” Muhammad Iqbal”

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sosoknya Dr. Sir Muhammad Iqbal sangat fenomenal. Lebih dari siapa pun, Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat menjadi bekal individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Jika diterapkan maka konsep- konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi- implikasi kemanusiaan dan sosial yang luas Bahasannya Muhammad Iqbal adalah seorang ilmuan dibidang filsafat dan dibidang ilmu agama sehingga Muhammad Iqbal dikenal masyarakat diseluruh dunia dan dizaman sekarang juga masih dikenal dan dipelajari ilmu “dan filosof” lainnya, dan alangkah baiknya kita sebagai generasi muda mengulas kembali tentang dan 1

Transcript of ” Muhammad Iqbal”

Page 1: ” Muhammad Iqbal”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosoknya Dr. Sir Muhammad Iqbal sangat fenomenal. Lebih dari siapa

pun, Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat

menjadi bekal individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban Barat

yang materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Jika diterapkan maka

konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi kemanusiaan

dan sosial yang luas

Bahasannya Muhammad Iqbal adalah seorang ilmuan dibidang filsafat dan

dibidang ilmu agama sehingga Muhammad Iqbal dikenal masyarakat diseluruh

dunia dan dizaman sekarang juga masih dikenal dan dipelajari ilmu “dan filosof”

lainnya, dan alangkah baiknya kita sebagai generasi muda mengulas kembali

tentang dan memperdalami ilmu-ilmu yang disebarkan oleh Muhammad Iqbal

dan pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbaltersebut. Sehingga saya tertarik untuk

menulis kembali biografi serta pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan saya angkat dalam penulisan makalah ini yaitu :

a. Tentang riwayat hidup Muhammad Iqbal

b. Tentang karakteristik Muhammad Iqbal

1

Page 2: ” Muhammad Iqbal”

c. Tentang rekonstruksi pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal

C. Tujuan Masalah

Adanya tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan

dari ayng tidak tahu menjadi tahu.

2

Page 3: ” Muhammad Iqbal”

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Iqbal

Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, kawasan Punjab pada tanggal 9 November

1877. Daerah ini sebelumnya merupakan bagian dari India, tetapi setelah Pakistan

(1947) muncul sebagai Negara baru di Asia Selatan daerah tersebut masuk

wilayah Pakistan.1

Iqbal memiliki kedua orang tua yang begitu perhatian terhadap

pendidikannya, yaitu ayahnya bernama Nur Muhammad dan ibunya bernama

Imam Bibi. Mereka sudah mengajarkan kepada Iqbal kecil membaca Al quran

dan Iqbal juga disuruh untuk menuntut ilmu di kuttab (surau) agar pemahaman Al

qurannya lebih baik. Kesalehan orang tuanya sangat berpengaruh dalam

pembentukan kepribadian Iqbal.

Pendidikan formalnya ia mulai di Scottish Mission School di Sialkot.

Kemudia ia melanjutkan studinya ke govemment College di Lahore sampai

mendapat gelar BA (Bacchelor of Arts) tahun 1897 dan MA (Master of Arts)

tahun 1899. Setelah tamat Iqbal melanjutkan studinya ke Inggris yaitu Cambridge

University, London dan ke Jerman yaitu Munich University bahkan Iqbal

medapat gelar Doktor (1907) dalam bidang filsafat di universitas tersebut dengan

desrtasinya The Development of Metaphisyich in Persia.2

Setelah Iqbal kembali ke India ia menjadi tenaga pengajar di alamamaternya

dahulu, ia juga menjadi pengacara dan terlibat dalam kancah politik praktis. Dari

banyaknya jabatan yang ia pegang , maka dapat dikatan Iqbal seelain seorang

pemikir ulung ia juga sebagai politikus yang ulung.

1 Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, 1996 :2802 Ibid hal 281

3

Page 4: ” Muhammad Iqbal”

Sebagai seorang pemikir, tentu tidak dapat sepenuhnya dikatakan bahwa

gagasan-gagasannya tersebut lahir tanpa dipengaruhi oleh pemikir-pemikir

sebelumnya. Jika dilihat dari kondisi sosial politik di masanya, Iqbal hidup pada

masa kekuasaan kolonial Inggris. Pada masa ini, pemikiran kaum muslimin di

benua India sangat dipengaruhi oleh seorang tokoh religius, yaitu Syah

Waliyullah Ad-Dahlawi dan Sayyid Ahmad Khan . Kecuali Ahmad Khan, Syah

Waliyullah adalah pemikir muslim pertama yang menyadari bahwa kaum

muslimin tengah menghadapi jaman modern yang di dalamnya ada tantangan

serius dari Inggris mengenai masalah pemahaman Islam, terlebih ketika Dinasti

Mughal terakhir di India mengalami kekalahan saat melawan Inggris pada tahun

1857, yang juga sangat mempengaruhi 41 tahun kekuasaan Imperium Inggris ,

dan bahkan pada tahun 1858 British East India Company dihapus dan Raja

Inggris bertanggungjawab atas pemerintah imperium India .3

Adapun filosof yang mempengaruhi Iqbal diantaranya:

\ Iqbal adalah filosof Muslim yang banyak dipengaruhi oleh banyak filosof Barat

seperti Thomas Aquinas, Bergson, Nietzsche, Hegel dan masih banyak lagi yang

lainnya Di antara sekian banyak filosof, menurut Donny Gahral, Nietzsche dan

Bergsonlah yang paling banyak mempengaruhi Iqbal, oleh karena itu pemikiran

kedua filosof ini akan dipaparkan sebagai berikut:

Nietzsche dan Bergson sangat mempengaruhi Iqbal khususnya konsepnya

tentang hidup sebagai kehendak kreatif yang terus bergerak menuju realisasi.

Manusia sebagai kehendak kreatif tidak bisa dibelenggu oleh hukum mekanis

maupun takdir sebagai rencana Tuhan terhadap manusia yang ditetapkan sebelum

penciptaan. Namun semangat relegius Iqbal menyelamatkannya dari sikap

atheisme yang dianut Nitzsche sebagai konsekuensi kebebasan kreatif manusia.

Iqbal masih mempertahankan Tuhan dan mengemukakan argumentasi yang bisa

mendamaikan kemahakuasaan Tuhan dengan kebebasan manusia.

3 Ibid hal 282

4

Page 5: ” Muhammad Iqbal”

Iqbal juga menolak konsep Nitzsche maupun Bergson tentang kehendak

sebagai sesuatu yang buta, khaotis, tanpa tujuan. Iqbal mengatakan bagaimanapun

orang sadar bahwa dalam kehendaknya ia memiliki tujuan karena kalau tidak buat

apa ia berkehendak, namun Iqbal menolak tujuan sebagai tujuan yang bukan

ditetapkan oleh manusia sendiri melainkan oleh takdir atau hukum evolusionistik.

Iqbal meninggal dunia pada uusia 71 tahun, tepatnya pada tanggal 20 April 1938.

Kematian Iqbal merupakan “kerugian” bagi muslim India dan dunia muslim pada

umumnya.4

B. Corak Pemkiran M. Iqbal

Iqbal selain terkenal sebagai filosof, ahli hukum, pemikir politik, dan reformis

muslim, juga dikenal sebagai penyair ulung. Faktor yang paling dominan dalam

pembentukan pemikiran Iqbal adalah kepergiannya ke Eropa untuk mempelajari

filsafat barat. Sejak saat itu, Iqbal memiliki kecenderungan intelektual yang khas.

Kecintaannya pada nilai – nilai dan tradisi Timur yang dipelajarinya selama

berada di Negara kelahirannya, dan ditambah dengan penghargaannya yang tinggi

terhadap tradisi keilmuan Barat, telah menjadikan Iqbal sebagai sosok yang

menguasai warisan intelektual Timur (Islam) yang diiringi dengan

pengetahuannya yang mendalam tentang filsafat Barat.5

Iqbal memandang sudah saatnya kaum muslim melakukan rekontruksi

terhadap segala pemikiran yang berkembang di dunia Islam. Hal utama yang

dilakukan dalam hal ini adalah menentang dualisme filsafat klasik abstrak, yang

telah mempertahankan pikiran dan materi dalam wadah yang ketat. Menurut

Iqbal, cita – cita yang bersumber dari idealisme dan realisme bukanlah dua

kekuatan yang saling bertentangan. 

Dari hal diatas, dapat dikatakan bahwa paradigma pemikiran yang dgunakan

Iqbal untuk menelorkan gagasan rekontruksinya adalah dengan menggunakan

4 Mustofa, Filsafat Islam, 2007 : 3335 Ibid hal 334

5

Page 6: ” Muhammad Iqbal”

metodologi yang bersifat sintesis. Dia berhasil memadukan tradisi intelektual

Barat dengan tradisi intelektual Timur dalam ssuatu paradigma berfikir. Namun

demikian, upaya sintesis pemikiran Iqbal bukannya dilaksanakan tanpa sikap

kritis. Dia seleksi terlebih dahulu apa yang datang dari Barat, sehingga

pemikirannya tetap komprehensif: mencakup Timur dan Barat.

Bidang pendidikan telah menjadi salah satu agenda pembaruan intelektual Iqbal,

karena ia melihat bahwa intelektualisme Islam pada waktu itu dapat dikatakan

nyaris berhenti, karena kaum muslim telah berhenti mengambil inspirasi dari Al

quran. Diagnosis yang ditawarkan Iqbal untuk menyembuhkan persoalan ini

adalah dengan menumbuhkan kembali semangat intelektualisme melalui tiga

sumber, yaitu serapan indrawi, rasio, dan intuisi. 6

Ketiga sumber diatas, menurut Iqbal harus diambil dan digunakan secara

serempak, tanpa harus mengesampingkan salah satunya. Inilah yang disebut

berfikir qur’ani. Apabila kaum muslim mampu melakukan cara berfikir semacam

ini, maka revolusi pengetahuan dalam dunia Islam akan terjadi secara

mengagumkan.

 

C. Karya-karya Muhammad Iqbal

1. Asrar-i Khudi (Rahasia Pribadi), (1915)

2. Bang-i Dara (Seruan dari Perjalanan), (1924)

3. The Recunstruction of Relegious Thought in Islam, (1930)

4. Payam-i Masyriq (Pesan dari Timur), (1923)7

 

D. Filosof-Filosof yang Mempengaruhi Iqbal

Iqbal adalah filosof Muslim yang banyak dipengaruhi oleh banyak filosof

Barat seperti Thomas Aquinas, Bergson, Nietzsche, Hegel dan masih banyak lagi

yang lainnya. Di antara sekian banyak filosof, menurut Donny Gahral, Nietzsche

6 Ibid hal 2257 Thawil Aikhiyar Dasoeki, 1993 :151

6

Page 7: ” Muhammad Iqbal”

dan Bergsonlah yang paling banyak mempengaruhi Iqbal, oleh karena itu

pemikiran kedua filosof ini akan dipaparkan sebagai berikut:

Nietzsche dan Bergson sangat mempengaruhi Iqbal khususnya konsepnya

tentang hidup sebagai kehendak kreatif yang terus bergerak menuju realisasi.

Manusia sebagai kehendak kreatif tidak bisa dibelenggu oleh hukum mekanis

maupun takdir sebagai rencana Tuhan terhadap manusia yang ditetapkan sebelum

penciptaan. Namun semangat relegius Iqbal menyelamatkannya dari sikap

atheisme yang dianut Nitzsche sebagai konsekuensi kebebasan kreatif manusia.

Iqbal masih mempertahankan Tuhan dan mengemukakan argumentasi yang bisa

mendamaikan kemahakuasaan Tuhan dengan kebebasan manusia. 8

1. Friedrich Nietzsche

Filsafat Nietzsche (1844-1900) adalah filsafat kehendak untuk

penguasaan. Konsep Nietzsche tentang kehendak untuk penguasaan berkaitan

erat dengan konsep lebenphi-losophie tentang hidup. Tradisi lebenphi-

losophie memandang hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai

sesuatu yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apa pun yang

mematikan gerak hidup. Nietzsche memandang hidup sebagai insting atas

pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Pendeknya, hidup menurut

Nietzsche adalah kehendak untuk penguasaan.9

Berdasarkan konsep hidup sebagai kehendak untuk penguasaan,

Nietzsche secara revolusioner mendekonstruksi tiga warisan klasik yang

menjadi pondasi dasar peradaban Barat: filsafat, moralitas, dan agama

(Yudeo-Kristiani) yang dinilainya tidak mewadahi kehendak untuk

penguasaan. Tiga serangkai yang membawa peradaban Barat menuju pada

kehancuran bukan kemajuan. Ketiga warisan klasik peradaban Barat itu

menurut Nietzche berlawanan dengan konsepnya tentang hidup.

8 Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju),.349 Ibid hal 35

7

Page 8: ” Muhammad Iqbal”

Iqbal memang terinspirasi Nietzsche, terutama dalam semangatnya.

Hal ini tampak dari puisi lainnya tentang Nietzsche bahwa kita dapat meraih

semangat yang positif dan harapan dari ketulushatiannya:

Jika kau nada lembut, jangan datang padanyaGemuruh topannya adalah musik yang ditiup seruling penanyaIa celupkan pisau bedah ke lubuk hati BaratTangannya berlumuran darah setelah membersihkan darah salib KristusPada pembangunan Ka’bah, ia mendirikan rumah berhala sendiriHatinya adalah seorang mukmin, namun otaknya kafirPergilah dan bakar dirimu di api unggun raja Namrudz iniAgar taman bunga Ibrahim berbunga dari api azar

 2. Henry Bergson

Henry Bergson (1859-1941) merupakan tokoh yang bisa dibilang

paling berpengaruh terhadap pemikiran Iqbal, khususnya tentang intuisi dan

élan vital. Bergson mengemukakan adanya dua cara pengenalan yaitu analisis

dan intuisi. Analisis adalah aktivitas intelektual yang mengenali objek dengan

observasi bergerak mengitari objek atau dengan memisahkan bagian-bagian

konstituen objek kajiannya. Analisis bekerja dengan simbol-simbol tersebut

selalu berupa generalisasi abstrak yang melenyapkan keunikan individu

Intuisi, di lain pihak, menurut Bergson merupakan semacam rasio

simpati yang mana subjek peneliti menempatkan dirinya dalam objeknya

untuk menemukan apa yang unik dalamnya dan oleh karenanya tidak dapat

diekspresikan. Berpikir secara intuitif adalah berpikir dalam durasi. Durasi

sendiri dipahami sebagai waktu dalam bergerak berkelanjutan (continuous

flow) dan bukan waktu yang terspesialisasi oleh rasio menjadi momen-momen

atau titik-titik dalam garis. Rasio hanya mampu memahami bagian-bagian

statis dan tidak mampu menangkap pergerakan terus-menerus (durasi).

Elan Vital merupakan suatu kesadaran dari mana tumbuh kehidupan

dan semua kemungkinan kreatifnya. Evolusi bersifat kreatif dan tidak

deterministik seperti dikemukakan Darwin dan Marx karena masa depan

8

Page 9: ” Muhammad Iqbal”

bersifat terbuka. Bergson menolak, berdasarkan argumen élan vitalnya,

adanya tujuan final yang ditetapkan di depan.

 

E. Rekonstruksi Pemikiran-Pemikiran Islam Muhammad Iqbal

1. Filsafat Ego atau Khudi

Konsep tentang hakikat ego atau individualitas merupakan konsep

dasar dari filsafat Iqbal, dan menjadi alas penopang keseluruhan struktur

pemikirannya. Masalah ini dibahas dalam karyanya yang ditulis dalam bahasa

Persia dengan bentuk matsnawi berjudul Asrar-i Khudi; kemudian

dikembangkan dalam berbagai puisi dan dalam kumpulan ceramah yang

kemudian dibukukan dengan judul The Reconstruction of Relegious Thought

in Islam10

Menurut Iqbal, khudi, arti harfiahnya ego atau self atau individualitas,

merupakan suatu kesatuan yang riil atau nyata, adalah pusat dan landasan dari

semua kehidupan, merupakan suatu iradah kreatif yang terarah secara

rasional. Arti terarah secara rasional, menjelaskan bahwa hidup bukanlah

suatu arus tak terbentuk, melainkan suatu prinsip kesatuan yang bersifat

mengatur, suatu kegiatan sintesis yang melingkupi serta memusatkan

kecenderungan-kecenderungan yang bercerai-berai dari organisme yang hidup

ke arah suatu tujuan konstruktif. Iqbal menerangkan bahwa khudi merupakan

pusat dan landasan dari keseluruhan  kehidupan. Hal ini tercantum pada

beberapa matsnawinya dalam Asrar-i Khudi.

Bentuk kejadian ialah akibat dari khudiApa saja yang kaulihat ialah rahasia khudiDijelmakannya alam cita dan pikian murniApa guna wujudmu melainkan untuk mengembangkan dayamu?Kalau kau perkuat dirimu dengan khudiKau akan pecahkan dunia sesuka khudimu;Jika kau hendak hidup, isilah dirimu dengan khudiApakah mati sebenarnya? Melepaskan semua khudi

10 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama),185

9

Page 10: ” Muhammad Iqbal”

 Kenapa berkhayal itulah terpisahnya roh dari tubuhBermukimlah dalam khudi, penaka YusufMajulah dari rebutan yang satu ke rebutan yang lainPikirkanlah khudimu dan jadilah beraksi

Jadilah manusia-Tuhan, kandunglah rahasia dalammu. Ego bagi Iqbal adalah kausalitas pribadi yang bebas. Ia mengambil

bagian dalam kehidupan dan kebebasan Ego mutlak. Sementara itu, aliran

kausalitas dari alam mengalir ke dalam ego dan dari ego ke alam. Karena itu,

ego dihidupkan oleh ketegangan interaktif dengan lingkungan. Dalam keadaan

inilah Ego Mutlak membiarkan munculnya ego relatif yang sanggup

berprakarsa sendiri dan membatasi kebebasan ini atas kemauan bebasnya

sendiri. Menurut Iqbal, nasib sesuatu tidak ditentukan oleh sesuatu yang

bekerja di luar. Takdir adalah pencapaian batin oleh sesuatu, yaitu

kemungkinan-kemungkinan yang dapat direalisasikan yang terletak pada

kedalaman sifatnya.

Untuk memperkuat ego dibutuhkan cinta (intuisi) dan ketertarikan,

sedangkan yang memperlemahnya adalah ketergantungan pada yang lain.

Untuk mencapai kesempurnaan ego maka setiap individu mesti menjalani tiga

tahap. Pertama, setiap individu harus belajar mematuhi dan secara sabar

tunduk kepada kodrat makhluk dan hukum-hukum ilahiah. Kedua, belajar

berdisiplin dan diberi wewenang untuk mengendalikan dirinya melalui rasa

takut dan cinta kepada Tuhan seraya tidak bergantung pada dunia. Ketiga,

menyelesaikan perkembangan dirinya dan mencapai kesempurnaan spiritual

(Insan Kamil).

2. Filsafat Ketuhanan

Tuhan sebagai objek kajian metafisika memiliki kekhususan dibanding

kedua objek metafisika lainnya. Apabila manifestasi lahiriah dari semesta

maupun jiwa dapat ditangkap indra, maka hal yang sama tidak berlaku bagi

realitas ketuhanan. Tuhan adalah suatu yang mutlak tidak ditangkap indra.

10

Page 11: ” Muhammad Iqbal”

Metafisika yang mengkaji tentang Tuhan disebut filsafat ketuhanan

(teologi naturalis) untuk membedakannya dari teologi adikodrati atau teologi

wahyu. Apabila filsafat ketuhanan mengambil Tuhan sebagai titik akhir atau

kesimpulan seluruh pengkajiannya, maka teologi wahyu sebagai titik awal

pembahasannya.

Filsafat ketuhanan berurusan dengan pembuktian kebenaran adanya

Tuhan yang didasarkan pada penalaran manusia. Filsafat ketuhanan tidak

mempersoalkan eksistensi Tuhan, disiplin tersebut hanya ingin

menggarisbawahi bahwa apabila tidak ada penyebab pertama yang tidak

disebabkan maka kedudukan benda-benda yang relatif-kontigen tidak dapat

dipahami akal.

Paling tidak, terdapat tiga argumen besar dalam filsafat ketuhanan:

argumen kosmologis, argumen teologis, dan argumen ontologis. Argumen

kosmologis mengemukakan bahwa Tuhan harus ada, karena kalau tidak maka

akan ada rangkaian kausalitas yang tak terhingga untuk menjelaskan

peristiwa-peristiwa. Argumen teologis mengemukakan bahwa dari struktur

finalitas realitas dapat ditariik kesimpulan adanya Sang Pencipta yang

menetapkan struktur tersebut. Sedangkan argumen ontologis mengemukakan

bahwa Tuhan ada karena kita memikirkannya dan memprediksikan eksistensi

terhadap Dirinya.11

Iqbal secara tegas menolak argumen-argumen para filosof skolastik

tersebut. Baginya argumen-argumen ini telah menemui kegagalan. Di

samping tampak sebagai suatu interpretasi pengalaman yang dibuat-dibuat,

menurutnya argumen-argumen itu mengundang pula kesesatan logis. Iqbal

mengungkapkan bahwa di antara penyebab kegagalan argumen-argumen ini

adalah karena dipaksakannya dualisme epistemologis, yaitu pemisahan antara

pikiran dan wujud (being). Padahal dalam argumen-argumen itu sendiri

11 Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju),.60

11

Page 12: ” Muhammad Iqbal”

sesungguhnya telah tersirat bahwa pikiran dan wujud pada akhirnya

merupakan satu kesatuan.

Iqbal sepakat dengan Kant bahwa rasio manusia memiliki keterbatasan

dalam mengetahui hakikat Tuhan. Namun keterbatasan rasio tidak menjadikan

Iqbal seorang skeptis seperti Kant, ia tetap meyakini bahwa manusia mampu

memperoleh pengetahuan tentang Tuhan secara langsung melalui proses

intuisi dalam pengalaman relegius. Dalam hal ini konsep intuisi Iqbal berbeda

dengan konsep intuisi kaum mistikus. Apabila kaum mistikus menekankan

kontak langsung dengan Tuhan lewat proses intuisi, Iqbal menolaknya dengan

mengatakan bahwa apa yang pertama-pertama tersingkap secara kuat lewat

intuisi adalah keberadaan ego atau diri yang kreatif dan bebas.

Filsafat ketuhanan Iqbal berbeda dengan filsafat ketuhanan

kontemplatif karena Iqbal berangkat dari filsafat manusia yang menekankan

pengetahuan langsung tentang keberadaan ego atau diri yang bebas-kreatif.

Metafisika gerak Iqbal mengemukakan bahwa manusia bukanlah

benda statis tetapi suatu aktivitas gerak dinamis-kreatif yang terus merindu

akan kesempurnaan. Hidup keberagamaan sendiri menurut Iqbal adalah suatu

proses evolusi yang dapat dibagi menjadi tiga tahap, iman, pemikiran dan

penemuan. Pada tahap pertama yaitu tahap iman kita menerima apa yang

difirmankan Tuhan tanpa keraguan sedikitpun. Pendeknya segala sesuatu yang

berasal dari Tuhan adalah mutlak benar karena berasal dari Tuhan dan bukan

konstruksi manusia. Pada tahap kedua yaitu tahap pemikiran. Kita tidak

sekadar menaati secara buta firman Tuhan melainkan mulai memikirkan

maksud dari firman tersebut atau singkatnya kita mencoba memahami secara

rasional apa yang kita percayai.12 Dan pada tahap terakhir yaitu tahap

penemuan kita mencapai kontak langsung dengan realitas ultim yang

merupakan sumber semua hukum dan kenyataan.13 12 Thomas Aquinas, seorang teolog-filosof termasyhur Abad Pertengahan, mengemukakan suatu diktum berbunyi: fides quaerit intelectum atau iman mencari penjelasan rasional.13 Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju),.94

12

Page 13: ” Muhammad Iqbal”

F. Analisa Penulis

Menurut Iqbal agama bukan sekadar sekumpulan ajaran untuk

menekan aktivitas nafsu instingtif manusia (agama sebagai instrumen moral)

seperti diklaim para psikoanalisis (Freud, Jung). Bagi Iqbal, agama lebih dari

sekadar etika yang berfungsi membuat orang terkendali secara moral. Fungsi

sesungguhnya adalah mendorong proses evolusi ego manusia di mana etika

dan pengendalian diri menurut Iqbal hanyalah tahap awal dari keseluruhan

perkembangan ego manusia yang selalu mendampakan kesempurnaan.

Iqbal juga menolak konsep Nitzsche maupun Bergson tentang

kehendak sebagai sesuatu yang buta, khaotis, tanpa tujuan. Iqbal mengatakan

bagaimanapun orang sadar bahwa dalam kehendaknya ia memiliki tujuan

karena kalau tidak buat apa ia berkehendak, namun Iqbal menolak tujuan

sebagai tujuan yang bukan ditetapkan oleh manusia sendiri melainkan oleh

takdir atau hukum evolusionistik. 

BAB III

PENUTUP

13

Page 14: ” Muhammad Iqbal”

A. Kesimpulan

Dari makalah yang saya tullis maka dapatlah kesimpulantentang riwayat

Muhammad Iqbal dan pembuktian adanya tuhan sebab Muhammad Iqbal

beranggapan bahwa tuahan itu ialah iradah yang abadi. Adapun ajaran-ajaran

Muhammad Iqbal yaitu diantaranya filssafat dan lain-lain. Dan Muhammad Iqbal

dalam memproses adanya tuhan dengan memahami dengan menggunakan metode

intuisi-intuisi yang merupakan suatu mata bahu yang tajam tetapi tidak boleh

disamakan dengan sifat kemanusiaan yang utuh.

B. Kritik Dan Saran

Bahwasanya dalam makalah ini masih banyak sekali kekirangan dan

kesalahan yang harus kita benahi bersama, maka kritik dan saran dari teman-teman

semua sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini untuk lebih baik dan yang

baik.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: ” Muhammad Iqbal”

Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, Jakarta :CV Pustaka Setia 1996

Mustofa. 2007. filsafat islam. Bandung : CV Pustaka Setia

Adian, Donny Gahral, Muhammad Iqbal, Teraju, Bandung: 2003

Iqbal, Muhammad, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Lazuardi,

Yogyakarta: 2002

Nasution, Hasyimsyah, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta: 1999

KATA PENGANTAR

15

Page 16: ” Muhammad Iqbal”

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta sholawat dan salam

semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar kita Muhammad SAW. Berkat

rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang yang

berjudul “ Muhammad Iqbal

Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat

membantu para mahasiswa memahami tentang pemikiran Muhammad Iqbal. Penulis

juga menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Ucapan

terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan

waktu sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, dan

ucapan terimakasih juga untuk teman-teman yang memberikan dukungan kepada

penulis.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapt bermanfaat

bagi para pembaca.

Bengkulu,

Penulis

DAFTAR ISI

16

i

Page 17: ” Muhammad Iqbal”

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFATR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan masalah................................................................................. 2

C. Tujuan ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi................................................................................................. 3

B. Corak Pemkiran M. Iqbal..................................................................... 5

C. Karya karya Muhammad Iqbal............................................................. 6

D. Filososf yang mempengarui.................................................................. 7

E. Rekonstruksi Pemikiran pemikiran Muhammad Iqbal......................... 9

F. Analisa Penulis..................................................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 14

B. Kritik dan Saran ................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii

MAKALAHMAKALAH

17

ii

Page 18: ” Muhammad Iqbal”

FILSAFAT ISLAMFILSAFAT ISLAM Muhammad Iqbal

Oleh :Lisi Yarti

Linda JunitaLeo Waldi

Dosen pembimbing : Drs. Murkilim, M.Ag

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHFAKULTAS TARBIYAH DAN TADRISINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

IAIN (BENGKULU)2013

18