New PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS PENDEKATAN …digilib.unila.ac.id/60521/3/3. SKRIPSI FULL TANPA...
Transcript of New PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS PENDEKATAN …digilib.unila.ac.id/60521/3/3. SKRIPSI FULL TANPA...
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS PENDEKATANSAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V
DI SD NEGERI 5 SUKARAJA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
APRIYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS PENDEKATANSAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V
DI SD NEGERI 5 SUKARAJA BANDAR LAMPUNG
Oleh
APRIYANTI
Masalah dalam penelitian ini adalah belum tersedianya bahan ajar saintifik pada
pembelajaran kelas V di SD Negeri 5 Sukaraja. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menghasilkan bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis
pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik kelas V. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Populasi penelitian ini
adalah seluruh peserta didik kelas V SD Negeri 5 Sukaraja. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan teknik kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
produk LKPD yang dikembangkan pada penelitian ini dinyatakan valid oleh
validator ahli dan menarik baik bagi pendidik maupun peserta didik berdasarkan
skor dari angket respon terhadap produk LKPD yang diberikan.
Kata Kunci: bahan ajar, pendekatan saintifik, pembelajaran tematik.
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF SCIENTIFIC APPROACH-BASEDLEARNING MATERIAL IN THEMATIC LEARNING OF
THE FIFTH CLASS IN SD NEGERI 5 SUKARAJABANDAR LAMPUNG
By
APRIYANTI
The problem of this research was the unavailability of scientific learning materialin the fifth class learning in SD Negeri 5 Sukaraja. This research aimed to producelearning material in the form of scientific approach-based student work sheet inthematic learning of the fifth class. The research method used was the Researchand Development (R&D). The population of this research was the whole fifthclass students of SD Negeri 5 Sukaraja. Data collection technique used wereobservation, interview, questionnaires, and documentation. The researcher useddescriptive-qualitative technique to analyse the data. The result showed that thestudent work sheet developed was considered as a valid product by the expertvalidators and was interesting for both teacher and the students based on thescores of the response questionnaires about the student work sheet given.
Key words: learning material, scientific approach, thematic learning.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS PENDEKATANSAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V
DI SD NEGERI 5 SUKARAJA BANDAR LAMPUNG
Oleh
APRIYANTI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu PendidikanFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Apriyanti dilahirkan di Bandar Lampung
pada tanggal 26 April 1992. Penulis adalah anak kedua dari
dua bersaudara, dari pasangan Bapak Muhamad Gasim dan
Ibu Rohida, S.Pd.
Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak (TK) Pembina
Bandar Lampung pada tahun 1997-1999. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 1999-2004.
Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 4 Bandar Lampung
pada tahun 2004-2007, lalu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 10 Bandar
Lampung pada tahun 2007-2010.
Penulis diterima sebagai mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur
Paralel pada tahun 2015. Tahun 2018 atau semester enam, penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi Universitas Lampung (KKN-KT
Unila) dan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
Pekon Babakan, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus.
MOTTO
“Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengankeras adalah kemenangan yang hakiki”
(Mahatma Gandhi)
“Everyone is a genius. But if you judge a fish on its ability to climb atree, it will live its whole life believing that it is stupid”
(Albert Einstein)
“Even a great person may have dark past, and even a loser may havebright future too”
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah Hirabbil ‘Alamin, puji dan syukur saya panjatkan kepada AllahSWT atas limpahan nikmat dan pertolongan-Nya. Skripsi ini saya persembahkankepada orang tua saya Bapak Muhamad Gasim dan Ibu Rohida, S.Pd. serta kakaksaya Elsha Shelvia S.Farm, Apt. yang selalu memberi doa dan dukungannya untuk
penyelesaian skripsi ini. Terimakasih banyak atas segala perhatian dan kasihsayang yang telah kalian berikan kepada saya selama ini.
Kepada seluruh keluarga besarku yang telah senantiasa mendoakan perjuangankuagar dapat segera menyelesaikan tugas akhir kuliah ini, terimakasih atas doanya.
Bapak dan Ibu Dosen yang tanpa lelah telah membimbing dan mencurahkanilmunya yang sangat bermanfaat kepada saya. Terimakasih Bapak dan Ibu,
pahlawan tanpa tanda jasa.
Sahabat-sahabat yang selalu menemani, membantu, dan menyemangati saya.Terimakasih atas segala kebaikan kalian.
Serta terimakasih untuk almamater tercinta, Universitas Lampung.
ii
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Saintifik pada Pembelajaran
Tematik Kelas V di SD Negeri 5 Sukaraja Bandar Lampung” sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Rochmiyati, M.Si., selaku pembimbing I; Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku
pembimbing II; dan Dra. Loliyana, M.Pd., selaku penguji atas kesediannya
memberikan bimbingan, motivasi, ilmu yang berharga, saran, dan kritik selama
penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
3. Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Universitas Lampung.
M.Pd., selaku Dosen Validator yang telah membantu memvalidasi LKPD.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf karyawan PGSD universitas lampung yang
telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaaikan.
memberikan bantuan dan izin untuk melaksanakan penelitian di sekolah.
8. Seluruh pendidik kelas V SD Negeri 5 Sukaraja, khususnya pendidik kelas
VA dan VB telah membantu memvalidasi LKPD dan memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
9. Peserta didik kelas VA dan VB SD Negeri 5 Sukaraja tahun ajaran
2018/2019 yang telah ikut andil dalam penelitian ini.
10. Keluargaku tercinta, papa, mama, serta kakaku. Terimakasih atas do`a dan
dukungan motivasi yang telah di berikan pada penulis selama ini.
11. Seluruh teman teman PGSD 2015, terutama Danti,Della,Lafe,Muli,Rahma,
dan Siti Atas dukungam dan kebersamaannya selama ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, 28 November 2019
Peneliti
Apriyanti
NPM 1543053015
iii
7. Daharni MT, S.Pd., Selaku Kepala SD Negeri 5 Sukaraja , yang telah
4. Drs.Maman Surahman,M.Pd., Ketua Program Studi S-1 PGSD,FKIP
5. Dra. Fitria Akhyar, M.Pd., Agung Kurniawan, M.Sn., dan Amrina Izzatika,
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1B. Identifikasi Masalah................................................................................ 10C. Pembatasan Masalah............................................................................... 11D. Rumusan Masalah................................................................................... 11E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 11F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar dan Pembelajaran.............................................................. 131. Teori Belajar Behavioristik................................................................ 132. Teori Belajar Kognitif....................................................................... 143. Teori Belajar Konstruktivistik ........................................................... 154. Teori Belajar Humanistik................................................................... 16
B. Bahan Ajar .............................................................................................. 171. Pengertian Bahan Ajar ....................................................................... 182. Manfaat Bahan Ajar ........................................................................... 193. Jenis-jenis Bahan Ajar ....................................................................... 20
C. Pengembangan Bahan Ajar..................................................................... 221. Tujuan Pengembangan Bahan Ajar ................................................... 232. Prinsip-prinsip Pengembangan Bahan Ajar ....................................... 24
D. Pembelajaran pada Kurikulum 2013 ...................................................... 251. Proses Pembelajaran Tematik Terpadu.............................................. 262. Pendekatan Proses Saintifik ............................................................... 28
a. Pengertian Pendekatan Saintifik.................................................... 28b. Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Saintifik .................. 29
E. Pengembangan Bahan Ajar untuk PembelajaranTematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik ...................................... 33
v
1. Langkah Pengembangan Bahan Ajar Model Sadjati ........................ 332. Langkah Pengembangan Bahan Ajar Model ADDIE........................ 37
F. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)................................................ 381. Pengertian LKPD............................................................................... 382. Fungsi dan Manfaat LKPD ................................................................ 393. Tujuan Penyusunan LKPD ................................................................ 414. Struktur LKPD................................................................................... 425. Kriteria LKPD yang Baik .................................................................. 436. Langkah Penyusunan LKPD.............................................................. 45
G. Pengembangan Bahan Ajar pada Tema 9“Benda-benda di Sekitar Kita” ............................................................... 481. Karakteristik Bahan Ajar yang Dikembangkan ................................. 492. Model Pembelajaran yang Digunakan ............................................... 503. Daftar Kompetensi Dasar pada Tema 9 Subtema 3 ........................... 53
H. Penelitian Relevan .................................................................................. 54I. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 57
III.METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 60B. Prosedur Penelitian ................................................................................. 62
1. Pengumpulan Informasi ..................................................................... 622. Pengembangan Produk....................................................................... 633. Validasi Rancangan Produk............................................................... 644. Revisi Rancangan Produk .................................................................. 675. Uji Coba Produk ................................................................................ 676. Penjaringan Respon Pendidik dan Peserta Didik............................... 677. Revisi Akhir Produk .......................................................................... 67
C. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 681. Tempat Penelitian .............................................................................. 682. Waktu Penelitian................................................................................ 68
D. Populasi dan Sampel............................................................................... 681. Populasi Penelitian............................................................................. 682. Sampel Penelitian............................................................................... 69
E. Definisi Konseptual dan Operasional Penelitian .................................... 691. Definisi Konseptual ........................................................................... 692. Definisi Operasional .......................................................................... 71
F. Sumber Data Penelitian .......................................................................... 721. Data Primer ........................................................................................ 732. Data Sekunder ................................................................................... 73
G. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 731. Observasi............................................................................................ 733. Wawancara......................................................................................... 744. Angket / Kuisioner............................................................................. 745. Dokumentasi ...................................................................................... 75
H. Instrumen Penelitian ............................................................................... 75I. Teknik Analisis Data .............................................................................. 75
1. Analisis Data Validasi Ahli ............................................................... 76
vi
2. Analisis Data Uji Instrumen Penelitian.............................................. 773. Analisis Data Respon Pendidik dan Peserta Didik ........................... 79
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................... 811. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah........................................................... 812. Keadaan Peserta Didik....................................................................... 82
B. Hasil Penelitian....................................................................................... 831. Pengumpulan Informasi ..................................................................... 832. Perancangan Produk LKPD ............................................................... 853. Validasi Rancangan Produk LKPD ................................................... 934. Revisi Rancangan Produk LKPD....................................................... 975. Uji Coba Produk LKPD..................................................................... 98
a. Uji Prasyarat Instrumen Penelitian................................................ 98b. Uji Coba Lapangan........................................................................ 101
6. Penjaringan Respon terhadap Produk LKPD..................................... 102a. Penjaringan Respon Pendidik terhadap Produk LKPD................. 102b. Penjaringan Respon Peserta Didik terhadap Produk LKPD ......... 103
7. Revisi Akhir Produk LKPD............................................................... 104C. Pembahasan ............................................................................................ 104
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................. 111B. Saran ....................................................................................................... 111
1. Bagi Pendidik..................................................................................... 1122. Bagi Kepala Sekolah .......................................................................... 1123. Bagi Peneliti Lain .............................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 113
LAMPIRAN.................................................................................................... 117
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Observasi Sekolah Dasar Gugus Bumi Waras .............................. 5
2. Deskripsi Langkah Pembelajaran Saintifik ............................................ 30
3. Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ............................ 31
4. Struktur Bahan Ajar Cetak (Printed) ...................................................... 35
5. Tahapan Evaluasi Bahan Ajar ................................................................ 36
6. Muatan Pembelajaran pada Tema 9 Subtema 3...................................... 53
7. Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran pada Tema 9Subtema 3 Pembelajaran ke-1 dan ke-2 .................................................. 54
8. Jumlah Peserta Didik Kelas V SD Negeri 5 SukarajaTahun Ajaran 2018/2019 ........................................................................ 68
9. Kriteria Penilaian Lembar Validasi Ahli ................................................ 76
10. Kriteria Persentase Penilaian Validasi Ahli............................................ 76
11. Klasifikasi Validitas Angket................................................................... 78
12. Daftar Interpretasi Koefisien Reliabilitas ............................................... 78
13. Kriteria Persentase Respon Pendidik dan Peserta Didik ........................ 79
14. Jumlah Peserta Didik di SD Negeri 5 Sukaraja TA.2018/2019.............. 82
15. Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli ............................................................ 97
16. Hasil Uji Validitas Angket Respon Peserta Didik .................................. 99
17. Hasil Uji Reliabilitas Angket Respon Peserta Didik .............................. 100
viii
18. Waktu Pelaksanaan Uji Coba Produk LKPD ......................................... 101
19. Hasil Penjaringan Respon Pendidik terhadap Produk LKPD................. 102
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Langkah-langkah Pengembangan Bahan Ajar Model Sadjati ................ 34
2. Langkah Pengembangan Bahan Ajar LKPD Model ADDIE ................. 37
3. Diagram Alur Langkah Penyusunan LKPD ........................................... 46
4. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 59
5. Langkah Penelitian dan Pengembangan Bahan Ajar LKPDBerbasis Saintifik Modifikasi Model Sugiyono...................................... 62
6. Peta Kebutuhan LKPD ........................................................................... 88
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus .................................................................................................... 117
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................ 121
3. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) ................................................ 134
4. Pedoman Wawancara .............................................................................. 165
5. Angket Respon (Pendidik) ...................................................................... 166
6. Angket Respon (Peserta Didik)............................................................... 167
7. Hasil Uji Validitas Angket Respon Peserta Didik .................................. 168
8. Hasil Uji Reliabilitas Angket Respon Peserta Didik............................... 177
9. Rekapitulasi Respon Pendidik terhadap LKPD ...................................... 180
10. Rekapitulasi Respon Peserta Didik terhadap LKPD............................... 181
11. Foto-foto Penelitian................................................................................. 182
12. Lembar Validasi Dosen Ahli................................................................... 184
13. Surat Observasi SD Negeri Gugus Bumi Waras..................................... 202
14. Surat Balasan telah Melaksanakan Penelitian Pendahuluan ................... 203
15. Surat izin Penelitian di SD Negeri 5 Sukaraja ........................................ 204
16. Surat Balasan telah Melaksanakan Penelitian Pendahuluan ................... 205
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia, dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 (K-13) membawa sebuah
harapan besar dalam menjawab kebutuhan pendidikan sesuai dengan
perkembangan zaman. Penilaian pembelajaran yang terdapat pada Kurikulum
2013 atau K-13 tidak hanya menekankan pada ranah pengetahuan (kognitif),
namun juga pada ranah sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor).
Selain pada aspek penilaian, perubahan juga terjadi pada prinsip pembelajaran
yang semula menggunakan pendekatan tekstual menjadi menggunakan
pendekatan ilmiah atau saintifik (Kemendikbud, 2013: 1). Berdasarkan aturan
tersebut, kini pembelajaran berbasis pendekatan saintifik menjadi unsur
penting dalam penerapan kurikulum 2013 di sekolah.
Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masih rendahnya kualitas
sumber daya manusia yang dimilikinya. Hal tersebut tercermin dari hasil survei
Trends in International Math and Science tahun 2007 oleh Global Institute
(dalam Prastowo, 2018: 2) bahwa hanya 5 persen peserta didik Indonesia yang
mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi sementara peserta didik
Korea mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen peserta didik Indonesia dapat
2
mengerjakan soal hafalan berkategori rendah, sementara peserta didik Korea
sebesar 10 persen.
Selain itu berdasarkan data PISA (Programme for International Student
Assesment) tahun 2009 (dalam Prastowo, 2018: 2) menempatkan Indonesia
pada peringkat bawah 10 besar dari 65 negara. Hampir semua peserta didik
Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 sementara banyak peserta
didik dari negara lain menguasai pelajaran hingga level 6.
Permasalahan tersebut dapat menghambat daya saing bangsa Indonesia dalam
percaturan dunia. Era globalisasi menuntut literasi sains atau penguasaan ilmu
pengetahuan pada setiap warga negara. Bagi peserta didik, literasi sains
diperlukan agar mereka dapat memahami masalah yang dihadapi dalam
lingkungan masyarakat yang terus berkembang. Sehingga saat dewasa mereka
diharapkan mampu berkontribusi dalam pemecahan masalah tersebut.
Literasi sains menurut PISA (dalam OECD, 2017) merupakan “kemampuan
untuk terlibat dalam isu dan ide-ide tentang pengetahuan ilmiah sebagai
masyarakat yang terus berpikir.” Kemampuan ilmiah oleh PISA dijabarkan
kedalam beberapa kompetensi, yaitu: (1) menjelaskan fenomena secara ilmiah
dan mengingat kembali pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya (2)
memprediksi, menilai dan merancang penyelidikan ilmiah melalui identifikasi
terhadap kesalahan dari sebuah rancangan percobaan, (3) menafsirkan data dan
bukti secara ilmiah melalui identifikasi apakah kesimpulan dari sebuah data
dapat dibenarkan atau tidak.
3
Selanjutnya, menurut Hanifah dan Julia (2014: 301-302) pendekatan saintifik
adalah “sebuah pola berpikir ilmiah yang diterapkan dalam pembelajaran yang
terdiri dari kegiatan pengamatan, perumusan masalah, penalaran, pembangunan
hipotesis, uji coba, dan pengkomunikasian hasil temuan.” Pola berpikir ilmiah
inilah yang mendasari proses kerja dari seorang ilmuwan (scientist) dalam
memperoleh ilmu pengetahuan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
saintifik mengarah pada pembelajaran yang (1) berpusat pada peserta didik, (2)
menstimulasi kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah
(problem solving), (3) memberi kesempatan peserta didik mencari informasi
dari berbagai sumber dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang
dimilikinya, (4) menggunakan langkah ilmiah untuk membangun pengetahuan
ilmiah secara mandiri, serta (5) mendukung terbentuknya keterampilan ilmiah
melalui kegiatan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menganalisis, dan mengomunikasikan hasil temuan).
Pendekatan saintifik merupakan unsur yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan potensi peserta didik terutama dalam menjawab tantangan
zaman. Oleh karena itu, merupakan sebuah keharusan bagi pendidik sebagai
pengarah dan fasilitator pendidikan di kelas untuk memahami serta mampu
menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Salah satunya dengan
memasukkan muatan saintifik kedalam bahan ajar yang digunakan.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 sebagai perubahan atas PP
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 (3) telah
4
mengamanatkan setiap satuan pendidikan melakukan perencanan proses
pembelajaran guna terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah
satunya tertuang pada pasal 20 yakni terkait perencanaan sumber belajar.
Berdasarkan peraturan tersebut, pendidik diharapkan dapat mengembangkan
bahan ajar sebagai salah satu dari berbagai macam sumber belajar.
Gogoi (2015: 20272) mengungkapkan bahwa “an effective; competent and
talented teacher can use teaching learning material effectively (seorang
pendidik yang efektif, kompeten dan berbakat dapat menggunakan bahan ajar
secara efektif).” Efektif dalam pendapat Gogoi ini berarti pendidik dalam
memilih jenis bahan ajar harus menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
dan aturan dari kurikulum yang berlaku. Kurikulum 2013 menuntut adanya
pembelajaran dengan pendekatan saintifik, maka bahan ajar yang digunakan
pun harus mampu membentuk kemampuan saintifik pada diri peserta didik.
Selanjutnya, Depdiknas (2008: 11) juga menyatakan bahwa pendidik dapat
memilih jenis bahan ajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Bahan ajar
tersebut dapat berupa bahan ajar cetak (printed), bahan ajar dengar (audio),
bahan ajar pandang dengar (audio visual), dan bahan ajar multimedia interaktif.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian tentang pengembangan bahan ajar berbasis saintifik kelas V di SD
Negeri 5 Sukaraja. Bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini
berupa Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang memuat langkah
saintifik.
5
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian di SD Negeri 5 Sukaraja ialah
karena berdasarkan hasil observasi oleh peneliti, dari empat sekolah yang
tergabung dalam satu gugus di Kecamatan Bumi Waras, SD Negeri 5 Sukaraja
merupakan satu-satunya sekolah yang telah menerapkan K-13 pada hampir
semua kelas, terutama kelas V.
Tabel 1. Hasil Observasi Sekolah Dasar Gugus Bumi Waras
No Nama Sekolah Kelas yang SudahMenerapakan K-13
Kelas yang BelumMenerapakan K-13
1 SDN 1 Bumi Waras I, II, III IV, V, VI2 SDN 2 Bumi Waras I, IV, VI II, III, V3 SDN 2 Sukaraja I, IV II, III, V, VI4 SDN 5 Sukaraja I, II, IV, V III, VI
Sumber: Hasil Observasi Peneliti (2018)
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 10 November 2018 dengan wali
kelas VA SD Negeri 5 Sukaraja, diperoleh beberapa data sebagai berikut:
1. Kelas V terdiri dari dua kelas, masing-masing memiliki satu wali kelas.
2. Baik di kelas maupun di perpustakaan tidak terdapat proyektor dan LCD
untuk memasang media audio visual.
3. Sekolah tidak memiliki laboratorium (IPA, bahasa, matematika).
4. Wali kelas VA merupakan pendidik berstatus PNS bersertifikasi dan sudah
pernah mengikuti pelatihan terkait Kurikulum 2013 namun belum pernah
dilatih untuk menyusun LKPD saintifik. Sedangkan wali kelas VB
merupakan pendidik berstatus honorer dan belum pernah mengikuti diklat.
5. Pendidik kurang memahami konsep dan langkah pendekatan saintifik.
6. Bahan ajar yang digunakan oleh pendidik masih sebatas buku guru dan buku
siswa K-13.
6
7. Bahan ajar seperti media gambar dan alat peraga belum digunakan secara
optimal.
8. Pendidik belum pernah menyusun sendiri LKPD, terutama LKPD berbasis
pendekatan saintifik.
Berdasarkan data hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
kendala yakni tidak tersedianya media audio visual maupun laboratorium
untuk menunjang pembelajaran berbasis saintifik. Walaupun demikian, peneliti
menilai pendidik masih dapat menyiasati kondisi tersebut dengan cara
mengembangkan bahan ajar jenis cetak (printed).
Adapun jenis bahan ajar cetak yang dapat dipilih oleh pendidik ialah Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD). Bahan ajar tersebut relatif terjangkau dan
lebih sederhana untuk diterapkan sebagaimana yang ingin dilakukan peneliti
melalui penelitian ini. Pembelajaran yang akan diuji cobakan dalam penelitian
ini yakni pembelajaran tematik kelas V Sekolah Dasar. Melalui penggunaan
LKPD ini diharapkan peserta didik juga dapat terlatih untuk mencari informasi
dari berbagai sumber, tidak lagi hanya mengandalkan buku siswa.
Peserta didik kelas V dipilih sebagai subjek penelitian berdasarkan anggapan
peneliti bahwa kemampuan saintifik tepat diterapkan pada kelas tinggi.
Kemampuan berpikir peserta didik di kelas tinggi umumnya relatif telah lebih
berkembang dibandingkan peserta didik kelas rendah. Perkembangan
kemampuan yang dimaksud terutama dalam hal menalar dan berkomunikasi.
Anggapan tersebut didukung oleh teori Piaget (dalam Ibda, 2015: 32-33)
tentang tahap perkembangan anak bahwa peserta didik kelas V SD (usia 6-12
7
tahun) berada dalam tahap perkembangan operasional konkret. Tahap operasi
konkret dicirikan dengan anak yang sudah cukup matang untuk menggunakan
pemikiran logika atau operasi.
Sejalan dengan pendapat Piaget, dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik, peserta didik sekolah dasar dilatih untuk dapat berpikir abstrak. Anak
yang telah mampu berpikir secara abstrak akan lebih mudah dalam
memperoleh beberapa alternatif solusi untuk masalah yang dihadapi
dibandingkan dengan anak yang masih terbiasa berpikir konkret.
Kemampuan berpikir secara abstrak sangat diperlukan dalam kegiatan menalar.
Adapun penalaran pada peserta didik Sekolah Dasar masih terbatas pada hal-
hal sederhana. Penalaran sendiri merupakan proses berpikir yang berasal dari
kegiatan pengamatan. Selanjutnya, dari proses penalaran akan menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian baru dalam struktur kognitif peserta didik.
Konsep dan pengertian baru inilah yang akan menjadi dasar penarikan
kesimpulan berupa pengetahuan, baik bersifat deduktif maupun induktif.
Tentunya agar dapat membantu memunculkan kemampuan menalar, maka
harus terdapat suatu media yang dapat diamati oleh peserta didik. Media
tersebut dapat berupa gambar, teks bacaan, video, atau demonstrasi langsung.
Melalui kegiatan mengamati sesuatu yang memiliki permasalahan didalamnya,
akan meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik serta mengasah kemampuan
berpikir kritis dan abstrak. Peserta didik akan terdorong untuk mengembangkan
berbagai kemungkinan pemecahan masalah yang relatif baru ditemuinya.
8
Maka dari itu peserta didik kelas V yang masih berada pada tahap
perkembangan operasi konkret harus dibekali dengan keterampilan saintifik.
Hal itu dimaksudkan agar mereka terlatih untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahapan berpikir ilmiah sebagaimana cara berpikir seorang ilmuan.
Tahapan berpikir ilmiah tersebut dikembangkan melalui kegiatan 5M.
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui sejauh mana pendidik telah
mengadopsi pendekatan saintifik dalam bahan ajar yang digunakan pada
pembelajaran. Setelah mengamati kondisi yang sedang berjalan (existing
condition), peneliti akan mengembangkan sebuah bahan ajar berupa LKPD
saintifik yang belum pernah digunakan oleh pendidik sebelumnya. Bahan ajar
tersebut diarahkan untuk menstimulasi kemampuan saintifik peserta didik
sesuai dengan hasil analisis kebutuhan peserta didik.
Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul “Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Pendekataan Saintifik pada Pembelajaran Tematik Kelas V di SD
Negeri 5 Sukaraja Bandar Lampung.” Permasalahan terbesar dalam penelitian
ini diduga terjadi karena pendidik kurang memahami konsep pendekatan
saintifik dan cara merancang bahan ajar berbasis pendekatan saintifik.
Selama ini pendidik hanya menggunakan evaluasi yang ada pada buku guru
dan buku siswa berupa soal-soal tanpa peserta didik mengalami aktivitas
percobaan atau eksperimen terlebih dahulu. Beberapa kegiatan latihan pada
buku juga tidak dilengkapi dengan ilustrasi yang memadai sehingga peserta
didik cenderung “dipaksa” untuk berpikir terlalu abstrak di saat tahap
perkembangan berpikirnya masih bersifat konkret.
9
Buku siswa dan buku guru yang selama ini diandalkan oleh pendidik sebagai
satu-satunya bahan ajar belum dapat mencukupi kebutuhan peserta didik
terhadap pembelajaran aktif berbasis pendekatan saintifik. Selain itu, buku
guru dan buku siswa yang diterbitkan secara massal dan berlaku umum kurang
dapat menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang berbeda pada
setiap sekolah. Kondisi tersebut tentunya dapat menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran efektif sebagaimana yang diamanatkan dalam kurikulum 2013.
Maka dari itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian pengembangan
bahan ajar cetak berbasis saintifik kelas V di SD Negeri 5 Sukaraja. Bahan ajar
cetak berupa LKPD akan dikembangkan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching Learning (CTL). Model pembelajaran CTL menurut
Sutanto (dalam Lestari dkk, 2017: 1470) merupakan “pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan peserta didik
sehari-hari dan dapat menemukan makna dari materi tersebut dalam
kehidupannya.”
Pengembangan bahan ajar LKPD diharapkan mampu mengatasi masalah dalam
belajar sebagaimana diungkapkan oleh Depdiknas (2008: 9) berikut:
Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, makabahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yangabstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema,dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dijelaskan dengan cara yangsederhana, sesuai dengan tingkat berpikir siswa, sehingga lebih mudahdipahami.
Bahan ajar LKPD merupakan alternatif solusi yang relatif mudah untuk
dirancang sendiri oleh pendidik sesuai dengan kondisi peserta didik. Pendidik
10
dapat menambahkan berbagai ilustrasi yang lebih dekat dengan kehidupan
sehari-hari peserta didik, termasuk memasukkan unsur muatan lokal.
Lebih lanjut, penelitian ini diarahkan terjadi dalam skenario pembelajaran
tematik Kurikulum 2013. Indikator pencapaian kompetensi yang disusun dalam
silabus dan RPP akan mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar
kurikulum 2013 yang tertuang pada Permendikbud nomor 24 Tahun 2016 serta
materi yang terdapat pada Buku Guru Tema 9 Revisi 2017 (Kemendikbud,
2017a: 252-176) dan Buku Siswa Tema 9 Revisi 2017 (Kemendikbud, 2017b:
120-137.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi, yaitu:
1. Pendidik kurang memahami konsep dan penerapan pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik.
2. Pendidik masih mengandalkan buku guru dan buku siswa sebagai bahan ajar
sehari-hari, termasuk dalam kegiatan evaluasi.
3. Kemampuan saintifik yang selama ini dikembangkan pada pembelajaran di
kelas baru sebatas kegiatan mengamati.
4. Pendidik belum pernah membuat sendiri LKPD berbasis saintifik.
5. Tidak terdapat alat audio visual serta laboratorium yang dapat dimanfaatkan
untuk menunjang pembelajaran.
6. Pendidik setuju bahwa perlu diadakannya penelitian pengembangan bahan
ajar berbasis saintifik untuk kelas V.
11
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah sebagaimana dipaparkan di atas, maka perlu
adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini
yaitu mengenai pengembangan bahan ajar berbasis saintifik berupa Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan
satu masalah besar yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana
hasil pengembangan bahan ajar berupa LKPD berbasis pendekatan saintifik
pada pembelajaran tematik kelas V di SD Negeri 5 Sukaraja?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menghasilkan bahan ajar berupa LKPD berbasis
pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik kelas V di SD Negeri 5
Sukaraja.
F. Manfaat Penelitian
Sebagai tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan fakta dan data di lapangan,
penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Bahan ajar berbasis saintifik yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat
memberikan sumbangan terhadap teori pengembangan bahan ajar sehingga
peserta didik memiliki keterampilan ilmiah.
12
2. Manfaat Praktis
a. Pendidik
1) Memberikan alternatif bahan ajar tematik yang dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah peserta
didik kelas V SD.
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai langkah ilmiah.
3) Menambah wawasan tentang alternatif cara untuk menciptakan
suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.
b. Kepala Sekolah
Memberikan masukan bagi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah
melalui pengembangan bahan ajar sesuai dengan kurikulum 2013.
c. Peneliti
Meningkatkan wawasan dan pengalaman berharga dalam hal konsep dan
praktik pengembangan perangkat pembelajaran khususnya bahan ajar.
d. Peneliti Lain
Sebagai referensi tentang pengembangan bahan ajar berbasis pendekatan
saintifik serta untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai
tema, fokus, atau lokus yang terkait.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar dan Pembelajaran
Teori belajar berasal dari pemikiran ilmiah ahli-ahli psikologi yang kemudian
dikembangkan untuk membantu menggambarkan apa itu belajar, mengapa dan
bagaimana proses pembelajaran terjadi pada diri seseorang. Pemahaman yang
baik pada teori belajar ini akan bermanfaat bagi pendidik dalam merencanakan
pembelajaran, mengelola lingkungan belajar, serta mengevaluasi hasil
pembelajaran. Beberapa teori belajar tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Teori Belajar Behavioristik
Belajar dalam pandangan behavioristik sebagaimana yang diungkapkan oleh
Budiningsih (2005: 20) merupakan “sebuah bentuk perubahan yang dialami
peserta didik dalam bentuk kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.”
Menurut Sugiyono dan Hariyanto (2011: 58) teori belajar behavioristik
memandang belajar yang terjadi pada individu lebih kepada “gejala atau
fenomena jasmaniah yang terlihat dan terukur serta mengabaikan aspek-
aspek mental atau psikologis lainnya seperti kecerdasan bakat, minat, dan
perasaan atau emosi individu selama belajar.”
14
Teori behavioristik menurut Irham dan Wiyani (2016: 148) ialah “teori yang
hanya menekankan pada perilaku yang dapat diamati dan mengabaikan
perilaku yang tidak dapat diamati.”
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori
belajar behavioristik merupakan teori yang menanggap seseorang telah
belajar jika ia dapat menunjukkan perubahan perilaku yang dapat diamati
dan mengabaikan aspek psikologis yang tidak dapat diamati.
2. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif menurut Irham dan Wiyani (2013: 164) “muncul
sebagai respon ketidaksepakatan ahli terhadap teori belajar behavioristik
yang menganggap belajar hanya masalah hubungan stimulus dan respon.”
Budiningsih (2005: 34) juga menyatakan pendapatnya tentang teori belajar
kognitif yaitu:
Belajar dalam pandangan kognitif tidak sekedar melibatkan hubunganantara stimulus dan respon saja, akan tetapi merupakan aktivitas yangmelibatkan proses berpikir secara kompleks. Artinya, selama prosesbelajar terdapat aktivitas yang terjadi di dalam otak individu yangdisebut sebagai proses kognitif.
Pemahaman kunci dari teori belajar kognitif menurut Sugiyono dan
Hariyanto (2011: 75) adalah: (a) sistem ingatan atau memori di dalam otak
selama individu belajar merupakan suatu prosesor informasi yang aktif dan
terorganisasi, dan (b) pengetahuan awal pada individu memiliki peranan
yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
15
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa teori
belajar kognitif lebih menitikberatkan belajar pada proses belajar dibanding
pada hasil belajarnya. Teori ini menganggap bahwa belajar bukan hanya
persoalan stimulus-respon saja, namun belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, yang tidak
selalu dapat diamati atau diukur sebagai perubahan yang nampak.
3. Teori Belajar Konstruktivistik
Teori belajar konstruktivistik menurut Sugiyono dan Hariyanto (2011: 106)
merupakan “teori yang mempercayai kemampuan individu dalam
membentuk dan menyusun (mengonstruksi) sendiri pengetahuannya. Hal ini
disebabkan pengetahuan merupakan suatu bentuk hasil konstruksi atau
bentukan aktif individu itu sendiri.”
Proses penyusunan pengetahuan individu tersebut menurut Irham dan
Wiyani (2013: 168) dilakukan melalui “kemampuan peserta didik dalam
berpikir dan menghadapi tantangan, menyelesaikan, dan membangun
sebuah konsep pengetahuan yang utuh dari keseluruhan pengalaman nyata
yang pernah dialaminya.”
Menurut Merril dalam Sugiyono dan Hariyanto (2011: 106) konsep dasar
yang muncul sebagai acuan melihat teori belajar konstruktivistik yakni:
a. Pengetahuan individu akan dikonstruksikan melalui pengalaman.b. Belajar merupakan proses dan aktivitas penafsiran atau
penerjemahan secara personal tentang dunia nyata.c. Belajar merupakan sebuah proses aktif. Proses pemberian makna
dibangun dan dikembangkan berdasarkaan pengalaman-pengalaman.
16
d. Belajar dapat dilakukan dalam setting nyata, proses ujian juga dapatdilaksanakan dan diintegrasikan dengan tugas-tugas tertentusehingga tidak memisahkan proses belajar dan penilaiannya.
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa teori belajar
konstruktivistik tidak memisahkan proses belajar dengan penilaiannya
sebagaimana yang terjadi pada teori behavioristik dan teori kognitif. Teori
konstruktivistik memandang belajar sebagai kegiatan manusia membangun
atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalaman nyata yang pernah dialaminya.
Menurut teori konstruktivistik, peserta didik membentuk pengetahuannya
melalui interaksi dengan lingkungan, bukan hasil bentukan orang lain.
Proses pembentukan pengetahuan tersebut berlangsung terus menerus
sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik semakin lengkap.
4. Teori Belajar Humanistik
Teori belajar humanistik menurut Irham dan Wiyani (2013: 189) merupakan
“sebuah teori yang memandang peserta didik dapat dikatakan telah berhasil
dalam belajar apabila ia telah mampu mengerti dan memahami lingkungan
serta dirinya sendiri.”
Sedangkan tujuan utama proses pembelajaran dalam pandangan teori
humanistik menurut Budiningsih (2005: 68) adalah “agar peserta didik dapat
mengembangkan dirinya, yaitu membantu individu untuk mengenali diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik. Pembelajaran dalam teori belajar
ini juga bermanfaat untuk membantu mewujudkan dan mengembangkan
potensi-potensi yang ada pada diri peserta didik.”
17
Menurut Sadjati (2012: 1.19) teori belajar humanistik atau yang disebut
“humanistic psychology” merupakan dasar dari metode pembelajaran
kelompok yang menekankan pada cara orang berinteraksi dalam kelompok
kecil dengan menggunakan pendekatan dinamika kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
teori belajar humanistik memandang belajar sebagai proses “memanusiakan
manusia.” Melalui belajar individu dapat mengaktualisasikan dirinya atau
menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungannya.
Teori ini mengakui bahwa setiap individu memiliki keunikan masing-
masing sehingga pendidik harus dapat memfasilitasi keunikan tersebut.
Selanjutnya untuk kepentingan penelitian ini, peneliti berpijak pada keempat
teori belajar tersebut. Kurikulum 2013 mengharuskan satuan pendidikan
menerapkan pendekatan ilmiah serta pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik mengalami perubahan sikap, mampu mengaitkan berbagai
pengetahuan yang dimiliki, membangun pengetahuan melalui pengalaman
belajar, serta memiliki pengalaman berinteraksi dalam kelompok kecil.
B. Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran
yang berguna bagi pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran kepada
peserta didik secara efektif dan efisien. Seringkali, dalam penyusunan
perangkat pembelajaran dijumpai istilah sumber belajar dan bahan ajar.
Meskipun digunakan untuk tujuan yang relatif sama, namun kedua istilah
tersebut memiliki perbedaan.
18
Sumber belajar menurut Prastowo (2018: 32) berkaitan dengan “segala sesuatu
yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar.”
Selanjutnya Prastowo (2018: 44) menambahkan “sumber ajar dapat berupa
pesan, manusia, bahan (materials), peralatan (hardware), teknik/metode, dan
lingkungan (setting).”
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa sumber belajar berbeda
dengan bahan ajar. Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar berupa
bahan atau benda yang dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pemahaman
peserta didik terhadap materi pembelajaran.
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar menurut National Center for Competency Based Training (dalam
Prastowo, 2018: 51) merupakan “segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu pendidik dalam proses pembelajaran di kelas. Bahan ajar
tersebut disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tak tertulis, sehingga
tercipta suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.”
Menurut Awalludin (2017: 12) bahan ajar adalah “semua bahan atau materi
pelajaran yang akan dikuasai oleh peserta didik, disusun secara sistematis,
dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan mengacu pada kurikulum
yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.”
Sedangkan Widodo dan Jasmadi (2008: 40) menyatakan bahan ajar adalah
“seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
19
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yaitu
mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.”
Berdasarkan ketiga pendapat tentang pengertian bahan ajar di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat bahan, alat, atau
sarana yang dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Bahan ajar disusun secara sistematis baik tertulis maupun
tidak tertulis oleh pendidik dan harus menyesuaikan dengan tuntutan
kurikulum yang berlaku, materi pembelajaran, dan kebutuhan peserta didik.
2. Manfaat Bahan Ajar
Bahan ajar yang disebut sebagai “Teaching Learning Materials” oleh
Gogoi (2015: 20270-20271) bermanfaat untuk menjadikan pembelajaran
lebih efektif dan menyenangkan bagi peserta didik.
Teaching learning materials make learning process easy and by use ofthese materials the participation of children in class room processes andthe capacity for self-learning improves silmutaneously the work becomeregular and joyful for the children. Teaching learning materials plays amajor role in clarifying concepts learnt by the children. Thefundamental objective in use of teaching learning materials is to makelearning more effective.(Bahan belajar mengajar membuat proses pembelajaran menjadi mudahdan melalui penggunaan bahan-bahan ini dapat meningkatkankemampuan belajar mandiri anak secara stimultan, kerja menjadi teraturdan menyenangkan untuk anak. Bahan belajar mengajar memainkanperan besar dalam mengklarifikasi konsep yang dipelajari anak. Tujuanfundamental dari penggunaan bahan belajar-mengajar adalah untukmembuat pembelajaran lebih efektif).
Sedangkan penjelasan yang lebih terperinci mengenai manfaat bahan ajar
disampaikan oleh Widodo dan Jasmadi (2008: 40) yang secara garis besar
dapat dijelaskan sebagai berikut:
20
a. Membuat kegiatan belajar-mengajar berlangsung lebih efektif (dalam hal
waktu dan ketersampaian materi kepada peserta didik.
b. Pendidik lebih memiliki banyak waktu untuk membimbing peserta didik
dalam proses belajar-mengajar.
c. Membantu peserta didik memperoleh pengetahuan baru yang biasanya
sumber pengetahuan peserta didik hanya berasal dari pendidik.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
memiliki dua kategori manfaat. Bagi peserta didik bahan ajar bermanfaat
menjadikan kegiatan belajar lebih menarik dan bermakna, mempermudah
pemerolehan kompetensi yang hendak dicapai, serta membuat peserta didik
mampu belajar mandiri tanpa tergantung dengan pendidik.
Bagi pendidik sendiri, bahan ajar dapat memudahkan proses mengajar serta
memungkinkan pendidik untuk dapat berkonsentasi pada hal lain misalnya
untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Oleh karena itu, dalam penyusunan bahan ajar diarahkan agar baik pendidik
maupun peserta didik benar-benar dapat merasakan manfaat tersebut.
3. Jenis-jenis Bahan Ajar
Bahan ajar sebagaimana yang disampaikan oleh Sadjati (2012: 1.7-1.11)
terbagi ke dalam dua kelompok besar yakni bahan ajar cetak (modul,
handout, buku teks, koran, lembar kegiatan siswa) dan bahan ajar non cetak
(bahan ajar audio, bahan ajar display, overhead transparencies/OHT, video,
dan bahan ajar berbantuan komputer).
21
Sejalan dengan pendapat Sadjati tersebut, Awalludin (2017: 13) juga
menjelaskan jenis bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu bahan ajar cetak dan non cetak. “Jenis bahan ajar cetak yaitu modul,
handout, dan lembar kerja. Sedangkan bahan ajar non cetak adalah tape
realia, bahan ajar yang dikembangkan dari bahan sederhana, bahan ajar
diam, dan display video, audio, dan overhead transparancies (OHT).”
Menurut Depdiknas (2008: 11) bahan ajar terdiri dari empat jenis yakni:
a. Bahan ajar cetak (printed) seperti handout, buku, modul, LembarKerja Siswa (LKS), brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar,model/maket.
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam dancompact disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) meliputi video compactdisk (VCD) dan film.
d. Bahan ajar multimedia interaktif (Internet Teaching Material)meliputi Computer Assisted Instruction (CAI), Compact Disk (CD)multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web(Web Based Learning Materials).
Mengacu pada ketiga pendapat ahli tentang jenis bahan ajar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa secara garis besar bahan ajar terdiri dari bahan ajar
cetak maupun non cetak. Pemilihan jenis bahan ajar akan tergantung pada
analisis kebutuhan materi dan kompetensi pembelajaran. Lebih lanjut, bahan
ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini berupa jenis bahan ajar
cetak (printed).
Terkait dengan hal tersebut, Ballstaedt (dalam Depdiknas, 2008: 11-12)
menekankan keuntungan menggunakan bahan ajar cetak (printed) yakni:
a. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehinggamemudahkan bagi seorang pendidik untuk menunjukkan kepadapeserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.
22
b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.c. Cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah.d. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas.e. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.f. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk
melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa.g. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
Sadjati (2012: 1.9) menyampaikan beberapa keunggulan bahan ajar cetak
dibanding bahan ajar jenis lain yaitu sebagai berikut:
a. Bahan ajar cetak dapat membantu peserta didik mengembangkankemampuan dalam belajar tentang fakta dan mengerti prinsip-prinsipumum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi logis.
b. Bahan ajar cetak dapat memuat kata-kata, angka-angka, notasi musik,gambar dua dimensi, serta diagram.
c. Bahan ajar cetak lebih menarik dengan dilengkapi ilustrasi berwarna.d. Bahan ajar cetak bersifat self-sufficient, yakni dapat langsung
digunakan tanpa memerlukan alat lain.e. Bahan ajar cetak umumnya memiliki bentuk yang relatif kecil dan
ringan sehingga mudah dibawa ke mana-mana (portable).f. Pengguna bahan ajar cetak dapat lebih cepat mengakses informasi
yang ingin disampaikan melalui membaca secara sekilas (browsing).
Berdasarkan keunggulan-keunggulan bahan ajar cetak tersebut, bahan ajar
yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa Lembar Kegiatan Peserta
Didik (LKPD). Keunggulan dari segi kemnarikan, kemudahan dan
kepraktisan LKPD dinilai sesuai dengan karakteristik peserta didik kelas V
di SD Negeri 5 Sukaraja yang masih membutuhkan banyak latihan
membaca dan menulis.
C. Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan berasal dari kata kerja “mengembangkan”. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (dalam Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan
Kemendikbud, 2016), kata “mengembangkan” memiliki pengertian yakni: (1)
23
membuka lebar-lebar; membentangkan. (2) Menjadikan besar (luas, merata,
dan sebagainya). (3) Menjadikan maju (baik, sempurna, dan sebagainya).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pengembangan bahan
ajar merupakan usaha untuk memperbaiki kualitas bahan ajar. Pengembangan
dilakukan secara sistematis oleh pendidik baik secara mandiri maupun di dalam
tim sehingga dapat membantu ketercapaian tujuan pembelajaran secara efektif
dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
1. Tujuan Pengembangan Bahan Ajar
Indrianto (dalam Ngaziz, 2014: 29) mengungkapkan beberapa tujuan dari
kegiatan pengembangan bahan ajar yakni:
a. Diperolehnya bahan ajar yang sesuai dengan tujuan institusional,tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.
b. Tersusunnya bahan ajar sesuai struktur isi mata pelajaran dengankarakteristik masing-masing peserta didik.
c. Terurutnya topik-topik mata pelajaran secara sistematis dan logis.d. Terbukanya peluang pengembangan bahan ajar secara kontinyu
mengacu pada perkembangan IPTEKS.
Depdiknas (2008: 9) menjelaskan sejumlah manfaat yang dapat diperoleh
apabila pendidik mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain:
a. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuaidengan kebutuhan belajar peserta didik.
b. Peserta didik tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadangsulit untuk diperoleh.
c. Bahan ajar menjadi lebih kaya dengan berbagai referensi.d. Menambah pengetahuan dan pengalaman pendidik.e. Mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara
pendidik dan peserta didik.f. Pendidik juga dapat mengajukan bahan ajar untuk menambah angka
kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
24
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pendidik perlu mengembangkan bahan ajar sendiri. Hal tersebut
dikarenakan pendidik adalah pihak yang paling mengetahui keadaan
sebenarnya di lapangan terkait karakteristik serta kebutuhan peserta didik
dalam pembelajaran. Selain itu, dengan tersedianya bahan ajar yang
bervariasi, kegiatan pembelajaran juga akan menjadi lebih menarik.
Peserta didik akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar
secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran
pendidik. Peserta didik juga akan mendapatkan kemudahan dalam
mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.
2. Prinsip-prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Menurut Depdiknas (dalam Prastowo, 2017: 207) terdapat tiga prinsip yang
harus diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar yaitu: (1) relevansi atau
keterkaitan, (2) konsistensi atau keajegan, dan (3) kecukupan. Penjelasan
mengenai prinsip-prinsip tersebut yakni:
a. Prinsip relevansi atau keterkaitan. Materi pembelajaran pada bahanajar harus berkaitan dengan pencapaian kompetensi inti dankompetensi dasar pembelajaran tematik.
b. Prinsip konsistensi atau keajegan. Jumlah bahan ajar harusdisesuaikan dengan kompetensi dasar (KD) yang hendak dicapai.
c. Prinsip kecukupan. Materi yang diajarkan harus cukup memadaidalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yangdiajarkan.
Thomlinson dalam Awalludin (2017: 15-16) mengemukakan sejumlah
prinsip pengembangan bahan ajar yakni bahan ajar haruslah dapat:
a. Memudahkan peserta didik untuk belajar.
25
b. Memaksimalkan potensi pembelajaran dengan melibatkan aspekintelektual, estetika, dan emosional untuk menstimulasi aktivitas otakkanan dan kiri.
c. Memungkinkan terjadinya umpan balik dari pendidik yang dapatberupa penilaian dan pembahasan terhadap hasil pembelajaran.
Sedangkan menurut Sadjati (2012: 1.40) terdapat faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar yakni: (1) kecermatan isi,
(2) ketepatan cakupan, (3) perwajahan/pengemasan, (4) ilustrasi, (5)
penggunaan bahasa, (6) ketercernaan, dan (7) kelengkapan komponen.
Khususnya bagi bahan ajar cetak, Ballstaedt dalam Depdiknas (2008: 18)
menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut:
a. Susunan tampilan, yang menyangkut: urutan yang mudah, judulyang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas,rangkuman, dan tugas pembaca.
b. Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnyakalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat tidak terlalu panjang.
c. Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya,check list untuk pemahaman.
d. Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisanmendorong pembaca untuk berpikir.
e. Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata(huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca)
f. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian,lembar kerja (work sheet).
Berdasarkan sejumlah pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa untuk
mengembangkan sebuah bahan ajar maka hal-hal yang harus diperhatikan
adalah dari segi manfaat, ketepatgunaan dan tepat sasaran, kemudahan, dan
kelengkapan isi bahan ajar.
D. Pembelajaran pada Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berlaku dalam sistem pendidikan
Indonesia sejak tahun 2013, menggantikan kurikulum yang telah berlaku
26
sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar
hukum Kurikulum 2013 (K-13) salah satunya yaitu Peraturan Menteri
Pendidikan Nomor 65 Tahun 2013 (Kemendikbud, 2013) tentang Standar
Proses Pendidikan.
Terdapat sejumlah perubahan prinsip pembelajaran pada Kurikulum 2013
yakni: (1) dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu, (2)
dari pendidik sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar, (3) dari pendekatan tekstual menjadi pendekatan ilmiah,
dan (4) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
Berdasarkan peraturan tersebut, perlu disoroti bahwa terdapat dua karakteristik
utama pembelajaran pada Kurikulum 2013. Pertama, khususnya pada jenjang
SD/MI/SDLB menerapkan pembelajaran tematik terpadu atau tematik antar
mata pelajaran. Kedua, pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan proses saintifik peserta didik dengan menggunakan langkah-
langkah ilmiah.
1. Proses Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik menurut Kadarwati dan Malawi (2017: 1-3)
merupakan “salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.”
Kemudian Kadarwati dan Malawi menambahkan bahwa “pembelajaran
terpadu merupakan pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan,
konsep, keterampilan, sikap, dan nilai baik antar mata pelajaran, maupun
27
dalam satu mata pelajaran. Lebih menekankan pada penerapan konsep
belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).”
Sedangkan menurut Syakur (2016: 6) “pembelajaran tematik merupakan
suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Satu tema
dijadikan sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran
sekaligus dalam satu kali pertemuan.”
Pembelajaran tematik memiliki beberapa karakterisitik sebagaimana
diungkapkan oleh Suryosubroto (2009: 134) yakni:
a. Berpusat pada peserta didikb. Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didikc. Pemisahan materi pelajaran tidak begitu jelasd. Menyajikan konsep dan berbagai mata pelajarane. Bersifat fleksibelf. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik.
Menurut Rusman (dalam Ngaziz, 2014: 20), terdapat beberapa aturan yang
harus diperhatikan saat merancang pembelajaran tematik terpadu, yakni:
a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.b. Dimungkinkan terjadi penggabungan KD lintas semester.c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan jangan dipaksakan
untuk digabungkan, melainkan dibelajarkan secara tersendiri.d. Tema-tema yang dipilih disesuaikan berdasarkan karakteristik
peserta didik, minat, dan lingkungan setempat.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
centered) dan merupakan pengembangan dari pembelajaran terpadu yang
memungkinkan peserta didik membangun pengetahuan secara holistik.
28
Pembelajaran tematik terpadu menggunakan satu tema untuk memayungi
beberapa mata pelajaran yang memiliki keterkaitan kompetensi dasar,
indikator, dan isi materi. Pembelajaran ini menghendaki peserta didik
mampu belajar baik secara individual, maupun bekerjasama dalam
kelompok kecil untuk memperoleh kompetensi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pembelajaran tematik terpadu yang diterapkan di Sekolah Dasar saat ini
khususnya pada kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI) mencakup lima mata
pelajaran (PKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, SBdP). Sedangkan mata
pelajaran matematika dan PJOK berdasarkan amanat Permendikbud Nomor
24 Tahun 2016 ditetapkan terpisah dari pembelajaran tematik terpadu.
2. Pendekatan Proses Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan salah satu ciri pembelajaran dalam
kurikulum 2013. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 pasal 2 (7)
menegaskan bahwa pendekatan yang digunakan dalam satuan pendidikan
ialah pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan.
a. Pengertian Pendekatan Saintifik
Hanifah dan Julia (2014:301-302) mengemukakan pendapat tentang
kegiatan dalam pembelajaran berbasis pendekatan saintifik berikut:
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran terdiri dari kegiatanmengidentifikasi masalah yang diperoleh melalui pengamatan,merumuskan dalam rumusan masalah dengan mempertanyakan danmengumpulkan informasi, kemudian melakukan penalaran dalambentuk membangun hipotesis. Setelah mengajukan hipotesis, pesertadidik menguji coba untuk mencipta, dan yang terakhir menyajikan ataumengkomunikasikan hasil uji cobanya.
29
Pendekatan saintifik oleh Rusman (2017: 422) dinilai sebagai “sebuah
pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk melakukan eksplorasi dan elaborasi materi yang dipelajari”.
Pendekatan saintifik diistilahkan oleh Dimyati (2013: 140) sebagai
“keterampilan proses” yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak
sebagai seorang ilmuan dan bekerja dengan ilmu pengetahuan, dan tidak
hanya menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan pendekatan
saintifik sebagai pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan
peserta didik untuk lebih aktif membangun sendiri pengetahuan melalui
pengalaman langsung. Peserta didik diharapkan terlatih berpikir dan
bekerja seperti seorang ilmuan dengan mengembangkan sikap ilmiah.
b. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik disebut sebagai pengorganisasian pengalaman
belajar dengan urutan logis. Hal tersebut dikarenakan pendekatan saintifk
memiliki tahapan kegiatan belajar pada kegiatan inti yang disebut 5M
yaitu mengamati (observing), menanya (questioning) mengumpulkan
informasi/bereksperimen (experimenting), menalar/menganalisis/
mengasosiasi (associating), dan mengomunikasikan (communicating).
Berbagai bentuk kegiatan yang dapat dilakukan pada tiap tahapan ilmiah
tersebut tertuang dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 pasal 2
(8) dalam (Kemendikbud, 2014: 3). Deskripsi kegiatan saintifik ini
dijabarkan dalam tabel 2 berikut.
30
Tabel 2. Deskripsi Langkah Pembelajaran Saintifik
LangkahPembelajaran
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Mengamati(Observing)
Mengamati dengan indra(membaca, mendengar,menyimak, melihat,menonton, dan sebagainya)dengan atau tanpa alat
Perhatian pada waktumengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar penjelasan,catatan yang dibuat tentangyang diamati, kesabaran,waktu (on task) yangdigunakan untukmengamati
Menanya(Questioning)
Membuat dan mengajukanpertanyaan, tanya jawab,berdiskusi tentang informasiyang belum dipahami,informasi tambahan yangingin diketahui, atau sebagaiklarifikasi.
Jenis, kualitas, dan jumlahpertanyaan yang diajukanpeserta didik (pertanyaanfaktual, konseptual,prosedural, dan hipotetik)
MengumpulkanInformasi/Mencoba(Experimenting)
Mengeksplorasi, mencoba,berdiskusi,mendemonstrasikan, menirubentuk/gerak, melakukaneksperimen, membacasumber lain selain buku teks,mengumpulkan data darinarasumber melalui angket,wawancara, danmemodifikasi/menambahi/mengembangkan
Jumlah dan kualitas sumberyang dikaji/digunakan,kelengkapan informasi,validitas informasi yangdikumpulkan, daninstrumen/alat yangdigunakan untukmengumpulkan data.
Menalar/Mengasosiasi(Associating)
Mengolah informasi yangsudah dikumpulkan,menganalisis data dalambentuk membuat kategori,mengasosiasi ataumenghubungkanfenomena/informasi yangterkait dalam rangkamenemukan suatu pola, danmenyimpulkan.
Mengembangkaninterpretasi, argumentasidan kesimpulan mengenaiketerkaitan informasi daridua fakta/konsep, sertakesimpulan keterkaitanberbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat;mengembangkaninterpretasi, struktur baru,argumentasi, dankesimpulan yangmenunjukan hubunganfakta/ konsep/ teori dari duasumber/ lebih yang tidakbertentangan
Mengomuni-kasikan(Communica-ting)
Menyajikan laporan dalambentuk bagan, diagram, ataugrafik; menyusun laporantertulis; dan menyajikanlaporan meliputi proses,hasil, dan kesimpulan secaralisan
Menyajikan hasil kajian(dari mengamati sampaimenalar) dalam bentuktulisan, grafis, mediaelektronik, multi media danlain-lain
Sumber: Lampiran Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014
31
Mardiana (2018: 90) mengemukakan lima langkah saintifik sebagaimana
yang digunakan dalam buku tematik K-13 yakni ayo mengamati, ayo
menanya, ayo mengumpulkan informasi, ayo mengasosiasi dan ayo
mengomunikasikan. Penjelasan lebih lanjut mengenai langkah-langkah
tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3. Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
KegiatanPembelajaran
Deskripsi Kegiatan
Ayo Mengamati Peserta didik mengamati contoh kasus atau masalahyang disajikan
Ayo Menanya Peserta didik diberikan kesempatan untukmengajukan pertanyaan kepada pendidik terkaitmasalah yang diamati atau hal-hal yang tidakdipahami terkait materi yang akan dipelajari
AyoMengumpulkanInformasi
Peserta didik mengumpulkan informasi denganmembaca contoh-contoh yang disajikan dalam buku
Ayo Mengasosiasiatau Ayo Menalar
1. Peserta didik mencoba memahami konsep/materiyang dipelajari dengan mengerjakan soal yangdisediakan
2. Peserta didik mengolah informasi yang sudahdikumpulkan untuk membuat kesimpulan terkaitkonsep/materi yang sedang dipelajari
AyoMengomunikasikan
Peserta didik diberi kesempatan untuk menyampaikankonsep/materi pada teman baik dalam kelompok kecilmaupun dalam kelas besar
Sumber: Mardiana (2018: 90)
Selanjutnya, Rusman (2017: 423) menjelaskan lima langkah dalam
pembelajaran saintifik yaitu observing (mengamati), questioning
(menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba), dan
networking (membentuk jejaring). Langkah-langkah saintifik tersebut
tidaklah prosedural, melainkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan.
32
Menurut Rusman, lima langkah tersebut dikembangkan menjadi delapan
langkah yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mengomunikasikan. Berikut penjabaran
langkah saintifik tersebut menurut Rusman (2017: 424-436):
1) Mengamati (Observing)Dilakukan dengan membaca, mendengar, menyimak, melihat(tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalahketelitian dan kesungguhan.
2) Menanya (Questioning)Dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasiyang tidak dipahami atau informasi tambahan dari apa yangdiamati. Kompetensi yang dikembangkan adalah rasa ingin tahudan kemampuan merumuskan pertanyaan kritis.
3) Menalar (Associating)Merupakan proses berpikir logis dan sistematis atas fakta-faktauntuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Kompetensiyang dikembangkan adalah sikap jujur, teliti, kemampuanmenerapkan prosedur, dan berpikir induktif dan deduktif.
4) Mencoba (Experimenting)Dilakukan dengan melakukan eksperimen, membaca sumber lainselain buku teks, mengamati objek atau kejadian dan wawancaradengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan adalah sikapteliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, komunikasi.
5) Mengolah (Processing)Merupakan proses merespon, memersepsi, mengorganisasi, danmengingat sejumlah besar informasi yang diterimanya darilingkungan. Hasil tugas yang dikerjakan kemudian dipresentasikanatau dilaporkan kepada pendidik dan teman sekelas.
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan langkah-
langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri dari 5M yakni:
1) Mengamati, yang dilakukan dengan cara mengamati objek dan
fenomena alam baik hanya dengan panca indera maupun dengan
menggunakan alat bantu.
33
2) Menanya, yaitu kegiatan mengajukan petanyaan, tanya jawab,
berdiskusi, atau klarifikasi tentang apa yang diamati atau hal-hal yang
belum dipahami terkait materi yang akan dipelajari.
3) Mengumpulkan informasi/mencoba/eksperimen, yaitu memperoleh
informasi atau data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara
lisan, tertulis, atau melalui percobaan.
4) Menalar/mengasosiasi/mengolah informasi yaitu kegiatan mengolah
informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data, serta
menghubungkannya dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya untuk selanjutnya membuat kesimpulan terkait
materi yang sedang dipelajari.
5) Mengomunikasikan, yaitu menyajikan hasil kesimpulan (dari
mengamati sampai menalar) secara lisan maupun tulisan, dalam
kelompok maupun individual.
E. Pengembangan Bahan Ajar untuk Pembelajaran Tematik Terpadu
dengan Pendekatan Saintifik
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa bahan ajar harus
disusun secara sistematis atau sesuai dengan urutan tertentu. Maka dari itu,
berikut dikemukakan langkah-langkah dalam menyusun bahan ajar.
1. Langkah Pengembangan Bahan Ajar Model Sadjati
Langkah-langkah pengembangan bahan ajar diilustrasikan oleh Sadjati
(2012: 1.24) dalam gambar berikut.
34
Gambar 1. Langkah-langkah Pengembangan Bahan Ajar Model Sadjati.Sumber: Sadjati (2012: 1.24)
Berikut merupakan penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut.
a. Tahap Analisis Kebutuhan Bahan AjarKegiatan analisis dilakukan terhadap aspek karakteristik peserta didikdan aspek silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
1) Karakteristik peserta didik yaitu analisis terkait informasi awalmengenai karakteristik peserta didik (data demografi),keterampilan saintifik yang telah dimiliki, serta kompetensi yangperlu dimiliki peserta didik. Analisis ini akan menentukan jenis danstrategi bahan ajar yang digunakan.
2) Silabus dan RPP, yaitu analisis terkait informasi bahan ajar yangsesuai dengan tuntutan kompetensi. Analisis dilakukan terhadapKompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, metode,materi, dan sumber belajar. Hasil analisis ini akan menentukankompetensi apa yang memerlukan bahan ajar serta berapa banyakbahan ajar yang harus disiapkan.
b. Tahap PerancanganSetelah diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkanmelalui analisis kebutuhan bahan ajar, langkah selanjutnya yaitu: (1)merancang bahan ajar yang mengacu pada RPP, (2) merancanglangkah-langkah kegiatan belajar yaitu langkah saintifik 5M, (3)merancang sekuensi atau urutan materi, terutama untuk materi yangmemiliki hubungan yang bersifat prasyarat, serta (4) menganalisisstruktur bahan ajar.
Terkait struktur bahan ajar ini, berikut merupakan perbedaan komponen dari
setiap bahan ajar cetak yang dijelaskan oleh Depdiknas (2008: 18).
35
Tabel 4. Struktur Bahan Ajar Cetak (Printed)
No. Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/M1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √2. Petunjuk belajar - √ √ - - - - -3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **4. Informasi pendukung √ √ √ √ √ ** ** **5. Latihan - √ √ - - - - - -6. Tugas/langkah kerja - √ √ - - - ** **7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **
Ht:Handout, Bu:Buku, Ml:Modul, LKS:Lembar Kegiatan Siswa,Bro:Brosur,Lf:Leaflet, Wch:Wallchart, F/Gb:Foto/ Gambar, Mo/M: Model/MaketSumber: Depdiknas (2008: 18)
Lebih lanjut dikemukakan bahwa dari ketujuh jenis bahan ajar cetak
berdasarkan pendapat Depdiknas tersebut, peneliti memilih Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) atau Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) sebagai
bahan ajar yang akan dikembangkan.
c. Tahap PengembanganTahap pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli,modifikasi bahan ajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telahditetapkan. Tahap ini dimulai dengan menuliskan bahan ajar yangdibutuhkan yang dapat berupa teks atau narasi, LKPD, bagian daribuku pelajaran, panduan praktik, dan sebagainya.
d. Tahap Evaluasi dan RevisiEvaluasi diperlukan untuk mengetahui apakah bahan ajar yang dibuattelah sesuai atau masih ada hal yang perlu diperbaiki.
Depdiknas (2008: 28) menjelaskan beberapa komponen evaluasi bahan ajar
yang mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.
1) Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:a) Kesesuaian dengan SK, KDb) Kesesuaian dengan perkembangan anakc) Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajard) Kebenaran substansi materi pembelajarane) Manfaat untuk penambahan wawasanf) Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial
2) Komponen kebahasaan antara lain mencakup:a) Keterbacaanb) Kejelasan informasic) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesiad) Pemanfaatan bahasa secara jelas dan singkat
36
3) Komponen penyajian antara lain mencakup:a) Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapaib) Urutan sajianc) Pemberian motivasi, daya tarikd) Kelengkapan informasi
4) Komponen kegrafikan antara lain mencakup:a) Penggunaan font; jenis dan ukuranb) Lay out atau tata letakc) Ilustrasi, gambar, fotod) Desain tampilan
Menurut Sadjati (2012: 1.35) terdapat empat cara untuk mengevaluasi
bahan ajar yang tersaji dalam tabel berikut.
Tabel 5. Tahapan Evaluasi Bahan Ajar
Telaaholeh ahlimateri
Mintalah pendapat ahli materi (pakar bidang ilmu) atau rekan sejawat,tentang bahan ajar yang sudah dikembangkan, terutama dari sisi validitaskeilmuan, serta ketepatan cakupan.
Uji cobasatu-satu
Mintalah salah seorang peserta didik atau calon peserta didik yang akanmenjadi sasaran utama sebagai pemakai bahan ajar untuk membacabahan ajar yang dibuat, serta belajar menggunakan bahan ajar tersebut.Identifikasi kesukaran yang dihadapi peserta didik, serta komentarpeserta didik terhadap keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan, dantingkat kesukaran bahan ajar yang dibuat.
Uji cobakelompokkecil
Mintalah beberapa orang peserta didik yang akan menjadi sasaran utamapemakai bahan ajar untuk membaca bahan ajar telah dibuat, serta belajarmenggunakan bahan ajar tersebut. Identifikasi kesukaran yang dihadapikelompok peserta didik tersebut, serta komentar kelompok peserta didikterhadap keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan, dan tingkatkesukaran bahan ajar yang dibuat.
Uji cobalapangan
Lakukan uji coba dengan sekelompok peserta didik (mungkin satu kelas)untuk belajar dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan.Proses belajar dilakukan sebagaimana rancangan yang sudah dibuat. Dariuji coba ini, diharapkan pendidik dapat memperoleh informasi tentanghal-hal berikut.1. Apakah peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuaidengan rancangan?2. Apakah peserta didik mempunyai persepsi yang positif terhadap bahanajar. Apakah peserta didik mempunyai persepsi yang positif terhadapproses belajar menggunakan bahan ajar?3. Apakah komponen bahan ajar dianggap memadai oleh peserta didikApakah tes yang diberikan sudah sahih dan terpercaya?
Sumber: Sadjati (2012: 1.35)
Komentar dan masukan yang diperoleh pada setiap tahap evaluasi harus
segera diintegrasikan dalam proses perbaikan bahan ajar sehingga setelah
37
tahap akhir selesai menjadi bahan ajar final yang siap digunakan dalam
pembelajaran.
2. Langkah Pengembangan Bahan Ajar Model ADDIE
Selanjutnya, Branch (dalam Jowita, 2017: 6-7) mengemukakan model
pengembangan bahan ajar yang disebut model “ADDIE” (Analysis, Design,
Development/Production, Implementation/Delivery, and Evaluation).
Langkah-langkah pengembangan bahan ajar dengan model ADDIE ini
hampir sama dengan pendapat Sadjati sebelumnya, model ini juga memuat
langkah-langkah seperti analisis, perancangan, pengembangan, dan evaluasi.
Hal yang membedakan antara keduanya adalah pada model pengembangan
ADDIE terdapat langkah implementasi atau uji coba produk bahan ajar yang
telah dirancang dan dikembangkan kepada peserta didik. Berikut merupakan
penjabaran langkah pengembangan bahan ajar LKPD model ADDIE.
Gambar 2. Langkah Pengembangan Bahan Ajar LKPD Model ADDIE.Sumber: Branch (dalam Jowita, 2017: 6), diolah oleh peneliti (2019)
38
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model
pengembangan yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah
pengembangan model ADDIE. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan
bahwa model ADDIE sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
menghasilkan sebuah bahan ajar LKPD berbasis pendekatan saintifik dan
menguji cobakannya kepada peserta didik lalu membagikan angket untuk
memperoleh masukan terhadap LKPD.
F. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
LKPD merupakan salah satu perangkat pembelajaran. Sebelumnya, istilah yang
digunakan untuk menyebut Lembar Kegiatan Peserta Didik adalah Lembar
Kerja Siswa atau Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Seiring dengan pergeseran
paradigma pembelajaran menjadi pembelajaran aktif dan student centered,
istilah siswa berubah menjadi peserta didik dan guru menjadi pendidik. Oleh
karena itu, terdapat penyesuaian terhadap penyebutan dari perangkat
pembelajaran lembar kegiatan tersebut.
1. Pengertian LKPD
Pengertian mengenai LKPD disampaikan oleh Wilujeng, dkk (dalam
Khotimah, 2017: 18) yaitu: “LKPD merupakan lembaran tempat peserta
didik mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya
dalam proses pembelajaran.”
Depdiknas (2008: 13) menjelaskan Lembar Kegiatan Peserta Didik (student
worksheet) adalah “lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan
oleh peserta didik.” Lembar kegiatan tersebut dapat digunakan untuk semua
39
mata pelajaran. Pendidik juga dapat melengkapi tugas-tugas yang ada pada
lembar kegiatan dengan buku atau referensi lain yang terkait dengan materi
tugasnya sehingga peserta didik dapat mengakses sendiri referensi tersebut.
Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam LKPD dapat berupa
tugas teoritis dan atau tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca
sebuah artikel, kemudian membuat resume. Sedangkan tugas praktis dapat
berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survei tentang
harga sembako dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat.
Widjajanti (dalam Jowita, 2017: 4) mengemukakan penjelasannya bahwa
“LKPD merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan
oleh pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik
dapat menyusun dan mengembangkan LKPD sesuai dengan kondisi dan
situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi.”
Berdasarkan pernyataan tentang LKPD tersebut, dapat disimpulkan bahwa
LKPD merupakan bahan ajar cetak berupa lembaran-lembaran tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, didalamnya memuat KD yang hendak
dicapai, petunjuk belajar, dan prosedur penyelesaian tugas. Sebaiknya
LKPD dikembangkan sendiri oleh pendidik agar dapat menyesuaikan
dengan kondisi sebenarnya dari pembelajaran yang dihadapi.
2. Fungsi dan Manfaat LKPD
Sebagai salah satu bagian dari bahan ajar, LKPD tentunya memberikan
kontribusi terhadap proses pembelajaran. Menurut Prastowo (2013: 205)
LKPD memiliki fungsi sebagai berikut:
40
a. Sebagai bahan ajar yang bisa memiliki peran pendidik, namun lebihmengaktifkan peserta didik.
b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untukmemahami materi yang diberikan.
c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.d. Sebagai bahan ajar yang mempermudah pelaksanaan pengajar
kepada peserta didik.
Suyitno (dalam Jowita, 2017: 40) mengungkapkan manfaat yang diperoleh
dengan penggunaan LKPD dalam proses pembelajaran yaitu:
a. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaranb. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsepc. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan
keterampilan prosesd. Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan
proses pembelajarane. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang
dipelajari melalui kegiatan belajarf. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep
yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (dalam Asma, 2017: 23-24)
sejumlah fungsi LKPD diantaranya adalah:
a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif.b. Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya
lebih menarik perhatian peserta didik.c. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta
didik dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.d. Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru.e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada
peserta didik.f. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang
dicapai peserta didik akan tahan lama sehingga pelajaran mempunyainilai tinggi.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, peneliti menyimpulkan LKPD
bermanfaat sebagai bahan ajar yang memfasilitasi belajar aktif peserta didik
baik secara individual maupun berkelompok. Tak hanya membuat peserta
41
didik lebih aktif, LKPD juga memungkinkan peserta didik belajar mandiri,
mengembangkan keterampilan proses, serta membantu meningkatkan
pemahaman tentang materi pembelajaran melalui pengalaman langsung.
3. Tujuan Penyusunan LKPD
Sebagaimana halnya bahan ajar, LKPD juga perlu disusun secara sistematis
agar dapat mendukung proses pembelajaran. Prastowo (2013: 206)
menjelaskan empat poin penting tujuan dari penyusunan LKPD yaitu:
a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untukberinteraksi dengan materi yang diberikan.
b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didikterhadap materi yang diberikan.
c. Melatih kemandirian belajar peserta didik.d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
Sedangkan menurut Katriani (2014: 3) tujuan dari penyusunan LKPD yaitu:
a. Memperkuat dan menunjang tujuan pembelajaran dan ketercapaianindikator serta kompetensi dasar dan kompetensi inti yang sesuaidengan kurikulum yang berlaku.
b. Membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan tujuan utama
penyusunan LKPD bagi pendidik adalah untuk dapat memperoleh sebuah
bahan ajar yang dapat melatih peserta didik melalui tugas-tugas tertentu
yang sesuai dengan realita dan kebutuhan peserta didik.
Khususnya untuk melatih kemampuan saintifik peserta didik, pendidik tidak
dapat hanya mengandalkan latihan-latihan soal yang telah beredar luas di
pasaran yang biasanya hanya mampu melatih daya kognitif, serta bersifat
sangat umum dan kurang dapat mengakomodasi kebutuhan serta
42
karakteristik peserta didik. Oleh karena itu, menyusun sendiri LKPD
berbasis saintifik adalah pilihan tepat yang dapat diambil oleh pendidik.
4. Struktur LKPD
Secara garis besar, LKPD memiliki struktur berupa judul, KD, petunjuk
kerja, dan langkah penyelesaian tugas. Secara lebih terperinci, berikut
merupakan struktur LKPD yang diungkapkan oleh Katriani (2014: 4-5).
a. Judul kegiatan, Tema, Sub Tema, Kelas, dan Semester, berisi topikkegiatan sesuai dengan KD dan identitas kelas.
b. Tujuan belajar sesuai dengan KD.c. Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan
seperti kegiatan praktikum.d. Prosedur kerja, berisi petunjuk kerja untuk peserta didik yang
berfungsi mempermudah peserta didik melakukan kegiatan belajar.e. Tabel data, berisi tabel bagi peserta didik mencatat hasil pengamatan
atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan data bisadiganti dengan tabel/kotak kosong untuk menulis, menggambar, atauberhitung.
f. Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun pesertadidik melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.
Menurut Depdiknas (2008:18) LKPD lebih merupakan lembaran yang berisi
tugas daripada lembaran yang berisi latihan. Oleh karena itu, struktur LKPD
terdiri dari:
a. Judulb. Petunjuk belajarc. Kompetensi Dasar (KD)/Materi Pelajaran (MP)d. Informasi pendukunge. Tugas/langkah kerjaf. Penilaian
Sedangkan struktur LKPD menurut Prastowo (dalam Khotimah, 2017: 29)
memuat delapan unsur yaitu:
a. Judulb. Kompetensi dasar yang akan dicapaic. Waktu penyelesaian tugas
43
d. Alat dan bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugase. Informasi singkatf. Langkah kerjag. Tugas yang harus dikerjakan, danh. Laporan kegiatan
Berdasarkan beberapa pendapat tentang struktur LKPD di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa LKPD lebih diarahkan kepada pembelajaran aktif yang
menuntut peserta didik untuk menyelesaikan tugas tertentu, daripada hanya
mengerjakan soal-soal latihan. Umumnya, suatu LKPD minimal berisi:
a. Judul LKPD
b. Identitas kegiatan serta identitas peserta didik
c. Kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
d. Petunjuk pengerjaan tugas
e. Langkah-langkah kerja
f. Laporan hasil kegiatan
g. Lembar penilaian sebagai bahan evaluasi pembelajaran.
5. Kriteria LKPD yang Baik
Sebuah LKPD harus disusun berdasarkan standar tertentu agar menjadi
produk yang memberikan manfaat baik kepada pendidik maupun peserta
didik. Pertimbangan dalam menyusun LKPD dilihat dari kepentingan
peserta didik menurut Katriani (2014: 4) adalah sebagai berikut.
a. Menarik minat peserta didik.b. Atraktif dan impulsif.c. Menambah keyakinan dan rasa “berhasil” bagi peserta didik.d. Memotivasi peserta didik untuk mengetahui lebih lanjut.e. Pemilihan kosa kata dan istilah sains yang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan usia peserta didik.
44
Menurut Darmodjo dan Kaligis (dalam Khotimah, 2017: 26-29) LKPD
harus memenuhi persyaratan didaktik, konstruksi, dan teknik. Berikut
merupakan penjelasan secara garis besar dari masing-masing syarat tersebut.
a. Syarat DidaktikLKPD yang berkualitas harus memenuhi syarat didaktik berikut:1) Mampu mengajak peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.2) Mampu menekankan pada proses untuk menemukan konsep baru.3) Mampu memotivasi minat belajar peserta didik melalui berbagai
media dan kegiatan.4) Mampu mengembangkan kemampuan komunikasi sosial,
emosional, moral, dan estetika pada diri peserta didik.5) Mampu mengembangkan kepribadian peserta didik melalui
pengalaman belajar.
b. Syarat-syarat KonstruksiLKPD yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat konstruksiberikut:1) Menggunakan bahasa sesuai dengan tingkat kedewasaan anak.2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas, yaitu dengan cara:
a) Menghindari kalimat kompleksb) Menghindari kata-kata yang tak jelas misalnya “mungkin”,
“kira-kira”c) Menghindari kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda.d) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat
negatif.3) Memiliki tata urutan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan
anak. Konsep yang kompleks sebaiknya dipecah menjadi bagianbagian yang lebih sederhana terlebih dahulu.
4) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambarlebih dekat pada sifat konkret sedangkan kata-kata lebih dekat padasifat abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak.
5) Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaanhendaknya merupakan jawaban yang di dapat dari hasil pengolahaninformasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuanyang terlalu luas.
6) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaanpada peserta didik untuk menulis maupun menggambar padaLKPD.
c. Syarat-syarat TeknisSyarat teknis menekankan pada penyajian LKPD, yaitu berupa tulisan,gambar dan penampilan LKPD. Adapun rinciannya yaitu:1) Tulisan
a) Menggunakan huruf cetak, bukan huruf latin atau romawi.b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan
huruf biasa yang diberi garis bawah.
45
c) Menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 katadalam satu baris.
d) Menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintahdengan jawaban peserta didik.
e) Perbandingan besar huruf dan besar gambar harus sesuai.2) Gambar
Gambar yang baik dalam LKPD adalah gambar yang dapatmenyampaikan pesan/isi dari materi pelajaran yang sedangdipelajari.
3) PenampilanPenampilan LKPD (terutama sampul) harus menarik karena anakterlebih dahulu akan tertarik pada penampilan LKPD, bukan isinya.
Sedangkan menurut Arsyad (dalam Asma, 2017: 27) untuk menyusun
LKPD yang menarik beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Konsistensi, menggunakan format yang konsisten pada tiap halaman.b. Organisasi, susunan teks informasi mudah diperoleh peserta didik.c. Daya tarik, seperti perkenalkan setiap bab dengan cara berbeda.d. Ukuran huruf, pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan peserta
didik, pesan dan lingkungannya, menghindari penggunaan hurufkapital untuk keseluruhan teks.
e. Ruang (spasi) kosong, seperti ruang sekitar judul, batas tepi, margin,spasi atau kolom, permulaan paragraf, penyesuaian spasi antar barisdan spasi antar paragraf.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang syarat LKPD tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa dalam penyusunan LKPD harus memperhatikan
syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis dari LKPD. Hal tersebut
dimaksudkan agar LKPD tidak hanya menarik bagi peserta didik namun
juga dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran.
6. Langkah Penyusunan LKPD
Katriani (2014: 4) menjelaskan langkah-langkah menyusun LKPD yaitu:
a. Melakukan analisis kurikulum; KI, KD, indikator dan materipembelajaran
b. Menyusun peta kebutuhan LKPDc. Menentukan judul LKPDd. Menulis LKPDe. Menentukan alat penilaian.
46
Menurut Depdiknas (2008: 26) langkah-langkah penyusunan LKPD terdiri
dari langkah analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan LKPD,
menentukan judul LKPD, dan penulisan LKPD. Berikut merupakan
penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut:
a. Analisis kurikulumAnalisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materimana yang memerlukan bahan ajar LKPD.
b. Menyusun peta kebutuhan LKPDPeta kebutuhan LKPD diperlukan guna mengetahui jumlah LKPDyang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKPD.
c. Menentukan judul-judul LKPDJudul LKPD ditentukan atas dasar KD, materi-materi pokok ataupengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.
d. Penulisan LKPDPenulisan LKPD dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:1) Perumusan KD yang harus dikuasai2) Menentukan alat Penilaian3) Penyusunan Materi
Pendapat yang hampir sama mengenai langkah-langkah penyusunan LKPD
disampaikan Prastowo (dalam Khotimah, 2017: 23) melalui gambar berikut.
Gambar 3. Diagram Alur Langkah Penyusunan LKPD.Sumber: (Khotimah, 2017: 23)
Analisis Kurikulum
Menyusun Peta Kebutuhan LKPD
Menentukan judul-judul LKPD
Merumuskan KD
Menentukan Alat Penilaian
Menentukan Alat Penilaian
Memperhatikan Struktur Bahan Ajar
47
Berikut merupakan penjabaran dari langkah-langkah tersebut.
a. Analisis kurikulum
Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan
LKPD. Langkah ini dimaksudkan agar dapat menentukan materi-materi
mana saja yang memerlukan bahan ajar LKPD. Analisis kurikulum ini
dapat dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar,
serta materi yang diajarkan, kemudian cermati kompetensi-kompetensi
apa saja yang harus dimiliki oleh peserta didik.
b. Menyusun peta kebutuhan LKPD
Menganalisis kurikulum dan sumber belajar merupakan langkah awal
yang harus dilakukan dalam menyusun peta kebutuhan LKPD, seperti
menganalisis KD dan indikator sehingga dapat diketahui berapa LKPD
yang harus dibuat.
c. Menentukan judul LKPD
Judul LKPD ditentukan dari kompetensi dasar (KD), materi pokok atau
pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.
d. Penulisan LKPD
Langkah yang dilakukan dalam menulis LKPD adalah :
1) Merumuskan kompetensi dasar
2) Menentukan alat penilaian
Alat tes yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
karena masing-masing tes memiliki kelebihan dan kekurangannya.
48
3) Menyusun Materi
Menurut Prastowo (2013: 214) materi LKPD dapat berupa informasi
pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang
akan dipelajari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hampir
sama dengan tahapan pengembangan bahan ajar, penyusunan LKPD juga
memuat langkah-langkah: analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan
LKPD, menentukan judul hingga tahap penulisan LKPD dan menyusun alat
penilaian sesuai dengan jenis kompetensi dasar (KD) yang hendak dicapai.
G. Pengembangan Bahan Ajar pada Tema 9 “Benda-benda di Sekitar Kita”
Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan bahan ajar tematik
terpadu berbasis pendekatan saintifik pada tema 9 “Benda-benda di Sekitar
Kita” subtema 3 “Manusia dan Benda di Lingkungannya”. Pendekatan saintifik
dianggap sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas V yang telah berada
di kelas tinggi.
Pada saat mengerjakan LKPD berbasis saintifik, peserta didik diarahkan pada
kegiatan: (1) mengamati masalah, (2) mengajukan pertanyaan berdasarkan hal
yang telah diamati, (3) mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, (4)
menganalisis informasi atau data yang ditemukan serta menyusun kesimpulan,
lalu (5) mengomunikasikan atau mempresentasikan hasil kerja di depan kelas.
Melalui pembelajaran dengan langkah saintifik tersebut, diharapkan peserta
didik dapat membangun sendiri pengetahuannya untuk memperoleh
pemahaman tentang konsep-konsep materi yang sedang dipelajari. Pemahaman
49
tersebut dapat diperoleh setelah peserta didik mengalami sendiri apa yang
sedang mereka pelajari. Pembelajaran bermakna seperti ini dapat membantu
peserta didik untuk mengingat dan memahami materi pelajaran dengan lebih
baik dibanding sekedar memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menghafal
yang cenderung cepat dilupakan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menyusun bahan ajar cetak berupa
LKPD berbasis pendekatan saintifik untuk peserta didik kelas V. Hal tersebut
dikarenakan berdasarkan pengamatan di lapangan, sejauh ini pendidik belum
pernah menyusun sendiri LKPD yang pada dasarnya akan lebih sesuai dengan
karakteristik peserta didik dibanding hanya mengandalkan soal-soal dari buku.
1. Karakteristik Bahan Ajar yang Dikembangkan
Berikut merupakan karakteristik bahan ajar yang akan dikembangkan oleh
peneliti kepada peserta didik kelas V:
a. Bahan ajar yang dikembangkan peneliti berupa LKPD
b. Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan tema 9 (Benda-benda di
Sekitar Kita), subtema 3 (Manusia dan Benda di Lingkungannya).
Penelitian dilakukan selama dua kali pembelajaran yakni pada
pembelajaran ke-1 dan ke-2. Tema 9 dipilih karena pertimbangan waktu
penelitian yang bertepatan dengan diadakannya pembelajaran tema 9.
c. Bahan ajar yang dikembangkan merupakan bahan ajar tematik terpadu
yang menggabungkan beberapa mata pelajaran. Adapun mata pelajaran
yang dipilih akan disesuaikan dengan jadwal pada masing-masing
pembelajaran yang terdapat dalam buku tematik revisi tahun 2017.
50
d. Bahan ajar yang dikembangkan memuat langkah-langkah saintifik 5M
(Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi, Menganalisis, dan
Mengomunikasikan).
2. Model Pembelajaran yang Digunakan
Proses pembelajaran agar dapat efektif mencapai tujuan yang ditetapkan
akan memerlukan suatu model pembelajaran yang berfungsi sebagai pola
atau rencana mengenai langkah-langkah pembelajaran dari awal hingga
akhir. Seorang pendidik harus memahami bahwa tidak ada satu model
belajar pun yang dapat sesuai untuk semua situasi.
Menurut Rusman (2017: 207) beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam memilih model pembelajaran yakni dari segi tujuan pembelajaran,
sifat materi atau bahan ajar, karakteristik peserta didik, dan kemampuan dari
pendidik sendiri. Sejalan dengan pendapat Rusman tersebut, peneliti menilai
bahwa model pembelajaran yang tepat digunakan untuk penelitian
pengembangan bahan ajar berbasis pendekatan saintifik ini ialah model
kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning (CTL).
Kata kontekstual berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks,
suasana, dan keadaan” yang diterjemahkan oleh Depdiknas (dalam
Hasibuan, 2014: 2) sebagai “konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.”
51
Maka dari itu, materi dan ilustrasi pada LKPD yang disusun dalam
penelitian ini akan dibuat agar sedekat mungkin dengan kehidupan sehari-
hari peserta didik. Tema “Benda-benda di Sekitar Kita” yang sedang
dipelajari memungkinkan untuk dihubungkan dengan pengetahuan maupun
pengalaman yang telah diperoleh peserta didik sebelumnya.
Contohnya dengan memasukkan ilustrasi makanan dan minuman yang
diperjual belikan di lingkungan sekitar, kegiatan mencampurkan berbagai
bahan yang dikonsumsi sehari-hari, serta memasukkan unsur karya seni
budaya Lampung yang biasa mereka jumpai.
Pelaksanaan model CTL ini menurut Depdiknas (dalam Hasibuan, 2014: 2)
melibatkan tujuh komponen yakni: (1) konstruktivisme (constructivism),
(2) bertanya (questioning), (3) menemukan (inquiry), (4) masyarakat belajar
(learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection),
dan (7) penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan model CTL ini
dianggap mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
bermakna dengan adanya kegiatan percobaan dan diskusi kelompok. Oleh
karena itu, materi dalam LKPD juga akan disusun dengan memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri melalui pengalaman belajar dengan pendekatan saintifik. Bantuan
dan arahan dari wali kelas VA akan dilibatkan untuk menjamin terwujudnya
tujuan tersebut.
52
Adapun langkah-langkah atau sintak dari model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning yaitu sebagaimana yang diungkapkan oleh
(Erlisnawati dkk, 2013: 3) sebagai berikut:
1. Tahap invitasi yaitu mendorong peserta didik agar mengemukakanpengetahuan awalnya tentang materi yang dibahas.
2. Tahap eksplorasi, yaitu memberi kesempatan peserta didikmenyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan,pengorganisasian, penafsiran data dalam sebuah kegiatan yang telahdirancang.
3. Tahap penjelasan dan solusi yaitu peserta didik memberikanpenjelasan atau solusi yang didasarkan pada hasil observasi yangditambah dengan penguatan dari pendidik.
4. Tahap pengambilan tindakan, yaitu peserta didik membuat keputusan,menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dangagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baiksecara individual maupun yang berhubungan dengan pemecahanmasalah.
Langkah-langkah model CTL tersebut menurut penilaian peneliti memiliki
persamaan dengan langkah pembelajaran berbasis pendekatan saintifik yang
dimulai dari kegiatan peserta didik mengamati objek, mengemukakan
pendapat terhadap objek, melakukan penyelidikan dan pengumpulan
informasi, menganalisis informasi yang diperoleh dan menghubungkannya
dengan kehidupan sehari-hari, serta mengomunikasikan kesimpulan yang
diperoleh sebagai saran dalam pemecahan masalah yang ditemukan.
Oleh karena itu, langkah-langkah model Contextual Teaching and Learning
tersebut akan diadopsi kedalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang dirancang oleh peneliti sebagai pedoman dalam mengembangkan
bahan ajar berupa LKPD berbasis pendekatan saintifik.
53
3. Daftar Kompetensi Dasar pada Tema 9 Subtema 3
Berdasarkan Buku Guru Kelas V Kurikulum 2013 Revisi Tahun 2017
(Kemendikbud, 2017a: 152-176) berikut merupakan muatan pembelajaran
yang terdapat pada Tema 9 “Benda-benda di Sekitar Kita”, Subtema 3
“Manusia dan Benda di Lingkungannya”.
Tabel 6. Muatan Pembelajaran pada Tema 9 Subtema 3
PembelajaranKe- Muatan Pelajaran
1 Bahasa Indonesia, IPA2 Bahasa Indonesia, IPA, SBdP3 Bahasa Indonesia, IPS, PPKn4 Bahasa Indonesia, IPS, PPKn5 Bahasa Indonesia, IPA, SBdP6 Bahasa Indonesia, PPKn, SBdP
Sumber: Buku Guru Kelas V SD Tema 9 (Kemendikbud, 2017a: 152-176)
Berdasarkan data pada tabel di atas, muatan mata pelajaran yang terdapat
pada pembelajaran ke-1 dan ke-2 yaitu muatan pelajaran Bahasa Indonesia,
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Seni Budaya dan Prakarya (SBdP). Oleh
karena itu, bahan ajar berupa LKPD berbasis pendekatan saintifik yang akan
dikembangkan hanya akan memuat ketiga mata pelajaran tersebut.
Penyusunan materi bahan ajar akan mengacu pada Kompetensi Dasar (KD)
yang terdapat pada buku Guru (Kemendikbud, 2017a : 152) dan sesuai
dengan rumusan yang tercantum di dalam Lampiran Permendikbud Nomor
24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
(Kemendikbud, 2016).
54
Tabel 7. Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran pada Tema 9Subtema 3 Pembelajaran ke-1 dan ke-2
Bahasa Indonesia IPA SBdP
3.4. Menganalisisinformasi yangdisampaikanpaparan iklan darimedia cetak atauelektronik
4.4. Memeragakankembali informasiyang disampaikanpaparan iklan darimedia cetak atauelektronik denganbantuan lisan, tulis,dan visual
3.9. Mengelompokkanmateri dalamkehidupan sehari-hariberdasarkankomponenpenyusunnya (zattunggal dancampuran)
4.9. Melaporkan hasilpengamatan sifat-sifat campuran dankomponenpenyusunnya dalamkehidupan sehari-hari
3.2. Memahamikarya senirupa daerah
4.2. Membuatkarya senirupa daerah
Sumber: Buku Guru Kelas V SD Edisi Revisi 2017 (Kemendikbud, 2017a : 152)
Berdasarkan data kompetensi dasar pada tabel di atas, dapat disimpulkan
bahwa Kompetensi Inti (KI) yang muncul hanya KI 3 (kognitif) dan KI 4
(psikomotor). Oleh karena itu, lembar penilaian yang ada pada LKPD yang
akan disusun dalam penelitian ini juga hanya akan memuat evaluasi dari
kedua ranah tersebut.
H. Penelitian Relevan
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang telah
dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain yakni:
1. Hanifah, Nurdinah dan Julia, J. (2014). UPI Sumedang. Hasil dari penelitian
ini bahwa modul bilangan bulat untuk kelas IV yang telah dikembangkan
dapat membantu pembentukan konsep dan pengetahuan baru bagi peserta
55
didik, namun masih masih terdapat kendala yakni kemandiran peserta didik
yang terbilang masih rendah.
2. Chou, dkk (2015). International Journal National Kaohsung Normal
University, Taiwan. Penelitian ini membahas pentingnya teaching aids atau
alat bantu mengajar untuk membantu anak usia Sekolah Dasar mempelajari
dan memvisualisasi konsep-konsep abstrak. Hasil penelitian
mengungkapkan pengalaman belajar dengan menggunakan teaching aids
berpengaruh pada sikap dan meningkatkan pengetahuan, meskipun tak
terlalu berpengaruh pada perilaku peserta didik terkait materi energi
terbaharui.
3. Gogoi (2015), India. Hasil penelitian mnunjukkan sebagian besar sekolah di
Distrik Assam India tidak memiliki bahan ajar yang memadai bagi peserta
didik sekolah dasar. Pendidik juga belum pernah memperoleh pelatihan
khusus tentang cara pengembangan bahan ajar yang efektif. Berdasarkan
penelitian tersebut, para pendidik merasa bahwa penggunaan bahan ajar
akan dapat menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan.
4. Laisaroh, dkk. (2015). Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil
penelitian menunjukkan bahan ajar berbasis cerita anak dengan pendekatan
saintifik pada pembelajaran tematik yang dikembangkan cukup efektif
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dan mendapatkan respon
positif. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan diketahui kemampuan
menalar terutama membuat kesimpulan masih harus dikembangkan.
56
5. Bakhtiar (2017). Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan aplikasi berbasis multimedia yang diterapkan pada
pembelajaran subtema perubahan rupa bumi kelas III SD layak dan efektif
untuk diterapkan.
6. Jowita (2017), Universitas Jambi. Hasil penelitian menunjukkan
penggunaan LKPD berbasis Problem Based Learning (PBL) kelas V SD
dikategorikan valid berdasarkan hasi uji oleh ahli materi dan ahli media.
Selain itu, berdasarkan angket dan wawancara kepada pendidik dan peserta
didik, LKPD tersebut dinyatakan layak diterapkan dalam pembelajaran.
7. Khotimah (2017), Universitas Lampung. Hasil penelitian yaitu setelah
dilakukan uji t diketahui bahwa LKPD berbasis learning cycle 5E yang
diterapkan di kelas IV SD efektif untuk meningkatkan hasil belajar.
8. Wulandari (2017), Universitas Lampung. Hasil penelitian menunjukkan
setelah dilakukan uji t-independen dan uji N-Gain diketahui bahwa bahan
ajar tematik berbasis saintifik yang valid dapat efektif meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Selain itu, terdapat perbedaan hasil belajar pada kedua
kelompok peserta didik kelas IV SD yang menggunakan bahan ajar dengan
yang tidak menggunakan bahan ajar yang dikembangkan.
9. Lestari S Westri, dkk (2018), Jurnal Universitas Negeri Malang. Hasil dari
penelitian ini adalah sebuah bahan ajar berbentuk buku guru dan buku siswa
yang diuji coba secara perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba
lapangan. Setelah dilakukan rangkaian uji coba tersebut disimpulkan bahwa
57
bahan ajar berupa buku guru dan buku siswa tersebut sangat layak
digunakan sebagai suplemen pembelajaran peserta didik kelas IV.
10. Schijndel, dkk. (2018). International Journal University of Amsterdam, the
Netherlands. Hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan positif antara
rasa ingin tahu peserta didik terhadap hasil belajar berbasis inquiry yang
dikembangkan.
I. Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini dilatar belakangi oleh aturan dalam Kurikulum 2013 yang
menghendaki pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pembelajaran
tematik terpadu dengan pendekatan saintifik, oleh karena itu, maka bahan ajar
yang dikembangkan oleh pendidik pun harus mengadopsi kedua ketentuan
tersebut.
Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian pendahuluan ditemukan sebuah
masalah besar di lapangan berupa pembelajaran berbasis pendekatan saintifik
yang masih belum diterapkan secara maksimal di sekolah-sekolah khususnya
di SD Negeri 5 Sukaraja. Beberapa faktor menjadi penyebab dari masalah
tersebut yang salah satunya adalah belum tersedianya bahan ajar yang mampu
mengakomodasi pembelajaran berbasis pendekatan saintifik.
Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan sebuah alternatif solusi
bagi permasalahan tersebut yakni dengan mengembangkan sebuah bahan ajar
cetak pada pembelajaran tematik kelas V. Bahan ajar yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah berupa LKPD berbasis saintifik.
58
Hasil yang diharapkan dari penerapan LKPD berbasis pendekatan saintifik ini
ialah agar peserta didik dapat lebih aktif dalam pembelajaran serta memperoleh
pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang dipelajari setelah
mengalami pembelajaran dengan langkah-langkah ilmiah 5M.
Pembelajaran saintifik dinilai sesuai dengan tiga teori belajar yakni teori
belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar konstruktivistik, dan
teori belajar humanistik. Teori belajar behavioristik menghendaki adanya
perubahan sikap dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran
setelah mengalami proses pembelajaran yang dapat diukur melalui nilai. Teori
belajar kognitif menghendaki peserta didik dapat mengaitkan pembelajaran
yang sedang dilakukan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya
sebelumnya.
Teori belajar konstruktivistik menghendaki peserta didik dapat membangun
sendiri pengetahuannya melalui pengalaman yang diperoleh selama
pembelajaran. Sedanggkan teori belajar humanistik menghendaki peserta didik
dapat memahami dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya melalui
pembelajaran dan interaksi kelompok kecil.
Model pembelajaran yang digunakan yaitu model Contextual Teaching
Learning (CTL). Model CTL dianggap memiliki keseluruhan sintak atau
langkah pembelajaran yang sama dengan langkah saintifik 5M. Adapun
kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.
59
Identifikasi Masalah:
1. Pendidik kurang memahami konsep dan penerapanpembelajaran berbasis saintifik
2. Pendidik masih mengandalkan buku tematik guru dan siswasebagai bahan evaluasi pembelajaran
3. Pendidik belum pernah membuat LKPD berbasis saintifik
4. Keterampilan saintifik yang selama ini dikembangkan padapembelajaran baru sebatas kegiatan mengamati
5. Tidak terdapat alat audio-visual serta laboratorium yangdapat dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran
6. Pendidik setuju bahwa perlu diadakan pengembangan bahanajar berbasis saintifik
PendekatanPembelajaran
Saintifik
BahanAjar
LKPD
Pengembangan Bahan Ajar berupa LKPD BerbasisSaintifik 5M pada Pembelajaran Tematik Kelas V
Produk LKPD berbasis saintifik yang memenuhikriteria LKPD yang baik dan benar serta tervalidasi
oleh ahli
INPUT
OUTPUT
PROSES
Gambar 4. Kerangka Pikir Penelitian.Sumber: Peneliti (2019)
Teori Belajar
1. Behavioristik2. Kognitif3. Konstruktivistik4. Humanistik
60
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk menghasilkan produk bahan ajar cetak
berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pada pembelajaran tematik
dengan menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach) 5M.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan atau
Research and Development (R&D).
Menurut Dimyati (2013: 8) “jenis penelitian dan pengembangan ditujukan
untuk menemukan model atau cara baru guna meningkatkan kualitas produk
melalui uji coba secara sampling (bahan atau materi yang diteliti sebagian
kecil/sedikit saja).” Apabila hasil yang didapat dari kegiatan pengembangan
lebih baik dari kualitas produk yang sekarang ada, maka dapat diajukan
produksi dalam skala besar.
Sedangkan menurut Gay, Mills, dan Airasian (dalam Emzir, 2012: 263) “dalam
bidang pendidikan tujuan utama penelitian dan pengembangan bukan untuk
merumuskan atau menguji teori, tetapi untuk mengembangkan produk-produk
yang efektif untuk digunakan di sekolah-sekolah.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini dapat digolongkan kedalam jenis penelitian kualitatif karena tidak bertujuan
61
untuk menguji hipotesis ataupun mencari pengaruh antar variabel penelitian
sebagaimana tujuan yang terdapat pada penelitian kuantitatif. Penelitian dan
pengembangan ini lebih fokus pada tujuan menerapkan bahan ajar baru dalam
pembelajaran yang diujikan pada sebagian materi untuk selanjutnya dapat
diamati hasilnya bagi perkembangan proses belajar peserta didik.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian
dan pengembangan pendidikan yang dikembangkan oleh Sugiyono (2017: 409-
427). Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan produk LKPD berbasis
pendekatan saintifik untuk peserta didik kelas V pada pembelajaran tematik
tema 9 subtema 3, pembelajaran ke-1 dan ke-2.
Model penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Sugiyono
memuat 10 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3)
desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk,
(7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, (10) produksi
massal.
Berdasarkan uraian langkah di atas, untuk keperluan penelitian serta adanya
keterbatasan peneliti sebagai mahasiswa Strata 1 (S-1) maka peneliti
menyederhanakan langkah-langkah tersebut hanya sampai tahap revisi produk
LKPD. Berikut disajikan alur penelitian pengembangan yang digunakan pada
penelitian ini merujuk pada model Sugiyono tersebut.
62
Gambar 5. Langkah Penelitian dan Pengembangan Bahan Ajar LKPD berbasisSaintifik Modifikasi Model Sugiyono.
Sumber: Peneliti (2019)
B. Prosedur Penelitian Pengembangan Bahan Ajar
Penelitian ini memodifikasi model penelitian dan pengembangan yang
dikemukakan oleh Sugiyono. Adapun prosedur penelitian dan pengembangan
bahan ajar LKPD berbasis pendekatan saintifik ini yakni:
1. Pengumpulan informasi
Tujuan diadakannya pengumpulan informasi adalah untuk memperoleh data
mengenai potensi dan masalah awal yang dapat dijadikan sebagai bahan
analisis penelitian. Pengumpulan informasi dilakukan dengan dua cara yakni
melalui studi lapangan (observasi sekolah) dan studi pustaka (kajian
teoritis).
PENGUMPULAN INFORMASI
1. Kajian teoritis2. Identifikasi kebutuhan
(pendidik dan pesertadidik)
3. Analisis bahan ajar yangtersedia
PERANCANGAN PRODUK
1. Analisis pembelajarantematik Kurikulum 2013
2. Membuat RPP3. Menulis LKPD saintifik
VALIDASIRANCANGANPRODUK LKPD
DAN UJIINSTRUMEN
ANGKET
REVISIRANCANGAN
PRODUKLKPD
UJI COBAPRODUK
LKPD
PENJARINGAN RESPONPENDIDIK DAN PESERTA
DIDIK TERHADAP PRODUKLKPD
REVISI AKHIR PRODUKLKPD
63
a. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidik dan
peserta didik terhadap produk yang dikembangkan, serta informasi
mengenai ketersediaan bahan ajar di kelas.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mencari referensi dari berbagai literatur
ilmiah yang relevan (buku, jurnal, skripsi, tesis, dan artikel ilmiah
lainnya). Informasi yang dikumpulkan dari studi pustaka ini ialah terkait
konsep, teori, dan langkah-langkah dalam mengembangkan bahan ajar
berupa LKPD berbasis pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik.
Studi pustaka juga dilakukan untuk menganalisis kebutuhan bahan ajar
yakni KI dan KD berdasarkan lampiran Permendikbud Nomor 24 Tahun
2016 serta muatan mata pelajaran yang muncul pada tema 9 subtema 3
pembelajaran ke-1 dan ke-2 berdasarkan buku guru Kurikulum 2013
revisi tahun 2017 (Kemendikbud, 2017a). Informasi yang diperoleh dari
studi pustaka inilah yang akan menjadi acuan peneliti dalam penyusunan
LKPD berbasis pendekatan saintifik untuk pembelajaran tematik kelas V.
2. Pengembangan Produk
Secara garis besar, pengembangan produk dilakukan dengan mengadakan
penelitian pendahuluan terkait pembelajaran yang sedang berlangsung,
analisis pembelajaran tematik Kurikulum 2013, membuat RPP, serta
menulis LKPD saintifik
64
a. Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan dengan menganalisis pembelajaran tematik
Kurikulum 2013 (KI dan KD) yang hendak dicapai serta membuat
silabus dan RPP untuk tema 9 subtema 3 khususnya pada pembelajaran
ke-1 dan ke-2.
b. Perancangan Produk LKPD
Tahap perancangan produk LKPD dilakukan dengan menulis LKPD
berdasarkan analisis kebutuhan dan analisis kurikulum yang telah
dilakukan sebelumnya. Penulisan rancangan LKPD ini turut
memperhatikan kriteria LKPD yang baik serta struktur isi dari LKPD.
Selain itu, pada tahap perancangan ini juga peneliti akan membuat
instrumen penelitian berupa angket validasi ahli serta angket untuk
memperoleh data tanggapan pendidik dan peserta didik terhadap bahan
ajar LKPD berbasis pendekatan saintifik yang dikembangkan.
3. Validasi Rancangan Produk
Menurut Sugiyono (2017: 414) validasi rancangan merupakan “proses
kegiatan untuk menilai apakah sebuah rancangan produk secara rasional
akan lebih efektif dari yang lama atau tidak.” Penilaian tersebut dilakukan
dengan berdasarkan pemikiran rasional, tanpa uji coba di lapangan.
Rancangan produk LKPD sebelum diuji cobakan kepada peserta didik harus
melewati tahap validasi ahli terlebih dahulu hingga dikatakan layak menjadi
sebuah produk LKPD. Beberapa pakar atau tenaga ahli (dalam hal ini adalah
dosen dan pendidik) akan diminta untuk menilai produk yang dirancang
65
tersebut sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatan rancangan
produk.
Rancangan produk LKPD dapat dikatakan valid apabila LKPD sesuai
dengan tujuan diadakannya LKPD tersebut serta memenuhi kriteria LKPD
yang baik untuk diterapkan pada pembelajaran tematik. Arikunto (dalam
Dimyati, 2013: 78) membagi jenis validitas kedalam 4 macam yaitu
validitas isi, validitas logis, validitas empiris, dan validitas konstruk.
Menurut Kerlinger (dalam Nisfiannoor, 2009: 213) validitas isi terdiri dari
validitas muka/tampang dan validitas logis.
1) Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi adalah penilaian terhadap isi yang terkandung di dalam
LKPD. Validitas isi mengukur sejauh mana isi dari rancangan LKPD
telah mewakili keseluruhan materi yang sedang dipelajari.
2) Validitas Muka / Tampang (Face Validity)
Validitas muka adalah validitas yang didasarkan pada penilaian terhadap
format tampilan dari rancangan LKPD.
3) Validitas logis (logical validity/sampling validity)
Validitas logis adalah validitas yang mengukur sejauh mana isi
rancangan LKPD telah mewakili ciri-ciri LKPD sesuai aturan, teori,
hukum, atau kaidah-kaidah yang berlaku.
66
4) Validitas Empiris (Empirical Validity)
Validitas empiris merupakan validitas yang didasarkan pada hasil uji
lapangan. Artinya, produk LKPD tersebut sudah pernah diadakan uji
coba terlebih dahulu, dan hasil uji coba tersebut setelah dinilai oleh
pakarnya ternyata dinyatakan baik dan valid.
5) Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk merupakan validitas yang dinilai dari sejauh mana
item-item tes mampu mengukur apa yang hendak diukur. Sebuah tes
dikatakan valid secara konstruk apabila butir-butir soal yang membangun
tes tersebut dapat secara tepat mengukur aspek berpikir seperti aspek
kognitif, afektif, psikomotorik, sebagaimana telah ditentukan dalam
tujuan instruksional khusus pembelajaran.
Berdasarkan uraian tentang jenis-jenis validitas di atas, peneliti
menggunakan validitas isi, muka/tampang, dan validitas logis untuk
mengevaluasi produk rancangan LKPD. Validitas konstruk juga
digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
yaitu angket respon peserta didik. Sedangkan validitas empiris tidak
digunakan karena penelitian dan pengembangan ini hanya menggunakan
satu kali uji coba (uji coba kelompok besar).
Validasi rancangan produk LKPD ini ditujukan untuk menguji kelayakan
isi materi LKPD serta kelayakan tampilan dan struktur LKPD. Validasi
dilakukan oleh tim ahli yaitu ahli materi, ahli media, ahli kebahasaan,
dan ahli pembelajaran. Ahli materi merupakan dosen yang ahli dalam
67
pembelajaran tematik khususnya pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, dan
SBdP. Ahli media merupakan dosen yang ahli di bidang teknologi
pendidikan. Ahli Bahasa merupakan dosen yang ahli dalam bidang
Bahasa Indonesia, sedangkan ahli pembelajaran adalah pendidik kelas V.
4. Revisi Rancangan Produk
Setelah rancangan produk LKPD divalidasi oleh para ahli, selanjutnya
peneliti memperbaiki rancangan produk berdasarkan masukan-masukan
yang diperoleh. Berikutnya, rancangan yang telah selesai direvisi tersebut
menjadi produk LKPD dan siap diuji cobakan kepada peserta didik.
5. Uji Coba Produk LKPD
Produk LKPD berbasis saintifik yang telah selesai direvisi, selanjutnya diuji
cobakan kepada kelompok besar peserta didik. Uji coba dilakukan kepada
peserta didik kelas VA yang berjumlah 30 orang peserta didik sebagai
sasaran pemakaian bahan ajar.
6. Penjaringan Respon Pendidik dan Peserta Didik
Setelah menguji cobakan LKPD, peneliti akan menjaring tanggapan dari
pendidik dan peserta didik mengenai LKPD yang kembangkan. Penjaringan
respon peserta didik dilakukan menggunakan angket respon yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya.
7. Revisi Akhir Produk
Hasil dari masukan yang diberikan oleh subjek penelitian serta dosen
pembimbing terhadap kesalahan yang terjadi selama pembelajaran
dijadikan sebagai bahan bagi perbaikan produk LKPD.
68
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 5 Sukaraja yang beralamatkan di
Jalan Ikan Sembilang No.16 Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras,
Bandar Lampung.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah didahului dengan tahap observasi pada bulan November
2018. Sedangkan tahap penelitian dan pengembangan dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2018/2019.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2017: 117) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V di SD Negeri 5 Sukaraja
pada semester genap tahun ajaran 2018/2019. Populasi berjumlah 58 orang
peserta didik yang tersebar pada dua kelas yaitu kelas VA berjumlah 30
orang dan kelas VB berjumlah 28 orang peserta didik.
Tabel 8. Jumlah Peserta Didik kelas V SD Negeri 5 Sukaraja TahunAjaran 2018/2019
KelasBanyak Peserta Didik
JumlahL PVA 15 15 30VB 15 13 28
Jumlah 34 28 58Sumber: SD Negeri 5 Sukaraja Tahun Ajaran 2018/2019
69
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian menurut Sugiyono (2017: 118) adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini
menggunakan tenik sampling non-probability sampling.
Menurut Sugiyono (2017: 122-124) non-probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap unsur pada anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Penelitian ini juga menggunakan jenis teknik purposive sampling, yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Adapun yang menjadi sampel dari uji coba produk LKPD adalah peserta
didik kelas VA. Jumlah peserta didik kelas VA yang menjadi subjek
penelitian pada uji coba produk LKPD yaitu sebanyak 30 orang peserta
didik.
E. Definisi Konseptual dan Operasional Penelitian
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan seperangkat bahan, alat, atau sarana yang
dirancang dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran yaitu dengan mempermudah pemahaman peserta didik
terhadap materi pembelajaran. Secara garis besar jenis bahan ajar dapat
digolongkan menjadi bahan ajar cetak (printed), bahan ajar dengar
70
(audio), bahan ajar pandang dengar (audio visual), dan bahan ajar
multimedia interaktif.
b. Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan
untuk memperluas atau memperbaiki kualitas bahan ajar. Kegiatan
pengembangan ini dilakukan secara sistematis oleh pendidik baik secara
mandiri maupun dengan terlibat di dalam sebuah tim pengembangan
bahan ajar.
c. Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang
menggunakan satu tema untuk memayungi beberapa mata pelajaran yang
memiliki keterkaitan kompotensi dasar, indikator, dan isi materi yang
memungkinkan peserta didik membangun pengetahuan secara holistik
atau menyeluruh.
d. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang mampu
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk lebih aktif membangun
pengetahuannya sendiri melalui tahapan ilmiah 5M. Melalui tahapan
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, peserta didik diharapkan
dapat terlatih berpikir dan bekerja secara prosedural sebagaimana cara
kerja seorang ilmuwan dengan mengembangkan sikap-sikap ilmiah.
71
e. LKPD
LKPD merupakan bahan ajar cetak berupa lembaran-lembaran berisi
kegiatan yang berfungsi untuk mempermudah pemahaman peserata didik
terhadap materi, didalamnya memuat tujuan pembelajaran, petunjuk
kegiatan, dan prosedur penyelesaian tugas.
2. Definisi Operasional
a. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik
1) Mengamati, yaitu mengamati objek dan fenomena alam baik hanya
dengan panca indera maupun dengan menggunakan alat bantu.
2) Menanya, yaitu kegiatan mengajukan petanyaan, tanya jawab,
berdiskusi, atau klarifikasi tentang apa yang diamati atau hal-hal yang
belum dipahami terkait materi yang akan dipelajari.
3) Mengumpulkan informasi/mencoba/eksperimen, yaitu memperoleh
informasi atau data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara
lisan, tertulis, atau melalui percobaan.
4) Menalar/mengasosiasi/mengolah informasi yaitu kegiatan mengolah
informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data, serta
menghubungkannya dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya untuk selanjutnya membuat kesimpulan terkait
materi yang sedang dipelajari.
5) Mengomunikasikan, yaitu menyajikan hasil kesimpulan (dari
mengamati sampai menalar) secara lisan maupun tulisan, dalam
kelompok maupun individual.
72
b. Langkah Pengembangan Bahan Ajar Model ADDIE
1) Analysis: Menganalisis kebutuhan bahan ajar (masalah pembelajaran,
karakteristik peserta didik, dan kebutuhan kurikulum).
2) Design: Menyusun kerangka LKPD, peta kebutuhan LKPD dan
lembar penilaian, validasi dan revsi rancangan LKPD.
3) Development: Mengembangkan rancangan produk LKPD yang telah
divalidasi.
4) Implementation: menguji cobakan LKPD kepada peserta didik,
membagikan angket tanggapan untuk memperoleh masukan terhadap
kemenarikan dan kebermanfaatan LKPD.
5) Evaluation: Melakukan perbaikan berdasarkan hasil uji coba.
c. Langkah Penyusunan LKPD
1) Analisis kurikulum
2) Menyusun peta kebutuhan LKPD
3) Menentukan judul LKPD
4) Penulisan LKPD
5) Menyusun alat penilaian sesuai dengan jenis kompetensi dasar (KD).
F. Sumber Data Penelitian
Sumber data menurut Dimyati (2013: 39) adalah “subjek atau objek penelitian
dimana darinya suatu data dapat diperoleh. Jika peneliti mengumpulkan data
melalui kuesioner, maka sumber data disebut responden.” Arikunto (dalam
Dimyati, 2013: 39) menjelaskan bahwa secara garis besar sumber data
penelitian terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.
73
1. Data Primer
Arikunto (dalam Dimyati, 2013: 39) menyatakan bahwa “sumber data
primer merupakan sumber data yang pertama. Data primer diperoleh peneliti
langsung dari subjek atau objek penelitian.” Sumber data primer dalam
penelitian ini diperoleh peneliti melalui pengamatan, wawancara, dan
penyebaran angket terhadap subjek penelitian yaitu pendidik dan peserta
didik kelas VA di SD Negeri 5 Sukaraja.
2. Data Sekunder
Menurut Arikunto (dalam Dimyati, 2013: 39) “data sekunder diambil dari
pihak mana saja yang bisa memberikan tambahan data guna melengkapi
kekurangan dari data yang diperoleh melalui sumber data primer.” Data
sekunder meliputi dokumen-dokumen sekolah berupa profil sekolah, daftar
peserta didik kelas V, dokumen peraturan (Permendikbud), buku ajar
tematik, serta foto-foto di lapangan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu teknik non-tes.
Teknik non-tes menurut Sudijono (2011: 76) “dilakukan tanpa menguji peserta
didik dengan soal-soal, melainkan dengan melakukan observasi (pengamatan),
wawancara, menyebarkan angket atau kuesioner, dan teknik dokumentasi.”
1. Observasi
Secara umum, observasi diartikan oleh Sudijono (2011: 76) sebagai “cara
menghimpun bahan-bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan
74
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran.”
Observasi atau pengamatan pada penelitian ini dilakukan untuk mengamati
kondisi peserta didik, pembelajaran yang berlangsung, ketersediaan bahan
ajar, serta mengamati kegiatan uji coba produk LKPD.
2. Wawancara
Wawancara menurut Sudijono (2011: 82) adalah “cara menghimpun bahan-
bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan.”
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada subjek penelitian yaitu
pendidik untuk memperoleh informasi berupa tanggapan pendidik mengenai
kondisi pembelajaran saat ini, urgensi dilakukannya penelitian. Adapun
wawancara dapat didukung dengan instrumen penelitian beruapa pedoman
wawancara, perekam suara, maupun alat tulis.
3. Angket/Kuesioner
Hampir sama dengan wawancara, angket menurut Sudijono (2011: 84)
adalah “cara pengumpulan data dengan mengajukan lembar pertanyaan yang
disebut angket/kuesioner kepada responden penelitian, secara tulisan.”
Angket yang digunakan terdiri dari pertanyaan tertutup (data terlampir).
Angket validasi ahli menggunakan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan
jawaban: (1) tidak baik, (2) kurang baik, (3) cukup baik, (4) baik, dan (5)
sangat baik. Angket respon pendidik terhadap produk LKPD menggunakan
skala Likert dengan lima pilihan jawaban yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju, (2)
Tidak Setuju, (3) Ragu-ragu, (4) Setuju, dan (5) Sangat Setuju. Sedangkan
75
angket respon peserta didik terhadap LKPD menggunakan skala Guttman
dengan skor tertinggi 1 (setuju) dan skor terendah 2 (tidak setuju).
4. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sudijono (2011: 90) “dilakukan untuk memeriksa
dokumen-dokumen yang telah ada untuk melengkapi dan memperkaya data
penelitian.” Dokumentasi dalam penelitian dilakukan untuk memperoleh
data yang diperlukan dalam penelitian seperti dokumen atau arsip sekolah,
data peserta didik, serta foto-foto di lapangan.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara,
angket validasi ahli terhadap produk LKPD, serta angket respon pendidik dan
peserta didik terhadap produk LKPD berbasis saintifik.
I. Teknik Analisis Data
Jenis data dalam penelitian dan pengembangan ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui teknik observasi dan
wawancara sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui teknik angket.
Adapun data kualitatif dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif
deskriptif. Menurut Emzir (2012: 174) analisis kualitatif deskriptif
menekankan pada tujuan untuk membantu pembaca mengetahui seperti apa
peristiwa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian.
Data kuantitatif seperti data hasil validasi LKPD, data hasil uji instrumen
penelitian, dan data respon pendidik dan peserta didik terhadap LKPD akan
dianalisis secara statistik deskriptif. Menurut Nisfiannoor (2009: 57) “statistik
76
deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkasan data dalam bentuk
tabel atau grafik.” Oleh karena statistik deskriptif memberikan informasi hanya
dalam uraian singkat dan terbatas, maka kesimpulan harus ditarik sendiri oleh
peneliti berdasarkan data statistik tersebut.
1. Analisis Data Validasi Ahli
Analisis data validasi ahli diperlukan untuk membuat kesimpulan mengenai
kelayakan rancangan produk untuk diuji cobakan kepada peserta didik.
Berikut merupakan tabel kriteria penilaian lembar validasi ahli:
Tabel 9. Kriteria Penilaian Lembar Validasi Ahli
No. Kriteria Skor1. Sangat baik 52. Baik 43. Cukup baik 34. Kurang baik 25. Tidak baik 1
Sumber: Sugiyono (2015:166)
Data validasi ahli akan dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Kelayakan LKPD = × 100%
Kemudian hasil validasi ahli yang telah dihitung dengan rumus tersebut
akan diambil kesimpulan sesuai kriteria kelayakan sebagai berikut:
Tabel 10. Kriteria Persentase Penilaian Validasi Ahli
Kriteria SkorSangat layak 81% - 100%Layak 61% - 80%Cukup layak 41% - 60%Kurang layak 21% - 40%Tidak layak 0% - 20%
Sumber: Akbar (2013) dalam Asma (2018: 80)
77
2. Analisis Data Uji Instrumen Penelitian
Setelah dilakukan analisis data hasil validasi ahli, langkah selanjutnya
adalah uji prasyarat instrumen penelitian yang berupa angket respon peserta
didik untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.
a. Validitas Angket
Validitas butir angket menurut Sudijono (2011: 182) adalah “ketepatan
mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang
seharusnya diukur lewat butir item tersebut”.
Validitas yang digunakan untuk menguji angket respon peserta didik ini
adalah validitas konstruk (construct validity). Uji validitas dilakukan
dengan mengkorelasikan skor item angket tersebut dengan skor total
yang diperoleh menggunakan rumus Korelasi Product Moment berikut:
Keterangan:rxy = Koefisien korelasi X dan YN = Jumlah sampelX = Skor butir soalY = Skor total
Kriteria pengujian yaitu apabila rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka butir
soal tersebut dinyatakan valid. Setelah dilakukan uji validitas, seluruh
item angket yang berjumlah 15 item dinyatakan valid atau layak
digunakan untuk mengukur respon peserta didik terhadap LKPD.
Klasifikasi tingkat validitas dapat dilihat pada tabel berikut.
78
Tabel 11. Klasifikasi Validitas Angket
Kriteria Validitas
0,80 < rxy < 1,00 Sangat Tinggi0,60 < rxy < 0,80 Tinggi0,40 < rxy < 0,60 Sedang0,20 < rxy < 0,40 Rendah0,00 < rxy < 0,20 Sangat Rendah
Sumber: Arikunto (2010: 109)
b. Reliabilitas Angket
Menurut Kusaeri dan Suprananto (2012, 177) “tujuan utama dari uji
reliabilitas adalah untuk mengetahui tingkat keajegan skor tes”.
Instrumen tes yang reliabel akan menghasilkan data yang sama apabila
instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang
sama. Perhitungan reliabilitas instrumen berdasarkan pendapat Arikunto
(2010: 109) menggunakan rumus Cronbach Alpha berikut:
Keterangan:r11 = Koefisien reliabilitasn = Banyaknya butir soal
= Jumlah varians butir
= Varians total
Klasifikasi tingkat reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12. Daftar Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien r Reliabilitas0,8000 – 1,0000 Sangat Tinggi0,6000 – 0,7999 Tinggi0,4000 – 0,5999 Sedang/Cukup0,2000 – 0,3999 Rendah0,0000 – 0,1999 Sangat Rendah
Sumber: Arikunto (2010: 75)
∑∑
79
3. Analisis Data Respon Pendidik dan Peserta Didik
Pengolahan data respon pendidik dan peserta didik terhadap LKPD yang
diuji cobakan dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a. Tabulasi data, dengan cara membuat tabel berdasarkan kriteria
pertanyaan dan jawaban yang dibuat, tujuannya yaitu untuk memberikan
gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan
pertanyaan pada angket dan banyaknya sampel.
b. Menghitung frekuensi jawaban, fungsinya yaitu untuk memberikan
informasi tentang kecendrungan jawaban yang banyak dipilih oleh
peserta didik dalam setiap pertanyaan angket.
c. Menghitung persentase jawaban untuk melihat besaran persentase setiap
jawaban yang dipilih oleh peserta didik sehingga dapat dianalisis besaran
kemenarikan LKPD. Data dari lembar respon pendidik dan peserta didik
akan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kemenarikan LKPD = × 100%
Kemudian data hasil hitungan tersebut diinterprestasi sesuai kriteria
kemenarikan sebagai berikut:
Tabel 13. Kriteria Persentase Respon Pendidik dan Peserta Didik
Kriteria SkorSangat menarik 81% - 100%Menarik 61% - 80%Cukup menarik 41% - 60%Kurang menarik 21% - 40%Tidak menarik 0% - 20%
Sumber: Akbar (dalam Asma, 2018: 80)
80
Berdasarkan hasil data yang dianalisis secara deskriptif tersebut, akan
diambil kesimpulan secara menyeluruh berdasarkan pemaknaan peneliti
tentang keseluruhan data yang disajikan. Penarikan kesimpulan dilakukan
secara induktif berasal dari data dan fakta di lapangan lalu menarik kepada
suatu kesimpulan atau membuat generalisasi yang lebih dapat diterima
secara luas yaitu dengan menghubungkannya dengan teori penelitian.
111
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pengembangan bahan ajar berupa LKPD berbasis pendekatan saintifik pada
pembelajaran tematik kelas V SD menghasilkan sebuah alternatif bahan ajar
yang valid dan menarik bagi pendidik maupun peserta didik. Hasil validasi ahli
menunjukkan tingkat kelayakan produk LKPD yang cukup tinggi untuk dapat
diuji cobakan kepada peserta didik.
Hasil penjaringan respon pendidik terhadap produk LKPD yang dikembangkan
berada pada kriteria menarik. Sedangkan hasil penjaringan respon peserta didik
terhadap produk LKPD berada pada kriteria sangat menarik. Pengamatan di
lapangan juga menunjukkan kecenderungan peserta didik mampu melakukan
serangkaian kegiatan saintifik 5M walaupun masih harus melibatkan peran
aktif dari pendidik untuk membimbing dan mengawasi jalannya pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka peneliti
memberikan beberapa saran guna perbaikan kualitas pembelajaran tematik
peserta didik kelas V sebagai berikut:
112
1. Bagi Pendidik
Pendidik disarankan untuk mengembangkan sendiri bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Silabus, RPP, maupun
produk LKPD yang telah dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan
dapat menjadi acuan bagi pendidik untuk menyusun LKPD berbasis
pendekatan saintifik dan menerapkannya kepada peserta didik. Hal tersebut
guna menghilangkan kebosanan peserta didik selama ini terhadap
pembelajaran yang monoton, meningkatkan pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran, serta dapat melatih kemandirian peserta didik
dalam belajar apabila diterapkan secara berkelanjutan.
2. Bagi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah disarankan untuk memberikan arahan bagi pendidik untuk
mulai melakukan kegiatan pengembangan bahan ajar baik yang dilakukan
secara individual ataupun membentuk tim pengembangan. Hal tersebut
untuk mendukung upaya pencapaian visi, misi, maupun tujuan sekolah
secara khusus dan tujuan pendidikan nasional secara umum.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian pada fokus maupun
lokus yang sama dan menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi
yang dapat memperkaya informasi peneliti dalam meningkatkan kualitas
penelitiannya. Akan lebih baik pula bila peneliti lain dapat mengisi ruang-
ruang yang masih kosong pada hasil penelitian untuk dapat lebih
menyempurnakan penelitian ini.
113
DAFTAR PUSTAKA
Asma, Nur. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) BerbasisHigher Order Thinking Skill (HOTS) pada Pembelajaran Matematika KelasV SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung. (Skripsi). UniversitasLampung. Bandar Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Rineka Cipta, Jakarta.
Awalludin. 2017. Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia.Deepublish, Yogyakarta.
Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud. 2016. Kamus BesarBahasa Indonesia Daring dalam https://kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses pada20/01/2019 pukul 11:00 WIB.
Bakhtiar, A Faisal. 2017. Pengembangan Aplikasi Berbasis Multimedia padaPembelajaran Tematik Kelas III Sekolah Dasar. (Tesis). UniversitasPendidikan Indonesia. Sumedang.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.
Chou Ying-Chyi, et.al. 2015. The Effectiveness of Teaching Aids for ElementaryStudents’ Renewable Energy Learning and an Analysis of Their EnergyAttitude Formation. International Journal of Environmental and ScienceEducation. 10 : 219-233.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat JendralManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen PendidikanNasional, Jakarta.
Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya padaPendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kencana, Jakarta.
Dimyati, Johni dan Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta,Jakarta.
114
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Erlisnawati., Munjiatun., Hamdayani. 2013. Pengaruh Model ContextualTeaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPASiswa Kelas V SD Negeri 99 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Guru SekolahDasar. 5 : 1-745.
Gogoi, Sampreety. 2015. Importance’s of Teaching Learning Materials for YoungChildren. International Journal of Current Research. 7 : 20269-20273.
Hanifah, Nurdinah dan Julia, J. 2014. Membedah Anatomi Kurikulum 2013 untukMembangun Masa Depan Pendidikan yang Lebih Baik. (ProsidingSeminar Nasional Pendidikan Dasar). Universitas Pendidikan Indonesia.Sumedang.
Hasibuan, Idrus. 2017. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching andLearning). Jurnal Ilmu–ilmu Pendidikan dan Sains. 2 : 2580-7145.
Ibda, Fatimah. 2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. JurnalIntelektualita. 3 : 32-33.
Irham, M dan Wiyani, A Novan. 2013. Psikologi Pendidikan (Teori, Aplikasi,dalam Proses Pembelajaran). Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.
Jowita, N Vonny. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)Menggunakan Model Problem Based Learning pada Tema 4 Sehat ItuPenting Subtema 3 Lingkungan Sehat di Kelas V SD Negeri 55/i Sridadi.(Skripsi). Universitas Jambi. Jambi.
Khotimah, Khusnul. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik TematikBerbasis Learning Cycle 5E Tema IV Kelas IV di SD. (Tesis). UniversitasLampung. Bandar Lampung.
Kadarwati, Ani dan Malawi, Ibadullah. 2017. Pembelajaran Tematik (Konsep danAplikasi). Media Grafika, Magetan.
Katriani, Laila. 2014. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik. (Makalah).Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan(Permendikbud) Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses PendidikanDasar dan Menengah. Kemendikbud, Jakarta.
2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar danPendidikan Menengah. Kemendikbud, Jakarta.
115
2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)Nomor24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi DasarPelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan PendidikanMenengah. Kemendikbud, Jakarta.
2017a. Buku Guru Kelas V SD Revisi 2017 Tema 9 (Benda-benda di SekitarKita). Kemendikbud, Jakarta.
2017b. Buku Siswa Kelas V SD Revisi 2017 Tema 9 (Benda-benda di SekitarKita). Kemendikbud, Jakarta.
Laisaroh, Anggi., dkk. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Cerita Anakdengan Pendekatan Saintifik pada Subtema Keberagaman Makhluk Hidupdi Lingkunganku. Jurnal Pedadidaktika. 2 : 2406-8705.
Lestari S Westri., Susilo Herawati., Setyosari Punaji. 2017. Pengembangan BahanAjar Tematik untuk Siswa Kelas IV. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,dan Pengembangan. 2 : 10168-14502.
Mardiana, Elly. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Saintifik,Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika Siswa Pascasarjana.(Prosiding Seminar Nasional Matematika). Universitas Negeri Malang.Malang.
Ngaziz, Muhimah. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Terpadu denganTema Pariwisata pada Kelas II MI Ma’arif Sukun I Malang. (Skripsi).Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Nisfiannoor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistik Modern untuk Ilmu Sosial.Penerbit Salemba Humanika, Jakarta.
Nofrion. 2016. Komunikasi Pendidikan. Prenada Media, Jakarta.
OECD. 2017. How does PISA for Development Measure Scientific Literacy dalamhttps://www.oecd.org/pisa/pisa-for-development/10-How-PISA-D-measures-science-literacy.pdf. Diakses pada 23/11/2018 pukul 17.00 WIB.
Prastowo, Andi. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif . DivaPress, Yogyakarta.
2017. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) TematikTerpadu. Penerbit Kencana, Jakarta.
2018. Sumber Belajar dan Pusat Sumber Belajar: Teori danAplikasinya di Sekolah/Madrasah. Penerbit Kencana, Jakarta.
Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran: Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Prenada Media, Jakarta.
116
Sadjati, M Ida. 2012. Hakikat Bahan Ajar. (Modul). Universitas Terbuka. Jakarta.
Schijndel Van J.P Tessa, et.al. 2018. Do Individual Differences in Children’sCuriosity Relate to Their Inquiry-Based Learning? International Journal ofScience Education. 40 : 996-1015.
Tim SEQIP. 2000. Science Education Quality Improvement Project (SEQIP)Buku IPA Guru Kelas 4. Departemen Pendidikan Nasional RepublikIndonesia, Jakarta.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Pers, Jakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sugiyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran : Teori dan KonsepDasar. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru,Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Khusus. RinekaCipta, Jakarta.
Syakur M, Sf. 2016. Pembelajaran Tematik untuk Kelas Rendah. MaseifaJendela Ilmu, Kudus.
Widodo S, Chomsin dan Jasmadi. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar BerbasisKompetensi. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Wulandari, Tri. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis Saintifikpada Subtema 3. Kebiasaan Makanku Siswa Kelas IV Sekolah Dasar(Tesis). Universitas Lampung. Bandar Lampung.