NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

47
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga dapat menyelesaikan referat tentang luka bakar ( combustio ) untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran UKRIDA di Rumah Sakit Bayukarta. Terima kasih juga saya ucapkan kepada dr. Rio Andreas Sp.B selaku konsulen ilmu bedah yang telah membimbing dalam mengerjakan referat ini sehingga dapat diselesaikan tepat waktu. Referat ini menguraikan tentang luka bakar dengan gejala-gejalanya serta komplikasinya. Dengan referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan orang yang membacanya terutama mengenai masalah luka bakar. Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya harapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan yang akan datang. 1

Transcript of NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

Page 1: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga

dapat menyelesaikan referat tentang luka bakar ( combustio ) untuk memenuhi tugas

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran UKRIDA di Rumah Sakit Bayukarta.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada dr. Rio Andreas Sp.B selaku konsulen ilmu

bedah yang telah membimbing dalam mengerjakan referat ini sehingga dapat diselesaikan

tepat waktu. Referat ini menguraikan tentang luka bakar dengan gejala-gejalanya serta

komplikasinya. Dengan referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan

orang yang membacanya terutama mengenai masalah luka bakar. Saya menyadari bahwa

referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya harapkan saran dan kritik yang

membangun untuk perbaikan yang akan datang.

Karawang, 25 Juni 2015

Penyusun

1

Page 2: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar …………...........................................………………………….. 1

2. Daftar Isi……….....................…………………………………………………… 2

3. Pendahuluan…………………………………………….…………………......... 3

4. Anatomi dan Fisiologi kulit……………………………………………………... 3-5

5. Etiologi........................................................……………….…………………….. 6-7

6. Electrical burn……………………………………………………………………. 7

7. Patofisiologi.......................................................…………..……………...……… 7-10

8. Efek sistemik patofisiologi…………………………………………………….. ..10-11

9. Luas luka bakar......................................................................................................11-13

10. Derajat luka bakar..................................................................................................14-16

11. Berat luka bakar....................................................……………………….............16-17

12. Fase pada Luka Bakar…………………………………………………………....17

13. Indikasi rawat inap……………………………………………………………….18

14. Trauma Inhalasi………………………………………………………………….18-19

15. Pemeriksaan Lab…………………………………………………………………19

16. Penatalaksanaan.....................................................................................................20-21

17. Resusitasi luka bakar…………………………………………………………….21-22

18. Cairan intravena…………………………………………………………………22-23

19. Tindakan bedah………………………………………………………………….23-25

20. medikamentosa…………………………………………………………………..26-27

21. Komplikasi………………………………………………………………………28

22. Prognosis ………………………………………………………………………..29

23. Daftar pustaka........................................................................................................30-31

2

Page 3: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

1. Pendahuluan

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka

bakar berat dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk

penanganannya pun tinggi. Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang

mengalami luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita

luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka

bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar

tersebut makin meningkat.Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan

juga menimbukan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya

dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka

bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan

keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi prognosis.1

2. Defisini Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,

dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan

mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok)

sampai fase lanjut.

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun

tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan

rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan

kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.1

3. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan

dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh

kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan

luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis,

labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat

3

Page 4: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis

kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang

merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal

dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatulapisan jaringan

ikat.2

Gambar 1. Lapisan kulit

( sumber : www.medicastore.com )

a. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari

epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan

Merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal

pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh

ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi

barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi

sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). Epidermis

terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :

Stratum Korneum : Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan

berganti.

Stratum Lusidum : Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal

telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

Stratum Granulosum : Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang

intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang

dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.

Terdapat sel Langerhans.

4

Page 5: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

Stratum Spinosum: Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan

tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting

untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.

Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan

mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale

dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel

Langerhans.

Stratum Basale (Stratum Germinativum) : Terdapat aktifitas mitosis yang

hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara

konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan,

hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang

mengandung melanosit 2.

b. Dermis

Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan

menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling

tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :

Lapisan papiler; tipis : mengandung jaringan ikat jarang.

Lapisan retikuler; tebal : terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan

bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,

kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai

dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan

serabut elastin berkurang. Hal ini menyebabkan kulit terjadi kehilangan

kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai

banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat

epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas

kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi

Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan

shearing forces dan respon inflamasi.2

c. Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari

lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit

5

Page 6: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda

menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang

suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat

ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan

mechanical shock absorber.2

4. Etiologi

Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat

dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas

kompor rumah tangga, cairan cairan dari tabung pemantik api, yang akan

menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak kurang

lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah

tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superfisial, tetapi dapat juga mengenai

seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).

Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,

maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat

menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein dan rasa nyeri yang hebat. Asam

hidrofluorida mampu menembus jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan

toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang kecil sekalipun. Alkali atau basa

kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan emutih pakaian

(bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka bakar yang disebabkan oleh basa

kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive

necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada

asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi

denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita

sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas.1

Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) :

Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan

api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak

dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain

Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)

6

Page 7: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa

digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering

digunakan untuk keperluan rumah

Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan

ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi

paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima,

sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada

jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown.

Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif.

Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan

terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang

terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.1,3

5. Patofisiologi

Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m2 pada anak

baru lahir sampai 1m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu

tinggi, pembuluh kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekali pun

akan rusak dan menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran

cairan intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung

banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya

fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan.

Kedua penyebab di atas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan

intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi

tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat

terjadi syok hipovolemik disertai gejla yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,

berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin

berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam.

7

Page 8: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.

Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat

terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhirup.

Udem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan

gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat

jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya.

Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin sehingga hemoglobin tidak

mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan yaitu lemas, bingung, pusing,

mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60%

hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi

serta penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh darah yang

ditandai dengan meningkatnya diuresis.

Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang

merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah

infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler

yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan

tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari

kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas dan

kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial biasanya sangat

berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang

berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi

kuman Gram negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin

protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada

luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup

luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan

eksudasi oleh jaringan granu lasi membentuk nanah.

Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang

mudah terlepas dengan nanah yang bayak. Infeksi yang invasif ditandai dengan

keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula

8

Page 9: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi

derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan

yang terbakar dan menimbulkan trombosis.

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat dua dapat sembuh

dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen

epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat,

atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat dua yang dalam mungkin meninggalkan

parut hipertrofik yang nyeri, gagal, kaku dan secara estetik sangat jelek.

Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami

kontraktur. Bila ini terjadi di prsendian; fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut,

peristaltis usus menurun atau berhenti karena syok. Juga peristaltis dapat menurun

karena kekurngan ion kalium.

Stres atau beban faali setra hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka

bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum

dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai

tukak Curling atau stress ulcer. Aliran darah ke lambung berkurang sehingga terjadi

iskemia mukosa. Bila keadaan ini berlanjut, dapat timbul ulkus akibat nekrosis

mukosa lambung. Yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah penyulit

perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau melena.Fase permulaan luka

bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif.

Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan mudah terjadi

infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori

tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat pembakaran

protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot

mengecil, dan berat badan menurun. Kecacatan akibat luka bakar bisa sangat hebat,

terutama bila mengenai wajah. Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat

akibat cacat tersebut., sampai bisa menimbulkan gangguan jiwa yang disebut

schizophrenia postburn.1

6. Efek Patofisiologi Luka bakar

a. Kulit

9

Page 10: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar

tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller

burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri.

Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan

tubuh ( TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh

terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri. Injuri luka

bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh

b. Sistem kardiovaskuler

Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif

(catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan

yang mengalami injuri. Substansi – substansi ini menyebabkan meningkatnya

permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar

jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih

meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai membran sel

menyebabkan sodium masuk dan potasium keluar dari sel. Secara keseluruhan

akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya

cairan intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut

menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas

menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun

jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume

darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan

catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya

kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi

dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara

evaporasi melalui luka terjadi 420 kali lebih besar dari normal. Sedangkan

pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal

perhari adalah 350 ml. Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi

organ. Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka

shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas

dapat terjadi. Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler

menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah

injuri. Kardiac output kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi

kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan

pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali

10

Page 11: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian

menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena

kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh

kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu

berikutnya.

c. Sistem Renal dan Gastrointestinal

Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan

menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran

darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus

intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari

25 %.

d. Sistem Imun

Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas

lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas

complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage

dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-

perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam

kelangsungan hidup klien.

e. Sistem Respiratori

Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan

kadar oksigen arteri dan “lung compliance”.

Smoke Inhalation

Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali

berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini

diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api. Manifestasi

klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai

wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut

hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, takhipnoe, kemerahan pada selaput

hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum,

dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.

Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan

berat dan tipe asap atau gas yang dihirup.

Keracunan Carbon Monoxide

11

Page 12: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik

terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang

dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya

CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan

hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan

dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran

oksigen dalam darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar

serum darah.1,3

7. Luas luka bakar

Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada

orang dewasa digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,

perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan,

paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%,

sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya

permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Gambar 3. Rule of Nine untuk Dewasa

( sumber : www.bedahminor.com )

12

Page 13: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan

kepala anak lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak

kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.

Gambar 4. Rumus Perhitungan Luas luka Bakar

( sumber : www.bedahminor.com )

Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing

20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan

dan kiri masing-masing 15%.1,3

Metode Lund dan Browder yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya

porsi massa tubuh di kepala pada anak.

Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak.

Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat

menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:

Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan

persentasenya sama dengan dewasa.

13

Page 14: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan

turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

Gambar 5. Tabel Lund and Browder

( sumber : www.bedahminor.com )

8. Derajat luka bakar

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan

suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga

memperdalam luka bakar Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu

domba (wol). Bahan sintetis, seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga

mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehigga memperberat kedalaman

luka bakar. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh

dalam 5-7 hari; misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagaI eritema dengan

keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat.

Gambar 5. Luka Bakar Derajat Satu

14

Page 15: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

( sumber : www.nlm.nih.gov )

Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen

epitel sehat tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea,

kelenjar keringat, dan pangkal rambut.

Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam dua

sampai tiga minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung atau bula berisi

cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya

meningkat.

Gambar 6. Luka Bakar Derajat 2

( sumber : www.nlm.nih.gov )

Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin

subkutis, atau organ yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka.

15

Page 16: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

Biasanya diikuti dengan terbentuknya eskar yang merupakan jaringan nekrosis

akibat denaturasi protein jaringan kulit. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

kesembuhan harus dilakukan skin grafting.

Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah

dari jaringan sekeliling yang masih sehat.

Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri oleh karena ujung –ujung syaraf sensorik

mengalami kerusakan atau kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada

proses epitelisasi spontan dari dasar luka.1,2,3

Gambar 7. Luka Bakar Derajat 3

( sumber : www.nlm.nih.gov )

9. Beratnya luka bakar

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh

kedalaman luka bakar. Walaupun demikian beratnya luka bergantung pada dalam,

luas, dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat

mempengaruhi prognosis.

Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan penanganan ditentukan

oleh letak luka, usia, dan keadaan kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum,

ketiak, leher, dan tangan sulit, antara lain karena mudah mengalami kontraktur. Bayi

dan orang usia lanjut daya kompensisanya lebih rendah, maka bila terbakar

digolongkan ke dalam golongan berat.1

16

Page 17: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

10. Petunjuk klasifikasi beratnya luka bakar menurut ABA

a. Luka Bakar Berat

Derajat II – III > 20% pada pasien berusia < 10 tahun atau diatas 50 tahun

Derajat II – III > 25% pada kelompok usia lain

Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki dan perineum

Adanya cidera pada jalan nafas tanpa memperhitungkan luas luka bakar

Luka bakar listrik tegangan tinggi

b. Luka Bakar Sedang

Luka bakar dengan luas 15-25 % mengenai orang dewasa dengan luka bakar derajat

III kurang dari 10%

Luka bakar dengan luas 10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun atau dewasa

lebih dari 40 tahun dengan luka bakar derajat III kyrang dari 10%

Luska bakar derajat III kurang dari 10% pada anak maupun dewasa yang tidak

mengenai muka, tangan, kaki , perineum

c. Luka Bakar Ringan

Luka bakar derajat II dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa

Luka bakar derajat II dengan luas kurang dari 10% pada anak-anak

Luka bakar derajat III dengan luas kurang dari 2% pada segala usia yang tidak

mengenai muka, tangan, kaki, perineum.4

11. Fase pada Luka Bakar

Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:

a. Fase awal, fase akut, fase syok

Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada

saluran nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya

eskar melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan

sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.

b. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response

Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan

sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul

17

Page 18: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

pada fase pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan

sepsis luka)

c. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi

jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut

hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan

atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama.1,3

12. Indikasi Rawat Inap

Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk

dirawat inap bila:

a. Luka bakar derajat III > 5%

b. Luka bakar derajat II > 10%

c. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki,

genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) risiko signifikan untuk masalah

kosmetik dan kecacatan fungsi

d. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas

e. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor lainnya,

atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya

f. Adanya trauma inhalasi.1

13. Trauma Inhalasi

Cedera suhu murni pada system pernafasan jarang terlihat pada penderita luka

bakar karena satu-satunya cara untuk membakar batang trakeobronkus dengan

inhalasi batang tenggorokan. Korban kebakaran terpapar asap yang mengandung

bahan kimia berbahaya, termasuk sulfur dioksida, asam hidroklorida, hidrosianida,

karbon monoksida dan karbon dioksida. Inhalasi agen jenis ini menyebabkan

kerusakan paru yang parah dan bertanggung jawab bagi komponen luka bakar tunggal

ynag paling mematikan.

Banyak pasien yang meninggal segera ditempat kejadian Karen trauma

inhalasi. Dari semua pasien luka bakar yang dibawa ke rumah sakit, cedera inhalasi

terlihat pada 30%. Sebagian pasien cedera inhalasi menderita luka bakar disekitar

18

Page 19: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

kepala dan leher serta sering terbakar dalam ruang tertutup. Tetapi penting diketahui

bahwa sebagian besar pasien luka bakar kepala dan leher tidak menderita cedera paru.

Pertolongan pertama untuk korban dengan kemungkinan cedera inhalasi terdiri

dari pemindahaan penderita dari sumber gas berbahaya dan memberikan oksigen.

Ketika pertama kali diperiksa di rumah sakit semua penderita luka bakar dengan luka

bakar wajah hrus diperiksa bagi cedera inhalasi.

Indeks kecurigaan lebih tinggi pada pasien dengan rambut hidung gosong,

edema mulut dan pharynx, serak atau ada sputum berkarbon. Sementara foto toraks

pada masa awal pada pasca luka bakar biasanya normal, harus tetap dilakukan sebagai

dasar dan untuk menyingkirkan penyakit paru yang memang telah ada. Penentuan gas

darah dilakukan dengan mengevakuasi adanya karboksihemoglobin di dalam darah

karena karmon monoksida memiliki afinitas 200 kali lebih besar bagi hemoglobin

dibandingkan oksigen.

Sejak dipastikan jalan nafas atas yang paten dan pasien stabil secara

hemodinamik maka harus dilakukan bronkoskopi fiberoptik fleksibel. Bila terjadi

edema pharynx yang jelas maka dapat dipasang pipa endotrakeal. Tanda cedera

inhalasi pada bronkospi mencangkup edema mukosa serta eritema, erosi dan

penimbunan bahan karbon di saluran pernapaan

Pasien cedera inhalasi diterapi dengan simptomatik. Pasien dengan bukti

keracunan karbon monoksida diberi oksigen 100% dengan pipa endotrakeal dan

diikuti dengan seri gas darah sampai ia kembali ke tingkat normal. Oksigen hiperbarik

mungkin diperlukan pada sebagian besar kasus parah.

Pasien dengan cidera paru minimum dapat diterapi dengan oksigen yang di

lembabkan dengan masker bersama bronkodilator dan mukolitik. Pada kasus cedera

lebih parah, sering diperlukan intubasi. Trakeostomi dihindari pada penderita

lukabakar karena komplikasu septik pada daerah operasi.

Semua pasien dengan stridor atau dispne harus diintubasi. Pemasangan pipa T

untuk memberikan oksigen yang dilembabkan ke pasien mungkin terapi yang

memadai samapi edema mereda tetapi pasien dengan penurunan PO2 atau pola

ventilasi yang terburuk harus diberikan ventilator volume dan tekanan akhir ekspirasi

positif mungkin diperlukan. Pada pasien demikian ini, pemantauan invasive harus

19

Page 20: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

sangat dipertimbangkan untuk menyingkirkan masalah pergeseran cairan dengan

ancaman pemburukan paru lebih lanjut. Walaupun steroid telah dianjurkan dimasa

lampau namun penggunaan pada penderita luka bakar dengan cedera inhalasi tidak

diindikasikan.3

14 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini

untuk menunjang tatalaksana, mengingat luka bakar mayor dapat menyebabkan

kerusakan yang lebih berat dan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang

berat. Hal ini harus dikenali sehingga bisa diatasi secepat mungkin. Pemeriksaan yang

dapat dilakukan: Hemoglobin, hematokrit, elektrolit, gula darah, golongan darah,

kadar COHb dan kadar sianida (pada luka bakar akiibat kebakaran di ruangan).1,3

1. Non medikamentosa

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya

dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan

oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat

menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas.

Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan

mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin, atau

melepaskan baju yang tersiram panas. Pertolongan pertama setelah sumber panas

dihilangkan adalah merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan

air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini,

dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses

koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi. Yang akan terus

berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Oleh

karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam

air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih

dangkal dan diperkecil, luka yang sebenarya menuju derajat dua dapat berhenti pada

derajat satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau

satu. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin,

tidak usah steril.

20

Page 21: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

Pada luka bakar ringan prinsip penanganan utama adalah mendinginkan

daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa

sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat

secara tertutup atau terbuka. Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti

pada luka bakar ringan, kalau perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita

menunjukkan gejala syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas,

diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi udem laring, dipasang

pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan

jalan napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan pembersihan jalan napas dari

lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera diberikan oksigen murni.

Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-

banyaknya dan diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik juga

diperlukan karena asam hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka bakar.

Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan

membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut

sterila untuk perawatan tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan dahulu.

Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari

ABC (airway, breathing, Circulation)

a. Airway and breathing

Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwarna

jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada

wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana

intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok)

untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di

fasilitas kesehatan yang lengkap. Seluruh pasien luka bakar sebaiknya

mendapat oksigen 100% dengan non-rebreathing mask.5

b. Circulation

Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka

bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena

21

Page 22: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

(melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat

diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena

pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit

yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi

perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah

yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi

dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam

pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang

berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.5

16. Tatalaksana resusitasi luka bakar

Tatalaksana resusitasi jalan nafas:

Intubasi

Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan

manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan

sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.

Krikotiroidotomi

Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif

dan menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi

memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah

mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika dibanding

dengan intubasi.

Pemberian oksigen 100%

Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi

jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian

oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan

terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.

Perawatan jalan nafas

Penghisapan sekret (secara berkala)

Pemberian terapi inhalasi

Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam

lumen jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan.

Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9%

ditambah dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-zat

22

Page 23: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi sekret),

natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih

kontroversial)

Bilasan bronkoalveolar

Perawatan rehabilitatif untuk respirasi

Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi

paru.1

17. Pemberian cairan intravena

Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan

secara teliti. Kemudian, jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada

beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini.

Cara Evans

Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL NaCl per 24 jam.

Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam.

Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma

diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh da meninggikan

tekanan osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan

yang telah keluar.

Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc

glukosa 5% per 24 jam.

Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan

dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari

pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita

mula-mula dipuasakan karena peristaltis usus terhambat pada keadaan prasyok, dan

mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus normal kembali. Kalau diuresis

pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat dikurangi, bahkan dihentikan.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan

rumus Baxter, yaitu luas luka bakar dalam % x BB dalam kg x 4mL larutan Ringer.

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan

23

Page 24: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan ringer laktat .

Hari kedua diberikan setengah cairan pertama.

Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya bila penderita dalam

keadaan syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan yang ketat sangat

penting , karena fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal

luka bakar. Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus-

menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat diihat dari diuresis normal yaitu

sekurang-kurangnya 1000-1500mL/24jam atau 1 mL/kgBB/jam dan 3mL/kgBB/jam

pada pasien anak. Yang penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau

tidak. Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak

betul dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hionatremia sebagai gejala

keracunan air dapat menyebabkan udem otak dengan tanda-tanda kejang. Kekurangan

ion K akibat banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan

depresi segmen ST atau gelomabang U. Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus

dikoreksi namun bukan menjadi prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi

manajemen primer pasien trauma.1,3

18. Tindakan bedah

Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga

yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan

pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang

membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan

adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung distal.

Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka

keropeng sampai jepitan terlepas.

Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati

dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah

keadaan penderita menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan

perdarahan. Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7, dan pasti

boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih

dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.

Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup dengan skin graft

24

Page 25: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri (skin grafting autologus).

Penutupan luka bakar dengan bahan biologis seperti kulit mayat atau kulit binatang

atau amnion manusia dapat dilakukan jika terdapat keterbatasan luas kulit penderita

atau terlalu payah. Walaupun kemungkinan ditolak, bahan tersebut dapat berfungsi

sementara sebagai penghalang penguapan berlebihan, pencegah infeksi yang lebih

parah, dan mengurangi nyeri. Namun, sedikit demi sedikit penutup sementara ini

harus diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup permanen.

Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga

dilakukan skin grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang

hipertropik. Skin grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum

timbulnya jaringan granulasi.

Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka

bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit manusia

yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari

permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa digunakan

sebagai daerah donor autograft adalah paha, bokong dan perut. Teknik mendapatkan

kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara split thickness skin graft atau full

thickness skin graft. Bedanya dari teknik – teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit

yang diambil sebagai donor. Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut,

kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor

(seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan

mesin. Metode ini disebut mess grafting. Ketebalan dari kulit donor tergantung dari

lokasi luka yang akan dilakukan grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah

dilakukannya pengambilan kulit donor sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat

dilakukan dengan mesin ‘dermatome’ ataupun dengan manual dengan pisau Humbly

atau Goulian. Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor

(larutan epinefrin) dan juga anestesi.

Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan dari

eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom setelah dilakukan

eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya, pengendalian

perdarahan sangat diperlukan.

25

Page 26: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin subtitute) yang

dapat digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan. Skin subtitute ini antara lain

integra, aloderm, dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-

elemen epitelnya telah dibuang sehingga secara teoritis bersifat bebas antigen, dan

berfungsi sebagai kerangka pengganti dermis. Dermagraft merupakan hasil

pembiakan fibroblas neonatus yang digabung dengan membran silikon, kolagen babi,

dan jaring (mesh) nilon. Setelah dua minggu, membran silikon dikelupas dan

digantikan dengan STTG (split thickness skin graft). Integra merupakan analog

dermis yang terbuat dari lapisan kolagen dan kondroitin ditambah lapisan silikon

tipis.1

19. Nutrisi

Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan

keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-

3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.

Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk

memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi

diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai.1,

20. Medikamentosa

Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang

banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.

Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan

kuman.

Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam

dosis serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa

disertai hipotensi. Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau

toksoid.

Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa

kelenjar sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh

sendiri, asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena

infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam,

perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan kulit yang mati dan memberi

26

Page 27: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati.

Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup.

Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine

dan yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Obat topikal yang dipakai

dapat berbentuk larutan, salep atau krim. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk

sediaan kasa (tulle). Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-

argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai

bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau

klorida yang memberi warna hitam sehingga mengotori semua kain. Krim silver

sulfadiazine 1% sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya

tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan

aman. Krim ini dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap

hari.

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka

yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.

Kerugiannya, bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi

kotor. Penderita dan keluarga pun merasa kurang enak karena melihat luka yang

tampak kotor. Sedapat mungkin luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka

dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.

Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan

untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedeikian rupa

sehingga masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan. Keuntungan

perawatan tertutup adalah luka tampak rapi, terlindung, dan enak bagi penderita.

Hanya, diperlukan tenaga dan dan lebih banyak pembalut dan antiseptik. Kadang

suasana luka yang lembap dan hangat memungkinkan kuman untuk berkembang biak.

Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada luka, tetapi tidak berbau, sebaiknya

jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas sendiri.1

21. Merujuk Pasien Luka Bakar

Sangatlah penting bagi dokter di pelayanan kesehatan primer untuk

menentukan kapan sebuah kasus luka bakar cukup ditanganinya sendiri, dirujuk ke

27

Page 28: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

rumah sakit, atau harus langsung dikirim ke RS dengan unit luka bakar. Keputusan ini

dibuat dengan mempertimbangkan luas, dalam, lokasi, kondisi komorbiditas,

penyebab luka bakar, serta usia pasien Yang dapat ditangani sebagai pasien rawat

jalan langsung oleh dokter adalah kasus luka bakar minor yaitu luas luka bakar

derajat2 <10% LPT pada orang dewasa atau pada anak-anak atau lansia, luka bakar

derajat 3 <2% LPT tidak tidak mengenai area wajah, genitalia, persendian, tidak

disebabkan oleh listrik atau zat kimia, tidak ada trauma termal inhalasi dan tidak ada

kondisi komorbiditas yang signifikan. Di luar kriteria ini pasien harus segera dirujuk

ke rumah sakit atau langsung ke RS dengan unit luka bakar jika terdapat kriteria

berikut :

Luka bakar derajat 2 > 1 0% LPT

Luka bakar yang mengenai daerah wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum,

persendian utama

Luka bakar derajat 3 pada kelompok usia berapa pun

Luka bakar listrik (termasuk tersambar petir)

Luka bakar akibat zat kimia

Terdapat cedera inhalasi

Terdapat masalah medis sebelumnya (pre-existing medical conditions) kondisi

komorbiditas

Terdapat trauma penyerta, tetapi dengan luka bakar yang paling berpotensi

menimbulkan mortalitas dan morbiditas.

Jika trauma penyerta yang lebih berpotensi tinggi menimbulkan mortalitas dan

morbiditas, pasien distabilkan terlebih dahulu di trauma center sebelum ditransfer ke

unit luka bakar.

Pasien luka bakar anak yang dirawat di rumah sakit yang tidak memiliki petugas dan

fasilitas pelayanan pasien pediatrik yang memadai.

Penderita luka bakar yang memerlukan penanganan khusus untuk masalah emosional

dan sosial atau memerlukan tindakan rehabilitatif khusus (mencakup kasus

penganiayaan dan penelantaran anak).6

22. Komplikasi

28

Page 29: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap

berbagai stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma, luka

bakar, reaksi autoimun, sirosis, pankreatitis, dll.

Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator inflamasi

(proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses penyembuhan luka,

namun oleh karena pengaruh beberapa faktor predisposisi dan faktor pencetus, respon

ini berubah secara berlebihan (mengalami eksagregasi) dan menyebabkan kerusakan

pada organ-organ sistemik, menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan

organ terkena menjalankan fungsinya; MODS (Multi-system Organ Disfunction

Syndrome) bahkan sampai kegagalan berbagai organ (Multi-system Organ

Failure/MOF).

SIRS dan MODS merupakan penyebab utama tingginya angka mortalitas pada

pasien luka bakar maupun trauma berat lainnya. Dalam penelitian dilaporkan SIRS

dan MODS keduanya menjadi penyebab 81% kematian pasca trauma; dan dapat

dibuktikan pula bahwa SIRS sendiri mengantarkan pasien pada MODS.

Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu infection, injury,

inflamation, inadequate blood flow, dan ischemia-reperfusion injury. Kriteria klinik

yang digunakan, mengikuti hasil konsensus American College of Chest phycisians

dan the Society of Critical Care Medicine tahun 1991, yaitu bila dijumpai 2 atau lebih

menifestasi berikut selama beberapa hari, yaitu:

- Hipertermia (suhu > 38°C) atau hipotermia (suhu < 36°C)

- Takikardi (frekuensi nadi > 90x/menit)

- Takipneu (frekuensi nafas > 20x/menit) atau tekanan parsial CO2 rendah (PaCO2 < 32

mmHg)

- Leukositosis (jumlah lekosit > 12.000 sel/mm3), leukopeni (< 4000 sel/mm3) atau

dijumpai > 10% netrofil dalam bentuk imatur (band).

Bila diperoleh bukti bahwa infeksi sebagai penyebab (dari hasil kultur

darah/bakteremia), maka SIRS disebut sebagai sepsis. SIRS akan selalu berkaitan

dengan MODS karena MODS merupakan akhir dari SIRS.

Pada dasarnya MODS adalah kumpulan gejala dengan adanya gangguan

fungsi organ pada pasien akut sedemikian rupa, sehingga homeostasis tidak dapat

dipertahankan tanpa intervensi. Bila ditelusuri lebih lanjut, SIRS sebagai suatu proses

yang berkesinambungan sehingga dapat dimengerti bahwa MODS menggambarkan

29

Page 30: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

kondisi lebih berat dan merupakan bagian akhir dari spektrum keadaan yang berawal

dari SIRS.

Setelah sembuh dari luka masalah berikutnya adalah akibat dari jaringan parut

yang dapat menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat menganggu fungsi dan

menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetika terutama bila paryt

tersebut menjadi koloid. Kekauan sendi membutuhkan fisioterapi intensif dan

kontraktur membutuhkan tindakan bedah.

Pada cacat estetika yang berat mungkin diperlukan psikiater untuk

mengembalikan rasa percaya diri penderita dan diperlukan pertolongan ahli bedah

rekonstruksi terutama jika cacat mengenai wajah. Bila luka bakar merusak jalan nafas

akibat inhalasi dapat terjadi ateletaksis, pneumonia atau insufisiensi fungsi paru

pascatrauma.1,3,5

Prognosis

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya

permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor

letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan

kecepatan penyembuhan.

Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar

antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan

kontraktur.5

DAFTAR PUSTAKA

1. Hasibuan LY, Soedjana H, Bisono. Luka dalam buku ajar ilmu bedah. Edisi

ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.103-10.

2. David, S. 2008. Anatomi fisiologi kulit dan penyembuhan luka dalam

Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com . Diakses

26 Juni 2015

3. Georgiade G, Pederson W. Luka bakar dalam sabiston buku ajar bedah. Edisi

ke-17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.h.151-9

30

Page 31: NELLA-REFERAT-LUKA-BAKAR.docx

4. American Burn Association. Guidelines for service standars and severity

classification in the treatment of burn injury. Bulletin of the American Collage

of Surgeons. 69(10). 24-8.

5. Klarisa C, Bangun K. Luka bakar dalam kapita selekta kedokteran. Edisi ke-4.

Jakarta: Penerbit Media Aesculapikus; 2014.h.251-6.

6. Prasetyo TOH, Rendy L, Juni 2008, “Pertimbangan praktis merujuk pasien

luka bakar”. Majalah Kedokteran Indonesia. Volume 58, No 6,

http://indonesia.digitaljournals.org, 25 Juni 2015

31