No Game No Life Preview

36

Transcript of No Game No Life Preview

Page 1: No Game No Life Preview
Page 2: No Game No Life Preview

1

—“Legenda urban”Cerita yang menyebar ke seluruh penjuru dunia dari

mulut ke mulut. Jumlahnya yang sangat banyak mungkin bisa menyaingi jumlah bintang di langit. Dan cerita-cerita itu adalah salah satu bentuk dari “keinginan”.

—Misalnya, legenda urban yang mengatakan bahwa “manusia sebenarnya tidak pernah menginjakkan kaki di bulan”.

—Atau misalnya, konspirasi Freemason yang tersembunyi di balik lembaran dollar.

—Atau misalnya, uji coba mesin teleport yang dilakukan Philadelphia Experiment.

Atau... teori shelter perlindungan nuklir rahasia di bawah jalur kereta Chiyoda, Area 51, kasus Roswell, dan masih banyak lagi yang lainnya—

Tapi jika kita amati dengan teliti, ada sebuah persamaan... sebuah aturan di balik seluruh legenda urban yang jumlahnya tak terhitung itu...

Yaitu... legenda urban dilahirkan oleh “keinginan” manusia yang berharap “seandainya teori ini nyata, pasti bakal menarik”.

Ya, bisa dibilang... tidak akan ada asap kalau tidak ada

Prologue

Page 3: No Game No Life Preview

2

NO GAME NO LIFE

api.Lalu, jika kita perhatikan, sebuah “rumor” sebenarnya

tercipta dari sebuah cerita yang mulai ditambah-tambahkan dan akhirnya menjadi lebih mecolok ketimbang cerita-cerita lainnya. Legenda urban pun lahir dengan cara yang sama...

Mereka didasari oleh cerita nyata, tapi pengem- bangannya sangatlah tidak logis.

Atau dengan kata lain... sebagian besar isinya adalah bohong belaka.

Tapi herannya, perilaku itu tidak bisa disalahkan ataupun dianggap aneh...

Karena pada dasarnya, sudah sejak dulu kala manusia lebih menyukai hal yang “sudah digariskan dan tak terelakkan” ketimbang “kebetulan”.

Misalnya... ketimbang mempercayai kenyataan bahwa manusia tercipta dari sebuah kebetulan dengan probabilitas sangat-sangat kecil, manusia lebih tertarik pada teori dimana “seseorang” yang menciptakan manusia berdasarkan sebuah rencana yang sangat lengkap dan detail.

Mereka percaya bahwa dunia ini tidak diisi oleh kekacauan, melainkan keteraturan.

Dengan membayangkan adanya sosok seseorang yang menggerakkan benang dari balik layar, mereka bisa menemukan sebuah arti di tengah dunia yang tidak rasional dan tidak konsisten ini.

......Atau setidaknya, itulah yang mereka harapkan.Legenda urban pun demikian, bisa dikatakan kalau

mereka adalah salah satu produk yang terlahir dari

Page 4: No Game No Life Preview

3

“keinginan” kuat tersebut.

—Nah, mari kita masuk ke inti pembicaraan kita.Sebenarnya, di antara “legenda urban” yang tak

terhitung banyaknya itu, terdapat beberapa “fakta yang dianggap sebagai legenda urban”.

Sayangnya, tak banyak orang yang mengetahuinya.—Tapi jangan salah sangka... aku tidak mengatakan

kalau semua legenda urban yang kujadikan contoh tadi adalah kenyataan.

Yang ingin kuutarakan adalah... ada berbagai macam hal yang bisa menciptakan legenda urban.

—Misalnya saja, sebuah “rumor” yang sangat tidak masuk akal sehingga akhirnya berubah menjadi sebuah “legenda urban”.

Dan inilah salah satu contoh dari “rumor” tersebut...

Ini adalah sebuah rumor yang tersebar di dunia internet. Rumor yang terdengar sangat nyata ini bercerita tentang gamer bernama 『  』.

Konon—ia berhasil membuat rekor yang tak terkalahkan di online ranking lebih dari 280 game.

Gamer yang berhasil berdiri di puncak rekor dunia berbagai game itu malah justru “mengosongkan” nama player-nya...

Pasti yang pertama melintas di pikiran adalah: “mana mungkin ada orang seperti itu”.

Ya, itulah yang ada di benak banyak orang.

Page 5: No Game No Life Preview

4

NO GAME NO LIFE

Tapi akhirnya muncul sebuah teori sederhana yang bisa menjelaskan hal tersebut...

Awalnya, ada staff dari perusahaan yang memproduksi game tersebut, yang sengaja “mengosongkan” namanya di ranking yang ia peroleh agar identitasnya tidak ketahuan. Tapi hal itu kemudian booming dan menjadi sebuah trend di antara para gamer, sehingga sebenarnya tidak ada sosok yang pasti di balik nama tersebut―

Tapi anehnya, orang-orang yang mengaku pernah bertarung melawan pemain itu terus bermunculan.

Konon... ia tidak terkalahkan.Konon... ia berhasil mengalahkan program catur yang

bahkan tidak bisa ditundukkan oleh para Grandmaster.Konon... ia memiliki teknik bermain yang sangat

tak lazim sehingga tidak ada orang yang bisa menebak gerakannya.

Konon... ia bahkan bisa mengalahkan player lain yang menggunakan tool assist dan cheat code.

Konon... Konon... Konon——

Orang-orang yang merasa penasaran terhadap “rumor” tersebut kemudian mulai menyelidiki lebih dalam.

Bagaimana caranya? Gampang saja kok...Jika pemain tersebut meraih peringkat pertama di

online ranking berbagai game console, game PC, dan social game, tentu player account milik pemain tersebut juga benar-benar ada.

Nah, dari account tersebut, kita bisa menggali berbagai

Page 6: No Game No Life Preview

5

informasi dari player record-nya.Ah... tapi mana mungkin player itu benar-benar ada—

—Mereka memulai penyelidikan mereka dengan pikiran yang setengah meremehkan―tapi... ini tak lebih dari sebuah perangkap.

Karena user bernama 『  』 ini ternyata memiliki account untuk tiap mesin game dan SNS, dan tiap orang dapat dengan bebas melihat player record-nya.

Dan di situ terpampang... trophy yang “tak terhitung” banyaknya.

Serta catatan pertandingan yang menunjukkan tak ada satu pun kekalahan.

—Misteri mengenai jati dirinya yang sesungguhnya malah menjadi semakin pekat.

“Rumor” itu bukannya semakin mendekati titik terang... tapi malah justru melahirkan lebih banyak teori yang makin tak masuk akal.

“Ia pasti seorang hacker yang menghapus seluruh catatan kekalahannya.”

“Pasti dia sebenarnya sekelompok gamer yang memiliki reputasi untuk mengundang para player level tinggi lainnya”—dan seterusnya.

Lalu terciptalah sebuah “legenda urban”.

—Tapi dalam kasus ini, yang memegang peranan penting tak lain dan tak bukan adalah pemain asli di balik nama 『  』 tersebut.

Kenapa? Karena sekalipun ia memiliki account dan memiliki kesempatan untuk meluruskan seluruh kabar

Page 7: No Game No Life Preview

6

NO GAME NO LIFE

miring itu, ia tetap tidak pernah berkomunikasi atau mengetik sepatah katapun.

Selain itu, karena ia tidak pernah mengungkapkan informasi apa pun mengenai dirinya, seluruh informasi mengenai dirinya selain informasi bahwa ia adalah penduduk Jepang, malah jadi semakin terselubung misteri.

Tak ada seorang pun yang pernah melihat wajah aslinya—ini juga menjadi salah satu alasan yang membuat legenda urban itu semakin sering dibicarakan.

—Oleh karena itu...—Sekarang mari kuperkenalkan...

Tak salah lagi, inilah sosok di balik nama itu...Nama yang terus terukir di urutan teratas ranking

dunia untuk lebih dari 280 judul game.Gamer legendaris yang sampai sekarang sama sekali

tidak memiliki catatan kekalahan.Ya... inilah sosok asli 『  』!

■■■

“......Wah... gawat nih, gawat, gawat......Yah, beneran mati deh... duhh... cepet res1) aku dong~”

“......*sruput* *sruput*...... gerakin dua mouse...... pakai kaki...... kayaknya terlalu, susah......”

“Ngomelnya nanti aja deh, sekarang yang penting cepat res aku dulu—Eh ngomong-ngomong adikku... kok kamu curang gitu sih! Padahal aku juga sudah tiga hari nggak

1) Res (resurrection) adalah nama skill yang muncul di berbagai judul game, dan memiliki efek untuk menghidupkan karakter yang sudah mati.

Page 8: No Game No Life Preview

7

makan apa-apa, tapi kok kamu malah dengan santainya makan mie instan sendirian... di tengah pertandingan lagi!”

“......Kakak juga... mau, makan......? Nih, ada... Calory Mate......”

“Siapa yang mau makan makanan borju macam Calory Mate! Ngomong-ngomong, ayo cepatan res aku!”

“......*sruput*...... unn, oke.”*Syuuuu*...... *cring*!!“Sip. Thanks~...... ngomong-ngomong, sekarang sudah

jam berapa?”“......umm...... masih jam 8, tengah malam......”“Woh... baru pertama kalinya aku dengar kalau jam

8 pagi itu masih tengah malam. Adikku memang kreatif banget bikin istilah baru. Terus, sekarang tanggal berapa?”

“......apa ya...... 1, 2—4... ada empat gelas, mie instan...... artinya, hari ke-4?”

“Wahai adikku... aku tanya tanggal berapa, bukan hari keberapa kita bergadang.”

“......Kakak kan...... NEET2)...... memangnya... perlu, tahu?”

“Perlu dong! Kan kita juga butuh tahu kapan suatu event game dimulai atau kapan ada pertandingan penentu ranking!”

—Begitulah suasana pasangan lelaki dan perempuan yang tengah menikmati game online mereka.

Mereka saling bercakap-cakap tanpa menatap wajah lawan bicaranya.

2) NEET (Not in Education, Employment, or Training), sesuai artinya, meru-juk ke orang yang tidak bekerja dan tidak sedang mengikuti jenjang studi tertentu.

Page 9: No Game No Life Preview

8

NO GAME NO LIFE

Kamar tempat mereka bermain cukup luas, mungkin luasnya sekitar 16 tatami3).

Tapi mesin console tak terhitung banyaknya, kabel-kabel dari delapan komputer—empat komputer per orang—yang memenuhi lantai secara tak beraturan bagaikan “seni abstrak teknologi mutakhir”, bungkus software game yang sudah dibuka, dan “cadangan makanan” yang berupa mie instan gelas dan minuman botol yang berserakan di lantai; membuat ruangan tersebut tampak sempit.

Di kamar yang diterangi oleh cahaya pudar dari layar monitor LED, yang biasa menjadi pilihan para gamer yang mengutamakan kecepatan reaksi monitor mereka, dan cahaya matahari pagi yang menembus sela-sela gorden, terdengar percakapan seperti ini...

“......Kakak, nggak cari...... kerja?”“—Kamu sendiri, hari ini nggak pergi sekolah?”“......”“......”Lalu keduanya pun saling terdiam tanpa bisa

melanjutkan sepatah kata pun.

Sang kakak laki-laki—Sora. Umur 18 tahun, pengang- guran, perjaka, tidak populer, pengidap communication disorder, maniak game.

Rambut hitam yang berantakan serta penampilannya yang hanya mengenakan kaus dan jeans, membuat dirinya terlihat seperti seorang hikikomori4) sejati.

3) Standar ruangan 16 tatami adalah ukuran 7,280m x 3,640m4) Hikikomori (引きこもり) adalah orang yang memilih untuk mengisolasi

dirinya di rumah/kamar demi menghindari kehidupan bersosialisasi.

Page 10: No Game No Life Preview

9

Page 11: No Game No Life Preview

10

NO GAME NO LIFE

Sang adik perempuan—Shiro. Umur 11 tahun, selalu absen sekolah, tidak punya teman, korban pem-bully-an, pengidap Social Anxiety Disorder, maniak game.

Penampilannya benar-benar berbeda dengan kakaknya. Rambutnya yang putih panjang ia biarkan berantakan dan menutupi wajahnya. Ia mengenakan seragam sailor yang merupakan seragam sekolahnya, yang tak pernah ia pakai lagi untuk keluar rumah setelah hari pertamanya pindah sekolah.

Inilah wujud asli dari 『  』—yaitu duo gamer yang bernama “Sora dan Shiro”5).

—Ya...Di dunia ini kadang ada hal yang lebih baik tidak

diketahui.“Legenda urban” pun demikian, ia akan tampak penuh

roman jika kita tak mengetahui kebenaran di baliknya.

■■■

Nah, begitulah penjelasan mengenai bagaimana lahirnya sebuah “legenda urban”.

Singkat kata, “legenda urban” adalah kumpulan dari “keinginan” banyak orang... seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Dunia ini dipenuhi kekacauan...Tidak ada satu hal pun yang sudah digariskan dan tak

terelakkan.Semuanya adalah kebetulan...

5) Jika kanji nama mereka berdua digabung, Sora (空 = langit) , Shiro (白= putih), bisa dibaca Kuuhaku (空白) yang artinya kosong.)

Page 12: No Game No Life Preview

11

Penuh ketidakkonsistenan...Dan ketidakrasionalan.Semuanya tidak memiliki arti tertentu...Sehingga orang-orang yang menyadari hal tersebut

dan orang-orang yang tidak bisa menerima hal tersebut, memendam suatu keinginan... suatu harapan agar dunia ini tampak sedikit lebih menarik.

Dan dari keinginan yang kuat itu... lahirlah “legenda urban”.

—Kalau begitu... Mari kita buat kenyataan yang membosankan ini

menjadi sedikit lebih menarik...Ya———aku akan membawakan sebuah “legenda

urban baru”.—Untuk membuatnya seragam, dan membuatnya

terdengar lebih indah...—Mari kita mulai dengan kalimat seperti ini...

—“Apakah kalian pernah mendengar rumor seperti ini?”

Suatu hari, orang-orang yang sangat jago bermain game tiba-tiba menerima sebuah e-mail yang ditujukan kepada mereka.

E-mail itu berisi sebuah kalimat misterius dan sebuah URL untuk masuk ke sebuah “game”.

Dan saat mereka berhasil menyelesaikan permainan tersebut—

Page 13: No Game No Life Preview

12

NO GAME NO LIFE

■■■

“......Shiro, udah nggak, kuat..... mau, tidur sebentar.”“Eh, tunggu dulu! Kalau kamu tidur, terus siapa yang

jadi healer-nya?”“......Shiro yakin... Kakak, bisa!”“Teorinya sih gampang! Aku tinggal perlu memainkan

kedua karakterku dengan kedua tanganku, terus kedua karakter yang kamu tinggalkan itu pakai kedua kakiku... ya kan!?”

“......kalau begitu... selamat, berjuang.”“Tunggu dong, ups... mohon tunggu sebentar Shiro-

san! Kalau kamu tidur sekarang, semua anggota party kita—umm, dengan kata lain... aku seorang ini bakal mati!——Uooooooh ya sudahlah, sini... maju kalian semuaaa!!”

Saat ini, sudah ada lima gelas kosong bekas bungkus mie instan yang ditumpuk oleh sang adik.

Yang artinya, percakapan tersebut terjadi pada hari kelima mereka bergadang.

Bersamaan dengan teriakan penderitaan sekaligus penuh tekad dari sang kakak... sang adik yang tengah berusaha tidur berbantalkan mesin console mendengar sebuah suara...

—Tring!Itu adalah suara yang menandakan masuknya e-mail

baru ke komputer mereka.“......Kak, e-mail tuh.”“Aku lagi sibuk memainkan empat karakter yang ada

di keempat layar monitor ini, mana sempat aku ngurusin e-mail.”

Page 14: No Game No Life Preview

13

Sang kakak terus menggerakkan mouse yang ada di kedua tangan dan kedua kakinya dengan gesit.

Sang kakak yang masih sangat sibuk dan tak berhenti bergerak untuk mengendalikan keempat karakter dalam party-nya itu, kemudian memberikan respon seadanya....

“Paling isinya cuma iklan doang, cuekin aja!”“......bisa jadi....... dari, teman?”“—Teman siapa?”“......teman kakak.”“Hahaha, kok aneh ya... rasanya hatiku baru saja

dicabik-cabik oleh adikku tersayang.”“......pasti...... bukan, teman Shiro...... Kakak pasti......

tahu......alasannya.”“Kalau gitu isinya pasti cuma iklan doang. Ngomong-

ngomong, kalau mau tidur cepat tidur sana! Kalau nggak bisa tidur sini bantuuuuuuoooooooh! Ah, aaah, gawat, gawat! Aku bisa mati lagi nih!”

Sang Kakak—Sora.Biar kuulang—umur 18 tahun, pengangguran,

perjaka, tidak populer, pengidap communication disorder, maniak game.

Jangankan pacar... sahabat pun tidak punya. Sekalipun hal tersebut bukanlah hal yang bisa dibanggakan sama sekali, tapi itulah penyebab kenapa sang kakak bisa berpikir kalau tidak ada “teman” yang akan mengirim e-mail kepadanya.

Sang adik—Shiro, pun tak jauh berbeda.“......uuh...... mere,potkan.”Shiro berusaha menarik kembali kesadarannya dan

bangkit berdiri.

Page 15: No Game No Life Preview

14

NO GAME NO LIFE

Seandainya e-mail itu isinya iklan biasa, tentu tidak masalah.

Tapi seandainya iklan tersebut adalah “iklan game baru”, tentu e-mail tersebut tidak boleh dilewatkan.

“......Kak, tablet PC...... di mana?”“Di arah jam tiga, di tumpukan kedua dari kiri, tepat

di bawah game R-18 keempat. Uoooohhhh kakiku mulai kesemutan!!”

Tanpa mempedulikan keluhan sang kakak, Shiro segera beranjak untuk memeriksa lokasi tersebut dan——ketemu!!

Mungkin Anda agak bertanya-tanya... kenapa orang-orang hikikomori dan NEET seperti mereka membutuhkan tablet PC.

Tapi itu adalah pertanyaan bodoh...Jawabannya sudah jelas—untuk main game!Tetapi kakak beradik ini memanfaatkannya dengan

cara yang berbeda.Demi memainkan game mereka yang tak terhitung

banyaknya itu, mereka berdua harus membuat banyak e-mail dan account. Nah, tablet PC ini mereka gunakan sebagai pengganti komputer mereka yang dikhususkan untuk bermain game, untuk memonitor serta mensinkronisasi lebih dari 30 akun e-mail mereka.

Jadi bisa dibilang kalau mereka sangat efektif... sekaligus sangat bodoh.

“......suaranya ‘tring’...... jadi, e-mail utama nomor tiga...... kayaknya, ini?”

Dengan memanfaatkan daya ingatnya yang luar biasa, Shiro dapat dengan mudah menemukan akun mana yang

Page 16: No Game No Life Preview

15

menerima e-mail tersebut.Shiro kemudian mulai memeriksa akun e-mail tersebut.

Di saat yang sama, terdengar teriakan kemenangan sang kakak, yang sepertinya telah berhasil memenangkan pertarungan itu sendirian dengan mengontrol empat karakter secara bersamaan.

—“1 e-mail baru— Subjek: kepada seluruh anggota 『  』”

“......?”Hal itu membuat sang adik bertanya-tanya.E-mail yang ditujukan kepada 『  』—yang berarti,

Sora dan Shiro, bukanlah hal yang aneh.Permohonan tanding, permohonan interview, surat

tantangan penuh cemoohan; sudah banyak mereka terima... tapi e-mail ini...

“......Kak.”“Ada apa, wahai adikku yang sadis, yang tadi

meninggalkan pertandingan begitu saja karena bilangnya mau tidur, dan membuat kakaknya main gila-gilaan seperti tadi, tapi malah justru tidak tidur-tidur sampai sekarang?”

“......ini......”Shiro menunjukkan layar tablet PC yang ia genggam,

seakan ia sama sekali tidak mendengar ejekan kakaknya yang penuh sarkasme.

“Hmm? ...... Apa-apaan ini!?”Tampaknya sang kakak juga menyadari keanehan

e-mail tersebut.“Save selesai~ cek drop item beres~”Setelah memastikan bahwa data permainannya telah

ter-save secara benar, Sora mematikan interface game yang

Page 17: No Game No Life Preview

16

NO GAME NO LIFE

belum pernah ia tutup sekalipun selama lima hari terakhir ini.

Ia kemudian menggunakan komputernya untuk mem- buka e-mail tersebut. Dan ia mulai memandangi e-mail tersebut dengan tatapan penuh curiga...

“......Kenapa orang ini bisa tahu kalau 『  』 adalah kakak-adik?”

—Sora tahu persis kalau di internet beredar teori yang mengatakan bahwa 『  』 merupakan kumpulan dari beberapa orang pemain. Tapi yang menjadi masalah terbesar bukanlah subjek e-mail tersebut... tapi isi e-mail tersebut...

Isinya hanya sebuah URL dan sebuah kalimat singkat...

“Pernahkah kalian, kakak-adik, merasa kalau kalian dilahirkan di dunia yang salah?”

“......Apa-apaan ini!?”“............”Kalimat tersebut terdengar agak... sangat mengerikan.Lalu URL itu pun mengarah ke sebuah alamat website

yang belum pernah mereka lihat.Tapi tidak ada satu penunjuk negara pun di akhir URL

tersebut, seperti “.jp” atau yang lainnya.URL itu langsung mengarah ke suatu webpage dengan

script khusus—atau dengan kata lain, URL itu langsung mengarah ke sebuah game.

“......bagai,mana?”

Page 18: No Game No Life Preview

17

Tanya sang adik yang tampak tak terlalu berminat.Tapi di sisi lain, ia tampaknya merasa sedikit penasaran

terhadap kalimat yang secara tak langsung mengatakan kalau sang pengirim mengetahui jati diri mereka.

Jika tidak, pasti Shiro akan diam saja dan sudah kembali tidur berbantalkan mesin console.

Shiro menyerahkan keputusan tersebut kepada kakak- nya—karena menurutnya, sang kakak-lah yang lebih ahli dalam menghadapi hal-hal seperti ini...

“Apa orang ini sedang berusaha memaksa kita untuk menerima tantangannya? Ah... sekalipun cuma pura-pura mengertak, kayaknya seru juga buat diladeni.”

Setelah memutuskan demikian, Sora meng-klik URL tersebut.

Tapi sebelum itu, Sora sudah terlebih dahulu mengaktifkan software security di komputernya untuk berjaga-jaga seandainya URL itu ternyata bervirus.

Tapi... yang muncul ternyata adalah suatu tampilan sederhana...

Sebuah papan game catur online dengan desainnya yang sangat minimalis.

“......hoam...... aku tidur, dulu......”“Eh... eh, tunggu dong. Ini jelas-jelas tantangan untuk

『  』 loh. Kalau lawannya program catur yang canggih, aku nggak mungkin bisa melawannya sendirian.”

Sang kakak berusaha menghentikan sang adik yang tiba-tiba kehilangan minatnya dan bersiap beranjak untuk kembali tidur.

“......hari gini...... nantang catur......”“Iya... iya..., aku ngerti kok perasaanmu”

Page 19: No Game No Life Preview

18

NO GAME NO LIFE

Di dunia ini, ada sebuah program catur yang mampu mengalahkan para Grandmaster—para pemain catur terhebat sedunia.

Tapi Shiro sudah pernah mengalahkan program tersebut... 20 kali berturut-turut. Dan sejak saat itu, ia benar-benar kehilangan minat terhadap permainan catur.

Jadi tidak heran kalau ia malas meladeni tantangan bermain catur, tapi...

“『  』 tidak mengenal istilah kalah! Jadi jangan tidur dulu dong sebelum kita tahu sekuat apa musuh kita kali ini.”

“......uuh...... ya sudah, deh.”

Sora memulai permainan catur tersebut.Dua giliran pertama sang kakak sudah membuat sang

adik kehilangan minatnya...Atau lebih tepatnya, hal itu membuatnya mengantuk.

Kepalanya mulai terangguk-angguk pelan sekalipun ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk terus menatap layar.

Tapi—begitu memasuki giliran kelima sampai kesepuluh...

Mata Shiro yang tadinya sudah empat perlima tertutup, kini kembali terbuka lebar dan menatap lekat ke layar.

“......Eh? Dia......!?”Tepat saat Sora menyadari kejanggalan yang terjadi,

Shiro bangkit berdiri dan berkata......“......Kak, gantian......”

Tanpa membantah sedikit pun, sang kakak segera bangkit dan menyerahkan tempat duduknya ke sang adik.

Page 20: No Game No Life Preview

19

Itu artinya, sang adik menilai bahwa kakaknya tak mungkin bisa menang melawan musuhnya itu.

Dengan kata lain, ia menganggap bahwa sang lawan cukup layak untuk bertanding dengan “pemain catur terhebat sedunia”.

Begitu selesai bertukar posisi, sang adik langsung melanjutkan permainan.

—Catur adalah sebuah permainan “2-player open-information, limited, and exact zero-sum game”6).

Dengan kata lain, ini adalah sebuah permainan yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh faktor luar, misalnya “keberuntungan”.

Secara teori, ada cara untuk 100% menang dalam permainan seperti ini. Tapi itu tak lebih dari sekedar teori, karena cara itu mengharuskan seseorang untuk dapat membaca seluruh kemungkinan gerakan yang mungkin diambil... yang jumlahnya 10120.

Dengan kata lain, teori itu tak mungkin diterapkan di dunia nyata.

—Tapi Shiro menyatakan bahwa teori itu cukup masuk akal dan bisa diterapkan.

Menurutnya, seorang tersebut “hanya” perlu membaca seluruh kemungkinan gerakan yang berjumlah 10120 itu... ya, itu saja!

6) 2-player = dimainkan dua orang, open-information = seluruh informasi permainan bersifat terbuka dan bisa diketahui kedua pemain, limited = ada batasan dalam jumlah gerakan yang mungkin dilakukan, exact = alur permainan hanya dipengaruhi oleh pilihan pemain, dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar lainnya, zero-sum = permainan tidak mungkin berakhir dengan kedua pemain sama-sama menang.

Page 21: No Game No Life Preview

20

NO GAME NO LIFE

Dan ia membuktikannya dengan 20 kemenangan berturut-turut melawan program catur tercanggih sedunia.

Secara teori, jika kedua pemain terus mengambil langkah terbaik, maka yang pemain yang jalan duluan pasti akan menang, sementara pemain yang jalan belakangan paling bagus hanya bisa meraih seri.

Tapi Shiro berhasil menang berturut-turut sekalipun ia sengaja mengambil giliran pertama dan kedua secara selang-seling.

Tapi sekarang... sang adik yang telah berhasil menunjukkan kelemahan sang program tercanggih yang mampu membaca 200 juta gerakan per detiknya itu, tengah...

“......nggak mungkin.”Matanya terbelalak karena kaget.—Di sisi lain, sang kakak sudah merasa curiga dari

tadi...“Tenanglah... lawanmu bukan program, dia manusia.”“——eh!?”“Program selalu bergerak berdasarkan langkah

terbaik. Mereka memang nggak pernah kehilangan konsentrasi, tapi di sisi lain... langkah mereka terbatas pada strategi yang sudah ter-install ke dalam program mereka. Makanya kamu bisa menang melawan program-program seperti itu, tapi lawanmu ini...”

Sang kakak mengarahkan telunjuknya ke layar monitor.

“Dia malah sengaja mengambil langkah yang buruk untuk memancingmu. Dan kesalahanmu adalah... menganggapnya sebagai suatu kesalahan pemrograman.”

Page 22: No Game No Life Preview

21

“......uuuhhh.”Shiro tidak bisa membantah pernyataan sang kakak

sama sekali.—Soal kemampuan bermain catur, dan bahkan

sebagian besar permainan lainnya... kemampuan Shiro memang yang jauh di atas Sora. Bisa dikatakan kalau Shiro benar-benar seorang gamer jenius sejati.

Tapi soal negosiasi dan strategi, membaca pikiran dan gerakan musuh, menggoyahkan mental musuh, serta berbagai hal non-eksak lainnya yang berhubungan dengan memahami “perasaan lawannya”... Sora-lah ahlinya. Bahkan kemampuannya itu bisa dibilang melebihi kemampuan orang-orang pada umumnya.

Kombinasi inilah yang membuat 『  』—Shiro dan Sora—tidak terkalahkan.

“Pokoknya tenangkan dirimu dulu. Lawanmu bukan program, artinya kemungkinan kalahmu malah jadi semakin kecil. Yang penting jangan terpancing oleh lawan. Bermainlah dengan kepala dingin, biar aku yang menyingkap jebakan dan strategi lawan.”

“......oke......kuusaha, kan.”Inilah rahasia dibalik gamer yang berhasil menggondol

posisi teratas di ranking dunia berbagai macam game.

————.............

Pertandingan tanpa batas waktu itu, terus berlanjut selama enam jam.

Adrenalin dan dopamin yang dihasilkan otak mereka

Page 23: No Game No Life Preview

22

NO GAME NO LIFE

menepis rasa lelah mereka, bahkan membuat mereka lupa kalau mereka sudah tidak tidur selama lima hari terakhir; dan sekaligus menajamkan tingkat konsentrasi mereka ke level tertinggi.

Sekalipun baru berjalan selama enam jam, tapi pertandingan itu terasa sudah berlangsung berhari-hari.

Akan tetapi, penghujung permainan telah tiba.Terdengar sebuah suara datar dari speaker komputer

mereka...

“Checkmate”

Pemenangnya adalah pasangan kakak-adik.““————————””Setelah kesunyian panjang melanda...““Haaaaaaah~~~~~~.............””Keduanya membuang napas panjang. Ketegangan

yang mereka rasakan sepanjang permainan mampu membuat mereka lupa bernafas.

Setelah selesai membuang napas yang sangat sangat sangat panjang, mereka berdua mulai tertawa...

“......hebat...... sudah lama...... tidak merasakan, pertandingan seketat...... ini.”

“Hahaha, sepertinya baru pertama kali ini kakak melihatmu bertanding setegang itu.”

“......hebat...... Apa dia......benar-benar, manusia?”“Iya, nggak salah lagi. Ia tampak berpikir panjang waktu

kita tidak menghiraukan umpannya, lalu ia juga tampak goyah waktu kita berhasil menghindari jebakannya. Jadi tak salah lagi... dia pasti manusia, dan mungkin ia adalah

Page 24: No Game No Life Preview

23

seorang monster jenius dengan kemampuan di atasmu.”“......kira-kira... orangnya, seperti apa, ya?”Sang adik yang pernah mengalahkan program

penakluk para Grandmaster, kini dipenuhi rasa penasaran terhadap sang lawan.

“Hmm, entahlah... bisa jadi dia seorang Grandmaster. Program selalu bisa diprediksi, tapi yang namanya manusia selalu susah ditebak.”

“......begitu, ya...... kalau begitu...... lain kali, aku... mau main shogi... lawan, Ryu-oh7)......”

“Wah, kira-kira Ryu-oh mau terima tantangan shogi internet nggak ya? Ah, tapi bisalah kita pikirin gimana caranya.”

Keduanya tengah berbincang riang di bawah pengaruh endorphin yang dihasilkan otak mereka selama pertandingan tadi.

Tapi tiba-tiba...—Tring~Suara yang menandakan datangnya e-mail baru

kembali terdengar.“Mungkin dari lawan tanding kita barusan... yuk kita

buka.”“......iya, oke.”—Tapi e-mail itu lagi-lagi hanya berisi sebuah kalimat...

“Luar biasa. Tapi tidakkah kemampuan kalian yang sejago itu membuat hidup kalian sulit di dunia sana?”

7) Ryu-oh (竜王) adalah nama gelar dalam permainan shogi yang diberikan kepada pemenang Turnamen Ryu-oh. Gelar ini termasuk salah satu gelar yang paling bergengsi di dunia shogi.

Page 25: No Game No Life Preview

24

NO GAME NO LIFE

Hanya dengan satu kalimat itu...Perasaan mereka berdua menjadi kacau balau.Di hadapan mereka ada layar monitor LED, tempat

mereka berulang kali melakukan pertandingan sengitLalu di belakang mereka....Cahaya-cahaya dari mesin... suara fan dari komputer

dan mesin console game...Berbagai kabel, sampah, dan pakaian kotor memenuhi

lantai...Serta gorden yang menghalangi cahaya matahari,

yang membuat waktu di kamar itu seolah terhenti sekaligus membuat kedua kakak adik itu lupa waktu.

Itulah ruangan sempit berukuran 16 tatami yang benar-benar terpisah dari dunia luar.

Itulah dunia mereka berdua—itulah segalanya bagi mereka.

—Kenangan pahit kembali terputar dalam kepala mereka.

Kakak yang terlahir cacat sehingga ia terlalu pandai dalam membaca suara hati dan makna di balik kata-kata orang di sekitarnya.

Adik yang terlahir dengan rambut putih dan mata merah, serta tingkat kecerdasan yang terlalu tinggi sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mengerti dirinya.

—Bahkan orang tua mereka sendiri menelantarkan mereka dan akhirnya mati meninggalkan mereka. Hal inilah yang kemudian membuat mereka menutup hati mereka dari dunia luar.

Page 26: No Game No Life Preview

25

Tidak ada satu pun kenangan menyenangkan—baik di masa lalu maupun sekarang.

Sang adik terus terdiam dan tertunduk sedih.Sementara jari-jemari sang kakak menghantam tuts-

tuts keyboard dengan keras, seolah ia sedang melampiaskan kemarahannya terhadap orang di balik layar yang telah membuat adiknya bersedih seperti itu.

“Makasih atas ‘bantuan’-nya!! Siapa kamu!?”Dengan cepat sebuah balasan tiba.—Tidak, isinya bahkan tidak bisa dibilang sebuah

balasan.Sebuah kalimat yang sama sekali tak menghiraukan

pertanyaan Sora terpampang di monitor...“Menurut kalian, bagaimana dunia kalian? Apakah

menyenangkan? Apakah nyaman?”Membaca kalimat tersebut, kemarahan sang kakak

sirna. Ia kemudian menatap wajah adiknya...Mereka tak perlu berpikir lebih jauh, jawabannya

sangat jelas...—Jawabannya: “game sampah!”

......Ya, dunia ini bagaikan sebuah game kacangan... sama-sama tak memiliki aturan dan tujuan yang jelas.

Pemain sejumlah 7 milyar orang bergerak dan mengambil giliran mereka secara seenaknya.

Kalau menang terlalu banyak akan dikenai hukuman.—Karena terlalu pintar, sang adik tidak dimengerti

oleh orang sekitarnya, terkucilkan, dan sering di-bully.Kalah terlalu banyak pun akan dikenai hukuman.

Page 27: No Game No Life Preview

26

NO GAME NO LIFE

—Sang kakak yang terus tersenyum sekalipun sedang dimarahi oleh guru dan orang tua karena terus-terusan mendapat nilai merah dalam ujian.

Tidak ada hak untuk tidak berkata-kata.—Karena diam saja, pem-bully-an terhadap sang adik

malah semakin menjadi.Kalau terlalu banyak bicara, malah dianggap terlalu

ikut campur dan akhirnya dikucilkan.—Karena terlalu tepat dalam membaca isi hati dan

selalu memberi jawaban yang terlalu menusuk karena sangat benar, sang kakak malah jadi dijauhi.

Tujuan akhir tidak ketahuan, parameter status tidak ada, genre pun tidak jelas.

Meskipun sudah menuruti aturan, masih saja dihukum...

Sementara orang-orang yang tidak mematuhi aturan malah justru berdiri di puncak dengan wajah puas...

Jika dibandingkan dengan game sampah yang bernama kehidupan ini, semua game lain jadi terlihat jauh lebih mudah.

“Cih... bikin nggak senang aja!”Sora mendecak sambil mengelus kepala Shiro yang

masih berumur 11 tahun, yang dari tadi masih terus tertunduk sedih.

—Pemandangan ini sama sekali tidak menunjukkan sosok dua orang yang baru saja memperlihatkan permainan yang luar biasa...

Melainkan sosok dua orang yang tengah dirudung kesedihan...

Page 28: No Game No Life Preview

27

Sosok orang-orang yang dianggap tak berguna... Sosok sepasang kakak adik yang dikucilkan oleh

dunia, tanpa satu tempat pun untuk bersandar.Kekesalan yang melanda hati sang kakak membuat

rasa lelah kembali datang menyerang.Saat ia sedang menggerakkan kursor mouse-nya ke

arah tombol start untuk mematikan komputer yang terus menyala selama beberapa terakhir ini. Dan di saat itu...

—Tring~Sebuah e-mail baru kembali tiba.Sora tak menghiraukannya... ia terus menggerakkan

kursornya ke tombol “shut down”.—Tapi Shiro menghentikan gerakan tangan kakaknya.

“Seandainya ada “dunia dimana segalanya ditentu- kan dengan permainan sederhana”——”

Sekalipun kalimat tersebut mengundang kecurigaan mereka, tapi pikiran mereka secara spontan langsung membayangkan dunia tersebut. Dan keduanya sama sekali tak bisa menyembunyikan hasrat mereka terhadap dunia seperti itu.

“Seandainya ada dunia dimana seluruh tujuan dan aturan dijelaskan secara gamblang, apa yang akan kalian lakukan?”

Kakak-adik itu kembali saling tatap. Mereka bertukar sebuah senyuman pahit yang ditujukan ke diri mereka masing-masing... dan sebuah anggukan.

Page 29: No Game No Life Preview

28

NO GAME NO LIFE

Sang kakak kembali meletakkan tangannya ke atas keyboard.

Ia akhirnya bisa menangkap maksud di balik kalimat-kalimat tersebut...

“Seandainya dunia seperti itu memang benar-benar ada, berarti kami lahir di dunia yang salah.”

—Itulah balasan yang ia susun dengan sedikit mengutip kalimat dari e-mail pertama.

———Saat itu juga...

Sebuah noise lemah muncul di layar monitor.Dan... *pats*, seluruh barang elektronik dalam ruangan

itu mendadak mati, seakan ada sesuatu yang mematikan sumber listrik di ruangan tersebut.

Satu-satunya barang elektronik yang masih terus menyala adalah layar komputer yang masih menampilkan e-mail tersebut.

Lalu—“A, apa-apaan ini!?”“......!?”Noise tersebut mulai menyebar ke seluruh ruangan,

dan mulai menimbulkan suara-suara seakan rumah mereka tenggah berderit keras dan suara-suara seakan percikan listrik tengah memenuhi ruangan tersebut.

Sang kakak menatap keadaan di sekelilingnya dengan panik, sementara sang adik masih terus tertegun karena dirinya belum bisa menangkap sepenuhnya apa yang tengah terjadi.

Noise di sekeliling mereka itu terus menguat, seakan

Page 30: No Game No Life Preview

29

mereka berada persis di tengah-tengah badai noise.Tiba-tiba sebuah balasan kembali tiba...Tapi kali ini bukan berbentuk tulisan, melainkan suara.Suara tersebut bergema dari dalam speaker...Bukan, tepatnya dari balik layar—“Aku juga berpikiran sama. Kalian berdua memang

terlahir di dunia yang salah.”

Kini noise tersebut sudah menyebar ke seluruh ruangan. Satu-satunya tempat yang terbebas dari noise tersebut hanyalah layar komputer.

Tiba-tiba dari dalam layar tersebut, muncullah sepasang lengan berwarna putih.

“Hah!?”“......hiiii—”Lengan tersebut mencengkeram lengan mereka

berdua...Dan mulai menarik mereka dengan kuat.Tanpa bisa melawan, keduanya pun terseret masuk ke

dalam layar komputer―“Kalau begitu biar kubawa kalian ke tempat itu—ke

dunia dimana kalian seharusnya dilahirkan.”

——............Lalu—

Begitu membuka mata—Semuanya berwarna putih.Dari sensasi menusuk di retina mata mereka, mereka

bisa tahu kalau itu adalah cahaya matahari yang sudah

Page 31: No Game No Life Preview

30

NO GAME NO LIFE

lama tak mereka rasakan.Setelah beberapa saat, mata mereka mulai terbiasa

dengan cahaya. Saat melihat pemandangan yang muncul di

hadapannya, sang kakak segera menangkap satu hal...Kini mereka tengah berada di langit.“Uoooooaah !?”Ruangan kecil tempat mereka seharusnya berada, kini

telah berubah menjadi sebuah tempat yang sangat luas.—Tapi bukan itu yang menjadi penyebab teriakan

sang kakak. Penyebabnya adalah keanehan-keanehan pada pemandangan yang ada di depan mereka.

Otak Sora bekerja sekuat tenaga untuk memproses keadaan di sekeliling mereka... tapi percuma, kepalanya jadi terlalu panas dan akhirnya ia berteriak......

“Apa-apaan iniiiiii—————————!!!”—Mau dilihat dari manapun, mau diamati kembali

berapa kalipun...Ada pulau yang mengapung di tengah-tengah langit.Mau berapa kali pun Sora meragukan kejernihan mata

dan pikirannya... benda yang sedang terbang di ujung langit sana, adalah naga.

Lalu di seberang cakrawala, di balik deretan pegunungan, terdapat berbagai biji catur berukuran raksasa. Saking besarnya, biji-biji catur itu seakan terlihat begitu dekat, sekalipun sebenarnya mereka berada di tempat yang sangat jauh.

Pemandangan-pemandangan tersebut persis seperti pemandangan yang biasa ada di dunia game atau dunia fantasi lainnya.

Page 32: No Game No Life Preview

31

Mau dipikir berapa kalipun, pemandangan yang ada di depan mereka bukanlah pemandangan “bumi” yang mereka kenal.

Tapi... ada satu hal lain yang lebih menggangu pikiran Sora.

Awan yang ada di bawah mereka... lalu sensasi mengapung yang mereka rasakan...

Hal tersebut membuat Sora akhirnya sadar kalau mereka tengah jatuh bebas.

Ya... bagaikan orang yang sedang melakukan sky diving tanpa parasut!!

Begitu menyadari hal tersebut, teriakan Sora langsung menjadi-jadi——

“Ahhhh, aku belum mau mati!!!”Tiga detik... itulah waktu yang dibutuhkan Sora untuk

sampai pada kesimpulan tersebut.Tapi mendadak sebuah suara riang yang seolah

memecah semua kepanikan mereka, terdengar dari samping mereka.

“Selamat datang di duniaku!”

Suara itu berasal dari sosok “anak lelaki” yang tengah tersenyum sambil membuka tangannya lebar-lebar sekalipun dirinya juga sedang terjun bebas di tengah pemandangan yang asing tapi luar biasa indah ini.

“Inilah adalah dunia yang kalian damba-dambakan, [Dunia di atas papan permainan, Disboard]! Dunia dimana segala hal ditentukan dengan permainan sederhana—

Page 33: No Game No Life Preview

32

NO GAME NO LIFE

termasuk hidup-mati dan wilayah kekuasaan!!”Shiro, yang butuh waktu sekitar 10 detik lebih lama

dari kakaknya, akhirnya selesai memproses keadaan di sekitar mereka. Matanya terbelalak dan ia pun segera memeluk erat kakaknya sambil menahan tangis.

“......k, k, kamu... siapa...?”Sekalipun Shiro sudah berteriak sekuat tenaga dengan

nada tak senang, tapi suara kecilnya tetap terdengar seperti sebuah bisikan.

Dengan senyuman riang yang masih menghiasi wajahnya, bocah itu menjawab...

“Aku? Aku ini orang yang tinggal di sana~”Jawabnya sambil menunjuk ke arah biji-biji catur

raksasa pencakar langit yang berada di seberang cakrawala.“Hmm, kalau menggunakan istilah dari dunia kalian...

mungkin aku ini—“Dewa”―kali ya?”

Bocah yang menyebut dirinya sebagai dewa itu menjawab sambil mengarahkan jari telunjuk ke pipinya sendiri agar terlihat imut. Dan sudah tentu... jawaban itu ia lemparkan dengan nada yang imut juga.

—Tapi kedua kakak-adik itu sama sekali tidak peduli dengan sikap sok imutnya.

“Oi, ada yang lebih penting nih... Bagaimana nasib kita sekarang, daratannya udah mulai kelihatan tuuuuuu———uoohhhh, Shiroooooo!!!”

“......~~~~~~~~~~”Sora memeluk erat Shiro, lalu memposisikan dirinya di

bawah Shiro. Sekalipun ia sendiri tidak yakin apakah hal itu bisa membantu atau tidak, tapi ia ingin melindungi adiknya.

Page 34: No Game No Life Preview

33

Sementara itu, Shiro terus mendekapkan wajahnya di dada kakaknya, sambil terus berteriak dengan suara kecilnya yang nyaris tak bisa terdengar.

Di tengah situasi tersebut, sang bocah yang menyebut dirinya sendiri sebagai dewa, kembali melontarkan kalimatnya dengan riang...

“Kuharap kita bisa bertemu lagi. Aku yakin... saat itu pasti akan segera tiba.”

——lalu, kedua kakak-adik itu kehilangan kesadaran mereka.

—————————.........

“U...... uuhn......”Tekstur tanah. Wangi rumput. Begitu sadar, Sora menemukan dirinya sedang

terbaring di atas tanah.Ia terbangun sambil mengerang pelan.“—Yang barusan itu, apa......?”—Mimpi?Sebenarnya itulah hal yang ada di pikiran Sora, tapi ia

memilih untuk tidak mengungkapkannya.“......uuh...... mimpi yang, aneh.”Kemudian terdengar rintihan Shiro, yang sadar setelah

Sora.—Wahai adikku... kenapa kamu menyia-nyiakan kerja

kerasku untuk tidak mengungkapkannya.Hahhhhh...... adikku, tolong jangan bikin “pertanda

kalau ini semua bukan mimpi” dong.

Page 35: No Game No Life Preview

34

NO GAME NO LIFE

Sambil mengeluh seperti itu di dalam hatinya, Sora bangkit berdiri. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak “menyadari” bahwa dirinya tengah berdiri di atas daratan yang tak ia kenal.

Di hadapannya terbentang langit luas yang tak pernah ia lihat sebelumnya, dan—

“Uwoooooh!”Begitu menyadari kalau dirinya berada di ujung tebing,

Sora buru-buru melangkah mundur.—Dari tebing itu, ia bisa melihat pemandangan yang

terbentang luas di hadapannya.

Pemandangan yang benar-benar tak masuk akal.........tidak, bukan begitu. Mari kita sebut satu per satu.Pulau yang mengapung di langit, naga, dan biji catur

raksasa yang berada di balik deretan pegunungan yang ada di cakrawala sana.

Dengan kata lain... itu semua adalah pemandangan aneh yang mereka lihat waktu jatuh tadi.

Dengan kata lain, itu semua bukanlah—mimpi.“Eh, adikku sayang...”“......hmm?”Mereka berdua memandang seluruh pemandangan itu

dengan tatapan kosong.“Selama ini... kupikir yang namanya “hidup” itu

bagaikan sebuah game yang nggak mungkin diselesaikan atau game yang bisanya nyiksa doang.”

“......iya......”Lalu keduanya berkata secara bersamaan....

Page 36: No Game No Life Preview

35

““Tapi akhirnya game itu pun “nge-bug” total...... Dasar, game super sampah...””

Lalu—keduanya kembali kehilangan kesadaran mereka.

■■■

—“Apakah kalian pernah mendengar rumor seperti ini?”

Suatu hari, orang-orang yang sangat jago bermain game tiba-tiba menerima sebuah e-mail yang ditujukan kepada mereka.

E-mail itu berisi sebuah kalimat pendek dan sebuah URL.

Begitu URL itu di-klik, kalian akan dibawa ke sebuah game.

Lalu jika kalian berhasil menyelesaikan game tersebut———kalian akan menghilang dari dunia ini.

Dan——

Kalian akan dibawa ke sebuah dunia lain.

Begitulah isi dari [legenda urban] tersebut. ......apakah kalian mempercayainya?