Newsletter Random Januari 2015

Click here to load reader

description

Newsletter Lembaga Kajian Mahasiswa

Transcript of Newsletter Random Januari 2015

  • Banjir, salah satu bencana yang bersebab dari ulah manusia. Kecuali memang, ia benar-benar datang dari tingginya intensitas curah hujan, tsunami pasca gempa, atau terjadi sebagai akibat dari kombinasi unik faktor-faktor yang tak secara langsung melibat siklus hidrologi. Contoh, wilayah pesisir dataran rendah akan mudah ditimpa banjir pada setiap kali air laut pasang.Nah, bencana banjir yang terjadi di Jakarta ini kerap mengusik. Seakan kita belum juga sadar dari pingsan. Bilamana perilaku latah; seperti buang sampah di aneka tempat, pembangunan infrastruktur yang tak peduli amdal, atau mendirikan pemukiman di bantaran kali, dst. Inilah penyebab utama bencana banjir, dari ulah segelintir manusia di Jakarta.Karenanya jangan kita heran, kalau nanti tenda-tenda pengungsian didirikan di berbagai sudut kota, stasiun-stasiun televisi kian berlomba dalam menyumbangkan bantuan, atau TNI yang pekerjaannya membersihkan sisa lumpur yang masih bersemayam di beberapa rumah. Terlebih anak-anak sering mengeluh berbagai penyakit kebanyakan gatal-gatal. Bukan tanpa sebab. Cobalah kita tengok, di banyak jalanan, orang tua kerap membiarkan anaknya bermain dengan banjir. Padahal bila dicermati, ia (banjir) adalah percampuran dari bahan baku riskan: limbah kamar mandi, kotoran hewan, lendir dari orang bersin, atau bensin yang tumpah.Dengan begitu, barangkali memang benar

    dikatakan: bahwa manusia kita (Indonesia) tukang menggerutu, ungkap Mochtar Lubis. Seusai muncul perkara (dalam konteks banjir), beragam pihak suka menyalahkan sana-sini. Pemerintah menyalahkan warga karena tak disiplin dalam perilakunya, juga warga menyalahkan pemerintah (kalau) karena lambat mengirim bantuan berupa makanan, pakaian, obat-obatan, sampai apapun itu yang gretongan.Maka kita sebagai manusia Indonesia wabilkhusus kota Jakarta sudah harus turut prihatin. Bukan bersimpati saja, tapi dengan bergerak segiat mungkin. Bersama-sama menghilangkan usilnya banjir di Jakarta yang sudah jadi legenda ini, yang tak lagi jadi tragedi.2014

    USILNYA BANJIROleh: Rahmat Mustakim

    Lembaga Kajian Mahasiswa Gd.G Lt.3 No.305, Kampus A Universitas Negeri Jakarta, Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Timur. Dewanti 085719287551 Rizki 081808786531 Facebook : lkm unj, Twitter : @lkmunjBlogspot : lkm-unj.blogspot.com, email : [email protected]

    Film ini adalah film jadul, yang dibintangi seorang berkulit hitam yang suka bermain basketball. Awalnya mungkin penonton akan bosan, karena film ini ceritanya lambat. Orang yang bernama Jamal Wallace itu, gemar bermain di lapangan basket dekat apartemen. Sampai suatu hari, orang hitam itu, ditantang oleh teman-temanya memasuki sebuah kamar yang disebut angker oleh penduduk sekitar. Finding ForresterAwalnya bocah berumur 15 tahun itu menolak, tapi setelah didesak iapun menuruti keinginan teman-temannya. Dia ditantang mengambil barang yang ada dikamar yang telah disepakati. Jamalpun masuk kedalam kamar tua, yang didalamnya terdapat sebuah televisi yang menyala dan disekitarnya terdapat banyak buku. Jamalpun terlihat tajub. Setelah beberapa waktu jamal menyesali perbuatannya, kemudian ia kembali ke apartemen itu dan meminta maaf. Mula-mula kakek tua yang menempati kamar itu, merasa terganggu dengan kedatangan Jamal. Tapi beberapa hari setelahnya, Jamalpun berteman dengan Pria yang suka membersihkan jendela kamarnya. Selanjutnya, bocah pemain basket mengetahui bahwa pria yang selama ini ia dekati, ialah pria yang dikagumi oleh sekolahnya. Lama-kelamaan Jamal semakin sering main di apartemen Forrester dan Jamal selalu di haruskan menulis di mesin ketik. Dalam kisah ini, Jamal mengikari janjinya kepada Forrester. Dia ingin menunjukan tulisannya kepada Professoer Crawford yang menganggap Jamal seorang plagiator. Film ini sukses membawa

    kita, kedalam perasaan seorang anak 15 tahun, yang ingin diakui potensinya dalam sastra. Karena diceritakan, bahwa professor yang mengajari Jamal tidak percaya hasil tulisan Jamal. Inilah dilema yang terjadi dalam film ini.Jamal, sampai diancam tidak boleh ikut dalam pertandingan basket. Namun, memang akhirnya ia di ikut sertakan dalam permainan tingkat nasional itu. Saya rasa, karena Jamal masih kesal terhadap Professornya, ia lebih memilih untuk kalah.Kita sendiri mungkin akan melakukan hal yang sama dengan Jamal. Kita akan menyerah, jika usaha yang kita bangun hanya menjadi debu. Orang-orang sekitar yang tak yakin dengan kinerja kita. Bahkan cenderung menyangka kita itu pembual yang besar mulut.Ditengah keputusasaan yang luar bisa ini, Forrester datang ke sekolah Jamal. Ia mengklarifikasi bahwa Jamal bukan seorang Plagiator. Pria berkamata itu meyakinkan Professor Crawford akan tulisan Jamal. Setelah itu professor yang lain akhirnya percaya.Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari film ini, salah satunya ialah menulis itu bukan hanya karena inspirasi, tapi menulis ialah menulis. Karya ada ketika kita memang menginginkannya. Hal lain yang ditemui dalam kisah ini ialah kepercayaan diri, jangan mengurung diri dalam ruangan, karena itu tidak akan membuat diri kita berkembang. Tentunya kepercayaan dan tanggung jawab juga merupakan bumbu yang menyedapkan kisah pertemuan antara bocah kulit hitam dan seorang sastrawan yang terkenal.Jamal, ia adalah sosok yang dirindukan. Dizaman sekarang yang semua telah canggih, seolah kita terlalu enak dengan situasi ini. Dan lupa dengan berkarya, berdialog dengan dosen, bahkan terkadang bersebrang dengan pemikiran dosen. Kita sekarang sudah tumpul, dalam berliterasi, mengenyam buku-buku terlihat kuno, dan kita hanya mengangguk dengan pernyataan dosen, tanpa bermaksud mengkritisnya lagi. Ilmu yang didapatpun, akhirnya tak akan berbeda jauh dengan ilmu yang dipunyai dosen.Itulah harus kita waspadai, ketika kita hanya menjadi tiruan dosen. Sesuatu itu harus ada inovasi, supaya kita dapat menciptakan sesuatu yang fresh. Semoga kita bisa menjadi seperti itu.

    gambar oleh wikipedia.org

    Finding ForresterOleh: Ayu Rahayu