Neurology Neurosurgery Ilustrated 420
description
Transcript of Neurology Neurosurgery Ilustrated 420
(Neurology neurosurgery ilustrated 420)
F. TANDA DAN GEJALA KLINIS
Gejala dari polineuropati meliputi nyeri didaerah distal, parastesi, kelemahan, dan gangguanfungsi sensoris. Nyeri mungkin bisa tiba-tiba saja timbul atau mungkin dicetus oleh stimulasi padadaerah kulit dan nyerinya tajam atau terbakar. Parastesi biasanya digambarkan dengan rasa tebal,gringgingen, terbakar, atau kesemutan. Hilangnya persepsi rasa nyeri mengakibatkan traumaberulang dengan degenerasi dari sendi-sendi.Kelemahan dirasakan paling hebat pada otot-otot kaki pada kebanyakan polineuropati,memungkinkan juga paralisa dari otot-otot intrinsik pada kaki dan tangan yang mengakibatkan
footdrop
atau
wristdrop
. Refleks tendon biasanya hilang, terutama pada neuropati demyelinisasi.Pada kasus polineuropati yang berat, pasien bisa quadriplegi atau mengalami kelumpuhan pada kesemua alat gerak dan mengalami
respirator-dependent
. Saraf-saraf kranialis juga bisa terkena,biasanya pada SGB dan difteri. Kemampuan sensor kutan hilang pada distribusi kasus
stocking-and- glove.
Segala macam mode sensor perasa tersebut akan bermasalah.Kerusakan pada sistem saraf-saraf autonom dapat menyebabkan miosis (mengecilnya pupil),anhidrosis (tidak bisa berkeringat), hipotensi ortostatik, impotensi, dan keabnormalan vasomotor.Gejala-gejala tersebut dapat muncul tanpa gejala lain yang sering menyertai polineuropati, tapigangguan pada sistem autonom tersebut sering menyertai polineuropati distal yang simetris. Dinegara Amerika Serikat, penyebab tersering gangguan saraf-saraf autonom tersebut adalah penyakitdiabetes melitus. Penyebab lainnya adalah amyloidosis. Takikardi, perubahan tekanan darah yangcepat, kulit kemerah-merahan dan berkeringat, dan gangguan pada sistem gastrointestinal biasanyadisebabkan karena keracunan thallium, prophyria, atau SGB (Lipincott).Saraf-saraf kutan superfisial bisa menjadi tebal dan terlihat karena kolagen berproliferasi dandideposisi pada sel schwann karena pengulangan episode demyelinisasi dan remyelinisasi ataudeposisi dari amyloid atau polisakarida pada saraf-saraf tersebut. Fasikulasi atau kontraksi spontandari unit motor dapat terlihat berkejut-kejut dibawah kulit dan bisa juga terlihat di lidah pasien. Gejalatersebut merupakan karakteristik dari penyakit yang
menyerang cornu anterior tapi juga bisa terlihatpada neuropati motoric dengan multifokal blok pada konduksi motoricnya dan juga pada neuropatikronis yang menyertai kerusakan dari axon. (Lipincott c103)Tanda dan gejala klinis dari polineuropati merupakan refleksi dari saraf apa yang terkena.
Gangguan dari tiap tipe saraf menghasilkan tanda dan gejala yang “positif” atau “negatif”
seperti yangterlihat pada tabel berikut
(martin a.samuels 569)Mumenthaler dan Mattle menjelaskan tanda dan gejala klinis polineuropati sebagai berikut
Tanda awal biasanya bermula dari distal, kedua kaki
Parastesi di jempol kaki atau di telapak kaki, terutama pada malam hari
Kesemutan
Perasaan tebal dikaki, seperti memakai kaos kaki
Hilangnya refleks Achiles
Menurun dan hilangnya sense getaran, dimulai didistal
Seiring berjalannya progres dari penyakit, timbul paresis pada muskulus ekstensor halocistbrevis dan juga muskulus interossei
Kemudian, paresis pada muskulus ekstensor halocist longus dan ekstensor kaki
Menghasilkan bilateral
footdrop
Pada akhirnya, gangguan sensorik dan kelemahan motorik menyebar hingga eksterimitasbagian atas juga.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan neurologis sangat penting untuk dilakukan, memeriksa saraf kranialis, kemampuanmotorik dan sensorik, tonus otot apakah normal atau menurun. Pola dari kelemahan membantudalam mengkerucutkan diagnosis: apakah simetris atau asimetris, distal atau proksimal. Pasiendengan neuropati sensorimotor simetris distal, pemeriksaan sensoriknya menunjukkan penurunansensitifitas terhadap sentuhan ringan, tusukan jarum, dan suhu pada kasus
stocking-and-glove.
Kemampuan mengenali fibrasi dan posisi juga terganggu, pasien dengan tingkat keparahan yangtinggi dapat menunjukkan tanda positif dari pseudoathetosis atau tes Romberg. Refleks tendon jugamenurun ataupun hilang. (ann noele)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Apabila menemukan temuan gejala klinis yang tipikal menunjukkan bahwa hal tersebutmengindikasikan adanya polineuropati, serangkaian tes laboratorium dapat dilakukan untukmenentukan etiologinya (antara lain darah lengkap, elektrolit, gula darah, elektroforesis, tes toleransigula, HBA
1c
, faal ginjal dan hepar, serum vitamin B
12
dan asam folat, parameter vaskulitis, TSH, danmungkin pula dilakukan tes endokrin lebih jauh dan marker tumor. Elektroneurografi dapatmenunjukan tingkat gangguan dari konduksi impuls, bergantung dari etiologi penyebabnya. Jikapenyebab primernya adalah axonal, EMG akan menunjukkan sebuah denervasi atau secaraneurologis ptoensial yang terganggu. Konsentrasi protein CSF bisa juga terganggu pada berbagaimacam polineuropati (e.g diabetik polineuropati), pada kasus langka, pemeriksaan cairanserebrospinal dapat menunjukan suatu proses infeksi. Pemeriksaan tambahan biopsi saraf betisdapat menyingkirkan polineuropati tipe axonal dari tipe demyelinisasi. (fundamental 176). Pasiendengan polineuropati sensoris simetris distal memiliki prevalensi tinggi terkena diabetes atauprediabetes, dimana dapat diketahui dengan mengukur kadar gula darah dari pasien tersebut.Elektromyografi (EMG) memiliki cara kerja dengan menggunakan jarum ditusukkan kepada otottertentu dan aktifitas dari otot tersebut ditampilkan pada
oscilloscope
. EMG biasanya digunakan untukmengevaluasi penyakit otot tapi secara tidak langsung juga bisa digunakan untuk mengetahui prosesneuropatik. Apabila terdapat denervasi kronis, reinervasi mungkin muncul dengan durasi lebih lamadengan amplitudo tinggi.
NCS (
Nerve Conduction Studies)
adalah suatu tes dengan memberikan stimulis pada saraf (20-100 V selama 0.05-0.1 milidetik) dan respons dari pergerakan otot yang terstimulasi direkamEMG dan NCS seringkali digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan neuropati. Tes tersebutdapat mengetahui apabila terdapat neuropati dan memberikan informasi juga tipe saraf apa yangterkena (motorik, sensorik, atau kedua-duanya), perjalanan patologi yang seperti apa (axonal ataudemyelinisasi), dan apakah dia simetris atau tidak simetris. (ann noele)Biopsi saraf secara luas sudah diterima untuk digunakan dalam mendiagnosis penyakit inflamasisaraf oleh karena vaskulitis, sarkoidosis, CIDP, penyakit infeksi seperti lepra, atau kelainan yanginfiltratif seperti tumor dan amyloidosis. Biopsi saraf sangat berguna pada mononeuropathy multiplexatau kecurigaan neuropati vaskulitis. Biopsi kulit mengalami peningkatan untuk penggunaannya untukmengevaluasi pasien dengan polineuropati. Tekhnik yang paling sering adalah dengan mengambil jaringan kulit pada kaki sebesar 3mm. Setelah memotong nya dengan microtome, jaringan tersebutkemudian diberi antibodi
anti-protein-geneproduct
9.5 (PGP 9.5) dan di periksa dengan metode
immunohistochemical
atau
immunofluorescent
(177-85.5).
I. DIGNOSIS DAN DIAGNOSIS PENUNJANG
Untuk menentukan diagnosis dari polineuropati, secara signifikan dikecurutkan oleh kemampuananamnesis, tanda dan gejala klinis, dan mengintrepetasikan hasil pemeriksaan penunjang.Distal Symmetric Sensorimotor PolyneuropathiesEndocrine diseasesDiabetes mellitusCarcinomatous axonal sensorimotorpolyneuropathy
A. DEFINISI
Sistem saraf perifer terdiri dari bermacam-macam tipe sel dan elemen yang membentuk sarafmotor, saraf sensor, dan saraf autonom. Polineuropati adalah istilah yang digunakan untukmenjelaskan sindroma yang terjadi dari lesi yang mengenai saraf-saraf, dimana dimanifestasikansebagai kelemahan, kehilangan kemampuan sensor, dan disfungsi autonom (lipincott c103.p462)Menurut Mattle et all, polineuropati adalah kondisi yang mengenai saraf-saraf perifer. Gambaranklinis dari polineuropati biasa nya terdistribusi secara simetris dan lambat progresif. Gejala awalandari
polineuropati dalam praktek klinis sering dimulai dari kedua kaki. Penyebab dari polineuropatibermacam-macam. Dalam penelitian secara
Consensus-based principles,
polineuropati harusbermula dari kaki dan simetris pada kedua sisi tubuh. Polineuropati dapat muncul pada umurberapapun, meski ada beberapa sindroma yang menyerang pada anggota umur tertentu. (199-207.p7)
B. EPIDEMIOLOGI
Polineuropati muncul sebagai salah satu komponen dari beberapa penyakit yang sering munculdan tidak sedikit pula dari penyakit-penyakit yang langka. Polineuropati memiliki etiologi yangheterogen, berbeda-beda dalam patologinya, dan bermacam-macam pula tingkat keparahannya.Insiden kasus dari polineuropati didunia ini juga tergolong tidak sedikit, hal tersebut dapat dilihat padatabel berikut(epidemiologi 311)
C. ETIOLOGI
Berikut adalah beberapa penyebab polineuropati yang sering terjadi1. Polineuropati Herediter
Hereditary motor and sensory neuropathies
Neuropathy with tendency to pressure palsy
Prophyria
Primary amyloidosis2. Polineuropati karena kelainan metabolik
Diabetic neuropathy
Uremia
Cirrhosis
Gout
Hypothyroidism3. Polineuropati karena penyakit infeksi
Leprosy
Mumps
Typhus
HIV infection4. Polineuropati karena penyakit arteri
Polyarteritis nodosa
Atherosclerosis5. Polineuropati karena kurang gizi6. Polineuropati karena malabsorbsi vitamin B127. Polineuropati karena disproteinemia atau paraproteinemia8. Polineuropati karena zat-zat toksik eksogen(fundamentals of neurology 176)
D. PATOFISIOLOGI
Berbagai macam pencetus dan kondisi dapat mengakibatkan polineuropati dengan caranyamasing-masing. Kerusakan pada
neuronal nuclei
seperti pada diabetes melitus, mengakibatkan kedegenerasi tipe axonal retrogade sekunder distal. Di lain pihak kerusakan langsung pada segmenaxon mengakibatkan degenerasi tipe Wallerian pada segmen axon bagian distal. Berbeda pula padapolineuropati karena zat toksik, sel schwann menjadi target serangan, sehingga menyebabkandemyelinisasi. Lebih jelasnya diperlihatkan pada gambar dibawah ini(neurology & neurosurgery ilustrated 416)
G. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan neurologis sangat penting untuk dilakukan, memeriksa saraf kranialis, kemampuanmotorik dan sensorik, tonus otot apakah normal atau menurun. Pola dari kelemahan membantudalam mengkerucutkan diagnosis: apakah simetris atau asimetris, distal atau proksimal. Pasiendengan neuropati sensorimotor simetris distal, pemeriksaan sensoriknya menunjukkan penurunansensitifitas terhadap sentuhan ringan, tusukan jarum, dan suhu pada kasus
stocking-and-glove.
Kemampuan mengenali fibrasi dan posisi juga terganggu, pasien dengan tingkat keparahan yangtinggi dapat menunjukkan tanda positif dari pseudoathetosis atau tes Romberg. Refleks tendon jugamenurun ataupun hilang. (ann noele)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Apabila menemukan temuan gejala klinis yang tipikal menunjukkan bahwa hal tersebutmengindikasikan adanya polineuropati, serangkaian tes laboratorium dapat dilakukan untukmenentukan etiologinya (antara lain darah lengkap, elektrolit, gula darah, elektroforesis, tes toleransigula, HBA
1c
, faal ginjal dan hepar, serum vitamin B
12
dan asam folat, parameter vaskulitis, TSH, danmungkin pula dilakukan tes endokrin lebih jauh dan marker tumor. Elektroneurografi dapatmenunjukan tingkat gangguan dari konduksi impuls, bergantung dari etiologi penyebabnya. Jikapenyebab primernya adalah axonal, EMG akan menunjukkan sebuah denervasi atau secaraneurologis ptoensial yang terganggu. Konsentrasi protein CSF bisa juga terganggu pada berbagaimacam polineuropati (e.g diabetik polineuropati), pada kasus langka, pemeriksaan cairanserebrospinal dapat menunjukan suatu proses infeksi. Pemeriksaan tambahan biopsi saraf betisdapat menyingkirkan polineuropati tipe axonal dari tipe demyelinisasi. (fundamental 176). Pasiendengan polineuropati sensoris simetris distal memiliki prevalensi tinggi terkena diabetes atauprediabetes, dimana dapat diketahui dengan mengukur kadar gula darah dari pasien tersebut.Elektromyografi (EMG) memiliki cara kerja dengan menggunakan jarum ditusukkan kepada otottertentu dan aktifitas dari otot tersebut ditampilkan pada
oscilloscope
. EMG biasanya digunakan untukmengevaluasi penyakit otot tapi secara tidak langsung juga bisa digunakan untuk mengetahui prosesneuropatik. Apabila terdapat denervasi kronis, reinervasi mungkin muncul dengan durasi lebih lamadengan amplitudo tinggi.
NCS (
Nerve Conduction Studies)
adalah suatu tes dengan memberikan stimulis pada saraf (20-100 V selama 0.05-0.1 milidetik) dan respons dari pergerakan otot yang terstimulasi direkamEMG dan NCS seringkali digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan neuropati. Tes tersebutdapat mengetahui apabila terdapat neuropati dan memberikan informasi juga tipe saraf apa yangterkena (motorik, sensorik, atau kedua-duanya), perjalanan patologi yang seperti apa (axonal ataudemyelinisasi), dan apakah dia simetris atau tidak simetris. (ann noele)Biopsi saraf secara luas sudah diterima untuk digunakan dalam mendiagnosis penyakit inflamasisaraf oleh karena vaskulitis, sarkoidosis, CIDP, penyakit infeksi seperti lepra, atau kelainan yanginfiltratif seperti tumor dan amyloidosis. Biopsi saraf sangat berguna pada mononeuropathy multiplexatau kecurigaan neuropati vaskulitis. Biopsi kulit mengalami peningkatan untuk penggunaannya untukmengevaluasi pasien dengan polineuropati. Tekhnik yang paling sering adalah dengan mengambil jaringan kulit pada kaki sebesar 3mm. Setelah memotong nya dengan microtome, jaringan tersebutkemudian diberi antibodi
anti-protein-geneproduct
9.5 (PGP 9.5) dan di periksa dengan metode
immunohistochemical
atau
immunofluorescent
(177-85.5).
I. DIGNOSIS DAN DIAGNOSIS PENUNJANG
Untuk menentukan diagnosis dari polineuropati, secara signifikan dikecurutkan oleh kemampuananamnesis, tanda dan gejala klinis, dan mengintrepetasikan hasil pemeriksaan penunjang.Distal Symmetric Sensorimotor PolyneuropathiesEndocrine diseasesDiabetes mellitusCarcinomatous axonal sensorimotorpolyneuropathy
HypothyroidismAcromegalyNutritional diseasesAlcoholismVitamin B
12
deficiencyFolate deficiencyWhipple's diseasePostgastrectomy syndromeGastric restriction surgery for obesityThiamine deficiencyHypophosphatemiaCritical illness polyneuropathyConnective tissue diseasesRheumatoid arthritisPolyarteritis nodosaSystemic lupus erythematosusChurg-Strauss vasculitisCryoglobulinemiaAmyloidosisGouty neuropathyLymphomatous axonal sensorimotorpolyneuropathyInfectious diseasesAcquired immunodeficiency syndromeLyme
diseaseSarcoidosisToxic neuropathyAcrylamideCarbon disulfideDichlorophenoxyacetic acidEthylene oxideHexacarbonsCarbon monoxideOrganophosphorus estersGlue sniffingMetal neuropathyChronic arsenic intoxicationMercuryGoldThalliumAdapted with permission from Donofrio PD, Albers JW. AAEM minimonograph #34. Polyneuropathy:classification by nerve conduction studies and electromyography. Muscle Nerve 1990;13:889-903.Differential Diagnosis of Neuropathies by Clinical Course
Acute onset(within days)
Subacute onset(weeks to months)
Chronic course/insidious onset
Relapsing/remitting course
Guillain-Barré syndrome Maintained exposure to toxicagents/medicationsHereditary motorsensory neuropathiesGuillain-BarrésyndromeAcute intermittentporphyriaPersisting nutritional deficiency Dominantly inheritedsensory neuropathyCIDPCritical illness Abnormal metabolic state CIDP HIV/AIDS
polyneuropathyDiphtheric neuropathy Paraneoplastic syndrome ToxicThallium toxicity CIDP PorphyriaProximal Symmetric Motor PolyneuropathiesGuillain-Barré syndromeChronic inflammatory demyelinatingpolyradiculoneuropathyDiabetes mellitusPorphyriaOsteosclerotic myelomaWaldenstrom's macroglobulinemiaMonoclonal gammopathy of undeterminedsignificanceAcute arsenic polyneuropathyLymphomaDiphtheriaHIV/AIDSLyme diseaseHypothyroidismVincristine (Oncovin, Vincosar PFS) toxicityHIV=human immunodeficiency virus;AIDS=acquired immunodeficiency syndrome.Information from Thomas PK, Ochoa J.Symptomatology and differential diagnosis ofperipheral neuropathy. In: Dyck PJ, Thomas PK,eds. Peripheral neuropathy. Philadelphia:Saunders, 1993:749-74.Neuropathies with Less Common Patterns ofInvolvement
Neuropathies with cranial nerve involvement
Diabetes mellitusGuillain-Barré syndromeHIV/AIDSLyme diseaseSarcoidosis Neoplastic invasion of skull base ormeningesDiphtheria
Neuropathies predominant in upper limbs
Guillain-Barré syndromeDiabetes mellitusPorphyriaHereditary motor sensory neuropathyVitamin B
12
deficiencyHereditary amyloid neuropathy type II*Lead neuropathyHIV=human immunodeficiency virus;AIDS=acquired immunodeficiency syndrome.*--Carpal tunnel syndrome resulting from amyloiddeposits in the flexor retinaculum.Information from Thomas PK, Ochoa J.Symptomatology and differential diagnosis ofperipheral neuropathy. In: Dyck PJ, Thomas PK,eds. Peripheral neuropathy. Philadelphia:Saunders, 1993:749-74.
J. TERAPI
Terapi pasien dengan polineuropati dapat dibagi menjadi tiga cara: terapi spesifik dilakukanbergantung kepada etiologi penyebab dari pasien tersebut, terapi simptomatis, dan meningkatkankemampuan pasien
self-care
. Terapi simptomatis dari polineuropati terdiri dari mengurangi ataumenghilangkan dari nyeri yang diderita dan fisioterapi. Intubasi trakhea dan suport pernafasanmungkin dibutuhkan untuk pasien SGB. Proteksi kornea diberikan apabila terdapat kelemahan untukmenutup mata. Kasur tidur tempat pasien selalu dibersihkan dan penutupnya dibuat halus untukmencegah cedera kulit pada kasus
anesthetic skin.
Fisioterapi termasuk pijat untuk otot yang lemahdan melakukan pergerakan pasif terhadap semua sendi. Ketika pasien sudah bisa untuk bergeraklagi, latihan otot dapat dilakukan setiap hari. Pasien mungkin tidak diperbolehkan untuk jalan terlebihdahulu sebelum tes otot mengindikasikan bahwa otot-otot tersebut sudah siap untuk digunakan. Padakasus polineuropati dengan
footdrop
, sebuah orthosis untuk kaki dapat digunakan untuk membantupasien berjalan. Pasien-pasien dengan hipotensi postural, disuruh untuk bangun secara bertahap.(lipincott103.1)Terapi spesifik sebagai contoh pada kasus SGB, pemberian intravenous immunoglobulins (IVIG)0,4g/kg untuk 5 hari diketahui memiliki output yang bagus. Pada kasus CIDP, terapi bergantung padatingkat keparahan yang diderita pasien. Pada pasien dengan diabetes, mengkontrol kadar gula darahsangat penting.
K. PROGNOSIS
Prognosis dari penyakit polineuropati bergantung kepada jenis dan penyebabnya, tingkatkeparahan dari saraf yang terkena, dan komplikasi-komplikasi yang ditimbulkan. Pada SGB,kerusakan saraf berhenti dalam 8 minggu atau kurang. Tanpa pengobatan, sebagian besar orangmembaik dengan waktu yang lebih lama. Bagaimanapun, dengan terapi yang segera, kebanyakanorang membaik dengan sangat cepat, dalam hitungan hari atau beberapa minggu saja. Hanya kurangdari 2% dapat mengakibatkan kematian. Setelah membaik secara bertahap, 3
–
10% orang menjadikelainan yang mengarah ke CIDP. Pada CIDP yang tertangani dengan baik 30% bisa sembuh dantidak terdapat gangguan, 45% dengan tetap ada gangguan yang ringan, dan 25% tetap mengalamigangguan saraf yang buruk (neurology and neurosurgery 425). Pada diabetik polineuropati,komplikasi biasanya baik apabila kontrol diabetesnya baik, tetapi akan memburuk apabila terjadikomplikasi neuropati autonom (diabetik neuropati)
ALGORITME
Berikut adalah algoritme dalam mendiagnosis suatu polineuropati