NURHASIDAN_SIREGAR-kti

30
1 1 BAB I PRNDAHULUAN A. Latar Belakang Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya peranakan, yaitu turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang atau rongga vagina. Turunnya peranakan dapat terjadi karena adanya kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau lebih organ didalam panggul turun (Pajario, 2004). Prolapsus uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus. sehingga dinding vagina depan jadi tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar akan menarik utero vesical junction dan ujung ureter kebawah dan keluar vagina, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan ureter. Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar panggul. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat (Winkjosastro, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita

Transcript of NURHASIDAN_SIREGAR-kti

Page 1: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

1

1

BAB I

PRNDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya peranakan,

yaitu turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang atau

rongga vagina. Turunnya peranakan dapat terjadi karena adanya kelemahan

pada otot besar panggul sehingga satu atau lebih organ didalam panggul turun

(Pajario, 2004).

Prolapsus uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya uterus

melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen

(penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus.

sehingga dinding vagina depan jadi tipis dan disertai penonjolan kedalam

lumen vagina. Sistokel yang besar akan menarik utero vesical junction dan

ujung ureter kebawah dan keluar vagina, sehingga kadang-kadang dapat

menyebabkan penyumbatan dan kerusakan ureter. Normalnya uterus tertahan

pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar panggul.

Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause,

persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi

dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta,

reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu

prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat (Winkjosastro, 2005).

Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga

dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita

Page 2: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

2

yang mempunyai anak lebih dari tujuh daripada wanita yang mempunyai satu

atau dua anak. Prolapsus uteri lebih berpengaruh pada perempuan di negara-

negara berkembang yang perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia

muda dan saat fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa

laporan kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada kasus-

kasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik (Koblinsky M, 2001).

Penentuan letak uterus normal dan kelainan dalam letak alat genital

bertambah penting artinya, karena diagnosis yang tepat perlu sekali guna

penatalaksanaan yang baik sehingga tidak timbul kembali penyulit

pascaoperasi di kemudian hari (Wiknjosastro, 2005).

Frekuensi prolapsus genitalia di beberapa negara berlainan, seperti

dilaporkan di klinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva insidensinya 5,7%,

dan pada periode yang sama di Hamburg 5,4%, Roma 6,7%. Dilaporkan di

Mesir, India, dan Jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang Negro

Amerika dan Indonesia kurang. Frekuensi prolapsus uteri di Indonesia hanya

1,5% dan lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua

dan wanita dengan pekerja berat. Dari 5.372 kasus ginekologik di Rumah Sakit

Dr. Pirngadi di Medan diperoleh 63 kasus prolapsus uteri terbanyak pada

grande multipara dalam masa menopause dan pada wanita petani, dari 63 kasus

tersebut 69% berumur diatas 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat

ditemukan pada seorang nullipara (Winkjosastro, 2005).

Gejala yang timbul pada prolapsus uteri bersifat individual dan

berbeda-beda. Gejala yang biasa muncul adalah tekanan kuat pada vagina, low

Page 3: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

3

back pain, serta terdapat pembengkakan pada introitus vagina dan ketika

diperiksa dapat ditemukan sistokel, rektokel atau enterokel (Andra, 2007).

Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering merupakan

faktor utama terjadinya prolapsus uteri. Wanita yang pernah melahirkan

terutama yang mempunyai riwayat melahirkan empat kali atau lebih akan

mengalami kelemahan otot besar panggul sehingga terjadi penurunan organ

panggul (Suryaningdyah, 2011).

Prolapsus uteri terjadi karena kelemahan otot ligamen endopelvik

terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi

elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokele. Pada

keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang

keregangannya. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan

menopause. Persalinan lama yang sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,

laserasi dinding vagina bawah pada kala dua, penatalaksanaan pengeluaran

plasenta, reparasi otot-otot panggul yang tidak baik. Diprediksi hampir

setengah dari seluruh wanita yang pernah melahirkan akan mengalami

penurunan organ peranakan (Mazna, Shafinaz Sheikh. 2007).

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari pengkajian buku register

di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh keseluruhan

pasien dari bulan Januari-Desember tahun 2012 berjumlah 279 orang yang

terbagi dari 105 orang ibu hamil, 87 orang ibu bersalin dengan persalinan

normal 29 orang dan 58 orang dengan persalinan sectio sesaria. Survey

wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengetahuan ibu tentang

Page 4: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

4

prolapsus uteri terhadap 10 ibu yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum

Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh 7 ibu diantaranya tidak mengetahui

tentang prolapsus uteri dan 3 ibu sudah mengetahui dan pernah mendengar

tentang prolapsus uteri.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

lebih lanjut mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu

Tentang Prolapsus Uteri Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh

Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya “Apakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ibu Tentang Prolapsus Uteri Di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda

Banda Aceh ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pengetahuan Ibu Terhadap Prolapsus Uteri Di Rumah Sakit Umum

Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh usia tentang pengetahuan ibu tentang

Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda

Aceh.

Page 5: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

5

b. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan tentang

Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda

Aceh.

c. Untuk mengetahui pengaruh informasi terhadap pengetahuan ibu

tentang Prolapsus Uteri di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda

Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Agar dapat menambah wawasan mengenai prolaps uteri.

2. Bagi tempat penelitian

Agar dapat menjadi masukan dan sebagai pertimbangan untuk

membuat kebijakan dalam bidang KIA, sehingga kejadian prolapsus

uteri dapat diantisipasi sedini mungkin.

3. Bagi institusi

Agar dapat menambah informasi seputar prolapsus uteri.

Page 6: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Prolaps Uteri

Prolapsus uteri adalah turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya ke

dalam liang vagina. Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang

biasa oleh karena kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal

menyokongnya. Atau turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus

genitalis.

Kelainan dalam letak alat-alat genital sudah dikenal sejak 2000 tahun

sebelum masehi. Catatan-catatan yang ditemukan di Mesir mengenai Ratu

Cleopatra, menyatakan prolapsus genitalis merupakan satu ahal yang aib pada

wanita dan menganjurkan pengobatannya dengan penyiraman dengan larutan

Adstringensia. Dalam hal ilmu kedokteran Hindu kuno menurut Chakraberty,

dijumpai keterangan-keterangan mengenai kelainan dalam letak alat genital,

dipakai istilah “Mahati” untuk wanita yang lebar dengan sistokel, rektokel dan

laserasi perineum. Juga di Indonesia sejak zaman dahulu telah lama dikenal

istilah peranakan turun dan peranankan terbalik. Dewasa ini penentuan letak

alat genital bertambah penting artinya bukan saja untuk menangani keluhan-

keluhan yang ditimbulkan olehnya, namun juga oleh karena diagnosis letak

yang tepat perlu sekali guna menyelenggarakan berbagai tindakan pada

uterus.Prolapsus uteri adalah keadaan yang sangat jarang terjadi. Kebanyakan

Page 7: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

7

terjadi pada usia tua dan pada usia muda. Hal ini dapat disebabkan oleh

kelemahan dari otot dan struktur fascia pada usia yang lebih lanjut(Ifan, 2010)

Prolapsus organ panggul adalah keadaan yang sering terjadi terutama

pada wanita tua. Diperkirakan lebih dari 50% wanita yang pernah melahirkan

normal akan mengalami keadaan ini dalam berbagai tingkatan, namun oleh

karena tidak semua diantara mereka mengeluhkan hal ini pada dokter maka

angka kejadian yang pasti sulit ditentukan. Prolapsus organ panggul disebut

pula sebagai prolapsus uteri – prolapsus genitalis – prolapsus uterovaginal –

“pelvic relaxation” – disfungsi dasar panggul – prolapsus urogenitalis atau

prolapsus dinding vagina. Prolapsus organ panggul terjadi akibat kelemahan

atau cedera otot dasar panggul sehingga tidak mampu lagi menyangga organ

panggul (Lazarou, 2000).

Uterus adalah satu satunya organ yang berada diatas vagina. Bila

kandung kemih atau usus bergeser maka keduanya akan mendorong dinding

vagina. Meskipun prolapsus bukan satu keadaan yang bersifat “life

threatening”, namun keadaan ini menimbulkan rasa tak nyaman dan sangat

mengganggu kehidupan penderita. Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi

akibat otot penyangga uterus menjadi kendor sehingga uterus akan turun atau

bergeser kebawah dan dapat menonjol keluar dari vagina. Dalam keadaan

normal, uterus disangga oleh otot panggul dan ligamentum penyangga. Bila

otot penyangga tersebut menjadi lemah atau mengalami cedera akan terjadi

prolapsus uteri. Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina dan

pada kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium vaginae

Page 8: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

8

dan berada diluar vagina. Prolapsus uteri sering terjadi bersamaan dengan

urethrocele dan cystocele (urethra dan atau kendung kemih terdorong keluar

dari dinding depan vagina ) dan rectocele (dinding rectum terdorong keluar

dari dinding belakang vagina) (Bambang, 2010).

B. Klasifikasi Prolapsus Uteri

Mengenai istilah dan klasifikasi prolapus uteri terdapat perbedaan

pendapat antara ahli ginekologi. Friedman dan Little (2007) mengemukakan

beberapa macam klasifikasi yang dikenal yaitu:

1) Prolapsus uteri tingkat I, dimana servik uteri turun sampai introitus

vaginae; proplasus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari

introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari

vagina, prolapsus ini juga dinamakan prosidensia uteri.

2) Prolapsus uteri tingakat I, serviks masih berada didalam vagina;

prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus, sedang pada

prosidensia uteri, uterus seluruhnya keluar dari vagina.

3) Prolapsus uteri tingkat I, serviks mencapai introitus vaginae; prolapsus

uteri tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari ½ bagian ;

prlapsus uteri tingkat III, uterus keluar dari introitus lebih besar dari ½

bagian.

4) Prolapsus uteri tingkat I, serviks mendekati prosessus spinosus;

prolapsus uteri tingkat II, serviks terdapat antara prosessus spinosus dan

Page 9: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

9

introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat III; serviks keluar dari

introitus.

5) Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D, ditambah dengan prolapsus

uteri tingkat IV (prosidensia uteri) Dianjurkan klasifikasi berikut:

6) Desensus uteri, uterus turun, tetapi serviks masih didalam vagina.

Prolapsus uteri tingkat I, uterus turun dengan serviks uteri turun paling

rendah sampai introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat II, uterus untuk

sebagian keluar dari vagina; prolapsus uteri tingkat III, atau prosidensia

uteri, uterus keluar seluruhnya dari vagina, disertai dengan inversio

vagina (Wiknjosastro, 2005).

C. Etiologi

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolapsus antara lain

(Hanifa, 2007):

1. Faktor bawaan

Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam keluarga

mereka khususnya ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka mengalami

masalah yang sama. Bagaimana penyakit ini diturunkan tidak diketahui,

mungkin bawaan menentukan kelemahan otot dan ligamen pada

peranakan. Kekenduran atau kelemahan otot ini juga dapat dipengaruhi

oleh pola makan dan kesehatan yang agak rendah dibandingkan dengan

mereka yang sehat dan makanannya seimbang dan tercukupi dari segi

semua zat seperti protein dan vitamin.

Page 10: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

10

2. Exercise

Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan

melonggarkan otot dalam badan khususnya ligamen dan otot yang

memegang kemaluan dan rahim. Ini satu hal yang tidak dapat dihindari

tetapi dapat. dipulihkan walaupun tidak seratus persen jika seorang

wanita yang melakukan gerak tubuh atau exercise untuk menguatkan

otot-otot disekitar kemaluan dan lantai punggung. Kegiatan exercise

waktu hamil dan setelah persalinan sangat penting untuk mencegah

prolapsus. Oleh karena itu tidak melakukan exercise ini merupakan

salah satu yang menyebabkan kekenduran atau prolapsus uteri.

3. Usia/Menopause

Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku secara natural

yaitu ketika berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat pembedahan oleh

karena penyakit seperti pengangkatan ovari dapat menyebabkan

hormon atau seterusnya dapat menyebabkan kelemahan otot dan

ligamen peranakan. Proses atrofi ligamen dan otot dalam jangka

panjang dapat menyebabkan prolaps. Nyata sekali prolaps yang parah

sering terjadi pada wanita yang berumur 60 tahun keatas akibat

kekurangan hormon karena menopause. Semakin bertambahnya usia,

otot-otot dasar panggul pun akan semakin melemah.

4. Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak )

Page 11: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

11

Partus yang berulangkali dan terlampau sering dapat menyebabkan

kerusakan otot-otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar

panggul mengalami kelemahan, bila ini terjadi maka organ dalam

panggul bisa mengalami penurunan.

5. Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan

tekanan di perut menahun. Misalnya disebabkan obesitas,batuk

berbulan-bulan, adanya tumor di rongga perut, tumor pelvis, serta

konstipasi atau susah buang air besar berkepanjangan

D. Gejala

Gejala sangat individu. Keluhan yang sering terjadi antara lain,

perasaan ada benda mengganjal atau menonjol di depan vagina sehingga sangat

mengganggu ketika berjalan atau bekerja. Kadang timbul luka pada rahim yang

menonjol tersebut dikarenakan gesekan celana dalam atau benda yang diduduki

dan dari luka tersebut bisa menimbulkan infeksi. Gejala lainnya, sering timbul

keputihan karena luka tersebut atau karena sumbatan pembuluh darah di daerah

mulut rahim, serta ada keluhan rasa sakit dan pegal pada pinggang. Keluhan

sakit ini akan hilang bila wanita tersebut berbaring (Praputranto. 2005).

E. Patologi

Sebagaimana telah diterangkan prolapsus uteri terdapat beberapa

tingkat, dari yang paling ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat

persalinan, khususnya persalinan per vaginam yang susah, dan terdapatnya

kelemahan-kelemahan ligamen-ligamen yang tergolong dalam fasia endopelvik

Page 12: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

12

dan otot-otot fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan intra abdominal

yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus, terutamaa

apabila tonus otot mengurang seperti pada penderita dalam menopause. Serviks

uteri terletak di luar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut, dan

lambat laun menimbulkan ulkus, yang dinamakan ulkus dekubitus

(Wiknjosastro.1999).

F. Diagnosa

Pemeriksaan vagina harus dilakukan dengan speculum Sim atau

dengan memakai speculum Graves standard dan membuang bilah anterior.

Sementara menekan dinding vagina posterior, pasien diminta untuk mengejan.

Ini akan menunjukkan penurunan dinding vagina anterior sesuai dengan

kistokel dan pergeseran uretra. Dengan demikian juga, penarikan kembali

dinding vagina anterior selama mengejan menunjukkan suatu enterokel dan

rektokel. Pemeriksaan rectum sering berguna untuk menunjukkan rektokel dan

untuk membedakannya dengan suatu enterokel. Tingkat prolaps rahim yang

kecil hanya dapat dikenali dengan merasakan penurunan servik saat pasien

mengejan. Kadang-kadang prolaps rahim perlu diuji dengan menarik servik

dengan suatu tenakulum. Kalau ada keraguan adanya prolaps pasien diminta

untuk berdiri atau berjalan beberapa saat sebelum pemeriksaan (Neville F.

2001).

Page 13: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

13

G. Komplikasi

1. Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri menurut (Hanifa, 2007).

adalah:

2. Keratinasi mukosa vagina dan portio uteri

3. Dekubitus

4. Hipertropi servik uteri dan elangasio kolli

5. Gangguan miksi dan stress incontinence

6. Infeksi jalan kencing

7. Kemandulan

8. Kesulitan pada waktu partus

9. Hemoroid

10. Inkarserasi usus halus

H. Penanganan Pengobatan Medis

Pengobatan ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu.

Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih

ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi atau

kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi (Hanifa, 2007).:

1. Latihan-latihan otot dasar panggul

Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi pada

pasca persalinan yangbelum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan

otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini

dilakukan selama beberapa bulan. Caranya adalah, penderita disuruh

Page 14: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

14

menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah

hajat atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang

mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan ini bisa

menjadi lebih efektif dengan menggunakan perineometer menurut Kegel.

Alat ini terdiri dari obturator yang dimasukkan ke dalam vagina, dan yang

dengan satu pipa dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan

demikian, kontraksi otot-otot dasar panggul dapat diukur.

2. Stimulasi otot dengan alat listrik

Kontraksi otot-otot panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik,

elektrodanya dapat dipasang dalam pesarium yang dimasukkan ke dalam

vagina.

3. Pengobatan dengan pesarium

Pengobatan dengan pessarium sebenarnya hanya bersifat paliatif, yakni

menahan uterus di tempatnya selama dipakai. Oleh karena jika pessarium

diangkat, timbul prolaps lagi. Prinsip pemakaian pesarium adalah alat

tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga

bagian dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan melewati

vagian bagian bawah.

4. Pengobatan operatif

Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung dari

beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginan untuk masih mendapat

anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolapsus, dan adanya

keluhan

Page 15: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

15

I. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil (tahu) dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba (Notoatmojo, 2005).

Pengetahuan adalah kepercayaan yang benar, pengetahuan juga adalah

hasil atau apa yang diketahui atau hasil pekerjaan. Pekerjaan yaitu hasil dari

kenal, sadar,insaf, mengerti dan pandai (Bachtiar, 2004).

1. Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian

(Notoatmojo, 2005).

a. Cara Tradisional

Dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum

ditemukanya metode ilmiah yaitu:

1. Cara coba salah (Trial And Error)

Cara coba-coba yang dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan suatu masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain.

2. Cara kekuasaan atau Otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah,otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

Page 16: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

16

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Cara ini dilakukan dengan cara mengulang kembali dengan

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah ini

yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang

sama dapat pula dilakukan dengan cara yang sama.

4. Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan penalaranya atau jalan pikiranya

5. Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan ini

mode sistematis, logis dan ilmiah.cara ini disebut dengan

“metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode

penelitian (Research Methodelogi) yang mengembangkamn

metode berpikir induktif dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian

hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan di klasifikasikan,

dan akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmojo, 2005).

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat (Notoatmojo, 2005).

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelunya

Page 17: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

17

2. Memahami (Komprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

meteri yang tela dipelajari pada situasi atau kondisi rill atau

sebenarna.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan suatu untuk menjabarkan

materi suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitanya satu sama lainnya.

5. Sintesis (Syenthesis)

Sintesis menunjuk kepada kemampua untuk meletakkan atau

kemampuan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara kuesioner

atau pertanyaan-pertanyaan yang mencakup tentang pengetahuan ibu

Page 18: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

18

dengan prolaps uterin di nilai seberapa luas kedalaman pengeahuan

ibu tentang prolaps uteri dadapat kita ketahui atau kita ukur melalui

persentase yang dihasilkan oleh responden (Notoatmojo, 2005).

3. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin

tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang

akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu

ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan

tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

Page 19: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

19

menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan

menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . Untuk

mengetahui tingkat pendidikan maka dapat diklasifikasikan

menjadi (Sisdiknakes, 2004).

a. Pendidikan Tinggi : DIII/PT

b. Pendidikan Menengah : SLTA

c. Pendidikan dasar : SLTP/SD

b. Informasi

Sesuatu yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-

lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

Page 20: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

20

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

Page 21: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

21

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.dari beberapa kasus prolaps uteri

yang paling sering terjadi Pada usia tua di atas 60 tahun dan pada

usia Muda 20-35 tahun karna organ reproduksinya belum terlalu

sempurna, untuk mempertahankan kehamilan karna usia ini

termasuk terlalu muda dengan keadaan uterus yang belum matur

untuk melahirkan.individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia

tua, selain itu orang usia muda akan lebih banyak menggunakan

banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual,

pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir

tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai

jalannya perkembangan selama hidup (Notoatmodjo, 2007).

Page 22: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

22

J. Kerangka Teoritis

Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Untuk memperjelas teori ini dapat

dilihat dalam skema dibawah ini.

Gambar 2. 1 Kerangka Teoritis

Usia

Pendidikan

Informasi

Sosial budaya

Lingkungan

Pengalaman

Pengetahuan ibu tentang prolaps

uteri

Page 23: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

23

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Menurut penelitian yang dilakukan tentang pola informasi keluarga

dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita

yang mempunyai anak lebih dari tujuh dari pada wanita yang mempunyai

satu atau dua anak. Peneliti menemukan bahwa laporan kasus prolapsus uteri

jumlahnya jauh lebih rendah daripada kasus-kasus yang dapat dideteksi

dalam pemeriksaan medik (Koblinsky M, 2001).

Berdasarkan teori tersebut, maka secara skematis kerangka konsep

penelitian ini dapat dilihat pada bagian di bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Usia

Pengetahuan ibu tentang

prolapsus uteri Pendidikan

Informasi

Page 24: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

24

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N

O

Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

Variabel Dependen

1 Pengetahuan

Ibu

Merupakan hasil dari

tahu setelah

seseorang

melakukan

penginderaan

terhadap obyek

tertentu.

Membagikan

kuisioner yang berisi

kriteria:

- Tahu, x ≥ ̅

- Tidak tahu, x < ̅

Kuesioner

Tahu

Tidak

Tahu

Nominal

Variabel Independen

1 Usia Suatu rentang

kehidupan yang

diukur dengan tahun, yang terhitung mulai

saat dilahirkan

hingga sekarng.

Membagikan

kuisioner dengan

kriteria:

- Tua, ≥ 35 tahun

- Muda, 20-35

tahun

Kuesioner Tua

Muda

Nominal

2 Pendidikan Suatu usaha untuk

mengembangkan

kepribadian dan

kemampuan

Menyebarkan

kuesioner dengan

kriteria:

- Tinggi, DIII/ PT - Menengah, SMA - Dasar , SLTP/SD

Kuesioner Tinggi

Menengah

Dasar

Ordinal

3 Informasi Keseluruhan ciri dan

sifat dari suatu

produk atau

pelayanan yang

berpengaruh pada

kemampuannya

untuk memuaskan

kebutuhan yang

dinyatakan atau yang

tersirat

Menyebarkan

kuesioner dengan

kriteria:

- Pernah

mendapatkan

informasi bila,

x ≥ ̅ - Tidak pernah

mendapatkan

informasi bila,

x < ̅

Kuesioner

Pernah

Tidak

Pernah

Ordinal

Page 25: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

25

C. Hipotesa

Ha : Ada pengaruh Usia Tentang pengetahuan ibu tentang Prolapsus Uteri di

RSU Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013

Ha : Ada Pengaruh Pendidikan Tentang pengetahuan ibu tentang Prolapsus

Uteri di RSU Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013

Ha : Ada Pengaruh informasi Tentang pengetahuan ibu tentang Prolapsus

Uteri di RSU Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013

Page 26: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

26

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan

pendekatan cross sectional, yaitu observasi atau pengumpulan data di lakukan

sekaligus pada suatu waktu (point time approach) (Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang

berkunjung ke Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh periode

Januari-Desember tahun 2012 yang berjumlah 279 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang berkunjung ke

Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh. Cara pengambilan

sampel dengan menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2005) :

n = )(1

N2dN

ket : N = Besar populasi

n = Besar Sampel

d2 = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

Maka berdasarkan rumus slovin di atas, didapat jumlah sampel untuk

penelitian ini berjumlah:

Page 27: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

27

n = )(1

N2dN

= ²)1.0(2791

279

=

= 70,27

= 71 orang

Sehingga besar sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 71

sampel.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda

Banda Aceh.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 25 Agustus s/d 30 Agustus

2013

D. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang langsung di peroleh dari responden dengan cara

menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan dan

selanjutnya oleh responden sesuai denngan petunjuk. Sedangkan data sekunder

adalah data yang di tinjau dari laporan kunjungan di Rumah Sakit Kesdam

Iskandar Muda Banda Aceh.

Page 28: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

28

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah kuesioner yang terdiri dari 12 pertanyaan yaitu 5 pertanyaan tentang

pengetahuan ibu dengan memberikan alternative jawaban A, B, C, dan D, jika

responden menjawab benar maka di beri skor 1 dan jika responden menjawab

salah maka di beri skor 0. 1 pertanyaan tentang usia, 1 pertanyaan tentang

pendidikan ibu, dan 5 pertanyaan tentang informasin dengan memberikan

alternative jawaban Ya dan Tidak. Jika responden menjawab Ya maka di beri

skor 1 dan jika responden menjawab Tidak maka di beri skor 0. Mengenai

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Prolapsus Uteri

di Rumah Sakit Umum Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2013.

F. Pengolahan Dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data dalam penelitian ini akan di olah dengan cara:

a. Editing yaitu melakukan pengecekan kembali semua item pertnyaan

telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat

menggangu pengolahan dat selanjutnya.

b. Coding yaitu pemberian kode berupa nomor pada lembaran kuesioner

untuk memudahkan pengolahan data.

c. Transferring yaitu data yang telah di berkan kode di susun secara

berurutan dari responden pertama sampai responden terkhir untuk

dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang telah di teliti.

Page 29: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

29

d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiap-

tiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel

distribusi frekuensi .

2. Analisa data

a. Analisa univariat

Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi, adapun rumus yang

akan dipakai dalam analisis data univariat diantara adalah (Arikunto,

2006)

P=

Keterangan:

P= Persentase

f 1= Frekuensi

n = Sampel

b. Analisa Bivariat

Merupakan analisa hasil dari veriabel bebas yang diduga

mempunyai hubungan dengan veriabel terikat. Analisa yang digunakan

adalah tabulasi silang dengan menggunakan rumus Chi-Squere pada

tingkat kemaknaannya 95% ( P 0,05), sehingga dapat di ketahui ada

tidaknya hubungan yang bernakna secara statistik dengan

menggunakan program komputer SPSS for window.

Melalui perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik pada

kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha (<0,05) maka Ho di tolak

dan Ha diterima, yang menunjukan ada hubungan bermakna antara

variabel bebas.

Page 30: NURHASIDAN_SIREGAR-kti

30

a. Bila pada tabel contingency 2X2 di jumpai nilai E (harapan) kurang

dari 5, maka uji yang digunakan adalah Ficher exact test.

b. Bila pada tabel contigency 2x2, dan tidak dijumpai nialai E kurang

dari 5, maka hisil yang digunakan sebaiknya continuty correction.

c. Bila pada tabel-tabel contigency lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3,

dan lain-lain, maka yang digunakan adalah uji person chi-squer.