NOTULEN SIDANG KE- 2 TIM KOORDINASI PENGELOLAAN...
Transcript of NOTULEN SIDANG KE- 2 TIM KOORDINASI PENGELOLAAN...
TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
W I L A Y A H S U N G A I C I T A N D U Y
(TKPSDA – WS CITANDUY) Sekretariat : Jl.Prof.Dr.Ir.H.Sutami No.1 Telp: (0265) 741051 Fax. (0265) 741302 Kode Pos 46300 BANJAR–JAWA BARAT, Email : [email protected]
NOTULEN SIDANG KE- 2
TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
WILAYAH SUNGAI CITANDUY
TAHUN ANGGARAN 2016
Hari/Tanggal : Rabu – Kamis/ 23 – 24 November 2016
Tempat : Hotel Grand Kanaya Baturraden
I. PEMBUKAAN
1. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
2. Laporan Kegiatan
Pembicara : Ir. Dasniari Pohan, MT. (Ketua Sekretariat TKPSDA WS Citanduy)
3. Sambutan Selamat Datang
Pembicara : dr. Budhi Setiawan (Wakil Bupati Banyumas)
4. Sambutan Pembukaan Acara
Pembicara : Slamet Mulyanto, ST., MT (Kepala Bidang Fisik Bappeda Prov. Jawa Barat
mewakili Ketua TKPSDA WS Citanduy)
5. Pembacaan Do’a
Dipimpin oleh : H. Kudrat Heryadi, A.Md
II. SIDANG KOMISI PENDAYAGUNAAN SDA
Materi : Sinkronisasi Rencana Pola Tanam Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah
di Wilayah Sungai Citanduy
Narasumber : Ir. F. Himawan EW, MP (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah)
Pimpinan Sidang : H. Kudrat Heryadi, A.Md. (Ketua GP3A Mitra Cai Jadi Harja Kerta Mukti)
Narasumber : Ir. F. Himawan EW, MP
Instansi : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah
Pokok – pokok pembahasan :
1. Issue Strategis 2017
Memantapkan produksi komoditas tanaman pangan dan hortikultura utama sebagai
wujud kontribusi kedaulatan pangan di Jawa Tengah
2. Estimasi Ketersediaan Pangan Provinsi Jawa Tengah
Ketersediaan beras dihitung dengan Asumsi :
*) GKG (ATAP 2015) dikurangi penggunaan Gabah 5,3%; benih 0,9% ; Pakan 0,44% ;industri non
makanan ; 0,56% ; susut 3,4% ; konversi GKG – beras 62,74%
Proyeksi jumlah penduduk Th.2015 33.774.100 jiwa (SUPAS Data Statistik Indonesia 2013,kerjasama
BPS,ANU,dan LDUI)
3. Sasaran Indikatif Jagung dan Kedelai Tahun 2016/2017
4. Permasalahan
- Dampak perubahan iklim dan serangan organisme penggangu tanaman
- Rusaknya infrastruktur irigasi PERTANIAN
- Alih profesi Rumah Tangga Petani (RTP) ke sektor diluar pertanian cukup tinggi th
2003 RTP 5.770.801 sensus pertanian Th 2013 4.290.619 RTP, turun 25,65 % (BPS
Th 2014)
- Alih fungsi lahan pertanian
- Pola tanam belum terimplementasi secara optimal
- Belum optimalnya pemberdayaan P3A dan GP3A
- Masih tingginya kehilangan hasil
- Berkurangnya tenaga kerja sektor pertanian
- Bertambahnya Jumlah Penduduk
- Keterbatasan akses petani terhadap pembiayaan
5. Peluang
- Kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi (PADI rata-
rata provitas 6,0 ton/ha, potensi > 6 ton/ha Gabah Kering giling (GKG), terutama
pada lahan irigasi teknis, JAGUNG rerata 5,9 ton/ha potensi hasil > 7 ton/ha wose
pipilan kering KEDELAI rerata 1,9 ton/ha potensi hasil >2 ton/ha)
- Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas (benih unggul, jajar legowo,
pemupukan berimbang, dll)
- Potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering (perkebunan,
kehutanan dll) yang masih luas
- Pengetahuan/ketrampilan SDM (petani, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL),
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan petugas pertanian
lainnya) masih dapat dikembangkan.
- Tersediaanya potensi pengembangan produksi pangan alternatif.
- Dukungan pemerintah daerah.
- Ketersediaan sumber genetik.
6. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai target 2017:
- Koordinasi dan Sinkronisasi pelaksanaan kegiatan dengan Kabupaten/Kota
- Meningkatkan produktifitas dan Index Pertanaman (IP) melalui peningkatan
ketersediaan air irigasi, benih, pupuk, dan alat mesin pertanian;
- Memberikan fasilitasi pendampingan dari Penyuluh Pertanian, Peneliti, Perguruan
Tinggi, dan TNI;
- Melalui kegiatan pengembangan Irigasi, Peningkatan provitas melalui penerapan
jajar legowo, peningkatan Areal Tanam Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP)
Kedelai dan PAT Jagung masing-masing dilaksanakan pada lokasi yang berbeda
- Pengamanan produksi terhadap gangguan Organisme Pengganggu Tanaman dan
Dampak Perubahan Iklim
- Pendampingan terhadap Rumah Pintar Petani (RPP);
- Pertanian Modern
- Integrated Farming System (IFS).
- Optimalisasi Alsintan pra panen dan pasca panen
7. Penerapan teknologi mendukung ketahanan pangan di Provinsi Jawa Tengah
- Penerapan /sosialisasi varietas unggul baru Tanaman Pangan, sistem tanam jajar
legowo, Sistem Topping kedelai, (pendekatan PTT)
- Sistem Pertanian terpadu (IFS) Padi Jagung dan Kedelai dengan benih Padi Inpago,
Jagung Varietas Bima.
- Informasi Kalender Tanam dan Citra Modis
- Koordinasi lingkup SKPD Pertanian dalam arti luas
- Demfarm Teknologi Jajar Legowo Super
8. Terkait Pencapaian Target Luas Tanam
- Menyusun strategi teknis pencapaian luas tanam, membagi target sampai dengan
tingkat kecamatan bahkan desa .
- Perluasan areal tanam dengan memanfaatkan hasil perbaikan/rehabilitasi jaringan
irigasi tersier dan optimasi lahan, serta pemanfaatan lahan rawa/lebak,
pemanfaatan lahan hutan (Perhutani/Inhutani) dan lahan perkebunan.
- Gerakan tanam serentak, Percepatan panen, olah tanah dan tanam cepat terutama
di daerah irigasi teknis dengan mengoptimalkan alsin yang ada, dan bekerjasama
dengan TNI.
- Koordinasi dengan POKJA UPSUS
- Pengawalan dan pendampingan kegiatan terkait dengan penerapan teknologi
budidaya, sekaligus Peningkatan pengamatan, pengendalian serangan OPT dan
mitigasi dampak DPI
- Koordinasi dengan PSDA untuk daerah yang memungkinkan ada peningkatan
Indeks Pertanaman (IP) dan daerah rawan kekeringan
9. Upaya Menghadapi Perubahan Iklim dan Serangan OPT
a. ANTISIPASI : Pengkajian terhadap perubahan iklim/kebijakan dan strategi melalui
:
Deseminasi informasi Iklim berkaitan dengan Budidaya Tanaman,
Sosialisasi/informasi dini kondisi iklim/cuaca dari BMKG
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu ( SLPHT),
Sekolah Lapangan Iklim (SLI) dan
Pengendalian OPT : Pengamatan dini, pelaporan yang cepat, akurat,
berjenjang
Adanya Stok Pestisida untuk bantuan pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT).
Optimalisasi pemberdayaan P3A/ GP3A/ IP3A
b. MITIGASI : Upaya mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK), melaui :
Penggunaan pupuk organik/ hayati,
Penanaman varietas padi rendah emisi, seperti varietas Ciherang,
Penggunaan varietas padi umur pendek/sangat genjah (Silugonggo, Dodokan,
Inpari I), bila tidak tersedia menggunakan umur genjah (Ciherang, Mekongga,
Cibogo dll), toleran kekeringan (Situbagendit, situpatenggang) atau tanam
palawija
Efisiensi air irigasi dengan Sistem Berselang/Intermiten/ SRI
Teknologi Tanpa Olah Tanah (TOT)
c. ADAPTASI : Melakukan penyesuaian terhadap Dampak Perubahan iklim untuk
mengurangi resiko gagal panen :
Penyesuaian waktu dan pola tanam, seperti Tanam Serentak, Percepatan
tanam dengan sistem Methuk, persemaian di buat 2-3 minggu sebelum panen
Varietas padi tahan rendaman dan salinitas.
Pemanfaatan Embung, Waduk lapangan, pompa Air, sumur Pantek & Jaringan
Irigasi.
Daerah irigasi teknis dengan sumber air bendung (tanpa waduk) pengaturan
pola tanam mendahulukan wilayah hilir-wilayah tengah-wilayah hulu
Daerah irigasi teknis dengan sumber air bendung (tanpa waduk) pengaturan
pola tanam koordinasi dengan pengelola waduk
Pada daerah tadah hujan untuk menanam palawija
Narasumber : Ajat Sudrajat
Instansi : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat
Pokok – pokok pembahasan :
1. Tematik KewilayahanRPJMD Tahun 2013-2018
a. WKPP II (wilayah purwakarta)
1) Pengembangan industri manufaktur;
2) Pengembangan industri keramik dan gerabah;
3) Pengembangan industri perberasan dan makanan, olahan berbasis bahan baku
lokal, perkebunan, budidaya ikan air tawar dan air payau,serta ternak sapi
perah, sapi potong, kambing/domba, ayam ras serta unggas lokal;
4) Pengembangan wisata sejarah dan wisata pilgrimage (ziarah);
5) Pengembangan metropolitan BODEBEK KARPUR.
b. WKPP III (wilayah cirebon)
1) Pengembangan agribisnis buah-buahan, tebu dan industrialisasi perikanan,
sentra ternak sapi perah, sapi potong kerbau dan ungggas lokal;
2) Pengembangan sistem perdagangan komoditi beras dan palawija;
3) Pengembangan industri batik dan rotan, serta industri makanan olahan
berbahan baku lokal;;
4) Pelestarian keraton, wisata sejarah, wisata ziarah (pilgrimage) dan
mengembangkan ekowisata;
5) Pengembangan Metropolitan Cirebon Raya serta Kawasan BIJB dan Aerocity
Kertajati.
c. WKPP I (wilayah BOGOR )
1) Pengembangan sentra ternak sapi potong, sapi perah, ayam ras dan unggas
lokal;
2) Pengembangan agribisnis ikan air tawar, dan ikan hias untuk pasar regional dan
global;
3) Pengembangan pusat pemuliaan padi varietas pandan wangi dan varietas
unggul lainnya;
4) Pengembangan agrowisata koridor Bogor-Puncak-Cianjur; ekowisata
pemandangan alam dan bahari koridor Bogor, Sukabumi Pelabuhanratu dan
mengelola cagar biosfer Cibodas.
5) Pengembangan pusat pertumbuhan baru (growth center) Pelabuhan Ratu dan
Metropolitan BODEBEK KARPUR.
d. WKPP IV (wilayah priangan)
1) Pengembangan Kawasan Pendidikan Tinggi dan Riset Terpadu di Jatinangor;
2) Pengembangan klaster unggas, perikanan budidaya air tawar dan tangkap,
serta ternak sapi perah, sapi potong, domba Garut, kambing dan jejaringnya
serta pengembangan sentra produksi pakan ternak;
3) Pengembangan produksi tanaman industri (kopi, teh, kakao, karet, atsiri) dan
hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias) yang berorientasi ekspor;
4) Pengembangan jasa perdagangan, industri kreatif dan pariwisata;
5) Pengembangan Metropolitan Bandung Raya, pusat pertumbuhan baru (growth
center) Pangandaran dan Rancabuaya.
2. Potensi Luas Baku Lahan Sawah Tahun 2014 di Jawa Barat
3. Potensi Luas Baku Lahan Sawah Tahun 2014 di Jawa Barat (Per Kabupaten/Kota)
4. Perkembangan Indeks Penanaman Padi Tahun 2003-2013
5. Perbandingan Luas Baku Lahan Sawah di Utara Jabar dibandingkan dengan Selatan
Jabar
6. Program dan Kegiatan Unggulan Dinas
7. Luas Tanam, Luas Paanen, Produksi, Prdouktivitas MT 2015/2016
8. Sasaran Areal Tanam Tahun 2016 (MT 2015/2016) di Wilayah Sungai Citanduy – Jawa
Barat
9. Sasaran Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah Tahun 2016 di Jawa Barat
10. Sasaran Areal Tanam Padi Sawah Tahun 2017 (MT 2016/2017 + MT 2017) di Jawa
Barat
11. Sasaran Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah Tahun 2017 di Jawa Barat
Pertanyaan / masukan
1. Nama : H. Kudrat
Instansi/Organisasi :
a. P3A dan GP3A selama ini berjalan sendiri, tidak diberdayakan. Bagaimana agar
P3A dan GP3A bias diberdayakan secara strategis.
b. Di daerah
2. Nama : Iim
Instansi/Organisasi : Dinas BM, SDA, ESDM Kabupaten Cilacap
a. Sama seperti yang diutarakan oleh pa H. Kudrat mengenai banyaknya
kecemburuan seolah takut lahannya diambil oleh yang lain.
b. Dengan vacuum-nya Kabupaten Tasikmalaya perlu ditelusuri penyebabnya.
3. Nama : Cece Wahyu Gumelar, SE
Instansi/Organisasi : PDAM Kota Banjar
a. Sampai saat ini belum ditemukan formulasi untuk mnghitung kebutuhan air untuk
pertanian, karena hal tersebut sering dibutuhkan.
b. Kebutuhan air untuk kota Banjar adalah sebesar 240 l/detik.
c. Butuh penampunga khusus seperti embung, danau, waduk untuk proses produksi
bias optimal dan mengurangi biaya produksi.
4. Nama : H. Moh. Idali
Instansi/Organisasi : GP3A Cikayaraharja
a. Masalah P3A dan GP3A sangat krusial, sebab ada hal-hal yang kurang dimengerti
di lapangan.
b. Bantuan benih dan pupuk bidagi berdasarkan wilayah, bukan kelompok sehingga
tidak optimal.
c. Setelah terjadi perpindahan dari Kemeterian Pekerjaan Umum ke Pertanian dirasa
kurang perhatian.
Tanggapan :
1. Nama : Ajat Sudrajat
Instansi/Organisasi : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
a. P3A dan GP3A sebelumnya ada di Dinas PSDA.
b. Dengan dilakukannya pembinaan dan seleksi pada GP3A yang ada di tiap
kabupaten.
c. Dilakukan penilaian terhadaop administrasi dan fisik, dinilai mana yang terbaik.
Hasil penilaian yang terbaik adalah dari Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cianjur.
d. Bagi P3A dan GP3A lebih diutamakan untuk pengajuan proposalnya.
e. Telah disediakan anggaran bagi P3A dan GP3A, namun sebelumnya konsultasikan
terlebih dahulu dengan pihak Kabupaten.
f. Ada beberapa versi dalam perhitungan kebutuhan air, untuk fase-fase tertentu
kebutuhan 1 Ha dengan ketebalan 10 mm, 24 jam penanganan 1,157/detik/ha.
g. Terkait pembangunan jaringan tersier dan kuarter, P3A lebih paham dibandingkan
dengan kelompok tani, sehingga yang lebih berhak mendapatkan bantuan dari
WISMP adalah P3A.
2. Nama : Ir. Himawan
Instansi/Organisasi : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah
a. Penyebab dari P3A dan GP3A tidak mendapatkan bantuan adalah adanya satu
orang yang ikut dalam dua kelompok.
b. Yang mendapatkan bantuan adalah kelompok tani dan gapoktan, dimana harus
menjadi anggota terlebih dahulu.
c. Tahun 2017 P3A dan GP3A akan ditarik algi oleh Kmenterian PUPR dan kita usulkan
pada siding komisi pendayagunaan SDA di Serau –Opak diilanjutkan rekomendasi
ke Kementerian untuk dievaluasi kelembagaannya agar bias optimal.