Makalah Muhammadiyah-NU

25
Pendahuluan BAB I A. Latar Belakang Sebagai gerakan islam yang berada di indonesia, dakwah kepada warga sekitar bukanlah lagi hal yang baru, ini merupakan kewajiban sebagai seorang a’dho yang harus disempurnakan segala ikhtiarnya. Begitupun dengan ikhtiar untuk memahami medan dan mengenal karakteristik warga yang akan didakwahinya. Sebagai negara dengan pemeluk agama islam terbanyak di dunia, Indonesia tentunya juga dikenal dengan banyaknya pergerakan islam lokal yang mengakar dalam kehidupan berislam bahkan dalam kehidupan sehari-hari warganya. Dua terbesar diantaranya adalah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Sebagai gerakan Islam yang visinya jauh melampaui batas teritorial, sudah barang tentu memahami bagaimana latar belakang berdirinya dan metode pergerakan islam lokal tersebut merupakan sebuah kebutuhan. Agar ketepatan dalam bersikap layaknya da’i yang membawakan risalah yang rahmatan lil’aalamin, bukan risalah yang nampak seperti menjudge atau bahkan terkesan eksklusiv dan tidak sama sekali menerima saran ataupun kritikan, dapat benar tersampaikan kepada mereka yang kita dakwahi kita tentu terlebih dulu harus menganalisa dimanakan sebenarnya posisi kita diantara keduanya. Sehingga kemudian kita paham bahwa ada sisi-sisi yang bisa kita optimalkan untuk mengajak masyarakat yang merupakan anggota daripada kedua pergerakan islam lokal tersebut, dan bisa benar dalam menyikapi perbedaan dalam setiap interaksinya. Termasuk dengan mengetahui partisi bagian-bagian kecil yang dinaungi oleh

description

Pemaparan tentang NU dan Muhammadiyah, 2 Ormas terbesar di Indonesia

Transcript of Makalah Muhammadiyah-NU

Page 1: Makalah Muhammadiyah-NU

Pendahuluan

BAB I

A. Latar Belakang

Sebagai gerakan islam yang berada di indonesia, dakwah kepada warga sekitar bukanlah

lagi hal yang baru, ini merupakan kewajiban sebagai seorang a’dho yang harus disempurnakan

segala ikhtiarnya. Begitupun dengan ikhtiar untuk memahami medan dan mengenal

karakteristik warga yang akan didakwahinya.

Sebagai negara dengan pemeluk agama islam terbanyak di dunia, Indonesia tentunya

juga dikenal dengan banyaknya pergerakan islam lokal yang mengakar dalam kehidupan

berislam bahkan dalam kehidupan sehari-hari warganya. Dua terbesar diantaranya adalah

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Sebagai gerakan Islam yang visinya jauh melampaui batas teritorial, sudah barang tentu

memahami bagaimana latar belakang berdirinya dan metode pergerakan islam lokal tersebut

merupakan sebuah kebutuhan.

Agar ketepatan dalam bersikap layaknya da’i yang membawakan risalah yang rahmatan

lil’aalamin, bukan risalah yang nampak seperti menjudge atau bahkan terkesan eksklusiv dan

tidak sama sekali menerima saran ataupun kritikan, dapat benar tersampaikan kepada mereka

yang kita dakwahi kita tentu terlebih dulu harus menganalisa dimanakan sebenarnya posisi kita

diantara keduanya. Sehingga kemudian kita paham bahwa ada sisi-sisi yang bisa kita optimalkan

untuk mengajak masyarakat yang merupakan anggota daripada kedua pergerakan islam lokal

tersebut, dan bisa benar dalam menyikapi perbedaan dalam setiap interaksinya. Termasuk

dengan mengetahui partisi bagian-bagian kecil yang dinaungi oleh kedua pergerakan ini, agar

memudahkan segmentasi metode pendekatan objek dakwah.

B. Rumusan masalah

Berikut ini adalah rumusan masalah

1. Bagaimanakah sejarah latar belakang dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama?

2. Bagaimana corak ataupun ciri pergerakan dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama?

3. Apa sajakah badan otonom yang merupakan sayap gerakan dari Muhammadiyah dan

Nahdlatul Ulama?

Page 2: Makalah Muhammadiyah-NU

C. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk tujuan:

1. Mengetahui sejarah latar belakang berdirinya dua ormas Islam terbesar di Indonesia yakni

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

2. Mengetahui perbedaan keduanya terutama dari ciri pergerakannya

3. Mengetahui badan otanom yang dinaungi oleh kedua pergerakan Islam lokal ini yakni,

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama

PEMBAHASAN

BAB II

A. Muhammadiyah

a. Sejarah berdiri Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama

organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat

dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.Tujuan utama

Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses

dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan

di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan

masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang

bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia

dalam segala aspeknya.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-

perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di

antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf

dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut,

menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam

menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung

penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar

Page 3: Makalah Muhammadiyah-NU

Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban

organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah

1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal

dengan KHA Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang

Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan

jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya

untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan

Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah

kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.

Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya

mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat

mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung

Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan

tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada

diseluruh pelosok tanah air.

Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga

memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut “Sidratul

Muntaha”. Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari

untuk anak-anak yang telah dewasa.

KH Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat

itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11,

Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang

Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi

Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga

tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.

Tujuannya adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud

masyarakat Islam yang sebenarnya.Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-

1923),pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta,

Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang.

Selain Yogyakarta, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada

tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera

Page 4: Makalah Muhammadiyah-NU

Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus

gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah

kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada

tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia. Terdapat pula organisasi

khusus wanita bernama Aisyiyah.

Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar, berasa Islam

dan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist. Gerakan Muhammadiyah bermaksud untuk

berta’faul (berpengharapan baik) dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan nabi

Muhammad SAW, dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam semata-mata

demi terwujudnya izzul Islam wal muslimin, kejayaan Islam sebagai idealita dan kemuliaan hidup

sebagai realita.

b. Ciri Pergerakan Muhammadiyah

Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah sejak

kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya, aspirasi, motif,

dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa didalammya terdapat ciri-

ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah.

Secara jelas dapat diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau

memperhatikan ciri-ciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut.

1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam

2. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar

3. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid

1. Muhammadiyah Gerakan Islam

Telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh

KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap

Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya

Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang

atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap

mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka

akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian

serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid

Page 5: Makalah Muhammadiyah-NU

dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”,

yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat

Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.

Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya

kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh

ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali

semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan

Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan,

kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk

mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak

berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang

dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.

2. Muhammadiyah Gerakan Dakwah Islam Amar ma’ruf nahi munkar

Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri yang

kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati diri

Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama

yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA

Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104.

Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau

strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi

munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di

tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal

usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam

lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian

banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah

seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha

diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah

Islamiyah.

Page 6: Makalah Muhammadiyah-NU

3. Muhammadiyah Gerakan Tajdid

Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Tajdid

atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah

satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang

tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan umat

yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun

bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan

tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan

nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik,

khurafat, bid’ah dan tajdid, sbab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah

dan ibadah seseorang.

Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas

pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel pada

tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai

pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam

memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin

dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan

rumah sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.

Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat

disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi

(reformation). Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan

tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan

Reformasi.

c. Sayap Organisasi Muhammadiyah

Ortom (Organisasi Otonom) dalam Persyarikatan Muhammadiyah mempunyai karakteristik dan

spesifikasi bidang tertentu. Adapun Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah yang sudah ada

ialah sebagai berikut :

1. Aisyiyah

2. Pemuda Muhammadiyah

Page 7: Makalah Muhammadiyah-NU

3. Nasyiyatul Aisyiyah

4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah

5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah

7. Hizbul Wathan

B. Nahdatul Ulama

a. Sejarah berdiri Nahdatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang

didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926 M) di Surabaya oleh beberapa ulama

terkemuka yang kebanyakan adalah pemimpin/pengasuh pesantren. Ada tiga orang tokoh

ulama yang memainkan peran sangat penting dalam proses pendirian Jamiyyah Nahdlatul

Ulama (NU) yaitu Kiai Wahab Chasbullah (Surabaya asal Jombang), Kiai Hasyim Asy’ari

(Jombang) dan Kiai Cholil (Bangkalan), dengan pelopor utamanya adalah KH. Hasyim Asyari,

pendiri sekaligus pengasuh Pon Pes. Tebuireng – Jombang pada tahun itu. Tujuan didirikannya

adalah berlakunya ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) dan menganut salah satu

mazhab empat. Ini berarti NU adalah organisasi keagamaan yang secara konstitusional

membela dan mempertahankan Aswaja, dengan disertai batasan yang fleksibel.[1]

Latar belakang yang mendasari gerakan para ulama membentuk NU yang pertama

adalah motif keagamaan sebagai Jihad fi sabilillah. Kedua adalah tanggung jawab

mengembangkan pemikiran keagamaan yang ditandai dengan pelestarian ajaran mazhab Syafi’i.

Ini berarti tidak statis, tidak berkembang, sebab pengembangan yang dilakukan berfokus pada

kesejahteraan sehingga pemikiran yang dikembangkan itu memiliki konteks sejarah. Ketiga,

dorongan untuk mengembangkan masyarakat melalui kegiatan pendidikan sosial dan ekonomi.

Hal ini ditandai dengan pembentukan nahdlatul Watahn, Taswir al-Afkar, Nahdlatul Tujjar, dan

Ta’mir al-Masajid sedangkan yang keempat adalah motif politik yang ditandai dengan semangat

nasionalisme ketika pendiri NU itu mendirikan cabang SI di Makkah serta semangat

memerdekan tanah air bagi umat Islam.

Selain latar belakang di atas, kelahiran NU juga merupakan reaksi atas pembaharuan pemikiran

Islam di Jawa, dengan sebab ini berdirlah NU pada tahun 1926. adapun sebab-sebab berdirinya

organisasi ini sekurang-kurangnya ada dua,[2] yaitu: pertama, seruan terhadap penguasa Arab

Saudi, Ibnu Saud, untuk meninggalkan kebiasaan beragama menurut tradisi. Golongan tradisi ini

Page 8: Makalah Muhammadiyah-NU

tidak menyukai Wahabisme yang sedang berkembang di Hijaz, karena itu mereka membentuk

komite Hijaz yang kemudian berubah menjadi Nahdlatul Ulama dalam sebuah rapat di Surabaya

pada tanggal 31 Januari 1926.

Komite hijaz adalah nama sebuah kepanitiaan kecil yang diketuai oleh KH Abdul Wahab

Chasbullah. Panitia ini bertugas menemui raja Ibnu Saud di Hijaz (Saudi Arabia) untuk

menyampaikan lima permohonan;

Pertama, Memohon diberlakukan kemerdekaan bermazhab di negeri Hijaz pada salah

satu dari mazhab empat, yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Kedua, Memohon untuk tetap

diramaikan tempat-tempat bersejarah yang terkenal sebab tempat-tempat tersebut

diwaqafkan untuk masjid. Ketiga, Memohon agar disebarluaskan ke seluruh dunia, setiap tahun

sebelum datangnya musim haji menganai tarif/ketentuan beaya yang harus diserahkan oleh

jamaah haji kepada syaikh dan muthowwif dari mulai Jedah sampai pulang lagi ke Jedah.

Keempat, Memohon agar semua hukum yang berlaku di negeri Hijaz, ditulis dalam bentuk

undang-undang agar tidak terjadi pelanggaran terhadap undang-undang tersebut. Kelima,

Jam’iyah Nahdlatul Ulama memohon balasan surat

Karena untuk mengirim utusan ini diperlukan adanya organisasi yang formal, maka

didirikanlah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926, yang secara formal mengirimkan delegasi ke

Hijaz untuk menemui Raja Ibnu Saud. Maka dapat disimpulkan bahwa Komite Hijaz yang

merupakan respon terhadap perkembangan dunia internasional ini menjadi faktor terpenting

didirikannya oeganisasi NU. Berkat kegigihan para kiai yang tergabung dalam Komite Hijaz,

aspirasi dari umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah diterima oleh raja

Ibnu Saud.[3]

Kedua, Inisiatif para kiyai membentuk nahdhatul ulama sebenarnya lebih sebagai respon

terhadap perkembangan politik eksternal, sementara kondisi sosial-keagamaan dan politik

negeri ini hanyalah sebagian dari alasan didirikannya NU. Salah satu faktor utama yang

menyebabkan pendirian NU adalah masalah representasi dakan melindungi kepentingan-

kepentingan muslim tradisionalis yang merasa terancam atas munculnya gerakan wahabi, dan

hasratnya dalam memecahkan masalah yang terus menerus dihadapai kaum muslim. Ketika itu

pembaharuan Islam di Jawa sedang giat-giatnya yang dipelopori oleh Muhammadiyah dan persis

dengan pimpinan tiga tokoh yaitu, K.H.Mas Mansur, Fakih Hasyim dan K.H.Ahmad Dahlan. [4]

Page 9: Makalah Muhammadiyah-NU

b. Ciri Pergerakan Nahdatul Ulama

Pada dekade 1990-an cendekiawan muslim Nurcholish Madjid (Cak Nur) pernah

memberikan prediksinya tentang perkembangan intelektual generasi muda Nahdlatul Ulama,

dia mengatakan bahwa akan terjadi musim panen (harvesting season) dalam kurun waktu 25

tahun lagi. Seperti diketahui bahwa sebelum tahun 1980-an, NU sering dianggap sebagai

organisasi Islam yang anti pembaharuan, reaktif terhadap modernisasi dan bahkan dicap

sebagai organisasi yang kolot. Namun pada masa berikutnya, khususnya ketika KH.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memimpin organisasi ini perkembanganpun semakin pesat,

salah satu indikatornya adalah bermunculannya tokoh-tokoh muda progresif seperti yang

diprediksikan Cak Nur sebelumnya.

Laode Ida menggolongkan generasi muda Nahdliyin yang progresif tersebut menjadi 3

tipe. Pertama, tipe progresif-transformis, yakni kaum muda Nahdliyin yang secara internal

mengupayakan penyadaran terhadap subyek (utamanya masa akar rumput). Mereka berharap

agar subyek tersebut merubah dirinya sendiri serta melakukan perubahan dalam komunitas

yang lebih luas. Kelompok ini ingin melakukan pencerahan agar akar rumput NU tidak terjebak

dalam persoalan politik pragmatis sehingga NU bisa mentransformasikan programnya dalam

berbagai hal di berbagai wilayah kehidupan. Kelompok generasi muda seperti ini misalnya

aktivis P3M, Lakpesdam dan LP3ES. Kedua, tipe progresif-radikalis, yakni kelompok yang

memperjuangkan kesetaraan (egalitarian) dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Kelompok ini sering dicap sebagai gerakan kiri NU. Generasi muda yang masuk kategori ini

misalnya aktivis LkiS. Ketiga, tipe progresif-moderat, yakni generasi muda yang memiliki ide-ide

perubahan tetapi tidak memiliki ideologi yang jelas dan konsisten. Generasi muda yang masuk

pada tipe ini lebih memilih di tengah-tengah arus yang ada dan tidak berani mengusung

sebuah bendera.

Pengklasifikasian kaum muda NU progresif yang dikemukakan Laode Ida tersebut

mempunyai motif yang berbeda, tipe yang pertama (progresif-transformis) lebih didorong oleh

kejenuhan sosial yang terjadi pada masyarakat Nahdliyin dan kemudian ditangkap dan

dirasakan kaum muda NU, sementara tipe kedua dan ketiga (progresif-radikalis dan progresif

moderat) muncul atas dasar kejenuhan idiologis yang terjadi pada Nahdliyin. Oleh sebab itu,

masih ada peluang untuk merekonstruksi pengklasifikasian kaum muda NU yang diungkapkan

oleh Laode Ida tersebut.

Page 10: Makalah Muhammadiyah-NU

Tradisi intelektual generasi muda Nahdliyin tersebut tidak lagi hanya berkutat pada

tradisi Islam klasik, tapi sudah merambah pada pemikiran-pemikiran sekuler dan kontemporer

seperti filsafat, sosiologi, antropologi, politik, ekonomi dan bahkan teknologi. Referensi yang

menjadi bacaan merekapun sudah bukan hanya kitab kuning saja, tetapi sudah memakai

referensi atau tulisan-tulisan pemikir kontemporer seperti Mohammed Arqoun, Nasr Hamid

Abu Zayd, Abid al-Jabiri, Hasan Hanafi, Fatimah Mernisse, Karl Marx dan lain sebagainya.

Kehadiran anak muda NU progresif ini ternyata tidak disambut gembira oleh sebagian kiai

sepuh yang menempatkan dirinya sebagai penjaga dan penerus tradisi Nahdliyin, mereka

dianggap akan mengancam khazanah dan eksistensi NU.

Untuk menelaah persoalan tersebut perlu kiranya mengkaji Mukaddimah Qonun Asasi

yang ditulis Hadratusyekh Hasyim Asy’ari. Dia mengatakan bahwa NU adalah organisasi yang

berdiri di atas landasan keadilan dan kebenaran, memperjuangkan kebaikan dan kesejahteraan

bagi seluruh umat. Jam’iyyah NU menganut Ahlussunah Waljama’ah yakni para ulama tafsir

Qur’an, Sunnah Rasul dan ulama fiqih yang tunduk pada tradisi Rasul dan Khulafaur Rasyidin.

Syekh Hayim Asy’ari selanjutnya mengatakan bahwa di antara ulama Ahlussunah Waljama’ah

adalah para Imam Madzhab Empat (Hanafi, Maliki, Hambali dan Syafi’i) yang harus diikuti.

Penegasan tradisi intelektual di kalangan ulama Nahdliyin ini termaktub pada kaidah al-

muhafazah ala al-qadim al-salih wa al-akzu bi al-jadiid al-ashlah (memelihara tradisi lama yang

baik dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik.

Berikut ini merupakan gerakan NU yang kemudian diwujudkan dalam bentuk

kelembagaan sesuai keterbutuhan dalam beberapa bidang:

1) Sosial dan Dakwah

Dalam rangka melaksanakan amal usaha di bidang social dan dakwah, NU juga membuat

lembaga-lembaga yang mengurusi hal tersebut. Diantaranya adalah :[9]

a) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama disingkat LDNU, bertugas melaksanakan kebijakan

Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan agama Islam yang menganut faham

Ahlussunnah wal Jama’ah;

b) Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama disingkat LPNU bertugas melaksanakan

kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan ekonomi warga Nahdlatul Ulama;

Page 11: Makalah Muhammadiyah-NU

c) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama disingkat LPPNU, bertugas

melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan pertanian, lingkungan

hidup, dan eksplorasi kelautan;

d) Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama disingkat LKKNU, bertugas

melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang kesejahteraan keluarga, sosial, dan

kependudukan;

e) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia disingkat LAKPESDAM,

bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengkajian dan

pengembangan sumber daya manusia.

f) Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama disingkat LPBHNU,

bertugas melaksanakan pendampingan, penyuluhan, konsultasi, dan kajian kebijakan

hukum.

g) Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia disingkat LESBUMI, bertugas melaksanakan

kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pengembangan seni dan budaya.

h) Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama disingkat LAZNU, bertugas menghimpun,

mengelola dan mentasharufkan zakat dan shadaqoh kepada mustahiqnya.

i) Lembaga Waqaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama disingkat LWPNU. bertugas

mengurus, mengelola serta mengembangkan tanah dan bangunan serta harta benda wakaf

lainnya milik Nahdlatul Ulama.

j) Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama disingkat LBMNU, bertugx membahas

masalah-masalah maudlu’iyah (tematik) dan waqi’iyah (aktual yang akan menjadi

Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)

k) Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama disingkat LTMNU, bertugaj melaksanakan

kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan dan pemberdayaan Masjid.

l) Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama disingkat LKNU, bertugas melaksanakan

kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang kesehatan.

2) Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, pergerakkan NU dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan

Maarif Nahdlatul Ulama disingkat LP Maarif NU, Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama

(LP Ma'arif NU) merupakan aparat departentasi Nahdlatul Ulama (NU) yang berfungsi sebagai

pelaksana kebijakan-kebijakan pendidikan Nahdlatul Ulama, yang ada di tingkat Pengurus

Page 12: Makalah Muhammadiyah-NU

Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, dan Pengurus Majelis Wakil Cabang. LP Ma'arif NU

dalam perjalannya secara aktif melibatkan diri dalam proses-proses pengembangan pendidikan

di Indonesia. Secara institusional, LP Ma'arif NU juga mendirikan satuan-satuan pendidikan

mulai dari tingkat dasar, menangah hingga perguruan tinggi; sekolah yang bernaung di bawah

Departemen Nasional RI (dulu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI) maupun

madrasah; maupun Departemen Agama RI) yang menjalankan Hingga saat ini tercatat tidak

kurang dari 6000 lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh pelosok tanah air bernaung di

bawahnya, mulai dari TK, SD, SLTP, SMU/SMK, MI, MTs, MA, dan beberapa perguruan tinggi.

Untuk pesantren, NU memiliki Rabithah Ma’ahid al Islamiyah disingkat RMI, bertugas

melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pengembangan pondok pesantren dan

pendidikan keagamaan. Jumlah pesantren yang berafiliasi dengan NU mencapai + 23.000 buah

di seluruh Indonesia, namun tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah sebenarnya. Ciri khas

dari pesantren Pesantren yang berkultur NU (Nahdlatul Ulama). adalah adanya ritual tahlilan

biasanya pada malam Jum'at, shalat subuh dan paruh kedua tarawih memakai qunut, salat

tarawih 20 roka'at dan mengaji kitab kuning. Dalam segi sistem pendidikan, ada dua model

pesantren NU yaitu Pesantren Salaf dan Modern (Kholaf). Pondok pesantren Salaf atau

salafiyah menganut sistem pendidikan tradisional ala pesantren. Yaitu, sistem pengajian kitab

sorogan dan wetonan atau bandongan. Di sebagian pesantren salaf saat ini sudah ditambah

dengan semi-modern dengan sistem klasikal atau sistem kelas yang disebut madrasah diniyah

(madin) yang murni mengajarkan ilmu agama dan kitab kuning. Contoh Pesantren salaf murni

yang besar dan tua seperti Ponpes Sidogiri Pasuruan, Pesantren Langitan, Pondok Lirboyo

Kediri.

Pesantren kholaf (modern) memiliki Ciri khas : Penekanan pada bahasa Arab

percakapan, Memakai buku-buku literatur bahasa Arab kontemporer (bukan klasik/kitab

kuning), Memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas dan/atau Kemenag dari SD/MI

MTS/SMP MA/SMA maupun sekolah tinggi dan Tidak lagi memakai sistem pengajian

tradisional seperti sorogan, wetonan, dan bandongan atau minimal kalau ada, tidak wajib

diikuti. Walaupun demikian, secara kultural tetap mempertahankan ke-NU-annya seperti

tahlilan, qunut, yasinan, dan lainnya.

Sedangkan dalam pergerakkan di bidang pelajar, NU memiliki dua organisasi otonom,

yaitu Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama disingkat IPNU untuk pelajar dan santri laki-laki Nahdlatul

Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga puluh) tahun dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama

Page 13: Makalah Muhammadiyah-NU

disingkat IPPNU untuk pelajar dan santri perempuan Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia

30 (tiga puluh) tahun.

Dalam hal aqidah dan asa IPNU dan IPPNU adalah beraqidah Islam dengan menganut

faham alussunnah wal jama’ah, Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara IPNU berdasarkan

kepada Pancasila. IPNU adalah organisasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan,

kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan. IPNU dan IPPNU berfungsi sebagai Wadah

perjuangan pelajar NU dalam pendidikan dan keterpelajaran, Wadah kaderisasi pelajar untuk

mempersiapkan kader-kader penerus NU dan pemimpin bangsa, Wadah penguatan pelajar

dalam melaksanakan dan mengembangkan Islam ahlussunnah wal jamaah untuk melanjutkan

semangat, jiwa dan nilai-nilai nahdliyah, Wadah komunikai pelajar untuk memperkokoh

ukhuwah nahdliyah, islamiyyah, insaniyah dan wathaniyyah. Syarat yang harus dipenuhi untuk

bergabung kedalamnya adalah Sudah mengikuti dan lulus jenjang pendidikan kader Masa

Kesetiaan Anggota (MAKESTA).

Struktur Organisasi IPPNU terdiri dari; Pimpinan Pusat IPNU/IPPNU (Tingkat Nasional),

Pimpinan Wilayah IPNU/IPPNU (Tingkat Propinsi), Pimpinan Cabang IPNU/IPPNU (Tingkat

Kabupaten/Kota), Pimpinan Anak Cabang IPNU/IPPNU (Tingkat Kecamatan), Pimpinan Ranting

IPNU/IPPNU (Tingkat Desa), dan Pimpinan Komisariat IPNU/IPPNU (Tingkat Pesantren, dan

Sekolah).

3) Politik

Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri

dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil

dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU

dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai

salah satu golongan yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.

NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5

Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru. Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP.

Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu

untuk tidak berpolitik praktis lagi.

Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang

terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid.

Menurut gusdur dalam artikel beliau yang berjudul Menilik “Hubungan NU-PKB” , beliau

mengatakan fungsi NU dewasa ini dalam politik adalah “berpolitik inspirasional”. Maksudnya,

Page 14: Makalah Muhammadiyah-NU

NU memberikan inspirasi bagi organisasi-organisasi politik (parpol) untuk berkiprah di

lingkungan negara dan pemerintahan. Ini berarti organisasi-organisasi politik itu yang

memperebutkan jabatan-jabatan pemerintahan (eksekutif, legislatif dan yudikatif), dengan

menggunakan acuan-acuan yang dipersiapkan oleh PBNU. Dengan demikian, etika, moralitas

atau akhlak politik kita akan terangkat naik, tidak lagi berpusat pada upaya mencari posisi

dalam pemerintahan, melainkan untuk melaksanakan prinsip politik tertentu, seperti

kepentingan rakyat banyak, penciptaan kedalatan hukum dan pemerintahan yang bersih.

Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Ja`far menegaskan Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) sebagai "anak kandung" Nahdlatul Ulama (NU) merupakan hal yang tidak bisa

dibantah lagi, PKB bisa kembali besar dan jaya seperti Partai NU pada pemilu 1955 dan PKB

pada pemilu 1999.

c. Sayap Organisasi Nahdatul Ulama

Badan Otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi

melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu

dan beranggotakan perorangan. Badan Otonom dikelompokkan dalam katagori Badan Otonom

berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu, dan Badan Otonom berbasis profesi dan

kekhususan lainnya.

Jenis Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu adalah:

(1) Muslimat Nahdlatul Ulama disingkat Muslimat NU untuk anggota perempuan Nahdlatul

Ulama.

(2) Fatayat Nahdlatul Ulama disingkat Fatayat NU untuk anggota perempuan muda Nahdlatul

Ulama berusia maksimal 40 (empat puluh) tahun.

(3) Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama disingkat GP Ansor NU untuk anggota laki-laki

muda Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 40 (empat puluh) tahun.

(4) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama disingkat IPNU untuk pelajar dan santri laki-laki Nahdlatul

Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga puluh) tahun.

Page 15: Makalah Muhammadiyah-NU

(5) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama disingkat IPPNU untuk pelajar dan santri perempuan

Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga puluh) tahun.

Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya:

(1) Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah untuk anggota Nahdlatul Ulama

pengamal tharekat yang mu'tabar.

(2) Jam'iyyatul Qurra Wal Huffazh, untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi Qori/Qoriah

dan Hafizh/Hafizhah.

(3) Ikatan Sarjana Nahdlalul Ulama disingkat ISNU adalah Badan Otonom yang berfungsi

membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada kelompok sarjana dan kaum

intelektual.

(4) Serikat Buruh Muslimin Indonesia disingkat SARBUMUSI untuk anggota Nahdlatul Ulama

yang berprofesi sebagai buruh/karyawan/tenagakerja.

(5) Pagar Nusa untuk anggota Nahdlatul Ulama yang bergerak pada pengembangan seni bela

diri.

(6) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama disingkat PERGUNU untuk anggota Nahdlatul Ulama yang

berprofesi sebagai guru dan atau ustadz.

BAB III

KESIMPULAN

A. Latar belakang berdirinya Muhammadiyah

Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan

amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali

kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist

B. Ciri gerakan Muhammadiyah

1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam

2. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam (amar ma’ruf nahi munkar)

3. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid (pemurnian)

Page 16: Makalah Muhammadiyah-NU

C. Segmentasi kelembagaan Badan Otonom Muhammadiyah

1. Aisyiyah (Wanita)

2. Pemuda Muhammadiyah

3. Nasyiyatul Aisyiyah

4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah

5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah

7. Hizbul Wathan

D. Latar belakang berdirinya NU

Salah satu faktor utama yang menyebabkan pendirian NU adalah masalah representasi dakan

melindungi kepentingan-kepentingan muslim tradisionalis yang merasa terancam atas

munculnya gerakan wahabi, dan hasratnya dalam memecahkan masalah yang terus menerus

dihadapai kaum muslim. Kelahiran NU merupakan reaksi atas pembaharuan pemikiran Islam di

Jawa, dengan sebab ini berdirlah NU pada tahun 1926. adapun sebab-sebab berdirinya

organisasi ini sekurang-kurangnya ada dua, yaitu: pertama, seruan terhadap penguasa Arab

Saudi, Ibnu Saud, untuk meninggalkan kebiasaan beragama menurut tradisi. Golongan tradisi ini

tidak menyukai Wahabisme yang sedang berkembang di Hijaz, karena itu mereka membentuk

komite Hijaz yang kemudian berubah menjadi Nahdlatul Ulama dalam sebuah rapat di Surabaya

pada tanggal 31 Januari 1926.

E. Ciri gerakan NU

NU sering dianggap sebagai organisasi Islam yang anti pembaharuan, reaktif terhadap

modernisasi dan bahkan dicap sebagai organisasi yang kolot. Namun pada masa berikutnya,

khususnya ketika KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memimpin organisasi ini

perkembanganpun semakin pesat. NU membagi segmentasi bidang geraknya menjadi tiga yakni

bidang sosial dan dakwah, bidang pendidikan dan bidang politik.

F. Segmentasi kelembagaan Badan Otonom NU

(1) Muslimat Nahdlatul Ulama disingkat Muslimat NU untuk anggota perempuan Nahdlatul

Ulama.

(2) Fatayat Nahdlatul Ulama disingkat Fatayat NU untuk anggota perempuan muda Nahdlatul

Ulama berusia maksimal 40 (empat puluh) tahun.

Page 17: Makalah Muhammadiyah-NU

(3) Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama disingkat GP Ansor NU untuk anggota laki-laki

muda Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 40 (empat puluh) tahun.

(4) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama disingkat IPNU untuk pelajar dan santri laki-laki Nahdlatul

Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga puluh) tahun.

(5) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama disingkat IPPNU untuk pelajar dan santri perempuan

Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga puluh) tahun.

(6) Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah untuk anggota Nahdlatul Ulama

pengamal tharekat yang mu'tabar.

(7) Jam'iyyatul Qurra Wal Huffazh, untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi Qori/Qoriah

dan Hafizh/Hafizhah.

(8) Ikatan Sarjana Nahdlalul Ulama disingkat ISNU adalah Badan Otonom yang berfungsi

membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada kelompok sarjana dan kaum

intelektual.

(9) Serikat Buruh Muslimin Indonesia disingkat SARBUMUSI untuk anggota Nahdlatul Ulama

yang berprofesi sebagai buruh/karyawan/tenagakerja.

(10) Pagar Nusa untuk anggota Nahdlatul Ulama yang bergerak pada pengembangan seni bela

diri.

(11) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama disingkat PERGUNU untuk anggota Nahdlatul Ulama yang

berprofesi sebagai guru dan atau ustadz.