New Lampiran 1repository.poltekkes-tjk.ac.id/560/10/11 LAMPIRAN.pdf · 2019. 12. 8. · Aspergillus...
Transcript of New Lampiran 1repository.poltekkes-tjk.ac.id/560/10/11 LAMPIRAN.pdf · 2019. 12. 8. · Aspergillus...
Lampiran 1
CARA PEMBUATAN MEDIA
1. Sabauroud Dextrose Agar (SDA)
a. Bahan
Dextrose : 40,0 gram
Peptone : 10,0 gram
Agar : 15,0 gram
Aquadest : 1000 ml
b. Pembuatan Media
1) Ditimbang bahan media Sabauroud Dextrose Agar (SDA) sebanyak 65
gram.
2) Dimasukkan semua bahan tersebut dalam 1000 ml aquadest sambil
dipanaskan hingga larut.
3) Disterilkan dengan autoclave selama 15 menit pada suhu 121ºC tekanan
1 atm.
4) Didinginkan pada waterbath selama 15 menit sehingga suhunya
berkisaran 56ºC.
5) Ditambahkan antibiotik klorampenikol sebanyak 1 gram dalam 10 ml
aquadest steril.
6) Setelah tercampur rata, dituangkan ke dalam cawa petri masing-masing
± 15 ml/petri.
7) Didinginkan sampai beku.
2. NaCl 0,85%
a. Bahan :
NaCl : 0,85%
Aquadest : 100 ml
b. Pembuatan NaCl 0,85%
1) Ditimbang NaCl sebanyak 0,85 gram.
2) Dimasukkan NaCl yang sudah ditimbang ke dalam 100 ml aquadest.
3) Dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 5 ml per tabung.
4) Ditutup dengan kapas yang dilapisi alimunium foil pada tiap tabung
5) Disterilkan dengan autoclave selama 15 menit pada suhu 121ºC
dengan tekanan 1 atm
Sumber : Tim Bakteriologi Balai Veteriner Lampung, 2014
Lampiran 2
SKEMA KERJA
Sumber : Tim Bakteriologi Balai Veteriner Lampung, 2014
5 mL NaCl 0,85%.
1,0 gram sampel gula merah
1,0 mL
Homogenkan
SDA
0,2 mL
Petridisk diselotip, dan diberi label
Diinkubasi pada suhu 370
C, diamati selama 7 hari dan dihitung Angka Kapang
1,0 mL
0,2 mL 0,2 mL
Lampiran 3
Lampiran 4
Keadaan Pasar Kopindo Kota Metro dan Kios Penjual Gula Merah
Survei kondisi kios dan kemasan gula merah yang dijual di Pasar Kopindo
Kota Metro.
Lampiran 5
Prosedur Kerja Penelitian
Membuat media Sabouroud Dextrose Agar
(SDA)
Membuat media NaCl 0,85 %.
Penanaman Sampel gula merah pada media
SDA.
Inkubasi pada suhu 37° C. Pembacaan hasil pengamatan dan perhitungan
koloni kapang.
Sampel gula merah
Pertumbuhan Kapang Pada Media SDA Yang Telah Diinkubasi Selama 7 Hari
Kode
Sampel
Hasil Penelitian Koloni Kapang Pada Media SDA Yang Telah
Diinkubasi Selama 7 Hari
Ciri-Ciri Kapang Secara
Makroskopis
Jenis Kapang Secara
Makroskopis
1 a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau muda.
d. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna orange
e. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna putih
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus fumigatus
c. Aspergillus flavus
d. Neurosprora sp
e. Rizhopus sp
2
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna orange
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus fumigatus
c. Neurosprora sp
c
a b
b
d
c
e
c
a
a
a
a
Lampiran 6
3
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna putih
a. Aspergillus niger
b. Rizhopus sp
4
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna orange
d. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna putih
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus fumigatus
c. Neurosprora sp
d. Rizhopus sp
5
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna orange
a. Aspergillus niger
b. Neurosprora sp
a a a
b
b
c
a
d
a
b
a
b
6
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna orange
c. Koloni kapang padat
berwarna putih
a. Aspergillus niger
b. Neurosprora sp
c. Rizhopus sp
7
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna orange
c. Koloni kapang seperti
kapas, serabut halus
berwarna putih
a. Aspergillus niger
b. Neurosprora sp
c. Rizhopus sp
8
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna orange
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna putih
a. Aspergillus fumigatus
b. Neurosprora sp
c. Rizhopus sp
b b
a
c
a
c c
b
a
a
b c
9
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau muda.
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus fumigatus
c. Aspergillus flavus
10
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua.
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna orange
d. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna putih
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus fumigatus
c. Neurosprora sp
d. Rizhopus sp
11
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau muda.
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus flavus
a
b
c
a a
a
b
c
d c
b a b
12
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau muda.
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus flavus
13
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
a. Aspergillus niger
14
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau muda.
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua
d. Koloni kapang seperti
kapas berwarna putih
atas hitam
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus flavus
c. Aspergillus fumigatus
d. Rizhopus sp
a a a
b
a
a
a
a c
d b
15
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hujau tua
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna putih
kekuningan
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus fumigatus
c. Rizhopus sp
16
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus fumigatus
17
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau muda.
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus flavus
c. Aspergillus fumigatus
c b a a
a
a b
c
a c
a
b
18
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas berwarna putih
atas hitam
a. Aspergillus niger
b. Rizhopus sp
19
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua.
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna kuning
d. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna putih
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus fumigatus
c. Neurosprora sp
d. Rizhopus sp
20
a. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hitam
b. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau muda.
c. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna hijau tua
d. Koloni kapang seperti
kapas atau padat
berwarna putih
e. Kolni basah melebar
seperti khamir
a. Aspergillus niger
b. Aspergillus flavus
c. Aspergillus fumigatus
d. Rizhopus sp
Sumber : Tim Bakteriologi Balai Veteriner Lampung, 2014
a
a
b
c
b a a
d
c
d
e a b
Lampiran 7
Perhitungan Angka Kapang
Tabel Perhitungan angka kapang pada gula merah
Sampel 1
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 9 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(9x10)+(2x100)+(1x1000)
=1290
=12.9x10²
100x 2
1000x 1
Sampel 2
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 5 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(5x10)+(2x100)+(2x1000)
=2250
=22.5x10²
100x 2
1000x 2
Sampel 3
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 37 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(37x10)+(16x100)+(3x1000)
=4970
=49.7x10²
100x 16
1000x 3
Sampel 4
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 3 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(3x10)+(2x100)+(1x1000)
=1230
=12.3x10²
100x 2
1000x 1
Sampel 5
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 2 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(2x10)+(2x100)+(1x1000)
=1220
=12.2x10²
100x 2
1000x 1
Sampel 6
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 2 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(2x10)+(1x100)+(1x1000)
=1120
=11.2x10²
100x 1
1000x 1
Sampel 7
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 2 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(2x10)+(1x100)+(1x1000)
=1120
=11.2x10²
100x 1
1000x 1
Sampel 8
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 3 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(3x10)+(3x100)+(2x1000)
=2330
=23.3x10²
100x 3
1000x 2
Sampel 9
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 12 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(12x10)+(11x100)+(1x1000)
=2220
=22.2x10²
100x 11
1000x 1
Sampel 10
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 7 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(7x10)+(4x100)+(2x1000)
=2470
=24.7x10²
100x 4
1000x 2
Sampel 11
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 26 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(26x10)+(3x100)+(2x1000)
=2560
=25.6x10²
100x 3
1000x 2
Sampel 12
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 12 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(12x10)+(10x100)+(9x1000)
=10120
=101.2x10²
100x 10
1000x 9
Sampel 13
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 10 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(10x10)+(8x100)+(4x1000)
=4900
=49.0x10²
100x 8
1000x 4
Sampel 14
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 16 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(16x10)+(12x100)+(9x1000)
=10360
=103.6x10²
100x 12
1000x 9
Sampel 15
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 19 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(19x10)+(10x100)+(1x1000)
=2190
=21.9x10²
100x 10
1000x 1
Sampel 16
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 22 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(22x10)+(7x100)+(4x1000)
=4920
=49.2x10²
100x 7
1000x 4
Sampel 17
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 24 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(24x10)+(12x100)+(5x1000)
=6440
=64.4x10²
100x 12
1000x 5
Sampel 18
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 22 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(22x10)+(8x100)+(4x1000)
=5020
=50.2x10²
100x 8
1000x 4
Sampel 19
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 26 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(26x10)+(9x100)+(7x1000)
=8160
=81.6x10²
100x 9
1000x 7
Sampel 20
Pengenceran Jumlah Koloni
Kapang
Perhitungan
(Koloni/g)
10x 17 N=(A1xB1)+(A2xB2)+(A3xB3)
=(17x10)+(2x100)+(0x1000)
=370
=3.7x10²
100x 2
1000x 0
Lampiran 9
Hasil wawancara peneliti dangan pedagang gula merah di Pasar Kopindo
Kota Metro
Peneliti :
Narasumber :
Peneliti :
Narasumber :
Peneliti :
Narasumber :
Peneliti :
Narasumber :
Peneliti :
Narasumber :
Peneliti :
Narasumber :
Berasal dari mana sajakah gula merah yang dijual di Pasar
Kopindo Kota Metro?
Gula merah yang dijual di Pasar Kopindo Kota Metro berasal
dari Kabupaten Lampung Timur, Liwa, Gisting, Kota Bumi dan
Tanggamus. Setiap distributor mengemas gula merah dengan
bermacam bentuk seperti dengan plastik, dengan batok kelapa,
dengan daun, dan ada juga yang menggunakan peti atau kardus.
Bagaimana tekstur gula merah yang dijual? Dan berapa lama
waktu penyimpanan gula merah yang dijual di Pasar Kopindo
Kota Metro?
Tekstur gula merah lembut, semi basah. Lama waktu
penyimpanannya sekitar dua minggu sampai satu bulan.
Bagaimana perlakuan terhadap gula merah yang tidak habis
terjual atau sudah melebihi waktu penyimpanan?
Gula merah yang tidak habis terjual biasanya masih dibeli oleh
konsumen dengan harga yang murah.
Dijual kepada siapa gula merah yang berkualitas buruk?
Konsumen yang membeli gula merah dengan kualitas buruk
biasanya pedagang yang membuat makanan dan minuman
seperti es dawet, kuah empek-empek, sambal pecel, aneka kue
dan lain-lain untuk dijual.
Mengapa bisa terjadi perbedaan kualitas gula merah yang dijual?
Karena dari produsennya yang terkadang kurang memerhatikan
kebersihan dalam pengolahan gula merah. Itu juga karena
produsen yang berasal dari pedalaman yang berpendidikan
kurang. Ada juga gula-gula yang biasanya tidak habis dijual
diolah kembali dan dicetak menjadi gula baru.
Bagaimanakah cara penyimpanan gula merah di kios ini?
Gula yang sudah di peti tetap diletakkan di peti hanya
dihindarkan dari semut.
Lampiran 10
Kapang (Makroskopis) Kapang (Mikroskopis) Keterangan
Aspergillus niger
Ciri-ciri :
Makroskopis : koloni berwarna
hitam
Mikroskopis : vesikel bulat,
konidiofor yang transparan serta
konidia berwarna hitam
kecoklatan
(Syaifurrisal, 2014)
Aspergillus flavus
Ciri-ciri:
Makroskopis : koloni berwarna
hijau, granular, kompak
Mikroskopis : konidiofor, vesikel
bulat,
(Syaifurrisal, 2014)
Aspergillus fumigatus
Ciri-ciri:
Makroskopis : koloni berwarna
hijau tua , bentuk koloni granular,
dan kompak
Mikroskopis : memiliki konidia
yang melekat pada vesikel
(Syaifurrisal, 2014)
Rhizopus sp
Ciri-ciri :
Makroskopis : koloni putih keabu-
abuan, sperti kapas memenuhi
cawan petri, sporangium kecil
berwarna abu-abu
Mikroskopis : sporangium bulat,
warna hitam agak kelabu
(Syaifurrisal, 2014)
Identifikasi Jenis Kapang
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Gambaran Angka Kapang Pada Gula Merah Yang Dijual Di Pasar
Kopindo Kota Metro Tahun 2019
Riza Aritika1, Eka Sulistianingsih
2, Sri Ujiani
3
1Program Studi D III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
2Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Abstrak
Kapang merupakan mikroba yang dapat tumbuh hampir disetiap jenis pangan dan dapat menyebabkan
penurunan kualitas pangan. Salah satu bahan pangan yang dapat terkontaminasi kapang adalah gula merah.
Kapang dapat menghasilkan mikotoksin yang berbahaya bagi manusia yaitu aflatoksin. Aflatoksin merupakan
salah satu mikotoksin yang diproduksi oleh kapang Aspergillus flavus yang dapat mengakibatkan kerusakan hati
dan dapat menyebabkan kanker. Penelitian ini bertujuan mengetahui jumlah angka kapang pada gula merah
yang dijual di Pasar Kopindo Kota Metro dan mengetahui persentase (%) gula merah yang memenuhi syarat dan
tidak memenuhi syarat berdasarkan SNI:7388 Tahun 2009. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, sampel
diambil di Pasar Kopindo Kota Metro sebanyak 20 sampel gula merah. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Mikrobiologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Tanjungkarang pada bulan April s.d Mei 2019. Pemeriksaan
angka kapang menggunakan metode Angka Lempeng Total. Hasil penelitian menunjukkan jumlah angka
kapang antara 3,7x10² koloni/g sampai 103,6x10² koloni/g gula merah 100% tidak memenuhi syarat, yaitu
maksimal 1x10² koloni/g.
Kata Kunci : Angka Kapang, Gula Merah
Description Of The Number Of Molds In Brown Sugar Sold In The Pasar
Kopindo Kota Metro In 2019
Abstract
Molds are microbes that can grow in almost every type of food and can cause a decrease in food quality. One of
the foods that can be contaminated with mold is brown sugar. Molds can produce mycotoxins which are harmful
to humans, aflatoxin. Aflatoxin is one of the mycotoxins produced by the fungus Aspergillus flavus which can
cause liver damage and can cause cancer. This study aims to determine the number of molds on brown sugar
sold in Pasar Kopindo Kota Metro and find out the percentage (%) of brown sugar that meets the requirements
and does not meet the requirements based on SNI: 7388 in 2009. This type of research is descriptive, samples
taken at Pasar Kopindo Kota Metro has 20 samples of brown sugar. The research was carried out at the
Microbiology Laboratory of the Department of Health Analyst at the Politeknik Kesehatan Tanjungkarang in
April to May 2019. Investigation of mold numbers using the Total Plate Number method. The results showed
the number of molds between 3.7x10² colonies / g to 103.6x10² colonies / g brown sugar 100% did not meet the
requirements, namely a maximum of 1x10² colony / g.
Keywords : Number of molds, brown sugar
Korespondensi : Riza Aritika, Prodi D III Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Jalan
Soekarno-Hatta No.1 Hajimena Bandar Lampung, mobile 08976132174, e-mail [email protected]
Lampiran 15
Pendahuluan
Mikroorganisme yang terkandung di
dalam makanan dapat disebabkan karena
kontaminasi bahan pangan selama proses
pengolahan dan penyimpanan. Kontaminasi
yang sering terjadi pada Negara Indonesia
yang beriklim tropis adalah kontaminasi yang
disebabkan oleh kapang (Febrina, 2013).
Kapang adalah mikroba bersel tunggal
yang terbentuk dari benang-benang halus yang
disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium.
Kapang dapat menyerang tanaman,
menyebabkan kerusakan pada bahan pangan,
dan beberapa kapang dapat menimbulkan
reaksi alergi dan infeksi. Infeksi yang
disebabkan oleh kapang disebut mikosis dan
keracunan oleh kapang disebut
mikotoksikosis. Mikotoksikosis terjadi karena
tertelannya toksin dari kapang yang tidak
rusak karena proses pengolahan pangan dan
keracunan biasanya disebabkan oleh konsumsi
mikotoksin secara berulang-ulang dalam suatu
periode waktu tertentu (SNI:7388, 2009).
Aflatoksin merupakan salah satu mikotoksin
yang dapat mengakibatkan kerusakan hati,
organ tubuh yang sangat penting dan juga
berperan dalam detoksifikasi aflatoksin itu
sendiri, apabila aflatoksin dikonsumsi dalam
jumlah yang kecil tetap saja dapat
menyebabkan kanker hati (Syarief, 2003).
Hasil penelitian Andiningtiyas (2015)
tentang hitung angka kapang dan khamir pada
produk Jenang Kudus, terdapat 94,2%
memiliki AKK tidak memenuhi syarat dari
120 sampel yang diteliti, koloni kapang yang
tumbuh yaitu Aspergillus sp, Penicillium sp,
Rhizopus sp, Mucor sp, Epidermophyton sp,
dan Trichophyton sp. Hasil penelitian Kurnia
dkk (2016) tentang uji kualitas jenang yang
ditinjau untuk penentuan daya tahan simpan
didapatkan hasil perhitungan koloni kapang
tidak memenuhi syarat yaitu 4,34 x 102 cfu/g,
menurut SNI7388:2009 yaitu 2 x 102 cfu/g.
Gula merah merupakan salah satu bahan
pangan yang dibuat dari pengolahan nira
palma yaitu aren (Arenga piñata Merr), kelapa
(Cocos nucifera), siwalan (Borassus flabellifer
L) (SNI 01-3743:1995). Gula aren mempunyai
kelebihan yaitu memiliki nilai indeks glikemik
rendah dibanding dengan gula tebu yaitu 43,61
(Riawan, 2017) sehingga baik dikonsumsi oleh
penderita diabetes atau masyarakat yang ingin
menjaga kesehatan.
Namun, keterbatasan pengetahuan dan
rendahnya tingkat pendidikan pengerajin gula
menyebabkan sanitasi dari proses penyadapan
sampai pengemasan produk kurang
diperhatikan. Pada proses penyadapan, setelah
nira menetes dan keluar dari tandan bunga,
nira langsung berhubungan dengan udara
bebas di luar sehingga jamur dapat merombak
kandungan gula dari nira yang segar menjadi
nira yang terfermentasi. Fermentasi yang
sangat cepat pada nira disebabkan komposisi
senyawa yang terkandung pada nira yaitu
terdiri dari air (80-90%), sukrosa (8-12%),
gula reduksi (0,5-1%), dan bahan lainnya (1,5-
7%) merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme khususnya
kapang (Wibowo, 2006).
Pasar Kopindo merupakan salah satu pasar
tradisional di Kota Metro yang ramai
dikunjungi masyarakat. Dari hasil pengamatan
langsung yang telah dilakukan di Pasar
Kopindo Kota Metro terdapat 20 kios yang
menjual gula merah. Gula merah yang beredar
di Kota Metro umumnya dipasok dari sentra
produksi gula merah yang ada di Provinsi
Lampung seperti Kabupaten Lampung Timur,
Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.
(Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2013).
Menurut informasi pedagang setiap
produsen mengemas gula merah dengan
bermacam bentuk seperti dengan plastik,
dengan batok kelapa, dengan daun, peti atau
kardus. Tempat penyimpanan gula merah di
kios menggunakan peti, kardus dan rak-rak
yang kurang bersih serta disimpan pada tempat
yang terpapar udara bebas dan lembab.
Berdasarkan wawancara dengan padagang,
gula merah yang bertekstur lembut dan semi
basah hanya tahan selama 2 minggu sampai 1
bulan penyimpanan semakin mendukung
adanya pertumbuhan kapang. Gula merah
yang tidak habis terjual biasanya dijual kepada
konsumen dengan harga murah, konsumen
yang membeli gula merah dengan kualitas
buruk (tekstur lembek dan basah, serta adanya
bercak-bercak berwarna putih) digunakan
untuk membuat makanan dan minuman seperti
es dawet, kuah empek-empek, rujak petis,
sambal pecel, aneka kue dan lain-lain untuk
dijual.
Menurut pengamatan langsung penulis
pernah menemukan gula merah yang disimpan
dalam wadah tertutup selama 5 hari dari waktu
pembelian ditumbuhi oleh kapang dengan
serat/hifa berwarna putih. Bahan pangan yang
tercemar oleh kapang yang mengandung
aflatoksin jika dikonsumsi dalam jumlah kecil
secara terus menerus tetap saja dapat
menyebabkan kanker hati. Tertera juga dalam
SNI7388:2009 yaitu bahan pangan gula aren,
gula kristal, gula tepung memiliki batas
maksimal cemaran kapang dan khamir 1 × 102
koloni/g. Oleh sebab itu, penulis melakukan
penelitian terhadap gula merah dengan judul
“Gambaran Angka Kapang Pada Gula Merah
Yang Dijual Di Pasar Kopindo Kota Metro
Tahun 2019” yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran angka kapang pada gula
merah yang memenuhi syarat dan tidak
memenuhi syarat.
Metode
Bidang kajian pada penelitian ini adalah
Mikologi yang bersifat deskriptif dengan
variabel penelitian adalah angka kapang pada
gula merah yang dijual di Pasar Kopindo Kota
Metro. Tempat pengambilan sampel yaitu di
Pasar Kopindo Kota Metro dan penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang pada bulan Februari
sampai dengan bulan Mei 2019. Populasi
sampel penelitian yaitu gula merah yang dijual
pada 20 kios di Pasar Kopindo Kota Metro.
Pemeriksaan dilakukan dengan perhitungan
angka kapang menggunakan metode Angka
Lempeng Total pada media Saboraud
Dextrose Agar. Analisis data dilakukan secara
univariat untuk mengetahui persentase (%)
dari sampel yang memenuhi syarat dan sampel
yang tidak memenuhi syarat kemudian data
dibandingkan dengan persyaratan sesuai
SNI:7388 Tahun 2009, syarat maksimal angka
kapang pada gula merah adalah yaitu 1 × 102
koloni/g.
Hasil
Hasil penelitian tentang gambaran angka
kapang pada gula merah yang dijual di Pasar
Kopindo Kota Metro tahun 2019, didapatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Angka Kapang pada gula merah yang
dijual di Pasar Kopindo Kota Metro tahun
2019
Kode
Sampel
Angka kapang
(koloni/g)
Keterangan
1 12.9 x 102 TMS
2 22.5 x 102 TMS
3 49.7 x 102 TMS
4 13.2 x 102 TMS
5 12.2 x 102 TMS
6 11.2 x 102 TMS
7 11.2 x 102 TMS
8 23.3 x 102 TMS
9 22.2 x 102 TMS
10 24.7 x 102 TMS
11 25.6 x 102 TMS
12 101.2 x 102 TMS
13 49.0 x 102 TMS
14 103.6 x 102 TMS
15 21.9 x 102 TMS
16 49.2 x 102 TMS
17 64.4 x 102 TMS
18 50.2 x 102 TMS
19 81.6 x 102 TMS
20 3.7 x 102 TMS
Keterangan:
MS : Memenuhi syarat SNI:7388 Tahun 2009
yaitu 1 x 102 koloni/g.
TMS:Tidak memenuhi syarat SNI:7388 Tahun
2009 yaitu 1 x 102 koloni/g.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa hasil angka kapang pada 20 sampel
gula merah tidak memenuhi syarat SNI:7388
Tahun 2009 batas maksimum cemaran
mikroba dalam bahan pangan untuk kategori
gula aren, gula kristal, gula tepung memiliki
batas maksimal cemaran kapang 1 × 102
koloni/g.
Tabel 2. Persentase gula merah yang memenuhi
syarat dan tidak memenuhi syarat
SNI:7388 Tahun 2009
No Keriteria Jumlah
Sampel
Persentase
(%)
1
2
Memenuhi syarat
Tidak Memenuhi syarat
0
20
0
100
Gambar 1. Persentase Gula Merah yang Memenuhi
Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1
dapat diketahui persentase gula merah yang
memenuhi syarat yaitu 0% dan persentase gula
0%
100%
Persentase Gula Merah yang Memenuhi
Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat
memenuhi syarat
tidak memenuhi
syarat
merah yang tidak memenuhi syarat yaitu
100%. Seluruh sampel tidak memenuhi syarat,
berdasarkan hasil penelitian pada seluruh
sampel yang ditanam pada media SDA
ditemukan koloni kapang dengan bebarapa
ciri-ciri yaitu koloni berwarna hitam, koloni
berwarna putih seperti kapas, koloni berwarna
hijau tua, koloni berwarna hijau muda, koloni
berwarna orange dan koloni yang sedikit
berlendir.
Pembahasan
Setelah dilakukan pemeriksaan dan
perhitungan angka kapang pada 20 sampel
gula merah yang dijual di Pasar Kopindo Kota
Metro, didapatkan hasil angka kapang terkecil
yaitu 3,7x10² koloni/g gula merah pada kode
sampel nomor 20 dan angka kapang terbesar
yaitu 103,6x10² koloni/g gula merah pada
kode sampel nomor 14. Hasil tersebut
menyatakan bahwa angka kapang pada gula
merah 100% tidak memenuhi syarat SNI:7388
Tahun 2009 batas maksimum cemaran
mikroba dalam bahan pangan gula aren, gula
kristal, gula tepung memiliki batas maksimal
cemaran kapang dan khamir 1 × 102 koloni/g.
Berdasarkan hasil pengamatan pada gula
merah yang dijual di Pasar Kopindo Kota
Metro dari 20 sampel yang diperiksa tidak
memenuhi syarat. Pencemaran kapang pada
gula merah dapat disebabkan karena proses
pengolahan gula merah yang kurang higienis
dari segi kebersihan, hal ini didukung dengan
penjelasan pedagang bahwa gula merah yang
dijual berasal dari produsen yang kurang
memerhatikan higien dan sanitasi contohnya
dalam proses pengolahan dilakukan pada
lingkungan yang kotor, penggunaan wadah
(cetakan) gula yang dipakai berulang-ulang,
pada proses penyadapan nira ditampung
dengan wadah yang kotor dan dalam kondisi
mudah terkontaminasi debu. Produsen dan
pedagang meletakkan gula yang sudah dicetak
pada sembarang tempat sehingga mudah
dihinggapi lalat. Menurut Muchaymien et al
(2014) proses produksi gula merah di
pengerajin gula merah memiliki kondisi yang
beragam disetiap tahap proses produksinya
yang sangat berpengaruh terhadap kontaminasi
kapang. Contohnya menurut Wibowo (2006),
pada proses penyadapan setelah nira menetes
dan keluar dari tandan bunga, nira langsung
berhubungan dengan udara bebas di luar
dengan demikian mikroba jamur akan cepat
berkembang biak bila kebutuhan hidupnya
terpenuhi.
Ditemukannya kapang dalam gula merah
selain disebabkan oleh proses pengolahan,
dapat juga dipicu oleh cara penyimpanan gula
merah di kios yang menggunakan peti, kardus
dan rak-rak yang kurang bersih serta disimpan
pada tempat yang terpapar udara bebas dan
kondisi lembab. Faktor penyimpanan
merupakan hal yang harus diperhatikan. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Syarief
(2003), menjelaskan bahwa penyimpanan yang
tepat ditujukan untuk mencegah pertumbuhan
kapang. Selain itu, menurut pedagang adanya
gula merah yang berkualitas buruk
dikarenakan terbuat dari gula-gula yang tidak
laku dijual kemudian diolah kembali menjadi
gula baru. Daya tahan simpan gula merah yang
lebih cepat dari penjualan membuat lama
waktu penyimpanan dapat mempengaruhi
tumbuhnya kapang. Berdasarkan PMK
Republik Indonesia Nomor
1096/Menkes/VI/2011 faktor-faktor yang
mempengaruhi kontaminasi bahan makanan
oleh kapang diantaranya tingkat sanitasi
meliputi pemilihan bahan dasar, penyimpanan,
pengolahan, pengangkutan dan penyajian
makanan.
Hasil penelitian juga ditemukan adanya
pertumbuhan khamir pada Media Saboraud
Dextrose Agar. Hal tersebut disebabkan
karena komposisi dari gula merah terdiri dari
nira yang dapat difermentasi oleh
ragi/yeast/khamir. Menurut Wibowo (2006)
mikroba jamur akan cepat berkembang biak
bila kebutuhan hidupnya terpenuhi yaitu
berupa makanan yang cukup dari nira dan
udara atau O2, sehingga jamur dapat
merombak kandungan gula dari nira yang
segar menjadi nira yang terfermentasi.
Fermentasi yang sangat cepat pada nira
disebabkan komposisi senyawa yang
terkandung pada nira terdiri dari air (80-90%),
sukrosa (8-12%), gula reduksi (0,5-1%), dan
bahan lainnya (1,5-7%) dapat menyebabkan
mikroba akan tumbuh dengan baik jika faktor
lingkungannya mendukung. Bahan pangan
yang dikontaminasi oleh khamir masih dapat
dikonsumsi apabila diolah dengan suhu diatas
45°C, namun gula merah yang sudah
terkontaminasi oleh khamir biasaanya sudah
memliki rasa yang berubah yaitu rasa masam
dan tak layak konsumsi.
Hasil penelitian Andiningtyas (2015)
menyatakan bahwa cara produksi pengolahan
pangan terkait dengan higiene dan sanitasi
dapat memudahkan terjadinya kontaminasi
oleh kapang. Penelitian Kurnia dkk (2016)
ditemukan adanya kapang dan khamir pada
bahan pangan dapat mempengaruhi daya tahan
simpan pada pangan. karena hal tersebut
disebabkan oleh aktivitas kapang yang terus
tumbuh.
Kapang yang terdapat dalam gula merah
dapat menghasilkan mikotoksin. Mikotoksin
yang paling banyak pada bahan pangan yaitu
aflatoksin yang dihasilkan oleh kapang
Aspergillus flavus, Aspergillus parasiticus
yang dapat menyebabkan karsinogenik
(penyebab kanker) terutama kanker hati. Suhu
optimum untuk memproduksi aflatoksin
adalah sekitar 25-35°C dan pada suhu 45°C
pertumbuhan Aspergillus flavus dan produksi
aflatoksin terhenti. Gula merah yang
terkontaminasi aflatoksin apabila dikonsumsi
secara rutin walaupun dalam jumlah yang
kecil dapat mengancam kesehatan. Namun
apabila gula merah diolah dengan suhu yang
tepat yaitu diatas 45°C maka dapat
menghambat produksi aflatoksin oleh kapang
(Syarief, 2003). Hasil identifikasi kapang
pada media Saboraud Dextrose Agar
ditemukan adanya jamur Aspergillus flavus,
Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus,
Rhizopus sp yang membuktikan bahwa
mengonsumsi gula merah yang terkontaminasi
kapang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Ditinjau dari jenis kapang yang tumbuh
pada media SDA, kapang jenis Aspergillus
flavus yang dapat menghasilkan aflatoksin
sangat berbahaya jika dikonsumsi, terdapat
beberapa sampel yang ditumbuhi oleh
Aspergillus flavus hal ini menandakan bahwa
sampel gula merah tersebut tidak layak untuk
dikonsumsi, namun ada bebrapa sampel gula
merah yang masih dapat dikonsumsi karena
tidak ditumbuhi oleh Aspergillus flavus jika
gula merah tersebut diolah dengan suhu yang
tepat atau diatas suhu 45°C. Maka dari itu
penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
melakukan indentifikasi jenis kapang yang
tumbuh, sehingga bahan pangan yang
ditumbuhi kapang namun tidak memproduksi
alflatoksin masih dapat dikonsumsi jika diolah
secara benar.
Simpulan yang didapat dari penelitian ini
yaitu jumlah angka kapang pada gula merah
yang dijual di Pasar Kopindo Kota Metro
adalah antara 3,7x10² sampai 103,6x10²
koloni/g gula merah dan 100% tidak
memenuhi syarat SNI 7388 Tahun 2009
tentang batas maksimum cemaran mikroba
dalam bahan pangan.
Saran dalam penelitian ini sebaiknya
produsen gula merah dapat terus
meningkatkan pemenuhan persyaratan yang
berhubungan dengan cara produksi dan
pengolahan yang baik terhadap pangan serta
lebih memperhatikan proses penyimpanan
bahan pangan agar gula merah yang dijual
terhindar dari kontaminasi kapang. Maka perlu
dilakukan penyuluhan dan pembinaan oleh
Dinas Kesehatan setempat melalui promosi
kesehatan kepada pedagang dan produsen gula
merah.
Daftar Pustaka
Andiningtyas Dessy, 2015, Hitung Angka
Kapang Khamir (Akk) Dan Identifikasi
Koloni Mikroflora Produk Jenang Kudus
(Studi Di Industri Rumah Tangga Pangan
Di Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus),
Skripsi Sarjana, Kudus.
Muchaymien Yusuf Et Al.2014. Penyusunan
Draft Standard Operating Procedure
(SOP) Pembuatan Gula Merah Kelapa
(Studi Kasus Di Pengrajin Gula Merah
Kelapa Desa Purworejo Kec. Negeri
Katon Kab. Pesawaran). SOP Gula
Merah Kelapa. Pesawaran: Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Higiene dan Sanitasi Jasaboga
Rikardo N Kurnia dkk, 2016, Uji Kualitas
Mikrobiologi “Jenang” Ditinjau
Berdasarkan Angka Lempeng Total (ALT)
Koloni Kapang Untuk Penentuan Daya
Tahan Simpan, Biologi FMIPA, UNM,
Malang.
SNI 7388, 2009, Batas maksimum cemaran
mikroba dalam pangan, Jakarta, Badan
standarisasi Nasional, 37 halaman.
SNI 01-3743-1995, Gula Palma, Badan
Standarisasi Nasional, 3 halaman.
Syarief, Rizal. 2003. Mikotoksin Bahan
Pangan.Bogor. IPB Press.
Wibowo, 2006, di dalam Heryani Hesty, 2016,
Keutamaan Gula Aren & Strategi
Pengembangan Produk, Lambung
Mangkurat University Press,
Banjarmasin, 157 halaman.
Lampiran 16