Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

52
OBAT YANG DIGUNAKAN DALAM ANESTESI Obat-obatan anestesi terdiri dari obat-obatan pre-medikasi, obat induksi anestesi, obat anestesi inhalasi, obat anestesi intravena, obat pelumpuh otot (muslce relaxant), obat anestesi lokal/regional, dan analgesia (opioid dan non-opioid). Macam- macam obat pre medikasi : 1. Golongan Narkotika - Mempunyai efek analgetika yang sangat kuat. - Jenisnya : petidin, fentanyl, dan morfin. - Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan. - Efek samping: dapat membuat depresi pernafasan, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh darah yang dapat membuat hipotensi. - Biasanya diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah, misalnya: halotan, tiopental, propofol. - Pethidin : mengurangi kecemasan dan ketegangan menekan TD dan nafas (diinjeksikan pelan- pelan) merangsang otot polos - Morfin : mengurangi kecemasan dan ketegangan karena nyeri sebelum operasi menekan TD dan nafas merangsang otot polos depresan Sistem saraf pusat

description

anastesi

Transcript of Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Page 1: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

OBAT YANG DIGUNAKAN DALAM ANESTESI

Obat-obatan anestesi terdiri dari obat-obatan pre-medikasi, obat induksi anestesi, obat

anestesi inhalasi, obat anestesi intravena, obat pelumpuh otot (muslce relaxant), obat anestesi

lokal/regional, dan analgesia (opioid dan non-opioid).

Macam- macam obat pre medikasi :

1. Golongan Narkotika

-          Mempunyai efek analgetika  yang sangat kuat.

-          Jenisnya : petidin, fentanyl, dan morfin.

-          Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.

-          Efek samping: dapat membuat depresi pernafasan, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh darah

yang dapat membuat hipotensi.

-          Biasanya  diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah,

misalnya: halotan, tiopental, propofol.

-          Pethidin :

         mengurangi kecemasan dan ketegangan

         menekan TD dan nafas (diinjeksikan pelan- pelan)

         merangsang otot polos

-          Morfin :

         mengurangi kecemasan dan ketegangan karena nyeri sebelum operasi

         menekan TD dan nafas

         merangsang otot polos

         depresan Sistem saraf pusat

         pulih pasca bedah lebih lama

         mempunyai efek samping mual muntah dan penyempitan bronkus

-          Fentanyl :

         Mempunyai potensi analgesi 75-125 kali morfin

         Mempunyai mula kerja yang cepat dan mempunyai waktu eliminasi yang cepat juga dalam

tubuh

         Efek terhadap jantung sangat minimal tetapi dapat terjadi bradi yang dapat di tanggulangi

dengan pemberian sufas atropin

Page 2: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

         Mempunyai efek samping ketergantungan, euforia, perlambatan EKG, mual dan muntah

2. golongan benzodiazepin

-          Mempunyai manfaat yang sangat berguna untuk premedikasi

-          Mempunyai efek ansiolisis, sedasi, dan amnesia

-          Dapat digunakan untuk pasien dengan gangguan respirasi walapun harus terus dipantau

penggunaannya

-          Obat yang biasanya digunakan adalah diazepam 5-20mg yang dapat diberikan peroral ataupun

iv

3. antikolinergik

-          Obat-obatan itu berfungsi untuk mencegah terjadinya efek bradikardi dari obat-obatan

premedikasi lain ataupun obat-obatan anastetik yang akan digunakan nantinya

-          Dapat digunakan sebagai profilaksis ataupun pengobatan bradikardi

-          Efek samping yang ditimbulkan seperti toksisitas SSP, takikardi (bahaya pada penderita

penyakit jantung), pireksia, midriasis

-          Obat-obatan yang biasa digunakan adalah sulfas atropin

4. 5-HT antagonis

-          Obat yang biasanya digunakan adalah ondansetron untuk mengurangi efek mual muntah dari

obat-obatan anestesi lainnya.

Macam- macam obat anastesi berikut dosis dan sediaannya :

Page 3: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Obat

Dalam

sediaan

Jumlah

di

sediaan

pengenceran Dalam

spuit

Dosis

(mg/kgBB)

1 cc

spuit =

Pethidin ampul 100mg/

2cc

2cc +

aquadest 8cc

10 cc 0,5-1 10 mg

Fentanyl 0,05

mg/cc

0,05m

g

Recofol

(Propofol)

ampul 200mg/

20cc

10cc +

lidocain 1

ampul

10 cc 2-2,5 10 mg

Ketamin vial 100mg/cc 1cc +

aquadest 9cc

10 cc 1-2 10 mg

Efedrin

HCl

ampul 50mg/cc 1cc +

aquadest 9cc

10 cc 0,2 5 mg

Sulfas

Atropin

ampul 0,25mg/

cc

Tanpa

pengenceran

3 cc 0,005 0,25

mg

Ondansentr

on HCl

(Narfoz)

ampul 4mg/2cc Tanpa

pengenceran

3 cc 8 mg

(dewasa)

5 mg (anak)

2 mg

Aminofilin ampul 24mg/cc Tanpa

pengenceran

10 cc 5 24 mg

Dexametha

son

ampul 5 mg/cc Tanpa

pengenceran

1 5 mg

Adrenalin ampul 1 mg/cc 0,25-0,3

Midazolam

(Sedacum)

ampul 5mg/5cc Tanpa

pengenceran

0,07-0,1 1 mg

Ketorolac ampul 60

mg/2cc

Tanpa

pengenceran

30 mg

Page 4: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Difenhidra

min HCl

ampul 5mg/cc Tanpa

pengenceran

5 mg

A.     Obat induksi intravena

1.      Ketamin

-          Efek analgesia kuat sekali. Terutama untuk nyeri somatik tetapi tidak untuk nyeri viseral

-          Efek hipnotik kurang

-          Efek relaksasi tidak ada

-          Refleks pharynx dan larynx masih cukup baik à batuk saat anestesi à refleks vagal

-          Disosiasi à mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh gelisah,

tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi

-          Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat diperkecil dengan

pemberian thiopental sebelumnya)

-          TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat peningkatan aktivitas

saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan premedikasi opiat, hiosin.

-          Dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamin. Baik untuk penderita-

penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum yang masih

ringan.

-          Dosis berlebihan secara iv à depresi napas

-          Pada anak dapat timbulkan kejang, nistagmus

-          Meningkatkan kadar glukosa darah + 15%

-          Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit

-          Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui urin

-          Ketamin bekerja pada daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pada pusat retikular

otak

Indikasi:

  Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi jaringan sikatrik pada

daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar

  Untuk prosedur diagnostik pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).

  Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)

Page 5: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

  Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai untuk

induksi pada pasien syok.

  Untuk tindakan operasi kecil

  Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada

  Pasien asma

Kontra Indikasi

  hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg

  riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)

  Dekompensasi kordis

Harus hati-hati pada :

  Riwayat kelainan jiwa

  Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik

2.      Propofol

-          Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih seperti susu dengan bahan pelarut minyak kedelai &

postasida telur yang dimurnikan.

-          Terasa nyeri saat penyuntikan à dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc propolol à jarang

pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian

-          Analgetik tidak kuat

-          Dapat dipakai sebagai obat induksi dan obat maintenance

-          Obat setelah diberikan à didistribusi dengan cepat ke seluruh tubuh.

-          Metabolisme di liver dan metabolit tidak aktif dikeluarkan lewat ginjal.

-          Saat dipakai untuk induksi juga dapat terjadi hipotensi karena vasodilatasi dan apnea sejenak

Efek Samping

Bradikardi  

Nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.

Ekstasi, nyeri lokal pada daerah suntikan

Page 6: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung dan pernapasan

Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada penderita dengan gangguan jalan napas, ginjal,

liver, syok hipovolemik

B.     Obat anastetik inhalasi

1.       Halothan/fluothan

-          Tidak berwarna, mudah menguap

-          Tidak mudah terbakar/meledak

-          Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya

Efek:

-          Tidak merangsang traktus respiratorius

-          Depresi nafas Þ stadium analgetik

-          Menghambat salivasi

-          Nadi cepat, ekskresi air mata

-          Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup

-          Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus

-          Depresi otot jantung Þ aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)

-          Depresi otot polos pembuluh darah Þ vasodilatasi Þ hipotensi

-          Vasodilatasi pembuluh darah otak

-          Sensitisasi jantung terhadap katekolamin

-          Meningkatkan aktivitas vagal à vagal refleks

-          Pemberian berulang (1-3 bulan) à kerusakan hepar (immune-mediated hepatitis)

-          Menghambat kontraksi otot rahim

-          Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh

-          Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance

Page 7: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Keuntungan

cepat tidur

Tidak merangsang saluran napas

Salivasi tidak banyak

Bronkhodilator à obat pilihan untuk asma bronkhiale

Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)

Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak

Kerugian

overdosis

Perlu obat tambahan selama anestesi

Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi

aritmia jantung

Sifat analgetik ringan

Cukup mahal

Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan

2.       Nitrogen Oksida  (N2O)

-          gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif tidak larut

dalam darah

Efek:

Analgesik sangat kuat setara morfin

Page 8: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Hipnotik sangat lemah

Tidak ada sifa relaksasi sama sekali

Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. à Bila murni N2O =

depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP

jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain

seperti halotan dan sebagainya.

3.      Isofluran

-          Adalah obat anestesi isomer dari enfluran

-          Merupakan cairan tak berwarna, berbau tajam, tidak mudah terbakar, tidak terpengaruh cahaya

dan tidak merusak logam

-          Dalam waktu 7-10 menit biasanya sudah mencapai stadium pembedahan anastesi

-          Mempunyai efek bronkodilator tetapi tidak kuat

-          Mempunyai bau yang tajam sehingga pasien tidak nyaman, dapat membuat iritasi jalan nafas,

menimbulkan depresi ringan pada jantung dan curah jantungn menurunkan tekanan darah

sistemik

4.      Sevofluran

-          Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, tidak korosif, tidak mudah

terbakar dan stabil terkena cahaya

-          Induksi dengan sevofluran dapat menimbulkan relaksasi pada anak

-          Pada sistem kardiovaskular sedikit menimbulkan depresi kontraksi jantung

-          Dapat memicu bronkospasme

-          Mengurangi aliran darah ke ginjal sehingga dihubungkan dengan gangguan fungsi ginjal

C.     Obat muscle relaksan

-          Bekerja pada otot bergaris à terjadi kelumpuhan otot napas dan otot-otot mandibula, otot

intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.

Page 9: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

-          Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata àekstremitas à mandibula àintercostalis

àabdominal àdiafragma

-          Pada pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan

-          Obat ini membantu pada operasi khusus seperti operasi perut agar organ abdominal tidak keluar

dan terjadi relaksasi

-          Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi

Dosis awal

(mg/kgBB)

Dosis

rumatan

(mg/kgBB)

Durasi

(menit)

Efek samping

Non depol long-acting

1.      D-tubokurarin (tubarin)

2.      Pankuronium

3.      Metakurin

4.      Pipekuronium

5.      Doksakurium

6.      Alkurium (alloferin)

0.40-0.60

0.08-0.12

0.20-0.40

0.05-0.12

0.02-0.08

0.15-0.30

0.10

0.15-0.020

0.05

0.01-0.015

0.005-0.010

0.5

30-60

30-60

40-60

40-60

45-60

40-60

Hipotensi

Takikardi

Hipotensi

KV stabil

KV stabil

Takikardi

Non depol intermediate acting

1.      Gallamin (flaxedil)

2.      Atrakurium (tracrium/notrixum)

3.      Vekuronium (norcuron)

4.      Rokuronium

(roculax/esmeron/noveron)

5.      Cistacuronium

4-6

0.5-0.6

0.1-0.2

0.6-1.0

0.15-0.20

0.5

0.1

0.015-0.02

0.10-0.15

0.02

30-60

20-45

25-45

30-60

30-45

Hipotensi

Amanhepar&ginjal

Isomer atrakurium

Non depol short acting

1.      mivakurium (mivacron)

2.      ropacuronium

0.20-0.25

1.5-2.0

0.05

0.3-0.5

10-15

15-30

Hipotensi &

histamin +

Depol short acting

1.      suksinilkolin (scolin)

2.      dekametonium

1.0

1.0

3-10

3-10

Page 10: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Durasi

Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin

Short (10-15 menit) : mivakurium

Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium

Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium,

doksakurium, galamin

 

Efek terhadap kardiovaskuler

tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi pelepasan

histamin dan (penghambatan ganglion)

pankuronium : menaikkan tekanan darah

suksinilkolin : aritmia jantung

D.    anastesi lokal/ regional

Bekerja dengan cara blokade reversibel konduksi saraf. Mencegah depolarisasi dengan

blokade ion Na + ke Cannel Na (blokade konduksi) yang berfungsi untuk mencegah

permeabilitas membran saraf terhadap ion Na+

Page 11: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Pen

ggolongan anestesi lokal:

Potensi Obat

SHORT act MEDIUM act LONG act

Prototipe Prokain Lidokain Bupirokain

Gol Ester Amida Amida

Onset 2’ 5’ 15’

Durasi 30-45’ 60-90’ 2-4jam

Potensi 1 3 15

Toksisitas 1 2 10

Dosis max 12 Mg/KgBB 6 mg/KgBB 2 Mg/KgBB

Metabolisme Plasma Liver Liver

Page 12: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Keterangan:

Bupivacaine

-          Konsentrasi 0,5% tanpa adrenalin, analgesianya sampai 8 jam. Volume yang digunakan

<20ml .="" b="">

Lidokain (Xylocaine, Lidonest)

-          Umumnya digunakan 1-2%, dengan mula kerja 10 menit dan relasasi otot baik.

-          0,8% blokade sensorik baik tanpa blokade motorik.

-          1,5% lazim digunakan untuk pembedahan.

-          2% untuk relaksasi pasien berotot.

OPIOID DAN ANALGETIKA NON-OPIOID

OPIOID

-             Opioid yang sering digunakan dalam anastesi antara lain adalah morfin, petidin, fentanil.

-          Opioid adalah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan reseptor morfin.

Opioid disebut juga sebagai analgesia narkotik yang sering digunakan dalam anastesia untuk

mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri pasca pembedahan.

A.       Klasifikasi Opioid

Penggolongan opioid antara lain:

1.                  opioid natural (morfin, kodein, pavaperin, dan tebain)

2.                  semisintetik (heroin, dihidro morfin/morfinon, derivate tebain)

3.                  sintetik (petidin, fentanil, alfentanil, sufentanil dan remifentanil).

B.        Obat-obat opioid yang biasa digunakan dalam anastesi antara lain:

1.   MORFIN

a.       Farmakodinamik

Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek

morfin pada sistem syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan

Page 13: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk

stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi

hormon anti diuretika (ADH).

b.      Farmakokinetik

Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga

dapat menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian

oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan

dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaharui janin. Eksresi morfin

terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat.

c.       Indikasi

Morfin dan opioid lain terutama diindikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat

yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Apabila nyerinya makin besar dosis yang

diperlukan juga semakin besar. Morfin sering digunakan untuk meredakan nyeri yang timbul

pada  infark miokard, neoplasma, kolik renal atau kolik empedu, oklusi akut pembuluh darah

perifer, pulmonal atau koroner, perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan, nyeri akibat

trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.

d.      Efek samping

Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi pernafasan, nausea,

vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan pada traktus

bilier, retensi urin, dan hipotensi.

e.       Dosis dan sediaan

Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan

teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang

adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang

sesuai yang diperlukan.

2. PETIDIN

a.       Farmakodinamik

Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor µ. Seperti halnya

morfin, meperidin (petidin) menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan efek

sentral lainnya. Waktu paruh petidin adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah dibanding morfin,

Page 14: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

tetapi lebih tinggi dari kodein. Durasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-5 jam.

Dibandingkan dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri neuropatik. 

b.      Perbedaan antara petidin (meperidin) dengan morfin sebagai berikut :

1)      Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang larut dalam air.

2)      Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normeperidin, asam meperidinat dan

asam normeperidinat. Normeperidin adalah metabolit yang masih aktif memiliki sifat konvulsi

dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudah berkurang 50%. Kurang dari 10% petidin

bentuk asli ditemukan dalam urin.

3)      Petidin bersifat atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan takikardia.

4)      Petidin menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih ringan.

5)      Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tidak ada hubungannya

dengan hipotermi dengan dosis 20-25 mg i.v pada dewasa.

6)      Lama kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin.

c.       Farmakokinetik

Absorbsi meperidin dengan cara pemberian apapun berlangsung baik. Akan tetapi kecepatan

absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM. Kadar puncak dalam plasma biasanya

dicapai dalam 45 menit dan kadar yang dicapai antar individu sangat bervariasi. Setelah

pemberian meperidin IV, kadarnya dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2 jam pertama,

kemudian penurunan berlangsung lebih lambat. Kurang lebih 60% meperidin dalam plasma

terikat protein. Metabolisme meperidin terutama dalam hati. Pada manusia meperidin mengalami

hidrolisis menjadi asam meperidinat yang kemudian sebagian mengalami konjugasi. Meperidin

dalam bentuk utuh sangat sedikit ditemukan dalam urin. Sebanyak 1/3 dari satu dosis meperidin

ditemukan dalam urin dalam bentuk derivat N-demitilasi.

Meperidin dapat menurunkan aliran darah otak, kecepatan metabolik otak, dan tekanan intra

kranial. Berbeda dengan morfin, petidin tidak menunda persalinan, akan tetapi dapat masuk ke

fetus dan menimbulkan depresi respirasi pada kelahiran.

d.      Indikasi

Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan klinis,

meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada morfin. Meperidin

digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik.

Page 15: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

e.       Dosis dan sediaan

Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75

mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien tertolong dengan dosis

parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg BB.

f.       Efek samping

Efek samping meperidin dan derivat fenilpiperidin yang ringan berupa pusing, berkeringat,

euforia, mulut kering, mual-muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia,

sinkop dan sedasi.

3. FENTANIL

a.       Farmakodinamik

Turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Sebagai suatu analgesik, fentanil 75-

125 kali lebih poten dibandingkan dengan morfin. Awitan yang cepat dan lama aksi yang singkat

mencerminkan kelarutan lipid yang lebih besar dari fentanil dibandingkan dengan morfin.

Fentanil (dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi. Keadaan itu

sebagian disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg lemah (dosis yang tinggi menekan hantara

saraf) dan efeknya terhadap reseptor opioid pada terminal saraf tepi. Fentanil dikombinasikan

dengan droperidol untuk menimbulkan neureptanalgesia.

b.      Farmakokinetik

Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama dengan

dengan morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama kali melewatinya. Fentanil

dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilase dan hidrosilasidan, sedangkan sisa metabolismenya

dikeluarkan lewat urin.

c.       Indikasi

Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya. Dosis 1-3 mg /kg BB analgesianya

hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya dipergunakan untuk anastesia pembedahan dan

tidak untuk pasca bedah. Dosis besar 50-150 mg/kg BB digunakan untuk induksi anastesia dan

pemeliharaan anastesia dengan kombinasi bensodioazepam dan inhalasi dosis rendah, pada

bedah jantung. Sediaan yang tersedia adalah suntikan 50 mg/ml.

d.      Efek samping

Page 16: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Efek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan

pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin plasma, ADH,

renin, aldosteron dan kortisol. 

ANALGETIKA NON OPIOID (NSAID)

Pirazolon  As.Karboksilat  

 Oksikam  

Dipiron  

Piroksikam 

As. Mefenamat,Floktafenin 

As.Asetil salisilat,Dflunisal   Ibuprofen,Naproksen,

Ketoprofen 

Diklofenak  

Keterangan

1.      Ketorolak

Page 17: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

-          Diberikan secara oral, intramuskular, intravena.

-          Efek analgesia dicapai dalam 30 menit, maksimal setelah 1-2 jam.

-          Lama kerja 4-6 jam.

-          Dosis awal 10-30mg/hari dosis maks. 90mg/hari, pada manula, gangguan faal ginjal, dan BB

<50kg 60mg="" dibatasi="" hari.="" maks.="" o:p="">

-          30mg ketorolak=12mg morfin=100mg petidin, dapat digunakan bersama opioid.

-          Cara kerja menghambat sintesis prostaglandin di perifer tanpa mengganggu reseptor opioid di

sistem saraf pusat.

-          Tidak untuk wanita hamil, menghilangkan nyeri persalinan, wanita menyusui, usia lanjut, anak

usia <4th gangguan="" o:p="" perdarahan="" tonsilektomi.="">

2.      Ketoprofen

-          Diberikan secara oral, kapsul, tablet 100-200 mg/hari.

-          Per-rektal 1-2 suppositoria.

-          Suntikan intarmuskuler 100-300mg/hari.

-          Intravena  per-infus dihabiskan dalam 20 menit.

Efek samping golongan NSAID 

-          Gangguan saluran cerna: nyeri lambung, panas, kembung, mual-muntah, konstipasi, diare,

dispepsia, perdarahan tukak lambung, ulserasi mukosa lambung.

-          Hipersensitivitas kulit: gatal, pruritus, erupsi, urtikaria, sindroma Steven-Johnson.

-          Gangguan fungsi ginjal: penurunan aliran darah ginjal, penurunan laju filtrasi glomerulus,

retensi natrium, hiperkalemia, peningkatan ureum-kreatinin, pererenal azotemia, nekrosis papil

ginjal, nefritis, sindroma nefrotik.

-          Gangguan fungsi hepar: peningkatan SGOT, SGPT, gamma globulin, bilirubin, ikterus

hepatoseluler.

-          Gangguan sistem darah: trombositopenia, leukimia, anemia aplastik.

-          Gangguan kardiovaskuler: akibat retensi air menyebabkan edema, hipertensi, gagal jantung.

-          Gangguan respirasi: tonus bronkus meningkat, asma.

-          Keamanan belum terbukti pada wanita hamil, menyusui, proses persalinan, anak kecil, manula.

STADIUM ANESTESI

Page 18: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium (stadium III dibagi menjadi

4 plana), yaitu:

Stadium I

Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada

stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit).

Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada

stadium ini.

Stadium II

Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleks bulu

mata sampai pernapasan kembali teratur. Pada stadium ini terlihat adanya eksitasi dan gerakan

yang tidak menurut kehendak, pasien tertawa, berteriak, menangis, menyanyi, pernapasan tidak

teratur, kadang-kadang apne dan hiperpnu, tonus otot rangka meningkat, inkontinensia urin dan

alvi, muntah, midriasis, hipertensi serta takikardia. stadium ini harus cepat dilewati karena dapat

menyebabkan kematian.

StadiumIII

Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan

hilang. StadiumIII dibagi menjadi 4 plana yaitu:

Plana 1: Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang

tidak menurut kehendak pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan

muntah tidak ada dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna (tonus otot mulai

menurun).

Plana 2: Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi meningkat,

bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun,

relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan intubasi.

Plana 3: Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak

ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik

hampir sempurna (tonus otot semakin menurun).

Plana 4: Pernapasan tidat teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat

midriasis; refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot

lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).

Page 19: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Stadium lV

Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut

dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur, denyut jantung

berhenti, dan akhimya terjadi kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat

diatasi dengan pernapasan buatan.

MACAM-MACAM CAIRAN INFUS

Berdasarkan Partikel dalam cairan dibagi menjadi:

I. KRISTALOID

A. Cairan Hipotonik

Page 20: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

-          Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (< 285 mOsmol/L),  cairan “ditarik” dari

dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya

-          Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)

dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan

ketoasidosis diabetik.

-          Komplikasi : kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intracranial

-          Contoh NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

B. Cairan isotonik

-          osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah)

= 285 mOsmol/L, sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.

-          Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga

tekanan darah terus menurun).

-          Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung

kongestif dan hipertensi.

-          Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal saline / larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)

C. Cairan Hipertonik

-          Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum (> 285 mOsmol/L), sehingga menarik cairan

dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.

-          Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema

(bengkak).

-          Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%

+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

II. KOLOID

Mempunyai partikel besar, yg agak sulit menembus membran semipermeabel/ dinding

pembuluh darah. dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat

menarik cairan dari luar pembuluh darah.

Contohnya adalah dextran, albumin dan steroid, HES (Hydroxy Etil Starch)

Berdasar tekanan Onkotiknya ada 2 macam :

-          Iso-Onkotik : Co/ Albumin 25%

Page 21: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

anestesi adalah merupakan pelimpahan wewenang dari dokter anestesi

Adanya kesepakatan dalam melaksanakan tindakan medis, keperawatan sesuai dengan hak dan kewajibannya

1. Melakukan tindakan anaesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan operasi baik di ruang instalasi bedah sentral ataupun emergency.2. Tindakan perawatan dari persiapan hingga melakukan pengawasan selama pasien belum sadar secara penuh.3. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan, selama maupun pasca

Page 22: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

pembedahan sesuai perintah dokter anestesi.

Prosedur

1. Jika ada dokter spesialis anestesiologi, maka dapat dimintakan instruksi tertulis serta berikut parafnya.2. Jika dokter spesialis anestesiologi tidak ada di tempat tetapi masih dapat dijangkau, maka dapat dimintakan instruksi secara lisan yang kemudian dapat dikonfirmasikan tertulis berikut paraf.3. Jika tidak ada dokter spesialis anestesiologi, maka perawat anestesi mengerjakan sesuai dengan prosedur tetap yang telah disepakati sebelumnya atas perintah tertulis dari dokter yang melakukan pembedahan. Tanggung jawab berada pada dokter yang melakukan pembedahan

TINDAKAN ANESTESI , TUGAS DOKTER / PERAWAT ANESTESI DAN PELIMPAHAN TUGAS/ WEWENANG

Tindakan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan atau perawat anestesi di kamar operasi pada pasien yang akan menjalani pembedahan

1. Memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien yang sedang menjalani pembedahan2. Memberikan kenyamanan kepada dokter bedah dalam melakukan tindakan pembedahan

Page 23: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

3. Mengembalikan fungsi fisiologis pasien setelah menjalani pembedahan seperti saat sebelum menjalani pembedahan.

Dokter spesialis anestesi bertugas :1. Melakukan pemeriksaan pada pasien sebelum menjalani program pembedahan melalui kunjungan pre-operasi atau konsultasi yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi2. Melakukan tindakan perbaikan atau konsultasi ke bagian lain jika ditemukan hal yang dianggap belum layak pada pasien untuk menjalani pembedahan3. Menentukan tehnik anestesi yang terpilih pada pasien yang akan menjalani pembedahan dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pada pasien4. Melakukan tindakan anestesi sesuai dengan prosedur tetap5. Memberikan pengawasan dan bimbingan kepada perawat anestesi secara berkesinambungan.6. Senantiasa menambah dan mengembangkan keilmuan anestesi melalui pertemuan ilmiah secara berkala dan berkesinambungan.

PELIMPAHAN WEWENANGPengertian

Tujuan

Kebijakan

Perawat anestesi bertugas :1. Melakukan persiapan alat dan obat-obatan yang akan dipergunakan untuk tindakan anestesi pada pasien yang akan menjalani pembedahan di kamar operasi2. Melakukan tindakan anestesi sesuai prosedur tetap atas petunjuk yang diberikan oleh dokter spesialis anestesi3. Melakukan pengawasan atau monitoring pasien selama menjalani tindakan pembedahan4. Melakukan upaya resusitasi dan pengelolaan apabila diperlukan selama pasien menjalani pembedahan dan pemulihan.5. Melakukan konsultasi kepada dokter spesialis anestesi setiap akan melakukan tindakan anestesi6. Membuat medical report / pelaporan pada pasien selama menjalani pembedahan.7. Menambah dan mengembangkan pengetahuan ilmu anestesi yang up to date melalui kegiatan atau pertemuan ilmiah

Merupakan wewenang dan tanggung jawab dokter anaesthesi yang dibantu oleh perawat anestesi sesuai dengan bidangnya. Adapun pelayanan anestesi dan reanimasi yang dilakukan oleh perawat anestesi adalah merupakan pelimpahan wewenang dari dokter anestesi

Adanya kesepakatan dalam melaksanakan tindakan medis, keperawatan sesuai dengan hak dan kewajibannya

1. Melakukan tindakan anaesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan operasi baik di ruang instalasi bedah sentral ataupun emergency.2. Tindakan perawatan dari persiapan hingga melakukan pengawasan selama pasien belum sadar

Page 24: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

secara penuh.3. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan, selama maupun pasca pembedahan sesuai perintah dokter anestesi.

Prosedur

1. Jika ada dokter spesialis anestesiologi, maka dapat dimintakan instruksi tertulis serta berikut parafnya.2. Jika dokter spesialis anestesiologi tidak ada di tempat tetapi masih dapat dijangkau, maka dapat dimintakan instruksi secara lisan yang kemudian dapat dikonfirmasikan tertulis berikut paraf.3. Jika tidak ada dokter spesialis anestesiologi, maka perawat anestesi mengerjakan sesuai dengan prosedur tetap yang telah disepakati sebelumnya atas perintah tertulis dari dokter yang melakukan pembedahan. Tanggung jawab berada pada dokter yang melakukan pembedahan

RSUDr. SOEROTONGAWI

INSTALASIANESTESIDisahkan oleh :Direktur RSUDr. SoerotoNgawi

PENATALAKSANAANANESTESI UMUM

Prosedur tetapNo. Dokumen Tanggal terbit Revisi kePengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Anestesi umum adalah merupakan tindakan medis dengan memberikan obat-obatan yang mengakibatkan penderita tidak sadar yang bersifat sementara.

Menghilangkan rasa nyeri yang diakibatkan oleh suatu tindakan pembedahan

1. Melakukan tindakan anaesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan operasi di ruang instalasi bedah sentral baik elektif / terencana maupun emergency.

Page 25: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

2. Tindakan perawatan dari persiapan hingga melakukan pengawasan selama pasien belum sadar secara penuh.3. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan, selama maupun pasca pembedahan sesuai perintah dokter anestesi.I. OPERASI ELEKTIFPERSIAPAN OPERASIA. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam anamnesa :1. Identifikasi pasien , misal: nama,umur, alamat, pekerjaan dll2. Pernyataan persetujuan untuk anestesi yang ditandatangani oleh pasien atau wali3. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang mungkin dapat menjadi penyulit dalam anestesi, antara lain : penyakit alergi, penyakit paru-paru kronik ( asma bronkial, bronkitis ), penyakit jantung, hipertensi, penyakit hati dan penyakit ginjal.4. Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan yang mungkin menimbulkan interaksi dengan obat-obat anestesi.

5. Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami pada waktu yang lalu, berapa kali dan selang waktu. Apakah saat itu mengalami komplikasi, seperti: lama pulih sadar, memerlukan perawatan intensif pasca bedah, dll.6. Kebiasaan buruk sehari-hari yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya anestesi, seperti : merokok, minum minuman beralkohol, pemakai narkoba.

B. PEMERIKSAAN FISIK

• Pemeriksaan fisik rutin meliputi: keadaan umum, kesadaran, anemis / tidak, BB, TB, suhu, tekanan darah, denyut nadi, pola dan frekuensi pernafasan.• Dilakukan penilaian kondisi jalan nafas yang dapat menimbulkan kesulitan intubasiC. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Darah : Hb, Ht, hitung jenis lekosit, golongan darah, waktu pembekuan dan perdarahan• Urine : protein, reduksi, sedimen• Foto thorak : terutama untuk bedah mayor• EKG : rutin untuk umur > 40 tahun• Elekrolit ( Natrium, Kalium, Chlorida )• Dilakukan pemeriksaan khusus bila ada indikasi ,misal: EKG : pada anak dan dewasa < 40tahun dengan tanda-tanda penyakit kardiovaskuler. Fungsi hati ( bilirubin, urobilin dsb ) bila dicurigai adanya gangguan fungsi hati. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin ) bila dicurigai adanya gangguan fungsi ginjal. Penatalaksanaan PERSIAPAN DI HARI OPERASI 1. Pengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi / muntah. Untuk dewasa dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi , sedang anak / bayi 4-5 jam. 2. Tentang pemberian cairan infus sebagai pengganti defisit cairan selama puasa, paling lambat 1 jam sebelum operasi (dewasa) atau 3 jam sebelum operasi , untuk bayi / anak dengan rincian : * 1 jam I : 50% * 1 jam II : 25% * 1 jam II : 25 % 3. Gigi palsu / protese lain harus ditanggalkan sebab dapat menyumbat jalan nafas dan mengganggu. 4. Perhiasan dan kosmetik harus dilepas /dihapus sebab akan mengganggu pemantauan selama operasi. 5. Pasien masuk kamar bedah memakai pakaian khusus, bersih dan longgar dan mudah dilepas 6. Mintakan ijin operasi dari pasien atau keluarganya 1. Sudah terpasang jalur / akses

Page 26: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

intravena menggunakan iv catheter ukuran minimal 18 atau menyesuaikan keadaan pasien dimana dipilih ukuran yang paling maksimal bisa dipasang. 2. Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O2 3. Dilakukan pemeriksaan fisik ulang, jika ditemukan perubahan dan tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan elektif maka pembedahan dapat ditunda untuk dilakukan pengelolaan lebih lanjut. 4. Jika pasien gelisah /cemas diberikan premedikasi : Midazolam dosis 0,07 – 0,1mg/kgBB iv Pada anak SA 0,01–0,015 mg/kgBB + midazolam 0,1mg/kgBB + ketamin 3 – 5mg/kgBB im atau secara intra vena SA 0,01 mg/kgBB + midazolam 0,07 mg/kgBB 5. Sebelum dilakukan induksi diberikan oksigen 6 liter/menit dengan masker ( pre oksigenasi ) selama 5 menit. 6. Obat induksi yang digunakan secara intravena : 1. Ketamin ( dosis 1 – 2 mg/kgBB ) 2. Penthotal (dosis 4 – 5 mg/kgBB ) 3. Propofol ( dosis 1 – 2mg/kgBB ) 7. Pada penderita bayi atau anak yang belum terpasang akses intravena, induksi dilakukan dengan inhalasi memakai agent inhalasi yang tidak iritasi atau merangsang jalan nafas seperti halothane atau sevoflurane. 8. Selama induksi dilakukan monitor tanda vital ( tekanan darah, nadi maupun saturasi oksigen ) 9. Pada kasus operasi yang memerlukan pemeliharan jalan nafas, dilakukan intubasi endotracheal tube. 10. Pemeliharaan anestesi dilakukan dengan menggunakan asas trias anestesia ( balance anaesthesia ) yaitu : sedasi, analgesi, dan relaksasi 11. Pemeliharaan anestesi dapat menggunakan agent volatile ( halothane, enflurane, maupun isoflurane ) atau TIVA ( Total Intravena Anestesia ) dengan menggunakan ketamin atau propofol. 12. Pada pembedahan yang memerlukan relaksasi otot diberikan pemeliharaan dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi. 13. Ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar. 14. Setelah operasi penderita dirawat dan dilakukan pengawasan tanda vital secara ketat di ruang pemulihan. 15. Penderita dipindahkan dari ruang pemulihan ke bangsal setelah memenuhi kriteria ( Aldrete score > 8 untuk penderita dewasa atau Stewart Score > 5 untuk penderita bayi / anak )16. Apabila post-operasi diperlukan pengawasan hemodinamik secara ketat maka dilakukan di ruang intensif ( ICU ).

II. OPERASI DARURAT ( EMERGENCY )1. Dilakukan perbaikan keadaan umum seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu.2. Dilakukan pemeriksaan laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin dapat dilakukan.3. Pada operasi darurat, dimana tidak dimungkinkan untuk menunggu sekian lama, maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif dengan cara merangsang muntah dengan apomorfin atau memasang pipa nasogastrik.4. Dilakukan induksi dengan metode rapid squence induction menggunakan suksinil kolin dengan dosis 1 – 2 mg /kgBB.5. Pemeliharaan anestesi dan monitoring anestesi yang lainnya sesuai dengan operasi elektif.

RSUDr. SOEROTONGAWI

INSTALASIANESTESIDisahkan oleh :Direktur RSU

Page 27: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Dr. Soeroto Ngawi

PENATALAKSANAANANESTESI REGIONAL

Prosedur tetapNo. Dokumen Tanggal terbit Revisi keJenis

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Anestesi regional ada 2 cara :1. Anestesi spinal2. Anestsesi epidural

Anestesi regional adalah merupakan tindakan medis dengan memberikan obat-obatan anestesi lokal ke ruang subarachnoid (anestesi spinal ) / rongga epidural (anestesi epidural )yang mengakibatkan terjadinya blokade sensoris dan atau motoris pada level yang dikehendaki yang bersifat sementara.

Menghilangkan rasa nyeri yang diakibatkan oleh suatu tindakan pembedahan

1. Melakukan tindakan anaesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan operasi di ruang instalasi bedah sentral baik elektif / terencana maupun emergency dengan menggunakan obat anestesi lokal.2. Tindakan perawatan dari persiapan hingga melakukan pengawasan selama pasien menjalani pembedahan3. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan, selama maupun pasca pembedahan.

INDIKASI :

1. Keinginan penderita2. Operasi pada daerah lower abdominalis ( ekstremitas inferior, sectio caesaria, operasi urologi )3. Lambung penuh4. Penyakit mendasar : DM, kelainan katup, asma, uremia, PPOK

Prosedur

KONTRA INDIKASI :

1. Penderita menolak

Page 28: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

2. Infeksi pada tempat penyuntikan3. Gangguan fungsi hepar4. Kerusakan syaraf5. Gangguan koagulasi6. Tekanan intra cranial tinggi7. Sepsis8. Pengguna obat antikoagulan9. Pemakai pace maker10. Pengguna obat tricyclic antidepresant, MAO inhibitor11. Allergi obat anestesi lokal12. Hipertensi tak terkontrol1. Dilakukan oleh dokter spesialis anestesi2. Dilakukan loading cairan koloid 500 cc untuk mencegah terjadinya hipotensi3. Dilakukan pengukuran ulang tanda vital ( tekanan darah, nadi dan saturasi oksigen )4. Tarik garis lurus melalui kedua crista iliaca , garis ini akan memotong vertebra lumbal setinggi L4 atau L4-L5 interspace5. Posisi penderita duduk atau tidur miring untuk ibu hamil dianjurkan dalam posisi left lateral decubitus.6. Dilakukan infiltrasi dengan anestesi lokal pada daerah puncture.7. Dilakukan puncture pada L2-3, L3-4 atau L4-5 interspace.8. Tehnik puncture dapat dengan mid line approach atau paramedian approach9. Obat anestesi lokal yang digunakan lidokain 5% hiperbarik ( lidodexR ) atau bupivakain 0,5% hiperbarik ( bunascan 0,5%, decain 0,5% atau marcain 0,5% hiperbarik ) untuk anestesi spinal sedangkan untuk anestesi epidural menggunakan bupivacain isobarik ( marcain 0,5% isobarik ) atau levobupivacain isobarik ( chirocain isobarik )10. Untuk memperpanjang kerja obat anestesi lokal dapat ditambahkan adrenalin atau catapres.

Monitoring

Komplikasi

Pengobatan komplikasiDilakukan monitoring tanda-tanda vital : tekanan darah , nadi dan saturasi secara kontinyu tiap 3 menit.

1. Dini : hipotensi, mual-muntah, prekardial discomfort, menggigil, depresi nafas, total spinal, anafilaktik, hematom.2. Lambat : sakit kepala, sakit punggung, retensi urine, meningitis, sequelae neurology, chronic adhesive arachnoiditis.3. Blok tidak adekuat

1. Hipotensi : efedrin 15 mg iv atau preventif pada m. deltoideus 15 – 20 mg im2. Menggigil : pethidine 25 mg iv atau largactil 10 15 mg iv3. Kejang : pentotal 2-3 mg/kgBB iv atau diazepam 0,2 mg/kgBB iv4. Kesadaran menurun : bebaskan jalan nafas, infus kristaloid, beri O 25. Sakit kepala : tidur terlentang, cairan, analgetik, epidural blood patch ( 5 – 20 cc ), pengikat

Page 29: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

perut / stagen.

RSUDr. SOEROTONGAWI

INSTALASIANESTESIDisahkan oleh :Direktur RSU Dr. Soeroto Ngawi

PENATALAKSANAAN ANESTHESI PADA PENDERITADIABETES MELLITUS ( DM )Prosedur tetapNo. Dokumen Tanggal terbit Revisi kePengertian

Kriteria diagnosis

Persiapan operasi

Diabetes melitus adalah ketidakmampuan metabolisme karbohidrat karena defisiensi aktifitas insulin ditandai dengan hiperglikemia dan glikosuria

1. Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena ) > 200 mg/dl atau2. Kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) > 126 md/dlatau3. Kadar glukosa plasma > 200 mg/dl pada 2 jam sesudah pembebanan glukosa 75 gram pada TTGO

DM terkontrol : gula darah 100 – 200 mg%DM tak terkontrol: gula darah < 100 mg% atau > 300 mg%

• Pemeriksaan gula darah berkala sebelum MRS• Penilaian keadaan metabolik, jantung, ginjal ( elektrolit, gula darah, kreatinin, BUN, protein urine, benda keton, EKG, faal hepar )• Diabetes melitus terkendali dengan OAD/diet, pembedahan kecil/sedang yang diperkirakan dapat intake peroral pasca bedah, tidak perlu konversi OAD ke insulin.• Kadar gula darah pra bedah dipertahankan antara 120 – 180 mg/dl ( sampel darah WB atau 140 mg/dl ( puasa ) dan 200 mg/dl ( 2 jam PP ) bila yang diperiksa plasma.• Untuk pasien dengan regimen insulin : Pada hari pembedahan infus D5% dengan kecepatan 100 – 150 ml / jam Diberikan insulin ½ sampai 2/3 dosis yang biasa digunakan subkutan Kadar gula darah diperiksa berkala setiap 4 jam selama pembedahan dan pasca bedah Pasca bedah dini diberikan insulin ½ sampai 1/3 dosis sehari-hari.

Monitor

Page 30: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Tambahan insulin dapat diberikan setiap 4 – 6 jam bergantung pada hasil pemeriksaan kadar gula darah.• Gula darah 200 – 250 mg/dl : Insulin 2 – 3 unit subkutan ( RI )• Gula darah 250 – 300 mg/dl : Insulin 3 – 4 unit subkutan ( RI )• Gula darah 300 – 400 mg/dl : Insulin 5 – 8 unit, periksa gula darah setelah 1 – 2jam• Gula darah > 400 mg/dl : Insulin 10 unit, periksa gula darah setiap 1 jam

• Premedikasi dengan histamin antagonis atau metokloperamide 10 mg terutama pada pasien gastroparesis, 1,5 jam sebelum induksi.

• Tentukan urgensi operasi :• DM tidak terkontrol :• Elektif : tunda, terapi dulu• Emergensi : segera terapi :• Hipoglikemia : Dextrosa 5%• Hiperglikemia :• Ketonuria < insulin loading dose 0,1 U/kgBB iv, lanjutkan drips 0,1 U/kg/jam sampai gula darah 250 mg%+2 • Ketonuria > insulin loading dose 0,3 U/kg iv, lanjutkan drips: 0,1 U/kg/jam+2 • K+ 20 meq/jam beri reguler insulin 4 U• Atau sliding scale : tiap urine +1

• DM terkontrol : dapat dilakukan operasi

• Rehidrasi

Tekanan darah, Nadi, EKG, Saturasi O2 , Gula darah,Urine Output

Tehnik Anestesi

Komplikasi pasca anestesi

1. Regional Anestesi

2. General Anestesi:• Premedikasi : atropine ( kecuali IHD ) dan benzodiasepin• Induksi : Penthotal dan atracurium• Maintenance : N2 O, O2 , atracurium dan isoflurane

• Hipo /hiperglikemia• Iskemi / infark miokard• Coma persisten

RSUDr. SOEROTON G A W I

Page 31: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

INSTALASIANESTESIDisahkan oleh :Direktur RSU Dr. Soeroto Ngawi

PENATALAKSANAAN ANESTHESI PADA PENDERITAPRE-EKLAMPSIA & EKLAMPSIA

Prosedur tetapNo. Dokumen Tanggal terbit Revisi keKriteria diagnose

Problem

Persiapan Operasi

Preeklampsia• Kehamilan > 20 minggu• Tekanan distolik > 110 mmHg pada wanita dengan tekanan darah yang normal sebelumnya• Proteinuria• OedemaPre eklampsia beratTekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg saat istirahat atau sistolik > 140 mmHg atau diastolik > 90 mmHg yang disertai keadaan sebagai berikut :• Proteinuria >5 g/24 jam atau urine dipstick 3+ / 4+• Oliguria : < 30 ml /jam selama 3 jam berturut-turut • Gejala sistemik : edema paru, nyeri kuadran kanan atas, gangguan fungsi hepar, sakit kepala, pandangan kabur atau trombocitopenia hipertensi , edemaHipovolemia, vasokontriksi 1. Atasi hipertensi : a. Hidralazine : 2.5 – 5 mg iv lambat setiap 15 – 20 menit dalam 3 dosis. Sampai diastolic < 110 mmHg. b. Labetolol : 20 mg iv kemudian dititrasi setiap 10 - 15 menit dosis awal 4 – 6 g iv diikuti drips 1- 2 g/jam2. Cegah kejang : MgSO4 , cek kadar Mg setiap 2 – 4 jam kadar harus 4 – 7 meq/L. Diberikan jika diastolic > visual100 mmHg disertai tanda impending seizure blurring, scotomata, dan hiperrefleksia. Antidotum MgSO4 : CaCl2 10% 10 ml3. Oksigen : untuk mempertahankan PaO2 > 70 torr dan saturasi > 94%4. Perbaiki sirkulasi organ vital5. Koreksi : hipoalbumin, elektrolit, asidosis

Tehnik anestesi

Monitor

memperbaiki renal1. Regional anestesi : terpilih epidural anestesi dan uteroplacental blood flow, kontrol tekanan darah ibu lebih mudah, membantu stabilitas cardiac output

2. General anestesi : Rapid induction

Page 32: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

• Indikasi : eklampsia dengan kejang tak terkontrol• Premedikasi : atropine 0,01 mg/kg• Induksi : penthotal 3mg/kg iv, succinilkolin 1-1,5 mg/kgiv• Maitenance : N2O, O2, enflurane, dan atracurium

CVA, DIC, gagal ginjal, gagal jantung

Post operasi dilakukan observasi di ruang perawatan intensif ( ICU )

RSUDr. SOEROTON G A W I

INSTALASIANESTESIDisahkan oleh :Direktur RSU Dr. Soeroto Ngawi

PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA PENDERITAHIPERTENSIProsedur tetapNo. Dokumen Tanggal terbit Revisi ke

Kriteria diagnose

Prosedur

Persiapan Operasi

Tehnik anestesiDerajat hipertensi menurut standart WHO1. Ringan : diastole 90 – 105 mmHg2. Sedang : diastole 105 – 115 mmHg3. Berat : diastole > 115 mmHg4. Hipertensi maligna : diastole > 130 mmHg

Sebelum operasi tentukan Urgency operasi :1. Elektif : tunda, terapi dulu sampai tensi < 160/100 mmHg 2. Emergency : segera terapi preoperasi • Diuretika • Hidralazine : 5 mg iv, total 20 mg • Nifedipin sublingual • Nitropruside : 10 – 100 mg/mnt 1. Terapi hipertensi diteruskan menjelang praoperasi 2. Rehidrasi, bila terdapat dehidrasi 3. Koreksi bila ada gangguan : elektrolit, asam basa, ureum, kreatinin 4. Atasi komplikasi 5. Periksa : EKG, foto thorak, Laboratorium ( elektrolit, asam basa, ureum,kreatinin, gula darah,kolesterol ) • Premedikasi : Midazolam 0,07 mg/kg im setengah jam sebelum operasi atau dengan neurolep analgesia : droperidol 0,1 – 0,15 mg/kgiv + pethidin 1 mg/kg iv atau fentanil 1-2ug/kg iv. Monitor Komplikasi pasca anestesi 1. General anestesi : Induksi : pentotal 4 – 5mg/kg iv atau propofol 2 – 2,5 mg/kg iv Pelumpuh otot : suksinilkolin 1 – 1,5 mg/kg iv,

Page 33: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

atrakurium 0,5mg/kgiv, vecuronium 0,1 mg/kg iv atau rokuronium 0,6 mg/kg iv Lidokain 2% 1,5 mg/kg iv atau fentanil1 – 2 ug/kg iv Rumatan anestesi : N2O, O2 , isoflurane/sevoflurane, atrakurium / vecuronium 2. Regional Anestesi : Dapat dilakukan sebelumnya di loading cairan dahulu 10 – 15 cc/kg bb. dapat terjadi herniasi otak karena kebocoranHindari spinal anestesi LCS akibat peningkatan TIK Tekanan darah, Nadi, EKG,produksi urine, dan perdarahan 1. Kardiovaskuler : CAD, LVH, CHF, Dysritmia 2. Renovaskuler : Renal insuffisiensi 3. Neurovaskuler : gangguan neurologis, stroke RSU Dr. SOEROTO N G A W I INSTALASI ANESTESI Disahkan oleh : Direktur RSU Dr. Soeroto Ngawi PENATALAKSANAAN ANESTHESI PADA PENDERITA GANGGUAN FUNGSI HATI Prosedur tetap No. Dokumen Tanggal terbit Revisi ke Persiapan pre operasi Persiapan Operasi Pemeriksaan pre operasi : 1. EKG 2. Foto thorak 3. BGA 4. Laboratorium : • Homeostasis glukosa : gula darah • Metabolisme bilirubin : bilirubin • Sintesa protein : Albumin • Sintesa protrombine : jumlah protrombin dan protrombin time • Liver function test : SGOT, SGPT, LDH, alkaliphospatase • Darah : Hb, lekosit, diff count, CT, BT • Auto antigen : HbSAg • Fungsi ginjal : Ureum, creatinin, dan elektrolit Koreksi bila terdapat : • Hipoglikemia : beri dextrose 5% • Hiperbilirubinemia : bila > 20 mg% berikan manitol 20% : 0,25 - 1 g/kg per drips sampai diuresis > 50 ml/jam• Hipoalbuminemia : bila < 3 g% berikan albumin 25% • Drfisiensi protrombin : vit K injeksi 10 – 20 mg im tiap 6 jam • Gangguan elektrolit • Gangguan asam basa • Ureum creatinin meninggi : dialisa Tehnik anestesi Monitor Komplikasi Atasi : • Ascites : diuretika atau parasintesis • Perdarahan GIT bagian atas : endoskopi • Anemia : transfusi • Terapi kortikosteroid : berikan hidrokortison 1. Regional anestesi : Jika tidak terdapat gangguan koagulasi 2. General anestesi : • Hindari : obat depresi HBF ( hepatic blood flow ) hepatotoksik, obat yang di metabolisme dan ekskresi oleh hepar • Hindari : succinilkolin, karena defisiensi kolinesterase hepatotoksik• Hindari : Halotan • Premedikasi : atropin, benzodiasepin • Induksi : Ketamine 1 mg/kg iv dan atracurium 0,5mg/kg iv • Maintenance : Ketamin drips, O2 , atracurium Tekanan darah, Nadi, EKG, dan urine out put Hepatorenal syndrome, enchepalopati, hipoglikemia RSU Dr. SOEROTO N G A W I INSTALASI ANESTESI Disahkan oleh : Direktur RSU Dr. Soeroto Ngawi PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA PENDERITA DENGAN LAMBUNG PENUH Prosedur tetap No. Dokumen Tanggal terbit Revisi ke Problem Persiapan pre operasi Tehnik anestesi 1. Aspirasi isi lambung 2. Dapat terjadi Mendelsons syndrome : pH< 2,5 dan volume > 0,4ml/kg3. Particulate material dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas

1. Pasang nasogastric tube2. Berikan H2 antagonis: simetidin 300mg iv

1. Regional anestesi2. General anestesi : Rapid induction atau awake intubation. Ekstubasi harus sadar penuh

Tehnik rapid induction :a. Pre oksigenasi : 3 – 5 menit , flow 7 liter/mntb. Prekurarisasi : dengan non depolarisasi muscle relaksanc. Induksi : setelah tertidur lakukan cricoid pressure ( sellick’s manuver )d. Suksinilkolin 1 – 1,5 mg/kg iv dan jangan diinflasie. Intubasi, setelah terpasang ETT cricoid pressure dihentikan.

Page 34: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

RSUDr. SOEROTON G A W I

INSTALASIANESTESIDisahkan oleh :Direktur RSU Dr. Soeroto Ngawi

PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA PENDERITAHYPERTHYROID

Prosedur tetapNo. Dokumen Tanggal terbit Revisi ke

Problem

Persiapan pre operasi

Thyroid krisis akibat :1. Pembedahan : insisi , manipulasi2. Medikal : stress psikis, agent anestesi volatil, ketoasidosis, toksemia.Gejala krisis tiroid :1. Hipermetabolik : suhu > 390 C , keringat berlebihan2. Cardiovaskuler : takikardi, disritmia3. Respirasi : hiperventilasi4. Neurologi : gelisah, kejang5. Gastrointestinal : mual, muntah, diare

ELEKTIF1. Tunda dan terapi sampai euthyroid dengan :• PTU : initial dose 75 - 200 mg peros tiap 8 jam, kemudian 30 – 100 mg tiap 6 – 8 jam• Lugol : 2 – 6 tetes 4 kali sehari peros• Propanolol : 10 – 60 mg 3 kali sehari per osEMERGENCYSegera terapi dengan :• Na iodida : 1-2 gram iv drips, hambat sekresi hormon• Reserpin : 2,5 mg im, kurangi efek hormon terhadap target organ/ simpatolitik• Hidrokortison : 100-300 mg iv, dapat diulang sampai total 0,1 mg/kg sampai HR < 90/mnt

1. Koreksi hipertiroid2. Rehidrasi3. Turunkan suhu4. Koreksi : elektrolit, asam basa

Tehnik anestesi

Page 35: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Monitor

KomplikasiPemeriksaan pre operasi1. Jalan nafas2. Laboratorium rutin3. Foto ontgen leher4. Thyroid function test : T3 , T4 dan TSH

Operasi non thyroid :• Regional atau Deep GETA

Operasi Thyroid :• Premedikasi : cegah takikardi• Induksi : penthotal• Maintanance : N2O, O2, Atracurium, IsofluraneTekanan darah, nadi, EKG, saturasi O2, temperatur

perlu trakeostomi trakeomalasia 1. Nervus laringeal terputus terapi Ca glukonas 10% 10-30ml hipokalsemia 2. Glandula parathyroid terangkat 3. Krisis tiroid

RSUDr. SOEROTONGAWI

INSTALASIANESTESIDisahkan oleh :Direktur RSU Dr. Soeroto Ngawi

PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA SECTIO CAESARIA

Prosedur tetapNo. Dokumen Tanggal terbit Revisi keProblem

Tehnik anestesi 1. Ibu masuk rumah sakit pada hari saat akan melahirkan2. Ada dua insan yang perlu diperhatikan yaitu ibu dan bayi yang akan dilahirkan3. Puasa tidak cukup / lambung penuh, adanya resiko muntah,regurgitasi dan aspirasi setiap saat4. Terjadi perubahan fisiologi ibu hamil5. Efek obat yang diberikan dapat mempengaruhi bayi karena menembus sawar barier plasenta

A. REGIONAL ANESTESIB.

Page 36: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

SPINAL ANESTESI

1. Dilakukan oleh dokter spesialis anestesi2. Pasang akses intravena dengan abocath 18 dan transfusi set3. Pasang DC4. Loading cairan koloid 500 cc5. Persiapan general anestesi ( anestesi umum )

Tehnik :• Ibu dalam posisi duduk atau left lateral decubitus• Lakukan desinfeksi di daerah suntikan jarum spinal dan sekitarnya• Infiltrasi daerah space suntikan dengan lidokain 2%• Dilakukan tusukan jarum spinal ukuran 25G pada space L3-4 atau L 4-5• Setelah masuk ruang sub arachnoid dengan ditandai keluarnya cairan serebrospinal yang jernih, dimasukkan obat anestesi spinal sesuai dengan tinggi blok / durasi operasi.• Ibu dikembalikan pada posisi supine ( telentang )• Setelah bayi lahir diberikan sedasi sedacum 0,07 mg/kgBB

Monitor

Komplikasi1. Monitor tekanan darah setiap 3 menit2. Respirasi dan nadi3. Tinggi blok

Komplikasi yang sering terjadi : dilakukan monitoring tinggi blok secara baik1. Total blok spinal dilanjutkan atau di kombinasi dengan general anestesi2. Blok gagal / parsial dilakukan penyuntikan blood patch3. Nyeri kepala hebat ( PDPH )

ANESTESI UMUM :1. Prosedur sama seperti penatalaksanaan anestesi umum dengan mempertimbangkan dua kehidupan yang harus diselamatkan2. Pemberian obat yang cenderung mempengaruhi janin diberikan setelah bayi lahir.

RSUDr. SOEROTONGAWI

INSTALASIANESTESIDisahkan oleh :Direktur RSU Dr. Soeroto Ngawi

PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA TINDAKAN KURET / LAPARASKOPI PADA MOW

Page 37: Obat Yang Digunakan Dalam Anestesi

Prosedur tetapNo. Dokumen Tanggal terbit Revisi ke

Persiapan pre operasi

Tehnik anestesi

Monitoring1. Prosedur rutin persiapan preoperasi pada tindakan anestesi umum2. Tersedianya perlengkapan resusitasi

Premedikasi• Sulfas Atropin : 0,01 – 0,05mg/kgBB• Midazolam : 0,07 – 0.1 mg/kgBB• Pethidin : 1 – 2 mg/kgBB• Vomceran : 8 mg

Induksi dan pemeliharaan• Ketamin : 1 – 2 mg/kgBB• Recofol 1% : 1 – 2 mg/kgBB• Diberikan O2 3 liter / menit dengan memakai kanula

1. Dilakukan pengukuran tanda-tanda vital2. Dilakukan pengawasan respirasi