NARASI HUBUNGAN AYAH DENGAN ANAK DALAM NOVEL...
Transcript of NARASI HUBUNGAN AYAH DENGAN ANAK DALAM NOVEL...
NARASI HUBUNGAN AYAH DENGAN ANAK DALAM
NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA
TERE LIYE
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Nur Afifah
109051000170
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
NARASI HUBTNGAN AYAH DEIYGAN ANAK DALAM
NOVEL AYAHKU $AKAN) PEMBOHONG KARYA
TERE LTYE
Skripsi
D iajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memp eroleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Peneliti
Nur Afifah
NIM: 10905i000170
NIP: I 983061 42009122401
PROGRAM STUDI KOMUI{IKASI DAN PN,NYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAI(WAH I}AI{ ILMU KOMUNIKASI
UI{IVERSITAS ISLAM NAGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Narasi Hubungan Ayah dengan Anak Dalam Novel Ayahku
(Bukan) Pembohong Karya Tere Liye telah diujikan dalam sidang munaqasah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi IIIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada9
Januari 2014 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
Sidang Munaqasah
Jakarta, I 4 J anuari 201 4
Sekertaris
Anggota
\.$;-\
Ketua
t97009031996903 1001
1 8200801 1 008
Penguji II
NIP: 195809101
Fita Fathurokhmah" M.Si
NIP : 1 983 0 61020A91220AI
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Januari 2014
Nur Afifah
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrahmanirrahim
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Nur Afifah
NIM : 109051000170
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi/ Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Jenis : Skripsi
Judul : Narasi Hubungan Ayah dengan Anak dalam Novel Ayahku
(Bukan) Pembohong Karya Tere Liye
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan atau mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta
menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanpa perlu meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dari semua bentuk tuntutan hukum
yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana semestinya.
Jakarta, 14 Januari 2014
Nur Afifah
ABSTRAKNur AfifahNarasi Hubungan Ayah dengan Anak Dalam Novel Ayahku (Bukan) PembohongKarya Tere Liye
Pada zaman modern ini sering kita jumpai berbagai perkembangan teknologikomunikasi. Begitu juga dengan berdakwah. Kita bisa menggunakan mediakomunikasi apapun untuk berdakwah, bahkan menggunakan karya sastra, yakninovel. Sudah banyak novel-novel Islami yang beredar. Tujuan utamanyamenyampaikan pesan-pesan dakwah dalam dunia tutur cerita. Salah satu novel Islamiitu adalah Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye yang peneliti gunakan dalampenelitian ini.
Dalam penelitian ini memiliki pertanyaan mayor: bagaimana dongeng bisamenjadi media dakwah pada anak? Dari pertanyaan mayor tersebut, maka munculdua pertanyaan minor, yaitu, 1) pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam novelAyahku (Bukan) Pembohong? 2) bagaimana isi cerita novel Ayahku (Bukan)Pembohong?
Dalam berdakwah, kita harus mengetahui strategi dan medianya agar dakwahtersebut diterima secara efektif oleh audien. Dongeng merupakan cerita yang bisamengembangkan imajinasi anak. Maka, dongeng bisa menjadi media yang efektifuntuk berdakwah pada anak, karena anak bisa langsung menangkap apa isi pesandakwah dalam dongeng tersebut.
Penelitian ini menggunakan teori naratif Branston dan Stafford yakni teoriyang mencoba untuk memahami tanda dan hubungan yang mengatur bagaimanacerita dibentuk secara berurutan dan membentuk suatu nilai. Teori sastra danmasyarakat menurut Rene Wellek dan Austin Warren, mengungkapkan bahwa dalamsebuah karya sastra dipengaruhi dari faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Bohongmemiliki arti sebagai pernyataan yang salah dibuat oleh seseorang dengan tujuanpendengar percaya. Perbuatan bohong akan menimbulkan rasa saling membenci.Islam sendiri menganggap perbuatan ini sebagai perbuatan dosa besar.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigmakonstruktivisme yakni pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yanghasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sembarangan. Metodepenelitian yang digunakan adalah analisis naratif, yakni metode yang menelitibagaimana unsur alur dan plot pada sebuah karya sastra sehingga bisa menggerakancerita bahkan imajinasi seseorang.
Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong ini, terkandung pesan-pesandakwah untuk terus berusaha, sabar, saling tolong menolong, keteguhan hati, dantidak berprasangka buruk terhadap orang lain. isi cerita novel Ayahku (Bukan)Pembohong ini mengenai seorang anak bernama Dam, yang dibesarkan oleh ayahnyadengan dongeng-dongeng yang membuat Dam menjadi anak yang baik. Tetapimuncul konflik yang membuat Dam membenci dongeng ayahnya. Sampai akhirnyasaat ayahnya sudah tiada, Dam baru mengetahui bahwa semua kisah yang diceritakanayahnya bukanlah kisah bohong.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan pada novel Ayahku (Bukan) Pembohongterkandung pesan-pesan dakwah yang tersirat maupun tersurat. Hasil dari penelitianini juga mengungkapkan bahwa dongeng bisa menjadi sarana yang efektif pada orangtua untuk berdakwah pada anak. Karena dongeng bisa merangsang imajinasi anak,dan anak bisa memahami sendiri makna dari dongeng yang diceritakan.
Keyword: dakwah, dongeng, naratif, novel.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, puji serta syukur kehadirat Allah SWT. berkat
nikmat-Nya yang tidak terhingga sehingga karya sederhana ini dapat terselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, berserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga
akhir zaman.
Peneliti sangat ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi dan mengajarkan penulis banyak hal.
Ucapan terimakasih tersebut terutama penulis haturkan bagi:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Arief Subhan M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed., selaku Wakil Dekan (Wadek) I, Drs. Jumroni,
M.Si., selaku Wadek II, dan Drs. Wahidin Saputra, M.A., selaku Wadek III.
3. Rachmat Baihaky, M.A., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaaran
Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Umi Musyarafah, M.A., selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaaran
Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Fita Fathurokhmah, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dan memberikan masukan-
masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik
serta memberikan beragam ilmu sehingga peneliti menjadi manusia yang lebih
baik. Semoga ilmu-ilmu pada Dosen dibalas dengan pahala yang tak terhingga,
7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah
membantu peneliti dalam hal administrasi selama perkuliahan dan penelitian
skripsi ini.
8. Orang tua tercinta Bapak Ir. Ahmad Yani MSME., dan Ibu Hasliana SH, atas
dukungan dan kepercayaannya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini dengan
semangat. Kiranya peneliti tidak bisa membalas rasa cinta mereka dengan karya
apapun, tetapi peneliti yakin dengan selesainya tugas akhir ini bisa membuat
mereka bangga terhadap anak perempuannya.
9. Pada kakak Abdulbasith, yang memotivasi peneliti untuk menyelesaikan skripsi
ini. Dua adik peneliti, Alm. Nur Afina serta Palaguna yang selalu bisa membuat
peneliti menyadari jika bahagia itu sederhana.
10. Teman sejak kecil, Nadya Faradhita, Mulky Belladina, dan Risha Desiana
Suhendar yang tidak jenuh mendengarkan segala keluh kesah peneliti serta selalu
memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman KPI angkatan 2009, khususnya kelas KPI E, Isni Rahmawati,
Elvira Hannum, Dwi Pranata, dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu
per satu.
12. Teman-teman serta pendiri LSO SKETSA Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Teman-teman dari TERAS KPI, tempat peneliti belajar mengenai dunia
jurnalistik dan ketepatan waktu, Yusuf, Bayu, Bowo, Maul, Aim, Akmal, Aryo,
dan semua teman-teman yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu.
14. Teman KKN Belajar, Berkarya dan Mengabdi, yang telah memberikan kenangan
dan kerja keras selama sebulan. Meutia Rahmawati, Eni Nuraeni, Arif Rahman,
Rizky Noor Alam, Rizky Ramadhani, Ayu Lubis dan teman-teman yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
15. Tere Liye, penulis novel favorit yang salah satu karyanya peneliti gunakan dalam
skripsi ini. Berkat karyanya pula peneliti mendapatkan berbagai ide dan
pemahaman hidup.
16. Semua pihak yang tidak sempat peneliti sebutkan.
Pada akhirnya dengan ketidaksempurnaan ini, penulis berharap semoga karya
sederhana ini dapat bagi penulis dan pembaca. Dan semoga Allah SWT membalas
jasa baik yang telah diberikan dari berbagai pihak kepada penulis selama pembuatan
skripsi ini, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin yarabbal alamin.
Jakarta, 13 Desember 2013
Nur Afifah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkomunikasi dengan orang lain dari belahan dunia saat ini sudah
semudah membalikan telapak tangan, dengan menggunakan kecanggihan
teknologi komunikasi. Ramalan tentang berkembang pesatnya teknologi sudah
diramalkan jauh hari oleh McLuhaan yang menyebutkan bahwa pada akhirnya
peralatan teknologi komunikasi yang telah diciptakan akan memengaruhi bahkan
membentuk kehidupan manusia itu sendiri.
Pada zaman modern ini sering kali dijumpai berbagai macam
perkembangan teknologi komunikasi baik itu dari media cetak seperti majalah,
tabloid, surat kabar, dari media elektronik dan cyber seperti televisi, radio,
internet, tetapi semua perkembangan teknologi yang ada sekarang merupakan
pengembangan dari yang sebelumnya telah diciptakan oleh manusia pada masa
lampau.
Etimologi komunikasi sendiri berasal dari bahasa Latin communico yang
artinya membagi, dan communis yang berarti membangun kebersamaan antara
dua orang atau lebih. Harold D. Lasswell mencoba membuat definisi komunikasi
yang lebih sempurna, yaitu “who say what in which channel to whom with what
effect”1 siapa, mengatakan apa, dengan media apa, kepada siapa, dan apa
akibatnya. Secara sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain. Dalam pengertian ini artinya kegiatan komunikasi
paling tidak melibatkan dua orang yang melakukan kegiatan komunikasi, dan
dikatakan adanya proses penyampaian sebuah pesan baik secara verbal maupun
non verbal.
Komunikasi secara verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
simbol-simbol verbal, seperti berbicara secara langsung. Sedangkan komunikasi
nonverbal adalah adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan
tidak secara langsung. Contohnya seperti menggunakan media cetak. Media cetak
sendiri memiliki banyak bentuk, salah satunya adalah karya sastra. Karya sastra
merupakan media untuk menuangkan ide, gagasan, dan pendapat pengarang
secara tersurat dan tersirat. Cara penulis tersebut dapat menggunakan bahasa yang
menyiratkan makna lain atau dengan bahasa kias atau bahasa simbolik.
Karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa satrawannya.
Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan
menggunakan alat bahasa yang disampaikan kepada orang lain. Sehingga sastra
juga merupakan komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat
dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja seseorang membuat karya
sastra. Namun kalau karya tersebut tidak dapat dipahami, dikomunikasikan
1 Hafied Cangara, Komunikasi Politik Konsep, teori, dan Strategi (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),halaman 13-14.
kepada orang lain, dan hanya dimengerti oleh sastrawannya, maka karya
demikian sulit disebut sebagai karya sastra.2
Salah satu karya sastra yang banyak digandrungi oleh remaja saat ini
adalah novel. Novel sendiri berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya
cakupannya tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel
merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang
lebih mendalam dan disajikan dengan halus.
Novel sebagai karya sastra terkadang juga menggunakan bahasa yang
lugas tetapi ada kalanya juga menggunakan bahasa simbolik karena novel juga
merupakan alat bagi pengarang untuk menyampaikan ide-ide. Untuk mengetahui
makna tersirat yang berupa bahasa simbolis itulah diperlukan sebuah kajian atau
pendekatan tertentu. Kajian untuk mengetahui makna tersirat dalam novel sastra
dapat dilakukan dengan kajian semiotika.3
Novel dapat berupa fiksi atau karya sastra yang berupa rekaan, namun
dapat pula merupakan karya sastra yang nyata dan benar-benar terjadi dalam
kehidupan masyarakat pada zamanya yang kemudian diceritakan kembali dalam
bentuk karya sastra berupa novel. Setiap orang memiliki cara yang seringkali
berbeda dalam mengungkapkan pandangannya atau permikirannya terhadap
realitas yang ada di sekitar dan yang kita temui.
2 Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan (Jakarta: Gramedia,1988), Halaman 6-73 Diah Nur Robbaniah, “Kajian semiotika terhadap novel Cantik Itu Luka,”. (Skripsi S1 Fakultas
Sastra, Universitas Negeri Malang. 2008) H. 3.
Alasan peneliti memilih media khususnya novel sebagai bahan penelitian
karena perkembangan media komunikasi berfungsi untuk menyampaikan pesan,
khususnya novel yang menonjolkan unsur sosial-budaya yang ada di masyarakat.
Banyak novel-novel modern yang menceritakan romantisme budaya suatu
kelompok masyarakat.
Pertemuan antara budaya yang diusung oleh novel-novel di Indonesia
tidak terhenti pada konteks budaya yang dihasilkan masyarakat dengan cipta,
karsa, dan karyanya tetapi juga dalam budaya agama. Hal itu terindikasikan dari
catatan sejarah novel Indonesia dimana ada beberapa novel yang memang
berangkat dan ataupun membicarakan konteks budaya agama dalam sebuah
cerita. Roman-roman seperti Ketika Cinta Bertasbih, Hafalan Shalat Delisha,
Bidadari-bidadari Surga atau Gadis Berkerudung Sorban melatar belakangi atau
bahkan menitikberatkan pada nilai-nilai budaya agama.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa budaya berdakwah melalui tulisan
tentang nilai ajaran Islam tidak dapat dikatakan telah surut. Dinamika dakwah
Islam melalui novel terus berjalan, meskipun terdapat sedikit perubahan warna di
dalamnya. Apabila menengok ulang novel “Islami” terdahulu lebih sering
diwarnai oleh budaya yang berlangsung di masyarakat maka dalam novel yang
berkembang saat ini warna yang hadir hanya terbatas dan terfokus pada budaya
“generasi muda”.
Meskipun memiliki perbedaan konteks obyek kajian, tujuan utama dari
novel “Islami” tetaplah sama yakni menyampaikan pesan-pesan Islam dalam
dunia tutur cerita. Dalam penelitian ini, ada unsur dakwah yang terkandung dalam
novel Ayahku (Bukan) Pembohong, mengenai kedekatan, penghormatan terhadap
sang ayah. Maka, novel sebagai karya sastra dalam media dakwah komunikasi
memiliki peran dalam perkembangan teknologi dalam berdakwah.
Seiring berkembangnya teknologi informasi di masyarakat, karya sastra
sebagai produk imajinatif masyarakat mengalami perkembangan dengan
munculnya teori-teori sastra strukturalisme, yang telah berhasil untuk memasuki
hampir seluruh bidang kehidupan manusia, dianggap sebagai salah satu teori
modern yang berhasil membawa manusia pada pemahaman secara maksimal.
Novel sebagai media memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan kepada
pembaca dengan cara sastranya.
Adapun isi dari novel dipengaruhi oleh struktur isi novel tersebut.
Struktur yang dimaksud disini adalah struktur mengenai persepsi dunia dan
pengalaman, bukan entitas obejktif yang sudah eksis di dunia eksternal. Dari sni
dapat dikatakan bahwa makna atau signifikansi bukanlah semacam inti atau
esensi di dalam hal; sebaliknya, makna selalu berada di luar. Makna selalu berupa
atribut dari sebuah hal, dalam pengertian harfiah yakni makna dijadikan atribut
suatu hal oleh benak manusia, bukan terwadahi di dalamnya.4
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong adalah salah satu karya Tere-Liye
yang terbit tahun 2012. Tere-Liye merupakan salah satu penulis yang sukses
dengan buku Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2010), Hafalan
Shalat Delisa (2005), Moga Bunda Disayang Allah (2005), Senja Bersama Rosie
4 Peter Barry. Pengantar Komperhensif Teori Sastra dan Budaya : Beginning Theory. (Yogyakarta:Jalasutra. 2010), H. 45
(2008). Nama “Tere-Liye” sendiri diambil dari bahasa India dan memiliki
arti untukmu.
Meskipun Tere Liye bisa dianggap salah satu penulis yang telah banyak
menelurkan karya-karya best seller. Tapi jika pembacanya mencari tentang
biodata atau biografi Tere Liye. Hampir tidak ada informasi mengenai
kehidupannya serta keluarganya. Bahkan jika mencoba sendiri dengan mengecek
karya Tere Liye dan lihat di bagian belakang “tentang penulis’ dalam novelnya,
maka tidak ada yang bisa menemukan informasi mengenai Tere Liye.
Berbeda dari penulis yang lain, Tere Liye memang sepertinya tidak ingin
dipublikasikan ke umum terkait kehidupan pribadinya. Mungkin begitulah cara
yang ia pilih untuk dikenal.
Novel yang dipilih berjudul Ayahku (Bukan) Pembohong karena novel ini
menceritakan bagaimana seorang ayah mengajarkan pelajaran hidup kepada
anaknya dengan cara bercerita. Kata “bukan” pada judul dimaksudkan karena
awalnya sang anak menuduh cerita ayahnya adalah cerita bohong belaka yang
tidak masuk akal. Padahal sang ayah dikenal sebagai seorang yang sangat jujur.
Namun pada akhirnya setelah ayahnya tidak ada, anak itu menemukan bukti
bahwa cerita ayahnya bukanlah cerita bohong.
Peneliti memilih novel ini karena awalnya merasa adanya ketidak adilan
dalam memahami orangtua. Banyak sekali novel-novel yang menceritakan
tentang ibu, memahami ibu, membanggakan ibu. Namun, mengapa sedikit sekali
yang membahas mengenai ayah? Padahal ayah juga merupakan orangtua. Bahkan
buku mengenai ayah terletak diantara buku-buku sastra yang jarang sekali orang
kunjungi. Sedangkan buku mengenai ibu selalu ada di deretan novel remaja, novel
terlaris.
Ayah memiliki tanggung jawab untuk memimpin keluarga dan mendidik
anaknya. Setiap sosok ayah memiliki cara tersendiri dalam mendidik anaknya. Ini
yang mendasari penulis ingin melakuakan penelitian naratif, yaitu untuk
menjelaskan betapa peran ayah dalam keluarga sangatlah penting.
Masalah yang terkandung dalam karya sastra pada dasarnya merupakan
masalah masyarakat. Tanda menimbulkan reaksi pembaca untuk menafsirkannya,
proses penafsiran terjadi karena tanda yang bersangkutan mengacu pada suatu
kenyataan. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk
kontrusi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul. Bahasa bukan
hanya mampu menceritakan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas. Oleh
karena itu, peneliti tertarik mengangkat penelitian skripsi ini dengan judul
“Dongeng Sebagai Media Dakwah pada Anak, Analisis Naratif Novel Ayahku
(Bukan) Pembohong karya Tere Liye.”
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dibatasi pada
Penelitian analisis naratif hubungan ayah dengan anak dalam objek penelitian
novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Bagaimana analisis naratif dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong?
2. Pesan-pesan dakwah apa yang terkandung dalam novel tersebut?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui alur dan plot dari novel Ayahku (Bukan) Pembohong
secara keseluruhan.
2. Mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel Ayahku
(Bukan) Pembohong karya Tere Liye
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pembaca:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai
studi analisis naratif terhadap karya sastra novel yang digunakan sebagai
media dakwah Islam.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
mengaplikasikan teori sastra dan teori naratif dalam mengungkap
novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi pada analisis naratif
terhadap isi media, yaitu novel. Penelitian karya sastra Indonesia dan
menambah wawasan kepada pembaca tentang tanda dan penanda yang ada
pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut
atau perspektif partisipan. Penelitian kualitatif diarahkan lebih dari sekedar
memahami fenomena tetapi juga mengembangkan teori.5
5 Juang Sunanto, Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia, t.t), H. 2-3
3. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah naratif, yaitu metode untuk memahami
identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita
(narasi) yang ia dengarkan ataupun tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari
(baik dalam bentuk gosip, berita, fakta, analisis, dan sebagainya, karena
semua itu dapat disebut sebagai ‘cerita’). Fokus penelitian dari metode ini
adalah cerita-cerita yang didengarkan di dalam pengalaman kehidupan
manusia sehari-hari.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adal
dua teknik yakni observasi non partisipan dan dokumentasi.
1. Observasi Non Partisipan
Karl Weick mendefinisikan observasi sebagai “pemilihan,
pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian prilaku dan suasana
yang berkenaan dengan organisme itu, sesuai dengan tujuan-tujuan
empiris”.6 Observasi non partisipan adalah observasi yang dalam
pelaksanaannya tidak melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau
kelompok yang diteliti.7 Teknik ini digunakan untuk mengetahui makna
baik secara keseluruhan ataupun sebagian isi dari novel yang diteliti. Serta
mengetahui unsur instrinsik dan ekstrinsik dari novel tersebut.
6 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), H. 837 Kuswanto. “Observasi (Pengamatan Langsung di Lapangan).” Artikel diakses pada 14 November
2013 dari http://klikbelajar.com/umum/observasi-pengamatan-langsung-di-lapangan/
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono8 dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, buku dan lain-lain.
teknik ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pendapat orang lain
yang sudah membaca novel ini. Peneliti mencari artikel-artikel yang
berkenaan dengan novel ini serta mengkaji pendapat mereka mengenai
novel ini.
5. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis naratif menurut Gill
Branston dan Roy Stafford, yakni dengan menganalisis alur dan plot pada
objek yang dikaji. Alur adalah rangkaian peristiwa demi peristiwa dari awal
sampai akhir cerita, sedangkan plot adalah hubungan yang mengaitkan satu
kejadian dengan kejadian lainnya sehingga saling berhubungan yang memicu
terjadinya krisis dan menggerakkan cerita menuju klimaks (puncak konflik).
8 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), H. 329-330
6. Tinjauan Pustaka
Dari pengamatan literatur yang ada, maka peneliti menemukan adanya
analisis yang sama tentang analisis naratif sebagai pedoman dalam penulisan
skripsi ini. Diantaranya:
skripsi-skripsi atau tesis yang berhubungan dengan analisis semiotik.
Diantaranya:
a. Skripsi karya Santi, A.W.D, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Dipenogoro. Dengan judul “Studi Analisis Naratif:
Representasi Pesantren Dalam Film 3 doa 3 cinta”. Skripsi ini
menjelaskan bagaimana film yang dibuat dengan tujuan untuk “membela”
pesantren dari tudingan sebagai tempat pengkaderan teroris ini justru juga
memberikan kritikan-kritikan terhadap lembaga pesantren itu sendiri.
b. Skripsi karya Yasmin Auliya Hayyu, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia, dengan judul “Analiss Narasi yang ditulis oleh
Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Negeri” penelitian ini menjelaskan
mengenai kemampuan menulis narasi para siswa kelas 4 sekolah dasar.
Serta menjelaskan mengenai munculnya informasi pada setiap komponen
narasi
7. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahsan dalam penelitian ini, penulis
membagi penelitian ini menjadi lima bab, dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,
Teknik Analisis Data, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan
Bab II : Landasan Teoritis dan Kerangka Konsep, meliputi: Teori Naratif
Gill Branston dan Roy Stafford, Teori Sastra dan Masyarakat Rene
Wellek dan Austin Waren, Dakwah, Novel, Bohong Menurut
Ajaran Islam
Bab III : Gambaran Umum Novel Ayahku (Bukan) Pembohong,
meliputi:deskripsi novel Ayahku (Bukan) Pembohong, Bagian
Kisah yang Dapat Diambil Pelajaran, Biografi Tere Liye.
Bab IV : Analisis dan Temuan Penelitian.
Bab V : Penutup, meliputi: Kesimpulan dan Saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
A. Teori Naratif Branston dan Stafford
Kebanyakan dari kita menghabiskan banyak waktu untuk bercerita
(bergosip tentang teman, bercerita mengenai lelucon dan membentuk karakter
yang tinggi: ‘lulusan yang membanggakan’ (tidak pernah ada istilah ‘mahasiswa
yang ditekan dengan keras’). Semua kultur terlihat sama dalam pembuatan cerita
yaitu dengan mengikuti cara membuat perasaan dan makna di dunia. Ada dua
poin mengenai sistematik ilmu naratif di dunia modern:
1. Teori naratif menyatakan bahwa cerita di media apapun dan di kultur apapun
tujuannya untuk membagi pesan khusus
2. Tetapi pada media tertentu memunginkan kita untuk bercerita dengan cara
yang berbeda.
Teori naratif mencoba untuk mengerti tanda dan hubungan yang mengatur
bagaimana cerita (fiksi atau fakta) dibentuk secara berurutan, dan cara ini
mungkin dapat membuat audien terlibat dalam berbagai cara yang berbeda.
Seperti kebanyakan ilmu media, pemikiran ini menyatakan bahwa aktivitas
biasanya sering dihubungkan dengan ketetapan nilai yang dominan.9
Tentu saja ada cara lain untuk memikirkan mengenai bercerita dan
menulis cerita. Bagaimanapun juga, studi media tidak terlibat dalam produksi
cerita (karena produksi cerita adalah sebuah proses yang tidak bisa diperkirakan,
9 Gill Branston and Roy Stafford. The Media Student’s Book Third Edition (London: Routledge,1999) H. 32
pemikiran yang terlalu biasa bisa menjadi sebuah rumusan masalah). Studi narasi
mencoba memahami itu, khususnya pada kemungkinan aturan sosial dan ideologi.
Definisi yang bagus untuk naratif berasal dari Braningan10 yang berpendapat ‘cara
membentuk ruang dan data sementara yaitu dengan memasukkan suatu peristiwa
di awal, pertengahan dan akhir yang membentuk pendapat tentang sifat dari
peristiwa ke dalam rantai sebab-akibat’. Teori ini memunculkan pendapat Propp,
Barthes, Todorov dan Lévi-Strauss. Mereka bekerja dengan dongeng, novel dan
cerita rakyat yang mencoba mengerti bagaimana bentuk naratif dan nilai yang
berlaku tanpa adanya pengaruh kultur khusus. Ini adalah inti dari pengaruh
pendekatan strukturalis pada naratif.
Istilah narasi mendeskripsikan bagaimana cerita berjalan, bagaimana
pesan dipilih dan diatur menjadi efek tertentu dengan audien. Plot dan cerita
adalah kunci dari istilah ini. Bordwell dan Thompson11 menggambarkan cerita
terdiri dari dua hal yaitu plot dan narasi. Plot adalah segala hal yang terlihat dan
terdengar pada sebuah cerita. Pada plot ada seleksi bagian tertentu dari sebuah
cerita yang sudah diberikan narasi. Sehingga kita bisa berfikir bagian-bagian
tersebut tersusun menjadi sesuatu yang bisa kita rangkai yang pada akhirnya
menjadi cerita. Plot juga mengandung pesan yang akan kita temukan di akhir
cerita. Karena saat kita masuk pada bagian-bagian plot, kita sibuk mencari pesan
10 Edward Braningan. Narrative Comprehension and Film, London: University Press, 1992 dalamGill Branston and Roy Stafford. The Media Student’s Book Third Edition (London: Routledge, 1999)halaman 33
11 David Bordwell dan Thompson Kirstin. Film Art: An Introduction. (New York: McGraw Hilland excellent related Online Learning Center http://www.mhhe.com/socscience/art-film/bordwell_6_filmart/ dalam Gill Branston and Roy Stafford. The Media Student’s Book ThirdEdition (London: Routledge, 1999) H. 38
dan juga berfikir alur cerita secara bersamaan di dalam pikiran kita, yang dikenal
sebagai mental Norman didalam psikologi.
Penulis lain menjelaskan plot adalah sebuah istilah dimana audien
membandingkan karakter dalam cerita. Dalam cerita kita tidak akan menyadari
jika plot sudah dibuat, sehingga kita tidak mungkin bisa menebak apa yang akan
terungkap pada bagian akhir cerita.
Plot adalah hubungan yang mengaitkan satu kejadian dengan kejadian
lainnya sehingga saling berhubungan yang memicu terjadinya krisis dan
menggerakkan cerita menuju klimaks (puncak konflik). Dengan kata lain, adanya
suatu peristiwa dibenturkan dengan peristiwa lain, yang saling bergesekan
sehingga memacu timbulnya konflik. Plot inilah yang sesungguhnya
menggerakan cerita dari awal sampai akhir yang menghiasinya jalannya cerita
tersebut dengan ketegangan, konflik dan penyelesaian (ending).
Di dalam plot inilah persoalan-persoalan yang dihadapi para tokoh cerita
saling digesekkan, dibenturkan satu sama lain menjadi persoalan baru yang lebih
kompleks, diseret ke puncak krisis, lalu dicari pemecahan (penyelesaian)-nya
menuju akhir cerita (ending). Plot digerakkan oleh tokoh cerita, gesekan yang
timbul karena pergerakan plot inilah yang melahir ketegangan (suspend) yang
menyulut api konflik. Kemudian plot yang mengkondisikan tokoh cerita berusaha
untuk mencari jalan keluar dari konflik yang terjadi tersebut untuk menurunkan
tensinya sampai pada ending.
Dalam bentuk sederhana plot dibagi menjadi 3, yaitu:12
1. Beginning atau awal cerita
Bagian awal berfungsi sebagai eksposisi yaitu bagian yang memberikan
informasi yang diperlukan oleh pembaca agar bisa memahami jalan cerita
selanjutnya. Dibagian awal ini biasanya berisi nama tokoh-tokoh, gender,
usia, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal, dan hal-hal yang menurut
penulis penting untuk diketahui oleh pembaca. Pada awal ini biasanya
diakhir dengan cerita yang tidak stabil karena cerita yang tidak stabil inilah
yang akan memicu kejadian yang akan terjadi berikutnya.
2. Middle atau tengah cerita
Bagian tengah cerita diawali dengan hal-hal yang bisa memicu konflik
karena pada bagian tengah cerita ini berupa rangkaian konflik yang
intensitasnya semakin tinggi dan mencapai kepuncak dan disebut dengan
klimaks sebuah cerita. bagian inilah yang biasanya paling ditunggu oleh
pembaca.
3. End atau akhir cerita
Bagian akhir cerita ini berisi penyelesaian atas masalah-masalah yang
terjadi dibagian tengah cerita.
Sedangkan alur cerita adalah pergerakan cerita dari waktu ke waktu, atau
rangkaian peristiwa demi peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Ada alur
12 William Kenney, “How To Analyze Fiction (1966)” Artikel diakses pada 17 Oktober 2013 darihttp://sebuahcatatansastra.blogspot.com/2009/01/apa-itu-plot.html
progresif yang bergerak runtut dari awal sampai akhir (A-B-C). Alur kilas balik
(flash back) yang dimulai dari akhir cerita kemudian bergerak ke awal cerita (C-
B-A). Dan, ada alur percampuran antar kedua alur yang disebutkan di atas.
Alur cerita dibangun oleh narasi, deskripsi, dialog, dan aksi/laku (action)
dari tokoh-tokoh cerita. Alur yang baik akan sangat membantu pembaca untuk
menangkap gambaran utuh dari cerita yang disuguhkan dalam novel. Bagi
penulis, penguasaan alur cerita sangat menolong agar tidak kehilangan jejak, atau
mentok di tengah jalan.
Alur cerita mempunyai tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah
perkenalan, pembeberan mula, konflik, klimaks, anti klimaks, penyelesaian.
Tahapan-tahapan inilah yang nanti akan membentuk alur. Proses
pembentukkannya tergatung bagaimana mengatur tahapan-tahapan yang ada.
Tahapan-tahapan itu bisa dikatakan sebagai aturan baku yang akan mempermudah
kita dalam menjalankan sebuah cerita. Jenis-jenis alur dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu, alur maju, alur mundur, dan alur campuran.13
1. Alur maju
Alur maju atau biasa juga disebut alur lurus. Alur ini mempunyai tahapan
yang lurus mulai dari perkenalan, pembeberan mula, konflik, klimaks,
antiklimaks, penyelasaian. Biasanya penulis-penulis yang menggunakan alur
ini adalah penulis-penulis pemula. Dengan menulis menggunakan alur ini,
akan terbangun kebiasaan menulis bagi mereka karena penggunaan alur ini
13 Joni Lis Efendi, “Trik Sederhana Menulis Alur dan Plot Cerita.” Artikel diakses pada 17Oktober 2013 dari http://www.goodreads.com/topic/show/1247450-alur-dan-plot-dalam-cerita
tidak terlalu sulit. Dan alur ini kebanyakan digunakan terhadap cerita-cerita
yang mudah untuk dicerna, seperti cerita-cerita untuk anak-anak. Tetapi,
bukan berarti alur ini tidak bisa digunakan untuk cerita-cerita serius, seperti
roman, drama, dan lain-lain.
2. Alur mundur
Alur mundur/sorot balik adalah alur yang memulai cerita dengan
penyelesaian. Alur ini lebih sering kita temui pada cerita-cerita yang
menggunakan setting waktu di masa lampau. Seorang penulis yang
menggunakan alur ini harus pintar dalam menyusun cerita agar cerita tidak
membingungkan pembaca.
3. Alur campuran
Alur ini adalah alur yang diawali dengan klimaks, kemudian melihat lagi
masa lampau dan diakhiri dengan penyelesaian. Alur ini jarang sekali
dgunakan oleh penulis karena sulit dipahami. Tapi, kalau kita mengerti trik-
trik atau cara mengatur plot cerita, kita akan mudah menggunakannya. Ini
adalah contoh penggalan cerpen yang menggunakan alur campuran.
Perbedaan mendasar antara cerita dan plot ditunjukkan oleh novelis dan
kritikus EM Forster dalam Aspek tentang Novel (1927) Forster mendefinisikan
cerita sebagai urutan kronologis peristiwa dan plot sebagai struktur kausal dan
logis yang menghubungkan peristiwa. Contoh Forster untuk menggambarkan
perbedaan antara cerita dan plot sebagai berikut:
Raja meninggal dan kemudian Ratu meninggal (cerita)
Raja meninggal dan kemudian Ratu meninggal karena kesedihan (plot)
Plot dapat dianggap sebagai bagian dari wacana, karena merupakan bagian dari
cara cerita disajikan.14
Bagaimanapun cara seseorang ingin melihat plot, plot selalu dapat berupa
linear (garis) atau non-linear. Plot non-linear mungkin lebih membingungkan
audience dan plot jenis ini muncul lebih sering dalam drama modern dan
kontemporer, yang sering mempertanyakan gagasan logika dan kausalitas. Equus
Play milik Peter Shaffer misalnya, bercerita tentang terapi kejiwaan seseorang
bernama Alan. Dimulai pada akhir cerita dan kemudian menyajikan peristiwa
dalam urutan terbalik (akhiran di awal – awalan di akhir). Penonton dituntun
untuk menarik hubungan antara kejadian-kejadian yang bertujuan untuk
menjelaskan perilaku Alan.15
Lebih jelasnya, alur cerita dan plot akan dijelaskan sebagai berikut:16
1. Alur berisi kronologis cerita, walau susunannya bisa maju, kilas balik atau
gabungan. Alur hanya rangkaian cerita dari awal sampai akhir.
2. Alur bisa dijabarkan dengan gaya narasi, deskripsi dan eksposisi. Sedangkan
plot sebagian besar dengan narasi dan dialog.
3. Plot adalah pergerakan cerita dari satu kejadian demi kejadian yang saling
berkaitan, bahkan terkadang sengaja dibenturkan untuk menimbulkan adanya
ketegangan, klimaks (puncak konflik), antiklimak (penurunan konflik) sampai
ending.
14Stefanie Lethbridge and Jarmila Mildorf. Basics of English Studies: An introductory course forstudents of literary studies in English (Hartford, CT: English departments of the Universities ofTübingen, Stuttgart and Freiburg, t.t) H. 43
15 Stefanie Lethbridge and Jarmila Mildorf. Basics of English Studies: An introductory course forstudents of literary studies in English. H. 98
16 Joni Lis Efendi, “Trik Sederhana Menulis Alur dan Plot Cerita.” Artikel diakses pada 17Oktober 2013 dari http://www.goodreads.com/topic/show/1247450-alur-dan-plot-dalam-cerita
4. Alur adalah badan cerita sedangkan plot adalah ruh yang menggerakan cerita.
Alur ada pada jenis tulisan lain seperti feature dan esai. Sedangkan plot khusus
ditemukan dalam cerpen dan novel.
Bagian lain dari konstruksi naratif adalah keterlibatan intonasi suara saat
bercerita. Narasi orang pertama akan menggunakan kata ‘aku’ sebagai pencerita,
dan tidak membiarkan pembaca menebak cerita karena kata ‘aku’ mengetahui
semuanya. Orang ketiga atau orang yang diluar cerita akan bercerita dengan kesan
‘dia diceritakan’ contohnya pada ‘pada zaman dahulu kala ada seorang
pangeran…’ pemikiran narasi film dan televisi atau video bermula dengan suara
yang menceritakan kepada kita dari suatu sudut pandang seseorang tertentu,
biasanya mereka menhindari bentuk narasi sudut pandang orang ketiga.17
B. Teori Sastra dan Masyarakat Rene Wellek dan Austin Warren
Dalam Studi sastra yang paling banyak dibahas adalah latar (setting),
lingkungan (environment) dan hal-hal yang bersifat eksternal. Metode ekstrinsik
ini tidak terbatas pada studi tentang sastra lama, tetapi juga dapat diterapkan pada
kesustraan modern. Jadi, istilah “historis” tidak mengacu pada sastra lama, tetapi
berkaitan dengan perubahan sastra sesuai dengan perubahan waktu, suatu
permasalahan sejarah.
Sejauh mana faktor-faktor luar tadi dianggap menentukan produksi karya
sastra dan sejauh mana metode ekstrinsik dianggap mampu mengukur pengaruh
luar tersebut, tergantung dari pendekatan yang dipakai. Ilmuwan yang
17 Gill Branston and Roy Stafford. The Media Student’s Book Third Edition (London: Routledge,1999) H. 39
menerapkan pendekatan sosial cenderung sangat determistis. Sikap radikal
mereka mungkin merupakan pengaruh aliran positivisme dan perkembangan ilmu
pengetahuan pada abad ke-19.
Diantara sekian macam pendekatan ekstrinsik, metode terbaik adalah yang
mengaitkan karya sastra dengan latar belakang keseluruhan. Tidak mungkin kita
menganggap bahwa karya sastra hanya dipengaruhi satu faktor penyebab saja.
Kita perlu menimbang faktor-faktor mana yang paling penting, lalu mencari
kaitan metode-metode yang ada dengan studi ergocentric, yakni studi yang
terpusat pada karya sastra itu sendiri.
Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-
teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan mantra bersifat sosial karena
merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra “menyajikan
kehidupan”, dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial,
walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. Sastra
sering memiliki kaitan dengan institusi sosial tertentu. Sastra mempunyai fungsi
sosial atau “manfaat” yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi. Jadi, permasalahan
studi sastra menyiratkan atau merupakan masalah sosial: masalah tradisi,
konvensi, norma, jenis sastra (genre), simbol, dan mitos. Tomars
memformulasikannya sebagai berikut:
Lembaga estetik tidak berdasarkan lembaga sosial, bahkan bukan bagian darilembaga sosial. Lembaga estetik adalah lembaga sosial dari satu tipe tertentu, dansangat erat berkaitan dengan tipe-tipe lainnya.18
Tetapi penelitian yang menyangkut sastra dan masyarakat biasanya terlalu
sempit dan menyentuh permasalahan dari luar sastra. Sastra dikaitkan dengan
situasi tertentu, atau dengan sistem politik, ekonomi, dan sosial tertentu.
Penelitian dilakukan untuk menjabarkan perngaruh masyarakat terhadap sastra
dan kedudukan sastra dalam masyarakat. Pendekatan sosiologis ini terutama
dipakai oleh pendukung filsafat sosial tertentu. Kritikus aliran marxisme tidak
hanya mempelajari kaitan sastra dengan masyarakat, tetapi juga memberi batasan
bagaimana seharusnya hubungan itu dalam masyarakat zaman sekarang dan
masyarakat di masa mendatang yang tidak mengenal kelas. Para kritikus
marxisme melakukan kritik yang memberikan penilaian dan menghakimi,
didasarkan pada kriteria politik dan etika yang nonsastra. Mereka tidak hanya
menunjukkan apa kaitan dan dampak sebuah karya terhadap masyarakat, tetapi
mendikte kaitan dan dampak apa yang seharusnya ada.
Pembahasan hubungan sastra dan masyarakat biasanya bertolak dari frase
De Bonald bahwa “sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat” (literature is an
expression of society). Tapi apa makna aksoma ini? Jika yang dimaksud bahwa
sastra secara tepat mencerminkan situasi sosial pada kurun waktu tertentu
pengertian ini keliru. Kalau hanya menyampaikan bahwa sastra menunjukkan
beberapa aspek sosial, ungkapan itu terlalu dangkal dan samar. Lebih jelas lagi
18 Adolph Siegfried Tomars. Introduction to the sociology of Art, Mexico City. 1994 dalam ReneWellek dan Austin Waren. Teori Kesusastraan Edisi Terjemahan (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2009) H. 109
kalau dikatakan bahwa sastra mencerminkan dan mengekspresikan hidup.
Pengarang tidak bisa tidak mengekspresikan pengalaman dan pandangannya
tentang hidup. Tetapi tidak benar kalau dikatakan bahwa pengarang
mengekspresikan kehidupan secara keseluruhan, atau kehidupan zaman tertentu
secara kongkret dan menyuruh. Dengan mengatakan bahwa pengarang harus
mengekspresikan kehidupan sepenuhnya – mewakili masyarakat dan zamannya –
kita sudah memaksakan suatu kriteria penilaian tertentu. Lagi pula, istilah
“sepenuhnya” dan “mewakili” bisa diinterpretasikan secara berlainan: untuk
sebagian besar aliran kritik sosial, berarti pengarang harus peka terhadap situasi
sosial dan nasib kaum protelar. Kritik sosial yang lain bahkan menuntut
pengarang untuk menganut sikap atau ideologi yang sama dengan yang dianut
oleh kritikusnya.
Dalam kritik aliran Hegel dan Taine, kebesaran sejarah dan sosial
disamakan dengan kehebatan artistik. Seniman menyampaikan kebenaran yang
sekaligus juga merupakan kebenaran sejarah dan sosial. Karya sastra merupakan
“dokumen karena merupakan monument (document because they are
monuments)”. Dibuat postulat antara kejeniusan sastra dengan zamannya. “sifat
mewakili zaman” dan “kebenarian sosial” dianggap sebagai sebab dan hasil
kehebatan nilai artistik suatu karya sastra. Karya sastra yang jelek atau yang biasa
saja – walaupun dianggap sebagai dokumen sosial yang lebih baik oleh ahli
sosiologi modern – dinilai tidak ekspresif oleh Traine; jadi, tidak mewakili
zamannya. Sastra bagi aliran ini bukan cerminan proses sosial, melainkan intisari
dan ringkasan dari semua sejarah.
Tapi sebaiknya masalah kritik yang berbau penilaian kita tangguhkan dulu
sampai kita menemukan hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat.
Hubungan yang bersifat deskriptif (bukan normatif) dapat kita klarifikasikan
sebagai berikut.
Pertama adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi
sastra. Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar
belakang sosial, status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari
berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. Yang kedua adalah isi karya
sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan
yang berkaitan dengan masalah sosial. Yang terakhir adalah permasalahan
pembaca dan dampak sosial karya sastra. Sejauh mana sastra ditentukan atau
tergantung dari latar sosial, perubahan dan perkembangan sosial, dari latar sosial,
perubahan dan perkembangan sosial adalah pertanyaan yang termasuk dalam
ketiga jenis permasalahan di atas: sosiologi pengarang, isi karya sastra yang
bersifat sosial, dan dampak sastra terhadap masyarakat. Sebelum kira sampai
kepada masalah lebih lanjut, yaitu integrasi budaya, kita harus menjelaskan
terlebih dahulu apa yang kita maksudkan dengan ketergantungan atau hubungan
sebab-akibat antara sastra dan masyarakat.
Karena setiap pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari
sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumbe utama, tetapi studi ini
juga dapat meluas ke lingkungan tempat pengarang tinggal dan berasal. Kita
dapat mengumpulkan informasi tetang latar belakang sosial, latar belakang
keluarga dan posisi ekonomi pengarang.19
Asal-usul sosial seorang pengarang hanya sedikit sekali berperan dalam
menjawab masalah status sosial, keterlibatan, dan ideologi, sebab sering
pengarang melayani kebutuhan kelas lain. keterlibatan sosial, sikap, dan ideologi
pengarang dapat dipelajari tidak hanya melalui karya-karya mereka, tetapi juga
dari dokumen biografi. Pengarang adalah seorang warga masyarakat yang
tentunya mempunyai pendapat tentang masalah-masalah politik dan sosial yang
penting, serta mengikuti isu-isu zamannya. Jika disusun secara sistematis,
masalah asal, keterlibatan dan ideology sosial akan mengarah pada sosiologi
pengarang berbagai tipe atau suatu tipe pada waktu dan tempat tertentu. Kita
dapat membedakan pengarang menurut kedar integrasi mereka dalam proses
sosial.20
Sosiologi sastra bertugas menelusuri status sosial kelas ini, meneliti
ketergantungannya pada kelas penguasa, serta mempelajari sumber ekonomi dan
prestisnya dalam masyarakat. Studi dasar ekonomi sastra dan status sosal
pengarang mau tak mau harus memperhitungkan pembaca yang menjadi sasaran
pengarang dan menjadi sumber rezekinya.
Pada masa-masa selanjutnya, agak lebih sulit untuk menelusuri hubungan
khusus antara pengarang dan publiknya, karena khalayak pembaca semakin
meluas dan heterogen. Lagi pula, hubungan antara pengarang dan publik semakin
19 Rene Wellek dan Austin Warren. Teori Susastraan Edisi Terjemahan (Jakarta: GramediaPustaka Utama, 2009) H. 109-112
20 Rene Wellek dan Austin Warren. Teori Susastraan Edisi Terjemahan. H. 114
tidak langsung. Jumlah perantara yang menjadi penghubung antara pengarang dan
publik semakin banyak. Kita dapat melihat peran kembaga-lembaga sosial dan
badan-badan seperti akademi, universitas bahkan klub, salon dan restoran; kita
dapat menelusuri sejarah majalah, jurnal dan lembaga-lembaga penerbitan.
Kritikus merupakan perantara antara pengarang dan publik; sedangkan kolektor,
ahli-ahli tentang seni, pencipta buku, menunjang kehidupan jenis-jenis sastra
tertentu. Perkumpulan pengarang juga membantu menciptakan opublik untuk
pengarang atau calon pengarang.
Grafik naik turunnya reputasi dan kemasyhuran pengarang, sukses dan
bertahannya buku adalah fenomena sosial. Sebagian dari permasalahan ini
termasuk wilayah sejarah sasta, karena reputasi dan ketenaran diukur dari
pengaruh seseorang pengarang terhadap pengarang lain, serta kekuatannya dalam
mengubah tradisi sastra. Tetapi reputasi juga berkaitan dengan masalah tanggapan
pembaca. Sampai saat ini, tanggapan pembaca dari satu priode diselidiki melalui
sejumlah pernyataan resmi yang dianggap mewakili pendapat umum. Jadi
masalah “selera yang berubah-ubah” (whirligigof taste) bersifat “sosial”, dan
dapat diletakkan pada dasar sosiologi yang jelas. Hubungan karya dan publik
tertentu dapat ditelusuri melalui jumlah edisi dan jumlah buku yang terjual.21
Sastrawan dipengaruhi dan memengaruhi masyarakat: seni tidak hanya
meniru kehidupan, tetapi juga membentunya. Banyak orang meniru gaya hidup
tokoh-tokoh dunia rekaan. Mereka bercinta, melakukan tidak kejahatan atau
bunuh diri seperti cerita-cerita dalam novel. Kita dapat membuat hipotesis bahwa
21 Rene Wellek dan Austin Warren. Teori Susastraan Edisi Terjemahan. H. 119
anak-anak muda lebih langsung dan lebih mudah terpengaruh bacaan daripada
orang tua dan bahwa pembaca yang kurang berpengalaman memperlakukan sastra
secara lebih naïf – menganggapnya bukan sebagai suatu interpretasi tentang
kehidupan, melainkan sebagai transkrip kehidupan – dan menanggapi terlalu
serius.
“bagaimana sastra memengaruhi masyarakat?” adalah pertanyaan empiris
yang mengacu pada pengalaman. Dan karena kita mempunyai batasan sastra dan
batasan masyarakat yang luas, kita perlu mengacu bukan pada pengalaman
sejumlah ahli seni saja, melainkan pada pengalaman seluruh umat manusia.
Pendekatan yang umum dilakukan terhadap hubungan sastra dan
masyarakat adalah mempelajari sastra sebagai dokumen sosial, sebagai potret
kenyataan sosial. Memang ada semacam potret sosial yang bisa ditarik dari karya
sastra. Ini adalah pendekatan sistematis yang paling tua. Thomas Warton
(penyusun sejarah puisi inggris yang pertama) berusaha membuktikan bahwa
sastra mempunyai kemapuan merekam ciri-ciri zamannya, peculiar merit of
faithfully recording the features of the times, and of preserving the most
picturesque and expressive representation of manners22. Bagi Warton dan
pengikut-pengikutnya, sastra adalah gudang adat istiadat, buku sumber peradaban,
terutama sejarah bangkit dan runtuuhnya semangat kesatriaan. Pembaca modern
dapat memperoleh pengetahuan tentang kebudayaan asing melalui novel-novel
Sinclair Lewis, Galsworthy, Balzac, dan Turgenev.
22 Rene Wellek dan Austin Warren. Teori Susastraan Edisi Terjemahan. H. 122
Sebagai dokumen sosial, sastra sering dipakai untuk menguraikan ikhtisar
sejarah sosial. Contoh-contoh seperti itu tidak akan ada habisnya. Setiap orang
meneliti berbagi “dunia” dalam sebuah karya sastra. Tetapi penelitian semacam
ini kurang bermanfaat jika memukul rata bahwa sastra adalah cerminan
kehidupan, sebuah reproduksi, atau sebuah dokumen sosial. Penelitian semacam
ini baru berarti jika kita meneliti metode artistic yang digunakan novelis. Kita
perlu menjawab secara konkret, bagaimana hubungan potret yang muncul dari
karya sastra dengan kenyataan sosial. Apakah karya itu dimaksudkan sebagai
gambaran yang realistis? Ataukah merupakan satire, karikatur, atau idealisasi
romantis?
“Hanya seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang struktur sebuahmasyarakat dari sumber lain di luar sastra, yang dapat menyelidiki apakah dansejauh mana tipe sosial tertentu dan prilakunya direproduksi di dalam novel.(onlya person who gas a knowledge of the structure of a society from other sourcethan purely literary ones is able to find out if, and how far, certain social typesand their behavior are reproduced in the novel… what is pure fancy, whatrealistic observation, and what only an expression of the desires of the authormust be separated in each case in a subtle manner)” 23
Para pahlawan, tokoh jahat dan wanita petualang dari dunia rekaan sering
merupakan indikasi adanya sikap sosial yang serupa dengan sifat-sifat tokoh
tersebut pada masyarakat zamanya. Penelitian mengenai sikap sosial seperti ini
mengarah pada sejarah etika dan norma keagamaan. Kalau diselidiki dengan teliti
dan dengan cara yang benar, keterangan tentang masyarakat pada kurun waktu
tertentu memang dapat diperoleh dari karya-karya sastra yang secara sepintas
23 Ernest Bramstedt Kohn. Aristocracy and the Middle Classes in Germany: Social Types inGerman Literature 1830-1900. London 1937 dalam Rene Wellek dan Austin Warren. TeoriSusastraan Edisi Terjemahan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009) halaman halaman 124
nampaknya tidak mirip dengan kenyataan. Misalnya, dari alegori-alegori yang
aneh, atau gmabaran kehidupan gembala dan alam perdesaan yang terlalu
diidealisasi ayaupun dalam dagelan yang terlalu kasar sekalipun.
Sastra menjadi konteks sosial dalam sebuah milieu24. Jika semboyan tiga
serangkai Taine yang terkenal ras, milieu, dan momen diterapkan, akan
menghasilkan studi kasus khusus tentang milieu. Taine memakai istilah ras secara
longgar. Kadang-kadang yang dimaksud adalah ‘karakter nasional’, atau dalam
kata bahasa Inggris dan Prancis ‘spirit’ atau semangat. Istilah momen berbaur
dengan konsep milieu. Perbedaan waktu berarti perbedaan latar, dan
permasalahan dalam analisis baru muncul bila kita mulai memisah-misahkan
milieu. Latar karya sastra yang paling dekat adalah tradisi linguistik dan
sastranya. Tradisi ini dibentuk oleh iklim budaya yang bersangkutan. Sastra hanya
berkaitan secara tidak langsungdengan situasi ekonomi, politik, dan sosial yang
konkret. Tentu saja semua segi aktivitas manusia saling berkaitan. Pada akhirnya,
kita dapat melihat hubungan antara cara produksi dengan sastra karena sistem
ekonomi menyiratkan sistem kekuasaan yang pada akhirnya mengontrol bentuk
kehidupan keluarga. Keluarga berperan dalam pendidikan, dalam bentuk konsep
seksualitas, cintam dan konvensi, tradisi serta penataan perasaan manusia.
Masalah sastra dan masyarakat dapat diletakkan pada suatu hubungan
yang lebih bersifat simbolik dan bermakna. Kita dapat memakai istilah-istilah
yang mengacu kepada integrasi sistem budaya, dan keterkaitan antara berbagai
aktivitas manusia. Sosrokin mencoba mengembangkan kemungkinan-
24 Milieu memiliki arti lingkungan tempat pengarang tinggal dan berasal
kemungkinan ini, dan menyimpulkan bahwa kadar integrasi-integrasi budaya
berbeda pada setiap kelompok masyarakat.25
Kita bisa meperdebatkan apakah kebenaran sosial mendukung
kompleksitas dan koherensi karya sastra sehingga menaikkan nilai instrinsiknya.
Tetapi banyak karya sastra yang sediri sekali atau bahkan tidak mempunyai
relevansi sosial sama sekali. Sastra yang bersifat sosial hanya merupakan satu
ragam sastra dari banyak ragam lainnya. Sifat sosial bukan merupakan intik teori
sastra, kecuali kalau kita beranggapan bahwa sastra pada dasarnya adalah ‘tiruan’
hidup dan kehidupan sosial. Tetapi sastra jelas bukan pengganti sosiologi atau
politik. Sastra mempunyai tujuan dan alasan keberadaannya sendiri.26
C. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab “da’wah”
Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu .(الدعوة) dal,’ain, dan wawu. Dari
ketiga huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-
makna tersebut adalah memanggil, mengundang, meminta tolong, meminta,
memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan,
25 Prrimim Sorokin. Fluctuation of Form of Art, Cincinnati 1973 (Vol. I of Social and CulturalDynamics) dalam Rene Wellek dan Austin Warren. Teori Susastraan Edisi Terjemahan (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2009) H. 132
26 Rene Wellek dan Austin Warren. Teori Susastraan Edisi Terjemahan (Jakarta: GramediaPustaka Utama, 2009) H. 133
mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi.27 Setidaknya ada
sepuluh macam makna dakwah dalam Al-Qur’an:28
a. Mengajak dan menyeru, baik kepada kebaikan maupun kemusyrikan;
kepada jalan ke surga atau ke neraka. Makna ini paling banyak menghiasi
ayat-ayat Al-Qur’an (46 kali). Kebanyakan dari makna ini mengarah pada
jalan keimaan (39 kali);
b. Doa;
c. Mendakwa atau menganggap tidak baik;
d. Mengadu;
e. Memanggil atau panggilan;
f. Meminta;
g. Mengundang;
h. Penyeru, yaitu malaikat Israfil yang memanggil manusia untuk mengadap
kehadirat Allah SWT;
i. Penggilan nama atau gelar;
j. Anak angkat;
Berikut ini beberapa definisi dakwah menurut para ahli:
a. Abu Bakar Zakaria mengatakan bahwa dakwah adalah usaha para ulama
dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk
memberikan pengajaran kepada khalayak umum sesuai dengan kemapuan
27 Ahmad Warson Munawir, 1997 hal 406 dalam Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi(Jakarta: Kencana, 2009) H. 6
28 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2009) H. 6
yang dimiliki tentang hal-hal yang mereka butuhkan dalam urusan dunia
dan keagamaan.29
b. Syekh Ali bin Shahih al-Mursyid, dakwah adalah sistem yang berfungsi
menjelaskan kebenaran, kebajikan, dan petunjuk (agama); sekaligus
menguak berbagai kebathilan berserta media dan metodenya melalui
sejumlah teknik, metode, dan media yang lain.30
c. M. Arifin mengatakan dakwah adalah suatu kegiatan ajaran dalam bentuk
lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar
dan terencana dalam usaha memengaruhi orang lain secara individu
maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesdarana,
sikap, penghaatan, serta pengalaman terhadap ajaran agama, message yang
disampaikan kepadanya tanpa ada unsur-unsur paksaan.31
d. M. Natsir mengatakan dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan
menyampaikan kepada perorngan manusia dan seluruh umat manusa
konsep Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini,
dan yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar dengan berbagai macam cara
da media yang diperolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya
dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.32
e. Dr. M. Bahri Ghazali, M.A mengatakan bahwa dakwah adalah
penyampaian ajaran agama Islam yang tujuannya agar orang tersebut
29 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi. H. 1130 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi. H. 1131 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi. H. 1132 Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta: Amzah, 2008), H. 5
melaksanakan ajara agama dengan sepenuh hati. Di dalam kegiatan
tabligh itu terdapat unsur-unsur ajakan, seruan, panggilan agar orang yang
dipanggil berkenan dengubah sikap dan prilakunya sesuai dengan ajaran
agama Islam yang dipeluknya.33
Penelusuran makna dakwah melalui penggunaan pembentukan kata
oleh Al-Qur’an di atas juga merupakan cara kajian semantik. Pemahaman
yang dapat ditemukan adalah bahwa dakwah bersifat persuasif yaitu mengajak
manusia secara halus. Kekerasan, pemaksaan, intimidasi, anacaman, atau
terror agar seseorang melaksanakan ajaran Islam tidak bisa dikatakan
dakwah. Pemahaman ini diperoleh dari makna dakwah yang berarti mengajak,
berdoa, mengadu, memanggil, meminta, dan mengundang. Dengan makna-
makna ini, kita juga memahami bahwa dakwah tidak menekankan hasil, tetapi
mementingkan tugas dan proses. Kita hanya berkewajiban menyampaikan
ajaran Islam dengan penuh kesungguhan. Kita tidak dituntut untuk berhasil.
Keberhasilan dakwah terkait dengan campur tangan Tuhan yaitu hidayah
Allah SWT.34
Secara umum, definisi dakwah yang ditemukakan di atas menunjuk
pada kegiatan yang betujuan perubahan positif dalam diri manusia. Perubahan
positif ini diwujudkan dengan peningkatan iman, mengingat sasaran dakwah
adalah iman. Karena tujuanya baik, maka kegiatannya juga harus baik.
Ukuran baik dan buruk adalah syariat Islam yang termasuk dalam Al-Qur’an
33 M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da’wah(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), H. 5
34 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2009) H. 10
dan Hadist. Ukuran teks ini lebih stabil dibanding ukuran akal yang senantiasa
dinamis sesuai dengan konteksnya, meski teks sendiri memerlukan penafsiran
konteks. Dengan ukuran ini, metode, media, pesan, teknik harus sesuai
dengan maksud syariat Islam. Karenanya, pendakwah pun harus seorang
muslim. Berdasarkan pada rumusan definisi diatas, maka secara singkat
dakwah adalah kegiatan pengingkatan iman menurut syari’at Islam.35
Ajaran Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadist
berkembang menjadi disiplin ilmu keIslaman dengan sentuhan ilmu-ilmu
motodologis semacam logika, ilmu tafsir, ilmu hadist, ushul fiqih, kaidah
bahasa arab, termasuk ilmu dakwah. metode kajiannya pun dapat mengikuti
pemikiran empirisme maupun rasionalisme. Bagi agama, hasil kajiannya
dapat dijadikan pijakan untuk melihat fungsi agama dengan menjawab
pertanyaan ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why). Karena tidak ada teks
suci, maka semua objek studi ini bersifat relatif dan dialektis.
Salah satu disiplin ilmu keIslaman yang disebutkan diatas adalah ilmu
dakwah. Ilmu dakwah menekankan aspek dakwah sebagai realitas sosial,
bukan dakwah sebagai kewajiaban setiap muslim, pandangan dakwah sebagai
kewajiban akan mengarahkan ilmu dakwah sebagai kajian normatif. Kajian
normatif dakwah melibatkan Al-qur’an dan Hadist sebagai pijakan utama, ia
tidak hanya menafsirkan ayat yang terkait dengan dakwah, namun
menghubungkan secara timbal balik antara ayat dan realitas sosial.36
35 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi. H. 1936 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi. H. 57
Rahmat37 menjelaskan fungsional dan substansial agama dengan
beberapa pertanyaan. Secara substantif, kita bertanya, “Apa yang diyakini
atau dipercaya oleh individu atau umat dari agamanya”. Kita membuat
definisi fungsional jika kita bertanya, “apa peran agama dalam kehidupan
personal dan masyarakat”. Dari pemahaman fungsional agama tersebut, kajian
empiris dakwah menjawab pertanyaan: “bagaimana Islam dapat diterima dan
dijalankan manusia, baik secara personal maupun sosial”. Karena itu, ilmu
dakwah sering terfokus pada aspek metode, teknik, dan media yang
disesuaikan dengan keadaan sasaran dan tujuan dakwah. Pengembangan ilmu
dakwah dengan memadukan bidang lain juga berngkat dari aspek metode dan
media dakwah. Contohnya komunikasi dakwah merupakan dakwah dengan
menggunakan metode dan media komunikasi. Dengan demikian, kajian
empiris dakwah tidak memperhatiakn aspek hukum dakwah, pendakwah
bentuk dan jenis pesan dakwah, serta pengelompokan mitra dakwah
berdasarkan iman. Dengan mempersempit cakupan ini, objek kajian ilmu
dakwah tidak lagi bias dan meluas. Dengan makna yang lebih luas akan
menyulitkan kita dalam menjadikannya sebagai disiplin ilmu tersendiri.38
Melihat luasnya pembahasan mengenai dakwah, maka pada penelitian
ini pengertian dakwah dibatasi pada dakwah seorang ayah kepada anaknya
untuk mengajarkan anaknya kebaikan agar anaknya memiliki pemahaman
37 Rahmat (2005) halaman 33 dalam Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Kencana,2009) H. 57
38 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2009) H. 57-58
hidup yang baik. Ini dimaksudkan agar dakwah yang dibahas dalam penelitian
ini dapat dipahami sesuai dengan isi cerita pada novel yang dikaji.
2. Media Dakwah
Media dakwah merupakan unsur tambahan dalam kegiatan dakwah.
Maksudnya, kegiatan dakwah dapat berlangsung, meski tanpa media. Media
meliputi manusia, materi dan lingkungan yang membuat orang lain
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. 39
Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
perantara, tengah atau pengantar.40 Dalam bahasa inggris media merupakan
bentuk jamak dari medium yang berarti tengah, antara, rata-rata. Media
merupakan saluran pembawa pesan dari sender untuk mencapai ke reciver.
Media pula yang menerjemahkan pesan-pesan tersbut agar bisa dicapai oleh
khalayak.41
Lebih lanjut beberapa definisi media dakwah dikemukakan sebagai
berikut:42
a. A. Hasjmy, menyamakan media dakwah dengan sarana dakwah dan
menyamakan alat dakwah dengan medan dakwah.
b. Abdul Kadir Munsyi, media dakwah adalah alat yang menjadi saluran
yang menghubungkan ide dengan umat.
39 Gerlach & Ely dalam Arsyad (2006:3) dalam Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta:Kencana, 2009) H. 403
40 Arsyad (2006:3) dalam Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2009) H.403
41 Rulli Nasrullah. Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber (Jakarta: Kancana. 2012). H. 4242 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2009) H. 403 - 404
c. Asmuni Syukir, media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah
ditentukan
d. Hamzah Ya’qub, media dakwah ialah alat objektif yang menjadi saluran
yang menhubungkan ide dengan umat
e. Wardi Bachtiar, media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah
f. Syukriadi Sambas, media dakwah adalah instrument yang dilalui oleh
pesan atau saluran pesan yang menghubungkan antara da’I dan mad’u.
Dari beberapa definisi diatas, maka media dakwah adalah alat yang
menjadi perantara penyampaian pesan dakwah kepada mitra dakwah. Ketika
media dakwah berarti alat dakwah, maka bentuknya adalah alat komunikasi.
Jika seorang pendakwah ingin pesan dakwahnya diterima oleh semua
pendengar di seluruh Indonesia, maka ia berdakwah dengan metode ceramah
dan dengan menggunakan media radio. Jika ceramahnya ingin didengar, teks
ayat-ayat Al-Qur’an yang dikutip bisa dibaca serta ekspresi wajahnya bisa
dilihat oleh semua pemirsa di Indonesia bahkan dunia, maka ia menggunakan
media televisi. Jika ingin pesan dakwahnya dibaca orang, maka pendakwah
menggunakana media cetak.
Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah. Secara lebih luas,
dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apapun yang halal bisa digunakan
sebagai media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai media dakwah
bila ditujukan untuk berdakwah.
Dalam ilmu dakwah, media dakwah dapat diklarifikasikan sebagai
berikut:43
a. Media auditif (al-sam’)
Media yang menunjuk pada objek suara. Yang termasuk kedalam
media auditif adalah radio dan cassette atau tape recorder. Media ini lebih
efektif dalam menagkap pesan dakwah dibanding media visual. Inilah
rahasia Al-Qur’an yang mendahulukan kata al-sam’ dari kata al-abshar.
Karenanya, orang yang buta masih dapat menerima informasi pengetahuan
daripada orang yang tuli. Kita masih menjumpai orang buta yang
menghafal Al-qur’an. Mereka yang tuli hampir selalu dipenuhi dengan
bisu. Selain itu, media auditif bisa menerima pesan dakwah tanpa
memperhatikan arah asalnya. Kita bisa mendengarnya sambil melakukan
aktivitas, meski suaranya dari belakang kita. Kata al-sam’ yang
didahulukan penyebutannya sebelum al-abshar bisa juga diartikan bahwa
indra pendengaran merupakan indra pertama yang bekerja sebelum indra
penglihatan ketika manusia dilahirkan. Karena bayi masih memejamkan
matanya, maka dakwah pertama kali bagi sang bayi adalah dakwah auditif
yaitu mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri.
b. Media visual (al-abshar)
Media visual adalah sarana yang ditangkap oleh mata mausa.
Media jenis ini sangat banyak-bahkan lebih banyak lagi dengan
kecanggihan teknologi komunikasi. Hampir semua media dakwah
43 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi. H. 411 - 426
didominasi oleh media ini, yakni melibatkan penglihatan manusia.
Kepuasan rasa ingin tahu manusia juga sering dipenuhi dengan indra
mata.
Yang termasuk media visual adalah:
1) Pers
Dalam arti sempit pers adalah media massa cetak seperti surat
kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya. Sedangkan dalam arti luas
meliputi media massa elektronik yaitu televisi dan radio. Media ini
amat besar pengaruhnya jika bisa dimanfaatkan sebagai media
dakwah. Ia termasuk dari beberapa media massa pembentuk opini
masyarakat. Media ini hampir bisa disebut sebagai “makanan
pokok” masyarakat yang mendambakan informasi dan selalu dapat
mengikuti perkembangan dunia. Dakwah melalui media ini dapat
berbentuk berita-berita keIslaman, penulisan artikel-artikel,
konsultasi keagamaan, dan sebagainya.
2) Majalah
Majalah juga memiliki kekuatan pengaruh sebagaimana surat
kabar. Saat ini telah banyak majalah yang secara khusus menyatakan
sabagai majalah dakwah Islam. Penulis keagamaan juga bisa
memanfaatkan majalah non-dakwah untuk mempublikasikan
tulisannya asalkan disesuaikan dengan spesifikasi majalah yang
bersangkutan.
3) Surat
Surat ialah setiap tulisan yang berisi pernyataan dari penulisannya
dan dibuat dengan tujuan penyampaian informasi kepada pihak lain.
surat mempuyai fungsi sebagai wakil dari pengirim surat; sebagai
bahan pembukti; sebagai pedoman untuk mengambil tindakan lebih
lajut dari suatu masalah; sebagai alat ukur kegiatan instansi; dan
sebagai sarana untuk memperpendek jarak. Saat ini telah ada surat
elekronik atau yang dikenal sebagai e-mail, yaitu sarana kirim
mengirim surat melalui jalur internet.
4) Poster atau plakat
Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang
memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar.
Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permuakaan
datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin.
Karena itu, poster biasanya dibuat dengan warna-warna kontras da
kuat. Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan
dekorasi. Dakwah dengan poster berarti dakwah dengan ketertarikan
dan ingatan. Melihat poster bukan suatu tujuan, melainkan
perkerjaan ‘sambil lalu’. Pesan dakwah tidak akan dibaca bila
padangan mitra dakwah tidak tertuju padanya. Ketika pandangan
mulai mengarah, ia membaca pesan dakwah, tetapi ia
mengabaikannya, mungkin juga melupakannya. Ini berbeda jika
pesan ditulis dengan kata singkat dan mengena atau dengan kata
lain, dakwah dengan bahasa iklan.
5) Buku
Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid
menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisis tulisan atau
gambar. Setiap sisi dari sebuah lebaran kertas pada buku disebut
sebuah halaman. Pecinta buku biasanya dijuluki sebagai seorang
bibliofil atau kutu buku. Beberapa contoh buku yang dimaksud
disini adalah: novel, majalah, kamus, komik, ensiklopedia, buku
cerita, dll. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia
informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku elektronik
yang megandalkan komputer dan internet.
Dakwah dengan buku adalah investasi masa depan. Boleh
jadi penulisnya telah wafat, tetapi ilmunya terus dibaca lintas
generasi dan memberikan pahala yang mengalir. Semua pendakwah
saat ini tidak akan bisa mengetahui apalagi mengutip ucapan
Rasulullah SAW. jika tidak ada pendakwah melalui buku pada masa
sebelumnya. Dengan motivasi ini, pendakwah akan meluangkan
waktu menulis buku. Dengan menulis buku, pendakwah otomatis
membaca buku. Dakwah dengan buku tidak memberikan risiko
ancaman yang besar. Jika ada pihak yang tidak setuju dengan sebuah
buku, ia harus membantahnya dengan buku juga. Kritik terhadap
karya tulis seyogyanya dilakukan dengan karya tulis pula. Demikian
tradisi intelektual muslim zaman dulu, bukku ditanggapi dengan
buku, lisan dikritik dengan lisan.
6) Internet
Internet berasal dari kepanjangan International Connection
Networking yaitu suatu sistem jaringan komunikasi yang terhubung
diseluruh dunia. Seharusnya dengan media ini dakwah memainkan
perannya dalam menyampaikan informasi tentang Islam ke seluruh
penjuru tanpa mengenal waktu dan tempat. Selain bermanfaat untuk
dakwah, internet juga menyediakan informasi dan daya yang
kesemuaya memudahkan umat untuk berkarya. Oleh karena itu suatu
ironi jika di kalangan ulama masih terdapat fatwa yang
mengharamkan internet untuk lembaga pendidikan atau lembaga
dakwah karena media ini di pandang berisi informasi penuh
kebohongan dan gambar-gambar porno yang merusak akhlak.
7) SMS (Short Message Service)
SMS atau layanan pesan singkat adalah sebuah layanan yang
dilaksanakan dengan sebuah telepon genggam untuk mengirim atau
menerima pesan-pesan pendek. Akhir-akhir ini dakwah dengan SMS
semakin marak. Ada pesan harian, Al-Qur’an seluler, doa-doa, solusi
agama, dan sebagainya.
8) Brosur
Brosur, pamphlet atau buklet adalah terbitan tidak berkala
yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak
terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Menurut
definisi UNESCO, brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak
dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling
sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, diluar
perhitungan sampul. Bila terdiri dari satu halaman, brosur atau
pamflet umumnya dicetak pada kedua sisi, dan dilipat dengan pola
lipatan tertentu hingga membentuk sejumlah panel yang terpisah.
Pamflet yang hanya terdiri dari satu lebar atau halaman sering
disebut selebaran.
Di mesjid-mesjid besar, brosur dakwah sering dibagikan di
pintu-pintu mesjid untuk dibaca di dalam mesjid atau dibaca di
rumah jika diberikan ketika jamaah keluar mesjid. Keunggulan
sebuah brosur sebagai media dakwah adalah pengulasan sebuah
topik secara singkat. Media ini efektif dalam menggiring massa
unruk tujuan tertentu.
c. Media audio visual
Media audio visual merupakan gabungan media auditif dan media
visual. Kekurangan dalam media auditif maupun media visual dapat
ditutup oleh media audio visual. Yang termasuk dalam karegori media
audio visual adalah televise, film, sinema elektronik dan CD
D. Konsep Novel
1. Pengertian Novel
Novel berasal dari bahasa Italia, novella, yang dalam bahasa Jerman
novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke Indonesia
menjadi novel. Dewasa ini, istilah novella dan novelle mengandung pengertian
yang sama dengan istilah bahasa Inggris novelette, yang berarti sebuah karya
prosa fiksi yang panjangnya cakupannya tidak terlalu panjang, namun juga tidak
terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.44
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan
lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan
metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-
tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik
beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa
Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan
jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.45
Novel adalah cerita, dan cerita digemari manusia sejak kecil. Dan tiap
hari manusa senang pada cerita, entah factual untuk gurauan, atau sekedar
ilustrasi dalam percakapan. Bahasa novel juga denotative, tingkat kepadatan dan
makna gandanya sedikit. Jadi novel “mudah” dibaca dan dicernakan. Juga novel
44 Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press.1995), H. 9
45 New Life Options: “Novel.” Artikel diakses pada 4 Juni 2013 darihttp://id.wikipedia.org/wiki/Novel
kebanyakan mengandung suspense dalam alur ceritanya, yang gampang
menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.
Novel adalah genre sastra dari Eropa yang muncul di lingkungan kaum
borjusasi di Inggris dalam abad 18. Novel adalah bentuk masyarakat kota yang
terpelajar, mapan, kaya, cukup waktu luang untuk menikmatinya. Di Indonesia,
masa subur novel hadir tahun 1970-an, yakni ketika cukup banyak golongan
pembaca wanita dan lingkungan menengah-atas terpelajar.
Berkembagnya novel didahului oleh majalah-majalah untuk wanita, dan
novel-novel banyak diterbitkan oleh sebagian penerbitan majalah-majalah
tersebut. Berkembangnya masyarakat terpelajar di kota-kota Indonesia dapat
menjadi dasar berkembangnya novel. Apalagi tahun 1970-an adalah tahun
berkembangnya dunia bisnis da masa yang relatif aman dari pergolakan politik,
kalau mau dibandingkan dengan dasawarsa-dasawarsa sebelumnya.46
Novel adalah jenis buku pertama yang dirancang untuk menarik
perhatian massa. Novel muncul di abad pertangahan. Buku yang dikenal dengan
nama ‘novel fiksi’ (dari bahasa Latin fingere yang artinya ‘membentuk,
menyatukan’), dalam beberapa abad setelah ditemukannya novel menjadi salah
satu bentuk seni kemanusiaan yang paling popular. Novel juga merupakan
‘artefak pengalihan pikiran massal’ dalam budaya pop yang baru muncul pada
awal abad ke-20 – suatu zaman ketika novel ‘fiksi kacangan’ (pulp fiction) ditulis
hanya dengan tujuan untuk melakukan pengalihan pikiran massa sehinga bisa
46 Jakob Sumardjo. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. (Bandung: Penerbit Alumni. 1999),H. 11-12
secara teratur dibuang dan digantikan oleh novel-novel baru. Samapai sekarang
ini, genre fiksi kacangan – detektif, kriminal, fiksi ilmiah, roman, thriller, dan
novel-novel petualangan - mengisi rak-rak toko buku dan terus menjadi sumber
bacaan yang menyenangkan bagi sejumlah besar masyarakat. Kemudian, di dalam
konteks media kontemporer yang lebih luas, ini menjadi genre yang terbukti
paling bertahan di bioskop serta di radio dan televisi.47
Novel adalah sebuah teks naratif. Novel menceritakan kisah yang
mempresentasika suatu situasi yang dianggap mencerminkan kehidupan nyata
atau untuk merangsang imajinasi. Sering dalam proses pengisahannya novel
merujuk secara langsung atau tidak langsung ke teks-teks lain. hal ini
mendatangkan adanya suatu rasa salling terkait ke tatanan signifikasi lebih besar
yang melahirkannya. Di dalam teori semiotika mutakhir, aspek penarasian seperti
ini dinyatakan sebagai intertekstualitas. Interteks adalah teks narasi lain yang
dimainkan oleh sebuah novel melalui pengutipan atau implikasi. Bisa dikatakan
ini adalah teks yang terletak di luar teks utama. Sebuah novel juga bisa memiliki
subteks, yaitu suatu kisah yang secara implisit terkandung didalamnya yang
mendorong sebuah narasi di permukaan.
Meskipun demikian, fiksi menjadi karya naratif yang berkembang
meluas hanya setelah diterbitkannya karya Giovanni Boccaccio (1313-1375)
berjudul Deameron pada tahun 1353, dengan karya ini merupakan kumpulan
kisah 100 kisah fiksi yang ditulis dengan latar belakang Maut Hitam yang muram.
47 Marcel Danesi. Pengantar Memahami Semiotika Media . (Yogyakarta: Jalasutra. 2010), H. 75
Sebagaimana wabah pes bubo yang melanda Eropa.48 dalam abad ke-14 itu
disebut. Decameron merupakan karya fiksi pertama dalam pengertian modern.
Sejak itu, penulisan karya diksi dianggap menjadi satu tolak ukur untuk
melihat perilaku dan karakter manusia. Ini mungkin karena intuitif kita merasa
bahwa struktur naratif mencerminkan struktur kehidupan nyata yang kita alami:
yaitu bahwa kita merasakan bahwa struktur naratif sudah ada secara implicit di
dalam bentuk tindaka dan peristiwa yang muncul dalam kehidupan manusia
sebenarnya. Kita bahkan cenderung melihat novel laris, roman Harlequin, fiksi
detektifm dan sejenisnya itu mengisahkan suatu hal yang penting di dalam kita
sendiri, walaupun kita membacanya hanya untuk kesenangan atau kenikmatan
saja.
Ciri-ciri novel yang membedakannya dengan karya sastra lain adalah
sebagai berikut:49
a. ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk
menggambarkan suasana;
b. bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi
lingkungannya;
c. bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari 10.000 kata; dan
d. alur ceritanya cukup kompleks.
48 Marcel Danesi. Pengantar Memahami Semiotika Media . H. 7649Said Hidayat, “Ciri-ciri Novel.” Artikel diakses pada 6 Oktober 2013 dari
http://saidhidayat95.wordpress.com/tugas-tugas/data-data-bahasa-indonesia/kumpulan-novel/ciri-ciri-novel/
Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur
yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur
yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu
karya sastra. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah
karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
berikut akan dijelaskan lebih lanjut.
2. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik, yaitu unsur pembangun cerita yang berasal dari dalam cerita
itu sendiri. Unsur intrinsik novel mencakup apa-apa yang wajib ada (alur,
plot, tema cerita, penokohan, amanat, latar cerita). Unsur ini meliputi berikut
ini.
i. Tema, merupakan gagasan pokok cerita yang diangkat pengarang dalam
novelnya. Tema dapat menyangkut segala persoalan di kehidupan.
Antara lain masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, keagamaan,
dan sebagainya.
ii. Penokohan, merupakan pelaku dalam cerita.
iii. Amanat, merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada
pembaca melalui cerita dalam novel. Untuk menemukan sebuah amanat
cerita, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf saja,
melainkan kamu harus membaca keseluruhan ceritanya.
iv. Setting, merupakan tempat, suasana, dan waktu terjadinya cerita dalam
novel.
v. Sudut pandang pengarang, yaitu kedudukan pengarang dalam
memposisikan dirinya dalam suatu cerita. Aku-an, dia-an, atau sebagai
orang yang serba tahu.
vi. Alur, merupakan pola pengembangan cerita berupa rangkaian peristiwa
yang terjadi. Jenis-jenis alur, yaitu sebagai berikut.
a) Alur maju, yaitu alur atau jalan cerita yang disusun berdasarkan
urutan waktu (naratif) dan urutan peristiwa (kronologis).
b) Alur mundur, yaitu alur atau jalan cerita yang mengembalikan cerita
ke masa atau waktu sebelumnya.
c) Alur campuran (flashback), yaitu perpaduan antara alur maju dan
alur mundur. Cerita bergerak dari bagian tengah, menuju ke awal,
dilanjutkan ke akhir cerita.
vii. Bagian-bagian alur/peristiwa yaitu sebagai berikut.
a) Tahap pengenalan, tahap ini dimunculkan sebuah cerita dengan
mengenalkan tokoh, situasi, latar, waktu, dan sebagainya.
b) Tahap peristiwa, tahap dimunculkannya suatu peristiwa sebagai
penggerak cerita.
c) Tahap muncul konflik, tahap dimunculkannya permasalahan yang
menimbulkan pertentangan dan ketegangan antartokoh.
d) Tahap konflik memuncak, tahap permasalahan/ketegangan berada
pada titik paling atas (puncak).
e) Tahap penyelesaian, tahap permasalahan mulai ada penyelesaian
(jalan keluar) menuju ke akhir cerita.
viii. Sudut pandang (point of view): cara pandang pengarang dalam
menempatkan dirinya saat bercerita.
3. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik yaitu unsur pembangun cerita yang berasal dari luar
cerita. Namun, unsur ini cukup memengaruhi cerita yang dibuat. Unsur ini
meliputi nilai moral, agama, sosial, budaya, pendidikan, ideologi yang
melatarbelakangi kehidupan pengarang, dan bahasa.
Hal lain yang merupakan unsur ekstrinsik novel adalah tempat di mana
novel tersebut dituliskan. Misalnya saja, seorang penulis yang menuntaskan
karyanya di gurun dan penulis yang menyusun karya novelnya di wilayah
pesisir laut. Biasanya mereka akan memiliki sudut pandang hidup yang
berbeda, dan secara alamiah hal ini akan terlihat dari cerita yang mereka
tuliskan. Contoh lainnya adalah seorang penulis yang hidup di kota dan
penulis yang menghabiskan waktu di desa terpencil. Pemilihan tema cerita
serta tokoh pasti akan berbeda.
Ada banyak hal yang tercakup dalam unsur ekstrinsik novel. Bisa saja
latar belakang kehidupan sang penulis, tempat di mana ia tumbuh, kondisi
sosial juga budaya, waktu atau timing novel tersebut diciptakan dan masih
banyak lagi lainnya. Maka unsur ekstrinsik novel adalah unsur penting yang
berada di luar wilayah novel tersebut. Meski merupakan bagian yang terpisah
dalam sebuah kisah, namun unsur ekstrinsik ini memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap cerita yang ditulis. Berbeda pula dengan unsur intrinsik
yang mutlak ada, unsur ekstrinsik jauh lebih fleksibel, bisa ada dan bisa pula
tak ada.
Saat ini hampir setiap orang mengenal apa itu novel. Hampir di setiap
agen koran atau majalah di kota-kota besar atau di daerah pinggiran akan dapat
dijumpai toko/kios yang menyediakan novel. Kebanyakan isinya bertema tentang
percintaan.
Hal ini dilakukan sebagai hiburan/rileks/penyeimbang dari pelajaran-
pelajaran sekolah yang materinya berat. Bagi kawula muda perkotaan, novel
sudah sangat membudaya dan sudah menjadi bagian dari gaya hidup mereka.
Dalam bus-bus antar kota, para penumpang yang melakukan perjalanan panjang
banyak dijumpai pula membawa buku bacaan untuk mengisi waktu, di antara
jenis buku bacaan yang mereka baca adalah novel.50
E. Konsep Bohong Menurut Ajaran Islam
Bohong adalah penyakit yang menghinggapi masyarakat di segala
zaman. Ia adalah penyebab utama bagi timbulnya segala macam bentuk kejelekan
dan kerendahan. Suatu masyarakat takkan lurus selamanya jika perbuatan bohong
ini merajalela di antara individu-individunya. Dan suatu bangsa takkan bisa
menaiki tangga kemajuan kecuali jika berlandaskan pada kejujuran.
50 Irmawan Hadi Saputra. “Menganalisis Unsur Instrinsik dan Ekstinsik Novel.” Artikel diaksespada 12 Oktober 2013 dari http://www.plengdut.com/2013/04/menganalisis-unsur-intrinsik-dan.html
Bohong sendiri memiliki pengertian sebagai pernyataan yang salah
dibuat oleh seseorang dengan tujuan pendengar percaya.51 Rasulullah SAW
bersabda dalam hadistnya:52
ثنا أیوب وقتیبة بن سعید واللفظ لیحیى قاال حد ثنا یحیى بن حدإسمعیل بن جعفر قال أخبرني أبو سھیل نافع بن مالك بن أبي عامر عن أبیھ علیھ وسلم قال آیة المنافق ثالث إذا صلى هللا عن أبي ھریرة أن رسول هللا
ث كذب وإذا وعد أخلف وإذا اؤتمن خان حد“Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub
dan Qutaibah bin Sa'id dan lafazh tersebut milik Yahya, keduanyaberkata, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ja'far dia berkata,telah mengabarkan kepada kami Abu Suhail Nafi' bin Malik bin AbuAmir dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Tanda-tanda orang munafik ada tiga:apabila dia berbicara niscaya dia berbohong, apabila dia berjanjiniscaya mengingkari, dan apabila dia dipercaya niscaya dia berkhianat.(Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).”
Perbuatan bohong akan menimbulkan rasa saling membenci antara
sesama teman. Rasa saling mempercayai antar sesama akan hilang, dan akan
tercipta suatu bentuk masyarakat yang tidak berlandaskan asas saling tolong-
menolong atau gotong royong. Apabila bohong sudah merajalela ke dalam tubuh
masyarakat, maka hilanglah rasa senang dan keakraban antara anggota-
anggotanya. Mengingat dampaknya yang sangat negatif dan membahayakan
masyarakat, maka Islam melarang berbohong dan menganggap perbuatan ini
sebagai perbuatan dosa besar. Cukuplah kiranya untuk menjadi dalil pengharaman
bohong ini ayat-ayat sebagai berikut :
51 New Life Options: “Bohong.” Artikel diakses pada 4 oktober 2013 darihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bohong
52 Abu Syauqie al Mujaddid. “Tidak Semua Bohong Itu Dosa.” Artikel diakses pada 4 Oktober2013 dari http://www.solusiislam.com/2013/01/tidak-semua-kebohongan-itu-dosa.html
وقال رجل مؤمن من آل فرعون یكتم إیمانھ أتقتلون رجال أن یقول ربي وقد جاءكم بالبینات من ربكم وإن یك كاذبا فعلیھ كذبھ وإن یك صادقا یص بكم هللا
ال یھدي من ھو مسرف كذاب الذي یعدكم إن هللا بعض “Artinya: Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-
pengikut Fir´aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakahkamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan:"Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu denganmembawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorangpendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika iaseorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannyakepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjukiorang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (QS: Al-Mu'min Ayat:28)”
Berbohong hukumnya haram karena perbuatan ini tidak hanya
menimbulkan bahaya bagi orang yang diajak bicara, juga pihak lainnya. Akan
tetapi, dalam kondisi tertentu berbohong diperbolehkan, bahkan diwajibkan.
Setiap maksud terpuji yang sebenarnya bisa dicapai tapa unsur kebohongan,
diharamkan berdusta dalam kondisi ini. Jika hal itu tidak dapat dicapai tanpa
berbohong, hukumnya diperbolehkan. Jika perkara tersebut wajib, wajib pula
hukumnya. Misada seorang muslim berlindung dari kejaran orang yang ingin
membunuhnya, kita wajib melindunginya walaupun harus berbohong ketika
ditanya keberadaannya.
Berbohong menurut hukum syariat terbagi menjadi 5 hukum, yaitu:53
a. Haram, yaitu kebohongan yang tidak mengandung manfaat apapun menurut
pandangan syariat;
53 Umi Musyarrofah, Hadist Dakwah dan Komunikasi (Pondok Gede: TASNIM, 2010), H. 101
b. Makruh, yaitu kebohongan yang dimaksudkan untuk memperbaiki konflik.
Contohnya konflik antara seorang anak dengan ayahnya, atau seorang suami
dengan istrinya;
c. Sunnah, yaitu kebohongan yang digunakan untuk menyiutkan nyali musuh-
musuh agama dalam jihad, seperti informasi tentang jumlah pasukan kaum
muslimin dan kekuatannya;
d. Wajib, yaitu kebohongan untuk menyelamatkan jiwa seorang muslim atau
hartanya dari upaya pembunuhan dan tindakan kejahatan;
e. Mubah, seperti kebohongan yang dilakukan untuk mendamaikan pihak-pihak
yang sedang bertikai.
BAB III
GAMBARAN UMUM NOVEL
AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
A. Deskripsi Novel Ayahku (Bukan) Pembohong
Ayahku (Bukan) Pembohong merupakan sebuah novel dari penulis
terkenal Darwis Tere Liye. Novel Ayahku (Bukan) Pembohong bercerita tentang
tokoh Dam, seorang anak yang tumbuh dengan dongeng-dongeng tentang
kesederhanaan hidup. Ayah Dam adalah lulusan master terbaik dari sekolah
hukum terbaik di Eropa. Ayah Dam adalah seorang pria yang sangat terkenal di
kotanya, beliau terkenal tak pernah mengatakan kebohongan. Ayah Dam selalu
berprasangka baik ke semua orang, berbuat baik bahkan pada orang yang baru
saja dikenal, menghargai orang lain, kehidupan dan alam. Karena itulah dia selalu
dihargai oleh semua orang. Ketika muda dulu ia adalah seorang petualang. Dam
menjadikan dongeng-dongeng ayahnya tersebut sebagai hadiah dan motivasi
hidupnya. Sejak kecil Dam dihujani dongeng-dongeng yang melibatkan ayahnya.
Mulai dari suku penguasa angin, apel emas dari Lembah Bukhara, kisah si nomor
sepuluh, kisah si raja tidur, danau para Sufi dan lain sebagainya. Namun ayah
Dam melarang Dam untuk menceritakan dongeng-dongengnya kepada teman-
temannya.
Tetapi, suatu hari saat Dam bersekolah di Akademi Gajah, Dam
menemukan beberapa buah buku usang yang bercerita tentang suku penguasa
angin dan layang-layang terbang yang bisa dikendarai serta cerita tentang sebuah
desa terpencil yang ditumbuhi pohon apel emas. Dam teringat pada cerita sang
ayah. Akhirnya ia menyadari bahwa ia tertipu oleh sang ayah atas cerita yang
diberikan. Dari sejak saat itu, Dam tidak mau mempercayai lagi cerita yang sang
ayah berikan. Cukup baginya tertipu terus-menerus. Akhirnya sejak saat itu,
hubungan Dam dan Sang Ayah mulai renggang.
Terlebih ketika Ibunya sakit hingga akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya, ayah Dam malah mengaitkannya dengan dongeng-dongeng aneh
tentang si raja tidur yang membuat Dam semakin membenci ayahnya. Bahkan
menyalahkan ayahnya atas kematian ibunya.
Setelah bertahun-tahun kemudian, akhirnya Dam menikah dan
dikaruniai dua anak laki-laki yang bernama Zas dan Qon. Kebencian itu tak luntur
juga, Dam berusaha menjauhkan anak-anaknya dari sang ayah agar tidak
mendengarkan cerita bohong nya itu. Tetapi semua itu sulit, sang ayah memang
pandai bercerita.
Sekarang sang ayah sudah tua dan sudah tinggal bersama Dam sejak 6
bulan lalu, tetapi Dam masih tidak peduli dengan sang ayah. Hingga suatu hari
sang ayah jatuh sakit. Dam mulai menyadari bahwa sang ayah membutuhkannya.
Dam pun menyesal selama ini sudah tidak peduli terhadap sang ayah bahkan
mengusir ayahnya dari rumahnya.
Beberapa hari kemudian sejak jatuh sakit, akhirnya sang ayah
meninggalkan Dam lebih cepat. Keesokan harinya, Sang Ayah pun dimakamkan.
Antrean pelayat mengulur panjang, seperti seluruh kota berdatangan melayat ke
pusara ayahnya. Tak disangka sang pemain bola nomor sepuluh yang dulu
diceritakan ayahnya datang ke pemakaman. Bahkan bukan hanya pemain nomor
sepuluh saja yang datang, tetapi semua tokoh yang Ayah Dam ceritakan, benar-
benar datang ke pusara ayahnya, dan berkata bahwa mereka mengenal ayahnya.
Saat itu akhirnya Dam mendapatkan kebenaran, bahwa sang ayah bukanlah
seorang pembohong.
B. Bagian Inti Novel
Pada novel ini banyak sekali bagian yang dapat diambil pelajaran. Mulai
dari kederhanaan, kebahagiaan, kesabaran hingga kerja keras. Dalam novel
Ayahku (Bukan) Pembohong ini mengandung lima cerita inti yang dapat kita
ambil pelajaran, yaitu cerita Pemain Nomor Sepuluh, Suku Penguasa Angin, Apel
Emas dari Lembah Bukhara, Si Raja Tidur dan Danau Para Sufi. Peneliti akan
membahasnya satu per satu sebagai berikut.
Cerita pertama mengenai Pemain Nomer Sepuluh yang diceritakan
mengenai klub sepak bola kesayangan Dam dengan kapten tim bernomor
punggung sepuluh dengan slogannya El Capitano! El Prince! Ayah Dam
bercerita bahwa beliau kenal dekat dengan sang kapten. Saat Ayah Dam sednag
menimba ilmu di salah satu universitas terkenal di Eropa, Ayah Dam tinggal di
apartemen yang tidak jauh dari flat milik keluarga sang kapten. Ayah Dam kenal
baik sang kapten. Ayah Dam mengenalnya saat sang kapten masih berusia
delapan tahun. Keluarga mereka miskin, imigran dari negeri jauh. Papa sang
kapten meninggal saat terjadi perang saudara di negeri asal mereka.
Sang kapten pekerja keras dari kecil, dia membantu mamanya untuk
bertahan hidup. Aha Dam mengenal sang kaptem saat memesan sup hangat
melalui telepon di salah satu restoran di kota itu. Sudah lama memesan, sup itu
tidak kunjung datang. Akhirnya setelah satu jam menunggu, pintu di ketuk. Ayah
Dam mendapati seorang anak petugas pengantar sup itu denga terbata-bata
menejaskan alasannya ia terlambat. Dia bilang, ban sepedahnya bocor, terbenam
di tumpukan salju enam blok dari apartemen Ayah Dam. Dia sudah berusaha lari
secapat mungkin membawa sup yang dipesan. Sialnya, lift apartemen mati. Anak
itu terpaksa menaiki tangga hingga lantai delapan. Dia meminta maaf karena
sudah membuat Ayah Dam menunggu sangat lama. Dia sudah berusaha sebaik
mungkin.
Anak itu tidak bohong. Mulai dari rambut ikalnya hingga sepatu bututnya
basah karena salju. Nafas anak itu masih tersengal. Dia menyeka keringat yang
mengalir deras. Seragam restorannya lembab. Alasannya datang terlambat bisa
dibuktikan dari tampilannya. Dan anak pengantar sup itulah si kapten bernomor
punggung sepuluh. Dialah El Capitano El Prince, pemain sepak bola yang
diidamkan Dam saat ini.
Malam itu Ayah Dam bertanya apakah ia harus mengantaran pesanan
berikutnya. Dia menggeleng, bilang itu pesanan terakhirnya hari ini sebelum
berganti jadwal dengan yang lain. Ayah Dam menawarinya masuk untuk
menghangatkan badan dan menikmati sup jamur. Malam itu Ayah Dam dan sang
kapten cilik menikmati sup jamur yang sudah mendingin.
Sang Kapten dari kecil tidak pernah berhenti bekerja keras. Dia menyukai
sepak bola dari kecil, namun karena miskin, dia tidak mampu membeli bola kaki,
dia berlatih menggunakan bola kasti yang dia temukan di tempat sampah. Sang
kapten cilik akan menghabiskan waktunya berlatih menggunakan bola kasti tiu di
samping restoran. Membuat sasaran tembak dan pion-pion penghalang untuk
berlatih sembari menunggu pesanan yang akan diantar.
Beberapa tahun kemudian, sang kapten cilik mengikuti audisi pemain
sepak bola klub besar, namun dia ditolak mentah-mentah karena tidak memiliki
uang yang cukup. Tetapi sang kapten tidak menyerah, dia bekerja keras dan
mengumpulkan uang untuk audisi di tahun berikutnya. Namun pada tahun
berikutnya, panitia menolaknya karena kurang tinggi 1 inci. Hal itu membuat
sang kapten patah semangat.
Ayah Dam yang saat itu masih sering memesan sup mendengar hal itu,
Ayah Dam mendatangi panitia dan meminta agar sang kapten diloloskan. Tetapi
panitia tetap bersikeras menolaknya. Ayah Dam akhirnya menyarankan sang
kapten untuk masuk ke klub kecil dulu. Mengembangkan diri di klub kecil dan
kemudian masuk ke klub besar. Sang kapten menyetujuinya. Pertandingan demi
pertandingan ia lalui, hingga akhirnya klub pencari bakat klub besar melihat
betapa berbakatnya sag kapten. Sang kapeten pun akhirnya diterima di klub besar
impiannya bahkan menjadi kapten klub itu.
Walaupun sang kapten sudah di klub besar, sang kapten tetap bekerja
keras. Dia selalu berlatih berjam-jam setiap hari, dua kali lebih banyak
dibandingkan dengan pemain lain. Dia terus berjuang untuk memenangkan
pertandingan demi pertandingan. Menjadi pemain sepak bola professional adalah
impiannya. Dan setelah bertahun-tahun berlatih dan berlatih, dia berhasil
mencapai impiannya itu.
Cerita kedua mengenai Suku Penguasa angin yang diceritakan bahwa
suku penguasa angin merupakan suku dengan kesabaran tinggi. Suku ini bisa
bersabar selama beratus-ratus tahun dizalimi oleh musuh-musuh mereka.
Membiarkan padang rumput hijau mereka dirusak, ditumbuhi oleh tanaman-
tanaman tembakau yang candu. Tetapi mereka tidak membalas para penjajah itu.
Suku penguasa angin terlalu bojak untuk melawan kekerasan dengan kekerasan.
Membalas penghinaan dengan penghinaan. Mereka mendidik anak-anak mereka
untuk mencintai alam, hidup bersahaja, dan membenci lading-ladang tembakau
itu. Rasa benci yang tidak harus berubah menjadi perlawanan. Rasa benci yang
justu menjadi semangat, menjadi keaykinan bahwa mereka akan bertahan lebih
lama dibandingkan keserakahan penjajah. Keyakinan bahwa suku mereka akan
bertahan lebih lama dibandingkan rasa tamak dan bengis.
Hingga akhirnya suku penguasa angin menantang penjajah sebuah
pertandingan yang sebenarnya amat dikuasai oleh para penjajah. Mereka
bertanding siapa yang paling cepat mengantarkan pesan dari tanah suku penguasa
angin ke markas besar penjajah. Penjajah tertawa terbahak-bahak, bagaimana
tidak, penjajah memiliki pesawat super cepat sedangkan suku penguasa agin
tidak. Mereka hanya memiliki laying-layang. Jika suku penguasa angin kalah,
maka mereka akan meninggalkan lahan subur mereka. Tetapi jika penjajah yang
kalah, para penjajah harus meninggalkan lahan itu dan menarik semua peralatan
berat, pasukan bersenjata, dan berbagai intimadisi selama ini. kepala suku tahu
bahwa pertandingan itu hanya basa-basi, sekalipun mereka menang, penjajah akan
tetap mengusir mereka dari tanah kelahiran mereka.
Dua ratus tahun suku penguasa angin bersabar, hingga akhirnya hari yang
dijanjikan, buah dari kesabaran mereka tiba. Malam sebelum bertanding ketua
suku penguasa angin memerintahkan agar semua penduduk berkemas, pergi ke
lereng-lereng gunung dan tinggal di gua-gua besar. Besok jika mereka kalah,
mereka akan meninggalkan tanah kelahiran mereka. Mereka siap untuk kalah,
sama siapnya mereka untuk menghadapi kemenangan di hari esok.
Saat hari yang dijanjikan tiba, saat perhitungan alam tepat, penampakan
awan lurus bagai tiang, suhu terasa lebih panas setahun terakhir, dan daun
berguguran sebelum masanya. Hari dimana alam berpihak pada kesabaran dan
keteguhan. Ketua suku sudah bersiap dengan lanyang-layang raksasany dan
penjajah sudah siap dengan pesawatnya. Pertandingan pun mulai. Angin bertiup
kencang dan langit mendadak gelap. Siklus angin topan yang terjadi tiap dua ratus
tahun itu datang. Inilah kesempatan emas untuk melawan penjajah. Ribuan
anggota suku sudah berjalan menuju lereng-lereng berlindung dibalik gua.
Pesawat milih penjajah remuk terkarena topan sebelum sampai ke markas
penjajah, sedangkan ketua suku terus mengendalikan layang-layang raksasanya
menaburkan garam, sebagai bibit badai ke pabrik-pabrik tembakau. Hanya dengan
hitungan menit, semua pabrik peralatan berat dan para penjajah terbawa angin
topan, merusak segala apa yang ada di depannya. Sungguh mengerikan melihat
alam mengamuk.
Tidak perlu meneteskan darah untuk mengalahkan perang. Yang
dibutuhkan hanya kesabaran dan keteguhan hati yang panjang. Satu minggu
penuh badai terjadi, merusak semua ladang tembakau yang sangat luas. Tetapi
suku penguasa agin percaya waktu akan menumbuhkan kembali rumput-rumput
yang baru, waktu akan mengembalikan sungai-sungai mengalir bening, waktu
akan membuat kembali indah padang rumput mereka. Mereka memenangkan
pertempuran melawan mereka sendiri, melawan rasa tidak sabar, menundukkan
amarah dan kekerasan di hati.
Cerita ketiga mengenai Apel Emas Lembah Bukhara. Cerita ini mengenai
Ayah Dam yang mengunjungi sebuah permukiman terpencil yang indah.
Dibentengi delapan gunung, dihiasi enam air terjun, hamparan ladang yang subur,
dan rumah panggung yang terbuat dari kayu. Lembah yang paling indah di dunia.
Lembah itu adalah bukti proses panjang, saling menghargai manusia dan alam,
pemahaman yang baik, penguasaan ilmu pengetahuan serta kebijakan luhur
manusia.
Ayah Dam menemui ketua Lembah Bukhara, Ali Khan. Sang ketua
menceritakan bahwa seratus tahun silam seluruh keindahan lembah binasa oleh
keserakahan penghuninya, para penambang emas. Mereka datang satu rombongan
disusul rombongan lain. kabar ditemukannya emas disepanjang sungai lembah
membuat hutan-hutan dibabat, pemukiman baru bermunculan. Dalam sekejap,
yang tersisa hanya lubang-lubang tambang emas. Tidak puas dengan sungai,
penambang bergerak ke lereng delapan gunung, melongsorkan berjuta-juta ton
pasir bebatuan ke lembah. Lembah menjadi coklat dan gersang. Hanya dengan
hitungan tahun, lembah menjadi padang pasir. Tadus, panas, tidak menyisakan
apapun selain kesedihan.
Kerusakan tidak tertahankan, biji emas semakin sulit didapatkan. Maka
para penambang mulai bergerak meninggalkan lembah yang gersang itu. Tidak
ada yang tersisa. Kemilau emas hanya memberikan kesenangan sesaat, hidup
bergaya. Mereka semua segera jatuh miskin. Generasi berikutnya malah hidup
semakin susah. Padang pasir bekas penambangan tidak bisa ditanami. Untuk
mencari air bersihpun mereka harus berjalan kaki belasan kilometer. Keributan
muncul dimana-mana. Penduduk berebut makanan. Warga lembah harus
menanggung keserakahan mereka membiarkan pendatang menambang emas.
Seratus tahun yang lalu, Alim Khan, kakek Ali Khan, yang menjadi ketua
Lembah Bukhara. Pemimpin yang baru dua puluh tahun pulang dari menuntut
ilmu di negeri seberang, harus mendapati lembah kelahirannya hancur lebur.
Tidak ada kata menyerah dalam kamus kehidupan Alim Khan. Dia yakin, siapa
yang terus berjuang mengubah nasib, maka alam semesta akan mengirimkan
bantuan, terlihat ataupun tidak.
Pad awal priode, penduduk bahkan tidak menganggap Alim Khan sebagai
ketua. Hanya segelintir penduduk yang membantu membangun kembali lembah.
Alim Khan mengerti mereka membutuhkan bukti nyata agar jalan keluar yang
ditawarkan bisa diterima. Alim Khan percaya, kembali menjadi petani,
menghormati alam, hidup sederhana justru akan mengembalikan keindahan
seluruh lembah. Dia menolak mentah-mentah bantuan dari luar yang hendak
menjadikan lembah itu tambang biji besi dengan imbalan harta benda yang
bertumpuk-tumpuk. Alim Khan menutus semua akses jalan masuk ke lembah itu.
Membuat lembah itu menjadi terpencil dan tersembunyi dari peradaban.
Alim Khan menawarkan ilmu pengetahuan sebagai jalan keluar. Alim
Khan menyuruh mereka menggali pasir dan membuat hamparan beton untuk
menahan air hujan agar tidak merembes kedalam pasir dan bisa tertampung.
Diatas hamparan beton dilapisi oleh tanah dan pasir, dan muali menanam sayur-
mayur. Mereka membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air ke ladang. Tiga
bulan kemudian, teknologi itu terbukti. Ladang sayur Elim Khan menghijau,
daunnya rimbun, buahnya lebat, dan besar-besar, membuat pertikaian di lembah
berhenti, takjub. Perlawan penduduk yang mendukung ide tambang biji besi itu
terhenti. Para penduduk menyingkirkan perbedaan, menulurkan tangan dan bahu-
membahu memperbaiki lembah dan memperbaiki hidup mereka sendiri.
Sepuluh tahun kemudian, tidak terhitung kebun penduduk yang terhampar,
pohon-pohon besar menjulang. Dan sampah-sampah bekas penambangan dikubur
dalam-dalam. Sungai kembali mengalir being, kehidupan penduduk membaik.
Alim Khan menjelaskan pemahaman hidup yang sederhana, kerja keras, selalu
pandai bersyukur, dan saling membantu.
Lima puluh tahun berlalu, Alim Khan menghembuskan nafas terakhir,
generasi baru telah lahir di Lembah Bukhara. Pohon-pohon mulai menghuttan,
hewan liar kembali, dan pemahaman hidup yang baik merekah subur. Mereka bisa
membuat kebun sayur dua tingkat, dengan sulur-sulur bambu. Berbagai
penemuan jenis tumbuhan baru yang lebih baik, lebih lebat buahnya, lebih tahan
lama, dan lebih lezat rasanya.
Seratus tahun berlalu, Ayah Dam datang ke lembah indah itu. Ali Khan
dengan senang hati menerima Ayah Dam. Ali Khan menghidangkan sepiring apel
emas. Warnanya mengkilat, tekstur kulitnnya mempesona, dan saat Ayah Dam
mengunyahnya, daging apel itu mencair dimulut, lezatnya tidak terkalahkan.
Mereka hanya memiliki satu pohon di seluruh lembah, dan apel itu hanya
berbuah sepuluh tahun sekali. Mengunyah apel tidak hanya membuat kenyang,
tetapi memberikan sensai tentram dan pemahaman yang baik di hati. Mengunyah
apel itu tidak membuat kita berumur panjang, tetapi bisa melapangkan hati yang
sempit dan menjernihkan pikiran yang kotor. Itulah apel emas Lembah Bukhara
Cerita keempat mengenai Si Raja Tidur. Menceritakan si raja tidur
adalah dosen saat Ayah Dam menimba ilmu di salah satu universitas terkemuka di
Eropa. Ia memiliki delapan bidang keahlian. Disebut si raja tidur karena ketika
kecil ia sering tertidur di kelas, meja makan, bahkan di kamar mandi. Tetapi saat
besar ia adalah hakim agung yang masyur. Ia memiliki keteguhan hati saat sidang
pengadilan, menjatuhkan keadilan dengan gagah berani tanpa pandang bulu,
menghabisi sumber bau busuk di seluruh negeri. Salah satu kasus yang
dipimpinnya adalah pembunuhan istri oleh suaminya sendiri. Kejahatan
pembunuhan tingkat pertama.keluarga itu termasuk keluarga yang terpandang di
ibu kota. Sang suami pengusaha menengah yang sukses, sedangkan istrinya
sekertaris parlemen, bintang politik. Pada pagi hari yang seharusnya indah, sang
istri ditemukan tewas berdarah di kamar mandi. Penyelidikan dimulai, jaksa mulai
menyusun delik perkara, lalu pengadilan dimulai. Tersangkanya siapa lagi kalau
bukan sang suami.
Sembilan saksi dihadirkan, dan semua memberatkan suami. Keterangan
ahli, alat bukti, modus, dan alasan pembunuhan semua meyakinkan. Tidak ada
yang meragukan, hukuman pasti dijatuhkan. Namun saat ari keputusan tiba, si
raja tidur justru membebaskan sang suami dari segala tuntutan hukum. Orang
diseluruh penjuru negeri menghujat hakim. Dan ketika sang hakim yang memiliki
delapan bidang keahlian mengungkapkan scenario pembunuhan yang sebenarnya.
Ia paham mengenai medis, autopsi mayat, dan penyelidikan. Dengan cepat ia tahu
kesaksian polisi dan petugas forensik bohong. Kematian sang istri bukan seperti
yang dituduhkan. Si raja tidur tahu tentang psikologi kejiwaan, teori konspirasi,
dan kepentingan pihak-pihak tertentu. Sembilan saksi sebelumnya bohong,
mereka dipaksa untuk mengikuti alur cerita pihak penguasa. Hingga akhirnya si
raja tidur menggelar pengadilan ulang dengan menghadirkan pembunuh yang
sebenarnya, presiden negara itu.
Petinggi polisi, pejabat pemerintah, dn anggota parlemen yang korup
berusaha mati-matian menggalang opini publik melawan si raja tidur melalui
media massa yang mereka kuasai. Tetapi si raja tidur yang cerdas
membentangkan apa yang sebenarnya terjadi. Sebuah konspirasi besar, istri
pengusaha yang bekerja sebagai sekertaris parlemen memegang kunci aktifitas
korupsi partai politik yang sedang berkuasa. Mulai dari presiden, menteri, pejabat
tinggi, aggota parlemen, hingga pejabat lokal. Karena itulah sang istri dibunuh
ketika terligat gelagat dia akan bertingkah, menuntut posisi politik yang lebih
tinggi dengan ancaman akan membocorkan dokumen-dokumen Negara.
Sumber kebusukan Negara tersebut melawan. Karena intimidasi secara
verbal tidak berhasil membuat si raja tidur mundur, mereka melakukan segala hal
termasuk kekerasan dengan membunuh sang istri sast tidur, menculik kemudian
membunuh anak-anaknya, hingga meledakkan rumah si raja tidur. Namun,
kekerasan seperti itu tidak mempan melawan keteguhan hati yang luar biasa pada
si raja tidur. Setelah menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada presiden, satu
per satu para pejabat yang korupsi menyusul. Ia membantah semua alibi dengan
bukti, melawan kesaksian lupa dengan logika. Hingga akhirnya umur yang
membuat si raja tidur mundur dari jabatan sebagai hakim tertinggi. Ia mulai
mengajar di universitas, menjadi professor untuk empat bidang ilmu.
Pemikirannya luas, ilmunya dalam, analisisnya jernih tanpa kebencian.
Cerita Kelima mengenai Danau Para Sufi. Diceritakan Ayah Dam
berkunjung ke sebuah perkampungan para sufi, yaitu orang-orang yang tidak
mencintai dunia dan seisinya. Para sufi lebih sibuk memikirkan hal lain.
Memikirkan filsafat hidup, makna kehidupan, dan prinsip-prinsip hidup yang
agung. Mereka memperlajari bagaimana memahami hakikat sejati kebahagiaan
hidup. Ayah Dam datang karena ingin mengetahui jawaban dari ‘apa hakikat
sejati kebahagiaan hidup? Apa definisi kebahagiaan? Kenapa tiba-tiba kita merasa
senang dengan sebuah hadiah, kabar baik, atau keberuntungan? Mengapa kita
tiba-tiba sebaliknya merasa sedih dengan sebuah kejadian, kehilangan, atau
sekedar kebar buruk? Kenapa hidup kita seperti dikendalikan sebuah benda yang
disebut hati?’ namun, tidak ada seorang dari kelompok sufi tersebut yang dapat
menjawab pertanyaan Ayah Dam. Akhirnya mereka menyuruh Ayah Dam untuk
pergi ke lereng gunung, dimana salah satu guru sufi tinggal.
Setelah menemui guru sufi di lereng gunung, Ayah Dam menanyakan
pertanyaan yang sama. Guru sufi lama terdiam, menggeleng, berkata bahwa Ayah
Dam memberikan pertanyaan yang dia tidak tahu, tidak ada orang di dunia yang
bisa menjawabnya. Kemudian sang guru memberikan sebuah pekerjaan,
membuatkan danau untuk perkampungan yang memerlukan sumber mata air.
Sang guru berkata ‘ketika kau berhasil membuat sebuah danau indah yang jernih
bagai air mata, aku akan mendapatkan jawaban hakikat sejati kebahagiaan.
Berangkatla, setahun kemudian, aku akan datang. Aku akan melihat apakah danau
itu sudah sebening air mata.’
Ayah Dam sudah mendunga, definisi kebahagiaan sejati seharga
pengorbanan yang besar. Itu pencapaian tertinggi para sufi. Tidak mungkin
didapatkan dengan mudah hanya dengan membaca buku atau bertanya. Ayah
Dam mulai membuat danau, setahun kemudian danau itu jadi. Sesuai perjanjian
guru sufi datang. Tetapi malam sebelum hari kedatangannya, hujan turun dan
membuat danau Ayah Dam penuh dengan lumpur. Saat sang guru datang melihat,
danau sebening air mata sudah berubah menjadi keruh. Sang guru menepuk
pundak Ayah Dam berkata ia tidak boleh putus asa. Tahun depan ia akan datang
lagi untuk melihat.
Ayah dam memikirkan caranya, ia memasang saringan disetiap parit,
sehingga air kotor dan lumpur tidak akan membuat keruh danau. Setahun berlalu,
guru sufi datang melihat. Danau Ayah Dam sebenging air mata. Kemudian sang
guru mengambil sepotong bamboo kemudian menusuk-nusukkannya ke dasar
danau dan membuat keruh danau yang beralaskan tanah. Danau Ayah Dam
kembali berubah menjadi keruh. Guru sufi berkata untuk memikirkan kembali
cara membuat danau sebening air mata, tahun depan ia akan datang lagi.
Ayah Dam memutuskan untuk menggali tanah danau hingga menyentuh
air mata. Tiga tahun Ayah Dam menghabiskan waktu untuk menggali hingga
kedasar air mata. Akhirnya setelah bekerja keras selama tiga tahun, Ayah Dam
berhasil membuat danau sebening air mata. Walaupun hujan turun dan parit
mengalirkan air lumpur, danau itu akan cepat bening. Danau itu juga tetap bening
walaupun kita menusuk-nusuk dasarnya. Ayah Dam tertawa senang. Guru sufi
menatap Ayah Dam, apakah ia masih membutuhkan jawaban dari pertanyaannya
dulu. Ayah Dam menggeleng. Ia sudah tahu bahwa hakikat kebahagiaan hidup
berasal dari hati kita sendiri.
C. Biografi Tere Liye
Nama “Tere Liye” merupakan nama pena seorang penulis berbakat
tanah air. Tere Liye sendiri di ambil dari bahasa India dan memiliki
arti untukmu.54
Meskipun Tere Liye bisa di anggap salah satu penulis yang telah banyak
menelurkan karya-karya best seller. Tetapi jika kita mencari biodata atau biografi
Tere Liye, kita akan menemukan sedikit bahkan hampir tidak ada informasi
54 Zaenal Mutakin, “Biografi Tere Liye.” Artkel diakses pada 4 Oktober 2013 dari http://tanya-biografi.blogspot.com/2013/01/biografi-tere-liye.html
mengenai kehidupannya serta keluarganya. Atau jika kita mengecek karya Tere
Liye dan melihat “tentang penulis’ di novelnya, maka tidak ada informasi
mengenai Tere Liye yang bisa kita temukan.
Berbeda dari penulis-penulis yang lain yang memasang foto, nomor
kontak yang bisa dihubungi atau riwayat hidup singkat di bagian belakang setiap
karyanya. Tere Liye memang sepertinya tidak ingin di publikasikan ke umum
terkait kehidupan pribadinya. Mungkin itu cara yang ia pilih, hanya berusaha
memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana.
Tere Liye berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi
sebagai petani biasa. Lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera pada
tanggal 21 mei 1979. Tere Liye menikah dengan Riski Amelia dan di karunia
seorang putra bernama Abdullah Pasai. Hingga saat ini telah menghasilkan 16
karya. Bahkan beberapa di antaranya telah di angkat ke layar lebar.
Tere Liye meyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN2
dan SMN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9
bandar lampung. Setelah selesai di Bandar lampung, ia meneruskan ke
Universitas Indonesia dengan mengambil fakultas Ekonomi.
Karya Tere Liye yang telah dipublikasikan adalah sebagai berikut:55
Negeri di Ujung Tanduk (Gramedia Pustaka Utama, 2013)
Sepotong Hati yang Baru (Republika, 2012)
Negeri Para Bedebah (Gramedia Pustaka Utama, 2012)
55 New Life Options: “Daftar Buku Tere Liye.” Artikel diakses pada 4 Oktober 2013 darihttp://tbodelisa.blogspot.com/
Berjuta Rasanya (Republika, 2012)
Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah (Gramedia Pustaka Utama, 2012)
Sunset Bersama Rosie (Penerbit Grafindo, 2008)
Kisah Sang Penandai (Republika, 2011)
Ayahku (Bukan) Pembohong (Gramedia Pustaka Utama, 2012)
Eliana, Serial Anak-anak Mamak (Republika, 2011)
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka
Umum,2010)
Pukat, Serial Anak-anak Mamak (Penerbit Republika, 2010)
Burlian, Serial Anak-anak Mamak (Penerbit Republika, 2009)
Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika, 2005)
Moga Bunda Disayang Allah (Penerbit Republika, 2005)
Bidadari-bidadari Surga (Penerbit Republika, 2008)
Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo 2006 & Republika 2009)
Meskipun setiap karya yang di hasilkan laku di pasaran dan menjadi best
seller. Namun Tere Liye seperti menghindari dan menutupi kehidupannya. Jika
penulis yang lain biasanya banyak menerima panggilan acara, baik itu berupa
seminar tentang tips-tips menulis, bedah buku, workshop atau kegiatan yang
lainnya terkait dunia tulis menulis, tetapi tidak dengan Tere Liye. Ia ingin
menyebarkan pemahaman bahwa hidup ini sederhana melalui tulisannya.56
56 Zaenal Mutakin, “Biografi Tere Liye.” Artkel diakses pada 4 Oktober 2013 dari http://tanya-biografi.blogspot.com/2013/01/biografi-tere-liye.html
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN
A. Analisis Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Ayahku (Bukan) Pembohong
Karya sastra disusun oleh dua unsur yaitu unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra
dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. Sedangkan unsur
ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya
menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain. berikut ini adalah hasil
analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Ayahku (Bukan) Pembohong.
1. Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema pada novel ini adalah mengenai seorang ayah yang
mengajarkan anaknya dengan dongeng-dongeng agar memahami
makna kebahagiaan dan mengajarkan seorang anak untuk hidup
sederhana dan memiliki pemahaman hidup yang berbeda.
Sebagaimana ditulis pada novel tersebut:
“ide awal novel ini adalah tentang anak yangdibesarkan dengan dongeng-dongeng, tentang definisikebahagiaan, tentang membesarkan anak-anak dengansederhana…”57
57 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2007). H. 301
b. Penokohan
Tokoh yang sering muncul dalam cerita ini ada sebelas tokoh, yang
akan dijabarkan dibawah ini:
1) Dam, tokoh utama dam novel ini. Dam memiliki karakter sebagai
anak yang baik, mandiri dan penurut. Seperti yang dijelaskan pada
novel tersebut:
“…Kenapa kau tidak bisa seperti Dam? Bertingkahbaik dan menyenangkan? Kenapa kau tidak bisa seperti Dam,madiri dan melakukan banyak hal, dan selalu menurut padaorangtua?...”58
Dam juga seorang anak yang pekerja keras. Ia berlatih renang
dua kali lebih banyak daripada anggota klub lain. Dam juga
mengisi waktu luangnya dengan mengantar koran. Sebagaimana
dijelaskan dalam novel tersebut:
“Aku berlatih dua kali lebih semangat dibandinganggota klub lain – datang lebih awal, pulang paling akhir.Aku tidak pernah lagi datang terlambat ke sekolah, semangatmengayuh sepeda, selalu mengerjakan tugas rumah yangdiberikan Ibu, bahkan aku mengiyakan ide Ayah agar mengisiwaktu senggang dengan bekerja…”59
Dam selalu mengingat dengan baik dari dongeng-dongeng yang
diceritakan ayahnya, sehingga Dam termotivasi untuk melalukan
hal seperti pada dongeng-dongeng yang diceritakan ayahnya.
ketika sudah besar, Dam memiliki anak dan berupaya untuk
58 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 6659 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 51
menjauhkan anak-anaknya dari ayahnya karena Dam tidak ingin
anak-anaknya dibesarkan dengan cerita bohong.
2) Ayah, seorang yang sederhana dan jujur. Seperti yang ditulis
dalam novel tersebut:
“Dari percakapan yang aku kuping dari kepala sekolah,pelatih, tetangga, atau orang tua di sekitarku, mereka seringmenyimpulkan: Ayah terlalu jujur dan terlalu sederhana…”60
Sosok ayah diceritakan tidak pernah berbohong sekalipun.
Ayah mendidik anaknya agar mengetahui makna kebahagiaan dan
kesederhaaan dengan dongeng-dongeng.
3) Ibu, seorang yang sangat sabar dan memiliki kelembutan dan kasih
sayang tetapi mengidap penyakit yang mematikan. Sempat
diceritakan bahwa tokoh ibu dulunya adalah seorang artis terkenal
yang bergelimang harta, namun karena menderita suatu penyakit,
karirnya hancur dan memilih untuk menikahi ayah Dam dan
tinggal sederhana jauh dari kota. Seperti yang ditulis dalam novel
tersebut:
“Ibu kau dulu bintang televise terkenal”“kata ayah kau, karir ibu kau menanjak cepat, berbagai
tawaran acara penting datang padanya. Sibuk siang-malam,hingga ibu kau divonis penyakit bawaan itu, cepat lelah,mudah jatuh sakit”61
4) Taani, seorang wanita teman sekolah Dam dan terkenal karena
pintar. Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut:
60 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 51-5261 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 161
“… Taani lulus dengan nilai terbaik…”62
Di akhir cerita, saat Dam sudah kuliah, Dam kembali bertemu
dengan Taani dan akhirnya merekapun menikah dan memiliki dua
orang anak yaitu Zas dan Qon
5) Jarjit, musuh bebuyutan Dam yang pada akhirnya menjadi sahabat
Dam. Tokoh Jarjit diceritakan sebagai seorang anak kaya raya,
sombong dan suka memamerkan barang yang dia punya. Seperti
yang disebutkan dalam novel tersebut:
“… bahkan Jarjit, yang orangtuanya kaya raya,memperlihatkan bola yang ditanda tangani sendiri sang Kaptenwaktu sekeluarga pelesir ke luar negeri menonton lagsung.Sombong sekali Jarjit memamerkannya”63
Jarjit dan Dam selalu bertengkar di sekolah maupun di
gelanggang renang. Jarjit sering sekali mengolok-olok Dam,
seperti yang diceritakan dalam novel tersebut:
“sepertinya kau harus melupakan klub renang. Ituhanya untuk anak-anak keren. Pengecut keriting seperti kautidak pantas bergabung, bisa membuat buruk foto-foto klub”64
6) Zas dan Qon, sepasang anak laki-laki dan perempuan.
Digambarkan secara tidak langsung bahwa Zas dan Qon selalu
ingin dekat dengan Ayah Dam karena dongeng-dongengnya tetapi
Dam berupaya untuk menjauhkan mereka dengan ayahnya.
62 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 11263 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 1564 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 36
7) Retro, sahabat Dam di Akademi Gajah. Digambarkan dalam novel
bahwa Retro dan Dam teman adalah sekamar di asrama. Mereka
berdua juga sama-sama mengikuti kegiatan memanah. Dam dan
Retro juga sering dihukum karena melanggar peratura sekolah.
Seperti yang disebutkan dalam novel tersebut:
“semoga besok lusa kita bertemu lagi, kawan. Dariteman sekamar kau tiga tahun terakhir, teman semua masalahyang pernah kau buat di asrama, Retro”65
8) Sang kapten nomor sepuluh, adalah seorang pemain sepak bola
yang dikagumi Dam. Pada novel diceritakan bahwa Ayah Dam
mengenal baik sang kapten saat masih kecil. Sang kapten
digambarkan memiliki karakter yang ramah dan mau belajar apa
saja. Dia juga seorang pekerja keras dan pantang menyerah.
Seperti yang dikisahkan dalam novel tersebut:
“… anak itu menyenangkan sejak kecil, ramah dan maubelajar apa saja..”
“… sejak kecil dia tidak pernah berhenti bekerja keras.Sejak kecil dia belajar lagsung kalimat ‘jangan pernahmenyerah’. Sang kapten akan kembali dan dia akanmengalahkan lawan-lawannya. Semangatnya tidak akan pataholeh kaki yang patah, apalagi hanya cidera ringan…”66
“… meski sudah menjadi pemain terbaik dunia pun,sang Kapten tetap berlatih dua kali lebih banyak disbandingyang lain, berusaha menembus batas yang ada, mencobaberbagai kemungkinan baru.”67
65 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 24066 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 1667 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 54
Dam sendiri menjadikan Sang Kapten sebagai motivasinya.
Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut ketika Ayah Dam
bercerita kepada anak-anak Dam:
“… papa kalian (Dam) menjadikan Sang Kaptenmotivasinya beratih dan bertanding…”68
9) Kakek Tutekong, adalah salah satu tokoh dalam cerita Ayah Dam
dalam kisah Suku Penguasa Angin. Kakek Tutekong adalah ketua
suku yang bijak, pintar, dan memiliki kesabaran yang tinggi.
Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut:
“… leluhur Tutekong, tetua paling bijak pada masaitu…”69
10) Alim Khan, juga salah satu tokoh cerita Ayah Dam dalam kisah
Apel Emas Lembah Bukhara. Alim khan adalah sosok ketua yang
pintar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia merubah lembah
yang gersang menjadi hutan dan ladang yang lebat karena ilmunya.
11) Si raja tidur, sosok yang digambarkan sangat bijaksana, pintar,
teliti, cermat, pantang menyerah dan berpendirian kuat sekeras
baja. Si raja tidur adalah dosen Ayah Dam saat menimba ilmu di
universitas terkemuka di Eropa. Seperti yang digambarakn dalam
novel tersebut:
68 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 4969 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 157
“… Dia orang hebat yang pernah Kakek kenal. Diaprofessor universitas ternama Eropa, bisa menggunakan duabelas bahasa, dan dia juga menguasai delapan cabang ilmu.Dua cabang ilmu yang membuat namanya amat terkenal adalahilmu kedokteran dan hukum. Tidak ada dokter yang lebihpandai dibandingkan si Raja Tidur, dan tidak ada hakim yanglebih adil, bijak, serta berani dibandingka si Raja Tidur…”70
12) Guru sufi, adalah guru di Pemukiman Para Sufi yang diceritakan
Ayah Dam. Diceritakan Guru Sufi adalah orang yang sangat bijak.
Seperti yang ditulisa dalam novel tersebut:
“… Disana tinggal salah satu sufi besar, ribuanmuridnya, bijak orangnya…”71
Guru yang mengajarkan Ayah Dam untuk terus berusaha
hingga menemukan makna dari sebuah kebahagiaan.
c. Pesan
Ayahku (Bukan) Pembohong merupakan sebuah novel karya
Tere Liye yang penuh dengan nilai pendidikan, tentang hubungan
seorang anak dengan ayahnya. Novel Ayahku (Bukan) Pembohong ini
menggambarkan bagaimana seorang ayah dekat dengan anaknya,
Dam, karena sang ayah menceritakan sesuatu yang luar biasa pada
cerita tersebut. Cerita-cerita yang sarat akan makna kehidupan,
kesederhanaan, dan kebaikan, sehingga Dam tumbuh menjadi seorang
dengan pribadi yang baik karena mengingat semua pesan yang
70 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 18071 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 288
disampaikan ayahnya. Dari sisi penulisnya sendiri, yakni Tere Liye,
mengungkapkan bahwa ia menulis novel ini dengan maksud agar
pembaca mengerti bahwa kebahagiaan itu sederhana, sesederhana
Dam yang hanya menginginkan cerita ayahnya dibandingkan hadiah
mahal lainnya. Pesan akhir mengenai novel ini ditulis pada bagian
catatan penulis dalam novel tersebut:
“bahwa kebahagiaan itu sederhana. Dunia anak-anakselalu indah. Kasih sayang keluarga adalah segalanya.”72
Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong juga ini
mengandung lima cerita inti yang sudah dijabarkan pada bab
sebelumnya. Berikut peneliti akan menjabarkan pesan-pesan yang
terkandung dalam tiap cerita inti:
Pada cerita pertama mengenai kapten tim sepak bola bernomor
sepuluh kita bisa mengambil pelajaran bahwa hidup selalu ada
perjuangan. Kita harus bekerja keras demi mewujudkan mimpi kita.
Tidak ada kata menyerah untuk meraih mimpi kita. Sama halnya sang
kapten yang tidak menyerah walaupun sudah ditolak oleh klub besar
bahkan untuk alasan yang sangat tidak penting, kurang tinggi satu inci.
Tetapi sang kapten tidak menyerah ia tetap berlatih bermain sepak
bola tanpa lelah, sampai akhirnya hasil kerja keras sang kapten
terlihat. Ini bisa kita ambil pelajaran bahwa jika kita bekerja keras,
cepat atau lambat hasilnya akan datang kepada kita.
72 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 302
Dari cerita kedua mengenai kisah suku penguasa angin kita
dapat mengambil pelajaran, bahwa kesabaran akan selalu
membuahkan hasil yang sangat indah. Seperti saat suku penguasa
angin bersabar selama beratus tahun membiarkan tanah mereka
dijajah. Mereka tidak membalas kekerasan penjajah dengan kekerasan
pula. Ini membuktikan, jika kita memiliki keteguhan dan kesabaran
hati yang besar, cepat atau lambat kekerasan mereka akan terbalaskan.
Biar waktu yang akan membalasnya. Keteguhan suku penguasa angin
membuat mereka menang melawan rasa tidak sabar dan meluluhkan
amarah di hati. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut:
“…Suku Penguasa Angin terlalu bijak untuk melawankekerasan dengan kekerasan. Membalas penghinaan denganpenghinaan… leluhur Tutekong memutuskan akan menjagakebijakan hidup mereka selama mungkin. Mendidik anak-anakmereka untuk mencintai alam, hidup bersahaja, dan membenciladang-ladang tembakau itu. Rasa benci yang tidak harusberubah menjadi perlawanan. Rasa benci yang justru menjadisemangat, menjadi keyakinan bahwa mereka akan bertahanlebih lama dibandingkan keserakahan penjajah. Kau ingat itu,Dam, keyakinan bahwa suku mereka akan bertahan lebih lamadibandingkan rasa tamak dan bengis”73
Cerita ketiga mengenai Apel Emas Lembah Bukhara. Dalam
cerita tersebut kita dapat mengambil pejaran bahwa ilmu pengetahuan
dapat mengubah hidup kita jika kita mau mengaplikasikan ilmu yang
kita miliki dengan bukti nyata. Seperti penduduk lembah yang
membuat padang pasir berubah menjadi ladang dan hutan yang subur
karena pengetahuan. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut
73 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 157
“Dan Alim Khan menawarka ilmu pengetahuan sebagaijalan keluar… Alim Khan menyuruh mereka mengeduk pasirhingga kedalaman satu meter, lantas membuat hamparan betonuntuk menahan air merembes ke dalam, menumpuk kembalipasir bersama tanah di atasnya, membuat sumur-sumur dalam,mengairi tanah yang sudah dilapisi beton, memulai menanamsayur-mayur. Tiga bulan, teknologi itu terbukti…”74
Dari cerita diatas juga dapat diambil pelajaran bahwa kita harus
bisa tolong monolong dan menyingkirkan perbedaan yang ada itu lah
cara yang paling sederhana untuk hidup dengan damai dan bahagia.
Seperti yang dijelaskan dalam novel tersebut
“Penduduk lembah menyingkirkan perbedan,menjulurkan tangan, bahu-membahu memperbaiki lembah –yang berarti juga memperbaiki hidup mereka sendiri… AlimKhan menjelaskan pemahaman hidup sederhana, kerja keras,selalu pandai bersyukur, saling membantu”75
Hidup dengan menghargai alam, pandai beryukur, pemahaman
yang baik, penguasaan ilmu pengetahuan serta kebijakan luhur
manusia membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik.
Dari cerita keempat mengenai Si Raja Tidur kita dapat
mengambil pelajaran bahwa ilmu pengetahuan dapat mengalahkan
segalanya. Kebenaran akan selalu menang. Seperti halnya si raja tidur
yang menguasai delapan bidang ilmu pengetahuan, ia bisa
mengalahkan kebohongan dengan bukti, melawan lupa dengan logika.
Disini kita dijelaskan untuk selalu menggaunakan dengan baik ilmu
pngetahuan kita. Dengan cara itulah kita bisa memenangkan
74 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 13975 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 139-140
kebenaran. Sekalipun semua orang menentang kita, tetapi kita tahu
bahwa kebenaran akan menang walaupun kita harus mengorbankan
segala hal yang berarti untuk kita. Seperti yang diceritakan dalam
novel tersebut:
“cerita ini bukan tentang betapa dinginnya si Raja Tidurmemimpin siding, Dam. Cerita ini sesungguhnya tentangpengorbanan, keteguhan hati. Kisah ketika kau tetapmendayung sampan sendirian di tengah sungai yang dipenuhibeban kesedihan, tangis, dan darah tercecer di mana-mana,ketika ka uterus mendayung bukan karena tidak bisa kembali,tapi meyakini itu akan membawa janji masa depan yang lebihbaik untuk generasi berikutnya apa pun harganya.”76
Cerita terakhir mengenai Danau Para Sufi yang dapat kita
ambil maknanya bahwa hakikat kebahagiaan tidak bisa didapat dengan
mudah. bekerja keras, pengorbaan dan pemikiran yang kuat akan
membawa kita pada kebahagiaan hidup yang tidak bisa kita
deskripsikan. Seperti yang diceritakan dalam novel tersebut:
“Bagaimana kau membersihkan dan melapangkan hati,bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hatilebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kita tidak akanpernah merasakan kebahagiaan sejati yang datang dari luar hatikita”77
Selain dari lima cerita inti yang sudah sijabarkan diatas,
peneliti menemukan beberpa pesan diluar cerita inti. Seperti mengenai
cerita pendek mengenai Toki si kelinci yang nakal.
“… ayah pernah cerita, Toki si Kelinci Nakal selalutahu bahwa orangtuanya amat menyayangi dia. Meski harismenaklukkan badai salju, melawan kerumunan serigala,
76 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 18377 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 290
menghindari jebakan pemburu, bahkan melewati jembatanterakhir, orangtuanya tetap berusaha menyelamatkan Toki,senakal apapun anakanya… aku tahu, Ayah akan selelaumenyayangiku”78
Cerita ini mengandung pesan akan kasih sayang orang tua.
Senakal apapun anaknya, orang tua akan selalu menyayangi anaknya.
Adalagi mengenai menghargai perempuan. Pada novel tersebut Ibu
Dam berkata
“… anak laki-laki yang baik tidak pernah meneriakiwanita, apalagi membuatnya sedih dan tersakiti”79
Pada kutipan ini memiliki pesan untuk menghargai perempuan
dan tidak menyakiti perempuan.
Dalam novel juga dituliskan untuk menyayangi orang tua,
khusunya ayah. Penulis menuliskannya dengan penggambaran Taani
yang berkata pada Dam sebagai berikut:
“kau tahu, sembilan puluh sembilan persen anak laki-laki tidak pernah lagi mau memeluk ayah mereka sendirisetelah tumbuh dewasa. Padahal sebaliknya, sembilan puluhsembilan persen dari ungkapan hati terdalamnya, seorang ayahselalu ingin memeluk anak-anaknya”80
Dari paragraph diatas dapat diambil pesan bahwa seorang ayah
selalu menyayangi anak-anaknya walaupu beliau tidak bisa
mengungkapkannya secara langsung. Seharusnya kita sebagai anaknya
78 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 5779 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 9180 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 256
peka dan mengetahui betapa banyaknya kasih sayang seorang ayah
yang kita abaikan.
Dari keseluruhan, pesan dalam novel ini dituliskan langsung
oleh sang penulis di bab epilog:
Untuk membuat hati kita lapang dan dalam, tidakcukup dengan membaca novel, membaca buku-buku,mendengar petuah, nasihat, atau ceramah. Para sufi dan orang-orang berbahagia di dunia harus bekerja keras, membangunbenteng, menjauh dari dunia, melatih hati siang dan malam.Hidup sederhana, apa adanya, adalah jalan tercepat untukmelatih hati di tengah riuh rendah kehidupan hari ini.percayalah, memiliki hati yang lapang dan dalam adalahkonkret dan menyenangkan, ketika kita bisa berdiri denganseluruh kebahagiaan hidup, menatap kesibukan di sekitar, danmelewati hari-hari berjalan, bersama keluarga tercinta.81
Dari paragraf diatas kita bisa langusng menangkap apa pesan
dari novel ini. bahwa kebahagiaan bisa di dapat dengan hidup
sederhana, namun kebahagiaan sulit untuk didapat, kita harus bekerja
keras dan melatih hati kita agar bisa menemukan makna kebahagiaan
itu sendiri.
d. Setting
Setting merupakan tempat, suasana, dan waktu terjadinya cerita
dalam novel. Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong, ada beberapa
setting tempat dan suasana saat terjadinya cerita. Berikut analisisnya:
1) Rumah Dam, banyak peristiwa dalam novel yang berlatar di rumah
ini, termasuk saat Ayah Dam berdongeng.
81 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 299
2) Sekolah, tempat dimana konflik selalu muncul. Seperti saat Dam
selalu berkelahi dengan jarjit atau bertemu dengan Taani.
3) Akademi Gajah, sekolah Dam setelah lulus. Digambarkan
Akademi Gajah berada di pedalaman yang jauh dari jangkauan.
Berarsitektur tua dan megah. Seperti yang diceritakan dalam novel
tersebut
“Bangunan sekolah kami terlihat tua, itu benar.Seminggu mengamatinya, aku lebih merasa bangunannya amatberseni dan bersejarah…”82
4) Lembah Bukhara, lembah yang dikunjungi Ayah Dam saat
berpetualang. Lembah yang subur ditumbuhi banyak pohon-pohon
besar dan lebat. Tempat Ayah Dam bercerita mengenai Apel Emas.
Seperti yang diceritakan Ayah Dam dalam novel tersebut
“kakek melihat hamparan indah lembah itu. Dibentengidelapan gunung, dihiasi enam air terjun setinggi ratusan meter,dibungkus selimut kabut putih sejauh mata memandang,hamparan ladang subur, rumah-rumah panggung dari kayuyang eksotis, lenguh suara burung dan hewan yang hidupbebas, itulah lembah permai. Bahkan disana angin tidakberhembus lazimnya seperti di tempat-tempat lain. Cobalahduduk di salah satu beranda rumah mereka, pejamkan mata,hanya soal waktu kalia akan tahu angin di lembah itubernyanyi, melantunkan kabar betapa sejahtera, makmur danadil seluruh penghuninya. Itulah Lembah Bukhara yangtersembunyi dari peradaban manusia. Itulah lembah palingindah di seluruh dunia”83
82 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 11483 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 136
5) Padang Rumput Luas, tempat dimana Suku Penguasa Angin
bermukim. Ayah Dam mengunjungi tempat ini saat berpetualang
dan mendapatkan pengalaman menaiki layang-layang raksaksa.
Seperti yang digambarkan dalam novel tersebut:
“Suku Penguasa Angin adalah klan besar. Merekaterdiri atas sembilan perkampungan, masing-masing seribupenduduk. Mereka menguasai padang pengembalaan luas.Tanah mereka paling subur. Sungai mereka mengalir palingbening. Tidak ada yang mengalahkan pemandangan indahperkampungan mereka.empat gunung berselimut salju. Empatdanau membiru. Saat musim dingin, danau itu menjadihamparan lapangan es. Padang pengembalaan mereka jauh darimana-mana, terputus dari orang banyak…”84
e. Sudut Pandang
Menurut analisis peneliti, sudut pandang yang digunakan oleh
penulis novel Ayahku (Bukan) Pembohong, Tere-Liye ini
mengunakan sudut pandang orang pertama, yaitu sebagai Dam, tokoh
utama dalam novel ini. Semua alur cerita terlihat seperti pandangan
Dam. Dan dalam novel menggunakan kata “aku” sebagai pengganti
panggilan Dam.
2. Unsur Ekstrinsik
Tidak banyak yang bisa dijabarkan mengenai Tere Liye,
informasi mengenai kehidupannya serta keluarganya sangat sedikit.
Karena Tere Liye tumbuh di daerah Sumatera Pedalaman, maka
84 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. H. 154
bahasa yang digunakan dalam novel ini juga mengandung sedikit
sentuhan bahasa melayu yang biasa digunakan oleh penduduk daerah
Sumatra.
Tere Liye berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya
berprofesi sebagai petani biasa. Karena itu latar belakang rumah Dam
dalam novel dibuat sederhana meskipun Ibu Dam dulunya adalah
seorang artis. Dan juga banyak sekali pesan-pesan untuk hidup
sederhana.
B. Analisis Alur dan Plot Novel Ayahku (Bukan) Pembohong
Pada bab 2 sudah dijelaskan mengenai alur dan plot. Pada bab ini
peneliti akan menjabarkan hasil analisis alur dan plot dalam novel Ayahku
(Bukan) Pembohong.
Plot merupakan bagaimana cara cerita disajikan. Di dalam plot
terdapat persoalan-persoalan yang dihadapi para tokoh cerita saling
digesekkan, dibenturkan satu sama lain menjadi persoalan baru yang lebih
kompleks, diseret ke puncak krisis, lalu dicari pemecahan (penyelesaian)-nya
menuju akhir cerita (ending). sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
awal, tengah dan akhir. Peneliti akan menganalisis ketiganya.
1. Awal cerita.
Awal cerita dikisahkan mengenai Dam, seorang anak yang
dibesarkan dengan dongeng-dongeng dan pemahaman kesederhanaan.
Tinggal di pinggiran kota dan sangat ingin masuk ke klub renang kota
yang sanagt terkenal. Di sekolah Dam sering diejek oleh teman-temannya
karena hanya Dam anak laki-laki yang tidak ingin berkelahi. Dam selalu
diberikan dongeng-dongeng dari sang ayah yang membuatnya memahami
kehidupan dengan cara yang berbeda. Karena dongeng-dongeng
ayahnyalah yang mebuat Dam bisa sabar menghadapi ejekan teman-
temanya, terutama dengan Jarjit, temannya yang kaya raya dan selalu
memamerkan apapun yang dia miliki. Dam tidak pernah membalas
mengolok Jarjit. Biasanya ada Taani yang pintar yang akan membela
Dam.
Taani adalah sahabat Dam. Dam selalu menceritakan rahasianya
yaitu dongeng-dongeng ayahnya kepada Taani, termasuk cerita bahawa
Ayah Dam kenal dengan kapten bernomor sepuluh. Tetapi suatu hari,
Dam dan Taani bertengkar karena Dam menuduh Taani membocorkan
rahasianya, yaitu dongeng-dongeng ayahnya pada teman-teman sekelas.
2. Pertengahan cerita.
Saat Dam melanjutkan sekolahnya di Akademi Gajah, Dam
menemukan sebuah buku yang menceritakan cerita yang sama persis
seperti apa yang Ayah Dam ceritakan padanya. Disini mulai terjadi
konflik. Dam merasa dibohongi oleh ayahnya dan mulai membenci
ayahnya. bahkan Dam menyalahkan ayahnya atas kematian ibunya. Dam
kemudian melanjutkan kuliah dan memutuskan untuk meninggalkan
rumah. Saat kuliah Dam bertemu kembali dengan Taani, teman
sekolahnya dahulu, setelah mereka kembali dakat, akhirnya mereka
menikah.
Setelah menikah, Taani meminta Dam untuk mengajak ayahnya
tinggal bersama dengan mereka. Karena tidak ada yang mengurus Ayah
Dam. Setelah berbagai cara yang dilakukan oleh Taani agar Ayah Dam
tinggal bersama, akhirnya Dam menyetujuinya. Disinilah mulai terjadi
konflik. Dam sangat tidak suka ayahnya menceritakan hal-hal bohong
kepada anaknya, Zas dan Qon. Dam merasa Zas dan Qon akan dididik dan
dibesarkan dengan kenyataan dan logika. Sampai akhirnya Dam tidak bisa
bersabar lagi melihat Zas dan Qon sangat dekat dengan ayahnya akhirnya
Dam mengusir Ayahnya keluar dari rumahnya.
3. Akhir cerita
Setelah Dam mengusir ayahnya, ternyata Ayah Dam tidak pulang
ke rumahnya. Ayah Dam pergi ke kuburan ibunya di tengah hujan lebat
yang membuat ayah Dam sakit hingga pingsan dan harus dirawat. Saat
ayahnya sudah sadar, sang ayah menceritakan cerita terkahir mengenai
kebahagiaan dan ibunya. Saat itu Dam menyesali karena ia tidak sadar
bahwa ayahnya sangat membutuhkannya tetapi Dam tidak pernah ada
untuknya.
Beberapa hari kemudian, Ayah Dam meninggal. Saat pemakaman
para peziarah yang ingin memberikan penghormatan terakhir untuk Ayah
Dam sangat banyak. Diantara peziarah yang ada, Dam terkejut karena
yang datang adalah tokoh yang selama ini ayahnya ceritakan. Semua hal
yang pernah ayahnya ceritakan mucul disaat terkhir. Saat itulah Dam baru
menyadari bahwa ayahnya bukanlah seorang pembohong.
Jika dijabarkan secara singkat (linear), plot dalam novel ini akan
terbentuk seperti berikut ini:
Ayah Dam bercerita – Dam mendapatkan buku mengenai cerita
ayahnya – dam membenci ayahnya karena merasa dibohongi – Dam
mengetahui kejadian yang sebenarnya bahwa ayahnya tidak pernah
membohonginya.
Selanjutnya peneliti akan menjabarkan menganai temuan analisis pada
alur cerita. alur cerita adalah pergerakan cerita dari waktu ke waktu, atau
rangkaian peristiwa demi peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Dalam novel
ini pengarang menggunakan alur campuran. Dimana cerita dimulai dati
pertengahan, kemudian kilas balik pada awal cerita, lalu berjalan ke akhir
cerita.
Diceritakan bermula saat Dam dan Taani memutuskan untuk meminta
ayah Dam tinggal bersama. Dam saat itu udah memiliki anak bernama Zas
dan Qon, dan saat itu Dam membanci ayahnya. Kemudian cerita berlanjut ke
pada masa Dam masih sekolah, saat Dam sangat mempercayai cerita ayahnya,
lalu menemukan sebuah buku yang menceritakan semua yang Ayah Dam
ceritakan padanya. Dam merasa telah dibohongi. Dam memilih untuk
melanjutkan kuliah yang jauh dari rumah, kemudian kembali bertemu dengan
Taani samapi akhirnya mereka menikah.
Setelah cerita sudah mencapai pertengahan, yaitu saat Taani mengajak
Ayah Dam untuk tinggal bersama di rumah mereka, mulai muncul konflik
yang membawa cerita bejalan ke akhir. Dam mengusir ayahnya dari rumah,
kemudian ayahnya sakit dan meninggal. Saat ayahnya meninggal itu lah Dam
mengetahui bahwa semua cerita ayahnya bukanlah bohong.
C. Pesan Dakwah Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong
Seperti yang sudah di jelaskan pada BAB 2, dakwah bisa melalui
media apapun. Sebagai pendakwah, isi media yang dipilih untuk berdakwah
harus mengandung pesan kebenaran. Tidak sedikit para pendakwah
menyisipkan seni dalam pesan dakwahnya. Salah satu seni dalam berdakwah
adalah dengan sastra. Pesan dakwah terkadang perlu untuk ditunjang dengan
karya sastra yang bermutu sehingga lebih indah dan menarik. Namun dalam
penelitian ini, dakwah dibatasi pada pengajaran seorang ayah kepada anaknya
agar anaknye menjadi lebih baik.
Dalam novel ayahku (bukan) Pembohong ini, peneliti menemukan
bagian-bagian yang secara tidak tersirat mengandung ajakan untuk berbuat
baik. Untuk membatasi meluasnya pengertian, peneliti akan menjabarkannya
sesuai dengan lima cerita inti dalam novel tersebut.
Pada cerita pertama dan terakhir, mengenai kapten tim sepak bola
bernomor punggung sepuluh dan Danau Para Sufi, memiliki makna tersirat
untuk terus berusaha. Dalam cerita ini, sang ayah bercerita mengenai danau
para sufi saat Dam tidak mempercayai bahwa ibunya bahagia selama
hidupnya. Berharap Dam menjadi orang yang pantang menyerah dan terus
berusaha sampai akhir untuk mendapatkan definisi kebahagiaannya sendiri.
Dalam cerita Danau para Sufi juga mengandung pesan bahwa kebahagiaan itu
sederhana. Tidak perlu bermewah-mewahan untuk mendapatkan kebahagiaan.
Dalam Islam juga mengajarkan kepada kita untuk berusaha sebaik-baiknya.
Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tidak dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau
berdoa mengharapkan rezeki datang dari langit tanpa mengiringnya dengan
usaha. Sebagai mana dijelaskan dalam Al-Qur’an:85
ھار معاشا وجعلنا الن“Dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” (Q.S An-
Naba’: 11)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa kaum muslimin yang ingin
mencapai kemajuan hendaknya bekerja keras. Akan tetapi rezeki yang
diusahakan haruslah halal, tidak hanya mengutamakan penghaslan yang
banyak tanpa mengindahkan aturan-atruan yang telah ditetapkan. Tentu daja
pekerjaa apapun tidak dilarang selama tidak bertentangan denga syariat islam.
Harta yang dihasilkan melalui kerja keras walaupun sedikit dipadang
lebih berharga daripada harta warisan atau pemberian orang lain. Diantara
hikmah dari rezeki yang dihasilkan memalui tangan sendiri adalah terasa lebih
nikmat daripada hasil kerja orang lain. Juga akan menimbulkan hidup hemat
karena merasakan bagaimana susahnya mencari rezeki salain itu, seseorang
85 Umi Musyarofah, Hadist Dakwah dan Komunikasi (Pondok Gede: TASNIM, 2010) H. 166
tidak akan terus-terusan menggantungkan hidupnya kepada orang lain yang
belum tentu selamanya ridha dana mampu membiayai hidupnya.
Cerita kedua mengenai Suku Penguasa Angin. Ayah Dam
menceritakannya saat Dam berkelahi karena diejek oleh Jarjit, teman
sekelasnya yang sombong. Ayah Dam menceritakannya dengan harapan Dam
mampu bersabar dalam menerima ejekan teman-temannya dan berhenti
berkelahi. Dapat kita mengambil pesan dakwah yang ditulis secara tersirat
adalah kesabaran. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang
menyeru untuk bersabar. Seperti pada ayat berikut ini
كم قوا رب نیا حسنة وأرض قل یا عباد الذین آمنوا ات ذه الد للذین أحسنوا في ھ
ما یوفى الص واسعة إن ابرون أجرھم بغیر حساب هللا“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah
kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia inimemperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnyahanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala merekatanpa batas” (Q.S Az-Zumar: 10)
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama
Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga
dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan
untuk merealisasikan al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar
tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang
seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi
yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan
lain sebagainya.86
Dalam novel diceritakan bahwa suku penguasa angin bersabar selama
beratus tahun membiarkan tanah mereka dijajah. Mereka tidak membalas
kekerasan penjajah dengan kekerasan pula. Membiarkan waktu yang akan
membalasnya. Keteguhan suku penguasa angin membuat mereka menang
melawan rasa tidak sabar dan meluluhkan amarah di hati. Mereka
mempercayai bahwa hasil dari kesabaran pasti mutlak adanya.
Cerita ketiga mengenai Apel Emas Lembah Bukhara yang memiliki
pesan dakwah untuk saling tolong menolong. Ayah Dam menceritakan kisah
ini sebagai pengalihan saat Dam sedang sedih. Meskipun demikian, Dam yang
selalu tertarik dengan cerita ayahnya, mengerti pesan yang terkandung di
dalam cerita ayahnya ini, yaitu tolong menolong dan menggunakan ilmu
pengetahuan sebagai dasar kehidupan. Sebagai orang mukmin kita wajib
saling membantu sesama manusia. Jika ditelaah lebih jauh, pertolongan yang
diberikan seorang mukmin kepada saudaranya pada hakikatnya adlah
menolong dirinya sendiri. Hal ini arena Allah SWT akan menolongnya baik di
dunia mauoun di akhirat sealama dia menolong saudaranya. Allah SWT
berfirman:
ت أقدامكم ینصركم ویثب ھا الذین آمنوا إن تنصروا هللا یا أی
86 Rikza Maulana, “Makna Sabar.” Artikel diakses pada 21 Oktober 2013 darihttp://www.eramuslim.com/peradaban/tafsir-hadits/makna-sabar.htm#.UmfKGHDPWj0
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah,niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.SMuhammad: 7)
Inti dari hadist di atasa adalah agar umat islam memiliki keperdulian
dan kepekaan sosial atas saudara-saudaranya. Islam tidak membenarkan sikap
egois dan mementingkan diri sendiri.87
Dalam novel digambarkan bagaimana Suku Lembah Bukhara saling
tolong menolong, membantu agar tanah kelahiran mereka yang sudah berubah
tandus dan menjadi gurun pasir karena keserakahan, berubah menjadi lahan
yang subur. Mereka berusaha mengembalikan kondisi tanah kelahiran mereka.
Bekerjasama agar impian mereka memiliki tanah yang subur terjuwud.
Cerita keempat mengenai Si Raja Tidur. Ayah Dam menceritakan Si
Raja Tidur dengan maksud agar Dam dapat memahami mengenai keteguhan
hati. Bahkan dalam cerita ini Ayah Dam menggambarkan keteguhan hati
terlihat sangat berbeda dengan keegoisan. Ayah Dam berharap Dam mengerti
bahwa keteguhan hati akan membuahkan hasil yang baik asalkan kita selalu
berpijak pada jalan yang benar. Keteguhan hati adalah sifat penting seorang
beriman. Seorang beriman tidak akan pernah peduli dengan apa yang orang
lain katakan tentang mereka. Tujuan utama mereka hanyalah menjadi orang
yang pantas menerima anugrah Tuhan dan menjalani hidupnya sesuai dengan
apa yang telah digariskan oleh Tuhan.
Allah menguji ketetapan hati orang beriman dengan banyak cara; di
antaranya memberi mereka permasalahan pada waktu-waktu tertentu atau
87 Umi Musyarofah, Hadist Dakwah dan Komunikasi (Pondok Gede: TASNIM, 2010) H. 157
membuat mereka mengalami penderitaan. Rincian dari ujian yang diberikan
diterangkan pada ayat berikut:
مرات كم بشيء من الخوف والجوع ونقص من األموال واألنفس والث ولنبلون
ابرین وبشر الص“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikitketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Danberikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Q.S Al-Baqarah: 155)
Mereka yang memiliki keteguhan hati tidak akan mudah putus asa,
tindakan nya selalu tenang, tanpa buru-buru ataupun bimbang karena mereka
sadar bahwa sukses adalah masalah waktu saja. Karenanya keteguhan
merupakan sifat penting yang harus dimiliki orang beriman. Adapun orang-
orang yang hanya mencari keuntungan dari perjalanan yang dekat, akan gagal
mencapai keteguhan. Namun orang-orang yang beriman senantiasa
menunjukkan keteguhan yang tidak pernah berubah sampai ajal menjemput.
Sebaliknya orang munafik menunjukkan kelakuan dan sikap yang
tidak konsisten dan berubah-ubah mengikuti orang yang mereka gauli. Ketika
orang beriman menang, orang munafik ingin berbagi kesuksesan. Namun
ketika orang beriman mendapat kesulitan, mereka menjauh. Hal ini
merupakan tanda jelas dari kemunafikan alami mereka.
Dalam novel diceritakan bahwa Si Raja Tidur tidak pernah menyerah
dalam mencapai kebenaran. Bahkan dalam novel dituliskan
Cerita ini sesungguhnya tentang pengorbanan, keteguhan hati. Kisahketika kau tetap mendayung sampan sendirian di tengah sungai yangdipenuhi beban kesedihan, tangis, dan darah tercecer di mana-mana,ketika ka uterus maju mendayung bukan karena tidak bisa kembali,
tetapi meyakini akan membawa janji masa depan yang lebih baikuntuk generasi berikutnya apapun harganya.88
Disini tergambar jelas bahwa penulis memang ingin memberikan pesan
mengenai keteguhan hati. Sayangnya tidak sedikit kita jumpai orang-orang
yang kurang menyadari, mengabaikan atau tidak mau peduli dengan kekuatan
keteguhan hati ini. Dengan mudah mereka terjebak dalam model-model
kehidupan yang melupakan hati nurani dan mengabaikan nilai-nilai
spiritualitas kebenaran. Akibatnya banyak berkembang tindak
penyelewengan, penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, kejahatan, penipuan,
Illegal Loging dan lain sebagainya. Inilah sesungguhnya pribadi-pribadi yang
membiarkan keteguhan hatinya terkikis oleh pengaruh negatif dari eksternal
maupun internalnya.
Sebagai orang yang beriman, kita meyakini bahwa kekuatan manusia
itu bukan hanya dalam akal pikirannya, bukan hanya dalam ucapannya, bukan
hanya dalam kekuatan fisiknya, tetapi yang lebih utama adalah kekuatan
keteguhan hatinya. Keteguhan hati adalah hal yang mutlak diperlukan oleh
manusia dalam hidup ini, baik dalam kehidupan spiritualitas maupun dalam
keseluruhan aspek kehidupan manusia.
88 Tere-Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2007). H. 183
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dongeng juga bisa menjadi
media dakwah pada anak. Dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong
tergambar jelas bahwa Dam dapat memahami dengan baik semua cerita-cerita
Ayah Dam dan mengikuti semua hal baik yang terkandung dalam cerita
tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan pelajaran yang terdapat
pada novel yakni pelajaran mengenai kasih sayang orang tua yang tidak
terbatas pada anaknya. Terutama pada ayah kita. Seorang ayah selalu
menyayangi anak-anaknya walaupun beliau tidak bisa mengungkapkannya
secara langsung. Seharusnya kita sebagai anaknya peka dan mengetahui
betapa banyaknya kasih sayang seorang ayah yang kita abaikan.
Penelitian ini juga menjelaskan mengenai dakwah yang terkandung
dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong yaitu:
Satu, dalam kisah Kapten Tim Bernomor Sepuluh dan Danau Para
Sufi menjelaskan mengenai bekerja keras dan terus berusaha. Islam juga
mengajarkan kepada kita untuk berusaha sebaik-baiknya. Tidak dibenarkan
seorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharapkan rezeki
datang dari langit tanpa mengiringnya dengan usaha.
Dua, dalam kisah mengenai Suku Penguasa Angin, dapat kita
mengambil pesan dakwah yang ditulis secara tersirat adalah kesabaran.
Keteguhan suku penguasa angin membuat mereka menang melawan rasa tidak
sabar dan meluluhkan amarah di hati. Mereka mempercayai bahwa hasil dari
kesabaran pasti mutlak adanya.
Tiga, dalam kisah Apel Emas Lembah Bukhara yang memiliki pesan
dakwah untuk saling tolong menolong. Sebagai orang mukmin kita wajib
saling membantu sesama manusia. Suku Lembah Bukhara saling tolong
menolong, membantu agar tanah kelahiran mereka yang sudah berubah tandus
dan menjadi gurun pasir karena keserakahan, berubah menjadi lahan yang
subur. Mereka berusaha mengembalikan kondisi tanah kelahiran mereka.
Bekerjasama agar impian mereka memiliki tanah yang subur terjuwud.
Empat, dalam kisah Si Raja Tidur. Dapat kita ambil pesan dakwahnya
yaitu keteguhan hati. Seorang beriman tidak akan pernah peduli dengan apa
yang orang lain katakan tentang mereka. Tujuan utama mereka hanyalah
menjadi orang yang pantas menerima anugrah Tuhan dan menjalani hidupnya
sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Tuhan.
Metode bercerita ini efektif dalam berdakwah karena pertama, cerita
pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni, sehingga pada
umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Cerita-cerita
yang kita dengar dimasa kecil masih bisa kita ingat secara utuh selama
berpuluh-puluh tahun kemudian. Kedua, melalui cerita manusia diajar untuk
mengambil hikmah tanpa merasa digurui. Memang harus diakui, sering kali
hati kita tidak merasa nyaman bila harus diceramahi dengan segerobak
nasehat yang berkepanjangan.
Bahkan psikolog anak dan dosen di Universitas Kristen Maranatha,
Bandung, Efnie Indrianie, M.Psi, mengatakan ada enam manfaat yang
dongeng pada anak, yaitu:89
1. Anak yang cukup banyak didongengkan akan lebih cepat belajar bahasa,
sehingga akan meningkatkan fungsi kerja otak kanan atas kreativitas dan
imajinasi. Anak-anak dengan kreativitas dan imajinasi yang tinggi
cenderung mampu menghasilkan sesuatu yang sifatnya inovatif dan
original.
2. Dongeng bisa diberikan sejak anak-anak masih dalam kandungan. Ibu
hamil sangat disarankan untuk banyak memberikan stimulasi berupa
sugesti positif karena fungsi indera yang pertama kali mengatur di otak
adalah fungsi pendengaran. Bayi dalam kandungan akan mendengar
informasi yang kemudian akan direkam oleh sistem syaraf otak secara
maksimal. Yang kedua berkembang adalah syaraf motorik. Itulah
sebabnya bayi akan merespon apabila diperdengarkan suara-suara, seperti
musik atau saat diajak berbicara oleh ibu.
3. Anak yang sering diperdengarkan cerita sejak dalam masih kandungan
akan memberikan dampak positif pada saat ia dewasa. Anak akan
memiliki kemampuan-kemampuan yang tidak diajari sebelumnya atau
89 Devina Larasati. “6 Mafaat Membacakan Dongeng Untuk anak”. Artikel diakses pada 11 Januari2014 dari http://wolipop.detik.com/read/2012/05/18/150100/1919581/857/6-manfaat-membacakan-dongeng-untuk-anak
problem solving yang mungkin tidak pernah terpikir oleh Anda
sebelumnya. Hal ini dikarenakan informasi yang didapat dari cerita
dongeng Anda akan tersimpan pada memori jangka panjangnya. Di dalam
otak anak terdapat tonjolan bernama girus yang berfungsi untuk merekam
kode-kode informasi. Semakin banyak informasi, pembelajaran dan
simulasi yang diberikan kepada anak maka semakin banyak terbentuk
girus pada otaknya.
4. Adanya cerita yang berupa narasi dalam dongeng yang diceritakan lisan
akan meningkatkan fungsi analisa anak menjadi dua kali lebih besar.
Semakin banyak anak diajak untuk berkomunikasi, semakin cepat
perkembangan fungsi analisanya. Game atau software interaktif pada
perangkat tekhnologi tidak akan meningkatkan fungsi analisa, kepekaan
sosial, dan tidak membuat anak lebih imajinatif, tetapi lebih ke sesuatu
yang sifatnya pasif. Jika anak sudah menemukan kenyamanan pada alat
tersebut, makan anak akan membentuk fungsi kenyamanannya sendiri,
yang menyebabkan sifat addictive.
5. Menceritakan dongeng akan melatih kemampuan otak kanan anak yang
akan meningkatkan kemampuan bahasanya. Namun, kemampuan
mempelajari bahasa pada anak laki-laki dan perempuan berbeda. Anak
balita perempuan jauh lebih peka untuk belajar bahasa, sedangkan pada
anak laki-laki kemampuan belajar bahasanya berkembang pesat pada
umur 2,5 - 3,5 tahun.
6. Dongeng akan memberikan satu rekam jejak memori. Dengan dongeng
anak akan berimajinasi. Anak akan melakukan proses pembelajaran
terhadap nilai-nilai. Anak-anak cenderung berpikir konkrit, sedangkan
nilai moral itu abstrak. Tapi dengan cerita, maka nilai moral bisa
ditanamkan. Visualisasi bisa dilakukan dengan melalui DVD namun tetap
ibu atau yang memberi cerita dengan suaranya sendiri
B. SARAN
Narasi atau bercerita bisa menjadi alternatif untuk berdakwah pada
anak. Dibandingkan dengan metode ceramah yang cenderung membuat anak-
anak bosan dan hanya menangkap pesan dakwah setengah-setengah. Peneliti
menyarankan untuk menggunakan metode ini dalam mengajarkan agama pada
anak. Karena anak dekat dengan dunia cerita yang merangsang imajinasinya.
Dengan menggunakan narasi dalam berdakwah serta menunjukkan contoh-
contoh yang tepat, bukan tidak mungkin anak dapat mengambil keseluruhan
dari pesan dakwah yang disampaikan tanpa merasa digurui.
Peneliti menyarankan untuk penelitian lebih lanjut agar harapan
kedepannya penelitian ini menambah akurasi data dalam memahami media
dakwah yang tepat pada anak. Serta menambah pengetahuan mengenai studi
analisis naratif terhadap karya sastra novel yang digunakan sebagai media
dakwah Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah Edisi Revisi. Jakarta: Kencana, 2009.Barry, Peter. Pengantar Komperhensif Teori Sastra dan Budaya : Beginning Theory.
Yogyakarta: Jalasutra. 2010.Branston, Gill and Roy Stafford. The Media Student’s Book Third Edition. London:
Routledge, 1999.Cangara, Hafied. Komunikasi Politik Konsep, teori, dan Strategi. Jakarta: Rajawali
Pers, 2011.Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.
2010.Ghazali, M. Bahri. Da’wah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Da’wah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.Lethbridge, Stefanie and Jarmila Mildorf. Basics of English Studies: An introductory
course for students of literary studies in English. Hartford, CT: Englishdepartments of the Universities of Tübingen, Stuttgart and Freiburg, t.t.
Munir Amin, Samsul. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah, 2008Musyarrofah, Umi. Hadist Dakwah dan Komunikasi. Pondok Gede: TASNIM, 2010.Nasrullah, Rulli. Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana,
2012.Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press. 1995.Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001.Robbaniah, Diah Nur. “Kajian semiotika terhadap novel Cantik Itu Luka.” Skripsi S1
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2008.Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia,1988.Sumardjo, Jakob. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. Bandung: Penerbit
Alumni. 1999.Sunanto, Juang. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia, t.t.Tere-Liye. Ayahku (Bukan) Pembohong Cetakan Ketujuh. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2007.Wellek, Rene dan Austin Waren. Teori Kesusastraan Edisi Terjemahan.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2009.
WebsiteAl Mujaddid, Abu Syauqie. “Tidak Semua Bohong Itu Dosa.” Artikel diakses pada 4
Oktober 2013 dari http://www.solusiislam.com/2013/01/tidak-semua-kebohongan-itu-dosa.html
Efendi, Joni Lis. “Trik Sederhana Menulis Alur dan Plot Cerita.” Artikel diakses pada17 Oktober 2013 dari http://www.goodreads.com/topic/show/1247450-alur-dan-plot-dalam-cerita
Hidayat, Said. “Ciri-ciri Novel.” Artikel diakses pada 6 Oktober 2013 darihttp://saidhidayat95.wordpress.com/tugas-tugas/data-data-bahasa-indonesia/kumpulan-novel/ciri-ciri-novel/
Kenney, William. “How To Analyze Fiction (1966)” Artikel diakses pada 17 Oktober2013 dari http://sebuahcatatansastra.blogspot.com/2009/01/apa-itu-plot.html
Kuswanto. “Observasi (Pengamatan Langsung di Lapangan).” Artikel diakses pada14 November 2013 dari http://klikbelajar.com/umum/observasi-pengamatan-langsung-di-lapangan/
Larasati, Devina. “6 Mafaat Membacakan Dongeng Untuk anak”. Artikel diaksespada 11 Januari 2014 darihttp://wolipop.detik.com/read/2012/05/18/150100/1919581/857/6-manfaat-membacakan-dongeng-untuk-anak
Maulana, Rikza. “Makna Sabar.” Artikel diakses pada 21 Oktober 2013 darihttp://www.eramuslim.com/peradaban/tafsir-hadits/makna-sabar.htm#.UmfKGHDPWj0
Mutakin, Zaenal. “Biografi Tere Liye.” Artkel diakses pada 4 Oktober 2013 darihttp://tanya-biografi.blogspot.com/2013/01/biografi-tere-liye.html
Saputra, Irmawan Hadi. “Menganalisis Unsur Instrinsik dan Ekstinsik Novel.” Artikeldiakses pada 12 Oktober 2013 darihttp://www.plengdut.com/2013/04/menganalisis-unsur-intrinsik-dan.html
---, “Novel.” Artikel diakses pada 4 Juni 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Novel---, “Bohong.” Artikel diakses pada 4 oktober 2013 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Bohong---, “Daftar Buku Tere Liye.” Artikel diakses pada 4 Oktober 2013 dari
http://tbodelisa.blogspot.com/
Lampiran 1
SAMPUL NOVEL
1. Sampul Depan Novel
2. Sampul Belakang Novel
Lampiran 2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae
Data Pribadi
Nama : Nur Afifah
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 30 Mei 1991
Alamat : Vila Bintaro Indah Blok B III no. 5
Jombang – Ciputat, Tangerang Selatan
15414
Nomor Telepon : 085692526121
Email : [email protected]
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan dan Pelatihan
a. Formal
1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (2009 – 2014)
2. Sekolah Menengah Atas Negeri 29 Jakarta (2006 – 2009)
3. Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta (2003 – 2006)
4. Sekolah Dasar Islam Al-Falaah (1997 – 2003)
b. Informal
1. Pelatihan Production Television Program (manajemen Produksi & Berita)
oleh Laboratorium Fakutas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Pelatihan Public Speaking dan Broadcasting Bersama Dai-Daiah dan
Presenter Televisi Indonesia oleh Pusat Pelatihan dan Pemberdayaan Umat
(P2U)
3. Pelatihan Jurnalistik Teras KPI Oleh Buletin Teras Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dialog Publik “Literasi Media di Tengah Arus Politik Ekonomi Media” oleh
Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media bersama Forum Studi Media Karpet
Merah dan The Policy Institute
Demikian CV ini saya buat dengan sebenarnya.
Hormat saya,
Nur Afifah