hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

16
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMUN 1 SETU BEKASI HAMDAN Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMUN 1 Setu Bekasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis korelasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMUN 1 Setu sebanyak 79 orang, yang terdiri dari 52 orang wanita dan 27 orang pria yang berasal dari 40 orang siswa jurusan IPA dan 39 orang dari jurusan IPS. Untuk pengukuran percaya diri digunakan skala kepercayaan diri yang disusun oleh peneliti, berdasarkan pada karakteristik individu yang percaya diri yang diungkapkan oleh Fatimah (2006). Pada skala kepercayaan diri uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap skor item dengan skor total dari seluruh item, dan reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach. Dari 61 item skala kepercayaan diri yang telah diujicobakan, 45 item dinyatakan memiliki validitas yang memadai yaitu berkisar antara 0,320 sampai dengan 0,690, sedangkan nilai reliabilitas adalah 0.934. Sedangkan untuk pengukuran motivasi berprestasi digunakan skala motivasi berprestasi yang disusun oleh peneliti, berdasarkan pada ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menurut McClelland (1987). Pada skala motivasi berprestasi dilakukan uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap skor item dengan skor total dari seluruh item, dan reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach. Dari 60 item skala motivasi berprestasi yang telah diujicobakan, 46 item dinyatakan memiliki validitas yang memadai yaitu berkisar antara 0,312 sampai dengan 0,662, sedangkan nilai reliabilitas adalah 0,935. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMUN 1 Setu Bekasidengan koefisien korelasi Pearson (r) yang diperoleh sebesar 0,525 dan nilai sig.( 1- tailed) sebesar 0,000, dimana apabila kepercayaan diri semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi dari siswa SMUN 1 Setu Bekasi dan sebaliknya. Kata kunci: Kepercayaan diri, Motivasi berprestasi, Siswa SMU

Transcript of hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

Page 1: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMUN 1 SETU BEKASI

HAMDAN

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Abstraksi Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMUN 1 Setu Bekasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis korelasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMUN 1 Setu sebanyak 79 orang, yang terdiri dari 52 orang wanita dan 27 orang pria yang berasal dari 40 orang siswa jurusan IPA dan 39 orang dari jurusan IPS. Untuk pengukuran percaya diri digunakan skala kepercayaan diri yang disusun oleh peneliti, berdasarkan pada karakteristik individu yang percaya diri yang diungkapkan oleh Fatimah (2006). Pada skala kepercayaan diri uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap skor item dengan skor total dari seluruh item, dan reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach. Dari 61 item skala kepercayaan diri yang telah diujicobakan, 45 item dinyatakan memiliki validitas yang memadai yaitu berkisar antara 0,320 sampai dengan 0,690, sedangkan nilai reliabilitas adalah 0.934. Sedangkan untuk pengukuran motivasi berprestasi digunakan skala motivasi berprestasi yang disusun oleh peneliti, berdasarkan pada ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menurut McClelland (1987). Pada skala motivasi berprestasi dilakukan uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap skor item dengan skor total dari seluruh item, dan reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach. Dari 60 item skala motivasi berprestasi yang telah diujicobakan, 46 item dinyatakan memiliki validitas yang memadai yaitu berkisar antara 0,312 sampai dengan 0,662, sedangkan nilai reliabilitas adalah 0,935. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMUN 1 Setu Bekasidengan koefisien korelasi Pearson (r) yang diperoleh sebesar 0,525 dan nilai sig.( 1- tailed) sebesar 0,000, dimana apabila kepercayaan diri semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi dari siswa SMUN 1 Setu Bekasi dan sebaliknya. Kata kunci: Kepercayaan diri, Motivasi berprestasi, Siswa SMU

Page 2: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa

gejolak dimana seseorang menghadapi

banyak persoalan dan tantangan, konflik

serta kebingungan dalam proses menemukan

diri dan menemukan tempatnya di

masyarakat (Kartono,1990). Menurut Apollo

(2005) dalam hal pencarian jati diri selain di

masyarakat, sekolah juga memberikan andil

yang cukup besar dalam membentuk

kepribadian dan pola pikir remaja. Karena

banyak waktu yang dilalui oleh remaja salah

satunya di lingkungan sekolah.

Ada beberapa masalah yang

biasanya dihadapi oleh remaja di sekolah

diantaranya: mata pelajaran yang paling

banyak sebagai sumber persoalan bagi para

pelajar ( 70%), sedangkan persoalan yang

muncul dalam hubungan dengan unsur-unsur

sekolah lain relatif kecil jauh dibawah mata

pelajaran (dengan fasilitas sekolah 35%),

dengan guru dan biaya sekolah hampir sama

yaitu rata-rata 24%) (Muchtar dan Manan,

1993)

Banyaknya siswa menghadapi

persoalan dengan mata pelajaran disebabkan

ada beberapa pelajaran yang menuntut waktu

dan pikiran yang banyak. Sebagian mata

pelajaran yang dianggap menimbulkan

masalah ialah ilmu pasti dan pengetahuan

alam, pelajaran kimia, dianggap momok

karena banyak istilah (terminologi) yang

harus dihafal dan banyak rumus yang harus

dikuasai (Muchtar dan Manan, 1993).

Itu pula sebabnya ada ahli yang

mengatakan kehidupan sekolah itu penuh

dengan stress, Lask (dalam Muchtar dan

Manan, 1993 ). Tambahan pula mata

pelajaran adalah tujuan utama pada pelajar

untuk datang dan bergabung dengan

lingkungan sekolah. Menurut

Koentjaraningrat salah satu kelemahan

generasi muda adalah kurangnya rasa

percaya diri. Pernyataan ini didukung oleh

penelitian Afiatin dkk tahun 1997 (dalam

Rizkiyah, 2005), bahwa permasalahan yang

banyak dirasakan dan dialami oleh remaja

pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya

rasa percaya diri.

Menurut Mastuti dan Aswi (2008)

individu yang tidak percaya diri biasanya

disebabkan karena individu tersebut tidak

mendidik diri sendiri dan hanya menunggu

orang melakukan sesuatu kepada dirinya.

Percaya diri sangat bermanfaat dalam setiap

keadaan, percaya diri juga menyatakan

seseorang bertanggung jawab atas

pekerjaannya. Karena semakin individu

kehilangan suatu kepercayaan diri, maka

akan semakin sulit untuk memutuskan yang

terbaik apa yang harus dilakukan pada

dirinya. Sikap percaya diri dapat dibentuk

dengan belajar terus, tidak takut untuk

berbuat salah dan menerapkan pengetahuan

yang sudah dipelajari.

Shauger (dalam Mahrita, 1997)

menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah

anggapan seseorang tentang kompetensi dan

keterampilan yang dimiliki serta

kesanggupan untuk menangani berbagai

macam situasi. Selanjutnya Burns (dalam

Iswidharmanjaya dan Agung, 2005)

mengatakan dengan kepercayaan diri yang

Page 3: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

cukup, seseorang individu akan dapat

mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya

dengan yakin dan mantap. Kepercayaan yang

tinggi sangat berperan dalam memberikan

sumbangan yang bermakna dalam proses

kehidupan seseorang, karena apabila individu

percaya dirinya mampu untuk melakukan

sesuatu, maka akan timbul motivasi pada diri

individu untuk melakukan hal-hal dalam

hidupnya.

Motivasi menurut Suryabrata

(dalam Djaali, 2007) adalah keadaan yang

terdapat dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan aktivitas

tertentu guna pencapaian suatu tujuan.

Sementara itu Gates dkk (dalam Djaali,

2007), mengemukakan bahwa motivasi

adalah suatu kondisi fisioligis dan psikologis

yang terdapat dalam diri seseorang yang

mengatur tindakannya dengan cara tertentu.

Sehubungan dengan kebutuhan hidup

manusia yang mendasari timbulnya motivasi,

Maslow (dalam Djaali, 2007)

mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar

hidup manusia terbagi atas lima tingkatan,

yaitu kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan

untuk makan, minum, berpakaian dan tempat

tinggal, kebutuhan keamanan seperti

kebutuhan untuk memperoleh keselamatan,

keamanan, dan mendapatkan jaminan hidup,

kebutuhan sosial seperti kebutuhan untuk

disukai dan menyukai, dicintai dan

mencintai, bergaul, berkelompok,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

kebutuhan akan harga diri seperti kebutuhan

memperoleh kehormatan, penghormatan,

pujian, prestasi, penghargaan, dan

pengakuan, serta kebutuhan akan aktualisasi

diri seperti kebutuhan untuk memperoleh

kebanggaan dan kekaguman.

Menurut Maslow (dalam Djaali,

2007), manusia adalah makhluk yang tidak

pernah puas seratus persen. Jika suatu

kebutuhan telah terpenuhi, individu tidak lagi

berkeinginan memenuhi kebutuhan tersebut,

tetapi berusaha untuk memenuhi kebutuhan

lain yang lebih tinggi tingkatannya, seperti

kebutuhan keamanan seperti kebutuhan

untuk memperoleh keselamatan, keamanan,

jaminan, kebutuhan sosial seperti kebutuhan

untuk disukai dan menyukai, dicintai dan

mencintai, kebutuhan harga diri seperti

kebutuhan akan kehormatan, pujian dan

prestasi, dan seterusnya. Sementara itu

McClelland (dalam Djaali, 2007),

mengemukakan bahwa di antara kebutuhan

hidup manusia terdapat tiga macam

kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk

berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan

kebutuhan untuk memperoleh makanan.

Selanjutnya Atkinson (dalam Djaali, 2007),

mengemukakan bahwa di antara kebutuhan

hidup manusia, terdapat kebutuhan untuk

berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi

hambatan, melatih kekuatan dan berusaha

untuk melakukan suatu pekerjaan yang sulit

dengan cara yang baik dan secepat mungkin,

atau dengan perkataan lain usaha seseorang

untuk menemukan atau melampaui standar

keunggulan.

Motivasi berprestai menurut

McClelland (dalam Djaali, 2007), adalah

motivasi yang berhubungan dengan

pencapaian beberapa standar kepandaian atau

Page 4: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

standar keahlian. Sedangkan menurut

Heckhausen (dalam Djaali, 2007), motivasi

berprestai adalah suatu dorongan yang

terdapat dalam diri individu yang selalu

berusaha atau berjuang untuk meningkatkan

atau memelihara kemampuannya setinggi

mungkin dalam semua aktivitas dengan

menggunakan standar keunggulan. Menurut

McClelland (dalam Munandar, 2001)

individu dengan kebutuhan berprestasi yang

tinggi selalu mencari kesempatan di mana

mereka memiliki tanggung jawab pribadi

dalam menemukan jawaban-jawaban

terhadap masalahnya.

Menurut Fernald dan Fernald

(Luxori, 2005) banyak faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi motivasi berprestasi

individu, salah satunya adalah apabila

individu percaya bahwa dirinya mampu

untuk melakukan sesuatu, maka individu

akan termotivasi untuk melakukan hal

sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku.

Selain dari itu menurut Mastuti dan Aswi

(2008), percaya diri dapat membuat individu

untuk bertindak dan apabila individu tersebut

bertindak atas dasar percaya diri akan

membuat individu tersebut mampu

mengambil keputusan dan menentukan

pilihan yang tepat, akurat, efisien dan efektif.

Percaya diri akan membuat individu menjadi

lebih mampu dalam memotivasi untuk

mengembangkan dan memperbaiki diri serta

melakukan berbagai inovasi sebagai

kelanjutannya.

Dari hasil penelitian yang telah

diungkapkan oleh Marini tahun 2003 (dalam

Rizkiyah, 2005), terungkap bahwa seseorang

yang mempunyai motivasi berprestasi yang

tinggi cenderung mempunyai tingkat tingkat

kepercayaan diri yang tinggi, tanggung

jawab, dan aktif dalam kehidupan sosial.

Menurut Mastuti dan Aswi (2008), semakin

individu kehilangan suatu kepercayaan diri,

maka individu tersebut akan semakin sulit

melakukan yang terbaik bagi dirinya sendiri.

Dengan kepercayaan diri, inidividu dapat

memotivasi dirinya mengenai pola pikirnya,

sikap dalam mengambil keputusan, nilai-nilai

moral, sikap dan pandangan, harapan dan

aspirasi serta katakutan dan kesedihannya.

Karena motivasi dalam diri individu

merupakan aspek yang paling terbuka untuk

mengubah sepanjang kehidupan individu dan

merupakan acuan bagi individu untuk

melakukan interaksi dengan lingkungan

keluarga, adat budaya, kepribadian orang-

orang terdekat, prestasi dan juga peristiwa-

peristiwa yang terjadi sepanjang kehidupan

individu.

Berdasarkan uraian diatas, maka

penulis ingin menguji apakah ada hubungan

antara kepercayaan diri dengan motivasi

berprestasi pada remaja ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan

dilakukan adalah untuk menguji apakah ada

hubungan antara kepercayaan diri dengan

motivasi berprestasi pada remaja.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang akan

dilakukan dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu :

Page 5: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang positif

antara kepercayaan diri dengan motivasi

berprestasi, dimana kepercayaan diri

yang tinggi dapat menyebabkan motivasi

berprestasi pula. Maka penelitian ini

diharapkan dapat memperkaya khasanah

ilmu pengetahuan khususnya dibidang

psikologi pendidikan berupa informasi

dan pengetahuan baru. Dan untuk

penelitian selanjutnya diharapkan lebih

memperhatikan hal-hal yang berkaitan

dengan ciri-ciri dari kepercayaan diri

yang dapat meningkatkan motivasi

berprestasi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa kepercayaan diri

yang tinggi dapat menyebabkan motivasi

berprestasi pula dan sebaliknya.

Diharapkan dapat memberikan manfaat

serta masukan kepada para pengajar

maupun siswa SMU tentang pentingnya

pengembangan kepercayaan diri yang

tinggi, khususnya siswa SMU yang

duduk di kelas 3. Dan membantu para

siswa SMU agar dapat meningkatkan

kepercayaan diri agar lebih maksimal

sehingga lebih termotivasi untuk

berprestasi dalam bidang akademik.

Dalam hal ini dapat berupa

pengembangan kepribadian, pola belajar

yang dibuat lebih menyenangkan dan

bisa berinteraksi dengan orang lain,

selalu berikanlah reward kepada diri

sendiri ketika mendapatkan suatu

keberhasilan dan selalu berpikir positif.

TINJAUAN PUSTAKA

Motivasi Berprestasi

Menurut Suryabrata (dalam Djaali

2000) motivasi adalah suatu keadaan yang

terdapat dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan aktivitas

tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Menurut Gates (dalam Djaali 2000)

mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu

kondisi fisiologis dan psikologis yang

terdapat dalam diri seseorang yang mengatur

tindakannya dengan cara tertentu. Greenberg

(dalam Djaali 2000) mengemukakan bahwa

motivasi adalah suatu proses

membangkitkan, mengarahkan, dan

memantapkan perilaku arah suatu tujuan.

Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa motivasi adalah suatu kondisi

fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam

diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan aktivitas tertentu guna mencapai

suatu tujuan (kebutuhan).

Menurut Woolfolk (1993)

mengatakan bahwa motivasi berprestasi yaitu

suatu keinginan untuk berhasil, berusaha

keras, dan mengungguli orang lain

berdasarkan suatu standar mutu tertentu.

Gage dan Berliner (1992) mengemukakan

bahwa motivasi berprestasi adalah untuk

meraih sukses dan menjadi yang terbaik

dalam melakukan sesuatu. Sedangkan

menurut McClelland (dalam Dimyati &

Mudjiono 1999) mengatakan bahwa salah

satu motivasi yang berperan dalam individu

Page 6: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

yaitu, motivasi berprestasi (Achievement

motive). motivasi berprestasi ini mendorong

seseorang untuk mencapai keberhasilan

dalam melaksanakan tugasnya dimana

individu bekerja sebaik mungkin dengan

usaha yang sungguh-sungguh.

Menurut Atkinson dan Raynor

(1978) motivasi berprestasi adalah faktor-

faktor yang nenentukan perilaku manusia

dalam mencapai prestasi yang berkaitan

dengan beberapa kriteria-kriteria keunggulan.

Motivasi berprestasi terjadi ketika individu

tahu bahwa terdapat penilaian (dari diri

sendiri ataupun dari orang lain). Menurut

Morgan dkk (dalam Tresnawati, 2001) di

dalam buku “introduction to psychology”

merumuskan bahwa motivasi berprestasi

adalah suatu usaha untuk mecapai sesuatu

dan menjadi sukses dalam menampilkan

tugas. Santrock (dalam Sobur, 2003)

merumuskan bahwa motivasi berprestasi

adalah suatu dorongan untuk

menyempurnakan sesuatu, untuk mencapai

sebuah standar keunggulan dan mencurahkan

usaha atau upaya untuk mengungguli.

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan motivasi berprestasi adalah

suatu keinginan untuk berhasil, meraih

sukses dan menjadi yang terbaik dengan

bekerja sebaik mungkin dengan usaha yang

sungguh-sungguh untuk mencapai sebuah

standar keunggulan dan mencurahkan usaha

untuk mengungguli.

Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi

McClelland (1987) mengemukakan

beberapa ciri yang membedakan individu

dengan motivasi berprestasi yang tinggi,

yaitu :

a. Resiko pemilihan tugas

Cenderung memilih tugas dengan derajat

kesulitan yang sedang, yang

memungkinkan berhasil. Mereka

menghindari tugas yang terlalu mudah

karena sedikitnya tantangan atau

kepuasan yang didapat. Mereka yang

menghindari tugas yang terlalu sulit

kemungkinan untuk berhasil sangat

kecil.

b. Membutuhkan umpan balik

Lebih menyukai bekerja dalam situasi

dimana mereka dapat memperoleh

umpan balik yang konkret tentang apa

yang mereka lakukan karena jika tidak,

mereka tidak dapat mengetahui apakah

mereka sudah melakukan sesuatu dengan

baik dibandingkan dengan yang lain.

Umpan balik ini selanjutnya digunakan

untuk memperbaiki prestasinya.

c. Tanggung jawab

Lebih bertanggung jawab secara pribadi

pada awal kinerjanya, karena dengan

begitu mereka dapat merasa puas saat

dapat menyelesaikan sesuatu tugas

dengan baik.

d. Ketekunan

Lebih bertahan atau lebih tekun dalam

mengerjakan tugas, bahkan saat tugas

tersebut menjadi sulit.

e. Kesempatan untuk unggul

Lebih tertarik dan tugas-tugas yang

melibatkan kompetisi dan kesempatan untuk

Page 7: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

unggul. Mereka juga lebih berorientasi pada

tugas dan mencoba untuk mengerjakan dan

menyelesaikan lebih banyak tugas dari pada

individu dengan motivasi berprestasi rendah.

f. Berprestasi

Lebih tertarik untuk berprestasi dalam

bekerja.

Percaya Diri

Menurut Fatimah (2006)

kepercayaan diri adalah sikap positif seorang

individu yang memampukan dirinya untuk

mengembangkan penilaian positif, baik

terhadap diri sendiri maupun terhadap

lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

Sedangkan menurut Guilford ( dalam Hakim,

2004) bahwa kepercayaan diri adalah

pengharapan umum tentang keberhasilan

Branden (dalam Iswidarmanjaya

dan Agung, 2005) mengemukakan bahwa

kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang

pada kemampuan yang ada dalam dirinya.

Bandura (dalam Iswidarmanjaya dan Agung,

2005) mendefinisikan kepercayaan diri

sebagai suatu perasaan yang berisi kekuatan,

kemampuan, dan keterampilan untuk

melakukan atau menghasilkan sesuatu yang

dilandasi keyakinan untuk sukses.

Selanjutnya Radenbach (1998)

menyatakan bahwa percaya diri bukan berarti

menjadi keras atau seseorang yang paling

sering menghibur dalam suatu kelompok,

percaya diri tidak juga menjadi kebal

terhadap ketakutan. Percaya diri adalah

kemampuan mental untuk mengurangi

pengaruh negatif dari keragu-raguan, dengan

demikian biarkan rasa percaya diri setiap

orang digunakan pada kemampuan dan

pengetahuan personal untuk memaksimalkan

efek.

McClelland (dalam Luxori, 2005)

bahwa kepercayaan diri merupakan kontrol

internal, perasaan akan adanya sumber

kekuatan dalam diri, sadar akan kemampuan-

kemampuan dan bertanggung jawab terhadap

keputusan-keputusan yang telah

ditetapkannya. Menurut Tosi dkk (dalam Lie,

2003) mengungkapkan bahwa kepercayaan

diri merupakan suatu keyakinan dalam diri

seseorang bahwa individu mampu meraih

kesuksesan dengan berpijak pada usahanya

sendiri.

Berdasarkan uraian di atas maka

dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah

penilaian positif terhadap diri sendiri

mengenai kemampuan yang ada dalam

dirinya untuk menghadapi berbagai situasi

dan tantangan serta kemampuan mental

untuk mengurangi pengaruh negatif dari

keragu-raguan yang mendorong individu

untuk meraih keberhasilan atau kesuksesan

tanpa tergantung kepada pihak lain dan

bertanggung jawab atas keputusan yang telah

ditetapkannya.

Karakteristik Individu yang Percaya Diri

Fatimah (2006) mengemukakan

beberapa ciri-ciri atau karakteristik individu

yang mempunyai rasa percaya diri yang

proporsional adalah sebagai berikut :

a. Percaya akan kemampuan atau

kompetensi diri, hingga tidak

membutuhkan pujian, pengakuan,

Page 8: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

penerimaan ataupun hormat dari orang

lain.

b. Tidak terdorong untuk menunjukkan

sikap konformis demi diterima oleh

orang lain atau kelompok

c. Berani menerima dan menghadapi

penolakan orang lain, berani menjadi diri

sendiri

d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak

moody dan emosi stabil)

e. Memiliki internal locus of control

(memandang keberhasilan atau

kegagalan, bergantung pada usaha

sendiri dan tidak mudah menyerah pada

nasib atau keadaan serta tidak

bergantung atau mengharapkan bantuan

orang lain)

f. Mempunyai cara pandang yang positif

terhadap diri sendiri, orang lain dan

situasi di luar dirinya

g. Memiliki harapan yang realistik terhadap

diri sendiri, sehingga ketika harapan itu

terwujud, ia tetap mampu melihat sisi

positif dirinya dan situasi yang terjadi.

Remaja

Remaja adalah suatu peralihan

antara akil balik (puberty) dan dewasa, suatu

masa pancaroba dalam perkembangan fisik,

kognitif (cognitive), emosi dan sosial, juga

merupakan suatu masa transisi dari kanak-

kanak menjadi dewasa (Tjokrohusada dalam

Sampoerno & Azwar, 1987).

Menurut Prawiratirta (dalam

Gunarsa, 1983) masa remaja merupakan

masa transisi dari kanak-kanak menuju

dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang

terjadi dalam masa remaja ini satu

diantaranya adalah perubahan-perubahan

fisik. Percepatan yang berlipat ganda dalam

perubahan fisik seperti tinggi badan,

perubahan bentuk tubuh, perubahan suara

dan sebagainya. Sedangkan menurut

Wirowidjojo (dalam Sarwono, 1984) remaja

adalah seorang yang pada jenjang waktu

tertentu dalam tumbuh kembangnya antara

anak dan tingkat dewasa. Remaja ini telah

melewati masa anak sekolah dasar, tetapi

belum sampai pada ambang pintu untuk

memasuki alam kedewasaan.

Istilah masa remaja digunakan untuk

menunjukkan masa peralihan dari

ketergantungan dan perlindungan orang

dewasa pada ketergantungan terhadap diri

sendiri dan penentuan diri sendiri. Masa

remaja ditandai dengan munculnya

serangkaian perubahan fisiologis yang kritis,

yang membawa individu pada kematangan

fisik dan biologis (Semiun, 2006). Masa

remaja dimaksudkan sebagai periode transisi

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

batasan usianya tidak ditentukan dengan

jelas, tetapi kira-kira berawal dari usia 12

tahun sampai dengan akhir usia belasan, saat

pertumbuhan fisik hampir lengkap (Atkinson

dkk, 1993)

Berdasarkan definisi yang

dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa

remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak

menuju dewasa, menunjukkan masa

peralihan dari ketergantungan dan

perlindungan orang dewasa pada

ketergantungan terhadap diri sendiri dan

penentuan diri sendiri.

Page 9: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

Hubungan Antara Percaya Diri dengan

Motivasi Berprestasi

Pada Siswa SMUN 1 Setu Bekasi

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa percaya diri merupakan

penilaian positif terhadap diri sendiri

mengenai kemampuan, bakat kepemimpinan,

serta kemampuan mental untuk mengurangi

pengaruh negatif dari keragu-raguan,

memiliki ketentraman diri, mampu

menyalurkan segala yang individu ketahui

dan segala yang individu kerjakan, serta

merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai

tujuan di dalam kehidupan.

Menurut Iswidharmanjaya dan

Agung (2005) kepercayaan diri bukan

merupakan aspek yang dibawa seseorang

sejak lahir. Terbentuknya kepercayaan diri

seseorang tidak lepas dari perkembangan

manusia pada umumnya, khususnya

perkembangan kepribadiannya. Aspek

kepribadian inilah yang mempunyai fungsi

penting dalam kehidupan manusia,

khususnya dalam meraih keberhasilan.

Kepercayaan diri juga berperan dalam

memberikan semangat serta motivasi kepada

individu untuk dapat bereaksi secara tepat

terhadap tantangan dan kesempatan yang

datang pada seseorang maupun untuk

merasakan berbagai kebahagiaan dalam

hidupnya.

Shauger (dalam Mahrita, 1997)

menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah

anggapan seseorang tentang kompetensi dan

keterampilan yang dimiliki serta

kesanggupan untuk menangani berbagai

macam situasi. Selanjutnya Burns (dalam

Luxori, 2005) mengatakan dengan

kepercayaan diri yang cukup, seseorang

individu akan dapat mengaktualisasikan

potensi yang dimilikinya dengan yakin dan

mantap. Kepercayaan yang tinggi sangat

berperan dalam memberikan sumbangan

yang bermakna dalam proses kehidupan

seseorang, karena apabila individu percaya

dirinya mampu untuk melakukan sesuatu,

maka akan timbul motivasi pada diri individu

untuk melakukan hal-hal dalam hidupnya.

Selain itu dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Gough (dalam Apollo, 2005)

melaporkan bahwa siswa yang percaya

dirinya rendah lebih banyak tercatat siswa

tidak berprestasi, rendahnya tanggung jawab

sosial dan motivasinya.

Menurut Winkel (dalam Tresnawati,

2001) motivasi berprestasi adalah suatu daya

penggerak dalam diri seseorang untuk

memperoleh suatu keberhasilan dan

melibatkan diri dalam kegiatan, dimana

keberhasilan tergantung pada usaha pribadi

dan kemampuan yang dimiliki. Menurut

Atkinson (dalam Djaali, 2007), di antara

kebutuhan hidup manusia, terdapat

kebutuhan untuk berprestasi, yaitu dorongan

untuk mengatasi hambatan, melatih

kekuatan, dan berusaha untuk melakukan

suatu pekerjaan yang sulit dengan cara yang

baik dan secepat mungkin, atau dengan

perkataan lain usaha seseorang untuk

menemukan atau melampaui standar

keunggulan. Seseorang yang mempunyai

motivasi berprestasi yang tinggi pada

Page 10: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

umumnya harapan akan suksesnya selalu

mengalahkan rasa takut akan mengalami

kegagalan. Individu selalu merasa optimis

dalam mengerjakan setiap apa yang

dihadapinya, sehingga setiap saat selalu

termotivasi untuk mencapai tujuannya.

Menurut Apollo (2005) bahwa siswa

yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi

menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi di

sekolah. Sebaliknya siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi yang rendah akan

kesulitan dalam mengatur diri, hubungan

interpersonal dengan teman sebaya di

sekolah, kurang suka bergaul, tertekan,

kecemasan dan pesimisme terhadap masa

depan.

Heckhausen (dalam Tresnawati,

2001) mengemukakan beberapa aspek dari

individu yang memiliki motivasi berprestasi

yang tinggi, yaitu : 1) Individu tersebut

memiliki kepercayaan diri yang tinggi, 2)

berorientasi kepada masa depan, 3)

cenderung memilih tugas dalam tingkat

kesukaran sedang, 4) tidak suka membuang-

buang waktu, 5) cenderung berteman dengan

orang yang memiliki kemampuan dan 6)

mengerjakan tugas dengan tangguh dan ulet.

Selain itu dari hasil penelitian yang telah

diungkapkan oleh Marini tahun 2003 (dalam

Rizkiyah, 2005), terungkap bahwa seseorang

yang mempunyai motivasi berprestasi yang

tinggi cenderung mempunyai tingkat tingkat

kepercayaan diri yang tinggi, tanggung

jawab, dan aktif dalam kehidupan sosial.

Menurut Mastuti dan Aswi (2008)

percaya diri akan membuat individu menjadi

lebih mampu dalam memotivasi untuk

mengembangkan dan memperbaiki diri serta

melakukan berbagai inovasi sebagai

kelanjutannya. Wellington & Wellington

(dalam Apollo, 2005) mengatakan murid-

murid yang mempunyai kepercayaan diri

akan lebih cenderung termotivasi, rasa

tanggung jawab dan kesungguhan dalam

mencapai tujuan. Sikap percaya diri dibentuk

dengan belajar terus, tidak takut untuk

berbuat salah dan menerapkan pengetahuan

yang sudah dipelajari.

Berdasarkan uraian-uraian di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan

diri dapat mempengaruhi motivasi

berprestasi individu. Karena dengan percaya

diri, individu dapat memotivasi dirinya

mengenai pola pikirnya, sikap dalam

mengambil keputusan, nilai-nilai moral,

sikap dan pandangan, harapan dan aspirasi

terhadap masa depan, serta ketakutan dan

kesedihannya.

Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka di

atas, maka dapat ditarik hipotesis yaitu ada

hubungan yang positif antara kepercayaan

diri dengan motivasi berprestasi pada remaja,

di mana remaja yang memiliki kepercayaan

diri yang tinggi akan memiliki motivasi

berprestasi yang tinggi pula dan sebaliknya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif yang bersifat

hubungan, yaitu menghubungkan antara

variable satu dengan yang lain.

Page 11: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

Total subjek dalam penelitian ini

adalah sebanyak 79 siswa. Sampel penelitian

yaitu siswa kelas 3 IPA sejumlah 40 siswa

dan kelas 3 IPS sejumlah 39 orang di SMUN

1 SETU Bekasi. Sedangkan metode yang

digunakan dalam pengambilan sampel adalah

dengan purposive sampling yaitu dengan

menentukan kriteria-kriteria sampel yang

dibutuhkan dalam penelitian antara lain siswa

dan siswi SMU kelas 3 dan berumur antara

17-19 tahun.

Pada penelitian ini teknik

pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan angket atau kuesioner. Untuk

variabel kepercayaan diri digunakan skala

kepercayaan diri yang berbentuk skala likert

dan untuk variabel motivasi berprestasi

digunakan skala yang berbentuk skala likert.

Pengumpulan data yang digunakan

untuk mengukur kepercayaan diri disusun

berdasarkan karakteristik kepercayaan diri

dari Fatimah (2006) yaitu percaya akan

kemampuan dan kompetensi diri, tidak

konformis demi diterima oleh orang lain atau

kelompok, berani menghadapi penolakan

orang lain, punya pengendalian diri yang

baik, memiliki internal locus of control,

mempunyai cara pandang yang positif

terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di

luar dirinya, memiliki harapan yang realistik.

Sedangkan pengumpulan data yang

digunakan untuk mengukur motivasi

berprestasi yaitu dengan menggunakan skala

motivasi berprestasi yang disusun

berdasarkan ciri-ciri individu dengan

motivasi berprestasi tinggi menurut

McClelland (1987), yaitu: resiko pemilihan

tugas, membutuhkan umpan balik, tanggung

jawab, ketekunan, kesempatan untuk unggul,

dan berprestasi

Uji validitas dalam penelitian ini

adalah dengan mengkolerasikan skor setiap

item dengan total item (metode item total

correlation), dengan menggunakan korelasi

Product Moment dari Pearson (Azwar, 2006).

Sedangkan untuk menguji reliabilitas alat

ukur motivasi berprestasi dilakukan dengan

menggunakan analisis Alpha Cronbach

(Azwar, 2006).

Teknik analisis korelasi yaitu untuk

mengetahui hubungan kepercayaan diri

sebagai variabel Independent (X) terhadap

motivasi berprestasi siswa sebagai variabel

Dependent (Y). Analisis ini dilakukan

dengan bantuan program SPSS Versi 13.0

for Windows.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan

mempersiapan alat ukur meliputi penyusunan

skala kepercayaan diri dan Skala motivasi

berprestasi. Pada skala kepercayaan diri

dipersiapkan 61 pernyataan, yang terdiri dari

30 item favorabel dan 31 item unfavorabel.

Sedangkan skala motivasi berprestasi

dipersiapkan 60 pernyataan, yang terdiri dari

31 item favorabel dan 29 item unfavorable.

kemudian dilakukan pengambilan data yaitu

pada hari Senin tanggal 1 Maret 2009 di

SMUN 1 Setu Bekasi. Peneliti memberikan

kuesioner kepada 79 subjek penelitian untuk

pengambilan data.

Uji validitas dan Reliabilitas Skala

Pada skala kepercayaan diri yang

disusun dengan menggunakan skala likert,

Page 12: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

dari 61 item yang digunakan, diperoleh 45

item yang valid, sementara 16 item yang lain

dinyatakan gugur. Item valid memiliki nilai

korelasi antara 0,320 – 0,690, sedangkan

pada uji reliabilitas dilakukan dengan teknik

Alpha Cronbach yang diperoleh dengan nilai

reliabilitas sebesar 0,934. Pengujian validitas

dan reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan

program SPSS Versi 13.0 for Windows.

Sedangkan pada skala motivasi berprestasi

yang disusun dengan menggunakan skala

likert, dari 60 item yang digunakan,

diperoleh 46 item yang valid, sementara 14

item yang lain dinyatakan gugur. Item valid

memiliki nilai korelasi antara 0,312 – 0,662,

sedangkan pada uji reliabilitas dilakukan

dengan teknik Alpha Cronbach yang

diperoleh dengan nilai reliabilitas sebesar

0,934. Pengujian validitas dan reliabilitas ini

dilakukan dengan bantuan program SPSS

Versi 13.0 for Windows.

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan

bantuan program SPSS Ver 13 for Windows

dan menggunakan One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Tes untuk menguji normalitas

sebaran skor.

Hasil pengujian menunjukkan

bahwa pada tabel Kolmogorov-Smirnov

untuk skala kepercayaan diri menunjukkan

angka 0,078 (p > 0,05). Dengan demikian

distribusi kepercayaan diri pada sampel yang

telah diambil adalah normal. Selain itu, hasil

pengujian normalitas pada skala motivasi

berprestasi menunjukkan angka 0,200 (p >

0,05). Dengan demikian distribusi motivasi

berprestasi pada sampel yang telah diambil

adalah normal..

Uji Linearitas dan Uji Hipotesis

Pada penelitian ini didapat bahwa

variabel x (percaya diri) dan y (motivasi

berprestasi) linear, karena pada tabel

linearitas menunjukkan nilai sig 0,000 (p <

0,05). Dengan demikian dapat dikatakan ada

hubungan yang linear antara kepercayaan diri

dengan motivasi berprestasi pada siswa

SMUN 1 Setu Bekasi, sedangkan untuk uji

hipotesis berdasarkan analisis data yang

dilakukan dengan menggunakan korelasi

Product Moment Pearson (1 tailed) dibantu

dengan program SPSS Ver 13 for Windows.

Dari hasil analisis data diketahui bahwa

koefisien korelasi Pearson yang diperoleh

sebesar 0,525 dengan nilai sig.(1-tailed)

sebesar 0,000. dengan demikian hipotesis

yang menyatakan ada hubungan antara

kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

pada siswa SMUN 1 SETU Bekasi,

hubungannya bersifat positif yaitu apabila

kepercayaan diri semakin tinggi maka

semakin tinggi pula motivasi berprestasi dari

seseorang dan sebaliknya. Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini

diterima.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian ini diketahui

bahwa hipotesis diterima, dengan demikian

terdapat hubungan yang signifikan dengan

arah yang positif antara kepercayaan diri

dengan motivasi berprestasi pada siswa

SMUN 1 SETU Bekasi.

Koefisien korelasi yang diperoleh

menunjukkan angka positif yaitu sebesar

Page 13: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

0,525, hal ini berarti terdapat kecenderungan

semakin tinggi kepercayaan diri maka akan

semakin tinggi pula motivasi berprestasi

yang dimiliki siswa SMUN 1SETU Bekasi.

Semakin tinggi kepercayaan diri

maka akan semakin tinggi pula motivasi

berprestasi yang dimiliki oleh siswa SMUN 1

SETU Bekasi. Hal ini dimungkinkan karena

siswa yang mempunyai kepercayaan diri

yang tinggi mempunyai kepercayaan akan

kemampuan sendiri yang memadai dan

menyadari akan kemampuan yang dimiliki,

serta dapat memanfaatkannya secara tepat

(Iswidharmanjaya & Agung, 2004).

Individu dapat mempunyai

kepercayaan diri yang baik apabila individu

tersebut cenderung realistik terhadap

kemampuan diri sendiri dan menghargai diri

sendiri secara positif, yakin akan kemampuan

diri sendiri tanpa terpengaruh oleh sikap atau

pendapat orang lain, merasa optimis, tenang,

aman, tidak mudah cemas dan tidak ragu-

ragu menghadapi permasalahan

(Iswidharmanjaya & Agung, 2004).

Berdasarkan uraian diatas maka subjek

penelitian cenderung mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi sehingga

mereka dapat menyadari atas kemampuan

yang dimiliki, merasa optimis dalam

menghadapi setiap permasalahan, serta

mereka tidak terpengaruh oleh pendapat

orang lain dan tidak ragu-ragu dalam setiap

permasalahan yang mereka hadapi.

Kepercayaan diri juga merupakan

modal dasar untuk pengembangan dalam

aktualisasi diri (eksplorasi segala

kemampuan dalam diri). Berani bertindak

dan mengambil kesempatan yang

dihadapinya. Sementara itu, kepercayaan diri

yang rendah akan mengakibatkan hal yang

buruk bagi siswa SMUN 1 SETU Bekasi dan

mempengaruhi kemampuannya dalam

mengahadapi setiap permasalahan. Semakin

mereka kehilangan kepercayaan diri maka

akan semakin menghambat mereka dalam

mengembangkan potensi diri, pesimis dalam

menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu

dalam menyampaikan gagasan, bimbang

dalam menentukan pilihan dan sering

membanding-bandingkan dirinya dengan

orang lain.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa siswa SMUN 1 SETU Bekasi

memiliki tingkat kepercayaan diri pada

kategori rata-rata. Yang dapat dilihat dari

mean empirik sebesar 127,47. Selanjutnya

untuk motivasi berprestasi diperoleh mean

empirik sebesar 144,05 yang berada pada

kategori tinggi.

Dengan kepercayaan diri yang

cukup dan tingkat motivasi berprestasi yang

baik pada siswa SMUN 1 SETU Bekasi

dapat memungkinkan mereka menjadi

pribadi yang selalu menghadapi tantangan,

berprestasi, ingin mencapai kesuksesan.

Siswa yang memiliki kepercayaan diri

memungkinkan pula siswa menjadi lebih

bertanggung jawab, optimis, bersifat realistik

terhadap kemampuan yang dimiliki, serta

tidak mudah cemas dan ragu-ragu dalam

menghadapi setiap permasalahan yang

dihadapi. Sebaliknya siswa yang memiliki

kepercayaan diri dan motivasi berbprestasi

yang rendah akan bersikap pesimis akan

Page 14: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

kemampuan yang dimiliki, merasa bimbang

dan juga selalu membandingkan dirinya

dengan orang lain.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian,

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang sangat signifikan dengan arah yang

positif antara kepercayaan diri dengan

motivasi berprestasi pada siswa SMUN 1

SETU Bekasi. Dimana semakin tinggi

kepercayaan diri maka akan semakin tinggi

pula motivasi berprestasi yang dimiliki oleh

siswa SMUN 1 SETU Bekasi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian

maka diajukan beberapa saran sebagai

berikut :

1. Karena hasil penelitian menunjukkan

kepercayaan diri mempunyai hubungan

dengan motivasi berprestasi, maka

diharapkan bagi siswa yang ingin

melanjutkan ke perguruan tinggi

diharapkan lebih meningkatkan

kepercayaan dirinya melalui belajar

berdiskusi dengan teman, ikut

extrakulikuler agar dapat berprestasi di

perguruan tinggi yang ia jalani. Dengan

kepercayaan diri siswa yang tinggi

tersebut dapat memotivasi dirinya untuk

selalu merasa optimis dan dapat bersaing

untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

2. Dalam penelitian ini, peneliti hanya

menggunakan 79 siswa dan hanya

menggunakan salah satu SMU sebagai

sampelnya karena keterbatasan waktu

dan biaya. Maka diharapkan untuk

peneliti selanjutnya agar dapat

melakukan penelitian bukan hanya di

SMU saja, tetapi juga bisa dilakukan di

SMK atau sekolah menengah atas

lainnya. Sehingga lebih menggambarkan

dari karakteristik kepercayaan diri pada

remaja pada umumnya.

3. Diharapkan bagi orang tua yang anaknya

menuntut ilmu di SMU agar dapat

memberikan dukungan dan masukan-

masukan untuk membantu sang anak

dalam mengembangkan kepercayaan

dirinya agar dapat terus termotivasi

untuk mendapatkan hasil yang terbaik di

sekolahnya.

4. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan

untuk menindaklanjuti hasil penelitian

ini dengan penelitian lanjutan serta

dengan subjek yang berbeda, seperti

subjek dengan kelas sosial ekonomi

yang rendah. Dengan cara ini diharapkan

dapat memperkaya ilmu pengetahuan

khususnya dibidang psikologi

pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Jakarta : UMM Press. Atkinson, R. L,. Atkinson, R. C., Smith, E. E.

& Bem, D. J. (1993). Pengantar psikologi. Alih Bahasa: Widjaja Kusuma. Batam: Interaksara

Atkinson, J. & Raynor, J. (1978).

Personality, motivation & achievement. New York : Halstead Press, John Willey & Sons.

Azwar, S. (2006). Penyusunan skala

psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Angelis, B. D. (2005). Confidence : percaya

diri sumber sukses dan kemandirian.

Page 15: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Apollo. (2005). Hubungan antara

kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. 3, 46-63.

Centi, P. J. (1993). Mengapa rendah diri.

Kanisius : Jakarta. Djaali, H. (2007). Psikologi pendidikan.

Jakarta : PT. Bumi Aksara. Djaali, H. (2000). Psikologi pendidikan.

Jakarta : Universitas Negeri Jakarta. Dimyati & Mudjiono. (1992). Belajar dan

pembelajaran. Jakarta : Rieneka Cipta. Fatimah, E. (2006). Psikologi perkembangan

: perkembangan peserta didik. Bandung : Pustaka Setia

Gage, N. L & Berliner, D. C. (1992).

Educational psychologi. 5th ed. Boston : Houghton Mifflin Company.

Gunarsa, S. D & Gunarsa, Yulia. S. D.

(1983). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia

Hakim, T. (2004). Mengatasi rasa tidak

percaya diri. Jakarta : Puspa Swara Hurlock, E.B. (1993). Psikologi

perkembangan: suatu pendekatan sepanjang tentang kehidupan. (Alih Bahasa: Istiwidayanti & Soejarwo). Jakarta:Erlangga.

Iswidharmanjaya, A dan Agung, G. (2005).

Satu hari menjadi lebih percaya diri. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Kartono, Kartini. (1990). Psikologi anak.

Bandung : Mandar Maju. Luxori, Y. (2005). Percaya diri. Jakarta :

Khalifa.

Lie, A. (2003). 1001 Cara menumbuhkan rasa percaya diri anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Mastuti & Aswi. (2008). 50 Kiat percaya

diri. Jakarta : PT. Buku Kita. Munandar, A. S., (2001). Psikologi industri

& organisasi. Jakarta : Penerbit UI. McClelland, D. C. (1987). Human

motivation. New York : Cambridge University.

Mahrita, E. (1997). Pengembangan inventori

kepercayaan diri (penelitian reliabilitas, validitas dan norma pada sampel mahasiswa berusia 18-27 tahun di Jakarta dan sekitarnya). skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Muchtar, R & Manan, A. M (1993). Remaja

pelajar SMU dan lingkungan sosial: permasalahan dan upaya mereka mengatasinya. Jurnal Masyarakat Indonesia. 20, 387-397.

Riyanti, D.B.P & Prabowo, H. (1998).

Psikologi umum 2. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Redenbach, R. (1998). Tampil penuh dengan

percaya diri. Jakarta : PT. Handal Niaga Pustaka.

Rifa’I, M. S. S. (1984). Psikologi

perkembangan remaja dari segi kehidupan sosial. Bandung: Bina Aksara

Rizkiyah. (2005). Hubungan antara

penerimaan kelompok teman sebaya dengan kepercayaan diri remaja awal siswa kelas XI IPS SMAN 5 Bekasi. skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam As-Syafi’iyah.

Singarimbun, M & Effendi, S. (1989).

Metode penelitian survai. Jakarta : PT. Midas Surya Grafindo

Page 16: hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

Sampoerna, D & Azwar, A. (1987). Perkawinan dan kehamilan pada wanita muda usia. Jakarta: Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Sarwono, S. W. (1984). Perkawinan remaja.

Jakarta: PT. Sinar Agape Press Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 1.

Yogyakarta: Kanisius Sarwono, S.W. (2002). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Press. Tresnawati, F. L. (2001). Hubungan antara

motivasi berprestasi dengan kepercayaan diri pada siswa kelas 3 IPS SMUN 15. Jakarta Utara. skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Persada.YAI.

Woolfolk, A. E. (1993). Educational

psychologi. 4th ed. Englewood Cliff New Jersey : Prentice Hall Inc.