NARKOTIKA, ALKOHOL, KESEHATAN DAN KRIMINAL DALAM ...
Transcript of NARKOTIKA, ALKOHOL, KESEHATAN DAN KRIMINAL DALAM ...
NARKOTIKA, ALKOHOL, KESEHATAN DAN KRIMINAL
DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI KRIMINAL
(STUDI KASUS PEREDARAN OBAT CARNOPHEN DI KALIMANTAN SELATAN)
MAKALAH SOSIOLOGI KRIMINAL
DISUSUN OLEH :
PRABOWO SETYO AJI NIM S362108038
RACHDITYO PANDU WARDHANA NIM S362108039
YAZID BUSTOMI NIM S362108041
PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alkohol merupakan suatu
bentuk pelanggaran hukum maupun pelanggaran norma sosial yang telah ada
sejak lama dan mengakibatkan suatu masalah sosial yang kompleks dengan
melibatkan berbagai aspek kehidupan yang luas seperti ekonomi, pendidikan,
perawatan, kesehatan, agama dan politik. Masalah yang ditimbulkan akibat
penyalahgunaan narkotika ini bukan hanya masalah yang perlu mendapat
perhatian bagi negara Indonesia, namun merupakan masalah yang menjadi
sorotan kancah dunia internasional. Mengingat bahaya yang ditimbulkan,
narkoba dapat mengancam kelangsungan hidup generasi bangsa dengan
merusak mental, khususnya para generasi muda, maka masyarakat dunia telah
melakukan berbagai upaya untuk mencegah peredaran serta
penyalahgunaannya.
penyalahgunaan obat-obatan mulai mengemuka sejak Tahun 2000
SM telah dikenal serbuk sari bunga Opion (Opium) atau candu atau biasa di
sebut ―Hul Gill‖ yang artinya Obat Yang Menggembirakan yang oleh
masyarakat Sumeria. Pada saat itu, serbuk sari ini sudah diketahui memiliki
fungsi sebagai obat tidur atau obat penghilang rasa sakit saat dihirup. Orang
zaman dahulu pun menggunakan serbuk sari ini sebagai obat bius bagi
seseorang yang mengalami luka serius agar dia tidak merasa sakit saat di obati
dan juga digunakan sebagai obat tidur. Selain itu, serbuk sari bunga Opion ini
digunakan sebagai racun untuk berburu karena bisa membuat sang mangsa
tertidur. Opium inilah yang merupakan bahan dasar dari pembuatan narkotika.1
Pada abad 19, saat itu opium ini sudah termasuk jenis obat yang sudah
di patenkan sehingga menjadi legal dan Ironisnya para pecandu morfin ini
kebanyakan adalah tentara-tentara yang terluka saat perang dunia 1. Perang
Dunia ke II, Indonesia mengenal penggunaan obat-obatan jenis opium sebelum
Perang Dunia II, tepatnya pada zaman penjajahan Belanda. Adapun, pemakai
candu tersebut sebagian besar adalah orang-orang China. Pemerintah
1 Jimmy Bonang, „Sejarah Munculnya Narkoba‟, Kompasania.Com, 2011
<https://www.kompasiana.com/entertainmentgeek/5509019a813311ab24b1e1c5/sejarah-munculnya-narkoba>
[accessed 7 September 2021].
Belanda mengizinkan tempat-tempat tertentu untuk mengisap candu. Tak
hanya itu, pengadaan candu pun dilegalkan dengan undang-undang. Awalnya,
orang-orang China menggunakan candu dengan cara tradisional, yaitu
menggunakan pipa panjang.2
Tahun 1940-an, Indonesia kedatangan pemerintahan jepang, Setelah
tiba di Indonesia, pemerintahan pendudukan Jepang mulai menghapus
undang-undang tersebut dan melarang penggunaan candu. Tindak pidana
narkotika. Penyalahgunaan sampai peredaran gelap narkotika bukanla hal
yang termasuk baru di Indonesia. Masalah yang ditimbulkan akibat
penyalahgunaan narkotika ini bukan hanya masalah yang perlu mendapat
perhatian bagi negara Indonesia, namun merupakan masalah yang menjadi
sorotan kancah dunia internasional.3
Selain obat terlarang, alkohol telah dikonsumsi masyarakat sejak dahulu
kala. Namun, pada saat itu masyarakat lebih menyebutnya dengan bir. Di Mesir
contohnya Penemuan kendi bir dari Jaman Batu mengonfirmasi bahwa
minuman fermentasi telah ada sejak tahun 10.000 SM (Periode Neolitik).
Minuman beralkohol telah menjadi bagian integral dari peradaban Mesir kuno.
Di Cina berbagai minuman bir telah digunakan sejak zaman prasejarah sekitar
tahun 7000 M. Serta di Yunani sudah ada sejak tahun 2000 SM, namun pada
1700 SM, anggur juga mendapatkan popularitas dan dimasukkan ke dalam
ritual keagamaan.4
Semakin berkembangnya zaman dan peradaban, kedua hal tersebut
nampaknya mulai disalahgunakan dan justru mudah diperoleh oleh segala
kalangan. Sehingga, antara obat-obatan dan alkohol yang disalahgunakan
mengakibatkan permasalahan pada kesehatan dan menimbulkan perbuatan
kriminal.
2 Sulung Faturachman, „SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MASUKNYA NARKOBA DI INDONESIA‟,
Historis : Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 5.1 (2020), 13–19
<https://journal.ummat.ac.id/index.php/historis/article/view/2051>. 3 Humas BNN, „Perjalanan Narkoba Di Dunia Dan Indonesia‟, BNN Kabupaten Blitar, 2019
<https://blitarkab.bnn.go.id/perjalanan-narkoba-di-dunia-dan-indonesia/> [accessed 7 September 2021]. 4 Amazine, „Sejarah Alkohol: Kisah Alkohol Dari 5 Peradaban Kuno‟, Amazine.Co, 2020
<https://www.amazine.co/19032/sejarah-alkohol-kisah-alkohol-dari-5-peradaban-kuno/> [accessed 10
September 2021].
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa pengaruh obat-obatan terlarang dan alkohol bisa memberikan
kontribusi terhadap tingkat kriminalitas?
2. Bagaimana sejarah penegakan hukum dan pandangan masyarakat
terhadap obat-obatan dan alkohol?
3. Contoh kasus yang diakibatkan oleh pengaruh obat-obatan terlarang
(zenith) maupun minimal beralkohol
BAB II
PEMBAHASAN
A. SOSIOLOGI KRIMINAL DALAM PERSPEKTIF OBAT-OBATAN,
ALKOHOL, KESEHATAN DAN KRIMINAL
1. SOSIOLOGI KRIMINAL
Perkembangan objek Kajian sosiologi semakin luas jika ditinjau dari
cabang studinya, seperti keluarga, ekonomi, pembangunan, pedesaan,
perkotaan, agama, kesehatan, bahkan kriminal. Disisi lainnya, terkadang
tindakan kriminal juga mengacaukan keteraturan sosial yang dibentuk.
Lantaran mampu menyebabkan adanya konflik sosial, pertikaian,
kerusahakan atas harta benda, dan lain sebagainya.
Menurut E.H. Sutherland, sosiologi kriminalitas adalah ilmu yang
mempelajari tentang pola berperilaku jahat dengan cara yang sama dengan
perilaku yang tidak jahat. Perilaku jahat diperoleh sebagai hasil interaksi yang
dilakukannya dengan orang-orang berperilaku dengan kecenderungan
melawan norma-norma hukum yang ada. Bonger memberikan pendapat
mengenai definisi sosiologi kriminalitas yaitu ilmu pengetahuan tentang
kejahatan sebagai gejala sosial. Fokus dari sosiologi kriminalitas adalah
seberapa jauh pengaruh sosial bagi timbulnya kejahatan yang ada dalam
masyarakat. Lain halnya dengan Dr. J.E. Sahetapy dan B. Mardjono
Reksodipuro, Arti sosiologi kriminalitas adalah ilmu yang mempelajari tentang
setiap perbuatan (termasuk kelalaian) yang dilarang oleh hukum publik untuk
melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa pidana oleh Negara.5
Objek Kajian sosiologi Kriminal adalah yaitu keterkaitan antara
Kejahatan, pelaku dan reaksi masyarakat. Sosiologi criminal memilik tujuan
mengetahui alasan maupun sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan.
Sehingga dalam hal inilah akhirnya mampu mengkaji apakah kejahatan itu
disebabkan oleh kondisi sosial atas realitas sosial di masyarakat sekitar atau
karena orang tersebut memiliki bakat untuk menjadi seorang penjahat.6
5 Dosen Sosiologi, „Pengertian Sosiologi Kriminalitas, Objek Kajian, Ruang Lingkup, Dan Contohnya‟,
DosenSosiologi.Com, 2021 <https://dosensosiologi.com/sosiologi-kriminalitas/> [accessed 7 September 2021]. 6 Rhesita Bunga Permatasari Hadi, „KAJIAN ETIOLOGI KRIMINAL TERHADAP PEREDARAN
NARKOTIKA YANG DILAKUKAN WANITA (STUDI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
WIROGUNAN YOGYAKARTA)‟, Recidive, 7.3 (2018), 275–85
<https://jurnal.uns.ac.id/recidive/article/view/40605>.
Tindakan kriminalitas terbagi menjadi beberapa bagian dalam sosiologi
kriminal, yaitu;
1. Crimes without victims (dianggap perbuatan tercela)
2. Organized Crime (kejahatan terorganisir, komplotan)
3. White Collar Crime (dilakukan orang berstatus tinggi)
4. Corporate Crime (kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi
sosial formal untuk menaikkan keuntungan)
5. Blue collar Crime (dilakukan rakyat miskin karena ekonomi)
Kriminalitas yang terjadi ditengah masyarakat disebabkan berbagai
aspek dalam sendi-sendi kehidupan, diantaranya adalah:
1. Urbanisasi serta industrialisasi karena akan menakibatkan ledakan
penduduk yang nantinya menjadi penyebab naiknya tingkat
kriminalitas;
2. Kondisi-kondisi social misalnya tingkat pengangguran yang tinggi,
kemiskinan yang semakin menjamur, tekanan mental serta kebencian;
3. Moral, dalam hal ini kriminalitas terjadi bukan karena ada celah, namun
dari penilaian baik atau buruk seseorang;
4. Degradasi mental yang berasal dari depresi serta tidak menemukan
tempat untuk melampiaskan rasa kesal. Sehingga membuat seseorang
melakukan tndak criminal supaya meredam degradasi mentalnya;
5. Tingkat pendidikan yang belum merata di seluruh daerah
menyebabkan terjadinya kriminalitas, yang mana pendidikan sampai
saat ini sehingga mereka yang tidak memiliki pendidikan sulit untuk
mendapatkan pekerjaan;
6. Gengsi yang tinggi dan kemajuan yang berjalan sangat cepat yang
membuat sebagian masyarakat sulit mengikutinya padahal secara
nyata individu tersebut tidak mampu. Tindakan inilah sebagai pemantik
yang menyebabkan terjadi tindak criminal.
2. SEJARAH PENYALAHGUNAAN OBAT-OBATAN DAN ALKOHOL DI DUNIA
Pada zaman prasejarah di negeri Mesopotamia (Irak dan Iran), di kenal
GIL sebagai bahan yang menimbulkan efek ―menggembirakan‖ yang mulanya
digunakan untuk obat sakit perut, selanjutnya dengan cepat menyebar di
dunia barat dan Amerika Serikat. Di Tiongkok, bahan sejenis GIL ini di kenal
sebagai candu. Sejarah candu ini pernah menghancurkan Tiongkok sekitar
tahun 1840-an. Karena dipergunakan sebagai alat subversif oleh Inggris,
sehingga dikenal dengan perang candu (The Opium War) pada tahun 1839-
1840, yang dimenangkan oleh Inggris, setelah berhasil merusak mental
lawannya melalui candu. Bahan lain sejenis GIL adalah Jadam, yang masuk
sebagai obat keras. Zat-zat sejenis ini mampu berkembang dengan pesat di
dunia. Pada masa penjajahan Belanda, pemakaiannya obat candu sudah
dilakukan larangan melalui perundang-undangan, yang pemakainnya
dilakukan oleh kalangan menengah dan warga golongan Cina.7
Sejarah mencatat, candu atau opium sudah dipergunakan sejak tahun
2700 SM oleh bangsa mesir kuno untuk menenangkan bagi yang menangis.
Dalam perkembangannya, di temukan berbagi teknik penyulingan dan
mulailah dikenal candu yang berasal dari pegunungan Mediterina, dan d
kawasan Asia dikenal sebagai daerah The Golden Triangle (segi tiga emas ),
yakni diantara perbatasan Birma, Thailand, dan Laos, yang dapat
menghasilkan 2/3 candu gelap dunia. Kebiasaan menghisap candu secara
besar-besaran terjadi di India dan China, selanjutnya Amerika. Sejarahnya
mencatat Inggris pernah menjual candu dalam jumlah yang besar-besaran
kepada China, selanjutnya Amerika yang dilakukan oleh maskapai Inggris,
Britist East India Company (BEIC), dan Belanda, hingga berakhir dengan
peristiwa perang candu tahun 1839-1942, yang berakhir dengan kekalahan
Cina, dan berakibat dibukanya pelabuhan-pelabuhan sebagai pintu masuk
candu hingga ke Sumatra dan Jawa melalui kongsi dagang VOC.8
7 Abdul Jabar Rahim and Agustinus Samosir, „Tinjauan Kriminologi Terhadap Peredaran Dan Penggunaan
Narkotika Dan Psikotropika Yang Dilakukan Oleh Narapidana Pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Kendari‟, KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen Dan Mahasiswa, 13.1 (2019), 6–11
<https://doi.org/https://doi.org/10.22225/kw.13.1.917.6-11>. 8 Syarifuddin Syarifuddin, „Napza Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analogis Terhadap Transaksi,
Penyalahgunaan, Penanggulangan, Serta Sanksi Bagi Penyalahguna Narkotik, Psikotropika Dan Zat Adiktif
Lainnya)‟, IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 1.2 (2012), 260–98
<https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/17>.
3. KONTRIBUSI NARKOTIKA DAN ALCOHOL TERHADAP TINGKAT
KRIMINALITAS
Korelasi antara narkotika dan kriminalitas terbagi menjadi 2 tingkatan
yaitu:
1. Penyalahguna narkortika yang memiliki ketergantungan sehingga
mereka terlibat suatu tindakan criminal untuk memperoleh sejumlah
uang yang digunakan mendapatkan narkotika;
2. Kegiatan sebuah kelompok professional yang terlibat dalam pengaturan
distribusi narkotika.
Penelitian tentang hubungan narkoba dengan kriminalitas ada
ketidaksepakatan tentang seberapa langsung atau menengahi hubungan itu.
sehingga permasalahannya menjadi tidak begitu mudah. Sederhananya,
apakah penggunaan narkoba mengarah pada kejahatan atau apakah
keterlibatan kriminal mengarah pada penggunaan narkoba?
Pengguna heroin dan kokain dengan kecanduan yang serius mungkin
melakukan sejumlah tindak kriminal untuk mendanai kebiasaan mereka
(Bennett et al., 2001) tetapi, pada saat yang sama, seperti yang dikatakan
Seddon (2002), hubungan antara narkoba dan kejahatan adalah pada
kenyataannya hanya ditemukan di antara sebagian kecil pengguna narkoba -
sekitar 3 persen pengguna narkoba yang disebut pengguna 'bermasalah'.
Dalam kelompok ini, hubungan utamanya adalah antara penggunaan heroin
dan/atau kokain dan tindakan pelanggaran ekonomi/properti tertentu
(terutama penjualan narkoba, perampokan, dan pencurian dan lain
sebagainya).9
Lain halnya dengan narkotika, Fokus utama pengaruh alkohol dan
kriminalitas adalah kontribusinya terhadap tingkat kekerasan di masyarakat,
baik yang tersembunyi di rumah atau sangat terlihat di jalanan. Pada tahun
2005 sebuah laporan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat dari Royal
Colleges of Physicians di Inggris menunjukkan bahwa di Inggris dan Wales,
alkohol diperkirakan berperan dalam sekitar 1,2 juta insiden kekerasan.
layanan publik berurusan dengan konsekuensi kekerasan terkait alkohol, staf
9 Pam Cox Eamonn Carrabine, Ken Plummer Maggy Lee, and and Nigel South, Criminology - A Sociological
Introduction, Second (New York: Routledge, 2009).
tersebut juga menjadi korban, misalnya, 116.000 staf NHS diserang setiap
tahun, terutama oleh pasien dan kerabat.10
Menurut kriminolog awal Cesare Lombroso, Alkohol adalah penyebab
kejahatan, pertama karena banyak melakukan kejahatan untuk mendapatkan
minuman lebih lanjut, karena pria kadang-kadang mencari keberanian yang
diperlukan untuk melakukan kejahatan melalui minuman beralkohol, atau
alasan untuk kesalahan mereka; lagi, sehingga bantuan minuman beralkohol,
remaja akan mudah terjerumus ke dalam sebuah tindak kriminal. Pengaruh
alkohol paling sering terjadi dalam kasus criminal adalah mereka yang
dituduh melakukan penyerangan, pelanggaran seksual, dan pemberontakan.
Berikutnya adalah pembunuhan dan dan di peringkat terakhir mereka yang
dipenjara karena pembakaran dan pencurian, yaitu kejahatan terhadap
benda.11
4. KEBIJAKAN POLITIK DALAM RANGKA MEMBERANTAS TINDAK PIDANA
OBAT-OBATAN DAN ALKOHOL
Kebijakan pembatasan peredaran narkotika adalah sebuah kebijakan
dari pemerintah mengenai kontrol dan regulasi zat psikoaktif (sering disebut
sebagai narkotika), terutama mereka yang memiliki ketergantungan narkotika
baik fisik dan mental. Upaya Pemerintah dalam memerangi kecanduan atau
ketergantungan narkoba dengan kebijakan yang
menangani permintaan dan pasokan narkotika, serta kebijakan yang
mengurangi bahaya penggunaan narkoba, dan untuk perawatan medis.
Pengurangan permintaan langkah-langkah termasuk pengobatan
sukarela, rehabilitasi, terapi substitusi, manajemen overdosis, alternatif
penahanan untuk pelanggaran ringan terkait narkoba, resep medis obat,
kampanye kesadaran, layanan sosial masyarakat, dan dukungan untuk
keluarga. Pengurangan sisi pasokan melibatkan langkah-langkah seperti
memberlakukan kebijakan luar negeri yang bertujuan untuk memberantas
narkotika dan perdagangan narkotika, denda untuk pelanggaran
narkoba, penahanan bagi orang yang dihukum karena pelanggaran narkoba.
10
Eamonn Carrabine, Maggy Lee, and South. 11
Eamonn Carrabine, Maggy Lee, and South.
Kebijakan yang membantu mengurangi penggunaan narkoba
termasuk program jarum suntik dan program penggantian obat, dan fasilitas
gratis untuk menguji kemurnian obat.
Obat-obatan yang diawasi berbeda dari satu yurisdiksi ke yurisdiksi
lainnya. Misalnya, heroin diatur hampir di mana-mana. Zat
seperti qat , kodein diatur di beberapa tempat, tetapi tidak di tempat lain.
Sebagian besar yurisdiksi juga mengatur obat resep , obat obat yang tidak
dianggap berbahaya tetapi hanya dapat diberikan kepada pemegang resep
medis, dan terkadang obat tersedia tanpa resep tetapi hanya dari pemasok
yang disetujui seperti apotek , tetapi ini biasanya tidak digambarkan sebagai
―kebijakan narkoba‖.
The International Opium Convention , yang ditandatangani pada tahun
1912 selama Opium Konferensi Internasional Pertama, adalah perjanjian
pengawasan obat internasional pertama. Konvensi ini mulai berlaku secara
global pada tahun 1919 ketika dimasukkan ke dalam Perjanjian
Versailles pada tahun 1919. Konvensi yang direvisi didaftarkan dalam Seri
Perjanjian Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1928. Konvensi ini juga
memberlakukan beberapa pembatasan—bukan larangan total—pada ekspor
rami India ( ganja sativa forma indica ). Pada tahun 1961 digantikan
oleh Konvensi Tunggal Internasional tentang Narkotikauntuk mengontrol
perdagangan dan penggunaan narkoba global. Konvensi tersebut melarang
negara-negara memperlakukan pecandu dengan meresepkan zat-zat ilegal,
hanya mengizinkan penggunaan obat-obatan secara ilmiah dan medis. Hal
tersebut tidak merinci peraturan perundang-undangan yang tepat dan tidak
mengikat kepada Negara peserta, sehingga mereka harus mengeluarkan
undang-undang penggunaan narkotika sendiri sesuai dengan prinsip-prinsip
konvensi.
5. KEBIJAKAN POLITIK INGGRIS DALAM RANGKA MEMBERANTAS
TINDAK PIDANA OBAT-OBATAN DAN ALKOHOL
Sampai tahun 1916 penggunaan narkoba hampir tidak terkontrol, dan
preparat opium dan koka tersedia secara luas. Antara 1916 dan 1928
kekhawatiran tentang penggunaan obat-obatan ini oleh pasukan yang sedang
cuti dari Perang Dunia Pertama dan kemudian oleh orang-orang yang terkait
dengan dunia bawah tanah London memunculkan beberapa kontrol yang
diterapkan. Distribusi dan penggunaan morfin dan kokain, dan kemudian
ganja, dikriminalisasi, tetapi obat-obatan ini tersedia untuk pecandu melalui
dokter; pengaturan ini dikenal sebagai " sistem Inggris " dan dikonfirmasi
oleh laporan Komite Departemen Ketergantungan Morfin dan Heroin (Komite
Rolleston) pada tahun 1926. Laporan Rolleston diikuti oleh "periode hampir
empat puluh tahun ketenangan di Inggris, yang dikenal sebagai Era
Rolleston. Selama periode ini profesi medis mengatur distribusi pasokan
opioid yang sah dan ketentuan Undang-Undang Narkoba Berbahaya tahun
1920 dan 1923 dikendalikan persediaan terlarang." Perawatan medis bagi
pengguna napza yang ketergantungan dipisahkan dari hukuman atas
penggunaan dan suplai yang tidak diatur. Kebijakan tentang narkoba ini
dipertahankan di Inggris, dan tidak di tempat lain, sampai tahun 1960-an. Di
bawah kebijakan ini penggunaan narkoba tetap rendah; ada penggunaan
rekreasi yang relatif sedikit dan beberapa pengguna ketergantungan, yang
diberi resep obat oleh dokter mereka sebagai bagian dari perawatan mereka.
Impor Marijuana melalui ekspor adalah 1% dari perdagangan dalam industri
obat di Inggris.
Pada tahun 1960-an beberapa dokter meresepkan heroin dalam
jumlah besar, beberapa di antaranya dialihkan ke pasar ilegal. Juga zat
seperti ganja, amfetamin dan LSD mulai menjadi signifikan di Inggris. Pada
tahun 1961, Konvensi Tunggal Internasional tentang
Narkotika diperkenalkan. Untuk mengontrol perdagangan dan penggunaan
obat-obatan global, itu melarang negara-negara memperlakukan pecandu
dengan meresepkan zat-zat ilegal, hanya mengizinkan penggunaan obat-
obatan secara ilmiah dan medis. Itu sendiri tidak mengikat negara-negara,
yang harus mengeluarkan undang-undang mereka sendiri.
Mengikuti tekanan dari AS, Inggris menerapkan Undang-Undang
Narkoba (Peraturan Penyalahgunaan) pada tahun 1964. Meskipun Konvensi
tersebut menangani masalah produksi dan perdagangan narkoba, alih-alih
hukuman bagi pengguna narkoba, Undang-Undang tahun 1964
memperkenalkan hukuman pidana untuk kepemilikan oleh individu dari
sejumlah kecil obat-obatan, serta kepemilikan dengan maksud untuk
mengedarkan atau menangani narkoba Polisi segera diberi kekuatan
untuk menghentikan dan mencari orang untuk obat-obatan terlarang. Negara
Inggris sendiri menyikapi peredaran obat-obatan terlarang melalui kebijakan
peraturan perundang-undangan guna memberantas peredaran narkotika
illegal sebagai berikut:
1. 1868 - Undang-Undang Farmasi . Regulasi pertama racun dan zat
berbahaya. Penjualan terbatas ke ahli kimia.
2. 1908 - Undang-undang Racun dan Farmasi . Peraturan tentang
penjualan dan pelabelan, termasuk koka.
3. 1916 – Defense of the Realm Act 1914 (Peraturan 40B). Penjualan dan
kepemilikan kokain dibatasi untuk "orang yang berwenang".
4. 1920 - Undang-Undang Narkoba Berbahaya . Produksi, impor, ekspor,
kepemilikan, penjualan, dan distribusi opium, kokain, morfin, atau heroin
yang terbatas kepada orang yang memiliki izin.
5. 1925 - Undang-Undang Narkoba Berbahaya. Mengendalikan impor daun
koka dan ganja.
6. 1928 - Amandemen Undang-Undang Narkoba Berbahaya
mengkriminalisasi kepemilikan ganja. Dokter terus dapat meresepkan
obat apa pun sebagai perawatan, termasuk untuk kecanduan.
7. 1964 – Undang-Undang Narkoba Berbahaya , mengikuti Konvensi
Tunggal PBB 1961. Budidaya ganja yang dikriminalisasi.
8. 1964 - Narkoba (Undang-Undang Pencegahan
Penyalahgunaan) mengkriminalisasi kepemilikan amfetamin.
9. 1967 – Undang-Undang Narkoba Berbahaya . Dokter wajib memberi
tahu Home Office tentang pasien kecanduan. Pembatasan resep heroin
dan kokain untuk pengobatan kecanduan.
10. 1971 – Undang-Undang Penyalahgunaan Narkoba . Memperkenalkan
obat kelas A, B, dan C. Dibuat pelanggaran "niat untuk
memasok". Peningkatan hukuman untuk perdagangan dan pasokan (14
tahun penjara untuk perdagangan obat-obatan Kelas
A). Mendirikan Dewan Penasehat Penyalahgunaan Narkoba (ACMD).
11. 1985 – Undang-Undang Narkoba (Hukuman) Terkendali . Hukuman
maksimum untuk perdagangan narkoba Kelas A ditingkatkan menjadi
penjara seumur hidup.
12. 1986 - Undang-Undang Pelanggaran Perdagangan
Narkoba . Membuat tersangka menyadari penyelidikan yang
dikriminalisasi. Polisi bisa memaksa pelanggaran kerahasiaan, dan bisa
menggeledah dan menyita.
13. 1991 - Undang - Undang Peradilan Pidana 1991 , Jadwal 1A6: perintah
percobaan bisa melampirkan kondisi menghadiri perawatan narkoba.
14. 1998 – Undang-undang Kejahatan dan
Kekacauan . Membuat Pesanan Perawatan
dan Pengujian Obat (DTTO).
15. 2000 – Undang - Undang Peradilan Pidana dan Pelayanan
Pengadilan . Orang yang didakwa dengan pelanggaran tertentu dapat
diuji narkoba oleh polisi. Membuat Perintah Pantang Narkoba,
Persyaratan Pantang Narkoba. Memperkenalkan pengujian untuk
tahanan yang dibebaskan dengan pengawasan.
16. 2003 – Undang - Undang Peradilan Pidana 2003 . Jaminan dibatasi
untuk orang yang didakwa dengan pelanggaran tertentu jika tes
menunjukkan penggunaan narkoba Kelas A. Membuat Orde Komunitas
generik, menggantikan DTTO dengan Persyaratan Rehabilitasi Narkoba.
17. 2003 - Undang-Undang Perilaku Anti Sosial . Tempat yang digunakan
untuk pasokan obat Kelas A bisa ditutup.
18. 2005 – UU Narkoba . Memperkenalkan pengujian obat pada
penangkapan. Mengklasifikasikan jamur psilocybin sebagai
obat. Penilaian pengobatan yang diperlukan tidak dapat
ditolak. Hukuman untuk berurusan di dekat sekolah meningkat.
19. 2006 – Undang-undang Polisi dan Keadilan . Kondisi hukuman dapat
dilampirkan pada peringatan bersyarat.
20. 2007 – Undang-Undang Narkoba 2005 ( Peraturan No. 5) Tahun 2007
( SI 2007/562 )
21. Regulasi Narkoba (Prekursor Narkoba) (Perdagangan Luar
Masyarakat) 2008 ( SI 2008/296 )
22. 2008 – Perintah Penyalahgunaan Narkoba 1971 (Amandemen) 2008
( SI 2008/3130
23. 2009 –Penyalahgunaan Narkoba (Penunjukan) (Amandemen) (Inggris,
Wales dan Skotlandia) Order (SI 2009/3135)
24. 2009 – Peraturan Penyalahgunaan Narkoba (Amandemen) (Inggris,
Wales dan Skotlandia) (SI 2009/3136)
25. 2009 – Perintah Penyalahgunaan Narkoba 1971 (Amandemen) (SI
2009/3209)
26. 2016 - Undang-Undang Zat Psikoaktif 2016.
6. KEBIJAKAN POLITIK INDONESIA MEMBERANTAS TINDAK PIDANA
OBAT-OBATAN DAN ALKOHOL
Istilah narkotika dan psikotropika bukan lagi istilah asing bagi
masyarakat, mengingat begitu banyaknya berita baik dari media cetak,
maupun elektronik yang memberitakan tentang penggunaan narkotika dan
psikotropika serta bagaimana korban dari berbagai kalangan dan usia
berjatuhan akibat penggunaanya. Penggunaan narkotika dan psikotropika
dapat mengakibatkan beberapa kelumpuhan psikis yang berakibat hilangnya
kemampuan manusia berprestasi terhadap suatu hal. Hilangnya kemampuan
kensentrasi dan mengambil keputusan. Pada hakikatnya perbuatan pidana
sesungguhnya perbuatan yang cenderung tidak akan dilakukan oleh manusia
apabila kemampuan berprestasi manusia tersebut dalam keadaan baik. Oleh
karena itu, penggunaan narkotika jelas mempunyai kaitan yang erat dalam
menimbulkan suatu kejahatan.
Alasan ekonomis penggunaan narkotik, karena sifat narkotik yang
memabukan dan menjadikan setiap orang dapat melakukan kejahatan demi
memenuhi kebutuhan atas zat adiktif yang telah di kontaminasi. Kejahatan
narkotik dan pasikotropika, merupakan kejahatan kemanusiaan yang berat,
yang mempunyai dampak luar biasa, terutama pada generasi muda suatu
bangsa yang beradab. Kejahatan narkotika merupakan kejahatan lintas
negara, karena penyebaran dan perdagangan gelapnya dilakukan dalam
lintas negara. Dalam kaitannya dengan negara Indonesia, sebagai negara
Hukum. Dalam kaitannya dengan negara Indonesia, sebagai negara hukum,
negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakan supremasi
hukum untuk menegakan kebenaran dan keadilan. Secara umum, dalam
setiap negara yang menganut paham negara hukum terdapat tiga prinsip
dasar, yaitu supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan dihadapan
hukum (equality before the law), dan penegakan hukum dengan cara yang
tidak bertentangan dengan hukum (due procces of law).
Dalam penjabaran selanjutnya, pada setiap negara, hukum
mempunyai ciri-ciri adanya jaminan perlindungan hak-hak asasi
manusia,kekuasaan kehakiman atau pradilan yang merdeka, legalitas dalam
arti hukum, yaitu bahwa baik pemerintah/negara maupun warga negara
dalam bertindak harus berdasar atas hukum
Hukum merupakan sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan
manusia. Hukum lahir dalam pergaulan dan perkembangan di tengah
masyarakat. Serta berperan di dalam hubungan antar individu dan antar
kelompok. Hukum mengejawantah dalam pergaulan itu, dalam bentuk
ketentuan-ketentuan yang juga di namakan kaidah-kaidah atau norma-norma
sosial. Narkotik dan Psikotropika sebagai masalah pada masyarakat majemuk
dan berkaitan dengan dunia internasional, jelas memerlukan adanya
perangkat -perangkat hukum dalam bentuk undang-undang tertulis. Hukum
narkotik merupakan hukum yang dapat menjangkau ke masa depan dan
senantiasa mampu mengakomodir permasalahan narkotik dari masa ke masa
(Ruslan Saleh 1996). Secara substansi bahwa penggunaan narkotika dan
psikotropika adalah merupakan konsep dari pada hukum kesehatan menurut
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, yang menganggap
penggunaan narkotik dan psikotropika di tempatkan atau pada sasaran
terhadap ilmu kesehatan dalam bidang kedokteran namun karena kurang
waspada terhadap penyalahgunaan maka pemerintah memberikan suatu
batasan hukum terhadap penggunaan dengan mengeluarkan Undang-
Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotik dan UndangUndang Nomor 5
Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Dengan adanya Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika, maka
sebagai hukum yang mengatur tentang tertib dalam masyarakat. Hukum
dilihat sebagai suatu pertumbuhan dinamis, didasarkan pada suatu keyakinan
bahwa hukum itu terjadi sebagai suatu yang di rencanakan, dari situasi
tertentu menuju pada suatu tujuan yang tidak yuridis, karenanya faktor diluar
hukumlah yang memelihara berlangsungnya proses pertumbuhan dinamis
dari hukum itu (Ruslan Saleh 1996).
B. PEREDARAN OBAT CARNOPHEN DI KALIMANTAN SELATAN DALAM
PERSPEKTIF SOSIOLOGI KRIMINAL
1. SEJARAH OBAT CARNOPHEN DAN PEREDARANNYA DI PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN.
Obat Carnophen atau Zenith awalnya merupakan obat keras (Daftar
G) yang memiliki kandungan karisoprodol 200mg, paracetamol 160 mg dan
kafein 32 mg yang diproduksi oleh PT Zenith Pharmaceutical sebagai Obat
pereda nyeri otot. obat jenis carnophen/zenith sudah dicabut ijin edarnya
sejak tahun 2009 sebagaimana Surat Edaran Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor: PO.02.01.1.31.3997 tanggal 27
Oktober 2009 dan Surat Keputusan Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.1.31.3996 tanggal 27 Oktober 2009,
sehingga sehubungan dengan adanya surat keputusan yang mencabut izin
edar dari obat tersebut, maka obat jenis carnophen/zenith yang
mengandung parasetamol, kafein dan karisoprodol tidak boleh lagi ada yang
mengedarkan obat tersebut termasuk PT Zenith Pharmaceutical sudah tidak
memproduksi obat tersebut berdasarkan karena izin edarnya telah dicabut.12
Namun, di Kalimantan Selatan, obat itu justru diproduksi secara
ilegal atau obat palsu. Obat pereda nyeri otot ini dikonsumsi pekerja kasar
sampai anak sekolah dasar. Obat jenis carnophen dahulu dikenal sebagai
―Obat tulang‖ Mereka mengonsumsi obat itu saat lelah bekerja berat. Efek
yang diharapkan ialah badan jadi rileks dan terasa enak. Tak jarang para
pekerja meminum 3-5 butir sekali minum. Maraknya peredaran obat ilegal itu
karena harganya murah dan penegakan hukum atas penyalahgunaan obat
ini lemah. obat palsu itu digemari anak muda untuk mabuk-mabukan. Rata-
rata harga obat ilegal mengandung karisoprodol itu Rp 25.000 per strip (10
butir), sedangkan alkohol untuk luka yang bisa dipakai mabuk Rp 30.000
dan bir Rp 70.000. menurut Rusmilawati, S.Si.Apt., Kepala Seksi Farmasi,
Sarana, dan Prasarana Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan (2016)
12
Admin, „ANTARA ZENITH, JIN, & OBAT DAFTAR “G”‟, Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan, 2016
<https://dinkes.balangankab.go.id/post/read/188/zenith-jin-obat-daftar-g.html> [accessed 8 September 2021].
Carisoprodol dapat menimbulkan fly, karena kerja obat ini menekan sistem
syaraf pusat.13
"Saat ini di Indonesia sampai pada kondisi yang mengkhawatirkan
dan kebanyakan penyalahguna adalah kalangan remaja yang ingin
mendapatkan efek ―rekreasi‖ dengan harga murah", jelas Kepala Badan
POM, Penny K. Lukito (2017). Badan POM identifikasi beberapa obat keras
yang sering disalahgunakan yaitu Dekstrometorfan, Tramadol,
Triheksifenidil, dan Karisoprodol. Beberapa tahun terakhir, penyalahgunaan
obat keras karisoprodol terutama dengan merek Carnophen di beberapa
provinsi di Indonesia semakin meningkat, khususnya di provinsi Kalimantan
Selatan.
2. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERANTASAN PEREDARAN
OBAT CARNOPHEN
Obat Carnophen atau Zenith telah dicabut ijin edarnya sejak tahun
2009 sebagaimana Surat Edaran Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor: PO.02.01.1.31.3997 tanggal 27 Oktober 2009 dan
Surat Keputusan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor: HK.00.05.1.31.3996 tanggal 27 Oktober 2009 karena penggunaannya
tidak sesuai kemanfaatannya dan banyak banyak terjadi tindak pidana
penyalahgunaan obat-obatan jenis carnophen atau zenith, khususnya di
provinsi Kalimantan selatan. Sebanyak 7.320.000 butir zenith hasil dari
operasi penggerebekan gudang di Banjarmasin beberapa waktu lalu,
dimusnahkan oleh Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor dan Kapolda Brigjen Pol
Drs Rachmat Mulyana, Rabu (8/11). Pemusnahan barang bukti tersebut
bertempat di Lapangan Polda Kalsel, Jl A Yani Km 21, Banjarbaru.
Melalui kanalkalimantan.com, Kapolda Rachmat Mulyana
mengutarakan, Kalsel saat ini sedang marak-maraknya peredaran Charnopen
atau Zenith. Oleh karena maraknya tindak criminal peredaran obat jenis
carnophen atau zenith di wilayah hukum Kalimantan Selatan serta ancaman
pidana terhadap peredaran obat jenis carnophen atau zenith sampai dengan
13
Admin, „“Obat Tulang” Dalam Celah Undang-Undang‟, Kompas.Id, 2017
<https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2017/06/12/obat-tulang-dalam-celah-undang-
undang/> [accessed 8 September 2021].
belum diberlakukannya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 7 tahun 2018
Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika adalah sebagaimana Pasal 197
Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dengan
ancaman pidana pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah) dinilai
tidak sebanding dengan dampak baik secara sosiologis maupun kesehatan.14
Efek yang ditimbulkan dari penyelahgunaan obat jenis carnophen atau
zenith adalah rasa melayang, berhalusinasi, dan hilang kesadaran, rasa kebal
diseluruh tubuh, pusing dan pingsan, deta jantung menjadi cepat, agitasi atau
kebingungan, tremor dan kejang, mudah tersinggung, mual dan muntah,
gangguan menelan hingga sakit perut. Dampak yang paling fatal terhadap
penyalahgunaan obat jenis carnophen atau zenith tersebut adalah gangguan
pernapasan akibat terjadi kejang otot pernapasan dan jantung bisa
mengakibatkan kematian karena overdosis.
Oleh karena dampak yang diakibatkan dari penyalahgunaan obat jenis
zenith atau carnophen tersebut sangat luar biasa dan menimbulkan
ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau
digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat. Peningkatan
penyalahgunaan obat jenis zenith atau carnophen sebagai zat psikoaktif yang
memiliki potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan dan
membahayakan kesehatan masyarakat namun belum masuk dalam golongan
narkotika sebagaimana diatur dalam Lampiran I UU RI Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2017
Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika dan Kepala Balai Besar Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Jakarta. Kemudian pada tahun 2018
akibat makin maraknya tindak pidana peredaran illegal obat jenis carnophen
atau zenith tersebut yang merusak kesehatan dan generasi muda,
Pemerintah menambahkan dan memberlakukan zat karisoprodol yang ada di
dalam obat jenis carnophen atau zenith ke dalam narkotika Golongan I
sebagaimana Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2018 Tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika pada Lampiran Daftar Narkotika
14
Desy Arfianti, „Tetapkan Kalsel Darurat Zenit, Barang Bukti Senilai Rp 10,6 Miliar Itu Dibakar‟, Kanal
Kalimantan, 2017 <https://www.kanalkalimantan.com/tetapkan-kalsel-darurat-zenit-barang-bukti-senilai-rp-
106-miliar-itu-dibakar/> [accessed 8 September 2021].
Golongan I nomor 146. Carisoprodol sendiri adalah obat yang berfungsi
mengatasi rasa nyeri dan ketegangan otot. Obat yang tergolong sebagai
muscle relaxants (pelemas otot) ini biasa digunakan untuk beristirahat
ataupun melakukan sejumlah terapi fisik. Bahaya penyalahgunaan
Carisoprodol ada pada penyimpangan kondisi mental, kejiwaan hingga
perilaku pengonsumsinya, lantaran Carisoprodol bekerja pada susunan saraf
pusat.15
Sedangkan dampak social dari yang ditimbulkan dari penyalahgunaan
obat jenis carnophen atau zenith tersebut diantaranya rasa melayang,
berhalusinasi dan hilang kesadaran rasa kebal di sekujur tubuh atau tidak ada
rasa, pusing dan pingsan, detak jantung menjadi cepat, agitasi atau
kebingungan, tremor dan kejang, mudah tersinggung, mual dan muntah,
gangguan menelan, hingga sakit perut.16
C. KASUS YANG DIAKIBATKAN OLEH PENGARUH OBAT-OBATAN
TERLARANG (ZENITH) MAUPUN MINUMAN BERALKOHOL
Salah satu kasus yang terjadi akibat pengaruh obat-obatan terlarang
(zenith) dan minuman beralkohol terjadi di Banjarmasin yang mana perkara
tersebut telah diputus dan berkekuatan hukum tetap berdasarkan Putusan
Pengadilan Negeri Banjarmasin Nomor 1493/Pid.Sus/2017/PN.Bjrn tanggal 26
Februari 2018 atas nama terdakwa Mahmuda Bin Jarman Karim.
Dalam perkara tersebut terdakwa MAHMUDA Bin JARMAN KARIM
bersama-sama JAUW ON Als RUDI anak dari RUSTIAH dan MUHAMAD
HARIS Als ARIS Bin M. ALI serta ANTON Als JARWO Bin SUKAMTO (dalam
berkas terpisah) pada hari Minggu tanggal 08 Oktober 2017 sekitar jam 02.30
WITA bertempat di sebuah ruko samping toko Lima Cahaya di Jalan A. Yani
Km. 5,5 No. 414 Kota Banjarmasin yang pada awalnya Terdakwa pada hari
Sabtu tanggal 7 Oktober 2017 diberi tahu oleh JAUW ON Als. RUDI bahwa ada
pengiriman obat Camophen Zenith dari Jakarta ke Banjarmasin melalui
Surabaya dengan menggunakan kapal laut dan obat tersebut diangkut
15
Yudhistira Dwi Putra, „Ini Efek Yang Dapat Ditimbulkan Carisoprodol, Salah Satu Zat Yang Terkandung
Dalam PCC‟, Okezon, 2017 <https://nasional.okezone.com/read/2017/09/20/337/1780078/ini-efek-yang-dapat-
ditimbulkan-carisoprodol-salah-satu-zat-yang-terkandung-dalam-pcc> [accessed 8 September 2021]. 16
Nia Kurniawan, „Ini Bahaya Menggunakan Zenith Dan Daya Rusaknya‟, TribunBanjarmasin.Com, 2016
<https://banjarmasin.tribunnews.com/2016/09/20/ini-bahaya-menggunakan-zenith-dan-daya-rusaknya>
[accessed 8 September 2021].
menggunakan 1 (satu) truck fuso 220 PS warna orange dengan nomor polisi
BA 8137 AI yang dikemudikan oleh Sdr. JUMANI dan setelah sampai di
Pelabuhan Tri Sakti Banjarmasin saat itu Terdakwa dengan dibantu Sdr. ANDI
KRISNATA mengarahkan sopir menuju di sebuah ruko samping toko Lima
Cahaya di Jalan A. Yani Km. 5,5 No. 414 Kota Banjarmasin.
Bahwa sesampainya 1 (satu) truck fuso 220 PS warna orange dengan
nomor polisi BA 8137 AI yang mengangkut obat Carnophen Zenith ruko
tersebut pada hari Minggu tanggal 08 Oktober 2017 sekira jam 02.30 wita di
sebuah ruko samping toko Lima Cahaya di Jalan A. Yani Km. 5,5 No. 414 Kota
Banjarmasin selanjutnya terdakwa meminta para buruh angkut diantaranya
HENDRA, MUHAMMAD HISYAM ASYARI Als ARI dan MUHAMMAD HATTA
Als HATA untuk melakukan bongkar muat obat Carnophen Zenith diruko
tersebut dan yang membayar biaya pengiriman menggunakan truk serta para
buruh angkut adalah MUHAMAD HARIS Als ARIS yang sebelumnya uang
operasional tersebut telah dititipkan oleh pemilik obat Carnophen Zenith yaitu
JAUW ON Als RUDI dan terdakwa juga menerima uang sebagai perantara
mobil angkutan dan pembayaran buruh dari MUHAMAD HARIS Als ARIS,
kemudian ANTON Als JARWO yang bertugas sebagai pemegang kunci
gudang mencatat keluar masuknya barang yang datang tersebut, namun
sewaktu terjadi bongkar muat obat Carnophen Zenith tiba-tiba datang petugas
kepolisian dari Dit.Reskrim Umum Polda Kalsel diantaranya JONI ARIF dan
ROBIYANTO SUGASTIAN yang sebelumnya mendapat informasi dari
masyarat yang mengatakan bahwa terjadi kegiatan bongkar muat obat
Carnophen Zenith disebuah ruko tersebut dan saat petugas mendatangi
ketempat dimaksud ternyata benar ada beberapa orang ditempat tersebut
diantaranya terdakwa, MUHAMAD HARIS Als ARIS dan ANTON Als JARWO
serta para buruh angkut sedang melakukan kegiatan bongkar muat obat
Carnophen Zenith dan setelah dilakukan pemeriksaan diketahui obat
Carnophen Zenith tersebut adalah milik JAUW ON Als RUDI.
Bahwa cara terdakwa bersama-sama Jauw On als. Rudi, Anton als.
Jarwo dan Muhammad Haris mengedarkan obat carnophen zenith adalah Jauw
On als. Rudi selaku pemilik obat mengirimkan sms maupun melalui telepon
kepada terdakwa atau kepada Anton yang berisi informasi tentang jumlah,
kapal yang membawa, nomor telepon sopir truk, kapan tiba ditujuan serta
daftar pemesan serta jumlah pesanan masing-masing, setelah kapal tiba
kemudian terdakwa mengarahkan sopir truk menuju tempat yang dituju serta
menyiapkan buruh untuk bongkar muat, kemudian Muhammad Haris bertugas
membagikan dana taktis kepada antara lain yaitu terdakwa untuk membayar
upah angkut dan upah bongkar muat, sedangkan Anton als. Jarwo bertugas
memegang kunci gudang dan mencatat barang masuk serta keluar sesuai
dengan apa yang diperintahkan oleh Jauw On als. Rudi melalui sms ataupun
telepon.
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap barang bukti yang diangkut
menggunakan 1 (satu) truck fuso 220 PS warna orange dengan nomor polisi
BA 8137 AI berupa obat Carnophen Zenith sebanyak 183 (seratus delapan
puluh tiga) koli dan setiap koli berisi 2 (dua) kartun atau sebanyak 366 karton
dan dalam 1 kartun berisi 20.000 (dua puluh ribu) butir atau dengan total
7.320.000,- (tujuh juta tiga ratus dua puluh ribu) butir obat Carnophen Zenith.
Bahwa barang bukti berupa 7.320.000,- (tujuh juta tiga ratus dua puluh ribu)
butir obat Carnophen Zenith obat tablet Carnophen Zenith tidak mempunyai
izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia dan termasuk sediaan farmasi yang tidak memiliki ijin edar dari
Badan POM RI.
Bahwa dalam perkara ini Terdakwa dinyatakan terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana Pasal 197 UU RI
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Selanjutnya Terdakwa dihukum dengan pidana penjara selama 5 tahun dan
denda sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama
3(tiga) bulan.
Berkaca terhadap perkara tersebut tentunya memberikan dampak sosial
kriminal yaitu masyarakat menjadi membeli obat Carnophen Zenith obat tablet
Carnophen Zenith secara bebas dan tentunya melakukan penyalahgunaan
terhadap obat Carnophen Zenith obat tablet Carnophen Zenith.
Penyalahgunaan terhadap obat Carnophen Zenith obat tablet Carnophen
Zenith tentunya mengakibatkan dampak negatif seperti rusaknya organ tubuh,
ketergantung dan apabila sudah ketergantungan maka terjadi hal-hal kriminal
yang memaksa untuk mendapatkan obat Carnophen Zenith obat tablet
Carnophen Zenith. Lebih lanjut penggunaan Zenith dapat mengakibatkan
kecelakaan di jalan raya meningkat karena pemakai kehilangan keseimbangan,
pencurian merajalela akibat emosi alam bawah sadar tertekan, kasus
pemerkosaan meningkat akibat rasa cemas berlebihan dan kebingungan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Pengaruh obat-obatan terlarang dan alkohol bisa memberikan kontribusi
terhadap tingkat kriminalitas hal ini dikarenakan efek samping dari obat-obatan
terlarang terutama jenis zenith yang mengakibatkan efek halusinasi sehingga
berakibat kecelakaan di jalan raya meningkat karena pemakai kehilangan
keseimbangan, pencurian merajalela akibat emosi alam bawah sadar tertekan,
kasus pemerkosaan meningkat akibat rasa cemas berlebihan dan
kebingungan.
B. Pandangan masyarakat terhadap obat-obatan dan alkohol tentunya buruk dan
dapat merusak generasi penerus bangsa sehingga diperlukan adanya sinergi
antara pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi penyalahgunaan
obat-obatan dan alkohol dengan cara penegakan hukum sehingga
menimbulkan efek jera terutama terhadap pengedar.
C. Kasus yang terjadi di Banjarmasin yang mana perkara tersebut telah diputus
dan berkekuatan hukum tetap berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri
Banjarmasin Nomor 1493/Pid.Sus/2017/PN.Bjrn tanggal 26 Februari 2018 atas
nama terdakwa Mahmuda Bin Jarman Karim diharapkan dapat menjadi contoh
dan efek jera sehingga tidak ada lagi peredaran obat-obatan yang tidak
memiliki izin edar.
DAFTAR PUSTAKA
Admin, ‗ANTARA ZENITH, JIN, & OBAT DAFTAR ―G‖‘, Dinas Kesehatan Kabupaten
Balangan, 2016 <https://dinkes.balangankab.go.id/post/read/188/zenith-jin-obat-
daftar-g.html> [accessed 8 September 2021]
———, ‗―Obat Tulang‖ Dalam Celah Undang-Undang‘, Kompas.Id, 2017
<https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2017/06/12/obat-
tulang-dalam-celah-undang-undang/> [accessed 8 September 2021]
Amazine, ‗Sejarah Alkohol: Kisah Alkohol Dari 5 Peradaban Kuno‘, Amazine.Co,
2020 <https://www.amazine.co/19032/sejarah-alkohol-kisah-alkohol-dari-5-
peradaban-kuno/> [accessed 10 September 2021]
Arfianti, Desy, ‗Tetapkan Kalsel Darurat Zenit, Barang Bukti Senilai Rp 10,6 Miliar Itu
Dibakar‘, Kanal Kalimantan, 2017 <https://www.kanalkalimantan.com/tetapkan-
kalsel-darurat-zenit-barang-bukti-senilai-rp-106-miliar-itu-dibakar/> [accessed 8
September 2021]
Bonang, Jimmy, ‗Sejarah Munculnya Narkoba‘, Kompasania.Com, 2011
<https://www.kompasiana.com/entertainmentgeek/5509019a813311ab24b1e1c
5/sejarah-munculnya-narkoba> [accessed 7 September 2021]
Dosen Sosiologi, ‗Pengertian Sosiologi Kriminalitas, Objek Kajian, Ruang Lingkup,
Dan Contohnya‘, DosenSosiologi.Com, 2021
<https://dosensosiologi.com/sosiologi-kriminalitas/> [accessed 7 September
2021]
Eamonn Carrabine, Pam Cox, Ken Plummer Maggy Lee, and and Nigel South,
Criminology - A Sociological Introduction, Second (New York: Routledge, 2009)
Faturachman, Sulung, ‗SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MASUKNYA NARKOBA
DI INDONESIA‘, Historis : Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan
Pendidikan Sejarah, 5.1 (2020), 13–19
<https://journal.ummat.ac.id/index.php/historis/article/view/2051>
Hadi, Rhesita Bunga Permatasari, ‗KAJIAN ETIOLOGI KRIMINAL TERHADAP
PEREDARAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN WANITA (STUDI DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN WIROGUNAN YOGYAKARTA)‘, Recidive, 7.3 (2018),
275–85 <https://jurnal.uns.ac.id/recidive/article/view/40605>
Humas BNN, ‗Perjalanan Narkoba Di Dunia Dan Indonesia‘, BNN Kabupaten Blitar,
2019 <https://blitarkab.bnn.go.id/perjalanan-narkoba-di-dunia-dan-indonesia/>
[accessed 7 September 2021]
Kurniawan, Nia, ‗Ini Bahaya Menggunakan Zenith Dan Daya Rusaknya‘,
TribunBanjarmasin.Com, 2016
<https://banjarmasin.tribunnews.com/2016/09/20/ini-bahaya-menggunakan-
zenith-dan-daya-rusaknya> [accessed 8 September 2021]
Putra, Yudhistira Dwi, ‗Ini Efek Yang Dapat Ditimbulkan Carisoprodol, Salah Satu
Zat Yang Terkandung Dalam PCC‘, Okezon, 2017
<https://nasional.okezone.com/read/2017/09/20/337/1780078/ini-efek-yang-
dapat-ditimbulkan-carisoprodol-salah-satu-zat-yang-terkandung-dalam-pcc>
[accessed 8 September 2021]
Rahim, Abdul Jabar, and Agustinus Samosir, ‗Tinjauan Kriminologi Terhadap
Peredaran Dan Penggunaan Narkotika Dan Psikotropika Yang Dilakukan Oleh
Narapidana Pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kendari‘, KERTHA
WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen Dan Mahasiswa, 13.1 (2019), 6–11
<https://doi.org/https://doi.org/10.22225/kw.13.1.917.6-11>
Syarifuddin, Syarifuddin, ‗Napza Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analogis
Terhadap Transaksi, Penyalahgunaan, Penanggulangan, Serta Sanksi Bagi
Penyalahguna Narkotik, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya)‘, IQTISHADUNA:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 1.2 (2012), 260–98
<https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/17
>