NEWS - Anti-Corruption Clearing House · 2017-07-26 · menghapal perkalian. Materi pelajaran di...

3
S ebuah tantangan tersendiri menjadi guru di daerah yang terpelosok dan jauh dari hiruk pikuk pembangunan. Dengan berbagai keterbatasan fasilitas, guru-guru tersebut terus berjuang mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan segenap tumpah darahnya. Namun kondisi yang serba terbatas inilah yang kemudian menjadi pangkal dari segala kreatifitas. Banyak guru-guru yang mencoba menembus batas limit ketimpangan dan ketertinggalan dengan cara- cara yang tidak terduga. Seolah-olah murid yang pasif menjadi semacam motivasi bagi guru untuk menemukan cara-cara efektif tapi kreatif dalam mengajar. Buku ini hadir tidak sekedar mendokumentasikan cerita nyata usaha kreatif guru-guru di berbagai daerah dalam hal mengajar. Melainkan memberi sebuah kesadaran bahwa ada banyak hal di sekitar kita yang bisa menjadi sumber inspirasi atau dimanfaatkan sebagai sarana mengajar. Buku yang berjudul ‘Murid Pasif Pangkal Guru Kreatif’ juga mengumpulkan banyak cerita guru-guru berdedikasi berjuang menolak keterbatasan dengan cara kreatif. Salah satu kunci kreatifitas yang disebutkan dalam buku ini adalah memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sekitar kita. Hal ini tidak hanya bersifat murah belaka, melainkan mampu menciptakan murid-murid yang tidak tercerabut dengan akar sosial budaya di mana tempat ia tumbuh. Mengutip Ahmad Juwaini di kata pengantar buku ini, bahwa guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan bahan ajar semata. Ia adalah garda terdepan dalam pendidikan. Sebagus apapun kurikulum dan sistem pendidikan yang dipakai, tidak akan berjalan efektif jika guru tidak memiliki dedikasi, kreatifitas, teladan dan keikhlasan dalam mendidik anak-anaknya. ‘Es Krim Matematika’ salah satu contoh cara mengajar kreatif yang patut kita coba untuk mengajar anak-anak yang mengalami kesulitan dalam bidang Matematika. Guru yang mengemukakan ide tersebut bernama Ummu Khoirunnisa, beliau mengajar murid kelas 6 SD di Sekolah Dasar Negeri 007 Tulin Onsoi, Nunukan, Kalimantan Utara. Suatu hari saat mengajar, Ummu menemukan kenyataan bahwa anak didiknya tidak pandai dalam menghapal perkalian. Materi pelajaran di hari itu adalah Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Ummi merasa ada yang janggal pada siswanya karena hanya sedikit sekali yang mampu menghapal dengan baik perkalian 1 hingga 10. Padahal, mereka adalah siswa di ambang peralihan dari Sekolah Dasar menuju Sekolah Menengah Pertama dan sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Ummu berpikir secara keras untuk menemukan cara terbaik dalam membantu siswanya menghapal perkalian. KOLEKSI PILIHAN ¢ Bangsa yang Lalai ¢ Batu, Daun, Cinta Teman Setia Belajarku ¢ Gado-gado Integritas ¢ Games Indoor-Outdoor paling Gress dan Trik Modifikasi ¢ Kebijakan Pendidikan dalam persepektif teori, aplikasi dan kondisi objektif pendidikan di Indonesia ¢ Origami untuk Membangun Karakter ¢ Pendidikan Anti Korupsi ¢ Pendidikan anti korupsi: Konsep, strategi, dan implementasi pendidikan anti korupsi di Sekolah/Madrasah ¢ Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa ¢ Suara dari kelas kecil PERPUSTAKAAN KPK LETTER NEWS Edisi 07 Vol.III | Juli 2017 Penulis: Sekolah Guru Indonesia Kolasi : xiv + 257 Hal; 23,5x15cm Es Krim Matematika adalah sekolah. Gedung KPK Lt.1 Jalan Kuningan Persada Kav.4 Jakarta Telp: (021) 2557 8300 ext 8642 Email: [email protected] http://perpustakaan.kpk.go.id alamat redaksi - Ki Hadjar Dewantara - Setiap orang adalah guru.” Setiap tempat

Transcript of NEWS - Anti-Corruption Clearing House · 2017-07-26 · menghapal perkalian. Materi pelajaran di...

Page 1: NEWS - Anti-Corruption Clearing House · 2017-07-26 · menghapal perkalian. Materi pelajaran di hari itu adalah Faktor Persekutuan ... bekas stik es krim, ... membuat alat peraga

Sebuah tantangan tersendiri menjadi guru di daerah yang terpelosok dan jauh

dari hiruk pikuk pembangunan. Dengan berbagai keterbatasan fasilitas,

guru-guru tersebut terus berjuang mewujudkan cita-cita bangsa yaitu

mencerdaskan segenap tumpah darahnya. Namun kondisi yang serba terbatas

inilah yang kemudian menjadi pangkal dari segala kreatifitas. Banyak guru-guru

yang mencoba menembus batas limit ketimpangan dan ketertinggalan dengan cara-

cara yang tidak terduga. Seolah-olah murid yang pasif menjadi semacam motivasi

bagi guru untuk menemukan cara-cara efektif tapi kreatif dalam mengajar.

Buku ini hadir tidak sekedar mendokumentasikan cerita nyata usaha kreatif

guru-guru di berbagai daerah dalam hal mengajar. Melainkan memberi sebuah

kesadaran bahwa ada banyak hal di sekitar kita yang bisa menjadi sumber inspirasi

atau dimanfaatkan sebagai sarana mengajar. Buku yang berjudul ‘Murid Pasif

Pangkal Guru Kreatif’ juga mengumpulkan banyak cerita guru-guru berdedikasi

berjuang menolak keterbatasan dengan cara kreatif.

Salah satu kunci kreatifitas yang disebutkan dalam buku ini adalah

memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sekitar kita. Hal ini tidak hanya bersifat

murah belaka, melainkan mampu menciptakan murid-murid yang tidak tercerabut

dengan akar sosial budaya di mana tempat ia tumbuh.

Mengutip Ahmad Juwaini di kata pengantar buku

ini, bahwa guru bukanlah sekedar orang yang

berdiri di depan kelas untuk menyampaikan

bahan ajar semata. Ia adalah garda

terdepan dalam pendidikan. Sebagus

apapun kurikulum dan sistem pendidikan

yang dipakai, tidak akan berjalan efektif

jika guru tidak memiliki dedikasi,

kreatifitas, teladan dan keikhlasan dalam

mendidik anak-anaknya.

‘Es Krim Matematika’ salah satu contoh

cara mengajar kreatif yang patut kita coba untuk

mengajar anak-anak yang mengalami kesulitan

dalam bidang Matematika. Guru yang mengemukakan ide

tersebut bernama Ummu Khoirunnisa, beliau mengajar murid kelas 6 SD di Sekolah

Dasar Negeri 007 Tulin Onsoi, Nunukan, Kalimantan Utara. Suatu hari saat

mengajar, Ummu menemukan kenyataan bahwa anak didiknya tidak pandai dalam

menghapal perkalian. Materi pelajaran di hari itu adalah Faktor Persekutuan

Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Ummi merasa ada yang

janggal pada siswanya karena hanya sedikit sekali yang mampu menghapal dengan

baik perkalian 1 hingga 10. Padahal, mereka adalah siswa di ambang peralihan dari

Sekolah Dasar menuju Sekolah Menengah Pertama dan sebentar lagi akan

menghadapi Ujian Nasional. Ummu berpikir secara keras untuk menemukan cara

terbaik dalam membantu siswanya menghapal perkalian.

KOLEKSI PILIHAN

¢ Bangsa yang Lalai¢ Batu, Daun, Cinta Teman Setia Belajarku¢ Gado-gado Integritas¢ Games Indoor-Outdoor paling Gress dan Trik

Modifikasi¢ Kebijakan Pendidikan dalam persepektif teori,

aplikasi dan kondisi objektif pendidikan di

Indonesia¢ Origami untuk Membangun Karakter¢ Pendidikan Anti Korupsi¢ Pendidikan anti korupsi: Konsep, strategi, dan

implementasi pendidikan anti korupsi di

Sekolah/Madrasah¢ Pendidikan Karakter Membangun Perilaku

Positif Anak Bangsa¢ Suara dari kelas kecil

PERPUSTAKAAN KPK

LETTERNEWS

Edisi 07 Vol.III | Juli 2017

Penulis: Sekolah Guru IndonesiaKolasi : xiv + 257 Hal; 23,5x15cm

Es Krim Matematika

adalah sekolah.

Gedung KPK Lt.1Jalan Kuningan Persada Kav.4 Jakarta

Telp: (021) 2557 8300 ext 8642Email: [email protected]://perpustakaan.kpk.go.id

alamat redaksi

- Ki Hadjar Dewantara -

Setiap orang

adalah guru.”

Setiap tempat

Page 2: NEWS - Anti-Corruption Clearing House · 2017-07-26 · menghapal perkalian. Materi pelajaran di hari itu adalah Faktor Persekutuan ... bekas stik es krim, ... membuat alat peraga

Halaman BelakangDapatkan Newsletter Perpustakaan KPK edisi lainnya di Portal ACCH

https://acch.kpk.go.id/perpustakaan/newsletterTerbata dalam membaca, terseok dalam menulis,

bukan keadaan yang perlu dikeluhkan. Tekad

memajukan anak-anak bangsa dipancang hingga

alam sekitar diri jadi peneman mengenalkan

eloknya berbahasa penuh budi.

Terpuruk dalam ketakutan pada Matematika,

tidak membenamkan keterbatasan mengenalkan

angka-angka. Kertas bekas, kemiri, atau sekedar

bekas stik es krim, semuanya adalah teman yang

memudahkan anak-anak bangsa mengenal

perhitungan, pengurangan, perkalian dan

pembagian sarat tawa.

Dan alam sekitar pun akhirnya jadi penggugah

inspirasi mendekati alam. Sebagai ciptaan Tuhan

yang kudu dibaca dan dikenali. Anak-anak bangsa

tidak dibuat mengerut mengenal pengetahuan

alam; justru dikenalkan dengan cara penuh ceria.

Dalam keterbatasan, selalu ada jawaban. Bukan

keluhan yang dihadirkan, melainkan sebuah

temuan. Sederhana diciptakan, tapi mengusik

haru di kedalaman. Ada bungah, ada ceria, dan

bangga bersama anak-anak esok bangsa penuh

harapan. Para pendidik muda selalu setia

mengubah kepasifan siswa menjadi sebuah

ketangguhan.

Keesokan harinya, Ummu sedang berjalan melewati warung di dekat

rumahnya. Sang Pencipta ternyata begitu baik dan pemurah. Suatu ide

terlintas dipikiran Ummu. Es krim! Ya, Es Krim adalah suatu barang yang

dianggap mewah dan begitu nikmat di tengah daerah perkebunan sawit di

daerah itu. Para orang tua hanya bisa membelikan es krim untuk anak-anak

mereka pada saat musim menuai kelapa sawit dan itupun hanya sebulan

sekali. Es krim yang dibeli bukanlah es krim perusahaan ternama seperti di

kota-kota besar. Setelah sampai di rumah, Ummu mengumpulkan kardus,

kertas karton, kertas asturo, dan pensil warna. Dengan kreatifitasnya, ia

membuat alat peraga berbentuk es krim menggiurkan dan diberi angka-

angka untuk menunjukkan perkalian yang diinginkan.

Sebuah ide yang keluar dari pemikiran pemudi bangsa yang begitu

sederhana ini, dapat kita tiru untuk mengajar anak-anak kita yang akan

menjadi penerus bangsa kelak. Sebagai orang tua, seringkali kita

menemukan kesulitan dalam mengajar pelajaran-pelajaran sulit seperti

Matematika. Selain kisah ‘Es Krim Matematika’ masih banyak kisah di buku

ini mengajarkan bahwa seorang pengajar maupun orang tua tidak boleh

menyerah dan menganggap anak maupun siswa mereka tidak bisa. Justru

dalam kesulitan yang dihadapi dalam mengajar, tumbuh gagasan-gagasan

kreatif agar pelajaran yang sulit dapat dimengerti dan dipahami dengan

mudah oleh anak kita. Alam begitu kaya dan sangat menyediakan berbagai

sumber daya untuk menunjang kreatifitas kita.

Setiap orang tua mampu menjadi guru yang baik bagi anak-anak

mereka. Walaupun banyak sekali para ibu maupun ayah yang bekerja dan

pastinya tidak banyak memiliki waktu bersama anak-anak mereka terutama

mengajar pelajaran, namun semua permasalahan dapat diatasi dengan

pikiran yang kreatif seperti yang ada dalam buku ini.

Artikel Korupsi

Asset Recovery and Mutual Legal Assistance

Bribery

Fraud

Indeks

Persepsi

Korupsi

Pemberantasan

Korupsi

di Indonesia

Kasus Korupsi

Korupsi

dan Agama

Korupsi

di Wilayah

Lain

Korupsi Khusus

Money

LaunderingNovel

Korupsi Pendidikan Antikorupsi

Peradilan

Peraturan

Korupsi

Prosiding

Korupsi

Teori Korupsi

Whis

tleblo

win

g

Sub

jek

Kor

upsi

Direktori Subjek Korupsi Perpustakaan KPK

Kunjungi dan manfaatkan koleksi Perpustakaan KPK

untuk mencari referensi dan rekreasi!

Page 3: NEWS - Anti-Corruption Clearing House · 2017-07-26 · menghapal perkalian. Materi pelajaran di hari itu adalah Faktor Persekutuan ... bekas stik es krim, ... membuat alat peraga

Kemampuan literasi dan budaya membaca masyarakat

Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara lain.

Diperlukan sebuah gebrakan yang besar dan inovatif

guna mendukung dan mempercepat budaya literasi tersebut,

salah satunya adalah dengan menumbuhkan minat baca sejak

dini. Seperti kata Dr. Seuss, “semakin banyak kamu membaca,

semakin banyak hal yang akan kamu ketahui. Semakin banyak

kamu belajar, semakin banyak tempat yang akan kamu kunjungi”.

Berangkat dari kesadaran itulah, Ridwan Sururi (44) mencoba

berkontribusi mengubah keadaan di sekelilingnya. Sekedar

menyediakan buku belum mampu mengajak orang-orang di

sekitarnya untuk lebih aktif membaca. Hingga suatu ketika ia

memiliki ide untuk berkeliling membawa buku-buku ke berbagai

desa dengan menggunakan kuda kepunyaannya. Bukan persoalan

keterbatasan moda atau alat transportasi semata, alasan Ridwan

menggunakan kuda adalah sebagai penarik perhatian terutama

dikalangan anak-anak. Sehingga ketika mereka berkumpul

mendekati kuda, Ridwan akan lebih mudah menawarkan

sejumlah buku yang dibawanya. Kuda tersebutlah yang menemani

Ridwan berkeliling ke desa-desa di lereng Gunung Slamet,

Purbalingga, Jawa Tengah, sambil membawa koleksi bukunya

yang dapat dibaca di tempat atau dipinjam secara cuma-cuma.

Ridwan menamakan aksinya ini dengan nama ‘Kuda Pustaka’.

Kuda Pustaka ini sudah berjalan dari Januari 2015 dan masih

berjalan hingga saat ini. Aksi ini berawal dari hobi dan kecintaan

Ridwan dengan kuda dan perkenalannya dengan seorang

budayawan dan juga seorang anggota pustakawan asal Jakarta

bernama Nirwan Arsuka. Dengan berbekal 136 buah buku milik

Nirwan, Kuda Pustaka kini sudah semakin terkenal, bahkan

hingga ke kancah internasional.

Bersama Luna, kuda kesayangannya, Ridwan berkeliling

setidaknya tiga kali seminggu. Buku-buku yang dipilih untuk

dibawa selalu disesuaikan dengan tempat tujuan keliling Kuda

Pustaka. Apabila ke sekolah dasar, koleksi buku bacaan bagi anak-

anak pasti mendominasi rak kayu bertuliskan ‘Kuda Pustaka

Gunung Slamet’ yang ada di punggung Luna. Keberadaan Luna

sendiri juga menjadi daya tarik tersendiri untuk masyarakat.

Ridwan mendapat penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka

2016 sebagai tokoh nasional dari Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia (PNRI). Penghargaan ini merupakan bentuk

penghargaan tertinggi yang diberikan PNRI kepada pihak-pihak

yang dinilai telah berkontribusi besar bagi pengembangan

perpustakaan dan minat baca di daerahnya. Hingga saat ini pun,

rumah Ridwan sudah selayaknya perpustakaan publik. Dua

pertiga rumahnya ia sulap menjadi taman baca. Puluhan rak berisi

lebih dari tujuh ribu buku menyesaki ruang tamu. Puluhan warga

setiap hari hilir mudik ke dalam rumah. Mereka datang membaca

dan meminjam buku.

Jadi, bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda meningkatkan

minat bacamu?

http://kudapustaka.blogspot.co.id/

LITERASIINSPIRASI Kuda Pustaka Kuda Pustaka

yang Menduniayang MenduniaKuda Pustaka yang Mendunia

Sejak masa kemerdekaan, pendidikan di

Indonesia sudah mengalami perombakan

kurikulum sebanyak 11 kali. Berawal dari

kurikulum tahun 1947 yang disebut Rencana

Pelajaran Dirinci Dalam Rencana Pelajaran

Terurai (17 tahun). Tahun 1964 Rencana

Pendidikan Dasar (4 tahun), tahun 1968

Kurikulum Sekolah Dasar (6 tahun), tahun

1974 Kurikulum Proyek Perintis Sekolah

Pembangunan (1 tahun), dan tahun 1975

Kurikulum Sekolah Dasar (9 tahun). Kurikulum

Cara Belajar Siswa Aktif (KCBSA) 1984 (10

tahun), Kurikulum 1994 (3 tahun), tahun 1997

Revisi Kurikulum 1994 (7 tahun), Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 (2 tahun),

dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTPS) 2006 (7 tahun). Dan, yang paling

terbaru dan diterapkan sekarang ini adalah

Kurikulum tahun 2013.

Tahukah Anda ?