nu

9
LAPORAN PENDAHULUAN TRACOMA A. DEFINISI Trakoma adalah salah satu bentuk radang konjungtiva (selaput lendir mata) yang berlangsung lama dan disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis.Infeksi ini menyebar melalui kontak langsung dengan sekret kotoran mata penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat- alat kecantikan dan lain-lain.Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang kedua mata.Bila ditangani secepatnya, trakoma dapat disembuhkan dengan sempurna.Namun bila terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat menyebabkan kebutaan. B. ETIOLOGI Trachoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan disebarkan melalui kontak langsung dengan mata, hidung, dan tenggorokan yang terkena cairan (yang mengandung kuman ini) dari pengidap, atau kontak dengan benda mati, seperti handuk dan / atau kain lap, yang pernah kontak serupa dengan cairan ini. Lalat juga dapat menjadi rute transmisi.Jika tidak diobati, infeksi trachoma berulang dapat mengakibatkan entropion yang merupakan bentuk kebutaan permanen dan disertai rasa nyeri jika kelopak mata berbalik ke dalam, karena ini menyebabkan bulu mata menggaruk kornea.Anak-anak yang paling rentan terhadap infeksi ini karena kecenderungan mereka untuk dengan mudah menjadi kotor, tetapi efek-efek pengihatan kabur dan gejala lebih parah lainnya sering tidak terasa sampai dewasa. C. PATOFISIOLOGI Melalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang terkena infeksi atau dari discharges nasofaring

description

task

Transcript of nu

LAPORAN PENDAHULUAN TRACOMAA. DEFINISITrakoma adalah salah satu bentuk radang konjungtiva (selaput lendir mata) yang berlangsung lama dan disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis.Infeksi ini menyebar melalui kontak langsung dengan sekret kotoran mata penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan dan lain-lain.Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang kedua mata.Bila ditangani secepatnya, trakoma dapat disembuhkan dengan sempurna.Namun bila terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat menyebabkan kebutaan.B. ETIOLOGITrachoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan disebarkan melalui kontak langsung dengan mata, hidung, dan tenggorokan yang terkena cairan (yang mengandung kuman ini) dari pengidap, atau kontak dengan benda mati, seperti handuk dan / atau kain lap, yang pernah kontak serupa dengan cairan ini. Lalat juga dapat menjadi rute transmisi.Jika tidak diobati, infeksi trachoma berulang dapat mengakibatkan entropion yang merupakan bentuk kebutaan permanen dan disertai rasa nyeri jika kelopak mata berbalik ke dalam, karena ini menyebabkan bulu mata menggaruk kornea.Anak-anak yang paling rentan terhadap infeksi ini karena kecenderungan mereka untuk dengan mudah menjadi kotor, tetapi efek-efek pengihatan kabur dan gejala lebih parah lainnya sering tidak terasa sampai dewasa.C. PATOFISIOLOGIMelalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang terkena infeksi atau dari discharges nasofaring melalui jari atau kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, seperti handuk, pakaian dan benda-benda lain yang dicemari discharge nasofaring dari penderita. Lalat, terutama Musca sorbens di Afrika dan Timur Tengah dan spesies jenis Hippelates di Amerika bagian selatan, ikut berperan pada penyebaran penyakit.Pada anak-anak yang menderita trachoma aktif, chlamydia dapat ditemukan dari nasofaring dan rektum.Namun didaerah endemis untuk serovarian dari trachoma tidak ditemukan reservoir genital.Masa inkubasi sukar ditentukan karena timbulnya penyakit ini adalah lambat.Penyakit ini termasuk penyakit mata yang sangat menular.

Gambaran kliniknya dibagi atas 4 stadium : Stadium I; disebut stadium insipien atau stadium permulaan, didapatkan terutama folikel di konjungtiva tarsal superior, pada konjungtiva tarsal inferior juga terdapat folikel, tetapi ini tidak merupakan gejala khas trakoma. Pada kornea di daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan kornea lebih jelas apabila diperiksa dengan melakukan tes fluoresin, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea. Stadium II; disebut stadium established atau nyata, didapatkan folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior,beberapa folikel sudah matur berwarna lebih abu-abu. Pada kornea selain keratitis pungtata superficial, juga terlihat adanya neovaskularisasi, yaitu pembuluh darah baru yang berjalan dari limbus ke arah kornea bagian atas. Susunan keratitis pungtata superfisial dan neovaskularisasi tersebut dikenal sebagai pannus. Stadium III; disebut stadium parut, dimulai terbentuknya sikatriks pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat sebagai garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata. Tidak jarang pada stadium ini masih terlihat trikiasis sebagai penyakit. Pada stadium ini masih dijumpai folikel pada konjungtiva tarsal superior. Stadium IV; disebut stadium penyembuhan. Pada stadium ini, folikel pada konjungtiva tarsal superior tidak ada lagi, yang ada hanya sikatriks. Pada kornea bagian atas pannus tidak aktif lagi. Pada stadium ini dijumpai komplikasi-komplikasi seperti entropion sikatrisiale, yaitu pinggir kelopak mata atas melengkung ke dalam disebabkan sikatriks pada tarsus. Bersamaan dengan enteropion, bulu-bulu mata letaknya melengkung kedalam menggosok bola mata (trikiasis). Bulu mata demikian dapat berakibat kerusakan pada kornea, yang mudah terkena infeksi sekunder, sehingga mungkin terjadi ulkus kornea. Apabila penderita tidak berobat, ulkus kornea dapat menjadi dalam dan akhirnya timbul perforasi.

D. MANIFESTASI KLINIS

Penyakit ini mempunyai waktu inkubasi (saat terkena infeksi sampai awal timbulnya gejala) 5 sampai 12 hari.Kebutaan akibat trakoma diakibatkan karena infeksi berulang penyakit ini.Gejala awal utama dari trakoma adalah mata yang gatal dan kemerahan, mata berair, dan terkadang mata mengeluarkan sekret kotoran mata berwarna keruh. Gejala selanjutnya bisa terdapat fotofobia (takut lihat cahaya), kelopak mata bengkak, trikiasis (bulu mata yang melengkung ke dalam), pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan mata, kornea (selaput bening mata) tampak keruh dan nyeri pada mata. Anak-anak sangat rentan terhadap infeksi trakoma, namun penyakit ini berkembang secara lambat, dan mungkin gejala yang lebih berat tidak terlihat sampai usia dewasa.

E. PENATALAKSANAAN

Pengobatan meliputi pemberian salep antibiotik yang berisi tetrasiklin dan erithromisin selama 4 6 minggu.Selain itu antibiotik tersebut juga bisa diberikan dalam bentuk tablet.Salep atau tetes topikal, termasuk preparat sulfonamide, tetracycline, erythromycin dan rifampin, empat kali sehari selama enam minggu, sama efektifnya. Saat mulai terapi, efek maksimum biasanya belum dicapai selama 10 12 minggu.Karena itu, tetap adanya folikel pada trasesus superior selama beberapa minggu setelah terapi berjalan jangan dipakai sebagai bukti kegagalan terapi.Koreksi bulu mata yang membalik kedalam melalui bedah adalah esensial untuk mencegah parut trachoma lanjut di Negara berkembang.Tindakan bedah ini kadang kadang dilakukan oleh dokter bukan ahli mata atau orang yang dilatih kusus. H. Komplikasi Parut di konjungtiva dalah komplikasi yang sring terjadi pada trachoma dan dapat merusak duktuli kelenjar lakmal tambahan dan menutupi muara kelejar lakrimal.hal ini secara drastis mengurangi komponen air dalam film air mata pre- kornea, dan komponen mukus film mungkin berkurang karena hilangnya sebagian sel goblet.luka parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata kedalam (trikiasis) atau seluruh tepian palpebra (entropian), sehingga bulu mata terus menerus menggesek kornea.ini berakibat ulserasi pada kornea,infeksi bacterial kornea, dan parut pada kornea. Ptosis , obstrusi doktus nasolakrimalis, dan dakriosistitis adalah komplikasi umum lainnya pada trachoma.

ASUHAN KEPERAWATANDENGAN DIAGNOSA MEDIS TRACOMA

1. Pengkajian

1) Anamnesis Kaji gejala yang dialami klien sesuai dengan gejala yang ditimbulkan, meliputi gatal dan rasa terbakar / sensasi benda asing pada infeksi bakteri akut da infeksi virus, nyeri dan fotofobia, keluhan peningkatan produksi air mata, pada anak anak dapat disertai dengan demam dan keluhan pada mulut dan tenggorokan. Kaji riwayat detail tentang masalah sekarang dan catat riwayat cedera atau terpajan lingkungan yang tidak bersih. (Indriana N. Isitiqomah, 2004)

2) Pemeriksaan fisik a) Pengkajian ketajaman mata Kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.b) Kaji rasa nyeri Terjadi rasa tidak nyaman ringan sampai berat. c) Kesimetrisan kelopak mata Terjadi gangguan kesimetrisan kelopak mata akibat timbulnya jaringan parut pada kelopak mata yang berakibat entropen dan trikiasis (inversi bulu mata).d) Reaksi mata terhadap cahaya / gerakan mata Timbul fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak mata)e) Kemampuan membuka dan menutup mata Timbul gangguan penutupan kelopak mata secara efektif. f) Pemeriksaan fisik (inspeksi) Infeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya pembengkakan akibat inflamasi. (Brunner dan Suddart, 2001)

2. Klasifikasi Data a) Data objectif : Gatal gatal Nyeri (ringan sampai berat) Lakrimasi (mata selalu berair) Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak mata)

b) Data subjectif : Klien mengeluh gatal gatal pada bagian mata Klien mengeluh nyeri pada bagian konjungtiva Klien mengeluh matanya mengalami reaksi sensitif terhadap cahaya klien mengatakan mengalami reaksi sensitif terhadap cahaya.

3. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar getah bening (edema), fotofobia dan inflamasia. 2. Resiko tinggi penularan penyakit pada mata yang lain atau orang lain berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan 3. Resiko tinggii cidera berhubungan dengan penurunan lapang pandang.

4. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATANTUJUAN/KRITERIA HASIL (NOC)INTERVENSI (NIC)

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar getah bening (edema), fotofobia dan inflamasia.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam... x24 jamNyeri hilang / terkontrol, ketidaknyamanan hilang / terkontrol.1. Monitor derajat nyeri

2. Beri kompres hangat

3. Anjurkan klien menggunakan kacamata hitam pada cahaya kuat

4. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

Gangguan penglihatan / persepsi sensori visual berhubungan dengan kerusakan kornea

Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jamPenggunaan penglihatan yang optimal.1. Monitor derajat / tipe kehilangan penglihatan

2. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan.

3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis.

4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misalnya agen osmotik sistemik.

Resiko Cedera berhubungan dengan penglihatan kabur, distorsi penglihatan.Setelah diberikan asuhan keperawatan x 24 jam diharapkan tidak terjadi cedera pada pasien

Kriteria hasil: Klien terbebas dari cedera Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera Klien dapat menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku personal Menggnakan fasilitas kesehatan yang ada1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien da riwayat penyakit terdahulu psien3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya4. Memasang side rall tempat tidur5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih6. Menempatkan saklar lampu ditempay yang mudah dijangkau pasien7. Mengontrol lingkungan dari kebisingan8. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan