Niat Merupakan Pangkal Dalam Ibadah

download Niat Merupakan Pangkal Dalam Ibadah

of 10

Transcript of Niat Merupakan Pangkal Dalam Ibadah

NIAT MERUPAKAN PANGKAL DALAM IBADAH

NIAT MERUPAKAN FAKTOR PENENTU DALAM PERIBADAHANA. Pendahuluan

Perkataan dan perbuatan yang dilakukan manusia merupakan follow up; tindak lanjut dari perbuatan batin manusia, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh hati, disebut niat. Segala sesuatu yang dilakukan manusia adalah dorongan niat yang ada dalam hatinya; jika niat ada maka perbuatan zahir pun ada, tetapi jika niat tidak ada maka perbuatan zahir pun tidak ada. Oleh kareuanya, niat merupakan motif pendorong aktivitas yang dilakukan manusia, dan sebagai penentu kualitas perbuatan yang dilakukan manusia. B. Pengertian Niat

Secara bahasa niat dapat diartikan dengan bermaksud atau menyengaja. Oleh karena demikian, sebagian ulama mendefinisikan niat menurut syara sebagai berikut:

Niat adalah menyengajakan untuk berbuat sesuatu disertai (berbarengan) dengan perbuatannya.

Ada juga sebagian ulama yang mendefinisikan niat dengan:

Keinginan yang ditujukan untuk mengerjakan suatu perbuatan sambil mengharapkan ridla Allah SWT. dan menjalankan hukum-Nya.

Dari dua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa niat adalah sebuah keinginan dalam hati yang secara langsung direalisasikan dalam bentuk sebuah perbuatan sesuai yang diinginkan/diniatkan. Jika keinginan tersebut tidak secara langsung direalisasikan, hanya sebatas keinginan/maksud yang disimpan dalam hati, maka perbuatan hati tersebut tidak bisa dikatakan sebagai niat, para ulama menyebutnya sebagai azam.Para ulama menyepakati bahwa tempat niat adalah dalam hati dan dilakukan pada permulaan melakukan perbuatan untuk tujuan amal kebaikan. Tentu saja, perbuatan yang dilakukannya bukan yang dilarang syara.C. Peran dan Fungsi Niat Niat berperan penting dalam ajaran Islam, khususnya dalam perbuatan yang berdasarkan perintah syara, atau menurut sebagian ulama dalam perbuatan yang mengandung harapan untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Niat akan menentukan nilai, kualitas, serta hasilnya, yakni pahala yang akan diperolehnya.Berkenaan dengan peran dan fungsi niat di atas, Rasulullah SAW. bersabda:

: : . ( )Dari Amir al-Mumin, Abu Hafs Umar bin al-Khattab, r.a. bin Nufail, bin Abdul Uzza, bin Riyah, bin Abdullah bin Qurt bin Rajah, bin Adiy, Kaab bin Luay, bin Galib keturunan Quraisy al-Adawy, dia berkata bahwa dia mendengar Rasulullah SAW. telah bersabda, Sesungguhnya sah atau tidaknya suatu amal perbuatan, bergantung pada niatnya. Dan yang dianggap bagi amal tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa berhijrah (mengungsi dari daerah kafir ke daerah Islam) semata-mata karena taat kepada Allah dan Rasulullah, maka hijrah itu diterima oleh Allah dan Rasulullah, dan barangsiapa yang hijrah karena keuntungan dunia yang dikejarnya, atau karena perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya berhenti pada apa yang ia niat akan hijrah kepadanya (Disepakati akan kesahihannya).Asbab al-Wurud (sebab-sebab dikeluarkan)-nya hadits di atas ialah untuk menjawab pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan denagn peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. dari Mekah ke Madinah, yang diikuti oleh sebagian besar sahabat. Dalam hijrah itu ada salah seorang laki-laki yang turut juga hijrah. Akan tetapi, niatnya bukan untuk kepentingan perjuangan Islam, melainkan hendak menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Wanita itu rupanya sudah bertekad akan turut hijrah, sedangkan laki-laki tersebut pada mulanya memilih tinggal di Mekah. Ummu Qais hanya bersedia dikawini di tempat tujuan hijrahnya Rasulullah SAW., yakni Madinah, sehingga lak-laki itu pun ikut hijrah ke Madinah.Ketika peristiwa itu ditanyakan kepada Rasulullah SAW., apakah hijrah dengan motif itu diterima (maqbul) atau tidak, Rasulullah SAW. menjawab secara umum seperti disebutkan pada hadits di atas.Orang yang berhijrah dengan niat ingin mendapat keuntungan dunia atau ingin mengawini seorang wanita, ia tidak akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, kalau seseorang hijrah karena ingin mendapat ridla Allah SWT., maka ia akan mendapatkannya, bahkan keuntungan dunia pun akan diraihnya.Sebenarnya, hijrah yang dimaksud pada hadits di atas adalah berhijrah dari Mekah ke Madinah karena saat itu penduduk Mekah tidak merespon dakwah Nabi, bahkan mereka ingin mencelakakan Nabi dan umat Islam. Akan tetapi, setelah Islam kuat, hijrah di atas lebih tepat diartikan berpindah dari kemunkaran atau kebatilan kepada hak. Namun demikian, niat tetap saja sangat berperan dalam menentukan berpahala atau tidaknya setiap hijrah, apapun bentuknya.

Para ulama telah sepakat bahwa niat sangat penting dalam menentukan sahnya suatu ibadah. Niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan ibadah. Tidaklah suatu ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain, bila dilakukan tanpa niat atau dengan niat yang salah.Niat adalah motivasi, yang sangat menentukan diterima atau tidaknya suatu amal oleh Allah SWT. Shalat umpamanya, yang dianggap sah menurut pandangan syara karena memenuhi berbagai syarat dan rukunnya, belum tentu diterima dan berpahala kalau motivasinya bukan karena Allah, tetapi karena manusia, seperti ingin dikatakan rajin, tekun, dan sebagainya. Motivasi dalam melaksanakan setiap amal harus betul-betul ikhlas, hanya mengharapkan ridla Allah saja, sebagaimana firman Allah SWT.((((( (((((((((( (((( ((((((((((((( (((( ((((((((((( (((( ((((((((( (((((((((( (((((((((((( ((((((((((( ((((((((((( ((((((((((( ( ((((((((( ((((( ((((((((((((( (:5)Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.Adapun yang dimaksud ikhlas menurut Sayyid Sabiq adalah sebagai berikut: .

Ikhlas adalah sikap manusia untuk menyengaja dengan perkataan, perbuatan dan jihadnya, karena Allah semata dan karena mengharapkan keridlaan-Nya. Bukan karena mengharapkan harta, pujian, gelar (sebutan), kemasyhuran, dan kemajuan. Amalnya terangkat dari kekurangan-kekurangan dan dari akhlak yang tercela sehingga ia menemukan kesukaan Allah.

Niat atau motivasi itu bertempat di dalam hati. Siapapun tidak akan mengetahui motivasi apa yang ada dalam hati seseorang ketika ia mengerjakan sesuatu, kecuali dirinya dan Allah saja. Dengan demikian, Allah SWT. mengetahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang memiliki motivasi baik ketika ia beribadah atau sebaliknya.Allah SWT. berfirman:

(((( ((( ((((((((( ((( ((( ((((((((((( (((( ((((((((( (((((((((( (((( ( ... ( :29)Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui" (QS. Ali Imran : 29).Dengan demikian, seseorang yang melakukan suatu amal dengan baik menurut pandangan manusia, tetapi motivasinya salah atau tidak ikhlas, hal itu akan sia-sia karena Allah tidak akan melihat bentuk zahirnya, tetapi melihat niat yang ada dalam hatinya.Rasulullah SAW. bersabda:

: : ( )Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, sesungguhnya Allah SWT. tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi melihat (memperhatikan niat dan keikhlasan dalam) hatimu. (HR. Muslim).Dengan demikian, orang yang tidak ikhlas dalam melakukan perintah Allah SWT., misalnya untuk mendapatkan keuntungan dunia semata, Allah akan memberikan balasannya di dunia, tetapi Dia tidak akan memberikan apa-apa kelak di akhirat, sebagaimana firman-Nya:((( ((((( ((((((( (((((((((((( (((((((((( (((((((((((( ((((((( (((((((((( ((((((((((((( (((((( (((((( (((((( (( ((((((((((( . (((((((((((( ((((((((( (((((( (((((( ((( (((((((((( (((( (((((((( ( (((((((( ((( ((((((((( (((((( ((((((((( ((( (((((((( ((((((((((( (:15-16)Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Hud:15-16)

Jadi, tidaklah heran jika seseorang yang ketika hidup di dunia sudah melakukan amal kebaika, namun di akhirat tidak menemukan apa-apa karena perbuatan tersebut tidaklah secara ikhlas sehingga amalnya bagaikan debu yang betebaran. Begaiamanapun Allah SWT. mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati seseorang, dan tidak akan menerima begitu saja setiap orang sebelum melihat motivasi sebenarnya. Allah SWT. berfirman:(((((((((((( (((((( ((( ((((((((( (((( (((((( ((((((((((((( (((((((( ((((((((( (:23)Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al-Furqon:23)Gambaran orang yang beramal dengan niat ikhlas atau sebaliknya digambarkan dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 265-266:(((((((( ((((((((( (((((((((( ((((((((((((( (((((((((((( ((((((((( (((( (((((((((((( ((((( ((((((((((( (((((((( (((((( (((((((((( (((((((((( ((((((( ((((((((( ((((((((( (((((((((( ((((( (((( ((((((((( ((((((( (((((( ( (((((( ((((( ((((((((((( ((((((( . (((((((( (((((((((( ((( ((((((( ((((( (((((( (((( ((((((( ((((((((((( ((((((( ((( ((((((((( ((((((((((( ((((( (((((( ((( ((((( (((((((((((( ((((((((((( (((((((((( ((((((( ((((((((( (((((((((( ((((((((((((( ((((((((( ((((( ((((( (((((((((((((( ( ((((((((( ((((((((( (((( (((((( ((((((((( (((((((((( ((((((((((((( (: 265-266)Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat. Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.

Ayat dia atas merupakan perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya Karena riya, membangga-banggakan tentang pemberiannya kepada orang lain, dan menyakiti hati orang.Pernyataan sebagai ulama salaf, sebagaimana disebutkan M. Yunan Nasution, tentang niat patut direnungkan: Kerapkali amal yang kecil menjadi besar karena (baik) niatnya, dan seringkali juga amal yang besar menjadi kecil karena (salah) niatnya.

D. PenutupDari uraian yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa niat sangat menentukan diterimanya suatu perbuata (ibadah). Allah SWT. akan menerima amal ibadah yang diniati keikhlasan serta hanya mengharap ridla-Nya.Sebagai penutup dari penulis, mengajak kepada segenap pembaca untuk berusaha semaksimal mungkin memperbaiki niat dalam semua aktivitas yang dilakukan, baik perbuatan yang bersifat duniawi maupun ukhrawi.

DAFTAR PUSTAKAAz-Zabidy, Muhammad bin Muhammad al-Hasainy. 1993. Bulughul Maram. Penerjemah A. Hasan. Bandung: CV. Diponegoro.Depag RI. 1989. al-Quran dan Terjemahnya. Semarang: CV. Toha Putra.Sabiq, Sayyid. 1981. Fiqh al-Sunnah. Libanon: Dar al-Fikr.Syafei, Rachmat. 2003. al-Hadits Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum. Bandung: Pustaka Setia.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke Khadirat Allah swt., karena atas nikmat-Nya, penyusunan makalah ini bisa dapat diselesaikan, meskipun masih banyak kekurangannya. Shalawat dan salam semoga terlimpahcurahkan ke junjunan alam, yakni Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabatnya sampai kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini berisi kajian tentang niat, merupakan salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah Hadits. Dengan terselesaikannya makalah ini, sudah menjadi kewajiban bagi penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada Dosen bersangkutan dan semua pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini.

Disadari atau tidak makalah ini sudah barang tentu banyak sekali kekurangannya, baik dari isi, redaksi dan sebagainya, maka berkenaan dengan hal tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan makalah ini dan makalah-makalah lain di masa yang akan datang. Besar harapan penyusun semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Jakarta, Januari 2009

Penyusun

NIAT MERUPAKAN FAKTOR PENENTU DALAM PERIBADAHAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pokok

Mata Kuliah Hadits

Disusun oleh:

ASEP RIDWAN

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-AQIDAHJAKARTA2009PAGE 10