NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

24
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN OLEH : ITA KUARIAH SOFYANA SUMEDI P. NUGRAHA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2012

Transcript of NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

Page 1: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR PADA

REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

OLEH :

ITA KUARIAH SOFYANA

SUMEDI P. NUGRAHA

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …
Page 3: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …
Page 4: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR PADA

REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

(Drs. Sumedi Priyana Nugraha, Ph.D., Psi.)

Page 5: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR PADA

REMAJA DI PANTI ASUHAN

Ita Kuariah SofyanaSumedi P. Nugraha

INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan akan hargadiri dan motivasi belajar pada remaja yang tinggal di panti asuhan SM Yogyakartayang berumur 13-21 tahun. Skala kebutuhan akan harga diri berdasarkan aspek-aspek harga diri menurut teori Coopersmith (Gufron & Risnawita, 2010) dan skalamotivasi belajar yang mengacu pada aspek-aspek motivasi belajar menurutNuzlan (Ekawati, 2004). Metode analisis data menggunakan teknik KorelasiProduct Moment. Hasilnya menunjukkan ada hubungan antara kebutuhan akanharga diri dan motivasi belajar pada remaja dipanti asuhan. (r = 0.686; p < 0.01)

Kata Kunci : Harga diri, Motivasi belajar.

Page 6: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

I. PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses belajar, motivasi bukan hanya sebagai penggerak tingkah

laku, tetapi juga sebagai pengarah dan penguat tingkah laku dalam belajar.

Pemikiran yang sama dikemukakan oleh Winkel (Hardiyanti & Putri, 2008),

bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri

seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan

belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu

tujuan. Sedangkan Santrock (2004), mengemukakan bahwa siswa yang tidak

punya motivasi tidak akan berusaha keras untuk belajar. Mereka yang bermotivasi

tinggi akan senang ke sekolah dan menyerap proses belajar. Jadi, motivasi dalam

belajar merupakan keseluruhan alat penggerak tingkah laku untuk mencapai hasil

belajar yang diinginkan.

Pada remaja motivasi belajar sangat diperlukan untuk memenuhi tuntutan

prestasinya. Menurut Sardiman (2001), mengatakan bahwa remaja yang memiliki

motivasi tinggi memiliki beberapa indikator, meliputi tekun dan ulet menghadapi

kesulitan belajar dalam arti tidak pantang menyerah, menunjukkan minat terhadap

belajar, mandiri, dan dapat mempertahankan pendapat mereka. Apabila seseorang

memiliki ciri-ciri motivasi belajar tersebut, maka akan sangat penting dalam

kegiatan belajar. Kegiatan belajar akan berhasil baik, apabila individu tekun

mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah belajar, dan

hambatan secara mandiri. Sebaliknya, apabila cara belajar yang tidak baik, maka

Page 7: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Tinggi rendahnya motivasi seseorang

tidak terlepas dari faktor yang mempengaruhi motivasi belajar itu sendiri.

Salah satu faktor ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar bagi

remaja adalah orang tua. Orang tua adalah lingkungan pertama yang ditemui

remaja ketika lahir di dunia. Ini berarti bahwa keikutsertaan orang tua terhadap

belajar anak-anaknya adalah penting. Hamalik (Apriani, 2008), mengemukakan

bahwa orang tua turut bertanggungjawab atas kemajuan anak-anaknya. Sebagai

salah satu bentuk rasa tanggung jawab itu orang tua bisa memberikan perhatian

dan dukungan untuk meningkatkan motivasi belajar remaja. Perhatian orang tua

membuat anak merasa dianggap dan dihargai. Sedangkan, dukungan orang tua

merupakan salah satu kebutuhan psikologis, jika kebutuhan ini terpenuhi maka

akan dapat meningkatkan motivasi belajar remaja.

Berbeda dengan remaja yang berada di panti asuhan, mereka adalah

remaja yang kurang beruntung, karena keadaan ekonomi keluarga mereka yang

lemah. Orang tua terlalu sibuk mempertahankan hidup secara ekonomi, membuat

karakter remaja di panti asuhan berbeda dengan remaja pada umumnya, karena

tidak mendapatkan perhatian dari orang tua. Sedangkan, di panti asuhan kalaupun

ada, hal itu tidak cukup memadai dan tidak maksimal karena keterbatasan

pengasuh. Inilah yang menjadi salah satu faktornya. Penelitian ini tertarik untuk

mengkaji lebih dalam tentang motivasi belajar pada remaja di panti asuhan karena

remaja di panti berbeda dengan remaja yang tinggal bersama orang tua. Mereka

yang tinggal di panti asuhan kurang mendapat perhatian dari orang tua dan

keluarga, sehingga menarik untuk diteliti.

Page 8: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

Hasil wawancara dengan bapak Hardjanto salah satu pengurus di panti

asuhan SM 2, Sleman, Yogyakarta (wawancara pribadi, 20 Oktober 2011),

menyatakan bahwa motivasi belajar pada remaja di panti asuhan sebagian

termasuk dalam kategori rendah. Hardjanto melaporkan bahwa banyak perilaku

malas belajar yang karena pengaruh dari teman yang malas, laporan hasil belajar

di sekolah yang rendah, dan pihak sekolah melaporkan bahwa mereka sering tidur

dan ramai di kelas. Ditunjukkan pula dari berhentinya les private yang

diselenggarakan oleh pihak panti asuhan. Penyebabnya kurangnya minat dari

anak-anak untuk mengikuti les tersebut. Jam belajar yang dianjurkan oleh pihak

panti pun sebagian anak yang melakukannya dan sebagian tidak.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan anak asuh yang bernama

Dindin, mengatakan bahwa motivasi belajarnya terkadang rendah namun ada

saatnya juga termotivasi untuk belajar. Penyebabnya antara lain karena pengaruh

teman, rasa malas dari dalam diri, kurangnya perhatian, dan rasa minder yang

terkadang dialami oleh anak asuh. Hal ini juga dibenarkan oleh temannya yang

bernama Heni dan Fatimah yang duduk di kelas 3 SMP. Mereka menambahkan

bahwa terkadang juga kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah. Minimnya

buku panduan membuat mereka terkadang saling bertanya kepada teman sekelas

di sekolah. Namun, jika tidak menemukan penyelesaiannya, mereka akhirnya

malas untuk mengerjakan tugas dan kurang termotivasi dalam mengerjakan tugas

sekolah yang diberikan. Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar pada remaja yang tinggal di panti asuhan bisa dikatakan rendah.

Page 9: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

Hal yang sama tentang kehidupan di panti asuhan juga diteliti oleh

Fribasari (2006), bahwa hubungan anak asuh yang tinggal di panti asuhan masih

kurang baik. Misalnya, hubungan antara anak-anak panti asuhan yang kurang

akrab antara yang satu dengan yang lain, atau kurang bersikap terbuka dan jarang

menceritakan masalah yang mereka hadapi dengan pihak panti. Sifat negatif

lainnya seperti, mereka cenderung lebih bersifat individu, memikirkan diri sendiri,

dan kurang mempunyai rasa empati terhadap apa yang dialami oleh teman-teman

mereka. Dalam hubungan pertemanan, kebanyakan dari mereka hanya memiliki

beberapa teman dekat saja dan kurang bisa melakukan hubungan yang

baik dengan anak-anak yang lain. Sehingga, bagi kelompok minoritas yang

kurang bisa berteman merasa kurang diperhatikan dan merasa kurang percaya diri.

Hubungan yang kurang akrab dan cenderung individualis itu, dapat menghambat

adanya rasa saling memotivasi atau memberi dorongan satu sama lain. Misalnya,

bagi anak yang motivasinya rendah akan malas dalam belajar, karena kurang

mengerti dalam memahami pelajaran. Mereka tidak bisa bertanya kepada

temannya yang lebih tahu dikarenakan kurang mengenal atau akrab satu sama

lain. Dari uraian di atas, hubungan antara anak asuh yang kurang baik itu dapat

mempengaruhi tinggi-rendahnya motivasi belajar.

Motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri seseorang

untuk melakukan kegiatan belajar guna mencapai hasil belajar. Tidak diragukan

lagi bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan

semangat seseorang untuk belajar. Djamarah (2002), mengemukakan bahwa

dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak

Page 10: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas

belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak

menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum

tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan

kebutuhannya. Salah satu komponen dari motivasi belajar adalah kebutuhan. Hal

yang sama yang dikemukakan oleh Maslow (Djamarah, 2002), bahwa Maslow

sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh

kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti fisiologis, rasa aman, rasa cinta,

penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang mampu

memotivasi tingkah laku individu. Djamarah (2002), menambahkan bahwa dalam

kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan.

Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya

memberikan rasa percaya diri kepada anak didik. Mereka merasa berguna,

dikagumi, atau dihormati oleh orang lain. Perhatian, ketenaran, status, martabat,

dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi anak didik. Dengan

demikian, penghargaan diri yang diberikan tersebut dapat memberikan motivasi

bagi anak dalam belajar.

Ali dan Asrori (2005), mengemukakan seseorang yang memiliki harga diri

yang tinggi akan lebih percaya diri, lebih mampu, dan lebih produktif. Sebaliknya,

orang yang tidak cukup memiliki harga diri akan cenderung merasa rendah diri,

tidak percaya diri, tidak berdaya, dan bahkan kehilangan inisiatif atau kebuntuan

pikiran. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki harga diri, ia akan termotivasi

Page 11: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

untuk mencapai tujuan dalam belajar. Namun, seseorang yang kurang memiliki

harga diri maka ia kurang termotivasi dalam proses belajar.

Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri seseorang perlu diperkuat terus

menerus. Siswa kehilangan motivasi dalam belajar dan kehilangan keberanian

untuk mencoba hal-hal yang baru, karena mereka selalu dibayangi perasaan tidak

mampu. Perasaan ini bisa membuat seseorang menjadi kurang percaya diri dalam

melakukan kegiatan. Rasa percaya diri yang lemah akan menurunkan motivasi

seseorang dalam belajar. Akibatnya, individu akan merasa kurang memiliki

keberanian, kurang mampu, dan tidak cukup memiliki harga diri untuk

meningkatkan prestasinya dalam proses belajar. Maslow (Rifki, 2008),

menyatakan bahwa rasa percaya diri bisa timbul apabila adanya pemenuhan

kebutuhan dihargai dan menghargai. Hal ini akan menumbuhkan kekuatan,

kemampuan, motivasi, dan perasaan berguna. Sehingga, jika kebutuhan ini tidak

terpenuhi akan memunculkan perasaan minder, rendah diri, tidak berdaya, malas,

dan putus asa. Sehingga dapat menimbulkan kurangnya rasa motivasi belajar.

Hamalik (2000), menambahkan bahwa harga diri seseorang timbul dalam

hubungannya dengan orang lain. Hal ini erat hubungannya dengan statusnya di

dalam kelompok dan penghargaan orang lain terhadapnya. Seseorang akan merasa

dirinya dihargai orang lain kalau ia merasa bahwa dirinya dianggap penting.

Sedangkan Clemes dan Bean (2001), menjelaskan bahwa seseorang dengan harga

diri rendah cenderung mendapat sedikit kepuasan dari sekolah. Mereka dengan

mudah kehilangan motivasi dan minat, dan cenderung terlalu banyak

menghabiskan energi pada hal-hal yang mempengaruhi perasaannya mengenai

Page 12: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

diri sendiri. Remaja dengan harga dirinya rendah menghadapi persoalan dalam

belajar dengan rasa cemas dan menghambat proses belajar. Namun, jika harga diri

semakin kuat, kecemasan akan berangsur hilang sehingga ia dapat lebih

termotivasi untuk belajar.

Winkel (Abror, 1993) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri individu yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah

pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Lalu Hamalik (2000),

mengemukakan bahwa motivasi belajar sangat penting dalam menentukan

kegiatan dalam belajar. Sedangkan menurut Sardiman (1986), motivasi belajar

adalah suatu dorongan atau selingan untuk belajar. Dalam kegiatan belajar,

motivasi dapat dikatakan sebagai penggerak di dalam diri individu yang

menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dalam belajar

dapat tercapai. Nuzlan (Ekawati, 2004), mengemukakan bahwa aspek motivasi

belajar yaitu: (a) usaha yang terus menerus; (b) keyakinan berhasil; (c) respon

yang kuat; (d) hasil upaya sendiri. Ariyanto (2002), mengemukakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu: (a) harga diri; (b) afiliasi; (c)

motif berprestasi.

Harga diri merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku

individu. Setiap orang menginginkan penghargaan yang positif terhadap dirinya.

Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian

individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan bahwa harga diri menggambarkan sejauh

Page 13: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki

kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. Clemes dan Bean (2001),

mengemukakan bahwa harga diri adalah perasaan yang selalu ternyatakan dalam

cara seseorang bertindak. Harga diri bisa dilihat melalui apa dan bagaimana

seseorang melakukan berbagai hal.

Gufron (2010), mengemukakan bahwa harga diri tidak terbentuk begitu

saja dalam diri seseorang. Harga diri sudah terbentuk pada masa kanak-kanak.

Proses selanjutnya dibentuk melalui perlakuan yang diterima individu dari

lingkungan sekitarnya. Coopersmith (Prawuri, 2011), mengemukakan bahwa

remaja yang mempunyai harga diri tinggi, memiliki hubungan yang erat dengan

orang tuanya. Sebaliknya, pengalaman kegagalan emosional yang terus menerus

seperti kehilangan kasih sayang dari orang tua, dihina, dan dijauhi teman sebaya

dapat menurunkan harga diri. Jess dan Gregory (2009), menjelaskan bahwa harga

diri mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan, dan

pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Coopersmith (Gufron & Risnawita,

2010), menjelaskan bahwa aspek-aspek harga diri ada 4 yaitu: (a) keberartian

individu (significance); (b) kekuatan individu (power); (c) kebajikan (virtue); (d)

kemampuan (competence).

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif

antara harga diri dan motivasi belajar pada remaja di panti asuhan. Semakin tinggi

tingkat harga diri maka semakin tinggi motivasi belajar remaja panti asuhan.

Page 14: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

Begitu pula sebaliknya apabila semakin rendah tingkat harga diri maka motivasi

belajar remaja panti asuhan akan semakin rendah.

II. Metode Penelitian

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah remaja yang berumur 13-21

tahun yang tinggal di panti asuhan SM Yogyakarta.

Dimana subjek penelitian ini akan diambil secara purposive sampling

artinya subjek dipilih sesuai dengan karakteristik yang telah ditetapkan

sebelumnya.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode angket.

Metode angket merupakan metode yang dilakukan dengan menggunakan daftar

pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh subjek

penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala

yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam skala harga diri oleh

Coopersmith (Gufron & Risnawita, 2010) dan skala motivasi belajar oleh Nuzlan

(Ekawati, 2004).

C. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis mengenai

hubungan antara harga diri dan motivasi belajar remaja yang tinggal di panti

Page 15: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

asuhan adalah dengan menggunakan korelasi Product moment dari Karl Pearson

alasannya untuk menganalisis data hasil penelitian dalam rangka mengkaji

kebenaran hipotesis dan memberikan kesimpulan. Teknik ini didukung dengan

bantuan SPSS 16.00 for windows.

III. Hasil Penelitian

Rangkuman Hasil Uji Normalitas

VariabelKoefisienKS-Z

KoefisienSignifikansi (p)

Harga Diri 0.594 0.872Motivasi Belajar 0.877 0.425

Rangkuman Hasil Uji LinieritasVariabelTergantung

Variabel Bebas Koefisien FKoefisienSignifikansi (p)

Harga Diri Motivasi Belajar 53.156 0.000

Uji Korelasional SpearmanHD MB

Spearman’s rhoHD

Correlation Coefficient 1.000 0.686

Sig. (1-tailed) . 0.000

MBCorrelation Coefficient 0.686 1.000Sig. (1-tailed) 0.000 .

Keterangan: HD = Harga Diri, MB = Motivasi Belajar

IV. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang

menyatakan ada hubungan antara kebutuhan akan harga diri dan motivasi belajar

pada remaja yang tinggal di panti asuhan dapat diterima. Hal ini ditunjukkan

Page 16: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

dengan analisis korelasi yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasional

product moment dari Pearson yang menunjukkan koefisien korelasi sebesar r =

0.686 dan p = 0.000 (p < 0.05). Artinya ada hubungan sangat signifikan antara

kebutuhan akan harga diri dan motivasi belajar pada remaja yang tinggal di panti

asuhan. Artinya, jika harga diri seseorang itu rendah, maka motivasi belajarnya

juga rendah. Sebaliknya, apabila harga dirinya tinggi, maka motivasi belajarnya

pun tinggi.

Dari hasil analisis, diketahui koefisien determinasi (R squared) variabel

harga diri terhadap motivasi belajar remaja di panti asuhan sebesar 0.470. Hal ini

berarti bahwa sumbangan efektif harga diri terhadap motivasi belajar adalah

sebesar 47.0% sedang sisanya 53.0% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak

termasuk dalam variabel di atas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri subjek termasuk dalam

kategorisasi tinggi yaitu sebesar 67.39% dan motivasi belajar berada dalam

kategorisasi tinggi yaitu sebesar 58.7%. Hasil ini berarti bahwa remaja yang

tinggal di panti asuhan dengan tingkat harga diri yang tinggi memiliki motivasi

belajar yang tinggi. Harga diri yang tinggi yang dimiliki remaja panti asuhan akan

membuat mereka cenderung memiliki motivasi belajar yang bagus, dorongan akan

belajar besar, dan kesadaran diri untuk mengerjakan tugas-tugas tinggi. Sehingga

para remaja yang memiliki tingkat harga diri yang tinggi cenderung memiliki

motivasi yang tinggi dalam belajar.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil harga diri pada remaja panti asuhan

berada pada tingkat rendah sejumlah 1 orang (2.17%), tingkat sedang sejumlah 9

Page 17: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

orang (19.57%), sedangkan lainnya berada pada tingkat tinggi sejumlah 31 orang

(67.39%), dan tingkat sangat tinggi sejumlah 5 orang (10.87%). Berdasarkan

kategorisasi di atas, tingkat harga diri pada remaja panti asuhan dalam kategori

tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada aspek kebutuhan akan harga

diri pada remaja panti asuhan yang mempersepsikan bahwa penghargaan

terhadap diri dianggap suatu kondisi yang penting sehingga harus dilakukan dan

dikembangkan, karena remaja memiliki tingkat harga diri yang tinggi membuat

mereka lebih merasa percaya diri, tidak minder, dan merasa diterima

dilingkungan.

Hasil penelitian ini juga menyebutkan tingkat motivasi belajar pada remaja

panti asuhan mayoritas berada pada tingkat tinggi sejumlah 27 orang (58.7%),

sedangkan lainnya berada pada tingkat sangat tinggi sejumlah 4 orang (8.7%),

tingkat sedang sejumlah 14 orang (30.43%), dan tingkat rendah sejumlah 1 orang

(2.17%), sehingga dapat diketahui bahwa para remaja di panti asuhan memiliki

motivasi belajar yang tinggi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Maslow (Rifki, 2008), menyatakan bahwa

rasa percaya diri bisa timbul apabila adanya pemenuhan kebutuhan dihargai dan

menghargai. Hal ini akan menumbuhkan kekuatan, kemampuan, motivasi, dan

perasaan berguna. Sehingga, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akan

memunculkan perasaan minder, rendah diri, tidak berdaya, malas, dan putus asa.

Tingginya tingkat harga diri dan tingginya motivasi belajar remaja semakin

menguatkan hipotesis yang diajukan peneliti yaitu semakin tinggi harga diri yang

Page 18: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

dimiliki oleh remaja di panti asuhan maka semakin tinggi motivasi belajar

mereka. Remaja dengan harga diri yang tinggi akan bereaksi positif dalam proses

belajarnya, seperti rasa percaya diri yang tinggi, merasa mampu dalam

mengerjakan tugas, dan yakin akan kemampuan yang dimiliki.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari Adinda Rizkiany

dan Miranda (2009), yang mengambil judul Harga Diri dan Prestasi Belajar pada

Remaja yang Obesitas. Hasil penelitian dari Adinda Rizkiany dan Miranda

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri

dan prestasi belajar pada remaja yang obesitas. Hasil ini dapat disebabkan adanya

faktor lain yang terkait dengan harga diri dan prestasi belajar serta kemampuan

lain yang dimiliki subjek.

Penelitian ini masih memiliki kelemahan, yaitu terbatasnya waktu dan

kesibukan yang dimiliki para anak asuh saat pengisian alat ukur, sehingga penulis

merasa kesulitan untuk mengumpulkan anak-anak yang berada di panti. Oleh

karena itu, pihak panti asuhan menyarankan dalam penyebaran angket dilakukan

dengan cara dititipkan kepada pihak pengasuh panti untuk dibagikan kepada anak

asuh. Akibatnya, peneliti tidak bisa melihat ekspresi dan keseriusan subjek pada

saat pengisian angket. Sehingga, dikhawatirkan dalam pengisian angket subjek

tidak serius.

Page 19: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

V. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan

antara harga diri dan motivasi belajar pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

maka hipotesis diterima. Jika skor harga diri rendah, maka akan rendah motivasi

belajar pada remaja. Sebaliknya, semakin tinggi skor harga diri maka akan tinggi

tingkat motivasi belajar remaja di panti asuhan. Koefisien determinasi (R squared)

variabel harga diri terhadap motivasi belajar remaja di panti asuhan sebesar 0.470.

Hal ini berarti bahwa sumbangan efektif harga diri terhadap motivasi belajar pada

remaja di panti asuhan adalah sebesar 47.0%.

VI. Saran

Ada beberapa saran yang dikemukakan peneliti berkaitan dengan hasil

penelitian, antara lain:

1. Bagi Panti Asuhan

Bagi pihak panti asuhan agar terus memberi dukungan bagi anak-anak. Ini

dilakukan agar anak asuh yang motivasinya kurang akan lebih termotivasi dan

yang motivasinya sudah tinggi agar bisa mempertahankan serta terus

meningkatkan motivasinya. Untuk tetap mempertahankan motivasi belajar anak,

bisa dengan memberikan hadiah atau penghargaan pada anak yang berprestasi

serta mempertahankan jam belajar dan les private agar motivasi belajarnya tetap

tinggi.

Page 20: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperhatikan validitas alat ukur

dengan subjek yang akan diteliti. Artinya, validiti alat ukurnya harus disesuaikan

dengan mencerminkan karakteristik subjek yang akan dipakai.

Page 21: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

DAFTAR PUSTAKA

Abror, R. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana

Ali, M. & Asrori, M. 2005. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT Bumi Aksara

Apriani, F. 2008. Peran Dukungan Orang tua dan Teman sebaya terhadapMotivasi Belajar siswa SMP Negeri 1 Kampar. Skripsi. Yogyakarta:Fakultas Psikologi UII (tidak diterbitkan)

Ariyanto. 2002. Hubungan Antara Harga Diri dengan Motivasi MemilihPekerjaan. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII (tidakditerbitkan)

Azwar, Saifuddin. 2000. Metode Penelitian Kuantitaif. Yogyakarta: PustakaPelajar

Borualogo, I. S. 2004. Hubungan antara Persepsi tentang Figur Attachmentdengan Self-Esteem Remaja Panti Asuhan Muhammadiyah. JurnalPsikologi, 13, 1

Clemes, H. & Bean, R. 2001. Membangkitkan Harga Diri Anak. Jakarta: MitraUtama

Cynthia, M. 2009. Motivasi Belajar pada Remaja Kecanduan Komik. Diunduhpada tanggal 20 Februari 2012 darihttp://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10503222.pdf

Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Asdi Mahastya

Ekawati, D. 2004. Hubungan antara Berpikir Positif dengan Motivasi BelajarSiswa SMU. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII (tidakditerbitkan)

Fribasari, W. 2006. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok dalam BidangBimbingan Sosial untuk Meningkatkan Hubungan InterpersonalRemaja di Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang Tahun 2005.Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas NegeriSemarang (tidak diterbitkan)

Gufron, M.N. & Risnawita, R. 2010. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia

Page 22: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

Hadi, S. 2000. Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset

Hamalik, O. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensindo

Hardiyanti, W. & Putri, D.E. 2008. Peran Homeschooling terhadap MotivasiBelajar pada Remaja. Diunduh pada tanggal 15 Juli 2010 darihttp://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel_10503206.pdf

Jess, F. & Gregory, J. F. 2010. Theories of Personality. New York: Avenue of theAmericas

Koeswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco

Mighwar, M.A. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia

Panuju, P. & Umami, I. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT Tiara Wacana

Poduska, B. 1990. Empat Teori Kepribadian. Jakarta: Radar Jaya Offset

Prawuri, D. 2011. Hubungan antara Harga diri dengan Orientasi Masa DepanRemaja. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII (tidak diterbitkan)

Purwanto, N. 1993. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosadakarya

Rasyid, 2008, Konsep dasar Motivasi. Paper, dipresentasikan pada seminarSumber Daya Manusia. Jakarta: Universitas Mercu Buana

Rifki, M. 2008. Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa DiSma Islam Almaarif Singosari Malang. Skripsi. Malang: FakultasTarbiyah Universitas Islam Negeri (tidak diterbitkan)

Santrock, J.W. 2004. Educational Psychology. New York: McGraw-Hill

. 2003. Adolescence. New York: McGraw-Hill Company

Sari, C. P. 2009. Harga Diri Pada Remaja Putri Yang Telah Melakukan HubunganSeks Pranikah. Jurnal Psikologi, 1-14. Diunduh pada tanggal 30 April2012, darihttp://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/industrial-technology/2009/Artikel_10504036.pdf

Sardiman, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Rajawali

Page 23: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

Sefind. 2010. Motivasi Dalam Belajar. Diunduh pada tanggal 1 Mei 2012 darihttp://visya.student.umm.ac.id/9-motivasi-dalam-belajar/

Stuart & Sundeen. 1991. Harga Diri. Diunduh pada tanggal 30 April 2012 darihttp://www.zimbio.com/member/joesafira/articles/6DvSnj3Ot3g/Pengertian+Harga+Diri

Sutjijoso, A.R. & Zarfiel, M.D., Harga Diri dan Prestasi Belajar Pada Remajayang Obesitas. Jurnal Psikologi, 3, 1

Suryabrata, S. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali

Widoyoko, E.P. 2006. Analisis Pengaruh Kinerja Guru terhadap Motivasi BelajarSiswa. Diunduh pada tanggal 15 Juli 2010 darihttp://www.umpwr.ac.id/web/download/publikasi-ilmiah/Analisis%20Pengaruh%20Kinerja%20Guru%20Terhadap%20Motivasi%20Belajar%20Siswa.pdf

Page 24: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI …

IDENTITAS PENULIS

Nama : Ita Kuariah Sofyana

Alamat Kampus : Jln. Anggajaya 2 nomor 292a, Condong Catur, Sleman,

Yogyakarta

Alamat Rumah : Ds. Bumiayu 02 Rt/Rw V, Kec. Wedarijaksa, Kab. Pati,

Jawa Tengah 59152

No. HP : 085292008348

Email : [email protected]