NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang...

31
1 NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM (Tinjauan Historis) Oleh: Kanca Sanjaya 1 A. Pendahuluan Melalui perdebatan yang panjang, Pancasila pada akhirnya hadir sebagai gentlemen‟s agreement dan falsafah negara Indonesia. Di dalamnya, Pancasila mengandung nilai-nilai yang mencerminkan karakteristik bangsa yang plural. Yaitu, negara Indonesia yang terdiri dari 34 provinsi dan 84.190 wilayah yang tersebar di 511 kabupaten-kota dengan 16.056 Pulau 2 yang terbentang dari sabang hingga merauke. Untuk dapat melalui kehidupan bernegara yang majemuk itu, maka Pancasila diperlukan sebagai landasan dalam kehidupan bernegara. Dibentuknya Pancasila diharapkan dapat menjadi jalan tengah dan solusi keberagaman di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung didalamnya diharapkan dapat merukunkan perbedaan yang ada ditengah masyarakat yang plural. Namun sayang, realitas yang terjadi saat ini tidaklah demikian adanya. Pancasila yang dibentuk dengan segenap perjuangan dan pengorbanan, nilai-nilainya tidak dapat di implementasikan dengan baik. Pasca kemerdekaan Indonesia, konflik demi konflik terus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama dan sesama suku. Sehingga membuat Pancasila saat ini hanyalah sebatas formalisme, hanya digunakan sebagai alat retotika, dan kepentingan politik, bukan sebagai nilai yang harus diterapkan dalam kehidupan. 3 Dahulu, sebelum Pancasila terbentuk dan menjadi landasan dalam kehidupan bernegara, masyarakat Indonesia dapat bersatu dan saling menghargai ditengah masyarakatnya yang plural. Bahkan ketika kolonialisme masuk di Indonesia, 1 Mahasiswa Program Kaderisasi ‗Ulama Angkatan ke XII 2 Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik, Statistik Indonesia 2018 (Jakarta: Badan Pusat Statistik). 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Peranan Agama Dalam Pemantapan Ideologi Negara Pancasila (Departemen Agama R.I, 1984), p. 38.

Transcript of NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang...

Page 1: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

1

NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM

(Tinjauan Historis)

Oleh: Kanca Sanjaya1

A. Pendahuluan

Melalui perdebatan yang panjang, Pancasila pada akhirnya hadir sebagai

gentlemen‟s agreement dan falsafah negara Indonesia. Di dalamnya, Pancasila

mengandung nilai-nilai yang mencerminkan karakteristik bangsa yang plural. Yaitu,

negara Indonesia yang terdiri dari 34 provinsi dan 84.190 wilayah yang tersebar di 511

kabupaten-kota dengan 16.056 Pulau2 yang terbentang dari sabang hingga merauke.

Untuk dapat melalui kehidupan bernegara yang majemuk itu, maka Pancasila

diperlukan sebagai landasan dalam kehidupan bernegara. Dibentuknya Pancasila

diharapkan dapat menjadi jalan tengah dan solusi keberagaman di Indonesia. Nilai-nilai

yang terkandung didalamnya diharapkan dapat merukunkan perbedaan yang ada

ditengah masyarakat yang plural.

Namun sayang, realitas yang terjadi saat ini tidaklah demikian adanya. Pancasila

yang dibentuk dengan segenap perjuangan dan pengorbanan, nilai-nilainya tidak dapat

di implementasikan dengan baik. Pasca kemerdekaan Indonesia, konflik demi konflik

terus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau

antar suku, melainkan juga sesama agama dan sesama suku. Sehingga membuat

Pancasila saat ini hanyalah sebatas formalisme, hanya digunakan sebagai alat retotika,

dan kepentingan politik, bukan sebagai nilai yang harus diterapkan dalam kehidupan.3

Dahulu, sebelum Pancasila terbentuk dan menjadi landasan dalam kehidupan

bernegara, masyarakat Indonesia dapat bersatu dan saling menghargai ditengah

masyarakatnya yang plural. Bahkan ketika kolonialisme masuk di Indonesia,

1 Mahasiswa Program Kaderisasi ‗Ulama Angkatan ke XII

2 Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik, Statistik Indonesia 2018 (Jakarta: Badan Pusat

Statistik). 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Peranan Agama Dalam Pemantapan Ideologi

Negara Pancasila (Departemen Agama R.I, 1984), p. 38.

Page 2: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

2

masyarakat dapat bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dengan

beragamnya suku, agama, etnis, dan lain sebagainya, masyarakat Indonesia mampu

menanamkan nilai toleransi dan gotong royong meskipun tanpa Pancasila. Hal ini dapat

terjadi karna nilai-nilai luhur yang ada pada masyarakat dahulu tidak hanya tersurat,

melainkan sudah tersirat pada setiap diri masyarakat Indonesia. Sehingga, meski tanpa

alat pemersatu (Pancasila) masyarakat tetap dapat hidup dalam kerukunan. Jika melihat

perjalanan sejarah Indonesia, Nilai-nilai antara Islam, Pancasila dan Indonesia telah

terjalin dan memiliki hubungan yang erat selama berabad-abad lamanya. Berangkat

dari hal tersebut, makalah ini akan membahas nilai-nilai dalam Pancasila Islam

melalui sejarahnya.

B. Relasi Islam dan Nusantara

Islam telah melakukan hubungan dengan Nusantara Indonesia jauh sejak sebelum

bangsa Eropa masuk ke Indonesia. Hubungan antara Islam dan Indonesia ini dapat

ditelusuri dengan melihat sejarah awal masuknya Islam hingga dapat berkembang dan

mendirikan kekuasaan politik berupa kerajaan dan kesultanan. Namun, para ahli

sejarah memiliki pendapat yang berbeda mengenai awal masuknya Islam di Nusantara

ini. Karena luasnya wilayah Nusantara Indonesia dan terpencar pada beberapa pulau

besar dan kecil, sehingga untuk menemukan kebenaran kapan dan dimana awal

masuknya Islam di Nusantara Indonesia memiliki perbedaan pendapat. Setidaknya ada

beberapa sumber pendukung Masuknya Islam di Indonesia, diantaranya adalah:

1. Berita dari Arab

Berita ini diketahui dari pedagang Arab yang melakukan aktivitas perdagangan

dengan bangsa Indonesia. Pedagang Arab Telah datang ke Indonesia sejak masa

kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di

Selat Malaka. Groneveld, dalam Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam juga

mengungkapkan bahwa sejak tahun 674 M, pantai bagian Barat Sumatera telah

Page 3: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

3

terdapat pemukiman wirausahawan Arab.4 Tidak hanya itu, ditemukannya makam

Syaikh Mukaiddin di Baros, Tapanuli, juga menguatkan tesis mengenai kedatangan

Islam di Nusantara. Pada makam Syaikh Mukaidin tersebut terdapat nisan yang

bertulisakan 48 Hijriah, atau 670 masehi. Pendapat mengenai masuknya Islam dari

wilayah Arab ini dikemukakan oleh Crawfurd, Keyzer, Nieman, de Hollander, dan

beberapa tokoh Islam di Indonesia seperti Hamka dan Abdullah bin Nuh.5 Bahkan

Hamka pernah mempopulerkan teori ini dalam seminarnya di Medan yang berjudul

Masuknya Agama Islam ke Indonesia.6

2. Berita Eropa

Berita ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Ia adalah orang Eropa

pertama kali menginjakan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari cina menuju

Eropa melalui jalan laut. Ia dapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan

putrinya yang dipersembahkan kepada kaisar Romawi, dari perjalannya itu ia

singgah di Sumatera bagian utara. Di daerah ini ia menemukan adanya kerajaan

Islam, yaitu kerajaan Samudera dengan ibukotanya Pasai.7 Teori ini kemudian

dibawa oleh Prof. Dr. C Snouck Hurgronje, namun Snouck tidak menjelaskan

bagaimana proses masuknya islam pada saat itu, bagaimana mungkin, Islam dapat

masuk kemudian mendirikan sebuah kerajaan Samudra Pasai tanpa melalui proses

yang Panjang.8

3. Berita India

Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai

peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Dari

berita ini, Prof. Dr. C Snouck Hurgronje, mengembangkan teori sebelumnya

4 T. W. Arnold Arnold, The Preaching Of Islam: A History of The Propagation of The Muslim

Faith (Archibald Constable & CO, 1896), p. 294. 5 Lihat, Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Mahakarya Perjuangan Ulama Dan Santri

Dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1 (Bandung: Surya Dinasti, 2018), IV, p.

101. Lihat juga, Syed Mohammad Naquib Al-Attas, Himpunan Risalah (Kuala Lumpur: IBFIM,

2015), p. 417. 6 Ibid

7 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), p. 195.

8 Ibid.

Page 4: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

4

menjadi teori Gujarat. Menurut teori ini, Islam masuk ke kepulauan Indonesia di

kerajaan Samoedra Pasai melalui ajaran tasawuf yang berkembang di Gujarat,

India.9 Namun pada teori ini, Snouck tidak menjelaskan antara masuk dan

berkembangnya Islam di Nusantara. Teori ini juga menjelaskan mazhab yang

dianut oleh India, dan mazhab apa yang dianut oleh kerajaan Samoedra Pasai di

kepualauan Nusantara. Pendukung teori ini, diantaranya adalah Dr. Gonda, Van

Ronkel, Marrison, R.A. Kern, dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.10

4. Berita dari Cina

Berita ini diketahui melalui catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang

mengikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Thomas W. Arnold pun mengatakan

para pedagang Arab yang juga merupakan pendakwah, menyebarkan agama Islam

di Nusantara sejak abad ke-7 M.11

Dalam sumber-sumber Cina disebutkan bahwa

pada abad ke-7 M seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman

Arab Muslim dipesisir pantai Sumatera (disebut Ta‟shih).12

5. Sumber dalam Negeri

Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya

pengaruh Islam di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu di Leran (Gresik)., batu

tersebut menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah

rusak. Batu itu memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama

Fatimah Binti Maimun (1028). Kedua, Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera

Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M.

Ketiga, makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419

M.13

9 Suryanegara, OpCit p. 101.

10 Supriyadi, OpCit p. 191.

11 T. W. Arnold Arnold, The Preaching Of Islam: A History of The Propagation of The Muslim

Faith (Archibald Constable & CO, 1896), pp. 293–294. 12

Mengenai Islam dari Berita Cina dapat dilihat Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo: buku pertama

yang mengungkap Wali Songo sebagai fakta sejarah, 2016. 13

Lihat, Ibid.

Page 5: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

5

Terlepas dari semua berita mengenai Masuknya Islam di Nusantara Indonesia,

Kedatanagan Islam di Nusantara tidak mengenal adanya pemaksaan pembelajaran

agama Islam dengan pedang. Sebagaimana diungkapkan oleh Jhon Crawford dalam

Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara Api Sejarah mengatakan:14

“Para wiraswasta Muslim tidak datang sebagai penakluk seperti yang

dikerjakan oleh bangsa spanyol. Pada abad ke-16. Mereka tidak

menggunakan pedang dalam dakwahnya, juga tidak memiliki hak untuk

melakukan penindasan terhadap rakyat bawahnya. Para da‟I hanya sebagai

wiraswasta yang memanfaatkan kecerdasan dan peradaban mereka yang

lebih tinggi untuk kepentingan dakwahnya. Harta perniagaannya lebih

mereka utamakan sebagai modal dakwah daripada untuk memperkaya diri.”

Wibawa dan kecerdasan para wiraswasta Muslim saat itu pada akhirnya dapat

membuat masyarakat Nusantara Indonesia banyak yang memilih untuk beragama

Islam. Sejak saat itu, Islam terus berkembang hingga membentuk kekuasaan politik

berupa kerajaan Islam.15 Sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Khaldun li anna al nāsa

„alā dīni mulūkihā wa „awā‟idiha,16

yang artinya, rakyat itu akan mengikuti agama dan

kebiasaan-kebiasaan rajanya. Berdasarkan hal tersebut, berdirinya kerajaan Islam mulai

abad ke-13 mendorong rakyatnya untuk mengikuti agama dan kebiasaan rajanya,

sehingga membuat agama Islam semakin meluas, meskipun masih massif.17

Proses penyebaran dan pemahaman tentang Islam yang telah dilakukan selama

berabad-abad, membuat masyarakat Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan

Islam. Kehadiran Islam di Nusantara Indonesia juga pada akhirnya membuat hukum

Islam dan hukum adat Indonesia mengalami integrasi. Sehingga hukum yang berlaku di

14

Suryanegara, OpCit, IV, p. 123. 15

Beberapa kerajaan Islam yang ada pada masa itu ialah Aceh Darussalam, Samudra Pasai,

Kerajaan Demak, Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten, Kesultanan Cirebon, Kesultanan Makassar,

Kerajaan Banjar, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore. Lihat: Sejarah Nasional Indonesia lihat

juga Suryanegara, OpCit IV. 16

Abdurrahman Ibnu Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar el Fikr), p. 297. 17

Ensiklopedi Tematis dunia Islam, ed. by Taufik Abdullah (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,

2002), p. 18.

Page 6: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

6

Indonesia ialah hukum islam, dalam pemerintahan yang berbentuk kerajaan dan

kesultanan. Sehingga Setiap masyarakat Indonesia, tanpa paksaan dan tekanan, pada

saat itu dapat melaksanakan syariat Islam sebagaimana mestinya.

C. Pengaruh Masuknya Bangsa Eropa terhadap Masyarakat Indonesia

Pada saat semakin berkembangnya kekuasaaan politik Islam di Nusantara

Indonesia, Bangsa Eropa mulai masuk dan mulai melakukan hubungan dengan

Indonesia. Bangsa Eropa pada saat itu bukanlah bangsa yang maju, seperti yang diakui

Ricklefs, bahwa yang paling maju saat itu ialah Islam, yang mana pada tahun 1453

telah menundukkan Konstantinopel, bahkan pengetahuan bangsa Eropa mengenai

geografi dan astronomi berasal dari Islam.18

Kedatangan Bangsa Eropa di Nusantara

Indonesia diawali dengan masuknya Bangsa Portugis di Malaka pada tahun 1511 M,

dan kemudian diikuti oleh Bangsa Belanda yang menduduki wilayah Jayakarta pada

1619.19 Kedua bangsa kolonial tersebut datang ke Indonesia dengan membawa program

trilogy imperialism, yaitu, Gold, Gospel, and Glory.20

Datangnya bangsa Eropa tidak hanya melakukan hubungan dagang saja, melainkan

juga melakukan kristenisasi kepada bangsa Indonesia yang pada saat itu mayoritas

telah memeluk Islam. Hal ini dapat dilihat dari usaha bangsa Eropa menurunkan Raja

Ternate (Raja Tarbiji) bahkan mengkristenkannya. Hingga akhir hidupnya, Raja Tarbiji

meninggal dalam keadaan Kristen, dan sebelum ia wafat, ia telah menyerahkan pulau

Ambon kepada bangsa Portugis, pada akhirnya di pulau inilah yang menjadi pusat

utama kegiatan Postugis di maluku.21

Tidak cukup sampai disana, usaha krristenisasi

juga dilakukan ke Banda, namun rakyat Banda yang pada saat itu tela emenarpkan

syariat Islam didaerahnya, bersikeras menolak bangsa Eropa masuk dan mendirikan

18 M.C Rickflefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005),

p. 61. 19

Suryanegara, OpCit, p. 157. 20

Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat, Dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi Sekular-Liberal

(Jakarta: Gema Insani, 2005), p. 371. 21

M.C Rickflefs, OpCit, pp. 65–66.

Page 7: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

7

benteng disana.22

Hal inilah yang kemudian membuat wilayah Timur Bangsa Indonesia

menolak adanya kalimat ―Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi

Pemeluk-Pemeluknya‖ pada sila pertama. Karena tegaknya Syariat Islam akan

membuat upaya kristenisasi menjadi terhambat, seperti yang pernah dilakukan bangsa

Eropa kepada Banda yang pada saat itu menerapkan hukum Islam.

Meskipun sudah ditolak di Banda, Bangsa Eropa terus melakukan usaha-usaha lain

demi tercapainya cita-cita, Gold, Gospel, Glory. Hingga pada tahun 1651 pihak

Klolonial melarang segala aktivitas keagamaan, baik Islam maupun Kong Fu Tsu atau

Lao Tse. Kemudian pada 1621 diberlakukanlah hukum sipil Belanda ditanah Indonesia

untuk melemahkan bangsa Indonesia yang pada saat itu mayoritas beragama Islam.23

Hal ini pada akhirnya mengakibatkan masyarakat Islam di Indonesia terbagi atas tiga

golongan, yaitu, golongan tradisional, golongan muslim pembaharuan, dan golongan

sekular. Ketiga golongan tersebut mendasari ideologinya kepada ideologi kebangsaan,

ideologi Islam, dan ideologi sekuler. Ketiga ideologi ini pada akhirnya memicu

perdebatan panjang tentang ideologi yang akan dianut bangsa Indonesia ketika akan

merdeka.24

D. Perdebatan Ideologi dan Proses Pembentukan Pancasila

Sejak awal abad ke 20, perdebatan mengenai Ideologi Negara telah terjadi.

Soekarno dan M. Natsir misalnya, kedua tokoh besar Indonesia ini selalu beradu ide

dan argumentasi melalui tulisan-tulisan mereka yang dimuat dalam majalah-majalah

Indonesia, diantaranya adalah Pandji Islam, Al-Manar, Pembela Islam dan lain-lain.25

Pada kisaran tahun 1938-1940an, Soekarno banyak menulis dalam Majalah Pandji

22

M.C Rickflefs, OpCit, p. 68. 23

Lihat, Suryanegara, OPCIT pp. 175–180., Lihat Juga, jeje Zaenudin, Metode Dan Strategi

Penerapan Syari‟at Islam Di Indonesia (Jakarta: Pembela Islam, 2015), pp. 21–30. 24

Kategorisasi golongan Nasionalis Islam dan Sekuler pada saat itu haruslah dibaca dalam

orientasi politik, bukan pada orientasi agama. Lihat: Ahmad Syafii Maarif, Islam Dalam Bingkai

Keindonesiaan Dan Kemanusiaan; Sebuah Refleksi Sejarah, 2nd edn (Bandung: Mizan, 2015), p. 130. 25

Perdebatan antara M. Natsir dan Soekarno dapat ditemui dalam buku M. Natsir, Capita Selecta

(Jakarta: Bulan Bintang, 1973). Yang mana dalam buku tersebut terdapa bantahan M. Natsir terhadap

gagasan Soekarno mengenai Islam dan negara.

Page 8: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

8

Islam.26

Dalam tulisan-tulisannya, Soekarno menginginkan pembaharuan dalam Islam,

dengan tulisan tersebut ia menghantam kebekuan dan kekolotan Islam. Hal ini tentunya

tidak didapat hanya dari fikiran Soekarno saja, ia bercermin dari Mustafa Kemal

Attaturk,27

salah seorang tokoh penganut faham Sekularisme.28

Tulisan-tulisan milik

Soekarno itu pun dibantah oleh tokoh-tokoh Islam, diantaranya ialah M. Natsir.

Menurut tokoh-tokoh Islam pada saat itu, Soekarno masih belum mengetahui dengan

jelas mengenai hukum dan hudud dalam Islam.29

Hal ini dikarenakan Soekarno

mendapatkan pengetahuan tentang Islam dari sumber yang tidak dapat dipertanggung

jawabkan, yakni sumber dari penulis yang non-muslim, yang ditulis dari Bahasa

Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, dan Bahasa barat lainnya.30

Tidak hanya melalui tulisan, Perdebatan persoalan negara ini juga dilakukan secara

langsung pada saat persiapan kemerdekaan Indonesia. Yakni ketika Jepang mulai

melakukan Intervensi dengan dalih membantu kemerdekaan Indonesia.31 Pihak Jepang

membuat sebuah Institusi bernama BPUPK yang diketuai oleh Radjiman

Wedyodiningrat pada 29 April 1945.32 Keanggotaan BPUPK terdiri dari 62 orang33

26

M. Natsir, OpCit p. 429. 27

Mustafa Kemal Attaturk merupakan peletak dasar Sekularisme di Turki, Ia merupakan tokoh

yang memutuskan Turki dengan sejarahnya, yang mana agenda pertamanya ialah mengapuskan sistem

kekhalifahan di Turki pada saat itu. Lihat Arfan Mu‘ammar, M, Majukah Islam Dengan Menjadi

Sekular? , Kasus Turki (Ponorogo: Centre for Islamic and Occidental Studies). 28

Sekularisme berarti menolak nilai-nilai spiritual. sekularisme berasal dari kata saeculum yang

menunjukkan konotasi makna masa dan tempat. masa menunjukkan saat ini dan tempat menunjukkan

dunia. adapun sekularisasi merupakan proses penduniaan atau proses untuk menuju sekuler

perpindahan dari kesakralan menuju kesekuleran. Harvey Cox, berpendapat bahwa selularisasi

merupakan pembebasan manusia dari proteksi agama dan metafisika. Sedangkan Nurcholis Madjid

memaknai sekularisasi sebagai menduniakan hal yang bersifat duniawi dan meng-ukhrawikan yang

bersifat ukhrawi. Lihat, Webster Comprehensive International Dictionary of the English Language.

(Chicago, Il: American International Press, 1995). Lihat juga, Harvey Cox, The Secular City (New

York: The Macmill an Company, 1967)., Syed Mohammad Naquib Al Attas, Islam and Secularism

(Kuala Lumpur: International Institute of Islamic Thought and Islamic Ciilization (ISTAC), 1993).,

Nurcholis Madjid, Islam, Kemodernan, Dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1993). 29

M. Natsir, OpCit, p. 429. 30

Ibid. 31

Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Pancasila sebagai dasar negara: studi tentang perdebatan

dalam konstituante, Ed. rev (Jakarta: LP3ES, 2006), p. 98. 32

Faisal Ismail, Panorama Sejarah Islam Dan Politik Indonesia (Yogyakarta: IRCiSoD, 2017),

p. 30.

Page 9: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

9

termasuk ketua dan wakilnya dan dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Komandan

militer jepang. Selama berdirinya, BPUPK telah melaksanakan sidangnya sebanyak 2

kali.34 Sidang pertama dilaksanakan selama 4 hari, yaitu pada tanggal 29 Mei 1945

sampai tanggal 1 Juni 1945. Ketika membuka sidang pertama, Radjiman

mengemukakan sebuah pertanyaan, ―Negara Indonesia yang akan kita bangun itu, apa

dasarnya?”.35 Kemudian pada tanggal 1 Juni, Soekarno menyampaikan pidatonya

mengenai dasar negara yang kemudian usulan mengenai dasar negara itu ia namakan

Pancasila.36 Hingga saat ini, pidato Soekarno mengenai Pancasila tersebut diperingati

sebagai hari lahirnya Pancasila37. Diakhir persidangan pertama, ketua BPUPK

membentuk Panitia Kecil yang berjumlah delapan orang.38 Panitia Kecil ini terdiri dari

enam orang dari perwakilan golongan Nasionalis Sekuler39 dan dua orang golongan

Nasionalis Islam40.41 Pada akhir pertemuan Panitia Kecil, Soekarno membentuk Panitia

Kecil lain yang tidak resmi berjumlah sembilan orang anggota42. Panitia yang dibuat

33

Untuk keanggotaan BPUPK dapat dilihat di Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila: Perspektif

Sejarah Perjuangan Bangsa, 4th edn (Jakarta: PT Grasindo, 2016), p. 43., lihat juga Kaelan, Negara

Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis Dan Aktualisasinya, 1st edn (Yogyakarta:

Paradigma, 2013). 34

Irfan S. Awwas, Trilogi Kepemimpinan Negara Islam Indonesia: Menguak Perjuangan Umat

Islam Dan Pengkhianatan Kaum Nasionalis-Sekuler (Yogyakarta: Uswah, 2008), p. 121. 35

Hamka Haq Al-Badry, Pancasila 1 Juni & Syariat Islam, Cet. 1 (Jakarta: RM Books, 2011), p.

32. 36

Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yaitu panca yang berarti lima, dan sila yang berarti

asas. Jadi Pancasila adalah lima asas. Istilah Pancasila dapat ditemukan dalam kitab Negarakertagama

yang ditulis oleh Mpu Prapanca Lihat: Kaelan, OpCit p. 11. 37

Terdapat perdebatan mengenai hari lahir Pancasila ini, perdebatan tersebut mengenai pencipta

dan pencetus pertama dari isi yang terkandung didalam Pancasila. Salah seorang sarjana Belanda

mengatakan bahwa berdasarkan pidato M. Yamin pada 29 Mei, pencetus asli Pancasila ialah M.

Yamin, bukan Soekarno.Muhmmad Hatta, berpendapat sebaliknya, bahkan ia mengemukakan bahwa

yang mengusulkan mengenai Pancasila juga adalah Soekarno. Lihat: Ismail, Panorama Sejarah

Islam…. p. 32–39. 38

Yudi Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, 4th edn

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), p. 21. 39

Nasionalis Sekuler diwakili oleh Soekarno, M. Hatta, M. Yamin, A. Maramis, M. Sutarjo

Kartohadikoesoemo, dan Otto Iskandardinata. 40

Nasionalis Islam diwakili oleh Ki Bagoes Hadikoesoemo dan K.H. Wachid Hasyim. 41

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 21. 42

Panitia Kecil ini beranggotakan Soekarno, Muhammad Hatta, AA Maramis, Abikusno

Tjokrosurojo, Abdul Kahar Muzakkir, Haji Agus Salim, Ahmad subardjo, KHA Wahid hassjim, dan

Page 10: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

10

oleh Soekarno ini kemudian dikenal dengan nama Panitia Sembilan.43 Komposisi

Panitia Sembilan ini lebih seimbang jika dibandingkan dengan Panitia Delapan. Jika

pada Panitia Delapan hanya terdapat dua orang perwakilan golongan nasionalis Islam,

pada Panitia Sembilan terdapat empat orang dari perwakilan nasionalis Islam, ditambah

empat orang perwakilan nasionalis Sekuler dan Soekarno selaku ketua dan penengah.

Setelah melalui perdebatan yang panjang, Panitia Sembilan pada akhirnya menyepakati

sebuah rancangan Pembukaan UUD44 yang didalamnya terdapat dasar negara

Indonesia, Pancasila. Rancangan ini ditandatangani oleh setiap anggota panitia

Sembilan pada 22 juni. Kesepakatan mengenai Rancangan Pembukaan UUD ini

kemudian dinamai ―Mukaddimah‖ oleh Soekarno, sedangkan oleh M. Yamin dinamai

dengan ―Piagam Jakarta‖ dan oleh Sukirman Wirjosandjojo sebagai ―Gentleman‟s

Agreement”.45

Setelah rancangan Pembukaan UUD 1945 disepakati, perdebatan mengenai dasar

negara kembali berlangsung pada sidang kedua. Pada permulaan sidang kedua, tanggal

10 Juli 1945, ditambahkan 6 orang46 anggota baru, sehingga anggota sidang BPUPK

menjadi 68 orang. Saat sidang pertama dimulai, Kalimat ―…dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemulknya‖ pada sila ketuhanan mendapatkan

respon negatif dan keberatan, khususnya oleh kelompok Kristen.47 Pada tanggal 11 Juli

1945, Latuharhary, seorang Protestan yang juga menjadi salah seorang anggota

Muhammad Yamin. Lihat: Hasan Muari Ambar, Suplemen Ensiklopedia (PT Mandiri Abadi, 2000), p.

146. 43

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 23. 44

Isi dari Rancangan Pembukaan UUD 1945 dapat dilihat pada, Hazairin, Demokrasi Pancasila

(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), VI, p. 141. 45

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 24. 46

6 Orang tersebut ialah: Abdul Fatah Hasan, Asikin Natanegara, Sujohamidjojo, Mohammad

Noor, Mohammad Besar, dan Abdul Kaffar lihat; Panji Setijo OpCit, p. 43. Lihat juga,Kaelan, OpCit

p. 28. 47

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 62.

Page 11: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

11

BPUPK mengungkapkan keberatannya, ia mengungkapkan bahwa anak kalimat pada

kata ketuhanan akan menimbulkan kesulitan ketika berhadapan dengan hukum adat.48

Bagi golongan nasionalis Islam, tujuh kata tersebut merupakan hal yang penting,

karena hal itu menandai bahwa Islam yang sejak zaman kolonial selalu dipinggirkan

dan didiskriminasi oleh pihak kolonial akan mendapatkan tempat yang layak didalam

negara Indonesia.49 Sementara itu, golongan nasionalis sekuler menganggap

penambahan tujuh kata tersebut justru akan membuat bangsa Indonesia menjadi tidak

netral. Menanggapi hal tersebut, Haji Agus Salim menyatakan bahwa ada atau tidaknya

negara Indonesia merdeka, umat Islam tetap wajib melaksanakan Syariat Islam,

biarpun tidak ada hukum dasar Indonesia, adalah hak umat Islam untuk menjalankan

syariat agama yang dipegangnya.50 Hingga akhirnya Soekarno meminta agar

Latuharhary menerima preambule yang sebelumnya sudah didiskusikan oleh kedua

golongan dengan susah payah. Akhirnya Seluruh anggota BPUPK bersepakat bahwa

negara Indonesia akan berdasarkan kepada Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Sehari setelah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,

rancangan Pembukaan UUD 1945 yang didalamya terdapat dasar negara Indonesia,

serta pasal-pasal yang sudah disepakati sebelumnya kembali dipersoalkan pada sidang

PPKI. Berbeda dengan BPUPK, PPKI memiliki tugas untuk menyusun dan

menetapkan UUD.51 Keanggotaan yang berada didalamnya pun berbeda, jika pada

BPUPK keanggotaannya berdasarkan ideologi dan golongan, pada persidangan PPKI

keanggotaannya didasarkan kepada kedaerahan.52 Hal ini membuat golongan Islam

yang mempertahankan tujuh kata pada sidang BPUPK berkurang. Pada sidang PPKI

48

Mohammad Yamin, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 (Bandung: Yayasan

Prapanca, 1959), p. 259. 49

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 24. 50

Adian Husaini, Pancasila Bukan Untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam:

Kesalahpahaman Dan Penyalahpahaman Terhadap Pancasila, 1945-2009, Cet. 1 (Jakarta: Gema

Insani, 2009), p. 40. 51

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 78. 52

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 34.

Page 12: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

12

yang berjumlah 21 orang, perwakilan dari golongan Islam hanya berjumlah 2 orang,

yakni Ki Bagoes Hadikoesoemo dari perwakilan Muhammadiyah, dan K.H. Wachid

Hasyim dari perwakilan NU. Melihat hal ini, Soekarno pun menambahkan enam orang

anggota pada kepanitiaan PPKI. Dari keenam orang tersebut, dua orang53 diantaranya

dianggap bisa mewakilkan suara Islam, sehingga golongan Islam pada sidang tersebut

berjumlah 4 orang.54 Meskipun demikian, ketika sidang pada tanggal 18 Agustus itu

berlangsung, hanya Ki Bagoes Hadikoesoemo dan Teuku Hasan yang dapat mengikuti

sidang.55

Sebelum sidang berlangsung, Hatta mengaku pada sore hari seusai proklamasi

kemerdekaan ia mendapat sebuah pesan dari golongan Katolik dan Protestan, yang

disampaikan oleh angkatan laut Jepang. Dalam pesan tersebut, terdapat penolakan

terhadap tujuh kata pada sila pertama, dan jika kalimat tersebut tetap dipertahankan,

maka mereka lebih suka berdiri diluar republik Indonesia.56 Karena hal tersebut, Hatta

pada akhirnya mendekati tokoh Islam sebelum persidangan pada tanggal 18 Agustus

dimulai. Hatta mencoba melobby tokoh Islam yang ada agar bersedia mengganti

kalimat ―Dengan Kewajiban Menjalankan Syari‘at Islam Bagi Pemeluk-Pemeluknya‖

menjadi ―Yang Maha Esa‖ demi menjaga kesatuan Bangsa.57 Atas usul tersebut, Teuku

Hasan menyambutnya secara positif, namun Ki Bagoes menolak. Akhirnya Hatta

meminta bantuan dari Kasman untuk dapat menerima hal tersebut, Ki Bagoes pun pada

akhirnya menerima perubahan pada anak kalimat yang telah disepakati sebelumnya.58

53

Dua orang tambahan yang mewakili Islam tersebut ialah Kasman Singodimedjo dan Teuku

Hasan. Meskipun Teuku hasan tidak mewakili golongan Islam, ia dianggap memiliki kedekatan

dengan dengan Islam karna berasal dari Aceh, Lihat, Latif, Negara Paripurna, Historitas,

Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 35. 54

Lukman Hakiem, Jejak Perjuangan Para Tokoh Muslim Mengawal NKRI (Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 2018), p. 48. 55

Pada saat sidang PPKI, K.H Wachid Hasyim tidak datang, karna sedang berada dalam

perjalanan dari Jawa Timur, sedangkan Kasman baru menerima undangan pagi itu, sehingga belum

siap berurusan dengan hal itu. Lihat, Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas

Pancasila, p. 36. 56

Awwas, OpCit p. 142. 57

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 83. 58

Awwas, OpCit p. 144.

Page 13: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

13

Ketika sidang dimulai, hanya dalam waktu 15 menit, sebuah kesepakatan yang

sebelumnya diperdebatkan selama berhari-hari akhirnya berubah.59 Sila pertama yang

pada awalnya ―Ketuhanan, Dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam Bagi

Pemeluk-Pemeluknya‖ berubah menjadi ―Ketuhanan Yang Maha Esa‖. Perubahan ini

juga akhirnya berdampak pada pasal 6 dan 29 yang saat ini berbunyi ―Presiden ialah

orang Indonesia asli‖ dan ―Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa‖. Tidak

hanya itu, kata mukadimah yang sebelumnya menjadi kata pembuka UUD, berubah

menjadi Pembukaan.60 Terdapat dua kemungkinan mengapa golongan Islam yang

diwakili oleh Ki Bagoes dan Teuku Hasan menerima perubahan tersebut. Yang

pertama ialah, perubahan kalimat menjadi ―Yang Maha Esa‖ merupakan sebuah

langkah simbolik untuk menunjukkan unsur monoteistik Islam kepada ideology

negara.61 Dalam hal ini, K.H. Wachid Hasyim cukup yakin bahwa kalimat ―Yang Maha

Esa‖ merupakan cerminan dari prinsip Tauhid dalam islam.62 Yang kedua ialah

persoalan situasi, yang mana pada saat itu Indonesia masih berada dalam keadaan yang

terjepit.63 Sehingga membuat golongan nasionalis Islam pada akhirnya dapat menerima

gagasan Hatta tersebut. Besarnya toleransi umat Islam dalam perumusan Pancasila,

dapat menjadi cerminan kesatuan yang saling menghargai dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara.64

E. Problematika Tafsir Pancasila

Pancasila tidak menghendaki perwujudan negara agama, yang hanya

merepresentasikan satu agama saja. hal yang demikian menurut Yudi Latif

dikhawatirkan akan mematikan pluralitas kebangsaan dan menjadikan pengikut agama

59

Artawijaya, Belajar Dari Partai Masjumi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), p. 46. Lihat,

Ismail, p. 66. Lihat juga, Endang Saifudin Anshari, Piagam Jakarta, 22 Juni 1945, Sebuah

KonsensusNasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia (Jakarta: Gema Insani, 1997). 60

Faisal Ismail, OpCit p. 64. Lihat juga, Yamin, p. 40–410. 61

Bahtiar Effendy, Islam dan Negara: transformasi pemikiran dan praktik politik Islam di

Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1998), p. 91. 62

Bahtiar Effendy, OpCit p. 91. Lihat juga, Daeliar noer, Partai Islam Dalam Pentas Nasional

1945-1965 (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti), p. 41. 63

Bahtiar Effendy, OpCit p. 91. 64

Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, OpCit p. 8.

Page 14: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

14

lain sebagai warga kelas dua.65 Meskipun demikian, bukan berarti agama tidak

memiliki kedudukan di dalam negara Indonesia.

Problem dalam menafsirkan Pancasila yang sering menjadi perdebatan ialah pada

sila pertama. Kebanyakan tokoh menganggap sila Ketuhanan tidaklah mendefinisikan

Tuhan pada suatu agama, sehingga membuat tafsir Tuhan pada sila pertama menjadi

bermacam-macam. Soekarno, Pada pidatonya tanggal 1 Juni 1945, ia memberikan

pandangan mengenai ketuhanan sebagai ketuhanan yang berkebudayaan, yang saling

hormat-menghormati satu dengan yang lainnya, tidak hanya itu, pada pidatonya ia juga

menganjurkan seluruh rakyat Indonesia untuk ber-Tuhan. Namun sayangnya, Soekarno

tidak pernah mengatakan bahwa Tuhan pada sila pertama itu merupakan Tuhan pada

suatu agama. Sehingga membuat tafsir mengenai sila prtama ini bermacam-macam.

Yudi Latif, dalam memaknai sila pertama hanya sebagai kepercayaan kepada

Tuhan yang ―bebas‖, bukan Tuhan pada suatu agama tertentu. Sehingga, dalam

pandangannya mengenai sila pertama, Pancasila dapat menerima bentuk atheisme

dalam negara Indonesia. Ketuhanan pada Pancasila, menurutnya berarti boleh saja

seseorang yang tidak memeluk agama secara formal (agnostic bahkan atheis) dapat

hidup di Indonesia selama menghormati nilai-nilai ketuhanan dan tidak menolak atau

membenci agama.66

Dalam kehidupan bernegara, hal ini bisa saja dibenarkan, demi menjaga keutuhan

negara yang plural untuk saling mneghormati, namun jika diterapkan dalam kehidupan

individu, pemahaman yang demikian pada akhirnya akan memudarkan nilai-nilai

agama. Karena pada akhirnya, hal ini akan membuat seseorang berbuat tanpa

mempedulikan agama dan bukan tuntunan agama. Asalkan percaya Tuhan itu ada,

maka dianggap sudah beragama, cukup menjadi orang baik, tanpa menjadi pemeluk

65

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 111. 66

Lihat, Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 112.

Lihat juga, Yudi Latif, Mata Air Keteladanan, Pancasila Dalam Perbuatan (Jakarta: Mizan, 2014), p.

32.

Page 15: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

15

agama tertentu.67 Pemahaman yang demiikian pada akhirnya akan membawa kepada

pemahaman yang sekular. Karena Sekularisme bukan hanya ideologi politik yang

memisahkan agama dengan negara, melainkan juga pemikiran yang hanya bersifat

keduniawian, yakni melakukan suatu perbuatan bukan karena bersandarkan kepada

Tuhan atau agama, melainkan sesuai kehendak pribadi dan untuk kepentingan dunia

saja. Masalahnya, pada persidangan pembentukan Pancasila tidak pernah ada definisi

mutlak mengenai sila ini, hingga tak jarang ada yang mengartikan ketuhanan sebagai

Tuhan negara, Tuhan yang merupakan gabungan dari agama-agama dan kepercayaan

yang ada di Indonesia, bukan Tuhan pada suatu agama.

Bagi warga Indonesia, persoalan beragama dan berbuat sebagaimana aturan agama,

seharusnya menjadi hal pokok dalam memaknai sila pertama, bukan memaknainya

dengan bebas sehingga melakukan suatu perbuatan dengan kehendak sendiri. Karena

sila pertama ini yang menjadikan Pancasila berbeda dengan ideologi yang diterapkan di

negara Barat. Berkaitan dengan permasalahan tafsir atas Pancasila ini, pada pertemuan

Wanhamkamnas 25 Agustus 1976 Prof Hamka pernah mengatakan:68

“Ada yang sebagai orang kecemasan menerangkan bahwa Ketuhanan Yang

Maha Esa yang kita cantumkan dalam UUD ‟45, pasal 29 itu bukanlah Tuhan

yang diajarkan oleh suatu agama. Ada pula yang menafsirkan bahwa

Ketuhanan Yang Maha Esa itu bersumber dari jiwa bangsa Indonesia sendiri,

lama sebelum agama Islam datang ke Indonesia. Tafsir-tafsir yang berbagai

ragam itu kadang-kadang dengan tidak disadari telah menyinggung perasaan

orang yang beragama. Seakan-akan Tuhan sepanjang ajaran agama itu tidak

boleh dicampur aduk dengan Tuhan Kenegaraan.

Hamka beranggapan jika tafsir pada sila pertama berarti Tuhan kenegaraan dan

bukan Tuhan pada suatu agama, hal ini akan menyinggung perasaan orang yang

beragama. Karna Tuhan dan agama memiliki keterkaitan yang kuat, setiap agama

67

James C. Turner, Without God, Without Creed: The Origins of Unbelief in America… dalam

Syamsuddin Arif,Islam dan Diabollisme Intelektual…. p. 66. 68

Saifudin Anshari, OpCit, p. 224.

Page 16: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

16

pasti memiliki Tuhan. Jika memang Tuhan yang dimaksud pada sila pertama itu

bukan Tuhan pada suatu agama tertentu, lantas apa gunanya pasal 29 ayat 2, yang

memerintahkan kepada tiap-tiap penduduk untuk beribadah sesuai agamanya.

Padahal beribadah berarti melakukan suatu perbuatan yang diperintah oleh Tuhan.

Berarti, ketika seorang muslim beribadah, maka ibadahnya itu semata-mata karna

Tuhannya, Allah SWT, begitu pula dengan agama Kristen, Hindu, Budha, dan

Kong Fu Tsu, ketika mereka beribadah, mereka akan beribadah sesuai tuntunan

agamanya, sebagaimana yang Tuhan mereka maksudkan, bukan karena Tuhan

negara. Hal inilah yang menurut Hamka akan menyinggung perasaan umat

beragama ketika Tuhan pada sila pertama hanya ditafsirkan sebagai Tuhan

Negara, bukan Tuhan pada suatu sila tertentu.

Sebagai seseorang yang beragama, maka tafsirkanlah Pancasila sesuai dengan

pemahaman agamanya masing-masing. Dan bagi seorang muslim, akan jauh lebih

baik jika memandang dan memaknai Pancasila dengan worldview69

Islam.

Meskipun negara Indonesia bukanlah negara Islam, sebagai seorang muslim

sudah sepatutnya untuk mengaplikasikan ajaran-ajaran Islam dalam

kehidupannya, termasuk dalam memaknai dan mengaplikasikan nilai-nilai dalam

Pancasila. Karna Pemikiran Islam merupakan yang paling relevan dengan

Pancasila.70 Meskipun kaitan tersebut tidak bersifat formal, kaitan Islam dan

Pancasila dapat ditemukan dalam prinsip Keesaan Tuhan, demokrasi, keadilan

sosial, dan kemanusiaan.71

F. Nilai-Nilai Pancasila dalam Islam

Nilai atau dalam Bahasa Inggris value, memiliki makna keberhargaan sesuatu.

Dalam Webster Comprehensive International Dictionary of the English Language, nilai

69

Worldview secara Bahasa berarti pandangan dunia, namun juga dimaknai sebagai pandangan

hidup atau pandangan alam, di Indonesia sitilah worldview juga dikenal dengan makna filsafat hidup,

maupun filosofi. Lihat, Abdul Wahid, ed, Worldview Islam (Ponorogo: Pusat Islamisasi Ilmu, UNIDA

Gontor Press, 2018). 70

C.A.O. Van Nieuwenhuijze, Islam and National Self-Realization in Indonesia (The Hauge:

Monton and Co, 1963), p. 153. Dalam, Bahtiar Effendy, OpCit, p. 27. 71

Nieuwenhuijze, OpCit pp. 185–217.dalam Bahtiar Effendy, OpCit, p. 27.

Page 17: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

17

atau Value, diartikan dengan; something regarded as desirable, worthy, or right, as a

belief, standard or precept.72

Dalam Bahasa Arab, nilai diterjemahkan dengan Al-

qīmah, yang berarti harga sesuatu, beserta penilaian atau penaksirannya ―tsamanu al-

syayi bittaqwīm”.73

Menilai merupakan kegiatan manusia untuk menghubungkan suatu

hal atau benda dengan sesuatu yang berada diluar hal tersebut, untuk selanjutnya

diambil sebuah keputusan. Keputusan dalam hal ini berkaitan dengan nilai dari sesuatu

yang dimaksud, yang mana nilai tersebut akan menyatakan tentang berguna atau

tidaknya, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah.74

Dalam

memaknai nilai, terdapat perbedaan atas susunan hierarkinya, tergantung kepada sudut

pandang apa yang digunakan. Kalangan materialis misalnya, mereka memandang bahwa

nilai tertinggi ialah nilai materi, atau kalangan hedonis yang memandang kenikmatan

sebagai nilai tertinggi. Meskipun memiliki perbedaan mengenai hierarkis nilai, pada

hakikatnya semua memiliki satu pandangan bahwa dalam menilai sesuatu, terdapat nilai

tertinggi yang hanya dapat dinikmati oleh si penilai, tergantung pada sudut pandangnya.

Dalam menilai Pancasila, Kaelan berpendapat bahwa dalam setiap sila, Pancasila

memiliki tingkatan dan bobot yang berbeda, namun nilai tersebut tidak bertentangan

satu dengan yang lainnya.75

Dalam pandangannya, susunan Pancasila memiliki sifat

yang hierarkis dan berbentuk pyramidal, yang mana KetuhananYang Maha Esa menjadi

basis daripada keempat sila setelahnya. Jika digambarkan dalam bentuk pyramidal,

hierarkis Pancasila akan tersusun sebagai berikut:

72

Webster Comprehensive International Dictionary of the English Language., p. 1386. 73

Ibn Manzur, Līsan Al-'Arab (Al-Qāhirah: Dar Al-Ma‘arif), p. 3783. 74

Kaelan, OpCit, p. 158. 75

Kaelan, OpCit, p. 164.

Sila ke-1

Sila ke-2

Sila ke-3

Sila ke-4

Sila ke-5

Page 18: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

18

Gambar 1. Hierarki Pancasila dan berbentuk piramidal

Dari gambar tersebut, nilai yang termuat dalam Pancasila merupakan suatu hierarki

yang saling mengkualifikasi. Yang mana didalamnya, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

merupakan tingkatan nilai tertinggi, yang menjadi dasar dari sila lainnya dan menjiwai

sila yang lainnya.

Untuk melihat nilai-nilai Pancasila yang memiliki keterkaitan dengan Islam

perlulah difahami dengan mendalam makna dari setiap kata dan kalimat pada setiap

silanya. Karna setiap kata pada hakikatnya memiliki makna, dan setiap makna

mengandung konsep, dan setiap konsep dihasilkan dari worldview.76

Karena jika

ditelusuri, terdapat kata yang kemudian akan tertuju pada nilai Islam, sehingga untuk

memaknainya akan lebih bijak jika menggunakan worldview Islam.77

Untuk melihat

nilai dan makna ini lebih mendalam, maka akan dijabarkan pada penjelasan dibawah ini:

Pertama, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang mana sila ini memiliki dua kata

kunci, yang apabila dua kata tersebut dihilangkan, maka hilanglah makna dari sila

tersebut. Kedua kata itu ialah ―Ketuhanan‖ dan ―Esa‖, sifat Tuhan dan Tunggal. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yang berarti

sesuatu yang diyakini dan dipercaya sebagai sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Perkasa

dan lain sebagainya.78 Jika diberi imbuhan kata ke- dan –an, maka kata tuhan memiliki

makna sifat keadaan Tuhan. Kemudian kata esa, dalam Kamus Besar Bahasa Idonesia

76

Hamid Fahmy Zarkasyi, MIsykat; Refleksi Tentang Westernisasi, Liberalisasi, Dan Islam

(Jakarta: Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST), 2012), p. xxvii. 77

Untuk melihat penjelasan mengenai worldview islam, dapat dilihat; Abdul Wahid, ed, OpCit

pp. 7–22. 78

‗Arti Kata Tuhan - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online‘

<https://kbbi.web.id/Tuhan> [accessed 13 November 2018].

Page 19: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

19

memiliki makna tunggal atau satu.79 Jadi, Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna

sifat keadaan Tuhan yang Satu, Tuhan yang maha satu.

Dari segi makna pada sila pertama memiliki makna Tauhid dalam Islam, yakni

Tuhan yang satu, sebagaimana prinsip tauhid menyatakan lāilāha illallāh, tidak ada

tuhan selain Allah, Tuhan hanya satu yaitu Allah. Tauhid merupakan esensi dari agama

Islam. Tanpa tauhid tidak akan ada Islam. Karenanya, prinsip Tauhid merupakan

fondamen dari seluruh kesalehan, religiositas dan seluruh kebaikan.80 Al-Faruqi

berpendapat bahwa pernyataan yang sangat singkat ini (tauhid) memiliki makna yang

paling agung dan paling kaya dalam seluruh khazanah islam, segala macam keragaman,

sejarah, pengetahuan dan kebijaksanaan budaya Islam terangkum dalam kalimat lā ilāha

illallāh.81 Menurutnya, mengakui keberadaan Tuhan yang esa ini merupakan inti

pengalaman keagamaan, kepercayaan terhadap Allah menempati posisi sentral dalam

setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim kapanpun dan dimanapun ia

berada.82

Wachid Hasyim, sebagai salah satu tokoh yang terlibat dalam perumusan hingga

disahkannya Pancasila meyakini bahwa sila tersebut merupakan cerminan dari prinsip

Tauhid dalam Islam.83 Tidak hanya Wachid Hasyim, Hatta, sebagai orang yang paling

bertanggung jawab atas dihapuskannya ―Tujuh Kata‖ pada Piagam Jakarta menegaskan,

bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa itu bukan hanya sebagai dasar untuk saling hormat-

menghormati agama seperti yang dikemukakan oleh Soekarno melainkan dasar yang

memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudaraan.84 Tidak

hanya itu, pada bulan Juni dan Agustus 1945, ketika ia mengusulkan sila pertama

dengan ―Ketuhanan Yang Maha Esa‖, Hatta menjelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa

79

‗Arti Kata Esa - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online‘ <https://kbbi.web.id/esa> [accessed

13 November 2018]. 80

Isma‘il Raji Al-Faruqi, Tauhid (Bandung: Pustaka, 1982), p. 18. 81

Isma‘il Raji Al-Faruqi, OpCit, p. 9. 82

Isma‘il Raji Al-Faruqi, OpCit p. 1. 83

Deliar Noer, Partai Islam dalam Pentas Nasional, .Dalam Bahtiar Effendy, OpCit, p. 91. 84

Mohammad Hatta, Pengertian Pancasila dalam, Adian Husaini, Mewujudkan Indonesia Adil

Dan Beradab (Jakarta: Bina Qalam Indonesia, 2015), p. 132.

Page 20: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

20

itu ialah Allah, ia berharap pada sila pertama Allah dengan Nur-nya dapat menyinari

keempat sila lainnya.85 Hamka juga memberikan pandangannya mengenai Tuhan pada

sila pertama. Pada penjelasannya, ia mengungkapkan bahwa Pembukaan UUD 1945,

yang memiliki keterkaitan dengan Pancasila, sebenarnya sudah menggambarkan tentang

siapa Tuhan yang dimaksud pada sila pertama. Menurutnya, pada alenia ke tiga

pembukaan UUD 1945, yang menyebutkan ―dengan rahmat Allah Yang Maha

Kuasa…‖ kata Allah tersebut merupakan Tuhan yang dimaksud pada sila pertama.86

Karena Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 merupakan dua hal yang berhubungan,

maka Tuhan yang dimaksud pada sila pertama itu tidak mungkin bertentangan dengan

apa yang tercantum pada alenia ketiga Pembukaan UUD 1945, yaitu ―Allah Yang Maha

Kuasa‖.

Di Indonesia, istilah Allah sebagai nama Tuhan sangat identik dengan konsep

ketuhanan Islam, karna hanya umat Islam yang selalu dengan tegas menyebutkan nama

Tuhannya dengan lafal Allah.87 Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, sila

Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai sila yang lainnya dan memiliki nilai yang

tertinggi, maka tidaklah Pancasilais seseorang sebelum menerapkan prinsip ketuhanan

yang benar dalam kehidupan bernegaranya.

Kedua, Adil dan Adab, kedua kata ini merupakan dua kata yang tidak dipisahkan

pada sila kemanusiaan. Berdeda dengan sila pertama, kesepakatan mengenai sila kedua

ini tidak berubah sejak Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Sila kemanusiaan

yang diusulkan oleh Soekarno, dilengkapi oleh para anggota sidang yang didalamnya

terdapat empat orang golongan nasionalis Islam dengan kata Adab dan Adil. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemanusiaan berarti ―sifat-sifat manusia‖ atau ―sebagai

manusia‖88

, sedangkan adil berarti ―berpihak kepada yang benar‖ atau ―berpegang pada

kebenaran‖, kemudian beradab memiliki arti ―berbudi pekerti yang baik‖. Dari segi

85

Husaini, Pancasila Bukan Untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam, p. 151. 86

Husaini, Mewujudkan Indonesia Adil Dan Beradab, p. 138. 87

Husaini, Pancasila Bukan Untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam, p. 179. 88

‗Arti Kata Manusia - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online

<https://kbbi.web.id/manusia> [accessed 21 November 2018].

Page 21: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

21

Bahasa Indonesia maka kemanusiaan yang adil dan beradab dapat dimaknai ―sebagai

manusia, maka hendaknya berpegang teguh pada kebenaran dan memiliki budi yang

baik‖.

Pada sila kedua ini, kata hubung yang digunakan ialah ―dan‖, bukan ―atau‖ dan

bukan pula kata penghubung lainnya. Hal ini dikarenakan kata Adil dan Adab,

meskipun memiliki arti yang berbeda, namun keduanya tidak dapat dipisahkan

Karenanya Al-Attas mengungkapkan “Loss of Adab implies loss of justice”, hilangnya

adab berakibat pada hilangnya keadilan atau dengan kata lain, keadilan tidak dapat hadir

jika tidak ada adab. Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Adab merupakan suatu

perbuatan yang benar, yang berasaskan dari ilmu dan bersumber dari hikmah.89

Lebih

jelasnya dapat difahami penjelasan Al-Attas berikut:90

“Penjelmaan Adab dalam diri-diri persendian yang membentuk masyarakat

sebagai suatu kumpulan membayangkan keadaan keadilan; dan keadilan itu

sediri adalah suatu yang menayangkan hikmah, yang merupakan cahaya nan

terbit dari lampu nubuwwat, yang membolehkan si penerimanya mendapat

tahu letaknya tempat yang betul dan wajar bagi suatu benda atau kewujudan

makhluk. Keadaan berada pada tempat yang wajar itulh keadilan, dan adab

itu perbuatan yang disadari yang dengannya kita menjelmakan keadaan

berada pada tempat yang wajar. Jadi adab, dalam pengertian yang dita‟rifkan

disini adalah juga suatu pancaran hikmah. Dan berkenaan dengan

masyarakat, adab itu peraturan adil yang terdapat didalamnya. Dita‟rifkan

dengan ringkas, adab itu tampaknya keadilan sebagaimana ia dipancarkan

oleh hikmah”

Kemanusiaan tidak bisa tercapai apabila belum memiliki sifat yang beradab, dan

dari manusia yang beradab, akan melahirkan sikap manusia yang adil. Dan Yang perlu

difahami kembali ialah, prinsip Kemanusiaan tidak bisa terlepaskan dari prinsip

Ketuhanan, karena kesatuan nilai-nilai Pancasila yang saling mengkualifikasi satu

89

Al-Attas, Himpunan Risalah, p. 382. 90

Al-Attas, Himpunan Risalah, p. 383.

Page 22: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

22

dengan yang lainnya dan berbentuk hierarkis pyramidal. Dengan kata lain, sila

kemanusiaan tidak akan dapat terlaksana dengan sempurna, tanpa

mengimplementasikan nilai ketuhanan terlebih dahulu. Karena sila kedua dijiwai oleh

sila pertama, maka kemanusiaan tanpa dasar ketuhanan tidaklah Pancasilais, dan

kalaupun sila ini tetap dipaksakan berjalan tanpa diiringi nilai ketuhanan maka tidak

akan berjalan sebagaimana mestinya.

Ketiga, Persatuan Indonesia, pada prinsipnya sila ini merupakan penegasan bahwa

negara Indonesia yang terdiri atas 34 provinsi dan 84.190 wilayah yang tersebar di 511

kabupaten-kota dengan 16.056 Pulau91 yang terbentang dari sabang hingga merauke

merupakan suatu kesatuan. Dari ribuan pulau dan willayah tersebut, terdapat berbagai

macam etnis, suku bangsa, adat-istiadat, Bahasa dan lain sebagainya. Dengan

kemajemukan bangsa Indonesia ini, maka diperlukan suatu pengikat, dibawah ikatan

Pancasila dan konstiutsi UUD 1945, diharapkan rakyat Indonesia akan benar-benar ber-

Bhineka Tunggal Ika.

Pancasila merupakan suatu kesepakatan antara golongan nasionalis Islam dan

Sekuler, yang mana didalamnya juga terdapat perwakilan dari kalangan non muslim.

Kesepakatan tersebut, menjadi tanggug jawab seluruh elemen dalam masyarakat

Indonesia untuk menghargai dan mengimlementasikannya dalam kehidupan bernegara.

Jauh sebelum Pancasila hadir, Rasulullah SAW pernah beberapa kali dalam hidupnya

melakukan kesepakatan serupa untuk mengatur kehidupan bersama antara kaum

muslimin dan kaum lainnya, salah satunya ialah Piagam Madinah. Piagam Madinah

merupakan Piagam tertulis pertama dalam sejarah umat manusia92

, yang mana

didalamnya terdapat kesepakatan antara kaum muslimin dan kaum lainnya di

Madinah93

. Ditetapkannya Piagam politik tersebut merupakan salah satu kompromi

91

Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik. 92

Ahmad Sukardja, Piagam Madinah Dan Undang-Undang Dasar NRI 1945, Kajian

Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Yang Majemuk (Jakarta: Sinar

Grafika, 2014), p. vi. 93

Ada tiga belas kelompok yang megikatkan diri pada Piagam Madinah, yaitu Kaum muslimin

Muhajirin dari suku Quraisy Mekah, Kaum Muslimin dari Yastrib, Kaum Yahudi dai Bani Auf, Kaum

Yahudi dari Bani Sa‘idah, Kaum Yahudi dari Bani al-Hars, Bani Jusyam, Kaum Yahudi dari Bani al-

Page 23: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

23

yang dimaksudkan untuk membina kesatuan hidup antara umat muslim dengan berbagai

golongan warga Madinah.94

Dalam pasal 25 Piagam Madinah disebutkan, ―Bagi Umat

Yahudi agama mereka, dan bagi umat Islam agama mereka‖, maka dalam hal ini, kedua

golongan diberikan kebebasan dalam beragama dan menjalankan agama sesuai tuntunan

agamanya masing-masing. Tidak hanya itu, dalam Pasal 24, 37, dan 38 juga

mencantumkan kewajiban bersama semua golongan untuk bersama-sama melawan

terhadap pihak yang menyerang Madinah.

Dalam Islam, umat non-Islam yang berada dalam naungan negara Islam disebut Ahl

Al-Dhimmah. Semua hal yang berkaitan dengan hak Ahl Al-Dimmah dijamin oleh

negara, hak untuk tinggal, menjalankan ibadah sesuai agamanya, merayakan hari besar

keagamaannya, hak untuk mempertahankan keberlangsunagn agamanya dan hak untuk

mengadakan peradilan sesuai dengan agamanya semua dijamin bahkan dilindungi oleh

negara.95

Namun demikian, bukan berarti Ahl Al-Dhimmi dapat melakukan apa saja

dengan bebas. Ahl Al-Dhimmi juga harus menghargai aturan yang berlaku pada negara

dan umat lain yang berada disana, dan dalam menjalankan hak-haknya itu, haruslah

melihat etis atau tidaknya perbuatan mereka yang menyangkut kemashlahatan bersama.

Misalnya makan dan minum ditempat terbuka saat bulan Ramadhan, atau menjual dan

meminum khamr secara terang-terangan.96

Dari penjelasan diatas, dapat difahami bahwa Islam sangat memperhatikan

persoalan persatuan. Tidak hanya persatuan antar sesama Islam, melainkan juga

persatuan dengan umat non muslim. Sebagai seorang muslim, perlu kembali memahami

persatuan dalam kehidupan bernegara dalam pandangan Islam, sebagaimana yang

dilakukan Rasulullah SAW dalam menyatukan kota madinah dengan kesepakatan yang

disebut Piagam Madinah. Dalam negara Indonesia, kesepakatan serupa telah dilakukan

dalam proses pembentukan dasar negara, Pancasila dan UUD ‘45. Antara Piagam

Najjar, Kaum Yahudi dari Bani‘Amr ibn Auf, Bani al-Nabit, Bani Al-Aus, Kaum Yahudi dari Bani

Sa‘labah, Suku Jafnah dari Bani Sa‘labah dan Bani Syuthaybah. Lihat Sukardja. 94

Ahmad Sukardja, OpCit, p. 3. 95

Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis (Jakarta: Gema Insani, 2005), pp.

255–57. 96

Anis Malik Thoha, OpCit, p. 258.

Page 24: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

24

Madinah, Pancasila, dan UUD 1945 yang perlu diperhatikan ialah sifatnya yang islami.

Yang mana merupakan sebuah kesepakan antara umat Muslim dan non-muslim di suatu

negara, untuk menjaga kedamaian dan keberlangsungan hidup dalam negara. Yang

mana seharusnya tidak ada pelanggaran atasnya, namun bukan berarti menyamaratakan

semuaya. Dan yang perlu diperhatikan kembali ialah persatuan Indonesia tidak akan

tercapai dengan sempurna sebelum terlaksananya sila pertama dan sila kedua, karna

kedua sila ini menjiwai sila Persatuan. Dari manusia yang mendasarkan perbuatannya

karna Tuhan Yang Maha Esa (Beriman) maka akan melahirkan manusia yang adil dan

beradab, ketika telah beriman, adil, dan beradab, maka Persatuan di negara Indonesia

akan dapat tercapai.

Keempat, Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan. Pada prinsipnya, sila keempat ini merupakan nilai

daripada prinsip demokrasi, yaitu demokrasi yang memiliki ciri khas bangsa Indonesia,

demokrasi dalam Musyawarah. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas

kepribadian Indonesia untuk merumuskan atau memutuskan suatu hal berdasarkan

kehendak rakyat untuk mencapai mufakat.97

Seperti pepatah Minangkabau

mengatakan; “Bulek aei dek pembuluah, bulek kato dek mufakat” (Bulat air karena

pembuluh/bamboo, bulat kata karena mufakat).98

Maka dengan bermusyawarah, akan

mengatasi arogansi perorangan, dan dengan kerakyatan, maka semua warga memiliki

kedudukan yang sama dalam pandangan Tuhan sebagai makhluk dan dimata hukum

dalam pemerintahan.

Dari segi Bahasa, Musyawarah berasal dari bahasa Arab yaitu syawara yusyawiru

yang berarti menampakkan dan menawarkan atau mengambil sesuatu. Kata

Musyawarah juga merupakan sinonim dari kata syura, yang berarti dirundingkan,

permusyawaratan, bermusyawarah atau berkonsultasi. Secara etimologi, Musyawarah

mempunyai arti nasihat, konsultasi, perundingan, pikiran, atau konsideran

97

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 387. 98

Latif, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, p. 388.

Page 25: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

25

permufakatan.99

Sedangkan secara teminologis berarti majlis yang dibentuk untuk

mendengarkan saran dan ide, bagaimana mestinya dan terorganisasir dalam urusan

negara.100

Islam yang berdasarkan kepada Al-Qur‘an dan Hadits telah mengatur segala aspek

dalam kehidupan termasuk dalam bermusyawarah.101

Musyawarah tidak hanya

berpegang pada prinsip kebebasan berpendapat untuk mencapai mufakat. Yang lebih

utama adalah berpegang pada prinsip dasarnya yaitu, ―Ketuhanan Yang Maha Esa‖.

Setelah kembali kepada prinsip dasarnya, maka tidak pula melupakan prinsip setelahnya

yaitu, ―Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab‖ serta ―Persatuan Indonesia‖ sebagaimana

tercantum dalam pembukaan UUD 1945, “…berkedaulatan rakyat dengan berdasar

kepada...Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan

Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan...”, dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sila

keempat ini dijiwai oleh sila pertama, kedua, dan ketiga. Maka jika dalam melaksanakan

sila keempat tanpa dibarengi dengan sila sebelumnya, sila ini tidak akan dapat terlaksana

sebagaimana mestinya.

Kelima, Keadilan Sosial, ketika sila kelima ini diajukan oleh Soekarno, besar

harapannya untuk menyejahterakan rakyat dalam kehidupan kenegaraan, dan dalam

mewujudkan hal ini, kapitalis adalah tantangan terbesar dalam mewujudkannya.102

Berbeda dengan sila-sila sebelumnya yang merupakan dasar berprilaku dalam negara,

sila kelima merupakan tujuan dari negara Indonesia. Sebagaimana dikatakan oleh

Kaelan, “…tujuan negara yang dirumusakan dalam filsafat negara, baik hukum formal

maupun material mendasarkan kepada sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia”.103

Tidak hanya itu, dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke empat juga

disebutkan, ―…Untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

99

Manzur. līsan Al-„Arab OpCIt 100

Lihat, Manzur. līsan Al-„Arab OpCIt 101

Sebagai Contoh, Lihat Q.S. Al-Baqarah: 233, Ali-Imran:159, Asy-Syura: 38. 102

Kaelan, p. 382. 103

Kaelan, p. 388.

Page 26: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

26

Sesuai dengan sila-sila sebelumnya, tidak hanya menjadikan manusia yang

berketuhanan, adil, dan beradab, namun juga perlu memperhatikan kesejahteraan seluruh

rakyat Indonesia. Tidak hanya itu, dalam pembukaan UUD 1945 juga dikatakan bahwa

negara juga bermaksud untuk “…memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa”. Dan untuk mencapai cita-cita tersebut, maka empat sila sebelumnya

yang merupakan landasan dalam berprilaku perlulah dilaksanakan. Atau dengan kata

lain, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan juga

untuk memberikan keadilan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia, maka perlulah

setiap individu untuk bertuhan dengan benar dan menyandarkan segala prilakunya sesuai

dengan perintah Tuhan yang Esa, agar dapat menjadi manusia yang adil dan beradab,

bersatu untuk Indonesia, serta mendasarkannya kepada kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat dalam musyawarah.

G. Kesimpulan

Indonesia yang memiliki keragaman dalam masyarakatnya memiliki Pancasila

sebagai landasan dalam bernegara. Yang mana didalamnya terdapat dasar acuan

berprilaku dalam bernegara dan juga terdapat cita-cita bangsa yaitu keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Untuk dapat menjadi sosok yang Pancasilais maka perlu

memperhatikan setiap sila didalam Pancasila dan mengimplementasikannya dalam

kehidupannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kaelan, “Ketuhanan yang maha

esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” maka

untuk menjadi seorang yang Pancasilais perlulah menjadi sosok yang religius terlebih

dahulu, karna Ketuhanan merupakan dasar dari sila yang lainnya.

Dalam Islam, Tauhid atau mengesakan Tuhan menempati posisi sentral dalam setiap

kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim kapanpun dan dimanapun ia berada.

Page 27: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

27

Seseorang yang telah bertauhid, makai ia telah beriman, orang yang beriman dalam

Islam disebut Mukmin. Keimanan terhadap Tuhan pada hakikatnya akan berimplikasi

pada seluruh aspek dalam kehidupannya. Tidak hanya dalam hubungannya kepada

Tuhan, melainkan juga terhadap sesama manusia dan lingkungannya. Dan untuk

mengimplementasikan hal tersebut, perlulah seseorang untuk berilmu. Setelah berilmu,

maka seorang muslim itu akan berakhlak. Maka dari itu, dengan beriman dan

menjalankan semua perintah serta menjauhi larangan-Nya, maka seseorang sudah bisa

dikatakan sebagai orang yang Pancasilais. Sebab Tauhid (Iman) dalam Islam adalah

dasar dan sumber dari segala macam kebaikan, dan implikasinya ialah berbuat adil

kepada seluruh manusia dan lingkungan disekitarnya. Maka dengan kata lain, seorang

mulsim/mukmin merupakan orang yang pancasilais sekaligus.

Page 28: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

28

Daftar Pustaka

Abdullah, Taufik, ed., Ensiklopedi Tematis dunia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru van

Hoeve, 2002)

Al-Attas, Syed Mohammad Naquib, Himpunan Risalah (Kuala Lumpur: IBFIM,

2015)

———, Islam and Secularism (Kuala Lumpur: International Institute of Islamic

Thought and Islamic Ciilization (ISTAC), 1993)

Al-Badry, Hamka Haq, Pancasila 1 Juni & Syariat Islam, Cet. 1 (Jakarta: RM Books,

2011)

Al-Faruqi, Isma‘il Raji, Tauhid (Bandung: Pustaka, 1982)

Ambar, Hasan Muari, Suplemen Ensiklopedia (PT Mandiri Abadi, 2000)

Arif, Syamsuddin, Islam Dan DIabolisme Intelektual (Jakarta: Institute for the Study

of Islamic Thought and Civilizations (INSIST), 2017)

Arnold, T. W. Arnold, The Preaching Of Islam: A History of The Propagation of The

Muslim Faith (Archibald Constable & CO, 1896)

Artawijaya, Belajar Dari Partai Masjumi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014)

‗Arti Kata Esa - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online‘

<https://kbbi.web.id/esa> [accessed 13 November 2018]

‗Arti Kata Manusia - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online‘

<https://kbbi.web.id/manusia> [accessed 21 November 2018]

‗Arti Kata Tuhan - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online‘

<https://kbbi.web.id/Tuhan> [accessed 13 November 2018]

Awwas, Irfan S., Trilogi Kepemimpinan Negara Islam Indonesia: Menguak

Perjuangan Umat Islam Dan Pengkhianatan Kaum Nasionalis-Sekuler

(Yogyakarta: Uswah, 2008)

Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Peranan Agama Dalam Pemantapan

Ideologi Negara Pancasila (Departemen Agama R.I, 1984)

Boland, B.J., The Struggle of Islam In Modern Indonesia (The Hauge: Martinus

Nijhoff, 1971)

Page 29: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

29

Cox, Harvey, The Secular City (New York: The Macmill an Company, 1967)

Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara: transformasi pemikiran dan praktik politik

Islam di Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1998)

Hakiem, Lukman, Jejak Perjuangan Para Tokoh Muslim Mengawal NKRI (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2018)

Hazairin, Demokrasi Pancasila (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), VI

Husaini, Adian, Mewujudkan Indonesia Adil Dan Beradab (Jakarta: Bina Qalam

Indonesia, 2015)

———, Pancasila Bukan Untuk Menindas Hak Konstitusional Umat Islam:

Kesalahpahaman Dan Penyalahpahaman Terhadap Pancasila, 1945-2009,

Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani, 2009)

———, Wajah Peradaban Barat, Dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi Sekular-

Liberal (Jakarta: Gema Insani, 2005)

Ibnu Khaldun, Abdurrahman, Muqaddimah (Beirut: Dar el Fikr)

Ismail, Faisal, Panorama Sejarah Islam Dan Politik Indonesia (Yogyakarta:

IRCiSoD, 2017)

Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis Dan

Aktualisasinya, 1st edn (Yogyakarta: Paradigma, 2013)

Latif, Yudi, Mata Air Keteladanan, Pancasila Dalam Perbuatan (Jakarta: Mizan,

2014)

———, Negara Paripurna, Historitas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, 4th

edn (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Madjid, Nurcholis, Islam, Kemodernan, Dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1993)

Malik Thoha, Anis, Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis (Jakarta: Gema Insani,

2005)

Manzur, Ibn, Lisanul Arab (Al-Qahirah: Dar Al-Ma‘arif)

Mu‘ammar, M, Arfan, Majukah Islam Dengan Menjadi Sekular? , Kasus Turki

(Ponorogo: Centre for Islamic and Occidental Studies, 2007)

Natsir, M., Capita Selecta (Jakarta: Bulan Bintang, 1973)

Page 30: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

30

Nieuwenhuijze, C.A.O. Van, Islam and National Self-Realization in Indonesia (The

Hauge: Monton and Co, 1963)

Noer, Deliar, Partai Islam Dalam Pentas Nasional 1945-1965 (Jakarta: Pustaka

Utama Grafiti)

Rickflefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (Jakarta: Serambi Ilmu

Semesta, 2005)

Saifudin Anshari, Endang, Piagam Jakarta, 22 Juni 1945, Sebuah

KonsensusNasional Tentang DAsar Negara Republik Indonesia (Jakarta:

Gema Insani, 1997)

Setijo, Pandji, Pendidikan Pancasila: Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa, 4th edn

(Jakarta: PT Grasindo, 2016)

Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik, Statistik Indonesia 2018 (Jakarta:

Badan Pusat Statistik)

Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah Dan Undang-Undang Dasar NRI 1945, Kajian

Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Yang

Majemuk (Jakarta: Sinar Grafika, 2014)

Sunyoto, Agus, Atlas Wali Songo: buku pertama yang mengungkap Wali Songo

sebagai fakta sejarah, 2016

Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008)

Suryanegara, Ahmad Mansur, Api Sejarah, Mahakarya Perjuangan Ulama Dan

Santri Dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1

(Bandung: Surya Dinasti, 2018), IV

Syafii Maarif, Ahmad, Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan Dan Kemanusiaan;

Sebuah Refleksi Sejarah, 2nd edn (Bandung: Mizan, 2015)

———, Islam dan Pancasila sebagai dasar negara: studi tentang perdebatan dalam

konstituante, Ed. rev (Jakarta: LP3ES, 2006)

Wahid, ed, Abdul, Worldview Islam (Ponorogo: Pusat Islamisasi Ilmu, UNIDA

Gontor Press, 2018)

Webster Comprehensive International Dictionary of the English Language. (Chicago,

Il: American International Press, 1995)

Page 31: NILAI-NILAI PANCASILA DALAM ISLAM - dppai.uii.ac.id fileterus terjadi. Konflik dan perpecahan yang terjadi pun tidak hanya antar agama atau antar suku, melainkan juga sesama agama

31

Yamin, Mohammad, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 (Bandung:

Yayasan Prapanca, 1959)

Zaenudin, jeje, Metode Dan Strategi Penerapan Syari‟at Islam Di Indonesia (Jakarta:

Pembela Islam, 2015)

Zarkasyi, Hamid Fahmy, MIsykat; Refleksi Tentang Westernisasi, Liberalisasi, Dan

Islam (Jakarta: Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations

(INSIST), 2012)