NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang...

32
NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA ETNIS JAWA ANAS ROHMIATI MUHAMMAD IDRUS PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

Transcript of NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang...

Page 1: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DITINJAU DARI

POLA ASUH ORANG TUA ETNIS JAWA

ANAS ROHMIATI

MUHAMMAD IDRUS

PRODI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

Page 2: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DITINJAU DARI

POLA ASUH ORANG TUA ETNIS JAWA

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________

Dosen Pembimbing Utama

(Dr.Drs. Muhammad Idrus, S.Psi.,M.Pd.)

Page 3: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DITINJAU DARI

POLA ASUH ORANG TUA ETNIS JAWA

Anas Rohmiati Muhammad Idrus

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan diri remaja. Asumsi awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan diri remaja, yaitu semakin tinggi pola asuh mendorong orang tua Jawa maka akan semakin tinggi tingkat kepercayaan diri remaja, sebaliknya semakin rendah pola asuh mendorong orang tua Jawa maka akan semakin rendah tingkat kepercayaan diri remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang masih aktif sebagai siswa tingkat lanjutan atas di Yogyakarta, yang orang tuanya berlatar belakang budaya Jawa (Jateng, Jatim, dan DIY), berusia 15-18 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, tinggal di DIY, dan menggunakan bahasa Jawa dalam berinteraksi sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah. Jumlah responden sebanyak 237 orang, dan pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepercayaan diri yang disusun berdasarkan teori Lauster (1990) dan Kumara (Yulianto & Nashori, 2006), dan skala pola asuh mendorong orang tua Jawa yang mengacu pada teori Idrus (2004). Metode analisis data yang digunakan adalah uji korelasi product moment dari Pearson. Perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 12.00 for windows. Hasilnya menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan diri remaja, dengan nilai r = 0,419 dan nilai p = 0,000 (p < 0,01). Kata kunci: kepercayaan diri, pola asuh mendorong orang tua Jawa

Page 4: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang

berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Tanpa

adanya kepercayaan diri pada manusia akan timbul berbagai masalah dalam

hidupnya, karena dari tingkat kepercayaan diri yang dimiliki seseorang dapat

diprediksikan tentang kesuksesan dan keberhasilan hidup seseorang. Individu

yang percaya diri biasanya selalu bersikap optimis dan yakin akan kemampuannya

dalam melakukan sesuatu. Namun sebalikya, seseorang yang rasa percaya dirinya

rendah akan mengalami hambatan-hambatan dalam hidupnya, baik dalam

berinteraksi dengan individu lain maupun dalam pekerjaan.

Paramita (2003), menyatakan kepercayaan diri sebagai keyakinan yang

dimiliki seseorang, bahwa dia mampu melakukan tugas-tugasnya secara positif

dan kepercayaan diri ini merupakan gambaran diri seseorang dimana orang

tersebut dapat menghargai dan mampu memahami dirinya sendiri dengan

lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa interaksi individu

Page 5: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

dengan lingkungan sekitar mempunyai unsur penting dalam pembentukan pribadi

seseorang, salah satunya yaitu kepercayaan diri.

Tedjasaputra (2007), mengungkapkan bahwa, peranan lingkungan adalah

mengoptimalkan dimensi perkembangan yang mencakup faktor biologis (fisik,

motorik), faktor kognitif (bahasa, berpikir, daya nalar, daya ingat), dan faktor

psikososial yang meliputi kemandirian, bagaimana anak bersikap berperilaku,

kesadaran akan diri, harga diri, dan percaya diri.

Fokus utama dalam aspek psikososial ini adalah menumbuhkan keyakinan

diri kepada anak agar mereka mampu berbuat sesuatu terhadap lingkungannya

sehingga anak merasa percaya diri. Tentu saja hal ini tidak luput dari peranan

orang tua, karena perlakuan orang tua pada anak sejak bayi merupakan landasan

atau hal yang mendasari dalam pembentukan kepercayaan diri anak. Dengan

begitu anak akan merasa ada orang yang dapat dia andalkan untuk memenuhi

semua kebutuhannya, lekat dengan ibu-ayahnya sedapat mungkin. Ketika anak

merasakan kelekatan yang membuatnya merasa nyaman, maka hal ini akan

berdampak jangka panjang, sehingga memunculkan keinginan pada anak seperti

meraih prestasi yang baik, dan memilih pasangan hidup.

Koentjaraningrat (dalam Afiatin dan Martinah, 1998) menegaskan

bahwa salah satu kelemahan generasi muda Indonesia adalah kurangnya

kepercayaan diri. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Afiatin,

dkk (dalam Afiatin dan Martinah, 1998) terhadap remaja siswa SMTA di Kodya

Yogyakarta menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan

dialami oleh remaja pada dasarnya disebabkaan oleh kurangnya kepercayaan diri.

Page 6: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Salah satu contoh perilaku siswa yang tidak percaya diri adalah suka mencontek

pekerjaan orang lain, tidak bersemangat ketika mengikuti pelajaran, takut

berbicara di depan kelas dan keinginan berprestasinya kurang.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa MAN se Kodya Yogyakarta.

Berdasarkan data profil dari salah satu sekolah, menyebutkan bahwa kebanyakan

para siswa mereka memiliki motivasi yang rendah untuk berkompetisi, termasuk

di dalamnya adalah rendahnya motivasi siswa untuk mengembangkan diri serta

motivasi belajar siswa yang rendah. Selain itu disebutkan bahwa kepribadian

siswa cenderung labil sehingga senang meniru dan tidak mentaati tata tertib

sekolah. Rendahnya motivasi untuk berkompetisi maupun motivasi belajar pada

siswa tersebut, bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor

kepribadian yang dimiliki oleh setiap siswa, yang salah satunya adalah

kepercayaan diri.

Ada anggapan bahwa MAN merupakan sekolah yang seolah dinomor

duakan oleh masyarakat. Sekolah mengakui bahwa hal ini terjadi dikarenakan

kurangnya publikasi ke masyarakat tentang keberadaan MAN itu sendiri, mereka

mengatakan bahwa kurangnya publikasi tersebut dikarenakan terbatasnya dana

yang dimiliki sekolah, karenanya banyak masyarakat yang tidak mengetahui akan

keberadaan MAN selama ini. Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa

Madrasah identik dengan sekolah swasta dan terkesan sebagai lembaga

pendidikan yang setara dengan pondok pesantren. Sehingga memunculkan

persepsi bahwa sekolah tersebut hanya terfokus pada pelajaran agama dan sedikit

Page 7: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

memberikan mata pelajaran umum seperti yang diajarkan pada sekolah-sekolah

umum lainnya yang sederajat, seperti SMA atau SMK.

Adanya anggapan masyarakat tersebut, tentu saja akan mempengaruhi

siswa dalam hal bersikap, terutama ketika mereka dihadapkan pada sebuah

kegiatan atau kompetisi yang melibatkan banyak sekolah dari berbagai pihak.

Tidak menutup kemungkinan bahwa anak tersebut akan merasa minder, takut,

atau tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya, yang akhirnya akan

menimbulkan rasa tidak percaya diri pada diri anak tersebut.

Sekarang ini masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa

permasalahan pola pengasuhan dalam keluarga sebagai persoalan yang tidak layak

untuk dipublikasikan, cenderung sebagai persoalan intern keluarga. Casmini

(2002), menyatakan bahwa persoalan-persoalan yang berkaitan dengan

pengasuhan dalam keluarga menurut tradisi budaya masyarakat Indonesia

(khususnya Jawa) merupakan persoalan “tabu / aib” ketika didengar oleh keluarga

lain di sekitarnya. Hal tersebut menjadikan sulitnya pengungkapan tentang

masalah-masalah yang terjadi di wilayah publik. Orang tua akan membungkam

diri meskipun terkadang mereka telah mengalami kesulitan yang berarti dalam

menghadapi sikap-sikap anaknya. Dampak yang ditimbulkan dari persoalan ini

adalah ada ketidak jujuran orang tua dalam mengungkapkan pengasuhan yang

mereka lakukan terhadap anak-anaknya.

Penelitian ini menggunakan pola asuh dengan latar belakang budaya

Jawa, di mana budaya Jawa adalah budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai atau

adat istiadat dan unggah-ungguh yang sudah diterapkan oleh masyarakat.

Page 8: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Berdasarkan teori Idrus (2004), pola asuh orang tua Jawa ini terdiri dari tiga, yaitu

pola asuh yang mendorong, pola asuh yang menghambat dan pola asuh yang

membiarkan. Namun pola asuh orang tua Jawa yang digunakan dalam penelitian

ini hanya terfokus pada pola asuh orang tua yang mendorong saja.

Pola asuh orang tua Jawa ini mempunyai ciri khas tersendiri yang

tentunya tidak dimiliki oleh budaya lain. Dalam pola asuh mendorong, Idrus

(2004) membaginya menjadi enam ciri-ciri, antara lain adalah membelokkan dari

tujuan yang tidak diinginkan, menunda kebutuhan sesaat, mengajarkan kepatuhan,

mengajarkan kesopanan, memberi perintah terperinci tanpa emosional dan

memberi hadiah. Salah satu ciri khas tersebut terlihat dari sikap orang tua yang

diterapkannya dalam pola pengasuhan mendorong, khususnya dalam hal

mengajarkan kesopanan pada anak.

Geertz (dalam Idrus, 2004), mengungkapkan bahwa para orang tua

Jawa mengajarkan sopan-santun kepada anak-anak mereka dengan jalan

membuatnya malu. Bahkan ditegaskan oleh Koentjaraningrat (dalam Idrus, 2004)

bahwa perilaku membuat malu pada anak tersebut terkadang dilakukan secara

berlebihan. Koentjaraningrat (dalam Idrus, 2004) memberikan contoh, salah satu

cara membuat malu dalam tradisi orang Jawa adalah dengan mengungkapkan

kalimat seperti “ketok wong ndalan”.

Idrus (2004), mengungkapkan bahwa membuat malu dalam tradisi

pengasuhan orang tua Jawa, bukan dimaksudkan untuk memojokkan anak pada

situasi negatif, melainkan dimaksudkan agar anak dapat menilai dirinya pada

lingkungan sosial yang lebih besar, dapat menempatkan dirinya secara baik dan

Page 9: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

terutama agar anak menjadi Jawa yang dapat dimaknai telah matang. Idrus

(2004), juga mengungkapkan bahwa pola asuh dengan membuat malu ini tidak

ditemui pada pola pengasuhan yang berlatar belakang budaya barat, dan sulit

untuk mengelompokkan pada kerangka model pengasuhan yang diajukan pakar

berlatar budaya barat tersebut.

Perbedaan latar belakang budaya tentunya menimbulkan pula

perbedaan bagaimana cara para orang tua menerapkan pengasuhan pada anak-

anak mereka. Anak dengan orang tua berlatar budaya Jawa tentunya akan

menerima pengasuhan yang berbeda dengan anak dengan orang tua yang berlatar

belakang budaya barat. Perlakuan khas yang dimiliki orang tua Jawa tersebut yang

membedakan antara pengasuhan budaya Jawa dan budaya barat.

Dari permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa mengasuh anak

ternyata sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang rumit bagi setiap

orangtua. Bagaimana memilih pola asuh yang tepat dan menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari, kebanyakan dari orangtua masih menemukan hambatan.

Perbedaan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua tentu saja membentuk

karakter dan pribadi yang berbeda pula bagi setiap anak dalam sebuah keluarga.

Peneliti tertarik dan mencoba untuk menggali lebih dalam lagi bagaimana peran

pola asuh orang tua, khususnya pola asuh mendorong orang tua etnis Jawa dalam

pembentukan pribadi yang percaya diri dan bagaimana proses psikologisnya

sehingga timbul perbedaan kepercayaan diri pada tiap individu. Berdasarkan

penjelasan di atas, maka pertanyaan yang diajukan penelitian ini adalah “Apakah

Page 10: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

ada hubungan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat

kepercayaan diri remaja?”.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kepercayaan Diri

Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia

yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang. Yusworini dan

Afiatin (2004) mengemukakan bahwa kepercayaan diri berfungsi untuk

mengaktualisasikan potensi yang dimiliki seseorang. Kepercayaan diri sangat

berpengaruh terhadap masa depan seseorang. Kadang ada saatnya dimana

kesuksesan itu dimulai dari rasa percaya diri yang dimiliki seseorang. Hal

tersebut sejalan dengan Lauster (dalam Wahyuningrum, 2006) yang

mengemukakan bahwa kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian

yang paling penting dalam hidup manusia.

Lauster (1990) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai suatu sikap

atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak

terpengaruh oleh orang lain. Rasa percaya diri adalah mempunyai keyakinan

pada kemampuan-kemampuan yang dimiliki, keyakinan pada suatu maksud

atau tujuan dalam kehidupan dan percaya bahwa dengan akal budi bisa

melaksanakan apa yang diinginkan, direncanakan dan diharapkan (Davies,

Page 11: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

2004). Lebih lanjut Brennecke & Amich (dalam Yusni, 2002) menyatakan

bahwa kepercayaan diri (self confidence) adalah suatu perasaan atau sikap

tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, karena telah merasa cukup

aman dan tahu apa yang dibutuhkan di dalam hidup ini.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri

adalah suatu perasaan positif yang ada dalam diri seseorang yang berupa

keyakinan dan kepercayaan terhadap kemampuan dan potensi yang

dimilikinya, serta dengan kemampuan dan potensinya tersebut dia merasa

mampu untuk mengerjakan segala tugasnya dengan baik dan untuk meraih

tujuan hidupnya.

Lauster (1990), mengemukakan aspek-aspek yang terkandung dalam

kepercayaan diri antara lain:

a). Ambisi

Ambisi merupakan dorongan untuk mencapai hasil yang diperlihatkan

kepada orang lain. Orang yang percaya diri cenderung memiliki sikap

ambisi yang tinggi. Mereka selalu berpikiran positif dan berkeyakinan

bahwa mereka mampu untuk melakukan sesuatu

b). Mandiri

Orang yang mandiri adalah orang yang tidak tergantung pada orang lain

karena mereka merasa mampu untuk menyelesaikan segala tugasnya.

Mandiri akan membuat seseorang menjadi tahan terhadap tekanan dan

bebas dari pendapat orang lain.

c). Optimis

Page 12: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Orang yang optimis selalu berpikiran positif, selalu beranggapan bahwa

akan berhasil, yakin dan dapat menggunakan kemampuan dan

kekuatannya secara efektif, serta terbuka.

d). Tidak mementingkan diri sendiri

Sikap percaya diri tidak hanya mementingkan kebutuhan pribadi akan

tetapi selalu peduli pada orang lain.

e). Toleransi

Sikap toleransi selalu mau menerima pendapat dan perilaku orang lain

yang berbeda dengan dirinya.

Berkaitan dengan aspek-aspek kepercayaan diri, Kumara (dalam

Yulianto dan Nashori, 2006) menyatakan bahwa ada empat aspek kepercayaan

diri, yaitu:

a) Kemampuan menghadapi masalah

b) Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya

c) Kemampuan dalam bergaul

d) Kemampuan menerima kritik

Hakim (2002), mengemukakan bahwa keluarga merupakan lingkungan

hidup pertama dan utama dalam kehidupan setiap orang, dan tentunya hal

tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan rasa percaya diri pada

seseorang. Salah satu kondisi keluarga yang mempengaruhi kepercayaan diri

seseorang adalah pola pendidikan keluarga. Pola pendidikan keluarga yang

dimaksud adalah cara kedua orang tua mendidik anaknya atau dapat pula

disebut sebagai pola asuh orang tua.

Page 13: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Ginder (dalam Djuwarijah, 2002) mengemukakan beberapa faktor yang

mempengaruhi proses pembentukan kepercayaan diri remaja, antara lain

adalah interaksi di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal tersebut

diperkuat dengan penelitian Martani dan Adiyanti (dalam Djuwarijah, 2002)

yang mengemukakan bahwa faktor kondisi serta keadaan sekolah mempunyai

peranan yang besar terhadap pembentukan kepercayaan diri remaja.

Kebanggaan terhadap sekolah yang berprestasi dalam bidang akademik dan

non akademik yang baik akan mengakibatkan sikap yang positif dan

menimbulkan kepercayaan diri.

2. Pola Asuh Orang Tua

Casmini (2004), mengemukakan pola asuh orang tua merupakan upaya

pemeliharaan seorang anak yakni bagaimana orang tua memperlakukan,

mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak yang

meliputi cara orang tua memberikan peraturan, hukuman, hadiah, kontrol dan

komunikasi untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma yang

diharapkan masyarakat.

Hetherington & Parke (1986) memaknai pola asuh orang tua sebagai

suatu interaksi antara dua dimensi perilaku orang tua. Dimensi pertama adalah

hubungan emosional antara orang tua dan anak. Dimensi kedua, adalah cara-

cara orang tua dalam mengontrol perilaku anak-anaknya. Dimensi ini

merupakan kontrol orang tua yang bersifat perlakuan orang tua terhadap anak

yang diekspresikan.

Page 14: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Pola asuh orang tua merupakan sebuah proses interaksi berkelanjutan

yang menyangkut pemeliharaan, perlindungan dan pengarahan orang tua

terhadap anak dalam rangka perkembangan anak (Idrus, 2004). Lebih lanjut

Idrus (2004) menjelaskan bahwa, sebagai sebuah interaksi maka akan dengan

sendirinya terjadi proses saling pengaruh-mempengaruhi. Artinya, perilaku

yang ditunjukkan oleh orang tua akan dengan sendirinya mempengaruhi

perilaku anaknya, dan sebaliknya perilaku yang ditunjukkan anak kepada

orang tuanya akan pula mempengaruhi perilaku orang tua.

3. Pola Asuh Orang tua Jawa

Di muka telah di paparkan beberapa model pengasuhan yang di ambil

dari teori dengan latar belakang budaya barat. Perbedaan latar belakang

budaya tersebut, tentunya akan menyebabkan perbedaan pula bagaimana cara

para orang tua mengasuh anak-anak mereka. Mereka mempunyai tujuan dan

cara tersendiri dalam hal mengasuh anak, bagi orang tua Jawa keberhasilan

mengasuh anak adalah melihat anak mereka mampu bertingkah laku dan

berinteraksi di lingkungan masyarakat. Artinya anak mereka mampu bergaul

dengan masyarakat sekitar dan mempunyai etika atau sopan santun yang baik

sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.

Pola asuh orang tua Jawa adalah proses interaksi orang tua anak yang

berkelanjutan yang menyangkut pemeliharaan, perlindungan dan pengarahan

orang tua terhadap anak dalam rangka perkembangan anak dengan

memperhatikan situs budaya Jawa (Idrus, 2004).

Page 15: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Lebih lanjut Idrus (2004), mengemukakan bahwa biasanya bagi anak

Jawa yang berhasil dalam berinteraksi dengan lingkungannya diberikan label

njawani oleh masyarakat sekitar, sebaliknya masyarakat akan memberikan

label durung njawani kepada mereka yang belum secara baik menjalankan

nilai-nilai atau aturan-aturan yang ada di masyarakat. Para orang tua Jawa

akan melakukan pelbagai hal untuk membantu anak-anak mereka supaya

menjadi njawani, yaitu anak yang berperilaku sesuai etika kejawaan.

Upaya orang tua Jawa untuk mejadikan anak mereka disebut sebagai

orang yang njawani, tentu saja tidak luput dari peranan pola pengasuhan yang

mereka terapkan kepada anak. Pola asuh orang tua memberikan kontribusi

yang tidak sedikit dalam pembentukan pribadi anak seperti yang diharapkan

oleh setiap orang tua. Idrus (2004) membedakan tiga macam cara pola

pengasuhan orang tua Jawa, yaitu meliputi:

a) Pola asuh yang mendorong, dengan ciri-ciri sebagai berikut;

1. Membelokkan dari tujuan yang tidak diinginkan, yaitu orang tua Jawa

membimbing anak-anak mereka dengan cara mengalihkan perhatian

anak dari hal-hal yang menurut orang tua belum layak disaksikan,

ataupun tidak pantas dilihat anak.

2. Menunda kebutuhan sesaat, yaitu orang tua Jawa kerap menunda

pemenuhan kebutuhan terhadap keinginan-keinginan anak yang

menurut orang tua mereka belum saatnya dipenuhi.

Page 16: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

3. Mengajarkan kepatuhan, yaitu orang tua Jawa sudah mulai

mengenalkan nilai-nilai yang harus dipatuhi oleh anak-anak mereka

sejak bayi.

4. Mengajarkan kesopanan, yaitu orang tua Jawa mengajarkan anak

mereka untuk berlaku sopan baik terhadap orang tua, orang yang lebih

tua, ataupun dengan orang lain sejak anak mereka masih bayi,

meskipun anak tersebut belum sepenuhnya mengerti tingkah laku serta

kata-kata orang yang ada di sekitarnya. Salah satu adat kesopanan yang

diajarkan oleh orang tua Jawa adalah dengan mengajarkan kepada anak

mereka sejak bayi untuk menerima maupun memegang sesuatu hanya

dengan tangan kanan.

5. Memberi perintah terperinci tanpa emosional, yaitu orang tua Jawa

memberikan perintah terperinci, dan tidak emosional serta tanpa

ancaman. Meskipun perintah yang diberikan dilakukan dengan rinci

namun tidak didasari rasa emosi ataupun ancaman hukuman jika

perintah-perintah tersebut tidak dilakukan oleh anak.

6. Memberi hadiah, yaitu pemberian hadiah digunakan sebagai strategi

orang tua Jawa untuk membiasakan perilaku yang diharapkan oleh

mereka dan orang sekitar mereka.

b) Pola asuh yang menghambat, dengan ciri-ciri sebagai berikut;

1. Menakut-nakuti anak, yaitu orang tua Jawa menaku-nakuti anak

mereka melalui ancaman tentang nasibnya yang mengerikan di tangan

orang lain atau makhluk halus. Namun model pengasuhan dengan

Page 17: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

menakut-nakuti ini didorong oleh keinginan orang tua agar anaknya

berperilaku baik, dan orang asing akan berbuat jahat kepadanya jika

dirinya tidak menunjukkan sikap dan perilaku yang baik.

2. Memberi hukuman, yaitu dalam pemberian hukuman ini orang tua

Jawa jarang memberi hukuman yang akan menghilangkan kasih

sayang. Hukuman ini akan diberikan ketika anak sudah melakukan

kesalahan atau tidak mematuhi perintah secara berulang, dan benar-

benar telah membuat marah orang tua, orang tua tidak akan memberi

hukuman ketika pertama kali anak melakukan kesalahan tetapi

menuggu sampai datang kesempatan baru yang tepat untuk

memberinya hukuman. Hukuman yang diberikan orang tua Jawa tidak

selamanya berupa hukuman fisik, ataupun ungkapan verbal yang kasar

lainnya, melainkan dengan tidak mengajak bicara atau disebut dengan

disatru.

3. Memusuhi (menyatru), yaitu makna harfiahnya adalah dimarahi atau

dimusuhi biasanya dengan tidak diajak bicara.

c) Pola asuh yang membiarkan, dengan ciri sebagai berikut;

1. Mengumbar, yaitu membiarkan atau membebaskan atau tidak

membatasi anak untuk bermain dengan teman sebayanya.

2. Ngelulu, yaitu membiarkan anak atau seseorang untuk melakukan

sesuatu yang diinginkannya, namun dengan maksud memberi

kesadaran bahwa hal itu sebenarnya tidak diinginkan atau tidak

disenangi oleh orang yang memberi ijin.

Page 18: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Penelitian ini menggunakan teori pengasuhan khususnya pada pola

asuh mendorong orang tua Jawa yang dikemukakan oleh Idrus (2004), yang

terbagi dalam enam aspek, yang meliputi membelokkan dari tujuan yang tidak

diinginkan, menunda kebutuhan sesaat, mengajarkan kepatuhan, mengajarkan

kesopanan, memberi perintah terperinci tanpa emosional, dan memberi

hadiah.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 237 remaja siswa MAN

se- Kodya Yogyakarta, yang meliputi MAN I, II, dan, III Yogyakarta. Dengan

rentang usia 15-18 tahun, karena pada umur inilah remaja sedang mulai proses

pencarian jati diri dan kebanyakan remaja seusia ini memiliki emosi yang tidak

stabil. Subjek berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, kedua orang tua berasal

dari Jawa (Jateng, Jatim, DIY), menggunakan bahasa Jawa dalam berinteraksi

sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah, dan tinggal di DIY. Peneliti memilih

subjek penelitian ini berdasarkan lokasi sekolah sebagai tempat penelitian berada

di wilayah Yogyakarta dan tentunya persentase jumlah siswa yang berasal dari

suku Jawa akan lebih banyak dari pada yang berasal dari luar Jawa.

Subjek penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling yaitu memilih subjek dengan menentukan ciri atau kriteria

khusus (Prasetyo & Jannah, 2005).

Page 19: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

A. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data

dalam bentuk angket dengan metode skala, yaitu menggunakan skala-skala

psikologis yang dijadikan variabel dalam penelitian ini. Skala dalam penelitian ini

terdiri dari dua skala, yaitu skala kepercayaan diri dan skala pola asuh mendorong

orang tua Jawa. Pengumpulan data dalam penelitian ini, mengadopsi skala Likert

yang terdiri dari lima tingkatan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S),

Ragu-ragu (R), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Nilai bergerak

antara 1-5, penilainnya adalah nilai 5 untuk sangat sesuai (SS), 4 untuk sesuai (S),

3 untuk ragu-ragu (R), 2 untuk tidak sesuai (TS), dan 1 untuk sangat tidak sesuai

(STS).

Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan uji korelasi product moment dari Pearson. Uji korelasi ini

digunakan untuk melihat hubungan antara pola asuh mendorong orang tua dengan

tingkat kepercayaan diri. Proses analisis data ini dipercepat dan dipermudah

dengan adanya perangkat lunak SPSS for Windows versi 12.0.

Hasil Penelitian

1. Uji asumsi

a. Uji normalitas

Page 20: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran

skor subjek terdistribusi secara normal atau tidak. Sebaran yang normal

merupakan gambaran bahwa data yang diperoleh telah mewakili

keseluruhan data. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka sebaran

data normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebaran data tidak normal.

Hasil uji normalitas pada skala kepercayaan diri dengan menggunakan

teknik one-sample Kolmogorof-Smirnov Test (KS-1 sample) dari program

SPSS 12.00 for Window menunjukkan nilai K-SZ sebesar 0,864 dengan

nilai p = 0,444 (p > 0,05). Untuk skala pola asuh mendorong

menunjukkan nilai K-SZ sebesar 1,105 dengan nilai p = 0,174 (p > 0,05).

Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa skala kepercayaan diri

maupun skala pola asuh mendorong terdistribusi secara normal.

b. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

kepercayaan diri dan pola asuh mendorong memiliki hubungan yang

linear. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier apabila p < 0,05

begitu pula sebaliknya, hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak

linier apabila p > 0,05.

Hasil uji linearitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic

Program For Social Science) 12.00 for Windows dengan teknik Compare

Means menunjukkan F = 54,075; p = 0,000. Berdasarkan hasil analisis di

atas, dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel kepercayaan diri

dan pola asuh mendorong linier karena p < 0,05.

Page 21: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

2. Uji hipotesis

Untuk mengetahui adanya hubungan pola asuh mendorong dan

kepercayaan diri maka digunakan uji korelasi dengan menggunakan korelasi

product moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS

(Statistic Program For Social Science) 12.00 for Windows.

Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel pola asuh

mendorong dan kepercayaan diri nilai r = 0,419 dengan p = 0,000 (p < 0,01).

Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat

signifikan antara pola asuh mendorong dan tingkat kepercayaan diri remaja,

semakin mendorong pola asuh yang diterima, semakin tinggi pula tingkat

kepercayaan diri yang dimiliki seseorang, sehingga hipotesis yang diajukan

diterima.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang

tua Jawa dengan tingkat kepercayaan diri remaja. Semakin mendorong pola asuh

orang tua semakin tinggi tingkat kepercayaan diri, sebaliknya semakin tidak

mendorong pola asuh orang tua maka semakin rendah tingkat kepercayaan diri.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,419 dengan

nilai p = 0,000 (p < 0,01).

Adanya korelasi tersebut membuktikan bahwa pola asuh mengambil

peran penting dalam perkembangan dan pembentukan pribadi seorang anak.

Aspek-aspek pola asuh yang mendorong seperti, membelokkan dari tujuan yang

Page 22: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

tidak diinginkan, menunda kebutuhan sesaat, mengajarkan kesopanan dan

kepatuhan, serta memberi perintah yang terperinci tanpa emosional, dan memberi

hadiah merupakan aspek yang paling banyak memberikan kontribusi terbentuknya

kepercayaan diri pada anak.

Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri

seseorang, namun faktor pola asuh merupakan faktor yang mendasar bagi

pembentukan kepercayaan diri anak. Sikap orang tua yang menunjukkan kasih,

perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang

tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut.

Agar anak dapat berkembang dengan baik maka orang tua dalam mendidik anak-

anaknya perlu menerapkan pola asuh yang tepat, baik dan sesuai. Pola asuh orang

tua merupakan cerminan bagaimana interaksi antara orang tua dengan anaknya

dapat terwujud.

Dalam pengasuhan keluarga Jawa, orang tua Jawa selalu

menginginkan anak-anak mereka untuk menjadi orang yang njawani. Dalam

Istilah bahasa Jawa orang njawani adalah orang yang matang secara pribadi, tahu

bagaimana bersikap dan berperilaku terhadap orang lain. Dengan begitu bahwa

remaja yang njawani adalah sosok remaja yang penuh tanggung jawab, mampu

membawa diri di depan orang lain, dan tentunya percaya diri. Melihat hasil

penelitian ini bahwa pola asuh mendorong orang tua Jawa berpengaruh terhadap

kepercayaan diri, sehingga dapat dikatakan bahwa pola asuh mendorong orang tua

Jawa merupakan pola asuh yang tepat dan mampu mendorong anak untuk menjadi

pribadi yang njawani seperti yang diharapkan oleh para orang tua Jawa.

Page 23: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Baumrind (dalam Handayani, 2001) mengungkapkan bahwa pola asuh

orang tua mempengaruhi tumbuhnya kepercayaan diri pada diri seseorang.

Semakin baik pola asuh orang tua yang diterapkan maka akan semakin tinggi

tingkat kepercayaan diri pada diri seseorang, begitu sebaliknya semakin jelek pola

asuh orang tua maka akan semakin rendah tingkat kepercayaan diri pada diri

seseorang. Mouly (dalam Idrus, 2004) menyatakan bahwa pengasuhan orang tua

sangat penting peranannya dalam pengembangan kepribadian. Sementara itu

penelitian Dewi (2004) juga membuktikan bahwa pola asuh demokratis orang tua

mempunyai hubungan positif yang sangat signifikan dengan tingkat kepercayaan

diri remaja, yaitu semakin demokratis pola asuh orang tua maka semakin tinggi

tingkat kepercayaan diri yang dimiliki seseorang.

Penelitian tersebut membuktikan bahwa pola asuh demokratis dalam

budaya barat maupun pola asuh mendorong dalam budaya Jawa sama-sama

merupakan faktor yang memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam

pembentukan pribadi anak yang percaya diri. Perbedaan budaya tentunya juga

berbeda bagaimana cara pengasuhan, namun demikian anak yang diasuh dengan

pola asuh demokratis maupun pola asuh mendorong mampu menghasilkan anak-

anak yang percaya diri. Semakin mendorong pola asuh orang tua maka semakin

tinggi tingkat kepercayaan diri yang dimiliki seseorang, sebaliknya semakin tidak

mendorong atau menghambat pola asuh orang tua maka semakin rendah pula

kepercayaan diri seseorang.

Namun demikian, melihat sumbangan efektif pola asuh mendorong

terhadap kepercayaan diri sebesar 17,5 %, hal ini menunjukkan bahwa pola asuh

Page 24: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

orang tua bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kepercayaan

diri pada seseorang. Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepercayaan

diri, seperti pendidikan, keadaan atau penampilan fisik, lingkungan (keluarga,

sekolah, masyarakat), kepribadian, jenis kelamin, serta keadaan ekonomi yang

mampu memberikan kontribusi dalam membentuk pribadi yang percaya diri pada

diri seseorang. Penelitian sebelumya menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan

interaksi teman berpengaruh terhadap kepercayaan diri remaja.

Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Martani dan Adiyanti (dalam

Djuwarijah, 2002) menyimpulkan bahwa faktor kondisi serta keadaan sekolah

mempunyai peranan yang besar terhadap pembentukan kepercayaan diri remaja.

Kebanggaan terhadap sekolah yang berprestasi baik dalam bidang akademik

maupun non akademik akan mengakibatkan sikap yang positif dan menimbulkan

kepercayaan diri pada remaja. Hasil penelitian Afiatin dkk (dalam Martaniah dan

Afiatin, 1998) menunjukkan bahwa siswa remaja yang mengalami masalah

berkaitan dengan kepercayaan diri lebih sering mengungkapkan masalahnya

kepada teman sekolahnya dari pada kepada orang tua, guru atau warga masyarakat

sekitar lainnya. Teman sekolah merupakan sarana perubahan untuk mendapatkan

solusi terhadap masalahnya, mereka juga mengatakan bahwa kelompok teman

sebaya merupakan sarana untuk evaluasi diri serta mendapatkan dukungan sosial.

Pendapat Fulgini, dkk (dalam Idrus, 2004), menyatakan bahwa

pengaruh teman sebaya meningkat terhadap anak saat mereka memasuki masa

transisi remaja. Garbarino dan Benn (dalam Idrus, 2004) menyatakan bahwa

teman sebaya memainkan peranan penting dalam pembentukan identitas

Page 25: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

seseorang. Sementara itu hasil penelitian Idrus (2004) juga membuktikan bahwa

dalam proses pencarian jati diri, remaja cenderung lebih dekat kepada teman

sebaya atau teman sepermainan mereka. Dari pendapat pakar di atas, interaksi

antar teman sebaya dalam kehidupan seseorang mempunyai pengaruh yang besar

terhadap perkembangan kehidupannya, termasuk perkembangan pribadi pada diri

seseorang, salah satunya adalah membentuk pribadi yang percaya diri.

Selain itu penerimaan kelompok pada remaja dapat menumbuhkan

sikap yang percaya diri, dari pada mereka yang diabaikan dan ditolak oleh teman

kelompoknya. Mussen (dalam Idrus, 2004), menyatakan bahwa remaja yang

diterima oleh kelompoknya memiliki sifat toleran, luwes energik, riang, memiliki

rasa humor, bertingkah sewajarnya, antusias, mendorong dan merencanakan

aktifitas kelompoknya. Untuk remaja yang diabaikan atau ditolak oleh

kelompoknya memiliki karakteristik yang hampir sama, seperti kurang percaya

diri, cenderung bereaksi kasar atau agresif, mencari-cari perhatian, egois, tidak

mau menerima kondisi orang lain dan berpusat selalu pada diri.

Beberapa temuan yang merupakan kelemahan dari penelitian ini

adalah kurangnya referensi yang digunakan, baik referensi pada pola asuh orang

tua Jawa maupun referensi kepercayaan diri. Pada pola asuh orang tua Jawa,

penulis hanya menggunakan referensi yang dikembangkan oleh Idrus (2004).

Sejauh pengamatan penulis, buku atau referensi yang membahas khusus tentang

pola asuh orang tua Jawa belum ada, sehingga hanya terbatas pada teori yang

dikembangkan oleh Idrus (2004). Begitu juga dengan alat ukur yang digunakan

dalam penelitian ini juga masih memiliki kelemahan, yakni pada skala pola asuh

Page 26: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

orang tua Jawa. Skala pola asuh orang tua Jawa yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan skala yang pernah diuji cobakan oleh Idrus (2004).

Pada penelitian Idrus (2004), subjek yang digunakan adalah komunitas

remaja pada masyarakat pedesaan yang orientasinya lebih banyak menggunakan

bahasa Jawa, dan tidak memandang jenjang pendidikan yang ditempuh pada

subjek penelitian. Pada penelitian ini menggunakan subjek anak sekolah, dan

diketahui bahwa sekolah merupakan sebuah instansi pendidikan yang orientasinya

lebih banyak menggunakan bahasa indonesia. Untuk itu pemahaman subjek

terhadap kalimat pertanyaan pada skala pola asuh orang tua khususnya untuk

istilah-istilah bahasa Jawa terlihat kurang. Hal tersebut terlihat dari beberapa

responden yang menanyakan istilah-istilah bahasa Jawa ketika pengisian angket.

Untuk itu perlu dilakukan pemilihan subjek dengan memperhatikan penguasaan

bahasa Jawa pada subjek penelitian.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diberikan

pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang

sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat

kepercayaan diri remaja, artinya semakin mendorong pola asuh orang tua maka

semakin tinggi tingkat kepercayaan diri remaja dan sebaliknya semakin tidak

mendorong pola asuh orang tua semakin rendah tingkat kepercayaan diri remaja.

Saran

? Saran bagi orang tua

Page 27: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Diharapkan para orang tua lebih memperhatikan dan mengevaluasi

aspek-aspek pola asuh yang telah diterapkan selama ini dalam mendidik anak.

Pola asuh yang bersifat mendorong sebaiknya ditingkatkan agar dapat membentuk

tingkat kepercayaan diri yang tinggi pada diri seorang anak sesuai dengan

perkembangannya.

? Saran bagi peneliti selanjutnya

Bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik dengan bahasan yang

sama, disarankan untuk menggunakan variabel-variabel lain yang dapat

mempengaruhi kepercayaan diri, seperti penampilan fisik, pendidikan, jenis

kelamin maupun status sosial. Namun apabila tertarik menggunakan judul yang

sama, disarankan untuk menambah variasi dengan membedakan tempat tinggal

subjek, yaitu membedakan kepercayaan diri pada orang Jawa yang tinggal atau

menetap di kota dan orang Jawa yang tinggal atau menetap di desa, atau mungkin

membedakan kepercayaan diri antar etnis yang lain.

Pada pola pengasuhan orang tua Jawa ini terbagi menjadi tiga macam

pola asuh, yaitu pola asuh mendorong, pola asuh menghambat dan pola asuh

membiarkan. Hanya saja penelitian ini terfokus pada pola pengasuhan mendorong

orang tua Jawa, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan bahasan yang sama

diharapkan mampu menggali lebih dalam lagi dari dua pola asuh orang tua Jawa

yang lain, yaitu pola asuh menghambat dan pola asuh membiarkan. Kemudian

dapat juga memberikan variasi dalam penulisan angket, yaitu bentuk angket

disesuaikan dengan alternatif pilihan sesuai dengan pola asuh. Yaitu dengan

memberikan tiga atau lebih alternatif jawaban yang terdiri dan mengindikasikan

Page 28: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

masing-masing dari tiga pola asuh tersebut pada setiap pertanyaaan. Misalnya

jawaban (a) untuk pernyataan pola asuh mendorong, jawaban (b) untuk

pernyataan pola asuh menghambat dan jawaban (c) untuk pernyataan pola asuh

membiarkan.

Selain itu perlu dilakukan pemilihan subjek penelitian dengan

memperhatikan penguasaan bahasa Jawa pada diri subjek, karena penguasaan

bahasa Jawa ini sangat diperlukan ketika pengisian angket, sehingga tidak terjadi

kesalahan pengisian alat ukur dan menghindari pengisian alat ukur secara

sembarang atau asal-asalan pada subjek penelitian. Jenjang pendidikan yang

ditempuh oleh subjek penelitian juga perlu untuk diperhatikan, karena perbedaan

jenjang pendidikan tersebut akan menyebabkan simpulan yang berbeda pula.

Pemilihan tempat tinggal subjek penelitian juga sangat diperlukan, karena

diketahui bahwa dalam budaya Jawa ada sedikit perbedaan perlakuan terhadap

anak-anak mereka antara orang tua Jawa yang tinggal di desa dan orang tua Jawa

yang tinggal di kota.

? Saran bagi sekolah

Bagi sekolah yang menjadi subjek dalam penelitian ini diharapkan

lebih meningkatkan lagi kualitas belajar mengajar untuk mendapatkan hasil yang

maksimal dan menambah jumlah prestasi siswa dalam bidang akademik maupun

non akademik, agar kepercayaan diri siswa yang sudah terbentuk tidak mudah

pudar dengan sendirinya. Selain itu juga perlu meningkatkan motivasi siswa

dalam berkompetisi, yang di dalamnya termasuk motivasi belajar dan motivasi

untuk mengembangkan diri dengan mengadakan training motivasi pada siswa atau

Page 29: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

mengadakan aktivitas out bond sehingga siswa dapat belajar sambil bermain

sesuai yang dikehendakinya, yang akhirnya dapat meningkatkan semangat belajar

para siswa.

Daftar Pustaka Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Afiatin, T., & Martinah, S. M., 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja

Melalui Konseling Kelompok. Jurnal Psikologika, No. 6 / 67-79. Aken, C., at all. 2007. Parental Personality, Parenting and Toddlers Externalising

Behaviours. Euripan Journal of Personality, 21: 993-1015/www.ebscohost.com/25/08/08.

Casmini. 2002. Pola Asuh Orang Tua Ditinjau Dari Penghayatan Ayat-ayat Al-

Quran & Hadist Yang Bernuansa Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Latar Belakang Pendidikan. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Davies, P. 2004. Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Alih Bahasa Saut

Pasaribu.Yogyakarta: Torent Books. Dewi, P. E. 2004. Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Dengan Tingkat

Kepercayaan Diri Remaja. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.

Djuwarijah. 2002. Penignkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling

Kelompok. Laporan Penelitian. Yogyakarta: FIAI Universitas Islam Indonesia.

Page 30: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Geertz, H. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Pers. Hakim, T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara. Hamner, T. J., & Turner, P. H., 1996. Parenting in Contemporary Society. Third

Edition. Boston: Allyn & Bacon. Handayani, A. 2001. Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua dalam Masalah

Sexualitas pada Remaja. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Hildingh, C.,& Luepker, R. V.,& Baigi, A.,& Lidell, E. 2006. Stress, Health

Complaints And Self Confidence: A Comparison Beetwen Young Adult Women in Swedenn And USA. Scand J Caring Sci, 20, 202-208/ www.ebscohost.com./25/08/08.

Hetherington, E. M., & Parke, R. D., 1986. Child Psychology A Contemporary

Viewpoint. Fourth Edition. Tokyo: Mc Graw-Hill. Hurlock, E. B. 1973. Adolscent Development 4th Ed. Tokyo: Mc Graw-Hill. Hurlock, E. B. 1996. Developmental Psychology. Alih Bahasa Istiwidayanti dan

Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Lauster, P. 1990. Personality Test. Alih Bahasa D.H. Gulo. Jakarta: Bumi Aksara. Idrus, M. 2004. Kepercayaan Eksistensial Remaja Jawa. Disertasi. Yogyakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Istriati, I. 1999. Perbedaan Perilaku Seksual Pada Remaja Ditinjau dari Pola Asuh

Orang Tua. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Karma, N. 2002. Hubungan Antara Pola Pengasuhan Orang Tua Dan Otonomi

Remaja. Jurnal Psikologi Vol. 9/No.1/45-59 Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka. Mahmud, 2003. Hubungan Antara Gaya Pengasuhan Orang Tua Dengan Tingkah

Laku Prososial Anak. Jurnal Psikologi Vol.11/ No.1/ 1-9 Noegroho, T. AJ. 1994. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Prestasi

Terbang Siawa Sekolah Penerbangan TNI AU di Yogyakarta: Skripsi. Fakultas Psikologi Gajah Mada Yogyakarta.

Page 31: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Paramita, D. 2003. Kemampuan Kerja Sama Ditinjau Dari Kepercayaan Diri Dan Kepercayaan Terhadap Orang Lain Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Idonesia.

Prasetyo, B., & Jannah, L. M., 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada. Purbasari, N. A. 2007. 8 Cara Melepas Kelekatan Anak.

http://www.bandungadvertiser.com/main.php?screen=tips&id=2&arcc=56&PHPSESSID=dd3edd6f3c95555619ecaa492df61ba.04/8/2007.

Purnamasari, L. D. & Retnowati, S. 2005. Perbedaan Harga Diri Remaja Ditinjau

Dari Status Keluarga Bercerai & Keluarga Yang Tidak Bercerai. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Rahmania, H. N & Putra, B. A. 2006. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola

Asuh Otoriter Orang Tua Dengan Kecenderungan Pemalu (Shyness) Pada Remaja Awal. INSAN Vol.8/ No.5/ 211-219

Setiawati, L. 1987. Peran Pola Asuh Orang Tua Terhadap Konsep Diri Remaja

Awal di Yogyakarta. Tesis: Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Tanel, Z.,& Erol, M. 2007. Influence of Cooperative Learning Techniques on

Student Self Confidence and Factors Affecting Learning Physics. American Institute of Physics, 978-0-7354-0404-5/07. www.ebscohost.com./25/08/08.

Tedjasaputra, M. S. 2007. All About Prenting.

http://www.sahabatnestle.co.id/HOMEV2/main/dunia-dancow/parenting_asp.30/8/2007.

Wahyuningrum, A. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan

Kepercayaan Diri Pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.

Widayanti, S. Y & Iryani, S. W. 2005. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Kenakalan Anak. Jurnal PKS Vol. IV No.13 / 30-41. Winarto, 1990. Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Kepribadian

Wiraswasta pada Remaja. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Yulianto, F. & Nashori, F. 2006. Kepercayaan Diri Dan Prestasi Atlet Tae Kwon

Do Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Psikologi Universitas Diponegara Vol. 3 No.1 / 55-62.

Page 32: NASKAH PUBLIKASI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI REMAJA … · menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh mendorong orang tua Jawa dengan tingkat kepercayaan

Yusni. M. 2002. Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Prestasi Kerja Pada Perawat. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.

Yusworini, M & Afiatin, M. 2007. Perbedaan Kepercayaan Diri Remaja Panti

Asuhan Yatim Piatu. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.