Newsletter II

12
MENYUARAKAN KEBEBASAN, KEADILAN & KEJUJURAN Edisi April 2011 institut news www.lpminstitut.com 1 Edisi April 2011 institut news Laporan Utama Sosok Wawancara Editorial Setoran Uang, atau Kinerjanya? Perubahan pengelolaan sistem per- parkiran di UIN Jakarta bukan hanya disebabkan faktor buruknya kinerja yang lama, tapi buruknya setoran pen- gelola lama kepada rektorat. Ini men- imbulkan banyak tanya, apa yang men- jadi tujuan pengadaan perparkiran? Setoran uang atau kinerjanya? Jika melihat sistem sekarang, sangat terkesan betul perubahan yang dilaku- kan dengan mengubah sistem pemba- yaran, dahulu pembayaran di akhir, sekarang pembayaran di awal. Terke- san sekali kampus UIN Jakarta men- jadi komoditas mencari uang. Bukan tempat pembelajaran. Walaupun BLU menjadi alasan utama untuk mencari uang, namun seharusnya tidak sembarangan mem- berlakukan sistem pembayaran baru. Harus dipikir kembali efek segala hal dari kebijakan itu. Tidak langsung merubah sistem pembayaran dengan alasan keefektifitasan setoran ke rek- torat. Seharusnya kampus sebesar ini men- jadi ruang untuk pembelajaran dalam segala hal. Bukan menjadi komoditas mencari uang. Lebih baik memfokus- kan tentang terjaminnya keamanan dan ketertiban kampus, bukan malah menfokuskan setorannya. Seperti sop- ir angkot saja mengejar setoran. Di lain pihak, pembenahan sistem perparkiran kampus ini masih belum ada progres yang baik. Bisa dilihat masih bermunculan hilangnya barang- barang di dalam kendaraan. Atau mungkin bisa saja suatu saat nanti jika pembenahan tak berubah juga, ke- hilangan-kehilangan seperti dulu pun bisa terjadi. Kinerja Tak Bagus, Sistem Parkir Dialihkan Kampus UIN, INSTITUT - Awal April, secara resmi UIN Parking diberlakukan di kampus satu. Kegagalan pihak Dum- parking menjadi penyebab utama peruba- han ini. “Tidak bagus kinerjanya,” tegas Amsal Bakhtiar saat ditemui di ruangan- nya (16/4). Abdul Shomad, Kepala Biro Umum sekaligus kepala UIN Parking juga mem- berikan alasan perubahan sistem parkir, “Dumparking telah menyatakan bahwa pihaknya telah one prestasi (gagal, red) dan tidak dapat memenuhi kewajibannya ke- pada UIN.” Menurut Subarja selaku Kepala Ba- gian Keuangan mengatakan, “Setoran pun menjadi salah satu masalah. Setoran Dumparking yang harus dibayarkan ke pihak UIN sebesar 27 juta perbulan men- galami penurunan tiap bulannya. Karena tidak sanggup menutupi target, pihak Dumparking melakukan permohonan pe- nurunan target.” Target itu pun selalu turun setiap bu- lannya sampai dengan 10 juta perbulan. Sehingga Dumparking dirasakan tidak banyak menguntungkan UIN, “Waktu Dumparking tidak banyak menguntung- kan UIN,” tegas Shomad. Di lain pihak, Rahmat Hidayat, selaku pihak Dumparking, memberikan penje- lasan mengenai alasan tidak memenuhi kewajiban ini. Menurutnya, itu dikarena- kan tidak mendapat dukungan baik, dari mahasiswa maupun pihak rektorat, dan jajarannya. “Semua itu kan butuh sinergi yang baik dari semua pihak.” Menurut Shomad, bila dilihat secara kontrak, Dumparking belum habis kon- trak, karena tercatat kontrak UIN dengan Dumparking yakni selama tiga tahun. Bersambung ke hal. 10 kol. 2 Hal. 12 Menjadi Karateka, dari Coba-Coba Jadi Cita-Cita Hal. 10 Foto: Rii/INSTITUT UIN Perbaiki Sistem Perparkiran Hal. 2 Abdul Shomad Karyawan UIN Parking tampil dengan seragam putih sedang melakukan pengecekan karcis di pos.

Transcript of Newsletter II

MENYUARAKAN KEBEBASAN, KEADILAN & KEJUJURAN

Edisi April 2011

institut newswww.lpminstitut.com

1Edisi April 2011institut news

Laporan Utama Sosok Wawancara

EditorialSetoran Uang, atau

Kinerjanya?

Perubahan pengelolaan sistem per-parkiran di UIN Jakarta bukan hanya disebabkan faktor buruknya kinerja yang lama, tapi buruknya setoran pen-gelola lama kepada rektorat. Ini men-imbulkan banyak tanya, apa yang men-jadi tujuan pengadaan perparkiran? Setoran uang atau kinerjanya?

Jika melihat sistem sekarang, sangat terkesan betul perubahan yang dilaku-kan dengan mengubah sistem pemba-yaran, dahulu pembayaran di akhir, sekarang pembayaran di awal. Terke-san sekali kampus UIN Jakarta men-jadi komoditas mencari uang. Bukan tempat pembelajaran.

Walaupun BLU menjadi alasan utama untuk mencari uang, namun seharusnya tidak sembarangan mem-berlakukan sistem pembayaran baru. Harus dipikir kembali efek segala hal dari kebijakan itu. Tidak langsung merubah sistem pembayaran dengan alasan keefektifitasan setoran ke rek-torat.

Seharusnya kampus sebesar ini men-jadi ruang untuk pembelajaran dalam segala hal. Bukan menjadi komoditas mencari uang. Lebih baik memfokus-kan tentang terjaminnya keamanan dan ketertiban kampus, bukan malah menfokuskan setorannya. Seperti sop-ir angkot saja mengejar setoran.

Di lain pihak, pembenahan sistem perparkiran kampus ini masih belum ada progres yang baik. Bisa dilihat masih bermunculan hilangnya barang-barang di dalam kendaraan. Atau mungkin bisa saja suatu saat nanti jika pembenahan tak berubah juga, ke-hilangan-kehilangan seperti dulu pun bisa terjadi.

Kinerja Tak Bagus, Sistem Parkir Dialihkan

Kampus UIN, INSTITUT - Awal April, secara resmi UIN Parking diberlakukan di kampus satu. Kegagalan pihak Dum-parking menjadi penyebab utama peruba-han ini. “Tidak bagus kinerjanya,” tegas Amsal Bakhtiar saat ditemui di ruangan-nya (16/4).

Abdul Shomad, Kepala Biro Umum sekaligus kepala UIN Parking juga mem-berikan alasan perubahan sistem parkir, “Dumparking telah menyatakan bahwa pihaknya telah one prestasi (gagal, red) dan tidak dapat memenuhi kewajibannya ke-pada UIN.”

Menurut Subarja selaku Kepala Ba-gian Keuangan mengatakan, “Setoran pun menjadi salah satu masalah. Setoran Dumparking yang harus dibayarkan ke pihak UIN sebesar 27 juta perbulan men-galami penurunan tiap bulannya. Karena tidak sanggup menutupi target, pihak

Dumparking melakukan permohonan pe-nurunan target.”

Target itu pun selalu turun setiap bu-lannya sampai dengan 10 juta perbulan. Sehingga Dumparking dirasakan tidak banyak menguntungkan UIN, “Waktu Dumparking tidak banyak menguntung-kan UIN,” tegas Shomad.

Di lain pihak, Rahmat Hidayat, selaku pihak Dumparking, memberikan penje-lasan mengenai alasan tidak memenuhi kewajiban ini. Menurutnya, itu dikarena-kan tidak mendapat dukungan baik, dari mahasiswa maupun pihak rektorat, dan jajarannya. “Semua itu kan butuh sinergi yang baik dari semua pihak.”

Menurut Shomad, bila dilihat secara kontrak, Dumparking belum habis kon-trak, karena tercatat kontrak UIN dengan Dumparking yakni selama tiga tahun. Bersambung ke hal. 10 kol. 2

MENYUARAKAN KEBEBASAN, KEADILAN & KEJUJURANMENYUARAKAN KEBEBASAN, KEADILAN & KEJUJURANMENYUARAKAN KEBEBASAN, KEADILAN & KEJUJURAN

institut newsWawancara

Hal. 12

Menjadi Karateka, dari Coba-Coba Jadi Cita-Cita

Hal. 10

Foto: Rifk i/INSTITUT

UIN Perbaiki Sistem Perparkiran

Hal. 2

Abdul Shomad

Karyawan UIN Parking tampil dengan seragam putih sedang melakukan pengecekan karcis di pos.

Laporan Utama

2 Edisi April 2011 institut news

Pemimpin Umum: Khalisotussurur Sekretaris Umum: Egi Fajar Nur Ali Bendahara Umum: Rina Dwihana Fitriani Pemimipin Redaksi: Muhammad Fanshoby Redaktur Pelaksana: Umar Mukhtar Artistik: Dika Irawan Penelitian & Pengembangan: Hilman Fauzi, Abdul Kharis, Iswahyudi Perusahaan & Periklanan: Noor Rahma Yulia, Ibnu Afan, Fajar Ismail.

Koordinatur Liputan: Ali Rahman Mutajali Reporter: Aam Mariyamah, Achmad Faruq A., Aditia Purnomo, Aditya Widya Putri, Ali Rahman M., Aprilia Hariani, Ema Fitriyani, Jaffry Prabu Prakoso, Jojon Suhendar, Kiky Achmad Rizqi, Makhruzi Rahman, Muhammad Umar, Muji Hastuti, Mustaqiim, Rahayu Oktaviani, Rahmat Komaruddin, Rifki Sulviar, Trisna Wulandari, Yulis Yasinta Fotografer: INSTITUTERS Desain Visual & Tata Letak: Rizqi, D.N Adit Editor: Oby, Umar, Lilis, Hilman, Haris , Egi, Fajar, Rina Ilustrator: Rifki, Trisna Alamat Redaksi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gedung Student Center Lt. III Ruang 307, Jln. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta Selatan 15419. Telp: 085-697-091-557 Situs: www.lpminstitut.com Email: [email protected].

Setiap wartawan INSTITUT dibekali Tanda Pengenal serta tidak dibenarkan memberikan Insentif dalam bentuk apapun kepada wartawan INSTITUT yang sedang bertugas.

Assalamualaikum wr. wb.

Salam INSTITUTSemoga kesejahteraan selalu tercu-

rah kepada kita semua, meski apapun keadaan kita selama ini. Kami hadir kembali untuk membetikkan kabar seputar kampus yang mungkin selama ini selalu dikeluhkan Anda sekalian.

Parkir, sesuai yang kita lihat, kini te-lah mengalami perubahan. Akibatnya, hal ini selalu menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa, apalagi saat per-tama diberlakukan.

Karena itu, dalam Newsletter kali ini, kami menyuguhkan kabar perparkiran kampus tercinta ini. Mulai dari alasan pihak kampus mengganti pengelola parkir yang mulanya dikelola pihak swasta, hingga UIN sendiri yang kini mengelolanya.

Tentu perubahan ini menimbulkan pelbagai pendapat di kalangan maha-siswa, yang kebanyakan pesimis terha-dap perubahan ini. Mengenai ini, kami menyajikan berita tersendiri dalam rub-rik ‘Laput’.

Dalam ‘Lapsus’, kami juga mem-pertanyakan kinerja DPMU, yang keberadaannya tampak dihiraukan. Selain itu, dalam ‘Kampusiana’, kami juga menyajikan beasiswa Bidik Misi yang hingga kini belum turun.

Sosok yang kini kami hadirkan ada-lah seorang mahasiswa yang juga atlit karate. Debutnya yang kini sudah tak perlu ditanyakan lagi, ternyata dimulai dari sekadar coba-coba. Selanjutnya, baca saja selengkapnya.

Komunitas yang kini kami hadir-kan adalah mengenai hal yang berbau jepang. Bahasa adalah cara belajar komunitas ini untuk lebih mengenal Jepang dan isi-isinya. Selanjutnya, baca saja sampai habis.

Wassalamualaikum wr. wb

Salam RedaksiUIN Perbaiki Sistem Perparkiran

Kampus UIN, INSTITUT- Untuk mem-perbaiki sistem perparkiran di kampus I, pihak UIN Parking menambah rambu-rambu lalu lintas sepanjang jalan kampus. Seperti markah jalan, papan petunjuk arah, sistem pembayaran di awal, dan sis-tem pengontrolan yang diperketat, serta memanajemen sendiri keuangannya.

Hal ini diungkapkan Pembantu Rek-tor II Bidang Administrasi Umum, Am-sal Bakhtiar saat ditemui di ruangannya, Senin (18/4). “Asuransi pun akan kami persiapkan jika terjadi kehilangan,” lan-jutnya.

Mengenai karyawan, Ketua Tim Pen-gelolaan Parkir Abdul Shomad men-gungkapkan, sebanyak 16 karyawan yang dulu bekerja di Dumparking, dijadikan karyawan tak tetap, dan harus melaku-kan masa training selama tiga bulan. Per-lakuan itu untuk menguji kelayakan dan kedisiplinan mereka sebagai pihak per-parkiran.

Koodinator lapangan UIN Parking , Rahmat Hidayat, menganggap manaje-men UIN Parking sudah lebih baik dari pada Dumparking. Hal senada diungka-pkan Amsal, “Sudah beberapa hari ini saya lihat parkiran lebih rapi.” Ia pun me-

rencanakan penerapan UIN Parking di kampus II dan III jika dirasa mekanisme perparkirannya sudah kuat.

Di lain pihak, Ikhsan Ya’qub, Maha-siswa Jurusan Aqidah Filsafat semester 2, menganggap penerapan UIN Parking leb-ih merepotkan mahasiswa, karena pem-bayaran di awal dan pengecekan STNK di pintu gerbang keluar.

Bahkan, telah terjadi kasus kehilangan satu unit laptop merk Compaq, dan se-buah jam tangan merk levis, dalam mo-bil Hyundai Atoz hitam milik Fatimah Fajrin, mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) semester 2, yang di parkir di depan gedung FSH, Selasa lalu.

Menanggapi ini, Anggota Tim Pen-gelolaan Parkir Bidang Sarana dan Pen-gawasan Muhammad Ali Meha men-gatakan, kasus kehilangan kemarin bisa disebut sebagai kelemahan UIN Par-king. Ia merasakan memang tidak mudah mengelola perparkiran.

Dalam penuturannya, Ali menambah-kan, pihak UIN pun akan menimbang kembali dan mungkin akan mengadakan kontrak perparkiran dengan pihak swasta lagi, jika UIN tidak mampu mengelola perparkiran sendiri. (Aam, Ema)

Seorang mahasiswa sedang membayar retribusi parkir di pos masuk (23/4) setelah peralihan dari Dumparking ke UIN Parking dilaksanakan.

Foto

: Aam

/IN

STIT

UT

Laporan Utama

3Edisi April 2011institut news

Alokasi Dana UIN Parking

Mahasiswa Pesimis Terhadap UIN ParkingKampus I, INSTITUT- Kehadiran UIN Parking sebagai pengelola parkir baru di kampus I UIN Jakarta bagi sebagian ma-hasiswa dianggap tak mampu membena-hi kondisi perparkiran kampus.

Hal ini diungkapkan oleh Arina Er-lianis, mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) semester 4 saat di-wawancarai INSTITUT di gedung FITK (19/4). “Parkirannya kurang terorganisir, keamanannya juga kurang, pegawainya juga kurang disiplin dalam menjalankan tugasnya, ” ujarnya.

Ia melanjutkan, seharusnya pengelola parkir lebih dulu menyediakan fasilitas parkir sebelum mereka menarik biaya parkir bagi mahasiswa. “Mahasiswa di-suruh bayar tapi nggak ada fasilitas yang dibenahi,” imbuhnya.

Selain itu, Sujaji, mahasiswa FITK semester 10 mengakatan, ada pembeda-bedaan yang dilakukan petugas UIN Parking kepada mahasiswa (19/4). “Do-sen dan pegawai UIN nggak bayar sedang mahasiswa bayar,” tambahnya.

Sedang menurut Bindie Hikamli, ma-hasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi semester 4, UIN Parking hanyalah sebuah pengalihan isu belaka karena Dumparking terlalu banyak mem-buat masalah (18/4). “Apa pun kedoknya, saya tetap tolak UIN Parking” ungkapnya

Lebih lanjut lagi ia menjelaskan masih terlalu banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan. “Masalah kehilangan helm, bahkan motor masih sering terjadi. Ke-beradaan UIN Parking ini juga bentuk swastanisasi pendidikan di UIN,” im-buhnya

Menanggapi hal diatas, Rahmat Hi-dayat, selaku kordinator lapangan UIN Parking menjelaskan, pihaknya ten-gah berupaya untuk meminimalisir ke-hilangan-kehilangan yang terjadi (19/4). “Untuk helm memang masih sering, tapi untuk motor terakhir kali kejadian Okto-ber lalu,” jelasnya.

Mengenai dosen dan pegawai yang tidak dikenai biaya parkir, ia menegaskan hal itu tidak benar. “Saat masih Dumpar-

king memang dosen dapat keistimewaan itu, tapi karena sekarang bayar di muka, semuanya dimintai bayaran,” tegasnya. Ia berharap para mahasiswa dapat mem-bantu pengelola dalam menata parkiran di kampus agar menjadi kondusif. (Aditia Purnomo)

Kampus I, INSTITUT – Dana yang ter-kumpul dari UIN Parking digunakan un-tuk operasional UIN parking seperti bayar gaji karyawan, perbaikan sarana, dan se-bagian disisihkan untuk dana cadangan, tutur Subarja, Kepala Bagian (Kabag) Keuangan UIN Jakarta, yang ditemui di ruang kerjanya, (19/4).

Kabag Biro Umum dan Kepegawaian Abdul Shomad pun menjelaskan, dana UIN Parkir digunakan untuk memper-baiki tanda parkir, perbaikan fasilitas mahasiswa, dan beasiswa dari UIN. Tam-bahnya, ”Rencana jangka panjangnya akan beli bus.”

”UIN Parking itu kan sudah menjadi salah satu Badan Layanan Umum (BLU)

UIN. Jadi, dana yang terkumpul akan diperlakukan sama dengan BLU-BLU lainnya,” ungkap Barja.

Barja melanjutkan, setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan dana cada-ngan, sisa dananya akan disetor ke reke-ning UIN. Hal senada dikatakan Pemban-tu Rektor Bidang Administrasi Umum Amsal Bakhtiar, ”Dananya (UIN Park-ing, red) akan disetor ke rekening UIN.”

Ketika ditanyai perihal manajemen keuangan UIN Parking, Barja menjelas-kan, setiap hari dana dikumpulkan tiga kali dari pos, kemudian dihitung dan di-simpan di bagian keuangan. ”Jika sudah satu bulan, dana yang sudah bersih (dari potongan biaya-biaya, red) akan disetor ke rekening UIN Jakarta,” tambah Barja.

Barja juga mengungkapkan, UIN Park-ing ini belum ada satu bulan berjalan. Jadi, pihaknya belum menentukan target dalam pengumpulan dana. Meski begitu, Barja menambahkan, ”Saya berharap perolehan dari UIN Parking ini akan lebih baik dari yang lalu (Dumparking, red), supaya dana untuk mahasiswa juga bertambah.”

Terkait dengan status UIN Parking

yang merupakan milik UIN Jakarta, Azka Faridy, Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi, mengeluhkan masih adanya retribusi parkir di kampus. Ia me-nuturkan, ”Nggak usah lah menarik uang tambahan lagi dari mahasiswa. Kecil, tapi kalau dihitung satu bulan atau setahun lumayan juga. Cek STNK sudah cukup.”

Lain halnya dengan Azka, Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Selfi Ste-fani, mengatakan, ”Gue sih nggak apa-apa bayar, yang penting ada timbal baliknya.” Ia juga menambahkan, uang itu diguna-kan dengan baik, bukan untuk penggu-naan yang asal.

Menjawab keluhan mahasiswa, Barja mengungkapkan, uang yang dibayarkan itu dapat dikatakan sebagai uang keadi-lan.

”Ya, kan ada yang bawa kendaraan, ada juga yang jalan kaki. Nah, masa per-lakuannya sama, kalau bawa kendaraan kan adik-adik lebih menggunakan lahan UIN. Kalau tidak mau mengeluarkan uang lebih untuk parkir ya jalan kaki saja,” jelas Barja. (Rifki)

Karcis UIN Parking yang menyantumkan tarif parkir kampus I UIN.

Bindie Hikamli, mahasiswa yang menolak kehadiran UIN Parking

Foto: Jaffry/INSTITUT

Laporan Khusus

4 Edisi April 2011 institut news

Sebagian Mahasiswa Belum Merasakan Kinerja DPMUKampus UIN, INSTITUT- Sebagian ma-hasiswa belum merasakan kinerja DPMU tahun ini. Salah satunya ialah Rif ’ah Dzatia Rahman, mahasiswa semester 8 Fakultas Psikologi. Ia mengaku tidak merasakan perubahan apa-apa dari ki-nerja DPMU dari tahun ke tahun. Menu-rutnya, dampak yang ada hanya terlihat di golongan tertentu yang mewakili par-tai dari pemegang kekuasaan di kampus. “Itu menurut saya, soalnya saya netral, tidak memihak ke siapa-siapa, jadi saya kuliah-kuliah saja, tak terasa dibawa aspi-rasinya,” ujar Rifa.

Senada dengan Rifa, Fakhdian Pa-mungkas, mahasiswa semester 6 Fakul-tas Ekonomi dan Bisnis mengaku tidak terlalu tahu apa-apa saja yang dikerja-kan DPMU karena kurangnya publikasi. “Yang saya tau cuma DPMU Cup, jadi nggak bisa menilai bagaimana kinerja-nya,” ujar Ipank .

Pernyataan mereka dikuatkan oleh Ketua Kongres Mahasiswa Universitas (KMU) Panden Muhammad Noor. Ia mengatakan, DPMU tahun ini tidak me- laksanakan kinerjanya sebagai badan le gislatif, terbukti dengan tidak adanya pembahasan undang-undang (UU) baru atau bahkan revisi UU yang dilakukan, namun justru lebih memainkan peran se-bagai eksekutif .

Parahnya lagi, menurutnya, lembaga

ini terlihat seperti milik satu golongan saja. Ia mengatakan, seharusnya keputu-san DPMU itu dibuat bersama-sama den-gan fraksi-fraksi yang ada, namun setiap acara yang dilakukan tidak pernah meli-batkan unsur fraksi lain.

Namun menurut Ketua BEM Fakultas Adab dan Humaniora Erfan Anwarsyah mengatakan sebenarnya kinerja DPMU secara keseluruhan itu baik karena mere-ka sudah mau dipilih menjadi wakil ma-hasiswa tingkat universitas. Baginya hal itu tidak mudah, karena pelaksanaannya sudah cukup sulit, Namun hanya kurang sosialisasi dan saling mengenal antar ang-gota DPMU dari yang tertinggi sampai yang terendah. “Kalau BPH-nya saya lihat saling kenal, makanya mereka bisa bekerja dengan cukup baik,” tambahnya.

Sama halnya dengan Erfan, ketua BEM Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

Sabir Laluhu menilai kinerja DPMU tahun ini lebih maju dibanding tahun sebelumnya, karena pendekatan yang di-lakukan kepada mahasiswa lebih berbeda dengan tahun lalu.

Tidak berbeda dengan Sabir, Novrizal Fahmi, mahasiswa semester 10 fakultas sains dan teknologi DPMU tahun ini sudah mulai terlihat kerjanya dan lebih proaktif dibanding tahun lalu yang se-olah-olah vakum, berkegiatan ketika si-dang saja.

Ketua DPMU Varhan Abdul Aziz mengatakan, kerja legislatif itu memang tidak terlihat kalau cuma bersidang, jadi DPMU ingin menyentuh mahasiswa den-gan kegiatan-kegiatan eksekutif. Salah satunya dengan mengadakan DPMU Cup. Ia menambahkan, sebelumnya juga sudah ada Study Camp pada pertengahan Desember, gathering mahasiswa se-Jabo-detabek di awal Januari, study parlemen-ter dan beberapa agenda lainnya.

Perihal undang-undang, ia mengaku belum membuatnya karena menunggu putusan POK. Tiga RUU yang dirancang tahun ini mengenai parpol, pemira dan propesa, sehingga pembuatannya seperti efek domino. “Jadi kita menunggu saja karena nanti bila sudah dibahas panjang tapi tidak jadi maka akan menghabiskan energi saja,” tandasnya. (Muta, Ulan)

Kampus UIN, INSTITUT- Sejak bulan Desember 2009 gedung pembantu rektor (Purek) yang terletak di belakang Aula Madya itu pembangunannya terlihat tak ada kelanjutan sampai saat ini.

Alasan berhentinya pembangunan gedung itu, menurut pembantu rektor II Amsal Bakhtiar saat ditemui INSTITUT di ruangannya, Rabu (13/4) karena tak ada dana, dan dana dari negara pun be-lum turun.

Amsal menjelaskan, pembangunan ge-dung purek ini menggunakan pembangu-nan dua tahap, tahap pertama dilakukan sejak bulan Desember 2009 Sedangkan untuk tahap kedua dimulai nanti bulan Juni. “Memang rencana awal untuk me-nyelesaikannya seharusnya tahun kema-rin, tapi lantaran tak ada dana, baru ta-hun ini akan dilanjutkan pembangunan itu.” tuturnya.

Pemberhentian ini menimbulkan tang-gapan dan pertanyaan dari beberapa

UKM. Novrizal Fahmi, ketua ARKA-DIA ikut angkat bicara. “Kalau nggak ada dana kenapa mereka berani mem-bangun gedung Purek?,” tuturnya sambil bertanya. Ia juga menambahkan, “Yang namanya dalam suatu proyek itu kan kalau ada pemberhentian ditengah jalan itu harus dipertanyakan,” ungkapnya lagi.

Kissmayeni ,ketua Teater Syahid, pun mengeluhkan pemberhentian pembangu-nan gedung purek. “Sayang nggak diman-faatkan dengan baik, lebih baik jangan dibangun sebelumnya,” ujarnya.

Tidak hanya ketua teater, Ahmad Baihaqi ketua RANITA periode 2010-2011 mengatakan, “Kalau saya meli-hatnya berarti UIN kurang persiapan.”

Dari pemberhentian gedung, pihak teater Syahid pun merasa dirugikan. Kiss mengungkapkan, jika Teater Syahid ingin pentas, ia dan teman-temannya harus mencari tempat yang sesuai dengan kapa-sitas penonton, sedangkan kapasitas yang

tersedia maksimal 200.Selain itu ia melanjutkan, “Sedangkan

kita sudah bawa nama baik kampus dan sudah ngasih sesuatu ke UIN tapi nggak pernah difasilitasi, setidaknya dukung dengan memberi fasilitas”, tuturnya den-gan rasa kecewa. (Muji)

Pembangunan Gedung Purek Ditunda, Lantaran Tak Ada Dana

Sekretariat DPMU lantai 3 gedung Student Center (SC) Fo

to: U

lan/

INST

ITU

T

Pembangunan gedung Purek yang belum terselesai-kan sampai saat ini dikarenakan tak memiliki dana. gambar ini diambil (20/04).

Foto: Muji/INSTITUT

Laporan Khusus

5Edisi April 2011institut news

Gedung FISIP Selesai Akhir Desember

KMU, DPMU Sepakati Workshop POK 11 Juni

Kampus UIN, INSTITUT- Kongres Mahasiswa Universitas (KMU) dan De-wan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU) sepakati Workshop Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) dilak-sanakan 11 Juni mendatang.

Pantden Mohammad Noor selaku ket-ua KMU mengaku, sebenarnya workshop ini dilaksanakan akhir April sesuai den-gan SK rektor. Tetapi, karena ada acara sebelum workhshop berupa diskusi serial jadi diundur menjadi bulan Juni (17/04).

Menurut Sudarnoto, Pembantu Rek-tor (Purek III) bidang Kemahasiswaan menyatakan, adanya Diskusi Serial ini supaya pada acara workshop tidak me-makan banyak waktu dan berbicara dari

awal lagi. “Karena di diskusi serial ini tim perumus sudah merumuskan gagasan, sehingga peserta sudah punya gambaran menuju workshop,”tambahnya (16/20).

Hasil sidang yang dilaksanakan di ru-ang sidang utama rektorat (18/4) memu-tuskan diskusi serial dilaksanakan empat kali pertemuan yang mengusung empat pokok besar nilai historis, Filososis, Nor-matif dan Institusi.

Pertemuan tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 29, 30 April dan tanggal 6, 7 Mei.

Dari empat pertemuan tersebut yang akan menjadi narasumber antara lain: TB. Ace, Burhanudin Muhtadi, Bahrul Hayat, Ridwan Darmawan, Komaruddin Hidayat dan Ray Rangkuty.

Menurut ketua DPMU Muhammad Farhan, yang terkait dalam pelaksanaan workshop tersebut adalah KMU, DPMU, UKM dan fraksi-fraksi partai. “Masing-masing fraksi awalnya dua orang jadi se-muanya ada 14 orang,” tambahnya ketika ditemui di ruangannya (18/04).

Dari hasil workshop ini, Pantden berharap mahasiswa bisa bersatu serta bagaimana lembaga-lembaga kemaha-siswaan benar-benar bisa mewadahi aspi-rasi mahasiswa.

“Yang mahasiswa rasakan hari ini kan

jauh dari aspirasi mahasiswa, dan yang dibutuhkan mahasiswa adalah kenya-manan dalam perkuliahan. Namun, ter-nyata lembaga kemahasiswaannya malah melaksanakan agenda lain,” ungkapnya.

Selaras dengan Iman Lesmana Ketua Dewan Pimpinan Partai (DPP) PARMA yang berharap dengan adanya workshop ini, mahasiswa bisa mengkaji lebih dalam lagi adanya POK dan SG itu seperti apa.

”Harapan saya, mahasiswa bisa menge-tahui batasan-batasan mahasiswa itu sam-pai di mana, kapan mahasiswa itu bisa masuk dan tidak kedalam lembaga kema-hasiswaan, supaya nantinya ketika ada konflik tidak langsung ujuk-ujuk ribut,” tambahnya saat ditemui ditempatnya.

Berbeda dengan Yandhi Deslatama, Aktifis partai Boenga yang mengata-kan, adanya workshop ini disebabkan permasalahan yang ada di dua fakultas (FITK dan FUF). Namun, walaupun su-dah diselesaikan pihak MPU, pihak Re-ktorat tetap menganggap bahwa SG-lah yang bermasalah secara keseluruhan.

“Jadi kita harus menyambut dengan bi-jak adanya workshop ini. Tujuannya agar SG kedepan lebih baik lagi. “Saatnya menghilangkan ego kepentingan masing-masing,” pesannya. (Ahfa)

FISIP, INSTITUT- Pembangunan ge-dung Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik (FISIP) tahap kedua akan dilak-sanakan pada bulan Juni dan ditargetkan selesai pada bulan Desember. Demikian penuturan Amsal Bakhtiar selaku Pem-bantu Rektor (Purek) bidang Adminis-trasi Umum saat ditemui INSTITUT di ruang kerjanya (21/04).

Terkait pembangunan yang akan dilak-sanakan pada Juni, Amsal menjelaskan, Januari-Februari itu untuk menentukan tender perencanaan. Lalu disusul den-gan penentuan tender rekonstruksi yang menghabiskan waktu sampai 40 hari, dan penerimaan tender-tender lain yang harus dipelajari lebih lanjut.

Tentang dana pembangunan gedung tersebut, Amsal menambahkan, angga-

ran diperkirakan mencapai 34 Milyar.Subarja, selaku Kepala Bagian

Keuangan mengatakan, dana untuk pem-bangunan gedung FISIP berasal dari dana APBN. “Dana tersebut sudah ada sejak Januari 2011 dan bisa digunakan ketika mau melaksanakan pembangunan,” tam-bahnya.

Sebagian mahasiswa FISIP mengharap-kan gedung tersebut cepat terselesaikan mengingat mereka masih menggunakan gedung Fakultas Psikologi sebagai sarana perkuliahan.

Mahasiswa FISIP semester 10 Rifki Zabadi As Segaaf mengatakan, “Saya berharap kepada pihak UIN untuk mem-percepat penyelesaian pembangunan ge-dung FISIP supaya kegiatan belajar lebih terkontrol,” tuturnya. (Rizqi)

Gedung FISIP yang sedang terhenti pembangunan-nya dan akan dibangun kembali Juni 2011.

Foto: Rizqi/INSTITUT

Sudarnoto Abdul Hakim saat merumuskan rencana acara pra workshop pada sidang pertemuan di ruang rapat rektorat

Fot

o: F

aruk

/IN

STIT

UT

Laporan Khusus

6 Edisi April 2011 institut news

Eksekusi Tanah Tak Berujung

Kampus UIN, INSTITUT - Peruba-han struktural pada Dikti membuat dana Bidik Misi terlambat, karena lembaga yang mengurusi Bidik Misi juga beru-bah, ungkap Maslina selaku Kasub Pem-berdayaan Kemahasiswaan, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ke-mendiknas, menjelaskan keterlambatan dana beasiswa Bidik Misi di gedung Ke-mendiknas, Senayan (19/4).

“Perubahan nama di DIPA (Daf-tar Isian Penggunaan Anggara, red) Ke-mendiknas itulah yang butuh waktu. Tadinya melalui kelembagaan, sekarang dipindah ke Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan”, tambahnya.

Untuk antisipasi keterlambatan Bidik Misi, dia menghimbau agar universitas menalangi terlebih dahulu, “Kami sudah berusaha secepatnya, kalau kampusnya bisa menalangi, bisa saja.”

Direktorat Pembelajaran dan Kemaha-siswaan sudah mengirim kontrak kepada

Purek III UIN Jakarta sejak awal Maret. “Dananya cukup besar jadi harus lewat kontrak, saya sudah kirim ke UIN Jakarta itu kontrak sejak Februari, dan ada revisi di awal Maret. Harusnya 18 Maret sudah kembali ke kita, tapi belum juga dikemba-likan lagi,” terangnya.

Terkait keterlambatan Bidik Misi, Jafar Sanusi, Kabag Kemahasiswaan mengata-kan terlambatnya Bidik Misi karena ada revisi kontrak dari Dikti, “Itu terlambat karena ada perbaikan MoU (kontrak, red), dan universitas hanya bisa mena-langi uang semester genap ini saja, tetapi untuk uang saku memang tidak bisa.”

Dia memastikan jika biaya bulanan Bidik Misi akan dirapel pada bulan Mei mendatang, “Saya pastikan bulan Mei su-dah cair dan sudah dapat dinikmati oleh mahasiswa penerima Bidik Misi.” jelasn-ya saat ditemui INSTITUT di ruangan-nya (18/4).

Faisal, mahasiswa Fakultas Ushu-

luddin salah satu penerima Bidik Misi mengeluhkan terlambatnya beasiswa tersebut, “Wah kelamaan kalau sampai bulan lima, saya harus gali lubang tu-tup lubang lagi. Untuk bulan ini saja saya masih sangat kurang, sudah pinjam sana-sini.” ujarnya. (Rahmat, Museuz)

Perubahan Struktural Sebabkan Bidik Misi Terlambat

Kampus UIN, INSTITUT – “Dalam waktu dekat ada beberapa lahan milik UIN yang dikuasai masyarakat akan di eksekusi. UIN secara hukum berhak atas tanah yang dimilikinya,” ungkap Subarja, selaku kepala bagian keuangan UIN Ja-karta. Mekanisme eksekusi sendiri den-gan dua cara yaitu, melalui bantuan biro hukum dan tim internal UIN sendiri. Tim internal UIN diketuai oleh Abuddin Nata.

“Eksekusi pilihan terakhir, yang sebe-narnya kita sendiri kurang berkenan,” ungkap Abuddin Nata, selaku ketua tim eksekusi tanah UIN saat ditemui INSTI-TUT di ruangannya(20/4). Menurutnya, pihak UIN lebih mengedepankan pen-dekatan karena lebih ringan resikonya.

Sebelumnya Abuddin mengaku pernah melakukan pendekatan. Warga lebih memilih bertahan dengan keinginannya. Warga meminta harga ganti yang sesuai, misalnya tanah satu meter untuk sekian juta. Padahal jelas-jelas secara de jure tan-ah itu milik UIN.

Menurut Sunardi, warga kelurahan Pi-sangan Ciputat tidak setuju dengan uang kerahiman yang diberikan UIN, karena tidak sesuai dengan harga tanah sekarang dan itu legal. “Kita punya sertifikat tanah dari Departemen Agama dan kita perta-

hankan,” ujarnya. Walau begitu pihak UIN terus mela-

kukan komunikasi secara kekeluargaan, ada warga yang merespon dengan cukup bagus. Pihak UIN mengaku, tiga lokasi telah diserahkan, dan sudah memberikan uang kerahiman. “Kita tidak membeli, hanya memberi santunan. Santunan akan diberikan sebesar Rp 50 juta per satu ru-mahnya,” ungkap Subarja.

Di samping itu, Abuddin berkomentar bahwa untuk mencari dana seperti itu sulit, UIN berkoordinasi dengan Badan Pengawas Keuangan, dan dana tersebut dimungkinkan karena itu santunan. Dia

juga menegaskan bahwa pihak UIN tidak punya wewenang untuk mengeksekusi. Wewenang eksekusi ada pada pihak Pen-gadilan Tanggerang. ”Sebagai owner, UIN hanya memfasilitasi rapat koordinasi seperti ruang sidang, snack ala kadarnya, hanya sebatas itu,” tambahnya.

Dia menambahkan, “Pihak pengadilan Tinggi tinggal melaksanakan eksekusi, tapi diundur,” ujar Abuddin. Dia me-nambahkan eksekusi diundur karena ada penggantian kepala Pengadilan Tinggi Negeri Tanggerang, “Jadi Pengadilan Tanggerang harus mempelajarinya terle-bih dahulu,” ungkapnya. (Rahman)

Salah satu lokasi eksekusi rumah di Pisangan CiputatFoto: Rahman/INSTITUT

Opini

7Edisi April 2011institut news

Neo NKK-BKK

Seminar yang dilaksanakan FISIP (12/04) dengan menghadirkan Ketua Mahkamah Konstitusi, memberi ba-nyak pemahaman baru bagi kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Dalam pernyataannya yang mengandung inti bahwa kekuasaan itu cenderung corrupt telah terbukti dalam kehidupan saat ini, seperti perilaku Presiden RI yang selalu saja membuat pengalihan isu baru dalam menutupi beberapa kasus yang mend-era bangsa ini secara materil dan moril. Dalam wilayah kampus, sebenarnya terja-di juga penyalahgunaan wewenang yang saat ini dimainkan pihak rektorat dalam membungkam aktivitas mahasiswa seba-gai perantara intelektual dan perubahan.

Dahulu ketika Orde Baru, kita menge-nal istilah NKK-BKK, yaitu suatu sistem yang terpusat, dimana pemerintah pu-sat melakukan kontrol penuh terhadap kegiatan kampus sehingga tercipta Nor-malisasi Kehidupan Kampus karena di-adakan Badan Koordinasi Kampus di wilayah kampus. Sehingga pihak rektorat dengan dasar perintah dari pusat melaku-kan pengekangan dan pembungkaman se-gala aktivitas dan gerakan-gerakan idealis kampus. Karena hal tersebut, maka ter-jadi suatu pemandulan kreatifitas maha-siswa sehingga menimbulkan hegemoni kekuasaan yang berakibat pada terben-tuknya rezim otoriter.

Kini, hal itu sebenarnya berlanjut. Tanpa disadari ternyata pemerintah telah melakukan hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung den-gan pihak petinggi dari kampus dalam melaksanakan sistem baru yang bernama Neo NKK-BKK. Hal tersebut terlihat di beberapa kampus yang telah menerapkan sistem baru, seperti di UIN Jakarta yang mulai melakukan proses perubahan SG ke Senat (POK). Harus diketahui, jika hal ini berhasil dan terjadi, maka bukan tidak mungkin yang menjadi pemimpin mahasiswa pada setiap tingkatan adalah representasi dari pihak rektorat, bukan mahasiswa. Selanjutnya, jika pada ta-hapan proses perekrutan calon pemimpin mahasiswa ini kemudian menjadi ajang relasi kekuasaan, maka sebenarnya pe-

mimpin mahasiswa telah dirancang sede-mikian rupa oleh pihak rektorat (sesuai warna organisasi) agar menjadi pemban-tu rektorat dalam menjalankan hegemoni kekuasaannya. Hal tersebut kini bergulir, walaupun Badan Hukum Pendidikan te-lah ditolak Mahkamah Konstitusi, apala-gi kalau hal tersebut diterima.

Di sisi lain, ada beberapa hal yang masuk sebagai bagian dari sistem Neo NKK-BKK. Pertama, sistem informasi akademis (AIS) yang seharusnya dapat memudahkan mahasiswa melakukan kegiatan administrasi. Namun, setelah di-laksanakan tanpa tahapan sosialisasi (di beberapa kampus), terdapat beberapa per-masalahan serius dalam perjalanan sistem tersebut yang dapat menghambat kreatifi-tas mahasiswa dalam kegiatan akademis. Dalam kacamata analisa politik, hal ini adalah bagian dari pihak rektorat untuk melakukan suatu desain khusus agar ma-hasiswa melakukan suatu kegiatan yang telah tersentralisasi, tanpa memikirkan beberapa permasalahan kampus, seperti dumparking yang bertransformasi men-jadi UIN parking, proyek pembangunan pengisian bahan bakar minyak, transpar-ansi dana beasiswa DIPA yang tidak proporsional dan rentan terjadi korupsi.

Kedua, pembatasan lama semester, memaksa mahasiswa yang terlibat aktif dalam beberapa organisasi yang bersifat idealis dalam memperjuangkan beberapa isu-isu penting mengenai humanisasi, nasionalisme dan mahasiswa, saat ini mulai terbelenggu dengan pembatasan tersebut. Pembatasan itu kemudian men-jadi pembekuan atau pengkristalan ger-akan-gerakan serta peran aktivis-aktivis kampus dalam merespon kecenderungan permasalahan-permasalahan pada ting-kat kampus, hingga merambah pada pe-mandulan gerakan mahasiswa pada ting-kat nasional. Pembatasan ini sebenarnya masuk dalam kategori dekonstruksi karena kita tahu bahwa tokoh-tokoh na-sional yang berasal dari UIN Jakarta, menempuh studi lebih banyak melebihi batasan studi. Sebab mereka memperkaya pengetahuan yang diberikan dosen-dosen dengan cara aktif dalam organisasi dan

menjadi aktifis sesuai bakat dan minat masing-masing mahasiswa.

Ketiga, pembuatan zona nyaman oleh kebijakan pihak rektorat, dimana ma-hasiswa dihadapkan dengan segala ke-nyamanan kampus oleh fasilitas-fasilitas kelas kapitalis, seperti Café Cangkir. Hal itu sebenarnya akan membangun mental dan perilaku mahasiswa sebagai pelaku hedonis, kemudian membentuk pe-mikiran mahasiswa sebagai pelaku kon-sumtif. Sehingga pada tingkat tertentu peran mahasiswa menjadi bias dan meng-abaikan peran sebagai suatu alat kontrol dari beberapa kebijakan pihak rektorat, pemerintah pusat, serta aspek-aspek ke-hidupan yang menyangkut kepentingan rakyat banyak. Hal tersebut saat ini makin terabaikan, dalam pandangan akademis seharusnya lahan kampus dimanfaatkan sebagai bagian dari penunjang mahasiswa dalam kegiatan akademis.Tapi kebijakan pembuatan zona nyaman ini lahir bukan dalam rangka akademis, namun dalam ranah politis untuk mengebiri suara-suara tajam dari mahasiswa jika terbentuk po-larisasi gerakan besar yang bertujuan sama atas dasar kesenjangan yang sama.

Maka, dari pelbagai permasalahan yang terjadi di dalam wilayah kampus, seharusnya mahasiswa mulai kritis me-respon segala kebijakan yang ada agar ter-dapat hubungan yang baik antara civitas akademis. Hubungan yang baik itu ter-jadi ketika ada polarisasi hubungan yang sejajar antara pihak rektorat, dosen dan mahasiswa sebagai suatu hubungan yang saling menguntungkan, bukan saling me-rugikan. Namun, ketika hubungan saling menguntungkan itu hilang, maka sudah saatnya mahasiswa bertindak untuk mer-espons kegagalan hubungan tersebut agar kembali pada arah yang baik dan benar dengan cara-cara yang sesuai, antara lain dengan diplomasi, reformasi, atau revo-lusi.

*Penulis adalah mahasiswa yang aktif dalam Aliansi Mahasiswa Ilmu Politik (ASIK) UIN Jakarta

Oleh: Adit Anggana*

Kampusiana

PLP Belum Dapat Dimanfaatkan Mahasiswa

Kampus UIN, INSTITUT- Gedung Pusat Layanan Psikologi (PLP), yang letaknya berhadapan dengan fakul-tas psikologi, lebih difungsikan seba-gai pusat pelayanan psikologi untuk masyarakat umum. Sedangkan fungsi untuk seluruh mahasiswa UIN Jakarta masih belum di rencanakan. Hal terse-but diungkapkan Abdul Mujib sebagai ketua PLP ketika ditemui diruangannya (18/4).

Abdul Mujib menambahkan, fungsi gedung PLP memang lebih difokus-kan sebagai pelayaan psikologi bagi masyarakat, dan beda halnya seperti klinik Rumah Sakit Syahid yang dapat

gratis diakses oleh mahasiswa. “Belum ada Rapat Kerja (Raker) mengenai pe-manfaatan untuk mahasiswa UIN selain mahasiswa Psikologi, ya misalkan sekian persen dana mahasiswa dialokasikan ke PLP. Nah, baru PLP dapat digunakan mahasiswa UIN yang ingin berkonsultasi gratis,’’ ungkapnya.

Dekan Fakutas Psikologi Jahja Umar, secara terpisah menuturkan gedung PLP tersebut sebenarnya dibangun untuk laboratorium psikologi. Hal tersebut ka-rena fasilitas laboratorium yang berada di fakultas Psikologi kurang memadai. ”Me-mang fungsi utamanya ya laboratorium, tapi dikembangkan keluar lagi seperti pub-

lic service, dan tenaga professional juga dapat menjual jasa psikologinya kan,” tuturnya saat ditemui diruangannya.

Terkait dengan fungsi gedung PLP, Jahja pun menambahkan, gedung PLP tidak terlepas dari peran mahasiswa dan sebagai product fakultas Psikologi untuk masyarakat umum. “Ya bisa dibilang fungsi dari gedung PLP ada tiga lah, akademis, bisnis dan sosial. Contohnya digunakan untuk test PNS, test pasca sarjana,” tambahnya.

Gedung Psikologi (PLP) dilengkapi dengan Ruang Seminar & Workshop dengan kapasitas 50-100 orang, ruang training dengan kapasitas 10-15 orang, ruang konseling, individual dan kelom-pok. Selain itu, dilengkapi dengan ber-bagai laboratorium psikologi pengem-bangan, laboratorium eksperimen, laboratorium psikomentri.

Retno Handayani, mahasiswi Fakul-tas Psikologi menuturkan, keberadaan gedung PLP masih belum disosial-isasikan sepenuhnya untuk mahasiswa Psikologi. “Wah setau gue sih gedung PLP digunakan untuk nyimpen buku, pe-nyimpanan alat-alat test psikologi gitu. Kalau masalah gedung itu untuk klinik psikologi nggak tahu deh gue,” tutur Ret-no. (April Sastrawilogo)

8 Edisi April 2011 institut news

Gedung PLP yang terletak di depan Kampus 2 belum jelas fungsinya untuk mahasiswa

Foto: Rizqi/INSTITUT

Terima KasihAtas kesediaan Anda yang telah melakukan pembayaran

biaya perkuliahan semester genap Tahun Akademik 2010/2011 tepat pada waktunya dan semoga sukses dalam

meraih prestasi.

Bagian Keuangan dan IKN

Kampusiana

9Edisi April 2011institut news

FISIP, INSTITUT- Tidak adanya sosial-isasi pada awal perubahan SKS paket ke murni membuat sebagian besar maha-siswa FISIP kecewa, karena tidak dapat mengambil jumlah SKS yang diinginkan seperti sebelumnya.

Lina Sumaya, mahasiswa jurusan Ilmu Politik semester 4 mengeluh, “Pada awalnya bisa mengikuti perkuliahan dari SKS yang diambil. Tapi setelah beberapa kali mengikuti kuliah saya disuruh ke-luar karena IP tidak mencukupi. Padahal sebelum-sebelumnya bisa ambil semua SKS yang ditawarkan. Saya benar-benar kecewa.”

Berdasarkan rapat seluruh sekertaris jurusan 17 Maret 2011, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) mengubah sis-tem SKS paket menjadi SKS murni. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas perkuliahan di FISIP.

“Kami mengubah sistem pada intinya untuk memajukan mahasiswa. Idealnya SKS memberi peluang pada mahasiswa untuk maju sesuai prestasinya. Yang mampu dan IP nya mencukupi bisa mengkredit semester berikutnya. Tapi bagi mahasiswa yang kurang mampu ya

tidak bisa mengambil kredit yang ditawar-kan,” ujar Ali Munhanib selaku Kepala Jurusan Ilmu Politik.

Ia menambahkan bahwa selain untuk menunjang prestasi mahasiswa, peruba-han SKS juga dikarenakan penyesuaian terhadap sistem AIS yang baru diberlaku-kan, “Sebenarnya SKS murni sudah dite-rapkan semenjak tahun 80 an tapi karena belum siap makanya kita buat perubahan secara bertahap sampai kepada penera-pan AIS kemarin.”

“Sewaktu rapat pengesahan sempat terjadi crash (beda pendapat, red) maka nya sosialisasi terlambat diadakan. Untuk mengantisipasi gejolak-gejolak yang mun-cul dari mahasiswa kami akan mengada-kan sosialisasi bertahap. Didesainnya per-angkatan nanti dihadiri oleh mahasiswa, jurusan dan dekan,” ujar Ali.

Muhamad Amaly selaku Admin AIS FISIP menambahkan bahwa sosialisasi belum diadakan karena adanya beda pen-dapat antara para sekretaris jurusan. Se-hingga ada rentang waktu untuk menya-makan pendapat yang ada sampai SKS murni disetujui bersama.

Sedangkan dalam pengisian kredit

SKS yang dikoordinasikan dengan AIS, ia mengaku sudah dijalankan cukup baik, “Sudah diadakan kordinasi dengan fakultas, tapi AIS kan sistem, bisa saja kesalahan datang dari dosen yang tidak menginput nilai tepat waktu. Sehingga mahasiswa tidak bisa mengikuti perkulia-han.”

Hal lain juga dikatakan Amaly bahwa keaktifan dari mahasiswa untuk mengecek nilai di AIS juga berpengaruh terhadap peminimalisiran kesalahan in-put nilai oleh dosen. (Tya)

FISIP Tak Sosialisasikan SKS Paket ke Murni

Jadwal Bentrok, Waktu Perkuliahan DikurangiTerkait bentroknya penggunaan wak-

tu perkuliahan di kelas, mata kuliah Pengembangan Peserta Didik (PPD), Ju-rusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) semester 2 menjadi terganggu. Hal ini mengakibatkan berkurangnya waktu pengajaran yang semestinya 3 SKS menjadi 2 SKS. Kebijakan ini masih be-lum jelas datangnya, baik dari jurusan ataupun dosen yang bersangkutan.

Kampus I, INSTITUT - Kepala jurusan PBI, Syauki, ketika ditemui INSTITUT di depan ruang munaqosyah, FITK (19/04) mengatakan bahwa kebijakan perubahan SKS itu merupakan inisiatif dari dosen mata kuliah yang bersangkutan. Hal itu merupakan dampak dari bentroknya waktu perkuliahan. “Saya hanya menye-tujui karena menurutnya itu cara untuk

mengatasi bentroknya waktu perkuliah, belajar kan bisa dimana saja,” paparnya.

Ia menambahkan, penyebab bentrok-nya waktu perkuliahan kemungkinan ke-salahan operator AIS ketika memasukan data. “Mungkin operatornya ngantuk, atau kenapa, saya tidak tahu. Mengenai bentroknya jadwal, kami menyadari dan kami sedang memperbaikinya,“ jelasnya.

Menanggapi pernyataan Syauki, Indra Munawar, Operator AIS FITK (20/04), mengemukakan bahwa semua jadwal dosen telah ditetapkan akan tetapi dosen tertentu meminta perpindahan jam kuliah sehingga memungkinan terjadinya ben-trok. “Kita tidak berani menegur karena kebanyakan itu dosen senior,” ungkap-nya.

Tanggapan lain diutarakan oleh Mo-hamad Avicena, dosen PPD (18/04). Menurutnya, kebijakan itu merupakan

kebijakan dari jurusan. “Saya pernah ber-tanya ke jurusan apakah saya bisa meng-gunakan waktu 3 SKS itu. Lalu kata juru-san bisa tapi kita tidak ada ruangannya,” ujarnya. Baginya, ia tidak mengetahui tentang pengaturan jadwal tersebut dan hanya diminta untuk mengajar PPD di FKIK.

Rizki Amalia, mahasiswi PBI semester 2b berkomentar, menurut peraturan juru-san, matakuliah itu seharusnya 3 SKS, na-mun penerapanya hanya 2 SKS. “Jadinya saya nggak bisa ngambil mata kuliah lagi,” tuturnya.

Senada dengan Rizki, Hiladajiah, yang menjadi teman satu kelasnya menyaran-kan, kebijakan ini seharusnya lebih diper-hitungkan kembali. ”Kalau misalnya 3 ya dipersiapkan jam dan tempatnya,” pung-kasnya. (Umar)

Sistem SKS murni tak tersosialisasikan di FISIP

Academic Information System

Sosok

10 Edisi April 2011 institut news

Sambungan dari hal. 1 Namun, tahun pertama merupakan tahun uji coba, dan dalam masa uji coba tersebut Dumpar-king tidak berjalan dengan baik. Sehing-ga kontrak pun tidak dapat diteruskan.

Sebelum perubahan, pihak UIN dan Dumparking melakukan dua kali perte-muan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 11 Maret dan dilanjutkan pada pertemuan kedua tanggal 23 Ma-ret. Pertemuan ini dipimpin oleh Purek II Amsal Bakhtiar serta dihadiri Kepala Biro Umum, Kepala Biro Keuangan, Kepala Bagian Keuangan, Kepala Ba-gian Umum, Kepala Sub Bagian Ru-

mah Tangga, Mantan Kepala Sub Bagian Umum, Sub Bagian Umum serta pihak Dumparking yang diwakili oleh Dedi Ef-fendi Lewennusa dan Rahmat Hidayat.

Pada pertemuan pertama, pihak UIN dan Dumparking mengurusi hal-hal teknis menyangkut penyelesaian. Dan, telah ditentukan bahwa serah terima akan diadakan tanggal 31 Maret.

Sedangkan pada pertemuan kedua, dilakukan penyelesaian terkait aset Dumparking yang masih ada di UIN dan Dumparking memberikan dukungan penuh kepada UIN Parking untuk men-gelola perparkiran. “Pada pertemuan kali

ini Dumparking ikhlas dan mendukung UIN parking,” tegas Shomad.

Perubahan ini diharapkan terwujud-nya perparkiran yang tertib, aman dan teratur. “Target kita 4K, yakni keteratu-ran, keamanan, ketertiban, dan kenya-manan,” tutur Shomad.

UIN Parking ini pun tidak hanya di-lakukan di kampus satu namun akan segera diberlakukan di kampus dua dan tiga. “Penerapan UIN Parking ini akan segera diberlakukan di kampus dua dan tiga,” tambah Shomad. (Ulissta, Andar)

Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Heru Hermawan (20) untuk menjadi atlet karate. Pria berkulit sawo matang ini mengaku memilih bela diri karate karena coba-coba ketika SMP, dan sampai sekarang olah raga bela diri ini terus ia geluti sampai sekarang.

Pemuda lajang berbintang Taurus ini menceritakan pengalamannya ketika pertama kali mencoba karate. Di kantin Fakultas Dakwah, direbahkan tubuhnya ke tembok sambil duduk di lantai. “Ikut karate sejak kelas 2 SMP, awalnya coba-coba, ternyata ke sininya dapet prestasi, yaudah diikuti sampai sekarang,” ucapnya santai.

Meski begitu, mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial, ini mengaku kesulitan mendapat restu orang tua. Na-mun, setelah menoreh banyak prestasi dari berbagai kejuaraan karate, orang tu-anya baru mengizinkan ia untuk terjun penuh dalam dunia karate.

Sebelum menggeluti dunia karate,

remaja berambut lurus ini pernah juga mengikuti bela diri tapak suci. “Waktu SD pernah ikut tapak suci karena itu ekskul wajib,” tuturnya lincah sambil me-mainkan kunci motor di jari jemarinya.

Setahun setelah latihan keras, Heru mulai mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) UIN Cup. Kala itu ia masih di tingkatan kedua dalam dunia karate, yaitu sabuk kuning. Sambil tersenyum mengenang masa lalu, Heru mengaku demam panggung saat perdana ia bertanding. Mengingat saat itu pelatih-nya tiba-tiba saja menginstruksikan untuk turun tanding.

Pertandingan perdananya, Heru tak mendapat juara. Namun beberapa tahun setelah itu, saat Kejurnas Bandung Karate Club (BKC), di Tasikmalaya tahun 2005 silam, momen itulah dimana ia dapat mencium medali emas untuk pertama kalinya.

Setelah itu banyak sekali medali yang didapatkan. “kalau yang baru-baru ini ya

itu, juara satu pertandingan antar negara di Malaysia,” tuturnya saat mengingat medali apa saja yang sudah ia dapat selama menggeluti dunia karate.

Tanpa ragu-ragu lagi, dengan spontan Heru berbagi pengalamannya ketika bertanding di Malaysia bulan lalu. “Dis-ana juga sangat eksklusif, ketika makan di luar aja, pas mau dibayar sama pelatih saya, ternyata sudah ada yang bayar. Benar-benar enak,” katanya.

Heru melanjutkan ceritanya dengan tersenyum, mengingat betapa nikmatnya kehidupan di Malaysia. “Di sana itu se-mua tim diundang oleh Walikota Kina-balu, Malaysia, untuk makan malam seperti acara penyambutan tamu-tamu kerajaan Malaysia. Setiap 10 menit, ma-kanan dihidangkan, padahal makanan yang ada belum habis,” ungkapnya.

Saat pertandingan berlangsung, pelatih Heru sudah amat bangga men-yaksikan anak didiknya menembus ba-bak final. Tapi Heru tetap memiliki niat untuk menjadi juara di pertandingan yang baru pertama kali diadakan, untuk memperingati hari jadi Kota Kinabalu.

Pria sabuk hitam ini pun menyabet juara setelah mengalahkan lawan-nya yang belum pernah dikalahkan di negaranya. “Orangnya sangat sombong, bahkan orang Malaysia saja malah men-dukung Saya, bukan dia yang asli orang Malaysia,” tambahnya masih sambil tersenyum.

Saat ini keinginan yang belum pernah ia capai adalah menjadi anggota Pelat-nas (Pemusatan Latihan Nasional), dan itulah yang menjadi cita-citanya saat ini. “Karena di atas langit masih ada langit lagi, jadi kita harus meraih langit-langit yang masih ada di atas itu,” ungkapnya dengan nada bijak. (Jaffry)

Menjadi Karateka, dari Coba-Coba Jadi Cita-Cita

Heru (kiri) bersama pelatih Timnas Australia (kanan)Foto: Dokumen pribadi

Komunitas

11Edisi April 2011institut news

Kimono, manga, sushi, Tokyo, samurai adalah sebagian kecil yang pertama terlintas jika mendengar kata Jepang. Negara yang terletak di benua asia ini memiliki kebudayaan yang unik dan menarik. Tak sedikit pula orang yang penasaran akan kebudayaan Negeri Matahari tersebut. Dari mulai sekedar tahu sampai ikut mendalami kebudayaan dan kebiasaan Negara Jepang. Salah satu yang diminati yaitu Bahasa Jepang.

Keriuhan akan semangat mempelajari Bahasa Jepang, terdengar dari salah satu ruang di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan perlengkapan yang belum memadai, tak menyurutkan mereka untuk mendalami lagi bahasa dan kebudayaan Jepang. Itu-lah Club Belajar Jepang yang didirikan Handy Indra Dermawan, mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah dan teman-temannya. Club Belajar Jepang dibuat sebagai wadah untuk belajar serta mendalami lagi bahasa dan kebu-dayaannya.

Ditemani hembusan angin, Handy, atau yang mempunyai nama Jepang

Kimura Kenji, menceritakan kepada IN-STITUT mengenai awal berdirinya Club Belajar Jepang. Bermula dari kegiatan Handy mengajar Bahasa Jepang di suatu instansi perusahaan selama lebih dari enam bulan. Saat terjadinya kevakuman pada instansi tersebut, mendorongnya untuk keluar dari pekerjaannya.

Sesaat setelah itu, banyak murid dan temannya meminta untuk membuka kelas baru ataupun melanjutkan kelas yang sudah ada. Alhasil, terbentuklah Club Belajar Jepang yang didirikan pada tahun 2010 dan Handylah yang menjadi pengajar dalam kelas tersebut.

Teknik mengajar yang digunakan pria berkacamata ini, menggunakan audio visual. “Lebih sering mengguna-kan visual dengan bantuan laptop dan infokus” tuturnya. Bunkei (tata bahasa), kaiwa (percakapan), renshu (latihan), dan bunka (budaya) Juga menjadi sistem yang dipilih Handy untuk kegiatan menga-jarnya.

Kegiatan Club Belajar Jepang tidak hanya mempelajari Bahasa Jepang saja. Di waktu tertentu para anggota Club Belajar juga berpartisipasi terhadap acara yang berkaitan tentang jepang. Seperti Bunkasai atau festival kebudayaan Jepang dan matsuri atau festival keagamaan.

“Yang harus ditiru dari jepang oleh siapa pun yang pertama disiplin dan yang kedua semangat,” tutur Handy dengan antusias. Disiplin terhadap waktu dapat membiasakan diri untuk tepat waktu atau ontime. Sedangkan semangat dalam hal apapun menjadikan sebuah motivasi untuk terus maju. Tak heran Jepang terkenal akan kemajuan perkem-bangan teknologinya, jelasnya.

Perasaan senang mengikuti Club

Belajar Jepang ini ditujukan oleh Wiwit Irma Dewi, Jurusan Komunikasi Pe-nyiaran Islam, FIDKOM. Menurutnya, selain dapat mendalami lagi pelaja-ran Bahasa Jepang Wiwit juga dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang kebudayaan Jepang.

Pemilik wajah ayu ini, mengenal Bahasa Jepang saat Ia duduk di bangku SMA. Dan sampai saat ini Wiwit masih mau mempelajari dan mendalami lagi bahasa Negeri Matahari tersebut. Wiwit juga menambahkan awal terbentuknya Club Belajar Jepang ini hanya lima orang, meski begitu Wiwit tetap seman-gat menjalankan Club Belajar Jepang ini.

Menutup obrolan santai dengan INSTITUT, Handy sangat berharap, Club Belajar Jepang dapat bermanfaat bagi mahasiswa UIN yang berminat terhadap Bahasa dan Kebudayaan Jepang. “Serta dapat menularkan virus Jepang” ujarnya. Dengan tertularnya virus jepang ke semua mahasiswa, ia berharap para mahasiswa UIN dapat mencontoh kebudayaan Jepang yang bermanfaat dan berguna. Seperti budaya disiplin dan semangat tadi, jelasnya. (Ayu)

Belajar Mengenal Jepang Melalui Bahasa

Yang harus ditiru dari Jepang oleh siapa pun,

yang pertama disiplin dan yang kedua semangat

Foto: Ayu/INSTITUT

Kunjungi website kami

www.lpminstitut.comPortal Berita Mahasiswa UIN Jakarta

Anggota Club belajar Jepang yang sedang belajar di kelas (20/4)

Wawancara

12 Edisi April 2011 institut news

Dumparking Gagal, Kontrak Tak Dilanjutkan

Sejak April perparkiran kampus satu mengalami perubahan sistem. Perubahan ini masih dipertanyakan pihak maha-siswa. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sistem parkir ini. UIN Par-king, nama sistem parkir baru yang di-terapkan oleh UIN. Nama UIN Parking diambil karena sistem parkir dikelola oleh pihak UIN. Berikut petikan wawancara reporter INSTITUT dengan kepala UIN Parking, Abdul Shomad di ruangannya (18/4).

Apa penyebab perubahan perparkiran menjadi UIN Parking?

Ada beberapa faktor diantaranya kega-galan Dumparking untuk mengelola per-parkiran. Dalam surat kontrak tertulis kontrak dilakukan selama tiga tahun, na-mun tahun pertama adalah tahun perco-baan. Ternyata di tahun pertama, pihak Dumparking telah gagal untuk menga-tur perparkiran, dan hal itu diakui pihak Dumparking yang menyatakan pihaknya telah one prestasi (gagal, red). Kegagalan ini meliputi tidak terkelola dengan baik perparkiran sehingga banyak terjadi ke-hilangan serta pihak Dumparking yang tidak dapat membayarkan target setiap bulannya. Hal ini menurut pihak Dum-parking tidak adanya dukungan baik dari mahasiswa maupun pejabat kampus.

Siapa penggagas UIN Parking dan mengapa bernama UIN Parking?

Sebenarnya tidak ada penggagas dari terbentuknya UIN Parking ini, berawal dari kegelisahan rektor atas parkir yang tidak nyaman. Sehingga kita melakukan rapat dengan pihak Dumparking untuk menyelesaikan masalah kita bersama. Dan untuk pemberian nama itu, kita menggunakan nama UIN Parking karena kita berada di UIN.

Mengenai rapat, kapan, tanggal bera-pa dilaksanakan dan dihadiri siapa saja?

Kita melakukan dua kali rapat. Yang pertama tanggal 11 Maret yang dipimpin oleh Purek II, dan dihadiri oleh Kabiro Keuangan, Kabag Keuangan, Kabag Umum, Kasubag Rumah Tangga, Man-tan Kasubag Umum, Subbag Keuangan serta pihak Dumparking. Dan rapat ke-dua tanggal 23 Maret, pada rapat ini pihak Dumparking ikhlas dan mendukung UIN Parking serta menyatakan bahwa pihak-nya one prestasi. Dan menghasilkan kepu-tusan bahwa pada tanggal 31 Maret 2011 dilakukan serah terima.

Bagaimana dengan susunan per-parkiran UIN Parking?

Saya selaku Kepala Biro Umum men-jabat sebagai kepala UIN Parking lalu

ada Kabag umum dan Subbag Rumah Tangga yang turut membantu saya dalam menangani perparkiran.

Kapan UIN Parking diresmikan?Pada rapat kedua, tanggal 23 Maret

2011 diputuskan tanggal 31 Maret dilaku-kan serah terima. Jadi, tanggal 31 Maret 2011, sudah secara resmi perparkiran dikelola UIN. Sehingga tanggal 1 April 2011, kami mulai memberlakukan sistem UIN Parking. Mengenai keberadaannya pun telah dikeluarkannya SK Nomor Un. 01/R/147/2011 pada tanggal 22 Maret 2011. (Yulis Yasinta)

Abdul Shomad, Kepala Biro Umum sekaligus Kepala UIN Parking

Mau pasang iklan?disini saja!!!

Hub. 085781157788

Karikatur

Foto

: Ulis

/IN

STIT

UT

Ilustrator: Trisna