NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula...

70
NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Transcript of NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula...

Page 1: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

NASKAH AKADEMIS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG

WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN

KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Page 2: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

2

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH

KABUPATEN JEMBRANA TENTANG WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN

TIM PENELITI

I Ketut Sudiarta, SH., MH.

Ni Luh Gede Astariyani, SH., MH.

A.A. I Ari Atu Dewi., MH.

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BEKERJA SAMA

DENGAN PUSAT PERANCANGAN HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Page 3: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

3

PUSAT PERANCANGAN HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA Jalan Bali Nomor 1 Denpasar

Tlp. (0361)222666

Page 4: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

ABSTRAK

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri

atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Setiap daerah tersebut

mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota

mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan

pendidikan yang berbasis keunggulan lokal, yang selanjutnya diatur dengan

Peraturan Pemerintah. Kemudian Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar mengatur bahwa, Pemerintah

daerah dapat mengatur lebih lanjut pelaksanaan program wajib belajar,

sesuai dengan kondisi daerah masing-masing melalui Peraturan Daerah.

Sekalipun ada dasar hukum untuk menetapkan Peraturan Daerah Tentang

Wajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi)

membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar meliputi

argumentasi filosofis, sosiologis, dan yuridis. Dalam kerangka inilah perlu

disusun Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Jembrana tentang Wajib Belajar 12 Tahun.

Tim Peneliti

Page 5: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar >> i

Daftar Isi >> ii Daftar Gambar >> iii

Daftar Tabel >> iv

BAB I. PENDAHULUAN >>> 1 A. Latar Belakang >>> 1

B. Identifikasi Masalah >>> 2

C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik

>>> 2

D. Metode Penelitian >>> 3

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS >>> 4

A. Kajian Teoritis >>> 4 B. Kajian Terhadap Asas yang Terkait Dengan

Penyusunan Norma

>>> 6

C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan >>> 8 D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan

Terhadap Masyarakat Dan Dampaknya

Terhadap Beban Keuangan Daerah

>>> 10

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

>>> 26

A. Kondisi Hukum Yang Ada dan Statusnya >>> 26 B. Keterkaitan Peraturan Daerah Baru Dengan

Peraturan Perundang-undangan Yang Lain

>>> 29

C. Rencana Pengaturan Dari Pemerintah

KABUPATEN JEMBRANA Teantang Wajib Belajar 12 Tahun

>>> 30

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN

YURIDIS

>>> 31

A. Validitas Peraturan Perundang-undangan :

Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis.

>>> 31

B. Relevansi Validitas Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Wajib Belajar 12

Tahun

>>> 36

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN

DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TENTANG

WAJIB BELAJAR 12 TAHUN

>>> 39

A. Arah dan Jangkauan Pengaturan >>> 39

B. Ruang Lingkup Materi Muatan >>> 41

Page 6: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

iii

BAB VI PENUTUP >>>43

A. RANGKUMAN >>>43 B. SARAN >>>44

DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN >>>46

DAFTAR PUSTAKA >>>47 LAMPIRAN

1. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Wajib

Belajar 12 Tahun di Kabupaten Jembrana

2. Rancangan Penjelasan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Wajib Belajar 12 Tahun di Kabupaten Jembrana

Page 7: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

iv

Page 8: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jumlah Rumah Tangga Dan Penduduk di Kabupaten

Jembrana Tahun 2013

>>> 2

Tabel 2: Prosentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan diKabupaten Jembrana Tahun 2014

>>> 2

Tabel 3: Murid Berdasarkan Usia di Kabupaten Jembrana Tahun 2009-2013

>>> 2

Page 9: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah satu tujuan

dalam pelaksanaan pembangunan. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut

adalah dengan mengemas sedemikian rupa sehingga seluruh masyarakat

dapat menikmati pendidikan, meningat pendidikan merupakan salah satu

tujuan negara yang merupakan prioritas utama adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pendidikan yang merupakan salah satu cara dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna mengadaptasi situasi

dan kondisi yang selalu mengalami perubahan secara dinamis. Berbagai

permasalahan yang muncul terkait pendidikan nasional, mulai fasilitas

pendidikan yang memprihatinkan sampai masalah mutu pendidikan yang

masih rendah. Ditambah lagi akses pendidikan yang saat ini kurang dapat

dinikmati oleh masyarakat karena masalah ekonomi sehingga akan

semakin membuka jurang pemisah dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses pendidikan karena

lemahnya faktor ekonomi menyebabkan kebodohan dan keterbelakangan

sehingga tentunya akan mengganggu laju pembangunan nasional.

Pentingnya pendidikan sebagai prioritas dalam pembangunan

mewajibkan setiap pihak untuk melaksanakan pendidikan. Kabupeten

Jembrana merupakan salah satu Kabupaten di Bali yang belum memiliki

Peraturan Daerah tentan Wajib Belajar 12 Tahun. Kabupaten Jembarana

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil jumlah

penduduk di Kabupaten Jembrana per 31 Desember 2013 adalah sebanyak

321.008jiwa yang terbagi kedalam 5 kecamatan. Jumlah penduduk terbesar

adalah pada Kecamatan Negara dengan jumlah 93.070 jiwa, sedangkan

jumlah penduduk paling sedikit adalah pada Kecamatan Pekutatan dengan

jumlah 31.217jiwa. Berikut adalah Tabel.1 yang menyajikan jumlah

penduduk tiap kecamatan tahun 2013 serta perkembangan jumlah rumah

tangga dan jumlah penduduk dari tahun 2009-2013. Dari table dapat

Page 10: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

2

dilihat bahwa jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun dan jumlah yang paling tinggi adalah

pada tahun 2013 .

Tabel 1 : Jumlah Rumah Tangga Dan Penduduk di Kabupaten Jembrana Tahun 2013

No. Kecamatan Rumah

Tangga Penduduk

1. Negara 25.557 93.070

2. Mendoyo 20.136 71.023

3. Pekutatan 7.950 31.217

4. Melaya 16.564 62.908

5. Jembrana 17.952 62.790

Jumlah 89.185 321.008

2012 86.685 317.117

2011 82.635 273.918

2010 80.792 272.828

2009 77.043 269.859

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2014

Prosentase jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana berdasarkan

kecamatan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Tabel 2 : Prosentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan diKabupaten Jembrana Tahun 2014

Page 11: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

3

Jumlah penduduk yang selalu meningkat untuk setiap tahunnya

menunjukkan peningkatan pula untuk peserta didik yang sangat

membutuhkan pendidikan. Berbagai permasalahan yang muncul terkait

pendidikan nasional, mulai fasilitas pendidikan yang memprihatinkan

sampai masalah mutu pendidikan yang masih rendah. Ditambah lagi akses

pendidikan yang saat ini kurang dapat dinikmati oleh masyarakat karena

masalah ekonomi sehingga akan semakin membuka jurang pemisah dalam

kehidupan bermasyarakat. Dengan ketidakmampuan masyarakat dalam

mengakses pendidikan karena lemahnya faktor ekonomi menyebabkan

kebodohan dan keterbelakangan sehingga tentunya akan mengganggu laju

pembangunan nasional.

Berdasarkan atas permasalahan tersebut sehingga memberikan

inisiatif kepada Pemerintahan Kabupaten Jembrana untuk mengadakan

pendidikan gratis kepada masyarakat. Program yang diusung oleh

Kabupaten Jembrana adalah pendidikan bersubsidi di kalangan siswa –

siswinya baik dari tingkat SD maupun SMP. Berdasarkan program

pendidikan gratis tersebut beberapa indikator pendidikan di Kabupaten

Jembrana menunjukkan peningkatan dari tahun – ke tahun.

Jumlah penduduk yang bersekolah berdasarkan usia di Kabupaten

Jembrana terbagi menjadi tiga kelompok usia, yaitu :7- 12 tahun (SD/MI) ;

13 – 15 tahun (SLTP/ MTs) dan 16 – 18 (SMU/SMK/MA). Distribusi

penduduk terbanyak pada tahun 2013adalah pada kelompok usia 7 – 12

tahun (SD/ MI) sebanyak 28.353 penduduk sedangkan paling sedikit

adalah pada kelompok usia 16 – 18 tahun (SMU/SMK/MA) dengan jumlah

sebanyak 12.505 penduduk. Berikut adalah disajikan tabel jumlah

penduduk yang bersekolah berdasarkan usia di Kabupaten Jembrana.

Tabel 3 : Murid Berdasarkan Usia di Kabupaten Jembrana Tahun 2009-

2013

No. TAHUN Murid SD usia 7 - 12

tahun

Murid SLTP usia 13 - 15

tahun

Murid SLTA usia 16 - 18

tahun

1 2009 25.527 10.363 7.860

2 2010 25.729 11.034 8.291

3 2011 25.944 10.811 8.606

Page 12: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

4

4 2012 25.952 10.580 9.686

5 2013 28.353 12.505 12.505

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kab.

Jembrana

Jenjang pendidikan di Kabupaten Jembrana adalah terbagi menjadi :

SD/Sederajat, SLTP/Sederajat dan SMA/Sederajat. Jumlah murid paling

banyak pada tahun 2013 adalah jenjang pendidikan SD/Sederajat dengan

jumlah sebanyak 28.353 siswa sedangkan paling sedikit adalah jenjang

SMA/ Sederajat dengan jumlah sebanyak 12.505 siswa.

Tabel 4 : Jumlah Murid Tiap jenjang Pendidikan di Kabupaten Jembrana

Tahun 2009-2013

No. TAHUN Jumlah

Murid SD Jumlah Murid

SLTP Jumlah Murid SLTA

1 2009 29.258 12.437 7.775

2 2010 29.485 12.852 10.496

3 2011 30.433 12.845 10.753

4 2012 29.907 12.674 10.957

5 2013 29.472 13.018 11.275

J u m l a h 148.555 63.826 51.156

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Jembrana

Dalam ketentuan Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur Untuk

menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah

membentuk Perda. Peraturan Daerah dibentuk oleh DPRD dengan

persetujuan bersama kepala Daerah. Dalam kaitannya dengan pendidikan

berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menentukan bahwa :

(1) Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti

program wajib belajar. (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya

wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa

memungut biaya. (3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara

yangdiselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

Page 13: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

5

(4) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar

Pasal 7 (1) Pemerintah menetapkan kebijakan nasional pelaksanaan program

wajib belajaryang dicantumkan dalam Rencana Kerja Pemerintah,

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Rencana Strategis

Bidang Pendidikan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya

berkewajiban menyelenggarakan program wajib belajar berdasarkan kebijakan nasionalsebagaimana dimaksud pada ayat

(1).

(3) Penyelenggaraan program wajib belajar oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Rencana

Kerja Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah, Rencana Strategis Daerah Bidang Pendidikan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah.

(4) Pemerintah daerah dapat menetapkan kebijakan untuk

meningkatkan jenjang pendidikan wajib belajar sampai pendidikan menengah.

(5) Pemerintah daerah dapat mengatur lebih lanjut pelaksanaan

program wajib belajar, sesuai dengan kondisi daerah masingmasing melalui Peraturan Daerah.

(6) Ketentuan mengenai pelaksanaan program wajib belajar yang

diatur oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) termasuk kewenangan memberikan sanksi administratif kepada

warga negara Indonesia yang memiliki anak berusia 7 (tujuh)

sampai dengan 15 (lima belas) tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar

Adanya kewenangan Pemerintah daerah dapat mengatur lebih lanjut

pelaksanaan program wajib belajar, sesuai dengan kondisi daerah

masingmasing melalui Peraturan Daerah.Pemerintah daerah adalah

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, atau pemerintah kota.

Merujuk Pasal 34 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 dan Pasal 7

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar 12

Tahun, mengatur Pemerintah daerah dapat mengatur lebih lanjut

pelaksanaan program wajib belajar, sesuai dengan kondisi daerah

masingmasing melalui “Peraturan Daerah”.

Page 14: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

6

Dengan demikian program wajib belajar 12 ( dua belas )tahun

mengandung makna pengaturan kewenangn dalam penyelenggaraan.

Dalam kerangka inilah perlu disusun Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Wajib Belajar 12 Tahun.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya disebut UU 12 / 2011)

menentukan, Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan penjelasan atau

keterangan dan/atau Naskah Akademik (Pasal 63 jo Pasal 56 ayat (2) UU 12

/ 2011). Perkataan “dan/atau” menunjukkan pilihan antara: (1) Rancangan

Peraturan Daerah disertai dengan keterangan (atau penjelasan) dan Naskah

Akademik; atau (2) Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan

keterangan (atau penjelasan) atau Naskah Akademik. Mengingat

pentingnya posisi Wajib Belajar 12 Tahun baik terhadap masyarakat

maupun terhadap pemerintah, maka diperlukan penyusunan Naskah

Akademik tentang Wajib Belajar 12 ( dua belas ) Tahun.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah yang diuraikan dalam Naskah Akademik ini meliputi 4 (empat)

masalah pokok:

1. Perlunya Rancangan Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 (

dua belas ) Tahun.

2. Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun.

3. Arah, jangkauan, dan ruang lingkup pegaturan Rancangan

Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun.

1.3. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN PENYUSUNAN NASKAH

AKADEMIK

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan

di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan

Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun dirumuskan sebagai berikut:

Page 15: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

7

1. Menjelaskan perlunya Rancangan Peraturan Daerah tentang Wajib

Belajar 12 Tahun sebagai dasar untuk memastikan objek dan

subjek Wajib Belajar 12 Tahun, serta struktur dan besarnya tarif

Wajib Belajar 12 Tahun.

2. Merumuskan perimbangan filosofis, sosiologis, dan yuridis

penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar

12 Tahun.

3. Merumuskan arah, jangkauan, dan ruang lingkup pegaturan

Rancangan Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun.

Kegunaan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Jembrana tentang Wajib Belajar 12 Tahun adalah

sebagai acuan:

a. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Jembrana tentang Wajib Belajar 12 Tahun.

b. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Jembrana tentang Wajib Belajar 12 Tahun.

c. Partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan tertulis

dan/atau masukan lisan baik dalam penyusunan maupun

pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Jembrana tentang Wajib Belajar 12 Tahun

1.4. METODE

Penyusunan Naskah Akademik ini yang pada dasarnya merupakan

suatu kegiatan penelitian penyusunan Naskah Akademik ­ digunakan

metode yang berbasiskan metode penelitian hukum.

Metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian

penyusunan Naskah Akademik ini melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Melakukan studi tekstual, yakni menganalisis teks hukum yaitu

pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan dan kebijakan

publik (kebijakan negara) secara kritikal dan dijelaskan makna dan

implikasinya terhadap subjek hukum (terutama dalam hal ini adalah

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Wajib

Belajar 12 Tahun).

Page 16: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

8

2. Melakukan studi kontekstual, yakni mengaitkan dengan konteks saat

peraturan perundang-undangan itu dibuat ataupun ditafsirkan

dalam rangka pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Jembrana tentang Wajib Belajar 12 Tahun.

Intinya, metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian

penyusunan Naskah Akademik ini berada dalam paradigma interpretivisme

terkait dengan hermeneutika hukum. Hermeneutika hukum pada intinya

adalah metode interpretasi atas teks hukum, yang menampilkan segi

tersurat yakni bunyi teks hukum dan segi tersirat yang merupakan gagasan

yang ada di belakang teks hukum itu. Oleh karena itu untuk mendapatkan

pemahaman yang utuh tentang makna teks hukum itu perlu memahami

gagasan yang melatari pembentukan teks hukum dan wawasan konteks

kekinian saat teks hukum itu diterapkan atau ditafsirkan. Kebenaran

dalam ilmu hukum merupakan kebenaran intersubjektivitas, oleh karena

itu penting melakukan konfirmasi dan konfrontasi dengan teori, konsep,

serta pemikiran para sarjana yang mempunyai otoritas di bidang

keilmuannya berkenaan dengan penyusunan Naskah Akademis Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Wajib Belajar 12 Tahun.

Page 17: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

9

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. KAJIAN TEORITIS

Paradigma filsafat pendidikan, merupakan persoalan yang melekat

secaca kodrati di dalam diri manusia.1 Pendidikan menguasai berbagai

sektor baik kegiatan kehidupan masyarakat baik dalam dimensi horizontal

maupun vertikal, ketika manusia berinteraksi dengan dirinya disitulah ada

pendidikan. Ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam setiap

kegiatan kemasyarakatan disitu ada pula pendidikan ketika manusia

berinteraksi dengan alamnya disitu juga ada pendidikan. Antara pendidikan

dan manusia bagaikan wadah dengan isinya. Dengan kata lain hubungan

kodrat pendidikan dan manusia, pada taraf eksistensial, bagaikan

hubungan antara jiwa dan badan manusia. Jika jiwa berpotensi

menggerakkan badan kehidupan manusiapun digerakkan oleh pendidikan

ke arah pencapaian tujuan akhir, tanpa pendidikan manusia kehilangan

roh penggerak kehidupan sehingga kehidupan menjadi tidak kreatif dan

pada akhirnya mengancam kelangsungan seluruh kehidupan itu sendiri.

Tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi anak didik

menyangkut intelektual, keterampilan serta kepribadiannya untuk

memerankan dirinya ditengah-tengah masyarakat. Tujuan pendidikan

menurut Jacques Delors,cs., dikenal Empat Pilar Pendidikan versi UNESCO

sebagai berikut:

a. Learning to know (belajar untuk mengetahui);

b. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat); c. Learning to be (belajar untuk menjadi dirinya sendiri); dan

d. Learning to live together (belajar untuk hidup bersama dengan orang

lain)2

1 Suparlan Suhartono, 2005, Filasat Pendidikan AR-RUZZ Media, hal 91 2 Jacques Delors, 1996, “Learning: The Treasure Within” dikutip dari Ali Muhdi

Amnur (ed), Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional, Pustaka Fahima, Yogyakarta, 2007, hal.6.

Page 18: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

10

Upaya menyiapkan sumber daya manusia masa depan untuk

membangun karakter bangsa (national character building), tujuan

pendidikan harus ada keseimbangan antara membangun intelektual,

emosional dan spiritualitas. Terlebih-lebih lagi dalam Negara yang

berdasarkan Pancasila, tugas pendidikan adalah untuk mengembangkan

pribadi yang bersusila, dan berada sebagai anggota dalam masyarakatnya,

masyarakat sekitarnya, masyarakat etnisnya, masyarakat bangsanya yang

bhinneka dan sebagai anggota masyarakat yang beradab.3

Menurut Dale ( 1989: 39-43) kontrol Negara terhadap pendidikan

umumnya dilakukan melalui 4 cara antara lain :

1. Sistem pendidikan diatur secara legal;

2. Sistem pendidikan dijalankan sebagai birokrasi menekankan pada

ketaatan pada aturan dan obyektivitas;

3. Penerapan wajib pendidikan (compulsory education); dan

4. Reproduksi politik dan ekaonomi yang berlangsung disekolah

berlangsung dalam konteks politik tertentu.4

Dengan demikian, maka penyusunan rancangan Peraturan Daerah

tentang Wajib Belajar 12 Tahun, merupakan sesuatu yang amat urgen

dalam rangka pelaksanaan kewenangan daerah di bidang pendidikan, yaitu

dengan tujuan untuk menjadi acuan bersama dalam penyelenggaraan

sistem pendidikan guna mewujudkan ketentuan dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang pada hakikatnya dalam

rangka mewujudkan cita-cita bangsa/negara, yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa.

B. KAJIAN TERHADAP ASAS YANG TERKAIT DENGAN PENYUSUNAN NORMA

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yang

secara teoritik meliputi asas pembentukan peraturan perundang-undangan

3 H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, “Kebijakan Pendidikan (Pengantar Untuk

Memahami Kebijakan Pendidikan Dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik)”, 2008, Pustaka Pelajar, hal. 30.

4 M Sirozi, Politik pendidikan, “ Dinamika Hubungan Antara kepentingan Kekuasaan dan Praktik Wajib Belajar 12 Tahun” , 2005, Raja Grafindo Persada, hal 63

Page 19: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

11

yang baik yang bersifat formal dan asas pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik yang bersifat materiil.5

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang

bersifat formal dituangkan dalam Pasal 5 UU P3 2011 (khususnya dalam

pembentukan Peraturan Daerah, asas-asas tersebut diatur dalam Pasal 137

UU Pemda), dengan sebutan “asas pembentukan Peraturan Perundang-

undangan yang baik”, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;

c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;

f. kejelasan rumusan; dan g. keterbukaan.

Asas-asas materiil pembentukan peraturan perundang-undangan yang

baik diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU P3 2011 (khususnya

berkenaan dengan Perda diatur dalam Pasal 138 ayat (1) dan ayat (2) UU

Pemda), yakni: materi muatan Peraturan Perundang-undangan

mengandung asas:

a. pengayoman;

b. kemanusiaan; c. kebangsaan;

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan; f. bhineka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Selain asas tersebut, Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat

berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-

undangan yang bersangkutan. Mengenai asas-asas materiil yang lain sesuai

dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan tertentu dijelaskan

5 A. Hamid S. Attamimi; “Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara”, Disertasi, (Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1990), hlm. 345-346. I.C. Van Der Vlies, Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-undangan, terjemahan, (Direktorat Jenderal Peraturan Perundangan-undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2005), hal 238-309.

Page 20: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

12

dalam Penjelasan Pasal 6 ayat (2) UU P3 2011, yang dimaksud dengan asas

sesuai dengan bidang hukum masing-masing antara lain:

a. dalam Hukum Pidana misalnya asas legalitas, asas tiada

hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan

asas praduga tak bersalah; dan

b. dalam Hukum Perdata misalnya dalam hukum perjanjian

antara lain asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan

itikad baik.

Relevansi asas-asas formal pembentukan peraturan perundang-

undangan yang baik dengan pengaturan Wajib Belajar 12 Tahun dapat

diuraikan sebagai berikut:

Pertama, kejelasan tujuan. Wajib Belajar 12 Tahun bertujuan: (1)

memberikan kepastian bagi masyarakat mengenai siapa yang bertanggung

jawab dan apa tanggung jawabnya terhadap pengelolaan pendidikan; dan

(2) memperkuat dasar hukum bagi Pemerintah Daerah melakukan Wajib

Belajar 12 Tahun dan pelayanan kepada masyarakat. Tujuan Wajib Belajar

12 Tahun adalah efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan

pendidikan.

Kedua, kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat. Contoh:

Pengaturan Wajib Belajar 12 Tahun dengan Peraturan Daerah dilakukan.

Rancangan dapat berasal dari dari DPRD Kabupaten Jembrana.

Ketiga, kesesuaian antara jenis dan materi muatan. Penyelenggaraan

Pendididkan harus dengan Peraturan Daerah. Adapun materi pokok yang

diatur dengan Peraturan Daerah mengacu pada Peraturan Pemerintah.

Keempat, dapat dilaksanakan. Agar asas ini dapat diwujudkan

dengan dibentuknya Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun

adalah harus memperhatikan beberapa aspek: (1) filosofis, yakni ada

jaminan keadilan dalam pengenaan Wajib Belajar 12 Tahun; (2) yuridis,

adanya jaminan kepastian dalam Wajib Belajar 12 Tahun, termasuk

substansinya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi; dan (3) sosiologis, pengaturan Wajib Belajar 12

Tahun memang dapat memberikan manfaat, baik bagi pemerintah daerah

Page 21: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

13

maupun bagi masyarakat, termasuk substansinya tidak boleh bertentangan

dengan kepentingan umum.

Kelima, kedayagunaan dan kehasilgunaan. Asas ini dapat diwujudkan

sepanjang pengaturan Wajib Belajar 12 Tahun memang benar-benar

dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan benegara. Salah satu indikasi pengaturan Wajib Belajar 12

Tahun memang benar-benar dibutuhkan adalah adanya wajib Wajib Belajar

12 Tahun, sebagaimana telah dikemukakan dalam kondisi eksisting di atas.

Keenam, kejelasan rumusan. Asas ini dapat terwujud dengan

pembentukan Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun sesuai

persyaratan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan,

sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukum yang

jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam

interpretasi dalam pelaksanaannya. Singkatnya, rumusan aturan hukum

dalam Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun yang menjamin

kepastian.

Ketujuh, keterbukaan. Proses pembentukan Peraturan Daerah ini

harus menjamin partisipasi masyarakat, dalam artian masyarakat dijamin

haknya untuk memberikan masukan, baik tertulis maupun lisan, serta

kewajiban Pemerintah Daerah untuk menjamin masukan tersebut telah

dipertimbangkan relevansinya. Untuk terselenggaranya partisipasi

masyarakat itu, maka terlebih dulu Pemerintah Daerah memberikan

informasi tentang proses pembentukan Peraturan Daerah bersangkutan.

Mengenai asas-asas materiil yang lain, sebagaimana dimaksud Pasal

6 ayat (2) UU P3 2011, dalam pengaturan tentang Wajib Belajar 12 Tahun ,

yakni:

1. adil dan merata secara vertikal artinya sesuai dengan tingkatan

kelompok masyarakat dan horizontal artinya berlaku sama bagi

setiap anggota kelompok masyarakat.

2. secara politis dapat diterima oleh masyarakat, sehingga timbul

motivasi dan kesadaran pribadi untuk melaksanakan

pendidikan.

Page 22: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

14

C. KAJIAN TERHADAP PRAKTIK PENYELENGGARAAN

Pemerataan dan perluasan akses pendidikan dapat diukur dari

tingkat pemenuhan kewajiban pemerintah daerah yang diukur dari layanan

pendidikan pada semua anak yakni: a) Apakah anak-anak yang masuk

SD/MI sudah siap bersekolah, b) Apakah anak-anak yang berusia SD/MI

sudah bersekolah, c) Apakah anak-anak yang lulus SD/MI melanjutkan

pendidikan ke jenjang SMP/MTs. Kondisi ini jika dimaknai bahwa

sesungguhnya bila ditinjau dari segi kesiapan secara fisik maupun mental

dan intelengensi anak-anak tersebut belum siap untuk memasuki jenjang

SD/MI . Hal tersebut berdampak pada prestasi belajar anak, utamanya di

kelas 1 ketika baru mulai beradaptasi dengan lingkungan pembelajaran di

tingkat SD/MI.

Mutu Pendidikan menjadi salah satu hal penting di dalam menilai

keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan yakni bahwa mutu

pendidikan dapat dinilai dengan indicator: a) Angka Mengulang Kelas

(AMK), b) Angka Putus Sekolah (APS), c) Mutu dan Pemerataan input

Pendidikan, dan d) Mutu Lulusan. Berdasarkan hal tersebut maka realitas

mutu pendidikan dalam 3 tahun terakhir berupa nilai angka mengulang

bagi anak-anak SD dan SMP, serta SLTA, dan angka putus sekolah masih

cukup besar.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas terlihat jelas bahwa terdapat

sejumlah masalah dalam bidang pendidikan yang tidak boleh dibiarkan

berlangsung terus menerus, karena hal tersebut jika diabaikan akan

menghambat pelaksanaan visi dan misi serta garis-garis besar program

pembangunan khususnya di bidang pendidikan, yang pada akhirnya akan

semakin jauh dari cita-cita bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mensejahterakan kehidupan bangsa Indonesia.

Berdasarkan paparan tersebut dapat diperoleh pemahaman, bahwa

beberapa permasalahan yang timbul dalam praktik penyelenggaraan Wajib

Belajar 12 Tahun, yang juga merupakan permasalahan yang dihadapi

masyarakat, perlu mendapat perhatian.

Page 23: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

15

Selain hal tersebut, pembangunan pendidikan di diarahkan sejalan

dengan rencana strategis program pendidikan yakni pada pelayanan di

bidang pendidikan akan mencakupi:

1. Pendidikan anak usia dini (PAUD);

2. Wajib belajar Sembilan Tahun pada jenjang Sekolah Dasar dan

jenjang Sekolah Menengah Pertama;

3. Pendidikan Menengah;

4. Pendidikan Non formal;

5. Peningkatan Mutu Pendidik dan ke Pendidikan; dan

6. Manajemen Layanan Pendidikan.

Dengan demikian ada 6 (dua) isu hukum tentang kepastian hukum yang

perlu mendapat perhatian.

Dalam penyelenggaraan praktek empiris pengatuan tentang wajib

belajar 12 ( dua belas ) tahun di Kabupaten Jembrana diatur berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten jembrana No 15 Tahun 2006 tentang Rintisan

Wajib Belajar 12 ( dua belas ) tahun. Peraturan daerah yang dimaksud

apabila dikaji dalam praktek kekinian tidak bisa menampung kondisi

perkembangan dan kewenangan pengaturan.

Selain berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten jembrana No

15 Tahun 2006 tentang Rintisan Wajib Belajar 12 ( dua belas ) tahun,

dalam praktek penyelenggraan di Kabupaten Jembrana selama ini

didasarkan pada beberapa Peraturan Bupati, antara lain :

1. Peraturan Bupati Jembrana No 49 Tahun 2006 tentang Pemberian

Bea Siswa Kepada Siswa Yang tidak Mampu Pada Sekolah Swasta

Dan Siswa Berprestasi Pada Sekolah Negeri Maupun Swasta Di

Kabupaten Jembrana

2. Peraturan Bupati Jembrana No 50 Tahun 2006 tentang Rintisan

WajibBelajar 12 ( Dua Belas )Tahun.

3. Peraturan Bupati Jembrana No 50 Tahun 2006 tentang Subsidi Biaya

Pendidikan Pada TK, SD, SMA dan SMK Di Kabupaten Jembrana

4. Peraturan Bupati Jembrana No 25 Tahun 2008 tentang Pemberian

Bea Siswa Pendidikan Kepada Sekolah Menengah Pertama , Sekolah

Page 24: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

16

Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuaran Umum dan Mahasiswa

Kabupaten Jembrana.

5. Peraturan Bupati Jembrana No 4 Tahun 2009 tentang Pemberian Bea

Siswa Pendidikan Kepada Sekolah Menengah Umum, Sekolah

Menengah Kejuaran Umum dan Mahasiswa Kabupaten Jembrana.

6. Peraturan Bupati Jembrana No 9 Tahun 2011 tentang Pemberian Bea

Siswa Pendidikan Kepada Mahasiswa Kabupaten Jembrana.

7. Peraturan Bupati Jembrana No 20 Tahun 2011 tentang Pemberian

Dana Hibah Kepada Sekolah Menengah Atas ( SMA) dan sekolah

Menengah Kejuruan Swasta Se Kabupaten Jembrana Berupa

Bantuan Operasional Dalam Rangka Rintisan Wajib Belajar 12

Tahun.

Dasar pengaturan tentang Wajib Belajar 12 ( dua belas ) Tahun yang

selama ini menjadi dasar pengaturan sudah tidak mempu menampung

perkembangan sumber hokum dan kebutuhan masyarakat, hal tersebut

nampak pada adanya beberapa hal yang masih memiliki kelemahan antara

lain sebagaimana dipaparkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 5 : Analisis Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana No 15 Tahun 2006 tentang Rintisan Wajib Belajar 12 ( Dua Belas ) Tahun

PERATURA DAERAH NO 15 TAHUN 2006 TENTANG RINTISAN WAJIB BELAJAR 12

( DUA BELAS) TAHUN

ANALISIS

1. Pembuatan lambang seharusnya

menggunakan Parmendagri No 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

2. Dalam lampiran 3 Permendagri No 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah seharusnya menggunakan burung garuda

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

NOMOR 15 TAHUN 2006

TENTANG

RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA,

1. Dalam penulisan judul tidak sesuai

dengan Pasal 112 Permendagri No 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

2. Teknik perancangan seharusnya menyesuaikan dengan lampiran 3 Permendagri No 1 Tahun 2014

Page 25: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

17

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka dipandang perlu untuk mengatur jenjang pendidikan minimal yang wajib diikuti oleh masyarakat;

b. bahwa wajib belajar 9 (sembilan) tahun di Kabupaten Jembrana telah mencapai standar pelayanan minimal (SPM), maka perlu dirintis menjadi wajib belajar 12 (dua belas) tahun;

c bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Rintisan Wajib Belajar 12 (dua belas) tahun;

Kajian : Lampiran UU P3 17. Konsiderans diawali dengan kata

Menimbang. 18. Konsiderans memuat uraian singkat

mengenai pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

19. Pokok pikiran pada konsiderans Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukannya yang penulisannya ditempatkan secara berurutan dari filosofis, sosiologis, dan yuridis. - Unsur filosofis

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

- Unsur sosiologis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.

- Unsur yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.

27. Konsiderans Peraturan Daerah cukup memuat satu pertimbangan yang berisi uraian ringkas mengenai perlunya melaksanakan ketentuan pasal atau beberapa pasal dari Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang memerintahkan pembentukan Peraturan Daerah

Page 26: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

18

tersebut dengan menunjuk pasal atau beberapa pasal dari Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang memerintahkan pembentukannya

Saran :

Dalam konsiderans huruf c perlu disesuaikan agar menunjukkan adanya landasan yuridis

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Kajian : Lampiran II UU P3 28. Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat.

Dasar hukum memuat: a. Dasar kewenangan

pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

dan b. Peraturan Perundang-

undangan yang memerintahkan pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

39. Dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah adalah Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.

Saran Perlu ditambahkan bahan hukum : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Undang-Undang ini bukan merupakan UU yang berkaitan dengan dasar penedelegasian kewenangan dan bukan memuat manteri muatan Peraturan Daerah yang dimaksud.

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan seharusnya diganti dengan Undang_undang No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Seharusnya UU No 32 Tahun 2014 tersebut diganti dengan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 58

Page 27: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

19

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3512) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pendidikan Dasar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1990, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3763 );

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. PP ini tidak dapat dijadikan dasar kewenangan dan dasar pengaturan terkait dengan materi muatan Peraturan Daerah.

6. Harus ditambahkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Page 28: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

20

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN JEMBRANA dan

BUPATI JEMBRANA

-

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN.

-

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Jembrana.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jembrana.

3. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Jembrana.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana.

5. Dinas adalah Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jembrana.

6. Wajib Belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh seluruh warga masyarakat Kabupaten Jembrana atas tanggung jawab Pemerintah Daerah.

7. Rintisan adalah usaha paling awal yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Kajian: Lampiran II UU P3 97. Ketentuan umum dapat memuat lebih dari satu pasal. 98. Ketentuan umum berisi:

a. batasan pengertian atau definisi;

b. singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau definisi; dan/atau

c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab.

99. Frasa pembuka dalam ketentuan umum undang-undang berbunyi: Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

100. Frasa pembuka dalam ketentuan umum peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang disesuaikan dengan jenis peraturannya.

101. Jika ketentuan umum memuat batasan pengertian atau definisi, singkatan atau akronim lebih dari satu, maka masing-masing uraiannya diberi nomor urut dengan angka Arab dan diawali dengan huruf kapital serta diakhiri dengan tanda baca titik.

102. Kata atau istilah yang dimuat dalam ketentuan umum hanyalah kata atau istilah yang digunakan berulang-ulang di dalam pasal atau beberapa pasal selanjutnya.

Page 29: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

21

103. Apabila rumusan definisi dari suatu Peraturan Perundang-undangan dirumuskan kembali dalam Peraturan Perundang-undangan yang akan dibentuk, rumusan definisi tersebut harus sama dengan rumusan definisi dalam Peraturan Perundang-undangan yang telah berlaku tersebut.

104. Rumusan batasan pengertian dari suatu Peraturan Perundang-undangan dapat berbeda dengan rumusan Peraturan Perundang-undangan yang lain karena disesuaikan dengan kebutuhan terkait dengan materi muatan yang akan diatur.

105. Jika suatu kata atau istilah hanya digunakan satu kali, namun kata atau istilah itu diperlukan pengertiannya untuk suatu bab, bagian atau paragraf tertentu, kata atau istilah itu diberi definisi.

106. Jika suatu batasan pengertian atau definisi perlu dikutip kembali di dalam ketentuan umum suatu peraturan pelaksanaan, maka rumusan batasan pengertian atau definisi di dalam peraturan pelaksanaan harus sama dengan rumusan batasan pengertian atau definisi yang terdapat di dalam peraturan lebih tinggi yang dilaksanakan tersebut.

107. Karena batasan pengertian atau

definisi, singkatan, atau akronim berfungsi untuk menjelaskan makna suatu kata atau istilah maka batasan pengertian atau definisi, singkatan, atau akronim tidak perlu diberi penjelasan, dan karena itu harus dirumuskan dengan lengkap dan jelas sehingga tidak menimbulkan pengertian ganda.

108. Penulisan huruf awal tiap kata atau

istilah yang sudah didefinisikan atau diberi batasan pengertian dalam ketentuan umum ditulis dengan huruf kapital baik digunakan dalam norma yang diatur, penjelasan maupun dalam lampiran.

109. Urutan penempatan kata atau

istilah dalam ketentuan umum mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Page 30: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

22

a. pengertian yang mengatur tentang lingkup umum ditempatkan lebih dahulu dari yang berlingkup khusus;

b. pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalam materi pokok yang diatur ditempatkan dalam urutan yang lebih dahulu; dan

c. pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian di atasnya diletakkan berdekatan secara berurutan.

Saran : Terdapat beberapa perumusan dalam ketentuan umum yang hanya sekali muncul dalam Pasal misalnya kata “dinas”

BAB II FUNGSI DAN TUJUAN

Pasal 2

Program wajib belajar berfungsi menumbuh kembangkan kemampuan untuk membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pasal 3 Program wajib belajar bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang terampil, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.

-

BAB III PENYELENGGARAAN RINTISAN

WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN

Pasal 4 Setiap warga Kabupaten Jembrana yang telah menyelesaikan wajib belajar 9 (sembilan) tahun diwajibkan mengikuti wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

Pasal 5 Orang tua dan masyarakat wajib berperan secara aktif mendukung penyelenggaraan rintisan wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

Pasal 6 Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan atas terselenggaranya rintisan wajib belajar 12

1. Pelu pengkajian kembali terkait perumusan norma Pasal 4

2. Perumusan norma dimaksud seharuskanya disusun dalam 2 Pasal

Page 31: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

23

(dua belas) tahun.

BAB IV PENDANAAN

Pasal 7

(1) Pemerintah Daerah, orang tua dan masyarakat secara bersama – sama bertanggung jawab atas pendanaan pendidikan.

(2) Pemerintah Daerah memberikan subsidi untuk membiayai semua kebutuhan pokok pendidikan.

(3) Ketentuan mengenai kebutuhan pokok pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

1. Norma terkait dengan pendanaan seharusnya disusun dengan jelas mengingat dalam norma juga mengatur tentang beban keuangan daerah

2. Materi dalam ayat (2) tidak tepat dituangkan mengingat adanya pendelegasian kewenangan dalam ayat (2)

BAB V PENGAWASAN

Pasal 8

(1) Pemerintah Daerah, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan rintisan wajib belajar 12 (dua belas) tahun sesuai dengan kewenangan masing-masing.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan prinsip ejukatif, persuasif, transparan dan akuntabel.

Bab pengawasan sebaiknya dilengkapi dengan pembinaan

1.

BAB VI SANKSI

Pasal 9

(1) Pelanggaran terhadap Pasal 6 Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Apabila kemampuan daerah tidak menjangkau maka Pasal 5 dikecualikan.

1. Pengenaan sanksi terkait dengan adanya kewajiban kepada pemerintah daerah perlu dikaji lebih lanjut mengingat kewajiban masih disesuaikan dengan beban keuangan daerah

2. Perumusan norma pada ayat (2) sebaiknya menyesuaikan dengan UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10

Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggaldiundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana orang mengetahuinya, memerintahkan

-

Teknik perancangan seharusnya

Page 32: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

24

Ditetapkan di Negara pada tanggal 24 Mei 2006

BUPATI JEMBRANA, I GEDE WINASA Diundangkan di Negara pada tanggal 29 Mei 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA,

I GDE SUINAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2006 NOMOR 15.

berdasarkan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

D. KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PENERAPAN TERHADAP

MASYARAKAT DAN DAMPAKNYA TERHADAP BEBAN KEUANGAN

DAERAH

Dalam lingkup pengaturan Wajib Belajar 12 Tahun, terdapat dua

komponen yaitu komponen yang sifatnya statis, dan komponen yang

sifatnya dinamis. Komponen yang sifatnya statis meliputi:

a. Asas, fungsi, tujuan, dan prinsip Wajib Belajar 12 Tahun;

b. Struktur atau kelembagaan dalam Wajib Belajar 12 Tahun;

c. Tugas dan wewenang kelembagaan dalam Wajib Belajar 12

Tahun;

d. Komposisi keanggotaan di dalam setiap kelembagaan

penyelenggaraan pendididkan;

e. Kelengkapan organisasi/kelembagaan Wajib Belajar 12

Tahun;

f. Ketenagaan;

g. Kekayaan; dan

h. Sanksi.

Sedangkan yang dimaksud pengaturan penyelenggaran pendidikan

yang sifatnya dinamis adalah pengaturan kelembagaan pendidikan yang

meliputi tata cara atau prosedur, yang antara lain meliputi:

Page 33: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

25

a. Pendirian sekolah;

b. Pengisian kelembagaan pendidikan;

c. Pengambilan keputusan di dalam satuan pendidikan;

d. Kerja sama sekolah dengan institusi lain;

e. Status aset sekolah;

f. Pengawasan Wajib Belajar 12 Tahun;

g. Pengadaan ketenagaan;

h. Penggabungan dan pembubaran sekolah; dan

i. Pengalihan bentuk sekolah.

Memperhatikan uraian tersebut di atas, maka adanya Peraturan

Daerah tentang Wajib Belajar 12 Tahun ini tidak akan menimbulkan

dampak terhadap beban keuangan daerah, justru sebaliknya, akan ada

penambahan target penerimaan PAD dari sektor ini.

Dalam lampiran Perauran Daerah Kabupaten Jembrana No 2 Tahun

2008 Pengaturan terkait dengan pembiayaan pendidikan pembatasan

pengaturannya antara lain :

1. Penyediaan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan anak usia

dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

nonformal sesuai kewenangannya.

2. Pembiayaan penjaminan mutu satuan pendidikan sesuai

kewenangannya

Page 34: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

26

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

A. KONDISI HUKUM YANG ADA DAN STATUSNYA

Dalam ketentuan Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur bahwa untuk

menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah

membentuk Perda.

Kabupaten Jembrana belum memiliki Peraturan Daerah tentang Wajib

Belajar 12 Tahun, berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menentukan

bahwa :

(1) Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti

program wajib belajar.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya

wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

(3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara

yangdiselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

(4) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar

Pasal 7

(1) Pemerintah menetapkan kebijakan nasional pelaksanaan program wajib belajaryang dicantumkan dalam Rencana Kerja Pemerintah,

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Rencana Strategis

Bidang Pendidikan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya

berkewajiban menyelenggarakan program wajib belajar berdasarkan kebijakan nasionalsebagaimana dimaksud pada ayat

(1).

(3) Penyelenggaraan program wajib belajar oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Rencana

Kerja Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah, Rencana Strategis Daerah Bidang Pendidikan, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.

Page 35: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

27

(4) Pemerintah daerah dapat menetapkan kebijakan untuk

meningkatkan jenjang pendidikan wajib belajar sampai pendidikan menengah.

(5) Pemerintah daerah dapat mengatur lebih lanjut pelaksanaan

program wajib belajar, sesuai dengan kondisi daerah masingmasing melalui Peraturan Daerah.

(6) Ketentuan mengenai pelaksanaan program wajib belajar yang

diatur oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

(5) termasuk kewenangan memberikan sanksi administratif kepada warga negara Indonesia yang memiliki anak berusia 7

(tujuh) sampai dengan 15 (lima belas) tahun yang tidak mengikuti

program wajib belajar

Adanya kewenangan Pemerintah daerah dapat mengatur lebih lanjut

pelaksanaan program wajib belajar, sesuai dengan kondisi daerah

masingmasing melalui Peraturan Daerah.Pemerintah daerah adalah

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, atau pemerintah kota.

Merujuk Pasal 34 UU No 20 Tahun 2003 dan Pasal 7 Peraturan

Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar 12 Tahun,

mengatur Pemerintah daerah dapat mengatur lebih lanjut pelaksanaan

program wajib belajar, sesuai dengan kondisi daerah masingmasing melalui

“Peraturan Daerah”. Dalam kerangka inilah perlu disusun Naskah

Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang

Wajib Belajar 12 Tahun.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 2 Tahun 2008

tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Jembrana, yang menjadi

Kewenangan Kabupaten Jembrana. Dalam Bab II Urusan Pemerintahan

Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten. Dalam Pasal 4

(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 adalah

urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh

Pemerintahan Daerah yang berhubungan dengan pelayanan dasar.

(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas 26

(dua puluh enam) urusan pemerintahan, meliputi bidang :

a. pendidikan; b. kesehatan;

c. …..

Page 36: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

28

Dalam Lampiran Peraturan Daerah No 2 Tahun 2008 tentang Urusan

Pemerintahan Daerah Kabupaten Jembarana terkait dengan Kebijakan

Pendidikan mengatur bahwa :

1. Penetapan kebijakan operasional pendidikan di kabupaten

sesuai dengan kebijakan nasional dan provinsi.

2. Perencanaan operasional program pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

nonformal sesuai dengan perencanaan strategis tingkat provinsi

dan nasional.

3. Sosialisasi dan pelaksanaan standar nasional pendidikan di

tingkat kabupaten.

4. Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

nonformal.

5. Pemberian izin pendirian serta pencabutan izin satuan

pendidikan dasar, satuan pendidikan menengah dan

satuan/penyelenggara pendidikan nonformal.

6. Penyelenggaraan dan/atau pengelolaan satuan pendidikan

dasar bertaraf nasional dan internasional.

7. Pemberian izin pendirian serta pencabutan izin satuan

pendidikan dasar dan menengah berbasis keunggulan lokal.

8. Penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan berbasis

keunggulan lokal pada pendidikan dasar dan menengah.

9. Pemberian dukungan sumber daya terhadap penyelenggaraan

perguruan tinggi.

10. Pemantauan dan evaluasi satuan pendidikan dasar dan

menengah bertaraf internasional.

11. Peremajaan data dalam sistem infomasi manajemen pendidikan

nasional untuk tingkat kabupaten.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya disebut UU 12 / 2011)

menentukan, Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan penjelasan atau

Page 37: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

29

keterangan dan/atau Naskah Akademik (Pasal 63 jo Pasal 56 ayat (2) UU 12

/ 2011). Perkataan “dan/atau” menunjukkan pilihan antara: (1) Rancangan

Peraturan Daerah disertai dengan keterangan (atau penjelasan) dan Naskah

Akademik; atau (2) Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan

keterangan (atau penjelasan) atau Naskah Akademik. Pilihan kedua juga

memuat pilihan, memilh Naskah Akademik atau keterangan (atau

penjelasan).

Mengingat pentingnya posisi Wajib Belajar 12 Tahun baik terhadap

masyarakat maupun terhadap pemerintah, maka diperlukan penyusunan

Naskah Akademik.

B. KETERKAITAN PERATURAN DAERAH BARU DENGAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG LAIN

Materi Pokok Wajib Belajar 12 Tahun yang hendak diatur dalam

Peraturan Daerah yang sedang disusun Naskah Akademiknya, mempunyai

keterkaitan dengan sejumlah peraturan perundang-undangan.

Tabel 6. Keterkaitan dengan Undang-Undang Lainnya.

Materi Muatan KETERKAITAN DENGAN

UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

PP No 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar

Pasal 236 ayat (1)

Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan

Daerah mengatur

Untuk

menyelenggarakan

Otonomi Daerah dan

Tugas Pembantuan,

Daerah membentuk

Perda

Pasal 34 menentukan

bahwa :

(5) Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar.

(6) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

(7) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yangdiselenggarakan oleh lembaga

Pasal 7 (4… (5)Pemerintah

daerah dapat mengatur lebih lanjut pelaksanaan program wajib belajar, sesuai dengan kondisi daerah masingmasing melalui Peraturan Daerah.

(6) Ketentuan mengenai pelaksanaan

Page 38: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

30

pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

(8) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Sumber : Diolah dari UU Pemerintahan Daerah, UU Pendidikan dan PP Wajib Belajar

C. RENCANA PENGATURAN DARI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TENTANG WAJIB BELAJAR 12

TAHUN

Rencana pengaturan dari dalam Rancangan peraturan Daerah

tentang Wajib Belajar 12 Tahun. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah

satu tujuan dalam pelaksanaan pembangunan. Upaya untuk mencapai

tujuan tersebut adalah dengan mengemas sedemikian rupa sehingga

seluruh masyarakat dapat menikmati pendidikan, meningat pendidikan

merupakan salah satu tujuan negara yang merupakan prioritas utama

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan yang merupakan

salah satu cara dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna

mengadaptasi situasi dan kondisi yang selalu mengalami perubahan secara

dinamis. Berbagai permasalahan yang muncul terkait pendidikan, mulai

fasilitas pendidikan yang memprihatinkan sampai masalah mutu

pendidikan yang masih rendah. Ditambah lagi akses pendidikan yang saat

ini kurang dapat dinikmati oleh masyarakat karena masalah ekonomi

sehingga akan semakin membuka jurang pemisah dalam kehidupan

bermasyarakat. Dengan ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses

pendidikan karena lemahnya faktor ekonomi menyebabkan kebodohan dan

keterbelakangan sehingga tentunya akan mengganggu laju pembangunan.

Page 39: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

31

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS,

DAN YURIDIS

A. VALIDITAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN: LANDASAN

FILOSOFIS. SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

Istilah validitas atau geldigheid berarti keabsahan. Selain itu ada

istilah gelding yang berarti keberlakuan. Banyak penulis yang

mensinonimkan istilah validitas atau geldigheid dan istilah gelding, ungkap

Bruggink. Menurutnya, bahwa istilah validitas digunakan untuk logika,

yakni tentang penalaran yang sah (valid) jika suatu penalaran memenuhi

syarata-syarat yang dituntut oleh kaidah dan aturan logikal.6

Satjipto Rahardjo dengan mendasarkan pada pandangan Gustav

Radbruch mengungkapkan, bahwa validitas adalah kesahan berlaku

hukum serta kaitannya dengan nilai-nilai dasar dari hukum. Bahwasanya

hukum itu dituntut untuk memenuhi berbagai karya dan oleh Radbruch

disebut sebagai nilai-nilai dasar dari hukum, yakni keadilan, kegunaan

(zweckmaszigkeit), dan kepastian hukum.7

Satjipto Rahardjo menguraikan timbulnya masing-masing nilai-nilai

dasar dari hukum itu. Pertama, hukum adalah karya manusia yang berupa

norma-norma berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku. Ia merupakan

pencerminan dari kehendak manusia tentang bagaimana seharusnya

masyarakat itu dibina dan ke mana harus diarahkan. Oleh karena itu,

pertama-tama hukum itu mengandung rekaman dari ide-ide yang dipilih

oleh masyarakat tempat hukum itu diciptakan. Ide-ide ini adalah ide

mengenai keadilan. Kedua, hukum yang sengaja dibuat itu mengikatkan

diri kepada masyarakat sebagai basis sosialnya. Ini berarti, bahwa ia harus

memperhatikan kebutuhan dan kepentingan anggota-anggota masyarakat

serta memberikan pelayanan kepadanya. Meski tidak disebutkan oleh

6 J.J.H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, terjemahan Arief Sidharta dari judul asli:

Rechts Reflecties, (Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996), hal. 147. 7 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2000), hal.

19, yang mendasarkan pada Gustav Radbruch, Einfuhrung in die Rechtswissenschaft, (Sttugart: K.F. Koehler, 1961), hal. 36.

Page 40: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

32

Satjipto Rahardjo, inilah yang dimaksud dengan kemanfaatan sebagai salah

satu nilai-nilai dasar dari hukum. Ketiga, masyarakat tidak hanya ingin

keadilan diciptakan dalam masyarakat dan kepentingan-kepentingannya

dilayani oleh hukum, melainkan juga menginginkan agar dalam masyarakat

terdapat peraturan yang menjamin kepastian dalam hubungan-hubungan

mereka satu sama lain.8

Gustav Radbruch memahami hukum sebagai konsep budaya, yaitu

konsep yang berkenaan dengan nilai. Hukum sebagai konsep budaya

berurusan dengan nilai hukum dan ide hukum, yaitu hukum yang

diartikan sebagai gagasan untuk menjabarkan ide hukum. Gustav

Radbruch mengetengahkan 3 (tiga) ide hukum/cita hukum (the idea of the

law), yakni keadilan (justice), kelayakan/kemanfaatan (expediency), dan

kepastian hukum (legal certainty). Masing-masing ide dasar hukum itu

adalah:

1. Hakekat keadilan sebagai keadilan distributif atau kesetaraan yaitu

suatu bentuk perlakuan yang setara terhadap mereka yang memiliki

keadaan setara, dan perlakuan yang tidak setara bagi mereka yang

berada dalam keadaan yang berbeda, baik terhadap sesama manusia

maupun hubungan-hubungan diantara mereka.

2. Kemanfaatan atau kelayakan atau tujuan bersifat relatif, yaitu

tergantung pada pandangan-pandangan yang berbeda dari pihak-

pihak yang terlibat di dalam perkembangan sistematis tentang

hukum dan negara. Hukum sebagai pengatur kehidupan bersama

tidak dapat diserahkan kepada keinginan-keinginan perseorangan

dalam masyarakat itu, melainkan haruslah berlaku satu hukum bagi

kehidupan mereka.

3. Kepastian hukum menghendaki (1) hukum dalam bentuk positif

dalam artian jika ada sesuatu yang tidak dapat diselesaikan, maka

apa yang seharusnya atau apa yang dianggap benar yang harus

diberlakukan; dan (2) ini harus dilakukan oleh suatu badan atau

8 Satjipto Rahardjo, Ibid., hal. 18-19.

Page 41: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

33

petugas yang mampu menerapkan apa yang diharuskan

diberlakukan.9

Gagasan hukum dari Gustav Radbruch tersebut diuraikan pula oleh

W. Friedmann. Menurut Radbruch, gagasan hukum sebagai gagasan

kultural tidak bisa formal, tetapi harus diarahkan kepada cita-cita hukum,

yakni keadilan. Selanjutnya dikemukakan:

1. Keadilan sebagai suatu cita, seperti telah ditunjukkan oleh Aristoteles

tidak dapat mengatakan lain kecuali yang sama harus diperlakukan

sama, yang tidak sama diperlakukan tidak sama.

2. Pengertian kegunaan hanya dapat dijawab dengan menunjukkan

pada konsepsi-konsepsi yang berbeda tentang negara dan hukum.

Untuk mengisi cita keadilan ini dengan isi yang konkret, harus

menoleh pada kegunaannya sebagai unsur kedua dari cita hukum.

3. Untuk melengkapi formalitas keadilan dan relativitas kegunaan,

keamanan dimasukkan sebagai unsur ketiga dari cita hukum.

Kegunaan menuntut kepastian hukum. Hukum harus pasti.

Tuntutan akan keadilan dan kepastian merupakan bagian-bagian

yang tetap dari cita hukum, dan ada di luar pertentangan-

pertentangan bagi pendapat politik. Kegunaan memberi unsur

relativitas. Tetapi tidak hanya kegunaan sendiri yang relatif,

hubungan antara tiga unsur dari cita hukum itu juga relatif.

Seberapa jauh kegunaan lebih kuat dari keadilan, atau keamanan

lebih penting dari kegunaan, merupakan masalah yang harus

diputuskan oleh sistem politik masing-masing.10

Ketiga elemen dari ide hukum itu bersifat saling melengkapi antara

satu dengan lainnya – dan pada keadaan yang lain saling bertentangan satu

dengan yang lainnya.11 Satjipto Rahardjo menanggapi hubungan yang

demikian dapat dimengerti, oleh karena ketiga-tiganya berisi tuntutan yang

berlain-lainan dan yang satu sama lain mengandung potensi untuk

9 Gustav Radbruch, “Legal Philosophy”, dalam Kurt Wilk, ed., The Legal Philosophies

Of Lask, Radbruch, And Dabin, (Cambridge: Havard University Press, 1950), hlm. 107-109. 10 W. Friedmann, Teori & Filsafat Hukum: Idealisme Filosofis & Problema Keadilan

(susunan II), terjemahan Muhamad Arifin dari judul asli: Legal Theory, (Jakarta: Penerbit CV Rajawali, 1990), hal. 43.

11 Ibid., hlm. 109 -110.

Page 42: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

34

bertentangan. Sebagai contoh, kepastian hukum, sebagai nilai ia segera

menggeser nilai-nilai keadilan dan kegunaan ke samping. Yang utama bagi

kepastian hukum adalah adanya peraturan itu sendiri. Tentang apakah

peraturan itu harus adil dan mempunyai kegunaan bagi masyarakatnya,

adalah di luar pengutamaan nilai kepastian hukum.12

Teori tentang validitas berpengaruh pada hukum positif di Indonesia.

Ini tampak pada keharusan adanya pertimbangan filosofis, sosiologis, dan

yuridis dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. UU P3 2011

memberikan penjelasan mengenai unsur-unsur filosofis, sosiologis, dan

yuridis sebagai muatan konsiderans menimbang. Angka 18 dan 19 TP3

(vide Pasal 64 ayat (2) UU P3 2011) menentukan konsiderans memuat

uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan

alasan pembentukan Peraturan Perundang–undangan. Pokok pikiran pada

konsiderans Undang–Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis

yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukannya yang

penulisannya ditempatkan secara berurutan dari filosofis, sosiologis, dan

yuridis. Kemudian masing-masing unsur-unsur ini dijelaskan sebagai

berikut:

1. Unsur filosofis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk

mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum

yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia

yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Unsur sosiologis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.

3. Unsur yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk

untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan

hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang

akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian

hukum dan rasa keadilan masyarakat.

12 Satjipto Rahardjo, Ibid., hal. 19-20.

Page 43: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

35

Pemahaman mengenai unsur-unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis,

dapat pula diperoleh dari teknik penyusunan naskah akademik rancangan

peraturan perundang-undangan. Dasar hukum teknik penyusunan naskah

akademik rancangan peraturan perundang-undangan terdapat dalam Pasal

57 UU No 12/2011, yang menentukan:

(1) Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Naskah Akademik.

(2) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

Berikutnya dalam Pasal 63 UU No 12/2011 ditentukan bahwa

ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 56 sampai dengan Pasal 62 berlaku secara mutatis

mutandis terhadap penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Artinya, ketentuan tentang teknik penyusunan Naskah Akademik yang

berlaku bagi Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi, berlaku pula bagi Penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun penjelasan masing-masing

unsur-unsur tersebut, yang disebut landasan filosofis, landasan sosiologis,

dan landasan yuridis, adalah sebagai berikut:

1. Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk

mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum

yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia

yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis

sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan

masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.

3. Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi

permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan

Page 44: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

36

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau

yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa

keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan

hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur

sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang baru.

Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah

ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih,

jenis peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang sehingga

daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak

memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.

Aspek sosiologis dalam perancangan peraturan perundang-undangan

dimanfaatkan dalam konteks pembentukan dan bukan dalam konteks

pelaksanaan peraturan perundang-undangan, seperti tampak dalam bagan

berikut:

Bagan: Unsur sosiologis dalam konteks pembentukan dan pelaksanaan UU atau Perda.

B. RELEVANSI VALIDITAS DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH

TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN

Berdasarkan pemahaman tentang validitas tersebut, maka unsur

filosofis, sosiologis dan yuridis, yang menjadi latar belakang pembuatan

undang-undang atau peraturan daerah, dapat dimaknai sebagai berikut:

1. Unsur filosofis adalah nilai-nilai filosofis yang dianut oleh suatu

Negara (bagi Indonesia yang termaktub dalam Pancasila dan

Pembukaan UUD 1945) yang menjadi latar belakang dan alasan

pembuatan undang-undang atau peraturan daerah.

Page 45: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

37

2. Unsur yuridis adalah peraturan perundang-undangan yang menjadi

latar belakang dan alasan pembuatan undang-undang atau

peraturan daerah, yang meliputi:

a. Dasar hukum formal, yakni peraturan perundang-undangan yang

menjadi dasar kewenangan pembentukan suatu peraturan

perundang-undangan. Termasuk keharusan mengikuti prosedur

tertentu.

b. Dasar hukum substansial, yakni peraturan Perundang-undangan

yang memerintahkan materi muatan tertentu diatur dalam suatu

Peraturan Perundang-undangan. Termasuk kesesuaian jenis dan

materi muatan.

3. Unsur sosiologis adalah gejala dan masalah sosial-ekonomi-politik

yang berkembang di masyarakat yang menjadi latar belakang dan

alasan pembuatan undang-undang atau peraturan daerah.

Relevansi landasan keabsahan tersebut dengan pengaturan Wajib

Belajar 12 Tahun adalah pengaturan Wajib Belajar 12 Tahun mendasarkan

pada tiga landasan keabsahan, yakni filofofis, yuridis, dan sosiologis,

sebagaimana diamanatkan UU P3 2011.

Pertama, Landasan Filosofis. Negara Kesatuan Republik Indonesia

merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bertujuan untuk

memberikan pengayoman dan memajukan kesejahteraan masyarakat dalam

rangka mewujudkan tata kehidupan bangsa yang aman, tertib, sejahtera,

dan berkeadilan. Sejalan dengan itu, dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 ditentukan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri

atas daerah-daerah kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah. Masing-masing

pemerintahan daerah itu mengatur dan mengurus sendiri pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Otonomi dimaksud adalah

otonomi seluas-luasnya.

Ketentuan konstitusional tersebut dilaksanakan dengan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan

Page 46: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

38

berlakunya Undang-Undang ini, maka penyelenggaraan pemerintahan

daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi

daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara.

Kedua, Landasan sosiologis adalah dengan disusunya Perda ini

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam Wajib Belajar 12

Tahun Wajib Belajar 12 Tahun daerah bukan merupakan sumber

pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan

pemerintahan daerah. Dalam Wajib Belajar 12 Tahun.Berdasarkan uraian

tersebut dapat ditegaskan, landasan filosofis bahwa pendidikan harus

mampu menjamin pemerataan kesempata pendidikan, peningkatan mutu

serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi

tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,

dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara

terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Jadi, Pemerintahan Daerah membuat Peraturan Daerah tentang

Wajib Belajar 12 Tahun, berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan

keadilan, peranserta masyarakat, dan akuntabilitas. Adapun tujuan

pembentukan Peraturan Daerah ini adalah sebagai landasan hukum Wajib

Belajar 12 Tahun di Kabupaten Jembrana.

Ketiga, Landasan Yuridis yaitu memberikan arahan, landasan dan

kepastian hukum bagi aparatur pemerintah daerah dan para pemangku

kepentingan dalam Wajib Belajar 12 Tahun

Page 47: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

39

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG

LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TENTANG WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN

A. ARAH DAN JANGKAUAN PENGATURAN

Istilah “materi muatan “ pertama digunakan oleh A.Hamid

S.Attamimi sebagai terjemahan atau padanan dari “het onderwerp”.13 Pada

tahun 1979 A.Hamid S.Attamimi membuat suatu kajian mengenai materi

muatan peraturan perundang-undangan. Kata materi muatan

diperkenalkan oleh A.Hamid S.Attamimi sebagai pengganti istilah Belanda

Het ondrwerp dalam ungkapan Thorbecke “het eigenaardig onderwerp der

wet” yang diterjemahkan dengan materi muatan yang khas dari undang-

undang, Attamimi mengatakan :

“…dalam tulisan tersebut penulis memperkenalkan untuk pertama

kali istilah materi muatan.Kata materi muatan diperkenalkan oleh

penulis sebagai pengganti kata Belanda het onderwerp dalam

ungkapan ThorbPecke het eigenaardig onderwerp der wet. Penulis

menterjemahkannya dengan materi muatan yang khas dari undang-

undang, yakni materi pengaturan yang khas yang hanya dan semata-

mata dimuat dalam undang-undang sehingga menjadi materi muatan

undang-undang”.14

Dalam konteks pengertian ( begripen ) tentang materi muatan peraturan

perundang-undangan yang hendak dibentuk, semestinya harus

diperhatikan apa sesungguhnya yang menjadi materi muatan yang akan

dibentuk. Karena masing-masing tingkatan ( jenjang ) peraturan

perundang-undangan mempunyai materi muatan tersendiri secara

berjenjang dan berbeda-beda.15 Sri Sumantari juga berpendapat yang sama

bahwa masing-masing peraturan perundang-undangan mengatur materi

13 A.Hamid.S.Attamimi , A.Hamid.S.Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden RI Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Disertasi Doktor UI, Jakarta, hal. 193-194. 14 Ibid. 15 Gede Pantje Astawa & Suprin Na´a, 2008, Dinamika Hukum Dan Ilmu Perundang-

undangan di Indonesia, Penerbit Alumni Bandung, hal. 90.

Page 48: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

40

muatan yang sama, apa yang diatur oleh undang-undang jelas akan

berbeda dengan apa yang diatur oleh Peraturan Daerah. Demikian pula

yang diatur dalam UUD 1945 juga berbeda dengan yang diatur dalam

Peraturan Presiden.16

Rosjidi Ranggawidjaja menyatakan yang dimaksud dengan isi

kandungan atau substansi yang dimuat dalam undang-undang khususnya

dan peraturan perundang-undangan pada umumnya.17 Dengan demikian

istilah materi muatan tidak hanya digunakan dalam membicarakan

undang-undang melainkan semua peraturan perundang-undangan

.Pedoman 98 TP3U menentukan, ketentuan umum berisi: a.batasan

pengertian atau definisi; b. singkatan atau akronim yang dituangkan

dalam batasan pengertian atau definisi; dan/atau c. hal-hal lain yang

bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya

antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa

dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab. Pedoman 109 TP3U

menentukan, urutan penempatan kata atau istilah dalam ketentuan umum

mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. pengertian yang mengatur tentang

lingkup umum ditempatkan lebih dahulu dari yang berlingkup khusus;

b.pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalam materi pokok yang diatur

ditempatkan dalam urutan yang lebih dahulu; dan c.pengertian yang

mempunyai kaitan dengan pengertian di atasnya yang diletakkan

berdekatan secara berurutan.

Beberapa hal yang relevan dicantumkan sebagai ketentuan umum

dalam pembentukan Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 ( dua belas

) Tahun adalah:

A. JUDUL

B. PEMBUKAAN

1. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

16 Sri Sumantri Martosoewignjo & Bintan R.Saragih,1993, Ketatanegaaan Indonesia

Dalam Kehidupan Politik Indonesia ; 30al Tahun Kembali ke UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan Jakarta, h 62.

17 Rosjidi Rangga Widjaja, 1999, Ilmu Perundang-Undangan,Mandar Maju Bandung hal. 53.

Page 49: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

41

2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-

undangan

3. Konsiderans

4. Dasar Hukum

5. Diktum

C. BATANG TUBUH

1. Ketentuan Umum

2. Materi Pokok yang Diatur

3. Ketentuan Pidana (jika diperlukan)

4. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)

5. Ketentuan Penutup

D. PENUTUP

E. PENJELASAN (jika diperlukan)

F. LAMPIRAN (jika diperlukan)

B.RUANG LINGKUP MATERI MUATAN

Ruang lingkup materi muatan raperda Wajib Belajar 12 Tahun adalah

jangkauan materi pengaturan yang khas yang dimuat dalam raperda Wajib

Belajar 12 Tahun, yang meliputi materi yang boleh dan materi yang tidak

boleh dimuat dalam raperda Wajib Belajar 12 Tahun.18 Jadi, yang dimaksud

dengan materi muatan baik mengenai batas materi muatan maupun

lingkup materi muatan.

Lingkup materi yang boleh dimuat ditentukan oleh asas otonomi

daerah dan tugas pembantuan maupun yang ditentukan secara objektif-

normatif dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi sebagai

materi muatan Perda tentang Wajib Belajar 12 Tahun antara lain :

BAB I : Ketentuan Umum

BAB II : Hak Dan Kewajiban Pemerintah Masyarakat, Orang

Tua, Dan Peserta Didik

BAB III : Penyelenggaraan

18 Pengertian ruang lingkup materi muatan diadaptasi dari Gede Marhaendra Wija

Atmaja, ”Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah Tingkat II (Kasus Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar), Tesis Magister, (Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 1995),hlm. 14.

Page 50: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

42

BAB IV : Pengelolaan

BAB V : Penjaminan Wajib Belajar

BAB VI : Pendanaan Pendidikan

BAB VII : Pengawasan

BAB VIII : Evaluasi

BAB IX : Sanksi Administratif

BAB X : Ketentuan Peralihan

BAB XI : Ketentuan Penutup

Page 51: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

43

BAB VI

PENUTUP

A. Rangkuman

Berdasarkan kajian yang telah di lakukan di BAB terdahulu, dapat

ditarik konklusi bahwa Kabupaten Jembrana belum mempunyai

Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12 ( dua belas ) Tahun.

Berdasarkan keseluruhan pengkajian secara normatif dan praktek

empiris, maka perlu disusun Peraturan Daerah tentang Wajib Belajar 12

( dua belas ) Tahun. Dasar kewenangan pendelegasian kewenangan

mengatur diatur dalam

1. Pasal 236 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah mengatur Untuk

menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan,

Daerah membentuk Perda. Peraturan Daerah dibentuk oleh

DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah. Dalam

kaitannya dengan pendidikan berdasarkan

2. Pasal 34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menentukan bahwa :

(1) Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat

mengikuti program wajib belajar.

Page 52: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

44

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin

terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

(3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara

yangdiselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

(4) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah.

3. Pasal 7 Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2008 tentang Wajib

Belajar (1) Pemerintah menetapkan kebijakan nasional pelaksanaan

program wajib belajaryang dicantumkan dalam Rencana

Kerja Pemerintah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Rencana Strategis Bidang Pendidikan, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah, dan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai

kewenangannya berkewajiban menyelenggarakan

program wajib belajar berdasarkan kebijakan

nasionalsebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Penyelenggaraan program wajib belajar oleh pemerintah

daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan

dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana Strategis

Daerah Bidang Pendidikan, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.

(4) Pemerintah daerah dapat menetapkan kebijakan untuk

meningkatkan jenjang pendidikan wajib belajar sampai pendidikan menengah.

(5) Pemerintah daerah dapat mengatur lebih lanjut

pelaksanaan program wajib belajar, sesuai dengan

kondisi daerah masingmasing melalui Peraturan Daerah. (6) Ketentuan mengenai pelaksanaan program wajib belajar

yang diatur oleh pemerintah daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) termasuk kewenangan memberikan sanksi administratif kepada warga negara

Indonesia yang memiliki anak berusia 7 (tujuh) sampai

dengan 15 (lima belas) tahun yang tidak mengikuti program wajib belajar

Adanya kewenangan Pemerintah daerah dapat mengatur lebih lanjut

pelaksanaan program wajib belajar, sesuai dengan kondisi daerah

masingmasing melalui Peraturan Daerah.

Page 53: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

45

B. Saran

1. Menyiapkan segera Peraturan Bupati sebagai bentuk pendelegasian

kewenangan mengatur

2. Agar diselenggarakan proses konsultasi publik sehingga masyarakat

dapat memberikan masukan dalam penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Wajib Belajar 12

Tahun, sesuai dengan asas keterbukaan dan ketentuan tentang

partisipasi masyarakat dalam Pasal 96 UU P3 2011 dan Pasal 354

ayat (4) UU Pemerintahan Daerah 2004. Dalam Pasal 354 ayat (4) UU

Pemerintahan Daerah 2014. Pasal partisipasi masyarakat dalam

bentuk :

a. konsultasi publik;

b. musyawarah;

c. kemitraan; d. penyampaian aspirasi;

e. pengawasan; dan/atau

f. keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan erundang-

undangan

Page 54: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

46

DAFTAR PUSTAKA

Astawa Gede Pantje & Suprin Na´a, 2008, Dinamika Hukum Dan Ilmu Perundang-undangan di Indonesia, Penerbit Alumni Bandung.

Attamimi; A. Hamid S. “Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia

dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara”, Disertasi, (Fakultas

Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1990), hlm. 345-346. I.C. Van Der Vlies, Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-undangan, terjemahan, (Direktorat Jenderal Peraturan Perundangan-

undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2005).

Bruggink, J.J.H. Refleksi Tentang Hukum, terjemahan Arief Sidharta dari

judul asli: Rechts Reflecties, (Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996).

Delors, Jacques 1996, “Learning: The Treasure Within” dikutip dari Ali

Muhdi Amnur (ed), Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional, Pustaka

Fahima, Yogyakarta.

Friedmann, W. Teori & Filsafat Hukum: Idealisme Filosofis & Problema

Keadilan (susunan II), terjemahan Muhamad Arifin dari judul asli: Legal Theory, (Jakarta: Penerbit CV Rajawali, 1990).

H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, “Kebijakan Pendidikan (Pengantar Untuk

Memahami Kebijakan Pendidikan Dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik)”Pustaka Pelajar.

Suhartono, Suparlan 2005, Filasat Pendidikan AR-RUZZ Media.

Sirozi, M Politik pendidikan, “ Dinamika Hubungan Antara kepentingan

Kekuasaan dan Praktik Wajib Belajar 12 Tahun” , 2005, Raja Grafindo Persada.

Rahardjo, Satjipto Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti,

2000), hal. 19, yang mendasarkan pada Gustav Radbruch, Einfuhrung in die Rechtswissenschaft, (Sttugart: K.F. Koehler, 1961).

Radbruch, Gustav “Legal Philosophy”, dalam Kurt Wilk, ed., The Legal Philosophies Of Lask, Radbruch, And Dabin, (Cambridge: Havard

University Press, 1950)

Page 55: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

47

Martosoewignjo, Sri Sumantri & Bintan R.Saragih,1993, Ketatanegaaan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia ; 30al Tahun Kembali ke UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan Jakarta.

Widjaja, Rosjidi Rangga 1998, Ilmu Perundang-Undangan,Mandar Maju

Bandung.

Wija Atmaja, Gede Marhaendra”Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah Tingkat II (Kasus Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan

Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar), Tesis Magister, (Program

Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 1995).

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 244 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indoesia Nomor 4301 )

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 ,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indoesia Nomor 5587 )

Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 Tentang

Pengelolaan Dan Wajib Belajar 12 Tahun

Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana No 2 Tahun 2008 Tentang Urusan

Pemerintahan Daerah Kabupaten Jembrana Lembaran Daerah Tahun

2008 Nomor 2

Page 56: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

48

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH :

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

WAJIB BELAJAR 12 TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatan kualitas

pendidikan di Kabupaten Jembrana, penyelenggaraan

program wajib belajar 12 Tahun memberikan manfaat dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat

sebagaimana amanat Undang- Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa keberadaaan wajib belajar di Kabupaten Jembrana perlu diberikan kejelasan status dan

kepastian hukum dalam sistem Pemerintahan daerah

demi mewujudkan keadilan bagi warga masyarakat; c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana

Nomor 15 Tahun 2006 tentang Rintisan Wajib Belajar

Page 57: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

49

12 Tahun merupakan Peraturan Daerah rintisan

maka perlu ditingkatkan untuk memberikan arah dan kepastian hukum yang jelas tentang pelaksanaan

wajib belajar 12 Tahun kepada masyarakat;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf

d, perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang Wajib

Belajar 12 Tahun.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali nusa Tenggara

Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 1555);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5587), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5657);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara

Page 58: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

50

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496) Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013

Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor

5410);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4863);

7. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

Nomor 44 Tahun 2012 Tentang Pungutan Dan

Sumbangan Biaya Pendidikan Pada Satuan Pendidikan Dasar (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 665);

8. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor ....

Tahun ....... tentang urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan Kabupaten Jemdrana, (Lembaran Daerah.... Tambahan Lembaran Daerah

Nomor .....);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Rintisan Wajib Belajar 12

Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana

Tahun 2006 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 15).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

dan BUPATI JEMBRANA,

Page 59: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

51

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG WAJIB BELAJAR 12

TAHUN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Kabupaten adalah Kabupaten Jembrana. 2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Jembrana.

3. Bupati dalah Bupati Jembrana.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana.

5. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus

diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah.

6. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs),

atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah atas

(SMA/MA/SMK) atau bentuk lain yang sederajat. 7. Sekolah Dasar yang selanjutnya disebut SD adalah salah satu

bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan

pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar. 8. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disebut MI adalah salah satu

bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan

pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar, di dalam pembinaan Menteri Agama.

9. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disebut SMP adalah

salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat.

10. Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disebut MTs adalah salah

satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang

pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain

yang sederajat, di dalam pembinaan Menteri Agama. 11. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disebut SMA adalah salah

satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan

pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat.

12. Program paket A adalah program pendidikan dasar jalur nonformal

yang setara SD. 13. Program paket B adalah program pendidikan dasar jalur nonformal

yang setara SMP.

Page 60: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

52

14. Program paket C adalah program pendidikan dasar jalur nonformal

yang setara SMA. 15. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. 16. Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

17. Pendidikan Informal adalah Kegiatan pendidikan dilakukan oleh

keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

18. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses Pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

19. Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan

yang diperlukan untuk pengelolaan satuan pendidikan dasar.

Page 61: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

53

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH

MASYARAKAT, ORANG TUA, DAN PESERTA DIDIK

Bagian kesatu Hak dan Kewajiban Pemerintah

Pasal 2

Pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3 Pemerintah daerah berkewajiban :

a. memberikan pelayanan kemudahan serta menjamin

berlangsungnya penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah yang bermutu;

b. menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya wajib belajar 12

tahun; c. melaksanakan standar nasional pendidikan.

Bagian kedua

Hak dan Kewajiban masyarakat Pasal 4

Masyarakat berhak:

a. berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program wajib belajar;

b. mendapat data dan informasi tentang penyelenggaraan program

wajib belajar12 Tahun; dan c. memperoleh pendidikan wajib belajar 12 tahun.

Pasal 5

Setiap warga masyarakat berkewajiban mendukung penyelenggaraan

Pendidikan wajib belajar 12 tahun.

Bagian ketiga

Hak dan Kewajiban orang tua

Pasal 6

Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan

memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.

Pasal 7

Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan

pendidikan dasar kepada anaknya.

Page 62: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

54

Bagian keempat

Hak dan Kewajiban peserta didik

Pasal 8

Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:

a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang

dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;

b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;

c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya

tidak mampumembiayai pendidikannya; d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya

tidak mampu membiayai pendidikannya;

e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;

f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan

belajar masingmasing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

Pasal 9

(1) Setiap peserta didik berkewajiban :

a. Menjaga norma-norma pendidikan menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan;

b. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi

peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan

pendidikan.

BAB III

PENYELENGGARAAN Pasal 10

Pemerintah daerah menyelenggarakan Program wajib belajar 12 (DUA

BELAS tahun) sesuai kewenangannya.

Pasal 11

(1) Wajib belajar diselenggarakan pada jalur pendidikan meliputi :

a. pendidikan formal;

b. pendidikan nonformal; dan c. pendidikan informal.

(2) Penyelenggaraan wajib belajar pada jalur formal sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan minimal pada jenjang pendidikan dasar yang meliputi SD, MI, SMP, MTs, SMA,MA dan

Page 63: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

55

bentuk lain yang sederajat.

(3) Penyelenggaraan wajib belajar pada jalur nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui program

paket A, program paket B, program paket C dan bentuk lain yang

sederajat. (4) Penyelenggaraan wajib belajar pada jalur pendidikan informal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui

pendidikan keluarga dan/atau pendidikan lingkungan.

Pasal 12

(1) Satuan pendidikan dasar penyelenggara program wajib belajar

berkewajiban menjaga keberlangsungan pelaksanaan program wajib

belajar yang bermutu dan memenuhi Standar Nasional Pendidikan. (2) Satuan pendidikan dasar penyelenggara program wajib belajar

wajib menerima peserta didik program wajib belajar dari lingkungan

sekitarnya tanpa diskriminasi sesuai daya tampung satuan pendidikan yang bersangkutan.

(3) Penerimaan peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

pada SD/MI atau yang sederajat tidak mempersyaratkan bahwa

calon peserta didik yang bersangkutan telah menyelesaikan pendidikan anak usia dini.

BAB IV PENGELOLAAN

Pasal 13

(1) Bupati bertanggung jawab terhadap pengelolaan pendidikan wajib

belajar 12 Tahun di tingkat Kabupaten.

(2) Pimpinan satuan pendidikan bertanggujawab terhadap pengelolaan pendidikan wajib belajar 12 Tahun di tingkat satuan pendidikan

dasar.

BAB V PENJAMINAN WAJIB BELAJAR

Pasal 14

(1) Pemerintah daerah menjamin terselenggaranya program wajib

belajar 12 tahun tanpa memungut biaya.

(2) Warga masyarakat yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar apabila daya tampung satuan pendidikan

masih memungkinkan.

(3) Warga negara masyarakat yang belum lulus pendidikan dasar dan menengah dapat menyelesaikan pendidikannya sampai lulus atas

biaya pemerintah daerah.

(4) Warga masyarakat usia wajib belajar yang orang tua/walinya tidak mampu membiayai pendidikan, pemerintah daerah wajib bantuan

biaya pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan.

Page 64: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

56

Pasal 15

(1) Setiap warga masyarakat usia wajib belajar wajib mengikuti

program wajib belajar 12 Tahun. (2) Setiap warga masyarakat yang memiliki anak usia wajib belajar

bertanggung jawab memberikan pendidikan wajib belajar kepada

anaknya.

(3) Pemerintah Daerah mengupayakan setiap warga masyarakat mengikuti program wajib belajar 12 Tahun.

BAB VI PENDANAAN PENDIDIKAN

Pasal 16

(1) Pendanaan pendidikan bersumber dari pemerintah daerah dan

masyarakat.

(2) Pendanaan pendidikan pada satuan pendidikan berupa : a. biaya investasi;

b. biaya operasi;

c. bantuan biaya pendidikan; dan

d. beasiswa. Pasal 17

Sumber dana pendidikan pada satuan pendidikan dasar yang

diselenggarakan oleh Pemerintah daerah berupa :

a. anggaran pendapatan dan belanja daerah; c. sumbangan dari peserta didik atau orang tua/walinya;

d. sumbangan dari pemangku kepentingan pendidikan dasar di luar

peserta didik atau orang tua/walinya; e. bantuan lembaga lainnya yang tidak mengikat;

f. bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau

g. sumber lain yang sah.

Pasal 18

Sumber dana pendidikan pada satuan pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh masyarakat:

a. bantuan dari penyelenggara atau satuan pendidikan yang

bersangkutan; b. pungutan, dan/atau sumbangan dari peserta didik atau orang

tua/walinya;

c. bantuan dari masyarakat di luar peserta didik atau orang tua/walinya; d. bantuan pemerintah daerah;

e. bantuan pihak asing yang tidak mengikat;

f. bantuan lembaga lain yang tidak mengikat; g. hasil usaha penyelenggara atau satuan pendidikan; dan/atau

h. sumber lain yang sah.

Page 65: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

57

BAB VII PENGAWASAN

Pasal 19

(1) Pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan komite

sekolah/madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan

program wajib belajar 12 Tahun sesuai kewenangan masing-

masing. (2) Pemerintah daerah melaksanakan pengawasan penyelenggaraan

program wajib 12 Tahun belajar pada satuan pendidikan.

BAB VIII

EVALUASI

Pasal 20

(1) Pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan

program wajib belajar 12 Tahun secara berkala. (2) Evaluasi terhadap pelaksanaan program wajib belajar sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:

a. tingkat pencapaian program wajib belajar;

b. pelaksanaan kurikulum pendidikan dasar; c. hasil belajar peserta didik; dan

d. realisasi anggaran.

(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada Menteri.

(4) Evaluasi terhadap pelaksanaan program wajib belajar 12 Tahun

dapat dilakukan oleh lembaga evaluasi mandiri yang didirikan masyarakat sesuai Standar Nasional Pendidikan.

BAB IX SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 21

Satuan pendidikan dasar penyelenggara program wajib belajar yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)

dikenakan sanksi administrasi berupa teguran, penghentian pemberian

bantuan hingga penutupan satuan pendidikan yang bersangkutan.

BAB X

KETENTUANPERALIHAN Pasal 22

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2006 tentang Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun (Lembaran

Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2006 Nomor 15, Tambahan

Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 15), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

BAB XI

Page 66: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

58

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Jembrana.

Ditetapkan di Jembrana

Pada tanggal

...........................

BUPATI JEMBRANA,

.............................................

Diundangkan di Jembrana Pada tanggal .....................

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN

JEMBRANA,

.................................................................

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN..........NOMOR.....

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM,

.................................................

NIP..................................

.

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA,PROVINSI BALI:

(NOMOR URUT PERDA/TAHUN)

Page 67: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

59

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

NOMOR ............ TAHUN............

TENTANG

WAJIB BELAJAR 12 TAHUN

I. UMUM

Program wajib belajar merupakan gerakan nasional yangwajib

dilaksanakan pemerintah daerah, dan masyarakat di Kabupaten

Jembrana.

Pemerintah Kabupaten Jembrana berkewajiban untuk

menyelenggarakan Program wajib belajar 12 Tahun. Penyelenggaraan

Program wajib belajar 12 (Dua Belas Tahun) sangat bermanfaat bagi

masyarakat dengan alasan untuk memberikan pelayanan pendidikan

dasar seluas-luasnya kepada masyarakat Kabupaten Jembrana tanpa

membedakan latar belakang agama, suku, sosial, budaya, dan ekonomi.

Setiap masyarakat usia wajib belajar berhak mendapatkan pelayanan

pendidikan yang bermutu dan orang tua/walinya berkewajiban

memberi kesempatan kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan

dasar.

Program wajib belajar 12 Tahun diselenggarakan pada satuan

pendidikan dasar yang mencakup pada jalur pendidikan formal,

nonformal, dan informal serta harus dapat menampung anak yang

normal maupun yang berkelainan dan/atau mempunyai hambatan

dalam perkembangannya. Peraturan tentang program wajib belajar 12

Tahun mencakup hak dan kewajiban masyarakat dan tanggung jawab

pemerintah daerah.

Di Kabupaten Jembrana telah ada Peraturan Daerah Kabupaten

Jembrana Nomor 15 Tahun 2006 tentang Rintisan Wajib Belajar 12

Page 68: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

60

Tahun yang hanya merupakan Peraturan Daerah rintisan, dalam arti

tidak berlaku wajib untuk semua masyarakat. Dengan demikian maka

perlu ditingkatkan agar peraturan daerah ini dapat memberikan arah

dan kepastian hukum yang jelas tentang kewajiban pemerintah dan

masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar 12 Tahun.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Yang dimaksud dengan mendukung penyelenggaraan Pendidikan wajib belajar 12 tahun, antara lain:

a. sebagai orangtua memberikan pendidikan dasar bagi anaknya

yang sesuai program wajib belajar; b. berperanserta dalam bentuk pemberian dukungan sumberdaya

(dana sarana dan prasarana, tenaga, penyelenggaraan,

manajemen) menjadi orang tua asuh.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Page 69: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

61

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Page 70: NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN DAERAH … fileWajib Belajar 12 Tahun, diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis besar

62

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR …….