Natural Environment

download Natural Environment

of 9

description

gbe

Transcript of Natural Environment

TUGAS GBE TEMATIKNATURAL ENVIRONMENTDosen Pengampu: Shalihudin Djalal Tanjung, M.Sc., Dr., Prof.

Oleh

Aditya Achmad Narendra Whindracaya

13/ 358202/ PEK/ 18491

Master Manajemen

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Gadjah Mada

2014

BAB IPENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari hari ke hari menimbulkan suatu permasalahan yang tidak kunjung habis. Permasalahan tersebut menyangkut beberapa aspek, salah satu satunya adalah aspek transportasi. Semakin meningkat jumlah populasi penduduk maka semakin meningkat pula tuntutan akan kebutuhan transportasi. Transportasi adalah sarana penunjang yang memilki peran penting dalam pembangunan suatu negara, terutama bagi negara yang sedang berkembang. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya kebutuhan akan moda transportasi. Kebutuhan akan moda transportasi untuk mobilitas manusia, barang dan jasa dari tahun ke tahun semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi bila tidak diiringi dengan peningkatan sarana transportasi yang tersedia, akan menyebakan ketidakseimbangan akan jumlah pemakai dengan kapasitas sarana transportasi. Seperti yang terjadi saat liburan Natal dan Tahun Baru 2013 kemarin. Liburan cukup panjang yang mencapai hingga tujuh hari tersebut, banyak digunakan oleh masyarakat untuk berlibur dengan keluarga. Selain itu kemajuan kehidupan perkotaan yang meningkat juga menyebabkan semakin dibutuhkannya sarana transportasi massal perkotaan. Kemacetan, polusi udara, ataupun efisiensi diharapkan mampu diatasi oleh keberadaan transportasi perkotaan. Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Menurut Soedomo,dkk, 1990, transportasi darat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap setengah dari total emisi SPM10, untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx di daerah perkotaan, dengan konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang padat, dimana tingkat pencemaran udara sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas udara ambient. Sejalan dengan itu pertumbuhan pada sector transportasi, yang diproyeksikan sekitar 6% sampai 8% per tahun, pada kenyataannya tahun 1999 pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Dengan menggunakan proyeksi 6-8% maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diperkirakan sebesar 2,1 kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9,0 kali pada tahun 2018 (World Bank, 1993 cit KLH, 1997). Pada tahun 2020 setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor. Hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor tahun 2001. Hasil kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia tahun 1996, tentang kerugian akibat pencemaran udara di kota Jakarta, mencapai sekitar $ 200 juta US/ tahun untuk seluruh jumlah penduduk Jakarta.

Dari sektor transportasi sumber masalah emisi adalah bahan bakarnya, BBM yang digunakan menghasilkan polusi yang besar. Untuk itulah perlu adanya penggantian bahan bakar yang ramah lingkungan, salah satunya adalah BBG (bahan bakar gas). Gas yang dimaksud di sini adalah compressed natural gas (CNG). CNG dipilih karena cadangannya yang masih sangat banyak seperti yang diutarakan dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia) dengan cadangan gas alam sekitar 165 TCF, sehingga tidak perlu mengimpor. Jika menggunakan LPG maka kita harus mengimpor dari luar karena kebutuhan dalam negeri lebih besar dari keperluan dan tentu saja akan membebani pemerintah. Gas yang lain yang bisa digunakan sebagai bahan bakar adalah hidrogen, tetapi hidrogen ini teknologinya masih sangat rumit dan perlu waktu yang lama untuk mengembangkannya. Selain karena cadangan dari gas masih cukup banyak dan harganya yang lebih murah dibandingkan dengan BBM, yaitu 2/3 dari harga bensin subsidi (premium) atau sekitar 1/3 dari premium non subsidi. Kalau dibandingkan dengan Negara-negara yang populasi NGV nya berkembang sangat pesat, harga BBG di Indonesia jauh lebih mahal. Dilihat dari cadangan gas yang banyak dan harganya yang murah, polusi yang dihasilkan oleh CNG lebih kecil dibandingkan dengan bensin dan LPG. Maka alternative untuk menggunakan BBG sebagai pengganti BBM merupakan salah satu pilihan yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah.BAB IIPEMBAHASAN

Perkembangan kendaraan berbahan bakar gas alam (NGV) di luar negeri sangat pesat. Negara-negara di kawasan Asia yang NGV-nya sangat berkembang adalah Pakistan, Iran dan India. Hal ini terjadi karena sumber daya gas yang melimpah serta dukungan yang kuat dari pemerintahnya, yaitu berupa pemberian subsidi dan pemberian kredit untuk pembelian NGV. Konversi dari BBM ke BBG di Negara tersebut berlatar belakang makin meningkatnya harga BBM dan tingkat polusi yang tinggi di negara tersebut. Jika kita melihat data penggunaan NGV. Maka dapat kita temui tren yang meningkat drastic, bahkan melebihi ekspektasi atau project yang ditetapkan di tahun 2006.

Gambar 2.1 penggunaan NGV dunia (Sumber http://www.iangv.org/wp-content/uploads/2013/02/NGV_Growth_Chart_2012.jpg)Konversi dari BBM ke BBG mempunyai banyak manfaat, yaitu mengurangi pemakaian BBM, mengurangi pencemaran udara, menguntungkan pengguna dan memberikan peluang usaha.

Gambar 2.2 : Manfaat Konversi BBM ke BBG

Secara lebih rinci manfaat konversi BBM ke BBG dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengurangi penggunaan BBM dan subsidi

Dengan mengkonversi bahan bakar kendaraan dari BBM ke BBG, akan mengurangi pemakaian BBM yang berarti mengurangi impor minyak dan tentu saja subsidi yang dialokasikan pemerintah untuk BBM menjadi berkurang.

2. Mengurangi pencemaran lingkungan

Bahan bakar gas emisinya sangat kecil dibanding dengan bensin, penggunaan BBG dapat mengurangi emisi CO sebesar 95%, emisi CO2 sebesar 25%, emisi HC sebesar 80%, dan emisi NOx sebesar 30%. Hal ini akan berdampak positif bagi lingkungan karena ikut serta dalam pengurangan pemanasan global.

3. Peluang usaha

Apabila konversi dari BBM ke BBG ini berjalan dengan lancar maka industry dari hulu ke hilir termasuk industri konversi di dalam negeri akan semakin berkembang. Hal tersebut secara otomatis akan berdampak positif bagi penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.

4. Bagi pemakai

Bagi pengguna kendaraan berbahan bakar gas (NGV/natural gas vehicle) akan menghemat pengeluaran pembelian bahan bakar karena harga BBG jauh lebih murah dibandingkan harga BBM. Selain itu, pengguna NGV juga menghemat pengeluaran untuk perawatan kendaraan karena BBG tidak menghasilkan kerak pada mesin dan busi lebih bersih dan tahan lama, serta knalpot dan peredam suara umurnya lebih panjang

Jika kemudian menggunakan beberapa asumsi diatas dengan segala keuntungan, jika ada konversi BBM ke BBG. Maka tidak ada celah untuk perusahaan PT Tugu Trans selaku operator transjogja di jogja, sebagai penyedia moda transportasi perkotaan di Yogyakarta untuk tetap menggunakan BBM sebagai bahan bakar utama. Di Jakarta sendiri konversi BBM ke BBG telah sukses dilakukan, bidang usaha yang hampir sama dengan trans Jogja adalah trans Jakarta, telah menggunakan hampir seluruh armadanya adalah BBG. Kami membuat proyeksi perhitungan potensi keuntungan yang akan di peroleh, serta efisiensi konversi. Selain potensi keuntungan tak terlihat lain yaitu produk BBG lebih ramah lingkungan. Harga premium bersubsidi Rp. 6.500

Harga Solar subsidiRp. 5.500

Harga Solar DEXRp. 13.350

Harga solar Non SubsidiRp. 13.200

Konsumsi BBG untuk mobil penumpang10 lsp/hari

Konsumsi BBG untuk bus tranjogja20 lsp/hari

Jumlah hari dalam 1 tahun 300 hari

1 MMSCFD25,62 klsp

Tabel 2.3 Perbandingan Harga BBM dan BBGBerdasarkan data jumlah kendaraan dari BPS tahun 2010, untuk mobil penumpang pada tahun 2009 berjumlah 10,3 juta unit, bus sebanyak 2,7 juta unit, bus massal sebanyak 5,1 juta unit dan yang paling banyak adalah jumlah kendaraan roda 2 yaitu 52,4 juta unit. Dari data BPS tersebut dapat dibayangkan seberapa besar subsidi BBM yang harus ditanggung oleh pemerintah. Perkiraan besarnya subsidi BBM (premium) untuk 80% dari mobil penumpang, 20% dari bus massal dan 100% dari kendaraan roda 2 untuk tahun 2020 diperkirakan mencapai lebih dari Rp150 triliun. Dari data BPS tahun 2010 kemudian diprediksikan kenaikan jumlah kendaraan dari 2010-2020 dengan besarnya kenaikan sebanyak 5%. Dari data prediksi jumlah kendaraan tersebut kemudian dikonversi ke NGV sebesar 5% dari data 80% jumlah mobil penumpang dan dari data 20% jumlah bus massal. Jumlah NGV pada tahun pertama (tahun 2012) sebanyak 0,53 juta unit yang terdiri dari mobil penumpang dan bus massal. Tiap tahun jumlah NGV makin bertambah dan pada tahun 2020 akan ada NGV sebanyak 5,83 juta unit. Hal ini akan tercapai apabila konversi ke NGV berjalan lancar. Dengan mengkonversi sebagian kendaraan maka penggunaan BBM (premium) juga berkurang dan tentu saja akan mengurangi subsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan menggunakan asumsi seperti pada tabel 3, pada tahun 2012 saja pengurangan penggunaan BBM sebesar 1,76 juta kilo liter/tahun, dan hal ini setara dengan pengungan subsidi BBM sebesar 6,17 triliyun rupiah. Semakin besar jumlah kendaraan yang dikonversi maka semakin besar juga pengurangan subsidi.

BAB IIIKESIMPULAN

Sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM, pengunaan BBG dalam bentuk CNG memiliki banyak kelebihan yang antara lain adalah harganya lebih murah, ramah lingkungan dan dapat mengurangi subsidi pemerintah untuk penggunaan BBM. Namun karena masih banyak terkendala masalah, hingga saat ini. Seperti ketakutan dalam penggunaan BBG karena tidak memliki wujud sehingga lebih sukar di control hingga keenganan pemerintah untuk mendukung proyek tersebut secara nasional.Pelaksanaan program konversi BBM ke BBG untuk kendaraan pribadi memamng kurang berhasil. Karena terlalu banyaknya jumlah kendaraan pribadi di Indonesia. Namun diharapkan untuk moda transportasi umum yang dikelola oleh pemerintah baik daerah ataupun pusat dapat menjadi contoh dalam upaya konversi BBM ke BBGDaftar PustakaSoedomo M., Usman K, Djajadiningrat S T., Darwin, 1990, Model Pendekatan dalam Analisis Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara, Studi Kasus di Jakarta, Bandung dan Surabaya, Penelitian KLH Jurusan Teknik Lingkungan ITB, Bandung.

http://www.opi.lipi.go.id/data/1228964432/data/13086710321320817915.makalah.pdf Diakses pada tanggal2 Maret 2014, pukul 18:30WIBhttp://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/780.pdf Diakses pada tanggal 25 Maret 2014, pukul 19:30WIBhttp://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-14484-Presentationpdf.pdf Diakses pada tanggal 25 Maret 2014, pukul 19:34WIBhttp://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/KONSEP_DASAR_KIMIA_UNTUK_SD/BBM_9.1.pdf Diakses pada tanggal 25 Maret 2014, pukul 19:39WIB