Negara Aljazair dan Mesir

28
LAPORAN KUNJUNGAN DELEGASI KOMISI I DPR RI KE NEGARA ALJAZAIR DAN MESIR TANGGAL 20 – 26 APRIL 2008 BAB I PENDAHULUAN I. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN Komisi I DPR RI yang membawahi bidang tugas Pertahanan, Intelijen, Luar Negeri, Komunikasi dan Informasi melakukan kunjungan kerja luar negeri ke Aljazair pada tanggal 20-26 April 2008 untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap KBRI di Aljazair dan meningkatkan hubungan dan kerjasama RI-Aljazair dengan mengadakan pertemuan dengan kalangan Parlemen dan Pemerintah Aljazair. II. DASAR KUNJUNGAN Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Negara Aljazair dilaksanakan atas dasar Surat Keputusan Pimpinan DPR RI Nomor : 77/PIMP/III/2007-2008 tanggal 11 April 2008 tentang Penugasan Delegasi Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk Melakukan Kunjungan Kerja Luar Negeri ke Aljazair dari Tanggal 20 April 2008 sampai dengan Tanggal 26 April 2008, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut : 1. Drs. Sidarto Danusubroto, S.H. A-328 F-PDIP Ketua Delegasi 2. Drs. Arief Mudatsir Mandan, M.Si A-42 F- PPP Anggota Delegasi 3. Drs. Hajriyanto Y. Thohari, MA A-479 F-PG Anggota Delegasi 4. DR. Andreas H. Pareira A-323 F-PPP Anggota Delegasi

Transcript of Negara Aljazair dan Mesir

Page 1: Negara Aljazair dan Mesir

LAPORAN KUNJUNGAN DELEGASI KOMISI I DPR RI

KE NEGARA ALJAZAIR DAN MESIRTANGGAL 20 – 26 APRIL 2008

BAB I

PENDAHULUAN

I. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Komisi I DPR RI yang membawahi bidang tugas Pertahanan, Intelijen, Luar Negeri, Komunikasi dan Informasi melakukan kunjungan kerja luar negeri ke Aljazair pada tanggal 20-26 April 2008 untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap KBRI di Aljazair dan meningkatkan hubungan dan kerjasama RI-Aljazair dengan mengadakan pertemuan dengan kalangan Parlemen dan Pemerintah Aljazair.

II. DASAR KUNJUNGAN

Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Negara Aljazair dilaksanakan atas dasar Surat Keputusan Pimpinan DPR RI Nomor : 77/PIMP/III/2007-2008 tanggal 11 April 2008 tentang Penugasan Delegasi Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk Melakukan Kunjungan Kerja Luar Negeri ke Aljazair dari Tanggal 20 April 2008 sampai dengan Tanggal 26 April 2008, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut :

1. Drs. Sidarto Danusubroto, S.H. A-328 F-PDIP Ketua Delegasi2. Drs. Arief Mudatsir Mandan, M.Si A-42 F- PPP Anggota Delegasi3. Drs. Hajriyanto Y. Thohari, MA A-479 F-PG Anggota Delegasi4. DR. Andreas H. Pareira A-323 F-PPP Anggota Delegasi5. H.M. Junaedi A-163 F-PAN Anggota Delegasi6. Drs. Al Muzzammil Yusuf A-249 F-PKS Anggota Delegasi7. Bachrum R. Siregar, S.E. A-288 F-PBR Anggota Delegasi8. Dra. Damayanti - - Set. Delegasi9. Anggrek Kurnianti, S.H. - - Set. Delegasi10.Hamdani Djafar - - Deplu RI11.Arief Bramono - - Deplu RI

III. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan kunjungan Delegasi adalah :1. Melaksanakan fungsi pengawasan DPR RI terhadap mitra kerja yaitu

Departemen Luar Negeri RI dalam hal ini khusus terhadap Kedutaan Besar RI di Aljazair.

Page 2: Negara Aljazair dan Mesir

2. Ikut memberikan kontribusi bagi peningkatan hubungan persahabatan bilateral Indonesia – Aljazair.

IV. JADWAL KUNJUNGAN

1. Minggu, 20 April 2008 : Kunjungan ke KBRI dan Rapat Dengar Pendapat dengan Dubes LBBP RI di Alger, Yuli Mumpuni Widarso

2. Senin, 21 April 2008 : - Courtessy call kepada Ketua Majelis Rendah Parlemen/APN Aljazair, Mr. Abdelaziz Ziari

- Upacara Peresmian Kelompok Persahabatan Parlemen Indonesia-Aljazair

- Pertemuan dengan Ketua dan Anggota Komisi Hublu, Kerja Sama, dan Imigrasi APN Aljazair, Mr. Abdelhamid Si Afif

- Pertemuan dengan Ketua dan Anggota Komisi Pertahanan Nasional APN, Mr. Mustapha Abeb

- Pertemuan dengan Menteri Komunikasi Aljazair, Mr. Abderrachid Boukerzaza

3. Selasa, 22 April 2008 : - Pertemuan dengan Ketua dan Anggota Komisi Hublu, Kerja Sama Internasional, dan Masyarakat Aljazair di Luar Negeri Senat Aljazair, Mr. Boudjema Souileh

- Pertemuan dengan Ketua dan Anggota Komisi Pertahanan Nasional Senat, Mr. Mustapha Cheloufi

4. Rabu, 23 April 2008 : - Pertemuan dengan Dirjen Asia Oceania Kemlu Aljazair, Amb. Sofiane Memouni

- Pertemuan dengan Deputi Menteri Pertahanan Aljazair, Mr. Abdelmalek Guenaizia

2

Page 3: Negara Aljazair dan Mesir

BAB IIPELAKSANAAN KUNJUNGAN

I. GAMBARAN UMUM NEGARA ALJAZAIR

Negara Aljazair berbentuk Republik Demokratik Rakyat yang dipimpin oleh seorang Presiden sebagai kepala negara dan seorang Perdana Menteri sebagai kepala Pemerintahan. Presiden Aljazair saat ini adalah Abdelaziz Bouteflika (2004-2009) yang merupakan Presiden ke-8 sedangkan Perdana Menteri nya saat ini adalah Abdelaziz Belkadem (2006-2012). Negara Aljazair beribu kota Alger.

Negara Aljazair yang terletak di benua Afrika bagian utara beriklim subtropis dengan luas wilayah 2.381.741 km2 (919.585 mil persegi). Di bagian utara negara Aljazair berbatasan dengan Laut Tengah, di bagian tenggara dengan Niger, di bagian barat daya dengan Mauritania dan Mali, di bagian barat dengan Maroko dan Sahara Barat, dan di bagian timur dengan Tunisia dan Libya.

Mayoritas penduduk Aljazair beragama Islam dengan etnis Arab, Kabylie, Chaoui, Tuareg, dan Beni Mizab. Bahasa yang digunakan di Aljazair adalah bahasa Arab (83%), Amazigh/Berber (17%), dan Perancis.

Perekonomian Aljazair cukup maju dengan GDP US$ 253, 4 Milyar (2006) dan tingkat pertumbuhan ekonomi 5,2% (2007) serta laju inflasi 2,5% (2007). Pendapatan perkapita Aljazair US$ 4500 (2007) dengan pemasukan dari minyak sebesar US$ 52 Milyar (2006) dan cadangan devisa sebesar US$ 110 Milyar (Des 2007). Ekspor utama Aljazair adalah minyak mentah, gas alam, fosfat, zaitun dan korma. Nilai ekspor Aljazair (Jan-Juli) sebesar US$ 32,14 Milyar (2007) dan nilai impornya (Jan-Juli) sebesar US$ 15 Milyar (2007) sehingga Aljazair surplus sebesar US$ 17,14 Milyar.

II. SISTEM PEMERINTAHAN

1. Sistem HukumKonstitusi Aljazair pertama kali disahkan melalui referendum pada tanggal 8 Agustus 1963. Konstitusi Aljazair telah beberapa kali diamandemen melalui referendum dan terakhir kali diamandemen pada tanggal 28 November 1996. Falsafah negara Aljazair adalah demokrasi dan sosialisme yang berdasarkan nilai-nilai Islam dan Arab. Dewan Konstitusi bertanggung jawab atas terjaminnya pelaksanaan ketetapan-ketetapan konstitusi. Dewan Konstitusi beranggotakan 9 orang, yaitu 3 (tiga) orang diangkat oleh Presiden, 2 (dua) orang dipilih oleh Parlemen/Majelis Rakyat Nasional, 2 (dua) orang dipilih oleh Senat, 1 (satu) orang dipilih oleh Mahkamah Agung dan, 1 (satu) orang lagi dipilih oleh State Council.

2. Lembaga EksekutifAljazair menganut sistem presidential. Presiden dipilih Iangsung oleh rakyat sebagai kepala negara untuk masa jabatan 5 tahun. Presiden memilih kepala pemerintahan/perdana menteri untuk memimpin kabinet.

3

Page 4: Negara Aljazair dan Mesir

3. Lembaga LegislatifAljazair menganut sistem dua kamar (bicameral system), yang terdiri dari:1. The National People’s Assembly (Majelis Asya’biyah Alwathani)/APN

yang dipilih melalui Pemilu Parlemen setiap 5 tahun dengan sistem distrik. APN beranggotakan 389 orang sesuai dengan jumlah distrik di Aljazair. Ketua APN Aljazair saat ini adalah Abdelaziz Ziari (2007-2012).

2. The Council of The Nation (Majelis Al Ummah/Senat) yang beranggotakan 144 orang yang 2/3 anggotanya dipilih secara tidak langsung dan rahasia oleh anggota DPRD Tk. I dan DPRD Tk. II untuk masa bakti 6 tahun, sedangkan 1/3 anggota lainnya diangkat oleh Presiden. Ketua Senat Aljazair saat ini adalah Abdelkader Bensalah (2007-2012)

4. Lembaga JudikatifDi Aljazair terdapat 3 tingkat peradilan, yaitu Mahkamah Agung (The Supreme Court), tingkat Banding (Appeal Court) berjumlah 31 pengadilan, tingkat Distrik berjumlah 183 pengadilan, sedangkan lembaga kejaksaan terdapat di tingkat distrik sampai Kejaksaan Agung. Pada amandemen Konstitusi tahun 1996, telah diperkenalkan “The High State Court” yang bertugas untuk mengadili presiden dan pejabat tinggi lainnya apabila terlibat penyelewengan atau tindak kriminal.

5. Partai PolitikSistem kepartaian yang dianut Aljazair adalah multipartai dengan 22 partai politik. Adapun 6 partai politik besar di Aljazair, yaitu Front de Liberation Nationale/FLN (136 kursi), Rassemblement National Democratique/RND (62 kursi), Mouvement pour la Societe pour la Paix/MSP (51 kursi), Independants (33 kursi), Parti des Travaileurs (26 kursi), dan Rassemblement pour la Culture et la Democratie (19 kursi).

III. HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA – ALJAZAIR

1. Bidang politikHubungan bilateral Indonesia – Aljazair pertama kali dimulai pada waktu Konferensi Asia-Afrika, Bandung, 1955. Dalam Konferensi ini, Indonesia mendukung perjuangan kemerdekaan Aljazair melawan penjajahan Perancis dan mengakui kemerdekaannya pada 5 Juli 1962 dengan diikuti oleh pembukaan hubungan diplomatik pada tahun 1963. Selama kurun waktu 5 tahun (1956-1961), Aljazair membuka Kantor Perwakilan Front Pembebasan Nasional (Front de Ia Liberation Nationale/FLN) di Jakarta yang dikepalai oleh Lakhdar Brahimi. Hubungan sejarah ini merupakan aset penting yang memperkuat landasan hubungan bilateral kedua negara di masa mendatang.

Perkembangan hubungan bilateral Indonesia-Aljazair di berbagai bidang juga mengalami pasang surut sesuai dengan prioritas kepentingan nasional dan kondisi dalam negeri masing-masing negara yang saling menguntungkan. Dalam berbagai forum internasional, kedua negara senantiasa menjalin kerja sama yang intensif dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan negara berkembang serta meningkatkan saling pengertian termasuk memberikan dukungan dalam konteks pencalonan

4

Page 5: Negara Aljazair dan Mesir

kedua negara di berbagai badan internasional. Dalam kurun 1976-1982, hubungan politik kedua negara kurang berkembang dengan positif (dingin) karena terganjal dua masalah politik yang sensitif bagi kedua negara, yaitu masalah Timor Timur dan masalah Sahara Barat. Akibatnya, dalam kurun waktu tersebut masing-masing negara menurunkan tingkat kepala perwakilannya (baik di Jakarta dan Alger) dan tingkat Duta Besar menjadi Kuasa Usaha Ad Interim.

Saat ini, Aljazair senantiasa bekerjasama dengan Indonesia di berbagai forum internasional seperti PBB, GNB, OKI, dan OPEC. Kunjungan kenegaraan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Bouteflika pada Tahun 2002 dan 2003 telah memberikan nafas baru bagi hubungan bilateral kedua negara. Aljazair juga telah berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama bilateral di berbagai bidang yang saling menguntungkan dengan Indonesia, terbukti dengan telah terdapatnya 20 kesepakatan Indonesia-Aljazair dan adanya persiapan substansi Sidang Komisi Bersama RI-Aljazair tingkat Menlu ke 2 (SKB-2) serta keinginan Aljazair agar Indonesia turut berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Aljazair. Disamping itu, saat ini Parlemen Aljazair sangat mengharapkan pembentukan persahabatan Parlemen Aljazair-Indonesia.

2. Ekonomi dan PerdaganganHubungan bilateral Indonesia-Aljazair dalam bidang ekonomi dan perdagangan saat ini masih belum maksimal. Hal ini terbukti dengan masih kecilnya volume perdagangan Indonesia-Aljazair. Tahun 2007 ekspor Indonesia ke Aljazair hanya US$ 167,948 juta dan impor Indonesia sebesar US$ 180,415 juta.

Dalam bidang ekonomi dan perdagangan ini telah terdapat 14 kesepakatan antara Indonesia-Aljazair, yaitu :1. Agreement on Trade (1987)2. MoU between the National Chamber of Commerce and Industry of

Algeria and Indonesia (1992)3. MoU between the National Chamber of Commerce and Industry of

Algeria and Indonesia-Middle East Committee (1992)4. Exchange of Notes on the Establishment of the Economic Joint

Commission (1995)5. Agreement on Economic and Technical Cooperation (1995)6. Agreement on Avoidance Double Taxation (1995)7. Agreement of Promotion and Protection of Investment (2000)8. MoU between National Oil Company (Pertamina) of Indonesia and

Sonatrach for Oil and Natural Gas Business Development Cooperation (2002)

9. MoU between Societe Nationale de Travaux Public (SNTP) of Algeria and PT. Virama Karya of Indonesia (2003)

10.Convention for an Agreement of Momentary Grouping between SNTP and PT. Virama Karya, PT. Jasa Marga, PT Hutama Prima, (G.T.R/ALGINDO) (2003)

11.MoU between Indonesia and Algeria regarding Cooperation in the field of Small and Medium Enterprises Development (2003)

12.MoU between The Chamber of Commerce and Industry of Indonesia and Algeria (2003)

13.MoU between the Gov of Indonesia and Algeria on Tourism Cooperation (2003)

5

Page 6: Negara Aljazair dan Mesir

14.MoU between the Gov of Indonesia and Algeria on Fisheries Cooperation (2003)

IV. HASIL PERTEMUAN

1. Rapat Dengar Pendapat dengan Dubes LBBP RI di Alger, Yuli Mumpuni Widarso (Minggu, 20 April 2008)

Dalam RDP dengan Dubes RI di Alger, Dubes menyatakan sangat menghargai keputusan Komisi I DPR RI yang telah memilih Aljazair sebagai salah satu tujuan Kunkernya. Kunker ini dinilai sangat tepat waktunya karena :1. Aljazair menganggap Indonesia sebagai saudara kandung dan

sangat mengharapkan peningkatan perhatian dari Indonesia.2. Aljazair sedang meningkatkan perannya di kawasan dan merupakan

pemain penting dalam proses pembentukan serta pemerkuatan Uni Afrika.

3. Perekonomian Aljazair yang terus berkembang mendorong pelaksanaan proyek pembangunan infrastruktur yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia.

Dalam RDP ini, Dubes RI di Alger memulai pemaparannya dengan menjelaskan perkembangan situasi di Aljazair khususnya pemerintahan, politik, keamanan dan pertahanan nasional Aljazair. Mengenai hubungan bilateral, disampaikan bahwa antara RI-Aljazair telah terdapat 20 kesepakatan dan saat ini dalam rangka persiapan substansi Sidang Komisi Bersama RI-Aljazair tingkat Menlu ke 2 (SKB-2). Kedua pihak sedang mengadakan assessment terhadap kesepakatan-kesepakatan tersebut dan sekaligus melihat bidang-bidang kerja sama baru yang dapat disepakati. Dubes menekankan bahwa pentingnya Indonesia meraih berbagai potensi yang tersedia di Aljazair dan pentingnya Indonesia menanggapi perkembangan di Aljazair dengan tepat. Mengenai bidang-bidang kerja sama baru, Dubes RI telah menyinggung tentang kemungkinan mengadakan kerja sama bidang pertahanan karena industri militer Aljazair belum berkembang sedangkan anggaran belanja pertahanannya cukup tinggi (US$ 4,563,928,000.00 -14,64% APBN). Selain itu juga disinggung mengenai kemungkinan kerja sama dalam bidang kontra terorisme karena Aljazair seperti halnya Indonesia juga mengalami masalah terorisme dan dengan beberapa catatan keberhasilan Pemri di bidang ini, maka seyogyanya dipertimbangkan perluasan kerja sama di bidang kontra terorisme. Untuk itu Dubes RI meminta kerja sama Komisi I DPR RI untuk mendukung upaya KBRI Alger dalam meningkatkan hubungan dan kerja sama bilateral RI-Aljazair.

Terkait dengan pertanyaan Komisi I DPR RI mengenai keadaan di KBRI dalam kaitan pelaksanaan tugas, Dubes RI menyampaikan beberapa hal sebagai berikut:1. KBRI Alger memiliki 5 orang home staff yaitu 1 orang Minister

Counsellor, 1 orang Sekretaris Pertama, 1 orang Sekretaris Ketiga, 1 orang BPKRT, dan 1 orang Petugas Komunikasi Atase Tituler dan 13 orang local staff. KBRI Alger merasa jumlah local staff yang ada masih kurang memadai karena KBRI Alger juga membutuhkan penterjemah bahasa Perancis dan Arab. Terkait dengan situasi

6

Page 7: Negara Aljazair dan Mesir

keamanan Alger yang masih belum kondusif (masih sering terjadinya penyerangan dan peledakan bom bunuh diri ke berbagai sasaran termasuk gedung pemerintahan dan kantor atau orang asing) dan fasilitas transportasi yang belum memadai, maka KBRI telah menambah 12 tenaga LS untuk jenis pekerjaan satpam, penterjemah, sopir, dan pembersih. Sehubungan dengan gaji untuk mereka tidak dapat ditampung dalam struktur organisasi KBRI Alger, maka gaji mereka ditampung/diambilkan dalam mata anggaran sesuai dengan fungsinya.

2. Sehubungan dengan sistem perbankan Aljazair yang masih konvensional, maka KBRI setiap triwulannya harus mengirimkan kurir ke London untuk mengambil uang tunai dari Bank Mandiri London.

3. Gedung kantor KBRI Alger saat ini masih berstatus sewa sedangkan Wisma Duta telah berstatus hak milik sejak Tahun 1992. Mengenai hal ini, KBRI telah mengusulkan ke Deplu untuk membeli gedung KBRI Alger melalui cara sewa beli yang dibayar secara mengangsur per tahun dengan anggaran sewa gedung.

4. Mengenai jumlah WNI di Aljazair, Dubes menjelaskan bahwa awal Tahun 2007 jumlah WNI di Aljazair meningkat tajam sejalan dengan peningkatan kegiatan PT. Wijaya Karya, PT. Tepat Guna, dan Perusahaan Jepang Taisei yang mempekerjakan TKI untuk mengerjakan pembangunan East West Motorway Project di kota Tadjenanet, Batna, Skikda, dan Anaba. Sementara jumlah WNI yang belajar di Universitas Aljazair saat ini hanya tinggal 1 orang, yaitu mahasiswa program S3 bidang studi Agama Islam. Terkait dengan keberadaan WNI di Aljazair, Dubes mengatakan bahwa terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi oleh warga dan badan hukum Indonesia di Aljazair, diantaranya:1). Terbatasnya kebebasan bergerak karena situasi keamanan

nasional Aljazair yang belum kondusif.2). Kesulitan untuk melakukan transaksi keuangan dan transfer

uang melalui bank Aljazair karena ketentuan perbankan Aljazair yang masih sangat birokratis dan belum mengijinkan jasa perbankan untuk transfer ke luar negeri.

5. Terkait dengan bidang investasi, Dubes menyatakan bahwa belum adanya investasi Aljazair di Indonesia dikarenakan adanya peraturan investasi Aljazair yang melarang penanaman modal Aljazair di luar negeri, kecuali disektor migas. Oleh karena itu, mengingat potensi migas Aljazair, Dubes mengatakan masih terbuka lebarnya kemungkinan menarik investasi Aljazair ke Indonesia untuk eksplorasi dan eksploitasi migas.

6. Di bidang pariwisata, Dubes melaporkan bahwa jumlah turis Aljazair ke Indonesia masih sangat terbatas, namun dengan adanya pembukaan rute penerbangan baru Alger-Doha-Denpasar oleh Qatar Airlines pada Maret 2008, Dubes berharap hal ini akan menjadi peluang besar untuk promosi pariwisata dan menjaring warga Aljazair kelas menengah ke atas dan kalangan ekspatriat yang bekerja di perusahaan-perusahaan minyak di Aljazair.

7

Page 8: Negara Aljazair dan Mesir

7. Dalam meningkatkan upaya kerja sama, Dubes menjelaskan beberapa kendala yang dihadapi oleh KBRI Alger, diantaranya:1). Situasi keamanan nasional Aljazair yang hingga saat ini masih

belum stabil terkait dengan masalah terorisme seperti pengeboman terhadap gedung pemerintahan/milik asing.

2). Regulasi perbankan di Aljazair yang masih belum mengijinkan sistem pembayaran di muka (payment in advance) sebelum barang tiba, seperti sistem L/C, bahkan kalangan pebisnis menengah ke bawahnya pada umumnya masih melakukan transaksi dagang dengan cara cash (tunai) atau tebusan dokumen.

3). Regulasi di pelabuhan (duane) yang masih birokratis sehingga pengurusan barang di pelabuhan memakan waktu yang sangat lama.

4). Kurangnya antusiasme pihak-pihak terkait di Indonesia dalam menindaklanjuti hasil yang dicapai dalam melakukan pendekatan kepada Aljazair.

5). Pembatalan/penundaan atau penurunan tingkat pejabat yang berkunjung ke Aljazair dapat menimbulkan citra negatif terhadap Indonesia di mata warga Aljazair.

6). Terbatas dan sering terganggunya sistem transportasi dan fasilitas umum lainnya seperti aliran listrik, gas, dan air, serta terbatasnya akses saluran telpon internasional sehingga membatasi komunikasi internasional.

2. Pertemuan dengan Masyarakat Indonesia di Aljazair (Minggu, 20 April 2008)

Pertemuan Delegasi Komisi I DPR RI dengan Masyarakat Indonesia di Aljazair dihadiri oleh sekitar 75 orang yang terdiri dari profesional PT. Wijaya Karya dan PT. Tepat Guna Nusantara (investor swasta Indonesia yang bergerak dalam pembuatan base camp untuk perusahaan minyak asing di Aljazair), keluarga KBRI Alger, serta masyarakat Indonesia lainnya di Alger. Dalam pertemuan ini, masyarakat Indonesia menyampaikan beberapa masalah yang mereka hadapi, antara lain :1. Masalah konsuler khususnya prosedur memperoleh izin kerja dari

instansi di Aljazair yang belum terintegrasi dengan baik sehingga memakan waktu yang lama.

2. Masalah duane khususnya birokrasi yang panjang di pelabuhan Aljazair sehingga memperlama proses keluarnya barang-barang proyek yang mengakibatkan terganggunya jadwal kegiatan proyek.

3. Masalah perbankan khususnya menyangkut ketentuan pemerintah Aljazair yang tidak mengijinkan pengiriman keuntungan ke luar negeri (ke tanah air) dari kegiatan berusaha di Aljazair.

Dalam pertemuan ini, Delegasi Komisi I DPR RI menyampaikan bahwa Aljazair merupakan negara berkembang yang potensial, baik untuk pasar non konvensional produk ekspor Indonesia maupun sebagai mitra di Timur Tengah dan Afrika dalam memperkuat semangat dan solidaritas GNB, OKI, serta KAA Bandung. Menanggapi tentang program pembangunan Pemerintah Aljazair seperti pemukiman dan perumahan, jalan raya bebas hambatan dan jalan nasional, pelabuhan laut dan udara, jalur KA, kampus, RS, perkantoran, kilang minyak, dan lain sebagainya, Delegasi menaruh perhatian terhadap besarnya peluang yang tersedia di Aljazair bagi peningkatan partisipasi BUMN dan swasta

8

Page 9: Negara Aljazair dan Mesir

Indonesia dalam pembangunan di Aljazair dan akan meneruskan informasi tersebut kepada para stakeholders di Indonesia agar memperhatikan dan menangkap peluang tersebut karena merupakan kesempatan baik bagi penyaluran tenaga terampil Indonesia.

3. Courtessy Call kepada Ketua Majelis Rendah Parlemen/APN Aljazair, Mr. Abdelaziz Ziari (Senin, 21 April 2008)

Dalam courtessy call kepada Ketua Majelis Rendah Parlemen/APN Aljazair, Mr. Abdelaziz Ziari, Delegasi yang didampingi oleh Duta Besar RI di Alger diterima dengan baik oleh Ketua Majelis Rendah Parlemen/APN Aljazair, Mr. Abdelaziz Ziari yang didampingi oleh Wakil Ketua APN, Ketua Komisi Hublu, Kerja Sama dan Imigrasi, dan Ketua Komite Persahabatan untuk Indonesia APN.

Dalam courtessy call ini, Ketua APN, Abdelaziz Ziari menyampaikan penghargaannya atas Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Aljazair dan menyampaikan bahwa Aljazair tidak akan pernah lupa atas jasa-jasa bangsa Indonesia yang telah mendukung perjuangan kemerdekaan Aljazair. Disamping itu, Ketua APN berharap agar kunjungan ini dapat meningkatkan hubungan kerja sama Indonesia-Aljazair dalam segala bidang dan berharap agar kontak antara Parlemen Indonesia dan Parlemen Aljazair senantiasa tetap terjaga sehingga jalinan komunikasi tetap terjalin mengingat Aljazair sudah menganggap Indonesia sebagai sahabat lama dan saudara kandung. Parlemen Aljazair ingin belajar banyak dari bangsa Indonesia terutama menyangkut masalah demokrasi yang sudah dapat terlaksana dengan baik di Indonesia.

Ketua Delegasi Komisi I DPR RI juga menyampaikan ucapan terima kasih atas sambutan yang ramah dan penuh rasa persaudaraan yang diberikan oleh APN kepada Delegasi. Ketua Delegasi juga menyampaikan salam hangat dari ketua DPR untuk APN. Menanggapi pernyataan Ketua APN, Ketua Delegasi juga berharap kunjungan ini dapat meningkatkan kerja sama Indonesia-Aljazair dalam segala bidang terutama politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Disamping itu, Delegasi juga berharap agar kunjungan ini dapat sebagai jembatan untuk mengaktifkan hubungan diantara kedua Parlemen. Delegasi menyatakan bahwa Parlemen merupakan pilar dari demokrasi. Sebagai negara yang mayoritas muslim, Delegasi menegaskan bahwa demokrasi dapat hidup selaras dengan Islam. Untuk itu, Parlemen Indonesia mengajak Parlemen Aljazair untuk membuktikan hal tersebut kepada dunia, sehingga hal ini juga dapat ditiru oleh negara-negara Islam lainnya. Disamping itu, hal ini juga akan dapat mengurangi islamfobia yang sekarang sedang marak di Eropa.

4. Upacara Peresmian Kelompok Persahabatan Parlemen Indonesia – Aljazair (Senin, 21 April 2008)

Pada upacara peresmian Kelompok Persahabatan Parlemen Indonesia-Aljazair untuk Peningkatan Kerja Sama, Wakil Ketua APN Mohammed Djemiai yang didampingi oleh Ketua dan para Anggota Komite Persahabatan Antar Parlemen untuk Indonesia, dalam sambutan singkatnya menyampaikan harapan agar kerja sama Indonesia-Aljazair dapat terus meningkat dalam segala bidang.

9

Page 10: Negara Aljazair dan Mesir

Disamping itu, dalam upacara peresmian tersebut, Wakil Ketua APN dan Ketua Delegasi Komisi I DPR RI menggarisbawahi bahwa persahabatan lama yang telah terjalin kuat dan dibangun oleh para pemimpin kedua bangsa hendaknya terus terpelihara. APN dan DPR RI sangat menghargai inisiatif Pimpinan Parlemen kedua belah pihak yang mendukung pembentukan persahabatan karena wadah ini telah lama diusulkan. Dengan adanya persahabatan tersebut, maka kedua Parlemen mempunyai wadah dan mekanisme untuk meningkatkan kerja sama bilateral.

5. Pertemuan dengan Ketua dan Anggota Komisi Hublu, Kerja Sama, dan Imigrasi APN Aljazair, Mr. Abdelhamid Si Afif (Senin, 21 April 2008)

Dalam pertemuan dengan Ketua dan Anggota Komisi Hublu, Kerja Sama dan Imigrasi APN Aljazair, Ketua Komisi, Mr. Abdelhamid Si Afif memulainya dengan memberikan penjelasan tentang APN. APN beranggotakan 389 Anggota yang dipilih secara langsung dan mempunyai 12 Komisi. Ketua APN mempunyai 9 Wakil Ketua yang mewakili 6 Fraksi Parpol. Mengenai hubungan bilateral RI-Aljazair beliau mengatakan bahwa kunjungan kenegaraan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Bouteflika pada Tahun 2002 dan 2003 telah memberikan nafas baru bagi hubungan bilateral kedua negara. Pihaknya mencatat bahwa volume perdagangan non migas bilateral yang baru mencapai US$ 300 juta per tahun belum mencerminkan potensi kedua negara. Disamping itu, beliau juga mendorong agar Indonesia dan Aljazair membuat mekanisme baru dalam hubungan ekonomi diantara kedua negara dengan memperbaharui perjanjian-perjanjian dagang dan mengaktifkan kontak langsung, karena selama ini Aljazair selalu membeli produk Indonesia melalui negara ketiga sehingga harganya tidak kompetitif, seperti kopi. 50% kopi yang dibeli oleh Aljazair berasal dari Indonesia tetapi dibeli melalui perantara negara ketiga. Anggota Komisi juga mengajak Komisi I DPR RI untuk selalu bertukar pikiran mengenai isu-isu internasional yang sedang berkembang saat ini mengingat hal ini merupakan wilayah yang sensitif.

Mengawali pembicaraannya, Ketua Delegasi Komisi I DPR RI mengajak Parlemen Aljazair sebagai pilar dari demokrasi untuk membuktikan kepada dunia bahwa Islam dan demokrasi bisa berkembang secara bersamaan. Hal ini untuk menepis Islamfobia yang terus dikembangkan oleh negara-negara Barat. Sebagai Anggota dari Parlementarian Islamic Country, IPU, dan OKI, Indonesia dan Aljazair harus satu sikap untuk menyatakan bahwa Islam tidak sama dengan radikalisme. Islam adalah agama yang cinta damai dan di sini yang kita lawan adalah ketidakadilan, seperti yang terjadi di Palestina.

Disamping itu, Delegasi juga mengangkat beberapa isu, diantaranya:1. Upaya untuk meningkatkan kerja sama bilateral di berbagai bidang

termasuk upaya untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral dan melakukan perdagangan secara langsung tanpa perantara.

2. Upaya untuk meningkatkan saling pemahaman di antara bangsa kedua negara melalui kegiatan sosial, budaya, dan pariwisata.

3. Masalah terorisme. Dalam hal ini Delegasi menegaskan bahwa Indonesia sangat mendukung perang melawan terorisme dalam bentuk dukungan yang sangat kritis. Maksudnya, Indonesia tidak

10

Page 11: Negara Aljazair dan Mesir

menerima definisi terorisme yang selama ini dikembangkan oleh negara-negara Barat. Indonesia merasa perlu meluruskan pemahaman tentang terorisme. Menurut Indonesia, terorisme tidak hanya dalam bentuk perorangan tetapi juga bisa dilakukan oleh sebuah negara (state terorism), seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina dan Amerika terhadap Irak.

4. Masalah PalestinaDelegasi mengatakan bahwa setelah Konferensi Annapolis dan Konferensi Paris untuk negara-negara donor Palestina, maka Pemri akan menyelenggarakan Asia Africa Conference on Palestine Capacity Building. Hal ini mendapat sambutan positif dari pihak Aljazair. Disamping itu, Delegasi menyatakan bahwa Indonesia kecewa dengan beberapa negara Arab yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Dalam pertemuan ini, Komisi Hublu, Kerja Sama dan Imigrasi APN Aljazair dan Delegasi sepakat untuk mendorong Pemerintah masing-masing agar mengimplementasikan semua kesepakatan (20 buah) yang telah ditandatangani. Kedua pihak juga sepakat bahwa pembentukan persahabatan merupakan perkembangan penting hubungan bilateral karena telah menandai lembaran baru hubungan bilateral dan merupakan langkah konkrit diplomasi Parlemen dan bahwa pembentukan persahabatan tersebut akan secara resmi dinyatakan dalam MOU between Parliaments of Indonesia and Algeria on Indonesia-Algeria Interparliamentary Friendship for Enhancing Cooperation yang akan ditandatangani oleh Ketua Parlemen kedua negara. Di akhir pertemuan, kedua pihak juga sepakat untuk tidak akan menganggap Israel selama Israel masih menjajah Palestina.

Dalam jamuan makan malam, Ketua Delegasi menyinggung mengenai keputusan Indonesia mencalonkan Ketua DPR sebagai Presiden IPU dan minta dukungan APN. Ketua Komisi Hublu APN dalam tanggapan singkatnya menyatakan Insya Allah Indonesia akan memperoleh hasil yang baik.

6. Pertemuan dengan Ketua dan Anggota Komisi Pertahanan Nasional APN, Mr. Mustapha Abeb (Senin, 21 April 2008)

Ketua Komisi Pertahanan Nasional APN, Mustapha Abeb sangat menyambut baik kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI dan berharap agar kunjungan ini dapat meningkatkan saling pengertian mengenai perkembangan di masing-masing negara. Selain itu, Komisi Pertahanan Nasional APN juga menyambut baik rencana kunjungan Kapolri ke Aljazair dalam waktu dekat dan mengharapkan kedua negara akan membangun kerja sama yang solid dalam perang melawan terorisme.

Dalam pertemuan ini, Komisi Pertahanan Nasional APN Aljazair dan Delegasi Komisi I DPR RI sepakat menyatakan bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak dapat ditolerir dan menilai pentingnya kerja sama di antara negara-negara korban terorisme seperti Indonesia dan Aljazair. Kedua pihak juga menilai pentingnya proses penyelesaian draft Konvensi Internasional tentang terorisme, khususnya soal definisi terorisme yang masih bias. Sebagai sesama negara yang pernah mengalami penjajajahan, kedua pihak

11

Page 12: Negara Aljazair dan Mesir

memahami kesulitannya karena gerilyawan kemerdekaan pernah dituduh sebagai teroris oleh penjajah.

7. Pertemuan dengan Menteri Komunikasi Aljazair, Mr. Abderrachid Boukerzaza (Senin, 21 April 2008)

Menteri Komunikasi Aljazair, Mr. Abderrachid Boukerzaza menyampaikan terima kasih dan penghargaannya karena telah diacarakan untuk menerima kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI. Pihaknya merasa mendapatkan kehormatan karena seluruh bangsa Aljazair sangat menghargai Indonesia. Beliau menyatakan bahwa Kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Alger diharapkan dapat menghidupkan kembali kerja sama bilateral di sektor komunikasi seperti saling tukar berita antar kantor Berita, saling tukar film kebudayaan untuk TV, dan saling tukar pengalaman dalam mendorong kebebasan pers di era demokrasi.

Dalam pertemuan ini, Ketua Delegasi Komisi I DPR RI menjelaskan tentang lingkup kerja Komisi I DPR RI dan seraya menyampaikan salam hangat Menteri Komunikasi RI. Disamping itu, Ketua Delegasi juga menyambut baik gagasan untuk menghidupkan kembali kerja sama bilateral di sektor komunikasi dan informasi.

Dubes RI dalam pertemuan ini juga menambahkan bahwa pihaknya telah mengadakan pertemuan perkenalan dengan kalangan media massa Aljazair termasuk Dirjen TV Aljazair dan Dirjen Radio Aljazair guna membahas langkah-langkah kerja sama di bidang informasi dan media. Dalam kaitan ini, Menlu RI telah mengundang Direktur TV Canal Algerie dan Wakil Pemred Harian Al Khabar untuk berpartisipasi dalam Global Inter Media dialog ke-3 di Bali, 7-10 Mei 2008. Selain itu, KBRI Alger juga sedang merencanakan mengundang jurnalis Aljazair ke Indonesia guna mengikuti Journalist Visit Program yang diselenggarakan oleh Deplu sebagai langkah konkrit untuk lebih memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Aljazair.

8. Pertemuan dengan Ketua dan Anggota Komisi Hublu, Kerja Sama Internasional, dan Masyarakat Aljazair di Luar Negeri, Mr. Boudjema Souileh serta Ketua dan Anggota Komisi Pertahanan Nasional Senat Aljazair, Mr. Mustapha Cheloufi (Selasa, 22 April 2008)

Dalam pertemuan dengan Ketua dan Anggota Komisi Hublu, Kerja Sama Internasional, dan Masyarakat Aljazair di Luar Negeri, Mr. Boudjema Souileh serta Ketua dan Anggota Komisi Pertahanan Nasional Senat Aljazair, Mr. Mustapha Cheloufi, diawal pembicaraan mereka menjelaskan tentang kewenangan Senat sesuai dengan Konstitusi Aljazair yaitu tidak berwenang dalam membuat UU, tetapi berwenang memutuskan UU. Jumlah 1/3 dari 144 Anggota Senat dipilih oleh Presiden Republik untuk menjaga dari kemungkinan munculnya kelompok radikal dalam Parlemen sehingga demokrasi tetap berlangsung.

Sementara itu, mengenai masalah hublu dan pertahanan nasional, Senat Aljazair dan Delegasi telah membahas berbagai isu yang berkembang, antara lain mengenai perkembangan demokrasi di kedua negara, situasi keamanan di Aljazair pasca pemboman di Alger

12

Page 13: Negara Aljazair dan Mesir

Desember 2007, terorisme, masalah palestina, dan konflik Sahara Barat. Dalam pertemuan ini Delegasi juga menyinggung mengenai kemungkinan kerja sama bilateral di sektor industri militer, seperti pemakaian produk industri strategis pertahanan Indonesia dan pelatihan militer. Menanggapi hal ini, Komisi Pertahanan Nasional Senat menyarankan kepada Delegasi supaya membicarakannya dengan Menteri Muda Pertahanan Nasional Aljazair karena beliau yang akan memutuskan segala sesuatunya.

Pada kesempatan jamuan santap malam, Ketua Delegasi juga telah menyampaikan tentang keputusan Indonesia mencalonkan Ketua DPR RI sebagai Presiden IPU dan minta dukungan Aljazair. Seperti halnya APN, Senat juga menyakan secara singkat bahwa semoga Indonesia akan mendapatkan hasil yang baik.

9. Pertemuan dengan Dirjen Asia Oceania Kemlu Aljazair, Amb. Sofiane Memouni (Rabu, 23 April 2008)

Dirjen Asia Oceania Kemlu Aljazair, Amb. Sofiane Memouni yang didampingi Direktur Asia, Dubes Ramdane Mekdoud dan Staf Direktorat Asia Kemlu menyambut dengan gembira kunjungan Delegasi, karena hal ini dapat memperkuat hubungan bilateral kedua negara pasca kunjungan kenegaraan Presiden Indonesia dan Aljazair Tahun 2002 dan 2003 yang telah membuka lembaran baru hubungan bilateral. Beliau menyatakan bahwa kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI yang membidangi Hublu sebagai satu tahapan baru dari hubungan bilateral oleh kalangan Parlemen, sehingga kedepannya hubungan bilateral di segala bidang akan dapat ditingkatkan. Dalam pertemuan ini, Dirjen Kemlu menyatakan keprihatinannya terhadap volume perdagangan Indonesia-Aljazair yang sangat kecil bila dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya meskipun hubungan bilateral di kedua negara telah terjalin sejak tahun 1955. Jika dibandingkan dengan Korea Selatan yang baru memulai diplomasinya dengan Aljazair pada tahun 1999, volume perdagangan mereka sudah mencapai US$ 2 M per tahun, dan India mencapai US$ 23 M pertahun. Disamping itu, Pihak Kemlu Aljazair juga minta perhatian Delegasi Komisi I DPR RI terhadap keputusan Indonesia yang menghentikan impor fosfat dari Aljazair Tahun 2002 dan mengalihkannya ke Mesir dan Yordan.

Dalam pertemuan ini, Delegasi juga menyayangkan kecilnya volume perdagangan Indonesia-Aljazair, seperti perdagangan kopi Indonesia yang masuk ke pasar Aljazair melalui negara ketiga (Italia) sehingga harganya menjadi tidak kompetitif. Untuk itu, Delegasi minta perhatian Kemlu bagi upaya peningkatannya serta menanyakan faktor-faktor penghambatnya. Delegasi mengharapkan agar Sidang Komisi Besama RI-Aljazair (SKB) yang akan datang dapat membahas upaya-upaya konkrit untuk peningkatannya. Sementara itu, menanggapi masalah penghentian impor fosfat dari Aljazair, Delegasi menyatakan akan menanyakan hal ini kepada kalangan industri kimia di Indonesia yang dulu mengimpor fosfat dari Aljazair.

Menyangkut upaya peningkatan hubungan dagang kedua negara, Dubes RI menambahkan bahwa KBRI Alger bekerja sama dengan KADIN Aljazair akan menyelenggarakan business marketing dalam kesempatan pameran dagang internasional Aljazair di Alger, Juni 2008. Untuk itu,

13

Page 14: Negara Aljazair dan Mesir

KBRI Alger telah meneruskan undangan pameran kepada kalangan bisnis di Indonesia. KBRI Alger juga telah memesankan 10 booths pameran. Selain itu, KBRI Alger dan KADIN Aljazair juga merencanakan suatu business meeting pada waktu SKB-2. KBRI juga mengundang kalangan pengusaha Aljazair untuk meninjau pameran Indonesia di Warsawa, Polandia (Mei 2008) dan PPE di Jakarta, Oktober 2008. Diharapkan kegiatan-kegiatan bisnis tersebut dapat mendorong peningkatan volume perdagangan di antara kedua negara.

10.Pertemuan dengan Menteri Muda Pertahanan Aljazair, Mr. Abdelmalek Guenaizia (Rabu, 23 April 2008)

Menteri Muda Pertahanan Nasional Aljazair, Mr. Abdelmalek Guenaizia menyatakan kegembiraannya dapat menerima kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI. Beliau menyatakan bahwa bangsa Aljazair sangat berhutang kepada Indonesia karena telah membantu perjuangan kemerdekaan Aljazair. KAA Bandung 1955 merupakan titik awal pertama kalinya perjuangan kemerdekaan Aljazair mendapatkan pengakuan internasional sebagai perjuangan kemerdekaan melawan kolonialisme. Beliau berharap agar kunjungan ini dapat memperkuat hubungan bilateral di segala bidang dan hubungan kerja sama antara institusi di kedua negara. Aljazair saat ini sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala bidang dan Aljazair berharap agar Indonesia dapat ambil bagian dalam pembangunan ini, seperti pembangunan di bidang militer.

Mengingat industri pertahanan Indonesia telah maju dan anggaran belanja pertahanan Aljazair yang cukup tinggi, dalam pertemuan ini Delegasi menawarkan kemungkinan kerja sama industri pertahanan dan militer RI-Aljazair. Selain itu, Delegasi juga menyampaikan rencana Kapolri untuk berkunjung ke Aljazair dan mengharapkan Aljazair meningkatkan kerja sama dengan Indonesia dalam perang melawan terorisme.

Menanggapi pernyataan Delegasi, Menteri Muda Pertahanan Aljazair menyambut baik rencana kunjungan Kapolri dan usulan kerja sama kontra terorisme. Demikian pula mengenai usulan kerja sama industri pertahanan, dinyatakan bahwa pihaknya juga mengikuti perkembangan dan kemajuan Indonesia termasuk industri strategis dan militernya. Namun diingatkan bahwa untuk mengadakan suatu kerja sama diperlukan suatu kerangka hukum seperti MOU atau Agreement yang menyatakan kesepakatan kedua negara untuk bekerja sama. Dalam kaitan ini, pihaknuya bersifat terbuka dan menunggu draft usulan Indonesia. Menurutnya, lingkup kerja sama yang dapat diusulkan antara lain mencakup kerja sama saling tukar informasi, teknologi militer, pelatihan militer, dan peninjauan industri-industri strategis pertahanan dari kedua belah pihak.

11.Penandatanganan Record of Discussion (Rabu, 23 April 2008)

Kunjungan Kerja Delegasi Komisi I DPR RI ke Aljazair diakhiri dengan penandatanganan record of discussion oleh Ketua delegasi dan Ketua Komisi Hublu, Kerja Sama dan Imigrasi APN di Gedung APN yang disaksikan oleh seluruh Anggota Delegasi, Dubes RI dan Staf `KBRI di Alger, Ketua dan Anggota Komite Pesahabatan untuk Indonesia APN,

14

Page 15: Negara Aljazair dan Mesir

serta media setempat (guntingan harian El Moudjahid tentang acara tersebut terlampir).

V. LAIN- LAIN

KUNJUNGAN KE MESIR

1. PENDAHULUAN

Mengingat letak Negara Aljazair yang berdekatan dengan Negara Mesir, maka untuk memanfaatkan waktu yang singkat Delegasi singgah ke Mesir dan mengadakan pertemuan dengan Dubes dan jajaran KBRI di Kairo pada tanggal 25 April 2008.

2. HASIL PERTEMUAN DENGAN DUBES DAN STAF KBRI DI KAIRO

Pada paparan pembukaannya, Dubes RI di Kairo memberikan penjelasan sekilas tentang Mesir. Mesir merupakan negara yang berbentuk Republik. Kepala Negara Mesir saat ini adalah Mohamed Hosni Mubarak dan Kepala Pemerintahannya Ahmed Nazif. Mesir berpopulasi 79 juta jiwa dengan income perkapita US$ 1,653 (2007). Parlemen Mesir menganut sistem bikameral dengan 21 Parpol. Jumlah Anggota Parlemennya 454 orang yang 444 orang dipilih melalui Pemilu dengan sistem distrik dan 10 orang ditunjuk langsung.

Mengenai total bilateral trade Indonesia-Mesir, dijelaskan bahwa pada tahun 2007 totalnya sebesar US$ 205,03 juta sehingga Indonesia surplus sebesar US$ 204, 55 juta. Sementara mengenai bidang investasi, Dubes menjelaskan bahwa investasi Mesir di Indonesia masih minim yaitu hanya sekitar US$ 100,000 pada sektor jasa, sedangkan investasi Indonesia di Mesir pada sektor industri dan jasa senilai US$ 109,31 juta.

Beberapa hal yang dapat menjadi perhatian Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, dan perdagangan serta sosial, budaya, dan pendidikan adalah sebagai berikut:1. Belum pernahnya Presiden Mubarak datang ke Indonesia untuk

membalas kunjungan kenegaraan Presiden Indonesia ke Mesir sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto sampai dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat ini, meskipun waktu itu beliau pernah berkunjung ke Singapura.

2. Ketidakseimbangan frekuensi kunjungan delegasi resmi Mesir dan Indonesia. Pada Tahun 2006, kunjungan delegasi resmi Indonesia ke Mesir sebanyak 384 orang sedangkan kunjungan delegasi Mesir ke Indonesia hanya 76 orang.

3. Kurang cocoknya soft power diplomasi Indonesia di Mesir yaitu seperti demokratisasi, reformasi, dan HAM, sehingga khusus diplomasi di Mesir sebaiknya digunakan pendekatan lain.

4. Implementasi dan tindak lanjut berbagai MoU di berbagai bidang karena selama ini MoU antara Indonesia-Mesir lebih banyak ”sleeping paper” saja dan belum ada implementasinya.

5. Tawaran Mesir untuk investasi Indonesia di specialised zone.

15

Page 16: Negara Aljazair dan Mesir

6. Agar memanfaatkan peluang diversifikasi dan eskplorasi pasar Mesir.

7. Ketertarikan Mesir untuk mempelajari pemanfaatan “enceng gondok”.

8. Peningkatan keberhasilan studi Mahasiswa Indonesia di Mesir.9. Tertariknya Mesir mempelajari desentralisasi, khususnya sistem

pendidikan.

Dubes RI di Kairo mengatakan bahwa sampai saat ini beliau belum menyerahkan credential letter ke Presiden Mesir, karena kebiasaan di Mesir, Presiden menerima credential letter Dubes-Dubes yang ditempatkan di sana secara serentak pada waktu yang telah ditentukan. Meskipun demikian, Presiden Mesir telah memberikan ijin kepada Dubes RI di Kairo untuk melakukan kegiatan diplomatik di Mesir.

Terkait dengan keberadaan KBRI di Kairo, Dubes menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:1. KBRI di Kairo sudah memiliki gedung sendiri sejak Tahun 1954

dengan luas tanah 3.520 m2 yang terdiri dari Wisma Duta dan Kantor KBRI Cairo. Sementara tempat pelayanan konsuler yang berbentuk satu lantai apartemen seluas 435 m2 yang terletak di Nasr City baru dimiliki pada Tahun 2007. Selain itu KBRi juga telah memiliki rumah untuk DCM, dan gedung Puskin (SIC, Masjid, Puskin). Di Mesir juga terdapat 8 aset Indonesia berupa rumah daerah di wilayah Nasr City dan beberapa diantaranya telah dilengkapi dengan penginapan, tempat pertemuan, dan lain-lain.

2. Mengenai struktur organisasi KBRI di Kairo terdiri atas :1). Unsur Pimpinan : Dubes LBBP dan DCM2). Unsur Pelaksana : 12 home staff (9 fungsi pelaksana)3). Unsur penunjang : 2 home staff (BPKRT)4). Local staff : 29 orang (9 orang WN Mesir) yang sejak Tahun 2008 menggunakan sistem kontrak selama 2 tahun.

3. Saat ini terdapat 500 TKW Indonesia yang masuk secara illegal dan merupakan unskilled labour. Pada Tahun 2007 terdapat 70 kasusTKW dan 30 TK. Mereka tidak terlindungi secara hukum karena sampai saat ini Indonesia belum mempunyai MoU dengan Mesir masalah perlindungan hukum terhadap TKI. Untuk itu, Dubes RI di Kairo sangat bertekad untuk segera membuat MoU dengan Mesir terkait dengan perlindungan hukum untuk para TKI.

4. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, KBRI di Kairo terkendala dengan terbatasnya jumlah kendaraan operasional yang dimiliki KBRI sedangkan intensitas kunjungan ke Mesir cukup tinggi. Selain itu, kendaraan operasional yang dimiliki saat ini juga sudah cukup tua (tahun 1990), dari 13 kendaraan operasional yang dimiliki 4 diantaranya sudah tua dan rusak berat. Untuk itu KBRI di Kairo berharap agar hal ini dapat menjadi perhatian Komisi I DPR RI dalam pembahasan anggaran dengan Deplu RI.

5. Dalam bidang pendidikan dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 5000 Mahasiswa Indonesia berada dalam tingkat kegagalan study (44%) dan selesai tidak tepat pada waktunya (60%), seperti yang terjadi di Universitas Al Azhar. Hal ini disebabkan oleh sistem penerimaan mahasiswa baru di Al Azhar yang agak longgar,

16

Page 17: Negara Aljazair dan Mesir

sehingga banyak mahasiswa Indonesia diterima meskipun hanya bisa berbahasa Arab Futsah. Sementara dalam perkuliahan sehari-hari bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Arab Amiyah (pergaulan). Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh sistem perkuliahan yang tidak mengharuskan mahasiswa hadir di dalam kelas karena yang terpenting adalah ikut ujian kenaikan tingkat. Untuk menindaklanjuti masalah ini, Dubes RI telah minta kepada pihak Universitas supaya menaikkan standar penerimaan mahasiswanya sehingga hal yang sama tidak terulang. Disamping itu, untuk membantu mahasiswa Indonesia dalam pemahaman materi kuliah, KBRI juga telah membuka kelas bagi mereka.

Menanggapi penjelasan yang diberikan oleh Dubes RI di Kairo, Delegasi menyampaikan beberapa hal sebagai berikut:1. Delegasi sangat mendukung tekad Dubes RI di Kairo untuk

sesegera mungkin membuat MoU dengan Mesir untuk memberikan perlindungan hukum bagi TKI dan sangat berharap agar MoU ini segera terealisasi.

2. Terkait dengan kurangnya kendaraan operasional untuk KBRI di Kairo, Delegasi akan menyampaikannya kepada Panitia Anggaran Komisi I DPR RI untuk dapat membicarakan penambahannya dengan Deplu RI.

3. Delegasi memberikan apresiasinya kepada KBRI dalam menangani masalah yang dihadapi oleh para Mahasiswa Indonesia di Kairo.

3. PENUTUP

Meskipun tidak mengadakan kunjungan resmi, Delegasi Komisi I DPR RI telah memanfaatkan waktu yang singkat singgah di Mesir untuk mengadakan pertemuan dan tukar pikiran dengan Dubes RI dan jajaran KBRI di Kairo. Delegasi merasakan bahwa pertemuan dengan KBRI di Kairo merupakan kesempatan yang baik untuk memahami kondisi di Perwakilan RI di luar negeri serta mendapatkan temuan hal-hal yang perlu dibenahi untuk perbaikan pelaksanaan tugas dan peningkatan kinerja KBRI.

17

Page 18: Negara Aljazair dan Mesir

BAB IIIPENUTUP

I. KESIMPULAN

1. Pertemuan Delegasi Komisi I DPR RI dengan berbagai pihak di Aljazair berjalan lancar dan Delegasi mendapatkan sambutan hangat dan bersahabat. Dalam pertemuan dengan KBRI dan Masyarakat Indonesia di Alger disampaikan beberapa kendala yang mereka hadapi diantaranya: masalah keamanan, perbankan, pengurusan barang di pelabuhan, dan sering terganggunya fasilitas umum.

2. Delegasi dan pihak Aljazair mempunyai pandangan yang sama bahwa sejarah panjang hubungan persahabatan kedua bangsa yang diawali bahkan jauh sebelum Aljazair merdeka, yaitu ketika Indonesia mendukung perjuangan kemerdekaan Aljazair dan dideklarasikan di KAA Bandung 1955 merupakan landasan yang kuat dan aset yang sangat berharga bagi upaya peningkatan kerja sama di masa yang akan datang.

3. Waktu kunjungan Delegasi ke Aljazair sangat tepat karena Aljazair sudah sangat lama menginginkan peningkatan kerja sama dengan Indonesia. Disamping itu, Parlemen Aljazair juga sudah sangat lama ingin membentuk Kerjasama Parlemen Indonesia-Aljazair.

4. Dalam berbagai pertemuan, Delegasi telah mengangkat berbagai isu yang menjadi perhatian Indonesia dan menanggapi isu-isu yang diangkat oleh pihak aljazair, antara lain upaya untuk meningkatkan hubungan bilateral, peran penting parlemen dalam memperkuat demokrasi, kerja sama kontra terorisme, perkembangan masalah Timur Tengah dan Sahara Barat. Delegasi juga telah berhasil mengajak pihak Aljazair untuk mengisi hubungan persaudaraan tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang konkrit di berbagai bidang khususnya ekonomi, investasi, perdagangan, turisme, pendidikan dan kebudayaan. Selain itu, kedua pihak juga sepakat untuk memperluas bidang-bidang kerja sama yang potensial dan saling menguntungkan. Dalam kaitan ini, pihak aljazair menyambut positif usulan Delegasi yang menawarkan kemungkinan kerja sama bidang pertahanan dan kontra terorisme yang dapat meliputi kerja sama teknik, pelatihan militer dan peninjauan industri-industri strategis di bidang pertahanan dari kedua belah pihak.

5. Delegasi dan APN Aljazair menilai pentingnya hubungan antar masyarakat yang pemahamannya mengenai masing-masing pihak masih sangat terbatas. Oleh karena itu, Delegasi dan APN mendorong kerja sama di bidang-bidang yang dapat memberikan konstribusi nyata bagi peningkatan pemahaman di antara masyarakat kedua negara, antara lain kegiatan saling kunjung kalangan parlemen, saling tukar berita dan film kebudayaan, misi kesenian dan tim olah raga serta mendorong kegiatan turisme.

18

Page 19: Negara Aljazair dan Mesir

6. Delegasi dan pihak Aljazair juga menyatakan bahwa pembentukan persahabatan antara Parlemen Indonesia dan Aljazair untuk peningkatan kerja sama merupakan wahana yang akan dapat mewujudkan harapan dan cita-cita kedua bangsa dan negara, yaitu peningkatan persaudaraan yang telah lama terjalin dengan berbagai kegiatan konkrit Parlemen kedua negara.

II. SARAN

1. Diharapkan agar kendala yang dihadapi KBRI dan Masyarakat Indonesia di Alger dan Kairo dijadikan bahan pertanyaan dalam Raker dengan Menlu untuk dicarikan solusinya.

2. Mekanisme dialog dan kerja sama bilaterala. Perampungan draft MOU tentang pembentukan persahabatan

antara Parlemen Indonesia dan Aljazair untuk peningkatan kerja sama

b. Undangan kepada Ketua APN/Senat dan Komisi Hublu dan Pertahanan Nasional APN/Senat untuk ke Indonesia untuk menyaksikan penandatanganan MOU tentang pembentukan persahabatan antara Parlemen Indonesia dan Aljazair untuk peningkatan kerja sama dan membahas langkah-langkah implementasinya.

3. Kerja sama kontra terorismea. Merealisasikan kunjungan Kapolri dan kepala DKPT ke Aljazair

(Mei 2008)b. Merampungkan draft usulan Indonesia mengenai MoU/Agreement

kerja sama kontra terorisme

4. Kerja sama pertahanan nasional dan militer, yaitu undangan kepada Menteri Muda pertahanan Nasional Aljazair untuk mengunjungi industri strategis pertahanan Indonesia (PT. Pindad, PT. PAL, dan PT DI) dan fasilitas pelatihan militer (SESKO)

5. Kerja sama sosial, budaya, informasi, dan komunikasia. Menghidupkan kembali kerja sama saling tukar berita antar kantor

Berita indonesia dan Aljazair.b. Kerja sama saling tukar film kebudayaan untuk TVc. Kerja sama saling tukar pengalaman dalam mendorong kebebasan

pers di era demokrasid. Undangan kepada insan pers Aljazair ke Indonesia.

Demikianlah laporan kunjungan delegasi Komisi I DPR RI ke Aljazair yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi DPR RI dalam melaksanakan fungsinya sekaligus meningkatkan hubungan bilateral antara kedua negara yang saling menguntungkan dan tentunya juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

19

Page 20: Negara Aljazair dan Mesir

Sebelum mengakhiri laporan ini, maka segenap Delegasi RI mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kelancaran Delegasi, terutama kepada Dubes RI beserta staf KBRI di Aljazair, termasuk instansi-instansi yang telah membantu Delegasi.

Jakarta, April 2008

KETUA DELEGASI

DRS. SIDARTO DANUSUBROTOA- 328

20