Naskah Publikasi Muhaji Sst.,Kav
-
Upload
maskur-himawan -
Category
Documents
-
view
225 -
download
5
description
Transcript of Naskah Publikasi Muhaji Sst.,Kav
EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK RELIGI ISLAMI DENGAN TERAPI
MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat Ujian Akhir Program
Pada Program Studi DIV Keperawatan Semarang
Oleh :
Muhaji
NIM. P17420612095
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN SEMARANG
AGUSTUS 2013
NASKAH PUBLIKASI
EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK RELIGI ISLAMI DENGAN TERAPI MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
THE EFFECTIVITY OF RELIGIOUS MUSIC THERAPY WITH MUSIC KERONCONG THERAPY TO REDUCE BLOOD PRESSURE OF
PATIENT WITH HYPERTENSION IN Dr. MOEWARDI HOSPITAL SURAKARTA
Oleh :
Muhaji
Nim : P17420612095
Semarang, Agustus 2013
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Putrono, S.Kep, Ns, M.Kes Elisa, S.Kep., Ns, M.Kep
NIP. 196108031989031005 NIP. 197307231995022001
Ketua Jurusan Keperawatan Semarang
Heru Supriyatno, MN.
NIP.196211101990031005
EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK RELIGI ISLAMI DENGAN TERAPI MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
THE EFFECTIVITY OF RELIGIOUS MUSIC THERAPY WITH MUSIC KERONCONG THERAPY TO REDUCE BLOOD PRESSURE OF
PATIENT WITH HYPERTENSION IN Dr. MOEWARDI HOSPITAL SURAKARTA
Muhaji 1) Putrono, S.Kep, Ns, M.Kes 2) Elisa, S.Kep., Ns, M.Kep3)
ABSTRACT
Hypertension is the main cause of death in Indonesia and has high risk to the heart failure, stroke, renal failure and myocardial infarction. Religious music therapy and keroncong that given for 15 minutes can reduce high blood pressure and every 5 mmHg degradation in patient with hypertension is estimated can reduce mortality rate caused by stroke up to 40% and caused by coronary heart disease up to 15-20%. The purpose of this study is to know the alteration of systolic blood pressure and diastolic blood pressure before and after music therapy for 15 minutes.
This study uses experimental design. The total of samples uses Sugiyono’s formulation and get 30 respondent. The effectivity of religious music therapy and music keroncong therapy is analized by Independent t test. The result of this study is 0,047 and it’s showed that the value is less than 0,05 or with significancy 95%. So, the hypothesis of the effectivity of religious music therapy and music keroncong therapy for reducing blood pressure can be accepted.
The effectivity of religious music therapy and music keroncong therapy can be seen from the difference of blood pressure mean after therapy. The mean of blood pressure degradation after keroncong therapy is 8,00 mmHg and diastolic 6,00 mmHg. It’s shown that religious music therapy is better than music keroncong therapy and the religious music therapy is really effective to reduce blood pressure for patient with hypertension. The researcher suggests to apply this music therapy in Dr. Moewardi Hospital Surakarta.
Keywords : hypertension, religious music therapy, keroncong music,
blood pressure.1) Student of Nursing Departement Health Politechnic of Semarang
2) and 3) Lecturer of Nursing Departement Health Politechnic of Semarang
A. PENGANTAR
Musik adalah rangkaian bunyi-bunyian indah yang memiliki efek luar
biasa untuk kesehatan tubuh (Silvia, 2009). Hal ini dikarenakan musik
memiliki beberapa kelebihan, seperti musik bersifat universal, berstruktur,
nyaman dan menyenangkan. Menurut Atmanta (2006), musik dapat
menurunkan tekanan darah dan frekuensi pernafasan, karena mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai
dengan frekuensi, tempo, dan volumenya berdampak terhadap respon fisik
emosional.
Hipertensi disebut juga “pembunuh diam-diam” karena orang dengan
hipertensi sering tidak menampakan gejala. Angka kejadian hipertensi di
RSUD Dr.Moewardi Surakarta dari tiap tahunnya semakin meningkat. Hal ini
bisa dilihat dari angka kejadian hipertensi tahun 2011 sebanyak 1.336 orang
kemudian tahun 2012 naik menjadi 1873 orang, dan dibulan januari sampai
februari 2013 mencapai 214 orang ( Catatan Medik, 2013).
Dampak dari hipertensi secara holistik sangat kompleks sehingga
apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat, dapat mengakibatkan kematian
karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Pendekatan
holistik dalam penyembuhan suatu penyakit hipertensi antara lain adalah terapi
musik sehingga pada penelitian ini akan mengambil jenis musik religi islami
dan keroncong, karena kedua jenis musik ini mempunyai tempo lambat dan
irama yang stabil sehingga bisa digunakan untuk musik terapi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi musik
religi islami dengan terapi musik keroncong terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
B. METODE
Jenis penelitian ini adalah Quasy-Experimental dengan pendekatan
Pretest-Posttest control Group Design yang bertujuan untuk mengetahui
efektivitas penurunan nilai tekanan darah sebelum dan setelah diberikan
perlakuan terapi musik religi islami dan terapi musik keroncong. Penelitian ini
dilakukan di ruang poli penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Moewardi Surakarta selama 1 bulan dimulai tanggal 27 mei 2013 sampai
dengan 27 juni 2013.
Responden penelitian ini yaitu pasien hipertensi diruang poli penyakit
dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini mengambil 30 responden
yang dibagi menjadi dua kelompok, dimana tiap-tiap kelompok ada 15
responden. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan
cara observasi, mempelajari status pasien dan data demografi dari medical
record, wawancara, dilakukan pengukuran tekanan darah pada responden dan
dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis melalui program SPSS versi
16, kemudian dilanjutkan uji parametrik independen t-test. Data hasil olahan
digunakan sebagai dasar dalam pembahasan dari rumusan masalah, yang
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel sehingga dapat diambil kesimpulan.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik responden
Berdasarkan analisa data menunjukan bahwa karateristik responden
berdasarkan jenis kelamin tertinggi di semua kelompok adalah perempuan
yaitu terapi musik religi islami 8 responden (53,3%) dan terapi musik
keroncong 9 responden (60%). Sedangkan karakteristik berdasarkan umur
didominasi oleh rentang umur 46-65 tahun dimana untuk kelompok terapi
musik religi islami 10 responden (66,7%) dan terapi musik keroncong 9
responden (60%). Hal ini sesuai dengan teori Wajan JD (2011), klasifikasi
etiologi hipertensi berdasarkan jenis kelamin dan umur yaitu laki-laki
berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause berisiko tinggi untuk
mengalami hipertensi.
Etiologi lain yang mendasari seorang mengalami hipertensi adalah
faktor stress, pekerjaan, sosial, koping individu yang lemah dan lain
sebagainya. Menurut Wajan JD (2011,) beban pekerjaan yang tinggi
otomatis stresornya juga tinggi dan berimbas pada meningkatnya tekanan
darah. Dilihat berdasarkan faktor pekerjaan dalam penelitian ini didapatkan
karakteristik yang berdasarkan pekerjaan responden dikedua kelompok
mengalami persamaan dimana untuk kelompok terapi musik religi islami
tertinggi anatara swasta,petani dan lainnya mempunyai jumlah responden
yang sama yaitu masing-masing 4 responden (26,7%).
Di kelompok berikutnya yaitu terapi musik keroncong jauh lebih
ekstrem lagi dimana didominasi oleh lainnya (yang tidak memiliki
pekerjaan) 5 responden (33,3%). Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor
yang lain bisa beban stress yang dialami tiap individu yang berbeda
ditambah tempat responden menunggu pelayanan dari rumah sakit yang
kurang nyaman, berdesakan, dan antrian yang lama sehingga menimbulkan
stressor tersendiri bagi responden.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik responden
berdasarkan pendidikan dikedua kelompok didominasi oleh SD dimana
untuk kelompok terapi musik religi islami 8 responden (53,3%) dan terapi
musik keroncong 7 responden (46,7%). Hal ini sangat sesuai dengan teori
yang telah dijelaskan diatas tadi, sehingga teori tentang pengetahuan yang
salah satu faktornya pendidikan terbukti pada penelitian ini dimana
pendidikan yang rendah berimbas pada pengendalian kesehatan khususnya
hipertensi menjadi rendah.
Banyak hal yang mendasari pemilihan jenis terapi musik yang akan
dipilih responden diantanya sosial, budaya, geografi dan agama. Dari hasil
penelitian berdasarkan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin,
umur, pendidikan dan pekerjaan maka pemilihan terapi musik berdasarkan
jenis kelamin laki-laki lebih menyukai terapi musik religi islami yaitu
sebanyak 7 responden (53,3%), sedangkan perempuan sebanyak 9
responden (53,3%) lebih menyukai keroncong.
Hal ini memperlihatkan dimana antara laki-laki dan perempuan
memiliki selera musik yang berbeda dimana laki-laki lebih menyukai musik
yang bernuansa religi islami dan perempuan memilih yang bernuansa
budaya khususnya musik keroncong. Jika melihat jenis pemilihan terapi
musik berdasarkan dari rentang usia terbanyak direntang 46-65 sebanyak
10 responden (53,3%) lebih menyukai terapi musik religi islami
dibandingkan dengan terapi musik keroncong yang hanya 9 responden
(46,7%). Ini menunjukan hal yang sangat bagus dimana usia semakin
bertambah maka semakin mendekatkan diri pada yang Kuasa dan mengingat
akan kemana akhir dari perjalan hidupnya.
Untuk pendidikan terendah paling banyak memilih terapi musik
religi islami adalah SD sebanyak 8 responden (53,3%), pendidikan tertinggi
sebanyak 2 responden (100%) juga memilih terapi musik religi islami.
Kenapa keduanya memilih terapi religi islami mungkin latar belakang
sosio,budaya dan agama yang begitu kuat. Sedangkan dari segi pekerjaan
lainnya atau yang tidak memiliki pekerjaan paling banyak memilih terapi
musik keroncong yaitu sebanyak 5 responden (53,3%).
2. Sebelum dan sesudah terapi musik religi islami dan keroncong
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebelum dilakukan terapi
musik rata-rata Sistolik pre religi adalah 150,33 mmHg, diastolik pre religi
98,33 mmHg, sedangkan untuk tekanan darah rata-rata sistolik pre
keroncong adalah 150,67 mmHg, diastolik pre keroncong 93,67 mmHg.
Dari data tersebut menunjukan bahwa tekanan darah kedua kelompok
hampir sama sebelum dilakukan terapi musik religi islami maupun terapi
musik keroncong, keduanya memiliki selisih tekanan darah sistolik yang
sangat sedikit yaitu 0,34 mmHg namun untuk diastoliknya selisihnya
terlihat jelas yaitu 4,66 mmHg.
Hal ini sangat berbeda ketika sudah dilakukan terapi musik pada
kedua kelompok, hal ini terlihat pada selisih rata-rata tekanan darah
responden yaitu sistolik setelah terapi musik religi islami 132,67 mmHg,
diastolik 82,33 mmHg, sistolik setelah terapi keroncong 142,67 mmHg,
diastolik 87,67 mmHg. Sehingga jika kita lihat lebih detil lagi akan terlihat
untuk rata-rata selisih penurunan tekanan darah setelah terapi musik yaitu
setelah terapi musik religi islami sistolik 17,67 mmHg, diastolik 16,00
mmHg dan setelah terapi musik keroncong yaitu sistolik 8,00 mmHg dan
diastolik 6,00 mmHg.
Hal ini membuktikan bahwa musik berpengaruh dengan signifikan
terhadap penurunan tekanan darah. Seperti yang telah dijelaskan secara
mendasar oleh Mustamir (2007), dimana saat musik dimainkan akan
menghasilkan stimulus yang dikirim dari akson-akson serabut sensori
asendens ke neuron-neuron dari reticular activating system (RAS). Stimulus
kemudian di transmisikan ke nuclei spesifik dari thalamus melewati area-
area korteks serebral, system limbic dan korpus collosum dan melalui area-
area system saraf otonom dan system saraf simpatik dan parasimpatik.
Musik dapat memberikan respon relaksasi. Karakteristik respon relaksasi
yang ditimbulkan berupa penurunan frekuensi nadi, tekanan darah, relaksasi
otot dan tidur.
Keuntungan-keuntungan dari terapi musik yang terencana dan
sistematis adalah memberi kesempatan untuk pengurangan stress dan
kegelisahan, pengelolaan non farmakologi dari rasa sakit dan tidak nyaman,
perubahan mood dan keadaan emosional yang positif (Johan, 2005).
3. Efektivitas terapi musik religi islami dan keroncong
Hasil uji statistic dependen t-test menunjukan bahwa ada perbedaan
penurunan tekanan darah yang sangat signifikan sebelum dilakukan terapi
musik dan setelah dilakukan terapi musik (p = 0.047). Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yakin (2011) bahwa dengan
mendengarkan musik mampu menurunkan tekanan darah.
Setelah diketahui terapi musik dapat menurunkan tekanan darah
maka dalam penelitian ini lebih spesifik yaitu mencari efektivitas antara
terapi musik religi islami dengan terapi musik keroncong terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Efektivitas itu sendiri
adalah hasil dari realitas dengan tujuan yang ada. Hasil menunjukkan bahwa
t hitung > t tabel (2,075 >2,048) dan nilai signifikansi 0,047 < 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang artinya ada perbedaan antara terapi musik
religi islami dengan terapi musik keroncong dalam menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Untuk
mengetahui lebih efektif yang mana, peneliti menggunakan selisih
penurunan darah untuk meenentukan mana yang lebih efektif dalam
menurunkan tekanan darah. Hasil dari analisa selisih penurunan tekanan
darah didapatkan terapi musik religi dan keroncong, penurunan rata- rata
post terapi religi islami sistolik 17,67 mmHg, diastolik 16,00 mmHg dan
post terapi keroncong yaitu sistolik 8,00 mmHg, diastolik 6,00 mmHg.
dilihat dari rata-rata penurunan tekanan darah setelah di terapi yang
menunjukan penurunan lebih baik di terapi musik religi islami, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terapi musik religi islami lebih baik dibandingkan
terapi musik keroncong.
Dari dua penelitian oleh Nining Musayaroh tentang terapi musik
religi islami dan Yakin tentang terapi musik keroncong diatas dapat dilihat
perbedaan selisih rata-rata penunan tekanan darah sistolik dan diastolik
dimana rata-rata selisih sitolik religi lebih unggul dengan nilai 3,46 mmHg
diatas terapi musik keroncong, sedangkan untuk diastolik antara terapi religi
islami dan terapi keroncong hanya terpaut sedikit dimana diatolik terapi
musik keroncong 0,42 mmHg lebih tinggi dari terapi musik religi islami
namun selisih diastolik ini masih dapat ditolelir melihat selisih di sistoliknya
yang sangat jelas, sehingga terapi musik religi islami lebih efektif
dibandingkan terapi musik keroncong.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang
saya lakukan ini sudah terbukti bahwa terapi musik religi islami jauh lebih
baik dan efektif dalam menurunkan tekanan darah dari pada terapi musik
keroncong. Namun peneliti tidak membahas kenapa terapi musik religi
islami lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan terapi
musik keroncong karena tujuan penelitian ini hanya sampai pada melihat
lebih efektif mana terapi musik religi islami dengan terapi musik keroncong
dan hasilnya adalah terapi musik religi islami lebih efektif dibandingkan
terapi musik keroncong.
D. KESIMPULAN
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa karateristik responden berdasarkan
jenis kelamin tertinggi di semua kelompok adalah perempuan yaitu terapi
musik religi islami 8 responden (53,3%) dan terapi musik keroncong 9
responden (60%). Sedangkan karakteristik berdasarkan umur didominasi
oleh rentang umur 46-65 tahun (66,7%) dan (60%). Untuk karakteristik
berdasarkan pendidikan dikedua kelompok juga didominasi oleh SD
(53,3%) dan (46,7%). Karakteristik yang terakhir yaitu berdasarkan
pekerjaan responden swasta,petani dan lainnya yaitu masing-masing
(26,7%), sedangkan terapi musik keroncong didominasi oleh lainnya
33,3%).
2. Hasil sebelum dilakukan terapi musik rata-rata tekanan darah Sistolik pre
religi adalah 150,33 mmHg, post 132,67 mmHg, diastolik pre religi 98,33
mmHg, post 82,33 mmHg, sedangkan untuk tekanan darah rata-rata
sistolik pre keroncong adalah 150,67 mmHg, post 142,67 mmHg, diastolik
pre keroncong 93,67 mmHg, post 87,67 mmHg.
3. Setelah terapi musik religi dan keroncong, rata- rata selisih penurunan
tekanan darah post terapi yaitu post terapi religi islami sistolik 17,67
mmHg, diastolik 16,00 mmHg dan post terapi keroncong yaitu sistolik
8,00 mmHg dan diastolik 6,00 mmHg. Penurunan tekanan darah belum
dapat dijustifikasi apakah pengaruh musik itu sendiri atau karena
preferable responden terhadap musik dengan tempo lambat yang membuat
suasana mood menjadi lebih rileks.
4. Hasil analisis dengan menggunakan uji Independent-Sample test,
menunjukan p value sebesar 0,047 (p<0,05). Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan penurunan tekanan darah yang sangat
signifikan sebelum dilakukan terapi musik dengan setelah dilakukan terapi
musik. Selain itu untuk melihat efektivitas terapi musik religi islami dan
terapi musik keroncong dapat dilihat dari rata-rata penurunan tekanan
darah setelah di terapi yang menunjukan penurunan lebih baik di terapi
musik religi islami, sehingga dapat disimpulkan terapi musik religi islami
lebih baik dibandingkan terapi musik keroncong.
E. SARAN
1. RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Dikarenakan hasil penelitian ini bahwa terapi musik religi islami lebih
efektif maka perlu dibuat kebijakan serta teknik pelaksanaanya dengan
menyediakan sarana audio diruang poli penyakit dalam untuk memutar
lagu-lagu religi dengan irama tempo yang lambat khususnya religi islami
sehingga dapat menurunkan tekanan darah pasien, namun pada
pelaksanaannya tetap memperhatikan karakteristik pasien yang ada.
2. Peneliti selanjutnya
a. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme secara
fisiologi tentang bagaimana terapi musik religi islami lebih efektif
dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan terapi musik
keroncong dan tentukan pula target penurunan tekanan darah yang
akan dicapai sehingga mampu menjustifikasi seberapa efektif terapi
musik yang diberikan.
b. Pelaksananan penilitian sebaiknya tidak bersamaan dengan kegiatan
yang lain sehingga peneliti mempunyai waktu yang cukup untuk
mencurahkan energi, pemikiran serta konsentrasi penuh pada
penelitian yang dilakukan sehingga meminimalisir keterbatasan
penelitian dan mencegah human error mupun confounding factor.
DAFTAR PUSTAKA
Atmanta, N.S,. (2006). Pengaruh Musik Terapi dan Manfaatnya. (Online).
(http://www.kompas.com/verl/muda/0606/30/095004.htm . diakses
tanggal 17 Februari 2013
Catatan Medik. (2013). Angka kejadian Hipertensi dari tahun 2012 sampai 2013
di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. tidak dipublikasikan. Surakarta:
RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
Johan. (2005). Terapi music, teori, dan aplikasi. Yogyakarta: Galang Press.
Mustamir. (2007). Proses dan Pengaruh dari Musik Terapi ke Tubuh. (Online).
(http://forum.psikologi.ugm.ac.idindex.phptopic=82.0.mht. diakses
tanggal 17 Februari 2013
Nining, M. (2011). pengaruh terapi music (religi islami) terhadap tekanan darah
pada penderita hipertensi di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Skripsi
tidak dipublikasikan. Semarang: Progam Studi Ilmu Keperawatan,
Poltekkes Kemenkes Semarang.
Sherwood, L. (2012).Fisiologi manusia : dari sel ke system. Edisi 6. Alih Bahasa :
Yesdelita N. Jakarta : EGC
Silvia. R. (2009). Pengertian Terapi Musik dan Manfaatnya. (Online).
(http://forum.psikologi.ugm.ac.idindex.phptopic=82.0.mht. diakses
tanggal 17 Februari 2013
Sugiyono. (2008). Statistik untuk penelitian. Bandung : CV Alfabeta
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Yakin. (2011). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tekanan Drah Pada
Pasien Hipertensi Di RSU Dr. R Soeprapto Cepu. Skripsi tidak
dipublikasikan. Semarang: Progam Studi Ilmu Keperawatan,
Poltekkes Kemenkes Semarang.