oleh 4401411144 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA …lib.unnes.ac.id/28821/1/4401411144.pdf ·...
Transcript of oleh 4401411144 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA …lib.unnes.ac.id/28821/1/4401411144.pdf ·...
ANALISIS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE
PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
Annisa Linta Permatasari
4401411144
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
iv
Motto dan Persembahan
Motto:
Intanshurulloha yanshurkum, I will when I believe.
Persembahan:
1. Untuk Bapak Sularno (alm), Ibu Amin Sukatni, Rusdi
Kurniawan dan Henry Afanudin.
2. Untuk Bapak Winarno dan Ibu Sutarsi.
3. Untuk suamiku Gunggung Samudera Winarno.
4. Untuk para sahabat.
5. Untuk keluarga KKN Kuningan.
6. Untuk teman-teman rombel 5.
7. Untuk beasiswa Bidikmisi dan Jurusan Biologi Unnes.
v
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan berkah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Everyone is a Teacher Here pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh”.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis menerima bantuan, kerjasama, motivasi
dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Ketua Jurusan Biologi.
4. Ibu Dewi Mustikaningtyas, M.Si.Med dan Bapak Dr. Yustinus Ulung A., M.Si.
selaku dosen pembimbing yang telah berjasa dalam memberikan bimbingan,
petunjuk, saran-saran dengan penuh bijaksana sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan.
5. Ibu Dr. dr. Nugrahaningsih, W.H., M.Kes. selaku dosen penguji yang dengan
sabar telah mamberikan saran dan masukan yang sangat berguna untuk
penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Andreas Budi P, M.Ed. selaku dosen wali yang telah banyak
memberikan nasihat dan arahan selama menempuh studi.
vi
7. Bapak Drs. Maryanto, guru Biologi yang telah memberikan banyak bantuan dan
bimbingan selama kegiatan penelitian di SMA Kesatrian 1 Semarang.
8. Almarhum bapak yang selalu membuat penulis semangat untuk melakukan yang
terbaik.
9. Ibu yang tidak pernah lelah di dalam memberikan motivasi, do’a dan arahan
untuk bisa memberikan yang terbaik.
10. Keluarga yang banyak mengajarkan kemandirian.
11. Gunggung Samudera, suami yang banyak memberikan nasihat dan semangat.
12. Semua sahabat, juga teman-teman atas doa, kebersamaan, dan bantuan yang
diberikan selama studi dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada kekurangan.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Semarang, 2 Maret 2016
Penulis
vii
ABSTRAK
Permatasari, Annisa Linta. 2016. Analisis Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Everyone is a Teacher Here pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh.
Skripsi, Prodi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Utama Dewi Mustikaningtyas, M.Si.Med. dan Pembimbing
Pendamping Dr. Yustinus Ulung A., M.Si.
Sistem pertahanan tubuh merupakan materi yang mengkaji sebuah mekanisme
pertahanan tubuh dari serangan penyakit. Guru lebih sering menggunakan metode
ceramah dalam mengajarkan materi ini. Padahal, guru dapat membimbing siswa
untuk belajar dengan siswa yang lain melalui pembelajaran kooperatif. Berdasarkan
hasil observasi di SMA Kesatrian 1 Semarang, guru pernah menerapkan
pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran, hanya saja masih ditemukan
masalah berupa dominasi beberapa siswa selama kegiatan belajar. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis penerapan model Everyone is a Teacher Here (ETH)
dalam mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa SMA Kesatrian 1 Semarang
pada materi sistem pertahanan tubuh manusia. Penelitian ini merupakan penelitian
quasi-experiment dengan sampel penelitian pada kelas XI MIA 2 dan XI MIA 3.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata delta hasil belajar kognitif siswa kelas
eksperimen lebih tinggi yaitu 27,35 dibanding kelas kontrol yaitu 21,5 dan rata-rata
persentase aktivitas klasikal siswa kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 75,3%
dibanding kelas kontrol sebesar 53,6%. Hubungan antara aktivitas dan hasil belajar
siswa diketahui dari uji korelasi kelas kontrol yang diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,004<0,05 dengan nilai r 0,481 yang berarti terjadi hubungan yang sedang.
Sedangkan bagi kelas eksperimen diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000<0,05
dengan nilai r 0,769 yang berarti terjadi hubungan yang kuat antara aktivitas dan hasil
belajar siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model ETH dapat diterapkan untuk
mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar siswa SMA Kesatrian 1 Semarang pada
materi sistem pertahanan tubuh manusia.
Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar kognitif, model ETH, sistem pertahanan
tubuh.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
PRAKATA ...................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
1.4.1 Bagi Siswa .................................................................................... 5
1.4.2 Bagi Guru ...................................................................................... 5
1.5 Penegasan Istilah .................................................................................. 5
1.5.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH .................................. 5
1.5.2 Aktivitas Belajar ........................................................................... 6
ix
Halaman
1.5.3 Hasil Belajar ................................................................................. 6
1.5.4 Materi Sistem Pertahanan Tubuh Manusia ................................... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ............................. 8
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 9
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH .......................................... 11
2.3.1 Praktik Pengajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH .. 11
2.3.2 Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH ................... 13
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe ETH ...................................................................................... 14
2.4 Aktivitas Belajar ................................................................................... 15
2.4.1 Aktivitas Membangun Pengetahuan Konseptual .......................... 17
2.4.2 Aktivitas Membangun Pengetahuan Ekspresi .............................. 19
2.5 Hasil Belajar ......................................................................................... 20
2.6 Materi Sistem Pertahanan Tubuh ......................................................... 20
2.6.1 Antigen dan Antibodi ................................................................. 21
2.6.2 Peradangan dan Alergi ............................................................... 23
2.6.3 Imunisasi .................................................................................... 23
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 26
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................................ 26
x
Halaman
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................... 27
3.4 Rancangan Penelitian ........................................................................... 27
3.5 Prosedur Penelitian ............................................................................... 28
3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data ................................................... 33
3.7 Analisis Data ........................................................................................ 36
3.7.1 Analisis Data Primer .................................................................. 36
3.7.2 Analisis Data Sekunder .............................................................. 39
3.8 Indikator Keberhasilan ......................................................................... 40
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 41
4.1.1 Analisis Data Aktivitas Siswa .................................................... 41
4.1.2 Analisis Data Hasil Belajar Kognitif Siswa ............................... 43
4.1.3 Analisis Data Tanggapan Siswa terhadap Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH ........................................... 47
4.1.4 Analisis Data Tanggapan Guru terhadap Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH ........................................... 49
4.1.5 Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH ........................................... 52
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 55
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................................... 66
5.2 Saran ..................................................................................................... 66
xi
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67
LAMPIRAN ..................................................................................................... 71
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Struktur Pembelajaran dan Karakteristik Umum ...................................... 11
2.2 Fase dan Aktivitas Guru pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
ETH ........................................................................................................... 13
2.3 Deskripsi Singkat dari Aktivitas Membangun Pengetahuan Konseptual . 17
2.4 Deskripsi Singkat dari Aktivitas Membangun Pengetahuan Ekspresi ...... 19
3.1 Rancangan Penelitian Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH
pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh di SMA Kesatrian 1 Semarang ... 27
3.2 Koefisien dan Kriteria Validitas Soal ....................................................... 29
3.3 Nomor, Jumlah dan Kategori Soal Uji Coba pada Penelitian Analisis
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem
Pertahanan Tubuh di SMA Kesatrian 1 Semarang ................................... 29
3.4 Koefisien dan Kriteria Reliabilitas Soal .................................................... 30
3.5 Koefisien dan Kriteria Daya Pembeda Soal .............................................. 30
3.6 Nomor, Jumlah dan Kriteria Soal Penelitian Analisis Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh di SMA
Kesatrian 1 Semarang Berdasarkan Daya Beda Soal ................................ 31
3.7 Indeks dan Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ............................................ 31
3.8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Penelitian Analisis
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem
Pertahanan Tubuh di SMA Kesatrian 1 Semarang ................................... 31
3.9 Nomor dan Jumlah Soal Terpilih Penelitian Analisis Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem Pertahanan
Tubuh di SMA Kesatrian 1 Semarang Berdasarkan Indikator ................... 32
xiii
Tabel Halaman
3.10 Jenis, Metode, Instrumen dan Responden Penelitian Analisis Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem Pertahanan
Tubuh di SMA Kesatrian 1 Semarang .................................................... 34
3.11 Rentang Skor dan Kriteria Keaktifan Siswa ........................................... 36
3.12 Rentang Skor dan Kriteria Tanggapan Siswa ......................................... 39
3.13 Rentang Skor dan Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ........... 40
4.1 Nilai Aktivitas Pembangunan Pemahaman Konseptual dan Ekspresi
Kelas Kontrol dan Eksperimen Penelitian Analisis Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh ................. 42
4.2 Nilai Pretest, Posttest dan Perolehan Delta (Δ) Kelas Kontrol dan
Eksperimen Penelitian Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
ETH pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh ............................................. 43
4.3 Hasil Uji Normalitas Data Delta (Δ) Pretest-Posttest Penelitian Analisis
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem Pertahanan
Tubuh ......................................................................................................... 43
4.4 Hasil Analisis Uji Homogenitas Data Delta (Δ) Pretest-Posttest Penelitian
Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem
Pertahanan Tubuh ........................................................................................ 44
4.5 Nilai Signifikan, Koefisien Korelasi, dan Arah Hubungan Berdasarkan Uji
Korelasi Aktivitas-Hasil Belajar Siswa Penelitian Analisis Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem Pertahanan
Tubuh ........................................................................................................ 46
4.6 Hasil dan Kriteria Tanggapan Siswa terhadap Model ETH ...................... 47
4.7 Data Tanggapan Guru terhadap Model ETH ............................................ 50
4.8 Hasil dan Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran Penelitian Analisis
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem
Pertahanan Tubuh ...................................................................................... 53
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir pada Penelitian Analisis Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH pada Materi Sistem Pertahanan
Tubuh ........................................................................................................ 25
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ......................................................................................................... 71
2. RPP Kelas Eksperimen ............................................................................... 75
3. RPP Kelas Kontrol ...................................................................................... 86
4. Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa ............................................................... 94
5. Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ....................................................... 97
6. Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ................................................. 101
7. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ...................................................... 105
8. Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ............................................................ 114
9. Kisi-Kisi Kunci Jawaban LDS Kontrol ....................................................... 120
10. Kisi-Kisi Soal Pretest & Posttest .............................................................. 123
11. Hasil Uji Coba Soal ................................................................................... 125
12. Soal Pretest & Posttest ............................................................................. 126
13. Hasil Pretest & Posttest Kelas Kontrol ..................................................... 133
14. Hasil Pretest & Posttest Kelas Eksperimen .............................................. 134
15. Nilai Pretest & Posttest Kelas Kontrol ..................................................... 135
16. Nilai Pretest & Posttest Kelas Eksperimen .............................................. 136
17. Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa .......................................................... 137
18. Lembar Angket Tanggapan Siswa ............................................................ 138
19. Data Tanggapan Siswa .............................................................................. 140
xvi
Lampiran Halaman
20. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru ....................................................... 142
21. Pedoman Wawancara Guru ....................................................................... 143
22. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model ................................................ 144
23. Data Keterlaksanaan Model ...................................................................... 146
24. Uji Normalitas-Homogenitas Data Delta Pretest & Posttest .................... 148
25. Uji t ........................................................................................................... 149
26. Uji Korelasi Aktivitas-Hasil Belajar Siswa ............................................... 150
27. Surat Penetapan Dosen Pembimbing ........................................................ 151
28. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ................................................. 152
29. Dokumentasi Kelas Kontrol ...................................................................... 153
30. Dokumentasi Kelas Eksperimen ............................................................... 154
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paradigma lama yang sudah berakar dalam dunia pendidikan adalah guru
memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru masih menganggap
paradigma lama ini sebagai pilihan atas pertimbangan efisiensi waktu. Terlebih,
paradigma ini menjadi harapan masyarakat yang menganggap bahwa sudah
merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-
muatan informasi dan pengetahuan. Bagi masyarakat, guru perlu bersikap sebagai
sumber informasi. Padahal, tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak
berubah. Paradigma lama tersebut tidak bisa lagi dipertahankan. Teori, penelitian,
dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa guru sudah harus
mengubah paradigma pengajaran.
Perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan
interaksi antara siswa dan guru. Kegiatan belajar mengajar lebih memperhatikan
kepentingan siswa. Alur proses belajar tidak lagi harus berasal dari guru menuju
siswa. Siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya
sehingga mereka mempunyai pengalaman belajar yang baik.
Pembentukan pengalaman belajar melalui aktivitas belajar siswa tidak
selamanya dapat berjalan sesuai harapan. Salah satu materi pelajaran biologi yang
memiliki tingkat aktivitas dan hasil belajar rendah adalah materi
2
sistem pertahanan tubuh. Materi sistem pertahanan tubuh merupakan salah satu
materi biologi yang diajarkan di kelas XI peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu
Alam SMA. Materi tersebut tidak dapat diajarkan melalui kegiatan eksperimen,
sehingga hampir seluruh alokasi waktu penyampaian materi sistem pertahanan
tubuh ditempuh dengan menggunakan metode ceramah.
Metode ceramah sebagai salah satu metode yang paling sering digunakan
oleh guru dalam menyampaikan pelajaran biologi tentunya memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Banyak guru yang meyakini bahwa dengan memilih
metode ceramah, waktu pembelajaran akan lebih efisien. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa metode ceramah juga memiliki kekurangan, di antaranya adalah
mudah terjadi verbalisme, sehingga hanya siswa dengan tipe belajar auditori yang
lebih mudah menerima pelajaran, dan tidak demikian halnya dengan siswa yang
memiliki tipe belajar kinestetik dan visual. Kekurangan lainnya dari metode
ceramah adalah membosankan untuk penggunaan yang relatif lama, sehingga guru
akan kesulitan di dalam menyimpulkan apakah siswa paham dan tertarik dengan
apa yang disampaikan, dan akibat yang paling buruk adalah siswa akan menjadi
pasif selama kegiatan pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menekan
kekurangan dari metode ceramah dan mencapai pembelajaran aktif adalah
penggunaan model pembelajaran kooperatif. Beberapa hasil penelitian seperti
penelitian William et al. (2005), Keraro et al. (2007), Ebrahim (2012), dan
Jayapraba & Kanmani (2013) membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran
3
model kooperatif dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran,
meningkatkan interaksi dan hubungan sosial yang baik antar siswa, meningkatkan
prestasi belajar, serta menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang
lain.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk
mewujudkan pembelajaran aktif adalah pembelajaran kooperatif tipe Everyone is a
Teacher Here (ETH). Berdasarkan penelitian Hilmarisa (2013) dan Humokor
(2013), dapat diketahui bahwa penerapan model ETH dapat meningkatkan
antusiasme dan semangat siswa dalam belajar, menumbuhkan sikap tanggung
jawab siswa, membuat siswa menjadi lebih aktif dan guru dengan mudah
mendapatkan partisipasi seluruh siswa di dalam kelas. Keaktifan siswa di dalam
kelas merupakan roh dari kegiatan pembelajaran yang disampaikan. Jika siswa
aktif di dalam kelas, menandakan bahwa siswa tersebut dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Melalui proses pembelajaran yang baik diharapkan
siswa dapat mencapai hasil belajar dengan maksimal dan tujuan pembelajaran
yang diinginkan dapat terpenuhi.
Warsono & Hariyanto (2012) menyatakan bahwa model ETH merupakan
satu dari sembilan tipe metode pendukung pengembangan pembelajaran
kooperatif. Penerapan model pembelajaran tipe ini memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk bertindak sebagai guru bagi siswa lain. Selama
bertindak sebagai guru, siswa harus menjawab pertanyaan yang didapatkan dari
temannya dan mengkomunikasikan pemahamannya tersebut kepada siswa lain.
4
Penerapan model pembelajaran tipe ini juga dapat melatih siswa untuk berpikir
kritis dengan mengasah kemampuan merumuskan pertanyaan setelah belajar.
SMA Kesatrian 1 Semarang adalah salah satu sekolah yang di dalam
penyampaian materi sistem pertahanan tubuh dilakukan dengan metode ceramah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi SMA Kesatrian 1 Semarang
diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif memang sudah pernah
dilakukan, hanya saja aktivitas belajar siswa terkadang masih didominasi oleh
beberapa siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian untuk
mengetahui apakah model ETH dapat diterapkan pada materi sistem pertahanan
tubuh di SMA Kesatrian 1 Semarang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan permasalahan yang akan
dijawab melalui penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan model ETH pada
materi sistem pertahanan tubuh di SMA Kesatrian 1 Semarang?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan model ETH dalam
mempelajari materi sistem pertahanan tubuh di SMA Kesatrian 1 Semarang.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
Mendorong siswa untuk lebih berperan aktif dan meningkatkan hasil belajar
siswa di dalam mempelajari materi sistem pertahanan tubuh manusia.
1.4.2 Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam memilih metode
pembelajaran yang efektif sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa pada materi sistem pertahanan tubuh manusia. Membantu guru mencapai
tujuan pembelajaran biologi dalam materi sistem pertahanan tubuh manusia.
1.5 Penegasan Istilah
Deskripsi beberapa istilah di bawah ini diperlukan untuk membatasi bahasan
dan menghindari kesimpang-siuran istilah. Beberapa istilah di dalam penelitian ini
akan dikemukakan sebagai berikut.
1.5.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH.
Model ETH menurut Silberman (2005) merupakan sebuah model
pembelajaran yang menginginkan siswa untuk berperan seperti guru di dalam
kelas. Penerapan model ETH dalam penelitian ini adalah dengan melibatkan siswa
untuk berperan sebagai guru bagi teman-temannya dalam kegiatan diskusi sebagai
salah satu mekanisme membangun kerjasama.
6
1.5.2 Aktivitas Belajar
Menurut Sardiman (2007) belajar pada prinsipnya merupakan perbuatan
untuk mengubah tingkah laku, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Menurut
Basuki & Hariyanto (2014) aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada
kesadaran siswa untuk saling membantu mencari dan mengolah informasi,
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan. Aktivitas belajar pada penelitian
ini dilihat dari bagaimana siswa membangun pemahaman konseptual dan
pemahaman ekspresi selama kegiatan pembelajaran tengah berlangsung.
1.5.3 Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Slameto (2010) diartikan sebagai sesuatu yang
diperoleh dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat
diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa. Hasil belajar
dalam penelitian ini didapatkan dari hasil tes tertulis berupa pretest-posttest untuk
ranah pengetahuan.
1.5.4 Materi Sistem Pertahanan Tubuh Manusia
Materi sistem pertahanan tubuh manusia merupakan salah satu pokok
bahasan yang terdapat dalam mata pelajaran biologi kelas XI SMA semester
genap. Materi sistem pertahanan tubuh memiliki kompetensi dasar (KD) yaitu
mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur dan
fungsi sel, jaringan, organ penyusun sistem dan bioproses yang terjadi pada
makhluk hidup; menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan
mengamati bioproses, peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup,
7
menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran
agama yang dianutnya; berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan
fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen,
berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli
lingkungan; mengaplikasikan pemahaman tentang prinsip-prinsip sistem
pertahanan tubuh untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan pertahanan
yang dimilikinya melalui program imunisasi sehingga dapat terjaga proses
fisiologi di dalam tubuh; menyajikan data jenis-jenis imunisasi (aktif dan pasif)
dan jenis penyakit yang dikendalikannya. Lama waktu penyampaian materi sistem
pertahanan tubuh pada penelitian ini adalah sebanyak 6 jam pertemuan.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Menurut Jacobsen et al. (2009), keberhasilan kegiatan belajar siswa di dalam
kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran, jenis-jenis lingkungan yang diciptakan oleh guru, asupan nutrisi
siswa, pengalaman-pengalaman dasar (latar belakang siswa), dan kecerdasan
emosional siswa. Meskipun faktor yang mempengaruhi proses belajar berbeda
antar siswa di kelas berbeda, Gilakjani (2012) mengatakan bahwa guru harus
mencoba untuk membuat perubahan dalam kelas mereka yang akan bermanfaat
untuk setiap siswa. Beberapa perubahan ini termasuk desain ulang ruang,
pengembangan teknik kegiatan berkelompok, dan pengembangan pembelajaran.
Proses belajar dilakukan melalui interaksi dan komunikasi timbal balik guru
dan siswa yang merupakan ciri dan syarat utama berlangsungnya proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi
antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Interaksi dalam proses
belajar mengajar tidak sekedar hubungan komunikasi antara guru dan siswa, tetapi
juga merupakan interaksi edukatif menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa.
9
Proses belajar mengajar adalah kesatuan dua proses antara siswa yang
belajar dan guru yang membelajarkan. Kedua proses ini harus disadari oleh siswa
yang sedang belajar dan guru yang membelajarkan, sehingga antara kedua proses
ini terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai
optimal lewat proses belajar mengajar tersebut.
2. 2 Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2011) menyatakan bahwa terdapat banyak alasan yang membuat
pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya
adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran
kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan akibat positif
lainnya karena mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap
teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga
diri.
Alasan lain dari praktik kooperatif dalam pendidikan adalah tumbuhnya
kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah,
dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan
mereka. Lord (2001) juga menjelaskan beberapa manfaat positif dari penggunaan
model pembelajaran kooperatif, yakni mengasah ilmu berpikir, menjaga sikap,
instruksi, evaluasi, nilai, lingkungan belajar, keterampilan praktis, keterampilan
sosial, meningkatkan ketarampilan menulis dan membaca siswa, dan memotivasi
siswa untuk senang belajar.
10
Arends (2010) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif
dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu prestasi
akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Pembelajaran dengan model ini ditandai oleh beberapa ciri
seperti siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar; tim-tim tersebut
terdiri dari siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi; bilamana mungkin,
tim-tim tersebut terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender; sistem penghargaan
berorientasi kelompok maupun individu.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok.
Tetapi lebih dari sekedar belajar kelompok, pada pembelajaran kooperatif
menurut Suprijono (2009) terdapat struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan yang bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok.
Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang
apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan
kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama
belajar bersama dalam kelompok.
Tidak semua belajar kelompok dianggap pembelajaran kooperatif. Menurut
Lie (2008) pembelajaran kooperatif memiliki ciri khusus yang membedakan
dengan pembelajaran yang lain yaitu adanya unsur possitive interdependence
(saling ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung jawab
perseorangan), face to face promotive interraction (interaksi promotif),
11
interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan group processing (pemrosesan
kelompok).
Tabel 2.1 Struktur pembelajaran dan karakteristik umum
Struktur Pembelajaran Karakteristik umum
Pembelajaran kompetitif Siswa bekerja secara individual, memiliki tujuan
pembelajaran dan tugas yang sama, nilai siswa
diukur menggunakan metode kurva berdasarkan
tingkatan.
Pembelajaran individual Siswa bekerja secara individual, memiliki tujuan
pembelajaran dan tugas yang tidak sama, berbeda
antara satu siswa dengan siswa lainnya, nilai siswa
diukur menggunakan metode kurva berdasarkan
tingkatan.
Pembelajaran kooperatif Siswa bekerja di dalam kelompok kecil, berbagi
tujuan pembelajaran dan tugas dalam kelompok
yang mungkin sama atau berbeda dari kelompok
lain, nilai siswa diukur berdasarkan pekerjaan
kelompok maupun pekerjaan masing-masing
siswa. Sumber: Tanner et al. (2003)
2. 3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH
2.3.1 Praktik Pengajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH
Banyak dijumpai di dalam kelas pembelajaran kooperatif tidak berjalan
efektif meskipun guru telah menerapkan lima unsur pembelajaran kooperatif.
Diskusi sebagai salah satu mekanisme membangun kooperatif tidak berjalan
efektif karena banyak hal. Salah satunya, menurut Suprijono (2009) ialah
dikarenakan diskusi banyak didominasi oleh salah seorang siswa yang telah
mempunyai skemata tentang apa yang akan dipelajari.
Everyone is a Teacher Here merupakan satu dari sembilan metode
pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif. Warsono & Hariyanto (2012)
12
menyatakan bahwa model pembelajaran ini sebenarnya hampir mirip dengan
teknik pembelajaran dalam pembelajaran kolaboratif yang dikembangkan oleh
Nothern Ireland Curriculum, Each One Teach One, tetapi diterapkan kepada siswa
secara individual. Esensi dari teknik pembelajaran ini pada hakikatnya seperti
teknik pembelajaran pertanyaan.
Pembelajaran kooperatif tipe ETH bagi Sani (2013) merupakan model yang
tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara
individual. Metode ini memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan
sebagai guru bagi kawan-kawannya. Metode pengembangan ini juga membuat
siswa yang selama ini tidak mau berpartisipasi aktif di dalam kelas, akan ikut serta
berpartisipasi selama kegiatan belajar.
Model ETH akan melibatkan siswa di dalam kegiatan diskusi. Hasil
penelitian Carpenter (2006) menunjukkan bahwa pembelajaran ceramah dari guru
akan mengarah pada kemampuan untuk mengingat fakta-fakta, tetapi kegiatan
diskusi akan menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Pembelajaran
tim dan diskusi yang dipimpin siswa tidak hanya meningkatkan aktivitas siswa,
tetapi juga mendorong kerjasama yang lebih besar, kepercayaan diri dan
kemampuan memimpin. Model ETH ini diterapkan untuk melatih siswa supaya
memiliki pembiasaan dalam hal kemampuan bertanya, memecahkan masalah dan
berkomunikasi verbal dan non verbal.
13
2.3.2 Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH
Tahapan yang dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran dengan model
ETH disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Fase dan aktivitas guru pada model pembelajaran kooperatif tipe ETH
Fase Aktivitas Guru pada Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe ETH
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai dan mempersiapkan siswa
untuk siap belajar.
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi.
Menyampaikan informasi secara garis
besar kepada siswa secara verbal.
Fase 3: Organize students into
learning teams
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok balajar.
Membagi siswa dalam kelompok atau
menjelaskan kepada siswa bagaimana
cara membentuk kelompok belajar.
Fase 4: Assist team work and study
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Membagi secarik kertas kepada setiap
siswa.
Meminta siswa untuk menuliskan
pertanyaan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang sudah disampaikan.
Meminta setiap siswa untuk
mengumpulkan kertas berisi pertanyaan
tersebut menjadi satu dengan
kelompoknya.
Memerintahkan siswa untuk menukar
kertas-kertas pertanyaan milik
kelompoknya dengan kertas-kertas
pertanyaan milik kelompok lain,
kemudian membagikan kepada anggota
kelompoknya secara merata.
14
Fase Aktivitas Guru pada Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe ETH
Meminta siswa untuk bekerja di dalam
kelompoknya masing-masing untuk
menjawab pertanyaan yang didapatkan.
Dimulai dari salah satu siswa
membacakan pertanyaan yang didapat,
kemudian dipersilakan untuk berpikir dan
menjawab pertanyaan tersebut. Apabila
dirasa sudah cukup, dipersilakan kepada
teman satu kelompok untuk memberi
tanggapan. Diskusi dilakukan hingga
benar-benar mendapatkan jawaban yang
matang. Apabila satu pertanyaan sudah
selesai dijawab, dilanjutkan dengan
pertanyaan berikutnya.
Fase 5: Test on materials
Mengevaluasi.
Mengevaluasi hasil belajar siswa.
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan.
Menilai dan memberikan penghargaan
atas upaya dan hasil belajar individu serta
kelompok.
Sumber: Warsono & Hariyanto (2012)
2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ETH
Model pembelajaran kooperatif tipe ETH memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Menurut Sanjaya (2008), kelebihan dari model ETH yaitu 1) siswa
dilatih untuk mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang lain;
2) siswa dilatih untuk berpikir dan menemukan ide/gagasan; 3) siswa dilatih untuk
memiliki kebiasaan saling bertukar pendapat secara objektif dan rasional; 4) siswa
dilatih untuk berani mengutarakan pendapat secara terbuka; 5) membantu anak
untuk menghormati orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta
15
menerima segala perbedaan; 6) siswa dilatih untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Sedangkan beberapa kekurangan dari penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe ETH dalam kegiatan pembelajaran adalah proses tanya-jawab yang
berlangsung terus menerus dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan dari
pokok bahasan yang dipelajari, dan guru tidak mengetahui secara pasti apakah
siswa yang tidak mengajukan pertanyaan ataupun menjawab telah memahami dan
menguasai materi yang diberikan.
2.4 Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan
kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Aktivitas
belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental dalam kegiatan belajar,
kedua aktivitas itu harus saling terkait. Aritonang (2008) menyatakan bahwa minat
siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa di dalam
belajar.
Dale (1969) menyatakan bahwa siswa mungkin mengingat 20% dari apa
yang dibaca atau didengar, siswa mungkin mengingat 30% dari apa yang dilihat,
siswa mungkin mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihat, siswa mungkin
mengingat 70% dari apa yang dikatakan, dan siswa mungkin mengingat 90% dari
apa yang dilakukan.
16
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas
siswa tidak cukup hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazimnya dilakukan
di sekolah. Menurut Sardiman (2007), terdapat beberapa macam kegiatan siswa
yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut.
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya seperti: membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, yang termasuk di dalamnya seperti: menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
3. Writing activities, yang termasuk di dalamnya seperti: menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
4. Drawing activities, yang termasuk di dalamnya seperti: menggambar, membuat
grafik, peta, diagram.
5. Motor activities, yang termasuk di dalamnya seperti: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
6. Emoticon activities, yang termasuk di dalamnya seperti: menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.
Sani (2013) menyatakan bahwa aktivitas pembelajaran ilmu pengetahuan
alam (IPA) dapat dibedakan menjadi aktivitas membangun pemahaman
konseptual, aktivitas membangun pemahaman prosedural, dan aktivitas
membangun pemahaman ekspresi. Ketiga aktivitas tersebut dapat membantu siswa
17
di dalam membentuk konsep sehingga materi yang sedang dipelajari dapat
dipahami dengan baik.
2.4.1 Aktivitas Membangun Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual berkaitan dengan klasifikasi, prinsip-prinsip,
generalisasi, teori, model dan struktur. Penguasaan pengetahuan konseptual
ditandai dengan kemampuan mengklasifikasikan data, mengelompokan data
berdasarkan ciri-ciri kesamaannya, atau berdasarkan perbedaannya, menunjukkan
kekuatan atau kelemahan sebuah pernyataan, mengenali prinsip-prinsip,
menyimpulkan, menguasai teori, menunjukan contoh, dan mengenali struktur.
Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan siswa untuk membangun pengetahuan
konseptual dijelaskan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Deskripsi singkat dari aktivitas membangun pengetahuan konseptual
Aktivitas Membangun
Pengetahuan Konseptual
Deskripsi Singkat
Membaca teks. Mencari informasi dari buku teks dan media
lainnya (cetak atau noncetak).
Menghadiri presentasi atau
demonstrasi.
Memperoleh informasi dari guru, ahli, teman
sejawat, secara langsung atau melalui media.
Membuat catatan. Mencatat informasi dari ceramah, presentasi,
atau kerja kelompok.
Mengamati benda atau citra. Mengamati benda/citra diam atau bergerak,
benda nyata, cetak, atau digital.
Berdiskusi. Berdialog dengan teman terkait suatu konsep
atau pengetahuan.
18
Aktivitas Membangun
Pengetahuan Konseptual
Deskripsi Singkat
Berpartisipasi dalam simulasi. Berinteraksi secara langsung dalam simulasi
atau dengan media simulasi dalam upaya
mengeksplorasi konsep.
Mengeksplorasi topik. Memperoleh informasi tentang topik dengan
melakukan penelaahan dari berbagai sumber.
Mempelajari istilah. Mempelajari istilah, klasifikasi, tes.
Mengobservasi fenomena. Mengobservasi fenomena dan memunculkan
pertanyaan ilmiah dari objek fisik, organisme,
atau media digital.
Membedakan pengamatan
dengan inferensi.
Membedakan hasil pengamatan dengan inferensi
yang didukung pengetahuan yang telah dimiliki.
Mengembangkan prediksi,
hipotesis, dan variabel.
Mengembangkan prediksi, memilih pertanyaan
dan variabel, dan merumuskan hipotesis.
Memilih prosedur. Memilih prosedur dan peralatan untuk menguji
hipotesis dan/atau menjawab pertanyaan.
Menata prosedur. Mengurutkan prosedur.
Mengorganisasi data. Mengkreasi struktur untuk mengorganisasi data
yang dikumpulkan.
Menganalisis data. Mengidentifikasi pola, mendeskripsikan
hubungan, memahami sebab-akibat, menentukan
data/fakta utama, menentukan sumber kesalahan
yang mungkin, dan sebagainya.
Membandingkan temuan
dengan prediksi atau
hipotesis.
Mengevaluasi temuan dalam hubungannya
dengan hipotesis.
Membuat hubungan antara
temuan dan
konsep/pengetahuan.
Menghubungkan temuan dengan konsep pada
buku teks atau publikasi penelitian.
Sumber: Sani (2013)
19
2.4.2 Aktivitas Membangun Pengetahuan Ekspresi
Tabel 2.4 Deskripsi singkat dari aktivitas membangun pengetahuan ekspresi
Aktivitas Membangun
Pengetahuan Ekspresi
Deskripsi Singkat
Merespon pertanyaan. Memberi respon terhadap pertanyaan, yang
membutuhkan jawaban pendek, penjelasan, atau
elaborasi.
Menulis laporan. Menulis laporan percobaan atau penelitian.
Mengkreasi gambar. Mengkreasi gambar, grafik, atau bagan yang
menunjukkan pemahaman tentang konsep atau
proses sains.
Presentasi atau demonstrasi Menyajikan atau mendemonstrasikan hasil
percobaan atau penelitian.
Debat. Memperdebatkan kaitan antara sains dengan
etika politik, dan hal lainnya.
Mengembangkan model. Mengembangkan model simulasi atau fisik
terkait pengetahuan atau percobaan.
Membuat sketsa/gambar
percobaan.
Membuat gambar di kertas atau secara digital
terkait pengamatan di laboratorium, misalnya
menggambar desain percobaan, menggambar
pola yang dilihat melalui mikroskop, dan
sebagainya.
Mengembangkan peta
konsep.
Berpartisipasi dalam membuat peta konsep.
Menjalankan permainan
pendidik.
Berpartisipasi dalam permainan yang terkait
konsep atau pengetahuan yang dipelajari.
Mengembangkan permainan. Mengembangkan permainan interaktif digital
atau fisik.
Mengkreasi produk. Mengkreasi produk pengetahuan, poster. Sumber: Sani (2013)
20
2. 5 Hasil Belajar
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok.
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran tergantung dari proses mengajar dan
proses belajar yang dialami siswa serta hasil belajar yang diperoleh siswa.
Hasil belajar terbagi menjadi tiga aspek yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Aspek pengetahuan berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
Tingkatan kemampuan kognitif dalam Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh
Anderson & Krathwohl (2001) meliputi enam aspek yaitu mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi.
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh
hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Dalam pengertian lain,
hasil belajar merupakan data yang diperoleh setelah melakukan proses penilaian
untuk mengetahui seberapa jumlah pengetahuan dan kemampuan yang dicapai
siswa setelah akhir pembahasan atau nilai siswa yang dicerminkan dalam ulangan
harian, nilai tugas individu, kuis dan nilai laporan.
2. 6 Materi Sistem Pertahanan Tubuh
Materi sistem pertahanan tubuh memiliki beberapa materi pokok, yakni
antigen dan antibodi; mekanisme pertahanan tubuh; peradangan, alergi,
pencegahan dan penyembuhan penyakit; serta imunisasi. Materi ini memiliki
21
kompetensi dasar yaitu mengaplikasikan pemahaman tentang prinsip-prinsip
sistem immun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan kekebalan yang
dimilikinya melalui program immunisasi sehingga dapat terjaga proses fisiologi di
dalam tubuh.
2.6.1 Antigen dan Antibodi
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat
bereaksi dengan antibodi. Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas
protein dan dibentuk sebagai respon terhadap keberadaan benda-benda asing yang
tidak dikehendaki di dalam tubuh kita.
Jenis antigen berdasarkan determinannya:
1. Unideterminan, univalen, merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya satu.
2. Unideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop satu, jumlah lebih dari satu.
3. Multideterminan, univalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu dan
jumlahnya satu
4. Multideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu, jumlah
lebih dari satu
Jenis antigen berdasarkan spesifikasinya:
1. Heteroantigen: dimiliki banyak spesies
2. Xenoantigen: dimiliki spesies tertentu
3. Alloantigen: dimiliki satu spesies
22
4. Antigen organ spesifik: dimiliki organ tertentu
5. Autoantigen: berasal dari tubuhnya sendiri
Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun pada tubuh
yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Imunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel
plasma (proliferasi sel B) akibat dirangsang oleh antigen. Macam imunoglobulin:
Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan Ig D.
1. Imunoglobulin G
Imunoglobulin G memiliki jumlah terbanyak dalam serum (75%), berperan
pada imunitas seluler yang dapat merusak antigen.
2. Imunoglobulin A
Fungsi imunoglobulin A adalah menetralkan toksin dan virus, mencegah kontak
antara toksin/ virus dengan sel sasaran dan menggumpalkan/ mengganggu
gerak kuman yang memudahkan fagositosis.
3. Imunoglobulin M
Fungsi imunoglobulin M adalah mencegah gerakan mikroorganisme antigen,
memudahkan fagositosis dan aglutinosis kuat terhadap antigen.
4. Imunoglobulin E
Jumlah imunoglobulin E paling sedikit dalam serum. Kadar imunoglobulin E
menjadi tinggi pada kasus alergi dan infeksi.
23
5. Imunoglobulin D
Jumlah imunoglobulin D sedikit ditemukan dalam sirkulasi dan tidak dapat
mengikat komplemen.
Antibodi akan menghancurkan bakteri atau virus tertentu yang menyerang
sistem pertahanan tubuh manusia. Antibodi mempunyai dua fungsi, yaitu
mengikatkan diri kepada sel-sel musuh dan membusukkan struktur biologi antigen
lalu menghancurkannya. Antibodi bersesuaian dengan antigen secara sempurna,
seperti anak kunci dengan lubangnya yang dipasang dalam struktur tiga dimensi.
Tubuh manusia mampu memproduksi masing-masing antibodi yang cocok untuk
hampir setiap musuh yang dihadapinya
2.6.2 Peradangan dan Alergi
Peradangan atau inflamasi adalah respon dari organisme terhadap patogen
dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang
mengalami cidera seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Inflamasi adalah satu
dari respon utama sistem pertahanan terhadap infeksi dan iritasi. Alergi merupakan
respon yang berlebihan terhadap antigen tertentu. Sistem pertahanan dapat
menyebabkan kerusakan jaringan ketika berusaha melakukan perlawanan.
2.6.3 Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu. Imunisasi dilakukan dengan cara penyuntikan atau dengan cara diberikan
24
melalui tetesan pada mulut balita. Jenis-jenis imunisasi yang biasa diberikan
adalah imunisasi BCG, DPT, TT, Campak, MMR, HiB, Varisellla, HBV, Polio,
PCV, Tifoid.
Materi sistem pertahanan tubuh dalam penelitian ini akan diajarkan dalam
tiga kali pertemuan. Hal ini disesuaikan dengan banyaknya sub bab materi sistem
pertahanan tubuh yang setiap indikatornya harus dikuasai. Berdasarkan banyaknya
sub bab materi tersebut, penerapan model ETH disesuaikan dengan indikator yang
ada dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
25
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusun kerangka berpikir sebagai
berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir pada Penelitian Analisis Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Everyone is a Teacher Here (ETH)
pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe ETH dapat diterapkan pada materi sistem pertahanan tubuh di SMA Kesatrian
1 Semarang.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ETH pada materi sistem
pertahanan tubuh.
1. Materi sistem pertahanan tubuh sering
disampaikan menggunakan metode
ceramah.
Penelitian menunjukkan bahwa penerapan model kooperatif tipe ETH dapat
meningkatkan antusiasme dan semangat siswa dalam belajar, menumbuhkan
sikap tanggung jawab siswa, membuat siswa menjadi lebih aktif dan guru
dengan mudah mendapatkan partisipasi seluruh siswa di dalam kelas.
2. Guru sudah pernah mencoba
menggunakan model kooperatif, hanya
saja masih terjadi dominasi oleh beberapa
siswa.
3. Dibutuhkan suatu model pembelajaran
untuk mengurangi dominasi siswa di
dalam kelas.
Penelitian membuktikan
bahwa pembelajaran dengan
model kooperatif dapat
membantu siswa dalam
memahami pelajaran,
meningkatkan interaksi dan
hubungan sosial yang baik
antar siswa, meningkatkan
prestasi belajar, serta
menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain.
66
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Everyone is a Teacher
Here dapat diterapkan pada materi sistem pertahanan tubuh.
5.2 Saran
1. Untuk melakukan penelitian model pembelajaran kooperatif tipe ETH perlu
diupayakan lagi kedisiplinan penggunaan waktu dan pemberian motivasi pada
siswa.
2. Perlunya pengawasan yang lebih berupa kontrol jalannya kegiatan diskusi siswa
selama proses pembelajaran berlangsung agar diskusi berjalan sesuai harapan.
3. Siswa diharapkan sudah mempelajari terlebih dahulu materi yang akan
didiskusikan di kelas agar tujuan diterapkannya model pembelajaran kooperatif
tipe ETH mudah terwujud.
67
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. & D.R. Krathwohl. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing:A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New
York: Addison Wesley Longman, Inc.
Aritonang, K. T. 2008. Minat dan Motivasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan Penabur, 1(10)
Arends, R. I. 2010. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar (7th ed.).
Diterjemahkan oleh Helly Prajitno Soejipto & Sri Mulyantini Soetjipto.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Basuki, I. & Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Carpenter, J. M. 2006. Effective Teaching Methods for Large Classes. Journal of
Family & Consumer Sciences Education, 24 (2)
Dale, Edgar. 1969. Audio-Visual Methods in Teaching, 3rd ed. Diterjemahkan oleh
Holt, Rinehart & Winston. New York: The Dryden Press
Ebrahim, A. 2012. The Effect of Cooperative Learning Strategies on Elementary
Students’ Science Achievement and Social Skills in Kuwait. International
Journal of Science and Mathematics Education, 10 (1)
Gilakjani, A. P. 2012. Visual, Auditory, Kinaesthetic Learning Styles and Their
Impacts on English Language Teaching. Journal of Studies in Education, 2 (1)
Hilmarisa. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi Menerapkan Strategi Everyone is
a Teacher Here dan Strategi Learning Start with a Question. Jurnal
Pendidikan Ekonomi, 2(2): 5
Humokor, R. I. 2013. Pengaruh Metode Everyone is a Teacher Here dalam
Pembelajaran Fisika terhadap Hasil Belajar Siswa." Jurnal KIM Fakultas
Matematika dan IPA, 1(1): 16
Indriani, M. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Aktif Tipe Everyone is a
Teacher Here Disertai Media Powerpoin terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas XI SMAN 8 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan
STKIP PGRI Sumbar, 4(2)
68
Jacobsen, D.A., P. Eggen., & D. Kauchak. 2009. Methods for Teaching: Promoting
Student Learning in K-12 Classroom. Diterjemahkan oleh Achmad Fawaid &
Khoirul Anam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jayapraba, G & M. Kanmani. 2007. Effect of Metacognitive Strategy on Jigsaw
Cooperative Learning Method to Enhance Biology Achievement. Journal of
New Horizons in Education, 4(2)
Keraro, F. N., W. Samuel, & O. William. 2007. Effects of Cooperative Concept
Mapping Teaching Approach on Secondary School Students: Motivation in
Biology in Gucha District, Kenya. International Journal of Science and
Mathematics Education, 5 (1)
Lie, A. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Lord, T. R. 2001. 101 Reasons for Using Cooperative Learning in Biology Teaching.
The American Biology Teacher, 63 (1): 30 & 36
Oktavia, W. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Aktif Tipe Everyone is a
Teacher Here diiringi Teka-Teki Silang terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas X SMAN 1 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal
Pendidikan STKIP PGRI Sumbar, 4(2)
Pratama, A. S. & S. Muslim. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Everyone is a Teacher Here terhadap Hasil Belajar Siswa pada Standar
Kompetensi Menafsirkan Gambar Teknik Listrik di SMK Negeri 2 Surabaya.
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 2(2)
Pratomo, E. N. 2012. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif Ditinjau dari Model
Everyone is a Teacher Here dan Minat Belajar Siswa Kelas XI di SMA
Negeri 1 Sukoharjo. Jurnal Biologi UNS, 4 (3)
Rahmadina, L. 2013. Perbandingan Pembelajaran Aktif Tipe Everyone is a Teacher
Here dan Tipe The Power of Two terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
VIII SMP N 2 Ampek Angkek. Jurnal Pendidikan STKIP PGRI Sumbar, 2(2)
Rofi’uddin, A. 2000. Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif untuk Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Bahasa dan Seni Universitas Negeri Malang, 1(28)
Sani, R. A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV
Rajawali
69
Silberman, M. 2005. Active Learning:101 Cara Belajar Siswa Aktif. Translated by
Raisul Muttaqien. Bandung: Nusa Media
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Slavin, R. E. 2011. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Diterjemahkan
oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Tanner, K., C, Liesl., & A. Deborah. 2003. Approaches to Cell Biology Teaching:
Cooperative Learning in the Science Classroom-Beyond Students Working in
Groups. The American Society for Cell Biology Education, 2 (1): 2
Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Bumi Aksara
William, R. L., C. Erin, & H. Briana. 2005. Individual Accountability in Cooperative
Learning Groups at the College Level: Differential Effects on High, Average,
and Low Exam Performers. Journal of Behavioral Education, 14(3): 185-186
Yanti, S. I. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Aktif Tipe Everyone is a
Teacher Here Disertai Handout Terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas XI Di
SMAN I Talamau Pasaman Barat. Jurnal Pendidikan STKIP PGRI Sumbar,
4(2)