NEGOSIASI DALAM PENYANDERAAN - Jurnal … · Web viewKondisi situasi negosiasi yang terjadi dapat...

34
Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB NEGOSIASI DALAM PENYANDERAAN ( Hostage negotiations) BAB I PENDAHULUAN 1. U m u m Bangsa Indonesia di-era reformasi, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat ini akan menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap kehidupan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi situasi keamanan dan kestabilan negara. Efek negatif dari perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ditambah dengan kesenjangan kehidupan sosial yang semakin besar, maka akan menimbulkan maraknya tindak kejahatan, baik kejahatan kriminal biasa maupun kejahatan terorganisir yang menggunakan ilmu dan teknologi. Di Indonesia hal ini mulai terasa mulai tahun 90-an, dimana mulai maraknya aksi demonstrasi dan maningkatnya tindak kriminal yang menggunakan senjata api. Untuk mengantisipasi dan menanggulangi tindak kejahatan di atas, maka aparat penegak hukum dalam hal ini POLISI dituntuk keprofesionalismenya dalam menjalankan tugas. Oleh karena itu kepolisian harus mempunyai anggota berkemampuan khusus dalam mengantisipasi dan menanggulanggi segala bentuk ancaman dan tindak kejahatan yang ada. Dalam mengatasi atau menanggulangi tindak kejahatan terorisme yang akhir-akhir ini kian marak terjadi di Indonesia, tidak selalu dilakukan dengan harus mengedepankan penggunaan kekuatan pasukan, namun dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengedepankan cara-cara damai yang merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya jatuh korban, baik korban jiwa maupun harta. Cara-cara damai yang dimaksud adalah dengan menggunakan teknik NEGOSIASI ”. Negosiasi dapat digunakan untuk mengatasi dan menanggulangi suatu Demonstrasi masa agar tidak menjadi Huru-hara, Penyanderaan, Pembajakan, Penculikan, dan kejahatan terorisme lainnya. Untuk dapat melakukan tugas tersebut, dibutuhkan kemampuan dan keahlian khusus dari seorang negosiator agar dapat melaksanakan tugasnya secara baik dan berhasil. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pedoman dalam pelaksanaan tugas tugas tersebut. 2. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Agar dapat memberikan gambaran tentang tugas- tugas sebagai seorang negosiator dalam menghadapai suatu situasi penyanderaan yang dihadapi, agar dalam pelaksanaan tugasnya, situasi penyanderaan yang terjadi dapat diselesaikan tampa harus melibatkan pasukan 1

Transcript of NEGOSIASI DALAM PENYANDERAAN - Jurnal … · Web viewKondisi situasi negosiasi yang terjadi dapat...

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

NEGOSIASI DALAM PENYANDERAAN( Hostage negotiations)

BAB IPENDAHULUAN

1. U m u mBangsa Indonesia di-era reformasi, serta kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat ini akan menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap kehidupan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi situasi keamanan dan kestabilan negara. Efek negatif dari perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ditambah dengan kesenjangan kehidupan sosial yang semakin besar, maka akan menimbulkan maraknya tindak kejahatan, baik kejahatan kriminal biasa maupun kejahatan terorganisir yang menggunakan ilmu dan teknologi. Di Indonesia hal ini mulai terasa mulai tahun 90-an, dimana mulai maraknya aksi demonstrasi dan maningkatnya tindak kriminal yang menggunakan senjata api. Untuk mengantisipasi dan menanggulangi tindak kejahatan di atas, maka aparat penegak hukum dalam hal ini POLISI dituntuk keprofesionalismenya dalam menjalankan tugas. Oleh karena itu kepolisian harus mempunyai anggota berkemampuan khusus dalam mengantisipasi dan menanggulanggi segala bentuk ancaman dan tindak kejahatan yang ada.

Dalam mengatasi atau menanggulangi tindak kejahatan terorisme yang akhir-akhir ini kian marak terjadi di Indonesia, tidak selalu dilakukan dengan harus mengedepankan penggunaan kekuatan pasukan, namun dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengedepankan cara-cara damai yang merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya jatuh korban, baik korban jiwa maupun harta. Cara-cara damai yang dimaksud adalah dengan menggunakan teknik ” NEGOSIASI ”.

Negosiasi dapat digunakan untuk mengatasi dan menanggulangi suatu Demonstrasi masa agar tidak menjadi Huru-hara, Penyanderaan, Pembajakan, Penculikan, dan kejahatan terorisme lainnya. Untuk dapat melakukan tugas tersebut, dibutuhkan kemampuan dan keahlian khusus dari seorang negosiator agar dapat melaksanakan tugasnya secara baik dan berhasil. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pedoman dalam pelaksanaan tugas tugas tersebut.

2. Maksud dan Tujuan.a. Maksud.

Agar dapat memberikan gambaran tentang tugas-tugas sebagai seorang negosiator dalam menghadapai suatu situasi penyanderaan yang dihadapi, agar dalam pelaksanaan tugasnya, situasi penyanderaan yang terjadi dapat diselesaikan tampa harus melibatkan pasukan penindak sehingga bisa mencegah adanya jatuh korban jiwa maupun harta benda.

b. Tujuan.Agar dapat menjadi pedoman dasar dalam pelaksanaan

tugas seorang negosiator di lapangan, baik dalam mengadapi suatu situasi penyanderaan maupun tugas-tugas lainnya dimana kehadiran seorang negosiator dibutuhkan.

3. Ruang lingkup.Ruang lingkup pembahasan materi dalam diktat ini di titik

beratkan pada pelaksanaan tugas-tugas operasional seorang negosiator dalam menghadapai situasi penyanderaan dalam suatu tindak kejahatan terorisme.

1

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

4. Pengertian-pengertian.a. Situasi penyanderaan, ialah : Satu situasi dimana seorang atau

sekelompok orang yang dikuasai dibawah ancaman oleh seorang atau sekelompok orang tertentu demi mewujudkan keinginannya atau demi tuntutan tertentu yang disampaikan melalui pihak ketiga (Negosiator) sebagai perantara agar terpenuhinya tuntutan tersebut. Dalam kasus-kasus tertentu, acapkali tuntutan langsung disampaikan kepada pihak-pihak yang dimaksud, tanpa mau melibatkan pihak lain (Polisi / Negosiator).

b. Negosiasi, ialah : Secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu proses tawar menawar, yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih, tentang suatu hal/permasalahan. Dua pihak yang dimaksud adalah antara penyandera dan Negosiator atau lebih antara Penyandera, Negosiator dan Petugas polisi atau pihak lain yang menjadi terget misalnya : Presiden, Aparat tinggi pemerintahan, Pengusahan dan lain sebagainya. Kesimpulannya, Negosiasi adalah : suatu proses tawar menawar yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, terhadap tuntutan pihak penyandera yang mengguasai situasi dan sandera, agar dapat diselesaikan dengan cara damai hingga sandera dapat dibebaskan.

c. Negosiator, ialah : Perunding atau orang yang melakukan pembicaraan secara sungguh-sungguh serta mendalam dengan para penyandera, agar dicapai suatu kesepakatan antara kedua belah pihak (Pemufakatan).

d. Penyandera, ialah : Seorang atau sekelompok orang yang menguasai seorang atau sekelompok orang dibawah ancaman tertentu. Orang yang disandera adalah jaminan yang digunakan untuk mencapai tujuannya. Dalam penyanderaan biasanya para penyandera menggunakan senjata api atau bahan peledak untuk mengancam, sedangkan tuntutannya dapat berupa harta benda atau tujuan politik lainnya.

e. Teroris Domestik (Dalam negeri), ialah : Terorisme yang melibatkan individu atau kelompok dimana pangkalan dan daerah operasinya berada di dalam negeri, tanpa ada campurtangan, bimbingan atau bantuan lain dari luar negeri. Sasarannya diarahkan pada unsur-unsur pemerintahan atau penduduk dalam negeri itu sendiri.

f. Teroris Internasional, ialah : Tindakan kekerasan melawan hukum yang dilakukan oleh kelompok atau individu yang mempunyai hubungan atau jaringan dengan negara lain / penguasa asing, atau tindakan kejahatan yang dilakukannya melampaui batas negara (Lintas negara), ditujukan kepada negara atau pemerintahan negara tertentu, untuk mencapai tujuan yang bersifat politik.

g. Teroris, ialah : Seorang atau sekelompok orang yang dalam menyampaikan asprasi, tujuan, atau tuntutanya, menggunakan cara-cara kekerasan yang bersifat teror.

2

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

BAB IITEAM NEGOSIASI

1. Struktur Organisasi.Idealnya sebuah team negosiasi terdiri dari empat orang yang

terdiri dari : Komandan team negosiasi, Negosiator Utama, Negosiator pendamping, dan seorang dokter ahli jiwa atau psikolog. Beberapa hal dasar yang perlu diperhatikan oleh suatu team negosiator adalah :

Team Negosiasi hendaknya tidak menjadi anggota Operasional dalam CRT.

Namun tetap tergabung dalam suatu rentetan komando operasi.

Tidak diperbolehkan membuat suatu keputusan yang bersifat operasional, namun hanya dapat memberikan saran-saran sebagai bahan pertimbangan saja.

Dengan demikian team negosiasi adalah merupakan suatu team tersendiri, namun tetap tergabung dalah satu rantai komando dalam operasi pembebasan tersebut. Kedudukan team negosiasi setingkat dengan team-team lainnya, hal ini dapat dilihat pada struktur team di bawah ini.

STRUKTUR ORGANISASI

2. Tugas pokok.Satu team negosiasi berkekuatan empat orang anggota,

dimana tiap-tiap anggota dalam team tersebut mempunyai tugas dan peranan masing-masing dalam mendukung suksesnya suatu tugas team. Tugas pokok dari masing-masing anggota tersebut antara lain :a. Komandan team Negosiasi.

Bertugas menyajikan informasi tentang perkembangan jalannya negosiasi kepada komandan operasi, agar dapat dijadikan bahan dalam pengambilan kebijakan maupun keputusan dilapangan, serta langkah-langkah selanjutnya.

b. Negosiator utama.Tugasnya adalah berusaha untuk dapat membuka

hubungan komunikasi dengan para penyandera dengan menggunakan segala cara maupun peralatan yang ada dengan dibantu oleh unsur-unsur terkait. Sebagai penanggap pertama

3

DAN SATGAS OPSWADAN SATGAS

UNIT GULTOR TEAM NEGOSIASI TEAM SNIPER TEAM TEKNIS

KABAGMIN.ADMIN.LOG.Dsb.

KABAG OPS.INTEL.SERSE.PEN/PERS.Dsb.

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

terhadap para penyandera serta sebagai orang yang melakukan interaksi dan komunikasi verbal dengan para pelaku penyanderaan secara langsung.

c. Negosiasi pendamping.Bertugas mencatat semua kejadian penting yang ada

selama proses negosiasi berlangsung. Mencatat semua isi komunikasi verbal yang terjadi atau dengan cara merekamnya, antara negosiasi utama dengan pelaku penyanderaan. Salain itu bertugas menyampaikan setiap indikasi, perkiraan situasi penyanderaan, serta perkembangan situasi terbaru lainnya kepada negosiasi utama. Negosiasi pendamping dapat menggantikan peran negosiasi utama, jika negosiasi utama mengalami kelelahan atau halangan lainnya.

d. Peran Psikolog / Dokter ahli jiwa.Pemanfaatan psikolog atau dokter ahli jiwa sebagai

pendamping atau konsultan dalam sutau proses negosiasi dalam pembebasan penyanderaan, diharapkan dapat terlibat secara total dal team negosiasi hingga menjadi satu kesatuan aksi. Hal ini menginggat pentingnya peran seorang psikolog/dokter ahli jiwa yang menpunyai tugas atau peran antara lain :

1) Melakukan assesment/pengukuran dan analisa terhadap situasi penyanderaan, khususnya dalam menentukan perkiraan mental serta perkiraan perilaku para pelaku penyanderaan.

2) Memberikan masukan kepada team negosiasi mengenai teknik pendekatan negosiasi yang dapat dilakukan terhadap pelaku penyanderaan dengan karasteristik tertentu.

3) Memberikan gambaran karasteristik kepribadian para pelaku atau penyandera.

4) Mengontrol negosiator utama, agar tidak hanyut atau terbawa emosinya, karena situasi yang diciptakan para penyandera yang dapat mempenggaruhi emosi ataupun mental negosiator utama.

5) Memberikan penilaian yang lebih obyektif terhadap situasi penyanderaan dan menyarankan teknik dan taktik pendekatan komunikasi serta trik-trik tertentu, dengan memperhitungkan gambaran physkologi pelaku.Diawal telah dijelaskan bahwa idealnya satu team

negosiasi terdiri dari empat orang, namun dalam situasi tertentu yang sangat mendesak, dimana team negosiasi belum lengkap walaupun hanya dengan satu atau dua orang, pelaksanaan negosiasi tetap dapat dilakukan, dengan syarat harus dilakukan oleh orang yang memenuhi syarat.

Dalam kasus-kasus penyanderaan tertentu acapkali negosiasi berlangsung dengan melibatkan unsur-unsur lain seperti anggota keluarga, tokoh adat, tokoh agama atau pejabat penting lainnya. Teknik ini dapat dilakukan untuk lebih mendukung keberhasilan misi.

3. Syarat-syarat menjadi Negosiator.Untuk menjadi seorang Negosiator yang baik tidaklah

mudah, dibutuhkan orang yang berbakat dan mempunyai pengetahuan luas serta kemampuan fisik serta mental yang baik. Disamping itu paling tidak pernah mengikuti suatu pendidikan atau pelatihan khusus tentang negosiator. Adapun syarat-syarat untuk menjadi seorang negosiator secara umum dibagi menjadi dua yaitu, Syarat Fisik dan Syarat Physkologi.a. Syarat Fisik.

4

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

Syarat fisik bagi seorang negosiator antara lain meliputi :

1) Tidak tuli dan memiliki kemampuan pendengaran yang cukup baik.

2) Mempunyai kemampuan berbicara/berkomunikasi yang baik (Tidak gagu).

3) Tidak memiliki cacat fisik yang sangat menonjol.4) Mempunyai kwalitas suara yang baik, lantang dan

mantap.5) Mampu menggunakan berbagai macam alat komunikasi

dengan baik.6) Memahami ilmu komunikasi dan psikologi massa.7) Berumur diatas 25 tahun atau dewasa secara fisik

maupun mental.8) Tiliti, cermat dan tidak gugup.

b. Syarat Psikologi.Syarat psikologi dari seorang negosiator antara lain

meliputi :1) Memiliki kematangan emosional.2) Memilki kemampuan pengendalian diri yang baik.3) Seorang penyabar dan berkepala dingin serta luwes.4) Memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata.5) Mampu melakukan analisa-analisa dengan baik dalam

situasi tertekan.6) Memiliki wawasan yang luas.7) Memiliki inisiatif dan insting yang bagus.8) Memiliki kemampuan verbal yang persuasif atau

mampun mempengaruhi orang lain.9) Seorang pendengar yang baik dan memiliki kemampuan

interview dan bukan interogasi.10) Mampu melakukan kerja sama sekaligus mampu dan

berani dalam mengambil keputusan secara mandiri.11) Memiliki keyakinan diri dan tidak mudah

terpengaruh.

4. Sarana negosiasi dan metode penggunaannya.Dalam pelaksanaan tugas negosiasi, team negosiasi

didukung oleh peralatan dan sarana komunikasi yang memadai. Disamping itu para personilnya harus pula dibekali dengan metode serta pelatihan cara-cara berkomunikasi dengan peralatan yang ada tersebut. Peralatan komunikasi tersebut antara lain :

Telepon genggam (Handphone). Telepon biasa/ Rumah. Radio dua arah (HT). Pengeras suara (Voicegun).Dibawah ini, sedikit banyak akan dijelaskan mengenai

metode dan cara-cara berkomunikasi dengan menggunakan peralatan komunikasi tersebut dalam mendukung tugas negosiasi.a. Telepon genggam.

Teknik penggunaan telepon genggam dalam melakukan suatu proses negosiasi, pertama-tama kita harus memastikan dulu bahwa pihak penyandera juga memiliki sarana komunikasi tersebut, atau paling tidak memiliki alat komunikasi lain yang dapat dihubunggi dengan menggunakan telepon genggam. Namun jika penyandera tidak memiliki sarana tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain :

1) Dengan membujuk pelaku agar mau menerima telepon genggam yang disediakan untuk dapat digunakan sebagai saran negosiasi atau penyampaian tuntutannya. Pemberian telepon genggam kepada para penyandera dengan cara :

5

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

a) Mengirimkannya dengan menggunakan jasa kurir.

b) Meletakkannya di tempat-tempat tertentu yang menarik perhatian dan mudah dijangkau oleh penyandera.

Namun sebelum semua itu dilakukan harus dipastikan betul bahwa hal tersebut aman untuk dilakukan atau jika perlu menggunakan sniper untuk melindunggi pengiriman tersebut.

2) Dengan cara menghubunggi nomer HP sandera yang berhasil didapat dari hasil penyelidikan, untuk diberikan kepada para penyandera agar mau bernegosiasi.Setelah teknik ini dilakukan maka petugas dapat

melakukan upaya negosiasi dengan menghubungi secara terus menerus terhadap pelaku hingga menanggapinya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan HP sebagai sarana komunikasi dalam negosiasi antara lain :

1) Jangan memberikan HP yang mempunyai batasan pulsa dalam penggunaannya karena hal ini dapat menghambat jalannya proses negosiasi yang telah terjalin.

2) Pertahankan signal HP, diusahakan bebas dari berbagai macam gangguan dengan meminta bantuan pada layanan operator.

3) Sebelum HP diberikan pastikan bahwa nomer dalam HP tersebut hanya berisi nomer yang dimiliki oleh negosiator sehingga tidak mempersulit penyandera dalam melakukan hubungan.

4) Adakan kerja sama dan minta bantuan kepada perusahan operator kartu telepon yang digunakan untuk membentu menjaga dan mengamankan jalur komunikasi maupun signalnya agar jangan sampai disalah gunakan oleh para penyandera untuk meminta bantuan atau merencanakan hal-hal yang tidak terduga.

5) Berdasarkan penilaian situasi dan kondisi, jika memungkinkan komandan negosiasi dapat memerintahkan dipasangkan alat penyadap suara sebelum HP tersebut diberikan kepada para penyandera.Penggunaan HP merupakan salah satu cara dalam

melakukan proses negosiasi yang aman, namun bukan merupakan satu-satunya sarana yang terbaik. Karena HP sebagai sarana negosiasi memiliki beberapa kelemahan yang perlu menjadi bahan pertimbangan, namun juga memiliki beberapa keuntungan, di antaranya :1) Kelemahannya.

a) Mempunyai jangka waktu penggunaan yang relatif pendek, kerena menggunakan sumber tenaga beterai internal.

b) Menggunakan signal yang setiap saat dapat terganggu keren pengaruh cuaca atau gelombang frekwensi yang lebih besar maupun gelombang magnet atau listrik yang kuat disekitarnya.

c) Mudah rusak dikarenakan benturan, terjatuh, terkena cairan dan lain sebagainya.

2) Keuntungannya.a) Mudah digunakan, kecil dan praktis.b) Dapat dibawa kemana saja.

6

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

c) Dapat digunakan sebagai sarana untuk melacak posisi penyandera melalui signal telepon jika berpindah tempat atau melarikan diri.

b. Radio dua arah (HT).Selain HP, radio HT pun merupakan salah satu sarana

yang dapat digunakan dalam melakukan usaha negosiasi. Sama seperti HP, HT-pun harus dipastikan dulu bahwa kedua belah pihak baik penyandera maupun negosiator telah memiliki perangkat alat komunikasi tersebut. Untuk memastikannya, cara-cara yang digunakan pun sama dengan HP, hanya ada sedikit kemudahan dalam hal ini apabila kita mengetahui bahwa dalam aksinya tersebut para penyandera juga menggunakan HT sebagai sarana komunikasinya maka team nego dalam meminta bantuan pada unit komunikasi untuk melakukan scanning untuk mencari gelombang frekuensi yang digunakan penyandera agar dapat dimasuki oleh petugas nego untuk melakukan upaya-upaya negosiasi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan HT sebagai sarana negosiasi adalah :

1) Pengamanan terhadap frekuensi yang digunakan agar tidak disadap atau dimonitor oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.2) Frekuensi yang digunakan harus berbeda dengan

frekwensi untuk satuan operasional lainnya di lapangan (Frekuensi khusus).

3) Kalau frekuensi yang digunakan oleh para penyandera adalah frekuesi umum maka sedapat mungkin para penyandera digiring atau diajak kefrekwensi khusus yang telah disiapkan oleh team. Namun jika tidak bisa maka frekuensi tersebut harus dibeckup dari pengaruh intervensi pihak luar, termasuk penyadapan oleh pers.

Adapun keuntungan dan kerugian dalam penggunaan HT sebagai sarana atau alat negosiasi antara lain :

1) Kerugiannya.a) Frekuensi radio mudah disadap atau

disusupi oleh kalangan umum/pers, atau pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan.

b) Mempunyai daya operasi terbatas karena menggunakan batery sebagai sumber tenaga.

c) Mudah rusak karena benturan atau terkenan cairan.

d) Frekuensinya mudah terganggu karena adanya frekuensi yang lebih kuat (Jammer), arus listrik teganggan tinggi, atau medan magnet yang besar disekitar lokasi.

2) Keuntungannya.a) Berkomunikasi dengan HT dapat dilakukan tanpa

ada batas waktu penggunaan / lebih murah.b) Ringkas dan mudah dibawa kemana saja.c) Dapat digunakan untuk melajak posisi tersangkan.d) Berkomunikasi dapat dilakukan dengan lebih

praktis karena tanpa harus melakukan pemanggilan terlebih dahulu seperti HP.

c. Telepon biasa/ Rumah.Penggunaan telepon rumah dalam suatu negosiasi

merupakan hal yang paling sering dilakukan dalam suatu operasi pembebasan sandera, hal ini dikarenakan hampir semua rumah maupun gedung perkantoran memiliki telepon jenis ini yang nomor teleponnya sudah terdaftar dan mudah didapat. Telepon rumah merupakan suatu sarana negosiasi yang paling mudah,

7

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

murah, dan efektif. Ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam melakukan negosiasi dengan menggunakan sarana ini, antara lain :

1) Keuntungannya.a) Mudah dihubunggi ,cepat dan murah.b) Tahan terhadap berbagai macam bentuk

gannguan baik cuaca maupun gangguan gelombang elektromaknetik lainnya.

c) Dapat dijadikan sarana negosiasi dalam jangka waktu yang cukup lama secara terus menerus.

d) Tidak mudah rusak.2) Kerugiannya.

a) Teleponnya bersifat tetap dan tidak bisa dibawa berpindah-pindah.

b) Berbentuk besar dan kurang praktis.

c) Menggunakan jaringan kabel sehingga apabila di putus maka tidak dapat lagi di gunakan /dihubunggi.

d. Pengeras suara.Sarana negosiasi ini merupakan salah satu alat

negosiasi yang bersifat konvensional. Dengan sarana ini biasanya seorang anggota negosiasi hanya dapat memberikan himbauan atau peringata-peringata kepada para penyanderaagar mau bekerja sama dengan team negosiasi, sehingga negosiasi yang dilakukan hanya bersifat satu pihak saja, yaitu anggota negosiator saja yang lebih banyak berbicara, sedangkan hasilnya hanya dapat dilihat dari reaksi yang diberikan oleh para penyandera. Jika reaksinya positif maka boleh dikatakan para penyandera mau bekerja sama namun jika reaksinya negatif maka dapat berakibat fatal.

Negosiasi dengan menggunakan pengeras suara paling banyak digunakan dalam menanggulangi unjuk rasa massa, jadi kurang efektif jika digunakan dalam negosiasi penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok teroris.

e. Negosiasi dengan menggunakan catatan/ surat.Negosiasi yang menggunakan sarana catatan/surat

termasuk dalam teknik konvensional, teknik ini dilakukan apabila betul-betul tidak ada sarana lain lagi yang dapat digunakan dalam melakukan negosiasi. Namun teknik inipun seringkali dilakukan karena menuruti kehendak para penyandera. Teknik nego dengan menggunakan catatan tertulis ini, biasanya dilakukan dalam suatu kasus penculikan atau penyekapan, dimana penyandera selalu berpindah-pidah dan tidak mau menunjukkan jati dirinya dengan terlebih dahulu menyembunyikan sandera/korban disuatu lokasi tertentu yang dirahasiakan. Dengan menggunakan surat sebagai sarana untuk menyampaikan tuntutannya maupun dalam proses negosiasinya. Proses negosiasi ini berlangsung sangat unik karena mau tidak mau, negosiator harus mmengikuti sekenario yang telah dibuat / disusun oleh penyandera. Surat atau catatan dikirim atau diletakkan ditempat-tempat yang telah disampaikannya terlebih dahulu kepada para negosiator. Kemudian pera negosiator harus membalasnya dengan meletakkan ditempat-tempat khusus atau mengirimkannya kealamat tertentu yang telah ditentukan sebelumnya oleh penyandera. Hal ini berlangsung terus menerus sesuai skenario yang diinginkan oleh penyandera/penculiknya.

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam melakukan teknik negosiasi dengan teknik ini antara lain :

8

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

1) Team negosiasi hanya dapat mempengaruhi sifat pelaku dengan menggunakan tulisan, sehingga isi surat balasan harus betul-betul baik dan tidak bersifat mengintimidasi atau mengancam.

2) Team negosiasi harus selalu tanggap dan berusaha untuk mengikuti alur permainan serta dapat memahami maksud dari si-penyandera.

3) Informasi mengenai penyandera serta posisinya sulit untuk dilacak, untuk itu perlu di bentuk team khusus untuk tugas ini.

4) Negosiator akan selalu mobille (Berpindah-pindah), disamping melakukan negosiasi sedapat mungkin berusaha untuk mendekati pada posisi pelaku dan berusaha untuk membujuk agar pelaku mau melakukan negosiasi dengan menggunakan telepon atau sarana lainnya.

5) Catatan yang dibuat pelaku dapat dijadikan bahan penyelidikan untuk mengetahui ciri-ciri, sifat dan karakter si-pelaku dan lain sebagainya.

Negosiasi dengan cara ini memang jarang sekali terjadi, namun tidak menutup kemungkinan hal ini bisa terjadi. Karena dalam beberapa kasus penculikan yang pernah terjadi hal ini pernah dilakukan oleh para teroris maupun kelompok-kelompok kriminal dibeberapa negara.

f. Bertatap muka.Negosiasi dengan bertatap muka langsung biasanya

terjadi dalam suatu insiden yang dilakukan oleh pelaku penyanderaan dengan maksud untuk melindunggi dirinya dari penangkapan yang dilakukan setelah dilakukannya suatu penyerbuan dalam operasi pembebasan sandera atau oleh pelaku kriminal yang merasa terdesak dan terancam keselamatannya setelah dikepung oleh petugas dan berusaha untuk meloloskan diri dengan menggunakan korban sebagai tameng hidup. Negosiasi yang dilakukanpun dalam jarak yang tidak terlalu jauh antara petugas negosiasi dengan penyandera.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan negosiasi dalam situasi semacam ini, antara lain :

1) Negosiator yang melakukan upaya negosiasi untuk membujuk pelaku harus dapat menjaga jarak dan berusaha untuk menempatkan dirinya pada posisi yang menguntungkan baginya juga petugas lainnya.

2) Dalam melakukan negosiasi upayakan jangan dilakukan sambil melakukan ancaman terhadap penyandera misalnya dengan menodongkan pistol ke penyandera, atau menunjukkan muka mengancam (Melotot, mengacung-acungkan tangan dsb).

3) Usahakan tetap bersifat tenang, namun tetap waspada, untuk mengantisipasi serangan tiba-tiba yang mungkin dilakukan oleh pelaku.

4) Jangan sekali-kali berusaha menampakkan gejala-gejala atau gerakan-gerakan yang mencurigakan pelaku, karena hal ini dapat menimbulkan salah presepsi yang dapat membuat pelaku menjadi panik dan melakukan tindakan nekad dengan membunuh sandera, menyerang negosiator atau melakukan tindakan brutal lainnya.

5) Jangan memaksa pelaku untuk tetap melakukan negosiasi jika terlihat pelaku belum dalam keadaan stabil, berusaha dulu untuk menurunkan

9

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

keteganggan situasi yang ada dengan menenangkan pelaku dengan kata-kata yang halus.

Negosiasi dalam situasi seperti ini (Bertatap muka) merupakan salah satu bentuk negosiasi yang sangat berbahaya untuk dilakukan. Untuk itu dibutuhkan keberanian, ketenangan serta kemampuan untuk mengendalikan diri yang cukup baik dari seorang negosiator. Karena jika kurang tepat penanganannya maka dapat berakibat tewasnya korban atau bahkan si-negosiator itu sendiri. Disarankan sedapat mungkin negosiasi dalam situasi semacam ini untuk dihindari, namun jika terpaksa terjadi situasi semacam ini maka sedapat mungkin negosiasi yang dilakukan jangan terlalu lama, karena makin lama akan membuat pelaku makin merasa terancam. Usahakan sambil melakukan upaya negosiasi lakukan juga upaya-upaya untuk menggiring pelaku pada suatu posisi yang menguntungkan bagi pihak petugas agar dapat dilumpuhkan dengan serangan mendadak atau posisi yang menguntungkan untuk sniper agar dapat melakukan tembakan terpilih untuk melumpuhkan tersangka dengan sekali tembak.

BAB IIIPROSES NEGOSIASI

Dalam suatu kejadian tindak pidana terorisme, kita harus dapat mengklasifikasikan apakah kejadian tersebut merupakan situasi Penyanderaan atau Non-Penyanderaan. Sehingga perlu tidaknya disiapkan sebuah tim Negosiasi sebagai suatu tim yang akan melakukan tugas penanganan awal terhadap situasi krisis tersebut.

Perlu diketahui bahwa tidak semua pelaku yang melakukan aksi penyanderaan mau melakukan negosiasi , bahkan ada yang sama sekali tidak dapat atau bahkan tidak mau untuk melakukan negosiasi. Untuk itu dibutuhkan suatu trik, teknik, cara-cara khusus berdasarkan kemampuan dari seorang negosiator untuk mengajak, membujuk para pelaku agar mau melakukan negosiasi. Teknik dan trik –trik tersebut memang secara khusus tidak diajarkan, karena harus dilihat dari perkembangan situasi penyanderaan itu sendiri. Teknik dan trik-trik tersebut dapat dipelajari dari study kasus-kasus yang pernah ada, dapat pula dari hasil pelatihan dan pengembangan teknik yang pernah dilakukan. Memang tugas sebagai Negasiator tidaklah mudah, namun jika kita mau mempelajari dan melatih diri, diharapkan seorang negosiator sedikit banyak mempunyai bekal dalah menghadapi situasi krisis tersebut.

1. Situasi krisis.Situasi dimana telah terjadi tindak pidana (Terorisme) disuatu

tempat. Situasi krisis ini dapat digolongkan dalam dua jenis, Yaitu :a. Situasi krisis Penyanderaan

1) Adanya tuntutan yang harus dipenuhi.2) Adanya ancaman penggunaan kekerasan.3) Memiliki motivasi dan tujuan yang jelas.4) Disiapkan dan direncanakan dengan baik.5) Memerlukan perantara (Orang ke-tiga).6) Dimungkinkan melakukan penekanan oleh pelaku.7) Adanya sandera yang dapat dijadikan jaminan.

b. Situasi krisis Non-Penyanderaan.1) Tidak ada tuntutan.

10

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

2) Di dorong oleh emosi,amarah atau dendam belaka.3) Tidak memiliki tujuan yang jelas.4) Pengepungan dan penekanan akan membuat panik.5) Penciptaan hubungan baik mudah dilakukan.6) Tidak memiliki batas waktu yang jelas.7) Tidak adanya sandera yang dapat dijadikan jaminan.

2. Prosedur penanganan situasi krisis. Yang dimaksud disini adalah langkah-langkah penannganan

suatu situasi krisis secara garis besar, dimana negosiasi merupakan salah satu tahap dalam prosedur penanganan tersebut. Tahap-tahap tersebut antara lain :a. Pengepungan : Tugas ini dilakukan oleh satuan tim penutup (Parimeter ) yang telah disiapkan, dengan tujuan untuk mengamankan lokasi krisis dari intervensi pihak lain.b. Isolasi : Tujuannya agar mempersempit ruang gerak para pelaku agar dapat dipantau. Di samping itu tujuan isolasi dapat memberikan efek shock terapi awal kepada para pelaku.c. Upaya Negosiasi : Setelah dua upaya diatas dilakukan, adakan upaya kontak dengan pelaku sebagai suatu upaya awal dalam melakukan negosiasi. Upaya negosiasi dapat dilakukan dengan menggunakan segala macam sarana maupun alat komunikasi yang ada.d. Perintah untuk menyerah : Jika upaya negosiasi sulit dilakukan maka adakan penekanan, dengan memberikan peringatan atau perintah untuk menyerah. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan respon pelaku.e. Lakukan Peringatan atau tekanan : Bila perintah untuk menyerah diabaikan maka langkah selanjutnya adalah, memberikan peringatan keras dengan menggunakan kekuatan misalnya :

Menggunakan Sniper dengan tembakan terpilih. Ancaman penggunaan kekuatan pasukan penyerang. Ancaman penggunaan zat kimia.

f. Penindakan/penyerangan : tindakan ini dilakukan apabila seluruh upaya penyelesaian secara damai yang diupayakan mengalami jalan buntu. Dengan memperhitungkan kepentingan yang lebih besar, maka tindakan penyeranngan ini dapat dilakukan.

3. Prinsip umum negosiasi.a. Negosiasi adalah komunikasi dua arah yang mengikuti

prinsip psikologi analisa transaksional.b. Kemampuan verbal-persuasif merupakan modal.c. Kesabaran adalah kunci kemenangan.d. Upaya mencari kelemahan lawan dan

memanfaatkannya untuk memenangkan negosiasi.e. Penguluran waktu.

4. Tujuan dilakukannya negosiasi.a. Membebaskan sandera dengan selamat tampa

terjadi pertumpahan darah dan dapat menangkap para penyandera dengan cara yang lebih baik (Melalui penyerahan diri).

b. Agar terjadi suatu pembicaraan dan komunikasi dengan para penyandera.

c. Berusaha untuk mendapatkan kepercayaan pelaku.d. Hasil pembicaraan dalam negosiasi dapat

digunakan sebagai data untuk mendukung komandan operasional dalam pelaksanaan tugas dan pengambilan keputusan.

11

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

e. Sebagai suatu cara untuk mengulur waktu dalam mendukung persiapan untuk intervensi team penindak.

f. Mengukur dan menganalisa situasi dan karakteristik mental kepribadian pelaku.

5. Tujuan Negosiasi secara Psikologi.a. Turunkan ketegangan dalam situasi penyanderaan.b. Tingkatkan rasionalitas berpikir para pelaku.c. Menangkan negosiasi dengan :

Tawar menawar tuntutan. Mengancam penggunaan kekuatan pasukan.

d. Sedapat mungkin meminimalkan penggunaan ancaman dan kekerasan.

e. Meminimalkan jatuhnya korban jiwa maupun harta benda.

f. Mengidentifikasi periode-periode kesiagaan berkurang.

g. Mengidentifikasi periode-periode stres tinggi.h. Menciptakan rasa aman atau selamat yang palsu

(Manipulasi situasi).i. Mendorong terjadinya kecapaian kondisi mental.j. Menyibukkan para penyandera secara mental

dengan pengambilan keputusan.k. Pengalihan situasi dan perhatian tersangka

menjelang gempuran team penindak.

6. Faktor yang mendukung terjadinya proses negosiasi Dalam setiap kejadian penyanderaan, seorang negosiator

harus optimis bahwa keinginan untuk melakukan negosiasi dari pihak pelaku selalu ada, hal ini karena didukung beberapa faktor, antara lain :

a. Adanya keinginan dari pelaku untuk tetap hidup, karena kejahatan yang dilakukannya bukan merupakan bagian dari keinginan untuk bunuh diri secara tidak langsung.

b. Adanya pemaksaan dari pihak yang berwenang (Team penindak) dengan memanfaatkan ancaman penggunaan kekuatan pasukan.

c. Adanya komunikasi antara pelaku dan pihak negosiator (Syarat mutlak).

d. Adanya tuntutan yang dikehendaki pelaku yang dapat ditawar.

e. Adanya pemimpin dari pelaku penyanderaan, jika penyanderaan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang.

f. Terjadinya suatu proses pengepungan pada lokasi penyanderaan hingga memaksa para pelaku tidak dpat meninggalkan lokasi dengan mudah.

g. Tersedianya cukup waktu untuk mengadakan negosiasi sebagai suatu cara/teknik untuk penguluran waktu

h. Adanya tenaga negosiator yang trampil dan terlatih.

7. Beberapa hal yang dapat dan tidak dapat di negosiasikanPerlu diketahui oleh seorang negosiator, bahwa dalam

setiap proses tawar-menawar dalam negosiasi ada hal-hal yang diperbolehkan dan ada pula yang tidak diperbolehkan untuk

12

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

dijadikan sebagai bahan tawar-menawar. Karena hal ini akan makin memperburuk terhadap situasi penyanderaan. Hal yang dapat maupun tidak tersebut antara lain :a. Yang dapat di negosiasikan.

1) Makanan dan minuman.2) Uang tebusan (Jika situasi terpaksa).3) Bantuan medis (Bisa di bantu).4) Peliputan Media masa ( Sedapat mungkin

dibatasi).5) Pertukaran sandera ( Sedapat mungkin

dihindari).6) Transportasi (Sedapat mungkin dihindari).

b. Yang tidak dapat dinegosiasikan.1) Senjata dan amunisi.2) Bahan Handak atau sejenisnya.3) Makanan/minuman beralkohol.4) Obat-obatan terlarang (Narkoba).5) Bahan kimia berbahaya yang dapat dijadikan senjata.6) Alat atau peralatan tertentu yang dapat dijadikan

senjada berbahaya.7) Tujuan Politik tertentu yang tidak mungkin dapat

diberikan misalnya : Menurunkan kepala Negara. Merubah idiologi negara. Pembebasan tahan politik /tahanan kriminal kelas kakap yang sangat berbahaya bagi kepentingan negara.

8. Beberapa faktor yang mempengaruhi prosedur perundingan sandera

Prosedur perundingan yang akan dilakukan sangat bergantung pada beberapa hal, antara lain :a) Faktor Lokasi.

Pengaruh lokasi pada suatu prosedur perundingan yang dilakukan antara lain menyangkut :

1) Penentuan penggunaan sarana negosiasi yang paling efektif untuk digunakan agar sesuai dengan lokasinya.

2) Sistem pendekatan yang akan digunakan.3) Penempatan posisi negosiator yang tepat dalam

melakukan negosiasi.b) Ancaman kepada sandera.

Pengaruh ancaman terhadap sandera dalam suatu proses negosiasi antara lain :

1) Perlu tidaknya penerapan teknik untuk memanipulasi situasi dan tuntutan.

2) Memenuhi sebagian tuntutan sandera yang bersifat tidak membahayakan.

3) Penyiapan satuan taktis (Tim tindak / Sniper) sebagai antisipasi perubahan situasi.

4) Perlu tidaknya perubahan teknik pendekatan guna menetralisir ancaman pelaku.

c) Jumlah dan kondisi penyanderaPengaruh jumlah dan kondisi fisik dan mental pelaku dalam

suatu proses negosiasi antara lain :1) Dapat tidaknya dilakukan penciptaan kondisi situasi

adu-domba antara para penyandera.2) Adanya pemimpin kelompok yang dapat diajak ber-

negosiasi.3) Kebutuhan akan hidup lebih besar, dan dapat dijadikan

senjata negosiator.d) Kondisi sandera .

13

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

Pengaruh kondisi sandera dalam suatu proses perundingan antara lain adalah :

1) Negosiasi yang dilakukan berubah tujuannya menjadi suatu cara untuk penguluran waktu atau suatu usaha untuk memanipulasi keadaan.

2) Digunakan sebagai alasan untuk melakukan operasi penindakan oleh pasukan baik secara operasi darurat maupun yang dipersiapkan.

3) Sebagai alasan dipenuhinya beberapa tuntutan sandera, baik dengan maksud manipulasi maupun sungguhan.

e) Kesiapan CRT / Tim Penindak.Kesiap-siagaan suatu tim tindak juga akan mempengaruhi

terhadap jalannya negosiasi. Pengaruh tersebut antara lain :1) Tujuan negosiasi dapat lebih difokuskan sebagai suatu

upaya pengambilan data intelijen, untuk dapat langsung mendukung operasi tim penindak.

2) Perundingan yang dilakukan sudah menuju pada tujuan sebagai suatu upaya untuk mengulur waktu saja, untuk mengalihkan perhatian, memanipulasi situasi, untuk memberikan kesempatan kepada tim penindak untuk beroperasi.

3) Negosiasi yang berlangsung tidak berlarut-larut, yang akan makin membahayakan sandera.

9. Beberapa bentuk dan type negosiasi.Kondisi situasi negosiasi yang terjadi dapat di golongkan

dalam 2 (dua) bentuk atau type situasi, yaitu :a. Type Merah.

Artinya : Negosiasi yang dilakukan berlangsung dalam kondisi atau keadaan :

1) Agresif2) Berlangsung dalam suasana penuh emosional.3) Penuh dengan tipu daya dan kepura-puraan belaka.4) Pelaku tetap dalam pendiriannya dan menggunakan

ancaman kekerasan secara serius terhadap sandera.b. Type Biru.

Artinya : Negosiasi yang dilakukan berlangsung ddalam kondisi atau keadaan :

1) Adanya tanda-tanda pelaku mau bekerja sama.2) Negosiasi berjalan dalam kondisi seimbang.3) Terjadi beberapa kesepakatan dalam proses tawar

menawar ( Negosiasi).4) Menunjukkan tanda-tanda /indikasi keberhasilan dalam

proses negosiasi tersebut, Misalnya : Adanya sebagian sandera yang dibebaskan.

10. Proses Negosiasi.Suatu proses negosiasi dapat berlangsung dalam jangka

waktu yang tidak dapat diprediksi dengan tepat kapan akan berakirnya, semua ini tergantung pada situasi dan kondisi yang berkembang serta keahlian negosiator dalam melakukan negosiasi. Ada beberapa tehnik serta tahap-tahap dalam pelaksanaan proses negosiasi yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan, antara lain :a. Pedoman umum untuk penanggap pertama.

Penanggap pertama memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu proses negosiasi berlangsung ditahap awal, hingga pada proses negosiasi yang sebenarnya. Ada beberapa pedoman yang harus betul-betul di pedomani dan diketahui untuk para penanggap pertama. Hal ini untuk menghindari kesalahan yang dapat terjadi.

14

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

1) Memantapkan situasi.Dalam memantapkan situasi ini, ada beberapa hal maupun

tindakan yang perlu diperhatikan antara lain :a) Menghubunggi penyandera.b) Menunggu respon pelakuc) Hindari perundingan tatap muka.

8) Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penanggap pertama.

a) Dapatkan informasi pendahulu dengan mendengarkan pembicaraan tersangka dengan cermat, agar dapat memperjelas permintaan dan tuntutan pel;aku.

b) Mendengan untuk mengetahui beberapa indikator misalnya :

Jumlah tersengka. Persenjataan. Lokasi dan jumlah sandera. Kondisi fisik dan emosi tersangka dan sandera

9) Menghindari kesalahan yang biasa terjadi. Misalnya :a) Jangan kehilangan kesabaran.b) Jangan bertindak tergesa-gesa.c) Jangan membuat pendapat atau kesimpulan

tentang penyandera.d) Tetap obyektif dalam mendengarkan

penyanderaane) Usahakan untuk menanggulangisegala

kemungkinan secara aman.10) Karakteristik berkomunikasi.

a) Dapatkan informasi spesifik.b) Bahasa jelas dan mudah dimengerti, intonasi

wajar dan tenang.c) Tetap memberi perhatian penuh /

mendengarkan dengan penuh perhatian.b. Proses perubahan perilaku.

Beberapa tahap dalam upaya proses perubahan perilaku tersebut, dapat disusun dalam bentuk Grafik, seperti contoh dibawah ini.

KETERANGAN :

dengan baik isi pembicaraan ALS ( Active Listening Skill ) Adalah : Kemampuan untuk mendengarkan yang disampaikan oleh lawan bicara ( Tersangka ).

EMPATY Adalah : Kemampuan untuk memahami, merasakan dan mendalami maksud dan isi hati lawan bicara ( Tersangka) secara logika maupun emosional seutuhnya.

RAPPORT Adalah : Dapat melakukan terjadinya hubungan yang seimbang serta mampu memberikan

15

ALS98

EMPATY

RAPPORT

INFLUECE

BEHAVIOR CHANGE

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

respon yang sesuai (Komplementer) , sehingga timbul komunikasi yang seimbang dan pengertian.

ENFLUENCE Adalah : Secara perlahan mampu mempengaruhi pelaku secara wajar sehingga dapat lebih mengerti dan memahami apa yang menjadi kehendak orang lain (Petugas).

BEHAVIOR CHANGE Adalah : Mampu mengendalikan situasi hingga terjadinya perubahan perilaku pelaku (Teroris) yang terjadi secara wajar.

Tahap perubahan perilaku disini, dimaksudkan agar negosiator dapat mempengaruhi pola pikir dan emosi (Psikologis) dari pelaku yang semula emosional,keras dan kejam untuk memperjuangkan prinsipnya yang dianggap benar. Melalui proses dan tahapan ini diharapkan pelaku secara perlahan dapat merubah pendirian, sesuai dengan yang diinginkan oleh negosiator. Perubahan pola pikir serta keadaan Psikologi (jiwa) pelaku tersebut harus terjadi secara wajar , dan merupakan kehendak pelaku. Dimana kehendak pelaku tersebut timbul dari hasil negosiasi yang baik dgn negosiator.

c. Tehnik penguluran waktu.Tehnik ini biasanya digunakan dengan memuat maksud

dan tujuan tertentu, misalnya : Untuk menyediakan waktu yang cukup kepada tim penindak dalam mempersiapkan serangan, jika proses negosiasi benar-benar telah gagal. Tehnik ini harus dilakukan secara terukur dan terkendali, karena tehnik ini juga mempunyai beberapa keuntungan sekaligus kerugian, antara lain :1) Keuntungannya.

a) Meningkatnya kebutuhan hidup dari pelaku berupa makanan dan minuman, yang dapat dijadikan “ Senjata “ bagi negosiator untuk ditukarkan dengan sandera, atau kesepakan yang menguntungkan negosiator.

b) Dengan berjalannya waktu, dimungkinkan menurunya keteganggan dan kecemasan, khususnya pada para pelaku sehingga resiko korban jiwa dapat dikurangi dan pelaku secara perlahan mulai dapat diajak bernegosiasi secara rasional dalam kondisi yang tidak emosional.

c) Dimungkinkan diperolehnya data yang lebih akurat, tentang latar belakang pelaku / kelompoknya, jumlah pelaku / sandera ,kondisi situasi dan data-data lainnya yang merupakan informasi penting (Data Intelijen lanjutan).

d) Memungkinkan terciptanya hubungan yang lebih baik antara pelaku dan negosiator ( Countertransference).

e) Sebagai salah satu teknik untuk memanipulasi situasi, untuk memberikan kesempatan kepada tim penyerang melakukan aksinya.

2) Kerugian a) Munculnya kelelahan mental dan fisik para

pelaku yang dapat mengakibatkan hilangnya kesabaran dan kesadaran yang memungkinkan/memicu pelaku untuk melakukan perbuatan brutal diluar kendali.b) Meningkatnya kerumunan massa disekitar lokasi

kejadian untuk menonton, hal ini justru akan mengganggu situasi dan kondisi serta menghambat kinerja aparat (Creeping up effeck).

c) Adanya ketidaksabaran dari beberapa pihak maupun dari pasukan penindak, yang menghendaki segera diakhirinya drama penyanderaan tersebut, tanpa memperhitungkan resiko lainnya.

16

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

d) Timbulnya hubungan yang positif antara sandera dan penyandera (Stockholm Syndrome), yang sangat merugikan bagi petugas negosiator.

d. Situasi krisis yang memungkinkan terancamnya keselamatan sandera maupun jalannya proses operasi.

Ada beberapa bentuk situasi dan kondisi krisis yang dapat timbul selama proses negosiasi tersebut berlangsung. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung akan membahayakan keselamatan sandera, petugas serta jalannya proses negosiasi yang telah dibangun. Beberapa penyebab timbulnya situasi krisis yang terjadi, antara lain :

1) Situasi awal saat terjadinya penyanderaan dimana terjadi konfrontasi/perlawanan antara korban dengan pelaku penyanderaan.

2) Timbulnya situasi panik yang terjadi pada awal-awal terjadinya penyanderaan.

3) Adanya tuntutan dari penyandera yang tidak dapat dipenuhi oleh negosiator dalam jangka waktu cepat, sesuai waktu yang diinginkan pihak penyandera atau tuntutan yang tidak dapat dipenuhi karena alasan politik atau karena birokrasi dan lain sebagainya.

4) Karena terkuatnya rencana operasi penyerangan yang diketahui oleh pelaku, selama proses negosiasi sedang berlangsung. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan pelaku terhadap negosiator dan memicu pelaku untuk melakukan perbuatan brutal dan nekad.

Untuk mengatasi situasi krisis semacam ini, dibutuhkan keahlian dari seorang negosiator untuk meredam kemarahan dan ketidak percayaan pelaku terhadap aparat maupun negosiator, yang dapat berakibat pelaku mengambil jalan pintas dimana hal ini akan semakin memperburuk keadaan dan membahayakan keselamatan jiwa para sandera.

e. Stockholm Syndrome.Syndroma adalah : Satu atau serangkaian kejadian yang

berakibat buruk atau fatal yang pernah terjadi yang menimbulkan ketakutan, yang kemudian dikaji dan dijadikan pelajaran agar tidak terulang dikemudian hari.

Syndroma Stockholm merupakan situasi dimana terciptanya hubungan yang semakin positif antara pelaku penyanderaan dan sandera. Hubungan ini merupakan hal yang unik dan secara psikologis mempunyai alasan, yaitu : telah terjadinya proses transferensi/pengalihan kondisi emosionalitas dari pelaku kepada korban.

Sebutan ini berawal dari kejadian perampokan bank di swedia pada bulan Agustus 1973 yang disertai penyanderaan empat karyawan bank tersebut selama kurang lebih 131 jam. Selama proses penyanderan tersebut berlangsung, tercipta hubungan/ikatan yang kuat antara sandera dan para penyandera, karena adanya interaksi yang cukup lama yang terjadi dalam ruangan bank, akhirnya masing-masing pihak terjadi komunikasi dan terjadilah “ Sharing” saling tukar perasaan, menjalin ikatan emosional dan saling pengertian diantara mereka. Sehingga para sandera dengan sukarena membantu para penyandera melarikan diri dengan memanipulasi situasi dan petugas.1) Element syndroma stockholm

a) Berkembangnya perasaan positif dari korban terhadap pelaku.

17

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

b) Berkembangnya perasaan positif dari pelaku terhadap korban.

c) Berkembangnya perasaan negatif dari korban terhadap petugas.

2) Interaksi yang menciptakan sindroma stockholm.a) Interaksi positif antara pelaku dan korban

memungkinkan terciptanya sindroma ini.b) Interaksi negatif tidak memungkinkan

terciptanya sindroma ini.c) Interaksi negatif yang diikuti dengan

interaksi positif memungkinkan terciptanya sindroma ini.

d) Interaksi positif yang diikuti dengan interaksi negatif akan memutuskan pengaruh sindroma stockholm yang telah tercipta.

3) Prinsip yang menjadi dasar dari stockholm syndrome.a. Proses interaksi positif.b. Proses identifikasi (Dari korban ke

pelaku ).c. Proses Regresi (Dalam situasi penuh

ketegangan).d. Saling berbagi perasaan frustasi.

4) Pengaruh syndrome stockholm dalam situasi negosiasi.a) Pengaruh positif : Semakin kuatnya ikatan

yang terjadi dalam sindroma stockholm, semakin kecil resiko korban akan dilukai oleh palaku.

b) Pengaruh negatif : Informasi yang berasal dari sandera tidak dapat

dipercaya. Informasi sandera tentang pelaku sulit diperoleh. Proses penyelamatan lebih sulit dilakukan, sebab

korban mungkin tidak akan menuruti perintah pasukan penyelamat atau penindak, justru mungkin akan membela pelaku.

Catatan : Hubungan positif yang tercipta antara negosiator dengan pelaku, bukan merupakan suatu bentuk dari syndrome stockholm, melainkan “ Countertransference “, Yaitu : suatu transferensi perasaan dimana pihak negosiator melakukannya dengan tujuan yang pasti, yaitu mengambil hati dan memenangkan negosiasi.

f. Beberapa tips memenangkan proses negosiasi.1) Faktor lokasi dan situasional : Perlu diingat bahwa

dalam suatu situasi penyanderaan yang terjadi, pelakulah yang pertama-tama memegang kendali terhadap situasi dan korban. Team pembebas maupun neosiator berusaha untuk mengambil alih kendali tersebut secara bertahap dan konstruktif baik dengan jalan negosiasi maupun dengan cara penyerangan/kekerasan. Proses ini akan memakan waktu, oleh karena itu kesabaran adalah kunci keberhasilan.

2) Hindari segala macam tindakan yang dilakukan secara gegabah, terburu-buru, tanpa suatu perencanaan yang matang. Karena didorong suatu keingginan yang cepat selesai dan segera berasil, hal ini dapat berakibat “ sejata makan tuan”.

3) Jangan merasa menjadi orang yang paling bisa dan paling mampu, karena hal tersebut dapat membahayakan baik buat diri sendiri maupun terhadap

18

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

rekan lainnya (Team), jika dilakukan diluar perhitungan yang matang.

4) Tetaplah tenang selama komunikasi dengan pelaku serta hilangkan perasaan takut dan jangan menampakkan sikap gugup yang berlebihan.

5) Jangan memandang mata pelaku dengan pandangan yang melotot, dalam suatu negosiasi bertatap-muka. Karena hal ini dapat dipresepsikan sebagai suatu ancaman oleh pelaku.

6) Usahakan untuk tetap berbicara dengan pelaku, untuk mengguranggi perhatian pelaku terhadap sandera, situasi dan kondisi yang dibiarkan kosong (Tampa negosiasi), akan mengembangkan berbagai pikiran pada pelaku yang mungkin akan merencanakan sesuatu perbuatan atau perubahan terhadap situasi yang tidak terduga-duga oleh petugas.

7) Usahakan untuk dapat menangkap dan menganalisa dengan cermat pesan-pesan atau maksud-maksud yang tersembunyi dari pembicaraan pelaku selama proses negosiasi berlangsung. Selain itu negosiator harus dapat menyesuaikan tingkat emosionalnya dengan tingkat emosiaonal pelaku.

8) Jangan gampang untuk menjanjika sesuatu kepada pelaku, terhadap apa yang tidak mungkin dapat negosiasi penuhi, hal ini dapat berakibat hilangnya keperjayaan pelaku terhadap negosiator serta dapat merusak hubungan yang suda terjalin.

g. Beberapa indikasi keberhasilan negosiasi.1) Indikasi dari isi pembicaraan.

a) Berkurangnya bentuk-bentuk ancaman dari pelaku.b) Mulai terbukanya sikap pelaku terhadap berbagai

informasi tentang jati dirinya dan motivasi tindakannya.c) Beralih dari suatu kondisi yang penuh emosional

menuju ke kondisi yang rasional.d) Menurunya nada serta intonasi suara.e) Pembicaraan makin dapat dilakukan secara pelan

dan normal.f) Meningkatnya kesediaan bekerja sama berdikusi

lebih jauh.2) Indikasi lainnya.

a) Berkurangnya perlakuan kasar yang dilakukan pelaku terhadap para korban.

b) Dilepaskannya beberapa orang sandera.c) Berlalunya waktu untuk memenuhi tuntutan yang

disampaikan oleh para pelaku tanpa terjadinya tindakan tertentu terhadap sandera seperti yang direncanakannya.

d) Adanya kemauan dari para sandera untuk mengikuti beberapa sanran yang disampaikan ole negosiastor.

Keberhasilan dari suatu team negosiasi adalah diakhirinya suatu drama penyanderaan dan para pelaku berhasil menyerahkan diri, tanpa harus mengerah kekuatan pasukan penindak. Namun indikasi keberhasilah dapat juga diberikan jika mampun membebaskan beberapa orang sandera atau mampu memanipulasi keadaan untuk memberikan kesempatan team penindak agar dapat bekerja dengan maksimal.@

BAB IVSTRATEGI PERUNDINGAN DALAM BEBERAPA KONDISI

PSIKOLOGI KHUSUS.

19

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

Dalam setiap kejahatan teroris berupa penyanderaan selain para pelaku yang mempunyai tujuan politik atau semata-mata demi mendapatkan uang, acap kali penyanderaan pun dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kelainan mental atau gangguan psikologi. Situasi khusus yang dimaksud disini adalah : apabila situasi penyanderaan yang terjadi dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai latar belakang gangguan mental atau gangguan psikologi. Dimana untuk melakukan pendekatan secara psikologi terhadap mereka dibutuhkan tehnik dan cara khusus yang tidak sama dengan yang bukan termasuk dalam golongan ini ( Normal). Hal ini untuk menhindari kesalahan dalam penerapan tehnik maupun pendekatan dalam proses negosiasi.

Ada beberapa bentuk gangguan jiwa serta cara pendekatannya yang akan dibahas dalam bab ini. Memang tidak semua bentuk gangguan psikologi yang ada dapat dibahas dalam diktat ini, karena dalam diktat ini hanya akan membahas hal-hal yang ada hubungannya antara gangguan psikologi dengan proses negosiasi secara dasar. Sekaligus membahas tentang cara-cara menghadapi perundingan dalam situasi psikologi khusus tersebut bagi seorang negosiator. Dalam pelaksanaan dilapangan untuk lebih menunjang keberhasilan tugasnya seorang negosiator akan dibantu oleh seorang ahli jiwa atau psikiater.

Bentuk-bentuk situasi psikologi khusus tersebut antara lain :

1. Menghadapi pelaku dalam kondisi DEPRESI.a. Karakteristik / Ciri-crinya.

1) Nampak sangat sedih / frustasi.2) Merasa putus asa.3) Merasa tidak berguna lagi.4) Selalu menyalahkan diri sendiri.5) Selalu mengingat kejadian masa lalunya

yang kelam.6) Mengalami gangguan tidur dan selera

makan .7) Perilakunya selalu dipengaruhi oleh

pikirannya yang negatif.b. Strategi negosiasi dengan pelaku Depresi.

1) Bersikap sabar dan usahakan untuk memperhatikan dan memberikan perhatian penuh saat mendengarkan pelaku bicara.

2) Gunakan tehnik Emphaty = Ungkapan yang menggambarkan kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain ; Misalnya : “ Saya turut merasa sedih dan mengerti apa yang sedang anda alami “, dst.

3) Ajak untuk membahas tuntutannya secara realistis (Berpedoman pada “ Disini dan saat ini ).

4) Tanyakan apakah dia (Pelaku) memerlukan bantuan pengobatan atau pertolongan lainnya.

5) Selalu bersikap jujur dan jangan sedikitpun nampak bahwa anda telah membohongginya atau bersikap curang terhadapnya.

6) Berusaha untuk mendapatkan kepercayaan pelaku walaupun hanya sedikit, yakinkan bahwa kehadiran anda adalah untuk menolongnya keluar dari persoalan yang sedang dihadapinya.

7) Dapat menggunakan bantuan dari pihak keluarganya yang paling dekat dengan pelaku. Namun harus tetap hati-hati, dengan memanfaatkan pihak keluarga dekat sebagai bantuan ( Membujuk ), sebab keberhasilannya

20

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

tidak dapat dijamin. Bisa jadi permasalahan yang dialami pelaku justru diakibatkan dari anggota keluarganya yang ddipakai untuk membujuk tsb.

2. Menghadapi pelaku dengan gangguan Psikotik.Gangguan psikotik merupakan bentuk dari gangguan

psikologi yang sudah mengarah pada bentuk-bentuk kelainan jiwa ( Psikosa ) , yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas , sikap atau perilakunya nampak aneh dan “ eksentrik “. Jenis gangguan ini yang berhubungan penting dalam kaitangnya dengan situasi penyanderaan adalah :a. Paranoid Schizophrenia.

Adalah : reaksi skisofrenik dimana sipenderita mengalami khayalan tentang penyiksaan dan psikokinesis. Simtom utama dari gangguan paranoid schizophrenia adalah : adanya waham curiga yang berlebihan, tidak rasional dan tidak realistis. Individu yang mengalami gangguan seperti ini cenderung untuk mengembangkan kecurigaan yang berlebihan terhadap orang lain. Dan karena sifatnya yang sudah mengarah pada gejala psikosa, maka kecurigaan tersebut sangat tidak rasional dan realistik. Karakteristik atau ciri-ciri dari penderita paranoid Schizophrenia, adalah :

1) Dis-organisasi pikiran ( Kekacauan pikiran ), ide yang meloncat-loncat dan tidak realistis.

2) Kekacauan Presepsi :Dimana pelaku tidak mampu membedakan orang lain berdasarkan peran perilaku yang berbeda-beda. Presepsi terhadap orang lain akan sangat di pengaruhi dan di warnai oleh kecurigaannya (Siapapun akan menjadi obyek kecurigaan).

3) Kondisi emosi dan perilaku yang tidak stabil / sewajarnya , Misalnya : Tertawa ketika orang lain menaggis atau ketakutan, atau marah tanpa ada alasan dan sebab yang jelas.

4) Suka mengurung diri, membatasi diri untuk bertemu dengan orang lain .

5) Bersikap argumentatif , suka membantah ( Berpendirian keras) dan tidak mudah percaya dengan orang lain .

6) Selalu curiga dengan maksud orang lain .7) Selalu berusaha mencari alasan untuk tetap

mencurigai orang lain .8) Sangat percaya bahwa pikiran, perbuatan, serta

seluruh tubuhnya dikendalikan dan dikuasi oleh kekuatan lain.

b. Pelaku dengan gangguan DELUSI ( Delusion)Adalah : Angan-angan kosong yang merupakan ciri

beberapa bentuk gangguan jiwa. Angan-angan ini dapat mengambil bentuk angan-angan akan hal-hal yang muluk atau angan-angan akan kehancuran.

Kondisi waham yang disertai dengan pemikiran yang rasional dan realitas pada bidang lain. Bentuk dari waham delusi ini diantaranya :

1) Waham Kejar : Orang yang merasa selalu dikejakejar dan merasa hendak dihukum, dibunuh, atau dianiaya ( Meskipin semuanya tidak realistis/nyata).

2) Waham kebesaran : Orang yang merasa “ besar ” atau berkuasa atau berkekuatan, misalnya : Menganggap dirinya merupakan titisan dewa, atau penjelmaan tokoh-tokoh tertentu, dst.

21

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

3) Waham cemburu : Kecemburuan yang berlebihan dan tidak realistis pada lawan jenis atau pasangannya.

4) Waham Erotomanic : Orang yang merasa dicintai (Biasanya secara tertutup/rahasia) oleh orang-orang terkenal/publik figure.

5) Waham Somatic : Merasa mengalami gangguan-gangguan fisik, Misalnya : Merasa ada benda-benda atau binatang-binatang tertentu dalam tubuhnya,misalnya ada ular dalam perutnya dsb.

c. Strategi Negosiasi dengan pelaku yang berperilaku Psikotik.

1) Hindari adu argumentasi dengan pelaku.2) Jangan mencoba meyakinkan pelaku bahwa

kecurigaan atau wahamnya tersebut tidak benar.3) Minta kepada pelaku untuk menggambarkan

lebih detail tentang kecurigaan/wahamnya, ini akan membantu menciptakan hubungan awal yang baik.

4) Upayakan untuk nampak jujur dan dapat dipercaya.

5) Bersikaplah Empaty teehadap pelaku (Seolah-olah memahami apa yang sedang dialaminya).

6) Berikan komentar yang jelas dan spesifik, jangan berbelit-belit dan susah untuk dipahami pelaku. Gunakanlah bahasa yang sederhana.

7) Sampaikan kesediaan anda untuk membantu atau memberikan pertolongan.

8) Jangan menggunakan anggota keluarga pelaku sebagai perantara atau membantu dalam proses negosiasi ini.

3. Menghadapi pelaku dengan kepribadian Anti-sosial.a. Karakteristik

1) Tidak memiliki “kata hati “ atau kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta tidak memiliki rasa bersalah atas perbuatan atau sikapnya.

2) Bersikap egoistik, mementingkan diri sendiri.3) Suka memanipulasi (Menipu) orang lain untuk

kepentingannya sendiri.4) Selalu mengejar kekuasaan / kekuatan ( Untuk

mempengaruhi dan menguasai orang lain).5) Implusif, emosionalnya mudah meledak, kehendaknya

harus segera dipenuhi.6) Selalu berorientasi / bertujuan pada pemuasan

keinginan maupun hawa nafsu sendiri.7) Tidak loyal pada orang lain.(Tidak suka disuruh /

diperintah ).8) Tidak menghargai dan mengenal aturan hukum.9) Tidak sanggup bersikap empaty pada orang lain.10) Selalu mencari dan mengharapkan “ Ketegangan.11) Selalu menyalahkan pihak lain / orang lain.

b) Strategi negosiasi dengan pelaku berkepribadian Anti-sosial.

1) Usahakan untuk “ Menawar “ tuntutan yang disampaikan.

2) Tagakkan kepercayaan diri yang kuat dihadapan pelaku.

3) Tetap menempatkan peran “ Ego “ pelaku pada posisi seolah dipentingkan

4) Berusaha membawa pada pembicaraan yang realistik dan rasional.

22

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

5) Berhati-hati dengan janji yang tidak ditepati.6) Jangan menggunakan pihak ketiga dalam

bernegosiasi.

4. Menghadapi pelaku dengan kepribadian Tidak Adekwat.a. Karakteristik.

1) Memiliki harga diri rendah, menganggap dirinya tidak berarti.

2) Memiliki riwayat hidup dan prestasi yang buruk.3) Hubungan keluarga yang kacau balau.4) Bersikap kekanak-kanakan.5) Tidak memiliki perencanaan hidup.

b. Strategi atau cara menghadapinya.1) Batasa penggunaan kekuatan (Show of force) dengan

pasukan atau banyaknya petugas.2) Bersikap memahami perasaan pelaku dan bersikap

penuh penerimaan.3) Mencoba bersikap bersahabat.4) Jika hubungan awal sudah terbentuk, maka teruskan

dengan usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan pelaku

5) Berikan saran tentang perbuatan apa yang sebaiknya dilakukan ( yang realitas dan rasional ).@

23

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

BAB VP E N U T U P

1. Rangkuman.

Dari isi diktat ini dapat diambilkan kesimpulan, bahwa tugas dari seorang negosiator adalah :

a. Aset yang berharga untuk penyelesaian krisis.b. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

pembebasan yang aman terhadap para sandera.c. Menguranggi kerugian jiwa dan harta benda.d. Membantu CRT dengan memanipulasi

tersangka menjelang gempuran.

2. Penutup.

Demikian diktat “ Negosiasi dalam Penyanderaan “ ini dibuat untuk memenuhi dan melengkapi bahan ajaran yang sudah ada, dalam mendukung program pendidikan Dikjur Wanteror, yang dilakukan di Pusdik Brimob. Penyusun dalam menyusun diktat ini masih merasa terdapat banyak kekurangan, baik dalam isi materi maupun bahasanya. Sehingga penyusun sangat mengharapkan adanya sumbangan , masukan-masukan dari para pembaca yang bersifat membangun, demi penyempurnaan naskah diktat ini.

Demikian naskah ini disusun dengan harapan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya dan berguna bagi kita semua, demi kejayaan Korps Brimob .@.

Watukosek, 20 April 2006Penyusun

ttd.

ANTONIUS . T. L. L,SH Brigadir.Nrp.74040202

24

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

DAFTAR ISTILAH

1. Psikotik Perilaku yang ditandai kontak realitas (yang jelek) dan gangguan fungsu adaptive ( adaptasi) Mis : Kecemasan yang tinggi.

2. Waham Pikiran yang salah yang dipertahankan meski tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

3. Schizophrenia Sekelompok gangguan yang ditandai dengan ganggun proses berfikir , gangguan afek, proses sosialisasi dan gangguan emosi Mis : Pikiran tdk rasional, Wahan, Waham grandias. Ada 4 macam type Schizophrenia antara lain : Paranoid (Curiga berlebih) ; Katatonik ( Melakukan satu aktivitas berulang-ulang) ; Disorganize ( Tidak mempunyai pola hidup yang teratur ) ; Tak tergolongkan ( Gabungan antara beberapa macam Schizophrenia).

4. Social Psikologi Ahli psikologi sosial. Ahli psikologi yang mempelajari interaksi sosial dan cara-cara individu saling mempengaruhi.

5. Psychology Ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental.6. Behavior Perilaku. Kegiatan organisme yang dapat diamati atau

organisme lain atau oleh berbagai instrumen lain. Yang termasuk dalam perilaku adalah laporan verbal mengenai pengalaman subjektif dan disadari.

25

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

REFERENSI

26

Brigadir. Antonius T L,SH. Halaman. PUSDIK BRIMOB

DAFTAR ISI

27