Obat Laksatif

4
Obat Laksatif Obat laksatif/ pencahar digunakan untuk meningkatkan frekuensi BAB dan untuk mengurangi konsistensi feses yang kering dan keras. Secara umum, mekanisme kerja obat laksatif meliputi pengurangan absorpsi air dan elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus. Obat laksatif ini mengubah kolon, yang normalnya merupakan organ tempat terjadinya penyerapan air menjadi organ yang mensekresikan air dan elektrolit (Dipiro, et al, 2005). (Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth ed. The Mc. Graw Hill Company. USA) 1. Aktif lumen a. Pembentuk massa Laksatif pembentuk massa adalah koloid hidrofilik tak tercerna yang menyerap air, dan membentuk gel emolien bermassa yang meregangkan kolon sehingga merangsang peristaltik. Sediaannya yang banyak dijumpai meliputi produk tanaman alamiah (psilium, metilselulosa) dan serat sintetis (polikarbofil). Pencernaan serat tanaman oleh bakteri di dalam kolon dapat menyebabkan peningkatan kembung dan flatus (Katzung, 2007). b. Agen surfaktan Agen-agen ini melunakkan materi feses, dan memudahkan air dan lipid masuk ke dalamnya. Obat ini dapat diberikan per oral atau per rektal. Agen-agen yang sering dijumpai meliputi dokusat atau supositoria gliserin. Minyak mineral merupakan minyak jernih dan kental yang melumasi feses sehingga memperlambat penyerapan air dari feses (Katzung, 2007). c. Laksatif osmotik Kolon tidak dapat memekatkan atau mengencerkan cairan dalam feses: air dalam feses bersifat isotonik sepanjang berada di dalam kolon. Laksatif osmotik merupakan senyawa mudah larut tetapi tak mampu diserap

description

laksatif

Transcript of Obat Laksatif

Page 1: Obat Laksatif

Obat Laksatif

Obat laksatif/ pencahar digunakan untuk meningkatkan frekuensi BAB dan untuk mengurangi konsistensi feses yang kering dan keras. Secara umum, mekanisme kerja obat laksatif meliputi pengurangan absorpsi air dan elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus. Obat laksatif ini mengubah kolon, yang normalnya merupakan organ tempat terjadinya penyerapan air menjadi organ yang mensekresikan air dan elektrolit (Dipiro, et al, 2005).

(Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth ed. The Mc. Graw Hill Company. USA)

1. Aktif lumen a. Pembentuk massa

Laksatif pembentuk massa adalah koloid hidrofilik tak tercerna yang menyerap air, dan membentuk gel emolien bermassa yang meregangkan kolon sehingga merangsang peristaltik. Sediaannya yang banyak dijumpai meliputi produk tanaman alamiah (psilium, metilselulosa) dan serat sintetis (polikarbofil). Pencernaan serat tanaman oleh bakteri di dalam kolon dapat menyebabkan peningkatan kembung dan flatus (Katzung, 2007).

b. Agen surfaktanAgen-agen ini melunakkan materi feses, dan memudahkan air dan lipid masuk ke dalamnya. Obat ini dapat diberikan per oral atau per rektal. Agen-agen yang sering dijumpai meliputi dokusat atau supositoria gliserin. Minyak mineral merupakan minyak jernih dan kental yang melumasi feses sehingga memperlambat penyerapan air dari feses (Katzung, 2007).

c. Laksatif osmotikKolon tidak dapat memekatkan atau mengencerkan cairan dalam feses: air dalam feses bersifat isotonik sepanjang berada di dalam kolon. Laksatif osmotik merupakan senyawa mudah larut tetapi tak mampu diserap yang meningkatkan kecairan feses akibat adanya peningkatan cairan dalam feses (Katzung, 2007).- Garam / gula yang tidak dapat diserap

Magnesium oksida merupakan laksatif osmotik yang banyak digunakan. Sorbitol dan laktulosa merupakan gula yang tidak dapat diserap dan dapat digunakan untuk mencegah atau menangani konstipasi kronik (Katzung, 2007).

- Polietilen Glikol yang seimbangLarutan lavase yang mengandung polietilen glikol (PEG) digunakan untuk melakukan pmbersihan kolon secara tuntas sebelum prosedur endoskopik gastrointestinal. Larutan yang isotonik dan seimbang ini mengandung gula inert yang tidak dapat diserap dan aktif secara osmotis (PEG) dengan larutan natrium sulfat. Larutan ini dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perpidahan elektrolit (Katzung, 2007).

2. Laksatif stimulanMemicu pergerakan usus melalui sejumlah mekanisme yang belum terlalu dipahami, meliputi perangsangan langsung terhadap sistem saraf enterik serta sekresi cairan dan

Page 2: Obat Laksatif

elektrolit oleh kolon (Katzung, 2007). Mekanisme keja: bekerja pada sel-sel “crypt” mukosa usus dengan membuka “kanal klorida” yang memberi peluan untuk pergerakan klorida, natrium, dan air ke dalam lumen usus. Kanal klorida dari sel-sel enterocite diatur terutama oleh c AMP intraseluler. Oleh karena itu, banyak diperkirakan golongan ini secara langsung atau tidak langsung diperkirakan dapat menstimulasi aktivitas adenilat siklase sehingga meningkatkan konsentrasi c AMP dalam sel crypt (Rahardjo, 2009).

Rahardjo, Rio. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi, Ed.2. Jakarta: EGC a. Antrakuinon

Aloe, kaskara, dan senna ditemukan secara alamiah dalam tanaman. Laksatif ini diserap dengan buruk dan setelah mengalami hidrolisis dalam kolon, obat ini menghasilkan pergerakan dalam usus di waktu 6-12 jam (Katzung, 2007)..

b. DifenilmetanObat ini bekerja dengan menstimulasi ujung sraf sensoris, terutama digunakan untuk mengevaluasi feses sebelum pembedahan atau prosedur endoskopik kolon (Neal, 2005). Akibat adanya kekhawatiran mengenai kemungkinan timbulnya toksisitas jantung, agen-agen ini (misalnya fenolftalein) ditarik dari pasaran (Katzung, 2007).

Neal, Michael J. 2005 At a Glance Farmakologis Medis. Jakarta : Penerbit Erlangga.

c. Minyak KastorMinyak ini merupakan laksatif stimulan yang poten. Obat ini dihidrolisis dalam usus halus bagian atas menjadi asa risinoleat, suatu iritan setempat yang merangsang motilitas usus. Minyak ini dahulu digunakan sebagai purgatif, sebelum dilakukan beberapa prosedur, namun sekarng sudah jarang digunakan (Katzung, 2007).

3. Senyawa ProkinetikSuatu gabungan obat-obat baru dikembangkan pada tahun 1980-an, yaitu obat-obat prokinetik. Yang dimaksud dengan obat prokinetik ialah obat-oabat yang memiliki efek memacu gerakan peristaltik saluran cerna tanpa meningkatkan fungsi sekresi saliva dan asam lambung (Rahardjo, 2009).a. Agonis reseptor serotonin 5-HT4

Tegaserod merupakan agonis parsial serotonin 5-HT4 yang strukturnya menyerupai serotonin. Obat ini memiliki afinitas tinggi terhadap 5-HT4, tetapi tidak memiliki ikatan yang berarti dengan dopamin (5-HT3). Perangsangan reseptor serotonin pada ujung prasinaptik saraf aferen primer intrinsik submukosa meningkat pelepasan neurotransmiternya sehingga akan merangsang saraf enterik. Neuron enterik ini akan menstimulasi kontraksi usus proksimal dan relaksasi usus distal (Katzung, 2007).

b. Antagonis Opioid

Page 3: Obat Laksatif

Opioid memiliki efk sentral ataupun perifer melalui reseptornya. Analgesia, depresi pernafasan, dan miosis adalah contoh efek sentral. Sedagnkan penurunan motilitas saluran cerna merupakan efek perifernya. Opiod memiliki tiga reseptor yaitu, mu, delta, dan kappa. Reseptor mu sebagai resepor utama dalam efek analgesia di susunan saraf pusat (mu1), dan efek-efek opioid pada saluran cerna (mu2) sehingga dapat menyebabkan disfungsi saluran cerna dan penundaan pemulihan saluran cerna. Konstipasi karena opioid merupakan salah satu bagian dari sindrom yang dikenal dengan Opioid-INDUCED Bowel Dysfunction (OBD), yang termasuk di dalamnya penghambatan pengososngan lambung, peristaltik, sekresi dan peningkatan tonus sfingter usus (Adiwijaya, 2011).

Adiwijaya, Anne. 2011. Efek Antagonis Reseptor Mu-Opioid Perifer pada Saluran Cerna dalam http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-10-vol-xxxvii-2011/368-artikel-konsep/743-efek-antagonis-reseptor-mu-opioid-perifer-pada-saluran-cerna diakses pada tanggal 8 Juni 2014.