Obat Penyakit Kardiovaskuler

download Obat Penyakit Kardiovaskuler

of 47

Transcript of Obat Penyakit Kardiovaskuler

Obat Penyakit KardiovaskulerDr. Rina Lysya Raehana

Anti HipertensiKlasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC VII

Prinsip Pengobatan HipertensiTujuan Pengobatan Hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat TD tinggi. TD harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung maupun kualitas hidup sambil dilakukan pengendalian faktorfaktor kardiovaskular lainnya.

OAH diklasifikasikan menjadi:

(1) diuretik, (2) blocker, (3) vasodilator arterial langsung, (4) Penghambat ACE, dan (5) penghambat saluran kalsium. (6) Simpatolitik (penekan simpatetik)

DiuretikDiuretik dipakai untuk dua tujuan utama:

Untuk menurunkan tekanan darah tinggi Untuk memperkecil edema (perifer dan paru-paru) pada payah jantung kongestif.

Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin (diuresis) dengan menghambat reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal. Kebanyakan reabsorpsi natrium dan air terjadi di sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal: proksimal, ansa Henle (ansa desending dan ansa asending), dan distal. Diuretik dapat mempengaruhi satu atau lebih segmen tubulus ginjal

Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan darah. Jika garam natrium ditahan, air juga akan tertahan dan tekanan darah akan meningkat

Kategori Diuretik

1. Golongan Tiazid Tiazid diabsorpsi dengan baik dalam

traktus gastrointestinal (GI). Hidroklorotiazid memiliki kekuatan ikat protein yang lebih lemah dibandingkan dengan furosemid. Waktu paruh tiazid lebih panjang daripada diuretik loop (kuat). Untuk alasan ini tiazid harus diberikan pada pagi hari untuk menghindari nokturia (berkemih di malam hari).

Efek Samping TiazidKetidakseimbangan elektrolit (hipokalemia,hipokalsemia, hipomagnesemia, dan kehilangan bikarbonat), hiperglikemia (gula darah meningkat), hiperurisemia (kadar asam urat serum meningkat), dan hiperlipidemia (kadar lemak darah meningkat).

Efek samping lain mencakup pusing, sakit

kepala, mual, muntah, konstipasi, urtikaria, dan diskrasia darah (jarang).

KontraindikasiTiazid menjadi kontraindikasi untuk dipakai pada penderita gagal ginjal. Gejala-Gejala gangguan fungsi ginjal yang berat meliputi oligouria (penurunan jumlah urin yang sangat jelas), peningkatan nitrogen urea darah dan peningkatan kreatinin darah.

2. Diuretik Kuat Diuretik cepat merupakan obat yang cepat

diabsorpsi di saluran pencernaan. Waktu paruh yang bervariasi dari 30 menit sampai 1,6 jam Waktu awal kerja dari diuretik terjadi setelah 30-60 menit. Awal kerja bentuk furosomid intravena adalah 5 menit. Lama kerja lebih pendek daripada tiazid.

Efek Samping Diuretik KuatEfek samping yang paling sering dijumpai adalah ketidakseimbangan elektrolit dan cairan, seperti hipokalsemia dan hipokloremia. Hipotensi ortostatik dapat timbul. Interaksi obat yang paling utama adalah dengan preparat digitalis, Jika pasien memakai digoksin dengan diuretik kuat, bisa terjadi keracunan digitalis, pasien ini memerlukan kalium tambahan melalui makanan atau obat.

3. Diuretik Hemat kaliumLebih lemah dari tiazid dan diuretik kuat, dipakai untuk diuretik ringan atau dengan kombinasi dengan obat antihipertensi. Obat-obat ini bekerja pada tubulus distal untuk meningkatkan ekskresi natrium dan air dan retensi kalium. Obat ini mengganggu pompa natrium kalium yang dikontrol oleh aldosteron hormon mineralokortikoid (natrium ditahan dan kalium diekskresi)

Efek samping Diuretik hemat kaliumEfek samping utama dari obat-obat ini adalah hiperkalemia. Hati-Hati dalam memberikan obat ini pada klien yang fungsi ginjalnya buruk, karena 80-90% dari kalium diekskresikan oleh ginjal. Urin harus sekurang-kurangnya 600 ml sehari. Pasien tidak boleh memakai tambahan kalium jika meminum obat diuretik hemat kalium kecuali jika kadar kalium dalam serum sangat rendah. Pemantauan kadar kalium serum sangat perlu. Gangguan gastrointestinal dapat terjadi.

4. Diuretik Osmotik Diuretik osmotik meningkatkan osmolalitas(konsentrasi) plasma dan cairan dalam tubulus ginjal. Natrium, kalium, dan air diekskresikan. Golongan obat ini dipakai untuk mencegah penyakit ginjal, untuk mengurangi TIK (mis. edema otak) dan untuk menurunkan TIO (mis. glaukoma).

Intervensi keperawatanPantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah dan denyut jantung. Laporkan adanya peningkatan denyut jantung dan periksa adanya tanda-tanda dan gejalagejala terjadinya renjatan. Pantau berat klien. Dengan pengeluaran cairan dan pengurangan edema perifer karena diuresis, diharapkan terjadi penurunan berat badan.

Pantau keluaran urin. Diuretik meningkatkan keluaran urin. Penurunan jumlah urin sewaktu klien sedang memakai diuretik mungkin disebabkan oleh kurang minum atau adanya insufisiensi ginjal, asupan cairan harus diperhatikan. Laporkan bila ada pengurangan jumlah urin.

Pantau hasil hasil pemeriksaan laboratorium, terutama elektrolit serum, gula, asam urat, dan BUN (blood urea nitrogen). Periksa adanya tanda-tanda dan gejala-gejala hipokalemia (kelemahan otot, denyut yang tidak teratur, bingung, dan kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L). Kelainan elektro kardiografi terjadi baik pada hipokalemi juga pada hiperkalemia.

EvaluasiEvaluasi efektivitas diuretik dengan mencatat apakah edema berkurang atau menghilang. Mengganti diuretik mungkin perlu dilakukan apabila edema atau payah jantung kongestif timbul.

eta BlockerAda banyak tipe penghambat beta. Penghambat beta tidak selektif seperti propranolol menghambat reseptor beta jantung dan beta bronchial. Denyut jantung lambat (tekanan darah menurun sekunder terhadap penurunan denyut jantung), dan timbul bronkokonstriksi. Penghambat beta kardioselektif lebih disukai karena hanya bekerja pada reseptor beta, akibatnya, tidak timbul bronkokonstriksi.

Farmakokinetik Baik propranolol dan metoprolol diabsorpsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali Sehari. Propranolol sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat-obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.

FarmakodinamikB Bloker menghambat perangsangan simpatetik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah, B bloker tidak efektif menghambat reseptor beta2, ini bisa menyebabkan penyempitan bronkial. B Bloker dapat menembus barier plasenta dan dapat masuk ke ASI.

Awitan kerja penghambat beta biasanya 30 menit atau kurang, dan lama kerjanya 6 sampai 12 jam. Jika penghambat beta diberikan secara intravena, awitan kerjanya segera, waktu puncaknya 20 menit untuk intravena (dibanding per oral sampai 1^ jam), dan lama kerjanya 4 sampai 8 jam)

Simpatolitik (Penekan Simpatetik)Simpatolitik yang bekerja di pusat menurunkan repons simpatetik dari batang otak ke pembuluh darah perifer. Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jantung dan aliran darah ke ginjal. Obat-Obat golongan ini meliputi metildopa, klonidin, 1 guanabenz, dan guanfasin. Metildopa (Al-domet) adalah satu dari obat yang pertama dipakai secara luas untuk mengontrol hipertensi.

Efek sampingRasa mengantuk, mulut kering, pusing, dan bradikardia. Metildopa tidak diberikan pada klien yang memiliki gangguan fungsi hati, dan enzim hati serum harus dipantau secara teratur pada semua klien. Golongan obat ini tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat terjadi krisis hipertensi. Jika obat perlu dihentikan dengan cepat, biasanya diberikan obat anti hipertensi lain untuk mencegah gejala rebound hipertensi seperti kegelisahan, takikardia, tremor, sakit kepala, dan peningkatan tekanan darah.

Vasodilator arteriVasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot otot polos dari pembuluh darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema. Refleks takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah.

Efek SampingEfek hidralazin: takikardia, palpitasi, edema, kongesti hidung, sakit kepala, pusing, perdarahan saluran cerna, gejala-gejala seperti lupus, dan gejalagejala neurologik (kesemutan, baal). Minoksidil memiliki efek samping yang serupa, takikardia, edema dan pertumbuhan rambut yang berlebihan. Dapat menyebabkan serangan angina. Nitropruzid dan diazoksid dapat menyebabkan refleks takikardia, palpitasi, kegelisahan, agitasi, mual dan bingung. Hiperglikemia dan timbul dengan diazoksid karena obat ini menghambat pelepasan insulin dari selsel beta pankreas.

ACE InhibitorObat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensi II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosteron. Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium dieksresikan bersama-sama dengan air. Kaptopril, enalapril, dan lisinopril adalah ketiga antagonis angiotensin.

Efek sampingEfek samping dari obat-obat ini adalah batuk kering, rash, gangguan pengecapan, mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, letih, insomnia, kalium serum yang berlebihan (hiperkalemia), dan takikardia.

Penghambat saluran kalsiumFarmakokinetik & Farmakodinamik Memiliki bioavaibilitas oral yg rendah, disebabkan oleh eliminasi lintas pertama di hati yg tinggi. Kadar puncak yang cepat dicapai oleh kebanyakan antagonis kalsium menyebabkan TD turun dgn cepat. Waktu paruh eliminasi yg pendek menyebabkan obat harus diberikan 23x/hari. Metabolisme hampir sempurna oleh hepar, hati-hati pada pasien dgn sirosis hepatis dan usila. Ekskresi utuh lewat ginjal yg kecil tdk perlu penyesuaian dosis bagi pasien dgn gang.ginjal.

Sebagai monoterapi, antagonis kalsium memberikan efek AH yg sama besarnya dgn gol.AH lainnya. Kombinasi antagonis kalsium dgn B-bloker, penghambat ACE atau A-Bloker memberi efek yg baik, tp bila dikombinasikan dgn diuretik hanya memberi efek yg kecil. Nifedipin dpt ditambahkan sebagai vasodilator obat ke-3 pd diuretik + B bloker atau penghambat adrenergik lain. Yang termasuk golongan kalsium antagonis: Nifedipin, nikardipin, amlodipin, isradipin, Felodipin, Verapamil, diltiazem

Efek Samping penghambat rantai kalsiumPada pemberian nifedipin akan terjadi: penurunan TD yg besar hipotensi iskemik miokard atau serebral. Refleks simpatik kuat spt takikardi, palpitasi serangan angina ps pasien PJK Akibat vasodilatasi akut : sakit kepala, pusing, dan muka merah. Edema perifer akibat vasodilatasi yg menetap. Baradiaritmia dan gangguan konduksi pd penggunaan verapamil.

Pemberian kalsium antagonis pada penderita gagal jantung harus dgn hati-hati (verapamil bahkan tidak boleh). Efek samping lain yakni konstipasi, retensi urin, dan refluks esofagus, akibat relaksasi otot polos saluran cerna dan kandung kemih. Penghentian mendadak akan mengakibatkan angina atau infark miokard. Kalsium antagonis tdk mempunyai efek samping metabolik baik terhadap lipid, karbohidrat maupun asam urat.

Pengkajian KeperawatanDapatkan tanda-tanda vital. Laporkan jika terdapat tekanan darah abnormal. Bandingkan tanda-tanda vital dengan nilai dasarnya. Periksa elektrolit serum. Laporkan hasil-hasil yang abnormal. Periksa bunyi paru apakah terdapat ronki. Banyak dari obat-obat antihipertensi seperti metildopa, klonidin, guanatidin, guanadrel, prazosin, Leruzosin, hidralazin, dan minoksidil menyebabkan retensi natirum dan air. Periksa keluaran urin. catat dan laporkan jumlahnya. keluaran urin yang berlebihan dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan gejala-gejala seperti renjatan. Periksa anggota gerak apakah terjadi edema. Banyak dari simpatolitik dapat menyebabkan edem perifer.

Intervensi Keperawatan Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah dan denyut nadi. Efektivitas terapi obat ditentukan dengan terpeliharanya tekanan darah dan denyut nadi yang dinginkan. Pantau elektrolit serum, terutama kadar kalium serum, Retensi natrium dan air dapat terjadi pada kebanyakan obat-obat simpatolitik. Diuretik sering diresepkan sebagai bagian dari regimen obat, dan kehilangan elektrolit serta ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi.

Penyuluhan pada pasienAnjurkan klien dan anggota keluarganya metoda-metoda nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan darah. Nasehatkan klien bahwa antihipertensi (vasodilator) dapat menimbulkan rasa pusing akibat hipotensi ortostatik. Beritahu klien untuk berada dalam posisi duduk selama beberapa menit sebelum berdiri. Nasihatkan klien yang masih aktif seksualitas bahwa obat-obat antihipertensi dapat menimbulkan perubahan pada aktivitas seksual. Impotensi dapat terjadi.

Beritahu klien untuk patuh terhadap regimen obat, Penghentian obat antihipertensi yang secara tiba-tiba dapat menyebabkan hipertensi rebound Beritahu klien atau anggota keluarganya untuk memeriksa tekanan darahnya. Nasihatkan klien yang memakai metildopa bahwa warna urin dapat berubah menjadi gelap. Hal ini tidak berbahaya dan hanya berlangsung beberapa minggu. Nasihatkan klien untuk menghindari pemakaian obat-obat bebas tanpa terlebih dahulu memeriksakannya ke dokter.

DigitalisKegunaan: Utk mengobati payah jantung kegagalan memompa Utk memperbaiki atrial fibrilasi aritmia jantung dg kontraksi miokardium atrium yg cepat dan tdk terkoordinasi Utk memperbaiki flutter atrial aritmia jantung dg kontraksi yg cepat 200-300 denyut/menit

Cara Kerja Menghambat pompa natrium- kalium me Ca intraseluler kontraksi serabut miokard lebih efisien

Digitalis1.

memp. 3 khasiat pd miokard:

2. 3.

Kerja inotropik positip (me kontraksi miokard) Konotropik negatif (mplambat denyut ) Dromotropik negatif (me- hantaran sel2 jantung)

Farmakokinetik & farmakodinamikKONTRAINDIKASI

DIGITALIS : DIGITALIS Digoksin Digitoksin INTERAKSI Obat: diuretik yg mengeluarkan K Elektrolit : hipokalemia, hipomagnesemia, hiperkalsemia Makanan: makanan berserat tinggi FARMAKODINAMIK Digoksin: PO: Mula: 1-5 jam P: 6-8 jam L: 2-4 jam Digitoksin: PO: Mula: 1-5 jam P: 6-8 jam L: 2-4 jam IV: Mula: 0,5-2 jam

Blok AV, aritmia ventrikel

FARMAKOKINETIK Absorbsi: GIT Digoksin: 60-76% Digitoksin: 90-95% Distribusi: PP Digoksin: 25% Digitoksin: 95% Metabolisme: t1/2 Digoksin: 30-45 jam Digitoksin: 5-7 hari Eleminasi: ginjal EFEK SAMPING

EFEK TERAPEUTIK Me kontraksi jantung Me sirkulasi Me perfusi jaringan

REAKSI YG MERUGIKAN

Muntah, aritmia, ilusi penglihatan, penglihatan kabur Kunci: PO : per oral; t1/2: waktu paruh; PP: pengikatan pd protein; IV: intravena; P: wktu mencapai kadar puncak; L: lama kerja; TD: tdk dketahui; AV: antrioventrikular Anoreksia, mual

Tanda2 Toksisitas Digitalis : anoreksia, diare, mual, dan muntah, bradikardia(denyut nadi < 60 kali/menit (dpm), takikardia(120> dpm) kontraksi ventrikel prematur aritmia jantung sakit kepala penglihatan kabur, ilusi penglihatan(halo putih, hijau, kuning dskitar objek) bingung dan delirium

Interaksi Obat Hipokalemi krn furosemid dan hidroklorotiazid (hydroDiuril) memperberat kehilangan kalium tubuh Antasid dpt me- absorbsi digitalis

Faktor yang mempermudah intoksikasiPemberian dosis pemeliharaan yang terlalu besar Penggunaan bersama diuretik Kadar Ca yg terlalu tinggi pd plasma karena istirahat di tempat tidur terlalu lama, mieloma dan peny.paratiroid Hipotiroid krn eliminasi digitalis ditekan Keadaan jantung itu sendiri mis.iskemik miokard dan gagal jantung.

Pengobatan keracunan digitalisPemberian digitalis dan diuretik yang menurunkan kadar K harus dihentikan. Garam kalium, fenitoin, dan lidokain paling efektif untuk keracunan digitalis.

Implikasi keperawatanPengkajian: Tetapkan dulu fungsi dasar jantungnya, untuk dibandingkan dgn efek terapeutik dan keracunan digitalis. Denyut apeks, nadi perifer, irama dan frekuensi serta kualitas gelombang nadi, umur, berat badan dan status elektrolit hars dicatat. Pengetahuan tentang nafsu makan pasien sebelum pengobatan. BB adalah indikator penting utk mengetahui adanya retensi cairan padapasien dgn GJK. Quinidin meningkatkan kadar digoksin dlm darah bila dipakai bersama.

Intervensi Digoksin dihentikan bila denyut jantung apeks kurang dari 60x per menit, dihitung 1 menit penuh. Jika terjadi hipokalemia di bwh normal, perlu diberi tambahan kalium utk mcegah keracunan digoksin. Digoksin diberi sesudah makan, harus pada waktu yg sama agar kadar serumnya tetap.

Evaluasi Efek terapeutik digitalis tampak berupa perbaikan keadaan paru, edema perifer dan kelelahan. Krn bendungan pemb.darah gastrointestinal berkurang, maka nafsu makan bertambah, dan mual hilang. Gangguan GI yg terus menerus yg sdh ada sblm pengobatan, bkn krn digitalis, namun bila ada anoreksia atau muntah, kemungkinan terkait obat.

Pendidikan pasienPasien perlu dididik mengenali tanda keracunan digitalis dan tanda awal kambuhnya GJK. Mereka perlu diajari cara menghitung frekuensi nadi perifer Tekankan adanya perbedaan antara nama dagang obat untuk menghindari minum obat yg sama.