Oleh : Ella Agustian...

93
PERUBAHAN IDENTITAS SUKU TALANG MAMAK MELALUI KONTRUKSI SOSIAL DI DESA TALANG JERINJING KECAMATAN RENGAT BARAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU RIAU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Ella Agustian 1112111000037 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of Oleh : Ella Agustian...

Page 1: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

PERUBAHAN IDENTITAS SUKU TALANG MAMAK MELALUI KONTRUKSI

SOSIAL DI DESA TALANG JERINJING KECAMATAN RENGAT BARAT

KABUPATEN INDRAGIRI HULU RIAU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Ella Agustian

1112111000037

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

Perubahan Identitas Suku Talang Mamak Melalui Kontruksi Sosial di Desa

Talang Jerinjing Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau.

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Tengerang Selatan, 3 Mei 2017

Ella Agustian

Page 3: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Ella Agustian

NIM : 1112111000037

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

Perubahan Identitas Suku Talang Mamak Melalui Kontruksi Sosial di Desa

Talang Jerinjing Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau. dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Tangerang Selatan, 3 mei 2017

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dra. Ida Rosyidah, MA

NIP. 197609182003122003 NIP. 19630616199003200

Page 4: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

Perubahan Identitas Suku Talang Mamak Melalui Kontruksi Sosial di Desa

Talang Jerinjing Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau

oleh

Ella Agustian

1112111000037

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 mei

2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharatul Jamilah, M,Si.

NIP. 197609182003122003 NIP. 196808161997032002

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Zulkifli, MA Dr. M. Guntur Alting, M. Si

NIP. 196608131991031004 NIP. 197405121999031005

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 24 Mei 2017

Ketua Program Studi Sosiologi

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si

NIP. 197609182003122003

Page 5: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

v

ABSTRACT

Talang Mamak tribe is a group of traditional tribes who live in the plains Talang

Jerinjing village, this tribe undergoes a change of identity in such a way. Where a

Talang Mamak tribe identity is formed through the origins of the Resistance

Identity that is occurring in this traditional tribe. The identity has removed the

special characteristics of the previous Talang Mamak tribe, so that the tribe is

now regarded as the same as the others. This is done as a form of identity change

that is considered capable of maintaining their current existence. So the

researcher analyzed if Talang Mamak tribe use social relation that have three

process of change, that is Externalization, Obyektification and Internalization

owned by Peter Berger and Luckmann. The relationship is a form of social

construction that will form and give birth to new norms and habits among the

Talang Mamak tribe.

Keywords: Change of Identity, Talang Mamak tribe, Social Construction, Social

Relation.

Suku Talang Mamak merupakan sekelompok suku tradisional yang hidup di

dataran desa Talang Jerinjing, suku ini mengalami perubahan identitas sedemikian

rupa. Dimana sebuah Identitas suku Talang Mamak terbentuk melalui asal-usul

Identitas Resistensi yang tengah terjadi pada suku tradisional ini. Identitas

tersebut telah menghilangkan cirikhas khusus dari suku Talang Mamak

sebelumnya, sehingga kini suku tersebut dipandang sama saja dengan yang

lainnya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perubahan identitas yang dinilai mampu

mempertahankan eksistensi mereka saat ini. sehingga peneliti menganalisis jika

suku Talang Mamak menggunakan Relasi sosial yang memiliki tiga proses

perubahan, yaitu Eksternalisasi, Obyektifikasi dan Internalisasi milik Peter Berger

dan Luckmann. Relasi tersebut merupakan bentuk kontruksi sosial yang akan

membentuk dan melahirkan nilai-norma serta kebiasaan baru pada kalangan suku

Talang Mamak.

Kata kunci: Perubahan Identitas, suku Talang Mamak, Kontruksi Sosial, Relasi

Sosial

Page 6: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat, Hidayah,

dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Tidak lupa

penulis sampaikan shalawat serta salam kepada baginda Nabi besar Muhammad

SAW beserta para keluarga dan sahabatnya. Skripsi yang berjudul Perubahan

Identitas Suku Talang Mamak Melalui Kontruksi Sosial di Desa Talang

Jerinjing Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu.

Ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial

dalam bidang ilmu sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh

karena itu dengan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis Ayahanda Agus Ali S.S dan Ibunda Sulistiyani

S.Pd.AUD yang senantiasa mendoakan serta mendukung secara moril

maupun materil.

2. Dosen pembimbing skripsi Ibu Dra. Ida Rosyidah, MA yang telah banyak

mencurahkan waktu, tenaga, serta pikirannya untuk membimbing dan

memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Bapak Prof. Dr. Zulkifli,

MA.

4. Pembimbing akademik program studi sosiologi Ibu Dr. Cucu Nurhayati,

M.Si dan sekretaris program studi sosiologi Ibu Dr. Joharatul Jamilah,

M,Si.

5. Seluruh dosen Program Studi Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah yang

telah memberikan ilmu selama perkuliahan berlangsung.

6. Seluruh abang dan kakak penulis yaitu mas M. Ilan Jauhari dan mbak

Nurbaiti serta mas W. Indra Agustian dan mbak Rika Nuraini yang telah

memberikan semangat serta kebaikan-kebaikan dalam mendukung penulis

menyelesaikan skripsi.

7. Kepada Icksan Nasution yang telah mendukung penulis secara moril

dalam penyelesaian skripsi.

8. Teman seperjuangan daerah sekaligus sahabat terbaik penulis Akma

Munandra Rambe dan sahabat sedari MTs Yayang Nerdi

9. Teman-teman Ledies Pepaya yaitu kak Elva, kak Wahyu, kak Ana, dan

ebeb Refika yang penulis sayangi

10. Kepada seluruh teman seperjuangan jurusan Sosiologi angkatan 2012

Semoga bimbingan, dukungan, doa, dan materil yang telah kalian berikan

kepada penulis dapat menjadi pahala kebaikan dan selalu diberkahi oleh limpahan

nikmat iman serta nikmat Islam dari Allah SWT. Semoga penulisan skripsi ini

dapat bermanfaat bagi nusa bangsa dan negara.

Tangerang Selatan, 3 Mei 2017

Page 7: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

viii

DAFTAR ISI

Abstract ............................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... x

DAFTAR BAGAN ............................................................................................................. xi

BAB I ................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Pernyataan Masalah ............................................................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian........................................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 5

E. Kajian Teori ......................................................................................................... 9

F. Metode Penelitian ................................................................................................ 16

G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 21

H. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 24

BAB II ................................................................................................................................ 25

GAMBARAN UMUM ...................................................................................................... 25

A. Legenda Desa Talang Jerinjing .......................................................................... 25

B. Letak Geografis Desa Talang Jerinjing .............................................................. 26

C. Keadaan Penduduk Desa Talang Jerinjing .......................................................... 28

D. Aspek Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Talang Jerinjing .............................. 31

1. Kondisi Pendidikan ........................................................................................ 31

2. Kondisi Ekonomi ........................................................................................... 32

3. Kondisi Agama .............................................................................................. 33

4. Kondisi Sarana Kesehatan ............................................................................. 35

E. Profil Informan .................................................................................................... 36

BAB III .............................................................................................................................. 38

TEMUAN DAN ANALISIS ............................................................................................... 38

A. Suku Talang Mamak ............................................................................................ 38

B. Proses Perubahan Identitas Suku Talang Mamak ................................................ 44

1. Eksternalisasi ................................................................................................. 46

2. Obyektifikasi.................................................................................................. 49

3. Internalisasi .................................................................................................... 54

C. Terbentuknya Identitas Baru Suku Talang Mamak ............................................. 65

BAB IV ............................................................................................................................... 69

PENUTUP ........................................................................................................................... 69

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 69

B. Saran .................................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 72

LAMPIRAN ........................................................................................................................ xviii

Page 8: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.d.1 perbedaan dan persamaan kajian pustaka dengan penelitian

Tabel 1.g.2 daftar informan penelitian

Tabel 2.e.1 perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan

Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia

Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

Tabel 2.f.4 jumlah penduduk menurut jenjang pendidikan

Tabel 2.f.5 kondisi penduduk menurut mata pencaharian

Tabel 2.f.6 kondisi penduduk menurut agama

Tabel 2.f.7 jumlah rumah ibadah

Tabel 2.f.8 jumlah sarana kesehatan

Tabel 2.f.9 jumlah tenaga medis

Tabel 3.c.1 perubahan identitas suku Talang Mamak

Page 9: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.e 1 Alur skema perubahan identitas suku Talang Mamak

Bagan 3.c.2 Skema perubahan identitas suku Talang Mamak

Page 10: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Perubahan merupakan keadaan alami yang akan selalu terjadi, baik secara

cepat ataupun lambat. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan

Atkinsoon dan Broten dalam Sztompka, sebuah perubahan merupakan kegiatan

atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan

sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku

individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui, yaitu

pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok (2010:28).

Perilaku individu dan kelompok selalu dipengaruhi oleh kebiasaan yang telah ada

jauh sebelum kelompok tersebut berkembang. Suku Talang Mamak merupakan

sebuah kelompok adat yang tinggal di desa Talang Jerinjing, suku yang

sebelumnya terkenal sebagai sebuah kelompok primitif yang saat ini telah

mengikuti perkembangan perubahan.

Suku Talang Mamak yang berada di desa Talang Jerinjing mengalami

perubahan dalam ciri khas kelompok tradisional, sebelumnya kelompok ini

memliki identitas sebagai kelompok tradisional yang primitif tapi saat ini mereka

tengah mengalami pembauran atau persamaan identitas dengan masyarakat

pendatang yang lebih modern. Tajfel menyatakan bahwa suatu kepribadian akan

menjadi kepribadian apabila keseluruhan sistem psikofisiknya temasuk bakat

kecakapan dan ciri-ciri kegiatannya menyatakan sebagai kekhasan dirinya dalam

penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. Kepribadian individu, keahlian

individu, ciri-ciri akan dirinya baru terlihat bagaimana kepribadiannya ketika

Page 11: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

2

sudah melakukan interaksi dengan lingkungannya (Reicher 1993:218). Begitu

pula yang terjadi dengan kelompok suku Talang Mamak ini, dimana pola prilaku

yang sudah melekat pada mereka perlahan mulai memudar seiring dengan

pembauran prilaku bersama kelompok pendatang.

Kehadiran urban suku pendatang menutupi aktivitas asli penduduk desa

Talang Jerinjing yaitu suku Talang Mamak, saat ini masyarakat hanya mengenal

suku Melayu sebagai penduduk desa Talang Jerinjing. Kehadirian suku Talang

Mamak ditengah-tengah lonjakan penduduk urban semakin tidak terkenali,

sehingga identitas yang mulai tergantikan ini menjadi sebuah produk baru untuk

suku Talang Mamak. Joseph Trimble mengatakan bahwa identitas etnik bersifat

kontekstual dan situasional, karena pada umumnya disebabkan oleh negosiasi

sosial seseorang atau kelompok mengumumkan suatu identitas etnik tertentu.

Apabila identitas ini diterima oleh orang atau kelompok lain maka identitas inilah

yang akan membuat mereka berbeda dengan kelompok lainnya (2010:86). Proses

negosiasi tersebut menyamarkan boundaris (perbedaan) yang dialami oleh suku

Talang Mamak dan pendatang, dimana pada saat ini desa Talang Jerinjing tidak

lagi dikenal sebagai desa milik suku tradisional Talang Mamak melainkan sebuah

desa yang berpenduduk Melayu. Penyamaran identitas yang dilakukan oleh suku

Talang Mamak tersebut mengalihkan perhatian masyarakat luar terhadap

eksistensi suku Talang Mamak.

Demi memperoleh sebuah pengakuan atas identitas kelompoknya, suku

Talang Mamak telah bersedia untuk berbaur dan berinteraksi dengan masyarakat

luar yang ada. Hal tersebut terlihat dari perbedaan aktifitas yang dilakukan oleh

suku Talang Mamak saat ini, mulai dari tempat tinggal yang mereka huni hingga

Page 12: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

3

kebiasaan lainnya yang sangat berbeda dari keseharian sebelumnya. Perbedaan

tersebut mencerminkan adanya penerimaan kondisi sosial yang baru oleh suku

Talang Mamak, kebiasaan yang berbeda dari biasanya tidak lagi menjadi masalah

serius untuk diterapkan. Pengaruh pengaruh yang diperoleh dari luar kelompok

diadaptasi menjadi sebuah budaya baru untuk dilakukan. Prilaku yang didapatkan

dari luar kelompok merupakan hasil interaksi dengan relasi sosial dilingkungan

masyarakat. Relasi sosial tersebut mebentuk sebuah hubungan timbal balik yang

menjadi sebuah prilaku baru pada suku Talang Mamak.

Suku Talang Mamak adalah kelompok asli dari desa Talang Jerinjing dan

merupakan kelompok minoritas di desa tersebut, statusnya sebagai sebuah

kelompok minoritas suku Talang Mamak berusaha menerima keadaan dengan

membaur dan berinteraksi secara langsung terhadap kelompok baru. Berdasarkan

devinisi Trimble, pengidentifikasian identitas dari etnis askan menampilkan

keunikan tersendiri yang akan sangat berpengaruh oleh konteks sosial atau

bersifat situasional. Pembahasan relasi sosial akan memunculkan peran dari nilai

dan simbol lokal dalam pembentukan identitas etnik lokal (2010:87).

Pembentukan identitas tersebut menjadikan sebuah identitas baru yang dimiliki

bersama oleh seluruh masyarakat desa Talang Jerinjing, tanpa memperhatikan dari

mana kelompok tersebut berasal.

Dari pernyataan diatas penulis tertarik untuk meneliti sebuah perubahan

identitas yang terjadi pada suku Talang Mamak, kesamaan identitas antara suku

Talang Mamak dan pendatang saat ini merupakan sebuah permasalahan menarik

untuk diteliti. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian

Page 13: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

4

berjudul Perubahan Identitas Suku Talang Mamak Melalui Kontruksi Sosial

di Desa Talang Jerinjing.

B. Pertanyaan Penelitian

Dari penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah pertanyaan ini

mampu membuat batasan masalah yang akan diteliti, berdasarkan hal tersebut

peneliti tertarik untuk mengetahui Bagaimana Perubahan Identitas yang terjadi

pada suku Talang Mamak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas dan fokus masalah

yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah

menjelaskan bagaimana perubahan identitas yang terjadi pada suku Talang

Mamak di desa Talang Jerinjing.

2. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian haruslah menghasilkan manfaat yang menunjukkan

bahwa sebuah penelitian dapat bersifat positif bagi peneliti dan peneliti lainnya.

Berikut beberapa manfaat dari penelitian ini :

a. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi akademisi

sosiologi, yaitu dosen dan mahasiswa/i dalam mengkaji serta

memahami perubahan identitas pada suku Talang Mamak.

b. Mengembangkan aplikasi teoritis terhadap perubahan identitas pada

suku Talang Mamak.

c. Memberikan sumbangan ide-ide baru terhadap pemerintah daerah

setempat mengenai perubahan identitas suku Talang Mamak.

Page 14: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

5

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan sebuah ulasan yang menjelaskan tentang

rujukan terkait yang berhubungan dengan penelitian ini. Pada tinjauan pustaka ini

terdapat empat penelitian yang berhubungan dan dijadikan sebagai sumber

rujukan penelitian, dikarenakan adanya kesamaan hubungan karakteristik baik

dalam konsep maupun metodologi. Beberapa penelitian tersebut diantaranya

Disertasi milik Fu Xie, Thesis milik Yuandita Apriliani Siregar, Jurnal penelitian

milik Charles R Nangi, Disertasi milik Marthalena dan Thesis milik Dhelmira

Syafrini.

Disertasi milik Fu Xie dari Universitas Indonesia yang berjudul

Hubungan Antar Melayu-Bali dan Hubungan Agama Kristen Terhadap Agama

Islam. Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif yang dianggap menarik

karena jarang ada sebuah penelitian dalam sosiologi yang menggunakan metode

kuantitatif. Penelitian ini dapat memberikan sebuah gambaran bagaimana

kontruksi identitas dapat terjadi disaat konteks yang berbeda sehingga

memunculkan karakter yang unik serta memunculkan identitas baru.

Thesis milik Yuandita Apriliani Siregar dari Universitas Indonesia ini

berjudul Diaspora India : Studi Tentang Etnisitas Identitas, Dan Jaringan Sosial,

Komunitas Peranakan Muslim India di Kota. Thesis ini melihat sebuah pola yang

berlangsung pada komunitas tersebut khususnya di daerah Jakarta dan memahami

identitas serta terbentuknya jaringan yang ada. Kelebihan dari Thesis ini

menjelaskan adanya hubungan relasi sosial yang terbentuk sehingga

mempengaruhi identitas sosial yang terjadi atas konteks sosial yang ada. Thesis

ini bersifat komprehensif yang banyak dipengaruhi oleh jaringan sosial.

Page 15: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

6

Jurnal penelitian milik Charles R Nangi dari Universitas Indonesia ini

berjudul Kontruksi Sosial dalam Realitas sosial di Kalangan Pedagang Kaki

Lima Jurnal miliknya menyatakan jika sebuah interaksi yang terjadi dikalangan

masyarakat selalu menggunakan simbol simbol sebagai tanda yang sudah

mendarah daging. Jurnal penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang

pola-pola relasi sosial yang terjadi pada antar kelompok, sehingga menimbulkan

ciri khas yang baru akibat pembauran tradisi pada masing-masing kelompok.

Disertasi milik Martalena dari Universitas Gadjah Mada ini berjudul

Kontruksi Jilbab Dikalangan Mahasiswi (studi fenomenologi mahasiswi

Univesitas Islam Indonesia dalam memakai jilbab). Penelitian ini membahas dan

mengkaji hal-hal yang melatar belakangi mahasiswi di UII dalam menggunakan

jilbab serta seperti apa proses yang dilakukan oleh mahasiswi dalam memaknai

jilbab yang mereka gunakan. Disertasi ini menjelaskan bagaimana proses

kontruksi yang terjadi dikalangan mahasiswi UII dalam mengenakan jilbab.

Penelitian terakhir adalah sebuah Thesis milik Dhelmira Syafrini dari

Universitas Gajah Mada yang berjudul Etnis Cina dan Pembaurannya di

Indonesia. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui model seperti apa yang

terjadi dalam pembauran masyarakat Cina di Indonesia. Dhelmira menuliskan

dalam studi literaturnya terjadi proses pembauran di Solo melalui asimilasi total

seperti perpindahan agama yang terjadi. Kunci dari penelitian ini adalah proses

pembauran yang memunculkan penerimaan etnis Cina pada komunitas warga

Solo.

Page 16: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

7

Tabel 1d.1 Perbedaan dan Persamaan Kajian Pustaka dengan Penelitian

No Nama Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

1 Fu Xie Hubungan Antar

Melayu-Bali dan

Hubungan Agama

Hindu Terhadap

Agama Islam

(Universitas

Indonesia)

- Memperlihatk

an seperti apa

kontruksi

yang terjadi

pada

masyarakat

minoritas

- kuantitatif

- Hubungan antar

kelompok

agama

- Teori

Hubungan antar

kelompok dan

identitas

- Kelompok minoritas sering

berinteraksi dengan kelompok

mayoritas begitu juga sebaliknya

- Anggota minoritas tidak

menunjukkan identitas kelompoknya

(menutupi)

2 Yuandita

Apriliani

Siregar

Diaspora India :

Studi Tentang

Etnisitas Identitas,

Dan Jaringan Sosial,

Komunitas

Peranakan Muslim

India di Kota

(Universitas

Indonesia)

- Kualitatif

- Memperlihatk

an seperti apa

kontruksi

pada etnis

minoritas

- Teori Diaspora

- Setiap individu memiliki identitas

komprehensif, setiap individu

memiliki keberagaman identitas

melalui relasi, interaksi, dan

kehidupan sosial

3 Charles R

Nangi

Kontruksi Sosial

dalam Realitas

sosial di Kalangan

Pedagang Kaki

Lima (Universitas

Indonesia)

- Kualitatif

- Menggunakan

kontruksi

Berger

- Berfokus pada

sebuah

kelompok

- Tidak memakai

kelompok etnis

- Setiap interaksi menggunakan

simbol-simbol sebagai bentuk pola

interaksi yang baru.

- simbol itu kemudian menjadi

perantara sesama pedagang kaki lima

untuk berinteraksi, simbol tersebut

menjadi kebiasaan yang dilakukan

antar pedagang dalam memilih

tempat ataupun berdiskusi untuk

kesepakatan hargayang menjadi

independen dari pencipta aslinya.

4 Martalena Kontruksi Jilbab

Dikalangan

- kualitatif

- menggunakan

- Berfokus pada

sebuah

- proses mereka dalam memaknai

jilbab yang mereka kenakan dengan

Page 17: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

8

Mahasiswi (studi

fenomenologi

mahasiswi

Univesitas Islam

Indonesia dalam

memakai jilbab

(Universitas Gadjah

Mada)

kontruksi

Berger

kelompok

- tidak memakai

kelompok etnis

- metode life

histori

melalui tiga proses simultan yakni

obyektivasi, internalisasi dan

eksternalisasi.

- Eksternalisasi sebagai aturan kampus

yang menuntut wajib menggunakan

jilbab pada tahapan obyektivasi

dapat dilihat melalui penerapan

aturan-aturan tentang jilbab yang

terdapat di kampus UII sebagai

bentuk realitas obyektif. Realitas

obyektif ini juga yang akan

mendasari proses pemaknaan jilbab

mahasiswi UII dalam tahapan

internalisasi. Kemudian pada tahapan

internalisasi inilah terjadi proses

pemaknaan tentang jilbab yang

mereka kenakan.

5 Dhelmira

Syafrini

Etnis Cina dan

Pembaurannya di

Indonesia.

(Universitas Gadjah

Mada)

- kualitatif - Studi literatur

- Tidak

menggunakan

dua etnis

tertentu. Hanya

menggunakan

satu etnis

terhadap

pembauran

secara

menyeluruh

- Menggunakan

teori drama

turgi

- Etnis cina dapat bergabung melalui

asimilasi total, mengikuti agama

mayoritas dan bergabung pada partai

politik sebagai bentuk integrasi

sosial

Page 18: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

9

E. Kajian Teori

1. Konsep Identitas Sosial

Castells menjelaskan tentang transformasi sosial yang sedang terjadi

dengan sangat cepat. Perubahan terjadi hampir di semua bidang kehidupan, mulai

dari bidang teknologi dan informasi, politik, kultur, ekonomi, agama dan

hubungan sosial.

Bagi Castell, Identitas memberikan makna mengenai manusia itu sendiri.

Dalam hal ini identitas sebagai sesuatu yang mengacu kepada aktor sosial,

dipahami sebagai proses susunan makna atas dasar suatu atribut dari kebudayaan,

atau satu kumpulan atribut sosial yang saling berhubungan, yang diberi prioritas

melampaui sumber makna yang lain (Castells, 2002:86). Castells berpendapat

bahwa dalam kehidupan masyarakat jaringan, makna diri atau identitas bagi

kebanyakan aktor sosial diorganisasikan seperti identitas primer (yakni suatu

identitas yang mengatur/memberi kerangka kepada yang lain), yang bersifat self-

sustaining (mempertahankan diri sendiri) melampaui waktu dan tempat. Pada

dasarnya suatu identitas merupakan hasil dari suatu susunan,yang bersumber

pada macam-macam sejarah, geografi, biologi, institusi produktif dan

reproduksi, memori kolektif, aparatus kekuasaan dan penyataan agamawi. Dalam

pembentukan indentitas, individu, kelompok sosial, dan masyarakat harus

memproses seluruh materi-materi ini, mengatur kembali maknanya, sesuai

dengan determinasi atau ketetapan sosial dan proyek budaya yang berakar dari

struktur sosial mereka, dalam kerangka waktu dan tempat. Karena konstruksi

sosial dari identitas selalu terjadi dalam konteks yang ditandai oleh hubungan

Page 19: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

10

kekuasaan. Dalam karyanya The Power Of Identity (2002) bahwa sebuah

identitas meliputi tiga hal yang terkait dalam asal usul pembangunan identitas

yaitu :

Legitimizing Identity atau Identitas Pembenaran. Identitas ini biasanya

diperkenalkan oleh institusi dominan dari masyarakat untuk memperluas

serta merasionalisasi dominasi mereka atas aktor sosial. Setiap tipe

menuju proses pembanganan identitas memiliki dampak yang berbeda

dalam masyarakat.

Resistance Identity atau Identitas Perlawanan. Identitas ini biasanya

dimunculkan oleh aktor yang ada dalam posisi/kondisi yang tertindas/

dicap rendah oleh logika dominasi, karena itu membangun kekuatan

penolakan dan survival atas dasar prinsip yang berbeda atau bertentangan

dengan yang dipaksakan oleh masyarakat. Identitas ini di bangun atas

dasar suatu bentuk perlawanan kolektif terhadap suatu bentuk

kebijaksanaan yang memberikan sebuah tekanan yang tidak dapat

ditoleransi.

Project Identity atau Identitas Proyek. Identitas ini biasanya dihasilkan

ketika para pelaku sosial (pada basis apapun material kultural yang

tersedia bagi mereka) membangun identitas baru yang mendefinisikan

kembali identitas atau posisi mereka dalam masyarakat, serta mencari

transformasi struktur sosial secara keseluruhan.

Dari konsep Identitas Castells, kita dapat melihat bahwa identitas

sesungguhnya sangat berkaitan dengan “makna”. Identitas memberikan makna

baik sebagai Individu maupun sebagai kelompok. makna disini adalah nilai-nilai

Page 20: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

11

baik budaya, moral, agama, etnik yang dimiliki atau didapat dari

seseorang/kelompok ebrdasarkan identitas yang dimiliki dan yang melekat pada

dirinya tersebut.

2. Teori Kontruksi Realitas Sosial

Berger dan Luckmann mulai menjelaskan realitas sosial dengan

memisahkan pemahaman kenyataan dan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai

suatu kualitas yang terdapat didalam realitas-realitas yang diakui memiliki

keberadaan (Being) yang tidak tergantung pada kehendak kita sendiri.

Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas

itu nyata dan memiliki karakteristik yang spesifik. (1990:81).

Menurut Berger dan Luckmann, terdapat dua obyek pokok realitas yang

berkenaan dengan pengetahuan, yakni realitas subyektif dan realitas obyektif.

Realitas subyektif berupa pengetahuan individu. Disamping itu, realitas

subyektif merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan

dikonstruksi melalui peoses intrnalisasi. Realitas subyektif yang dimilik masing-

masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses

eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah

struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi itulah individu secara kolektif

berkemampuan melakukan obyektivikasi dan memunculkan sebuah konstruksi

realitas obyektif yang baru (Berger & Lucman 1990:81). Sedangkan realitas

obyektif dimaknai sebagai fakta sosial. Disamping itu realitas obyektif merupkan

suatu kompleksitas definisi realitas serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang

telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum

sebagai fakta.

Page 21: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

12

Berger dan Luckmann mengatakan institusi masyarakat tercipta dan

dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. meskipun

institusi sosial dan masyarakat terlihat nyata secara obyektif, namun pada

kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses

interaksi. Obyektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang

diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada

tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna

simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang

memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna

pada berbagai bidang kehidupan. Pendek kata, Berger dan Luckmann

mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan

masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui

eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi (Burhan 2008:14-15) :

Proses Eksternalisasi

Proses eksternalisasi merupakan salah satu dari tiga momen atau triad dialektika

dalam kajian sosiologi pengetahuan. Proses ini diartikan sebagai suatu proses

pencurahan kedirian manusia secara terus menerus kedalam dunia, baik dalam

aktivitas fisis maupun mentalnya. Dengan kata lain dapat dikatakan penerapan

dari hasil proses internalisasi yang selama ini dilakukan atau yang akan

dilakukan secara terus menerus kedalam dunia baik dalam aktivitas fisik

maupun mentalnya, termasuk penyesuaian diri dengan produk-produk sosial

yang telah dikenalkan kepadanya. Karena pada dasarnya sejak lahir individu

akan mengenal dan berinteraksi dengan produk-produk sosial. Sedangkan produk

sosial itu sendiri adalah segala sesuatu yang merupakan hasil sosialisasi

Page 22: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

13

dan interaksi didalam masyarakat. Dalam momen eksternalisasi, realitas sosial

ditarik keluar individu. Didalam proses ini, realitas sosial berupa proses

hukum, norma, nilai dan sebagainya yang hal itu berada diluar diri manusia,

sehingga dalam proses konstruksi sosial melibatkan momen adaptasi diri atau

diadaptasikan antara nilai tersebut dengan dunia budaya. Adaptasi tersebut dapat

melalui bahasa, tindakan dan pentradisian. Karena adaptasi merupakan proses

penyesuaian berdasar atas penafsiran, maka sangat dimungkinkan

terjadinya variasi-variasi adaptasi dan hasil adaptasi atau tindakan pada

masing-masing individu.

Proses Obyektivikasi

Obyektivasi ialah proses mengkristalkan kedalam pikiran tentang suatu obyek,

atau segala bentuk eksternalisasi yang telah dilakukan dilihat kembali pada

kenyataan di lingkungan secara obyektif. Dalam hal ini bisa terjadi pemaknaan

baru ataupun pemaknaan tambahan proses objektivasi merupakan momen

interaksi antara dua realitas yang terpisahkan satu sama lain, manusia disatu sisi

dan realitas budaya disisi lain. Kedua entitas yang seolah terpisah ini kemudian

membentuk jaringan interaksi intersubyektif. Momen ini merupakan hasil dari

kenyataan eksternalisasi yang kemudian mengejawantah sebagai suatu kenyataan

objektif yang unik. Didalam konstruksi sosial momen ini terdapat realitas sosial

pembeda dari realitas lainnya. Objektivasi ini terjadi karena adanya proses

eksternalisasi. Ketika dalam proses eksternalisasi semua ciri-ciri dan simbol

dikenal oleh masyarakat umum. Namun pada tahap obyektifikasi terjadi

pelembagaan atau proses institusional yang sah.

Page 23: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

14

Proses Internalisasi

Internalisasi adalah individu-individu sebagai kenyataan subyektif menafsirkan

realitas obyektif, atau peresapan kembali realitas oleh manusia, dan

mentransformasikannya sekali lagi dari struktur-struktur dunia obyektif kedalam

struktur-struktur dunia subyektif. Pada momen ini, individu akan menyerap

segala hal yang bersifat obyektif dan kemudian akan direalisasikan secara

subyektif. Internalisasi ini berlangsung seumur hidup seorang individu dengan

melakukan sosialisasi. Pada proses internalisasi, setiap indvidu berbeda-beda

dalam dimensi penyerapan. Ada yang lebih menyerap aspek ekstern, ada juga

juga yang lebih menyerap bagian intern. Selain itu, selain itu proses internalisasi

dapat diperoleh individu melalui proses sosialisasi primer dan sekunder.

Ketiga proses yang ada tersebut akan terus berjalan dan saling

berkaitan satu sama yang lain, sehingga pada prosesnya semua akan

kembali ke tahap internalisasi dan begitu seterusnya hingga individu dapat

membentuk makna dan perilaku baru apabila terdapat nilai-nilai baru yang

didapat. Berdasarkan penjelasan dari teori Peter L.Berger dan Thomas

Lukhmann. Maka dapat diketahui bahwa individu merupakan produk sekaligus

pencipta pranata sosial. Melalui aktivitas kreatifnya, manusia mengkonstruksikan

masyarakat dan berbagai aspek lainnya dari kenyataan sosial. Kenyataan sosial

yang diciptakannya itu lalu mengkonfrontasi individu sebagai kenyataan

eksternal dan obyektif.

Individu lalu menginternalisasikan kenyataan ini sedemikian rupa

sehingga menjadi bagian dari kesadarannya. Bahwa diluar sana terdapat

dunia sosial obyektif yang membentuk individu-individu, dalam arti manusia

Page 24: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

15

adalah produk dari masyarakatnya. Realitas yang obyektif ini dipantulkan oleh

orang lain dan diinternalisir melalui proses sosialisasi oleh individu pada masa

kanak-kanak, dan disaat mereka dewasa, merekapun tetap menginternalisir

situasi-situasi baru yang mereka temui dalam dunia sosialnya. Oleh karena itu

dalam memahami suatu konstruksi sosial diperlukan tiga tahapan penting yaitu

eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. (Burhan 2008:16). Dari pernyataan

tersebut peneliti membagi perubahan identitas sosial suku Talang Mamak

melalui bagan berikut :

Bagan 1.e.1 Skema perubahan identitas suku Talang Mamak

Proses Refleksi

Bagan di atas menyatakan bagaimana proses perubahan identitas suku

Talang Mamak, dari proses perubahan identitas suku Talang Mamak peneliti

menggunakan analisis kontruksi Berger dan Luckmann mereka menyatakan

adanya tiga proses. Proses yang dialami yaitu Eksternalisasi sebagai peroses

pencurahan akan hal baru ke dalam prilaku suku Talang Mamak. Obyektifikasi

merupakan realitas sosial yang dihasilkan dari proses eksternalisasi, dalam proses

ini sebuah faktasi sosial baru akan muncul sebagai bentuk baru dari prilaku

sebelumnya. Pada proses terahir disebut Internalisasi atau sebuah pemaknaan

Identitas Suku

Talang Mamak

pada masa

lampau

Identitas Suku

Talang Mamak

sekarang

Eksternalisasi,

Obyektifikasi dan

Internalisasi

Page 25: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

16

kembali dari dua proses sebelumnya, sehingga pada proses ini direfleksikan dalam

kehidupan sehari-hari dan telah menjadi sebuah kebiasaan baru yang mendarah

daging (Berger & Lucmann 1990:81).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, secara umum

pendekatan penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang

naturalistik karena penelitian dilakukan dalam keadaan yang alamiah. Dalam

penelitian ini peneliti turun langsung ke lapangan dan merasakan secara langsung

kondisi objek penelitian, akan tetapi kehadiran peneliti tidak begitu

mempengaruhi dinamika objek penelitian. Hal tersebut senada dengan defenisi

penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Prof. Sugiyono, menurutnya

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

pospositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dan

peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian (Sugiyono. 2009: 15).

Menurut Bogdan dan taylor dalam Nurul Zuriah (2007), “Metode

Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi” metode penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam

buku yang sama, menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara mendasar bergantung kepada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristiwanya.

Page 26: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

17

Untuk mengetahui bagaimana proses perubahan identitas suku Talang

Mamak dan juga faktor apa saja yang mempengaruhinya, peneliti memerlukan

data yang sangat mendalam, guna mempermudah dalam manganalisis data dan

juga memperjelas deskripsi dari hasil analisis tersebut. Karena penelitian yang

dilakukan ini membutuhkan data yang mendalam, pasti dan jujur. Data yang

sebenarnya terjadi sebagaimana adanya maka metode pendekatan kualitatif

dianggap paling tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, sebab dalam

penelitian kualitatif sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih

memungkinkan peneliti untuk menggunakan teknik observasi langsung serta

wawancara mendalam juga dokumentasi. Ketiga teknik pengumpulan data

tersebut diasumsikan akan mampu mendapatkan data penelitian yang lebih

mendalam, valid, reliabel, dan tingkat kejujuran data yang tinggi, sebab peneliti

sebagai instrument penelitian yang melakukan pengumpulan data bersinggungan

langsung dengan subjek penelitian dan para informan pemberi data.

2. Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan metode pendekatan kualitatif, ini jenis penelitian

yang peneliti anggap paling tepat adalah jenis penelitian deskriptif. Menurut

Irawan Soehartono penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran

tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran

tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih (Soehartono.

2011: 35).

Menurut Nurul Zuriah (2007) penelitian deskriptif berusaha memberikan

gambaran secara sistematis dan cermat fakta-fakta actual dan sifat-sifat populasi

tertentu. Jenis penelitian deskriptif tersebut dianggap paling tepat untuk penelitian

Page 27: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

18

ini, yaitu tentang perubahan identitas Suku Talang Mamak karena peneliti ingin

menjabarkan dan memberikan gambaran tentang perubahan identitas yang terjadi

pada suku Talang Mamak dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

identitas tersebut.

3. Subjek Penelitian

Subjek utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah masyarakat di desa

Talang Jerinjing terutama kelompok suku Talang Mamak dan pendatang.

Pemilihan informan utama diambil dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Pengertian purposive sampling menurut Soehartono (2011: 63) adalah

teknik yang dalam pengambilan anggota sampel diserahkan pada pertimbangan

pengumpul data yang menurut peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan

penelitian. Jadi, pengumpul data yang telah dijelaskan oleh peneliti akan

mengambil siapa saja yang menurut pertimbangannya sesuai dengan maksud dan

tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 10 informan yang

didasarkan pada beberapa kriteria seperti:

a. Laki-laki/Perempuan yang merupakan keturunan asli dari Suku Talang Mamak.

b. Laki-laki/Perempuan yang merupakan masyarakat pendatang yang menetap di

desa Talang Jerinjing.

c. Orang-orang berpengaruh dari dua belah kelompok suku seperti (Ketua adat,

kepala desa, dan tokoh masyarakat).

Peneliti menggunakan 10 informan dari dua belah pihak, 5 informan dari

kelompok suku Talang Mamak dan 5 informan dari masyarakat pendatang yang

menetao di desa Talang Jerinjing. Hal tersebut dilakukan peneliti sebagai

Page 28: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

19

perbandingan dalam mendapatkan jawaban penelitian yang relevan dan bersifat

logis.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data,

yaitu data primer dan data sekunder.

Data Primer, diperoleh melalui beberapa cara yaitu wawancara dan

juga observasi langsung terhadap masyarakat desa Talang Jerinjing.

Data Sekunder, data ini hanya sebagai penunjang data primer saja.

Biasanya data sekunder didapatkan dari dokumen, kajian pustaka,

penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dan

juga buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.

5. Proses Penelitian

a. Tahap pertama

Pada tahap awal peneliti mencari informan kunci atau pembuka jalan

dalam penelitian ini, pada tahap ini peneliti berhasil menjadikan Kepala Desa

Talang Jerinjing sebagai informan kunci penelitian. Hal tersebut peneliti dapatkan

setelah kepala desa Talang Jerinjing membaca proposal penelitian yang dibuat

peneliti. Tidak hanya proposal penelitian saja, peneliti juga melakukan seluruh

prosedur administrasi yang harus dilengkapi seperti surat izin dari Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) kabupaten Indragiri Hulu.

Dilanjutkan dengan surat izin penelitian dari Kecamatan Rengat Barat hingga

ahirnya lolos meelanjutkan penelitian di desa Talang Jerinjing.

Page 29: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

20

b. Tahap kedua

Setelah keperluan administrasi yang telah dilengkapi peneliti selesai,

ahirnya peneliti dapat menjalin komunikasi yang baik dengan kepala desa Talang

Jerinjing sebagai bentuk kepercayaan beliau terhadap peneliti. Jalannya

komunikasi membuat peneliti kembali dikenalkan dengan informan kunci lainnya

yaitu Batin adat (ketua adat) Talang Mamak. Setelah pengenalan lebih dalam,

peneliti melakukan observasi di wilayah desa Talang Jerinjing hal tersebut

bertujuan agar mempermudah peneliti dalam menemukan informan terbaik dalam

penelitian.

c. Tahap ketiga

Masa transisi dialami peneliti dalam melanjutkan penelitian, hal tersebut

dikarenakan adanya hambatan-hambatan yang bersifat kekeluargaan sehingga

membuat peneliti harus memiliki masa jeda selama hampir tiga minggu untuk

melanjutkan penelitian. Penelitian berlanjut dengan penemuan sepuluh infroman

yang diilih peneliti berdasarkan kriteria yang ada.

d. Tahap keempat

Tahapan ini mengharuskan peneliti semakin kritis dalam melakukan

wawancara, wawancara tersebut berjalan dengan beberapa ancaman yang harus

peneliti terima. ancaman tersebut peneliti dapatkan dari pemuda-pemuda yang

tidak mendapatkan penjelasan sebelumnya dari pemerintah desa. Namun hal

tersebut dapat diselesaikan kala peneliti mendapat perlindungan dari Batin Adat

Talang Mamak. Sehingga peneliti dapat melakukan wawancara dengan baik.

Page 30: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

21

e. Tahap kelima

Ditahap terahir ini peneliti berhasil mengumpulka data penelitian yang

relevan, sehingga peneliti dapat melanjutkan data yang ada ke tahap analisis data

lapangan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan

data pada umumnya dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),

sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak dilakukan dengan

observasi partisipatif, wawancara mendalam dan juga dokumentasi (Sugiyono.

2014: 63). Penelitian yang akan peneliti lakukan sekarang ini menggunakan

pendekatan kualitatif, maka dalam teknik pengumpulan data yang akan dilakukan

menggunakan 3 hal, diantaranya sebagai berikut :

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan mangajukan pertanyaan secara langsung oleh

pewawancara kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau

direkam dengan alat perekam (Soehartono. 2011: 67-68). Dalam penelitian ini,

peneliti akan mewawancarai beberapa elemen informan tentang perubahan

identitas Suku Talang Mamak, diantaranya; para kelompok suku Talang Mamak

dan juga suku Melayu. Hal ini dilakukan agar mendapatkan data yang valid

tentang perubahan identitas yang terjadi. Dalam penelitian ini peneliti akan

melakukan wawancara kepada sekitar 10 informan yang sudah ditentukan,

tentunya informan yang dipilih untuk diwawancarai adalah mereka yang memang

berasal dari suku Talang Mamak dan Melayu berikut data para informan yang

diwawancarai :

Page 31: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

22

Tabel 1.g.2 daftar informan penelitian

No Nama Status/pekerjaan

informan

Suku / Etnis

1 Batin Jamin Ketua Adat Talang Mamak

2 Alis Warga Talang Mamak

3 Wati Warga Talang Mamak

4 Marlina Warga Talang Mamak

5 Sudaek Warga Talang Mamak

6 Edi Santoso Kepala Desa Melayu

7 Erviana Kepala sekolah Melayu

8 Sobarin Kepala dusun Melayu

9 Arifin Guru SMK Melayu

10 Inayah Warga Melayu

Alasan umum dalam memilih kesepuluh informan diatas adalah, peneliti

mengasumsikan bahwa kesemua informan di atas memiliki pengetahuan yang

cukup dalam perubahan identitas suku Talang Mamak. Pemilihan tersebut terjadi

karena subjek utama dari penelitian skripsi ini adalah mereka (kelompok suku

Talang Mamak).

2. Observsi

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran. Akan tetapi secara sempit, observasi diartikan sebagai

pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak

mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono. 2011: 69). Dalam penelitian ini

observasi yang akan peneliti lakukan adalah mengamati secara langsung ke

tempat dimana suku Talang Mamak berada yaitu di desa Talang Jerinjing.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa

berbagai macam, tidak hanya dokumentasi resmi (Soehartono. 2011: 70). Sumber

Page 32: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

23

data dokumentasi ini adalah untuk data sekunder guna melengkapi data primer,

didapatkan dari mendokumentasikan seluruh kegiatan pada saat obeservasi.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan oktober 2016 sampai dengan bulan

Januari 2017. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah desa Talang Jerinjing

kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau. Lokasi tersebut dipilih

karena berada dekat dengan tempat tinggal orangtua peneliti.

5. Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data kualitatif diawali dengan menelaah seluruh data

yang tersedia yang didapat dari berbagai sumber, yaitu: wawancara, observasi,

dokumen-dokumen, foto, gambar, dan lain sebagainya. Setelah menalaah seluruh

data langkah selanjutnya adalah mereduksi data yang dilakukan dengan membuat

abstraksi. Setelah abstraksi dibuat maka selanjutnya adalah menyusunnya dalam

pengelompokan isu, guna mempermudah proses analisis.

Sedangkan menurut Nurul Zuriah (2007) analisis data dalam sebuah

penelitian tergantung pada data apa yang digunakan dalam penelitian tersebut,

apakah data statistik atau non-statistik. Karena pendekatan dalam penelitian ini

adalah kualitatif yang sebagian besar datanya adalah non-statistik maka analisis

dalam penelitian ini merupakan analisis non-statistik. Menurut S. Margono (1997)

dalam Nurul Zuriah (2007: 199) kegiatan pengolahan data dalam penelitian dibagi

menjadi beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:

Pengklasifikasian data, yaitu menggolongkan aneka jawaban ke dalam

kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas.

Page 33: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

24

Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden

dengan kelompok pertanyaan yang telah dibagi

Tabulasi, yaitu usaha penyajian data, terutama yang mengarah pada

analisis kuantitatif.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini peneliti membaginya ke dalam empat bab, hal

tersebut dilakukan agar mempermudah pembaca dalam memahami isi dari

penelitian ini. Dalam setiap bab peneliti membaginya lagi ke dalam sub-sub

bab. Berikut sistematika pembagiannya:

Bab pertama dalam penelitian ini adalah pendahuluan, yang terdiri dari

penyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan diakhiri dengan

sistematika penulisan.

Bab kedua dalam penelitian ini berisi tentang gambaran umum desa

Talang Jerinjing dan Kebudayaan Suku Talang Mamak.

Bab ketiga dalam penelitian ini berupa temuan dan analisis data dari hasil

penelitian menganai proses perubahan Identitas suku Talang Mamak.

Bab keempat adalah bab terakhir dalam penelitian skripsi ini, dalam bab

ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran dari penelitian skripsi ini.

Page 34: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

25

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA TALANG JERINJING KECAMATAN

RENGAT BARAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU RIAU

Gambaran Umum

Dalam bab ini peneliti mencoba untuk menggambarkan objek penelitian

untuk memberikan penjelasan awal mengenai objek kajian yang berkaitan dengan

judul skripsi ini. Peneliti mencoba mendeskripsikan legenda desa, suku, letak

geografis maupun keadaan sosial masyarakat tersebut. Oleh karena itu peneliti

akan menguraikan hal tersebut sebagai berikut.

A. Legenda Desa Talang Jerinjing

Talang jerinjing adalah nama sebuah desa yang berada di Kecamatan

Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Daerah ini dikenal karena

keberadaan sebuah sungai yang dinamakan sungai Jerinjing. Sungai itu tidak

pernah kering walaupun musim kemarau, karena sungai tersebut diyakini

terhubung dengan sungai-sungai kecil dibawah tanah. Sedangkan pada musim

hujan, sungai-sungai kecil yang berada di bawah tanah itu dapat dengan cepat

meresapkan air hujan yang menggenangi wilayah tersebut. Maka dari sungai

inilah sebagian besar masyarakat desa memanfaatkannya dengan mengkonsumsi

air, mulai dari untuk mandi, minum, memasak dan lain sebagainya. Penduduk

desa Talang Jerinjing asli adalah suku Talang Mamak atau suku Anak Dalam

yang konon berasal dari Kerajaan Pagaruyung Minang Kabau Sumatera Barat.

Berdasarkan dari cerita tersebutlah muncul nama desa Talang Jerinjing yang

menggabungkan dua hal yaitu asal sungai dan suku pertama yang menempati desa

tersebut. (sumber : data desa terbaru).

Page 35: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

26

Desa Talang Jerinjing sendiri sudah ada sejak zaman Belanda yang kala itu

bergabung dengan Desa Pekan Heran. Pada saat itu Desa Talang Jerinjing dan

Desa Pekan Heran dipimpin oleh seorang Wali Negeri di zaman kerajaan Indragiri

Hulu sampai dengan tahun 1960-an. Pada Tahun 1960-an itu, terpisahlah Desa

Talang Jerinjing dengan Pekan Heran. Selanjutnya Desa Talang Jerinjing menjadi

Kepenghuluan. Penghulu kampung yang pertama di Desa Talang Jerinjing adalah

Bapak Ma’ruf. Selang beberapa Tahun setelah meninggalnya Bapak Ma’ruf,

dilanjutkan oleh Kepenghuluan sementara saat itu yaitu Bapak Kipo. Pada Tahun

1965, Desa Talang Jerinjing dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Bapak

Kaharudin sampai tahun 1970. Dari tahun 1970 sampai dengan tahun 1990 dijabat

oleh Bapak Ramadan Tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 dijabat oleh Bapak

Marjohan. Kepala Desa selanjutnya adalah Bapak Wardi yang menjabat dari

Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2005 dan dilanjutkan oleh Bapak Sudirman

yang menjabat dari Tahun 2005 hingga Tahun 2011. Pada Tahun 2011 Desa

Talang Jerinjing mengadakan Pemilihan Kepala Desa yang diikuti oleh 4 orang

calon Kepala Desa yang dimenangkan oleh Bapak Edi Santoso, ST untuk periode

2011 sampai dengan 2017. (sumber : data desa terbaru).

B. Letak Geografis Desa Talang Jerinjing

Desa Talang Jerinjing merupakan desa pemekaran dari desa Pekan Heran

yang berada dikecamatan Rengat Barat kabupaten Indragiri Hulu Riau. Letak

geografis desa Talang Jerinjing sangat mempengaruhi bidang-bidang kehidupan

masyarakat Talang Jerinjing, baik itu dibidang sosial, pendidikan, agama, dan

yang paling utama adalah ekonomi. Secara administratif desa Talang Jerinjing

masuk ke dalam kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau. Desa

Page 36: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

27

Talang Jerinjing terdiri dari lima dusun yaitu dusun I (dusun tua), dusun II (dusun

pudu), dusun III (dusun lopak jadi), dusun IV (dusun sungai bungin), dan dusun V

(dusun pengairan).

Desa Talang Jerinjing memiliki 10 RW (rukun warga) dan 26 RT (rukun

tetangga). Desa Talang Jerinjing terletak di timur kabupaten Rengat Barat yang

jaraknya sekitar 5 km dari ibu kota kecamatan Pematang Reba dan 5 km jarak

desa Talang Jerinjing dari Rengat ibu kota kabupaten Indragiri Hulu, sedangkan

jarak desa Talang Jerinjing dengan ibu kota provinsi Pekanbaru mencapai 146 km

(sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru)

Adapun wilayah desa Talang Jerinjing memiliki wilayah seluas 15.800 Ha

(termasuk lahan beberapa perusahaan yang berada di wilayah desa Talang

Jerinjing) dimana 65% berupa daratan yang bertopografi bukit-bukit kecil dan 35

% Lahan rawa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian Desa Talang Jerinjing berada

pada 35 m diatas permukaan laut dengan garis lintang 102.42662 BT / -0.556812

LS. Batas wilayah dari desa Talang Jerinjing adalah :

- Batas wilayah utara : kelurahan Pematang Reba

- Batas wilayah selatan : kelurahan Pangkalan Kasai

- Batas wilayah timur : kelurahan Sekip Hilir

- Batas wilayah barat : desa Muara Baung

Iklim

klim Desa Talang Jerinjing, sebagaimana desa-desa lain di wilayah

Indonesia mempunyai Iklim Kemarau dan Penghujan, hal tersebut mempunyai

pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Talang Jerinjing

Kecamatan Rengat Barat.

Page 37: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

28

Orbitasi

- Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 5 km/10 Menit

- Jarak ke ibu kota kabupetan : 5 km/10 Menit

C. Keadaan Penduduk Desa Talang Jerinjing

Penduduk desa Talang Jerinjing asli adalah suku Talang Mamak atau suku

Anak Dalam, namun di desa ini juga terdapat sebagain besar suku Melayu dan

suku pendatang dari daerah lain. Desa Talang Jerinjing merupakan desa dengan

penduduk terbanyak di kecamatan Rengat Barat, jumlah penduduk laki-laki di

desa mencapai 2497 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 2244 jiwa dari

total seluruh penduduk sebesar 4741 jiwa. Dilihat dari rasio jenis kelamin (sex

ratio) yang ada terdapat perbedaan sebesar 112 jiwa di desa tersebut.

Perbandingan yang sangat jauh antara komposisi perempuan dn laki-laki

diakibatkan adanya penurunan komposisi perempuan dalam dunia perkawinan,

perempuan di desa Talang Jerinjing kebanyakan menikah dengan pekerja

pendatang dan menetap di daerah pasangan mereka. Sehingga populasi

perempuan di desa Talang Jerinjing lebih rendah, seperti yang diungkapkan oleh

Edi :

“..karna banyak yang kawin sama pendatang, makanya banyak yang milih

pindah ke tempat suami. Mungkin karna orang sini cowonya banyak yang

jelek ya dek, hahaha” (wawancara Edi 16 Desember 2016)

Pernyataan dari kepala desa Talang Jerinjing tersebut semakin menguatkan

alasan kenapa komposisi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Berdasarkan data yang diperoleh dari profil desa Talang Jerinjing kabupaten

Indragiri Hulu, jumlah penduduk desa Talang Jerinjing sebesar 4741 jiwa terdapat

Page 38: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

29

sebanyak 1210 jumlah kepala keluarga dengan rata-rata perumah tangga sebesar 4

jiwa. Berikut tabel yang menggambarkan jumlah penduduk desa Talang Jerinjing

secara keseluruhan :

Tabel 2.e.1 perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan

Dusun Laki-laki Perempuan

Dusun Tua 725 672

Dusun Pudu 700 638

Dusun Lopak Jadi 283 269

Dusun Sei Bungin 227 191

Dusun Pengairan 562 474

Jumlah 2497 2244

sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru

Dari tabel 2.e.1 diatas dapat dilihat jika Dusun Tua menempati posisi

pertama dengan jumlah penduduk terpadat sebesar 1397 jiwa dengan komposisi

725 jiwa penduduk laki-laki dan 672 jiwa penduduk perempuan. Selanjutnya

dusun dengan penduduk terpadat kedua yaitu Dusun Pudu jumlah total penduduk

mencapai 1338 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 700 jiwa dan

perempuan 638 jiwa. Diposisi ketiga terdapat Dusun Pengairan dengan

keseluruhan jiwa sebanyak 1038 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki

sebanyak 562 jiwa dan perempuan 474 jiwa. Diurutan berikutnya ada Dusun

Lopak Jadi yang keseluruhan jiwanya sebanyak 552 jiwa, dengan komposisi

penduduk laki-laki sebanyak 283 jiwa dan perempuan 269 jiwa. Diurutan terakhir

terdapat 418 jiwa yaitu Dusun Sei Bungin dengan jumlah laki-laki sebanyak 227

jiwa dan perempuan 191 jiwa. Dusunu Sei Bungin merupakan dusun dengan

penduduk paling sedikit, karena dusun yang baru mulai dibuka pada pertengahan

tahun 2011. Sehingga wajar untuk saat ini dusun tersebut merupakan dusun paling

sepi dibandingkan dusun lainnya.

Page 39: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

30

Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia

Usia (tahun) Laki-laki Perempuan

0 – 14 557 511

15 – 19 233 220

20 – 49 1319 1228

50 – 64 287 210

65 + 101 75

Jumlah 2497 2244

sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru

Berdasarkan tabel 2.e.2 diatas terlihat bahwa usia 0 – 14 tahun sebanyak

1108 jiwa, selanjutnya usia 15 – 19 tahun sebanyak 453 jiwa. Usia 20 – 49

berjumlah 2547 jiwa, sedangkan usia 50 – 64 tahun berjumlah 497 jiwa, usia

tertua yaitu 65 tahun lebih berjumlah 176 jiwa. Dari data diatas terlihat bahwa

usia produktif yaitu usia 20 hingga 49 tahun menempati posisi pertama, sehingga

dapat dilihat jika desa Talang Jerinjing merupakan desa dengan penduduk

produktif lebih tinggi dibanding usia lainnya. Tingkat kelahiran yang tidak terlalu

tinggi disebabkan adanya perpindahan kaum perempuan ke tempat lainnya pasca

pernikahan.

D. Aspek Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Talang Jerinjing

1. Kondisi Pendidikan

Desa Talang Jerinjing yang merupakan desa terdekat dengan kota

kecamatan dan kota kabupaten memiliki tingkat dan kondisi pendidikan sebagai

berikut :

Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

Lembaga Pendidikan Formal Negeri Swasta

TK/PAUD - 2

SD/MI 3 -

SMP/Mts - -

SMA/SMK/MA 1 -

Akademi/ Perguruan Tinggi - -

Sekolah Luar Biasa - -

Jumlah 4 2

Page 40: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

31

sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru

Tabel 2.f.3 menjelaskan bahwa desa Talang Jerinjing memiliki pendidikan

formal sebanyak 7 lembaga dengan 2 lembaga Taman Kanak-kanak (TK), 3

lembaga Sekolah Dasar (SD), 1 lembaga sekolah menengah kejuruan (SMK).

Desa Talang Jerinjing tidak memiliki sekolah menengah pertama (SMP) dan juga

perguruan tinggi (PT) maupun sekolah luar biasa (SLB). Jumlah sekolah formal

yang masih minim mengakibatakan tingkat pendidikan di desa Talang Jerinjing

belum terlalu menjadi prioritas, dari seluruh jumlah sekolah formal SMP/MTs

masih belum ada di desa Talang Jerinjing. Padahal untuk saat ini pendidikan 12

tahun merupakan program utama dari pemerintah nasional.

Tabel 2.f.4 jumlah penduduk menurut jenjang pendidikan

Jenjang Pendidikan Jumlah

S 3 -

S 2 4

S 1 13

D 3 10

D 2 7

D 1 4

SMA/SMK/MA 428

SMP/MTs 567

SD/MI 746

TK -

Jumlah 1779

sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru

Tabel 2.f.4 menjelaskan bahwa, jumlah penduduk dengan tingkat

pendidikan mencapai 1779 jiwa, yang didominasi penduduk lulusan SD atau MI

dengan jumlah 746 jiwa, sedangkan penduduk lulusan SMP atau MTs sebanyak

567 jiwa, disusul penduduk lulusan SMA sebesar 428 jiwa. Desa Talang Jerinjing

memiliki penduduk lulusan S 1 sebanyak 13 jiwa, S 2 sebanyak 4 jiwa, namun

tidak ada penduduk lulusan S 3. Selain itu desa Talang Jerinjing juga memiliki

lulusan D 3 sebanyak 10 jiwa, D 2 sebanyak 7 jiwa dan D 1 sebanyak 4 jiwa.

Page 41: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

32

selain letak sekolah formal yang masih minim, saat ini para pelajar dari desa

Talang Jerinjing kebanyakan sekolah ke luar desa, mereka umumnya lebih

memilih sekolah ke Rengat yang merupakan ibu kota kabupaten Indragiri Hulu

dengan alasan untuk pendidikan yang lebih baik serta layak.

2. Kondisi Ekonomi

Kondisi geografis letak rumah di desa Talang Jerinjing pada umumnya

mengikuti pola pedesaan daerah Sumatera dimana jarak satu rumah ke rumah

lainnya cukup jauh dibandingkan jarak rumah dipedesaan pulau Jawa yang cukup

dekat. Jarak rumah antara rumah berkisar 10 meter atau lebih. Kondisi perumahan

yang cukup jauh mempengaruhi gerak ekonomi penduduk, dikarenakan masih

cukup banyak dijumpai lahan kosong yang dipergunakan sebagai tempat usaha

atau berkebun. Berikut kondisi ekonomi penduduk ekonomi desa.

Tabel 2.f.5 kondisi penduduk menurut mata pencarian

Mata Pencarian Jumlah

PNS 24

Petani 989

Pedagang 123

Karyawan Honorer

pemerintahan

8

Bidan / Perawat 15

Karyawan BUMN 2

Swasta 250

Guru 1028

Jumlah 2448

sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru

Tabel 2.f.5 menggambarkan bahwa kondisi mata pencarian penduduk desa

Talang Jerinjing sebagian besar adalah petani dengan jumlah 1112 jiwa, lalu guru

sebanyak 1048 jiwa, dan swasta 250 jiwa. Sedangkan jumlah PNS didesa Talang

Jerinjing hanya memncapai 24 jiwa dalam satu desa hal ini dikarenakan desa

Talang Jerinjing merupakan desa industri sehingga tidak banyak PNS yang

Page 42: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

33

berasal dari desa ini, lalu bidan atau perawat sebanyak 15 jiwa, dan diisi oleh

pedagang sebanyak 9 jiwa dan karyawan honorer 8 jiwa. Di desa ini juga terdapat

karyawan BUMN yang hanya 2 jiwa. Heterogenitas pekerjaan merupakan

demografi yang terjadi, hal semavam ini terjadi akibat adanya multikulturalisme

dari sebuah penduduk sehingga sekarang penduduk lebih bisa memilih ingin

menjadi apa dan memiliki pekerjaan seperti apa.

3. Kondisi Agama

Penduduk desa Talang Jerinjing adalah penduduk yang heterogen, yang

memiliki latar belakang agama, suku, budaya, dan tingkat pendidikan yang

beragam. Mayoritas penduduk di Desa Talang Jerinjing adalah pemeluk Agama

Islam. Sedangkan pemeluk agama minorotas adalah Kristen Protestan. Berikut

komposisi jumlah pemeluk agama berdasarkan data dari BPS kabupaten Indragiri

Hulu.

Tabel 2.f.6 jumlah penduduk berdasarkan agama

Agama Jumlah

Islam 4335

Kristen 226

Katholik 329

Konghucu 11

Total 4741

sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru

Tabel 2.f.6 diatas menjelaskan bahwa islam merupakan agama paling

besar dengan jumlah 4335 jiwa didesa Talang Jerinjing, agama minoritas terbesar

adalah kristen dengan jumlah 226 jiwa dan diikuti katholik 60 jiwa serta

konghucu 11 jiwa. selain itu suku asli desa yaitu suku Talang Mamak atau Anak

Dalam mereka merupakan penduduk dengan kepercayaan Animisme sebanyak

169 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa desa Talang Jerinjing adalah desa yang

Page 43: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

34

menghormati budaya dan agama minoritas yang ada untuk hidup saling

berdampingan.

Tabel 2.f.7 jumlah rumah ibadah

Tempat Ibadah Jumlah

Masjid 8

Musholla 7

Gereja -

Vihara -

Jumlah 15

sumber : data desa Talang Jerinjing terbaru

Tabel 2.f.8 menjelaskan bahwa didesa Talang Jerinjing terdapat 15 rumah

ibadah. Namun dari 15 rumah ibadah yang ada, hanya terdapat dua jenis rumah

ibadah yaitu 8 Masjid dan 7 Musholla. Kondisi rumah ibadah yang masih

didominasi Masjid dan Mushola tidak lain disebabkan oleh mayoritas penduduk

desa Talang Jerinjing adalah muslim.

4. Kondisi Sarana Kesehatan Desa Talang Jerinjing

Kondisi sarana kesehatan merupakan komponen penting yang harus

dimiliki sebuah daerah sebab masyarakat yang tinggal di daerah tersebut akan

sangat terbantu dengan adanya kondisi sarana dan prasarana kesehatan yang ada

dilingkungan daerah tersebut. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kondisi

sarana dan prasarana desa Talang Jerinjing berikut beberapa tabel yang dapat

menggambarkan kondisi sarana dan prasarana kesehatan yang ada didaerah ini.

Tabel 2.f.8 jumlah sarana kesehatan

Jenis Sarana Jumlah

Puskesmas Pembantu 2

Praktek Bidan 3

Posyandu 2

Jumlah 7

sumber : data BPS kab. INHU tahun 2016

Tabel 2.f.7 menggambarkan bahwa sarana kesehatan yang ada didesa

Talang Jerinjing sebanyak 7 sarana yaitu, terdapat 2 puskesmas pembantu, 3

Page 44: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

35

praktek bidan dan 2 posyandu. Jumlah tersebut sudah mencakup keseluruhan

saran dan prasarana kesehatan di desa Talang Jerinjing. Salah satu faktor

makmurnya sebuah desa dapat dilihat bagaimana kondisi sarana kesehatan, untuk

7 tempat pengobatan secara medis diatas menurut peneliti sudah mencukupi lima

dusun yang ada. Selain sebuah tempat medis ada juga jumlah tenaga medis yang

tergabung di desa Talang Jerinjing sebagai berikut:

Tabel 2.f.9 jumlah tenaga medis

Jenis Sarana Jumlah

Dokter Umum/Spesialis 1

Bidan 3

Perawat 0

Jumlah 4

sumber : data BPS kab. INHU tahun 2016

Tabel 2.f.9 memperlihatkan bagaimana tenaga medis di desa Talang

Jerinjing berjumlah 1 orang Dokter Umum, 3 orang Bidan, dan tidak ada Perawat.

Hal tersebut tidak menjadi sebuah masalah besar sebab, desa Talang Jerinjing

merupakan desa terdekat dengan ibukota kecamatan Rengat Barat. Dimana

terdapat Rumah Sakit Umum Pusat yang dimiliki kabupaten Indragiri Hulu,

jangkauan Rumah Sakit tersebuh hanya 5 sampai 10 menit menggunakan

kendaraan bermotor.

E. Profil Informan

Pada penulisan ini peneliti menemukan informan yang bersedia

diwawancarai, hal tersebut sebagai upaya memenuhi kebutuhan data yang lebih

akurat. Berikut 10 informan yang berhasil diwawanca memiliki latar belakang

yang berbeda-beda, baik dari segi ekonomi, pendidikan dan pekerjaannya. Berikut

daftar 5 informan yang berasal dari suku Talang Mamak dan 5 informan dari

masyarakat pendatang yang sudah lama menetap di desa Talang Jerinjing :

Page 45: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

36

1. Informan Jamin

Jamin merupakan seorang Kepala adat suku Talang Mamak, ia berusia

kurang lebih 68 tahun. Selain menjadi soerang ketua adat, saat ini Jamin memiliki

pekerjaan sebagai petani. Tuntutan profesinya sebagai seorang batin (kepala adat)

ia dikenal sebagai seorang yang hebat dalam bidang tradisi adat, sehingga ia

masih menunjukkan powernya sebagai seorang yang disegani hingga usia

senjanya. Jamin disebut-sebut sebagai ketua adat pertama yang mampu membuka

diri oleh pendatang baru, selain itu ia juga mampu mengenalkan budaya baru dan

diserap oleh kelompok suku Talang Mamak. Sehingga Jamin pantas disebut

sebagai bapak pelopor perubahan suku Talang Mamak.

2. Informan Alis

Ciri khas mengenai suku Talang Mamak tidak lagi dapat diidentikkan oleh

laki-laki berusia 39 tahun ini. ia merupakan seorang sarjana pertama dari kalangan

suku Talang Mamak. Laki-laki setengah baya ini bekerja di PT. Swakarsa Sawit

Raya sebagai seorang karyawan yang telah mengabdikan dirinya selama hampir

15 tahun. Sebagai seorang karyawan pabrik, Alis sudah jarang mengikuti kegiatan

tradisi adat suku Talang Mamak. Ia juga merupakan seorang indvidu modren yang

berhasil membangun perekonomian keluarga, sehingga ia terlihat lebih menonjol

dibandingkan suku Talang Mamak lainnya.

3. Informan Wati

Wati merupakan pedagang jajanan di sekolah dasar yang berada di desa

Talang Jerinjing. Usianya yang menginjak 45 tahun wati telah menyandang status

sebagai janda. sehingga memaksa ia untuk terampil dan giat dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari, hal tersebut dilakukan agar anak-anaknya tetap sekolah dan

Page 46: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

37

dapur tetap ngebul. Wati masih menerapkan sistem adat suku Talang Mamak

walaupun tidak sepenuhnya. Hal tersebut diakuinya ketika sakit ia lebih memilih

berobat dengan cara tradisonal dibandingkan ke dokter ataupun puskemas.

4. Informan Sudaek

Sudaek berusia 30 tahun, ia merupakan ketua Ikatan Pemuda Suku Talang

Mamak (IPSTM). Jabatan sebagai seorang ketua menjadikan ia sebagai seorang

yang kritis terhadap perubahan, Sudaek mampu menyelaraskan perubahan yang

terjadi. Hal tersebut ditandai dengan usahanya dalam menyatukan budaya

tardisonal dengan budaya modren. Sehingga mampu menjadikan tarian Rentak

Bulian sebagai mode unik sebuah budaya di era modren.

5. Informan Marlina

Istri kepala desa Talang Jerinjing yang satu ini, merupakan keturunan asli

suku Talang Mamak yang menikah dengan suku diluar kelompok Talang Mamak.

Marilina saat ini menelan seluruh nilai-nilai modernisasi yang ada, bahkan saat ini

dirinya mulai menjadi ibu-ibu sosialita di desa Talang Jerinjing. hal tersebut ia

akui semata-mata sebagai tuntutan pekerjaan dari suaminya, yang mengaharuskan

ia aktif berperan di dalam masyarakat.

6. Informan Edi Susanto

Edi adalah kepala desa Talang Jerinjing, ia menjabat di tahun terahir pada

2017. Statusnya sebagai seorang kepala desa Talang Jerinjing tidak

menghalanginya untuk membuat desa lebih baik, ia berasal dari suku Melayu

pendatang. Edi tidak memisahkan atau membedakan keberadaan seluruh

masyarakatnya, ia menghargai jika suku Talang Mamak sebagai kelompok

Page 47: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

38

pertama yang menemukan desa Talang Jerinjing sehingga suku Talang Mamak

tetap mampu melakukan beberapa kegiatan tradisi yang masih dilakukan.

7. Informan Erviana

Kepala sekolah dasar ini sudah biasa menghadapi siswanya yang berasal

dari suku Talang Mamak. ia mengaggap hingga saat ini suku Talang Mamak telah

lebih melek terhadap pendidikan. Ia lahir dan besar di desa Talang Jerinjing

namun tidak memiliki sedikitpun keturuan yang berasal dari suku Talang Mamak.

Sebagai seorang masyarakat yang tinggal berbaur dengan suku Talang Mamak ia

tidak memiliki sentimen atau pandangan berbeda sedikitpun, sebab menurutnya

sama saja antara suku Melayu ataupun Talang Mamak.

8. Informan Sobarin

Sobarin adalah seorang ketua dusun Sei Bungin, dusun yang dilintasi

jalanan baru akibat pembukaan pabrik sawit tersebut mulai ramai dibangun

rumah-rumah penduduk. Ia mengaku jika saat ini dirinya dan yang lain mampu

bergabung dan tinggal bersama suku Talang Mamak tanpa pernah muncul konflik.

9. Informan Inayah

Perempuan muda ini adalah seorang karyawan kantor desa yang sudah

bekerja hampir lima tahun, ia sendiri mengaku sering bergabung dan melakukan

kegiatan Karang Taruna bersama pemuda dan pemudi suku Talang Mamak.

posisinya sebagai seorang karyawan desa sedikit banyak mengetahui

perkembangan suku Talang Mamak saat ini. Sehingga membantu peneliti dalam

mencari data-data yang tercatat.

Page 48: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

39

10. Informan Arifin

Guru dari SMK ini mengemukakan jika siswanya yang berasal dari suku

Talang Mamak tidaklah sedikit, jabatannya sebagai seorang guru selama 8 tahun

di SMK tersebut selalu menemukan siswa yang berasal dari kalangan suku Talang

Mamak. Ia menjelaskan jika kebanyakan siswanya mampu berbaur tanpa

membedakan latar belakang masing-masing, sehingga proses belajar mengajar

tetap berlangsung kondusif. Jika terjadi kenakalan-kenalakan biasanya sebuah

kenakalan wajar yang dilakukan remaja, hal tersebut sering ia temukan dalam

proses belajar mengajar.

Page 49: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

38

BAB III

TEMUAN DAN HASIL ANALISIS DATA LAPANGAN

A. Suku Talang Mamak

Suku Talang Mamak merupakan suku tertua yang berada di desa Talang

Jerinjing, mereka juga termasuk dalam kesatuan proto melayu atau melayu tuha,

karena suku Talang Mamak termasuk dalam kesatuan proto melayu menyebabkan

suku Talang Mamak sangat berpengaruh dalam perkembangan sejarah melayu

Indragiri Hulu. Suku Talang Mamak atau orang Talang Mamak menggunakan

bahasa melayu dengan dialek tersendiri. Proto Melayu sudah mulai jarang ditemui

di Bumi Lancang Kuning tersebut, sehingga keberadaannya sangatlah dijaga

dengan baik termasuk asal muasal nama suku Talang Mamak yang tetap dijaga

sejarahnya. Dikutip dari Rab Tabrani dalam bukunya ia menyatakan bahwa

“Nama suku Talang Mamak diambil dari suku kata Talang yang dalam bahasa

melayu tua merupakan ladang sedangkan Mamak merupakan panggilan untuk

seorang ibu hal ini mendasari latar belakang mereka yang bersifat matrinialisme.

Sehingga kata Talang Mamak mememiliki artian (ladang milik ibu) arti kata

tersebut menciri khaskan kebiasaan suku Talang Mamak yang memiliki kebiasaan

sebagai kumpulan keluarga yang berpindah-pindah ladang atau cara bercocok

tanam yang tidak menetap”. (2002:15).

Kumpulan keluarga yang selalu berpindah tersebut, juga mestinya selalu

memiliki seorang ketua atau yang akan menjadi pemimpin keberadaan mereka.

Pemilihan ketua pada suku Talang Mamak sangat berpengaruh dengan keturunan

yang mereka miliki seperti dikutip dari Rab Tabrani dalam bukunya ia

Page 50: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

39

mengatakan apabila “Sistem Matrinial yang menguasai pembagian hak dalam

suku Talang Mamak membuat pemilihan ketua atau kepala adat yang mereka

sebut sebagai Batin, Penghulu, Mangku dan Monti serta pewarisan harta pusaka

hanya bisa diturunkan kepada anak lelaki saudara perempuan. Rumah tangga

terbentuk dari keluarga inti yang membuat rumah sendiri di sekitar tempat tinggal

orang tua istri (uksorilokal). Kesatuan hidup tertinggi mereka setingkat dengan

kampung, dan setiap kampung dipimpin oleh seorang batin atau penghulu adat.

Selain itu masyarakat ini mempunyai pemimpin kharismatik yang bergelar Datuk

Patih”. (2002:18) Sejarah suku Talang Mamak beragam versi ceritanya dalam

versi cerita pertama yang dijelaskan secara lisan oleh Asisten Residen Indragiri

Hulu bahwa

“Suku Talang Mamak berasal dari kerajaan Pagaruyung Sumatera Barat

suku ini datang ke daerah Indragiri Hulu diakibatkan pertentangan konflik

agama masa silam di daerah sebelumnya. Perang itu juga sering disebut

sebagai Perang Padri sebelum masa perlawanan Belanda, jadi tidak aneh

jika kebanyakan kegiatan adat istiadat mereka mirip dengan kegiatan adat

minangkabau pada masa pra-islam, tapi versi kedua merupakan cerita yang

akrab di dalam masyarakat adat yang secara turun-temurun diwariskan,

masyarakat bercerita bahwa suku Talang Mamak merupakan keturunan

Nabi Adam yang ketiga, hal tersebut diperkuat oleh adanya tapak kaki dari

batu berukuran besar yang berada di kawasan sungai Tunu Desa Rakit

Kulim tapak kaki tersebut diyakini milik pemangku adat suku Talang

Mamak”. (wawancara Emil 5 Januari 2017).

Selain itu suku Talang Mamak terbagi ke dalam dua golongan, mereka

membagi golongan tersebut melalui keturunan yang mereka dapatkan. Golongan

pertama merupakan keturunan dari Datuk Mundardjati yang tinggal di daerah

aliran sungai Limau, sungai jerinjing, dan aliran sungai Cenaku, sedangkan

golongan kedua merupakan keturunan dari tiga datuk yaitu Datuk Ria Belimbing,

Datuk Ria Tanjung, dan Datuk Ria Muncak yang tinggal di daerah aliran Sungai

Page 51: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

40

Gangsal dan Sungai Akar di lingkungan perbukitan Bukit tiga puluh (wawancara

Jamin 15 desember 2016).

Desa Talang Jerinjing merupakan desa yang aliran sungainya termasuk ke

dalam tempat tinggal suku Talang Mamak dari keturunan Datuk Mundardjati,

sehingga di desa ini Suku Talang Mamak tinggal secara menyebar di setiap dusun

yang ada di desa Talang Jerinjing. Menurut Batin di kawasan desa Talang

Jerinjing kegiatan menyebar tersebut merupakan bentuk pertahanan budaya yang

mereka terapkan, namun secara keseluruhan dari lima dusun yang ada dusun Sei

Bungi merupakan dusun berpenduduk suku Talang Mamak terbanyak di desa

Talang Jerinjing. Jumlahnya mencapai 80 jiwa lebih dari setengah populasi

mereka kurang lebih sebesar 170 jiwa di desa Talang Jerinjing. (sumber: data

terbaru desa).

Masyarakat Talang Mamak yang masih percaya dengan kekuatan gaib di

sekitarnya (animisme) dan memeluk agama sinkritis menyebut diri mereka

sebagai orang ”Langkah Lama” atau orang adat yang menjunjung tinggi nilai

adat, sedangkan masyarakat yang memeluk agama Islam disebut Suku Melayu.

Identitas lainnya dari suku Talang Mamak adalah ciri fisik mereka yaitu memiliki rambut

panjang, baju dari kulit binatang, dan bergigi hitam garang. Penampilan ini masih

mendominasi penampilan wanita dan anak perempuan Suku Talang Mamak. Hampir serupa

dengan para wanita, pria dan anak laki-laki Suku Talang Mamak memakai baju dari kulit

binatang, bergigi hitam garang dan memakai sorban atau songkok di kepalanya. Untuk

penerimaan budaya luar, Suku Langkah Lama cenderung menolak dan memandang adat

sebagai pedoman utama. Selain itu suku Talang Mamak terkenal dengan sebutan suku yang

tidak ingin bertemu dengan masyarakat dari kelompok lainnya. mereka akan berlalri dan

menutup diri terhadap kelompok baru. Selain itu suku Talang Mamak terkenal jujur dan

cenderung menghindari konflik dengan pergi ke dalam hutan untuk menenangkan diri.

(Islamudin 2014:55).

Dalam jurnal hasil penelitian Nurman dkk (2014) mendeskripsikan

kepercayaan yang dianut oleh Masyarakat adat Talang Mamak. Masyarakat adat

Page 52: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

41

Talang Mamak pada umumnya memiliki kepercayaan yang mereka sebut dengan

Islam Langkah Lama (orang darat) disebut Talang Mamak, dan Islam Langkah

Baru (mengalih) yang disebut orang Melayu. Masyarakat Talang Mamak yang

masih menganut Langkah Lama juga mengenal Islam, akan tetapi belum

menjalankan syariat Islam. Pada masyarakat adat Langkah Lama masih

mempercayai mitos-mitos yang berasal dari leluhur mereka. Mitos-mitos ini yang

kemudian juga dijadikan sumber pengetahuan, nilai, norma, dan etika bagi

kehidupan mereka. Menurut Batin atau ketua adat suku Talang Mamak Bapak

Jamin, ia menyatakan bahwa :

“kehidupan suku Talang Mamak selalu dilakukan dengan upaya izin leluhur

agar setiap peribadatan dapat berjalan sesuai rencana soalnya budaya hanya

akan dapat dilestarikan apabila anak cucu mengetahui cara apa saja yang

harus dilakukan supaya leluhur tetap memberikan hasil alam yang melimpah

ruah”. (Wawancara Jamin 21 desember 2016).

Dari pernyataan tersebut disimpulkan jika warisan dari leluhur mereka ini

yang disebut sebagai aturan adat, adat yang mengatur kehidupan mereka mulai

dari berladang, perkawinan, kelahiran, bahkan kematian juga diatur oleh adat.

Kegiatan yang mereka lakukan berdasarkan tatacara yang sudah dilakukan secara

turun temurun dari nenek moyang suku Talang Mamak. Sebuah kelompok adat

secara otomatis memiliki kegiatan adat yang mereka percaya sebagai sebuah

kewajiban yang harus dilakukan, seperti yang disampaikan oleh Rab Tabrani

(2002:29) bahwa ada macam-macam prosesi adat yang dimiliki oleh suku Talang

Mamak antara lain :

Upacara Daur Hidup, merupakan sebuah upacara keturunan yang

dilakukan untuk perempuan-perempuan suku Talang Mamak yang

Page 53: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

42

tengah hamil tua, pada upacara ini perempuan yang akan melahirkan

harus membuat janji kepada dukun anak agar pada hari perhitungan

kelahiran dukun sudah siap membantu dan menyiapkan seluruh

kebutuhan yang diperlukan seperti tikar pandan, tepak sirih beserta

isinya dan batu giling yang telah dimasukan ke dalam tudung. Pada

upacara ini dukun bayi harus datang setiap hari menjelang kelahiran

sang jabang bayi, hal tersebut bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat

yang akan melingkari kelahiran sang bayi.

Upacara Gawai Gandang, adalah sebuah upacara pernikahan yang

dilakukan secara adat isitiadat yang telah dipercayai. Proses pernikahan

ini memakan waktu cukup lama, dimana pada satu prosesi pernikahan

membutuhkan waktu tiga hari sebagai bentuk persembahan kepada

leluhur. Pada waktu yang telah ada terdapat beberapa prosesi yaitu

menegakkan tiang gelanggang sebagai proses awal yang menjadi inti

dari sebuah upacara pernikahan. Setelah itu dilanjutkan pada proses

silat dan sabung ayam. untuk acara ini biasa diikuti oleh seluruh

pemuda kampung yang belum menikah yang diharapkan dapat segera

menemukan pasangan hidup setelah mengikuti acara tersebut. Tahapan

terahir diisi dengan tahapan penemuan pada pengantin laki-laki dan

perempuan, dimana mereka diharuskan memakan sirih dan air dari

cawan yang telah didoakan. Setelah itu tahapan terahir yang dilakukan

adalah pengantin laki-laki dan perempuan diwajibkan mengelilingi

Page 54: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

43

tiang gelanggang sebagai langkah ahir agar mereka dianggap sah

sebagai pasangan suami istri.

Upacara Tambat Kubur, tahapan manusia sebagai mahluk hidup akan

berahir dalam kematian. Kematian tersebut sebagai tanda dari putusnya

hubungan sosial yang terjadi antara mahluk hidup, pada prosesi ini

merupakan sebuah upacara yang dilakukan kepada orang yang sudah

meninggal. Upacara tambat kubur atau upacara kematian ini biasanya

dilakukan setahun tiga kali, dimana upacara ini membutuhkan modal

besar dalam pelaksanaannya. Para keluarga yang telah ditinggalakan

harus menyiapkan sajian berupa hewan-hewan seperti Kerbau, Babi,

dan Kambing. Hewan tersebut merupakan hewan persembahan yang

wajib disajikan untuk leluhur dan nenek moyang suku Talang Mamak.

Mayat yang sebenarnya telah dikuburkan dibuatkan patung aslinya,

patung tersebutlah yang sebenarnya mengikuti proses upacara tambat

kubur. Patung harus dibuat persis oleh seorang yang meninggal

sehingga patung tersebut dapat diarak keliling Balai adat menggunakan

kain-kain kesayangan dari si pemilik patung tersebut. Selanjutnya

patung harus diletakkan di bawah akar pohon besar atau matu tawe

(pohon langit) yang dipercaya sebagai pohon yang akan mengangkat

roh-roh kelangit bertemu dengan leluhur dan nenek moyang.

Prosesi adat tersebut perlahan mulai tergantikan, suku Talang Mamak yang

sangat erat dengan mistis perlahan mulai memudar. Saat ini suku Talang Mamak

tengah mengalami gradasi identitas dari sebelumnya, suku Talang Mamak yang

Page 55: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

44

ada di desa Talang Jerinjing saat ini tidaklah seperti sebelumnya, kini mereka

lebih dikenal sebagai suku Melayu yang mulai meninggalkan adat dan cirikhas

fisik suku Talang Mamak sebelumnya. Berpindahnya agama menjadi Islam serta

penerimaan hal-hal baru menjadi pendorong utama peneliti tertarik meneliti

perubahan identitas suku Talang Mamak saat ini.

B. Proses Perubahan Identitas Suku Talang Mamak

Sebelumnya telah dijelaskan mengenai legenda serta asal usul suku Talang

Mamak. Seiring perkembangan zaman saat ini suku Talang Mamak tengah

mengalami sebuah perubahan identitas dari sebelumnya. Merujuk pada konsep

identitas yang dipaparkan oleh Imanuel Castells jika saat ini identitas suku Talang

Mamak memiliki identitas yang didapatkan dari pengalaman leluhur mereka,

dimana setiap prosesi adat dan kebiasaan selalu mengacu pada kegiatan

sebelumnya. Sehingga identitas tersebut merupakan kontruksi sosial yang berupa

bagian dari sebuah atribut kulturalnya sebab identitas bersifat jamak atau plural.

Jadi identitas memiliki tiga bentuk asal-usul yang akurat yaitu Identitas

Legitimasi, Identitas Resistensi dan Identitas Projektin. Dari tiga bentuk asal-usul

tersebut suku Talang Mamak merupakan kelompok yang memperoleh identitas

baru melalui proses Identitas Resistensi, hal tersebut tidak lain dilihat dari cara

suku Talang Mamak dalam mempertahankan diri dari sebuah ancaman kepunahan

yang harus mereka hadapi. Seperti yang diungkapkan oleh Jamin :

“dulu iyoo nak, awak segalo ni tinggal tak menotap. Kini tak biso lagi

baeto, soale tanah-tanah adat tu lah punyo kepemilikan tetap. Siap tu

dijual jugo kepihak PT, kalo tak mengikuti perubahan lah abis nasib orang

Talang kini”

“ dulu iya, kita semua tinggal berpindah. Sekarang sudah tidak lagi, karena

tanah adat yang ada sudah ada kepemilikannya. Setelah itu tanah tersebut

Page 56: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

45

dijual ke PT, jika kita tidak mengikuti perubahan maka sudah punah orang

Talang sekarang” (wawancara Jamin 15 desember 2016).

Apa yang diungkapkan Jamin tersebut bukanlah hal yang tidak berdasar,

pada faktanya suku Talang Mamak rela merubah sedikit pola pikir yang mereka

miliki dengan pemikiran baru, ancaman kepunahan jika terus bertahan di dalam

hutan akan semakin membuat suku Talang Mamak tidak dapat meneruskan

keturunan mereka. Selain itu Edi juga mengatakan “... Bukan tak ada dasarnya

mereka mau buat hidup kaya sekarang ni, mereka juga minta kompensasi buat

kehidupannya sekarang...” (wawancara Edi 16 desember 2016). Kompensasi

yang ia maskud adalah adanya tempat tinggal pasti yang akan dihuni oleh suku

Talang Mamak, sehingga saat ini suku Talang Mamak memiliki kehidupan

bermasyarakat dari hasil kepemilikan tanah yang diberikan dari pemerintah.

Namun, karena persyaratan yang ada membuat suku Talang Mamak memilih

untuk tinggal menyebar disetiap lingkungan desa Talang Jerinjing. Hal tersebut

dianggap sebagai sebuah metode adat agar suku Talang Mamak mampu menjaga

setiap pintu masuk desa yang ada.

Tinggal bercampur dengan masyarakat lainnya, tidak membuat suku

Talang Mamak mampu memisahkan diri dari lingkungan baru yang ada.

kelompok tersebut mulai melakukan komunikasi secara menyeluruh dengan

masyarakat lainnya yang tinggal di desa Talang Jerinjing. Komunikasi secara

terus menerus hal ini tidak dapat membendung hasrat perubahan yang terjadi pada

suku Talang Mamak. sehingga proses perubahan identitas tersebut terjadi secara

dinamis, identitas merupakan sebuah ciri khas suatu kelompok sosial. Identitas

selalu menyesuaikan kondisi lingkungan serta kebudayaan yang telah terjalin

Page 57: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

46

antar anggota kelompok, adaptasi sebuah kelompok akan mempengaruhi cara

mereka dalam bersosialisasi serta berinteraksi terhadap kelompok lain. Kelompok

lain yang berasal dari luar akan manandai mereka sebagai sebuah komunitas

kelompok dengan identitas tertentu.

1. Eksternalisasi

Eksternalisasi merupakan sebuah usaha pencurahan atau ekspresi diri

manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Proses ini

merupakan bentuk ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu dalam

masyarakat. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai produk manusia atau

society is a human product (Berger & Lucmann 1990:81). Proses eksternalisasi

yang terjadi pada suku Talang Mamak merupakan sebuah bentuk usaha

pencampuran yang dilakukan agar tetap bertahan dalam kondisi desa Talang

Jerinjing saat ini. Sebuah pencampuran budaya biasanya diawali dengan adanya

interaksi yang terjadi antar kelompok, maka interaksi tersebut akan

mempengaruhi sebuah pembauran ataupun pencampuran budaya baru terhadap

nilai dan norma serta kebiasaan sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh

Jamin :

“awak baenelah, kini tak de lagi takut samo orang luar. Bekumpul

besamo, duduk besamo. Ba’a lai tak ado lagi kekhususan kini samo se lah.

Ado pendatang awak jugo harus terima. yo tak”

“kami ya seperti ini, tidak lagi menjaga jarak dengan kelompok baru.

Saling berkumpul dengan masyarakat yang ada. tidak ada hak khusus

antara pendatang dan suku Talang Mamak” (wawancara Jamin 15

desember 2016).

Penuturan Jamin tersebut merupakan langkah awal dari interaksi sosial,

jika suku Talang Mamak tidak lagi menutup diri pada kelompok baru di desa

Page 58: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

47

Talang Jerinjing. Senada dengan Jamin, Edi juga mengatakan bahwa saat ini

“...banyak kok kegiatan yang dilakukan sama-sama, ada pertandingan olahraga

ataupun kegiatan ibu-ibu yang nyampur sama orang talang” (wawancara Edi 16

desember 2016). Dilain pihak ada Alis yang menyebutkan bahwa “...kan kita

bertetangga, ya harus lah bersosialisasi sama kiri kanan. Mereka juga tak bedakan

kalo saya dari suku Talang” (wawancara Alis 15 desember 2016). Bahkan Erviana

menyebutkan bahwa:

“kita tak bisa lagi buat sekat-sekat kalo mau masyarakat desa ini bersatu,

salah satu jalan ngindarin konflik ya hidup rukun. Mau dari orang talang

atau pendatang. Sekarang juga orang talang banyak yang berpendidikan

kok” (wawancara Erviana 17 desember 2016).

Pernyataan Erviana tersebut bukan tanpa alasan, saat ini suku Talang

Mamak mampu mengikuti trend-trend terbaru, Marlina contohnya ia mengatakan

“...hehe ya gitulah, aku udah jarang pakai bahasa mamak. anak-anak juga tak

paham...” (wawancara Marlina 18 desember 2016). Selain itu, saat ini Sobarin

memahami jika suku Talang Mamak telah mengalami banyak hal baru “... di pasar

ini isinya banyak, suku Talang juga udah sering banget belanja-belanja di pasar.

Tak cuma berharap samo kebun aja” (wawancara Sobarin 19 desember 2016).

Beberapa hal tersebut adalah faktor awal dari eksternalisasi yang terjadi. Sudaek

yang menyebutkan :

“macam mano lagi, kito kalo tak pakai HP susah, tak mungkin kan kalo

nak betanyo kabar atau nak ngasi tau ado sanak yang sakit harus belari

kerumah awak? HP ni lah yang tepakai”

“tidak mungkin tidak menggunakan HP, sulit rasanya. Jika ingin bertanya

kabar ataupun memberi kabar saat keluarga sakit, tidak mungkinkan

berlari menuju kerumah kita? HP inilah yang jadi fungsinya” (wawancara

Sudaek 15 desember 2016).

Page 59: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

48

Sudaek memilih teknologi seperti telepon genggam sebagai kebutuhan

barunya, itu didasarkan pada masuknya teknologi modren sebagai kebutuhan

manusia milenium. Wati sendiri menyatakan untuk saat ini ia lebih memilih

berjualan dari pada melakukan cocok tanam atau berkebun hal tersebut didasarkan

atas kebutuhan yang harus ia penuhi. Ia memilih berjualan karena kondisi

ekonomi saat ini tidak lagi seperti dahulu, dimana hutan mampu mencukupi

kebutuhannya. Sekarang pendidikan merupakan hal yang diterapkan kepada

anak-anaknya sehingga ia harus memutar cara untuk memenuhi kebutuhan

tersebut (wawancara Wati 15 desember 2016). Seiring berjalannya waktu, suku

Talang Mamak mampu menerima hal-hal baru sebagai bentuk pembauran budaya

dari sebelumnya. Inayah seorang perempuan muda yang lahir di desa Talang

Jerinjing mengatakan bahwa :

“... sampai kini kak, orang talang bisa-bisa aja ngikutin trend yang ada.

Dulu iyasih, ibu aku sempet bilang mereka kabur kalau tengok orang

selain suku nya. Tapi dari pada tak dapat pengakuan dari orang kampung,

baek begabung lah kak” (wawancara Inayah 19 desember 2016).

Suku Talang Mamak pada dasarnya telah melakukan pembauran budaya

secara tidak sengaja ataupun sengaja. Hal tersebut dapat ditandai dengan

bagaimana cara mereka melakukan kebiasaan saat ini, Arifin mengungkapkan

bahwa “ pendidikan sekarang udah jadi hal serius buat suku Talang Mamak, bisa

mbak tengoklah gimana mereka mulai mau sekolah. Bahkan jauh-jauh sampe

Rengat” (wawancara Arifin 17 desember 2016). Secara tidak sadar akan

pentingnya pendidikan telah merubah pola pikir suku Talang Mamak, faktor yang

bukan berasal dari suku Talang Mamak ini mulai mempengaruhi bagaimana cara

mereka berfikir.

Page 60: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

49

Proses eksternalisasi yang terjadi pada suku Talang Mamak adalah

pembauran cara berpikir dan bertindak yang didasarkan pada perubahan pola

kegiatan. Kegiatan tersebut dilatar belakangi oleh peralihan tatacara berekonomi

yang awalnya pertanian adalah bentuk paling efesien dalam memenuhi kebutuhan

sehari-hari kini mulai berubah, dan adanya perkembangan pendidikan, serta

pembauran bahasa yang mulai meningalkan istilah-istilah Talang Mamak dan

bercampur bahasa melayu selain faktor tersebut, perubahan paling mencolok yang

berasal dari dunia luar suku Talang Mamak adalah bagaimana cara mereka

memiliki gaya hidup sekarang. Sehingga hal-hal tersebut merupakan pengaruh

dari luar yang paling menonjol, penerimaan akan hal-hal baru tersebut tidak

diperoleh secara langsung melainkan membutuhkan proses baru yang nantinya

akan diinternalisasikan.

2. Obyektifikasi

Objektifikasi adalah hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik

dari kegiatan eksternalisasi manusia. Hasilnya berupa realitas objektif yang

terpisah dari dirinya sehingga berpotensi untuk berhadapan, bahkan terkadang

bisa mengendalikan si penghasil dalam realisasi yang terjadi (Berger & Lucmann

1990:81). Memasuki proses kedua ini, proses obyektifikasi yang terjadi pada suku

Talang Mamak ditandai dengan adanya budaya-budaya baru. Budaya baru

tersebut mampu mendikte ataupun mengatur dan merubah fungsi yang telah ada

sebelumnya tanpa masyarakat Talang Mamak sadari. Seperti yang diungkapkan

oleh kepala desa Talang Jerinjing Edi Santoso ia menyatakan bahwa :

“...orang Talang sekarang sudah mewah dek, gak macam dulu waktu

mereka masih tinggal di hutan. Coba tengok aja itu dari mulai gaya

Page 61: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

50

penampilannya gimana, HP yang mereka pake juga canggih-canggih...”

(wawancara Edi 16 desember 2016).

Pernyataan Edi tersebut tidak terlepas dari realitas yang ada, hal tersebut

ditandai langsung dengan sikap Batin Jamin yang telah menggunakan telepon

genggam sebagai salah satu alat penting dalam berkomunikasi. Dilain pihak ada

Erviana yang mengutarakan hal persis, ia menyatakan jika “ ...mmm iya gitu lah

nak, orang Talang ini sekarang macam kaget aja sama trend baru. Apa-apa

diikutin supaya gak katrok juga haha” (wawancara Erviana 17 desember 2016).

Sebagai seorang kepala Sekolah Dasar di desa Talang Jerinjing Erviana tidak

memandang sempit suku Talang Mamak begitu saja, dilain pihak Arifin

merupakan staf pengajar di SMK Rengat Barat yang kebetulan berada di wilayah

desa Talang Jerinjing mengatakan jika:

“...gini mbak, acaknya anak-anak talang ini tak betul-betul paham kalo

menurut awak. Ya memang wajar sebagai anak remaja ingin mengetahui

hal-hal baru dari dunia teknologi, awak pernah nangkap mereka beberapa

siswa yang asli orang talang dalam jam belajar itu nonton bokep ditoilet

sekolah...” (wawancara Arifin 17 desember 2016).

Pernyataan dari Arifin tersebut sedikit membuka bagaimana teknologi

benar-benar merasuki pola dan prilaku generasi suku Talang Mamak, bagaimana

seharusnya sebuah teknologi disikapi semestinya. Sobarin menambahkan jika saat

ini ia telah melihat suku Talang Mamak dan lainnya sama saja, hal tersebut ia

katakan sebagai bentuk pencampuran identitas yang nyaris sempurna. Ia

mengatakan apabila suku Talang Mamak termasuk suku yang pada dasarnya

pintar dan mudah memahami sesuatu. hal tersebut didasarkan pada kepemilikan

TV yang sudah hampir merata dimiliki oleh suku Talang Mamak “...hahaha orang

talang itu gak perlu diajarin kok, mereka pinter-pinter belajar dari TV aja

Page 62: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

51

langsung bisa...” (wawancara Sobarin 19 desember 2016). Pernyataan tersebut

ibarat gayung bersambut Inayah yang merupakan karyawan kantor desa Talang

Jerinjing, mengatakan jika saat ini remaja-remaja dari suku Talang Mamak setiap

kantor desa tutup mereka menyambangi kantor untuk sekedar menikmati wifi

milik desa “...aaa akak paham jelah kalo sore datang atau lewat kantor pastilah

betumpok anak-anak tanggung tu sambil tengok HP, itu campur anak-anak sini

ada juga anak talangnya kak” (wawancara Inayah 19 desember 2016).

Terlepas dari masalah teknologi, obyektifikasi juga merekrut ekonomi

sebagai objek yang menitik beratkan pada peralihan sistem pencarian nafkah suku

Talang Mamak sebelumnya. Perubahan sistem kerja yang dianut suku Talang

Mamak tersebut mempengaruhi perolehan pendapatan keluarga. Edi menyatakan

untuk saat ini pabrik-pabrik kelapa sawit di desa Talang Jerinjing merekrut

mereka pemuda-pemuda yang berbakat untuk bekerja sebagai buruh ataupun

karyawan, seperti pernyataan berikut “...untuk sekarang sih pabrik lumayan

banyak merekrut anak-anak desa itu juga isinya orang Talang yang udah mulai

milih kerja..”(wawancara Edi 16 desember 2016). Edi mengatakan hal demikian

karena saat ini memang suku Talang Mamak kebanyakan memilih menjadi

pekerja pabrik ataupun lainnya, Arifin menyebutkan jika :

“kalau untuk wali murid anak-anak talang sih kebanyakan kerja kasar di

pabrik atau jualan di pasar. Tapi mereka banyak juga yang buka warung

atau kantin deket pabrik...” (wawancara Arifin 17 desember 2016).

Suku Talang Mamak yang dikenal sebagai petani handal dalam menanam

hasil bumi untuk kebutuhan sehari-hari, kini berubah menjadi karyawan-karyawan

pabrik yang memiliki penghasilan pasti. Pengaruh luar agaknya yang menjadi

Page 63: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

52

bagian penting dalam perubahan ini. Erviana menyatakan jika tidak hanya kaum

pria saja yang mulai bekerja, perempuan dari suku Talang Mamak saat ini juga

membantu perekonomian keluarga. Ia mengatakan jika “...itu nak yang kamu liat

tadi di depan sekolah ada ibu-ibu jualan, itu asli suku Talang Mamak juga...”

(wawancara Erviana 17 desember 2016). Sobarin bercerita bahwa saat ini penjual-

penjual yang ada di pasar tidak lagi sepenuhnya diisi oleh pendatang, ia

mengatakan jika :

“...awak jualan di pasar udah hampir 15 tahun, selama awak jualan udah

adalah sekitar 5 atau 8 orang talang yang jualan juga. Biasanya mereka

jualan ikan-ikan sungai” (wawancara Sobarin 19 desember 2016).

Pernyataan milik Sobarin tersebut mulai membuktikan jika saat ini suku

Talang Mamak memang sudah tidak sepenuhnya bergantung pada kegiatan

pertanian. Inayah sebagai seorang karyawan desa menyatakan jika “.. itu kak

seingat aku cuma tinggal beberapa hektar aja yang dipake lahan berpindah,

soalnya tanah pusaka kini lah banyak yang bersertifikat” (wawancara Inayah 19

desember 2016). Karena luas tanah yang dihasilkan sebagai ladang berpindah

sudah tidak lagi luas. Mereka mulai mengakali dengan cara pergantian hasil

tanam. Tanaman yang dipertahankan umumnya hanya tanaman yang memiliki

masa panen cepat.

Generasi setiap kelompok akan selalu memiliki perubahan sikap dan pola

pikir yang mereka miliki, suku Talang Mamak sebagai kelompok adat yang

terkenal tangguh terhadap perubahan tidak lagi memiliki tonggak kokoh dalam

mempertahankan kebiasaannya. Suku Talang Mamak mampu menerima asupan

modren dari segi apapun, termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah

Page 64: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

53

landasan penting dalam terjadinya pola pikir dikalangan individu dan kelompok.

Hal tersebut dibutikan oleh Erviana yang mengatakan jika :

“... iya benar, sekarang suku Talang Mamak banyak yang sekolah kok.

Mereka gak mau lagi dibodohi. Bahkan ada juga anak dusun Sei Bungin

yang kemaren ikut olimpiade sains SMP di provinsi” (wawancara Erviana

17 desember 2016).

Pernyataan seorang kepala sekolah ini membutikan jika saat ini suku

Talang Mamak bukan lagi kelompok primitif yang mudah untuk dimanfaatkan

baik dari segi pemikiran ataupun prilaku. Pernyataan Erviana tersebut diaminkan

oleh Edi, ia sependapat bahwa “...udah tak bisa dipandang sebelah mata lagi lah,

pendidikan mereka udah utama sekarang apalagi ada dukungan pemerintah

kabupaten buat kejar paket” (wawancara Edi 16 desember 2016). Seiring dengan

pernyataan dari Edi tersebut, semakin meyakinkan jika suku Talang Mamak

mudah menyerap perkemabangan yang ada termasuk dari segi pendidikan. Inayah

juga tak ingin ketinggalan, ia mengatakan jika “ aku tengok mereka udah giat sih,

pas ujian paket a kemaren aja ada hampir 30 orang talang yang ikut...”

(wawancara Inayah 19 desember 2016). Dukungan dari pernyataan Inayah ini

semakin meyakinkan peneliti jika suku Talang Mamak di desa Talang Jerinjing

bukan lagi suku yang tertinggal, mereka mampu menyerap hal baru dengan

mudah. Terlepas dari tiga pernyataan diatas, Arifin menyebutkan jika :

“ sekolah ini milik umum, siapapun boleh nak sekolah. Banyak anak

Talang yang sekolah disini, rata-rata mereka ambil jurusan otomotif yang

cowo-cowo. Cewenya tak banyak yang sekolah di SMK sini karna emang

banyak jurusan buat laki-laki” (wawancara Arifin 17 desember 2016).

Satu-satunya SMK di desa Talang Jerinjing ini merupakan sekolah

kejuruan yang berkonsentrasi pada bidang mesin baik listrik ataupun otomotif.

Page 65: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

54

Pelajar yang berasal dari suku Talang Mamak mampu memilih minat dan bakat

mereka sesuai keinginan dalam ranah pendidikan. Berbeda dengan Sobarin, ia

lebih nyaman mengatakan jika “...kalau yang awak tau mulai banyak kayak e suku

Talang yang bisa baca tulis, tengok aja mereka pandai itung songsong belanja

hahaha” (wawancara Sobarin 19 desember 2016). Pernyataan terahir dikutip dari

wawancara Sobarin, sebagai pedagang di pasar ia menilai jika penjual dari

kalangan suku Talang Mamak tidak lagi dapat diremehkan. Pernyataan-

pernyataan di atas meupakan tahap kedua dari perubahan identitas, dimana

obyektifikasi dilakukan pada sebuah realitas sosial yang terpisah. Realitas tersebut

berupa gaya hidup, beralihnya fungsi ekonomi keluarga dari pertanian ke

pekerjaan yang bersifat heterogen dan pendidikan sebagai ranah legitimasi yang

mempu merubah pola pikir seseorang ataupun kelompok.

3. Internalisasi

Tahap terahir ialah Internalisasi yaitu peresapan kembali ralitas sosial oleh

manusia, dan mentransformasikannya sekali lagi dari struktur-struktur dunia

objektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subjektif. Melalui objektivasi maka

masyarakat menjadi suatu realitas sui generi. Sehingga dalam proses ini manusia

merupakan produk masyarakat (Berger & Lucmann 1990:81). Eksternalisasi

menghasilkan sebuah proses yang di objektifikasikan menjadi realitas sosial,

sehingga realitas tersebut mampu menjadi sebuah produk baru yang digunakan

oleh suku Talang Mamak. berikut budaya serta kebiasaan baru yang terlah

terinternalisasi oleh suku Talang Mamak :

Page 66: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

55

Informan Jamin 68 tahun

Jamin adalah seorang Batin atau ketua adat suku Talang Mamak saat ini,

jamin menyatakan suku Talang Mamak telah mengalami perubahan yang besar

dari sebelumnya. Hal tersebut ditandai dari adanya perpindahan keyakinan agama

dari pengikutnya seperti yang ia ungkapkan:

“kini iyo lah, lah banyak orang Talang ni yang masok islam. Ntah apo

pasale, akupun kini lah Islam jugo tapi tak lupo ajaran leluhur masih jugo

melakukan ajaran langkah lamo. Kalo kata awak, tak apolah agama e apo

asalkan awak tak boleh lupo samo ajaran leluhur yang kito bawa sejak

lahir”

“sekarang sudah banyak orang Talang yang memeluk kepercayaan Islam,

tidak tahu apa alasannya, saat ini saya juga memeluk islam tetapi tidak

meninggalkan ajaran adat. Tidak apa agamanya apapun asalkan kita tidak

melupakan ajaran leluhur yang dibawa sejak lahir” (wawancara Jamin 15

desember 2016).

Perpindahan keyakinan tersebut dikarenakan adanya pengaruh baru yang

dibawa oleh masyarakat pendatang, sebelumnya suku Talang Mamak

menggunakan kepercayaan animisme dalam hidupnya. Namun, perubahan agama

menurut Jamin tidak mempengaruhi kegiatan adat istiadat yang telah dibawa sejak

lahir. Tidak hanya dari segi agama saja, Jamin sebagai ketua adat saat ini telah

memiliki telepon seluler sebagai alat komunikasi, hal tersebut terbukti dengan

adanya komunikasi yang dilakukan peneliti dengan Jamin untuk mengatur janji

pertemuan. Awalnya peneliti penasaran dengan pesan singkat yang menggunakan

bahasa Indonesia hal tersebut dilakukan oleh Jamin, ternyata ia mengatakan jika

pada tahun 2006 Jamin sempat mengikuti pendidikan dari jalur Paket A yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Hal tersebut yang membuat Jamin

mampu berkomunikasi melalui pesan singkat dengan ponsel selular miliknya

(wawancara Jamin 15 desember 2016). Berangkat dari cerita tersebut, saat ini

Page 67: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

56

Jamin mahir menggunakan kendaraan roda dua untuk kegiatan sehari-harinya,

bahkan saat ini Jamin menyatakan jika kendaraan roda dua sudah menjadi

kendaraan utamanya dalam beraktifitas. Kendaraan tersebut ia gunakan untuk

pergi kekebun ataupun ketempat lainnya (wawancara Jamin 15 desember 2016).

“aaa dulu iyolah, jaman aku kecik sempat ado barang batuko tapi kini lah

tak ado lagi. Kini baek lagi pegi ke pasar jual hasil kebun ado duitnyo

haha, awak jugo ado kesepakatan harga yang buek untung besamo.

Barang batuko kini lah tak tepakai lagi karna susah jugo, awak lah

banyak yang mudah-mudah se lagi”

“ketika saya masih kecil terdapat cara penukaran barang dan barang, tapi

saat ini sudah tidak dilakukan lagi. Lebih baik ke pasar menjual hasil

kebun karna sudah ada kesepakatan harga bersama. Sebab, penukaran

barang dan barang hal yang rumit, saat ini sudah banyak hal mudah yang

dapat dilakukan” (wawancara Jamin 15 desember 2016).

Proses tukar menukar barang yang sempat digunakan Jamin ketika masih

kecil sudah tidak lagi ia lakukan, ia menyatakan bila saat ini proses tukar menukar

barang tersebut tidak lagi efektif sebab hasil yang ia dapatkan seringkali tidak

sebanding dengan barang yang ia tukarkan. Hasil ladang berpindah yang masih

dilakukannya tidak lagi menjadi mata pencarian utama Jamin untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, Jamin memiliki ladang karet yang rajin ia sadap getahnya.

Ladang seluas 1,5 Ha tersebut ia peroleh dari perusahaan kelapa sawit di desa

Talang Jerinjing, ia mendapatkan ladang tersebut sebagai ganti lahan adat yang

berubah menjadi perkebunan kelapa sawit ( wawancara Jamin 15 desember 2016).

Saat ini Jamin hidup layaknya masyarakat lainnya di desa Talang

Jerinjing, pakaian yang dikenakan Jamin sama dengan kebanyakan orang. Jamin

bercerita sambil tertawa jika pada saat ia kecil ia sempat mengalami penggunaan

“cawat” atau kain potongan untuk menutupi kemaluan, namun hal tersebut tidak

lagi ia lakukan karena sudah menjadi hal aneh dan dapat dikatakan sebuah

Page 68: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

57

penyimpangan saat ini (wawancara Jamin 15 desember 2016). Hal diatas

merupakan proses eksternalisasi yang dialami Jamin.

Informan Alis 39 tahun

Alis adalah seorang keturunan Talang Mamak yang lahir di desa Talang

Jerinjing, saat ini Alis tergolong dalam masyarakat Modren yang tidak lagi mirip

pada cirikhas suku Talang Mamak sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari

pernyataanya jika:

“aku dari lahir tinggal disini, bapak mamak ku asli Talang tapi sudah

gak sekental orang Talang dulu. Agama sih sekarang Islam, tapi kalo

ikutin kegiatan tradisi paling tinggal yang besar-besar aja. Kalau yang

kentel banget udah jarang sih eh, malah gak pernah lagi” (wawancara Alis

15 desember 2016).

Ungkapan Alis tersebut terlihat dari caranya yang mahir menggunakan

bahasa Indonesia, bahwa kebiasaan adat dalam dirinya sudah memudar. Ia adalah

seorang karyawan pabrik kelapa sawit yang ada di desa Talang Jerinjing, dari segi

pekerjaan yang jauh berbeda dengan cirikhas suku Talang Mamak ini merupakan

pengaruh besar yang terjadi pada Alis. Sebagaimana yang ia ungkapkan jika “ aku

udah hampir 15 tahun kerja dipabrik, ya rumayanlah tiap bulan ada uang jelas...”

(wawancara Alis 15 desember 2016). Perubahan identitasnya sebagai seorang

suku Talang Mamak juga ditandai dengan pendidikan yang miliki, Alis

merupakan pemuda yang cukup membanggakan di desa Talang Jerinjing. Sebab

15 tahun lalu ia merupakan lulusan Universitas Riau dimana pendidikan berskala

sarjana masih sangat jarang di desa Talang Jerinjing. Tidak hanya itu Alis

menerapkan konsep pendidikan yang utama pada anak-anaknya saat ini

(wawancara Alis 15 desember 2016).

Page 69: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

58

Kegiatan pertanian yang biasanya melekat pada masyarakat Talang

Mamak tidak lagi dimiliki Alis,ia tidak tertarik dalam bidang perkebunan. Alis

lebih memilih menyewa tenaga manusia untuk mengerjakan ladang sawit yang ia

miliki seperti yang ia katakan “ aku gak ada hobi buat cocok tanam, ya karna gak

biasa mungkin dek. Sawit yang ada aja orang lain yang ngerjain, ya itung-itung

berbagi rejeki kan lah ya dek hehe” (wawancara Alis 15 desember 2016). Saat ini

Alis telah menetap dirumah permanen yang ia miliki, ia memiliki satu buah

kendaraan roda empat untuk keluarganya serta dua buah kendaraan roda dua yang

terpakir rapi di garasi rumahnya. Rumahnya yang jauh dari cirikhas suku Talang

Mamak juga menjadi latar penting dimana Alis tidak lagi memakai konsep rumah

panggung seperti kebanyakan suku Talang Mamak, rumah miliknya didesign

seperti rumah modren pada saat ini.

Informan Wati 45 tahun

Ibu rumah tangga yang satu ini memiliki kesibukan sebagai pedagang

jajanan disalah satu Sekolah Dasar di desa Talang Jerinjing, ia menyatakan jika

saat ini ia masih rutin mengikuti kegiatan adat suku Talang Mamak. Layaknya

perempuan kebanyakan cara pakaian yang digunakan oleh Wati tidak berbeda dari

kebanyakan perempuan lainnya, hanya saja kebiasaan Wati yang masih

mengunyah sirih menyebabkan giginya hitam legam seperti suku Talang Mamak

terdahulu. Wati mengatakan jika saat ini dirinya berjualan karena kebutuhan

rumah tangga yang mendesak seperti pernyataannya :

“apo ya nak, kini aku jualan tu karena segaloe lah berubah tak macam

dulukan. Kini awak sibuk se masing-masing baapo caro idup hari demi

hari lagi. Biayo anak sekolah biayo ini itu se lah lagi nak”

Page 70: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

59

“sekarang itu semuanya sulit, tidak seperti dahulu lagi. Sekarang kita

sudah sibuk masing-masing mencari cara untuk menyambung hidup hari

demi harinya. Dari mulai biaya anak sekolah dan biaya lainnya”

(wawancara Wati 17 desember 2016).

Pernyataan Wati tersebut mengisyaratkan jika perubahan hidup saat ini

semakin sulit ia rasakan, jauh berbeda dari masa tradisional suku Talang Mamak.

Wati tidak pernah mengikuti sekolah baik formal maupun informal ia mengatakan

jika tidak pernah mengikuti bangku belajar selama ini, ia dapat berbahasa melayu

seperti saat ini karena pergaulan yang ia lakukan (wawancara Wati 17 desember

2016). Saat ini Wati tergolong dalam keluarga miskin di desa Talang Jerinjing,

sebab ia merupakan seorang janda yang menghidupi dua orang anak. Wati

memutuskan untuk tidak menikah lagi sebab ia berfikir bahwa adat istiadat yang

ada melarangnya untuk menikah lagi karena pernah berkeluarga (wawancara Wati

17 desember 2016). Selain itu Wati juga merupakan seorang perempuan yang

masih patuh melaksanakan ajaran langkah lama, hal tersebut ia rasa merupakan

kebenaran yang harus tetap ia lakukan. Tidak perduli jika saat ini KTP yang ia

miliki berstatus Islam (wawancara Wati 17 desember 2016). Tidak hanya

masalah status agama saja, Wati masih memercayai pengobatan tradisional yang

berasal dari suku Talang Mamak. seperti yang ia ungkapkan bahwa :

“macam dululah nak, kalo sakit apo se biso kito beobatkan. Kini aku sakit

pogi ke puskesmas, balek dari sana tak ado berubah masi se sakit. Makae

sampe kini aku masih sering beobat ke Batin se lah yang memang lah

terbukti jadi manusia pilihan”

“seperti sekarang, ketika saya berobat ke puskesmas tetap saja tidak

merubah sakit yang saya alami. Masih saja merasakan sakit, jadi sampai

sekarang saya lebih memilih berobat ke Batin yang telah terbukti

merupakan manusia pilihan” (wawancara Wati 17 desember 2016).

Page 71: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

60

Pernyataan Wati merupakan bentuk kesetiaan pada suku Talang Mamak,

meskipun saat ini perubahan telah menjadi bentuk paling dominan ia lebih

memilih bertahan dengan tradisi yang ada. Walaupun saat ini Wati tidak seratus

persen berpenampilan seperti suku Talang Mamak terdahulu, hanya saja ciri

fisiknya yang mulai memudar tapi cara berfikirnya merupakan seorang suku

Talang Mamak semestinya.

Informan Sudaek 30 tahun

Sebagai seorang ketua Ikatan Pemuda Talang Mamak (IPTM) Sudaek

merupakan seorang pemuda yang masih menjaga adat dan tradisi suku Talang

Mamak, ia merasa memiliki tanggung jawab akan keutuhan adat dan tradisi yang

sudah ada sejak masa silam. Seperti pernyataannya sebagai berikut:

“kalo nak sebut penting, tentulah penting budayo nan tradisi awak tu, tapi

ado jugo yang harus dicatatkan. Kini seperti yang telah awak segalo

pahami adat istiadat tu mistis sifat nyo kalo diteruskan akan ado dampak

e, yang penting kini kita jago se kerukunan masih ado acara Gawe

Gandang, Tambat Kubur samo yang lainnyo itu bentuk persatuan awak

segalo”

“budaya dan tradisi kita memang penting, tapi ada catatan penting yang

harus dipahami. Adat itu bersifat mistis jika diteruskan akan mendapat

dampaknya. Yang terpenting adalah bagaiaman kita menjaga kerukunan.

Masih melakukan upacara Gawe Gandang dan Tambat Kubur merupakan

bentuk persatuan kita sebagai suku Talang Jerinjing” (wawancara Sudaek

16 desember 2016).

Tanggung jawabnya sebagai seorang ketua organisasi membuat Sudaek

tetap mempertahankan tradisi yang ada, namun dari seluruh tradisi yang dimiliki

suku Talang Mamak saat ini hanya beberapa tradisi saja yang dipertahankan. Hal

tersebut merupakan cara yang dilakukan oleh generasi turun temurun suku Talang

Mamak, sebab kondisi sosial yang ada tidak memungkinkan mereka untuk

menjadi suku Talang Mamak seperti dahulu. Sudaek merupakan seorang pemuda

Page 72: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

61

yang terbilang cerdas dalam menyikapi sebuah kondisi, ia menyatakan jika saat

ini dirinya memang bukan lagi seorang petani ladang ataupun pemburu melainkan

seorang kesatuan anggota Kepolisian Resort Indragiri Hulu. Statusnya yang

tercatat sebagai aparatur negara membuat pertahanan nilai adat mengalami

perubahan, hal tersebut dikarenakan suku Talang Mamak yang saat ini tersisa

lebih memilih mengikuti alur perubahan zaman ketimbang bertahan didalam

hutan dan menetap sebagai suku anak dalam yang mulai ditinggalkan (wawancara

Sudaek 16 desember 2016). Perubahan nilai tradisi tersebut pelan-pelan mengikis

cirikhas yang dimiliki suku Talang Mamak, seperti Sudaek dirinya bukan lagi

pengguna “cawat” dan memiliki gigi hitam legam. Penampilannya kini seperti

layaknya anggota polisi lainnya, memiliki badan tegap serta berambut cepak. Hal

tersebut jauh berbeda dengan kondisi dan ciri suku Talang Mamak sebelumnya,

selain itu dalam kebiasaan sehari-hari Sudaek tidak lagi melakukan kegiatan

berkebun dan berburu hal tersebut sudah menyimpang dari kegiatan adat yang

mestinya dilakukan. Ia menyatakan jika :

“sekarang ni, kalo masih se lari-lari kehutan ataupun nyari makan

dalam hutan itu lah tak sepaham samo zaman. yang menjadikan awal

segaloe bertahan dan tetap diakui keberadaannya adalah cara awak se

lah menyikapinya cak mano. Yang terpenting tu baapo awak segalo e

masih percaya tradisi masih pakai tradisi dari anak lahir sampe mati. Itu

yang terpenting”

“ jika saat ini masih melakukan kebiasaan orang talang dulu kita tidak

akan mampu bertahan. Karena saat ini yang mempu membuat kita

bertahan dan tetap diakui keberadaannya itu adalah bagaimana cara kita

dalam menyikapi zaman. Yang paling penting dalam sebuah tradisi adalah

bagaimana kita memperlakukan kebiasaan tradisi dari mulai lahir hingga

mati” (wawancara Sudaek 16 desember 2016).

Menurutnya suku Talang Mamak saat ini tidak lagi melulu harus takut

terhadap hal baru, harus menghindari seluruh perkembangan yang terjadi. Sudaek

Page 73: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

62

lebih setuju jika saat ini tradisi-tradisi leluhur tidaklah dihilangkan, melainkan

mulai merubah sikap dan prilaku agara tetap bertahan dan diakui keberadaannya

oleh kelopok lain. keputusannya yang terbilang cukup mengambil resiko ini telah

mempengaruhi nasib suku Talang Mamak dan generasi penerusnya. Ia lebih

mengutamakan adanya penerimaan hal baru sebagai bentuk pencampuran budaya

yang lebih diterima. Seperti pernyataanya yang mengatakan jika suku Talang

Mamak dahulu selalu dipandang sebelah mata, serta mendapatkan disriminasi

sosial yang cukup kuat dikalangan masyarakat pendatang. (wawancara Sudaek 16

desember 2016). Diskriminasi tersebut dilatar belakangi oleh kebiasaan suku

Talang Mamak yang tergolong berbeda dari kebanyakan kelompok masyarakat.

Kepercayaannya pada hal mistis serta tertutupnya sosialisasi yang mereka alami

membuat batas yang teramat tinggi antar masyarakat, seperti yang diungkapkan

Sudaek jika dahulu sempat terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat, dimana

suku Talang Mamak jarang mendapatkan hak mereka sebagai sosok asli dari

negeri ini. Mereka sempat dibiarkan dengan kebodohan dan kemiskinan yang

teramat jauh tertinggal dari kebanyakan masyarakat yang ada. hal itu yang

membuat Batin baru suku Talang Mamak memilih perubahan identitas mereka

diperbaharui, agar sebuah keadilan dapat terwujud dengan semestinya (wawancara

Sudaek 16 desember 2016). Sebagai seorang ketua organisasi budaya, Sudaek

telah mendukung perubahan identitas yang dialami suku Talang Mamak.

Informan Marlina 28 tahun

Marlina perempuan berparas ayu ini merupakan istri kepala desa Talang

Jerinjing. Ia adalah keturunan asli dari suku Talang Mamak, gayanya yang

Page 74: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

63

terbilang modren dari suku Talang Mamak kebanyakan merupakan aspek penting

akan perubahan identitas yang ia alami. Ia menyatakan jika saat ini posisinya

sebagai seorang istri kepala desa menuntutnya untuk tampil aktif serta gemar

bersosialisasi dengan masyarakat desa hal tersebut terlihat dari penyataanya

bahwa “...aku kan istri jadi ya harus nurut suami dek, kalau sampe sekarang aku

masih gak bisa bersosialisasi ya karir suamiku juga buruk...” (wawancara Marlina

16 desember 2016). Pernyataan tersebut diakuinya sebagai bentuk hormat seorang

istri pada suaminya, tidak hanya itu saat ini Marlina juga tengah aktif

menggerakkan perempuan-perempuan asli suku Talang Mamak dalam

perkembangan dan kemajuan desa Talang Jerinjing. hal tersebut diakuinya jika :

“memang benar dik, kalau kita tengok gimana suku Talang Mamak dulu

pastilah jauh dari kata pantas. Sekarang aja aku lagi nyoba buat nyatuin

ibu-ibu dari suku Talang Mamak biar mereka gak dirumah teruslah. Pelan-

pelan aja juga pasti mau kok” (wawancara Marlina 16 desember 2016).

Ungkapan tersebut diakuinya sebagai bentuk pembauran suku Talang

Mamak pada hal baru, ia tidak ingin perempuan-perempuan dari suku Talang

Mamak berada dalam kondisi tertekan dan dikungkung adat diera modren saat ini.

Selain itu, Marlina juga mengkui jika saat ini perekonomian suku Talang Mamak

telah lebih baik dari sebelumnya. Terlihat dari pengakuannya bahwa “...bapak

saya sekarang udah gak ikut lagi ladang berpindah, paling juga kalo berkebun

yang deket rumah. Kan sekarang udah ada kapling sawit yang tiap bulannya ada

hasilnya” (wawancara Marlina 16 desember 2016). Terlpeas dari perekonomian,

saat ini Marlina telah menetap menjadi seorang muslim setelah mualaf karena

mengikuti agama suaminya. Namun, untuk melaksanakan tradisi leluhur yang

Page 75: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

64

telah menjadi kepercayaanya Marlina masih rutin mengikuti upacara-upacara

yang ada bahkan ia menyatakan jika :

“aaaah iya dek, aku udah islam dari umur 18 tahun. Suamiku kan islam

jadi aku ikut juga. Tapi untuk cara nikah waktu itu aku pake adat Talang

Mamak dan suamiku juga gak keberatan. Lagiankan yang penting ijabnya

udah ada, ya ibaratnya nikah secara negara iya nikah adat juga iyalah”

(wawancara Marlina 16 desember 2016).

Kecintaanya pada sang suami membuat Marlina rela memeluk dan belajar

agama baru sesuai UU yang sah, saat ini Marlina telah memiliki kepercayaan diri

yang lebih besar dibandingkan perempuan suku Talang Mamak pada umumnya.

Hal tersebut tidak terlepas dari caranya mengutamakan pendidikan, disaat telah

bersuami dan memiliki anak Marlina tidak segan untuk mengikuti sekolah Paket

B dan Paket C yang diselengarakan pemerintah. Ia menyatakan jika “hehe ya aku

cuma lulusan paket b sma c sih, kalo gak ikut gitu aku bisa ketinggalan banyak

dek.” (wawancara Marlina 16 desember 2016). Marlina dengan bangga memiliki

latar belakang baru yang telah tersemat pada dirinya, bahasa indonesia yang ia

gunakan dalam wawancara juga sudah terbilang sangat baik sehingga sangat

mempermudah peneliti dalam memaknai setiap perkataannya.

Pada tahapan terahir ini terjadi penanaman nilai-nilai baru yang akan terus

berulang dilakukan. Perubahan identitas yang ada dikarenakan beberapa faktor

yang menunjang, faktor tersebut dikarenakan adanya proses interaksi sosial

sehingga melahirkan hal-hal baru dari kelompok suku Talang Mamak.

Page 76: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

65

C. Terbentuknya Identitas Baru Suku Talang Mamak

Ketiga proses kontruksi sosial diatas, terjadi sebuah perubahan identitas

yang diperankan oleh suku Talang Mamak. identitas tersebut dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 3.c.1 perubahan identitas suku Talang Mamak

No Keterangan Identitas Lama Identitas Baru

1 Gaya hidup - Penampilan fisik

ditandai dengan gigi

hitam akibat menyirih,

rambut panjang, serta

menggunakan “cawat”

untuk laki-laki dan kain

panjang untuk

perempuan sebagai

pakaian sehari-hari.

- Alat komunikasi

ditandai dengan

interaksi langsung

tanpa alat bantu

komunikasi.

- Penampilan fisik

sama dengan

masyarakat modren

baik pakaian dan

lainnya saat ini,

hanya beberapa

individu saja yang

masih memiliki gigi

hitam akibat

menyirih.

- Alat komunikasi

tidak lagi

mengandalkan

interaksi langsung,

menggunakan alat

bantu komunikasi

elektronik.

2 Perekonomian - Hanya mengandalkan

sistem pertanian

sebagai pekerjaan

pokok untuk memenuhi

kebutuhan hidup

- Proses jual beli

dilakukan secara tukar

menukar barang

- Pekerjaan pokok

bersifat heterogen,

pertanian tidak lagi

menjadi komoditas

utama dalam

memenuhi kebutuhan

perekonomian.

- Proses jual beli

dilakukan di pasar

dan tidak lagi

melakukan barter,

telah mengenal uang

sebagai alat tukar.

3 Pendidikan - Hanya menerapkan

sistem adat sebagai

dasar bertindak,

termasuk agama dan

pola pikir

- Pendidikan formal

yang bersifat modren

mulai mempengaruhi

dasar prilaku,

pemilihan agama dan

Page 77: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

66

- Buta aksara dan angka pola pikir

- Mengenal aksara dan

angka

4 Bahasa - Bahasa mamak (bahasa

melatu tuha)

- Bahasa melayu

modren dan bahasa

Indonesia.

Identitas sosial di atas terjadi akibat penerimaan budaya baru yang

dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor dari luar. Proses eksternalisasi yang ada

merupakan bentuk pencurahan atas budaya seperti ekonomi, pendidikan, gaya

hidup dan bahasa. Sehingga menjadikan realitas sosial yang terobjetifikasi secara

menyeluruh tanpa disadari mulai menggantikan nilai dan norma lama yang ada.

Realitas sosial yang terjadi merupakan bentuk baru sehingga dengan nyaman

masyarakat suku Talang Mamak mampu menyerap secara perlahan menggantikan

budaya sebelumnya.

Perubahan identitas tersebut dapat dipasang kembali pada bagan yang

telah diungkapkan di atas, dimana perubahan identitas terjadi melalui proses

Eksternalisasi, Obyektifikasi dan Internalisasi. Hal tersebut tercantum pada skema

3.c.2 di bawah ini :

Page 78: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

67

Bagan 3.c.2 Skema perubahan identitas suku Talang Mamak

Proses Refleksi

Identitas Suku Talang Mamak

Sebelumnya :

1. Gaya hidup primitf

2. Pekerjaan homogen

3. Menggunakan sistem tukar

menukar barang dengan barang

dalam jual beli

4. Sistem adat sebagai dasar

pemikiran

5. Bahasa Mamak

Identitas Suku Talang Mamak sekarang :

1. Gaya hidup modren

2. Jenis pekerjaan heterogen

3. Menggunakan mata uang rupiah

sebagai nilai jual beli

4. Pendidikan formal

5. Bahasa Indonesia dan Melayu

modren

Eksternalisasi, Obyektifikasi dan Internalisasi

Page 79: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

68

Skema 3.c.2 di atas, merupakan skema buatan peneliti yang diharapkan mampu

mempermudah pembaca dalam memahami perubahan identitas yang terjadi pada suku

Talang Mamak. Penelitian perubahan identitas ini berpaku pada perubahan yang terjadi

dimasa lalu dan saat ini, bukan untuk memprediksi apa yang akan terjadi dimasa

mendatang. Sehingga skema yang digunakan peneliti merupakan skema perubahan

yang berpatok pada masa sebelum suku Talang Mamak mengenal kehidupan seperti

saat ini, dan berubah menjadi identitas baru yang mereka gunakan sekarang.

Page 80: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

69

BAB IV

PENUTUP

Dalam bab terakhir ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari

hasil penelitian mengenai perubahan identitas suku Talang Mamak melalui

kontruksi sosial di desa Talang Jerinjing.

A. Kesimpulan

Konsep perubahan identitas milik Imanuel Castell yang menyebutkan jika

salah satu asal usul identitas ditandai dengan adanya identitas resistensi, yaitu

sebuah identitas yang diperoleh karena adanya ancaman atau tekanan kuat dari

sebuah pembangunan industri di desa Talang Jerinjing. sehingga membuat suku

Talang Mamak mencari jalan dalam membentuk identitas baru demi

keberlangsungan hidup anak cucu mereka. Perubahan identitas tersebut tidak

terlepas dari tiga roses yang mendukung perubahan ini terjadi, proses tersebut

adalah Eksternalisasi yang berupa perubahan gaya hidup, perekonomian,

pendidikan, dan bahasa. Proses ini ditandai dengan masuknya pemikiran baru dan

mulai mengubah pola pikir sebelumnya. Proses tersebut ditandai dengan

Obyektifikasi sebuah keadaan dimana proses tersebut didukung oleh lembaga-

lembaga yang terlegitimasi. Selain itu proses obyektifikasi merupakan proses

yang saling berhadapan antara sipengguna dan proses yang ada, tanpa menyadari

jika pada tahap ini pengguna merupakan mahluk yang sedang di setir alurnya

tanpa mereka sadari. Tahap terahir ditandai dengan adanya Internalisasi, dimana

seluruh pengaruh yang telah masuk menjadi sebuah kebiasaan baru. Kebiasaan

Page 81: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

70

tersebut tidak dipungkiri akan terus berulang pada generasi berikutnya atau malah

berganti dengan budaya baru nantinya.

Sehingga ditahapan terahir ini terciptalah sebuah pembauran identitas

yang tidak lagi sama seperti sebelumnya, hal tersebut tercipta sebagai bentuk

peralihan budaya sebagai tempat bertahan untuk memperoleh eksistensi suku

Talang Mamak dalam versi baru.

B. Saran

Dari kesimpulan hasil penelitian di atas, maka berikut beberapa saran yang

dapat penulis berikan:

1. Kepada pemerintah, terutama pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu dan

provinsi Riau diharapkan dapat membantu kelestarian suku Talang Mamak

sebagai suku tertua yang masuk dalam jajaran melayu-tuha. Suku Talang

Mamak diharapkan mampu menjadi penguat budaya serta bentuk kearifan

lokal di provinsi Riau. Agar suku-suku tradisional yang ada di provinsi

Riau dapat terjaga dengan baik dan tidak hilang dimakan waktu.

2. Bagi masyarakat melayu luas khususnya masyarakat desa Talang Jerinjing

diharapkan mampu menjaga perbedaan budaya dan selalu berinteraksi

dengan baik terhadap kelompok suku Talang Mamak. Hal ini diharapkan

penulis suku Talang Mamak dapat terus menjadi tonggak budaya bagi

kebangaan kabupaten Indragiri Hulu.

3. Kepada para peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini mampu

menjadi bahan acuan yang kompetibel dan bisa memberikan informasi

semaksimal mungkin yang kalian butuhkan untuk penelitian mendatang,

Page 82: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

71

khususnya bagi penelitian mengenai suku Talang Mamak. Saran yang bisa

saya berikan adalah dengan menggunakan subjek penelitian yang lebih

beragam, seperti coba cari budayawan, ataupun sejarawan yang akan

mampu menjawab lebih mendalam mengenai suku Talang Mamak,

semoga dengan adanya penelitian ini mampu mendorong para peneliti

selanjutnya agar mampu mengadakan penelitian dengan tema serupa jauh

lebih mendalam dan lebih baik dari penelitian ini.

Page 83: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

72

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Al-Mudra, Mahyudin. 2008. Redefenisi Melayu. Riau : Lembaga Keadatan

Melayu Riau

Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa:Kekuatan Pengaruh

Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik

Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta : Kencana

Berger, Peter and Thomas Lucmann. 1990. The Social Construction of Reality:

A Treatise its the Sociology of Knowledge. Garden City, New York:

Anchor Books.

Berger, Peter L & Thomas Lucmann. 2010. Tafsir sosial atas kenyataan. Jakarta

: LP3S

Castell, Imanuel. 2002. The Information Age: Economy, Society, and Culture,

Volume II: The Power Of Identity. Oxford: Blackwell.

Hidayah. 1997. Tanah Airku Melayu : Butir-butir Budaya Melayu. Riau :

Lembaga Keadatan Melayu Riau.

Koentjaraningrat. 1993. Pengantar Antropologi. Jakarta : Gramedia

Riyanto, Geger. 2010. Peter L. Berger : Perspektif Metateori Pemikiran. Jakarta

: LP3ES

Sineti, Raja. 2010. Melayu dari Hulu ke Hilir. Riau : Lembaga Keadatan Riau

Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian

Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. R&D. Bandung :

Alfabeta.

Sztompka, Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media

Group.

Tabrani, Rab. 2002. Lancang Kuningku. Riau : Lembaga Keadatan Melayu Riau

Zuriah, Nurul. 2007. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Karya Akademis dan Jurnal

Apriliani Siregar, Yuandita. 2011. Diaspora India : Studi Tentang Etnisitas

Identitas, Dan Jaringan Sosial, Komunitas Peranakan Muslim India

di Kota. Program PascaSarjana Sosiologi Universitas Indonesia

Fu Xie. 2006. Hubungan antar orang kristen dan muslim dalam Masyarakat

Sipil Hubungan Antar Melayu-Bali dan Hubungan Agama Hindu dan

Islam. Program PascaSarjana Sosiologi Universitas Indonesia.

Nangi, Charles R. 2011. Kontruksi Sosial Dalam Realitas Sosial dikalangan

Pedagang kaki lima. Vol : 07 Program Pascasarjana Univiersitas

Indonesia.

Syafrini, Dhelmira. 2014. Etnis Cina dan Pembaurannya di Indonesia.

Program Pascasarjana Antropologi Universitas Gadjah Mada.

Martalena. 2000. Kontruksi Jilbab Dikalangan Mahasiswi (studi fenomenologi

mahasiswi Univesitas Islam Indonesia dalam memakai jilbab.

Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Trimble, Joseph., and Ryan Dickson. 2010. Ethnic Identity. Washington :

Page 84: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

73

Western Washington University.

Internet

Nurman Dkk. 2014. Nilai sebuah adat dalam kehidupan modren. Jakarta :

Jurnal LIPI. Diunduh dari :

http://journal.unri.ac.id/downloadfullpapers03%20NILAI%20artikel%20Transl

eted%20mita.pdf

Daisi Nundiyaningrum, 2010. Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Mentawai.

Tesis. Padang : Universitas Andalas. Diunduh dari :

http://lib.unand.ac.id/file?file=digital/20251416-RB00S432t-

Perubahan%20gayahidup.pdf

Dewi, Heristina. 2007. Perubahan identitas Pertunjukkan Jaran Kepang pada

Masyarakat Jawa di Kelurahan Tanjung Sari, Medan. Edisi

No.23/Tahun XI. Medan: Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18730/1/his-jan2007-

23%20(14).pdf

Astri, Dwijayanti. 2016. Perubahan Identitas Organisasi Bangun Arta Group.

Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga. Diunduh dari :

http://repository.unair.ac.id/33048/1/1.%20HALAMAN%20DEPAN.pdf

Chintya, Amanda Silaban. 2015. PROSES AKULTURASI DAN PERUBAHAN

IDENTITAS (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan

Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang dan Indonesia di Fukushi

Tomo No Kai). Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara. Diunduh

dari :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51639/6/Cover.pdf

Narasumber Wawancara

Wawancara dengan Alis ( ketua umum IKPSTM) di teras rumah informan pada

15 desember 2016

Wawancara dengan Batin Jamin (ketua adat suku Talang Mamak) di rumah

informan pada 15 desember 2016

Wawancara dengan Wati ( keturunan suku Talang Mamak) di halaman rumah

informan pada 15 desember 2016

Wawancara dengan Marlina (keturunan suku Talang Mamak) di warung milik

informan pada 18 desember 2016

Wawancara dengan Sudaek (keturunan suku Talang Mamak) di rumah informan

pada 15 desember 2016

Wawancara Edi Santoso (kepala desa Talang Jerinjing) di kantor desa Talang

Jerinjing pada 16 desember 2016

Wawancara Erviana (kepala sekolah SDN 02 Talang Jerinjing) di rumah informan

pada 17 desember 2016

Wawancara Sobarin (Kepala dusun Sei Bungin) di rumah informan pada 19

desember 2016

Wawancara Inayah (pegawai kantor desa) di kantor desa Talang Jerinjing pada 19

desember 2016

Page 85: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

74

Wawancara Arifin (guru SMKN Rengat Barat) di halaman sekolah pada 17

desember 2016

Sumber Lain

BPS Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2016

Data Statistik Milik Desa tahun 2016

Page 86: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

xviii

Lampiran

1. Lampiran Matriks Pertanyaan Penelitian

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Etnis :

Agama :

Alamat :

No Premis Pertanyaan Teori

Kontruksi Sosial Peter

Berger & Luckman

Pertanyaan Jawaban

1 Eksternalisasi 1. Bagaimana ciri-ciri

suku Talang Mamak

pada masa dahulu?

2. Apakah ada perubahan

identitas yang terjadi

pada suku Talang

Mamak?

3. Apa saja faktor yang

mempengaruhi

perubahan identitas

suku Talang Mamak?

4. Dari mana faktor

tersebut berasal?

2 Obyektifikasi 5. Apakah yang dilakukan

suku Talang Mamak

dalam menghadapi

perubahan identitas

sosial?

6. Apakah terdapat

pemberontakan dalam

kelompok pada proses

perubahan pada suku

Talang Mamak?

7. Apakah perubahan

identitas tersebut

Page 87: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

xix

dilakukan secara

paksa?

8. Bagaimana peran

pemerintah daerah

terhadap perubahan

identitas yang terjadi

pada suku Talang

Mamak?

3 Internalisasi 9. Bagaimana pola pikir

yang terbentuk pada

suku Talang Mamak

saat ini?

10. Apakah terjadi

perubahan nilai dan

norma adat sebagai

bentuk peraturan baru?

11. Bagaiamana kondisi

nilai tradisi leluhur saat

ini?

12. Seperti apakah pihak

luar melihat suku

Talang Mamak saat

ini?

13. Adakah anggota

kelompok suku Talang

Mamak yang menolak

perubahan?

Page 88: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

xx

2. Foto Dokumentasi

Page 89: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

xxi

Page 90: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

xxii

Page 91: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

xxiii

Page 92: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

xxiv

Page 93: Oleh : Ella Agustian 1112111000037repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41051/1/ELLA... · Tabel 2.e.2 komposisi penduduk menurut usia Tabel 2.f.3 jumlah sekolah formal

xxv