NU tiara
-
Upload
tiaradwivantari-sumadiwangsa -
Category
Documents
-
view
8 -
download
3
description
Transcript of NU tiara
EKSKRESI URINE DAN BERSIHAN PLASMA
A. Ginjal Dapat Mengekskresikan Urine Dalam Konsentrasi Bervariasi.
Ginjal dapat mengekskresiken urin dengan volume dan konsentrasi bervariasi
untuk menahan atau mengeluarkan H2O, masing-masing bergantung pada apakah
tubuh mengalami kekurangan atau kelebihan H2O. Ginjal dapat menghasilkan urin
yang berkisar dari 0,3 ml/mnt pada 1200 mosm/liter hingga 25 ml per menit pada 100
mosm/liter dengan mereabsorpsi H2O dalam jumlah bervariasi dari bagian distal
nefron.
Jika melihat dari gradien osmotik cairan lumen dan cairan interstitium yang
merupakan gaya dorong reabsorbsi H2O di tubulus ginjal, maka ginjal hanya dapat
mengekskresikan cara yang sifatnya isotonis atau sama dengan 300 mosm/ liter.
Namun, pada kenyataannya, secara fisiologis ginjal memiliki satu hal yang disebut
gradien osmotik vertikal,dimana hal ini dapat meningkatkan cairan interstitium dari
batas korteks hingga ke medula. Sehingga, konsentrasi cairan di taut pelvis ginjal
dapat mencapai 1200 mosm/ liter.
Ginjal dapat mengekskresikan urin dengan volume dan konsentrasi bervariasi
berdasarkan keadaan hidrasi tubuh, sehingga berdasarkan keadaan tersebut urin
digolongkan menjadi 3 macam :
1. Hidrasi ideal, urin yang dihasilkan urin isotonis sebanyak 1 ml/ menit
dengan konsentrasi +/- = 300 mosm/ liter.
2. Hidrasi berlebihan, urin yang dihasilkan urin hipotonis sebanyak +/- 25
ml/ menit dengan konsentrasi cairan 100 mosm/ liter, hal ini terjadi
sebagai upaya kompensasi tubuh untuk membuang kadar H2O berlebih
pas tubuh.
3. Hidrasi buruk, atau kekurangan cairan maka urin yang dihasilkan
cenderung hipertonis sebanyak 0,3 ml/menit dengan konsentrasi cairan
1200 mosm/ liter, hal ini dilakukan untuk menahan kadar H2O di dalam
tubuh.
Adanya gradien osmotik Vertikal disebabkan oleh susunan anatomik yang
cukup unik dan adanya interaksi fungsional pada komponen nefron di medula ginjal.
Susunan anatomiknya salah satunya adalah berupa adanya lengkung dansa henle yang
lebih banyak memasuki nefron di juksta medula ginjal hingga ujungnya sampai ke
dekat daerah pelvis ginjal, dan adanya asa reka nefron juksta medula yang berbentuk
mirip dansa henle dengan aliran di dalam keduanya yang disebut dengan aliran balik.
Selain itu susunan duktus koligentes yang melayani kedua nefron akan menembus
medula secara desecendens dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal. Struktur
tersebut ditunjang oleh karakteristik permeabilitas dan transpor segmen - segmen
tubulus dan bantuan hormon vasopresin yang menyebabkan ginjal dapat
mengeksresikan urin dalam konsentrasi yang bervariasi.
Secara singkat, lengkung Henle panjang nefron jukstamedula membentuk
gradien osmotik vertikal, vasa rektanya mempertahankan gradien ini sembari
memberi darah kepada medula ginjal, dan duktus koligentes. Semua nefron
menggunakan gradien ini, bersama dengan hormon vasopresin, untuk menghasilkan
urin dengan beragam konsentrasi. Secara kolektif susunan fungsional keseluruhan ini
disebut sistem aliran balik medula atau sistem Counter current medula.
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya gradien osmotik vertikal, kita harus
terlebih dahulu mengetahui perjalanan filtrat, yaitu sebagai berikut :
Filtrat terbentuk reabsorbsi osmotik tak terkontrol H2O yang terfiltrasi di tubulus
proksimal akibat reabsorbsi aktif Na+ 65 % filtrat telah diabsorbsi pada akhir
tubulus proksimal 35 % sisa tetap berada di lumen tubulus bersifat isotonis
cairan yang masuk ke ansa henle adalah isotonis.
Secara anatomis dansa henle memiliki dua pars, descendens dan ascendens.
Keduanya memiliki perbedaan dan karakteristik masing-masing secara fungsional ,
yaitu sebagai berikut :
1. Pars descendens
a. Pembawa cairan dari tubulus proksimal hingga jauh ke dalam medula
b. Sangat permeabel terhadap H2O
c. Tidak secara aktif mengeluarkan Na+
2. Pars Ascendens
a. Pembawa cairan naik dan keluar dari medula untuk masuk ke tubulus distal
b. Sangat aktif memindahkan NaCl keluar dari lumen tubulus untuk masuk ke
dalam cairan interstitium
c. Selalu impermeabel teahadap H2O sehingga garam meninggalkan cairan
tubulus disertai H2O secara osmotik.
B. Mekanisme multiplikasi counter current medula
1. Sebelum adanya gradien osmotik vertikal, konsentrasi cairan interstitium
seragam = 300 mosm/ liter.
2. Pompa garam aktif di pars ascendens dapat memindahkan NaCl keluar dari
lumen cairan interstitium sekitar 200 mOsm / liter lebih pekat pompa
ascenden aktif keluarkan garam cairan interstitium medula hipertonis
karena air tidak dapat mengikuti secara osmosis ke bagian ini yang
impermeabel terhadap air difusi neto H2O dari pars ascendens ke cairan
interstitium masuk cairan isotonik tubulus ke pars descenden dari
tubulus proksimal permeabilitas pars descendens menyebabkan terjadi
difusi neto H2O melalui osmosis menuju cairan interstitium terus
berlanjut hingga osmolaritas di kedua tempat tersebut sama cairan
tubulus yang masuk ke dansa henle menjadi lebih pekat ( defisit
H2O).Pada keadaan seimbang, osmolaritas cairan pars ascendens adalah
200 mOsm/ liter dan cairan interstitium = pars descendens = 400 mOsm/
liter.
3. Jika kolom cairan di ansa henle dimajukan secara keseluruhan beberapa
langkah ada massa 200 mOsm/L dari puncak pars ascendens ke tubulus
distal & cairan isotonik ( 300 mOsm/L) masuk bagian puncak pars
descenden dari tubulus maksimal massa cairan 400 mOsm/ L dari pars
descenden bergerak maju dan memasuki pars ascendens sehingga
bertempat berlawanan dengan 400 mOsm di pars descendens. Sehingga
Diana terjadi perbedaan konsentrasi 200 mOsm/L yang lenyap di puncak
dan di bagian dasar dari lengkung henle tersebut.
4. Pompa pars ascendens memindahkan lagi NaCl keluar sedangkan air
masih meninggalkan pars descendens secara pasif maka tercipta kembali
perbedaan 200 mOsm/L antara pars ascendens dan cairan interstitium
maupun pars descendens di asing-masing bagian horizontal. Hal ini juga
menyebabkan penigkatan konsentrasi cairan tubulus di pars descendens
dan semakin turun di pars ascendens.
5. Nacl secara aktif dikeluarkan dari pars descendens dibarengi dengan difusi
neto air keluar pars descendens, hal ini menciptakan osmolaritas menjadi
200 mOsm/L di semua bagian.
6. Cairan kembali maju sedikit demi sedikit dan proses bertahap tersebut
diatas masih berlanjut cairan di pars ascendens semakin hipertonis
konsentrasi maksimal di dasar lengkung 1200 mOsm/ L cairan
interstitium selalu = pars descendens gradien konsentrasi vertikal 300-
1200 mOsm/ L di cairan interstitium konsentrasi cairan tubulus <<<
menjadi hipotonik ( 1/3 konsentrasi normal cairan tubuh ) ketika
memasuki pars ascendens.
Dari keseluruhan penjelasan diatas, meskipun gradien yang ada antara pars
ascendens dan cairan sekitar medula hanya 200 mOsm/ L, namun efeknya
berlipat ganda sehingga terbentuk gradien osmotik vertikal yang jauh lebih
besar karena adanya aliran balik di dalam lengkung. Mekanisme inilah yang
disebut sebagai multiplikasi counter current.
C. Reabsorbsi H2O yang dikontrol oleh vasopresin
Setelah adanyaa reabsorbsi obligatorik H2O dari tubulus proksimal dan ansa
henle, sisanya sebanyak 20% yang sudah terfiltrasi tertinggal di lumen dan kemudian
akan masuk ke dalam tubulus distal dan duktus koligentes untuk di reabsorbsi dalam
jumlah yang bervariasi dibawah kontrol hormon. Jumlah ini merupakan jumlah yang
sangat besar untuk di reabsorbsi, yaitu 20 % dari LFG dengan LFG 180 L / hari maka
= 36 L/hari untuk di reabsorbsi dalam jumlah yang bervariasi, bergantung pada status
hidrasi.
Dari ansa henle cairan yang keluar kemudian akan memasuki tubulus distal
akan memasuki duktus koligentes, duktus ini terendam dalam cairan interstitium
dengan konsentrasi yang semakin tinggi ketika saluran ini turun melalui medula.
Agar air dapat di reabsorbsi di satu segmen tubulus, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi :
1. Adanya gradien osmotik yang melintasi tubulus
2. Segmen tubulus permeabel terhadap H2O
Tubulus distal dan koligentes merupakan bagian impermeabel terhadap H2O,keadaan
ini dapat berubah hanya jika ada satu hormon anti diuretik yang dikenal sebagai hormon
vasopresin yang dapat meningkatkan permeabilitas keduanya terhadap H2O. Hormon ini
diatur pelepasannya dari hipofisis posterior ke dalam darah oleh hipotalamus. Pengeluaran
hormon ini deregulasi dengan mekanisme umpan balik negatif dengan dipicu oleh terjadinya
defisit H2O ketika cairan ekstra sel hipertonis dan keberadaan H2O harus dipertahankan oleh
tubuh, dan akan dihambat ketika keadaan CES menjadi hipotonis dan kadar air berlebihan
harus dikeluarkan oleh tubuh.
Vasopresin sistem sirkulasi darah membran basolateral sel tubulus prinsipal
( pelapis tubulus distal dan koligentes) ikat reseptor V2 ( reseptor bergandeng protein G
spesifik vasopresin) aktifasi cAMP peningkatan permeabilitas membran luminal
terhadap H2O dengan penyisipan akuaporin ( AQP 2) dengan eksostosis air masuk ke
dalam tubulus melalui saluran air luminal air meninggalkan sel menuruni gradien
osmotik menembus membran basolateral masuk ke cairan interstisium.
Semakin banyak H2O yang masuk ke dalam sel tubulus >>> reabsirbsi h2O dari
filtrat ke dalam cairan interstitium.
Semakin banyak vasopresin semakin banyak air luminal disisipkan semakin
besar permeabilitas tubulus distal dan koligentes terhadap H2O.
Meningkatnya saluran air membran luminal ini tidak permanen, saluran diambil
kembali ketika sekresi vasopresin berkurang dan aktivitas cAMP <<< permeabilitas h2O
berkurang ketika sekresi vasopresin berkurang.
Saluran h2o ini, disimpan dalam vesikel internal dan siap untuk disisipkan kembali
pada membran luminal ketika sekresi vasopresin meningkat lagi. Perpindahan AQP-2 ke
dalam dan keluar membran luminal dibawah kontrol vasopresin menyediakan cara untuk
mengontrol permeabilitas H2O secara cepat pada tubulus distal dan duktus koligentes dengan
bergantung pada kebutuhan tubuh sewaktu atau sesaat.
Vasopresin hanya mempengaruhi permeabilitas H2O di tubulus distal dan kolgentes,
hormon ini tidak mempengaruhi 80% H2O yang di reabsorbsi tanpa kontrol di tubulus
proksimal dan Ansa henle.