NATURALISTIK

download NATURALISTIK

If you can't read please download the document

Transcript of NATURALISTIK

IMPELEMENTING THE NATURALISTIC INQUIRY OLEH : SUTEJA IAIN CIREBON Penelitian ilmu sosial, termasuk penelitian pendidikan, mengenal dua pen dekatan yaitu pendekatan positivistic dan pendekatan naturalistic. Pendekatan p ositivistic lebih banyak digunakan dalam penelitian bidang ilmu-ilmu alam. Seda ngkan penelitian naturalistic lebih tepat digunakan sebagian besar penelitian d i bidang ilmu-ilmu sosial budaya serta penelitian-penelitian terapan untuk memke cahkan masalah praktis. Pendekatan naturalistic sering juga disebut pendekatan kualitatif, post -posivistik, etnografik, humanistic, atau case study. Naturalistic disebut ju ga paradigma definisi sosial, paradigma nonpositivistik, dan paradigma mikro ata u pemberdayaan. Keempat istilah itu termasuk kedalam rumpun paradigma dalam pene litian kualitatif. Paradigma ini mula-mula dikemukakan dan dikembangkan oleh Ma x Weber dengan mengembangkan sosiologi interpretative. Bagi Weber, sosiologi ada lah suatu ilmu pengetahuan yang mencoba memberikan pemahaman interpretative meng enai tindakan sosial. Aliran-aliran yang tercakup dalam paradigma ini seperti fenomenologi, interaksionalisme simbolik, kebuadayaan dan etnometodologi. Paradigma ini menekankan hakekat kenyataan sosial yang didasarkan pada d efinisi subjektif dan penilaiannya. Struktur sosial menunjuk pada definisi subje ktif yang dimiliki individu yang berhubungan dengan bentuk-bentuk yang cocok yan g menghubungkannya satu sama lain. Paradigma ini adalah paradigma nonpsositivistik. Paradigma nonpsositivis tik menolak ontologi dan epistemologi bahwa, realitas sosial mesti bersifat mate rial dan empiris, dan merupakan refleksi pola-pola perilaku yang dipahami dari p ersepektif luar (other perspective of human behavior). Bagi para penganut nonpso sitivistik, realitas sosial yang menjadi objek peneltian tidak mesti bersifat pe rilaku-perilaku sosial yang kasat mata, melainkan keseluruhan makna kulktural ya ng bersifat simbolik dan yang ada di balik semua gerak tindakan manusia yang ka sat mata itu. Dalam penelitian kualitatif yang bersifat naturalistic, fungsi paradigma dan teori bukan dalam rangka membentuk fakta, melainkan prediksi dan menunjukka n hubungan dua variable sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, dan lebih bany ak digunakan untuk mengembangkan konsep dan pemahaman serta kepekaan peneliti. Pendekatan naturalistic memandang kenyataan (realitas) sebagai sesuatu yang ber dimensi jamak, utuh, dan merupakan kesatuan serta open-ended. Karena itu, tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang terinci dan fixed sebelumnya. Ranc angan penelitian berkembang selama proses penelitian berlangsung. Peneliti dan objek yang diteliti saling berinteraksi, dengan banyak mel ibatkan judgment. Penggunaan judgment mengimplikasikan bahwa metode yang diguna kan adalah metode kualitatif sekalipun tidak sepenuhnya. Dalam pelaksanannya, peneliti adalah alat penelitian, yang tentunya tidak bisa melepaskan diri sepen uhnya dari unsur subjektivitas. Hasil penelitian lebih merupakan diskripsi interpretatif yang bersifat tentatif dalam konteks waktu ataupun situasi tertentu. Kebenaran hasil penelitian lebih b anyak didukung melalui kepercayaan (trutstworthiness) berdasarkan konfirmasi ole h pihak-pihak yang diteliti. Naturalistic Inquiry, menurut Yvonna S. Lincoln & Egon G. Guba, bu kanlah sebuah metode melainkan paradigma, yang lazim dipergunakan dalam peneliti an kualitatif. Ia merupakan pendekatan konvensional. Naturalistic Inquiry lebih menitik beratkan kepada manusia sebagai instrumen. Mengingat, instrumen manusia wi memiliki kelebihan-kelebihan tertentu. Naturalistic Inquiry dikembangkan secara serius untuk mengembangkan statemen disain awal, untuk ditafsirkan lebih lanjut. William Carsaro (1980) menetapkan pentingnya prior ethnography dimana peneliti harus menjadi participant observe r untuk jangka waktu yang lebih lama sebelum penelitian benar-benar dilaksanak an. Karenanya, ia menetapkan baseline untuk suatu periode tertentu untuk memb antu kepekaan instrumen.

Beberapa Langkah Pendahuluan 1. Membuat Kontak Pendahuluan Melakukan kontak dengan setiap individu di lokasi dapat dilakukan baik secara f ormal maupun tidak formal, tergantung pada pendekatan, evaluasi, ataupun kebijak an analisisnya. Tugas ini lazimnya dipercayakan kepada orang yang benar-benar m emiliki otoritas. Jikalau gatekeeper (pemberi informasi utama) tidak memiliki o toritas, hendaknya ia membuat perjanjian kerjasama secara tertulis. Nampaknya, sebuah pendekatan musti mempertimbangkan keuntungan yang akan didapa t dan juga kerugiannya, misalnya adanya gangguan politis dan tidak berfungsinya seseorang (peneliti). Umumnya, gatekeeper akan mencari pertahanan dari sang pene liti. Gatekeeper sangat tertarik dengan pertimbangan tersebut. Dia akan mempertanyaka n : mengapa saya mensponsori peneleitian anda ? Apakah manfaat penelitian itu b uat saya ? Untuk kepentingan apakah anda memanfaatkan informasi yang anda kumpul kan ? Apakah anda akan melindungi saya dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang a kan terjadi ? 2. Negoisasi (untuk Mendapatkan Persetujuan) Beberapa hal yang harus diperhatiakn seorang peneliti kaitannya dengan identitas responden, adalah sebagai berikut : 1. Nama, alamat, dan nomor tilpon setiap responden, 2. Pernyataan atau tanggapan responden terhadap kelanjutan penelitian di ma sa mendatang, 3. Informasi yang bersifat khusus (sepesifik), 4. Ruang kosong (daftar isian) bagi partisipan untuk dapat menelaah dan menyetujui berbagai temuan yang telah dihasilkan sang peneliti. Salinan atau rangkuman dari semua itu seyogyanya diinformasikan kepada para resp onden secara berkesinambungan. Negoisasi persetujuan adalah sangat penting bagi setiap pendekatan penelitian, b aik secara legal maupun etik. Terlebih lagi bagi sebuah penelitian yang menerapk an pendekatan yang dibangun di atas dasar paradigma naturalistik. Pertama, seba gian besar kontak dalam berbagai studi atau penelitian yang berlangsung antara h uman instrumen dengan respoden, kerapkali akan menjadi ancaman bagi responde n. Kedua, human instrumen terkadang open-ended atau adaptatif. Hal ini menunj ukkan adanya informasi yang sensitive dan tidak bisa didapatkan. Sehingga kerja penelitian meninggalkan dilemma etik bagi peneliti dan responden. Ketiga, hasil -hasil dari pendekatan naturalisik dapat diperuntukkan bagi penelitian dengan m etode studi kasus (case satudy). 3. Membangun dan Memelihara Kepercayaan Membangun dan memelihara kepercayaan adalah bagian terpenting dalam sebuah penel itian lapangan. Meskipun, tidak secara otomatis kepercayaan itu dapat membimbing mendapatkan data yang dapat dipercaya. Akan tetapi, setidaknya, responden lebih bersih (jujur) dan terbuka. Pengembangan kepercayaan, dengan demikian, merupakan sesuatu yang musti lebih d iperhatikan dalam kerja penelitian. Secara riil, sebatas dapat diukur, kejujur an itu sangat bergantung kepada usaha pengembangan kepercayaan sampai pada ba tas kemapanannya (established). Kepercayaan itu sendiri sebenarnya adalah merupa kan keistimewaan secara biografis (biographically spesific) dimana sangat dipeng aruhi oleh basis relasi atau pergaulan orang per orang. Pendekatan naturalistik sangat memperhatikan aspek perkembangan kejujuran masing-masing responden secar a individual. Namun demikian, membangun dan mengembangkan kejujuran tidak dapat terjadi secara seketika atau sepontan. Tugas ini membutuhkan waktu relatif lam a serta ketelitian dan keuletan. 4. Mengidentftikasi dan Mendayagunakan Informan Naturalistik bisa menjadi laksana sirkuit pendek bagi berbagai masalah yang di timbulkan oleh gatekeeper, perbedaan-perbedaan sosial dan budaya, dan pembinaan kepercayaan yang dilakukan dengan melalui usaha selektif terhadap beberapa info rman. Artinya, pendekatan naturalistik yang semula membutuhkan waktu lama ini bisa dilaksanakan relatif lebih cepat dari yang direncanakan, bila saja sejak a wal sang peneliti dapat melakukan seleksi secara tepat dan baik terhadap orang-o rang yang akan dijadikan informan.

Informan dapat dikelola menjadi sangat bermanfaat sesuai keinginan peneliti. Hen daknya, informan adalah orang yang memiliki legitimasi, komitmen, dan dapat dite rima; tetapi pada waktu yang sama dia juga bisa menjadi salah satu bagian dari t im kerja penelitian, meskipun secara tidak fiormal. Dalam berbagai posisi, sesu ai konteks, informan itu pada dasarnya dapat memberikan sumbangan kedalam tim b erupa norma-norma, perilaku, konstruksi, poroses, dan budaya yang dapat membentu k karakter. Melakukan identifikasi terhadap orang-orang yang memiliki kemampuan dan kemauan menjadi informan adalah bukan tugas yang sederhana. Dalam beberapa kasus informa n adalah volunteer. Oleh karenanya, sang peneliti disarankan, dapat menyelami m otif mereka sebagai volunteer. Kedua, menguji infromasi yang mereka sumbangkan sehingga benar-benar menjadi bahan yang dapat dipercaya (realible). Di sisi la in, sang peneliti harus melakukan identfikasi terhadap potensi setiap informan s elama menjalankan aktivitasnya masing-masing. Misalnya, sang peneliti dapat saja mewancarai responden. Atau, setiap informan yang dilibatkan dalam penelitian ditugasi sebagai orang kepercayaan (asisten) un tuk merekrut orang lain yang dimungkinkan dapat dijadikan sumber atau pemberi i nformasi. Membuat Disain 1. Menentukan Fokus Pendekatan Fokus awal pendekatan (problem, evaluasi, pilihan kebijakan) ditampilkan dal am statemen disain yang orsinil. Tetapi, perlu diantisipasi bahwa fokus awal it u suatu saat akan berubah. Aktivitas penelitian akan menjumpai masalah ketidak sesuaian antara kenyataan di lapangan dengan apa yang terimajinasikan di dalam pikiran sang peneliti. Karen anya, penilaian dapat saja berubah dan menyesuaikan diri dengan kondisi setempat atau prediksi anggota tim (atau agen informasi). Adalah sesuatu yang essensial bahwa, sang peneliti mengikuti berbagai perubahan dan memberikan catatan bermakn a mengapa perubahan itu terjadi. Beberapa teknik di bawah ini diharapkan dapat membantu sang peneliti menentukan fokus. Pertama, peneliti memantapkan jadwal mo nitoring secara reguler yang dapat mengungkap setiap peristiwa. Kedua, sang pene liti mengolah berbagai laporan yang masuk dari para informan. Ketiga, peneliti melakukan cek terhadap fokus yang dilakukan secara bersamaan selama dan di akh ir masa penelitian. Perubahan-perubahan itu dapat saja didokumentasikan menjadi bagian dari laporan akhir. 2. Menentukan Paradigma yang Pas untuk Fokus Berbagai isu penelitian biasanya dialamatkan kepada statemen disain awal. Peneli ti dapat menilai fokus (problem, evaluasi, pilihan kebijakan) di dalam berbagai term dari hubungan aksioma-aksioma pendekatan naturalistik. 3. Menentukan Paradigma yang Pas untuk Memlih Teori yang Substantif Kaum naturalis tidak dapat menemukan penilaian berbagai masalah sebab mereka, da lam hal penempatan data atau penerapan teori, termasuk tipikal ground theory. Mereka cukup menyimpan kemungkinan ini didalam pikiran yang dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan yang bakal terjadi. 4. Menentukan Lokasi dan Pelaku Pengumpulan Data Essensi langkah ini, dalam membuat disain, adalah sampling. Hal ini tentu saja m enjadi sangat esensial karena fokus pendekatan ini dapat digambarkan untuk seme ntara. Sehingga memiliki pengertian yang benar tentang tempat yang sesuai bagi sample. Perhatian pertama adalah, peneliti mengidentifkasikan beberapa tipe lokasi yang sangat mungkin untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan fokus. Ada dua tipikal sumber informasi yang dapat membantu dalam hal identifikasi ini yaitu: literatur yang tersedia dan pengalaman, dan tenaga ahli yang berpengalaman. Per lu diingat bahwa literatur itu sangat penting karena dapat melefleksikan pende katan secara konvensional. Mereka para ahli yang berpengalaman dapat memberikan pandangan-pandangan tradisional; Kaum naturalis seyogyanya dapat menghindarkan diri dari terjerat oleh pemikiran tentang term-term konvensional yang sama. 5. Menentukan Fase-fase Pendekatan Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa pendekatan naturalistik dapat dibagi men

jadi tiga fase yaitu: (1) orientasi dan ikhtisar, (2) eksplorasi/peninjauan/penj elajahan yang terfokus (focused exploration), dan (3) cek anggota dan penutup (member checks and closure). Tujuan ketiga fase itu adalah, pertama, melalui perjanjian pendekatan-pendekat an yang panjang dan terbuka, diharapkan memberikan pemahaman yang memadai tent ang konteks dan situasi yang sama, dan untuk mendapatkan keutamaan. Kedua, melal ui observasi dan pendekatan yang lebih terfokus, diharapkan dapat memberikan in formasi mendalam tentang elemen-elemen utama. Ketiga, menyediakan peluang yang cukup untuk mengukuhkan (verifikasi) tempat secara keseluruhan dan memperlakuk an elemen-elemen khusus secara istimewa. 6. Mendayagunakan Instrumen Manusia Statemen awal disain penelitian mempertimbangkan kualifikasi instrumen manusia. 7. Mengumpulkan dan Merekam Data Tidak seperti pendekatan-pendekatan konvensional pada umumnya, pendekatan natura listik adalah lebih aktif dan responsive, dan lebih berhati-hati dalam pengumpul an data. 8. Menganalisa Data

9. Planning Logistics Planning Logistics adalah salah satu elemen yang terkait dengan akurasi data. I a berhubungan dengan masalah persiapan, perbekalan, ketenagaan, transportasi, da n tindakan penelitian. 10. Merancang Kepercayaan (Trustworthnnes) Pendekatan naturalistik bekerja sebagai paradigma yang memberikan pengukuran ter hadap kenyataan di lapangan. Kenyataan di lapangan berfungsi sebagai penilai ke percayaan; dengan cara mengujinya secara langsung. Teknik Pengumpulan Data 1. Data dari Sumber Manusia a. Wawancara Teknik wawancara biasanya dilakukan dengan cara-cara: 1). Menentukan Pelaku Wawancara 2). Mempersiapkan Wawancara 3). Wawancara Pendahuluan 4). Melakukan Wawancara dan Menjadikannya Produktif 5). Mengakhiri dan Menyimpulkan Hasil b. Observasi 1). Membuat Catatan 2). Pengalaman-pengalaman di Lapangan 3). Menentukan Urutan-urutan 4). Pemetaan 5). Orang-orang yang dapat dimasukkan pada pemetaan 6). Beberapa masukan berdasarkan taksonomi atau kategori 7). Sosiometri, atau diagram yang menggambarkan relasi 8). Wawancara berdasarkan Daftar Pertanyaan 9). Wawancara berdasarkan sesi 10) Menentukan Skala Urutan dam Cek lis c. Memaknai Isyarat Isyarat biasanya berupa bahasa tubuh (body languages) termasuk gerakan badan (b ody movements), volume dan kualitas suara, aksentuasi, atau sentuhan-sentuhan fi sik. 2. Data dari Sumber selain Manusia a. Pencatatan dan Rekaman b. Mengolah Informasi yang Tidak Tercatat Informasi ini memiliki kekuatan untuk dijadikan rekomendasi. Biasanya, informasi ini sifatnya sederhana dan langsung, murni tidak terkontaminasi, non-intervens ional, dan stabil.

Membangun Kepercayaan 1. Jurnal Lapangan Hal-hal yang dimuat dalam jurnal adalah : aktivitas harian setiap anggota tim, i ndividualitas setiap anggota tim, dan metodologi yang dipergunakan oleh tim sec ara keseluruhan. 2. Penguatan Pengamaman (Safeguard) Bagi (Guba, 1978) pengamanan ini bisa capai dengan memperhatikan ketentuan-keten tuan sebagai berikut : a. Penyimpangan muncul oleh karena reaksi responden dan kesempatan yang cukup bagi peneliti dalam menguji harapan dan konsepsinya. ( Guba, 1978). c. Penyimpangan menyebabkan keterlibatan peneliti dan responden (Lincoln & Guba, 1981) c. Penyimpangan timbul dari peneliti atau responden ( Guba, 1978: 62) d. Penyimpangan timbul dari teknik pengumpulan data yang diterapkan. 3. Menata Daerah Interaksi Tim Interaksi yang dilakukan peneliti sangat berguna sekali bagi upaya menumbuhkan kepercayaan. 4. Trianggulasi Triangulasi data merupakan sesuatu yang sangat penting dan menentukan sekali da lam berbagai studi pendekatan naturalistik. 5. Mengumpulkan Materi Referensial yang memadai 6. Brifing (Arahan, Instruksi Singkat) 7. Mengembangkan dan Memyempurnakan Audit Langkah ini merupakan salah satu teknik dalam penelitian naturalistik yang dapat menjamin adanya kepercayaan. Problematika Impelementasi 1. Mengelola Penyimpangan Kontrak Hampir seluruh peneliti musti terkait dengan persoalan siapa atau pihak (funding ) yang bersedia dan siap membantu pendanaan penelitiannya. Salah satu kesulitan yang sering dijumpai para peneliti adalah ketidakjelasan infomasi mengenai pihak -pihak yang sebenarnya konsen membantu aktivitas penelitian dalam pendanaan. 2. Problematika Disain Persoaloan-persoalan yang secara khusus dijumpai dalam disain penelitan pendekat an naturalistik adalah masalah implementasi. Pertama, peneliti dituntut benar-be nar percaya diri dengan independensinya sebagai peneliti. Oleh karenanya, peneli ti harus mempersiapkan diri untuk dapat menghadapi realitas hidup yang dijumpai di lapangan. Kepercayaan diri dan kesiapan terkait dengan masalah pengambilan ke putusan ketika melakukan pengelolaan data yang telah diperoleh terutama dari has il sampling. Kedua, karena disain merupakan masalah yang emergent, maka penelit i dituntut mempersiapkan diri (secara kejiwaan) untuk dapat menerima adanya con trol-loss dalam hal manajemen waktu. 3. Mengatasi Permasalahan (yang Muncul) di Lapangan Keseulitan yang, secara tipikal, banyak menimpa kaum naturalis adalah justru mas alah yang muncul di lapangan. Antara lain, membangun dan memelihara kepercayaan, permasalahan-permasalahan yang sifatnya logis, pengumpulan dan analisis awal da ta, dan masalah interaksi personal.