Nutrisi Untuk Stroke
-
Upload
vita-madmo -
Category
Documents
-
view
227 -
download
4
description
Transcript of Nutrisi Untuk Stroke
REFERAT
TERAPI NUTRISI PADA KASUS STROKE
(Blok Neuropsikiatri)
DISUSUN OLEH:
SURYA MEKA NOVITA SARI
H1A212058
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan penugasan referat jurnal Blok
Neuropsikiatri dengan judul “TERAPI NUTRISI PADA KASUS STROKE”.
Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam
menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan
sumber bacaan ataupun pada pembahasan yang kurang memuaskan. Karena ini semua
disebabkan oleh keterbatasan kami sebagai manusia. Tetapi, kami berharap referat ini
dapat memberi pengetahuan serta manfaat kepada pembaca.
Mataram, 22 April 2015
(Penyusun)
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
PENDAHULUAN
ISI
PENUTUP
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
Definisi stroke mengacu pada suatu kumpulan gejala atau sindrom kliniss
setiap neurologis yang sifatnya mendadak yang terjadi akibat adanya pembatasan atau
terhentinya aliran darah ke otak yang terjadi >24 jam. Stroke diklasifikasikan menjadi
2, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya
thrombus atau embolus, sedangkan stroke hemoragik disebabkan oleh adanya rupture
arteri akibat aneurismia, malformasi congenital, atau rupture arteri akibat hipertensi
kronis (Tanto, 2014).
Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di
Amerika Serikat. Angka kematian stroke setiap tahunnya lebih dari 200.000 jiwa.
Adapn inseiden stroke secara nasional adalah 750.000 per tahun, dengan 200.000
merupakan stroke rekuren. Stroke dapat mengenai semua usia, namun 2/3 dari pasien
stroke berusia >65 tahun (Price & Willson, 2012).
Stroke adalah penyebab kecacatan utama pada orang dewasa. Diperkirakan 4
juta orang amerika mengalami deficit neurologis akibat stroke, 2/3 dari pasien yang
mengalami deficit ini mengalami deficit yang sedang-parah (Price & Willson, 2012).
Adapun faktor risiko dari stroke memiliki faktor risiko yang sama dengan
penyakit jantung koroner, yaitu usia, ras, etnis, riwayat keluarga, fibrilasi atrium,
aterosklerosis, merokok, diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, sleep apneu,
dislipidemia, alcohol, dan riwayat TIA atau stroke sebelumnya (Machfoed, 2011).
ISI
Stroke merupakan suatu critical-ill dalam bidang neurologi penoke meliputi
penatalaksanaan pada stroke termasuk pengobatan yang mempengaruhi status
metabolic pasien, seperti sedative, analgesic, barbiturate, relaksan otot, dan
pengobatan hipotermia paling sedikit dalam jangka waktu 5 tahun, yang berfungsi
untuk menginduksi sedative dan pengontrolan terhadap hipertensi intracranial
(Escribano, 2011).
Adapun tujuan pemberian diet pada kasus stroke adalah (Almatsier, 2004):
a. Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit
b. Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia, pneumonia, kelainan ginjal,
dan dekubitus
c. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kerusakan pada otak dapat menyebabkan komplikasi gastrointestinal seperti
perlambatan pengosongan lambung dan peningkatan residu gaster pada pasien dengan
nutrisi enteral. Pada umumnya stabilisasi klinis period tidaklah lama akibat
penggunaan dari vasoaktif drug akibat lesi atau kebutuhan untuk memeperahankan
perfusi ke otak. Pada beberapa pasien juga dibtuhkan tambahan ventilator mekanik,
tergantung tingkat kesadaran pasien (Escribano, 2011).
Pada 30-50% pasien yang mengalami stroke akut diawali dengan mengalami
disfagia. Disfagia ini tidak hanya menyebabkan peningkatan risiko dehidrasi pada
pasien, tetapi juga meningkatkan risiko malnutrisi serta meningkatkan risiko
pneumonia aspirasi. Oleh karena itu, angka kematian dan kesakitan pada pasien
dengan disfagia lebih tinggi dibandingkan dengan pasien non-disfagia (Wirth, 2013).
Adapun syarat-syarat diet pada kasus stroke adalah (Almatsier, 2004):
a. Mengandung energy yang cukup, yaitu 25-45 kcal/kgBB. Pada fase akut
dapat diberikan 1100-1500 kcal/hari
b. Protein cukup, yaitu 0.8-1 g/kgBB. Pada pasien dengan gizi kurang dapat
diberikan 1.2-1.5 g/kgBB, sedangkan bila terdapat komplikasi gagal ginjal
kronis maka diberikan 0.6 g/kgBB
c. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total.
d. Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin, B6, asam folat, B12, C dan
E
e. Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium, dan kalium. P enggunaan
natrium dibatasi maksimal 5 gr garam dapur atau 2 gr natrium
f. Serat cukup
g. Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas/hari
h. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, serta dengan bentuk yang
sesuai dengan keadaan pasien
Skrining terhadap masalah nutrisi pada pasien stroke sebaiknya dilakukan
sejak hari pertama perawatan. Pasien dengan disfagia harus mendapatkan
pengawasan yang lebih ketat. Didapatkan 24% pasien stroke mengalami malnutrisi
yang disebabkan oleh pengurangan asupan makanan dan disabilitas fungsional.
Malnutrisi dapat menyebabkan perburukan pada pasien. Selain itu, hal yang perlu
diperhatikan adalah kesadaran pasien. Pasien dengan penurunan kesadaran atau
menggunakan ventilator mekanik lebih utama diberikan nutrisi melalui enteral dalam
jangka waktu lama. Namun pada pasien ini, tidak terdapat perbedaan antara
pemberian nutsisi parenteral ataupun enteral. Pasien dengan kesulitan menelan >7
hari juga dapat dipertimbangkan untuk diberikan nutrisi secara enteral (Wirth. 2013).
Nutrisi terapi pada pasien stroke sangat penting, mengacu pada kondisi
hipermetabolik dan periode nutrisi enteral dan ventilator mekanik lebih dari 3 hari.
Beebrapa penelitian menyebutkan terjadi deficit energy dalam 5 hari pertama sbesar
10 kal/kg dapat meningkatkan mortalitas sebesar 30-40%. Nutrisi adekuat pada
pasien adalah 20-25kcal/kg/hari pada pasien dengan relaksan otot, dan 25-30
kcal/kg/hari pada pasien dengan obat-obatan sedative. Beberapa faktor yang
dianjurkan untuk adanya pengurangan intake kalori adalah obat sedatif sebesar 20%,
derivate analgesic morfin 8%, relaksan otot 12-28%, barbiturate 13-32% dan kondisi
hipotermia atau beta bloker 5% (Escribano, 2011).
Perhitungan kebutuhan kalori pada pasien dapat dihitung dengan (Fukuoka,
2015):
Kebutuhan kalori= BB ideal pasien x derajat aktivitas
Pemberian nutrisi adalah glukosa <5g/kg/hari, lemak 0.7-1.5g/k/hari, protein
1.3-1.5g/kg/hari pada fase akut dan 1.3g/kg/hari setelah 2 minggu. Adapun
penambahan asupan protein sebesar 20% pada pasien, harus diobservasi dengan baik
(Escribano, 2011). Adapun asupan natrium pada pasien stroke adalah ≤6 gr (Fukuoka,
2015).
Pengontrolan glukosa pada pasien stroke sangat dianjurkan. Penatalaksanaan
hiperglikemia dengan insulin dilakukan pada pasien dengan level serum glukosa
>180 mg/dl (>10 mmol/l). sedangkan penatalaksaan pada hipoglikemia dengan serum
glukosa <50 mg/dl atau <2.8 mmol/l dengan dextrose glukosa 10-20% IV atau
infuse. Suplemen diet oral hanya direkomendasikan pada pasien stroke nondisfagia
yang mengalami malnutrisi. Sedangkan pada pasien yang mengalami kesulitan
menelan, direkomendasikan memberikan nutrisi melalui NGT (Kern, 2013).
Pemberian glukosa pada pasien harus mendapat pengamatan dengan baik,
kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan peningkatan risiko infeksi dan
meningkatkan kerusakan otak (neuron). Sebaliknya kondisi hipoglikemia dapat
menyebabkan peningkatan rasio piruvat laktat dan glutamate otak, yang akan
meningkatkan kerusakan otak. Gradient antara plasma dan glukosa otak adalah 0.6-
0.7. pemberian terapi insulin yang direkommendasikan adalah 120-150 mg/dL
(Escribano, 2011).
Dalam penelitian yang dilakukan pada hewan secara randomized trial dan
studi observasi diindikasikan bahwa diet tinggi protein berkaitan dengan tekanan
darah dan peningkatan risiko stroke. Meta-analisis terbaru dari 17 studi prospektif
didapatkan bahwa asupan total dan protein hewani (bukan protein nabati)
menunjukkan keterkaitan dengan stroke yang signifikan. Salah satu protein tersebut
adalah sistein. Sistein merupakan asam amino nonesensial yang mengandung sulfur.
Sistein banyak terdapat pada telur, daging, dll. Penelitian lain menyebutkan bahwa
sistein tidak berhubungan dengan risiko stroke, dikatakan sistein dapat memperluas
efek antihipertensi secara langsung atau tidak langsung dengan mempengaruhi
glutation; dengan cara mengurangi stress oksidatif dan mengembangkan produk akhir
glication, meningkatkan sensitivitas insulin dan metabolism glukosa, dan memodulasi
level NO (Larsson, 2015).
Diet stroke adalah diet khusus yang diberikan kepada pasien stroke. Diet yang
diberikan ada empat macam yaitu diet stroke I, IIA, IIB dan IIC. Berdasarkan
tahapnya diet stroke dibagi menjadi 2 fase, yaitu (Almatsier, 2004):
1. Fase akut (24- 48 jam)
Fase akut adalah keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun.
Pada fase ini diberikan makanan parenteral (NPO/ nothing per oral) dan
dilanjutkan dengan makanan erenteral (naso gastric tube / NGT). Pemberian
makanan parenteral total perlu dimonitor dengan baik. Kelebihan cairan dapat
menimbulkan edema serebral. Kebutuhan energi pada NPO total adalah AMB
x 1 x 1,2; protein 1,5 g/kgBB; lemak maksimal 2,5 g/kgBB; dekstrosa
maksimal 7 g/kg BB.
2. Fase pemulihan
Fase pemulihan adalah fase dimana pasien telah sadar dan tidak
mengalami gangguan fungsi menelan (disfagia). Makanan diberikan diberikan
per oral secara bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan saring,
makanan lunak , makanan biasa.
Bila ada disfagia, makanan diberikan secara bertahap, sebagai gabungan
makanan NPO, per oral , dan NGT sebagai berikut:
a. NPO
b. ¼ bagian per oral (bentuk semi padat) dan ¾ bagian melalui NGT.
c. ½ bagian per oral (bentuk semi padat) dan ½ bagian melalui NGT.
d. Diet per oral (bentuk semi padat dan semi cair) dan air melalui NGT
e. Diet lengkap per oral
Diet stroke terdiri dari diet stroke I, IIa, IIb, dan IIc. Dalam diet stroke ada
beberapa makanan yang dianjurkan dan ada juga yang tidak dianjurkan (Tabel).
Diet stroke I diberikan kepada pasien dalam fase akut atau bila ada ganggguan
fungsi menelan. Oleh karena itu diet stroke I berupa makanan yang lebih mudah
ditelan yaitu makanan diberikan dalam bentuk cair kental atau kombinasi cair
jernih dan cair kental yang diberikan peroral atau enteral melalui NGT (Naso
Gastic Tube) sesuai dengan keadaan penyakit. Berbeda halnya dengan diet stroke
II, diet stroke II diberikan kepada pasien pada fase pemulihan atau sebagai
makanan perpindahan dari diet stroke I. Bentuk makanan diet stroke II dapat
berupa kombinasi cair jernih, cair kental, saring, lunak, dan biasa. Pemberian diet
pada pasien stroke disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Diet Stroke II
dibagi menjadi diet stroke IIa, IIb, dan IIc (Almatsier, 2004).
Tabel. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan yang Tidak Dianjurkan pada Diet Stroke
Golongan Bahan
Makanan
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Beras, kentang, ubi,
singkong, terigu, hunkwe,
tapioka, sagu, gula, madu,
serta produk olahan yang
dibuat tanpa garam dapur,
soda/baking powder,
seperti makaroni, mie,
bihun, roti, biskuat, dan
kue kering
Produk olahan yang dibuat
dengan garam dapur,
soda/baking powder, kue-
kue yang terlalu manis
Sumber Protein Hewani Daging sapi dan ayam tidak
berlemak, ikan, telur, susu
skim, dan susu penuh
dalam jumlah terbatas
Daging sapi dan ayam
berlemak, jerohan, otak,
hati, ikan banyak duri, susu
penuh, keju, es krim, dan
produk olahan protein
hewani yang diawet seperti
daging asap dan dendeng
Sumber Protein
Nabati
Semua kacang-kacangan
dan produk olahan yang
dibuat dengan garam dapur,
dalam jumlah terbatas
Semua produk olahan
kacang-kacangan yang
diawet dengan garam
natrium atau digoreng
Sayuran Sayuran berserat sedang
dimasak, seperti bayam,
kangkung, kacang panjang,
labu siam, tomat, taoge,
dan wortel
Sayuran menimbulkan gas
(sawi, kol, kembang kol,
lobak), sayuran berserat
tinggi (daun singkong,
katuk, melinjo, dan sayuran
mentah
Buah-buahan Buah segar, dibuat jus atau
disetup seperti pisang,
pepaya, jeruk, mangga,
nenas, dan jambu biji
(tanpa bahan pengawet)
Buah yang menimbulkan
gas seperti nangka dan
durian, buah yang diawet
dengan natrium seperti
buah kaleng dan asin
Sumber Lemak Minyak jagung dan minyak
kedelai, margarin dan
mentega tanpa garam yang
digunakan untuk menumis
atau setup, santan encer
Minyak kelapa sawit,
margarin dan mentega
biasa, santan kental, krim,
dan produk gorengan
Minuman Teh, kopi, cokelat dalam Teh, kopi, cokelat dalam
jumlah terbatas, encer susu
skim dan sirup
jumlah terbatas, dan kental
minuman bersoda dan
alkohol
a. Diet Stroke I
Diet stroke I memiliki bahan makanan tersendiri (Tabel) dimana masing-
masing bahan makanan pada diet stroke tipe I memiliki nilai gizi tersendiri
untuk diberikan pada pasien stroke (Tabel).
Tabel. Bahan Makanan pada Diet Stroke I
Bahan Makanan Berat (gram) URT
Maizena 25 5 sendok makan
Telur ayam 50 1 butir
Susu penuh bubuk 25 5 sendok makan
Susu skim bubuk 120 24 sendok makan
Buah 120 2 potong sedang papaya
Minyak jagung 20 2 sendok makan
Gula pasir 100 10 sendok makan
Cairan 1500 ml 6 gelas
Tabel. Nilai Gizi pada Bahan Makanan Diet Stroke I.
Kandungan Zat Gizi Diet Stroke I
Energi (kkal) 1361
Protein (g) 56
Lemak (g) 34
Lemak Jenuh (g) 8,4
Karbohidrat (g) 211
Kalsium (mg) 1869
Besi (mg) 6,1
Vitamin A (RE) 1573
Tiamin (mg) 0,6
Vitamin C (mg) 166
Kolesterol (mg) 213
b. Diet Stroke II
Diet stroke II dibagi dalam tiga tahap, yaitu diet stroke II A berupa makanan
cair dan bubur saring (1700 kkal), diet stroke II B berupa makanan lunak
(1900 kkal) dan diet stroke II C berupa makanan biasa (2100 kkal).
Tabel . Bahan Makanan untuk Makanan Biasa dalam Sehari pada Diet Stroke I
Bahan
Makanan
Diet Stroke II A Diet Stroke II B Diet Stroke II C
Berat
(g)
URT Berat
(g)
URT Berat
(g)
URT
Beras
Tepung Beras
Maizena
Telur Ayam
Ikan
Tempe
Sayuran
Pepaya
Minyak Jagung
Gula pasir
Gula merah
Susu skim bubuk
-
125
20
50
75
50
100
300
25
40
25
80
-
20 sdm
4 sdm
1 btr
1 ptg bsr
2 ptg bsr
1 gls
3 ptg sdg
2½ sdm
4 sdm
2½ sdm
16
200
-
20
50
100
100
150
200
30
50
-
40
4 gls tim
-
4 sdm
1 btr
2 ptg sdg
4 ptg sdg
1½ gls
2 ptg sdg
3 sdm
5 sdm
-
8 sdm
250
-
20
50
100
100
200
200
35
30
-
40
3½ gls
nasi
-
4 sdm
1 btr
2 ptg sdg
4 ptg sdg
2 gls
2 ptg
3½ sdm
3 sdm
-
8 sdm
Tabel . Nilai Gizi Bahan Makanan untuk Diet Stroke II berdasarkan Jenis Dietnya
Kandungan Gizi Diet Stroke II A Diet Stroke II B Diet Stroke II C
Energi (kkal) 1718 1917 2102
Protein (g) 69 73 78
Lemak (g) 41 5,8 52 59
Lemak Jenuh (g) 272 7,3 8
Karbohidrat (g) 1296 293 318
Kalsium (mg) 15,9 835 862
Besi (mg) 6705 19,6 20,6
Vitamin A (RE) 0,8 8940 11458
Tiamin (mg) 272 0,8 0,9
Vitamin C (mg) 258 213 232
Kolesterol (mg) 273 273
PENUTUP
Stroke merupakan penyebab kecacatan utama di dunia. Stroke diakibatkan
adanya kerusakan bagian otak yang terjadi akibat adanya hambatan ataupun
kerusakan pada pembuluh darah otak. Pada pasien stroke data terjadi kelaian pada
GIT serta penurunan kemampuan makan pasien yang akhirnya akan meyebabkan
penurunan dari status gizi.
Pemberian diet pada kasus stroke harus mendapat pengawasan dengan baik.
Adapun syarat ataupun batasan diet pasien harus diperhatikan dengan baik, karena
terjadinya hipermetabolisme.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita., 2004. Penuntun Diet Edisi Terbaru. Instalasi Gizi Perjan RS
Ciptomangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia: Jakarta. Pp164-169
Escribano, JA, Herrero M, & R. Conejoro GQ., 2011. Guidelines for Specialized
Nutritional and Metabolic Support in the Critically-ill Patient. Update.
Consensus SEMICYUC-SENPE: Neurocritical patient. Nutrition Hospital.
Vol 26(2);72-75. Spanish
Fukuoka, Yasuko, Naohisa H, Takeshi H, et al.,2015.Baseline Feature of a
Randomized Trial Assessing the Effects of Disease Management Programm
for the Prevention of Recurrent Ischemic Stroke. Journal of Stroke and
Cerebrovascular Disease. Vol 24(3);610-617. Japan
Kern, Rolf, Masao N, Kaazunori T, et al., 2013. Comparison of the European and
Japanese Guidelines for the Management of Ischemic Stroke.
Cerebrovascular Disease. Vol 35;402-418. Germany
Larsson, Susanna C, Niclas H & Alicja W., 2015. Dietary Cysteine and Other Amino Acid and Stroke Inciden in Women. AHA Journals. Pp 922-927
Machfoed, MH, M. Hamdan, Abdullah M, et al. ed, 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair: Surabaya. Pp 91-97
Price & Willson., 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC:
Jakarta. Pp1106-1131.
Tanto, Chris, Frans L, Sonia H, et al., 2014. Kapita Selekta Kedokteran: Essentials of
medicine. Media Aesculapius: Jakarta
Wirth, Rainer, Christine S, Martin K\J, et al., 2013. Guideline Clinical Nutrition in
Patient with Stroke. Experimental & Translational Stroke Medicine. Vol 5
(14);1-11