Web viewApa pengertian tentang teori behaviorisme? ... Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang...
Transcript of Web viewApa pengertian tentang teori behaviorisme? ... Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini membahas tentang Teori Belajar menurut Aliran Behaviorisme,
sebagai kajian mata kuliah Filsafat Pendidikan. Dalam dunia pendidikan, teori dan
praktik selalu dipengaruhi oleh aliran filsafat pendidikan. Beberapa aliran filsafat
pendidikan yang dapat diterapkan dalam sistem pembelajaran selain teori
behaviorisme adalah teori kognitif, dan teori konstruktivisme. Dua aliran filsafat
pendidikan yang memengaruhi arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dewasa ini adalah aliran behavioristik dan kognitif-konstruktivistik.
Aliran Behaviorisme sendiri merupakan salah satu aliran psikologi yang
meyakini bahwa untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap
setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang
terjadi dalam diri individu. Penganut aliran behaviorisme menolak keras adanya
aspek-aspek kesadaran atau mentalitas dalam individu. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa aliran behaviorisme menekankan terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar, sedangkan aliran kognitif-konstruktivistik lebih
menekankan pembentukan perilaku internal yang sangat memengaruhi perilaku
yang tampak itu.
Oleh karenanya, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan, kelompok kami berusaha menyusun makalah mengenai Teori Belajar
menrut Aliran Behaviorisme yang juga dilatar belakangi oleh rasa ingin tahu kami
terhadap keinginan untuk mengetahui lebih lanjut lagi tentang Teori
Behaviorisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang teori behaviorisme?
2. Siapa saja tokoh-tokoh behaviorisme?
3. Apa saja prinsip-prinsip belajar behaviorisme?
4. Bagaimana aplikasi teori behaviorisme dalam pembelajaran?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang teori behaviorisme.
2. Mengenal tokoh-tokoh behaviorisme serta teori yang diciptakan tokoh-
tokoh behaviorisme.
3. Mengetahui prinsip-prinsip belajar behaviorisme.
4. Mengetahui aplikasi teori behaviorisme dalam pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
Pengertian belajar menurut teori Behaviorime adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari adanya reaksi antara stimulus dan respon. Teori
Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner.
Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukan
perubahan pada tingkah lakunya, apabila dia belum menunjukkan perubahan
tingkah laku maka belum dikatakan bahwa ia telah melakukan proses belajar.
Teori ini sangat mementingkan adanya input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respons. Dalam proses pembelajaran input ini bisa berupa alat
peraga, gambar-gambar, atau cara-cara tertentu untuk membantu proses belajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon. Oleh karena itu sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan sesuatu
yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut terjadi atau tidak
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
3
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini
sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini
berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan
tingkah laku adalah hasil belajar.
Jadi, Teori belajar Behavioristik adalah teori belajar yang lebih menekankan
pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang
memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka.
B. TOKOH-TOKOH BEHAVIORISME
Behaviorisme merupaka salah satu pendekatan untuk memahami perilaku
individu baik verbal maupun non verbal yang dapat diobservasi secara langsung
dengan menggunakan metode pelatihan, pembiasaan dan pengalaman. Pandangan
ini menekankan bahwa perilaku harus dapat dijelaskan dengan pengalaman-
penglaman yang terobservasi, bukan oleh proses mental. Teori ini tidak
menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan
respon, hal ini tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya. Tokoh penting
dalam teori belajar behaviorisme secara teoritik antara lain adalah :
1. John Watson (1878-1958)
Setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan
Yunani), matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di
University of Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke
psikologi karena pengaruh Angell. Akhirnya ia memutuskan menulis disertasi
dalam bidang psikologi eksperimen dan melakukan studi-studi dengan tikus
percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan disertasinya. Tahun 1908 ia pindah
ke John Hopkins University dan menjadi direktur lab psi di sana. Pada tahun
4
1912 ia menulis karya utamanya yang dikenal sebagai ‘behaviorist’s
manifesto’, yaitu “Psychology as the Behaviorists Views it”.
Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran
behaviorisme:
Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya
setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya
tempat di dalamnya
Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri
sebagai natural science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk
menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya
kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psi.
Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.
a. Pandangan Utama Watson:
Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang
dimaksud dgn stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk
juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang
dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat
sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar.
Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned
Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku.
Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat
penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini
pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat
deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan
berdasarkan free will.
Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya,
mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun
akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa
Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai
obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini
adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh
aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini
5
sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani
terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila
pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan
berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.]
Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi
harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi
adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.
Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari
karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak
yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali
simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan
Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan
dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum
utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon
Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah
proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan
phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson
punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike
salah.
Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan
William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan
ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata
lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan
adalah kebutuhan.
Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking.
Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan
dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat
diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture
lainnya.
Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku
dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah
6
ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus
oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan
penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan
kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan
bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.
2. Clark L. Hull (1884-1952)
Hull menamatkan Ph.D dalam bidang psikologi dari University of
Wisconsin dan mengajar di sana selama 10 tahun, kemudian mendapat gelar
professor dari Yale dan menetap di uni ini hingga masa pensiunnya. Sepanjang
karirnya, Hull mengembangkan ide di berbagai bidang psikologi, terutama
psikologi belajar, hipnotis, teknik sugesti. Metode yang paling sering
digunakan adalah eksperimental lab. Prinsip-prinsip utama teorinya :
Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun
fungsi reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada
satisfied factor.
Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari
intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsure O
(organisma). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang
disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa
output. Karena pandangan ini Hull dikritik karena bukan behaviorisme
sejati.
Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini
tampak pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis
organisma.
Hypothetico-deductive theory
Adalah teori belajar yang dikembangkan Hull dengan menggunakan
metode deduktif. Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus
didasarkan pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan fenomena individual
(induktif). Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan
pemikirannya tentang aktivitas otak, reinforcement, habit, reaksi potensial, dan
lain sebagainya (Lundin, 1991, pp.193-195).
7
Sumbangan utama Hull adalah pada ketajaman teorinya yang detil,
ditunjang dengan hasil-hasil eksperimen yang cermat dan ekstensif. Akibatnya
ide Hull banyak dirujuk oleh para ahli behavioristik lainnya dan
dikembangkan.
Kritik yang diberikan pada Hull:
Teorinya dianggap terlalu kompleks dan sulit dimengerti
Idenya tentang proses internal dianggap abstrak dan sulit dibuktikan
melalui eksperimen empiris
Partikularistic, usaha utk menggeneralisasi hasil eksperimen secara
berlebihan.
3. B.F. Skinner
Penerapan dari teori Skinner adalah Behavior Modification, sering juga
disebut sebagai behavior therapy. Merupakan penerapan dari shaping
(pembentukan TL bertahap), penggunaan positive reinforcement secara
selektif, dan extinction. Pendektan ini banyak diterapkan untuk mengatasi
gangguan perilaku.
Prinsip teori Skinner ini adalah hukum akibat, penguatan atau
penghargaan,dan konsekuensi. Prinsip hukum akibat menjelaskan bahwa
perilaku yang diikuti hasil positif akan diperkuat dan perilaku yang diikuti
hasil negatif akan diperlemah. Penguatan merupakan suatu konsekuensi yang
meningkatkan peluang terjadinya suatu perilaku. Konsekuensi adalah suatu
kondisi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang terjadi setelah
perilaku dan memengaruhi frekuensi prilaku pada waktu yang akan datang.
Konsekuensi yang menyenangkan disebut tindakan penguatan dan
konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman.
Menurut Skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan
perilaku diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada juga jenis
penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negative.
Penguatan positif (positive reninforcement) didasari prinsip bahwa
frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu
stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi, perilaku yang diharapkan
akan meningkat karena diikuti oleh stimulus menyenangkan. Contoh,
8
peserta didik yang selalu rajin belajar sehingga mendapat rangking satu
akan diberi hadiah sepeda oleh orang tuanya. Perilaku yang ingin diulang
atau ditingkatkan adalah rajin belajar sehingga menjadi rangking satu dan
penguatan positif/stimulus menyenangkan adalah pemberian sepeda.
Penguatan negatif (negatve reinforcement) didasari prinsip bahwa
frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan suatu
stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi, perilaku
yang diharapkan akan meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang tidak menyenangkan. Contoh, pesreta didik sering
bertanya dan guru menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan
yang tidak berkenan dihati guru sehingga peserta didik akan sering
bertanta. Jadi, perilaku yang ingin di ulangi atau ditingkatkan adlah
sering bertanya dan stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin
dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik tidak malu dan
akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang tidak
berbobot/melenceng.
Hukuman (punishmen) yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan
peluang terjadinya suatu perilaku. Jadi, perilaku yang tidak diharapkan akan
menurun atau bahkan hilang karena diberikan suatu stimulus yang tidak
menyenangkan. Contoh, peserta didik yang berperilaku mencontek akan
diberikan sanksi, yaitu jawabannya tidak diperiksa dan nilainya 0 (stimulus
yang tidak menyenangkan/hukuman). Perilaku yang ingin dihilangkan adalah
perilaku mencontek dan jawaban tidak diperiksa serta nilai 0 (stimulus yang
tidak menyenangkan atau hukuman).
Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman terletak pada perilaku
yang ditimbulkan. Pada penguatan negatif, menghilangkan stimulus yang
tidak menyenangkan (kritik) untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan
(sering bertanya). Pada hukuman, pemberian stimulus yang tidak
menyenangkan nilai 0 untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan
(perilaku mencontek).
a. Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:
9
Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada
perilaku yang spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya
induktif. Dalam hal ini pengaruh Watson jelas terlihat
Empty organism, menolak adanya proses internal pada individu.
Menolak menggunakan metode statistical, mendasarkan pengetahuannya
pada subyek tunggal atau subyek yang sedikit namun dengan manipulasi
eksperimental yang terkontrol dan sistematis.
b. Konsep-konsep utama:
Proses operant conditioning:
o Memilah perilaku menjadi respondent behavior dan operant behavior.
Respondent terjadi pada kondisioning klasik, dimana reinforcement
mendahului UCR/CR. Dalam kondisi sehari-hari yang lebih sering
terjadi adalah operant behavior dimana reinforcement terjadi setelah
response.
o Positive dan negative reinforcers [kehadirannya PR menguatkan
perilaku yang muncul, sedangkan justru ketidakhadiran NR yang akan
menguatkan perilaku].
o Extinction: hilangnya perilaku akibat dari dihilangkannya reinforcers
o Schedules of reinforcement, berbagai variasi dalam penjadwalan
pemberian reinforcement dapat meningkatkan perilaku namun dalam
kadar peningkatan dan intensitas yang berbeda-beda (lih Lundin, 1991
fig. 4.p.213)
o Discrimination : organisma dapat diajarkan untuk berespon hanya pada
suatu stimulus dan tidak pada stimulus lainnya. Caranya adalah secara
konsisten memberi reinforcement hanya pada respon bagi stimulus
yang diinginkan dan tidak pada respon terhadap stimulus lainnya.
o Secondary reinforcement, adalah stimulus yang sudah melalui proses
pemasangan/kondisioning dengan reinforcer asli sehingga akhirnya bisa
mendapatkan efek reinforcement sendiri. Dalam kenyataan riil
kehidupan manusia, hampir semua yang kita anggap sebagai
reinforcement adalah secondary reinforcer.
10
o Aversive conditioning, proses kondisioning dengan melibatkan suasana
tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan punishment. Reaksi
organisme adalah escape atau avoidance.
c. Kritik terhadap Skinner:
Pendekatannya yang lebih bersifat deskriptif dan kurang analitis dianggap
kurang valid sebagai sebuah teori
Validitas dari kesimpulan yang diambilnya yang merupakan generalisasi
berlebihan dari satu konteks perilaku kepada hampir seluruh perilaku
umum
Pandangan ‘empty organism’ mengundang kritik dari pendukung aspek
biologis dan psikologi kognitif yang percaya pada kondisi internal
mansuia, entah itu berupa proses biologis atau proses mental
d. Sumbangan Skinner:
Salah seorang psikolog yang pandangannya paling berpengaruh dan
banyak dirujuk oleh para psikolog lainnya
Mengembangkan sejumlah prinsip-prinsip psikologis yang cukup terbukti
aplikatif terhadap masalah-masalah perilaku yang nyata karena didukung
oleh hasil-hasil eksperimen yang jelas
Memberikan ide kreatif dan baru bagi metode dalam belajar dan terapi
yang konvensional
4. Albert Bandura (1925 – ..)
Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of
Iowa dan kemudian mengajar di Stanford University. Sebagai seorang
behaviorist, Bandura menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon
lingkungan. Oleh karenya teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling.
Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal antara
pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan. Singkatnya, Bandura
menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.
a. Teori utama :
Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses
belajar manusia.
11
Dalam proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal adlaah
vicarious reinforcement, reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat
memperkuat perilaku individu. Self-reinforcement, individu dapat
memperoleh reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa selalu harus
ada orang dari luar yang memberinya reinforcement.
Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti self-judgement,
self-control, dan lain sebagainya.
Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement demi kepuasan
yang lebih tinggi di masa depan
b. Sumbangan Bandura:
Bandura membuka perspektif baru dalam aliran behavioristik dengan
menekankan pada aspek observasi dan proses internal individu. Bagi
mereka yang beraliran kognitif, pandangan Bandura ini dirasakan lebih
lengkap dibandingkan pandangan ahli behavioristik lainnya. Teorinya ini
juga didukung oleh percobaan eksperimental yang dapat
dipertanggungjawabkan
c. Kritik terhadap Bandura
Kritik terutama datang dari kelompok aliran behavioristik keras,
yang memandang Bandura lebih tepat untuk dimasukan dalam kelompok
aliran kognitif dan tidak diakui sebagai bagian dari behavioristik.
Penyebab utamanya karena pandangan Bandura yang kental aspek
mentalnya.
5. Pavlov
Ivan Pavlov terkenal dengan teori kondisioning klasik (classical
conditioning), yaitu sejenis pembelajaran dimana sebuah organisme belajar
untuk menghubungkan atau mengasosiasikan stimulus dengan respon. Dalam
pengkondisian klasik, sebuah stimulus netral (contoh:bel) menjadi
diasosiasikan dengan stimulus yang mempunyai makna (contoh:makana) dan
mendatangkan kepastian untuk mendatangkan respon yang sama. Untuk
memahami teori kondisioning klasik secara menyeluruh perlu dipahami
bahwa ada dua jenis stimulus dan dua jenis respon. Dua jenis stimulus
tersebut adalah stimulus yang tdak terkondisi (unconditioned stimulus-
12
UCS),yaitu stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa
didahului dengan pembelajaran apa pun (contoh:makanan) dan stimulus
terkondisi (conditioned stimimulus-CS), yaitu stimulus yang sebelumnya
bersifat netral,akhirnya mendatangakan sebuah respon yang terkondisi setelah
diasosiasikan dengan stimulus tidak terkondisi(contoh:suara bel sebelum
makan datang).
Dua respon tersebut adalah respon yang tidak terkondisi (unconditioned
respon-UCS), yaitu sebuah respon yang tidak terkondisi (contoh:keluarnya air
liur anjing setelah melihat makanan) dan respon bterkondisi(conditioned
respon-CR), yaitu sebuah respon yang dipelajari terhadap stimulus yang
terkondisi yang terjadi setelah terkondisi dipasangkan dengan stimulus
terkondisi (contoh:keluarnya air liur anjing setelah melihat makanan yang
bersama dengan suara bel).
a. Faktor penting dalam teori belajar pengkondisian klasik Pavlov
Generalisasi.
Dalam mempelajari respon terhadap stimulus serupa, anjing akan
mengeluarkan air liur begitu mendengar suara-suara yang mirirp dengan
bel, contoh suara peluit, karena anjing mengeluarkan air liur ketika bel
dipasangkan dengan makanan. Jadi, generalisasi melibatkan
kecenderungan dari stimulus baru yang serupa dengan stimulus
terkondisi asli untuk menghasilkan respon serupa. Contoh, seorang
peserta didik merasa gugup ketika dikritik atas hasil ujian yang jelek
pada mata pelajaran matematika. Ketika mempersiapkan ujian Fisika,
peserta didik tersbut akan merasakan gugup karena kedua pelajaran
sama-sama berupa hitungan. Jadi kegugupan peserta didik tersebut hasil
generalisasi dari melakukan ujian mata pelajaran satu kepada mata
pelajaran lain yang mirip.
Deskriminasi
Organisme merespon stimulus tertentu, tetapi tidak terhadap yang
lainnya. Pavlov memberikan makanan kepada anjing hanya setelah bunyi
bel, bukan setelah bunyi yang lain untuk menghasilkan deskriminasi.
Contoh, dalam mengalami ujian dikelas yang berbeda, pesrta didik tidak
13
merasa sama gelisahnya ketika menghadapi ujian bahasa Indonesia dan
sejarah karena keduanya merupakan subjek yang berbeda.
Pelemahan (extincition)
Proses melemahnya stimulus yang terkondisi dengan cara
menghilangkan stimulus tak terkondisi. Pavlov membunyikan bel
berulang-ulang, tetapi tidak disertai makanan. Akhirnya, dengan hanya
mendengar bunyi bel, anjing tidak mngeluarkan air liur. Contoh, kritikan
guru yang terus menerus pada hasil ujian yang jelek, membuat peserta
didik tidak termotivasi belajar. Padahal, sebelumnya peserta didik pernah
mendapat nilai ujian yang bagus dan sangat termotivasi belajar.
Dalam bidang pendidikan, teori kondisioning klasik digunakan untuk
mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap pesrta didik untuk
termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif
pesrta didik.
6. Thondike
Teori belajar Thondike di kenal dengan istilah koneksionisme
(connectionism). Teori ini memandang bahwa yang menjadi dasar terjadinya
belajar adalah adanya asosiasi atau menghubungkan antara kesan indera
(stimulus) dengan dorongan yang muncul untuk bertindak (respon), yang di
sebut dengan connecting. Dalam teori ini juga di kenal istilah selecting, yaitu
stimulus yang beraneka ragam di lingkungan melalui proses mencoba-coba
dan gagal (trial &error). Setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi
baru akan melakukan tindakan tindakan yang sifatnya coba-coba. Jika dalam
mencoba itu secara kebetulan ada tindakan yang dianggap memenuhi tuntutan
situasi, tindakan yang kebetulan cocok itu akan “di pegang”. Karena latihan
yang terus menerus, waktu yang digunakan untuk coba-coba itu semakin lama
semakin efisien. Dalem teori ini, proses tersebut terjadi secara mekanistik,
tanpa penalaran, tidak melihat situasi keseluruhan, dan terjadinya secara
bertahap.
Percobaan Thorndike adalah sebagai berikut. Seekor kucing yang lapar
dimasukkan ke dalam kandang tertutup yang ada pintunya, tetapi pintu
tersebut di beri pedal, apabila pedal di injak, pintu terbuka. Di luar kandang
14
diletakkan sepiring makanan (daging). Apa reaksi kucing/ Mula-mula kucing
bergerak ke sana ke mari ml pintu mencoba-coba hendak keluar dari kandang.
Lama kelamaan pada suatu ketika secara kebetulan terinjak pedal pintu oleh
salah satu kakinya. Pintu kandang terbuka dan kucing keluarlah menuju
makanan.
Percobaan di ulangi lagi. Tingkah laku itu meskipun sama seperti pada
percobaan pertama, hanya waktu yang dibutuhkan untuk bergerak ke sana ke
mari lebih singkat. Setalah diadakan percobaan berkali-kali, akhirnya kucing
itu tidak perlu lagi kesana kemari, tetapi langsung menginjak pedal pintu dan
terus keluar menuju makanan. Dalam teori koneksionisme, di kenal dengan
hukum-hukum Thorndike, yaitu hukum akibat (low of effect), hukum
kesiapan(law of readiness), dan hukum latihan (law of exercise)
a. Hukum Akibat (Low of Effect)
Suatu tindakan atau tingkah laku yang mengakibatkan suatu keadaan
yang menyenangkan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diulangi, di
ingat, dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
Suatu tindakan/tingkah laku yang mengakibatkan suatu keadaan yang
tidak menyenangkan (tidak cocok dengan tuntutan situasi) akan
dihilangkan atau dilupakan. Tingkah laku ini terjadi secara otomatis.
Contoh: Jika dapat membuat lampion dengan rapi, peserta didik merasa
sangat puas karenamendapat pujian. Tindakan tersebut akan diulangi, di
ingat, dan depelajari dengan sebaik-baiknya bahkan berusaha menjadi
lebih baik lagi.
b. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Kesiapan untuk bereaksi terhadapsuatu stimilus yang di hadapi sehingga
reaksi tersebut menjadi memuaskan. Pernyataan tersebut dapa dijabarkan
sebagai berikut:
Jika individu siap melakukan tindakan, melakukan tindakan itu akan
menimbulkan kepuasan. Contoh: Peserta didik yang merasa sangat siap
menghadapi ulangan dengan belajar keras, mengikuti ulangan merupakan
suatu tindakan yang menyenangkan karena dapat mengerjakan dengan
benar.
15
Individu siap melakukan tindakan, tidak melakukan tindakan akan
menimbulakan kesalahan. Contoh: Peserta didik yang merasa sangat siap
menghadapi ulangan dengan belajar keras, maka tidak mengikuti ulangan
dengan belajar keras, maka tidak mengikuti ulangan karena ulangan
dibatalkan akan menimbulkan rasa tidak puas, mungkin jengkel karena
usahanya percuma.
Jika individu tidak siap melakukan tindakan, maka melakukan tindakan
akan menimbulkan kekesalan. Contoh: Peserta didik tidak siap (tidak
belajar) untuk menghadapi ulangan yang mendadak , maka tindakan
mengikuti ulangan akan menimbulkan kekesalan (merasa tidak
menyenangkan-khawatir nilai jelek).
Jadi dalam melakukan suatu perbuatan (belajar), sering akan di capai
hasil yang memuaskan apabila individu siap menerima dan melakukan
sesuatu dengan tidak ada hambatan.
c. Hukum Latihan (Law of Exercise)
Prinsip dalam latihan ini adalah tingkat frekuensi untuk mempraktikkan
(seiringnya menggunakan hubungan stimulus-respon), sehingga
hubungan tersebut semakin kuat. Praktik tersebut lebih efektif jika
disertai reward. Hukum ini mengenai istilah law of use dan low of disuse.
Makin sering hubungan antara stimulus & respon dilakukan maka akan
makin kuat koneksinya (law of use). Contoh: Guru melempar bola akan
peserta didik harus menangkapnya bola (respon). Jika sering dipraktikan,
hubungan stimulus-respon semakin kuat, yang akhirnya peserta didik
menjadi terampil menangkap bola.
Jika hubungan antara stimulus & respon dihentikan untuk periode
tertentu, koneksinya akan melemah (law of dis-use). Contoh:
Keterampilan peserta didik menangkap bola itu terjadi karena latihan.
Jika latihan menangkap bola dihentikan dalam jangka waktu yang
relative lama (tidak di latih), lama kelamaan keterampilan menangkap
bola menjadi berkurang atau bahkan hilang (hubungan S-R melemah).
Tanpa informasi atau umpan balik yang memberi “reward” hanya terjadi
perubahan kecil dalam distribusi respons.
16
7. E.R Guthrie
Menurur Guthrie,tingkah laku manusia itu secara keseluruhan
merupakan rangkaian tingkah laku yang terjadi atas unit-unit. Unit-unit
tingkah laku ini merupakan respon-respon dari stimulus sebelumnya dan
kemudian unit respon tersebut menjadi stimulus yang kemudian akan
menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikian
seterusnya sehingga merupakan deretan tingkah laku yang terus menerus. Jadi
proses terbentuknya rangkaian tingkah laku tersebut terjadi dengan
kondisioning melalui proses asosiasi antara nit tingkah laku yang satu dengan
unit tingkah laku lainya menjadi semakin kuat. Prinsip belajar pembentukan
tingkah laku ini disebut law association.
Menurut Guthrie,untuk memperbaiki tingkah laku yang jelek harus
dilihat dari rentetan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk
menghilangkan atau mengganti unit tingkah laku yang tidak baik dengan
tingkah laku yang seharusnya. Tiga metode mengubah tingkah laku menurut
Guthrie, yaitu:
i. Metode respon bertentangan
ii. Metode membosankan
iii. Metode mengubah lingkungan
C. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR BEHAVIORISME
Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk waktu yang
lama untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk mencegah perilaku
yang tidak diinginkan.
1. Stimulus dan Respons
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat
peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya.
Stimulus ini dapat terintegrasi dengan baik melalui perencanaan program
pembelajaran yang baik lengkap dengan alat-alat yang membentu siswa
mencapai tujuan belajar. Sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap
stimulus yang telah diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini haruslah dapat
diamati dan diukur.
17
2. Reinforcement (penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut
penguatan (reinforcement). Sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan
akan memperlemah perilaku disebut dengan hukuman (punishment).
3. Penguatan positif dan negatif
Pemberian stimulus positif yang diikuti respon disebut penguatan positif,
misalnya dengan memuji siswa setelah dapat merespon pertanyaan guru.
Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai negatif untuk memperkuat
perilaku disebut penguatan negatif, misalnya apabila siswa mampu
mengerjakan tugas dengan sempurna maka diperbolehkan tidak mengikuti
ulangan.
4. Penguatan primer dan sekunder
Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan fisik seperti air, makanan, udara dll. Sedangkan penguatan sekunder
adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik seperti
pujian, pangkat, uang dll.
5. Kesegeraan memberi penguatan (immediacy)
Penguatan hendaknya diberikan segera setelah perilaku muncul karena
akan menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik dari pada
pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya.
6. Pembentukan perilaku (Shapping)
Untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan langkah berikut :
Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapan-tahapan yang
lebih rinci;
menentukan penguatan yang akan digunakan;
Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku yang semakin dekat
dengan perilaku yang akan dibentuk.
7. Kepunahan (Extinction)
Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk tidak
mendapatkan penguatan lagi dalam waktu tertentu.
18
D. APLIKASI TEORI BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN
Untuk mengaitkan teori behaviorisme dengan praktik pembelajaran,perlu
dipahami terlebih dulu,mengenai prinsip belajar menerut behaviorisme. Prinsip-
prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Teori ini beranggapan bahwa yabg dimaksud dengan belajar adalah
perubahan tingkah laku.seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukan perubahan tingkah laku tertentu. Perubahan
perilaku itu bias negative atau positif bergantung apa yang ingin dipelajari.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati,yang terjadi
karena hubungan stimulus dan respon,sedangkan proses yang terjadi antara
stimulus respon,yang tidak dapat diamati itu tidak penting.
Perlunya Reinforcement untul memunculkan perilaku yang diharapkan.
Respons akan semakin kuat jikareinforcement(baik positif maupun
negative) ditambah.
Penekanan proses belajar menurut teori behaviorisme ini adalah hubungan
stimulus dan respon. Dengan demikian,agar pembelajaran dikelas menjadi
efektif,hendakya guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Guru hendaknya memilih jenis stimulus yang tepat untuk diberikan kepada
peserta didik agar peserta dapat memberikan respon yang diharapkan.
Guru hendaknya menentukan jenis respon yang harus dimunculkan oleh
peserta didik. Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukan peserta
didik benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan,guru harus mampu
menetapkan bahwa respons itu dapat diamati dan diukur.
Guru perlu memberikan reward yang tepat untuk meningkatkan perilaku
yang diharapkan muncul dari peserta didiknya.
Guru hendaknya segera memberikan umpan balik secara langsung,sehingga
sipelajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar tau
belum.
1. Meningkatkan Perilaku yang Diinginkan
Enam strategi pengkondisian operan dapat dignakan untuk
meningkatkan perilaku yang diinginkan,yaitu :memilih penguat yang
efektif,membuat penguat yang bergantung dan tepat waktu,memilih jadwal
19
terbaikuntuk penguatan,mempertimbangkan membuat perjanjian
kontrak,menggunakan penguatan negative secara efektif, dan menggunakan
arahan seta pembentukan
a) Memilih Penguat yang Efektif
Guru harus mampu menemukan penguat mana yang berhasil dengan
paling baik untuk setiap peserta didiknya, yaitu membedakan setiap
individu dalam menggunakan penguat tertentu. Satu jenis penguat tertentu
untuk peserta didik A belum tentu cocok untuk peserta didik B. contoh:
peserta didik A cocok dengan penguat pujian,peserta didikC cocok dengan
aktivitas dengan diberikan aktivitas tertentu yang disukai, dan lain-lain.
Untuk mengetahui penguat mana yang disukai dapat ditanyakan langsung
kepada peserta didik tentang penguat mana yang paling disukai atau
dengan memeriksa sejarah penguatan dari guru lain.
b) Membuat Penguat menjadi Bergantung pada Tepat dan Waktu.
Agar penguat efektif, guru harus memberikan penguat secara tepat
waktu dan segera mungkin setelah anak menampilkan perilaku tertentu
yang diharapkan.
c) Pilih Jadwal Terbaik untuk Penguatan
Guru harus memilih jadwal penguatan terbaik sesuai dengan tuntutan
perilaku peserta didik yang diharapkan guru. Pilihan jadwal tersebut
adalah; jadwal rasio tetap, jadwal rasio variabel, jadwal interval tetap, dan
jadwal interval variabel, dan ke empat jenis jadwal penguatan sudah
diuraikan sebelumnya.
d) Pertimbangan untuk Membuat Kontrak
Analisis perilaku terapan menyarankan bahwa kontrak kelas
seharusnya merupakan hasil masukan dari guru maupun peserta didik.
Pembuatan kontrak melibatkan pembuatan ketergantungan penguatan
secara tertulis. Jika masalah timbul, dan peserta didik ingkar janji, guru
dapat menunjukkan kontrak yang telah mereka setujui.
e) Gunakan Penguatan Negatif secara Efektif
20
Penguatan negative, meningkatkan frekuensi respon dengan
menghilangkan stimulus yang tidak disukai. Contoh: stimulus guru yang
sering mengkritik atau tidak menghargai jawaban serta pertanyaan peserta
didik harus dihilangkan agar frekuensi bertanya dan frekuensi berani
menjawab semakin meningkat.
f) Gunakan Arahan dan Pembentukan
Arahan merupakan stimulus yang ditambahkan atau isyarat yang
diberikan tepat sebelum terjadinya kemungkinan peningkatan respon yang
diinginkan. Arahan membantu perilaku terjadi. Setelah peserta didik secara
konsisten memperlihatkan respon yang benar, arahan tidak lagi
dibutuhkan. Jika arahan belum mampu membuat peserta didik
menampilkan perilaku yang diharapkan, guru perlu membantu dengan
pembentukan. Pembentukan (shaping) melibatkan pembelajaran perilaku
baru dengan memperkuat perkiraan secara berturut-turut terhadap suatu
perilaku sasaran.
2. Mengurangi Perilaku yang Tidak Diinginkan
Ada beberapa langkah yang dapat digunaka guru untuk mengurangi
perilaku anak yang tidak diinginkan, seperti: menganggu teman, memonopoli
diskusi kelas, bersikap sok tau pada guru (Alberto & Troutman dalam
Santrouck)
a) Gunakan Penguatan Deferensial
Dalam penguatan deferensial, guru memperkuat perilaku yang lebih
pantas atau perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan anak
tersebut. Contoh: guru dapat memperkuat pesrta didik untuk melakukan
aktivitas pembelajaran dengan memanfaatkan komputer dari pada
komputer hanya dipakai untuk memainkan game.
b) Hentikan Penguatan (Extinction)
Tanpa disengaja guru memberikan penguatan positif yang justru
membuat perilaku pesrta didik yang tidak diharapkan semakin terpelihara.
Dengan demikian,guru harus segera menghentikan penguatan positif
tersbut agar perilaku yang tidak diharapkan menurun atau hilang dan guru
memberikan penguatan positif lagi setelah perilaku yang diharapkan
21
muncul. Contoh, guru selalu memberi perhatian pada pesrta didik yang
selalu bertanya dan menjawab dalam acara diskusi kelompok, akhirnya ada
pesrta didik yang tanpa sadar mendominasi peserta didik lain hanya untuk
mengejar pujian atau nilai. Dalam kasus ini, guru segera menghentikan
penguatan dengan cara meminta pesrta didik tersebut agar memberi
kesempatan pada teman lain yang belum aktif.
c) Hilangkan Stimulus yang Diinginkan
Jika menghentikan pemberian penguatan tetap tidak berhasil
meningkatkan respon diharapkan, penghilangan stimulus yang diinginkan
harus dilakukan oleh guru, dengan cara time out dan respon cost. Time out
adalah penghentian penguatan positif terhadap seseorang untuk sementara
yaitu hamper sama dengan penghentian penguatan, yang berbeda adalah
waktu penghentian penguatan positif lebih lama sampai terbentuk lagi
perilaku yang diingikan.
Biaya respon (respon cost) adalah menjauhkan atau menganbil
penguatan-penguatan positif dari seseorang, seperti peserta didik
kehilangan hak istimewa tertentu, guru dapat menghilangkan waktu 10
menit istirahatnya atau menghilangkan haknya untuk menjadi pemantau
kelas.
d) Hadirkan Stimulus yang Tidak Disukai (Hukuman)
Jenis stimulus yang tidak disukai dan paling umum digunakan guru
adalah teguran verbal serta disertai dengan kerutan dahi atau kontak mata.
Tindakan ini lebih efektif digunakan ketika guru berada dekat dengan
peserta didik. Teeguran tidak harus disertai bentakan atau teriakan, yang
seringkali hanya menaikkan tingkat kegaduhan dikelas dan menjadikan
guru sebagai model yang tidak terkendali bagi peserta didik.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada
tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Tokoh penting dalam teori belajar behaviorisme secara teoritik antara lain adalah :
John Watson, Clark L. Hull, B.F. Skinner, Albert Bandura, Pavlov, Thondike, E.R
Guthrie.
Adapun Aplikasi teori behaviorisme dalam pembelajaran yaitu
meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangu perilaku perilaku yang
tidak diinginkan. Metode behavioristik ini sesuai untuk perolehan kemampaun
yang membuthkan praktek dan pembiasaan juga sesuai diterapkan untuk melatih
anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa.
B. Saran
Dari makalah ini pemakalah memberi saran kepada pembaca, sebagai calon
guru hendaknya kita untuk menginstroveksi diri terhadap tingkah laku orang lain
ataun peserta didik agar menjadi pembelajaran bagi kita untuk menjadi lebih baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta
Burhanuddin, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta An-Ruzz
Media
24