Nur Jannatun Na’Im

download Nur Jannatun Na’Im

of 110

description

a

Transcript of Nur Jannatun Na’Im

  • HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU

    PRIMIPARA MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS PAMULANG KOTA

    TANGERANG SELATAN

    Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat pada Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan gelar

    Sarjana Keperawatan (S. Kep)

    NUR JANNATUN NAIM

    106104003507

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2010 M / 1431 H

  • SCHOOL PROGRAM OF NURSING

    FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE

    ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    UNDERGRADUATED THESIS, August 2010

    Nur Jannatun Naim, NIM. 106104003507

    Relation family support with level of anxiety Primipara mom (mother) Facing childbirth in

    health society center of Pamulang Sourth Districk of Tangerang.

    xxii + 89 pages, 15 tables, 5 charts, 6 attachment

    ABSTRACT

    Psychological problem was raising significantly, above all about the nuisance of

    emotional, the example was anxiety. There was anxiety when someone who having traumatic

    incident one of all was anxiety which be happened to primipara mom. Because pregnancy was

    dramatic period, which someone was having biological and psychological alteration, and

    adapting to new situation specially for women who will give birth to her baby. Women thought

    that pregnancy could grow naturally, but many of them felt anxious. Anxiety could hinder child

    birth procces, partianlarly in the third trimester. Research, the factor predisposisi of anxiety

    which could be learned by them on Stuarts and Lairaias, were psychoanalysis, interpersonal, behavior, family support and biology, but the research was done in the health society centar of

    Pamulang, there was just family support interpersonal and behavior were just controller.

    The research used quantity approximation with design cross sectional technic of getting

    sample used total sample, about 52 woman. Data was collected on the health society center of

    Pamulang, June 2010. Bivariat analysis used analysis Multinominal logistic with : 5%. Instruments which used by Zung Self Anxiety Scale (ZSAS), family support, interpersonal, and

    behaviour.

    The result of research, 15,4% of Primipara mom was not anxious and 84,6% them was

    anxious (65,4%). Having low anxiety and 19,2% having medium anxiety). On the bivariat

    analysis family support (p; 0,01) and interpersonal (p; 0,931) showed they had connection with

    anxiety, and behavior (0,931) hadnt connection. Based on multivariate analysis, it could condude there were connection between family support and anxiety, the research had been be

    controlled with interpersonal and behavior (p:0,012). It be wanted, it could increase support to

    primipara mom by her family on the third trisemester, so that it could reduce anxiety which

    mother having.

    Key words: Family Support, Primipara, The Third Trimester, Anxiety

    Bibliography : 44 (1970-2009)

  • PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    SKRIPSI, Agustus 2010

    Nur Jannatun Naim, NIM. 106104003507

    Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan Ibu Primipara Menghadapi Persalinan

    di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

    xxii + 89 halaman, 15 tabel, 5 bagan, 6 lampiran

    ABSTRAK

    Masalah kejiwaan di dunia mengalami peningkatan secara signifikan terutama masalah

    gangguan emosional, salah satu gangguan yang banyak terjadi di masyarakat adalah kecemasan.

    Kecemasan dapat muncul saat seseoang menghadapi kejadian yang traumatik, salah satunya

    adalah kecemasan yang dialami ibu primipara trimester III, karena kehamilan merupakan periode

    dramastis, terjadi perubahan baik biologi, psikis,dan terjadi adaptasi terhadap lingkungan baru,

    terutama pada wanita yang baru akan melahirkan. Pada penelitian ini diteliti tentang faktor

    predisposisi kecemasan menurut Stuart dan Laraia yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior,

    keluarga dan biologi, Tetapi penelitian ini hanya dukungan keluarga yang diteliti. Sedangkan

    interpersonal dan behavior dijadikan sebagai pengontrol.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross sectional, tehnik

    pengambilan sampel menggunakan Total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang.

    Data dikumpulkan di Puskesmas Pamulang pada bulan Juli tahun 2010. Analisis bivariat

    menggunakan Multinomial Logistic dengan = 5%. Instruments yang digunakan Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) , dukungan keluarga, interpersonal, dan behavior.

    Hasil penelitian didapatkan, sebesar 15.4% ibu primipara tidak cemas dan 84.6% ibu

    primipara mengalami kecemasan ( cemas ringan 65.4 % & dan cemas sedang 19.2%). Pada

    analisis bivariat, dukungan keluarga (p=0.0001) dan interpersonal (p=0.001) menunjukkan

    terdapat hubungan dengan kecemasan, sedangkan behaviour (0.937) tidak ada hubungan dengan

    kecemasan. Berdasarkan analisis Multivariat, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara

    dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan behaviour (p=0.012).

    Kata Kunci: dukungan keluarga, Primipara, Trimester ketiga, kecemasan.

    Bibliography : 44 (1970-2009)

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

    LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iii

    RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iv

    LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vii

    ABSTRAK ............................................................................................................... viii

    ABSTRACT ............................................................................................................. ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xix

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xx

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xxi

    DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xxii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang... 1

    B. Rumusan Masalah........ 8

    C. Pertanyaan penelitian......................................... 8

    D. Tujuan Penelitian... 9

    E. Manfaat Penelitian... 10

    F. Ruang Lingkup Penelitian... 11

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kecemasan....... 11

    1. Pengertian Kecemasan....... 11

    2. Jenis Kecemasan..... 11

    3. Tingkat Kecemasan.... 12

    4. Rentang Respon Kecemasan....14

    5. Respon Kecemasa... 14

    6. Reaksi Kecemasan......... 16

    7. Mekanisme Koping....... 16

    8. Gejala Kecemasan......... 17

    9. Factor Pencetus........... 18

    10. Mekanisme Pertahanan Kecemasan...... 19

    11. Alau Ukur Kcemasan........ 20

    12. Tindakan Keperawatan...... 21

    13 Terapi Farmakologi.24

    14 Faktor Predisposisi. 25

    a. Psikoanalisa.. ....25

    b. Interpersonal..26

    c. Behavior.28

    d. Keluarga ....30

    e. Biologi ......36

  • B. Kehamilan dan Persalinan sebagai pencetus kecemasan .37

    1. Kehamilan.. ..37

    2. Persalinan... ..42

    C. Kerangka Teori.... 43

    BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISi OPERASIONAL

    A. Kerangka Konsep..... 43

    B. Hipotesis.. 44

    C. Definisi operasional. 48

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Desain penelitian.. 49

    B. Lokasi dan waktu penelitian.... 49

    C. Populasi, sampel, dan teknik sampling.... 49

    1. Populasi...... .50

    2. Sampel ... 50

    3. Besar sampel... 51

    D. Kriteria sampel..... 51

    E. Pengumpulan data.... 51

    1. Jenis data..... 52

    2. Instrument data... 53

    3. Prosedur pengumpulan data.... 54

    F. Uji validitas dan reabilitas instrument. 55

  • G. Pengolahan data... 56

    1. Editing..... 56

    2. Coding.... 56

    3. Entry data.... 56

    4. Melakukan teknik analisis.. 56

    H. Analisis data..... 57

    1. Analis Univariat..... .57

    2. Analisis Bivariat......57

    3. Analisa Multivariat.. ...60

    I. Etika penelitian.... 60

    1. Informed Consent.... 60

    2. Anonimity (tanpa nama).. 60

    3. Kerahasiaan (confidentiality).. 60

    BAB V HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Tempat Penelitian... 61

    1. Letak wilayah...... 61

    2. Visi dan Misi Puskesmas Pamulang... 61

    3. Program Puskesmas.... 62

    4. Tenaga kerja.... 63

    B. Hasil Analisa Univariat.... 64

    1. Gambaran Kecemasan Ibu Primipara...... 64

  • 2. Gambaran Dukungan Ibu Primipara... 64

    3. Gambaran Interpersonal Ibu Primipara....65

    4. Gambaran Behaviour Ibu Primipara... 67

    C. Hasil Analisa Bivariat.. 67

    1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan 67

    2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemasan.... 68

    4. Hubungan antara behavior dengan kecemasan... 69

    D. Analisis Multivariat........ 74

    BAB VI PEMBAHASAN

    A. Keterbatasan Penelitian ....... 75

    B. Instrumen Penelitian.... 76

    C. Interpretasi dan Hasil diskusi...... 77

    1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan... 77

    2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemassan82

    3. Hubungan antara behavior dengan kecemasan ...... 84

    4. Hubungan antara keluarga dengan kecemasan dikontrol interpersonal dan

    behaviour...... 85

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan...... 86

    B. Saran ....... 87

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    No. tabel

    2.1 Obat Anti ansietas ......................................................................................... . 41

    3.1 Definisi Operasional. 38

    4.1 Skala Kecemasan... 51

    4.2 Skala Likert .52

    5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan..63

    5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga....64

    5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan.........65

    5.4 Distribusi Frekuensi Interpersonal........66

    5.5 Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan.........67

    5.6 Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan......68

    5.7 Distribusi Kecemasan dengan dukungan keluarga...69

    5.8 Distribusi Kecemasan dengan Interpersonal70

    5.9 Distribusi Kecemasan dengan Behaviour.71

    5.10 Hubungan antara variable dependen dengan independen......72

    5.11 Model Variabel Multivariat.73

  • DAFTAR BAGAN

    No. Bagan Halaman

    2.1 Pengaruh lingkungan terhadap Kesehatan Mental ..32

    2.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap stres .......................................... ..33

    2.3 Stuart Model Adaptasi Berhubungan dengan Kecemasan ....................... ..43

    2.4 Kerangka Teori... 55

    3.1 Kerangka Konsep.56

    LAMPIRAN

    Lampiran

    1. Surat ijin penelitian

    2. Informed consent

    3. Kuesioner

    4. Hasil analisa Univariat

    5. Hasil analisa Bivariat

    6. Hasil analisa Multivariat

  • DAFTAR SINGKATAN

    ACTH : Adreno Cortico Tropin Hormone

    Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

    FSH : Folicle Stimulating Hormone

    GABA : Gamma Amino Butiric Acid

    GH : Growth Hormone

    HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale

    KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

    SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

    SSP : Susunan Syaraf Pusat

    THT : Telinga Hidung dan Tenggorokan

    WHO : World Health Organization

    ZSAS : Zung Self Rating Anxiety Scale

  • BIODATA

    Nama : Nur Jannatun Naim

    Tempat, tanggal lahir : Klaten, 10 april 1986

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. H. Koweng no. 9 Ciputat Molek

    No telp : 083892417090 / 082111773740

    Nama orang tua

    Ayah : Amad Suparman

    Ibu : Sami

    Riwayat pendidikan 1998-2001 SLTP 1 Delanggu

    2001-2004 SMF/SAA Indonesia Jogjakarta

    2006- sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Prodi Ilmu Keperawatan

    Pengalaman Bekerja 2004- Sekarang Asisten Apoteker Di Apotek Slipi

    Farma

  • Wahai Alloh yang maha Mulia, Mahadermawan, percikanlah ke dalam hati dan pikiranku

    semangat untuk menolong hamba-hamba MU yang membutuhkan aku, jangan biarkan

    daku di kuasai perasaan takut miskin dan sengsara. Bangkitkan dalam jiwaku bahwa

    aku mempunyai sesuatu yang bisa di berikan kepada orang lain.

    Wahai Alloh, pelabuhan tempatku menambatkan cita-cita dan harapan. Anugrahilah aku

    dengan semangat untuk terus berjuang di tengah kesulitan yang aku alami . jangan

    biarkan aku menjadi manusia yang instan yang memperoleh sesuatu secara mudah tanpa

    di dahului oleh kerja keras.

    Semoga aku dapat memberikan yang terbaik untuk semua orang yang pernah hadir

    dalam hidupku, baik ia mengukir suku, duka ataupun yang menyisakan luka. Ku yakin

    semua itu adalah sebagian dari kisah yangharus ku lalui, yang semakin

    mendewasakanku

    Terima kasih untuk pake, make, saudaraku, keluarga di Klaten

    Untuk bapak ibu guru, yang sabar dan ikhlas membimbingku

    Sahabat yang selalu ada, Teman-teman seperjuangan.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2001 menjelaskan bahwa status

    kesehatan jiwa secara global memperlihatkan 25% penduduk pernah mengalami gangguan

    mental dan perilaku, namun hanya 40% yang terdiagnosis. Selain itu, 10% populasi orang

    dewasa mengalami gangguan mental dan perilaku, sedangkan sekitar 20% pasien teridentifikasi

    mengalami gangguan jiwa. Data WHO memperkirakan peningkatan sekitar 5% - 10% untuk

    semua gangguan mental (WHO, 2005).

    Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat secara signifikan.

    Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan bahwa di Indonesia prevalensi gangguan jiwa

    sekitar 4,6%. Sedangkan, gangguan mental emosional jauh lebih besar yakni sebesar 11,6%.

    Tingginya angka gangguan emosional tersebut mengindikasikan bahwa individu mengalami

    suatu perubahan emosional yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi

    patologi.

    Salah satu masalah gangguan emosional yang sering ditemui di masyarakat dan menimbulkan

    dampak psikologis cukup serius adalah ansietas/kecemasan. Menurut Stuart dan Laraia (2005)

    kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar berkaitan dengan perasaan tidak

    pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara

    subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.

    Menurut Mauro dan Murray (2000) kecemasan merupakan suatu respon yang diperlukan

    untuk hidup, namun bila tingkat cemas ini berat akan mengganggu kehidupan baik secara

  • kualitas maupun kuantitas. Kecemasan dapat disebabkan oleh adanya perasaan takut tidak

    diterima dalam lingkungan tertentu, pengalaman traumatis akan perpisahan atau kehilangan,

    rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan dan ancaman terhadap integritas diri

    maupun konsep diri (Suliswati, 2005). Salah satu contoh kecemasan yang sering ditemui dalam

    kehidupan sehari-hari adalah cemas saat menghadapi kejadian traumatik misalkan kecemasan

    menghadapi persalinan terutama ibu yang pertama kali akan melahirkan.

    Persalinan dan kehamilan merupakan suatu peristiwa yang membahagiakan bagi seorang

    ibu dan seluruh keluarga. Selain itu juga merupakan saat yang paling dramatis apalagi bagi ibu

    yang pertama kali mengalaminya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur

    baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya

    waktu menghadapi persalinan. Menurut Gressman (1980), kehamilan melibatkan seluruh

    anggota keluarga. Karena kehamilan adalah permulaan tidak hanya berkembangnya janin, tetapi

    juga pembentukan baru dari sebuah keluarga dengan tambahan anggota dan perubahan hubungan

    setiap anggota keluarga.

    Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi berharga

    karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung

    jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya menghadapi peran baru, wanita mengubah konsep

    dirinya supaya siap menjadi orang tua. Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugas-tugas

    tertentu, menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu, mengatur hubungan dengan

    pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri

    menghadapi persalinan ( Stainton, 1984).

    Trimester III merupakan klimaks kegembiraan emosi menanti kelahiran bayi, terutama ibu

    primipara, yaitu seorang ibu yang baru melahirkan pertama kali (Bobak, 2004). Sekitar bulan ke-

  • 8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika bayi membesar dan

    ketidaknyamanan bertambah sehingga menyebabkan calon ibu mudah lelah dan tergantung

    pada pasangan atau orang lain di sekitarnya. Calon ibu menjadi lebih introspektif dan mulai

    banyak memikirkan dan mencemaskan persalinan, kelahiran, dan bayinya. Hal ini membuat ibu

    mulai protektif terhadap bayi yang sedang berkembang dan mencoba menghindari sesuatu yang

    dapat mengurangi kesejahteraannya (Hamilton, 1995).

    Hal senada juga di ungkap oleh Kartono (1992) bahwa pada usia kandungan tujuh bulan ke

    atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan mendekatnya

    kelahiran bayi pertamanya. Pada trimester ini merupakan masa riskan terjadinya kelahiran bayi

    prematur sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada ibu hamil.

    Hal yang mempersulit proses persalinan selain bersifat klinis seperti plasenta previa, suasana

    psikologis ibu yang tidak mendukung ternyata ikut andil. Misalkan, ibu dalam kondisi cemas

    yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab, sehingga pada akhirnya berujung pada stres.

    Cemas yang berlebihan menyebabkan kadar hormon stres meningkat (beta-endorphin, hormon

    adrenokortikotropik [ACTH], kortisol dan epinefrin). Efek kadar hormon yang tinggi dalam

    menghambat persalinan dapat dikaitkan dengan persalinan distosia. Cemas yang berlebihan dapat

    menghambat dilatasi seviks normal, sehingga dapat meningkatkan persepsi nyeri dan

    mengakibatkan persalinan lama (Bobak, 2004).

    Kecemasan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi tubuh, menyebabkan keletihan

    bahkan mempengaruhi kondisi janin dalam kandunganya. Kondisi inilah yang mengakibatkan

    otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada di jalan rahim ikut menjadi kaku dan keras

    sehingga sulit mengembang. Tidak hanya itu, emosi yang tidak stabil dapat membuat rasa sakit

    yang meningkat. Menjelang persalinan, ibu hamil membutuhkan ketenangan agar proses

  • persalinan menjadi lancar tanpa hambatan. Semakin ibu tenang menghadapi persalinan maka

    persalinan akan berjalan semakin lancar (Zaenal, 2002).

    Menurut Todd dalam Irma (2002), melaporkan kecemasan selama kehamilan menyebabkan

    depresi postpartum 20 responden dari 300 responden. Hasil penelitian mengindikasikan beratnya

    perubahan suasana emosi pada periode postpartum berkorelasi dengan beratnya kecemasan

    selama kehamilan. Penelitian lain juga menemukan bahwa antara kecemasan berat dan sikap

    permusuhan selama kehamilan berkorelasi secara positif dengan depresi postpartum (Hayworth,

    1980).

    Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengatasi masalah kecemasan yang dialami

    ibu hamil. Perawat harus dapat mengenali gejala kecemasan dan mengurangi kecemasan ibu

    hamil dengan memberikan penjelasan mengenai kehamilan, persalinan, kecemasan dan efek

    kecemasan pada ibu hamil dan janin. (Dagun, 1991).

    Hasil penelitian oleh Anik (2008) di wilayah kerja Puskesmas Tanon I kecamatan Tanon,

    Sragen, data tahun 2007 tercatat angka ibu melahirkan sebanyak 422 kelahiran hidup.

    Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang baru pertama menghadapi persalinan

    mengatakan bahwa terdapat 20% ibu yang mengalami kecemasan. Penelitian Astuti (2005)

    mengenai kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh cemas ringan (46%), sedang

    (50%), dan berat (4 %). Penelitian Yuliana (2008), mengenai gambaran kecemasan pada ibu

    hamil Trimester III, dari 51 responden yang diteliti diperoleh tidak mengalami cemas (49%),

    ringan (47.1%), dan sedang (3.9%).

    Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan antara

    lain:, interpersonal, behaviour, biologi, dan keluarga. Pada penelitian ini yang diteliti adalah

    keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan yang dimiliki setiap individu, lingkungan ini

  • yang membentuk kepribadian seseorang dari kecil hingga dewasa, dan dalam keluaraga yang

    sering muncul adalah dukungan. Sedangkan faktor psikoanalisa dan biologi tidak diteliti karena

    kedua hal ini terjadi dibawah alam sadar seseorang dan tidak disadari. Pada interpersonal dan

    behavior, tidak diteliti karena ada perbedaan respon tiap individu dan tidak dapat diukur secara

    objektif.

    Dukungan keluarga baik yang dimiliki calon ibu akan menunjukkan perasaan tenang, sikap

    positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, atau sebaliknya. Seseorang yang memiliki

    dukungan yang kurang dalam kehidupannya,maka cenderung akan terlihat kurang peduli. Ketika

    memiliki dukungan keluarga diharapkan wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan

    psikologisnya dan lebih mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang

    timbul. Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan orang terdekat akan

    menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu (Dagun, 1991).

    Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang, pada tanggal 23 Juni

    2010 didapatkan hasil bahwa dari 5 orang ibu primipara terdapat 3 ibu mengatakan khawatir

    menghadapi persalinan. Pengamatan yang kami lakukan terkait dukungan keluarga, hampir 80%

    ibu hamil yang melakukan ANC ditemani oleh suami atau salah satu anggota keluarganya.

    Al-Quran memberikan penjelasan bahwasanya kehamilan dan persalinan merupakan tugas

    yang sangat berat :

  • Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;

    ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya

    dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-

    Kulah kembalimu (QS. Luqman 14).

    Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya

    mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).

    mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah

    dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk

    mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan

    supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku

    dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau

    dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri"(QS. Al Ahqaaf 15).

    Berdasarkan uraian di atas bahwa kecemasan yang dialami ibu hamil trimester III terutama

    ibu Primipara, ternyata tidak hanya mempunyai dampak secara psikologis, tetapi juga

    berpengaruh pada fisik ibu. Ketika kecemasan yang dialami ibu tidak ditangani maka akan

    berdampak saat ibu melahirkan, meningkatkan persepsi nyeri ibu dan memperlama proses

    persalinan. Karena itu kami tertarik untuk meneliti tentang salah satu faktor yang mempengaruhi

    kecemasan yaitu dukungan keluarga pada ibu primipara menghadapi persalinan.

  • B. Rumusan Masalah

    Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa dampak

    dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Jika hal ini dibiarkan

    terjadi, maka akan memperlama proses persalinan dan meningkatkan persepsi nyeri. Hal ini

    berakibat resiko kematian pada saat persalinan.

    Menurut Stuart & Laraia (2005) ada 5 faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan, yaitu

    psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, dan biologi tetapi penelitian ini yang diteliti

    adalah Dukungan Keluarga, karena dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga dan

    mempertahankan integritas fisik maupun psikologi (Taylor, 2006). Sehubungan dengan hal

    tersebut maka diperlukan penelitian tentang adanya hubungan dukungan keluarga dengan

    kecemasan ibu primipara menghadapi persalinan.

    C. Pertanyaan Penelitian

    1. Bagaimana gambaran dukungan keluarga ibu primipara trimester III dalam menghadapi

    persalinan di Puskesmas Pamulang?

    2. Bagaimana gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi persalinan di

    Puskesmas Pamulang ?

    3. Bagaimana hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara dalam

    menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?

    4. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan

    behavior ?

  • D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan menghadapi persalinan di

    Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara trimester

    III dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

    b. Mengidentifikasi gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi

    persalinan di Puskesmas Pamulang.

    c. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara dalam

    menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.

    d. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol

    interpersonal dan behavior.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi pelayanan keperawatan

    2. Untuk mengidentifikasi kecemasan yang terjadi pada ibu primipara trimester III

    menghadapi persalinan, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan terutama saat

    melakukan pengkajian terkait kondisi psikologis ibu.

    3. Bagi tenaga kesehatan

    Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya Puskesmas

    Pamulang yang menangani ibu hamil untuk menyusun upaya-upaya yang sesuai dalam

    mengatasi dan mengurangi kecemasan ibu primipara trimester III, terutama untuk health

    promotion dan health prevention.

  • 4. Bagi pendidikan

    Dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu khususnya ilmu

    keperawatan maternitas mengenai penatalaksanaan sewaktu ANC dan keperawatan jiwa

    tentang penyebab kecemasan.

    5. Bagi penelitian selanjutnya

    Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan pengembangan ilmu

    berkaitan dengan kecemasan.

    F. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan dan dukungan

    keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol dengan variabel lain yaitu interpersonal dan

    behaviour. Serta melihat sejauh mana faktor tersebut berhubungan terhadap kecemasan.

    Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamulang 2010, karena Puskesmas Pamulang mempunyai

    jumlah ibu primipara tertinggi dibanding Puskesmas lain di Tangerang Selatan. Populasi

    penelitian ini adalah ibu primipara trimester III (7-9 bulan), dan yang melakukan ANC di

    Puskesmas Pamulang 2010.

    Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian cross

    sectional. Teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling, yaitu menggunakan populasi

    sebagai sampel sebanyak 52 orang.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kecemasan

    1. Pengertian Kecemasan

    Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari kehidupan.

    Kelainan kecemasan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika, menyerang antara 10%-25%

    populasi. Kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang dirinya dan hubungan dengan yang lain.

    Kecemasan merupakan ketakutan yang bercampur baur samar-samar dan berhubungan dengan

    perasaan ketidakpastian dan tidak berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan kegelisahan.

    Kecemasan merupakan pengalaman yang menjengkelkan dimulai dari bayi dan berlanjut di

    sepanjang kehidupan (Stuart dan Laraia, 2005).

    Menurut Post (1978:57-86), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan,

    yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan

    juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud (dalam Arndt, 1974) menggambarkan

    dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti

    oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan.

    2. Jenis Kecemasan

    Menurut Hall dan Lindzey (2000) kecemasan itu ada tiga, yaitu kecemasan realita, neurotik

    dan moral.

    a. Kecemasan realita

    Rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu

    sangat tergantung kepada ancaman nyata.

    b. Kecemasan neurotik

  • Rasa takut instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat

    membuatnya terhukum.

    c. Kecemasan moral

    Rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang

    cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.

    3. Tingkat Kecemasan

    Menurut Stuart dan Sundeen (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu,

    yaitu :

    a. Kecemasan ringan

    Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

    menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

    Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan

    kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang

    persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan

    tingkah laku sesuai situasi.

    b. Kecemasan sedang

    Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan

    mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,

    namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini

    yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat,

    ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit,

    mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian

  • selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung,

    tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

    c. Kecemasan berat

    Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat

    cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat

    berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

    memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah

    mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare,

    palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada

    dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak

    berdaya, bingung, disorientasi.

    d. Panik

    Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan

    kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

    pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi

    pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap

    perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

    5. Rentang Respon Kecemasan

    Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon adaptif

    seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif) dalam mengatasi

    kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan koping yang bersifat merusak

    (destruktif) dan disfungional seperti individu menghindari kontak dengan orang lain atau

    mengurung diri, tidak mau mengurus diri (Suliswati, 2005).

  • 6. Respon Kecemasan

    Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada 2 macam respon yang dialami seseorag ketika

    mengalami kecemasan :

    a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan.

    1) Kardio vaskuler

    Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan

    nadi menurun, syock dan lain-lain.

    2) Respirasi

    Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.

    3) Kulit

    Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa

    terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

    4) Gastrointestinal

    Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.

    5) Neuromuskuler

    Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah

    tegang, gerakan lambat.

    b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

    1) Perilaku

    Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,

    menghindar.

    2) Kognitif

  • Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung,

    lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan,

    obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.

    3) Afektif

    Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah.

    6. Reaksi Kecemasan

    Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu.

    a. Konstuktif

    Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap perasaan tidak nyaman

    dan berfokus pada kelangsungan hidup.

    b. Destruktif

    Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.

    7. Mekanisme Koping

    Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang digunakan

    individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang

    mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping dibagi menjadi 2, yaitu :

    a. Reaksi yang berorientasi pada tugas

    Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan secara

    realistik. Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan dan mengatasi hambatan

    pemenuhan kebutuhan. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah cara yang biasa

    dilakukan individu, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal.

    b. Mekanisme Pertahanan Ego

  • Membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut

    berlangsung secara relatif pada tingkat sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi

    realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif terhadap stres.

    8. Gejala Kecemasan

    Orang yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi

    dalam beberapa fase, yaitu

    a. Fase 1 (satu)

    Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk

    fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak

    sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan noradrenalin. Karena itu maka

    gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot

    dada, leher dan punggung. Hal ini menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya

    akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari

    kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah

    dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan

    mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf

    fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).

    b. Fase 2 (dua)

    Gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan

    keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri

    (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang

    beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah

    diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan

  • tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa

    terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia

    berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu

    (Asdie, 1988).

    c. Fase 3 (tiga)

    Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja

    berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala

    yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala

    kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak

    mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti,

    intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang

    sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat

    sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

    9. Faktor Pencetus Kecemasan

    Menurut Stuart dan Laraia (2005), pencetus timbulnya kecemasan dapat disebabkan oleh

    berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal tersebut dibedakan

    menjadi:

    a. Ancaman terhadap integritas fisik

    Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang untuk

    melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa disebabkan oleh infeksi

    virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman keselamatan, injuri; sedangkan sumber

    internal merupakan kegagalan mekanisme fisik seseorang seperti jantung, sistem imun,

    termoregulator menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan.

  • b. Ancaman terhadap self esteem

    Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan integritas

    fungsi sosial, meliputi sumber eksternal yaitu berbagai kehilangan seperti kehilangan orang

    tua, teman dekat, perceraian, perubahan status pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial;

    sedangkan sumber internal yaitu kesulitan dalam hubungan interpersonal di dalam rumah,

    di tempat kerja, dan di dalam masyarakat.

    10. Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan

    Beberapa mekanisme pertahanan digunakan untuk melawan kecemasan antara lain adalah:

    a. Represi

    Pada terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari kesadaran

    (conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak sadar terhadap sesuatu

    yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan.

    b. Reaksi Formasi

    Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan tidak

    sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk yang lebih dapat

    diterima.

    c. Proyeksi

    Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu impuls yang

    tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya melainkan milik orang

    lain.

  • d. Regresi

    Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa periode awal

    dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi dan kecemasan yang

    saat ini dihadapi.

    e. Rasionalisasi

    Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman kembali

    perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat diterima oleh kita.

    f. Pemindahan

    Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek lain karena

    objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia.

    g. Sublimasi

    Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id, sublimasi

    melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu sendiri. Energi instingtual

    dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secarasosial bukan hanya diterima namun dipuji.

    h. Isolasi

    Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima dengan cara

    melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat, merepresikannya dan

    bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi.

    11. Alat Ukur Kecemasan

    Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen Hamilton Anxiety

    Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), dan Trait

    Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock, 1998). Pada penelitian ini,

    peneliti menggunakan instrumen Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), yang merupakan

  • instrumen yang dirancang untuk meneliti tingkat kecemasan secara kuantitatif, kemudian

    dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Instrumen ZSAS

    dikembangkan oleh William W.K Zung (1997).

    Batasan keadaan kecemasan adalah suatu pengalaman manusia yang universal berbentuk

    respon emosional yang tidak menyenangkan, ditandai oleh perasaan takut dan khawatir terhadap

    ancaman bahaya yang tidak teridentifikasi dan bersumber pada konflik-konflik di dalam diri

    sendiri, disertai gejala-gejala fisik disebabkan rangsangan sistem syaraf simpatik. Berdasarkan

    analisis statistik, ZSAS mampu membedakan dengan jelas penderita kecemasan dengan diagnosa

    lain dan juga hubungan antara setiap pertanyaan dengan total skor yang didapat adalah

    bermakna.

    12. Tindakan Keperawatan

    Menurut Doenges, dkk (1995) tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi

    koping individu yang tidak efektif pada diagnosa keperawatan ansietas antara lain : mengkaji

    kapasitas fungsi saat ini, mengembangkan tingkat fungsi dan tingkat koping, menentukan

    mekanisme pertahanan yang harus digunakan, mengidentifikasi metode koping sebelumnya

    terhadap masalah kehidupan, mendengarkan secara aktif terkait masalah klien, dan identifikasi

    persepsi tentang apa yang sedang terjadi, membantu klien mengidentifikasi efek maladaptif

    mekanisme koping sekarang yang digunakan, memberi informasi tentang cara lain untuk

    menghadapi kecemasan (misalnya, pengenalan dan ekspresi perasaan yang sesuai serta

    ketrampilan penyelesaian masalah).

    Mc Closkey (1996) pada Nursing Intervention Classification menjelaskan bahwa

    tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan dapat dilakukan dengan cara menenangkan

    dan menentramkan hati, menyatakan dengan jelas perilaku klien, menjelaskan semua prosedur

  • termasuk dampak maupun akibat selama perawatan, memahami klien dalam mencari pandangan

    terhadap situasi yang menyebabkan stres, menyediakan informasi berdasarkan fakta mengenai

    hasil diagnose keperawatan dan prognosisnya.

    Perawat juga menyediakan objek yang menandakan rasa aman, menggosok pungung atau

    leher sesuai kondisi, mendorong aktivitas yang nyaman sesuai kondisi, mendengarkan penuh

    perhatian, mendorong klien untuk mengungkapkan persepsi maupun kecemasan yang dirasakan,

    mengidentifikasi ketika tejadi perubahan tingkat cemas, menyediakan kegiatan yang sesuai ke

    arah pengurangan ketegangan membantu klien dalam mengidentifikasi situasi yang menimbulkan

    kecemasan, membantu klien dalam mengartikan suatu uraian realitas terhadap suatu peristiwa

    yang akan datang, menentukan kemampuan klie dalam mengambil keputusan, menganjurkan

    klien untuk menggunakan teknik relaksasi serta program pengobatan. Menurut pandangan

    beberapa ahli, praktik intervensi lanjut untuk mengatasi kecemasan diantaranya :

    a) Terapi kognitif

    Varcorolis, dkk (2006) menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang didasarkan

    pada keyakinan klien dalam kesalahan berpikir, mendorong pada penilaian negatif terhadap

    diri sendiri dan orang lain. Selama proses restrukturisasi pikiran, terapis membantu klien

    mengidentikasi pikiran negatif yang menyebabkan kecemasan, menggali pikiran tersebut,

    mengevaluasi kembali situasi yang realistis dan mengganti hal negatif yang telah

    diungkapkan dengan ideide yang membangun.

    b) Terapi perilaku

    Berbagai jenis perilaku digunakan digunakan pembelajaran dan praktik secara langsung

    dalam upaya menurunkan kecemasan atau menghindari. Videback (2000) menegaskan bahwa

  • terapi perilaku dipandang efektif dalam mengatasi gangguan kecemasan terutama jika

    dikombinasikan dengan farmakoterapi.

    c) Teknik relaksasi

    Latihan relaksasi dilakukan melalui teknik pernapasan atau peregangan otot. Menurut Stuart

    dan Laraia (2000) seseorang yang mengalami perasaan tidak tentram, cemas dan stres

    psikologis. Jika diberikan suatu latihan relaksasi yang terprogram secara teratur maka akan

    menurunkan denyut nadi, tekanan darah tinggi, mengurangi keingat dan frekuensi pernapasan.

    d) Modelling

    Terapis secara khusus memberikan role model dan mendemonstrasikan perilaku yang sesuai

    dalam situasi yang ditakutkan dan kemudian klien menirukan.

    14.Terapi Farmakologi

    Halloway (1996) menjelaskan bahwa terapi obat untuk gangguan kecemasan diklarifikasikan

    menjadi anti ansietas yang terdiri, anxiolitik, transquilizer, sedative, hipnotik, dan anti konvulsan.

    Mekanisme kerja dari obat ini adalah mendepresi susunan syaraf pusat (SSP) kecuali buspiron

    (Buspar). Meskipun mekanisme kerja yang tepat belum diketahui, obat anti ansietas

    menimbulkan efek yang diinginkan melalui interaksi dengan serotonin, dopamine, dan reseptor

    neurotransmitter lain. Obat anti ansietas digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan,

    gangguan somatoform, gangguan disosiatif, gangguan kejang, dan untuk pemulihan gejala

    insomnia dan kecemasan.

    Menurut Copel (2000), efek samping yang umum dari penggunaan obat anti ansietas yakni,

    pada SSP (pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih, depresi, sakit kepala,

    kejang, delirium, kaki lemas, ataksia, bicara tidak jelas), kardiovaskuler (hipotensi ortostastik,

    takikardi, perubahan elektrokardigram), mata dan THT (pandangan kabur, midriasis, tinnitus),

  • gastrointestinal (anoreksia, mual, kering, mulut kering, muntah). Kontra indikasinya yaitu,

    penyakit hati, klien lansia, penyakit hati, glaucoma, kehamilan atau menyusui, psikosis, dan

    penyakit pernafasan yang telah ada serta reaksi hipersensitivitas.

    Tabel 2.1 Daftar Obat Ansietas

    Nama Generik Dosis (Mg/ hari)

    Alprazolam (xanax) 1- 4

    Diazepam (Valium) 2 -40

    Fluoxetine (Prozac) 20 60

    Clomipramine (Anafranil) 50 250

    Lorazepam (Ativan) 1 6

    15. Faktor Prediposisi Kecemasan

    a. Psikoanalisa

    Pandangan psikoanalitik adalah bahwa dalam kasus tertentu kecemasan adalah suatu sinyal dari

    kekacauan bawah sadar yang memerlukan pemeriksaan. Kecemasan dapat normal, adaptif,

    maladaptif, terlalu kuat, atau terlalu ringan, tergantung pada keadaan. Freud mengatakan bahwa

    prototipe dari semua anxietas adalah trauma masa lahir (Otto Rank, 1986).

    Janin saat dalam masa kandungan merasa dalam dunia yang nyaman, stabil dan aman dengan

    setiap kebutuhan dapat dipuaskan tanpa ada penundaan. Tiba-tiba saat lahir individu dihadapkan

    pada lingkungan yang berlawanan. Individu kemudian harus beradaptasi dengan realitas, yaitu

    kebutuhan instinktual tidak selalu dapat ditemukan. Sistem saraf bayi yang baru lahir masih mentah

    dan belum tersiapkan, tiba-tiba dihadapkan dengan stimulus sensorik yang keras dan terus-menerus.

    Trauma lahir, dengan peningkatan kecemasan dan ketakutan bahwa Id (aspek dari kepribadian yang

  • berhubungan dengan dorongan insting yang merupakan sumber energi psikis yang bekerja

    berdasarkan prinsip kepuasan/pleasure principle dan selalu ingin dipuaskan) tidak dapat terpuaskan

    merupakan pengalaman pertama individu dengan ketakutan dan kecemasan.

    Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu termotivasi

    untuk memuaskan. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu bahwa ego sedang dalam

    ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka ego akan terbuang secara

    keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan mempertahankan dirinya. Individu akan

    mencoba lari dari situasi yang mengancam serta berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang

    merupakan sumber bahaya. Individu juga dapat mengikuti kata hatinya.

    b. Interpersonal

    Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya

    penerimaan dan penolakan interpersonal. Interpersonal penolakan termasuk dalam peristiwa yang

    paling mempengaruhi dalam pengalaman orang. Perasaaan penolakan, pengucilan, stigmatisasi,

    dan jenis lain dari penolakan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kualitas kehidupan

    masyarakat. Akibatnya, orang termotivasi untuk menghindari penolakan sosial, dan banyak

    perilaku manusia tampaknya dirancang untuk menghindari pengalaman tersebut. Efek penolakan

    interpersonal terhadap perilaku dan emosi, adalah pengantisipasian, dan trauma serta

    mengakibatkan kecemasan.

    Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain, interpersonal transactions,

    membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan kecenderungan perilaku yang bertahan

    sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan tidak berdaya, trauma kehilangan, dan kematangan

    kepribadian.

  • Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan ancaman, kehilangan

    kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi dan harga diri, gagal membentuk

    pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian, rasa tidak berdaya

    (Hudak&Gallo, 1995; Glenorae, 1993). Menurut Sullivan dalam (2000) kecemasan dimulai pada

    awal hubungan antara bayi dan ibunya. Melalui hubungan emosional inilah, kecemasan pertama

    kali disampaikan ibu kepada anaknya. bayi merespon seperti ketika dia bersatu bersama ibunya.

    Ketika anak tumbuh dewasa, dia akan melihat ketidak mampuan dalam setiap tindakannya,

    sehingga dapat menimbulkan kecemasan. Adanya trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang

    akhirnya menjadikan seorang rentan terhadap kecemasan. Kecemasan dapat pula timbul

    dikemudian hari ketika dia kehilangan. Manusia adalah suatu sistem energi, yang salah satu

    tugasnya adalah mengurangi ketergantungan disebabkan oleh kebutuhannya.

    Individu yang memiliki kematangan kepribadian akan lebih sukar mengalami kecemasan, sebab

    individu mempunyai adaptasi yang besar terhadap stressor, sedangkan individu yang kepribadian

    tidak matang yaitu, bergantung pada orang lain. Orang ini lebih peka terhadap rangsangan

    sehingga sangat mudah mengalami kecemasan.

    c. Behaviour

    Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang

    mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku

    menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk

    menghindari rasa sakit. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan muncul melalui classical

    conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi kecemasan terhadap hal-hal yang pernah

    dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen,

    1988; dalam Wangmuba, 2009).

  • Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan yang

    disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan. Tujuan tersebut mungkin

    terdapat halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri. Pandangan perilaku ini

    orang merasa cemas saat terancam tujuan yang tidak realistik. Hal ini seperti pengalaman kegagalan

    (Stuart dan Laraia, 2005).

    Penelitian psikologi percaya bahwa kecemasan dimulai dari peningkatan stimulus dari luar.

    Kecemasan dalam perilaku dapat meliputi, hubungan dengan orang tua. Bagaimana orang tua

    memandang sesuatu sebagai sumber kecemasan, maka anaknya akan berespon sama terhadap hal

    tersebut. Jika orang tua sepenuhnya mempunyai potensi untuk mengalami stress, seperti saat sendirian

    dan cemas terhadap sesuatu, sehingga respon emosi yang berasal dari orang tua akan membuat anak

    belajar melakukan mengalami hal yang sama (Stuart dan Laraia, 2005).

    Kecemasan juga muncul berhubungan konflik, konflik ini ditemukan ketika seseorang mengalami

    persaingan dan membuat suatu pilihan. Konflik menimbulkan cemas dan kecemasan meningkatkan

    persepsi konflik yang dimanifestasikan perasaan tidak berdaya (Stuart dan Laraia, 2005).

    Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.

    perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,

    adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Keikutsertaan ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,

    menjadikan konflik situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Konflik bertentangan dengan

    integrasi.

    Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus dimasyarakat. Konflik yang terkontrol akan

    menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

    1) Faktor penyebab konflik.

  • a) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah

    individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda

    satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang

    nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan

    sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.

    b) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda.

    c) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

    2) Macam-macam konflik itu adalah :

    a) Pendekatan-pendekatan

    Seseorang mengejar tanggung jawab menguntungkan dan sangat diinginkan. Konflik ini

    jarang menimbulkan kecemasan.

    b) Pendekatan-penghindaran

    Seseorang yang mengejar tujuan dan menghindari dalam saat yang sama.

    c) Penghindaran-penghindaran

    Seseorang yang memilih diantara 2 hal yang tidak diinginkan, kedua pilihan tersebut

    merupakan hal yang tidak diinginkan.

    d) Double Pendekatan- penghindaran

    Orang yang dapat kedua hal yang menguntungkan dan aspek yang tidak menguntungkan,

    keduanya merupakan pilihan.

    6) Keluarga

    Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga. Kecemasan

    disebabkan adanya pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga. Studi pada keluarga dan

    epidemiologi menunjukkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap keluarga dalam berbagai

  • bentuk dan sifat yang berbeda (Hettema, 2001). Suliswati (2005) menerangkan bahwa riwayat

    gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon

    terhadap konflik dan cara mengatasi kecemasan.

    Keluarga dihubungkan oleh ikatan yang sangat kuat, bahkan lebih kuat saat mengalami

    kejadian yang mengkhawatirkan. Segala hal yang mempengaruhi semua anggota keluarga, maka

    akan mempengaruhi kecemasan yang dialami individu. Peran keluarga dalam menimbulkan

    kecemasan meliputi, adanya konflik, dukungan keluarga yang diberikan ketika menghadapi

    peristiwa penting dalam kehidupan.

    Menurut Baron & Byrne (1991) dukungan keluarga berperan meningkatkan kesehatan tubuh

    dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan orang saat

    menghadapi keadaan yang kurang menyenangkan dalam hidup. Keluarga merupakan bagian dari

    kelompok sosial. House (2000 dalam Smet, 2004) membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial

    yang meliputi

    1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap yang

    bersangkutan. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan emosional yang dapat

    diberikan

    Penerimaan yaitu tidak ada stigma dari keluarga untuk anggota keluarga.

    a) Adanya komitmen dari keluarga terhadap kesejahteraan atau berbagi beban.

    b) Keterlibatan sosial adanya kontak sosial dan suasana persahabatan.

    c) Afektif, yaitu dengan menunjukkan cinta dan perhatian.

    d) Adanya dukungan timbal balik.

  • 2) Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang lain,

    dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan dengan individu lain.

    Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan penghargaan yang dapat diberikan:

    a) Penegasan keluarga memvalidasi tindakan, perasaan.

    b) Mendengarkan aktif, mendukung individu, dan memberi pendapat.

    c) Berbicara, yaitu memberikan anggota keluarga untuk mengeluarkan pendapat.

    3) Dukungan Instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika anggota keluarga

    lain memberikan, menolong, membantu menyelesaikan seseorang pada situasi tertentu.

    4) Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan umpan balik.

    5) Network support, menimbulkan perasaan menjadi suatu bagian di dalam suatu kelompok

    tertentu yang mempunyai minat dan aktivitas tertentu.

    Dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga atau mempertahankan integritas

    seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998 dalam Taylor, 2006)

    mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan mencari dukungan dari orang

    lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka diharapkan dapat mengurangi tingkat

    stress. Selain berperan dalam melindungi seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga

    juga memberikan pengaruh positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan

    dukungan keluarga yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).

    Ada dua model utama yang dapat menjelaskan peranan dari dukungan keluarga dalam

    menghadapi suatu peristiwa dan dampak dari stres yang sedang dihadapi seseorang (Taylor,

    2006), yaitu the direct effects dan the buffering model.

    Berdasarkan the direct effects, dukungan keluarga melibatkan jaringan yang cukup luas

    mempunyai dampak positif secara langsung bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan

  • seseorang serta dapat mengurangi kecemasan, ketidakberdayaan dan keputusasaan. Seseorang

    yang sedang mengalami stres akan mendapatkan perasaan dan pengalaman positif bahwa

    kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya. Adanya

    model yang memberikan contoh atau gaya cara hidup sehat, penguatan tingkah laku sehat serta

    dorongan semangat dan pengaruh orang yang berarti merupakan faktorfaktor dari lingkungan

    eksternal yang dapat mempengaruhi kesehatan.

    Skema 2.2 Pengaruh lingkungan eksternal terhadap kesehatan mental.

    Sedangkan menurut the buffering model, dukungan keluarga berpengaruh tentang

    kesehatan dengan melindungi anggota keluarga dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres.

    Cohen (dalam Sarafino, 2004) menggambarkan dua cara model ini. Pertama, ketika ada anggota

    keluarga yang menghadapi stres kuat dan menilai dukungan keluarga yang tinggi maka orang

    terssebut dapat menilai rendah stressor yang muncul dibandingkan dengan orang yang sedikit

    mendapat dukungan dari lingkungan keluarga. Kedua, dukungan keluarga dapat memodifikasi

    reaksi seseorang tentang stressor setelah melakukan penilaian sebelumnya. Orang yang tidak

    Faktor

    lingkungan

    eksternal

    (dukungan

    keluarga)

    Penguatan tingkah

    laku

    Pengaruh orang

    berarti

    Dorongan

    semangat

    Contoh / model

    Sehat dan

    keadaan

    sejahtera

    high family support

  • mendapatkan atau sedikit mendapatkan dukungan keluarga mempunyai kecenderungan tinggi

    mengalami dampak negatif dari stres.

    Skema 2.3 Pengaruh dukungan keluarga terhadap stress.

    Menurut Richardson (1983) yang dikutip oleh Bobak, dkk, (1995), orang yang paling

    penting bagi ibu hamil adalah ayah dari anaknya (suami). Ibu yang dirawat oleh suaminya selama

    kehamilan mempunyai lebih sedikit gejala emosional dan fisik, lebih komplikasi persalinan dan

    kelahiran dan lebih mudah penyesuaian post partum (Grossman, dkk, 1980; May, 1982).

    e. Dasar Biologi

    Kajian biologis menunjukkan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata

    sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan disertai dengan gangguan fisik dan

    selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart dan Sundeen,

    1998).

    Pengaturan kecemasan berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmitter Gamma

    Amino Butiric Acid (GABA), yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang berfungsi

    untuk pengeluaran kecemasan. Mekanisme kerja diawali dengan penghambatan neurotransmitter

    di otak oleh GABA. Ketika persilangan di sinaps dan mencapai atau mengikat ke reseptor GABA

    di membrane post sinaps, maka saluran reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion.

    Stres

    Kurang dukungan

    keluarga Sakit

    Dukungan keluarga

  • Akibatnya terjadi penghambatan/reduksi sel yang dirangsang kemudian sel beraktifitas dengan

    lambat (Stuart dan Laraia, 2005).

    Respon Adaptif Respon Maladaptif

    antisipasi ringan sedang berat panik

    Bagan 2.3 Stuart model adaptasi berhubungan dengan kecemasan (2005).

    Faktor predisposisi

    Psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, biologi

    Kekuatan koping

    Mekanisme koping

    Faktor presipitasi

    Integritas fisik

    System self esteem

    Penilaian stressor

    Konstruktif

    Mekanisme

    pertahanan Ego Reaksi berorientasi

    tugas

    Destruktif

  • B. Kehamilan dan Persalinan Sebagai Pencetus Kecemasan

    1. Kehamilan

    Kehamilan menandai akan hadirnya manusia baru dengan segala kemungkinan, harapan,

    kebahagiaan, dan kekecewaan. Seorang wanita hamil mungkin telah siap menampung hasil

    pembuahan, tetapi dari segi kejiwaan belum tentu siap. Pengalaman masa kanak-kanak,

    pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan atau pengalaman sendiri pada kehamilan

    sebelumnya akan ikut mempengaruhi makna kehamilan tersebut (Whalen, 1987).

    Seorang wanita hamil biasanya mengalami perasaan ambivalensi. Suatu perasaan yang

    bersifat menginginkan dan menolak terhadap kehadiran bayinya. Perasaan menginginkan,

    kebahagiaan, dan lain-lain dapat diekspresikan secara bebas dan tidak menimbulkan perasaan

    bersalah, ketakutan, dan kecemasan. Perasaan menolak kurang dapat diekspresikan secara bebas

    serta kadang-kadang perasaan ini sebagian besar tidak disadari. Perasaan menolak meliputi

    cemas dan takut akan sakit waktu melahirkan, terutama kelainan pada persalinan sebelumnya,

    kehilangan sifat menarik, perasaan tidak nyaman akibat pembesaran abdomen, terganggunya

    pekerjaan dan aktifitas sosial, kelelahan, kesediaan merawat bayi, masalah biaya, perasaan cemas

    atau bertanggung jawab sebagai ibu (Benson, R.C.,1984, Maramis,W.F,1986).

    Pada kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, pada penelitian ini hanya trimester ketiga yang

    dijelaskan karena trimester ini merupakan klimaks dari beberapa trimester sebelumnya.

    a.Trimester ketiga

    Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata. Sebagian

    belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang lainnya dapat mengatasi

    kecemasan tersebut dengan baik . Alasan yang mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan

  • adalah kecemasan mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya (

    Kosim, 1970).

    Pada Trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar ibu akan merasakan berbagai perasaan

    emosional yang berbeda-beda dan tubuh secara fisik juga mengalami perubahan. Ibu akan

    mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam keluarga. Ibu akan merasakan berbagai

    perasaan emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk bertemu bayi baru anda. Mungkin

    juga kuatir dengan kesehatan bayi anda. Ibu mulai berfikir tentang persalinan. Perubahan, tubuh

    secara fisik juga mengalami perubahan pada trimester akhir ini. Beberapa perubahan yang terjadi

    pada kehamilan trimester ketiga:

    a) Payudara

    Keluarnya cairan dari payudara yaitu colustrum adalah makanan bayi pertama yang kaya

    akan protein.

    b) Konstipasi

    Pada trimester ke tiga ini konstipasi juga karena tekanan rahim yang membesar ke daerah

    usus selain peningkatan hormone progesterone.

    c) Pernafasan

    Pada kehamilan 33-36 banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas hal ini karena tekanan

    bayi yang berada dibawa diafragma menekan paru ibu. Selain itu juga rasa terbakar di dada

    (heart burn) biasanya juga ikut hilang. Karena berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi

    dibawah tulang iga ibu.

    d) Sering BAK

    Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan

    kandung kencing ibu.

  • e) Masalah Tidur

    f) Varises

    Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah panggul

    dan vena di kaki. Hal ini menyebabkan vena menonjol. Pada akhir kehamilan kepala bayi

    juga akan menekan vena daerah panggul.

    h) Kontraksi Perut

    Braxton-Hicks kontraksi atau kontraksi palsu. Kontraksi berupa rasa sakit yang ringan, tidak

    teratur, dan hilang bila duduk atau istirahat.

    i) Bengkak

    Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki,

    kadang tangan juga bengkak disebut edema, disebabkan oleh perubahan hormonal yang

    menyebabkan retensi cairan.

    j) Kram Kaki

    Ini sering terjadi pada kehamilan trimester ke 2 dan 3, dan biasanya berhubungan dengan

    perubahan sirkulasi, tekanan pada saraf dikaki atau karena rendahnya kadar kalsium.

    k) Cairan Vagina

    Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih, pada awal

    kehamilan biasanya agak kental dan mendekati persalinan lebih cair.

    Selain perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, masalah klinis juga dapat menyebabkan

    kecemasan. Masalah klinis yang paling sering terjadi trimester ketiga adalah perdarahan. Penyebab

    utama perdarahan pada trimester ketiga adalah plasenta previa, plasenta abruption dan bloody show.

    a) Placenta Previa (plasenta terletak tidak normal)

  • Placenta previa terjadi bila plasenta terletak terlalu rendah di dalam rahim, menutupi

    pembukaan serviks.

    b) Plasenta Abruption (awal pemisahan plasenta)

    Plasenta abruption (juga dikenal sebagai pemisahan prematur plasenta), plasenta akan terlepas

    dari dinding rahim. Pendarahan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, yang berbahaya

    bagi ibu maupun bagi bayi yang belum lahir.

    c) Bloody Show

    Ini adalah salah satu penyebab paling umum perdarahan vagina pada akhir trimester ketiga. Ini

    dapat terjadi hanya beberapa menit sebelum persalinan atau pada awal sebagai perubahan

    serviks, cairan ini berbentuk lendir dan darah.

    2. Persalinan

    Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup

    bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan

    bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998). Serangkaian kejadian yang

    berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

    pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

    C. Kerangka Teori

    Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat

    didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas

    (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa faktor yang

    menyebabkan terjadinya kecemasan adalah psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan

    biologi. Pada kelima hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan, yang paling mempengaruhi

    dan merupakan support sistem adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga mempunyai

  • peranan dalam membantu anggota keluarga menghadapi kecemasan. Ada 2 model dalam

    dukungan keluarga, yaitu : the buffering model dan the direct effect model. Pada the direct

    effect t model, dukungan keluarga berperan sebagai faktor yang berasal dari luar yang meliputi.

    Adanya model contoh, penguatan tingkah laku, pengaruh yang berarti dan dorongan semangat.

    Sedangkan, the buffering model, apabila seseorang kurang mendapat dukungan dari keluarga

    maka ia akan menjadi sakit.

    Bagan 2.4 Modifikasi Stuart & Laraia (2005), Taylor (2006), House (2000).

    Faktor Predisposisi

    Psikoanalisa

    Interpersonal

    konsep diri,

    trauma kehilangan

    kematangan kepribadian

    Behavior

    trauma kegagalan,

    pembelajaran,

    konflik

    Keluarga (dukungan keluarga)

    Dukungan emosional

    Dukungan penghargaan

    Dukungan instrumental

    Dukungan informatif

    Network support

    Biologi

    Biologi

    Kecemasan

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL

    A. Kerangka Konsep

    Pada teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dan kerangka teori, maka

    dapat disusun kerangka konsep dimana pada penelitian ini dukungan keluarga merupakan

    variabel independen, kecemasan variabel dependen dan interpersonal dan behaviour sebagai

    variabel potensial confounding.

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep (Sumber: Stuart dan Laraia (2005).

    B. Hipotesa Penelitian

    Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan kerangka konsep penelitian, maka

    dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:

    1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan menghadapi

    persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.

    - Interpersonal

    - Behaviour

    Dukungan

    keluarga

    Kecemasan

    menghadapi

    persalinan

  • 2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kecemasan ibu primipara menghadapi

    persalinan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.

    C. Definisi Operasional.

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    Variabel Definisi

    Operasional

    Cara Ukur Alat Ukur Hasil

    Ukur

    Skala

    Penguk

    uran

    Kecemasan Perasaaan

    terancam dan

    stressfull, yang

    dimanifestasikan

    pada perubahan

    pola tidur, makan

    dan tanda-tanda

    vital.

    Wawancara

    dengan

    menggunakan

    kuesioner

    sebagai alat

    ukur respon

    kecemasan.

    Kuesioner

    A 1

    0 = Tidak

    cemas ( 20

    - 40)

    1 = Cemas

    ringan ( 41-

    60)

    2 = Cemas

    Sedang

    (61-80)

    3 = Cemas

    Berat (81-

    100)

    Ordinal

  • Dukungan

    keluarga

    Dukungan yang

    diberikan oleh

    anggota keluarga

    terdekat yang

    berupa dukungan

    emosional,

    penghargaan,

    instrumental

    informative dan

    network support

    mempunyai

    peranan sebagai

    contoh/model,

    penguatan

    tingkah laku,

    dorongan

    semangat, dan

    pengaruh orang

    berarti.

    Wawancara

    dengan

    menggunakan

    kuesioner

    Kuesioner

    A 2

    0 =

    dukungan

    baik (37-

    48)

    1 = cukup

    dukungan

    ( 25-36)

    2 = kurang

    dukungan

    (12-24)

    ordinal

  • Interpersonal

    Hubungan

    interaksi dengan

    lingkungan yang

    dipengaruhi

    konsep diri,

    kematangan

    kepibadian, serta

    trauma

    kehilangan.

    Wawancara

    dengan

    menggunakan

    kuesioner.

    Kuesioner

    A 3

    0= baik

    (37-48)

    1= cukup

    (25- 36)

    2= kurang

    (12-24)

    Ordinal

    Behaviour

    Perilaku yang

    dibentuk sejak

    dini dipengaruhi

    trauma kegagalan,

    pembelajaran

    kejadian, dan

    konflik.

    Wawancara

    dengan

    menggunakan

    kuesioner.

    Kuesioner

    A 4

    0= baik

    (37-48)

    1= cukup

    (25-36)

    2= kurang

    (12-24)

    Ordinal

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Peneliti menggunakan rancangan

    penelitian metode cross sectional (potong lintang), karena pada penelitian ini variabel

    independen, dependen serta confounding akan diamati pada waktu (periode) yang sama.

    Rancangan penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

    kecemasan dan hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan setelah dikontrol dengan

    interpersonal dan behaviour.

    B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

    1. Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah ibu primiara trimester III dan melakukan pemeriksaan

    kehamilan di Puskesmas Pamulang. Jumlah populasi dalam penelitian ini 52 orang (berdasarkan

    data ibu primipara trimester II bulan Maret).

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek

    penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008:91). Sampel dari penelitian ini diambil dari

    populasi ibu primipara trimester III yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Poliklinik

    Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Pamulang. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini

    adalah:

  • a. Ibu Hamil trimester III

    b. Ibu yang melakukan ANC di Puskesmas Pamulang (namanya tercantum di KIA bulan

    Maret).

    c. Ibu yang akan melahirkan anak pertama.

    Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi, tetapi

    peneliti menggunakan Total Sampling yaitu menggunakan populasi sebagai sampel, karena

    jumlah populasi yang kecil.

    3. Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam

    penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi

    yang ada (Hidayat, 2008:72). Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan

    peneliti adalah Total Sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan seluruh

    jumlah populasi digunakan sebagai sampel, sebanyak 52 orang.

    C. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data

    Pengumpulan data ini dilakukan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Pamulang

    bulan Juni-Juli 2010.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh seorang mahasiswa Ilmu

    Keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua, yang pertama peneliti mendatangi

    rumah responden berdasar alamat yang tertera dan cara kedua mlakukan di Puskesmas Pamulang

    yaitu saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan. Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri

    terlebih dahulu, kemudian peneliti memberitahu maksud dan tujuan pengumpulan data, serta

    memberi informed consent untuk meminta persetujuan klien dijadikan responden penelitian.

  • Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah memberikan kuesioner dengan beberapa

    pilihan jawaban, yang harus dijawab oleh responden dengan lengkap dan jujur sesuai dengan

    yang dialami oleh responden. Selama pengisian kuesioner, responden didampingi oleh peneliti,

    sehingga bila ada butir pernyataan yang tidak jelas dapat ditanyakan langsung pada peneliti.

    Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti memeriksa kembali jawaban untuk setiap

    pernyataan agar tidak ada yang ketinggalan dan sesuai dengan petunjuk pengisian. Pengumpulan

    data pada penelitian ini untuk tingkat kecemasan menggunakan kuesioner Zung Self-Rating

    Anxiety Scale (ZSAS). Selain ZSAS, peneliti juga menggunakan instrumen dukungan keluarga,

    interpersonal dan behaviour. Untuk mengetahui dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour

    yang dimiliki oleh ibu primipara.

    E. Instrumen Penelitian

    Peneliti menggunakan 4 instrumen dalam penelitian ini, yakni :

    1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale

    (ZSAS) dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk mengukur

    tingkat kecemasan pada ibu primipara menghadapi persalinan. Instrumen ini terdiri dari 20

    butir pernyataan dengan karakteristik kecemasan meliputi 5 sikap dan 15 gejala somatik, dan

    digolongkan ke dalam empat tingkatan cemas yaitu tidak ada kecemasan, cemas ringan,

    cemas sedang, dan cemas berat.. Responden memilih satu dari lima pilihan jawaban yang

    ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, dimana digunakan skoring atau nilai

    jawaban sebagai berikut:

  • Tabel 4.1 Skala Kecemasan

    Alternatif

    Jawaban

    Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif

    Selalu 5 1

    Sering 4 2

    Kadang 3 3

    Jarang 2 4

    Tidak Pernah 1 5

    (Sumber: Nursalam, 2003)

    Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang tingkat

    kecemasan berupa data interval dengan kategori tidak cemas, cemas ringan, cemas

    sedang, dan cemas berat.

    Keterangan:

    P = Panjang kelas interval

    Rentang = Nilai skor terbesar dikurangi nilai skor terkecil

    Banyak kelas = Jumlah kategori kelas yang diinginkan, dalam hal ini ada empat, yaitu

    tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, dan cemas berat.

    Sehingga dari rumus diatas diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:

    Nilai 20 40 : tidak cemas

    Nilai 41 60 : cemas ringan

    Nilai 61 80 : cemas sedang

    Nilai 81 100 : cemas berat

  • 2. Instrumen yang kedua adalah Dukungan keluarga , dengan menggunakan kuesioner yang

    berisi daftar pernyataan untuk mengukur dukungan keluarga yang dimiliki ibu primipara

    dan mempegaruhi kecemasan. Pada instrumen berisikan dukungan emosional, penghargaan,

    instrumental, informatif dan network support mempunyai peranan sebagai contoh/model,

    penguatan tingkah laku, dorongan semangat, dan pengaruh orang berarti. Instrumen ini

    terdiri dari 12 pernyataan, 3 pertanyaan mengenai contoh/model, 3 pertanyaan mengenai

    penguatan tingkah laku, 3 pertanyaan mengenai dorongan semangat, 3 pertanyaan mengenai

    pengaruh orang berarti dan digolongkan ke dalam tiga tingkatan dukungan keluarga yaitu

    kurang dukungan, dukungan baik. Responden memilih satu dari empat pilihan jawaban yang

    ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, dimana digunakan skoring atau nilai

    jawaban sebagai berikut:

    Tabel 4.2 Skala Dukungan Keluarga

    Alternatif

    Jawaban

    Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan

    Negatif

    Sering 4 1

    Kadang-kadang 3 2

    Jarang 2 3

    Tidak Pernah 1 4

    (Sumber: Nursalam, 2003)

    Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang kurang dukungan,

    dukungan cukup dan dukungan baik. Skor pada instrumen ini dibagi menjadi tiga kategori,

    yaitu :

  • Nilai 12 - 24 : kurang dukungan

    Nilai 25 36 : cukup dukungan

    Nilai 3748 : dukungan baik

    3. Instrumen yang ketiga adalah interpersonal, dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar

    pernyataan untuk mengukur interpersonal yang dimiliki ibu primipara dan mempengaruhi

    kecemasan. Pada instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 6 pertanyaan mengenai konsep diri,

    2 pertanyaan mengenai kematangan kepribadian, 4 pertanyaan mengenai trauma kehilangan.

    4. Instrumen yang keempat adalah behaviour, dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar

    pernyataan untuk mengukur behaviour yang dimiliki ibu primiara dan mempengaruhi

    kecemasan. Pada instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 4 pertanyaan mengenai trauma

    kegagalan, 4 pertanyaan mengenai trauma kejadian, 4 pertanyaan mengenai konflik. Skor dan

    penilaian yang diberikan pada instrumen ini sama seperti pada instrumen dukungan keluarga.

    E.Uji Coba Instrumen

    Uji coba instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas tiap pertanyaan. Uji coba

    ini dilakukan sebelum penelitian dengan menyebarkan instrumen berupa kuesioner, yang diuji

    cobakan kepada responden yang bukan merupakan anggota sampel penelitian. Uji coba

    instrumen dukungan keluarga, interpersonal, dan behaviour dilakukan di Puskesmas Ciputat

    dengan jumlah sampel 15 orang.

    1.Uji Validitas

    Azwar (2001) mengemukakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang

    mempuyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur/instrumen dalam melakukan fungsi

    ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut

    menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Hagul

  • (Singarimbun dan Syofian Effendi, 1989) menjelaskan bahwa validitas instrumen menunjukan

    kualitas dari keseluruhan proses pengumpulan data dalam suatu penelitian. Uji validitas

    instrumen yang dilakukan dengan menggunakan uji validitas konstrak. Uji validitas konstrak

    yaitu menyusun indikator pengukuran operasional berdasarkan kerangka teori konsep yang akan

    diukur. Secara sederhana dapat dikemukan, bahwa validitas konstrak dari sebuah instrumen

    ditentukan dengan jalan mengkorelasikan antara skor masing-masing item dengan total skor

    masingmasing item. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf kepercayaan tertentu, berarti

    instrumen tersebut memenuhi kriteria validitas. Taraf kepercayaan yang digunakan dalan uji

    validitas item pada penelitian ini adalah 95% dengan jumlah responden 15 (N=15). Item-item

    yang memiliki nilai r hitung > r tabel (0,501) itu item yang digunakan dalam penelitian.

    2.Uji Reliabilitas

    Azwar (2001) mengatakan bahwa reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability

    yang artinya keterpercayaan, keterandalan, konsistensi dan sebagainya. Hasil pengukuran dapat

    dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang

    sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur tidak berubah. Reliabilitas

    instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan

    untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut,

    dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode alpha Cronbach diukur berdasarkan skala

    alpha Cronbach 0 sampai 1. Jika skala itu itu dikelompok ke dalam lima kelas dengan rentang

    yang sama, maka ukuran alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :

    a. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

    b. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel

    c. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel

  • d. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

    e. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel

    F. Pengolahan Data

    1. Editing

    Pada tahap ini peneliti mengecek kembali data-data yang sudah ada, terutama mengenai

    kelengkapan data yang dikumpulkan melalui kuesioner.

    2. Coding

    Suatu model untuk mengkonversikan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam

    simbol yang cocok untuk keperluan analisis, biasanya disebut dengan coding. Misalnya dilihat

    dari dukungan keluarga, diberi coding yaitu 0 = dukungan baik, 1 = cukup dukungan, 2=

    kurang dukungan.

    3. Entry data

    Pada tahap ini peneliti memasukkan data yang telah dikelompokkan ke dalam master tabel atau

    data base komputer, kemudian dibuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan

    membuat tabel kontigensi. Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, data sudah

    dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data untuk dianalisis. Proses

    pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari kuesioner ke paket program

    komputer pengolahan data statistic.

    4. Cleaning data

    Tahap ini merupakan proses memeriksa kembali data-da