepenuhnya kepada presiden dan

tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai prosedur pengangkatan

dan pemberhentiannya.

Sesuai dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Presiden dan Wakil

Presiden merupakan pemimpin pemerintahan dalam arti politik, sedangkan menteri

merupakan pemimpin pemerintahan dalam arti teknis.15 Pernyataan di atas

menengaskan bahwa peran menteri negara begitu penting terutama sebagai

pelaksana pemerintahan dan kepanjangan tangan dari presiden. Menteri diangkat

oleh Presiden dan bertanggung jawab terhadap Presiden. Dalam pengangkatan

menteri negara, Presiden tidak bisa sewenang-wenang dalam mengangkat menteri

negara. Lembaga Kepresidenan harus menyeleksi dan menilai siapa saja yang

berkompetensi untuk menjadi menteri negara. Selain itu presiden harus menerima

pertimbangan DPR dalam memilih menteri negara.

Begitu pentingnya posisi menteri negara sebagai pelaksana pemerintahan

mengharuskan seseorang yang ingin menjadi menteri harus memenuhi beberapa

syarat sebagaimana yang diatur dalam Pasal 22 Ayat (2) Undang-Undang No. 39

Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Syarat-syarat untuk menjadi menteri

adalah sebagai berikut:

a. Warga negara Indonesia;

b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi kemerdekaan;

d. Sehat jasmani dan rohani;

e. Memiliki integritas dan kepribadian yang baik; dan

15 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 326

Page 54: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

44

f. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang

diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Dengan adanya persyaratan di atas diharapkan menteri negara dapat

menjalankan fungsi dan tugasnya sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 8

Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, yaitu:

a. Mampu merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan di bidangnya;

b. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;

c. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; dan

d. Melaksanakan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri di Indonesia merupakan

hak prerogatif presiden yang tidak dapat diganggu oleh lembaga negara lain. Seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengaturan mengenai kementerian negara

diatur secara umum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 setelah amandemen pada Bab V Pasal 17, yang menyebutkan bahwa:

a. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

b. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.

c. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

d. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam

undang-undang.

Pengangkatan dan pemberhentian Menteri di Indonesia mutlak berada di

tangan Presiden. Masing-masing menteri membidangi urusan tertentu dalam

pemerintahan. Undang-undang No. 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara

memberikan kemudahan bagi Presiden terpilih untuk memilih dan menentukan

orang-orang yang akan duduk di dalam kabinet sampai masa jabatan berakhir. Hal

ini dikarenakan berbagai persyaratan untuk dapat menjadi menteri telah

dikemukakan di dalam Pasal 22 UU No.39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Page 55: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

45

Tujuannya ialah agar terciptanya pemerintahan yang profesional, akuntabilitas, dan

bertanggung jawab. Akan tetapi wewenang dalam pengangkatan dan pemberhentian

menteri-menteri tersebut tidak bisa dicampuri dan mutlak berada di tangan

Presiden.16

Pembentukan kabinet merupakan hak prerogatif presiden sebagaimana diatur

dalam pasal 12, Pasal 13, Pasal 14 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara, dimana pembentukan kabinet tersebut dilakukan paling lama

14 (empat belas) hari setelah presiden mengucapkan janji sebagaimana diatur dalam

Pasal 16 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008. Setelah pembentukan tersebut

maka menteri menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana diamanatkan dan

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kewenangannya,

tentunya dengan segala konsekwensinya, luasnya jangkauan tugas menteri yang

memimpin lembaga kementerian memberikan nilai positif dan negatif tentunya,

dimana nilai positif manakalah ruang lingkup tugas kementerian yang dipimpin

berhasil memberikan kontribusi dalam pembangunan dan berhasil menciptakan

capaian positif dalam pelaksanaan indikator-indikator target capaian pemerintah,

namun disisi lain, mana kala menteri yang memimpin kementerian tidak dapat

mencapai tujuan yang merupakan target pemerintahan maka menteri tersebut

memiliki resiko untuk dilakukan pergantian demi terciptanya agregat pencapain

sesuai target kementerian. Oleh karena itu menteri yang tidak kompeten

berdasarkan keahliannya menyebabkan terjadinya pelambatan dalam mencapai

target/sasaran yang menjadi lingkup kementerian yang bersangkutan, maka presiden

diberikan hak untuk melakukan penggantian menteri sebagaimana diatur dalam

Pasal 26 Ayat (2) Huruf b Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 bahwa menteri

diberhentikan dari jabatannya oleh presiden karena tidak dapat melaksanakan tugas

16https://www.researchgate.net/publication/47734956_Pembentukan_Kabinet_Dalam_Sistem_Pemerintahan_Presidensial_Di_Indonesia_Pasca_Amandemen_UUD_1945 diakses pada 11 Maret 2017Pukul 19.34

Page 56: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

46

selama 3 (tiga) bulan, selain karena syarat tersebut presiden dapat memberhentikan

menteri karena :

a. Menteri berhenti dari jabatanya karena meninggal dunia dan berakhir masa

jabatannya

b. Menteri diberhentikan dari jabatannya karena :

1) Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis

2) Tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara berturut-turut

3) Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang

diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih

4) Melanggar ketentuan larangan rangkap jabatan; atau

5) Alasan lain yang ditetapkan oleh Presiden.

c. Menteri yang didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana

penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Menteri harus tunduk dan mempertanggungjawabkan hasil dari kinerjanya

kepada presiden, hal ini sesuai dengan lingkupnya bahwa dalam sistem

pemerintahan kabinet dengan sistem parlementer, menteri tunduk dan bertanggung

jawab kepada parlemen, sedangkan dalam sistem presidensiil,para menteri tunduk

dan bertanggung jawab kepada presiden.17 Dalam memilih para menteri, presiden

bebas mengambil dari berbagai sumber rekrutmen, tergantung pada kebutuhan

zaman dan program kerja yang disusunnya, kondisi bangsa pada saat itu, dan bahkan

dapat sesuai dengan kehendak dan kemauan pribadi presiden itu sendiri. Presiden

dapat menunjuk menteri dari kalangan profesional, akademisi atau pakar, partai

17 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan KepaniteraanMahkamah Konstitusi RI, 2006), h. 61

Page 57: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

47

politik, tokoh masyarakat, birokrasi, militer dan polisi, serta sumber-sumber

rekrutmen lain.18

Mengenai pengisian jabatan menteri yang akan membantu presiden dalam

menjalankan pemerintahan, tentunya dilakukan dengan proses dan mekanisme yang

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang telah ada. Salah

satu mekanisme yang ditempuh untuk memilih orang-orang yang akan menjabat

sebagai menteri yakni dengan fit and proper test. Pelaksanaan fit and proper test

dalam proses pemilihan pejabat dalam ranah tata negara Indonesia bertujuan untuk

menyaring dan mendapatkan orang-orang yang patut dan layak untuk menduduki

posisi atau jabatan tertentu.

Mekanisme fit and proper test dalam pemilihan para menteri oleh presiden

secara garis besar dilakukan presiden dengan mengambil calon-calon menteri,

kemudian mendiskusikan visi dan misi masing-masing calon jika menjadi menteri

nantinya. Dengan hak prerogatifnya, presiden berhak untuk menentukan calon

menteri yang dianggap patut dan layak untuk menjabat sebagai menteri dan

membantu presiden dalam menjalankan program pemerintahannya. Presiden

mempunyai hak untuk menunjuk siapapun sebagai calon menteri dengan caranya

sendiri agar yang bersangkutan dapat bekerja sama dengan presiden sebagai menteri

yang tergabung dalam kabinet, dan memberhentikan seseorang dari jabatan menteri

juga menjadi kekuasaan presiden, namun secara de facto, presiden bukanlah aktor

tunggal yang menentukan seluruh proses penyusunan kabinet.19

Sebelum menunjuk seseorang untuk menjadi menteri, presiden hendaklah

melakukan uji kelayakan dan kepantasan (fit and proper test) yang dilakukan secara

cermat. Untuk menentukan seseorang agar dapat diangkat menjadi seorang menteri,

18 M. Makhfudz, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 12919 Denny Indrayana, Negara Antara Ada dan Tiada Reformasi Hukum Ketatanegaraan, (Jakarta:

PT Kompas Media Nusantara, 2008), h. 252

Page 58: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

48

harus memperhatikan beberapa hal yakni seseorang tersebut harus berintegritas,

kompeten, dan memiliki rekam jejak (track record) yang teruji. Nama-nama calon

menteri diperiksa rekam jejak, kompetensi dan integritasnya dengan metode

mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Sumber-sumber

informasi tersebut juga harus diseleksi, bahkan perlu untuk dilakukan cross check

untuk menekan distorsi dalam proses seleksi. Dengan melalui mekanisme rekrutmen

yang selektif tersebut, diharapkan dapat menghasilkan sosok menteri yang unggul.

kredibel dan kapabel.20

2. Status Kewarganegaraan dalam Pengangkatan Menteri Negara

Pada prinsipnya setiap negara demokratis memuat jaminan hak-hak asasi

termasuk hak-hak sipil dan politik dari setiap orang atau penduduk pada konstitusi

negara. Namun semuanya sangat tergantung pada political will penguasa untuk

memberikan ruang bagi keberadaan hak-hak sipil dan politik tersebut. Pada tataran

ini diperlukan upaya kedua belah pihak agar tidak terjadi tindak-tindak penindasan

ataupun pengekangan pelaksanaan hak-hak sipil dan politik setiap orang ataupun

warga negara yang berada di suatu negara khususnya Indonesia.21

Secara normatif Pasal 22 Ayat (2) Huruf a Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2008 tentang Kementrian Negara menegaskan bahwa syarat mutlak menjadi menteri

negara Republik Indonesia adalah Warga Negara Indonesia. Selain menteri negara,

pejabat negara lainpun yang hubungannya dengan pemerintahan di Indonesia salah

satu syarat wajibnya adalah warga negara Indonesia. Status warga negara Indonesia

menjadi penting ketika proses pengangkatan menteri karena kesetiaan serta

pengorbanan yang bersangkutan akan timbul secara sendirinya tanpa ada paksaan

karena merasa tugas yang akan diemban adalah kewajiban warga negara terhadap

20 Lihat: Nadia Septifanny, Kedudukan Status Kewarganegaraan dalam Jabatan Publik (StudiKasus Archandra Tahar), h. 89-95

21 Muhardi Hasan dan Estika Sari, Hak Sipil dan Politik, dalam Jurnal Demokrasi Vol. IV No.1Th. 2005, h. 94

Page 59: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

49

negaranya. Status warga negara sendiri akan menimbulkan rasa ingin memajukan

negaranya sendiri karena akan terikat antara hak dan kewajiban warga negara

terhadap negara dengan hak dan kewajiban negara terhadap warga negara. Hal

tersebut seperti dalam bab sebelumnya dijelaskan oleh Jellineck mengemukakan

bahwa ada empat macam status warga negara22, yaitu:

a. Status Aktif; yaitu warga negara diberi hak untuk menuntut tindakan positif

dari negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga, milik, kemeerdekaan dan

sebagainya.

b. Status Negatif; adanya status negatif maka negara menjamin bahwa hak asasi

warga negaranya tidak akan diintervensi oleh negara.

c. Status Aktif; yaitu memberikan hak kepada setiap warga negara untuk ikut

serta dalam pemerintahan.

d. Status Pasif; yaitu kewajiban bagi setiap warga negara untuk mentaati dan

tunduk kepada negaranya.

22 Salman Maggalatung dan Nur Rohim Yunus, Pokok-Pokok Teori Ilmu Negara: AktualisasiDalam Teori Negara Indonesia), h. 98

Page 60: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

34

Page 61: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

50

BAB IVANALISIS KASUS PENGANGKATAN ARCHANDRA TAHAR SEBAGAI

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIKINDONESIA

A. Legalitas Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan SumberDaya Mineral Republik Indonesia

Presiden dalam menjalankan visi dan misi pemerintahannya, memerlukan

bantuan para menteri yang selanjutnya bergabung dalam suatu kabinet. Secara de jure,

penentuan menteri-menteri yang akan mengisi kabinet memang merupakan hak

prerogatif presiden, tetapi dilihat secara de facto, presiden bukan satu-satunya orang

yang menentukan seluruh proses penentuan kabinet. Partai politik merupakan salah

satu unsur penting dalam menentukan jabatan menteri, karena salah satu fungsi partai

politik adalah melakukan kaderisasi untuk selanjutnya mendistribusikan kadernya guna

menduduki jabatan publik, termasuk menteri.1

Adapun pada kasus pengangkatan Archandra Tahar sebagai Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral ada beberpa hal yang dilanggar dalam pelaksanaannya, yaitu

sebagai berikut:

1. Asas Pemerintahan yang Baik (Good Governance)Pengangkatan Arcandra Tahar menjadi Menteri ESDM menjadi hak

prerogatif Presiden Republik Indonesia dan dilaksanakan secara tertutup, sehingga

tidak banyak informasi yang diketahui mengenai bagaimana proses penunjukkan

ataupun pemilihan calon Menteri ESDM sebelumnya. Seharusnya, terlaksananya

prinsip good governance, dalam proses pemilihan dan pengangkatan para calon

menteri harus dilakukan secara transparan, agar publik dapat mengetahui proses

pengangkatan menteri tersebut, dan tidak ada suatu hal yang dirahasiakan kepada

1 Dwi Widodo, “Meritrokasi Ala Jokowi, diakses dari: ” https://kastratfebui.wordpress.com/,pada 14 Agustus 2017

Page 62: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

51

publik. Pengangkatan dan pemberhentian menteri sudah seharusnya mengacu pada

peraturan perundang-undangan dan asas-asas yang berlaku, salah satunya yakni

prinsip good governance.

Penyelenggaraan prinsip good governance di Indonesia tertuang dalam asas-

asas umum pemerintahan yang baik. Maka dalam kasus pengangkatan Arcandra

Tahar sebagai Menteri ESDM, seharusnya melaksanakan apa yang terdapat di dalam

asas-asas umum pemerintahan yang baik. Salah satunya yaitu asas akuntabilitas,

yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus

dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Pada hal Pemerintahan Jokowi, presiden tidak memperhatikan asas

akuntabilitas dalam prinsip good governance, sehingga ada kejanggalan dalam

pengangkatan Arcahdra Tahar. Terbukti Presiden Jokowi belum mendapatkan

informasi secara rinci berkaitan dengan status kewarganegaraan Archandra Tahar.

Komisioner Komisi Informasi Publik (KIP), Rumadi2, berpendapat bahwa

informasi mengenai kewarganegaraan seseorang bukanlah termasuk informasi yang

dikecualikan berdasarkan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik (UU KIP). Oleh karenanya, pemerintah wajib menjelaskan secara terbuka

mengenai status kewarganegaraan Menteri ESDM Arcandra Tahar yang dikabarkan

memiliki kewarganegaraaan Amerika Serikat. Rumadi mengatakan status

kewarganegaraan Archandra telah menjadi polemik yang cukup serius dan menjadi

perhatian banyak pihak. Menurutnya, hal itu dapat segera diakhiri jika pemerintah

melakukan investigasi menyeluruh dan kemudian menjelaskan hasilnya secara jujur

dan terbuka kepada publik. Rumadi menambahkan, semua menteri yang bekerja

2 Mohamad Agus Yozami, Diduga Tak Miliki Kewarganegaraan, Presiden Diminta TanggungJawab Soal Archandra, diakses dari:http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57b2b6af300c1/diduga-tak-miliki-kewarganegaraan--presiden-diminta-tanggung-jawab-soal-archandra pada 15 Juli 2017

Page 63: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

52

untuk Presiden Jokowi harus berbenah diri dan menyiapkan data dan informasi yang

akurat, benar, dan tidak menyesatkan sebelum suatu kebijakan diambil oleh

Presiden.

2. Kewenangan Presiden dalam Mengangkat dan Meberhentikan MenteriPengangkatan dan pemberhentian Menteri Negara merupakan wewenang dari

Presiden sebagaimana yang disebutkan di dalam Pasal 17 Ayat 2 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal itupun dilaksanakan pada

pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam Kabinet Kerja.

Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia

(Sigma) Said Salahudin, berpendapat bahwa pihak yang mengusulkan Archandra

Tahar sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada Presiden

Joko Widodo yang seharusnya bertanggung jawab terhadap polemik yang terjadi

dan harus dicari dan dihukum berat karena telah menutupi status kewarganegaran

Archandra Tahar pada saat mengusulkan Archandra sebagai Menteri kepada

Presiden. Selain itu menurutnya, orang yang mengusulkan nama Archandra bukan

saja telah mempermalukan Indonesia di mata internasional, mempermalukan

Presiden dimata publik dalam negeri, tetapi tanpa disadari dia juga telah mengancam

posisi Presiden Jokowi.

Menurut Said, hal ini bukan persoalan main-main, di mana penempatan WNA

dalam jajaran kabinet atau di lingkungan pejabat negara bisa dicurigai sebagai aksi

spionase tingkat tinggi yang dapat mengarah pada pengkhianatan terhadap negara.

Menurut Said, akan lebih bagus jika presiden mau secara terbuka mengungkap siapa

pengusul Archandra, sekaligus mengenakan sanksi berat kepada orang tersebut agar

menjadi peringatan supaya kasus serupa tidak terulang kembali.3 Sangat

3 Hendra Pasuhuk, Ribut Kewarganegaraan Ganda Archandra Tahar, Harapan Bagi DiasporaIndonesia, diakses dari: http://www.dw.com/id/ribut-kewarganegaraan-ganda-arcandra-tahar-harapan-bagi-diaspora-indonesia/a-19475917 pada 20 Mei 2017

Page 64: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

53

disayangkan pada pengangkatan Archandra adalah tidak ada yang menyampaikan

pada Presiden atau Menteri yang mengusulkan bahwa dia sudah berubah

kewarganegaraan. Kasus kewarganegaraan ganda Archandra bisa menjadi pelajaran

bagi Badan Intelijen Negara (BIN) untuk lebih cermat memeriksa latar belakang

seseorang yang diusulkan menjadi pejabat pemerintah.

Apabila Archandra tidak segera dicopot dari jabatannya sebagai menteri,

maka akan sangat berbahaya dan dikhawatirkan Presiden bisa dituduh terkait

dengan pelanggaran terhadap Undang-Undang terkait dan upaya pengkhianatan

terhadap negara yang merujuk pada Pasal 7A UUD NRI 1945 yang berujung pada

pemakzulan. Walaupun Presiden memang sudah memberhentikan Archandra dari

jabatan Menteri ESDM. Berbeda dari pendapat Said, Wakil Ketua DPR Fahri

Hamzah menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pihak yang bertanggung

jawab atas status kewarganegaraan Archandra setelah ia diberhentikan secara

hormat dari jabatan menteri.

Archandra kehilangan status WNI setelah memilih kewarganegaraan Amerika

Serikat (AS) melalui proses naturalisasi pada 2012. Sementara, undang-undang AS

menyatakan kewarganegaraan seseorang hilang saat dirinya menjadi pejabat atau

pengambil kebijakan di negara lain, sehingga diduga Archandra sempat tidak

memiliki kewarganegaraan atau stateless pada saat polemik kasus tersebut. Jika

Archandra ingin kembali menjadi WNI, ia harus tinggal paling singkat lima tahun

berturut turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut sesuai ketentuan Pasal

9 UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.

Sebelumnya, Pakar hukum tata negara Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, Fitra Arsil, mengingatkan bahwa Indonesia tidak mengenal yang

namanya dwi kewarganegaraan. Sehingga ketika seseorang dewasa yang menerima

kewarganegaraan lain dengan kehendak dirinya, maka secara otomatis

Page 65: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

54

kewarganegaraan Indonesia yang dia miliki hilang4. Apabila Archandra menerima

kewarganegaraan asing, maka saat itu pula hilang kewarganegaraan Indonesianya.

Bahkan jika Archandra memperoleh kewarganegaraan asing dengan kemauannya

sendiri, misalnya atau dia secara sukarela mengangkat sumpah janji setia kepada

negara asing, maka dia otomatis hilang kewarganegaraannya, tidak perlu adanya

keputusan Presiden untuk menghilangkan status kewarganegaraan Archandra

tersebut. Seperti diketahui, Archandra Tahar diberhentikan dari posisi Menteri

ESDM pada Senin 15 Agustu 2016, setelah diketahui berkewarganegaraan Amerika

Serikat, negara tempatnya bermukim sejak 1996. Sementara, UU No. 39 Tahun

2008 tentang Kementerian Negara mengatur bahwa menteri yang diangkat oleh

Presiden harus berstatus WNI. Terlepas dari siapa yang bersalah dalam persoalan

ini, sudah seharusnya kewarganegaran seseorang merupakan tanggung jawab

pribadi yang sudah seharusnya dilaporkan kepada negara yang bersangkutan.

Keputusan presiden yang mengangkat Archandra sebagai menteri pasti

memiliki pertimbangan, akan tetapi pertimbangan tersebut merupakan urusan

politik dalam pemerintahan sehingga memunculkan nama Archandra. Memang

terkadang sulit untuk memisahkan kepentingan politik dan hukum sehingga salah

satunya akan saling bersinggungan, begitupun pada kasus Archandra. Kasus

Archandra terindikasi adanya kepentingan politik yang lebih kuat tanpa melihat

dampak hukum yang terjadi, maka timbulah masalah hukum. Pembantu presiden

yang mengusulkan nama Archandra tanpa memberitahukan status kewarganegaraan

Archandra merupakan salah satu yang paling bertanggung jawab terhadap kasus ini.

Karena permasalahan tersebut keputusan Presiden Jokowi selanjutnya yang

langsung memberhentikan archandra karena disadari bahwa telah melanggar

ketentuan sangat tepat..

4Hasyry Agustin, Keppres Pengangkatan Menteri Archandra Dimungkinkan Cacat, diakses dari:http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57b1a68714e43/keppres-pengangkatan-menteri-archandra-dimungkinkan-cacat pada 9 Agustus 2017

Page 66: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

55

3. Syarat Kewarganegaraan dalam Pengangkatan MenteriPolemik yang terjadi pada pengangkatan Menteri Negara pada masa

Pemerintahan Jokowi adalah ketika Archandra Tahar yang memiliki

kewarganegaraan Ganda diangkat menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral. Archandra Tahar menjadi menteri ‘tercepat’ di kabinet Presiden Joko

Widodo. Dilantik pada 27 Juli 2016 sebagai Menteri Energi Sumber Daya dan

Mineral (ESDM), ia diberhentikan dari posisinya sebagai Menteri Energi dan

Sumber Daya Alam pada 15 Agustus 2016. Masalah dwi-kewarganegaraanlah yang

telah menyebabkan polemik pengangkatannya sebagai Menteri Negara.

Berdasarkan pada penjelasan bab sebelumnya, dapat diketahui bagaimana

kedudukan suatu status kewarganegaraan di Indonesia. Warga Negara Indonesia

merupakan syarat utama seseorang dapat menjadi pejabat negara, sehingga status

kewarganegaraan di Indonesia sangatlah penting, karena diketahui beberapa jabatan

publik di Indonesia mengatur bahwa syarat utama untuk dapat diangkat menjadi

pejabat publik atau pejabat negara adalah Warga Negara Indonesia.

Menteri Hukum dan HAM, Yassona Laoly menyatakan bahwa saat kasus

Archandra terjadi, pemerintah berupaya untuk melakukan tindakan terhadap

Archandra Tahar agar tidak dicabut kewarganegaraanya karena akan menyebabkan

stateless, Yassona juga mengatakan bahwa, hilangnya kewarganegaraan seseorang

harus diformalkan melalui keputusan menteri. Dalam kasus Archandra ini, belum

ada proses pencabutan kewarganegaraan melalui surat keputusan (SK) Menteri

Hukum dan HAM. Karena belum ada SK pencabutan kewarganegaraan, maka

Arcandra masih berstatus sebagai WNI.5

5 Jerome Wirawan, Proses Pengangkatan Archandra Tahar Menjadi WNI Dinilai MelanggarHukum, Diakses dari:

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/09/160908_indonesia_arcandra_wni#orb-banner pada 21 Desember 2016

Page 67: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

56

Indonesia sendiri tidak mengenal asas kewarganegaraan ganda dan tanpa

kewarganegaraan, sehingga untuk menghindari keduanya pemerintah berupaya

untuk melakukan naturalisasi terhadap Archandra Tahar. Meskipun mengakui

bahwa Archandra sempat memiliki paspor AS yang sudah dikembalikan sebelum ia

diangkat menjadi menteri. Yasonna menegaskan bahwa Archandra masuk ke

Indonesia menggunakan paspor Indonesia yang masih aktif. Seperti diketahui,

Archandra kehilangan status WNI setelah memilih kewarganegaraan Amerika

Serikat melalui proses naturalisasi pada 2012. Sementara, undang-undang AS

menyatakan kewarganegaraan seseorang hilang saat dirinya menjadi pejabat publik

atau pengambil kebijakan di negara lain, sehingga diduga saat ini Archandra tidak

memiliki kewarganegaraan atau stateless.

B. Dampak Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan SumberDaya Mineral Republik Indonesia yang Statusnya Sebagai Warga Negara Asing

Polemik kewarganegaraan Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral, Arcandra

Tahar, yang sekarang sudah terselesaikan namun masih menyimpan banyak pertanyaan

dan polemik yang salah satunya berimbas terhadap Keputusan Presiden (Keppres) yang

dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo. Keppres tentang pengangkatan Menteri

Negara harusnya memenuhi unsur-unsur dan syarat pengangkatan menteri yang

terdapat di dalam undang-undang. Keppres tersebut dimungkinkan cacat lantaran

belum ada kejelasan, apakah ketika Archandra diangkat sumpah oleh presiden menjadi

menteri, dirinya sudah mendapatkan kembali kewarganegaraannya. Maka dari itu

sudah seharusnya Archandra mengikuti prosedur yang ada untuk kembali mendapatkan

kewarganegaraan RI. Bila tidak maka Keppres tersebut bisa dikatakan cacat. Adapun

dampak legalitas pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri ESDM RI adalah

sebagai berikut:

Page 68: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

57

1. Dampak Terhadap Status Kewarganegaraan Archandra Tahar dan ProsesPengangkatannya Sebagai Menteri ESDM RI

Berdasarkan pengaturan mengenai kewarganegaraan di Indonesia, dengan

diucapkannya sumpah setia kepada negara Amerika, maka Arcandra Tahar secara

otomatis kehilangan kewarganegaraan Indonesia, sesuai dengan yang telah

disebutkan dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menyatakan bahwa apabila seseorang

memperoleh kewarganegaraan lain dengan kemauan sendiri, maka ia akan

kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, mengenai

kehilangan kewarganegaraan Indonesia juga diatur dalam Pasal 31 Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan,

Pembatalan, dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang

menyebutkan bahwa Warga Negara Indonesia dengan sendirinya kehilangan

kewarganegaraannya karena:

a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;

b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang

yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;

c. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden;

d. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas

semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;

e. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara

asing atau bagian dari negara asing tersebut;

f. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat

ketatanegaraan untuk suatu negara asing;

g. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat

yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari

negara lain atas namanya; atau

Page 69: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

58

h. Bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik Indonesia selama 5 (lima)

tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan

dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga

Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5

(lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin

tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal

Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis

kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa

kewarganegaraan.

Menurut Fitra6, yang perlu diihat pertama adalah apakah benar Archandra

melepas kewarganegaraanya dengan mengangkat sumpah untuk menjadi warga

negara Amerika.

Kedua, dilihat apakah dia sudah menerima kewarganegaraan Indonesia-nya

kembali. Ketika keppres pengangkatan menteri itu keluar, Karena kalau belum

melepas kewarganegaraan Amerika-nya maka Kepres tersebut akan cacat. Fitra juga

mengatakan ketika Keppres pengangkatan itu sudah cacat, maka dengan sendirinya

pengangkatan Archandra sebagai Mentri ESDM harus dibatalkan. Namun, semua

itu harus dibuktikan dengan data yang akurat.

Pasal 22 UU No.39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara menyatakan,

(1) Menteri diangkat oleh Presiden.(2) Untuk dapat diangkat menjadi Menteri, seseorang harus memenuhi

persyaratan: a. Warga Negara Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa; c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasikemerdekaan; d. sehat jasmani dan rohani; e. memiliki integritas dankepribadian yang baik; dan f. tidak pernah dipidana penjara berdasarkanputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena

6 Hasyry Agustin, Keppres Pengangkatan Menteri Archandra Dimungkinkan Cacat, diaksespada: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57b1a68714e43/keppres-pengangkatan-menteri-archandra-dimungkinkan-cacat pada 9 Agustus 2017

Page 70: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

59

melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahunatau lebih.

Namun selain itu ada hal penting lain yang menjadi tekanan ketika Presiden

mengangkat Menteri yang pernah mendapatkan atau diangkat sumpah oleh negara

lain, yaitu mengenai nasionalisme. Untuk menjadi Presiden saja, salah satu syarat

terpenting adalah berkewarganegaraan Indonesia sejak lahir dan tidak pernah

menerima kewarganergaraan lain atas kehendaknya sendiri. Nasionalisme menjadi

salah satu hal yang substansial dalam polemik kasus Archandra karena, menjadi

pejabat publik itu seharusnya tidak perlu lagi dipertanyakan masalah nasionalisme

dan dengan hal tersebut kasus Archandra bukan hanya legal secara teknis tetapi juga

secara tujuan. Terkait persoalan ini, pemerintah perlu memberikan penjelasan secara

terang benderang agar tidak terus menerus menjadi perbincangan di masyarakat.

Selain teknis hukum, subtansi hukum juga memiliki solusi dan penyelsaian jika

terdapat masalah di dalamnya.

Sekadar catatan, Pasal 43 PP No.2 Tahun 2007 menyatakan,

(1) Warga Negara yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a sampai dengan huruf h

Undang-Undang, dapat memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik

Indonesia dengan mengajukan permohonan kepada Presiden melalui Menteri.

Untuk diketahui, dalam Keppres No.83/P/2016 tercantum 12 nama menteri

yang diangkat Presiden, salah satunya adalah Archandra Tahar. Belakangan,

Archandra diduga pernah memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat. Lantaran

Indonesia tidak mengakui kewarganegaraan ganda, status WNI Arcandra saat

dilantik sebagai menteri pun dipertanyakan.

Menurut Abdul Ghani Abdullah, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

selain warga negara Indoensia tidak boleh diangkat menjadi publik karena

melanggar konstitusi dan Undang-undang terkait. Seperti yang terjadi pada kasus

Archandra yang telah menimbulkan polemik karena kewarganegaraanya. Kemudian

Page 71: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

60

pemerintah menyadarai bahwa hak tersebut adalah masalah nasional yang fatal

sehingga dicari jalan keluar dengan memberhentikan Archandra dari jabatannya

sebagai Menteri ESDM lalu mengangkat Archandra kembali menjadi WNI dan

setelah menjadi WNI Archandra diangkat kembali menjadi wakil menteri. Namun,

dalam hal Menteri ESDM, jika benar informasi yang bersangkutan kehilangannya

status WNI-nya, dan menjadi warga negara Amerika Serikat melalui proses sumpah

setia, maka yang bersangkutan tidak akan memenuhi syarat dan ketentuan untuk

kembali menjadi WNI sebagaimana diatur dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 12

UU Kewarganegaraan. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, di antaranya Arcandra

Tahar harus mengajukan permohonan kembali sebagai WNI, tinggal di Indonesia

selama 5 (lima) tahun terakhir, dan mengucapkan sumpah janji setia kembali kepada

Indonesia. Mengingat Arcandra kabarnya sudah sekitar 20 tahun terakhir tinggal di

Amerika Serikat, maka syarat untuk kembali menjadi WNI demikian menjadi tidak

terpenuhi. Sedangkan menurut Abdul Ghani, Archandra masih menjadi warga

negara karena belum melepas kewarganegaraan Indonesia saat dia di Amerika dan

pada saat menjadi menteri. Jadi, dia hanya perlu melepas kewarganegaraan Amerika

Serikat yang dimilikinya.7

2. Dampak Terhadap Proses Pewarganegaraan di IndonesiaArcandra Tahar diketahui secara aktif melalui proses naturalisasi di Amerika

Serikat telah memperoleh kewarganegaraan negara tersebut pada 2012. Selain itu,

ia juga diketahui telah memperoleh paspor negara Amerika Serikat atas namanya.

Dengan demikian unsur bipatride telah dipenuhi oleh Arcandra Tahar, maka

berdasarkan ketentuan hukum tentang kewarganegaraan tersebut di atas, dengan

sendirinya Arcandra sudah kehilangan kewarganegaraan Indonesia-nya karena

sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2006 yang menyatakan apabila seseorang

memperoleh kewarganegaraan lain sesuai kehendak atau keinginannya maka telah

7 Wawancara langsung dengan Guru Besar Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,Prof. Abdul Ghani Abdullah, pada 29 Mei 2017 pukul 09.00

Page 72: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

61

kehilangan kewarganegaraan Indonesia karena Indonesia tidak menganut bipatride

atau dwi-kewarganegaraam. Dalam hal ini keputusan Menteri Hukum dan HAM

sebagai pihak yang berwenang memberi dan mencabut kewargangeraan Indonesia

seseorang berdasarkan hukum yang berlaku tetap diperlukan, tetapi hanya berupa

penegasan kepastian hukum berkaitan dengan administrasi hukum (lihat Pasal 34

ayat 3 PP Nomor 2 Tahun 2007).

Menteri Hukum dan HAM tidak memiliki wewenang untuk menentukan

apakah Arcandra Tahar kehilangan kewarganegaraan Indonesia-nya ataukah tidak.

Karena, secara hukum dengan sendirinya dalam kasus ini Arcandra sudah

kehilangan kewarganegaraan Indonesia-nya, begitu dia atas kemauannya sendiri

memperoleh kewarganegaraan Amerika Serikat, dan juga sudah punya paspor

negara tersebut. Adapun argumen yang menyatakan Arcandra masih WNI karena

dia masih memegang paspor Indonesia yang masih berlaku sampai dengan 2017,

tidak dapat diterima, karena selain mengabaikan ketentuan hukum kewarganegaraan

tersebut di atas, juga memang bisa saja saat ia menerima kewarganegaraan Amerika

Serikat itu paspor Indonesia-nya masih ada di tangannya dan secara formil masih

berlaku, tetapi sebetulnya secara hukum ia sudah kehilangan kewarganegaraan

Indonesia-nya. Untuk kepastian hukum tentang status seseorang yang kehilangan

kewarganegaraan Indonesia yang dengan demikian kehilangan juga hak dan

kewajibannya sebagai WNI seperti yang terjadi pada Arcandra inilah diperlukan

surat keputusan Menteri Hukum dan HAM sebagaimana dimaksud di atas.

Demikian juga halnya dengan yang kabar yang menyebutkan bahwa sebelum

dilantik sebagai Menteri ESDM, ia sudah melepaskan kewarganegaraan Amerika

Serikat-nya, hal tersebut juga tidak membuatnya langsung kembali menjadi WNI.

Kasus Arcandra Tahar ini menjadi sangat serius dan pelik secara hukum dan politik,

ketika dalam statusnya tersebut ia malah dilantik sebagai Menteri ESDM oleh

Presiden Jokowi, pada 27 Juli 2016. Padahal Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2008 tentang Kementerian Negara, khususnya Pasal 22 ayat 2 mewajibkan hanya

Page 73: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

62

WNI yang boleh diangkat sebagai menteri. Disebutkan kasus Arcandra ini

merupakan masalah hukum dan politik yang sangat serius dan pelik, karena secara

hukum bisa dikatakan Presiden Jokowi telah melakukan pelanggaran terhadap

Undang-Undang Kementerian Negara, karena telah mengangkat dan melantik

seorang WNA sebagai menteri. Meskipun hal tersebut dapat saja diperdebatkan

dengan “menimpa kesalahan” kepada pihak yang bertanggung jawab terhadap

administrasi negara terkait dengan identitas dan latar belakang seseorang yang akan

diangkat sebagai seorang menteri. Namun tetap saja kesalahan fatal ini bisa menjadi

suatu kekalutan di bidang hukum ketatanegaraan dan implikasinya. Menurut Abdul

Ghani, Secara legalitas, tidak memungkinkan seseorang dengan warga negara asing

menjadi menteri negara atau pejabat publik lainya, walaupun dia juga memiliki

kewarganegaraan indonesia karena telah melanggar UU dan Konstitusi. Ketentuan

syarat warga negara Indonesia menjadi pejabat negara berlaku untuk pejabat

fungsional maupun pejabat struktural. Jika mengharuskannya menjadi pejabat

publik harus melepas kewarganegaraan lainnya terlebih dahulu sebelum diangkat.8

3. Dampak Legalitas Kebijakan Hukum Menteri Energi dan Sumber DayaMineral Republik Indonesia

Masalah hukum lainnya adalah bagaimana dengan nasib keputusan-keputusan

yang telah dibuat oleh Arcandra selama 20 hari ia menjadi Menteri ESDM, seperti

keputusannya yang memberi izin perpanjangan ekspor konsentrat kepada Freeport.

Pasal 22 ayat 2 Undang-Undang tentang Kementerian Negara menyatakan bahwa

yang dapat diangakat menjadi menteri adalah warga negara indonesia, maka

pelantikan dia sebagai Menteri ESDM itu menjadi tidak sah karena adanya

pelanggaran terhadap Undang-undang yang disebutkan. Kemudian, apabila

pengangkatanya tidak sah, maka dengan demikian menimbulkan pertanyaan apakah

secara otomatis semua keputusannya sebagai Menteri ESDM itu juga tidak sah atau

8 Wawancara pribadi dengan Abdul Ghani Abdullah, Guru Besar UIN Syarif HidayatullahJakarta, pada 29 Mei 2017 pukul 09.00

Page 74: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

63

dianggap tak pernah ada? Sedangkan secara politik, kesalahan fatal Presiden ini

berpotensi dijadikan dasar oleh DPR, dengan mengusulkan penggunaan Hak

Interpelasi untuk meminta penjelasan Presiden tentang latar belakang dan alasan

Presiden memilih dan mengangkat Arcandra sebagai Menteri, dan kenapa bisa

sampai kecolongan seperti itu. Untungnya, secara politik, Presiden Jokowi sudah

berhasil merangkul dua parpol yang punya peran cukup penting di parlemen, yang

sebelumnya merupakan parpol oposisi, yaitu Golkar dan PAN, sehingga

kemungkinan diadakan Hak Interpelasi itu mengecil. Namun bagaimanapun

dampak kecerobohan para pembantunya ini akan menjadi beban politik bahkan

hukum bagi Presiden Jokowi. Untuk mencegah terjadinya kecerobohan-

kecerobohan yang fatal seperti ini, maka sebaiknya Presiden Jokowi juga

mengevaluasi para pembantunya, khusunya mereka yang yang bertanggung jawab

atas terjadinya insiden fatal ini.

Page 75: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

64

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan penjelasan yang sampaikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan terkait dengan Pengangkatan Warga Negara Asing

sebagai Pejabat Negara (Analisis Kasus Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia), yaitu sebagai

berikut:

1. Adapun mekanisme pengangkatan pejabat negara khususnya Kementerian Negara

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, menyatakan bahwa Presiden yang berhak mengangkat dan

memberhentikan para menteri. Adapun proses pengangkatan menteri yang

dilakukan oleh presiden dan jajarannya dilakukan dengan menggunakan mekanisme

fit and proper test. Dalam pemilihan para menteri oleh presiden secara garis besar

dilakukan presiden dengan mengambil calon-calon menteri, kemudian

mendiskusikan visi dan misi masing-masing calon jika menjadi menteri nantinya.

Dengan hak prerogatifnya, presiden berhak untuk menentukan calon menteri yang

dianggap patut dan layak untuk menjabat sebagai menteri dan membantu presiden

dalam menjalankan program pemerintahannya.

2. Adapun legalitas pengangkatan Archandra Tahar sebagai Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral didasarkan pada: pertama, pada pengangkatan Arcahndra

Tahar sebagai Menteri ESDM RI telah melanggar Asas Pemerintahan yang Baik.

Pengangkatan dan pemberhentian menteri pada hal ini Harus mengacu pada

peraturan perundang-undangan dan asas-asas yang berlaku, salah satunya yakni

prinsip good governance. Pengangkatan Arcandra Tahar sebagai Menteri ESDM,

dilaksanakan tanpa didasari pada asas-asas umum pemerintahan yang baik. Salah

satunya yaitu asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan

penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

Page 76: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

65

atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, Syarat Kewarganegaraan

dalam Pengangkatan Menteri Oleh Presiden. Syarat utama untuk dapat diangkat

menjadi pejabat publik atau pejabat negara adalah Warga Negara Indonesia.

Indonesia sendiri tidak mengenal asas kewarganegaraan ganda dan tanpa

kewarganegaraan, pada kasus Archandra Tahar hal tersebut telah dilanggar karena

mengangkat warga negara asing sebagai menteri. Ketiga, kewenangan Presiden

dalam mengangkat dan memberhentikan menteri. Kesalahan yang terjadi pada kasus

pengangkatan Archandra Tahar sebagai menteri ESDM RI bukanlah kesalahan

presiden seorang, tapi juga merupakan tanggung jawab dari pembantu-pembantu

presiden yang mengajukan nama-nama para menteri, walapun pada dasarnya

pengangkatan dan pemberhentian Menteri Negara merupakan hak prerogatif

presiden. Keputusan presiden yang mengangkat Archandra sebagai menteri pasti

memiliki pertimbangan, akan tetapi pertimbangan tersebut merupakan urusan

politik dalam pemerintahan, sehingga memunculkan nama Archandra. Memang

terkadang sulit untuk memisahkan kepentingan politik dan hukum sehingga salah

satunya akan saling bersinggungan, begitupun pada kasus Archandra. Kasus

Archandra terindikasi adanya kepentingan politik yang lebih kuat tanpa melihat

dampak hukum yang terjadi, maka timbulah masalah hukum. Pembantu presiden

yang mengusulkan nama Archandra tanpa memberitahukan status kewarganegaraan

Archandra merupakan salah satu yang paling bertanggung jawab terhadap kasus ini.

Karena permasalahan tersebut keputusan Presiden Jokowi selanjutnya yang

langsung memberhentikan Archandra karena disadari bahwa telah melanggar

ketentuan sangat tepat..

3. Adapun dampak Pengangkatan Archandra Tahar sebagai Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral Republik Indonesia adalah pertama, dampak terhadap status

kewarganegaraan Archandra Tahar dan Proses Pengangkatannya sebagai Menteri

ESDM RI. Status kewarganegaraan Indonesia seseorang akan secara otomatis

hilang apabila yang bersangkutan menerima kewarganegaraan dari negara lain. Hal

Page 77: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

66

tersebut menegaskan bahwa Indonesia tidak menganut asas kewarganegaraan

ganda. Pada kasus Archandra Tahar, yang bersangkutan sudah tidak menjadi warga

negara Indonesia lagi semenjak menerima kewarganegaraan dari Amerika Serikat.

Begitupula dengan negara Amerika Serikat yang memiliki aturan bahwa seseorang

yang menjadi pejabat negara di negara lain maka akan kehilangan warga negara

Amerika Serikatnya. Dengan kata lain Archandra Tahar dikhawatirkan menjadi

stateless ketika menjadi menteri di Indonesia. Kedua, Dampak Terhadap Proses

Pewarganegaraan di Indonesia. Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2006 yang

menyatakan apabila seseorang memperoleh kewarganegaraan lain sesuai kehendak

atau keinginannya maka telah kehilangan kewarganegaraan Indonesia karena

Indonesia tidak menganut bipatride atau dwi-kewarganegaraam. Demikian juga

dengan pelepasan kewarganegaraan Amerika Serikat-nya sebelum dilantik sebagai

Menteri ESDM, hal tersebut juga tidak membuatnya langsung kembali menjadi

WNI, karena untuk menjadi WNI harus melewati beberapa proses berdasarkan

Undang-undnag No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia. Dalam

proses pewarganegaraan di Indonesia, bagi siapapun yang ingin menjadi warga

negara Indonesia harus melewati beberapa proses diantaranya tinggal di Indonesia

dalam kurun waktu 5 tahun berturut-turut dan 10 tahun tidak berturut-turut,

sedangkan Archandra Tahar belum memenuhi syarat tersebut. Ketiga, dampak

terhadap legalitas kebijakan menteri ESDM RI. Masalah hukum lainnya adalah

bagaimana dengan nasib keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh Arcandra

selama 20 hari ia menjadi Menteri ESDM, seperti keputusannya yang memberi izin

perpanjangan ekspor konsentrat kepada Freeport. Pasal 22 ayat 2 Undang-Undang

tentang Kementerian Negara menyatakan bahwa yang dapat diangakat menjadi

menteri adalah warga negara Indonesia, maka pelantikannya sebagai Menteri

ESDM menjadi tidak sah, karena adanya pelanggaran terhadap Undang-undang

yang disebutkan.

Page 78: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

67

B. Saran1. Presiden harus teliti dalam memilih calon menteri dan mengacu pada Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kementerian Negara yang menjelaskan

persyaratan menjadi menteri dan mekanisme yang ada di dalamnya.

2. Perlu adanya peraturan yang lebih rinci mengenai prosedur atau mekanisme

pengangkatan dan pemberhentian menteri, karena hingga saat ini belum ada

peraturan yang menjelaskan secara detail mengenai pengangkatan dan

pemberhentian Menteri Negara oleh Presiden Republik Indonesia.

3. Setiap kebijakan yang diambil harus berdasarkan peraturan yang berlaku, sehingga

terciptanya kepastian hukum, karena hukum sudah sepatutnya untuk dijalankan agar

Negara Indonesia tertata dengan baik.

Page 79: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

68

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Ahmad, Abdullah An-Naim, Dekontruksi Syariah, Wacana Kebebasan Sipil, HakAsasi Manusia, dan Hubungan Internasional dalam Islam, Terjemahan AhmadSuaedi dan Amiruddin Arrani, Yogyakarta : LKIS, 1994

Akbar, Patrialis, Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945, Jakarta:Sinar Grafika, 2013

Al Hakim, Suparlan, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia,Malang: Madani, 2016

Amin, Zainul Ittihad, Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan, TangerangSelatan: Universitas Terbuka, 2014

Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

______________, Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,Jakarta: Sinar Grafika, 2010

Busro dan Abu Daud Busroh, Hukum Tata Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991

Dewata, Mukti Fajar Nur dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatifdan Empiris, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Erwin, Muhammad, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia, Bandung: PTRafika Utama, 2013

Gautama, Sudargo, Warga Negara dan Orang Asing: Berikut Contoh-contoh,Bandung: Alumni, 1987

Harsono, Hukum Tata Negara: Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan,Yogyakarta: Liberty, 1992

Page 80: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

69

Hikam, A.S. Muhammad, Kewarganegaraan dan Agenda Demokratisasi, dalam TitikTriwulan Tutik, Kontruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca AmandemenUUD 1945, Jakarta: Kencana, 2011

Hussain, Syekh Syaukat, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta: Gema InsaniPress, 1996

Indrayana, Denny, Negara Antara Ada dan Tiada Reformasi Hukum Ketatanegaraan,Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008

Kelsen, Hans, General Theory of Law and State Translated by AndersWedberg,Cambridge : Harvard University Press, 1945

Maggalatung, Salman dan Nur Rohim Yunus, Pokok-Pokok Teori Ilmu Negara:Aktualisasi Dalam Teori Negara Indonesia, Bandung: Fajar Media

Mahendra, Yusril Ihza Dinamika Tata Negara Indonesia Kompilasi Aktual MasalahKonstitusi, Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian, Jakarta: Gema InsaniPress, 1996

Makhfudz, M, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013

Manan, Bagir, Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam Undang-Undang Nomor12 Tahun 2006, Yogyakarta: FH UII Press 2009

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2011

Robet, Robertus, Hendrik Boli Tobi, Pengantar Sosiologi Kewarganegaraan dariMarx sampai Agamben, Tangerang Selatan: Marjin Kiri, 2014

Samidjo, Ilmu Negara, Jakarta: Armico, 1986

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1983

Page 81: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

70

Soekanto, Soerjono, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu TinjauanSingkat), Jakarta: Rajawali Pers, 2011

Thaib, Dahlan, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001

Tim ICCE, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCEUIN Syarif Hidayatullah, 2003

Ubaedillah, A, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[negara]an (Civic Education):Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Ciputat: ICCE UINSyarif Hidayatullah Jakarta, 2015

Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan : Panduan Kuliah diPerguruan Tinggi, Jakarta: PT Bumi Akasara, 2009

Wignjosiebroto, Soetandyo, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya,Jakarta: Eslam, 2002

Wahjono, Padmo, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Jakarta: GhaliaIndonesia, 1987

Winarno, Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosisologis Menuju Yuridis, Bandung:Alfabeta, 2009

Yunus, Nur Rohim, Teori Dasar Penelitian Hukum Tata Negara, (Jakarta:Poskolegnas, 2017

Jurnal Hukum

Charity, May Lim, “Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda Bagi DiasporaIndonesia,” Jurnal Konstitusi, Vol. XIII, No. 4, (Desember 2016)

Cohen, Jean L. “Changing Paradigms of Citizenship and Exclusiveness of the Demos,”International Sociology, Vol. 14, No. 3, (September 1999).

Page 82: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

71

Hasan, Muhardi dan Estika Sari, “Hak Sipil dan Politik,” Jurnal Demokrasi, Vol. IVNo.1 (September 2005)

Luntungan, Amey Yunita, “Naturalisasi Warga Negara Asing Menjadi Warga NegaraIndonesia Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 TentangKewarganegaraan,” Jurnal Lex Et Societatis, Vol I No. 5, (September 2013)

Marliyanto, Rendra, “Analisis Yuridis Staus Kewarganegaraan Terhadap Orangyang Tidak Memiliki Kewarganegaraan (Stateless) berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RepublikIndonesia,” Jurnal Universitas Jember, Vol. 1 No. 1, (Januari 2013)

Ranggawidjaja, H. Rosjidi, “ Pembatasan Konstitusional Hak Warga Negara untukMemilih dan Dipilih dalam Jabatan Publik,” Jurnal Konstitusi PSKN-FHUniversitas Padjajaran, Vol. 2 No. 2, (November 2010)

Saudin, “Permohonan, Pernyataan Dan Pemberian Kewarganegaraan KarenaPewarganegaraan Berdasarkan Undang-Undang Tahun 12 Tahun 2006 TentangKewarganegaraan,” Jurnal Disiplin, Vol. 21 No. 8, (Desember 2015)

Wulansari, Eka Martiana, “Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (DualNasionality) dalam Sistem Kewarganegaraan Di Indonesia,” JurnalRechtvinding OnlineI, Vol. 13 No. 4 (Desember 2016)

Karya Ilmiah

Rusliandi, Efrial, Hak Politik Warga Moro-Moro Kabupaten Mesuji ProvinsiLampung, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas NegeriLampung, 2012

Septifanny, Nadia, Kedudukan Status Kewarganegaraan dalam Jabatan Publik (StudiKasus Archandra Tahar), Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2016

Page 83: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

72

Internet

Dwi Widodo, Meritrokasi Ala Jokowi, diakses dari:https://kastratfebui.wordpress.com/, pada 14 Agustus 2017

Hasyry Agustin, Keppres Pengangkatan Menteri Archandra Dimungkinkan Cacat,diakses dari:http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57b1a68714e43/keppres-pengangkatan-menteri-archandra-dimungkinkan-cacat pada 9 Agustus 2017

Hendra Pasuhuk, Ribut Kewarganegaraan Ganda Archandra Tahar, Harapan BagiDiaspora Indonesia, diakses dari: http://www.dw.com/id/ribut-kewarganegaraan-ganda-arcandra-tahar-harapan-bagi-diaspora-indonesia/a-19475917 pada 20 Mei 2017

Mohamad Agus Yozami, Diduga Tak Miliki Kewarganegaraan, Presiden DimintaTanggung Jawab Soal Archandra, diakses dari:http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57b2b6af300c1/diduga-tak-miliki-kewarganegaraan--presiden-diminta-tanggung-jawab-soal-archandra pada 15Juli 2017

Jerome Wirawan, Proses Pengangkatan Archandra Tahar Menjadi WNI DinilaiMelanggar Hukum, Diakses dari:http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/09/160908_indonesia_arcandra_wni#orb-banner pada 21 Desember 2016

https://www.researchgate.net/publication/47734956_Pembentukan_Kabinet_Dalam_Sistem_Pemerintahan_Presidensial_Di_Indonesia_Pasca_Amandemen_UUD_1945 diakses pada 11 Maret 2017 Pukul 19.34

http://www.kemlu.go.id/dili/id/layanan_WNI_BHI/Pages/memperoleh_kembali_kewarganegaraan.aspx diakses pada 11 Maret 2017 Pukul 23:17

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52f38f89a7720/pejabat-negara-dan-pejabat pemerintahan, diakses pada 12 Desember 2016

Page 84: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

73

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesian

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2012 Tentang Wakil Menteri

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83/P Tahun 2016 tentang PenggantianBeberapa Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 94/P Tahun 2016 tentangPemberhentian dengan Hormat Arcandra Tahar sebagai Menteri Energi danSumber Daya Mineral

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/P Tahun 2016 tentangPengangkatan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: AHU-1 AH.10.01 Tahun2016 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Atas Nama ArcandraTahar.

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Abdul Ghani Abdullah, Guru Besar Hukum Tata NegaraUIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, 29 Mei pukul 09.00

Page 85: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

PRES IDENREPUBLII( INDONESIA

SALIITIAN

KEPUTUSAN PRESIDEI{ REPUBLIK INDOIVBSIANOMOR 83lP TAHUTI 2016

TENTA}{GPENGGAN?IA$ BEBERAPA MENTERI I{EGARA I(ABINE:r KERJA

PERIODE TA}IUII 2A L4-2AL9

DEilGAI{ RAHMAT TUHAN YA$G MAHA ESA,PRESIDpI{ REPUBLIK IITDONESIA,

Menimbang

Mengingat

a. bahwa untuk lebih meningkatkan kinerja Kabinet KerjaPeriode Tahun 2O|4-2OL9, dipandang perlu melakukanpenggantian beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja PeriodeTahun 2Ol4-2O19 yang ditetapkan pengangkatannyadengan Keputusan Presiden Nomor 121l? Tahun2Ol4 tanggal 27 Oktober 2014 dan Keputusan PresidenNornor 791? Tahun 2015 tanggal 12 Agustus 2O15;

b. bahwa mereka yang namanya tercantum pada DiktumKEDUA Keputusan Presiden ini, dipandang mampu dancakap untuk diangkat sebagai Menteri Negara KabinetKerja Dalam Sisa Masa Jabatan Periode Tahun 2A14-2O19;

c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a danb, perlu menetapkan pemberhentian dengan hormatmereka yang namanya tercantum pada Diktum KESATUsebagai Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun2A74-2019 dan pengangkatan mereka yang namanyatercantum pada Diktum I(EDUA Keputusan Presiden inisebagai Menteri Negara Kabinet I(erja Dalam Sisa MasaJabatan Periode Tahun 2AA-2O79.

1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentangKementerian Negara {Lernbaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4916\.

MEMUTUSKAN:

Page 86: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

PRTS IDENREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSATS PRPSIIDEI{ RINOMOR 83/P TAIIUN 2016TANGGAL 27 JULI 2016

MEMUTUSKAN:

MenetapKan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGGANTIAN BBBtrRAPAMENTERI NEGARA KABINET KBRJA PERIODE TAHUN2014-2A19

KESATU : Memberhentikan dengan hormat sebagai Menteri NegaraKabinet Kerja Periode Tahun 2Ol4-2O19, masing-masing:

I Sdr. Luhut BinsarPanjaitan

-2-

3

4

2. Sdr. Rizal Ramli

Sdr. BambangBrodjonegoro

Sdr" Anies Baswedan

5. Sdr. Saleh Husin

6. Sdr. Thomas TrikasihLembong

7. Sdr. Sudirman Said

B. Sdr. Ignasius Jonan

9. Sdr. Marwan Jafar

10. Sdr. Ferry MursyidanBaldan

- Menteri KoordinatorBidang Politik, I{ukum,dan Keamanan;

- Menteri KoordinatorBidang l(emaritiman;

- Menteri Keuangan;

- Menteri Pendidikan danKebudayaan;

- Menteri Perindustrian;

- Menteri Perdagangan;

- Menteri Energi danSumber Daya Mineral;

- Menteri Perhubungan;

- Menteri Desa,Pembangunan DaerahTertinggal, danTransmigrasi;

- Menteri Agraria dan TataRuangl Kepala BadanPertanahan Nasional;

11. Sdr. Soffan Djalil . . .

Page 87: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

PRESIDENREPUBLIK TNDONESIA

10. Sdr. Sofoan Djalil

11. Sdr. Bambang

Brodjonegoro

72. Sdr. Asman Abnur

KEPUTUSAN PRESIDEN RIrrroMoR 83/P TAHUN 2016TANGGAL 27 JULI 2016

- Menteri Agraria dan Tata

Ruang/ Kepala Badan

Pertanahan Nasional;

- Menteri Perencanaan

Pembangunan

Nasional/Kepala Badan

Perencanaan

Pembangunan Nasional;

- Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi.

-4-

KETIGA Keputusan Presiden ini mulai berlaku sejak saat pelantikanMenteri Negara Kabinet I(erja Dalam Sisa Masa JabatanPeriode Tahun 2OI4-2OL9 sebagaimana dimaksud pada

Diktum KEDUA l(eputusan Presiden ini.

SALINAN Keputusan Presiden ini disampaikan kepada:

1. Ketua Majelis Permusyawaratan Ratryat;

2. I(etua Dewan Perwakilan Rakyat;

3. Ketua Dewan Perwakilan Daerah;

4. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;

5. Ketua Mahkamah Agung;

6. Ketua Mahkamah Konstitusi;

7. Para Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun20t4-2019;

8. Kepaia Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Jakarta I.

PETIKAN . . .

Page 88: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN RINOMOR 83lP TATTUN 2OL6TANGGAL 27 JULI 2016

-b-

PETIKAN Keputusan Presiden ini disampaikan kepada masing-

masing yang bersangkutan untuk dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 27 Juli 2016PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.JOKO WIDODO

Disalin sesuai dengan aslinya:SEKRETARIAT NEGARA

INDONESIAAdministrasi Aparatur

I

Page 89: Oleh: Muhammad Nasrulloh NIM: 1113048000040repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44292/1/MUHAMMAD...Pengangkatan Archandra Tahar Sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya