Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

6
1  Notulen Hasil Seminar. Tanggal : 3 Mei 2013 Waktu : 07.00  08.40 WIB Tempat : Lt. 4 R. 121 Tema : Penyalahgunaan Agama demi Kepentingan Politik Tujuan : Untuk mengetahui penyalahgunaan agama demi kepentingan  politik yang terjadi di Indonesia Penyaji : 1. Irlan Sebastian 1005301 2. Faris Yanuarsyah 1005290 3. Lina Herlina 1005167 Moderator : Muhamad Ramdan 1001158 Pembaca Al-Quran : Arif Sukmawan 1005372  Notulis : Ulana Masitoh 1005335 Jumlah audien : Susunan acara : 1. Pembukaan 2. Penyajian materi 3. Tanya jawab 4. Penutup Pokok permasalahan yang dibicarakan : 1. Pengertian politik menurut pandangan Islam 2. Contoh kasus penyalahgunaan agama demi kepentingan politik yang terjadi di Indonesia Tanya Jawab : 1. Pertanyaan dari Andriana Johari, Biasanya dalam segala kegiatan politk, modalnya selalu diiming-imingi dengan agama, pertanyaannya : 1) Supaya tidak terjadi penyalahgunaan agama tersebut, apa yang ditanamkan  pada diri kita ? 2) Langkah apa yang ditempuh bagi seseorang yang sudah terlanjur menyalahgunakan agama ? Jawaban untuk pertanyaan dari Andriana Johari, menurut penyaji : Lina Herlina :

Transcript of Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

Page 1: Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

7/16/2019 Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

http://slidepdf.com/reader/full/notulen-hasil-diskusi-atau-seminar 1/6

1

 Notulen Hasil Seminar.

Tanggal : 3 Mei 2013Waktu : 07.00 – 08.40 WIB

Tempat : Lt. 4 R. 121

Tema : Penyalahgunaan Agama demi Kepentingan Politik 

Tujuan : Untuk mengetahui penyalahgunaan agama demi kepentingan

 politik yang terjadi di Indonesia

Penyaji : 1. Irlan Sebastian 1005301

2. Faris Yanuarsyah 1005290

3. Lina Herlina 1005167

Moderator : Muhamad Ramdan 1001158

Pembaca Al-Quran : Arif Sukmawan 1005372

 Notulis : Ulana Masitoh 1005335

Jumlah audien :

Susunan acara :

1.  Pembukaan

2.  Penyajian materi

3.  Tanya jawab

4.  Penutup

Pokok permasalahan yang dibicarakan :

1. Pengertian politik menurut pandangan Islam

2.  Contoh kasus penyalahgunaan agama demi kepentingan politik yang terjadi di

Indonesia

Tanya Jawab :

1.  Pertanyaan dari Andriana Johari,

Biasanya dalam segala kegiatan politk, modalnya selalu diiming-imingi dengan

agama, pertanyaannya :

1) Supaya tidak terjadi penyalahgunaan agama tersebut, apa yang ditanamkan

 pada diri kita ?

2) Langkah apa yang ditempuh bagi seseorang yang sudah terlanjur menyalahgunakan agama ?

Jawaban untuk pertanyaan dari Andriana Johari, menurut penyaji :

Lina Herlina :

Page 2: Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

7/16/2019 Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

http://slidepdf.com/reader/full/notulen-hasil-diskusi-atau-seminar 2/6

2

“Supaya tidak terjadi penyalahgunaan agama, yang harus ditanamkan pada diri

kita yaitu dengan membentengi diri kita sendiri.” 

Faris Yanuarsyah :“Untuk pertanyaan 1, Supaya tidak terjadi penyalahgunaan agama, yang harus

ditanamkan pada diri kita yaitu berhati-hati dan cermat dalam memasuki suatu

 partai polotik, karena setiap parpol memiliki visi dan misi yang berbeda. Kita

harus cermat memahami visi dan misi tersebut, apakah sesuai dengan hukum

syara’ atau tidak ? apakah visi dan misi tersebut lebih condong ke duniawi atau

akhirat ?

Untuk pertanyaan 2, Langkah yang ditempuh bagi seseorang yang sudah terlanjur 

menyalahgunakan agama, yaitu tergantung pemangku jabatan/ khalifah dalam

membuat kebijakan dan merangkul mereka agar kembali ke jalan yang benar.” 

Pertanyaan dari Andriana Johari,

“Jika visi dan misi tidak sesuai dengan apa yang disebutkan dari awal, apa yang

harus kita lakukan ? Apakah tetap di parpol itu dan berusaha mengubah visi dan

misi tersebut sendiri, atau lebih baik keluar dan membiarkan mereka berbuat salah

(mewujudkan visi dan misi yang salah) kepada rakyat ?” 

Jawaban menurut penyaji :

Faris Yanuarsyah :

“Lebih baik keluar dari parpol tersebut karena kelompok minoritas biasanya tidak digubris.” 

2.  Pertanyaan dari Reza Chandra,

Sebelum kita memasuki partai politik, maka kita juga harus mengetahui mana

 partai politik yang baik dan buruk, pertanyaannya :

1) Parpol mana yang menurut kelompok anda baik ?

2) Hal apa yang membuatnya baik ?

Jawaban untuk pertanyaan dari Reza Chandra, menurut penyaji :

Faris Yanuarsyah :“Untuk pertanyaan 1, Kami tidak dapat menyebutkan brand, jika kita ingin

mengetahui parpol mana yang baik, kita bisa lihat dari pemimpinnya yang terpilih

(proses menjadi/ mengatur pemimpin dan hasil dari kepemimpinannya).

Untuk pertanyaan 2, tentunya yang sesuai dengan hukun syara’ dan bertujuan

untuk mengatur urusan-urusan rakyat bukan untuk memegang kek uasaan.” 

Page 3: Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

7/16/2019 Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

http://slidepdf.com/reader/full/notulen-hasil-diskusi-atau-seminar 3/6

3

Pertanyaan dari Reza Chandra,

“Saya menganggap kelompok anda sudah mengetahui mana parpol yang baik dan buruk, kenapa tidak anda sebutkan brandnya ? supaya jika kami akan memasuki

suatu partai politik, kami tahu mana parpol yang baik dan buruk.” 

Jawaban menurut moderator,

Muhamad Ramdan :

“Menurut saya penyimpangan-penyimpangan bukan dari partai politiknya, namun

tergantung kader-kadernya sendiri.” 

Pertanyaan dari Reza Chandra,

“Tolong berikan contoh kasus penyalahgunaan agama pada partai  politik yang

lebih konkrit.” 

Jawaban menurut penyaji,

Faris Yanuarsyah :

“Contoh kasusnya, Partai politik mengadakan pengajian, dalam pengajian tersebut

terdapat golongan-golongan dan maksud dari pengajian tersebut hilang (tidak 

dilandasi dengan maksud pengajian pada umumnya) serta dalam pengajian

tersebut terselip promosi- promosi misalnya dalam ceramah keagamaan.” 

3.  Pertanyaan dari Ardi Suherman,

Apabila agama diikutsertakan ke dalam kegiatan politik, lalu apakah terdapat

dalam Al-Qur’an/ Islam mengenai cara berpolitik ?

Jawaban untuk pertanyaan dari Ardi Suherman, menurut penyaji :

Faris Yanuarsyah :

“Ya, cara berpolitik  terdapat dalam hukun syara’/ Al-Qur’an/ Islam.” 

Pembahasan :

Berpolitik adalah kewajiban bagi setiap Muslim baik itu laki-laki maupun

 perempuan. Adapun dalil yang menunjukkan itu antara lain:Pertama, dalil-dalil syara telah mewajibkan bagi kaum Muslim untuk mengurus

urusannya berdasarkan hukum-hukum Islam. Sebagai pelaksana praktis hukum syara,

Allah SWT telah mewajibkan adanya ditengah-tengah kaum Muslim pemerintah

Islam yang menjalankan urusan umat berdasarkan hukum syara. Firman Allah SWT

yang artinya:

Page 4: Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

7/16/2019 Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

http://slidepdf.com/reader/full/notulen-hasil-diskusi-atau-seminar 4/6

4

“Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah SWT

dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran

yang telah datang kepadamu.” (QS. Al-Maidah [5]:48)Kedua, syara telah mewajibkan kaum Muslim untuk hirau terhadap urusan umat

sehingga keberlangsungan hukum syara bisa terjamin. karenanya dalam Islam ada

kewajiban untuk mengoreksi penguasa (muhasabah li al-hukkam). Kewajiban ini

didasarkan kepada Firman Allah SWT yang artinya:

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan,

menyuruh k epada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang -

orang yang beruntung” (QS. Ali Imran [3]: 104). 

Kedua ayat ini memberi perintah tegas kepada Nabi -yang waktu itu berperan

sebagai penguasa- untuk memutuskan suatu permasalahan dengan hukum yang

diturunkan oleh Allah. Maka dapat disimpulkan jika kegiatan partai politik islam

yang tidak sesuai dengan hukum syara’, berdosa hukumnya bila dilaksanakan. 

Pengertian politisasi agama dalam islam memiliki arti kelompok yang

menjadikan islam sebagai alat perjuangan, ideologi, insipirasi dan kontrol dalam

tindakan politiknya. Bukan menjadikan agama (islam) sebagai alat untuk menarik 

simpati umat serta menjadikan agama sebagai alat politik, hal inilah yang disebut

dengan politisasi agama.

Muhammad Said Al-Asymawi (dalam Al-Islam Al-Siyasi 1987) berkata “Allah

menghendaki Islam menjadi agama, tapi manusia menghendakinya menjadi

[kekuatan] politik”. Dari kalimat berikut Al-Asymawi mengisyaratkan kita bahwaagama adalah universal, bukan politik yang bersifat parsial dan berjangka pendek 

guna memuluskan kekuasaan. Politisasi agama justru akan mengkerdilkan agama

yang mempunyai tujuan universal dan berjangka panjang, bukan berdimensi pendek 

dan terbatas. Politisasi agama ini membuat agama kehilangan universalitasnya dan

hanya sekedar menjadi alat untuk merebut kekuasaan berjangka pendek. Agama

menjadi basis solidaritas untuk merebut kekuasaan politik. Akibatnya, benturan antar 

kepentingan sering tak terhindarkan.

Pemeluk islam sebagai mayoritas menjadi target utama dukungan di dalam

kampanye politik. Sangat mudah bagi para politisi untuk menarik dukungan bila

 berlatar belakang yang sama. Hal ini terus menerus dilakukan selagi masih dianggapampuh untuk memperoleh simpati dan dukungan masyarakat. Bentuk-bentuk dari

 politisasi agama yang dilakukan oleh para politisi ini mungkin tidak terlihat oleh

masyarakat. Karena tertutupi oleh acara-acara keagamaan yang diadakan oleh sang

 politisi tersebut. Banyak tokoh agama dilibatkan di dalam pemilihan umum baik 

Page 5: Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

7/16/2019 Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

http://slidepdf.com/reader/full/notulen-hasil-diskusi-atau-seminar 5/6

5

tingkat nasional maupun daerah. Hal itu dilakukan masih besar keyakinan bahwa

tokoh agama mampu menjadi mesin pendulang suara.

Misalnya partai X yang memanfaatkan kedekatannya dengan seorang kyai atauulama dari pondok pesantren tertentu. Partai tersebut sering kali datang dan meminta

restu kepada sang kyai tersebut. Hal ini akan menimbulkan citra religius dari partai

tersebut. Sehingga masyarakat menganggap partai X adalah partai yang religius.

Melihat kedekatannya tersebut para santri akan memilih partai X tersebut sebagai rasa

hormat kepada sang kyai.

Selain itu kita temukan acara-acara zikir atau pengajian yang dilaksanakan oleh

 partai politik. Acara ini sedikit berbeda karena adanya waktu untuk berpidato yang

terkesan orasi serta minta doa restu agar partainya dapat menang pemilihan umum.

Ada juga yang membagi-bagikan sembako atau pun uang tunai setelah acara

 berlangsung. Cara ini digunakan untuk menarik simpati dan dukungan masyarakat.

Penggunaan simbol-simbol keagamaan seperti gelar haji, jilbab, peci, sorban

dan baju koko pasti tak pernah ketinggalan dari tubuh sang politisi ketika partai

 politik tersebut berkampanye. Hal ini kelak dilakukan oleh partai islam ataupun partai

sekuler. Apakah simbol-simbol agama tersebut tetap dipakai walau pun tidak saat

 berkampanye? Sepertinya hanya saat kampanye saja digunakan agar dapat tercitra

 partai yang religius. Hal ini akan menimbulkan kesan munafik ketika partai politik 

yang sudah tercitrakan religius terjerat kasus korupsi atau kasus lain yang

mencemarkan nama baik partai tersebut. Bila kita lihat spanduk di pinggir jalan

 banyak sekali terlihat caleg yang beratribut islami. Misalnya di depan namanyaditambahkan gelar HAJI, memakai peci atau kopiah bagi yang laki-laki atau.

kerudung bagi yang perempuan. Tentu ini menjadi pertanyaan bagi masyarakat

kenapa para caleg ini yang mungkin awalnya di masyarakat berpenampilan biasa-

 biasa saja tiba-tiba ketika mencalonkan diri sebagai legislator mendadak 

 berpenampilan agamis. Ini merupakan politisasi agama yang digunakan untuk 

mencitrakan diri sebagai seorang yang agamis sehingga masyarakat mempercayainya.

Lain kasus dengan yang ini, kampanye dari bupati Indramayu Irianto MS

Syafiudin yang memasang iklan bernuansa mempolitisasi agama sewaktu pilkada. Di

dalam poster- posternya tertulis “Masyarakat Indramayu agar terus mendukung

 pemimpin Indramayu dari Partai Golkar. Apabila tidak mendukung, maka kitatermasuk golongan yang mengkhianati Allah, Rasul, dan kaum muslimin”. Tidak 

dimengerti apa maksud dari Irianto menulis kalimat tersebut. Ini jelas-jelas

menjelekan suatu agama tertentu, seolah-olah agama begitu kejam menyalahkan

orang lain yang tidak memilih golkar. Apakah agama hanya untuk golongan tertentu

Page 6: Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

7/16/2019 Notulen Hasil Diskusi Atau Seminar

http://slidepdf.com/reader/full/notulen-hasil-diskusi-atau-seminar 6/6

6

saja? Ini jelas-jelas dapat memicu konflik, tujuan awalnya yang jelas adalah untuk 

meraih dukungan dari masyarakat.

Politisasi agama merupakan cara yang paling ampuh digunakan oleh partai politik untuk meraih dukungan. Alasan ini lah yang paling tepat mengapa partai

 politik menggunakan. Para partai politik menganggap penggunaan agama dalam

 politiknya tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan berpolitiknya.

Kesimpulan :

Politisasi agama sepertinya adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh para

 partai politik demi memperoleh banyak dukungan. Agama ini mempunyai daya tarik 

tersendiri dalam meraih simpati dan dukungan. Politisasi agama cenderung

memberikan pencitraan saja dan terkesan pembodohan masyarakat. Masyarakat

dibuat tidak memperhatikan kredibilitas dari partai politik tersebut karena adanya

kesamaan agama dan pencitraan yang agamis.

Masyarakat kini perlu bijak dalam memilih partai politik. Melihat sepak terjang

dan prestasi yang dari partai politik tersebut tanpa mengaitkan dengan kesamaan

agama. Sehingga masyarakat pun menjadi pemilih yang cerdas dan tidak dapat

dibodohi oleh kampanye-kampanye partai politik. Bagi partai politik sebaiknya

mengadakan kampanye yang lebih rasional, apa adanya, transparan dan edukatif 

sehingga masyarakat. Partai politik harus meningkatkan prestasinya agar dapat

ditunjukan sebagai partai yang mempunyai kredibilitas tinggi dan tidak hanya sekedar 

 pencitraan serta mengejar kekuasaan semata